developing an asian evangelical theology.docx

37
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BANDUNG RINGKASAN BUKU Mata Kuliah : Sejarah dan Teologi Asia Mahasiswa : James Theopilus Dosen : Dr. Togardo Siburian, MTh. NIM : 1211202 Judul Buku : Developing an Asian Evangelical Theology Penulis : Donald Leroy Stults Penerbit : OMF Literature INC Jumlah hlm : 208 hal Pendahuluan Penulis menyampaikan dalam pendahuluannya bahwa tujuan buku ini adalah untuk menolong mahaiswa teologia Asia untuk mulai berpikir dan menulis secara teologis, di tengah penghalang untuk bergerak dari berpikir teologis kepada menulis secara teologis sebagai hal yang tidak biasa dan juga tidak unik bagi Asia. Langkah pertama adalah mulai berpikir secara teologi, dan langkah berikutnya adalah menuju penulisan teologis yang serius dan matang. Untuk itu dibuthkan teolog yang lengkap dan matang sebagai acuan, dan hal ini sedikit ditemui di Asia. Buku ini menolong mahasia Asia memasuki tugas teologi mereka yang baru, sebuah prolegomena. Di Asia situasi berbeda. Teologi merupakan kerja yang relative baru bagi gereja Injili dimana pendekatan sistematik dan presentasi iman belum diterima seperti di barat. 1

Upload: james-theophilus-tumole

Post on 26-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BANDUNG

RINGKASAN BUKU

Mata Kuliah : Sejarah dan Teologi Asia Mahasiswa : James Theopilus

Dosen : Dr. Togardo Siburian, MTh. NIM : 1211202

Judul Buku : Developing an Asian Evangelical Theology

Penulis : Donald Leroy Stults

Penerbit : OMF Literature INC

Jumlah hlm : 208 hal

Pendahuluan

Penulis menyampaikan dalam pendahuluannya bahwa tujuan buku ini adalah untuk

menolong mahaiswa teologia Asia untuk mulai berpikir dan menulis secara teologis, di

tengah penghalang untuk bergerak dari berpikir teologis kepada menulis secara teologis

sebagai hal yang tidak biasa dan juga tidak unik bagi Asia.

Langkah pertama adalah mulai berpikir secara teologi, dan langkah berikutnya adalah

menuju penulisan teologis yang serius dan matang. Untuk itu dibuthkan teolog yang lengkap

dan matang sebagai acuan, dan hal ini sedikit ditemui di Asia.

Buku ini menolong mahasia Asia memasuki tugas teologi mereka yang baru, sebuah

prolegomena. Di Asia situasi berbeda. Teologi merupakan kerja yang relative baru bagi

gereja Injili dimana pendekatan sistematik dan presentasi iman belum diterima seperti di

barat.

Ketika kita menerima teologi sebagai sesuatu yang konstruktif dan kreatif maka kita

dapat mempertimbangkannya sebagaimana sebuah seni. Pertama, mempelajari teori dan

metodologi. Kedua, adalah mempraktekkan teori dan metode-metode.

BAGIAN SATU: KARYA TEOLOGI

BAB 1. KEBUTUHAN TEOLOGI

Definisi Teologi

Beberapa definisi mengenat teologi misalnya sebgai penjelasan sistematis atas iman,

eksposisi komprehensif dan koheren berbagai doktrin, latihan refleksi bukan hanya untuk

masa lalu namun juga situasi gereja sekarang, tapi juga bahwa teologi adalah suatu studi

intelektual dari Alkitab. Doktrin merupakan pengajaran Alkitab yang beragam yang diadopsi

gereja sebagai yang dibutuhkan untuk mendefinisikan dan menyatakan pengajaran dasar iman

1

Page 2: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Kristen. Dogma, adalah pemikiran secara umum pengajaran doktrin resmi dari sebuah gereja

yang diekspresikan dalam pengakuan iman/kredo. Dogmatic, menjadi eksposisi sistematis

pengakuan iman, atau pengakuan sebagai symbol gereja.

Teologi biblika menjadi istilah teknis untuk teologi eksegetikal. Kerja teologi biblika

menegaskan tema alkitab yang membantu mempersatukan berbagai ajaran dan berbagai

materi dalam Alkitab. Teologi sistematika, adalah istilah khusus secara umum disebutkan

sebagai usaha untuk mengorganisasikan kebenaran alkitabiah dalam satu sistematika bagi

pemahaman.

Keengganan terhadap Teology.

Keengganan terhadap teologi terlihat dari beberapa sikap yang bersikeras bahwa

kekristenan bukanlah sebuah sistem doctrinal, melainkan sebuah jalan hidup atau tentang

hubungan. Keberatan terhadapn teologi seringkali atau biasanya datang dari golongan

“scientific mind-set”. Mereka biasanya selalu bersikap skeptic dan menempatkan agama atau

sistem kepercayaan sebagai mitos atau berada di luar area studi yang factual, menilai teologi

tidak memiliki dasar yang factual atau saintific, hanya cocok diterapkan di ranah metaphysic.

Bahkan yang lain lagi menyatakan bahwa teologi bukannya menjelaskan pesan dari

kekristenan, malah teologi membuat lebih rumit dan sulit untuk dipahami oleh orang umum.

Lebih lanjut teologi juga dituduh telah membelokkan kebenaran dan membingungkan orang-

orang Kristen.

Pelayan dari kebenaran Alkitab

Teologi telah mengklasifikasikan doktrin dan banyak membantu kita menju

pemahaman yang secara bertahap dan lebih dalam kepada kebenaran Allah. Kebenaran

alkitab selalu meembutuhkan penjelasan lebih lanjut. Tugas teologi tidak pernah selesai

secara sempurna. Teologi hanya membantu kita memahami firman Allah pada saat ini dan di

tempat ini, sementara di tempat atau waktu yang lain butuh penjelasan lebih lanjut lagi.

Dengan demikian tugas teologi tidak pernah selesai.

Teologi dalam Misi Dunia

Teologi bukan hanya satu bagian dari misi gereja, tetapi juga untuk memajukan dunia.

Satu aturan dalam teologi yang membuatnya terabaikan adalah sikap yang secara

memaksakan mandate misi sementara gereja sedang bergerak diunia, mencari yang hilang,

dan membawa injil ke seluruh dunia. Gereja/ orang percaya harus selalu progress. Umat

Allah adalah pendatang, orang baru, dan kaum musafir, yang selalu berusaha membawa

2

Page 3: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

mengumpulkan orang-orang di perjalanan mereka. Inilah teologi musafir, teologi dari orang-

orang misi. Teologi sangat bagi sebuah gereja yang mau berpengaruh bagi dunia. Teologi

lahir dari kebutuhan dan meneruskan pekerjaan yang dibutuhkan. Partisipasi teologi dalam

tugas pemberitaan injil dan memuridkan para petobat supaya lebih mendalami dan

memaahmi iman mereka. Teologi melindungi integritas iman dari kesalahan dan tuduhan-

tuduhan, dari error dan bidat.

BAB 2. KEPERLUAN YANG MENDESAK TERHADAP TEOLOGI ASIA.

Teologi barat adalah teologi kontekstualisasi untuk daerah barat, dan dibutuhkan oleh

gereja-gereja barat. Secara umum metode dan model teologi barat tidak bisa dibawa dengan

begitu saja diterapkan di konteks dunia timur, yang mana mungkin aneh atau asing bagi di

daerah timur. Gereja-gereja asia harus mengakui bahwa mereka perlu menulis teologinya

sendiri yang sangat esensial. Gereja yang dewasa harus merespon aktif secara teologis.

Dasar Premis Teologi

Alasan mengapa menulis teologi dan kontekstualisasi teologi itu perlu adalah bahwa

sebuah sistem teologi memikirkan dimana konteks ia berada. Para teolog perlu mencari

bagaimana mengkomunikasikan kebenaran Allah yang dilingkupi oleh konteksnya, yang

secara sadar dan berorientasi kepada konteks itu sendiri. Setiap teologi perlu dievaluasi

dengan tujuan kebergunaan, khususnya pada waktu dan tempat yang berbeda dimana ia

berada. Tidak ada teologi yang dapat dikatakan absolute atau berotoritas secara universal.

Kesatuan Dan Perbedaan Dalam Teologi.

Kita menerima otoritas kitab suci sebagai dasar kebenaran mutlak yang sah, dan

Telogi injili menjadikan alkitab sebagai fondasi teologinya. Kebenaran alkitab, dan bukan

konteks sejarah dan budaya yang menentukan standart kebenaran dari teologi. inilah

kesatuan dari teologi, tetapi konsekuensinya terjadi perbedaan dalam mengekspresikan

kebenaran menurut konteksnya masing-masing. Selain itu metode dalam berteologi juga bisa

berbeda.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan Pengembangan Teologi Asia.

Dalam milineum kedua kehadiran gereja, teologi hampir secara eksklusiv wakil gereja

barat. ekuasaan gereja-gereja barat, mereka gagal mengijinkan gereja Asia menerima

tanggung jawab teologisnya karena takut salah. Sementara gereja Timur tidak

memikirkansecara serius tugas teologinya, mereka tidak mempersiapkan dan melatih teolog

untuk berbicara pada budaya Asia. Penolakan terhadap teologi telah melumpuhkan gereja

3

Page 4: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

secara khusus kalangan Injili dalam usahnya berdialog dengan pemikir-pemikir budaya dan

masyarakat. Demikian pentingnya pendidikan teologi mengingatkan gereja pada signifikansi

memperlengkapi misi gereja.

Pendidikan bergaya Barat.

Masalah lainnya adalah bahwa ketika adanya pendidikan teologi yang cenderung

berorientasi di barat dan masalah teologi barat. Bagi Asia, teologi adalah refleksi atas

pergumulannya sekarang tanpa menyangkali kerja Allah pada masa lampau. Pertanyaan besar

bagi teologi adalah apa yang dihadapi gereha sekarang ini. Kebergantungan kepada teologi

barat tidak menolong perkembangan pikiran dan hati di Asia. Orang Asia harus menghasilkan

teilogi mereka sendiri.

Apa yang dibutuhkan sepanjang teologi pribumi adalah teologi yang merefleksikan

seluruh gerakan Kekristenan , merelfleksikan sebuah gereja yang utuh sekalipun dalam

keberagamannya.Kebutuhannnya adalah suapaya gereja memahami Injil dan hubungannya

pada konteks khususnnya. Kebutuhan asli bagi teolog asia untuk berhenti dari

kebergantungan pada teologi barat dan menghasilkan kepakaran yang relevan.

Permulaan Teologi Asia Pribumi

Bagi gereja Asia proses dekontekstualisasi harus menghasilkan kontektualsiasi. Para

teolog Asia harus selektif menerima masukan dari kerja teologi barat, yang telah melahirkan

masukan teologi dalam konteksnya. Dekontekstualisasi adalah melepaskan elemen budaya

dari kebenaran utama, kemudian bekerja sama dalam kontekstualisasi. Focus kerja teologi

asia adalah menuliskan teologi bagi gereja-gereja asia, dimana semua harus berpartisipasi dan

terlibat dalam artian saling mendukung tanpa menganggap proses ini sebagai saingan bagi

teologi barat.

Teologi Asia Untuk Gereja Asia.

Gereja asia jangan secara kategorikal menolak teologi barat, melainkan seharusnya

mendorongnya untuk menuliskan bagi dirinya sendiri, sebagai tanda kedewasaan, suatu

tanggung jawab untuk berpartisipasi dengan segenap hati dalam kerja teologi. Menurut c.s.

song, tugas teologi di asia dan di dunia ketiga adalah untuk membuka mata gereja-gereja

tradisional untuk melihat misi Allah bagi seluruh dunia.

Beberapa Karakteristik Teologi Asia

4

Page 5: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Satu hal yang kuat adalah keinginan teolog Asia untuk merespon Injil dari situasi

mereka sendiri, dan untuk memberikan ekspresi Asia terhadap kekristenan. Teologi Asia

menjadi berbeda karena merek berada pada situasi dan kondisi yang berbeda dan mereka

harus menghasilkan pemikir dan apologist creative mereka sendiri sekalipun mungkin saja

bisa salah dalam prosesnya.

Dr. Sapir Athyal telah mengkategorisasi sifat-sifat yang biasa ada dalam teologi asia:

1. Orientasi asia.; berpadu eratnya agama dan budaya yang menyebabkan kekristenan

dinilai sebagai hal yang asing, sehingga kita harus berusaha keras menhadirkan kebenaran

Allah dalam cara yang dipahami Asia dalam keragaman bahasanya.

2. Budaya dan komunitas; Gereja asia melihat dirinya sebagai bagian integral komunitas

Asia, bukan hasil kekristenan barat atau sebuah entitas yang terpisah di tengah-tengah budaya

orang asia. Gereja asia jangan menutup diri dari urusan-urusan kebudayaan yang ada di

masyarakat asia, tetapi berkeinginan untuk berpartisipasi penuh dalam urusan kebudayaan

dan masyarakat.

3. Realita social; Karakteristik ketiga adalah berteologi di tengah sekularisasi dan realitas

social lainnya. Tidak ada pemisah antara yang sekuler dan yang sakral. kesatuan hidup itu

adalah tujuan tujuan di dalam teologi. Maka, kepedulian social adalah salah satu konsern

utama bagi teolog asia.

4. Lebih intuitif daripada sistematis;Karena teologi di asia lebih berhubungan dengan

pengalaman yang cenderung terfragmentasi dan tidak sisitimatis maka teologi Asia secara

alamiahnya kurang sistimatis, yang mana sifat sistimatis lebih dibutuhkan di Barat.

sistematisasi tidak terlalu seluruhnya bermakna di asia.

5. Hermeneutic asia; dunia alkitab dan budaya asia cenderung banyak kesamaan maka ini

memberikan keuntungan dalam pemahaman dan penafsiran Alkitab. Berkaitan dengan misi

maka teologi asia adalah missional, tidak abstrak, filosofikal dan murni akademik melainkan

dari laboratorium hidup.

Satu aspek dalam kerja teologi yang mencirikan asia dan seharusnya dikembangkan

adalah suara kenabiannya kepada gereja dan kepada budaya. Karena tak satupun budaya

maupun gereja yang sepenuhnya memahami dan melakukan kehendak Allah maka suara

kenabian harus terus dikumandangkan. Konfrontasi dan konflik yang menghasilkan

perubahan dalam tindakan , akhirnya merupakan suatu dialog yang menolong gereja dan

masyarakat dalam satu garis dengan Allah.

Tujuan Dari Teologi Asia

5

Page 6: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Tujuan teologi asia adalah merefleksikan kebutuhan komunitas Kristen Asia, apakah

itu penghiburan, dorongan maupun penghakiman, tapi itu seharusnya adalah Firman Allah.

Sekalipun tujuan kita adalah menulis teologi untuk gereja di tiap lokasi dan situasi asia,

namun kita harus menulis teology untuk gereja secara utuh. Aspek universal Injil harus

dengan mudah dikenali baik dari dalam maupun dari luar kebudayaan. lebih dari itu, ada satu

tugsa yang besar untuk memenuhi kebutuhan teologi untuk gereja secara keseluruhan di mana

teologi asia harus ditulis untuk kedua kebutuhan ini.

BAB 3. KARYA TEOLOGI

Masalah utama dalam merespon tanggung jawabnya di Asia adalah, “bagaimana

memulainya’? Sebelum mempelajari bagaimana metode teologinya, kita harus menguasai

prinsip-prinsip ilmu. Teologi pada dasarnya adalah usaha manusia sekalipun itu dilakukan

sebagai respon panggilan dan kehendak Allah karena manusia berusaha memahami kejelasan

apa yang Allah wahyukan.

Meskipun teologi tidak sepenuhnya suatu usaha intelektual, namun kelihatannya

seperti kerja yang kurang rohani dalam wujud mengorganisasi dan menjelaskan Firman

Allah.

Orang Injili dan Teologi

Orang-orang injili telah menyadari bahwa mereka gagal mengembangkan teologi

yang signifikan menghubungkan iman dengan situasi kontemporer. Salah satu indikasinya

adalah kurangnya buku teks yang mendukung posisi kalangan Injili. Kaum Injili harus

melakukan kerja mereka yang berharga dan penting dalam buku-buku dan esai kepakaran,

yang bukan merupakan pilihan melainkan respon dari orang yang dipanggil Allah,

memisahkan diri dari kerja pelayaanan khusus mereka dan setia mendisiplinkan diri dalam

kerja teologi.

Jenis Teologi Apa?

Teologi Injili memiliki karakteristik yang dapat diketahui dengan jelas, yaitu tidak

mengikuti arus teologi yang berdasarkan situasi eksistensial, bukan dari penggalian teologi

melainkan berangkat dari situasi eksistensial. Teologi Injili tetap mempertahankan bahwa

Alkitab adalah dasar teologinya dan bahwa Allah mewahyukan kebenaran-Nya sebagai bahan

dasar untuk membangun kerangka kerja teologi.

Untuk dapat menuliskan teologi Injili harus melalui pemahaman yang mendalam

mengenai pengajaran ALkitab dalam konteksnya. Dengan kata lain pesannya tidak dapat

diterjemahkan dan di tafsirkan ke dalam budaya kontemporer sampai dipahami maksud

6

Page 7: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

aslinya. Penting bagi kita untuk memahami Firman Allah dalam konteks budaya alkitab dan

mengambil pemahamannya untuk kemudian menerapkannya pada budaya dan konteks lain.

Inilah yang merupakan bentuk kontekstualisasi.

Teologi injili berangkat dari kebenaran alkitab, dengan demikian harus mempelajari

pengetahuan alkitab secara mendalam. Kebenaran alkitab itu bersifat universal dan selama-

lamanya. Tetapi alkitab juga di tulis berdasarkan konteks pada saat itu, sehingga apa yang

harus dicari adalah pesan Allah pada saat teks-teks itu ditulis, dan tugas teologi adalah untuk

memikirkan relevansi dari pesan tersebut untuk konteks masa kini. Dengan kata lain, pesan

itu tentu tidak bisa langsung diterjemahkan dan diinerpretasi pada masa kini tanpa

mengetahui lebih dulu secara dalam apa makna dari teks tersebut pada awalnya. Kebenaran

Alkitab bukanlah suatu seri konsep filsafat abstrak yang tak berhubungan dengan manusia

melainkan pesan yang sangat konkret dari Allah yang merelasikan diri-Nya kepada manusia.

Firman Allah

Alkitab haruslah menjadi dasar dan substansi dari teologi. Penggunaan prinsip asing

seperti filsafat maupun prinsip agama sebagai system non Kristen hanya akan mebingungkan

dan mengurangi pesan Alkitab, dan itu tidak dapat diterima kaum Injili. Teologi, jika mau

setia pada panggilan dan kerjanya harus didasarkan pada seluruh Alkitab. Teologi tidak dapat

disebut terjemahan, apalagi disamakan dengan ideology.

Teologi di dalam Komunitas

Teologi haruslah pertama-tama berfungsi dan dipertahankan di dalam gereja, sebagai

usaha yang dapat mencegah masuknya prinsip duniawi. Sekalipun sering ditentang kalangan

liberal namun sebenarnya teologi haruslah setia pada gereja, dimana teologi menjadi milik

dan bekerja sebagai teologi gereja.

Tugas teologi dimulai dengan menjelaskan pesan yang diberikan Allah kepada gereja.

Firman Allah adalah demikian kaya dan perlu dipelajari terus menerus secara serius untuk

mendapatkan pengajara-pengajaran yang berguna. Focus dari teologi adalah untuk

menghidupkan gereja agar selalu mengevaluasi diri dan interpretasi diri oleh Firman Allah

sebagai ototritas tertignggi yang dapat memberikan kelahiran baru kepada gereja, menjadi

konselor, pembimbing, dan bahkan menjadi hakim bagi gereja.

Jadi apakah pesan dari kekristenan itu?

7

Page 8: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Apa pesan kekristenan itu selalu bersifat hadir/present. Gereja telah mempelajari

elemen terpenting dari firman Allah itu, tetapi harus terus dijelaskan lagi. gereja harus tetap

memelihara kewaspadaan dari kekeliruan akan pesan ini. Teologi dapat menolong gereja

untuk menilai perilaku tradisional dan persepsinya di dalam terang firman Allah.

Ujian Terhadap teologi

Tekanan besar dari jaman adalah kegagalan kita dalam melihat hal hanya hari ini,

dengan asumsi bahwa semua yang lalu tidak ada relevansinya lagi dengan hari ini. Ujian

terhadap teologi adalah apakah dia relevan atau tidak dengan jaman ini. Tradisi harus selalu

diukur berdasarkan standar firman Allah, dan setiap generasi memiliki respon untuk membuat

tradisi menurut ajaran alkitab, jadi mereka bias relevan. Teologi yang dituliskan dari

dalamnya komunitas iman merefleksikan tradisi komunitas.

Tugas Berkelanjutan dari Teologi.

Kebenaran Allah yang kekal dan universal tidak berubah, tetapi pemahaman manusia

terhadapnya bisa berubah. Bahasa, konsep, dan memahami budaya bisa berubah. Teologi

adalah aktifitas manusia dan kerenanya tidak merupakan penyataan lengkap kebenaran Allah;

itu harus selalu ditingkatkan dan ditambahkan.

Kebenaran Allah harus diterjemahkan kepada setiap konteks dan setiap generasi baru.

Kebenaran Allah tidak berubah, tetapi jika kontkes berubah maka cara ekspresi kebenaran itu

perlu dirubah supaya pesan injil itu tidak menjadi hilang. Teologi adalah aktivitas manusia

dan oleh sebab itu tiak pernah selesai secara utuh dapat menjelaskan kebenaran Allah,

sehingga perlu ada pemajuan dan pemurnian.

Untuk Setiap Generasi

Peran teologi harus juga bersifat selalu mengkritisi dirinya sendiri, dimana kritik diri

adalah jalan gereja menempuh ekspresi iman. Teologi harus selalu mengukur ekspresi iman

baik yang lalu dan yang sekarang apakah bertentangan dengan kebenaran Allah. Ada usaha

yang selalu, serta kegelisahan dalam pekerjaan teologi, dan ketidakpuasan terhadap jalan

iman adalah dapat dipahami. Beberapa memandang hal ini sebagai satu ancaman terhadap

kebenaran, tetapi sebenarnya itu adalah satu perlindungan terhadap gereja. Jika gereja berbuat

salah, ia harus dikembalikan kepada terang dan diperbaiki. Jadi, kewaspadaan merupakan hal

yang utama bagi teologi.

Tugas lain dari teologi pribumi adalah supaya tetap sensitive terhadap pertanyaan-

pertanyaan dan masalah yang menghadang gereja dan menyediakan jawaban memuaskan dan

8

Page 9: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

otoritatif. Ada kebutuhan untuk mempertahankan diri dari filsafat dunia yang mneyerang

gereja dengan terus setia pada tugas misi gereja.

Panggilan Khusus Teolog

Tugas utama teologi sebenarnya adalah dalam hal pengajaran. Teologi harus

melahirkan pengajaran yang benar. Peran Teolog bisa dikatakan sebagai pengajar gereja.

Teologi menyentuh semua aspek dalam gereja, jadi perhatiannya tidak hanya pada satu

bidang tertentu tetapi kepada seluruh gereja secara utuh. Jadi seharusnya ada kerjasama

antara gereja dengan teolog, dimana gereja juga harus menerima kemungkinan kritik teolog

dan ada juga kelalaian yang bisa terjadi dalam teologi sebab teolog adalah manusia. gereja

harus mengijinkan teolog ada kebebasan begitu pula sebaliknya dan keduanya saling

memperlengkapi. Kerendahan hati adalah sesuatu yang mutlak harus dipelihara dalam hal ini.

Pekerjaan teolog

Ketika mendekati teologi, sebagai disiplin dan pekerjaan, kita melakukan itu dengan

presuposisi tertentu yang dipegang teolog.

1. Wahyu yang dapat dipahami

Allah menyatakan dirinya kepada manusia dengan cara yang dapat dimengerti.

Pewahyuan Allah atas dirinya adalah dasar terpenting dari bangunan sistem teologi. ketika

teologi berbicara secara ororitatif, itu adalah menginterpretasi pewahyuan Allah dalam cara

yang dapat dipahami kepada gereja atau dunia. Firman Allah ini telah hadir secara konkrit

dalam bentuk inkarnasi, itulah yang menjadi inti dari pesan injil.

2. Focus kepada alasan.

Presuposisi lain dari teologi injili adalah bahwa pikiran manusia atau proses kognitif

secara esensi adalah sama kepada semua manusia. starting poin dari perspektif masing-

masing mungkin berbeda, tetapi perlengkapan dari proses berfikir itu adalah sama, yang

disebut rasoinalitas. Allah adalah pribadi yang berfikir, brerelasi dan juga yang rasional. Dia

juga yang menciptakan manusia dan budayanya yang berpikir dan berelasi.

Kerja dasar dari teologi adalah pada pemikiran karena itu merupakan natur kerja

teologi. Pengetahuan intuitif manusia adalah karena Allah mewahyukan diri-Nya dan mereka

benar secara universal. Berpikir kritis bukanlah milik Barat melainkan karakteristik

kepakaran seluruh dunia.

3. Perjanjian Allah dengan kita secara terus terang ?

Kita menganggap bahwa Allah yang menciptakan realitas dan manusia tidak akan

menyepelekan pikiran manusia. inilah salah satu presuposisi yang lain dari teologi injili.

9

Page 10: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Hukum pemikiran dan rasio secara umum cocok dengan realitas secara objektif. Sekalipun

pikiran manusia telah dicemari oleh dosa, manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, dan

punya kecukupan untuk menemukan serta merasakan realitas objektif yang benar. Kita juga

menduga bahwa Kristen mampu untuk memahami Wahyu Allah dengan bantuan roh kudus.

Teolog injili asia memiliki pemahaman yang bersih tentang hubungn antara human reason

dengan pencerahan roh kudus. Pengejaran Kristen terhadap Wahyu Allah, mereka secara

percaya diri yakin bahwa “roh kudus yang menuntun kita kepada kebenaran adalah roh yang

juga menghembuskan kebenaran kepada penulis alkitab, juga menghendaki kita supaya

mencari dan menemukan kebenaran dari tulisan-tulisan itu. Pekerjaan teologi adalah untuk

memahami dengan bersih frman Allah dan berbicara tentang kebenaran Wahyu Allah dan

berusaha secara maksimal kepada gereja dan dunia di dalam generasinya.

Bab 4. KEBUTUHAN SISTEM DAN BENTUK

Alkitab adalah sumber bagi system Kristen. Para teologlah yang mengumpulkan

pencaran data dan menyusunnya menjadi lengkap dan utuh. Sistem adalah inti keseluruhan

dari proposisi yang konsisten, independen, dan berkembang sesuai metode tertentu. Teologi

sistematik adalah buatan manusia, bersifat konstruktif/ membangun, juga kreativ., suatu

bangunan yang kuat dan utuh.

Teologi sebagai pekerjaan manusia.

Subjek dan isi dari teologi adalah kebenaran Wahyu Allayh yang absolute dan tidak

brubah. Tugas teologi untuk menyusun dan mengatur kembali susunan kebenaran ini

sehingga dapat dilihat dengan jelas dan dapat dipahami berbagai macam perspektif dan

situasi umat manusia. Teologi itu pekerjaan manusia, aktivitas intelektual manusia, bahkan

abstrak serta kelihatan kecil hubungannya dengan kondisi actual manusia.

Sistem adalah sekunder

Sebuah sistem juga tidak bisa secara tuntas dapat memahami serta mengutarakan

sumber kebenaran yang tidak terbatas yakni firman Allah, dengan demikian ada cacatnya,

tidfak mutlak system hanyalah alat bantu untuk membangun pemahaman yang kuat.

Metodologi teologi

Metodologi dibutuhkan untuk membuat model teologi yang akan digunakan.

dibutuhkan metode yang dapat menjawab kebutuhan baik pesanmaupun situasi yang

melatarbelakanginya. Sebuah metode tidak dapat mengklaim telah memadai untuk setiap

disiplin atau kategori pengetahuan. Teologi harus mengembangkan sebuah metode yang tepat

10

Page 11: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

untuk satu subjek bahan tertentu; jadi tidak bisa di bawa dari metode lain. teolog harus

menciptakan metodologinya sendiri, dan seharusnya dengan dasar firman Allah. teologi asia

harus membangun sebuah metode yang tepat untuk konteks asia.

Metode sintetic; Metode sintetik ini mengambil Allah sebagai starting pint dan

kebenaran utama. Setiap diskusi dalam tata tertib logika, selalu bergerak dari doktrin Allah

melalui beragam doktrin yang lain, tetapi selalu di hubungkan dengan kebenaran utama

itu(Allah).

Karakateristik sistem teologi

Satu karakteristik utama dari teologi adalah keteraturan. Keteraturan ini sangat

penting karena tugas teolog adalah mengatur atau mengeksposisi secara sistematis kebenaran

iman Kristen. Ada urutan kebenara yang melekat di dalam Wahyu Allah dariNya kepada

manusia. sebuah sistem teologi adalah “membuat susunan dalam dari kebenaran iman”.

Jadi menulis teologi, sebagai pekerjaan yang konkrit dari tugas teologi, bukanlah

tugas yang mudah. Tugas ini sangat kompleks karena subjek pekerjaanya dan proses

komunikasinya juga akan sangat kompleks. Setiap generasi harus mendengar injil secara

lengkap, dan langsung berhubungan dengan pola pikirnya yang cara mana cara berfikirnya

juga adalah menurut generasinya sendiri. ini membuat tugas teologi menjadi sangat

kompleks.

Titik Awal Dari Teologi.

Starting point dari teologi adalah selalu mulai dari Allah, dalam pengertian Allah

yang dicatat oleh alkitab, dan bukan Allah dalam konsep filsafat atau agama-agama.

Sementara Pusat dari teologi itu sendiri adalah pribadi Yesus Kristus sendiri. Teologi asia

khususnya sangat dan cocok tertarik dengan masalah inkarnasi Yesus.

BAB 5. KEPEDULIAN TERHADAP KEBUDAYAAN

Selain keharusan menguasai Alkitab dan metodologinya, teolog Asia juga harus

sanggup mengkomunikasikannya dalam keberadaaannya sekarang. Mengapa perlu

mempertimbangkan kebudayaan? Ketika kita berbicara tentang teologi, itu seharusnya tidak

bisa lepas dari kehidupan nyata, dan bahwa manusia hidup dalam kebudayaan mereka.

Bagaimana caranya kita menghubungkan kekristenan dengan kebudayaan, dan itu

sangat penting untuk terus dipikirkan. Allah tidak hanya memperhatikan teologi. Allah

memperhatikan keseluruhan aspek kehidupan, di dalamnya termasuk budaya. Jadi kesadaran

11

Page 12: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

akan pentingnya budaya menjadi persiapan yang sangat penting untuk pekerjaan teologi yang

solid dan relevan.

Untuk itu sikap kritis perlu selalu dikembangkan oleh orang Kristen terhadap

kebudayaan. Richard neiburh membagi sikap kritis terhadap budaya dalam lima kategori;

Kristus menentang budaya, Kristus dari budaya, Kristus diatas budaya, Kristus dan budaya

paradox, dan Kristus adalah pembaharu budaya. Kaum injili menyadari adalah sangat penting

untuk tetap memperhatikan sikap kristis ini, dimana budaya harus tetap di nilai berdasrkan

firman Allah. Ketika kekristenan menyentuh budaya, ia mengubah aspek-aspeknya.

Kekristenan bisa membawa perubahan yang besar dalam budaya.

Perubahan budaya

Budaya adalah buatan manusia. kebudayaan itu sesuatu yang rancu, dimana ia dibuat

oleh manusia yang adalah mahluk mulia, tetapi telah jatuh dalam dosa. Kedua unsure ini pun

terdapat dalam kebudayaan, dimana Budaya tidak seluruhnya baik, juga tidak seluruhnya

buruk. Oleh sebab itu, seperti john stott katakan bahwa setiap budaya harus diuji. Kekristenan

tidak seluruhnya menolak kebudayaan yang merupakan produk manusia, tetapi harus di uji.

Proses pengujian kebudayaan bukanlah pekerjaan yang mudah dan sangat berisiko. gereja

sebagai wakil Kristus, akan tetap mengalami rintangan yang sulit dalam menghadapi dunia.

gereja naturnya adalah sebagai orang asing atau pendatang di bumi, bahkan menjadi orang

asing di negeri sendiri.

Tujuan utama dari pembaharuan Kristen adalah renovasi dan pembaharuan akal budi.

untuk membawa kebudaan kembali mengenal Allah dan serta menyembah Kristus. Lebih dari

transformasi individu, tetapi panggilan ini adalah untuk kebudayaan social dan transformasi

nasional supaya menghidupi kebenaran Allah. Misi itu tidak melulu kisah tentang

menyebarkan iman, tetapi juga sejarah transformasi hidup.

Budaya dan teologi

Teologi tugasnya adalah untuk mendaratkan menjelaskan akan pesan dari firman

Allah, tetapi tidak dimulai dengan pesan melainkan dimulai dengan manusia. jadi itu disebut

dengan teologi from below, dimana mereka menerima konsep-konsep dan persuposisi dari

kebudayaan dan kemudian dengan dmikian mereka mulai berfikir berangkat dari masalah-

masalah ini, bagaimana alkitab menjawab hal tersebut. Jadi budaya dan elemen-elemen

budaya adalah berotoritas juga untuk dibutuhkan dalam pekerjaan teologi.

BAB 6. POKOK BUDAYA: AGAMA, FILOSOFI, DAN IDEOLOGI

12

Page 13: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Di asia, antara budaya dan agama atau budaya dan ideology adalah saling berjalin.

Perkembangan budaya dan perkembangan agama terjadi bersama-sama. Jadi agama telah

memberikan pengaruh kepada kebudayaan serta sebaliknya.

Pandangan alkitab terhadap agama-agama.

Satu elemen yang paling vital di atas kebenaran Allah yang hidup yang telah ia

nyatakan kepada bangsa Israel adalah, bahwa tidak ada kompromi dengan ilah-ilah lain.

Allah dalam alkitab sangat anti sinkretisme. Alkitab secara terang-terangan menentang

sinkretisme yang pada akhirnya hanya akan jatuh pada kekejaman dalam penyembahan.

Secara umum, karakteristik bagian ini menyusun iman alkitab yang terpisah dari agama-

agama besar orang asia yang kebanyakan adalah sinkretis. Hendrik kreamer melihat bahwa

bahaya sinkretis inilah yang mengancam eksistensi dari kekristenan di asia. Orang asia

senang dengan sinktretisme. Tetapi iman alkitab dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama,

secara murni menolak setiap penyesuaian dengan agama-agama. Yang ditolak adalah ide

tentang penyaringan kebenaran esensial melalui struktur dan worldview dari agama-agama

itu.

Wahyu umum dan Agama-Agama Lain

Paulus dalam Roma 2, menunjukkan bahwa di dalam diri manusia secara umum ada

suara hati nurani atau kesadaran akan keberadaan ultimat, pemahaman akan keberadan Allah

dan moralitas yang membuat manusia melakukan kehendak Allah. Wahyu umum dinyatakan

Allah juga lewat budaya. Kita memiliki hubungan Wahyu umum dan Wahyu umum awalnya

itu diatur oleh kebudayaan. Wahyu umum bisa kita sebut sebagai adanya sebuah peraturan di

dalam pengembangan budaya dan kebudayaan maupun agama. Kalangan injili meyakini

bahwa walaupun mereka juga mengenal kebenaran dan Wahyu umum, tetapi kita tidak

mengatakan bahwa itu cukup menyelamatkan manusia tanpa injil. Tetapi setidaknya dengan

adanya kebenaran dalam agama-agama, itu bisa menjadi presuposisi bagi mereka bahwa ada

satu kebenaran mutlak, yang sumbernya dari satu Allah saja.

Berbagai Posisi Mengenai Agama-Agama

Agama dan kebudayaan mengalami perkembangan di barat, dan beberapa kebudayaan

mempengaruhi agama. antropologi menunjukkan bahwa dalam beberapa cara kebudayaan

dan agama adalah sama sebagai, seni, hubungan social, dan elemen budya yang lain adalah

13

Page 14: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

buatan. Beberapa menganjurkan bahwa perlu untuk memandang berharga terhadap agama-

agama.

Dalam beberapa hal, agama-agama berteologi dengan cara yang baik, dan perlu

dipelajari kekristenan. contohnya adalah agama budha, yang mana mereka juga memulai

agama dengan sebuah analisis terhadap kondisi manusia. Ini adalah awal yang baik untuk

berteologi, dimana berteologi harus dimulai dengan melihat realitas eksistensi kehidupan, dan

bukan memulai dengan spekulasi metafisik.

Perdebatan Roma Katolik dalam Agama-agama

Di dalam katolik telah terjadi pemahaman dari “keselamatan dari gereja”, ke

“keselamatan

hanya dari Kristus”. Agama juga Anugrah Allah adalah lebih besar dari semua institusi

bahkan dari manusia. gereja tidak menyelamatkan, bergeser ke pemahaman bahwa agama

yang menyelatkan, dan akhirnya bahwa hanya anugrahlah di dalam Kristus yang

menyelamatkan. Keselamatan bukan melompat melalui gereja, tetapi hanya lewat Kristus.

Anugrah adalah selalu Kristus, dan selalu beroritentasi melalui Kristus dan Kristus

mengejawantah di dalam gereja. Sementara hans kung, menganut pandangan bahwa

keselamatan tidak harus melalui gereja. Keselamatan menurut kung, ada dua jalan yaitu

agama-agama dan lewat kekristenan. orang-orang di luar gereja/ non Kristen juga bisa

mendapatkan keselamatan dalam agamanya sendiri. jadi tugas kekristenan terhadap agama-

agama yang lain adalah untuk memajukan mereka sesuai agamanya sendiri, atau dengan kata

lain tugas teologi adalah “menjadikan seorang budha menjadi budha yang lebih baik lagi”.

Agama Bukan Berdasarkan Norma

Barth sangat menolak masalah legitimasi agama, dan itu tidak sesuai dengan alkitab.

Ia menolak klaim agama menjadi dasar dari Wahyu. Ia menolak Wahyu umum, dan hanya

ada satu jalan keselamatan yaitu Kristus. semua agama mengagumkan, tetapi tidak mungkin

bisa menemukan Allah. Mngenai kebenaran ultimat, bahwa Allah telah mengirimkan

anakNya untuk keselamatan manusia, dalam hal ini seluruhnya diam. Jadi apa yang berbeda

dalam kekristenan, adalah satu-satunya Yesus Kristus. selain itu beberapa sikap yang

diberikan terhadap agama-agama oleh teolog sangat beragam. Mc gavran seorang ahli

pertumbuhan gereja, telah mempelajari tentang agama hindu di india. Tetapi ia menemukan

kenyataan bahwa tidak ada cara yang dapat menghubungkan antara kekristenan dengan

hinduisme. Jadi kesimpulannya adalah bahwa manusia yang sudah rusak dalam dosa, benar-

14

Page 15: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

benar rusak termasuk dalam keagamaanya, dan bahkan dalam setiap bagian manusia hidup

dalam sikap pemberontakan terhadap Allah. Teologi injili sendiri memiliki sikap yang

menerima bahwa ada kemungkinan hal-hal yang baik yang bisa ditemukan dalam agama-

agama, barangkali bahkan beberapa pengenalan yang benar akan Allah. tetapi itu semua

tidaklah membawa manusia kepada keselamatan. Keselamatan hanya satu-satunya dalam diri

Kristus, dan tidak ada jalan lain.

BAGIAN KEDUA: KONTEKSTUALISASI DAN TEOLOGI

BAB 7. KONTEKSTUALISASI TEOLOGI

Usaha kontekstualisasi teologi telah dilakukan oleh gereja sejak adanya kesadaran

kembali tentang pentingnya pekerjaan misi. Bermacam-macam model usaha kontekstualisasi

bahkan telah dilakukan oleh para pendahulu. Dan sekarang, adalah satu masa yang kembali

dirasakan betapa pentingnya dan sulitnya usaha kontekstualisasi teologi ini. kontekstualisasi

teologi adalah selalu dan harus dilakukan oleh teologi, tetapi di dalamnya tentu ada

keterbatasan-keterbatasan dan sangat hati-hati yang menurut teologi injili adalah sangat

mempengaruhi misi gereja terhadap berbagai macam kebudayaan di dunia.

Kebutuhan akan kontekstualisasi

Sekali lagi, kontekstualisasi adalah untuk memastikan bahwa pesan dan respon

pendengar sekarang adalah sepadan. Intinya masalah kontekstualisasi adalah masalah

komunikasi. Kontekstualisasi merupakan tugas yang tak terelakkan dan sangat penting, juga

pekerjaan yang sangat kompleks dan menuntut. Kontektualisasi merupakan sebuah usaha

untuk menggambarkan apa yang telah dilakukan dan untuk melakukan pekerjaan dengan

bertanggungjawab. Tugas teologi adalah untuk menerjemahkan kebenaran.

Selama ini teologi hanya berbicara tentang teologi-tidak berhubungan langsung

dengan situasi konkrit dan hanya cakap berbicara dalam pemahaman-pemahaman gerejawi.

Teolog berbicara hanya untuk diri mereka sendiri, di dalam konsep-konsep yang umum,

menciptakan istilah-istilah sendiri dan jauh dari pergumulan-pergumulan yang real. Teologi

seharusnya, selain mereka memikirkan secara serius tentang konetkstualisasi, juga harus

berhubungan dan bermanfaat terhadap keseluruhan kekristenan bahkan dunia yang non

Kristen.

Motif Kontekstualisasi Teologi

15

Page 16: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Apa yang menjadi motiv teologi intinya dan luasnya adalah masalah komunikasi.

Motif untuk mengkomunikasikan injil dan memastikan nilai injil itu dapat melewati batas-

batas budaya dan juga dapat dipahami gereja. inti pesan utama dari kontekstualisasi adalah

untuk menjelaskan dan menjernihkan pesan injil. Bukan penerimaan atau penolakan. Tentu

bagaimanapun ada aspek mempertimbangkan, bahwa injil harus selalu dijaga, dimurnikan

dari ajaran-ajaran lain dan juga untuk membuka wawasan baru.

Pertimbangan Esensial

Pertimbangan teologi dapat dibagi dalam dua kategori: teks dan konteks. Teks adalah

alkitab, dan konteks tentu adalah situasi cultural dimana teolog berfikir teologi menulis.

Teologi injili tanpa ragu meletakkan prioritas dan otoritas teks di atas konteks. Tujuan

utamanya termasuk dalam mempelajari konteks adalah untuk kepentingan pengajaran atas

firman Allah. tetapi bukan berarti konteks tidak terlalu penting, sebab konteks adalah sasaran

dari alkitab. Allah menyatakan dirinya dalam sejarah dengan konteksnya pada saat itu.

Dengn kata lain alkitab sendiripun punya konteksnya sendiri. Studi eksegese pada

intinya adalah untuk mempelajari konteks tersebut, serta dari pesan yang didapat dalam

konteks aslinya dapat di tarik pesan untuk konteks kekinian. Apa yang valid disana adalah

bukan bentuk dari pesan tersebut, tetapi kebenaran dari pesan tersebut yang harus tetap

diajarkan.

Elemen dari budaya

Hesselgrave mencoba membuat garis besar dari elemen budaya yang sangat esensial,

yakni: world view, cara berfikir, bentuk linguistic, pola perilaku, struktur social, pengaruh

media, sumber motivasi-cara mengambil keputusan. Dalam mempertimbangkan alkitab yang

akan di daratkan, komponen ini menolong kita untuk kemudian dipertimbangkan ketika

menyampaikan firman Allah.

Sebuah Jembatan Untuk Kontekstualisasi

Kebudayaan setidaknya dua level, kebudayaan sadar dan tidak sadar. Pola pikir

budaya yang tidak disadari pikiran tidak selalu berlawanan dengan pola yang disadari, dan

keduanya sulit untuk ditemukan atau dianalisa. Pola ini adalah menurut naluri alamiah, dan

melewati jaman ke jaman. Kebudayaan punya filosofi sendiri. Filosofi dari budaya bisa

menjadi sebuah jembatan untuk kontekstualisasi teologi. Ada ahli yang mengatakan bahwa

manusia bisa memahami kebenaran yang ia miliki (kebenarn lama) dengan lebih lagi jika ia

memiliki kemampuan untuk menghubungkannya dengan pengetahuan akan kebenaran yang

baru ia dengar. Inilah yang dilakukan oleh Paulus ketika ia di atena, dengan mencoba

16

Page 17: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

menjelaskan bawha Allah yang mereka tidak kenal itu, itulah yang diberitakan oleh Paulus.

Jadi filosofi lama bisa menjadi jembatan bagi teologi untuk memasukkan pola pikir yang

alkitabiah.

Proses Kontekstualisasi

Proses konetkstualisasi hanya bisa dilakukan oleh seseorang, jika ia benar-benar dapat

memahami kedua-duanya teologi dan kebudayaan. Itu sebabnya, teologi asia harus

dikembangkan oleh seorang yang memiliki latar belakang asia, atau setidak-tidaknya

mengerti betul worldview orang asia. Ia mengenali betul dan menyadari pergumulan yang

dimiliki orang asia. Ia berdiri di atas pemahaman yang dalam akan kedua-duanya, alkitab dan

budaya. Setelah itu sebuah kontekstualisasi dilakukan di atas kebutuhan.

Hendrik Kraemer memberikan ada 4 tahap melakukan hubungan dengan orang

pribumi: pertama, melakukan kontak dengan orang dengan siapa kita ingin berbicara. Kedua,

adalah komunikasi, dan memberkan pesan yang kita ingin supaya orang tersebut pahami.

Ketiga, memberikan konfrontasi antara pemahamannya (misanya tentang

keselamatan )dengan terang yang diberikan oleh Yesus Kristus. keempat, langkah pertobatan.

Inipun dapat disebut dengan kontekstualisasi.

Dalam kontekstualisasi disusun dari sebuah perhatian terhadap elemen-elemen

kebudayaan. Ada 6 model dari teologi kontekstualisasi: model antropologi, penerjemahan,

praksis, sintetik, semiotic, dan model transenden. Yang paling lama dan paling banyak

digunakan adalah model penterjemahan.

BAB 8. PARAMETER DARI TEOLOGI KONTEKSTUALISASI

Pertanyaan penting dan provokatif

Semua perdebatan teologi dalam sejarah bisa dilihat sebagai sebuah usaha untuk

menentukan doktrin apakah yang benar-benar perlu untuk di pikirkan kembali dalam iman

Kristen. Kontekstualisasi merupakan sesuatu yang penting untuk saat ini, tetapi tanpa

pemahaman yang kuat akan doktrin, tampaknya konsep kontekstualisasi adalah terlalu

dipaksa melampaui batas doktrin dan untuk menjadi parameter iman. Kadang-kadang gereje

bisa lupa untuk bertanya, apakah yang paling esensial dari pesan kekristenan itu sendiri.

untuk berteologi perlu di pertanyakan, di area mana yang harus kita pertanyakan, seberapa

berbeda, dan di area tersebut, apakah yang konstan dari iman Kristen?

Jadi sebenarnya harus difikirkan juga kembali, apakah unsure yang konstan dalam

iman Kristen itu sendiri. seorang injili, harusnya bisa mempertanyakan, apakah perlu bagi

17

Page 18: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

kita untuk menerima pandagan dunia sekitar? Dan sebagai orang injili seharusnya juga

menjawab tidak. Teolog injili berusaha menemukan jalan untuk menghadirkan nilai

worldview alkitabiah di dalam bahasa yang dapat dipahami sebagai jalan untuk budaya.

Apa yang harus kita hindari

Susunan parameter dari iman Kristen mempengaruhi pemahaman tentang apa yang

harus kita lakukan dalam proses kontekstualisasi dan apa yang hendak kita lakukan. Beberapa

mengusulkan akan adanya bahaya di dalam kontekstualisasi dan bisa dihindari dengan

memikirkan tentang apa yang tidak perlu dilakukan selama proses kontekstualisasi. Jurgen

moltman melihat ada dua bahaya, yakni salah satu adalah kecenderungan hadirnya teologi

yang tidak menyentuh apa-apa. Kedua, teologi yang warnanya justru diubah/ dipengaruhi

oleh konteks. Beberapa ahli lain, memberikan beberapa kecenderungan-kecenderungan yang

patut dihindari dalam proses kontekstualisasi. Tetapi secara umum, teolog injili sangat

menghindari akan adanya misunderstanding terhadap pesan kekristenan. akhirnya apa yang

paling dihindari oleh injili adalah di dalam seluruh usaha kita dalam kontekstualisasi dan

usahanya berhubungan dengan dunia, jangan sampai kehilangan Allah dalam proses tersebut.

Apa yang harus kita lakukan

Tujuan utama yang hendak dicapai adalah, mengulangi pertanyaan untuk memelihara

kembali apa yang esensial dalam pesan di kekristenan. ini artinya adalah sekaligus akan

menjaga bentuk esensial dari kebenaran yang dipegang. Sunan sumitra, seorang injili

mengatakan bahwa apa yang ingin dilakukan oleh orang-orang injili adalah untuk

menginterpretasikan alkitab ke dalam fakta-fakta yang kontekstual. Mengaplikasikan

‘kebenaran-yang-menyatakan’ dalam situasi hidup yang sekarang. Menghadirkan kebenaran

secara utuh menyeluruh, atau dengan kata lain untuk meyakinkan dengan luas spectrum dari

kebenaran Wahyu Allah. kebenaran Allah secara utuh bisa dipahami oleh orang yang ada di

budaya itu. Juga apa yang ingin dilakukan adalah untuk menghindari masuknya nilai-nilai

alkitabiah yang sangat dalam. Kita tidak ingin kebenaran alkitab menjadi kabur oleh karena

dipengaruhi oleh manusia yang natural.

Pengaturan dan Pembatasan

Teologi injili menyusun parameter untuk dirinya sendiri. Standar otoritatif dan

normative dari injili adalah alkitab itu sendiri. beberapa hal yang paling esensial dari

pengajaran alkitab harus tetap dipertahankan. Batasan yang lain adalah pernyataan iman yang

tetap kita pelihara. Selain itu adalah Otoritas alkitab. Doktrin injili, misalnya percaya akan

18

Page 19: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

doktrin total depravity, keselamatan yang hanyalah anugrah Allah, bukan dengan usaha atau

pekerjaan, iman yang menyelamatkan, perlunya tugas penginjilan dan beberapa keyakinan

lain.

Parameter-parameter ini juga menjadi satu standar yang penting dalam mengevaluasi

pekerjaan teologi dalam kaitan kesetiannya terhadap firman Allah. parameter ini menjadi

dasar untuk memutuskan kelayakan dari suatu teologi untuk gereja, menjadi alat untuk

menyusun batasan kreativitas teologi yang dapat diterima. Menjunjung kebebasan keyakinan

tentu, tetapi bukan berarti kita harus menerima relativisme atau pluralisme. Tetap kita

memiliki keyakinan yang kuat bahwa hanya Yesus yang dapat menyelamatka, dan untuk itu

harus diperjuangkan supaya semua mendengar hal ini. kebenaran Allah, tetap berbeda dengan

kebenaran dunia, dan harus menginsafkan dunia. orang injili menyatakan, bahwa kita percaya

hal ini baru disebut sebagai Kristen, tetapi jika tidak kita bukanlah seorang Kristen.

BAB 9. KRITIK KONTEKSTUALISASI MASA KINI

Cara lain untuk melihat dan memahami parameter di dalam kontekstualisasi adalah

dengan cara melihat sisi negativnya melalui kritik.

Kritik umum

Teolog dunia ketiga mengkritik teologi kontekstualisasi karena menyingkirkan

Alkitab dan mengganti dengan dasar lain dalam presuposisi dan titik berangkatnya. Mereka

cenderung berorientasi politik , sinkretis, dan membuat analisis social menjadi norma untuk

menulis teologi. Kontekstualisasi yang dibutuhkan sekarang adalah untuk mempelajari dan

menganalisa kalau-kalau focus dari misi dan penginjilan jatuh ke dalam kompromi

pengajaran yang salah bahkan berbahaya terhadap kekristenan.

Kritik atas Teologi-teologi Khusus.

Apa yang dibutuhkan dalam hal ini adalah untuk menghadirkan rumusan singkat

tentag bagaimana teolog injili melakukan dan mengkategori teologi mereka di konteks asia.

Artinya kategorisasi bukan hendak melakukan penilaian secara negative atau mengatakan

bahwa tidak ada nilai dari apa yang mereka lakukan. Apa yang dibutuhkan adalah teolog

injili secara kritis menganalisa teologi mereka dan seorang teolog korea, Bong Rin Ro

menemukan ada empat kategori yang biasa ada di asia.

1. Teologi sinkretistik; menerima kepercayaan atau worldview dari agama-agama asia

demi usaha untuk menginterpretasikan pikiran Kristen kepada budaya. Diantaranya Klaus

Klostermaier, Dr Thomas, C.S. Song.

19

Page 20: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

2. Akomodasi

Teologi yang terdiri dari usaha untuk menggabungkan konsep dan kostum dari agama

lain ke dalam kekristenan. pada taraf tertentu, hal ini bisa diterima tetapi melampaui itu

model inipun hampir tidak beralasan. Konsep dan kostum akan dan dapat di reinterpretasi

tetapi dasar dari esensi dari kebenaran iman Kristen harus tetap dipertahankan dan

disampaikan/dijelaskan.

3. Teologi situasional.

Teologi ini adalah teologi berefleksi atas situasi pribumi jepang. Teologi ini sangat

dipengaruhi oleh ide kepentingan penderitaan yang berasal dari konsep budhis tentang

pentingnya penderitaan untuk mencapai nirwana.

4. Teologi asia biblical oriented

Teologi injili harus mulai bergerak dari diskusi tentang teologi kontekstualisasi kea

rah pengembangan dan menciptakan sebuah riset yang lebih baik, penelitian yang lebih baik

dan kokoh yang bisa memberikan kontribusi terhadap keseluruhan pekerjaan dari gereja-

gereja di asia. Bagaimanapun, kita harus tetap kembali ke alkitab dan itu bukanlah pekerjaan

yang mudah.

Area kritik yang lain

Hans kung juga memberikan satu kritik yang sangat pedas terhadap beberapa usaha

teolog yang telah jatuh, dimana mereka telah beralih dari usaha teologi menjadi pendukung

ideology. Tidak bisa dilupakan bahwa gereja selalu ada keberagaman dan kesatuan di dalam

iman Kristen bahkan di interpretasikan dan diterjemahkan ke dalam berbagai perbedaan

dalam komunitas.

Beberapa Saran Untuk Kritik Teologi

Yang dibutuhkan sebenarnya adalah khususnya bagi para pemula, yakni bagaimana

memulai untuk berfikir kritis dan memulai berteologi dalam suatu konteks. Itu juga bisa

menjadi sebuah prosedur yang dapat digunakan para teolog untuk mengukur nilai dan

kebenaran dari pekerjaan mereka.

Bagaimana mengevaluasi sistem teologi? Pertama, Pendekatan yang paling umum

digunakan adalah dengan cara menemukan presuposisi dan asumsi dari teolog. Kedua,

melihat apakah teologi tersebut telah menghadirkan sebuah sistem dengan pemikiran yang

utuh, atau melulu terpisah-pisah dan tidak ada hubungan satu dengan lain. Ketiga, apakah

sistem itu benar-benar menghadirkan apa yang ia ajarkan, dan apakah ia tetap menjadi hakim

atas kebenaran. Keempat, apakah posisi dari teologi tersebut tetap menjadikan pesan

20

Page 21: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

kekristenan tetap utuh, masih menghadirkan bahwa keselamatan hanya dari anugrah di dalam

Yesus Kristus.

Evaluasi yang wajar

Tentunya, di dalam mengevaluasi harus membaca lebih banyak dan mempelajari

tulisan-tulisan para pendhulu tersebut. Ini akan memberikan sebuah pemahaman yang lebih

besar lagi atas apa yang telah dilakukan dan yang diusahakan. Tujuan dari kritik tidak lain

adalah berdasarkan kebutuhan dan untuk memahami kebenaran itu sendiri. jikalau ada hal-hal

yang eror dalam pelaksanaanya, ini tentu kemudian pencerahan yang lebih baru lagi baik bagi

pendahulu juga bagi pemula. Evaluasi atas pekerjaan teologi ini adalah sesuatu yang mutlak

dan terus menerus didalam teologi,dan perlu untuk terus mawas diri dan di dewasakan.

BAB 10. AWAL DARI SEBUAH TEOLOGI INJILI ASIA

Sebuah masalah akan segera muncul ketika mengkontekstualisasikan teologi injili

adalah bahwa ia akan bekerja dalam sebuah konteks yang khusus, misalnya dalam konteks

budhis, islam, atau budaya sekuler tertentu. Setiap situasi akan berbeda masalahnya dan

pertanyaannya yang juga membutuhkan perlakuan yang berbeda pula. Dengan demikian

kontekstualisasi teologi berefleksi atas situasi yang khusus pula.

Prinsip-Prinsip Yang Akan Dilakukan Dalam Teologi Di Asia

Dr. Marantika memberikan satu nasehat yang sangat baik bukan hanya untuk teolog yang

bekerja dalam konteks islam tetapi untuk semua teolog asia;

1. Kesempurnaan. Teolog harus mencari dari seluru kitab suci untuk menjawab

pertanyaan atas fakta-fakta yang ada.

2. Kelengkapan. Bagaimanapun, teologi harus dihasilkan dari studi alkitab yang dalam.

teologi tidak terbagi-bagi, juga harus cukup lengkap untuk mendukung kebutuhan

yang penting dalam pengajaran teologi dari alkitab.

3. Eksegese yang tepat dan interpretasi alkitab.

4. Keharmonisan. Teolog sangat terdorong untuk memperlihatkan sikap

konsistensi,koherensi, dan berkorelasi dengan alkitab.

5. Seimbang. Dalam arti menyeimbangkan perhatian terhadap kebenaran objektif dan

hubungannya dengan kebutuhan manusia.

6. Pesan diatas metode. Prioritas adalah pada pesan, yang melampaui kepentingan akan

metode. Pesan adalah tetap sama, sementara metode bisa berbeda sesuai konteks.

21

Page 22: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

7. Harus positive. Lurus menuju diskusi atas iman Kristen yang sehat, dimana walaupun

menyerang ide-ide yang tidak baik, tetapi harus tetap bersifat positif dan membangun

pikiran dan hati orang, sehingga mereka tidak harus menyerang atau memandag

negative kekristenan.

Karakteristik Teologi injili

Gambaran tentang keilahian Kristus, sangat relevan untuk orang asia, dimana mereka

mengetahui tentang ilah-ilah, dan bukti Yesus yang mengalahkan ilah-ilah, mengusir roh

jahat, sampai sifatnya yang melampaui pikiran manusia adalah sangat bersifat-dan mudah

diterima oleh orang asia, untuk menunjukkan bahwa Yesus itu Allah. Ciptaan dan natur

manusia, dimana kedua-duanya adlah ciptaan Allah. Keselamatan. Manusia membutuhkan

pertolongan, dan inilah kabar baik dan benar-benar baik. Gereja. sebagai kesatuan tubuh yang

diselamatkan oleh Allah. inipun sangat perlu untuk ditekankan di konteks asia, dimana

banyak diantara mereka memiliki sifat yang hidup berkomuni. Roh kudus dan eskatologi.

Eskatologi adalah yang paling mudah diterima dan mendapat perhatian dari orang asia.

Doktrin ini memberikan satu pengharapan dan memberi semangat bagi orang-orang asia.

BAB 11. TANTANGAN BAGI KITA

Dengan kondisi seperti ini, sudah menjadi jelas bahwa tugas teologi di asia sangatlah

sulit, berisiko, dan ruwet. Konteks asia membutuhkan perhatian khusus dari teologi, dan

khususnya membutuhkan teolog-teolog pribumi yang mengenal pergumulan di negerinya

sendiri. orang asia harus menulis teologi untuk asia. Pekerjaan ini telah dimulai, para teolog

local mulai terus hadir dan teologi juga masih terus dalam pembenahan.

Untuk gereja dan dunia.

Gereja membutuhkan teologi. Gereja dalam misi merealisasikan kebutuhannya dalam

sebuah pemahaman yang bersih tentang iman Kristen. Beberapa teologi ditulis dengan

pemikiran yang mendunia. Filosofi dan agama-agama dunia terus berusaha untuk merusak,

merebut atau menghancurkan iman Kristen, dalam usaha mereka untuk menaikkan pikiran

mereka mendapat kedudukan dan memperoleh otoritas kekuasaan.

Gereja asia harus mendarat, maju melampaui sekedar pengantar dengan seksama dan

bersikap dewasa atas iman Kristen untuk konteks asia. Teologi harus berbicara, bahkan tidak

sekedar bicara juga bekerja dengan keras. Apa yang dibutuhkan sekarang bukan lagi hanya

pikiran-pemikiran yang brilian dari para teolog, tetapi lebih lagi membuthkan orang-orang

yang memiliki hati.

22

Page 23: Developing an Asian Evangelical Theology.docx

Titik Berangkat

Studi Alkitab adalah satu hal yang tidak bisa diabaikan dan merupakan yang

terpenting dalam memulai tugas memikirkan teologi; mempelajari alkitab secara khusus

mempelajari pesan utama, pengajaran yang esensialnya, dan semenra mempertahankan ide

yang ingi ditulis oleh penulis, kita memperjuangkan untuk mendaratkannya pada koneks yang

sekarang ada. Hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah melakukan evaluasi

terhadap buku-buku atau hasil pekerjaan metodologi. Dan hal lain yang tidak kalah

pentingnya adalah bagaimana untuk mempelajari dan memahami bagaimana orang lain

berfikir.

Teologi, tugasnya adalah komunikasi. Ia mempengaruhi dengan mengajar dan

mendidik. Ini membutuhkan pemahaman tentang bagaimana orang lain berfikir. Komunikasi

hanya bisa berjalan baik jikalau mengenal audiencenya. Dengan demikian ini artinya harus

memahami kebudayaan, worldview, dan filosofi dari orang lain. tugas teologi adalah sebuah

panggilan yang menantang dan harus diambil dengan sungguh-sungguh.

23