dewan perwakilan daerah republik indonesia ... filemembidangi bidang keuangan, yang komite iv ini...
TRANSCRIPT
Nomor: RISALAH DPD/KOMITE IV/II/2018
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE IV DENGAN NARASUMBER
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
MASA SIDANG V TAHUN SIDANG 2017-2018
I. KETERANGAN
1. Hari : Senin
2. Tanggal : 5 Februari 2018
3. Waktu : 13.30 WIB - 16.00 WIB
4. Tempat : R.Sidang 2A
5. Pimpinan Rapat : 1. Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua)
2. Drs. H. A. Hudarni Rani, S.H. (Wakil Ketua)
6. Sekretaris Rapat :
7. Acara : RDPU membahas evaluasi Undang-Undang No. 6 Tahun
2014 tentang Desa dengan narasumber Prof. Dr. Bagir
Manan, SH, MCL. (Narasumber)
8. Hadir : Orang
9. Tidak hadir : Orang
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
1
II. JALANNYA RAPAT:
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Bapak-bapak, apakah kita mulai saja, sambil menunggu kawan-kawan yang masih
dalam perjalanan. Ini konfirmasi yang akan datang ada, 13 orang, tapi baru datang 7 orang,
tapi sudah terwakili barat, tengah, timur, barat belum ada ya? Timur paling banyak, oh,
baratnya. Baiklah bapak sekalian, karena jam kita sudah menunjukan jam, pukul 13:50, iya,
44 ya, 44 menit dan padahal diundangan kita jam 13:30, jadi sudah lewat 15 menit,
barangkali rapat bisa kita mulai Pak ya. Bapak-bapak sekalian marilah kita mulai saja rapat
kita ini.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang terhormat bapak kepala BPKP, yang
dalam hal ini diwakili oleh 3 orang sekaligus ya pak ya, pertama Bapak Iskandar Novianto
Direktur Pengawasan Keuangan Daerah Wilayah 3 BPKP, kemudian yang kedua Bapak
Gatot Darnasto Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP, dan yang
ketiga Bapak Bonny Anang Dwijanto Deputi Akuntan Negara BPKP. Alhamdulillah dan
terima kasih kepada Bapak sekalian yang telah hadir memenuhi undangan kami dari Komite
IV DPD RI, dalam rangka Rapat Dengar Pendapat Komite IV dengan BPKP, berkaitan
dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah dana desa dan pengelolaan dana
desa. Bapak sekalian, seperti Bapak-bapak ketahui bahwa, kami dari Komite IV itu
membidangi bidang keuangan, yang Komite IV ini berkerja sama dengan, yang membidangi
tentang APBN, perimbangan keuangan pusat dan daerah, pajak dan pungutan lain, BPK,
BUMN, statistik, lembaga keuangan, koperasi dan UMKM, termasuk di dalamnya masalah
dana desa di dalam APBN.
Bapak sekalian, perlu kami sampaikan terlebih dahulu bahwa, kami Anggota DPD RI
pada setelah reses atau bertugas di daerah pemilihan, kami bertemu dengan para konstituen
yang kadang-kadang terdiri dari, masyarakat, camat, kepala desa dan juga mungkin
pemerintah daerah kabupaten/kota. Dalam hal ini kami masih melihat ada beberapa hal di
dalam hal dana desa, di samping tentunya usulan, para kepala desa untuk, bagaimana
pemerintah bisa memenuhi janjinya, yaitu 1,4 miliar per desa per tahun, yang sampai saat ini
belum kesampaian, tapi itu barang kali ranahnya bukan di sini, tapi paling penting Bapak-
bapak sekalian, masih ada beberapa hal yang sampai saat ini masih menjadi perhatian kami,
yaitu dalam rangka pengawasan pengelolaan keuangan desa. Bapak sekalian, kita tahu bahwa
sampai saat ini kabarnya, sudah ada 900 lebih kepala desa dari 72.000 kepala desa, yang
terpaksa berurusan dengan masalah aparat penegak hukum, yang tentu saja tidak semuanya
mereka itu, benar-benar menyalahgunakan keuangan desa tersebut, tapi kadang-kadang
mereka berurusan dengan aparat penegak hukum hanya karena masalah-masalah pelaporan
saja, jadi untuk ini kami mencoba ingin menggali.
Yang kedua BPKP kalau tidak salah pada tahun 2018 ini itu dilibatkan untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan dana desa, yang harus dilakukan barangkali, sama
dengan BPK yaitu semester. Nah ini yang ingin kami tahu adalah bagaimana teknis
pemeriksaannya, apakah aparat yang ada di BPKP itu cukup untuk melayani, untuk
RAPAT DIBUKA PUKUL 13.30 WIB
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
2
memberikan pemeriksaan terhadap seluruh desa, karena yang kami tahu dari Pemda-pemda
itu BPKP dan juga termasuk di dalamnya inspektur daerah, itu sampai saat ini mereka masih
merasa kekurangan auditornya, sehingga dibayangkan bahwa tahun 2018 ini, tugas BPKP
akan sangat berat, jadi dalam hal ini kami ingin mengetahui kira-kira metodologi seperti apa
yang akan dilakukannya. Dan itulah kira-kira bapak sekalian, yang ingin kami ketahui dari
bapak pada siang hari ini, dan karena dari timur sudah bertambah 1 orang lagi, Pak Basri, jadi
rapat benar-benar kita akan buka dan rapat ini kita nyatakan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Bapak sekalian, marilah kita rapat ini kita mulai dengan berdoa, sesuai dengan
kepercayaan dan agama kita masing-masing, mudah-mudahan rapat kita ini akan
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita dan bagi bangsa dan negara Republik
Indonesia, berdoa dimulai. Amin. Selesai, baiklah untuk pertama kalinya kita akan
memperkenankan kepada Bapak-bapak dari BPKP untuk menyampaikan, apa-apa yang
menjadi pertanyaan kami di sini, apakah dari siapa dulu yang menyampaikan? Pak Iskandar
atau Pak Gatot ya, Pak Gatot kami persilakan, jadi rapat ini pak nanti setelah bapak
menyampaikan pemaparan, kalau misalnya perlu bapak bertiga itu menyampaikan kami
persilakan untuk menyampaikan, ya kita batasi saja 10-15 menit perorang, dan kemudian
kami akan memperdalam dari teman-teman yang jadi anggota Komite IV DPD RI, kami
persilakan Pak Gatot.
PEMBICARA: GATOT DARMASTO (NARASUMBER)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang kami hormati pimpinan Komite IV DPD RI, yang kami hormati para Anggota
Komite IV DPD RI, kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala Tuhan
yang maha Esa atas segala limpahan rahmat hidayah inayah pada kita semua, pada siang hari
ini kita bisa bersilaturahim di DPD RI. Mohon izin mewakili Pak Kepala BPKP yang pada
waktu yang bersamaan ada, sidang kabinet dengan Pak Presiden. Kami perkenalkan tadi ini,
Pak Bonny Pak Deputi, saya sendiri Gatot, Pak Bonny ini Deputi Bidang Ekonomi Negara,
kemudian Pak Iskandar sebelah kanan saya ini Direksi di Kementrian Keuangan Daerah,
kemudian Pak Yuliver Direktur di Akuntan Negara Pak, ada 4 dan di sebelah kiri kanan kami
para Kasubid yang, yang, apa namanya, mengawasi mengenai dana desa ini. Pimpinan dan
para anggota yang kami hormati izin kami, menyampaikan yang pertama, kita, saya akan
cerita sedikit mengenai Siskudes ini. 2015, lanjut pertama, ganti slide.
Pada bersamaan dengan keluarnya, kebijakan mengenai dana desa ini kami,
mengantisipasi dengan membangun, suatu aplikasi sederhana, yang kami perbantukan kepada
para kepala desa di seluruh Indonesia, ini, aplikasi ini kami sampaikan secara gratis Pak dari
BPKP, ini untuk mengantisipasi misalkan, terutama pengelolaan dan penyusunan laporan
keuangan. Pada 2015 November, pak gubernur, walikota mendapatkan surat dari Mendagri,
agar, apa namanya, semua desa itu menggunakan Siskudes, Siskudes itu Sistem Keuangan
Desa, yang kami bangun tadi, kami namakan sebagai Siskudes. Kemudian di 2016 31
Agustus, ada juga himbauan dari KPK kepada seluruh kepala desa, agar menggunakan
aplikasi Siskudes yang dibangun oleh BPKP ini, dan pada pertemuan, Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) se-Indonesia, yang dilaksanakan di BPKP dan dibuka oleh Pak
Presiden RI di Istana Negara, Pak Presiden menyampaikan agar, semua kepala desa, semua
desa di Indonesia ini, menggunakan Siskudes, dan harus 100% digunakan pada 2017, namun,
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
3
mungkin beberapa kendala yang akan kami sampaikan, tapi juga alhamdulillah pada posisi
sekarang ini yang sudah mengimplementasikan Siskudes itu, di desa di Indonesia, dari
74.958, sudah 87,33% yang sudah mengimplementasikan Siskudes, atau 65.460 desa dari
74.958, kalau kita lihat kabupaten/kotanya, dari 434 kabupaten/kota, 405 kabupaten/kota
sudah menggunakan, jadi sudah 93,32%. Kalau kita lihatnya seperti ini Bapak sekalian,
lanjut, ini yang, sudah mengimplementasikan yang warna hijau itu adalah provinsi yang
sudah menggunakan Siskudes 100%, yang kuning belum 100% tapi sudah lumayan di atas
90, sedangkan yang merah itu masih, apa namanya, belum sampai ke rata-rata capaian
nasional, terutama di daerah Papua, Papua itu sampai dengan saat ini baru, 7,16% yang
menggunakan Siskudes. Ini antara lain terutama karena, beberapa daerah masih
menggunakan aplikasi lain ya, yang bukan disusun oleh yang bukan dibangun oleh BPKP,
semisalnya di Jawa Tengah, itu ada beberapa kabupaten yang menggunakan apliasi lain,
kemudian juga kendala sumber daya manusia Pak, terutama yang tahu mengenai IT, karena
mungkin di desa-desa agak, kemudian kondisi geografis, di wilayah timur agak sulit
daerahnya, kemudian sarana komputer dan listrik, listrik ini juga merupakan kendala
komputer dan sebagainya, di wilayah sana, ya. Jadi kalau sekaligus menjawab apa yang
ditanyakan di dalam suratnya DPD, yang tata kelola yang baik itu adalah, lanjut, yang
pertama adalah sinkronisasi perencanaan sampai dengan pelaksanaan, jadi dari perencanaan,
penganggaran, dan pelaksanaan ini mesti harus sinkron, mulai dari RPJM desa, kemudian
RPK desa, APBDES, itu semuanya harus terencana dengan baik, bidang apa saja, kegiatan
apa saja harus semuanya ada kesinambungan.
Yang kedua, disiplin penatausahaan, ini juga harus sesuai dengan peraturan
perundangan dan ketentuan yang berlaku, misalnya Permendagri 113 2014 dan juga yang
seharusnya diikuti oleh peraturan kepala daerahnya, semuanya mestinya harus dilaksanakan
di dalam penatausahaan, kemudian juga pelaporan, pelaporannya juga harus dilakukan secara
berkala sesuai dengan ketentuan, baik itu Peraturan Menteri Keuangan maupun Permendagri,
dan juga dalam internal kontrol, jadi mesti juga di desa itu juga harus ada pemisahan fungsi
di dalam pengelolaannya, misalnya pembayar, juru bayar, yang mencatat yang mestinya
harus terpisah-pisah, kemudian juga harus didukung dengan sumber daya manusia yang
memadai, baik itu kompetensinya, pengetahuannya dan sebagainya, dan juga dilakukan
supervisi dan pembinaan, ini idealnya tata kelola keuangan desa yang baik itu seperti itu.
Kemudian yang kedua di dalam pertanyaan DPD itu, permasalahan penyaluran,
penggunaan, dan tata kelola desa, Bapak, Ibu, Pimpinan yang kami hormati, BPKP ini
fokusnya bukan pada pemeriksaan tapi, bagaimana tata kelola yang baik, tadi tata kelolanya,
untuk pemeriksaan itu, dilaksanakan oleh inspektorat kabupaten/kota, dan tentu saja kalau ini
APBN oleh BPK RI. Permasalahan yang kami dapatkan dari hasil evaluasi kami pada 2017,
yang pertama adalah masalah keterlambatan pelaporan penggunaan dana desa. Lanjut, iya …
(tidak jelas, red.) jadi, yang kami temukan di 2017, karena ada perubahan persyaratan
pelaporan, yang mesti harus menghasilkan output kegiatan dalam pencairan dana desa tahap
ke-2, jadi ada tambahan persyaratan agar output-nya itu juga disertakan di dalam pelapora, ini
juga menyebabkan keterlembatan dari pelaporan penggunaan. Kemudian yang kedua
keterlambatan penyaluran dana desa, dari RKUD ke rekening kas desa, ini disebabkan antara
lain karena keterlembatan menyusun APBDES, kemudian keterlembatan menyampaikan
laporan realisasi tahap sebelumnya, di mana tahap sebelumnya itu, desa belum menggunakan
Siskudes pak, dengan Siskudes ini mereka sudah bisa lebih cepat untuk menyampaikan
laporan, jadi kalau, gampangnya Siskudes yang kami bangun itu, mereka tidak, desa itu tidak
perlu lagi memikirkan apakah sama, sesuai dengan standar atau tidak, yang penting ada
transaksi, dimasukan oleh di-entri, oleh operator, nanti sudah keluar laporan keuangan yang
dibutuhkan oleh, ya, jadi sebenarnya untuk mempercepat, mempermudah tata kelola di
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
4
desanya. Kemudian perubahan regulasi atas pengalihan dana desa, baik itu di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah dan regulasi di tingkat Pemda juga belum siap. Yang ketiga
kelompok efektivitas penggunaan dana desa, yang penyebabnya penggunaan dana desa tidak
sesuai dengan prioritas, ya, jadi di sana ada dimasukkan sesuai prioritas atau tidak dan
seterusnya, kemudian penggunaan dana desa untuk kegiatan lain tetapi dilaporkan sebagai
kegiatan bidang pembangunan desa, misalnya membangun kantor desa, tapi tidak sesuai yang
mestinya dibangun adalah infrastruktur jalan dan sebagainya.
Pekerjaan konstruksi dilakukan seluruhnya oleh pihak ketiga, harapannya dilakukan
swakelola, agar ada perputaran disitu, tapi semuanya dikontrakan dilakukan oleh pihak
ketiga, dan yang lain adalah bahwa, pencairan dana desa dari RKD tidak sesuai dengan
prosedur, pengelolaan tidak didukung bukti yang cukup, dan kasnya itu disimpan bukan di
RKD, tetapi diambil sekaligus dan disimpan oleh kepala desa, ya, dan pengeluaran di luar
APD desa. Ini permasalah yang, yang kami temukan di dalam evaluasi. Lanjut, kemudian
peran BPKP di sini, seperti tadi kami sampaikan bahwa kami fokusnya adalah ada pada tata
kelola, jadi kami membangun sistem, pengembangan pedoman, pembinaan, konsultasi
pengelolaan keuangan desa, ini kami bangun, Siskudes ini dengan Kementerian Dalam
Negeri, bapak sekalian, dan di samping itu juga kami membangun, yang kita sebut sebagai
SIA BUMDes, SIA BUMDes itu singkatan dari Sistem Informasi Akuntansi untuk Badan
Usaha Milik Desa, itu yang dikembangkan oleh Deputi Akuntan Negara nanti akan
ditambahkan informasinya oleh Pak Bonny, iya. Dan Siskudes ini sudah kami publish di
2016 sedangkan SIA BUMDes-nya sudah kami launching pada 2016 dan dua-duanya seperti
juga aplikasi lain yang sudah kita bangun untuk NKRI, semuanya gratis tidak ada biaya
apapun, ya. Kemudian peran yang kedua adalah, kami juga memberikan masukan dan saran
kepada regulator, dalam hal ini Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri,
Kemendes dalam tata kelola, tata kelola terutama di dalam, di dalam peraturan (tidak jelas
*Red) atau regulasi yang menyangkut masalah tata kelola, dan juga memberikan bimbingan
konsultasi, (tidak jelas *Red) terhadap pengelolaan keuangan dana desa. Dan yang keempat
adalah memfasilitasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia, yang ada di Pemda,
maupun di desa, jadi kami melatih orang-orang yang ada di pemerintah kabupaten/kota dan
yang ada di desa. Lanjut. Itulah yang kami lakukan, pimpinan dan para anggota yang kami
hormati, ada dua di sana, ada BPK pusat, ada BPK perwakilan, di tingkat kabupaten/kota dan
kecamatan itu dibentuk tim fasilitasi, kemudian tim fasilitasi itu dilatih oleh BPKP dan
Kementerian Dalam Negeri, kemudian tim fasilitasi itu melakukan sosialisasi, asistensi
kepada seluruh desa, dibantu juga oleh perwakilan BPKP yang ada di seluruh Indonesia, di
34 provinsi kami ada.
Dan juga BPKP di perwakilan sana memberikan, mefasilitasi dengan coaching clinic,
dari pemerintah desa kabupaten/kota, bisa datang ke BPKP untuk mendapatkan, apa
namanya, solusi kalau terjadi kesulitan dan sebagainya, dan juga diharapkan ada beberapa
yang sudah terbentuk juga dimasing-masing kabupaten itu, membentuk yang disebut sebagai
klinik desa. Dan yang terakhir bahwa maintenance untuk hal-hal yang perubahan peraturan
perundangan dan sebagainya, untuk perubahan di dalam sistem aplikasi Siskudes itu, itu
dilakukan oleh BPKP dan Kemendagri, jadi setiap saat ada peraturan perundangan, ada
perbaikan dan sebagainya, kita langsung perbaiki dan langsung kita berikan, kita
sosialisasikan kepada seluruh desa yang ada, melalui perwakilan BPKP yang ada di seluruh
Indonesia. Lanjut. Kendala implementasi Siskudes yang, yang utamanya adalah, komitmen
dari Pemda mengenai tata kelola ini yang masih perlu ditingkatkan, kemudian juga
ketersediaan anggaran untuk penyelenggaraan pelatihan, ini sama sekali tidak ada Pak, di
sana, di penganggarannya, apa namanya, dana desa ini dan, alangkah baiknya apabila
anggaran untuk penyelenggaraan pelatihan itu juga disiapkan oleh Pemda masing-masing.
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
5
Kemudian Satgas dan klinik desa untuk mengimplementasi Siskudes pada tingkat kabupaten
belum seluruhnya terbentuk, jadi idealnya tadi ada klinik desa yang ada di setiap kabupaten,
ini yang ada baru coaching clinic yang ada di provinsi yang ada di BPK ya.
Kemudian di tingkat desa seperti saya sampaikan tadi kualitas sumber daya
manusianya juga masih banyak yang belum, apa namanya, mungkin, letak geografis yang
cukup agak sulit di wilayah timur terutama, dan ketersediaan pelaksana dan sarana desa,
terutama komputer dan listrik yang sangat diperlukan untuk aplikasi. Langkah percepatan
Siskudes ini kami sampaikan, yang pertama di 2018 ini kami akan melakukan, evaluasi
implementasi Siskudes yang sudah dilaksanakan implementasinya pada 2017, yang akan
kami evaluasi bersama dengan Kementerian Dalam Negeri, dibantu nanti di tingkat
perwakilan oleh BPKP perwakilan, kemudian mendorong komitmen pemerintah provinsi,
terutama dalam penyediaan anggaran, dan pembinaan untuk mendukung implementasi
Siskudes di kabupaten/kota di wilayah ini, dan mengoptimalkan Satgas pemerintah
kabupaten/kota untuk penerapan aplikasi Siskudes, jadi mudah-mudahan sisa sebanyak
kurang lebih, 13% yang belum mengimplementasi ini, mudah-mudahan bisa semuanya
dilaksanakan di 2018 dan optimalisasi peran perguruan tinggi serta organisasi, perlu bapak
ibu sekalian yang terhormat ketahui bahwa, kami juga memberikan TOT (Training of
Trainers) kepada mahasiswa dan dosen di, contohnya seperti di STAN, kemudian di
Kalimantan Selatan itu di Universitas Tanjung Pura, di USU, di UNAIR, ini kami training
untuk implementasi dana desa, jadi mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang di desa itu
akan membawa, sistem ini dan tata kelola di desa untuk disampaikan ke masyarakat desa,
juga organisasi profesi seperti Ikatan Akuntan Indonesa, kemudian Asosiasi Auditor Internal
Pemerintah Indonesia dan sebagainya, kami juga mendapatkan bantuan dari mereka.
Kemudian yang berikutnya kami, lanjut, sekaligus untuk SIA BUMDes, bapak
sekalian, jadi disamping, Siskudes BPKP juga sudah membangun yang kita sebut sebagai
sistem informasi akuntansi, untuk badan usaha milik desa, yang ini juga suatu aplikasi yang
sudah sesuai dengan standar akuntansi, jadi sama dengan Siskudes tadi, BUMDes itu juga
tinggal meng-entry transaksi dan sudah nanti akan menjadi suatu pelaporan yang dibutuhkan
dan sampai dengan 31 Desember 2017 BPKP sudah melakukan sosialisasi pada 877
BUMDes, ada 22 kegiatan dan sosialisasi sudah di 877 BUMDesa pada 14 perwakilan di
seluruh Indonesia dari, pusat, Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Bengkulu, Babel, Jatim, Bali,
Kaltim, Sultra, Sulteng, Sulut dan Lampung dan dari sosialisasi itu, yang sudah dilakukan
Pimtek untuk implementasinya ada di 65 desa, ya, jadi ini akan terus akan kami lakukan, di
tahun 2018. Kendala implementasi juga hampir sama dengan Siskudes, masalah kualitas
sumber daya manusia yang, yang paling utama dalam penguasaan IT terutama dan
ketersediaan sarana dan prasarana, pengoprasian aplikasi seperti komputer dan printer, juga
masalah listrik tadi itu. Kemudian strategi percepatan implementasi oleh pusat, ini kami
mendorong meningkatkan koordinasi dengan Kemendes dan PDTT, terkait dengan
pengelolaan keuangan desa, ya, SIA untuk SIA BUMDes-nya, dan di perwakilan kita
mengoptimalkan Pimtek dengan berkerja sama dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
juga kami membuka coaching clinic atau … (tidak jelas, red.) di kantor kabupaten/kota
BPKP di seluruh indonesia untuk penyelesaian masalah yang dihadapi oleh pengelola
keuangan desa.
Untuk sementara itu, bapak sekalian yang bisa kami sampaikan, pimpinan yang
terhormat dan para anggota, kami mengucapkan terima kasih atas kegiatan ini dan mudah-
mudahan dengan kegiatan ini akan bisa kami jadikan sebagai, acuan lebih lanjut di dalam
melakukan … (tidak jelas, red.) terutama di dana desa maupun BUMDes, dan kami dalam
pelaksanaan di 2017 juga, sangat didukung oleh KPK, di beberapa provinsi KPK juga
melakukan workshop untuk implementasi dana desa ini, dan di 2018 ini mereka juga
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
6
merencanakan akan melakukan workshop tidak hanya di masalah dana desa, tapi juga ada
kegiatan lain, seperti pencegahan dan sebagainya, ini deputi pencegahan di KPK, di 34
provinsi. Demikian pimpinan yang kami hormati, kami akhiri.
Billahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih, Pak Gatot, kita teruskan saja pak, biar kita panel saja, siapa berikutnya
dari, dari tadi, yang akuntansi tadi Pak, yang SIA BUMDes.
PEMBICARA: Drs. BONNY ANANG DWIJANTO (NARASUMBER)
Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi abarakatuh.
Pimpinan dan anggota DPD Komite IV yang terhormat. Ini tadi sudah disampaikan
sekilas pak, oleh Pak Gatot, mengenai SIA BUMDes, yang pada dasarnya adalah sama
dengan Siskudes, ada yang membangun tata kelola dalam hal ini adalah membantu BUMDes
yang membutuhkan untuk penyusunan laporannya secara sederhana dan cepat, jadi memang
selama ini BUMDes dari hasil pengamatan kami, masih banyak melakukan dengan sistem
(tidak jelas, red.) Pak, artinya hanya dengan 1 buku, sedangkan dengan SIA BUMDes ini,
cukup dengan menggunakan aplikasi yang sederhana, yang kami susun Pak, dengan
membutuhkan , sebetulnya juga dengan membutuhkan, apa, printer, maupun komputer yang
sederhana, sudah bisa melakukan penyusunan laporan keuangannya secara cepat, karena pada
dasarnya, BUMDes ini sama juga dengan BUMN pak. Jadi ini asetnya dipisahkan dari,
kekayaan desanya, sehingga, memerlukan pertanggungjawaban sendiri, nanti pada waktu itu
disampaikan di, musyawarah desa. Sehingga dengan adanya aplikasi ini, harapan kami
tentunya, laporan ini menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih transparan, pada saat disajikan
di musyawarah desa. Saya kira demikian pak, tambahan yang bisa disampaikan. Terima
kasih.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Masih ada tambahan lain dari bapak-bapak? Sudah? Sudah cukup. Terima kasih
bapak-bapak dari BPKP, jadi barangkali ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan kita,
bahwa selama ini kita, beranggapan bahwa, adanya kebijakan dari 3 kementerian
Kementerian Keuangan, Kementerian Desa dan Kementerian Dalam Negeri, itu membuat
para kepala desa bingung, dalam membuat laporan, tapi dengan Siskudes ini, apakah benar
sekarang ini hanya dengan 1 kali membuat laporan, maka kemudian bisa diterima di seluruh
kementerian yang menjadi tanggungjawab mereka. Demikian bapak-bapak sekalian,
barangkali kami persilakan, dari, oke, dari depan dulu ya pak ya. Saya persilakan Pak John
Pieris.
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
7
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., M.S. (MALUKU)
Terima kasih Pak Ketua. Pak Gatot dan teman sekalian dari BPKP, paparan bapak itu,
sangat menarik, tidak perlu saya komentari itu, dan juga dibantu oleh Pak Bonny
penjelasannya, yang saya inginkan sebetulnya kesimpulan akhir dari paparan ini, dan ada
sedikit refleksi kritis terhadap, dari BPKP terhadap semua stake holder yang bertanggung
jawab dalam rangka penggunaan dana desa itu, setidaknya ada berapa lembaga, saya sebut
saja, Badan Pemeriksa Keuangan juga dia tidak bisa menghindar itu, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Desa Tertinggal dan sebagainya, KPK termasuk, mungkin Polisi juga,
sekarang ada Satgas-Satgas sudah dibentuk semua itu, Pak Farouk ya. Jadi menurut bapak
kira-kira lintas, lembaga itu memiliki sebuah ground design “pengawasan dan pemeriksaan
itu seperti apa?”, mungkin bagus di sini ya, tetapi dalam aplikasinya, ya saya kurang tahu,
data terakhir berapa kepala desa sudah di penjara itu, pak, bayangkan, ya, dulu tidak
dipendarakan karena kepala desa tidak pegang duit, sekarang dia pegang duit dipenjarakan.
Konsep besar ini tidak jalan pak, konsep besar Presiden Jokowi tidak jalan, saya tekankan
lagi tidak jalan, revolusi mental itu, apa sih menurut bapak itu, Pak Gatot, lalu reformasi
birokrasi itu seperti apa? Harusnya design besar reformasi birokrasi sampai di birokrasi desa,
tata kelola keuangan desa misalnya itu, … (tidak jelas, red.) seperti apa? Tambal sulam
semua, kalau ini persoalannya saya kira kita tidak terlalu berharap banyak, ya sudah itu
inspektorat-inspektorat juga tidak berdaya, kalau pun ada temuan, agak susah Pak. Rapat
kami dengan Pemda diundang perwakilan … (tidak jelas, red.), bagus-bagus semua, apa lagi
inspektorat daerah lebih bagus lagi, sistem kita tidak mendukung itu, inspektorat daerah itu
dibubarkan saja saya kira, tidak guna itu pak, karena dia bawahan kepala daerah, tindak lanjut
hasil pemeriksaan dewan perwakilan daerah provinsi kabupaten juga tidak jalan, karena dia
adalah bagian dari pemerintah daerah.
Nah, kalau sudah seperti itu persoalannya, apa kira-kira yang, solusi apa kira-kira
yang Pak Gatot dan bapak-bapak sekalian dari BPKP, sampaikan kepada kita, ya. Hal kecil
misalnya, ketersediaan sarana, prasarana desa terutama listrik dan komputer, lah bagaimana
kepala desa atau perangkatnya menggunakan komputer tapi, 1 hari 24 itu, lampunya mati 50
jam, kasarnya begitu, bisa tidak kalau 1,4 miliar tahun depan itu 500 juta setiap desa ada
mesin listrik, pasti Menteri Keuangan tolak itu, sangat sederhana, kenapa listrik sebagai
bahan bakar pembangunan yang menyeluruh itu, sampai saat ini tersendat-sendat, sementara
infrastrukturnya luar biasa berjalannya, ya tidak akan susah, untuk saya dapat membayangkan
semua hasil pengawasan, maupun pemeriksaan ada kuat, saya ragu soal itu pak, ya, sama
sekali saya juga tidak ragu kepada Pak Gatot dan teman-teman, tapi sudah bagus dari segi
keilmuan dari kompetensi itu, tapi de facto tidak, saya, saya, saya, anda bisa percaya itu, ya.
Ini mungkin unek-unek saya pak ketua, saya kira, saya kira harus kita berbicara seperti itu,
tidak usah diplomasi macam-macamlah, ya, sudah, apa ya, bagaimana lagi kita mau, jalan
keluarnya apa ya? Kita sudah melakukan pengawasan ini, sudah menyelesaikan periode ke-3
tapi tidak ada hasilnya pak, kalau tidak dibongkar habis, ya, tidak direformasi sistem ini tidak
bisa Pak, sungguh tidak bisa. Terima kasih Pak Ketua.
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
8
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih, Pak John Pieris dari Maluku Utara, eh, dari Maluku, sebelahnya
Maluku Utara. Berikut Pak Iskandar, kami persilakan Pak.
PEMBICARA: Ir. H. ISKANDAR MUDA BAHARUDDIN LOPA (SULAWESI
BARAT)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati, bapak-bapak Direktur dari BPKP dan jajarannya, pimpinan dan
rekan-rekan anggota Komite IV yang saya hormati. Saya menyimak tadi, apa yang
dipaparkan dari bapak, Pak Gatot ya, direktur, khususnya di capaian implementasi Siskudes,
saya Iskandar dari Sulawesi Barat Pak, Sulawesi Barat itu Provinsi ke 33, jadi baru merdeka
12 tahulah, kurang lebih, baru 2 tahun ini lepas dari istilah ketertinggalan, ya, jadi 2 tahun
terakhir ini, bebas dari istilah ketertinggalan pak, padahal faktanya sih, masih sama tertinggal,
ya. Nah di sini dikatakan Sulbar 100%, saya, saya bangga atau apa ini, saya bingung juga,
bangga lah, kan baru ini, provinsi baru tapi sudah 100% menggunakan sistem ini. Tapi
perjalan kami, pak, Pak Gatot ya, beberapa tahun ini mengunjungi, apa, desa-desa di Sulbar
itu, kalau di Sulbar itu boleh dikatakan, pertama, kendala paling utamanya listrik, tapi kalau
listrik sekarang ini kelihatannya dengan genset bisa pak, tapi yang paling parah itu signal, ya,
di Sulbar itu belok kanan 5 kilo, 1 kilo sudah hilang signal, jadi kalau jalan terus, kiri dikit,
kanan dikit sudah hilang signal, jadi susah, sangat susah. Ada 1 kabupaten, Kabupaten
Mamasa namanya, itu di pegunungan, itu sangat parah, hanya di Mamasanya yang ada signal,
semua tempat tidak ada, jadi saya berpikir, mereka mengeluh, bagaimana Siskudes ini
dilaksanakan kalau signal tidak ada, karena sulit. Ini, ada lagi 1 desa, dia kalau kalau bikin
laporan kok turun, ke Kota, di Polman itu ada satu Adrea, Desa Andreapi, dia menempuh itu
di-bully dia, infrastruktur susah 3 atau 4 jam baru bisa, jadi mereka turun dulu ke Polewali,
nginap biasanya di situ 2 hari, khusus buat laporan, kan ada biaya dan lain sebagainya. Nah
maksud saya begini, apa langkah yang diambil BPKP, apa hanya membuat Siskudes ini tapi
tidak melihat, apa, kendala-kendala ini, dan apa kira-kira langkah yang konkret ya, konkret,
tapi tadi saya baca ini ada, strateginya ini bekerja sama, koordinasi dengan kementerian,
mungkin Kominfo, ya, Telkomsel Pak, di sana butuh Telkomsel, tower-tower itu butuh. Nah
apa ada, BPKP bisa ikut mendorong, pemerintah untuk, bagaimana supaya sinyal di daerah-
daerah terpencil itu bisa dimaksimalkan. Saya kira itu saja, terima kasih banyak.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Waalaikumsalam. Pak Iskandar Baharudin Lopa Pak, Sulawesi Barat. Kemudian, jadi
barangkali sebelum ke Bu Haji Daryati, pekerjaan kami Pak, Dewan Perwakilan Daerah itu,
kami datang dari desa ke desa Pak, jadi kalau bicara desa, ya seperti itu, jadi kita akan
melihat realitas, bukan di atas kertas barangkali. Saya persilakan Bu Haji Daryati Uteng dari
Jambi.
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
9
PEMBICARA: Hj. DARYATI UTENG S., S.E., M.M. (JAMBI)
Hajjah pak. Biar bisa senyum-senyum dulu.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi dan salam sejahtera, sore lupa. Mohon maaf karena mendung jadi dikira
masih pagi, padahal tadi saya sudah datang ke sini. Selamat siang, selamat siang menjelang
sore dan salam sejahtera untuk kita semua. Setelah kami mendengar paparan dari bapak
direktur tadi ya, tentunya saya, yang saya hormati bapak pimpinan Komite IV berserta
seluruh senator dan yang saya hormati para Direktur dari BPKP yang sangat saya hormati,
deputi iya. Kami sangat mengapresiasi adanya aplikasi sistem keuangan daerah yang
dikembangkan oleh BPKP, semoga dengan adanya aplikasi ini bisa mencegah terjadinya
korupsi masuk desa dan masyarakat desa bisa banyak belajar bagaimana mengelola keuangan
desa yang benar. Tetapi permasalahannya adalah kemampuan dan sarana prasarana aparat
desa, terutama di daerah terpencil Pak, untuk mengetahui aplikasi ini sangat terbatas, jadi
solusi apa yang bisa dilakukan oleh aparat pemerintah desa pak? Itu saya kira juga tadi sudah
ditanyakan oleh rekan-rekan kami. Terima kasih pak atas perhatiannya.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Saya persilakan lagi Pak Budiono, Pak Haji ya, bukan hajjah. Pak Budiono dari Jawa
Timur, saya persilakan Pak Budiono.
PEMBICARA: Drs. H. A. BUDIONO, M.Ed. (JAWA TIMUR)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
selamat siang, salam sejahtera untuk kita semuanya, pimpinan dan anggota Komite IV
DPD RI, bapak-bapak, pak deputi, pak direktur dan seluruh yang hadir dari BPKP dan juga
dari sekretariat Komite IV. Yang pertama saya juga membaca capaian implementasi SIA
BUMDesa, ini hanya 14 perwakilan BPKP, nah yang saya tanyakan itu dari perwakilan
BPKP yang lainnya itu, apakah belum menerapkan atau pun melaksanakan atau bagaimana
pak? Apa hanya ini saja? Dan secara khusus saya tanyakan Jawa Timur, saya dari Jawa
Timur pak, Jawa posisinya seperti apa karena Jawa Timur juga termasuk provinsi yang besar,
sementara di sini belum ada penjelasan dari BPKP, apakah sudah menerapkan ini atau belum
atau bagaimana? Saya pikir sudah melaksanakan tapi, atau menggunakan sistem yang lain.
Kemudian pertanyaan yang sebenarnya lebih mendasar, yaitu dalam konteks dana
desa, posisi BPKP itu, apakah memang sudah ditugaskan menurut peraturan perundang-
undangan atau memenuhi permintaan, karena ada kalanya daerah itu bekerja sama,
katakanlah kalau kabupaten/kota atau provinsi, memang ada yang menjalin kerjasama dengan
BPKP, ada yang tidak, apakah dasarnya itu semata-mata permintaan dari daerah sendiri, atau
memang itu sudah ditugaskan dari BPK pusat. Kemudian kalau dari sisi pengawasan terhadap
keuangan desa khususnya, sekarang ini yang namanya pengawas, baik internal maupun
eksternal, juga auditor dan lain sebagainya itu kalau di provinsi ya, atau mungkin juga di
kabupaten/kota, itu sudah ada BPK, ada Inspektorat, sudah ada DPRD Provinsi
Kabupaten/Kota, bahkan di desa ada Badan Pemusyawaratan Desa juga, ada media, ada LSM
dan lain sebagainya, ada masyarakat itu sendiri yang tentu mempunyai hak dalam
pengawasan terhadap dana-dana yang masuk ke desa apakah itu dana desa, apa ADD, apa
juga pembagian keuangan dari Pemda yang dari pajak dan retribusi daerah, jadi posisi
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
10
sekarang, kondisi sekarang di desa ini banyak sekali dana, sumber dana itu yang paling tidak
dan minimal sumber dana itu, belum, belum APBD sendiri.
Nah sementara pengawasan sangat-sangat minimal ya, sehingga memungkinkan
sekali, sejauh ini sudah, berapa tadi pak ya, 9000 berapa pak itu, desa yang sudah kena kasus,
900, hampir 1000 dan itu mungkin hanya yang, hanya yang apes pak, hanya yang sial, tapi
sebenarnya di luar itu saya yakin masih banyak juga, yang mungkin melakukan pelanggaran
atau bagaimana, tetapi belum ketahuan, ya, seperti juga bupati/walikota gubernur kan
memang banyak juga, hanya mungkin yang lagi sial saja yang ketangkap. Kemudian yang,
nah ini pertanyaannya adalah, harus bagaimana lagi pengawasan yang lebih, lebih efektif dan
efisien di dalam meminimalisir terhadap penyalahgunaan dana-dana yang masuk ke daerah,
masuk ke desa. Kemudian yang terakhir Pak, jadi ada permintaan ini Pak, sebenarnya tidak,
tidak berkaitan dengan dana desa secara langsung, tapi berkaitan dengan pemerintah daerah,
kabupaten/kota maupun provinsi, tapi harapannya adalah BPKP supaya meningkatkan
pendampingan kepada daerah, jadi mereka sangat berharap sekali pak, mungkin diminta atau
tidak diminta itu sebenarnya BPKP sangat diharapkan untuk pendampingan, karena akhir-
akhir ini banyak juga temuan BPK dengan alasan, misalnya ya, dengan alasan kelebihan
bayar atau belanja barang jasa yang disebabkan, banyak pembelian yang diragukan
kebenarannya tanpa melihat dukungan SPC lainnya, jadi BPK pun sebagai auditor, yang apa
lagi mereka melakukannya dengan sistem sampling ya, tidak semua, tidak semua UPD saat
ini, dan kenapa itu diperiksa sementara yang lainnya tidak, tanda itu memberikan opini
kepada daerah. Nah Tim dari BPKP, tentu tidak sempurna juga, pasti membuat kekurang
cermatan juga yang itu merugikan daerah, daerah yang sebenarnya sudah cukup baik, dalam
perencanaan maupun pembelanjaannya, namun kalau BPK sudah mengatakan, meragukan
kebenaran terhadap pembelian itu, tanpa melihat juga dukungan yang lainnya atau dengan
kelayakan, yang misalnya satu contoh fotokopi misalnya, merencanakan dalam 1 tahun itu
untuk fotokopi itu katakanlah 100 juta misalnya, kemudian dari laporan fotokopi itu dianggap
meragukan semuanya, sehingga dianggap temuan, akhirnya BPK merekomendasi bahwa
harus dikembalikan 100 juta juga, masa dalam 1 tahun tidak melakukan fotokopi sama sekali
kan tidak mungkin juga, itu terjadi sekarang. Nah semacam ini tentu harus ada pembelaan,
pembelaan terhadap daerah beberapa SKPD memang mengalami hal semacam itu. Nah ini
juga sekali lagi kurang cermatan terhadap, yang mungkin ya, apa ya, ini tindakan yang
berlebihan dari BPK juga saat itu. Terjadi Pak ini, terhitung pendapat pak jadi, tanggapan dari
Bapak-bapak yang dari BPKP, bagaimana mensikapi hal semacam ini. Terima kasih Pak.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih. Pak Rugas Binti dari Kalimantan Tengah, saya persilakan pak.
PEMBICARA: Pdt. RUGAS BINTI (KALIMANTAN TENGAH)
Terima kasih pimpinan, narasumber yang saya hormati. Saya beberapa bulan yang
lalu, sempat singgah di 1-2 kabupaten, melaporkan bahwa di Kalimantan Tengah itu tidak
semuanya menggunakan Siskudes secara merata gitu, hanya ada yang sudah tahu sedikit, ada
yang setengah-setengah tahu, tapi ada yang sudah full hanya 2 kabupaten yang saya tahu.
Saya ingin tahu implementasi Siskudes ini ada capaiannya di sini, parameter apa pak yang
dipakai untuk menetapkan presentasi ini, sehingga ada yang 100%, ada yang 60%, 90% saya
tahu sedikit. Yang kedua tentang pendanaan tadi saya juga ingin juga tahu, karena
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
11
nampaknya, ada kabupaten yang pimpinan daerahnya sangat bersemangat gitu, untuk
membuat pelatihan-pelatihan … (tidak jelas, red.) kabupatennya mengundang kepala-kepala
desa, tapi ada yang adem-adem ayem pak, tidak terlalu peduli begitu, bagaimana caranya
supaya ini bisa dianggarkan merata, gitu, kabupaten-kabupaten di satu provinsi, apakah ada
saran-saran dari BPKP ini kepada pimpinan-pimpinan kabupaten atau provinsi, supaya, kalau
tidak dianggarkan di dana desa, ya dianggarkan di APBD-nya dimasing-masing kabupaten
atau provinsi itu, supaya, ini menjadi gerakan, jangan hanya dibiarkan ada yang semangat,
ada yang tidak, dibiarkan begitu-begitu saja, jadi semuanya rata gitu, ada semangat, ada
target, ada komitmen untuk menyediakan anggaran, karena Bintek ini sangat memegang
peranan saya kira, yang sudah mendapat Bintek bagus pak katanya, di kabupaten itu, tidak
banyak masalah, tapi yang belum memang terasa ada banyak masalah. Saya kira Pak itu
terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih, saya persilakan Bang Zul, dari Papua Barat, saya persilakan Pak.
PEMBICARA: CHAIDIR DJAFAR, S.E., M.Si. (PROVINSI PAPUA BARAT)
Terima kasih pimpinan. Yang pertama saya memberikan apresiasi bahwa membangun
sistem itu adalah sesuatu yang baik ya, cuman pertanyaan saya itu adalah. Kapan BPKP
diminta untuk menyiapkan sistem, apakah sejak awal ketika program dana desa ini mau
digulirkan kemudian BPKP sudah diajak untuk, untuk siapkan sistem ini, ataukan setelah
sudah ada masalah kemudian BPKP diminta untuk mempersiapkan sistem? Karena itu dua
hal yang berbeda, kalau sudah ada masalah kemudian diminta mempersiapkan sistem, saya
pikir BPKP hanya diposisikan sebagai pemadam kebakaran, bukan sebuah konstitusi yang
memang diajak sejak awal untuk mendorong proses preventif terhadap penyalahgunaan
keuangan, saya pikir ini yang pertama.
Kemudian yang kedua, tadi sudah ditanyakan soal presentasi mengenai capaian
implementasi dari Siskudes 100% alhamdulillah di Papua Barat baru 66%, walaupun saya
yakin pasti dibawah itu, indikator yang digunakan untuk memberikan presentasi itu apa saja?
Karena sebagai sebuah sistem kan, tidak sekedar ada komputernya, ada printernya, kemudian
orang menginput data, tapi saat itu ada, sebagai sistem kan kita berpikir itu online, orang
menginput data di desa, kemudian dia, kemudian bisa lalu diketahui oleh, seluruh jejaring
sistem informasi yang di atasnya, lalu di tingkat provinsi maupun pusat. Sementara kita lihat
kondisi di daerah-daerah selalu sering bermasalah, soal sinyal bermasalah juga jadi 100%
yang dimaksud ini 100% seperti, apa, ya, saya agak kaget, karena saya walaupun mewakili
Papua Barat, tapi saya, sesungguhnya saya juga orang Maluku Utara, ada 1 pulau itu, sekitar
6 desa, itu sepertinya Padang sudah, udah sekitar 5 bulan tidak nyala-nyala itu, tapi kemudian
di sini 100% saya agak kaget juga, mereka pakai apa itu, kemudian yang terakhir, saya juga
mengapresiasi soal SIA BUMDes, mudah-mudahan ini tidak persoalan wibawa karena, saya
pikir masalahnya akan sama, dan di Papua Barat itu Pak, di satu kabupaten di Teluk Bintuni
itu, tahun 2017 ini, akhir 2017 awal 2018 ini, dari seluruh desa itu, yang punya BUMDes
baru 2, 2 desa Pak. Lalu Bupati bikin aturan bahwa pencairan dana 2018 hanya boleh di
berikan kepada desa yang sudah punya Bungdes, maka praktis semua desa tidak bisa
mencairkan karena hanya 2. Saya kira soal apa namanya iya bunga desa itu baik tetapi juga
persoalan yang terkait dengan Manager terhadap bunga desa itu, saya tidak tahu apakah
BPKP juga diminta untuk berpikir soal itu, karena kalau sebuah BUM desa yang sekarang ini
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
12
dipikirkan sebuah pendekatan apa namanya managemen swasta, lalu dibuat masif semacam
itu menurut saya juga agak repot ya, karena belum tentu masyarakat di desa punya potensi
juga yang-yang bisa di kembangkan dalam pendekatan seperti itu, sementara BPKP di suruh
untuk membuat lagi ya yang juga pasti akan dilakukan masif , jadi itu juga akan menjadi
persoalan.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Masih ada? Baris depan dulu? Pak Profesor Farouk saya persilahkan Pak.
PEMBICARA: Prof. FAROUK MUHAMMAD (NUSA TENGGARA BARAT)
Baik.Terima kasih, mungkin masukan saja untuk tidak perlu dijawab ini, cukup di
renungkan saja menyambung Prof Jhon, karena mohon maaf itu kalau saya tidak bisa
mendengar jawabanya tidak, tidak memungkinkan. Ya memang kalau seandainya di buat
pertanyaan itu mengapa harus begini, kalau saya lihat di sini 31 Agustus? Eh, 27 November
saya lihat surat Kemendagri terus arahan Presiden, untuk pertanyaanya kalau ya mau karena
mungkin latar belakang saya Prof Jhon kita kan Akademisi ya, kenapa begitu itu kenapa
sistem ini dibuat. Nah ini tidak terlihat, itu yang kita inikan seyogyanya kan kata orang yang
pintar itu kebijakan yang sehat adalah kebijakan yang berdasarkan hasil riset atau apapun
yang kuasi itu, kenapa tiba-tiba membuat pokoknya? Akhirnya 1 Lembaga Instansi
Pemerintah melaksanakan program untuk jalankan, nanti ganti rezim habis ganti lagi gitu.
Jadi ada kecenderungan kita khawatirkan ada kecenderungan seperti itu kalau kita tidak
mempelajari sumber permasalahanya apa.
Berangkat dari kasus 950 kasus penyalahgunaan yang sekarang sudah terkenal
mungkin lebih dari itu kata Pak Budi tadi itu masih itu yang apes itu. Sekarang kalau kita
bikin aturan, apakah aturan itu efektif untuk mencapai tujuan yang dikehendaki atau justru
hanya di dalam istilah yang saya pelajari itu justru hanya mengikat leher-leher dari para
birokrat, harus begini, harus begini ini, nah begitu masuk di Papua Barat kita datangi Kepala
Desa yang sudah begini-begini harus begini, harus begitu, jadi permasalahan itu timbul bukan
karena rill permasalahan, karena kata kita menciptakan sesuatu supaya diikuti jadi
permasalahan, akhirnya jadi bekerjalah semua mesin, organi, tahu-tahu sebenarnya tidak
efektif. Ketika dulu kita membahas ini soal desa pada waktu RUU Desa 2013-2014,
tujuannya itu sebenarnya bagaimana mensejahterakan rakyat sana, bagaimana caranya karena
kita merasakan program pembangunan itu belum efektif untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat lewat desa ini kita aktifkan desa ini gitu. Gampangnya saya rasa tidak sedikit juga,
semua masyarakat di semua komunitas, di berbagai negara sekalipun ada gitu, tidak perlu
inilah administrasi, ini harus, ini harus itu gitu, yang pentingkan tujuanya tercapai misalnya
dalam konteks ini desa itu betul-betul kalau saja misalnya dana desa ini di buat transparan
semua tidak usah seluruh rakyat desa tapi tokoh-tokohnya aparat itu tahu ada anggaran desa,
dan mereka semua oke kita gunakan untuk apa, kemudian kita lihat itu bisa tidak dia ngisi
formulir, dia bikin yang terlalu mendetail juga-juga bisa ini gitu loh, belum tentu efektif.
Saya mohon maaf saya tinggal di Negara di Amerika, ketika saya inikan akan
diberikan uang oleh, itu dia hanya? Selembar kertas begini, tokoh-tokoh itu dia lihat ada-ada
apa, struk gitu udah kasih ini selesaikan, tidak ada tidak repot gitu. Nah kita ini menciptakan
sesuatu, saya itu kenapa sebenarnya ini di ciptakan hanya karena maunya presiden, atau
memang to solve the real problem, mungkin tentu permasalahan ini saya juga tadi sudah
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
13
tanya-tanya, saya coba lihat latar belakang permasalahanya tidak ketemu, tapi mungkin ini
cukup menjadi masukan saja mungkin untuk menjadi pertimbangan-pertimbangan bahwa
dengan Kemendes juga mungkin perlu duduk bersama dengan BPKP, supaya BPKP tidak
hanya sekedar oke ada instruksi ini sudah gitu semua, jadi saya pikir hanya ini masukan saja
tidak usah di jawab tidak usah dibahas.Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terimak kasih. Pak Kenedi, Bang Ken?
PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU)
Iya terima kasih.
Bismillahirahmannirahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pimpinan yang kami hormati, Anggota DPD RI dan tentunya juga dari BPKP
Republik Indonesia serta seluruh jajaran terima kasih. Saya baru pulang dari desa ini Pak, nah
jadi keliling sering ngobrol di desa, Pak Gatot dengan Bapak-bapak yang lain Pak, kondisi di
desa itu berubah sekarang ini pak tidak terlalu riang gembira gitu, ya karena itu terbeban ini
kondisi ini Pak, dari segi pekerjaan, pelaporan, nah ini-ini perlu juga kami sampaikan kepada
kita semua ya termasuk BPKP kan gitu. Jadi dia beban karena itu pelaporan juga beban gitu
Pak, jadi nah padahal seperti yang disampaikan oleh Prof Pak Ruhut jadi diharapkan dengan
penyerahan uang ke desa itu, daya untuk desa itu ada gitu. Nah yang runding sekarang ini,
saya kemarin datang di kampung kami di Bengkulu itu, ada Kepala Desa masuk penjara Pak
sekarang lagi diproses gitu, dia masuk penjara itu karena kebodohan saja itu karena tidak
ngerti, tapi dia saya pelajari saya orang hukum Pak belum masuk kepada itu, tapi karena ini
target-target gitu, nah ini jadi kondisi kami di desa negeri Bapak ini Pak, kalau saya di
Amerika Pak sama dengan Pak Farouk itu.
Nah saya selanjutnya yang ke-2 pak, itu saya menyampaikan dengan dari BPKP.
Kondisi kita di desa-desa di kampung-kampung negeri Bapak-bapak ini gitu, termasuk abang
kita di Papua gitu. Jadi sekali lagi Pak tolong sampaikan tidak terlalu gembira gitu, tidak
terlalu riang masyarakat di desa itu. Nah jadi suasana desa itu tidak enakan lagi ini, dulu desa
itu begitu nyaman gitu semua orang hendak pulang ke desa gitu, kecuali orang DKI Pak
memang tidak ada desa nya, itu yang pertama Pak kondisi yang ini. Nah yang ke-2 tentunya,
saya berbangga ini bahwa di Bengkulu sudah 100 persen, sudah itu sosialisai tentang Sia
Bungdes, ini Bengkulu ini sudah juga sudah sangat tinggi gitu 295 desa gitu. Saya ingin
menanyakan mungkin bagaimana Pak kami Anggota DPD ini dalam BPKP ini apakah di
perwakilan di daerah itu ada yang bisa kami ajak bersama-sama gitu pak, karena terus terang
Pak mau tidak mau sudah luar biasa 3 tahun terakhir ini dana kita ke desa itu Pak, nah ini kita
tidak boleh mundur kita harus maju kawal habis dan misi ini harus sukses gitu Pak, nah kami
khusus saya gitu, saya kan mengharapkan di perwakilan BPKP itu ada yang siap dan jika
perlu kalau memang kurang tenaga ada, ambil tenaga lokal Pak bisa kita kawal benar itu,
supaya dari rembuk desa musyawarah desa sampai dengan pelaporan yang kita bikin ini, itu
kita bisa rebut kembali semangat membangun desa itu pak bukan semangat menyelesaikan
laporan, nah gitu kan. Karena Pak Jokowi itu setiap acara itu mengharapkan ada beberapa
semangat di desa itu untuk membangun desa dari daerah. Nah ini bisa juga kita-kita ciptakan
bapak sebagai ini, kami khusunya saya lah yang di Bengkulu itu yang-yang paling senang ke
desa-desa itu, nah kalau nanti saya tau bahwa BPKP itu dikit Pak orangnya pak, nah kalau
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
14
memang memungkinkan tambah lagi dengan kalangan Akademisi atau mahasiswa yang
Bapak bilang yang bapak latih itu yang bisa kita kawal habis, jadi ada program BPKP kawal
habis. Jadi semua permasalahan itu kita dekati bukan lagi seperti Bapak yang disampaikan
tadi yang mencari kesalahan, tapi kita membenarkan jadi kita benar-benar dari Maret
biasanya itu mulai itu sampai Desember itu tidak lepas dari perhatian kita.
Nah saya khususnya dari Bengkulu Pak mengharapkan itu kalau memang
memungkinkan, karena Bapak sudah mengeluarkan Sis Kaudes, sudah mengeluarkan juga
Tim sudah mengeluarkan Bungdes, nah juga termasuk ini Pak Gatot dengan Pak yang lain
Pak, di desa itu khususnya tempat saya Pak, saya dulu sangat getol menggerakan Kopuan
Koperasi Perempuan, dan itu sangat bagus Pak 99 persen tidak ada yang macet gitu, karena
ibu-ibu paling-paling telaten, paling apa namanya itu menjaga amanah, uangnya bukan di
kantong pak tapi di sini tempatnya, tapi tidak ada yang mencopet itu kecuali suaminya
ngambil untuk beli rokok gitu Pak Gatot, jadi tahu persis itu Pak Menteri Koperasi Syarif
Hasan itu sangat bangga dengan Bengkulu barusan itu karena kita terbaik Nasional gitu. Nah
ini bagaimana kita dorong pak dengan Bungdes ini juga, tapi kalau kita bikin baru lagi
apalagi sumber daya manusia yang Bapak bilang tadi, ini nah kalau BPKP melalui tim nya
nanti bersama-sama dengan kita bersama-sama dengan masyarakat, ini kan tujuan itu kan
seperti Pak Prof Farouk sampaikan tadi bagaimana gairah membangkitkan ekonomi ber
potensi desa itu hidup nah kan gitu kan. Saya kemarin itu ke Bengkulu Pak ke desa itu
bermasalah, karena Bungdes itu tadi memisahkan kekayaan, meng-inikan itu, jadi akhirnya
semakin sulit masyarakat desa itu, bukan dia semakin bergembira, bukan dia semakin
semangat untuk menghidupkan potensi desanya, dia semakin mencari-cari dan kadang-
kadang itu dia bikin? Nah ini-ini Pak Gatot nanti kalau memang di Perwakilan itu bisa di
perkuat lagi dan kita gunakan secara bersama-sama gotong royong juga semangatnya untuk
mengawal desa dan apalagi bapak yang mempunyai sistem ini saya rasa sangat-sangat tepat
ya kita sama-samakan lagi. Satu derap langkah untuk semua mengawal sembari kita sukses.
Saya rasa itu dari kami, mohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Sudah semuanya Pak ya, jadi harap maklum Bapak-bapak karena ini tidak ada fraksi,
jadi semua orang ini adalah fraksi sendiri-sendiri jadi pendapatnya bisa dari A sampai Z dan
tidak bisa di apa? Di halang-halangi. Barang kali hanya sedikit saja Pak, apa namanya Pak
Gatot ya bahwa tadi sejak awal memang kita sangat salut dengan apa yang dicapai tapi juga
Bapak sendiri juga pernah melihat di TV Pak ya, ada seorang Bupati membawa uang satu
mobil di bawa ke desa dibagi-bagi gitu, itu bagaimana pembukuanya di dalam sistemdes
seperti itu. Jadi karena boro-boro dia mau membuat data sistem, Bank nya aja juga tidak ada
di desa, jadi terjadilah seperti itu jadi ini barang kali kita berharaplah, kita berharap seperti
tadi sebenernya sistem ini di buat untuk apa, atau karena apa barang kali kita harus bisa
membayangkan Indonesia dari Sabang sampai Merauke Pak, tidak bisa membayangkan
Indonesia itu adalah Jakarta, adalah Bandung, adalah Medan jadi harus seperti itu barangkali
ini nya Pak ya. Ada tambahan? Saya persilakan Bu Siska.
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
15
PEMBICARA: SISKA MARLENI, S.E., M.Si. (SUMATERA SELATAN)
Bismillahirahmannirahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih Bapak Wakil Ketua, rekan-rekan Anggota Komite IV yang saya
banggakan dan kepada rekan-rekan BPKP RI, terima kasih atas paparan yang disampaikan,
tambahan informasi yang disampaikan, tentunya ini ini akan lebih memudahkan bagi kami
dari Komite IV menyamakan tensi pemahaman terhadap sistem keuangan desa atau Siskudasi
ini yang menjadi salah satu yang nanti untuk agar pengeluaran dana desa ini menjadi lebih
baik dari waktu ke waktunya baik secara kuantitas maupun kualitas mulai dari perencanaan,
pengelolaan, sampai dengan pertanggungjawabanya. Bapak Gatot dan rekan-rekan jajaran
Direktur dan Deputi dari pada BPKP RI, sebenarnya ini kalau melihat dari capaian
implementasi, Sistem Informasi, Akuntasi, Bungdesa yang sudah di akukan pada beberapa
Provinsi, di 65 desa ini sebenarnya wajar kalau misalkan 123 desa yang kami kunjungi di
Provinsi Sumatera Selatan itu, masih apa namanya mengeluhkan tentang keterbatasan
pemahaman mengenai pengelolaan dari pada Bungdesa ini. Karena ternyata memang dari 22
PWK Provinsi ini Sumatera Selatan belum dilakukan apa namanya game take terhadap
Sistem Informasi Akuntansi Bungdesa tersebut, walaupun dari capaian implementasi
Siskudes yang tadi disampaikan dalam ilustrasi Sumatera Selatan 100%.
Nah yang kami juga temukan juga, selain tentang Sosialisasi Sistem Informasi
Akuntansi Bungdesa yang belum dilakukan di Sumatera Selatan dan itu cukup memberikan
apa namanya kendala bagi teman-teman pengelola Bungdesa tersebut, termasuk juga sarana
dan prasarana yang juga menjadi sebagian besar menjadi permasalahan yang tadi di
sampaikan oleh Bapak Iskandar dari Sulawesi Barat yaitu keterkaitan dengan sinyal, yang
ingin saya sampaikan ini begini walaupun dalam ilustrasi tadi disampaikan Sumatera Selatan
100% implementasi Siskudesnya, tapi perlu kita ketahui perlu kita pahami itu tentunya
dengan pengorbanan luar biasa gitu, termasuk salah satu yang disampaikan untuk bisa
memberikan atau membuat pelaporan sesuai dengan sistem apa ya, Akutansi Pemerintahan
dengan Siskudes itu, mereka harus melakukan pengorbanan untuk sampai harus ke kota dan
lain sebagainya hanya untuk hanya mendapatkan sinyal yang baik untuk melaksanakan
kegiatan pelaporan tersebut. Dan artinya maksudnya, dengan hal ini walaupun 100%
implementasinya tetapi sekali lagi itu dengan pengorbanan yang besar begitu, belum lagi itu
mungkin biaya-biayanya mungkin tidak dianggarkan di sana, di dalam dana desa tersebut.
Artinya walaupun 100%, bukan berarti kita menutup mata pada hal-hal yang permasalahan
yang dihadapi oleh para pelaksana program dana desa kepada kepala desa dan jajarannya.
Jadi mungkin itu yang-yang ingin saya sampaikan, nanti ke depannya kegiatan Bungtek
keterkaitan dengan Sia Bungdesa ini lebih merata lagi sehingga semuanya tadi disampaikan
juga dengan Bapak Rugas Binti juga ini menjadi satu gerakan gitu dengan sifatnya
lemspacial. Yang ke-2 permasalahan tentang sarana dan prasarana tadi tetap ada walaupun di
sampaikan secara ilustrasi 100% implementasinya. Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih Bu Siska. Bapak-bapak dari BPKP barang kali itu adalah ada yang
sifatnya pertanyaan, himbauan, ada renungan tadi Pak Profesor Farouk. Barang kali itu semua
kami mohon tanggapan dari Bapak dan bahkan juga kami kalau diperlukan seandainya ada
yang Bapak-bapak harus sampaikan untuk diusulkan misalnya dengan siapa, Kementerian
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
16
Keuangan dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas Bapak-bapak barang kali juga
bisa disampaikan pada kesempatan ini. Jadi untuk itu saya persilahkan Bapak dari BPKP,
Bapak-bapak dari BPKP untuk menyampaikan tanggapanya dan kita masih punya waktu
sampai Jam 15:30 Menit. Jadi masih ada 20 Menit tapi kalau tidak sampai juga tidak apa-apa
gitu, jadi rapat itu mulainya-mulai terlambat Pak tapi terakhirnya tidak boleh terlambat.
Karena saya persilakan Pak.
PEMBICARA: Drs. GATOT DARMASTRO (NARASUMBER)
Terima kasih Pimpinan. Ternyata pertanyaanya sulit-sulit Pak, mohon izin nanti ada
yang bisa ditambahkan oleh rekan-rekan kami di sini. Kami mungkin-mungkin akan ada yang
keterkaitan yang satu dengan yang lain kami jadikan satu. Yang pertama seperti saya
sampaikan pada awal tadi itu bahwa, kami BPKP di Keuangan Desa ini adalah, fokusnya
adalah mengenai Penata Usahaan Tata Kelola mengenai desa. Sedangkan Pengawasan itu
sesuai dengan peraturan Perundanganya ada di BPK, kemudian di Inspektorat Kabupaten
Kota. Jadi kalau Tata Kelola berarti sebenarnya kita adalah melakukan suatu Preventif, High
Preventif agar Tata Kelolanya Keuangan desa itu dilaksanakan dengan baik sampai dengan
pelaporan. Kenapa ada pelaporan, karena ada peratutan Perundangan yang minta agar apa
namanya tata Kelola tadi atau Keuangan desa itu dilaporkan sesuai dengan Peraturan
Perundangan yang ada seperti tadi yang kami sampaikan, ada aturan dari Kemendagri
maupun dari Kementerian Keuangan. Sedangkan kelihatanya pada posisi 2015 itu agak sulit
karena tidak segera diikuti dengan sosialisasi bagaimana menyusun dan sebagainya, dan
kendala di lapangan yang tadi kami sampaikan apa namanya Kepala Desanya maupun Aparat
Desa-nya dan sebagainya itu Sumber Daya Manusianya tidak siap, belum siap pada waktu itu
sehingga untuk mengantisipasi itu untuk agar tidak terjadi apa-apa kami secara preventif
melakukan memudahkan sebenarnya Siskudes dan Sia Bungdes itu sebenarnya kami bangun
untuk memudahkan Desa melakukan penatausahaan Siskudes maupun Bungdes.
Jadi sebenarnya kami sesuai dengan Peraturan Perundangan. Itu tadi saya ceritakan
sebenarnya tidak perlu Ankuntan yang masuk ke desa untuk menyusun Laporan Keuangan
harus sesuai dengan Standart, tetapi cukup melatih Operator untuk memasukan meng-enter
transaksi, sehingga di ujungnya nanti sudah keluar Laporan-laporan yang di butuhkan oleh
berbagai pihak, terutama Laporan Keuangan ya jadi itu. Masalahnya sebenarnya juga
Inspektorat Kabupaten Kota itu sebenarya juga di tugaskan untuk melakukan jadi sebenarnya
tidak hanya Pengawasan, pemeriksaan, tetapi juga Pembinaan dan kelihatanya memang juga
di Inspektorat sendiri juga Sumber Daya Manusianya juga belum seluruhnya siap melakukan
itu bahkan di beberapa Kabupaten Kota di pemekaran di Wilayah Timur terutama ini sudah
ada yang apa namanya ada kantor Inspektoratnya tetapi sebenarnya petugasnya tidak lengkap,
kalau kami sampaikan saya agak lupa-lupa jumlahnya kurang lebih 532 yang di daerah, di itu
sebanyak 48,32% nya itu belum mempunyai satu gugus tugas pengawasan. Satu gugus tugas
itu ada Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim kemudian Anggota Tim.
Nah ini ada yang baru ada inspektoratnya saja tapi isinya belum ada, ada yang
inspektoratnya baru ada kepalanya saja tapi belum punya tenaga dan sebagainya ini masih
banyak yang seperti itu, dari jumlah kebutuhan juga tadi bahwa kami sampaikan jumlahnya
juga masih posisi akhir Tahun 2016-2017 itu sebenarnya kebutuhannya adalah kurang lebih
46.500 tenaga, untuk mengawasi seluruh Indonesia ini. Tapi yang ada ini baru sekitaar
13.600 hanya sepertiganya, itupun kompetensi dari sumber daya manusianya masih perlu
ditingkatkan. Jadi sebenarnya kalau kita mau solusi yang ideal ada 2 Pak kalau kita, kita SPIP
mungkin Bapak Pimpinan maupun para Anggota yang terhormat pernah dengar Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, ya SPIP itu mobilitasnya perlu ditingkatkan paling tidak
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
17
menjadi Level 3 dari 1 sampai dengan 5. Kemudian Apiknya Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah juga mesti harus ditingkatkan kapabilitasnya ya. Jadi Inspektorat Provinsi
Kabupaten Kota, kemudian termasuk BPKP dan sebagainya itu tidak hanya kualitas tapi
kuntitasnya juga mesti harus ditingkatkan.
Jadi kalau tadi Prof Jhon Pieris mengatakan grand design untuk seluruh instansi ini
ya itu ada di RPJMN mungkin Pak, tapi dalam kaitanya dengan bagaimana melakukan
Pengawasan kelihatanya memang apa namanya beberapa Instansi melakukan hal yang sesuai
dengan kepentinganya, Kemendes melakukan Kemendagri melakukan, nah kami tidak masuk
di Pengawasan atau Pemeriksaan itu tadi, tapi kami membenahi di tata kelolanya Pak, tata
kelola ya. Kemudian capaian Siskudes tadi yang disampaikan 100% di Sulbar Pak Iskandar
tadi Pak, sulit karena listrik apa namanya karena sinyal terutama, ini memang di beberapa,
jadi memang tadi di ampaikan oleh Ibu Siska juga bahwa mereka memang berkorban Pak,
setiap akhir minggu mereka datang ke tempat lain yang di situ sinyalnya bagus nanti balik
lagi khusus untuk nyusun laporan dan ini kami sudah melakukan pendekatan kepada
Kominfo untuk memasang jaringan tapi karena mereka-mereka juga perlu modal dan
sebagainya mungkin ini juga kita menunggu, tapi usaha yang luar biasa dari desa itu sudah
kami uji Pak, kami apa namanya kami Apresiasi sekali mereka berusaha untuk mencari sinyal
maupun listrik tadi itu, listrik tadi itu juga ada yang di tempatnya di situ tidak ada listrik,
sampai akhir pekan dia ke tempat yang kecamatan dan sebaginya untuk khusus menyusun itu,
dan beberapa di tempat lain menggunakan genset tapi kalau menggunakan genset kan mesti
harus ada alat yang lain untuk stabilizer kalau tidak juga komputernya juga jebol juga.
Jadi mengenai apa namanya presentase capaian ini sekaligus Pak untuk 100% dan
sebagainya itu adalah, capaian desa yang sudah mengimplementasikan, bukan parameternya
bukan apakah komputer ada dan sebagainya tetapi desa itu benar-benar sudah
mengimplementasikan, jadi persen tadi adalah sekian persentase jumlah desa yang ada di
Indonesia ya tadi, kalau tadi 87,33% dari 74,958 itu yang sudah mengimplementasikan jadi
bukan dari parameter yang lain. Kemudian nanti Siabungdes akan dijawab oleh Pak Deputi
Akuntan Negara Pak Bonny, yang lain mengenai BPKP Bapak-ibu sekalian kami sebenarnya
siap 24 jam untuk membantu mengawal seluruh kegiatan ini. Jadi sebenarnya tidak hanya ini
Bapak-ibu sekalian, bahwa sebelumnya untuk daerah ini kita juga sudah membangun juga
yang kita sebut sebagai Sia, bukan Sia? Sis Sinda Keuangan iya, jadi Sistem Informasi
Keuangan Daerah. Sinda dan ini juga sudah digunakan di 431 ya, Pak Is? 431 dari seluruh
Indonesia iya, ini adalah untuk menyusun laporan keuangan di daerah Pak, tadi Provinsi
Kabupaten Kota melakukan itu dan juga sampai dengan saat ini kita juga terus membenahi
Sinda Keuangan tadi itu merupakan main sitemnya kemudian ada sub-sub sistemnya yang
kita membantu mereka, yang terakhir kami membangun Sinda perencanaan. Jadi I-Planing
yang-yang apa namanya sekarang di apa namanya digunakan oleh Pemda itu kami juga sudah
membangun dan kami sudah implementasikan di 142 Provinsi Kabupaten Kota ya untuk
membangun itu.
Jadi sebenarnya tidak hanya ini, berbagai hal kami lakukan terutama dalam rangka
membangun tata kelola, kalau tadi Pak Prof Jhon Pieris mengatakan Reformasi Birokrasi ada
di sinilah kita membangun tata kelola melalui berbagai hal ya. Kemudian mengenai dana Pak,
kemudian kami sudah mengusulkan dan tadi di dalam kesimpulan kami, solusi kami juga
sudah kami sampaikan bahwa perlu memang dianggarkan di APBD terutama, itu untuk apa
namanya biaya Diklat dan sebagainya yang selama ini tidak ada itu Diklat dan sebagainya,
kalau memang diperlukan karena memang itu juga sangat diperlukan, kita pun di BPKP tidak
ada dana untuk seperti itu, kami membangun Siskudes dan sebagainya itu kami bangun SDM
yang ada di kami pak, SDM yang ada di kami, kami membangun itu dan kami persembahkan
kepada seluruh daerah itu juga tanpa biaya gitu ya, kalau kami tidak punya biaya kami
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
18
kumpulkan di suatu tempat kami memberikan pelatihan dan sebagainya ini juga kalau di
perlukan usulan kepada DPD mengusulkan agar BPKP juga di tambahi anggaranya untuk
melakukan pendekatan itu ya pak apa namanya dari Bengkulu tadi Pak Kenedi, kami sangat
setuju sekali Pak apa usulan Bapak, kami melatih terus Pak, tenaga kami juga banyak di
pakai di daerah ada 490 yang sekarang di pakai di seluruh Indonesia, sebagian sudah di ambil
oleh KPK 80 orang, ada lagi di Kementerian Lembaga menjadi Eselon I, Eselon II dan
sebaginya. Jadi tenaga kami sangat terbatas, sedangkan tambahan dari tenaga kami juga
sangat terbatas, ya mungkin juga himbauan agar Kemenpan juga memberikan tambahan-
tambahan tenaga kami untuk kami latih dan seterusnya. Dan Pak Kenedi tadi juga
mengatakan desa kurang bahagia karena terbebani oleh pelaporan ya, karena pelaporan tadi
yang saya kami sampaikan bahwa itu tuntutan dari Peraturan Perundangan. Nah Siskudes Sia
Bungdes ini adalah sebenarnya dalam rangka untuk mempermudah menyusun laporan-
laporan tadi Pak Kenedi yang-yang kami sampaikan. Mungkin Pak Bonny akan
menyampaikan tambahanya.
PEMBICARA: Drs. BONNY ANANG DWIJANTO (NARASUMBER)
Terima kasih Bapak dan Ibu sekalian atas masukan, dukungan kepada kami. Ini
memang kalau kita dengan Sia Bungdes memang ini terkait dengan bagaimana pengelolaan
mengenai BUMN milik desa. Jadi secara umum memang BUMdes ini berkembang
sebelumnya kita sudah mempunyai usaha sendiri sebetulnya, kemudian dengan usaha sendiri
itu biasanya itu dilakukan hanya dengan pencatatan buku kas saja, buku kas saja, sedangkan
yang diminta oleh peraturan yang ada karena ini adalah bagian daripada APBD gitu ya
pertanggungjawaban dari kepala desa, maka kami membantu pemerintah dalam rangka untuk
menyusun sistem akuntansinya, jadi untuk mempermudah membuat laporan keuangan,
sebetulnya tekananya ke sana dan mengenai tadi desa-desa yang belum ada itu bukan berarti
mereka tidak punya sistemnya. Jadi sistem bisa saja sudah di terapkan di Bungdes-bungdes
yang lain tentunya bantuan dari temen-temen dari Akademis maupun dari Konsultan gitu ya,
dan tentunya itu menjadi bebanya BUMN desa yang bersangkutan ya, sedangkan sistem yang
kita bangun tadi apa yang tadi di sampaikan oleh pak Gatot, kami sampaikan kemudian nanti
temen-temen di Perwakilan BPKP itu akan membantu untuk meng-Implementasikan melalui
bimbingan dan pendampingan dan tentunya ini tidak bisa kita lakukan langsung desa per desa
karena bagaimanapun juga jumlahnya 75 Ribuan desa dan saat ini sudah 29.000 Bugdes, itu
kami melalui Dinas-Dinas Provinsi Kabupaten Kota yang terkait dengan pembinaan
masyarakat desa. Jadi biasanya kami akan masuk ke Dinas-Dinas terkait kemudian kami
mohon bantuan dari Dinas-Dinas terkait untuk bisa mengundang desa-desa yang ada Bungdes
nya untuk untuk kami berikan Sosialisasi. Jadi bisa saja kalau sudah ada sistemnya
mengguanakn sistem yang lain itu bisa di manfaatkan dalam rangka untuk pertanggung
jawaban dari pengurus Bungdesnya kepada Kepala desa dan juga kepada musyawarah desa.
Jadi memang ini di amanatkan di Undang-Undang, jadi memang kalau memang kekayaan
yang sudah di Pisahkan dari Pemerintah desa kemudian dalam rangka untuk meningkatkan
produk maupun pelayan jasanya, termasuk bagaimana mengembangkan mengenai pasarnya
itu memang di perlukan suatu sistem yang memudahkan mengarahkan ke sana, dan sekali
lagi kami siap sebetulnya Perwakilan BPKP setempat untuk bisa membantu Bungdes ini
menjadi berkembang, tentunya harapanya dari Ibu dan Bapak dari DPD itu ikut mendorong
ya, Bungdes maupun Dinas-Dinas yang ada di Provinsi Kabupaten maupun Kota itu bisa
berkomunikasi dengan Peralatan PP setempat, karena kami ada di 34 Provinsi jadi kami pasti
siap apabila Dinas-Dinas di Provinsi Kota maupun Kabupaten bekerja sama untuk
mengembangkan Sia Bungdes ini. Jadi memang ada keluhan mengenai sulit gitu ya, dan tidak
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
19
sulit hanya sebetulnya kami menyusun ini berdasarkan Aturan yang ada gitu ya, jadi aturan
yang ada jadi kalau memang mungkin kita bisa membuatnya lebih mudah mungkin dengan
aturan-aturan yang ada tadi ya bisa di buatkan suatu pertanggungjawaban yang lebih mudah
sehingga bisa kita menyusun aplikasinya pun juga lebih mudah lagi, sehingga bagaimana
dana-dana tadi itu bisa di pertanggung jawabkan secara mudah tapi sudah transparan dan bagi
semua pihak yang membutuhkanya. Saya kira ini tambahan dari kami, dan kami Terima kasih
Bapak-Ibu sekalian yang sudah mendukung Siskedes maupun Sia BUMdes ini. Saya kira
demikian.
Terima kasih Pak.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih Pak Bonny, tapi ada sedikit pertanyaan Pak, kalau tadi Sistem ini kan di
buat sesuai aturan-aturan Pak ya, sementara ini kan ada untuk Bungdes itu kan belum ada
payung Hukum yang jelas Pak ya, apakah dia masuk ke PT, atau ke CV, atau ke apa, ini
perdebatan di sini ini kan belum selesai gitu, tapi kemudian kita sudah mencoba membuat
Sistem Keuanganya, ini gimana Pak ini nya Pak.
PEMBICARA: Drs. BONNY ANANG DWIJANTO (DEPUTI BIDANG AKUNTAN
NEGARA, BPKP RI)
Jadi di Peraturan Menteri desa No; (4) Tahun 2016 itu memang di nyatakan bahwa
Bungdes menyajikan Laporan Keuangan secara sederhana, Laporan Keuangan secara
sederhana dan kami di sini membuat sistemnya dalam rangka untuk menyusun Laporan
Keuangan yang sederhana tadi. Jadi memang di Permendes tidak di tegaskan seperti apa
Aplikasi yang harus di buat gitu, kami dalam rangka untuk mendukung itu tentunya
harapanya dengan adanya harapan Bapak sebetulnya kami juga berharap Pak, jadi dari
Permendes itu ada semacam Payung Hukum yang memungkinkan kami untuk bisa
menerapkan Aplikasi Sia Bungdes ini kepada desa gitu ya, kepada desa yang memerlukan Sia
Bungdes ini. Sedangkan untuk bentukanya itu memang Bungdes ini tidak berbadan Hukum
Pak, jadi tidak berbadan Hukum, jadi memang dia sifatnya memang beda jadi memang ini
Bungdes ini usaha yang sifatnya lebih ke arah ke gotong royong sebetulnya. Jadi memang
apa sistem ini memang berbeda dengan BUMN yang pendekatanya-pendekatan Koorporasi,
tapi ini Koorporasi yang melalui ada Pemerintah desa, ada Badan Perwakilan desa, ada
Musyawarah desa gitu ya. Kalau di Bungdes itu Kepala desanya itu masuk sebagai Penasihat
di Bungdes. Jadi kalau di BUMN kalau kita ibaratkan Kepala desa ini mungkin Kepala
Pemerintahan Pak jadi dia di luar gitu, tapi di Bungdes ini di atur memang dia di dalam jadi
memang tata kelolanya seperti itu, jadi masih ada tata kelola yang sifatnya gotong royong,.
Saya kira itu Pak.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Jadi kalau ada masalah Hukum yang di hadapi oleh Bungdes dengan pihak luar, maka
aturan mana yang di ini, kalau bukan kalau tidak ada Badan Hukumnya.
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
20
PEMBICARA: Drs. BONNY ANANG DWIJANTO (DEPUTI BIDANG AKUNTAN
NEGARA, BPKP RI)
Jadi kalau Unit usahanya itu di mungkinkan Pak, Unit usahanya Pak ya. Tapi kalau
Bungdesnya sendiri bukan Badan Hukum, jadi Bungdes ini bagian dari kekayaan desa yang
di pisahkan gitu pak, tapi kalau Unit-Unitnya jadi untuk beberapa Bungdes memang punya
yang misalnya di Klaten itu, terus ada apa umbul, ada tongko, kemudian ikan, macam-macam
itu bisa berwujud PT gitu ya.
Saya kira demikian Pak ya.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Ada dari Bapak-Bapak yang lainya?
Cukup?
Saya kira waktunya memang sudah habis juga, ada?
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., MS (MALUKU)
Supaya saya tidak salah Persepsi Pak Gatot?
Yang kita tau kan BPKP selama ini pengawasan, Globalkan begitu?
Nah apakah untuk dana desa itu tugas khusus untuk tata kelola, apa iya Pak seperti
itu?
Tolong dijawab dulu Pak.
PEMBICARA: Drs. GATOT DARMASTRO (DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH, BPKP RI)
Teima kasih Pak Jhon Pieris.
Jadi kami melaksanakan tugas sesuai dengan PP (192) 2014 Pak, jadi pengawasan itu
tidak hanya pemeriksaan tetapi di situ juga pembinaan, pengawasan, menyiapkan dan
sebagainya. Jadi ini sebagai Antisipasi ya supaya seperti yang tadi saya sudah sampaikan
bahwa ini adalah ada kaitanya dengan usaha Preventif agar tidak terjadi sesuatu, kami
menyiapkan tata kelola yang di butuhkan oleh desa dan sebagainya. Jadi penugasan dari PP
(192) di 2014.
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., MS (MALUKU)
Termasuk tata kelola Keuangan Pemerintah Provinsi Kabupaten Kota?
PEMBICARA: Drs. GATOT DARMASTRO (DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH, BPKP RI)
Iya termasuk itu, jadi itu jauh sebelumnya Pak kami sudah?
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., MS (MALUKU)
Iya ngerti, ngerti-ngerti?
Supaya saya tidak salah-salah Persepsi juga itu?
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
21
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Barang kali agak keluar sedikit Pak, tapi masih menyambung yang di pertanyakan
oleh Pak Jhon Pieris. Barang kali Bapak-Bapak tau, masih di Undang-Undang Pengawasan
yang dulu pernah di gagas BPKP sudah sampai di mana Pak ya.
PEMBICARA: DRS. GATOT DARMASTRO (DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH, BPKP RI)
Izin menyampaikan, itu bukan gagasan BPKP Pak, dari Kementerian PAN. Ya jadi
kami memang tidak masuk di situ, itu adalah Kementerian PAN yang meng-gagas itu, dan
kalau tidak salah, kalau tidak salah ini akan masih terus di usahakan untuk masuk di Proleg di
DPR Pak, kami belum monitor lebih lanjut sampai dengan saat ini seperti apa.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih.
Silahkan 1 Menit lagi Pak.
PEMBICARA: SABAM SIRAIT (DKI JAKARTA)
Coba bicara tentang Hukum, kalau bicara tentang desa maka saya ingin bertanya
karena bentuk-bentuk desa kita di seluruh Indonesia berbeda dari satu tempat ke tempat lain
bahkan namanya juga berbeda, tapi secara umum kita pakai istilah desa yang dulunya kita
pakai di Pulau Jawa. Nah saya ingin bertanya apakah Keuangan bisa meratakan semua dalam
sistem Keuangan desa ini buat seluruh Indonesia, apakah ada kebijaksanaan-kebijaksanaan
tertentu yang di tentukan oleh yang dalam hubungan ini kalau dari Pemerintah Pusat
Kementerian Keuangan tentang desa-desa yang berbeda-beda tentang Sistem Keuangan desa
itu. Saya minta, sebab itu berbeda tidak sama dengan yang kita bicarakan juga mengenai
Hukum Adat misalnya, Hukum Adat itu hanya ada persisnya di Minang Kabau dan Tanah
Batak, tetapi jadi bergurau pernah di sebuah Perguruan Tinggi Universitas Indonesia saya
tanyakan daerah lain tidak punya Hukum Adat dan tidak ber-adat. Nah apakah itu menjadi,
pada Tahun 50-an di sebuah Perguruan Tinggi menjadi masalah.
Terima kasih sudah Ketua.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih.
Barang kali bisa langsung di jawab Pak, apakah ada seragam misalnya di Sumatera
Barat, ada Nagari di Bali itu ada?
Iya, Adat ya?
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
22
PEMBICARA: Drs. GATOT DARMASTRO (DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH, BPKP RI)
Terima kasi Pimpinan, di dalam Peraturan Perundanganya di Kementerian Dagri
maupun Keuangan tidak ada yang membedakan itu. Jadi di dalam tata kelolanya juga kami
menyiapkan Siskudes itu sesuai dengan Peraturan Perundangan yang ada.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih.
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., MS (MALUKU)
Bapak harus membedakan itu, kita kenal ada Otonomi A Simeterik, logikanya tata
kelola juga harus A Simetrik, sebab kalau di biarkan pukul rata begitu korupsi paling tinggi di
Papua, tapi bukan itu soal. Ya jadi-jadi ini masukan saja buat Bapak-Bapak supaya-supaya
apa ya di daerah saya ada Negeri, ada Negeri Administrasi, Kepala Negeri itu Raja itu Pak
turun-temurun itu, nah mau masuk orang dari Kota itu juga nge-per dia, Psikologi dia lebih
tinggi dari Kepala desa pak, Kesultana kecil, Republik kecil gitu loh. Ini beda memang
sehingga pernah kita bahas di Komite IV sudah ber Tahun-Tahun Pak Pimpinan, harus ada
kebijakan yang sifatnya? Bukan-bukan, melihat persoalan-persoalan itu ada-ada kebijakan
yang-yang gampang di fahami, kita tawarkan setiap desa itu, kita gunakan desa saja? Ada
yang mengelola desa itu status Bendahara yang memiliki Kompetensi, Pendidikan Akuntansi
D-3, sebab umumnya di desa itu kan orang-orang yang tidak beruntung pada Sekolah, ya tadi
kalau Pak-Bapak bilang hanya Klik-Tak-Tak Tehnok Teknik itu, semua orang bisa kalau di
didik cuma Satu Minggu selesai. Tapi bagaimana merancang itu Keuangan desa itu jadi soal,
ya merancang Anggaran itu jadi soal, mempertanggung jawabkan Anggaran itu jadi soal Pak.
Tetapi Kepala desa itu tidak mempunyai hubungan He maind scoft dengan-dengan Kepala
desa ya, Bendahara itu tidak-tidak. Sehingga idealnya dia-dia Pegawai Negeri, Pemerintah
tidak boleh mengatakan ini bahwa susah untuk di jadikan dia Pegawai Negeri, susahnya di
mana, di Jakarta sama dengan di Jayapura tergantung Politikal-Politik kita, tergantung
keberanian Politik kita. Ya saya jadi kasian terhadap pengaturan temen-temen pikiran-pikiran
cerdas sudah bagus kita, sedikit kita membuka itu, tapi dalam kenyataanya nda begitu Bapak.
Saya misalnya ini soal-soal?
Pak-Pak Ketua saya izin sedikit?
Pak Ketua, saya izin sedikit?
Jadi ketika kita rapat dengan BPK wilayah, saya bertanya di Maluku itu, sampai
seberapa jauh tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK sesuai dengan Undang-Undang Dasar 45,
sesuai dengan Undang-Undang BPK, sesuai dengan Undang-Undang MD-3 itu, di tindak
lanjuti oleh Lokal Parlemen. Semuanya lepas kaca mata dan agak tidak bisa jawab, nda bisa
Pak. Jadi kan itu tidak ada? Lah saya pernah karena Jengkel begitu lalu saya izin Ketua BPK
waktu itu, bisa tidak saya meng? Habis hasil Pemeriksaan BPK terhadap Keuangan
Pemerintah Provinsi Maluku 2 Trilyun tidak bisa di pertanggung jawabkan.
Besok saya di telpon Pak Gubernur?
Pak Jhon saya baca di koran begini-begini-begini?
Iya itu tugas Konstitusional saya Pak Gub?
Ya lain kali tanya saya dulu?
RDPU KOMITE IV DPD RI DENGAN NARASUMBER MS I TS 2017-2018
SENIN, 5 FEBRUARI 2018
23
Saya matikan Hand phone begitu, pertanyaan itu berarti duit bagi saya, dia mau suap
itu. Untung pada waktu pemilihan Gubernur saya tidak meminta fasilitas apa-apa dari dia,
sebab kalau saya minta fasilitas dari dia, dia bersalah saya juga tidak bisa mengoreksi. Negeri
kita seperti itu sekarang Bapak, kita ingin berhadapan dengan mereka itu hampir setiap Reses
1 Tahun 4 kali begitu, Stag jalan di tempat tidak ada perkembangan yang Signifikan. Pak
gatot tau saja waktu itu Pak? ini hanya saya ungkapkan saja dari pada saya bawa jadi
penyakit ya, ya sudah saya bicara saja. Terima kasih banyak Pak Sabam, saya kira Maluku
juga punya Hukum Adat bagus Pak. Dan Cornelis Van Forn Houven telah membagi itu 19
wilayah Hukum Adat. Ya kalau di Padang itu Negari, kita itu Negeri Pak, wah keren lagi itu
ya toh.
Terima kasih banyak.
PIMPINAN RAPAT: Ir. H. AYI HAMBALI, M.M. (WAKIL KETUA KOMITE IV
DPD RI)
Terima kasih Pak Jhon.
Bapak-Bapak dan para Anggota Komite IV DPD RI, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Ibu-
Ibu Anggota Komite IV, Bapak-Bapak dari BPKP, terima kasih atas apa namanya kehadiran
dan partisipasi pada acara Rapat Dengar Pendapat pada siang hari ini, mudah-mudahan pada
lain kali kita bisa mencoba mempertajam lagi Pak pertemuan seperti ini, tapi ada Satu hal
yang tadi ingin menjadi di tekankan kepada Bapak dari Bang Ken usulanya, yaitu bagaimana
kita bisa bekerja sama dengan Aparat Bapak-Bapak yang ada di daerah untuk dalam rangka
memperkuat ya Pak ya. jadi kita berharap apa yang di sampaikan bahwa kita sudah meng-
Implementasikan sekian puluh persen itu di daerah benar-benar Pak, benar-benar terjadi tidak
hanya di atas kertas saja. Barang kali itu saja, mudah-mudahan Rapat kita ini ada manfaat
buat kita semuanya dan buat Rakyat bangsa Indonesia pada umumnya. Terima kasih sekali
lagi, saya mohon maaf atas segala kekurangan kalau ada pada saat Memimpin Rapat kali ini.
Kemudian sebelum saya tutup saya ingin mengingatkan Bapak-Bapak Anggota dari Komite
IV bahwa besok Jam 9:30, besok kita Rapat dengan Dengar Pendapat dengan DJKN, DJKN,
Kemenkeu Pak. Kemudian Jam 13:30 nya kita Rapat dengan Dirut PDB Pak, Departemen
Koperasi. Jadi kami saya mengingatkan untuk kita bisa hadir pada waktunya besok hari.
Terima kasih sekali lagi dan marilah kita tutup Rapat ini dengan pembacaan
Hamdallah.
Alhamdulilahirabbil’alamin.
KETOK 2X
Wabillahi taufik walhidayah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
RAPAT DITUTUP PUKUL 16.00 WIB