dewan pengawas bank tidak efi sien - ftp.unpad.ac.id · adapun tiga konsesi batu bara yang...

1
14 | Ekonomi Nasional RABU, 25 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Reliance Power Komitmen Bangun Jalur KA Batu Bara PERUSAHAAN asal India Reliance Power Ltd akan ber- investasi senilai US$5 mili- ar untuk membangun jalur ke reta api pengangkut batu bara sejauh 230 kilometer dan mengembangkan tiga konsesi tambang batu bara di Sumatra Selatan. Komitmen tersebut disam- paikan CEO Reliance Power Ltd Jayarama Prasad Chalasani kepada Wakil Presiden (Wa- pres) Boediono di Kantor Wa- pres Jakarta, kemarin. Turut hadir dalam pertemuan itu Vice President Business Development Reliance Power Mukund Dongre, dan Duta Besar India untuk Indonesia Biren Nanda. Rel kereta api sepanjang 230 kilometer itu akan meng- hubungkan area tambang me- nuju Selat Malaka melalui Kampang Laut, Provinsi Jambi. Adapun tiga konsesi batu bara yang dikembangkan berada di Batanghari, Rawas Ilir, Sumatra Selatan. “Rel itu diharapkan selesai dalam 3 tahun, sedangkan da- lam 5 tahun ke depan produksi batu bara dari 3 konsesi itu ditargetkan 50 juta ton per ta- hun,” kata juru bicara Wapres, Yopie Hidayat. Yopie menambahkan, Wapres Boediono menyambut baik komitmen investasi dari Reli- ance Power di Indonesia. Sebab nantinya infrastruktur tersebut dapat digunakan untuk meng- angkut komoditas lain, seperti kelapa sawit. Pada kesempatan itu, im- buhnya, Wapres juga mengajak Reliance Power membangun pembangkit listrik (power plant) di Indonesia. Di India Group Reliance cukup kompeten menggarap pembangkit listrik energi coal bed methane yang di Indonesia cadangannya sangat besar. Di negaranya, mereka mengklaim bisa menjual listrik senilai US$0,025 per Kwh. Komitmen serupa juga da- tang dari Rajawali Group yang akan membiayai 80% dana proyek kereta angkutan batu bara PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Nilainya mencapai US$3,84 miliar dari total US$4,8 miliar. “Sisanya 20% dibiayai PTBA sendiri 10% dan China Rail- way Engineering Corporation 10%,” kata Presiden Direk- tur PTBA Sukrisno, kemarin. (Tup/*/E-3) Target Pembatasan BBM Bersubsidi Tetap September PEMERINTAH tetap akan me- lakukan pembatasan pendis- tribusian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, khususnya jenis premium dan solar, pada semester kedua 2010. Hal tersebut untuk mengan- tisipasi jumlah konsumsi me- lebihi kuota yang ditetapkan ta hun ini, sebesar 36,5 juta kiloliter. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Saleh mengatakan hal itu, kemarin, di Jakarta. Ia menga- takan banyak program kerja yang mesti dilakukan pada semester kedua 2010, terutama pembatasan BBM bersubsidi. “Semester kedua ini, kami minta Dirjen Migas dan Dirut (Direktur Utama) Pertamina bekerja keras agar jatah BBM subsidi tidak melebihi kuota,’’ ujarnya. Darwin tetap menargetkan pembatasan bisa dimulai Sep- tember 2010. Menurutnya, saat ini, pihaknya sudah mempu- nyai sejumlah opsi pembatasan. Di antaranya berdasarkan ta- hun produksi kendaraan. “Kami ingin BBM ini tepat sasaran. Artinya, kalau orang bisa membeli mobil tahun ter- tentu, berarti dia berkecukupan dan tidak lagi membutuhkan subsidi BBM,” tegasnya. Lebih lanjut Darwin men- jelaskan, kalau tidak dimulai sejak September, kuota BBM subsidi sebesar 36,5 juta kl pada 2010, bakal terlampaui. “Kuota tahun depan juga bakal mem- bengkak 1 juta-2 juta kl kalau tidak dibatasi sejak saat ini.” Adapun data Pertamina me- nunjukkan selama enam bu- lan pertama 2010, penjualan premium mencapai 11,075 juta kl atau 51,67% dari kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan sebesar 21,45 juta kl. Sementara itu, solar terjual 6,218 juta kl atau 55,55% dari kuota 11,194 juta kl. Di sisi lain, volume penjualan minyak tanah tercatat 1,26 juta kl atau 33,17% dari kuota 3,8 juta kl. Dengan demikian, secara total konsumsi BBM subsidi sudah mencapai 46,7% dari kuota 36,5 juta kl. Sebelumnya Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan, jika tidak terdapat pembatasan, konsumsi BBM bersubsidi bisa membengkak menjadi 40,1 juta kl. (Ant/E-1) Yopie Hidayat Juru bicara Wapres MI/ROMMY P Akhmad Mustain Dewan Pengawas Bank tidak Efisien P EMBENAHAN sistem pengawasan sektor keuangan merupakan misi utama pemerin- tah dalam membentuk otoritas jasa keuangan (OJK). Namun, pembentukannya harus sesuai dengan konstitusi. Pelanggar- an amanat konstitusi hanya akan menjadi bumerang jika dilakukan. Soalnya, pemben- tukan OJK merupakan amanat Undang-Undang No 3/2004 tentang Bank Indonesia (BI) Pasal 34. Sebagai pihak terkait, BI baru-baru ini kembali mengu- sulkan format baru pengawas- an bank dengan membentuk dewan pengawasan bank. Usul itu merupakan upaya terakhir BI dalam mempertahankan kewenangan pengawasan bank sebagai bagian micro-prudential. Kewenangan itu dianggap pe- lengkap bagi tugas utama bank sentral di sisi macro-prudential. Akan tetapi, usul BI dengan format dewan pengawas bank yang bertanggung jawab ke- pada Gubernur BI itu dinilai tidak sesuai dengan amanat UU 3/2004. Selain tidak inde- penden, dewan pengawas bank dinilai tidak efisien dalam ko- ordinasi. Menurut Ketua Tim Penyusunan RUU OJK Fuad Rahmany, pembentukan dewan pengawas bank justru mem- perumit pengawasan sektor keuangan. “Seakan-akan ada dua OJK, yang nantinya akan membuat tidak efektif koordinasinya,” ujar Fuad seusai Rapat Paripur- na DPR di Jakarta, kemarin. Fuad mengingatkan, ide dasar pembentukan OJK ada- lah menyatukan pengawasan semua industri jasa keuangan dalam satu lembaga. Dengan model yang diajukan BI itu, potensi konflik masih besar. Soalnya, industri keuangan saat ini tidak hanya bergerak dalam satu produk saja, tapi mengarah pada produk hy- brid, yakni perpaduan antara perbankan, asuransi dan pasar modal. Di dalam OJK, Fuad menam- bahkan, akan ada Dewan Komi- sioner yang bertugas membuat aturan, di bawahnya ada kepala eksekutif yang otonom untuk mengawasi tiga sektor jasa ke- uangan. Struktur tersebut akan independen baik dari pemerin- tah maupun BI. Hal itu untuk menekan po- tensi konflik kepentingan dan menciptakan mekanisme check and balance antara pengatur dan pengawas. Kendati demikian, fungsi regulasi perbankan juga ti- dak semuanya dialihkan ke OJK. Fuad mengatakan, untuk yang terkait dengan kebijakan mo ne ter, seperti giro wajib minimum, posisi devisa neto, dan lainnya akan tetap diatur BI. Sementara itu, untuk micro- prudential, yakni aturan modal, pengawasan serta rekomendasi pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek akan ada di OJK. “Sebenarnya untuk mewujud- kan OJK ini, dibutuhkan kesa- daran dari teman-teman di BI,” tukasnya. Sementara itu, Menteri Ke- uangan Agus Martowardojo mengatakan sistem organisasi OJK akan dibuat dalam satu badan. Di dalamnya terdapat Format dewan pengawas bank yang bertanggung jawab kepada Gubernur BI ini dinilai tidak sesuai dengan amanat UU 3/2004 Seakan-akan ada dua OJK, yang nantinya akan membuat tidak efektif koordinasinya.’’ Fuad Rahmany Ketua Tim Penyusunan RUU OJK unsur eksekutif dan komi- sioner dalam satu badan se- hingga akan mempermudah dan hati-hati dalam mengambil kebijakan terkait dengan peng- awasan perbankan. “Satu board itu akan membuat semua infor- masi tidak ada yang terlambat di-review pengawas,” ujarnya. Agus menambahkan, akan ada kesempatan BI dan Kemen- terian Keuangan (Kemenkeu) untuk menyupervisi dan meng- akses langsung OJK. Soalnya, akan ada perwakilan Kemen- keu dan BI di OJK. Akan tetapi, keduanya tidak bisa mendomi- nasi karena OJK adalah lem- baga independen. Kemenkeu, kata Agus, juga merasakan hal yang sama de- ngan BI kalau nanti OJK ini ter- bentuk. Karena harus melepas Bapepam-LK ke OJK. Namun, dia menyarankan agar Bank Sentral juga mau melepaskan pengawasan perbankannya ke OJK. Selain itu, untuk menyem- purnakan struktur OJK, Agus mengatakan akan ada masa transisi selama tiga tahun. Se- lanjutnya, OJK harus berdiri sendiri sebagai lembaga yang independen. (E-6) mustain@ mediaindonesia.com KERANJANG PARSEL: Penjual mengecat keranjang parsel dagangannya di Makassar, kemarin. Permintaan keranjang parsel mulai meningkat dan keranjang parsel tersebut dijual Rp25 ribu hingga Rp150 ribu/keranjang. ANTARA/GREENLEE

Upload: trandung

Post on 11-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

14 | Ekonomi Nasional RABU, 25 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

Reliance Power KomitmenBangun Jalur KA Batu Bara

PERUSAHAAN asal India Re li ance Power Ltd akan ber-investasi senilai US$5 mili-ar untuk membangun jalur ke reta api pengangkut batu ba ra sejauh 230 kilometer dan mengembangkan tiga konsesi tambang batu bara di Sumatra Selatan.

Komitmen tersebut disam-paikan CEO Reliance Power Ltd Jayarama Prasad Chalasa ni kepada Wakil Presiden (Wa-pres) Boediono di Kantor Wa-pres Jakarta, kemarin.

Turut ha dir dalam pertemuan itu Vice President Business Development Reliance Power Mukund Dongre, dan Duta Besar India untuk Indonesia Biren Nanda.

Rel kereta api sepanjang 230 kilometer itu akan meng-hubungkan area tambang me-nuju Selat Malaka melalui Kam pang Laut, Provinsi Jambi. Adapun tiga konsesi batu bara yang dikembangkan berada di

Batanghari, Rawas Ilir, Sumatra Selatan.

“Rel itu diharapkan selesai dalam 3 tahun, sedangkan da-lam 5 tahun ke depan produksi batu bara dari 3 konsesi itu ditargetkan 50 juta ton per ta-hun,” kata juru bicara Wapres, Yopie Hidayat.

Yopie menambahkan, Wapres Boediono menyambut baik komitmen investasi dari Reli-ance Power di Indonesia. Sebab nantinya infrastruktur tersebut dapat digunakan untuk meng-

angkut komoditas lain, seperti kelapa sawit.

Pada kesempatan itu, im-buhnya, Wapres juga mengajak Reliance Power membangun pembangkit listrik (power plant) di Indonesia. Di India Group Reliance cukup kompeten menggarap pembangkit listrik energi coal bed methane yang di Indonesia cadangannya sangat besar. Di negaranya, mereka mengklaim bisa menjual listrik senilai US$0,025 per Kwh.

Komitmen serupa juga da-tang dari Rajawali Group yang akan membiayai 80% dana proyek kereta angkutan batu bara PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).

Nilai nya mencapai US$3,84 mili ar dari total US$4,8 miliar. “Sisanya 20% dibiayai PTBA sendiri 10% dan China Rail-way Engineering Corporation 10%,” kata Presiden Direk-tur PTBA Sukrisno, kemarin.(Tup/*/E-3)

Target Pembatasan BBM Bersubsidi Tetap September

PEMERINTAH tetap akan me-lakukan pembatasan pendis-tribusian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, khususnya jenis premium dan solar, pada semester kedua 2010.

Hal tersebut untuk mengan-tisipasi jumlah konsumsi me-lebihi kuota yang ditetapkan ta hun ini, sebesar 36,5 juta kiloliter.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Saleh mengatakan hal itu, kemarin, di Jakarta. Ia menga-takan banyak program kerja yang mesti dilakukan pada semester kedua 2010, terutama pembatasan BBM bersubsidi.

“Semester kedua ini, kami minta Dirjen Migas dan Dirut (Direktur Utama) Pertamina bekerja keras agar jatah BBM subsidi tidak melebihi kuota,’’

ujarnya. Darwin tetap menargetkan

pembatasan bisa dimulai Sep-tember 2010. Menurutnya, saat ini, pihaknya sudah mempu-nyai sejumlah opsi pembatasan. Di antaranya berdasarkan ta-hun produksi kendaraan.

“Kami ingin BBM ini tepat sasaran. Artinya, kalau orang bisa membeli mobil tahun ter-tentu, berarti dia berkecukupan dan tidak lagi membutuhkan subsidi BBM,” tegasnya.

Lebih lanjut Darwin men-jelaskan, kalau tidak dimulai sejak September, kuota BBM subsidi sebesar 36,5 juta kl pada 2010, bakal terlampaui. “Kuota tahun depan juga bakal mem-bengkak 1 juta-2 juta kl kalau tidak dibatasi sejak saat ini.”

Adapun data Pertamina me-nunjukkan selama enam bu-

lan pertama 2010, penjualan premium mencapai 11,075 juta kl atau 51,67% dari kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan sebesar 21,45 juta kl.

Sementara itu, solar terjual 6,218 juta kl atau 55,55% dari kuota 11,194 juta kl. Di sisi lain, volume penjualan minyak tanah tercatat 1,26 juta kl atau 33,17% dari kuota 3,8 juta kl. Dengan demikian, secara total konsumsi BBM subsidi sudah mencapai 46,7% dari kuota 36,5 juta kl.

Sebelumnya Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan, jika tidak terdapat pembatasan, konsumsi BBM bersubsidi bisa membengkak menjadi 40,1 juta kl. (Ant/E-1)

Yopie Hidayat Juru bicara Wapres

MI/ROMMY P

Akhmad Mustain

Dewan Pengawas Bank tidak Efi sien

PEMBENAHAN sistem pengawasan sektor keuangan merupakan misi utama pemerin-

tah dalam membentuk otoritas jasa keuangan (OJK). Namun, pembentukannya harus sesuai dengan konstitusi. Pelanggar-an amanat konstitusi hanya akan menjadi bumerang jika dilakukan. Soalnya, pemben-tukan OJK merupakan amanat Undang-Undang No 3/2004 tentang Bank Indonesia (BI) Pasal 34.

Sebagai pihak terkait, BI ba ru-baru ini kembali mengu-sulkan format baru pengawas-an bank dengan membentuk dewan pengawasan bank. Usul itu merupakan upaya terakhir BI dalam mempertahankan kewenangan pengawasan bank sebagai bagian micro-prudential. Kewenangan itu dianggap pe-lengkap bagi tugas utama bank sentral di sisi macro-prudential.

Akan tetapi, usul BI dengan format dewan pengawas bank yang bertanggung jawab ke-pada Gubernur BI itu dinilai ti dak sesuai dengan amanat UU 3/2004. Selain tidak inde-penden, dewan pengawas bank dinilai tidak efi sien dalam ko-

ordinasi. Menurut Ketua Tim Penyusunan RUU OJK Fuad Rahmany, pembentukan dewan pengawas bank justru mem-perumit pengawasan sektor keuangan.

“Seakan-akan ada dua OJK, yang nantinya akan membuat tidak efektif koordinasinya,” ujar Fuad seusai Rapat Paripur-na DPR di Jakarta, kemarin.

Fuad mengingatkan, ide da sar pembentukan OJK ada-lah menyatukan pengawasan semua industri jasa keuangan dalam satu lembaga. Dengan model yang diajukan BI itu, potensi konfl ik masih besar.

Soalnya, industri keuangan saat ini tidak hanya bergerak dalam satu produk saja, tapi mengarah pada produk hy-brid, yakni perpaduan antara perbankan, asuransi dan pasar modal.

Di dalam OJK, Fuad menam-bahkan, akan ada Dewan Komi-sioner yang bertugas membuat aturan, di bawahnya ada kepala eksekutif yang otonom untuk mengawasi tiga sektor jasa ke-uangan. Struktur tersebut akan independen baik dari pemerin-tah maupun BI.

Hal itu untuk menekan po-tensi konfl ik kepentingan dan menciptakan mekanisme check and balance antara pengatur dan

pengawas.Kendati demikian, fungsi

regulasi perbankan juga ti-dak semuanya dialihkan ke OJK. Fuad mengatakan, untuk yang terkait dengan kebijakan mo ne ter, seperti giro wajib mi nim um, posisi devisa neto, dan lainnya akan tetap diatur BI. Sementara itu, untuk micro-prudential, yakni aturan modal, pengawasan serta rekomendasi pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek akan ada di OJK. “Sebenarnya untuk mewujud-kan OJK ini, dibutuhkan kesa-daran dari teman-teman di BI,” tukasnya.

Sementara itu, Menteri Ke-uangan Agus Martowardojo mengatakan sistem organisasi OJK akan dibuat dalam satu badan. Di dalamnya terdapat

Format dewan pengawas bank yang bertanggung jawab kepada Gubernur BI ini dinilai tidak sesuai dengan amanat UU 3/2004

Seakan-akan ada dua OJK, yang nantinya akan membuat tidak efektif koordinasinya.’’

Fuad RahmanyKetua Tim Penyusunan RUU OJK

unsur eksekutif dan komi-sio ner dalam satu badan se-hingga akan mempermudah dan hati-hati dalam mengambil kebijakan terkait dengan peng-awasan perbankan. “Satu board itu akan membuat semua infor-masi tidak ada yang terlambat di-review pengawas,” ujarnya.

Agus menambahkan, akan ada kesempatan BI dan Kemen-terian Keuangan (Kemenkeu) untuk menyupervisi dan meng-akses langsung OJK. Soalnya, akan ada perwakilan Kemen-keu dan BI di OJK. Akan tetapi, keduanya tidak bisa mendomi-nasi karena OJK adalah lem-baga independen.

Kemenkeu, kata Agus, juga merasakan hal yang sama de-ngan BI kalau nanti OJK ini ter-bentuk. Karena harus melepas Bapepam-LK ke OJK. Namun, dia menyarankan agar Bank Sentral juga mau melepaskan pengawasan perbankannya ke OJK.

Selain itu, untuk menyem-purnakan struktur OJK, Agus mengatakan akan ada masa transisi selama tiga tahun. Se-lanjutnya, OJK harus berdiri sendiri sebagai lembaga yang independen. (E-6)

[email protected]

KERANJANG PARSEL: Penjual mengecat keranjang parsel dagangannya di Makassar, kemarin. Permintaan keranjang parsel mulai meningkat dan keranjang parsel tersebut dijual Rp25 ribu hingga Rp150 ribu/keranjang.

ANTARA/GREENLEE