determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik,...

147

Click here to load reader

Upload: dinhbao

Post on 17-Mar-2019

319 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT,

RAJIN) PADA PERAWAT KELAS III DI RSUD PASAR REBO JAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun Oleh:

NOVA ELYANTI

1112101000060

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

i

1 LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang akan diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2017

Nova Elyanti

Page 3: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT,

RAJIN) PADA PERAWAT KELAS III DI RSUD PASAR REBO JAKARTA

TAHUN 2017

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Agustus 2017

Oleh :

Nova Elyanti

1112101000060

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yuli Amran, S.KM, M.KM Meilani M. Anwar, M.T

NIP. 19800506 200801 2 015

Page 4: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

iii

2 PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Agustus 2017

Penguji I,

Baequni, S.KM, M.Kes

NIP. 19680911 200312 1 001

Penguji II,

Dr. Iting Shofwati, S.T., M.KKK

NIP. 19760808 200604 2 001

Penguji III,

Rullyenzy Rasyid, M.KKK

Page 5: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PERSONAL

Nama : Nova Elyanti

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/15 November 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Belimbing No. 68 RT. 011 RW. 001

Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan, 12620

Nomor HP : +62 856-4323-3228

Email : [email protected]/[email protected]

m

RIWAYAT PENDIDIKAN

2000-2006 : SD Negeri Jagakarsa 02 Pagi

Jagakarsa, Jakarta Selatan

2006-2009 : SMP Negeri 98 Jakarta

Lenteng Agung, Jakarta Selatan

2009-2012 : SMA Sumbangsih

Ampera, Jakarta Selatan

2012-Sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tangerang Selatan, Banten

PENGALAMAN ORGANISASI

2014-2015 : Staff Public Relation, Forum Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2015-2016 : Vice General Manager HRD, Forum Studi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

v

PENGALAMAN PELATIHAN DAN PENELITIAN

2013 : Peserta Seminar Profesi Epidemiologi “Ribuan

Anak Terancam HIV-AIDS, Let’s Prevent Mother to

Child Transmission!”

2014 : Peserta Workshop “Safety in The Process

Industries”

2014 : Peserta Training SMK3 Based on OHSAS 18001 &

PP No. 50 Tahun 2012”

2014 : Peserta Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat

“Have Your Perfect Weight with a Proper Diet”

2014 : Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan

“Climate Change and Mosquitos–An Inconvenient

Truth”

2014 : Peserta Seminar Pengembangan Profesi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

“Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana

Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi

Nasional”

2014 : Peserta Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Epidemiologi: Menstrual and Pre-

Menstrual Syndrome “Protect, Care and Attend

Your (Pretty) Miss V”

2014 : Peserta Workshop “Ergonomics in The Work Place”

2105 : Peserta Workshop “Management of Fire Safety”

2015 : Peserta Workshop “Risk Assessment in The Work

Place”

2015 : Peserta Pelatihan Keselamatan Konstruksi (Lifting

Crane)

2015 : Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan

“Combat The Neglected Tropical Disease Towards

a Filariasis-Free Country by 2020”

2015 : Peserta Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat

“Are You Selected Eater? Be Careful To Obesity!”

2015 : Peserta Seminar Profesi Manajemen Pelayanan

Kesehatan “Bagaimana Potret Kesehatan Ibu dan

Anak di Era JKN?”

2015 : Panitia Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja “Peduli Keselamatan Berkendara: Aku dan

Ojek Online Tertib Berlalu Lintas

2015 : Peneliti Seminar Profesi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja “Peduli Keselamatan Berkendara:

Aku dan Ojek Online Tertib Berlalu Lintas

Page 7: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Alhamdulillah, karena

atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Determinan Perilaku 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,

Rajin) pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017”.

Shalawat beserta salam yang teriring doa semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang senantiasa atas izin Allah SWT mengajarkan umatnya

untuk terus memperoleh ilmu pengetahuan.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam

proses memperoleh gelar sarjana. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis

memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Allah SWT atas segala nikmat serta kasih sayang yang telah diberikan-Nya

2. Keluarga saya, yaitu Ibu tercinta, Alm. Bapak tercinta, dan Mba Anti tercinta

(termasuk Rasyid), karena atas doa dan dukungan yang tidak pernah berhenti

sehingga penulis mampu memperoleh dan menjalani pendidikan hingga saat

ini di jenjang universitas.

3. Bapak Prof. DR. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku ketua program studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM dan Ibu Meilani M. Anwar, M.T., selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, saran, serta arahan kepada

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

vii

6. Ibu DR. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku dosen peminatan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi

terhadap pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini

7. Ibu Grace, Ibu Wieke, Ibu Eri, Ibu Ros, dan seluruh perawat kelas III yang

telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di RSUD Pasar Rebo

Jakarta.

8. Terima kasih kepada Devina, Ika, Rahfita, Sekar yang telah membantu

penulis dalam melakukan penelitian

9. Sahabat-sahabat saya, ‘Telepong’ ‘Sistah’ ‘Budegs’ ‘Cewe Terkeceh’ yang

selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.

10. Dia yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi selama skripsi ini

berlangsung.

11. Katiguys dan Teman-Teman Seperjuangan Kesehatan Masyarakat 2012 UIN

Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan doa dan harapan bahwa

segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis

menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai

kekurangan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu Kesehatan dan

Keselamatan Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembacanya, Aamiin. Terima

kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Agustus 2017

Nova Elyanti

Page 9: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Agustus 2017

Nova Elyanti, NIM : 1112101000060

Determinan Perilaku 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

(xviii + 127 halaman, 17 tabel, 3 gambar, 6 lampiran )

3 ABSTRAK

Program 5R pada perawat penting untuk dilaksanakan agar menciptakan

lingkungan kerja yang aman dan nyaman, sehingga dapat meminimalisir

menurunnya tingkat performa kerja, menurunnya produktivitas kerja, kurangnya

akurasi dalam bekerja, pemborosan waktu, meningkatnya kecelakaan kerja, dan

timbulnya kelelahan kerja lebih cepat. Namun, dalam hasil studi pendahuluan

yang dilakukan pada 20 perawat kelas III sebesar 55% perawat memiliki perilaku

5R yang tidak baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh perawat rawat inap kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta yang berjumlah 126 orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi dan penyebaran kuesioner. Analisis bivariat

dilakukan dengan uji chi-square dan mann-withney, serta analisis multivariat

menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki

perilaku 5R tidak baik (52,4%). Determinan perilaku yang tidak berhubungan

dengan perilaku 5R adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, motivasi,

ketersediaan fasilitas, reward, punishment, dan pengawasan. Sedangkan

determinan perilaku yang berhubungan dengan perilaku 5R adalah usia (p value =

0,001), masa kerja (p value = 0,002), dan jenis kelamin (p value = 0,007).

Saran yang diberikan kepada pihak rumah sakit adalah dengan

memberikan edukasi atau pelatihan pada seluruh perawat di rumah sakit terutama

bagi perawat dengan usia di bawah rata-rata usia perawat di rumah sakit, perawat

baru atau perawat dengan masa kerja dibawah rata-rata masa kerja perawat di

rumah sakit, dan pada perawat dengan jenis kelamin perempuan.

Kata kunci : 5R, Perilaku 5R, Perawat

Daftar Bacaan : 87 (1966-2015)

Page 10: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

ix

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH DEPARTEMENT

Undergraduate Thesis, August 2017

Nova Elyanti, NIM : 1112101000060

Determinant of 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Among Nurses at Class

III in RSUD Pasar Rebo Jakarta 2017

(xviii + 178 pages, 17 tables, 3 images, 6 attachements)

4 ABSTRACT

The 5R program on nurses is important to implement in order to create a

safe and comfortable working environment to minimize the decreasing of work

performance, decreasing work productivity, lack of accuracy in work, time

wastage, increasing work accident, and arising fatigue work faster. However, in

the preliminary study conducted on 20 third grade nurses, there were 55% nurses

have bad 5R behavior. This study aims to determine the determinants of 5R

behavior in third class nurses at Pasar Rebo Hospital Jakarta in 2017.

This study was a quantitative research with cross sectional study design.

The sample of this research is all nurses of class III inpatient room at RSUD

PasarRebo Jakarta which is 126 people. Data collection was done by observation

and distribution of questionnaires. Bivariate analysis was performed by chi-

square test and mann-withney, and multivariate analysis with double regression

logistics test.

The results showed that most nurses had not good 5R behavior (52.4%).

Determinants of behaviors that are not related to 5R behavior are educational

level, knowledge, attitude, motivation, availability of facilities, rewards,

punishment and supervision. While the determinants of behavior associated with

5R behavior are age (p value = 0.001), length of work (p value = 0.002), and

gender (p value = 0.007).

Suggestion for the management hospital is to provide education or

training to all nurses in the hospital, especially for nurses below the average age

of nurses in hospitals, new or underemployed nurses below the average length of

employment of nurses in hospitals, and nurses with female sex.

.

Keyword : 5R, 5R behavior, nurses

References : 87 (1966-2015)

Page 11: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 7

C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

1. Tujuan Umum ................................................................................ 9

2. Tujuan Khusus ............................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

1. Bagi Rumah Sakit ........................................................................ 10

2. Bagi Pekerja ................................................................................. 10

3. Bagi Peneliti Selanjutnya............................................................. 10

F. Ruang Lingkup .................................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12

A. Konsep 5R Pada Keselamatan Kerja ................................................. 12

B. Pengertian 5R .................................................................................... 12

1. Ringkas (Seiri) ............................................................................. 16

2. Rapi (Seiton) ................................................................................ 17

3. Resik (Seiso) ................................................................................ 19

4. Rawat (Seiketsu) .......................................................................... 20

Page 12: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xi

5. Rajin (Shitsuke)............................................................................ 21

C. Penerapan 5R ..................................................................................... 23

D. Perilaku .............................................................................................. 27

1. Definisi Perilaku .......................................................................... 27

2. Determinan Perilaku .................................................................... 28

E. Teori Perilaku .................................................................................... 30

F. Faktor-Faktor Perilaku 5R ................................................................. 31

1. Faktor-Faktor Predisposisi ........................................................... 32

a. Usia ........................................................................................ 32

b. Masa Kerja ............................................................................. 33

c. Tingkat Pendidikan ................................................................ 33

d. Jenis Kelamin ........................................................................ 34

e. Pengetahuan ........................................................................... 35

f. Sikap ...................................................................................... 35

g. Motivasi ................................................................................. 36

2. Faktor-Faktor Pendukung ............................................................ 36

a. Ketersediaan Fasilitas ............................................................ 36

b. Kemampuan Sumber Daya .................................................... 37

3. Faktor-Faktor Penguat ................................................................. 38

a. Reward and Punishment ........................................................ 38

b. Pengawasan ........................................................................... 38

c. Pelatihan ................................................................................ 39

d. Peraturan dan Prosedur .......................................................... 40

G. Perawat .............................................................................................. 40

H. Uji Beda Proporsi (Uji Chi-Square) .................................................. 42

I. Kerangka Teori .................................................................................. 44

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN .................................................................................. 45

A. Kerangka Konsep .............................................................................. 45

B. Definisi Operasional .......................................................................... 47

C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 50

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 51

A. Desain Penelitian ............................................................................... 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 51

Page 13: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xii

C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 51

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 53

E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 54

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 59

1. Uji Validitas ................................................................................. 59

2. Uji Reliabilitas ............................................................................. 60

G. Manajemen Data ................................................................................ 61

H. Analisis Data...................................................................................... 62

BAB V HASIL ..................................................................................................... 65

A. Gambaran Umum RSUD Pasar Rebo Jakarta ................................... 65

B. Analisis Univariat .............................................................................. 67

1. Gambaran Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta Tahun 2017 ............................................................ 67

2. Gambaran Determinan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 ....................................... 68

a. Faktor Predisposisi ................................................................ 68

b. Faktor Pendukung .................................................................. 71

c. Faktor Penguat ....................................................................... 71

C. Hasil Bivariat ..................................................................................... 73

1. Hubungan antara Faktor Predisposisi (Usia, Masa Kerja, Tingkat

Pendidikan, Jenis Kelamin, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017 ...................................................................... 73

a. Hubungan antara Usia dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 .............. 74

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 74

a. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku 5R

pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017 ....................................................................................... 75

b. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 76

c. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 76

d. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 .............. 77

Page 14: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xiii

e. Hubungan antara Motivasi dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 .............. 78

2. Hubungan antara Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017 ...................................................................... 78

a. Hubungan antara Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku 5R

pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017 ....................................................................................... 79

3. Hubungan antara Faktor Penguat (Reward and Punishment dan

Pengawasan) dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 ....................................... 79

a. Hubungan antara Reward dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 .............. 80

b. Hubungan antara Punishment dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 81

c. Hubungan antara Pengawasan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 81

D. Hasil Multivariat ................................................................................ 82

1. Determinan Paling Dominan yang Berhubungan dengan Perilaku

5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017 ............................................................................................. 82

a. Seleksi Kandidat Model Analisis Multivariat ....................... 82

b. Pembuatan Model Determinan Paling Dominan yang

Berhubungan dengan Perilaku 5R ......................................... 83

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 88

A. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 88

B. Perilaku 5R ........................................................................................ 89

C. Determinan Perilaku 5R .................................................................... 95

1. Hubungan antara Faktor Predisposisi (Usia, Masa Kerja, Tingkat

Pendidikan, Jenis Kelamin, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017 ...................................................................... 95

a. Hubungan antara Usia dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta .................................. 95

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta .................... 97

c. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku 5R

pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta ........... 99

Page 15: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xiv

d. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta .................. 100

e. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta .................. 102

f. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta ................................ 105

g. Hubungan antara Motivasi dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta ................................ 109

2. Hubungan antara Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017 .................................................................... 111

a. Hubungan antara Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku 5R

pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta ......... 111

3. Hubungan antara Faktor Penguat (Reward and Punishment dan

Pengawasan) dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 ..................................... 114

a. Hubungan antara Reward dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta ................................ 114

b. Hubungan antara Punishment dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta .................. 115

c. Hubungan antara Pengawasan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta .................. 116

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 119

A. Simpulan .......................................................................................... 119

B. Saran ................................................................................................ 120

1. Bagi RSUD Pasar Rebo ............................................................. 120

2. Bagi Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo ............................ 121

3. Bagi Peneliti Selanjutnya........................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122

LAMPIRAN ........................................................................................................ 128

Page 16: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xv

5 DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………..……………………... 47

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel ……………………………………. 52

Tabel 4.2 Contoh Waktu Observasi Perilaku 5R ……………………….. 54

Tabel 4.3 Kode Variabel ………………………………………………... 61

Tabel 5.1 Distribusi Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta Tahun 2017 ………………………..................... 67

Tabel 5.2 Rata-Rata pada Setiap R ……………………………………... 68

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Masa Kerja

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017… 69

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Jenis

Kelamin, Pengetahuan, Sikap, Motivasi Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 ……………................ 69

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pendukung

(Ketersediaan Fasilitas) pada Perawat Kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 ………………………............ 71

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Penguat (Reward

and Punishment dan Pengawasan) pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017 ……………………… 72

Tabel 5.7 Hubungan Usia dan Masa Kerja dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017… 73

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, Pengetahuan,

Sikap, dan Motivasi dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017………………… 75

Tabel 5.9 Hubungan Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas) dengan

Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017 …………………………………………... 79

Tabel 5.10 Hubungan Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas) dengan

Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017 …………………....................................... 80

Tabel 5.11 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dan

Variabel Dependen …………………………………………... 83

Tabel 5.12 Hasil Analisis Variabel Kandidat Model Multivariat ………... 84

Tabel 5.13 Hasil Analisis Multivariat Determinan Paling Dominan antara

Usia, Masa Kerja, dan Jenis Kelamin dengan Perilaku 5R

pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017 ………………………………………………………….. 85

Page 17: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xvi

6 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Perubahan Perilaku 5R .......................................................... 16

Gambar 2.2 Kerangka Teori Perilaku 5R oleh Perawat ........................................ 44

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Perilaku 5R oleh Perawat .................................... 46

Page 18: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xvii

7 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Legalitas Penelitian

Lampiran II Kuesioner Penelitian

Lampiran III Tabel Observasi Perilaku Pelaksanaan 5R

Lampiran IV Dokumentasi Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta

Lampiran V Output Analisis Data

Lampiran VI Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Page 19: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

xviii

8 DAFTAR ISTILAH

5R : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin

5S : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke

CSSD : Central Sterile Supply Departement

ISO : International Organization for Standardization

KKNI : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

OR : Odds Ratio

P3K : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

Page 20: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

1

1. BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang penting untuk

diperhatikan, karena rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI,

2009). Pentingnya peran rumah sakit dalam sistem pelayanan kesehatan, maka

berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dijadikan

prioritas utama. Hal ini diupayakan agar seluruh masyarakat mendapatkan

pelayanan kesehatan secara baik dan merata (Depkes RI, 2009).

Banyaknya berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit, perawat adalah

profesi yang memiliki peran besar dalam memberikan pelayanan kesehatan,

karena perawat merupakan profesi yang paling dominan di rumah sakit, yaitu

sebesar 55%-65% (Agus, 2009). Hal tersebut membuat perawat berisiko lebih

tinggi terhadap bahaya kesehatan dan keselamatan yang bersumber dari

lingkungan kerja (Agus, 2009). Berdasarkan salah satu data surveilans yang

ada di RSUD Pasar Rebo, perawat memiliki persentase tertinggi pada kasus

kecelakaan tertusuk jarum, yaitu sebesar 57,7% pada tahun 2014 dan

meningkat pada tahun 2015 yaitu menjadi 60,6%.

Page 21: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

2

Bahaya pada lingkungan kerja perawat dapat diminimalisir atau dapat

dicegah dengan pelaksanaan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang

ada (Kepmenkes, 2007). Berjalannya prosedur keselamatan dan kesehatan

kerja dengan baik tergantung pada adanya keserasian beban kerja, kapasitas

kerja, dan kondisi lingkungan kerja (Depkes RI, 2006). Jika terdapat hal yang

tidak kondusif dan terjadi gangguan pada lingkungan kerja pekerja akan

berdampak buruk pada konsentrasi bekerja para perawat yang akhirnya

berpengaruh pada kinerja perawat (Nawawi, 2001).

Salah satu upaya pengendalian lingkungan kerja perawat adalah melalui

penerapan 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin), yaitu program yang diadakan

untuk menjaga keteraturan lingkungan kerja menjadi lingkungan yang

bermutu (SIEN Consultant, 2012). Program 5R pada perawat penting untuk

dilaksanakan agar menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman,

sehingga dapat meminimalisir menurunnya tingkat performa kerja,

menurunnya produktivitas kerja, kurangnya akurasi dalam bekerja,

pemborosan waktu, meningkatnya kecelakaan kerja, dan menimbulkan lebih

cepat kelelahan kerja (Royan, 2009; Wingjosoebroto, 2003).

Budaya kerja 5R adalah serangkaian kegiatan sehari-hari di tempat kerja

seperti kegiatan pemisahan barang-barang, penataan, pembersihan,

pemeliharaan, dan pembiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaan menjadi lebih baik (Osada, 2004). Budaya kerja 5R akan berdampak

pada efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan keselamatan dalam bekerja.

Selain itu budaya kerja 5R adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana

Page 22: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

3

kerja yang nyaman di suatu lingkungan kerja (Jahja, 2009). 5R adalah sebagai

ilmu perilaku dan merupakan metodologi penciptaan serta pemeliharaan

organisasi yang baik dan dapat menjadi indikator apakah suatu pekerjaan akan

berjalan lancar atau tidak. Jika 5R dilaksanakan dengan baik, pekerjaan akan

berjalan lancar dan jika tidak, akan mengalami kesulitan (Osada, 2004;

Michalska, 2007).

Berdasarkan data yang didapatkan dari The Reporting of Injuries,

Diseases and Dangerous Occurrences Regulations (RIDDOR) dilaporkan

35% cedera pada pekerja adalah karena terpeleset, tersandung dan jatuh dari

ketinggian kemudian Labour Force Survey memperkirakan 190 pekerja

mengalami terpeleset dan tersandung dari 100.000 pekerja dan 1,2 juta jam

kerja hilang karena tersandung dan terpeleset pada tahun 2010 dan tahun 2011

(Health and Safety Executive, Kinds of Accident, 2011). Sejumlah kasus

dilaporkan di rumah sakit, yaitu terkilir 52%, luka memar, jatuh (crushing),

lebam (bruising) 11%, terpotong, luka terbuka, tertusuk 10,8%, goresan, luka

di kulit karena tergores sesuatu 1,9% (National Safety Council, 1988).

Laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC), 41% petugas

medis mengalami absentisme yang salah satu penyebabnya adalah injury dan

angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan sektor industri lainnya

(National Safety Council, 2014).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

mendapatkan hasil diantaranya metode 5R diterapkan untuk upaya

pengendalian bahaya yang ada ditempat kerja yaitu, bahaya elektrik, bahaya

Page 23: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

4

ergonomik, bahaya mekanik, dan bahaya fisik lain yang dapat menyebabkan

kecelakaan (Zarkhoni dkk, 2015). Penelitian lain menunjukkan setelah

dilakukan prinsip 5R di suatu perusahaan manufacturing, produktivitas

mengalami peningkatan, yaitu yang sebelumnya sebesar 2,93 meningkat

menjadi 6,35, kenaikan produktivitas sebesar 117% (Dewi dkk, 2013).

Penelitian lainnya pada perusahaan pipa menunjukkan bahwa karyawan telah

memahami 5R dengan cukup baik, penghematan area kerja sebesar 30%,

penghematan waktu pencarian barang dan semakin cepatnya identifikasi

permasalahan mesin. Namun, salah satu penerapan 5R yaitu ringkas masih

menjadi masalah di perusahaan tersebut (Pranasution, 2015).

Terdapat faktor-faktor yang mampu menghambat terciptanya budaya 5R di

tempat kerja diantaranya adalah masih buruknya perilaku pekerja dalam

penerapan 5R, kurangnya kesadaran pekerja mengenai 5R, kurangnya

kerjasama antar pekerja, kurangnya pemahaman mengenai 5R, kurangnya

pengetahuan mengenai 5R, keterbatasan fasilitas penunjang seperti peralatan

kerja, alat kebersihan, rak penyimpanan, serta faktor dukungan dari leader

produksi (Kartika, dkk, 2011). Hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penerapan 5R pada

pekerja, yaitu ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik 5R

(Septaviani, 2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa motivasi, komunikasi,

pelatihan, reward and recognition, dan peran top management memiliki

pengaruh terhadap motivasi karyawan dalam menerapkan 5R (Purwanggono,

dkk, 2014). Berdasarkan faktor-faktor tersebut, faktor perilaku merupakan

Page 24: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

5

faktor yang dapat dilihat, selain itu dalam ilmu perilaku banyak faktor lain

yang mempengaruhi perilaku seseorang tersebut. Sehingga penelitian

dilakukan pada perilaku perawat dalam penerapan 5R untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perawat dalam masalah penerapan

5R di tempat kerja.

Perilaku 5R pada perawat di kelas III menjadi perhatian, karena kelas III

merupakan kelas dengan jumlah perawat terbanyak dan berdasarkan hasil

observasi pada salah satu ruang perawat kelas III kurang tertata dengan rapi,

banyak tumpukkan barang-barang yang dapat membahayakan perawat.

Kurang tertatanya lingkungan kerja perawat dapat disebabkan oleh terus

meningkatnya kunjungan pasien kelas III. Pada tahun 2014 kunjungan

sebanyak 8.357 pasien dan pada tahun 2015 sebanyak 9.619 pasien, hal ini

dapat membuat perawat kurang memperhatikan lingkungan kerja, karena

banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan.

RSUD Pasar Rebo Jakarta telah memiliki program 5R, memiliki

penananggung jawab 5R, memiliki tim 5R, serta memiliki lembar ceklis untuk

penilaian 5R. Lembar ceklis 5R yang digunakan dibuat oleh penanggung

jawab 5R dan dibuat dalam format ceklis harian yang harus diisi oleh masing-

masing ruangan. Kemudian setiap bulan dilakukan rekapitulasi penilaian.

Namun, item pada lembar ceklis 5R yang digunakan tidak dibedakan pada

setiap unit kerja, sehingga terdapat beberapa item yang kurang sesuai dengan

keadaan yang ada pada unit kerja tertentu, contohnya adalah terdapat item

kertas, buku, ATK bekas, map bekas pada unit taman. Jika berdasarkan hasil

Page 25: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

6

rekapitulasi penilaian 5R tahun 2015 yang dilakukan oleh tim 5R RSUD Pasar

Rebo, instalasi rawat inap kelas III memiliki rata-rata nilai terendah

dibandingkan dengan instalasi rawat inap kelas I dan kelas II, yaitu sebesar

1.172, sedangkan kelas I dan kelas II sebesar 1.556 dan 1.520. Penilaian

seperti ini memiliki kekurangan, yaitu kemungkinan lembar ceklis 5R tidak

terisi sangat mungkin terjadi, saat hal tersebut terjadi tim 5R akan melakukan

perkiraan nilai berdasarkan penilaian bulan sebelumnya. Selain itu, penilaian

secara subjektif juga sangat mungkin terjadi, karena penilaian setiap harinya

dilakukan oleh pekerja diruangan masing-masing.

Sehingga dalam melakukan studi pendahuluan yang dilakukan pada ruang

perawat kelas III peneliti menggunakan lembar ceklis yang sudah disesuaikan

dengan item-item 5R yang ada di ruang perawat. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan pada 20 orang perawat kelas III, perilaku

penerapan 5R oleh perawat sebesar 55% masih memiliki perilaku 5R yang

tidak baik. Sedangkan 45% perawat memiliki perilaku 5R yang baik.

Selain berdasarkan studi pendahuluan, pemilihan Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Pasar Rebo sebagai instansi penelitian, karena RSUD Pasar

Rebo memiliki visi menjadi rumah sakit unggulan yang bermutu internasional

dan rujukan terbaik di Ibukota Negara RI tahun 2017, hal ini menjadi suatu

perhatian peneliti, dimana jika ingin menjadi rumah sakit unggulan, standar

yang dimiliki harus lebih tinggi. Selain itu, pentingnya pelaksanaan 5R tidak

hanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, namun juga sangat

erat kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat rumah

Page 26: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

7

sakit. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan 5R pada

perawat rawat inap kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Pelaksanaan 5R ini masih sering diabaikan oleh para pekerja karena

dianggap sebagai hal kecil. Masalah ini didukung dengan hasil studi

pendahuluan yang menyatakan bahwa 55% perawat masih memiliki perilaku

5R yang tidak baik dan 45% yang memiliki perilaku 5R baik. Perilaku 5R

yang tidak baik dapat berisiko terjadi penurunan performa kerja, penurunan

produktivitas kerja, kurangnya akurasi dalam bekerja, pemborosan waktu,

meningkatnya kecelakaan kerja, dan menimbulkan lebih cepat kelelahan kerja.

Berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian 5R tahun 2015 yang dilakukan

oleh tim 5R RSUD Pasar Rebo, instalasi rawat inap kelas III memiliki rata-

rata nilai terendah dibandingkan dengan instalasi rawat inap kelas I dan kelas

II, yaitu sebesar 1.172, sedangkan kelas I dan kelas II sebesar 1.556 dan 1.520.

Permasalahan pelaksanaan 5R dapat dipengaruhi oleh berbagai determinan

perilaku, sehingga muncul beberapa pertanyaan untuk mengetahui hubungan

antara determinan perilaku dengan perilaku 5R oleh perawat. Maka dari itu

peneliti tertarik untuk meneliti determinan dari perilaku 5R pada perawat kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Page 27: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

8

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi (usia, tingkat pendidikan,

masa kerja, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi) dalam

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun

2017?

3. Bagaimana gambaran faktor pendukung (ketersediaan fasilitas) dalam

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun

2017?

4. Bagaimana gambaran faktor penguat (reward and punishment dan

pengawasan) dalam perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta tahun 2017?

5. Bagaimana hubungan faktor predisposisi (usia, tingkat pendidikan,

masa kerja, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi) dengan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun

2017?

6. Bagaimana hubungan faktor pendukung (ketersediaan fasilitas) dengan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun

2017?

7. Bagaimana hubungan faktor penguat (reward and punishment dan

pengawasan) dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta tahun 2017?

Page 28: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

9

8. Faktor apakah yang paling dominan berhubungan dengan perilaku 5R

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya determinan perilaku 5R pada perawat kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perilaku 5R pada perawat kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

2. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi (usia, tingkat

pendidikan, masa kerja, jenis kelamin, pengetahuan, sikap,

motivasi) dalam perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta tahun 2017.

3. Diketahuinya gambaran faktor pendukung (ketersediaan fasilitas)

dalam perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta tahun 2017.

4. Diketahuinya gambaran faktor penguat (reward and punishment

dan pengawasan) dalam perilaku 5R pada perawat kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

5. Diketahuinya hubungan faktor predisposisi (usia, tingkat

pendidikan, masa kerja, jenis kelamin, pengetahuan, sikap,

motivasi) dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

Page 29: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

10

6. Diketahuinya hubungan faktor pendukung (ketersediaan fasilitas)

dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta tahun 2017.

7. Diketahuinya hubungan faktor penguat (reward and punishment

dan pengawasan) dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

8. Diketahuinya faktor paling dominan yang berhubungan dengan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

tahun 2017.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai informasi untuk

upaya meningkatkan perilaku 5R pada setiap pekerja. Agar dapat

menciptakan lingkungan fisik tempat kerja yang lebih aman, sehat, dan

nyaman, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal.

2. Bagi Pekerja

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran pekerja

mengenai pentingnya 5R dan meningkatkan kesadaran pekerja dalam

menerapkan 5R di tempat kerja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

peneliti selanjutnya terkait dengan determinan perilaku 5R khususnya

di rumah sakit. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi referensi

Page 30: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

11

bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa

maupun ingin mengembangkan penelitian ini.

F. Ruang Lingkup

Penelitian akan dilakukan di RSUD Pasar Rebo Jakarta, yaitu pada ruang

perawat instalasi rawat inap kelas III. Penelitian akan dilakukan untuk melihat

determinan perilaku 5R pada perawat instalasi rawat inap kelas III di ruang

perawat. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2016-Maret 2017.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis chi-square

dan mann-whithney, serta analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda. Data yang digunakan adalah data primer, dengan metode

pengumpulan data menggunakan observasi dan kuesioner. Kuesioner

digunakan untuk mengetahui variabel usia, masa kerja, tingkat pendidikan,

jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi, ketersediaan fasilitas, reward and

punishment, dan pengawasan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui

variabel perilaku 5R.

Page 31: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

12

2.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep 5R Pada Keselamatan Kerja

Salah satu dari empat bidang sasaran dari pelaksanaan 5R adalah

keselamatan kerja. Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang

bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 1981). Lingkungan

kerja menjadi tempat pekerja melakukan pekerjaan serta berinteraksi dengan

alat dan bahan yang dapat menimbulkan bahaya. Bahaya pada lingkungan

kerja dapat diminimalisir dengan penataan lingkungan kerja secara teratur dan

tertata serta memudahkan para pekerja. Penerapan 5R menjadi hal yang dapat

dilakukan untuk mengorganisir lingkungan kerja dengan baik, sehingga

mendukung terlaksananya keselamatan pada pekerja.

B. Pengertian 5R

5R merupakan kependekan dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.

5R adalah salah satu metode yang dapat meningkatkan kebiasaan positif para

pekerja dengan cara membangun dan memelihara sebuah lingkungan yang

bermutu di dalam sebuah organisasi agar dapat memajukan organisasi tempat

kerja, menjamin kesesuaiannya dengan standar yang ada, dan berujung pada

peningkatan efisiensi, produktivitas, dan keselamatan kerja (SIEN Consultant,

2012).

Page 32: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

13

Program 5R adalah metodologi penciptaan dan pemeliharaan lingkungan

kerja secara baik, bersih, efektif, dan berkualitas tinggi di tempat kerja dan

dapat menjadi indikator apakah suatu pekerjaan akan berjalan lancar atau

tidak. Jika 5R dilaksanakan dengan baik, pekerjaan akan berjalan lancar,

namun jika tidak, akan mengalami kesulitan (Michalska, 2007).

Konsep 5R berasal dari Jepang, dalam bahasa Jepang konsep 5R disebut

dengan konsep 5S, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Perusahaan

Jepang telah mengembangkan lima langkah pemeliharaan di tempat kerja

dengan penerapan 5R. Perancangan konsep 5R bertujuan untuk memberikan

kenyamanan dan kemudahan pada pekerja sehingga dapat meningkatkan

performa kerja, seperti meningkatnya produktivitas, akurasi dalam bekerja,

keselamatan kerja, mengurangi pemborosan baik dari waktu maupun tempat,

serta mengurangi datangnya kelelahan kerja terlalu cepat (Royan, 2009;

Wingjosoebroto, 2003). 5R menjadi salah satu budaya di tempat kerja, yaitu

bagaimana seseorang atau pekerja itu sendiri memperlakukan tempat kerjanya

dengan baik. Bila tempat kerja tertata dengan rapi, bersih, dan tertib maka

kemudahan dalam melakukan pekerjaan dapat tercipta. Terdapat empat bidang

sasaran yaitu, efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja, yang

apabila penerapan 5R diterapkan, bidang-bidang tersebut akan lebih mudah

tercapai (Suteja, 2011).

1. Efisiensi

Efisiensi kerja berhubungan dengan penggunaan sumber daya yang

sehemat mungkin dalam menghasilkan barang dan jasa. Efisiensi sering

Page 33: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

14

diartikan sebagai penghematan hanya pada benda fisik. Namun, efisiensi

juga dapat diterapkan untuk sumber daya waktu. Sumber daya waktu

merupakan sumber daya yang tidak bisa disimpan atau dipindahkan,

sehingga waktu kerja harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk

menghindari pemborosan waktu. Suatu industri tidak akan baik tanpa

pengelolaan waktu yang baik.

2. Produktivitas

Meningkatnya produktivitas merupakan nilai tambah pada hasil

kerja. Pekerja yang produktif adalah pekerja yang dapat menghasilkan

nilai sebesar mungkin dari input yang memadai. Seorang pakar dari

Jepang menyebutkan bahwa kegiatan bernilai tambah dalam bekerja pada

umumnya hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh kegiatan, hanya

angka satu berbanding sepuluh ribu. Seluruh kegiatan yang dilakukan

dapat bermuara pada nilai tambah maupun pemborosan.

3. Mutu atau kualitas

Mutu berkaitan dengan kesesuaian hasil kerja terhadap kebutuhan.

Ketidaksesuaian terhadap kebutuhan atau persyaratan merupakan cacat

produksi yang harus diperbaiki. Perbaikan diperlukan tambahan waktu,

usaha, maupun material dan komponen lain.

4. Keselamatan kerja

Keselamatan kerja erat kaitannya dengan kecelakaan kerja. Jika

kecelakaan kerja terjadi di tempat kerja, perusahaan akan mengalami

kerugian seperti dari segi waktu kerja hilang yang menyebabkan

Page 34: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

15

produktivitas menurun. Kecelakaan terjadi dapat mengganggu moral,

semangat kerja, dan ketenangan pekerja. Keselamatan dalam bekerja

berkaitan dengan proses melakukan pekerjaan secara aman dan selamat

serta lingkungan kerja yang mendukung. Dengan penerapan 5R di tempat

kerja merupakan salah satu cara yang berperan untuk meningkatkan

keamanan dalam bekerja.

Buku yang berjudul sikap kerja 5S, Osada menyatakan bahwa 5R adalah

sebagai ilmu perilaku, yang memiliki prinsip perbuatan lebih meyakinkan dari

kata-kata. Cara paling efektif untuk melakukan sesuatu adalah dengan

mengerjakan sesuatu tersebut, bukan dengan cara menjelaskan (Osada, 2004).

5R dapat dilaksanakan ketika seseorang tahu apa yang harus dilakukan dan

mengetahui tujuan dari penerapan 5R tersebut. Ketika seseorang tahu

mengenai 5R, lalu memulai untuk menerapkannya, kemudian seseorang

tersebut akan mendapatkan manfaat dari 5R tersebut sehingga dapat

mengubah perilakunya. Hal ini digambarkan pada gambar 2.1.

Page 35: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

16

Sumber: Osada, 2004

Gambar 2.1 Proses Perubahan Perilaku 5R

Berdasarkan penjelasan dari 5R yang terdiri dari ringkas, rapi, resik, rawat,

dan rajin. Masing-masing komponen 5R memiliki pengertian dan item yang

berbeda-beda, berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen 5R.

1. Ringkas (Seiri)

Penekanan pada ringkas atau seiri adalah pada manajemen stratifikasi dan

mampu melihat barang yang tidak dibutuhkan dan tidak diperlukan sebelum

menjadi suatu masalah (Osada, 1993). Seiri atau ringkas yaitu, membedakan

atau memilah antara ‘perlu’ dan ‘item yang tidak diperlukan’ di tempat kerja

dan penghapusan item yang tidak diperlukan. Metode yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut (Jahja, 2009):

a. Pertama adalah memutuskan apa yang diperlukan dan apa yang tidak

perlukan. Untuk mengetahui item yang tidak perlu, tidak hanya

memeriksa lantai tetapi juga rak, loker, gudang, tangga, atap, papan

pengumuman, dan lain-lain.

Penemuan dan ketakjuban 5R, sehingga

mengubah persepsi

Mengubah tempat kerja dan fasilitasnya

Mengubah perilaku

Memulai tindakan 5R

Page 36: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

17

b. Letakkan tag merah pada item yang tidak perlu dan menempatkan di

tempat yang terpisah.

c. Singkirkan barang-barang yang belum digunakan dalam satu tahun

terakhir.

d. Barang yang digunakan sekali dalam 6 sampai 12 bulan dapat

disimpan dengan jarak tertentu dari tempat kerja.

e. Barang yang digunakan lebih dari sekali dalam sebulan harus tersedia

di tempat kerja.

f. Barang yang digunakan per jam atau hari atau seminggu sekali harus

dekat dengan tempat kerja atau dapat disimpan di saku pekerja.

Manfaat dari penerapan ringkas atau seiri adalah:

a. Lantai dapat digunakan secara utuh dan aman.

b. Waktu pencarian alat dan bahan dapat berkurang.

c. Memiliki arus kerja yang lebih baik.

d. Biaya persediaan item yang tidak perlu dapat dikurangi.

2. Rapi (Seiton)

Rapi atau seiton pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai kerapian,

memiliki barang-barang di tempat yang tepat atau mengatur sehingga barang-

barang tersebut tersedia saat ingin digunakan, menghilangkan kebutuhan

waktu lebih untuk mencari. Setelah semuanya memiliki tempat yang tepat

sehingga fungsional ditempatkan untuk kualitas dan keamanan. Kemudian

dapat dianggap bahwa tempat kerja rapi (Osada, 1993). Sementara seiri

membantu untuk memutuskan apa yang item yang diperlukan, seiton

Page 37: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

18

membantu untuk memutuskan cara penempatan barang-barang tersebut.

Mengatur item sedemikian rupa sehingga mudah untuk digunakan. Seiton

dapat dilakukan dengan pelabelan barang-barang sehingga mudah untuk

menemukan dan dimasukkan kembali ke tempat sebelumnya diambil. Seiton

menjadikan tempat untuk segala sesuatu (yang diperlukan) dan segala sesuatu

di tempatnya. Metode yang dapat dilakukan dalam penerapan seiton adalah

sebagai berikut (Jahja, 2009):

a. Menetapkan kembali ruang, rak, lemari, dan lain-lain.

b. Tentukan tempat yang tepat untuk semuanya.

c. Masukkan semua bahan dan peralatan di tempat yang disediakan untuk

barang-barang dengan label yang tepat.

d. Gunakan warna untuk menandai daerah lokasi kerja, jalan, pintu

masuk atau keluar, peralatan keselamatan, keranjang atau troli, dan

lain-lain.

e. Gunakan warna standar pengkodean untuk jaringan pipa untuk uap,

air, gas, drainase, dan lain-lain.

f. Gunakan tampilan memperingatkan, pesan, petunjuk di tempat yang

tepat pada ketinggian yang tepat dan ditulis dengan jelas.

Manfaat dari penerapan rapi atau seiton adalah:

a. Dapat mengambil barang-barang dan menjaga barang-barang tersebut

kembali dengan mudah.

b. Meminimalisir terjadinya kesalahan.

c. Mengurangi waktu pencarian.

Page 38: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

19

d. Lingkungan kerja menjadi aman

3. Resik (Seiso)

Resik atau seiso menekankan pada pembersihan sehingga seluruh barang-

barang dan peralatan menjadi bersih, dengan kata lain melakukan pembersihan

sebagai bentuk pemeriksaan yaitu menyingkirkan sampah, dan benda asing.

Penting untuk melakukan pembersihan sebagai bentuk pemeriksaan (Osada,

1993). Seiso dilakukan dengan tujuan menghilangkan kotoran dan debu dari

area kerja, termasuk membersihkan dan merawat peralatan serta fasilitas, juga

untuk memeriksa barang-barang. Dengan cara tersebut, juga mencakup

pemeliharaan seluruh peralatan. Metode yang dapat diterapkan adalah sebagai

berikut (Jahja, 2009):

a. Bagi luas total di zona dan mengalokasikan tanggung jawab untuk

membersihkan setiap zona.

b. Tentukan poin pembersihan, urutan membersihkan, jenis pembersih,

alat bantu yang diperlukan.

c. Display jadwal pembersihan.

d. Selama pembersihan juga dapat dilakukan pencarian kondisi rusak

(baut longgar, getaran, suara yang berlebihan, suhu tinggi, alat jatuh,

dan lain-lain) dan memecahkan masalah.

e. Menyediakan ruang untuk penyimpanan alat bantu pembersih.

Manfaat dari penerapan resik atau seiso adalah:

a. Tempat kerja bebas dari kotoran dan noda yang merupakan titik awal

untuk meningkatkan kualitas.

Page 39: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

20

b. Usia peralatan akan panjang dan kerusakan akan berkurang.

c. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan.

d. Mencegah kecelakaan.

4. Rawat (Seiketsu)

Aspek 5R berfokus pada standarisasi, membuat 3R pertama, ringkas, rapi,

resik, menjadi rutinitas yang konstan. Penekanan rawat atau seiketsu adalah

pada manajemen visual, aspek penting untuk mencapai dan mempertahankan

kondisi standar untuk memungkinkan setiap individu selalu bertindak cepat

(Osada, 1993). Penerapan rawat atau seiketsu adalah memastikan bahwa

kebersihan dan ketertiban yang telah dicapai harus dipertahankan. Serta

mengharuskan untuk mengembangkan struktur kerja yang akan mendukung

praktik-praktik baru dan mengubahnya menjadi kebiasaan (Osada, 2004).

Tujuan rawat adalah untuk memastikan bahwa setiap orang dalam

perusahaan mengikuti prosedur yang sama, nama-nama item yang sama,

ukuran yang sama dari tanda, bentuk, dan warna yang menunjukkan peralatan

tertentu (Bird dkk, 1990). Standarisasi juga membantu untuk melakukan hal

yang benar dengan cara yang tepat setiap saat. Metode yang dapat dilakukan

dalam penerapan rawat adalah sebagai berikut (Jahja, 2009):

a. Prosedur dan pedoman untuk menyortir dan mengatur.

b. Membuat checklist untuk setiap bagian dan melatih pekerja dalam

menggunakannya.

c. Melaksanakan evaluasi berkala dengan menggunakan checklist di atas.

Page 40: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

21

d. Gunakan manajemen visual untuk bertindak cepat, misalnya

meletakkan atau menggunakan peralatan:

(1) Buka dan menutup label directional, dan lain-lain.

(2) Label suhu dan keamanan.

(3) Label zone untuk wilayah-wilayah tertentu (zona normal, zona

bahaya, dll).

(4) Tanda ‘OK’ atau memegang tanda pada produk.

(5) Gunakan peta lokasi dengan pintu keluar darurat, peralatan

pemadam kebakaran, dan lain-lain.

Manfaat dari penerapan rawat atau seiketsu adalah:

a. Kegiatan menjadi lebih sederhana.

b. Memiliki konsistensi dalam praktek kerja.

c. Akan menghindari kesalahan.

d. Akan meningkatkan efisiensi kerja.

5. Rajin (Shitsuke)

Rajin atau shitsuke menekankan pada kemampuan untuk bekerja dengan

kebiasaan baik dan disiplin. Menunjukkan kepada orang lain apa yang perlu

dilakukan dan mendorong praktik di antara orang lain tersebut (Osada, 2004).

Hal ini menjadi tanggung jawab manajemen. Mempertahankan penerapan 4R

pertama berarti disiplin. Menandakan bahwa komitmen untuk menjaga

ketertiban dan berlatih 4R pertama sebagai cara hidup (Osada, 2004). Metode

yang dapat dilakukan dalam penerapan rajin atau shitsuke adalah sebagai

berikut (Jahja, 2009):

Page 41: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

22

a. Menciptakan kesadaran dan mempublikasikan sistem yang ada,

misalnya mengembangkan berita 5R, poster 5R, slogan 5R, hari 5R,

dll.

b. Buat struktur bagaimana dan kapan kegiatan 5R akan dilaksanakan.

c. Merumuskan pedoman audit atau evaluasi pelaksanaan 5R.

d. Memberikan dukungan manajemen dengan menyediakan sumber daya

dan kepemimpinan.

e. Reward untuk pekerja terbaik.

Manfaat dari penerapan rajin atau shitsuke adalah:

a. Meningkatkan kebiasaan untuk mematuhi aturan dan prosedur di

tempat kerja.

b. Menciptakan suasana yang sehat dan tempat kerja yang baik.

c. Membantu untuk mengembangkan kerja tim.

d. Dapat memperoleh data mengenai penerapan 5R dan digunakan untuk

meningkatkan penerapan 5R.

Program 5R erat kaitannya dengan ilmu perilaku, karena penerapan 5R

dapat terlihat dari perilaku pekerja tersebut (Osada, 2004). Oleh sebab itu,

untuk menilai apakah 5R tersebut dapat dilihat dari perilaku seluruh pekerja

yang berada di lingkungan kerja tersebut mengerjakan dan melaksanakan 5R

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. 5R dapat dilihat dan dinilai

dari bagaimana pekerja menerapkan 5R tersebut di lingkungan kerja.

Page 42: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

23

C. Penerapan 5R

Penerapan program 5R bukan dipandang sebagai standar atau peraturan,

namun harus dilakukan dengan arah pembentukan kebiasaan pada seluruh

pekerja di dalam suatu perusahaan yang berada di suatu lingkungan kerja

(Osada, 2004). Penerapan program 5R tidak dapat dilakukan acak. Langkah

pertama yang harus dilakukan adalah ringkas, bagaimana membuat area kerja

menjadi ringkas dengan hanya menempatkan barang-barang yang diperlukan

saja. Setelah ringkas berhasil diterapkan, selanjutnya adalah dirapikan dan

kemudian dibersihkan. Tahap selanjutnya melakukan perawatan dan

pemeliharaan.

Program 5R harus dilakukan secara urut, karena lingkungan kerja tidak

akan bersih jika belum ringkas, tidak akan rapi jika belum ringkas, dan

seterusnya saling berhubungan. Pembentukan budaya 5R bukanlah suatu yang

dapat terjadi secara cepat dan instan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk

menjadi budaya. Dalam 5R tentu tidak ada yang sempurna, semua harus

berpikir menjadi lebih baik, menjadi lebih baik, dan terus akan menjadi lebih

baik (Osada, 2004).

Setiap elemen R dalam 5R memiliki aktivitas masing-masing yang harus

dilakukan. Berikut adalah aktivitas yang dilakukan pada masing-masing

elemen R (Osada, 1996):

Page 43: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

24

1. Ringkas

Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.

Berikut aktivitas yang harus dilakukan pada ringkas:

a. Buang barang yang tidak diperlukan.

b. Penanganan penyebab kotoran.

c. Pembersihan ruangan.

d. Penanganan barang yang cacat dan rusak.

e. Pembersihan daerah sekitar tempat kerja.

f. Pengaturan ruang penyimpanan atau gudang.

2. Rapi

Menentukan letak yang tertata rapi, sehingga selalu dapat menemukan

barang yang diperlukan. Berikut aktivitas yang harus dilakukan pada rapi:

a. Semua barang memiliki tempat khusus.

b. Menyimpan dan mengambil barang dalam waktu 30 detik.

c. Memiliki standar pengarsipan.

d. Memiliki pembagian daerah dan tanda-tanda untuk penempatan.

e. Memiliki papan pengumuman yang rapi dan mudah dibaca.

f. Menerapkan penempatan secara fungsional.

3. Resik

Menghilangkan sampah, kotoran, dan benda asing untuk mendapatkan

tempat kerja yang lebih bersih. Resik juga dilakukan untuk inspeksi.

Berikut adalah aktivitas yang harus dilakukan pada resik:

a. Tanggung jawab individual.

Page 44: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

25

b. Melakukan pembersihan dengan cepat dan mudah.

c. Memahami bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menjaga

kebersihan.

d. Lakukan pemeriksaan kebersihan dan melakukan perbaikan pada

masalah yang ditemukan.

e. Melakukan pembersihan pada tempat yang tidak diperhatikan orang

lain.

4. Rawat

Setiap orang dapat memelihara keteraturan dan kebersihan yang ada di

tempat kerja. Berikut adalah aktivitas yang perlu dilakukan pada rawat:

a. Tanggung jawab individual.

b. Menjaga agar keteraturan dan kebersihan tetap terjaga dengan adanya

jadwal pembersihan.

c. Komitmen pihak manajemen sangat dibutuhkan, terutama dalam

sistem dan prosedur 5R yang jelas.

5. Rajin

Melakukan semua aktivitas 5R dengan benar dan menjadikannya suatu

kebiasaan atau dapat dikatakan sebagai disiplin pribadi (Imai, 1998).

Berikut adalah aktivitas yang dapat dilakukan dalam rajin:

a. Tanggung jawab individual.

b. Partisipasi penuh dalam semua aktivitas 5R.

c. Komunikasi dalam hal 5R sebagai rutinitas sehari-hari.

d. Pembersihan bersama.

Page 45: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

26

e. Manajemen ruangan dilakukan dengan baik.

Penerapan 5R mengarah pada tempat kerja yang semestinya dikelola

dengan baik dan untuk mencapainya dapat digunakan metode penerapan 5R

yang biasa digunakan oleh seluruh bidang industri sebagai landasan

membangun budaya industri berkualitas tinggi. Sasaran dalam penerapan

program 5R adalah mengubah perilaku pekerja terhadap lingkungan kerja,

hingga hasil yang ingin dicapai. Berikut hasil yang dapat dicapai (Bird dkk,

1990):

1. Mutu tempat kerja yang bersih, aman, nyaman, dan menyenangkan.

2. Peralatan dan kelengkapan serta bangunan yang terawat selama proses

kerja berlangsung.

3. Disiplin sangat dibutuhkan untuk standar kerja.

4. Keselamatan dan kestabilan kerja selama pelayanan kesehatan

berlangsung.

5. Perbaikan kerja.

6. Suasana kerja mendukung di setiap bagian.

Pemeriksaan lingkungan kerja sangat dibutuhkan untuk mengetahui

keadaan yang tidak semestinya di tempat kerja, antara lain (Bird dkk, 1990):

1. Keadaan yang kacau dengan suasana yang buruk.

2. Adanya bangunan dan bahan berbahaya dengan susunan yang tidak

rapi.

3. Adanya bahan yang sudah lama atau jarang digunakan.

4. Jalanan yang terhalang atau tertutup barang-barang berserakan.

Page 46: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

27

5. Wadah yang tersimpan penuh dengan isi dan mengakibatkan

tumpahan.

6. Mengganti tempat atau wadah penyimpanan bahan dengan wadah

yang tidak semestinya.

7. Wadah penyimpanan yang rusak.

8. Bahan atau benda yang kotor dan berkarat serta jarang digunakan.

9. Menyimpan bahan atau benda hingga melebihi batas penyimpanan.

10. Adanya sampah yang menumpuk.

11. Adanya tumpukan bahan ditempat kerja.

D. Perilaku

Perilaku merupakan suatu respon berupa tindakan yang ditunjukkan oleh

seseorang berdasarkan pemahamannya. Akan tetapi tidak hanya tindakan yang

dapat diamati namun juga dapat berupa sikap, pemikiran, dan pendapat

seseorang, untuk lebih jelasnya perilaku akan diuraikan pada bagian dibawah

ini.

1. Definisi Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

dari organisme yang bersangkutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku

manusia pada dasarnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Kemudian jika dibuat dalam kerangka analisis, perilaku adalah apa yang

dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang diamati secara langsung

maupun secara tidak langsung. Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor

genetik (keturunan) dan faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Pengertian

Page 47: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

28

lain menyebutkan, perilaku sendiri merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon

ini dapat bersifat aktif yakni berupa tindakan maupun bersifat pasif, seperti:

berpikir, berpendapat, dan bersikap (Noorkasiani, Heryati, & Ismail, 2009).

Pengertian serupa menyebutkan perilaku manusia adalah aktivitas yang

timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Suatu sumber menyebutkan bahwa

perilaku merupakan hasil dari cara pandang seseorang, sedangkan cara

pandang terhadap sesuatu secara mental dipahami sebagai sikap. Sehingga

dapat dikatakan, perilaku merupakan hasil dari sikap seseorang (Poniman,

Nugroho, & Azzaini, 2006). Berdasarkan pengertian-pengertian perilaku yang

diungkapkan oleh banyak tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merupakan suatu tindakan, sikap, dan pendapat seseorang yang didapatkan

berdasarkan faktor-faktor atau stimulus yang berasal dari dalam maupun dari

luar diri seseorang mengenai sesuatu hal.

2. Determinan Perilaku

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor dalam diri

(faktor individu), faktor lingkungan, dan faktor yang menyebabkan interaksi

antara faktor dalam diri dan faktor yang ada di luar diri yang ada di

lingkungan (Barata, 2015). Menurut Geller (2001) terciptanya perilaku aman

dipengaruhi oleh tiga determinan utama yang disebut The Safety Triad, yaitu:

a. Faktor lingkungan, meliputi: peralatan, perlengkapan, penempatan

fisik, prosedur, standar, dan temperatur.

Page 48: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

29

b. Faktor manusia, meliputi: sikap, pengetahuan, keyakinan, dan

kepribadian.

c. Faktor perilaku, meliputi: praktik kerja yang aman dan praktik di

tempat kerja yang berisiko.

Menurut Notoatmodjo (2007), determinan perilaku dibedakan menjadi dua

faktor, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu karakteristik bawaan yang ada pada diri

individu, seperti: usia, jenis kelamin, dan pengetahuan.

b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan yang meliputi lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Menurut Teori Maslow, perilaku manusia terbentuk karena adanya suatu

kebutuhan. Berikut lima kebutuhan dasar manusia (Sunaryo, 2004):

a. Kebutuhan fisiologis atau biologis, yaitu berupa kebutuhan pokok,

seperti makanan, air, dan oksigen.

b. Kebutuhan rasa aman, misalnya rasa aman terhindar dari pencurian,

kerusuhan, dan perampokan.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya ingin diterima oleh

kelompok dimana ia tinggal.

d. Kebutuhan harga diri, seperti ingin dihargai dan menghargai orang

lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya ingin sukses dalam mencapai

cita-cita.

Page 49: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

30

E. Teori Perilaku

Perilaku dapat diubah dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya. Proses perubahan inilah yang ditujukan untuk mengubah

perilaku seseorang menjadi perilaku yang diinginkan. Pada penelitian ini teori

yang digunakan adalah teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo

(2007). Teori Green sudah banyak diaplikasikan pada penelitian-penelitian

perilaku keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya adalah faktor-faktor

yang berhubungan dengan praktik 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke)

pada mekanik bengkel sepeda motor X Kota Semarang (Septaviani, 2012),

kajian pengaruh predisposing, enabling, dan reinforcing factors terhadap

praktik kerja tenaga kerja bongkar muat yang berisiko terjadinya kecelakaan

kerja di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang (Rais dkk, 2009), analisis

keselamatan dan kesehatan kerja perawat dalam penanganan pasien di Rumah

Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka (Takutman dkk, 2015). Sehingga

Teori Green mampu untuk menggambarkan dan melihat hubungan antara

perilaku 5R dengan determinannya. Berikut ini adalah penjelasan teori

Lawrence Green, yang menyatakan terdapat 3 faktor yang memberikan

kontribusi terhadap perilaku, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin

(enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor antarsenden (mendahului)

terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku. Faktor

ini mencakup pengetahuan, sikap, dan persepsi yang berhubungan

Page 50: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

31

dengan motivasi individu atau grup untuk melakukan tindakan. Faktor

demografi seperti sosio-ekonomi, usia, jenis kelamin, juga termasuk

kedalam faktor predisposisi ini.

b. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin merupakan faktor yang diperlukan untuk

membentuk suatu perilaku. Faktor pemungkin diantaranya adalah

ketersediaan fasilitas penunjang dan kemampuan sumber daya.

Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung dan memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut dengan

faktor pendukung atau faktor pemungkin.

c. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat merupakan faktor penguat perubahan perilaku

seseorang dibidang kesehatan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah

manfaat sosial dan manfaat fisik serta ganjaran nyata atau yang tidak

nyata yang pernah diterima pihak lain. Faktor-faktor yang

memperkuat adalah faktor-faktor yang menentukan apakah tindakan

mendapat dukungan atau tidak. Sumber dari faktor-faktor ini dapat

berasal dari tenaga kesehatan, kawan, keluarga, atasan, atau reward

and punishment.

F. Faktor-Faktor Perilaku 5R

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat

beberapa faktor dalam perilaku 5R, yaitu:

Page 51: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

32

1. Faktor-Faktor Predisposisi

Faktor-faktor predisposisi yang berhubungan dengan perilaku menurut

Teori Lawrence Green, yaitu:

a. Usia

Usia adalah suatu variabel pada makhluk hidup yang penting untuk diteliti

karena merupakan salah satu ciri dasar berbagai kelompok demografis,

dimana yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat produktivitas

kerja seseorang (Munawaroh, Murtolo, & Budi, 1999). Ada sembilan kategori

usia yaitu: masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa

remaja awal (12-16 tahun), masa remaja akhir (17-25 tahun), masa dewasa

awal (26-35 tahun), masa dewasa akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-

55 tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun), dan masa manula (65-sampai atas)

(Depkes RI, 2009). Semakin bertambah usia, maka semakin mampu

menunjukkan kematangan jiwa, yaitu semakin bijaksana, semakin mampu

berpikir rasional, semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran

terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-

sifat lain yang menujukkan kematangan intelektual dan psikologis (Siagian,

1995).

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan praktik 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) pada

mekanik bengkel sepeda motor X Kota Semarang pada tahun 2012

menunjukkan bahwa faktor usia tidak berhubungan dengan praktik 5S

(Septaviani, 2012).

Page 52: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

33

b. Masa Kerja

Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi

seorang pekerja. Pengaruh positif yang akan diterima tenaga kerja antara lain

bertambahnya pengalaman dan keterampilan yang lebih baik setelah bekerja

lama di tempat pekerja itu bekerja. Sedangkan dampak negatif yang bisa

diterima pekerja adalah terpapar oleh potensi bahaya setiap hari dari tempat

atau lingkungan dia bekerja (Adinugroho, Kurniawan, & Wahyuni, 2014).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan

tidak ada hubungan antara masa kerja dengan praktik 5S (Sepatiani, 2012).

Penelitian lain menunjukkan bahwa masa kerja pegawai memiliki hubungan

dengan penerapan 5R, yaitu masa kerja pegawai yang semakin tinggi

membuat pegawai tersebut lebih dapat memahami dan menerapkan budaya 5R

(Tampubolon, 2008)..

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana mendasar upaya manusia untuk

memperoleh kelangsungan hidupnya atau sebagai infrastruktur untuk

pengembangan sumber daya manusia (Mohamad, 2004). Oleh karena itu,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin bertambah

pula perkembangan diri manusia, termasuk dalam hal pengetahuan

(Mohamad, 2004). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap program

peningkatan pengetahuan secara langsung dan tidak langsung terhadap

perilaku (Utari, 2010).

Page 53: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

34

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil uji

statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik

5R. Mekanik yang memiliki pendidikan lebih tinggi (S1 dan D3), memiliki

nilai 5R lebih tinggi dari mekanik yang berpendidikan SMA atau SMK

(Septaviani, 2012).

d. Jenis Kelamin

Semua pekerja laki-laki atau perempuan yang bekerja di tempat sama

dengan fasilitas sama dan peraturan yang sama, ketika laki-laki dan

perempuan bekerja di tempat yang sama, maka mereka akan memberlakukan

pola tertentu untuk berinteraksi dan perbedaan jenis kelamin turut berperan

dalam interaksi tersebut. Adanya perbedaan jenis kelamin tersebut turut

menentukan pula peran masing-masing dalam bekerja (Metrison, 1996). Laki-

laki memiliki perbedaan secara fisik dan psikis. Perbedaan antara laki-laki dan

perempuan bisa dilihat dari fisik seperti kemampuan otot, daya tahan tubuh,

postur, dan sebagainya. Sehingga dapat berhubungan dengan kejadian

kecelakaan kerja tertentu (Jawawi, 2008).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk dimensi seiketsu, dengan

nilai signifikansi 0,012. Pada dimensi seiketsu kelompok laki-laki memiliki

skor yang lebih tinggi, hal ini berarti kelompok laki-laki telah menerapkan

dimensi seiketsu (Tampubolon, 2008).

Page 54: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

35

e. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004).

Pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, baik itu melalui mata

kuliah formal ataupun melalui upaya sendiri seperti membaca dan mengamati

(McLeod & Schell, 2008). Definisi yang berbeda menyatakan bahwa

pengetahuan adalah informasi yang diinterpretasikan dan diintegrasikan

(Koina dalam Siregar, 2005). Namun, secara sederhana definisi pengetahuan

adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan,

dan harapan-harapan (Maryati & Suryawati, 2006).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil uji

statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan

dengan praktik 5S (Septaviani, 2012).

f. Sikap

Sikap sebagai predisposisi yang dipelajari (learned predisposition) untuk

merespon terhadap suatu objek dalam suasana menyenangkan atau tidak

menyenangkan secara konsisten (Allport, 1996). Sikap sebagai pengaruh atau

penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, atau kepositifan atau kenegatifan

terhadap suatu objek psikologis (Mueller, 1992). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sikap adalah reaksi dari dalam diri seseorang maupun dari luar

seseorang tersebut, menjadi suatu predisposisi yang dipelajari untuk

merespon, dan akan berpengaruh pada penerimaan atau penolakan atau

penilaian terhadap suatu yang akan dilakukan dalam keadaan senang atau

Page 55: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

36

tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju. Diungkapkan

bahwa pengaruh sikap yang kuat dalam kehidupan sehari-hari manusia

mendorong banyak peneliti dan praktisi dalam pendidikan dan ilmu sosial

meneliti tentang sikap, baik pembentukan dan perubahannya maupun

pengaruh sikap terhadap perilaku manusia (Mueller, 1992).

g. Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam

perilaku seseorang. Motivasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang

mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras

atau usaha yang lemah (Hariandja, 2002).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan

bahwa motivasi penerapan budaya kerja 5S dipengaruhi oleh faktor

komunikasi, pelatihan, reward and recognition, dan peran top management

(Purwanggono, 2014).

2. Faktor-Faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung yang berhubungan dengan perilaku menurut

Toeri Lawrence Green, yaitu:

a. Ketersediaan Fasilitas

Ketersediaan fasilitas adalah salah satu faktor yang dapat mendahului

terjadinya perubahan terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi

atau aspirasi terlaksana, yang terwujud dalam bentuk lingkungan fisik,

Page 56: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

37

tersedianya fasilitas atau sarana dan prasarana untuk berperilaku (Green,

1980). Namun, dalam pelaksanaan suatu tujuan fasilitas tidak menjadi sesuatu

yang pasti akan mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Terdapat

banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku.

b. Kemampuan Sumber Daya

Kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins & Judge, 2009). Kemampuan

keseluruhan individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu

(Robbins & Judge, 2009):

1) Kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan yang

dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental (berpikir, menalar,

dan memecahkan masalah)

2) Kemampuan fisik (physical ability), merupakan kemampuan melakukan

tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan

karakteristik serupa.

Sumber daya adalah kesatuan tenaga manusia yang ada dalam suatu

organisasi dan bukan sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada.

Sebagian kesatuan sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu

sistem dimana tiap-tiap karyawan merupakan bagian yang saling berkaitan

satu dengan lainnya dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan

organisasi (Matindas, 2002). Pada teori Lawrence Green yang dimaksud

dengan kemampuan sumber daya atau keterampilan adalah kemampuan

individu untuk melakukan pekerjaan yang diinginkan.

Page 57: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

38

3. Faktor-Faktor Penguat

Faktor-faktor penguat yang berhubungan dengan perilaku menurut Teori

Lawrence Green, yaitu:

a. Reward and Punishment

Reward adalah faktor penguat (reinforcement) terhadap perilaku

seseorang. Reward dapat menjadi suatu sebab untuk memperkuat perilaku

seseorang. Artinya adalah suatu perilaku seseorang yang dianggap sesuai atau

berperilaku baik atau benar kemudian diikuti dengan faktor penguat, akan

dapat meningkatkan perilaku tersebut terulang kembali oleh seseorang

(Woolfolk, 2009). Punishment adalah suatu proses yang akan memperlemah

atau menekan perilaku seseorang (Woolfolk, 2009). Sehingga suatu perilaku

yang dianggap tidak sesuai, kemudian diikuti oleh punishment akan

melemahkan dan tidak akan diulangi oleh seseorang tersebut.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan hasil tingkat signifikasi 0,190,

yang berarti bahwa reward and recognition berpengaruh terhadap motivasi

karyawan dalam menerapkan 5S (Purwanggono, 2014).

b. Pengawasan

Seseorang akan patuh bila masih dalam tahap pengawasan dan bila

pengawasan berkurang maka perilaku akan ditinggalkan (Kelman, 1966).

Pengawasan dalam menjalankan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan

sangat penting untuk dilaksanakan. Jika suatu kegiatan tidak diikuti oleh

pengawasan, kegiatan tersebut tidak dapat terpantau apakah secara baik

dilaksankan atau tidak. Apabila kegiatan tidak berjalan sesuai dengan

Page 58: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

39

perencanaan yang telah dibuat maka tujuan tidak dapat dicapai (Notoatmodjo,

1997).

c. Pelatihan

Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang lebih menekankan praktik

dari pada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan

pendekatan berbagai pembelajaran dan bertujuan meningkatkan kemampuan

dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu. Agar peserta pelatihan

baik kelompok atau organisasi maupun perseorangan dapat menguasai

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dilatihkan dalam program

pelatihan. Sehingga dapat diaplikasikan baik untuk jangka waktu pendek

maupun jangka waktu yang lama (Santoso, 2010).

Pelatihan keselamatan adalah salah satu metode yang paling banyak

digunakan untuk meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Sebagian besar

didasarkan pada asumsi implisit bahwa melatih orang secara otomatis akan

bekerja selamat pada pekerjaan selama periode waktu dari keadaan yang

berlaku, begitupun dengan kebanyakan manual keselamatan cenderung

merekomendasikan pelatihan sebagai sarana pencegahan kecelakaan (Cooper,

2001).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil uji t

diperoleh t hitung sebesar 2,387, dan tingkat signifikasi 0,020 dengan

menggunakan batas 0,05 didapatkan t tabel sebesar 1,671, sehingga t hitung >

t tabel, yang berarti bahwa training atau pelatihan berpengaruh terhadap

motivasi karyawan dalam menerapkan 5S (Purwanggono, 2014).

Page 59: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

40

d. Peraturan dan Prosedur

Peraturan adalah suatu yang mengikat dan telah disepakati, sedangkan

prosedur adalah rangkaian dari suatu tata kerja yang berurutan tahap demi

tahap serta jelas menunjukkan dari mana pekerjaan harus dimulai (Ramli,

2010). Peraturan dapat berjalan dengan efektif jika peraturan dan prosedur

tersebut ditulis dan dibahas bersama seluruh pekerja yang terlibat, peraturan

atau prosedur dapat dihubungkan dengan konsekuensi dari tindakan

pelanggaran peraturan atau prosedur tersebut (Roughton dan Mercurio, 2002).

G. Perawat

Perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk

turut serta merawat dan menyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi,

pencegahan penyakit, yang melaksanakan sendiri atau dibawah pengawasan

dan supervisi dokter atau suster kepala (Depkes RI, 2007). Peran perawat

terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien,

pendidik, koordinator, kolaborator, dan konsultan (Hidayat, 2008). Berikut

adalah penjelasan mengenai tugas perawat:

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

2. Peran sebagai advokat pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya

dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

Page 60: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

41

atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan

untuk mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak

atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,

dan hak atas privasi.

3. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan

pendidikan kesehatan.

4. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi

pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai dengan kebutuhan pasien.

5. Peran kolabolator

Peran perawat dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan upaya

mengidentifikasi pelayanan kesehatan keperawatan yang diperlukan,

termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan

selanjutnya.

6. Peran konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas

Page 61: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

42

permintaan pasien terhadap informasi mengenai tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.

H. Uji Beda Proporsi (Uji Chi-Square)

Uji beda proporsi dilakukan untuk menguji hipotesis yang mana variabel

yang dihubungkan keduanya berjenis kategorik. Data katagorik hanya dapat

memuat informasi berupa proporsi atau persentase, sehingga jika dua variabel

berjenis katagorik dihubungkan dan dianalisis, maka yang dibandingkan

adalah proporsinya, kemudian akan terlihat terdapat perbedaan signifikan

proporsi pada masing-masing katagorik atau tidak. Uji beda proporsi ini

sangat tepat digunakan pada data berjenis katagorik. Salah satu uji beda

proporsi yang dapat digunakan adalah uji chi-square (x2). Uji chi-square dapat

digunakan untuk menentukan (Amran, 2012):

a. Ada tidaknya asosiasi antara dua variabel (independency test).

b. Apakah suatu kelompok homogeny (homogenitas antar sub kelompok

= homogeneity test).

c. Seberapa jauh suatu pengamatan sesuai dengan parameter yang

dispesifikasikan (goodness of fit).

Keputusan dapat ditentukan dengan membandingkan nilai P (P value)

dengan nilai α (alpha). P value diketahui dari hasil program-program statistik

seperti Epi Info, SPSS, SAS, dan lain-lain. P value merupakan nilai yang

menunjukkan besarnya peluang salah menolak Ho (Hipotesis nol) dari

penelitian. Adapun Ho sendiri adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada

perbedaan suatu kejadian antara kedua kelompok atau menyatakan tidak ada

Page 62: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

43

hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan nilai α

atau kesalahan tipe I merupakan kesalahan menolak Ho padahal sesungguhnya

Ho benar (Hastono, 2010). Ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut

(Hastono, 2010):

1) Bila nilai p value ≤ nilai α, keputusannya adalah Ho ditolak.

2) Bila nilai p value > nilai α, keputusannya adalah Ho gagal ditolak.

Page 63: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

44

I. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan mengacu pada teori Green

(1980). Teori tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku

manusia, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat yang

digambarkan pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Sumber: Green, 1980

Gambar 2.2 Kerangka Teori Perilaku 5R oleh Perawat

Faktor Predisposisi:

1. Usia

2. Masa kerja

3. Tingkat pendidikan

4. Jenis kelamin

5. Pengetahuan

6. Sikap

7. Motivasi

Faktor Pendukung:

1. Ketersediaan fasilitas

2. Kemampuan sumber daya

Faktor Penguat:

1. Reward and Punishment

2. Pengawasan

3. Pelatihan

4. Peraturan dan Prosedur

Perilaku

Page 64: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

45

3. BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada teori Green (1980)

yang menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor

predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Berdasarkan teori tersebut

peneliti ingin mengetahui faktor yang berperan dalam perilaku 5R, yaitu

faktor predisposisi meliputi: usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis

kelamin, pengetahuan, sikap, dan motivasi, Faktor pendukung meliputi:

ketersediaan fasilitas. Faktor penguat meliputi: reward and punishment dan

pengawasan.

Variabel yang tidak diteliti adalah peraturan dan prosedur karena seluruh

ruangan atau seluruh bagian di RSUD Pasar Rebo memiliki peraturan dan

prosedur yang sama dalam penerapan 5R. Variabel pelatihan tidak diteliti

karena seluruh pekerja di RSUD Pasar Rebo belum pernah mengikuti

pelatihan 5R, sehingga jika variabel pelatihan diteliti maka data yang akan

didapatkan bersifat homogen. Variabel kemampuan sumber daya mengenai

5R tidak diteliti, karena seluruh perawat belum pernah mengikuti pelatihan

5R, sehingga dianggap seluruh perawat memiliki kemampuan yang sama

dalam perilaku 5R. Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel

Page 65: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

46

bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Dalam skema kerangka

konsep dapat digambarkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Perilaku 5R oleh Perawat

Faktor Predisposisi:

1. Usia

2. Masa kerja

3. Tingkat pendidikan

4. Jenis kelamin

5. Pengetahuan

6. Sikap

7. Motivasi

Faktor Pendukung:

1. Ketersediaan fasilitas

Faktor Penguat:

1. Reward

2. Punishment

3. Pengawasan

Perilaku 5R pada

perawat

Page 66: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

47

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

1. Perilaku 5R Pelaksanaan 5R oleh

perawat

Hasil

observasi

Tabel

observasi

1. Tidak baik (total

skor ≤ nilai

median (101,00))

2. Baik (total skor >

nilai median

(101,00))

Ordinal

2. Usia Waktu yang dihitung

sejak seseorang lahir

hingga ulang tahun

terakhir

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner ……. tahun

Rasio

3. Masa Kerja Lamanya pekerja

bekerja sebagai

perawat di rumah

sakit tersebut hingga

penelitian berlangsung

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner …….. tahun

Rasio

4. Tingkat

Pendidikan

Pendidikan formal

terakhir perawat

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. D3 keperawatan

2. S1 keperawatan

Ordinal

5. Jenis

Kelamin

Pembagian kategori

seksual responden

yang ditentukan

secara biologis dan

anatomis

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

6. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui perawat

mengenai 5R

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Rendah (total skor

≤ nilai median

(29,00))

2. Tinggi (total skor

> nilai median

(29,00))

Ordinal

Page 67: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

48

Tabel 3.1 Lanjutan

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

7. Sikap

Ungkapan perasaan,

keyakinan, dan

kecenderungan

responden untuk

melakukan suatu

tindakan dalam

pelaksanaan 5R

- Positif: jika

responden

mendukung

pelaksanaan 5R

dalam lingkungan

kerja

- Negatif: jika

responden tidak

mendukung

pelaksanaan 5R

dalam lingkungan

kerja

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Negatif (jika

skor jawaban ≤

nilai median

(59,00))

2. Positif (jika

skor jawaban >

nilai median

(59,00))

Ordinal

8. Motivasi Faktor-faktor yang

mengarahkan dan

mendorong perilaku

atau keinginan

seseorang untuk

melakukan kegiatan

yang dinyatakan

dalam bentuk usaha

yang keras atau usaha

yang lemah

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Motivasi kuat

(jika skor

jawaban > nilai

median (10,00))

2. Motivasi tidak

kuat (jika skor

jawaban ≤ nilai

median (10,00))

Ordinal

Page 68: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

49

Tabel 3.1 Lanjutan

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

9. Ketersediaan

fasilitas

Sumber daya yang

mendukung

pelaksanaan 5R, yaitu

alat kebersihan, rak

penyimpanan, label

penamaan, ruang

penyimpanan yang

memadai sehingga

semua benda memiliki

tempatnya masing-

masing dan tidak

diletakkan

disembarang tempat.

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Tidak cukup

(jika skor

jawaban ≤ nilai

median (13,00))

2. Cukup (jika

skor jawaban >

nilai median

(13,00))

Ordinal

10. Reward and

punishment

Konsekuensi yang

didapatkan jika

melaksanakan atau

tidak melaksanakan

5R

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Tidak pernah

2. Pernah

Ordinal

11. Pengawasan Kegiatan pemantauan

rutin yang dilakukan

oleh penanggunng

jawab 5R

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 1. Tidak rutin

dilaksanakan

2. Rutin

dilaksanakan

Ordinal

Page 69: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

50

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (usia, tingkat pendidikan, masa

kerja, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi) dengan perilaku 5R

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

2. Ada hubungan antara faktor pendukung (ketersediaan fasilitas) dengan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun

2017.

3. Ada hubungan antara faktor penguat (reward and punishment dan

pengawasan) dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta tahun 2017.

Page 70: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

51

4. BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional. Pengambilan data yang dilakukan baik variabel dependen dan

independen dilakukan dalam satu waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ruang perawat instalasi rawat inap kelas III

di RSUD Pasar Rebo Jakarta yang dilakukan pada bulan Desember 2016-

Maret 2017.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di RSUD Pasar Rebo

Jakarta. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perawat pada rawat

inap kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Dalam perhituangan sampel

digunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Lameshow dkk., 1990)

sebagai berikut.

𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑛) = (𝑍1−𝑎/2√2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽√𝑃1(1 − 𝑃1) + 𝑃2(1 − 𝑃2))2

(𝑃1 − 𝑃2)2

Page 71: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

52

Keterangan:

n : Besar sampel yang dibutuhkan oleh peneliti

P : Rata-rata proporsi pada populasi (𝑃1+𝑃2)

2

P1 : Proporsi pekerja dengan pelaksanaan 5R buruk pada

kelompok dengan faktor risiko/penyebab

P2 : Proporsi pekerja dengan pelaksanaan 5R buruk pada

kelompok tanpa faktor risiko/penyebab

𝑍1−𝑎/2 : Derajat kepercayaan 95% (α = 5% = 1,96)

𝑍1−𝛽 : Kekuatan uji (80%)

Perhitungan besar sampel akan dilakukan berdasarkan perhitungan besar

sampel menggunakan nilai P1 dan P2 dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan. Adapun besar sampel pada tiap-tiap variabel yang terdapat pada

table 4.1 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel

Variabel Pelaksanaan 5R

n (n x 2) (n x 2)xdeff P1 P2

Usia 0,70 0,40 42 84 168

Masa kerja 0,70 0,40 42 84 168

Pengetahuan 0,40 0,75 31 62 124

Sikap 0,65 0,45 96 192 384

Motivasi 0,40 0,75 31 62 124

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode one stage cluster sampling

yaitu, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit kecil

dengan membagi populasi menjadi kelompok atau klaster. Beberapa klaster

Page 72: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

53

kemudian dipilih secara acak sebagai wakil dari populasi, kemudian seluruh

elemen dalam klaster terpilih dijadikan sebagai sampel penelitian (Schafer,

1996). Ruang rawat inap terbagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas I, kelas II, dan

kelas III. Setelah dilakukan pemilihan acak secara manual menggunakan

kertas kocokan, maka terpilih kelas III sebagai sampel penelitian. Dengan

demikian, seluruh perawat yang ada di ruang rawat inap kelas III akan menjadi

sampel penelitian. Minimal sampel yang dibutuhkan yaitu, sebanyak 124

sampel. Populasi perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo adalah sebanyak 131

perawat sehingga penelitian ini menggunakan sampel jenuh, namun pada

penelitian ini sampel sebanyak 126 sampel, tedapat 4 perawat yang sedang

cuti kerja dan 1 kuesioner hilang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer,

yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti dari responden dengan

menggunakan kuesioner (Lampiran I). Sebelum pengisian kuesioner, terdapat

inform consent yang berisi mengenai persetujuan perawat menjadi responden

penelitian serta berisi penjelasan mengenai tujuan penelitian dan cara

pengisian kuesioner. Data yang didapatkan adalah usia, masa kerja, tingkat

pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi, ketersediaan fasilitas,

reward and punishment, serta pengawasan. Lembar observasi (Lampiran II)

untuk mengetahui perilaku 5R yang dilaksanakan selama perawat bekerja

dalam 3 hari. Observasi setiap harinya dilakukan sebanyak 8 kali, yaitu setiap

jam perawat bekerja dalam 8 jam. Waktu pengamatan dilakukan secara acak

dan dilakukan selama 10 menit. Observer mengobservasi perawat dengan cara

Page 73: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

54

duduk di ruang perawat dan mengamati seluruh perilaku perawat saat berada

di ruang perawat. Akan tetapi saat observasi dilakukan terdapat beberapa item

tidak dapat terobservasi, misalnya saat perawat hanya duduk dan mencatat

dokumen-dokumen. Berikut adalah contoh waktu observasi yang dilakukan.

Tabel 4.2 Contoh Waktu Observasi Perilaku 5R

Senin,

6 Maret 2017

Jumat,

10 Maret

2017

Kamis,

16 Maret

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 ….. …... Perawat

1 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

….. …..

Perawat

2 07.10 08.10 09.10 10.10 11.10 12.10 13.10 14.10

….. …..

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan

lembar observasi yang didalamnya terdapat beberapa pertanyaan untuk

mengetahui variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk melihat variabel usia, masa kerja,

tingkat pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi,

ketersediaan fasilitas, reward and punishment, serta pengawasan.

Kuesioner penelitian ada pada Lampiran I. Berikut adalah penjelasan

dari masing-masing variabel:

a. Usia

Variabel usia dilihat dari selisih tahun lahir pekerja dan tahun

dilakukan penelitian. Variabel usia diukur dalam tahun.

Page 74: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

55

b. Masa kerja

Variabel masa kerja dilihat dari masa kerja pekerja dalam

tahun, dilihat dari selisih tahun pertama pekerja bekerja sebagai

perawat dan tahun dilakukan penelitian.

c. Tingkat pendidikan

Variabel tingkat pendidikan menggunakan tingkat

pendidikan formal berdasarkan Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) yang mengacu pada Peraturan Presiden Nomer

8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

(KKNI) yang membagi lulusan pendidikan tinggi keperawatan

menjadi D3 keperawatan, S1 keperawatan, Magister keperawatan,

Ners spesialis keperawatan, Doktor keperawatan. Apabila

responden memiliki status D3 maka diberi skor 1. Perawat yang

memiliki status pendidikan S1 diberi skor 2. Pekerja yang

memiliki status pendidikan Magister maka diberi skor 3. Perawat

yang memiliki status pendidikan ners spesialis keperawatan diberi

skor 4. Perawat yang memiliki status pendidikan doktor

keperawatan akan diberi skor 5.

d. Jenis kelamin

Variabel jenis kelamin dilakukan pembagian kategori

seksual responden yang ditentukan secara biologis dan anatomis.

Pilihan angka 1 untuk perawat dengan jenis kelamin perempuan

dan angka 2 untuk perawat dengan jenis kelamin laki-laki.

Page 75: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

56

e. Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan.

Pertanyaan mengenai pengetahuan 5R digunakan teori-teori serta

pengertian-pengertian yang berupa pernyataan, kemudian diubah

menjadi pertanyaan dari berbagai sumber diantaranya lean

hospitals improving quality, patient safety, and employee

engagement (Graban, 2012) dan gemba kaizen pendekatan akal

sehat, berbiaya rendah pada manajemen (Imai, 1998). Skoring

yang dilakukan adalah jika pilihan jawaban benar akan diberi skor

2, sedangkan jika pilihan jawaban salah diberi skor 1. Hasil ukur

variabel pengetahuan adalah:

i. Rendah (total skor ≤ nilai median)

ii. Tinggi (total skor > nilai median

f. Sikap

Variabel sikap terdiri dari 15 pertanyaan, skoring yang

dilakukan adalah sangat setuju (skor: 5), setuju (skor: 4), kurang

setuju (skor: 3), tidak setuju (skor: 2), sangat tidak setuju (skor: 1)

pada pernyataan positif. Pernyataan positif terdapat pada

pernyataan S5 “Saya mengambil barang dan menaruh barang di

tempat yang sama” dan pada pernyataan S7 “Saya tidak suka

melihat tempat kerja saya kotor.” Kemudian skoring sangat setuju

(skor: 1), setuju (skor: 2), kurang setuju (skor: 3), tidak setuju

(skor: 4), sangat tidak setuju (skor: 5) pada pernyataan negatif.

Page 76: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

57

Pernyataan lainnya adalah pernyataan negatif. Hasil ukur variabel

sikap adalah:

i. Negatif (jika skor jawaban ≤ nilai median)

ii. Positif (jika skor jawaban > nilai median)

g. Motivasi

Variabel motivasi terdiri dari 5 pertanyaan positif. Skoring

yang dilakukan adalah sangat setuju (skor: 5), setuju (skor: 4),

kurang setuju (skor: 3), tidak setuju (skor: 2), sangat tidak setuju

(skor: 1). Hasil ukur variabel motivasi adalah:

i. Motivasi tidak kuat (jika skor jawaban ≤ nilai median)

ii. Motivasi kuat (jika skor jawaban > nilai median

h. Ketersediaan Fasilitas

Variabel ketersediaan fasilitas terdiri dari tujuh item,

skoring yang dilakukan adalah (skor : 1) jika ketersediaan fasilitas

tidak cukup, (skor : 2) jika ketersediaan fasilitas cukup.

i. Tidak cukup (jika skor jawaban ≤ nilai median)

ii. Cukup (jika skor jawaban > nilai median)

i. Reward and punishment

Variabel reward and punishment terdiri dari dua pertanyaan

dengan jawaban pernah atau tidak pernah. Pilihan jawaban tidak

pernah akan mendapat skor 1 dan pilihan jawaban pernah akan

mendapat skor 2.

Page 77: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

58

j. Pengawasan

Variabel pengawasan terdiri dari satu pertanyaan, skoring

yang dilakukan adalah skor 1 jika tidak rutin dilaksanakan dan skor

2 jika rutin dilaksanakan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat variabel perilaku 5R

oleh perawat kelas III.

a. Perilaku 5R

Variabel perilaku pelaksanaan 5R terdiri dari 21 item yang

harus diobservasi, item observasi perilaku 5R menggunakan teori-

teori serta pernyataan-pernyataan dari berbagai sumber diantaranya

lean hospitals improving quality, patient safety, and employee

engagement (Graban, 2012), sikap kerja 5S (Osada, 1995), dan

gemba kaizen pendekatan akal sehat, berbiaya rendah pada

manajemen (Imai, 1998). Skoring yang dilakukan pada item yang

terobservasi adalah tidak dilaksanakan (skor: 0) dan dilaksanakan

(skor: 1), sedangkan pada item yang tidak dapat terobservasi tidak

termasuk dalam perhitungan. Hasil ukur variabel perilaku

pelaksanaan 5R adalah:

i. Tidak baik, jika hasil observasi, total skor ≤ nilai median

ii. Baik, jika hasil observasi, total skor > nilai median

Page 78: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

59

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran untuk melihat seberapa besar tingkat

ketepatan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2011). Uji validitas

dilakukan untuk mengetahui pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner

valid atau tidak valid yang akan mempengaruhi pertanyaan atau pernyataan

tersebut dapat digunakan atau tidak. Uji validitas telah dilakukan sebelum

proses pengumpulan data dimuali. Uji validitas dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner ke tempat yang berbeda, tetapi memiliki responden

dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian yang diteliti pada

penelitian ini. Penyebaran kuesioner untuk validitas dilakukan sebayak 30

kuesioner kepada 30 perawat kelas III di salah satu RSUD di Jawa Barat.

Uji validitas pada variabel dengan pilihan jawaban menggunakan skala

likert dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (r pearson) dengan r

tabel. Instrumen dinyatakan valid jika r hitung ≥ r tabel. Nilai r tabel yang

digunakan untuk sampel dengan jumlah 30 responden adalah 0,361. Selain itu

dapat ditanggulangi dengan melakukan modifikasi item untuk memperjelas

makna pada item kuesioner atau menghilangkan item jika tidak penting. Uji

validitas yang dilakukan pada kuesioner yang menggunakan skala guttman

adalah dengan validitas konten atau yang disebut dengan validitas isi.

Validitas isi memiliki tujuan untuk mengetahui bahwa setiap item pada

instrumen yang digunakan sudah cukup mewakili konsep yang diinginkan.

Validitas isi dimulai dengan menentukan konsep yang akan digunakan dalam

penelitian, menilai apakah item sudah tepat untuk mengukur konsep penelitian

Page 79: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

60

yang didukung dengan teori, penilaian setiap item dapat dilakukan dengan

melihat estimasi waktu responden dalam mengisi kuesioner dan pemahaman

responden pada isi kuesioner. Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui

terdapat 3 pernyataan pada variabel sikap yang memiliki nilai dibawah nilai r

tabel, sehingga pernyataan tersebut dikatakan tidak valid. Akan tetapi,

pernyataan tersebut tetap disertakan ke dalam kuesioner penelitian, karena

pentingnya pernyataan tersebut.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah pertanyaan atau pernyataan yang ada

dalam kuesioner sudah valid. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh

mana hasil suatu pengukuran dapat terlihat konsisten bila dilakukan berulang

kali dalam suatu instrument (Arifin, 2012). Uji reliabilitas dilakukan dengan

membandingkan nilai menggunakan cronbach’s alpha pada tabel reliability

statistics. Instrumen penelitian dikatakan reliabel. Jika nilai cronbach’s alpha

≥ 0,6 (Oktavia, 2015). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan,

diketahui seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki nilai cronbach’s

alpha ≥ 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam

penelitian ini reliabel.

Page 80: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

61

G. Manajemen Data

Seluruh data yang terkumpul akan diolah dengan proses sebagai berikut.

1. Data Coding

Coding adalah proses pemberian kode pada setiap jawaban kuesioner yang

bertujuan untuk memudahkan dalam proses entry dan analisa data. Pemberian

kode akan dilakukan pada variabel dependen dan variabel independen seperti

terlihat pada table 4.3. Kode penelitian ini antara lain:

Tabel 4.3 Kode Variabel

Variabel Kode

Identitas pekerja I1-I4

Usia

Jenis kelamin

Masa kerja

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan

Sikap

Motivasi

A1

A2

A3

A4

P1-P20

S1-S15

M1-M5

Ketersediaan fasilitas F1-F7

Reward and punishment

Pengawasan

B1-B2

C1

2. Data Editing

Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Hal ini bertujuan untuk

mengoreksi data yang telah berhasil dikumpulkan, meliputi kelengkapan

pengisian kuesioner dan atau kesalahan dalam pengisian kuesioner. Pada

editing dapat dilakukan perbaikan jika dirasa ada kesalahan dan atau keraguan

pada data yang diperoleh.

Page 81: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

62

3. Data Entry

Entry adalah proses pemasukkan data yang telah diperoleh ke dalam

komputer. Entry dilakukan pada data yang telah dikode sebelumnya.

Kemudian data diolah menggunakan software pengolahan data.

4. Data Cleaning

Cleaning adalah proses pemeriksaan kembali data yang telah dientry untuk

melihat jika ada kesalahan saat entry data. Cleaning dilakukan untuk

mengetahui missing data. Setelah dilakukan cleaning data dengan demikian

data yang diperoleh siap untuk dianalisis.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing variabel

yang diteliti. Analisa dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel independen dan dependen. Varibel

independen yaitu usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin,

pengetahuan, sikap, motivasi, ketersediaan fasilitas, reward and punishment,

serta pengawasan. Variabel dependen perilaku 5R. Analisis dilakukan dengan

bantuan software analisa data.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat variabel

independen yang diduga memiliki hubungan dengan variabel dependen.

Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara

determinan perilaku 5R dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta.

Page 82: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

63

Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi-square dan mann-

withney. Uji chi-square yang digunakan untuk membandingkan proporsi pada

dua kelompok atau lebih. Derajat kepercayaan yang digunakan sebesar 95%,

dengan derajat kemaknaan sebesar 5%, sehingga jika pvalue ≤ 0,05 maka

dapat diartikan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Namun, jika pvalue > 0,05 maka dapat diartikan tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk

melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan independen maka

dilihat nilai Odds Ratio (OR). Apabila nilai OR > 1, berarti variabel yang

diteliti meningkatkan risiko. Namun, jika nilai OR = 1 berarti variabel yang

diteliti tidak ada hubungan dengan variabel dependen. Sedangkan untuk nilai

OR < 1, berarti variabel yang diteliti memperkecil risiko.

Uji chi-square dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel tingkat

pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, motivasi, ketersediaan fasilitas,

reward and punishment, dan pengawasan dengan perilaku 5R. Sementara, uji

mann-whithney digunakan untuk mengetahui hubungan pada dua variabel

numerik dan kategorik, namun data tidak terdistribusi normal. Uji mann-

whithney pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel usia dan masa kerja dengan perilaku 5R.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah analisis yang menghubungkan beberapa

variabel independen dengan satu variabel dependen dalam waktu bersamaan.

Pada penelitian ini, analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji

Page 83: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

64

regresi logistik berganda karena variabel dependen berupa data kategorik

(Amran, 2012).

Langkah pertama untuk melakukan analisis multivariat adalah dengan

melakukan analisis bivariat anatara masing-masing variabel independen

dengan variabel dependen (Riyanto, 2009). Apabila hasil uji bivariat

mempunyai Pvalue < 0,25, maka variabel tersebut dapat masuk dalam analisis

multivariat. Langkah kedua adalah pembuatan model untuk menentukan

variabel independen yang paling berpengaruh dengan variabel dependen.

Pembuatan model faktor penentu dilakukan menggunakan analisis regresi

logistik berganda. Jika hasil uji menunjukkan terdapat variabel yang memiliki

nilai Pvalue > 0,05, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan.

Uji logistik berganda dilakukan secara bertahap, hingga tidak terdapat

varibel yang memiliki Pvalue > 0,05 (Riyanto, 2009). Setelah itu, dilakukan

uji interaksi yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antar

variabel independen. Namun, uji iteraksi hanya dilakukan jika pada variabel

independen yang diduga secara secara substansi terdapat interaksi di dalam

model multivariat tersebut, jika tidak maka uji interaksi tidak perlu dilakukan.

Apabila nilai Pvalue < 0,05 berarti terdapat interaksi antar variabel

independen tersebut, begitupun sebaliknya. Apabila terdapat interaksi, maka

pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan

interaksi. Apabila tidak terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang

digunakan adalah pemodelan multivariat tanpa interaksi.

Page 84: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

65

BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum RSUD Pasar Rebo Jakarta

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo adalah rumah sakit milik

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang termasuk dalam rumah sakit tipe B

non pendidikan. RSUD Pasar Rebo terletak di wilayah Jakarta Timur dan

memiliki luas tanah 13.000 m2 serta luas bangunan 18.000 m2. Pada awalnya,

rumah sakit ini adalah sebuah bangunan POS P3K di Jalan Bidara Cina. Pada

tahun 1957 POS P3K berpindah tempat ke Jalan TB Simatupang No. 30

Jakarta Timur dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Karantina. Selang

waktu tujuh tahun, tepatnya pada tahun 1964, rumah sakit ini menjadi Rumah

Sakit Tuberkulosa Paru dan terus berkembang hingga menjadi Rumah Sakit

Umum Kelas C berdasarkan SK Menkes No. 303 tahun 1987.

Status RSUD Pasar Rebo mengalami peningkatan pada tahun 1998, yaitu

menjadi RSUD Kelas B melalui Perda DKI Jakarta nomor 4 tahun 1998.

Seiring dengan meningkatnya mutu pelayanan yang diberikan oleh RSUD

Pasar Rebo, maka RSUD Pasar Rebo mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000

pada tahun 2008 dan sertifikasi ISO 9001:2008 pada tahun 2009. Tahun

2010, RSUD Pasar Rebo mempersiapkan master plan pembangunan gedung

eks. Akademi Perawat Jayakarta demi meningkatkan fasilitas dan pelayanan

bagi masyarakat.

RSUD Pasar Rebo memiliki fasilitas rawat jalan, gawat darurat, rawat

inap, rawat intensif, kamar bersalin, dan kamar operasi. Dengan fasilitas

Page 85: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

66

penunjang medik yaitu laboratorium, radiologi, farmasi, gizi, dan instalasi

rehabilitasi medik. Serta instalasi penunjang khusus yaitu laundry, CSSD,

dan kamar jenazah. Jumlah kamar yang terdapat di RSUD Pasar Rebo adalah

sebanyak 79 kamar dengan 364 tempat tidur. Sedangkan jumlah tenaga kerja

yang ada sebanyak 992 pegawai terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter

spesialis, dokter gigi spesialis, perawat/bidan, paramedis non perawat, dan

tenaga non medis.

RSUD Pasar Rebo memiliki visi dan misi dalam menjalankan seluruh

tugas dan fungsinya. Visi RSUD Pasar Rebo adalah mejadi rumah sakit

unggulan yang bermutu internasional dan rujukan terbaik di Ibukota Negara

Republik Indonesia tahun 2017. Dengan misi diantaranya adalah

menyediakan sumber daya pelayanan kesehatan unggulan, membangun

kolaborasi dengan sarana pelayanan kesehatan dan pendidikan yang bermutu

internasional, dan terciptanya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Selain itu, RSUD Pasar

Rebo memiliki kebijakan mutu yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu oleh SDM profesional dan meningkatkan pelayanan secara bertahap

yang didukung oleh sistem manajemen mutu bagi seluruh lapisan

masyarakat.

RSUD Pasar Rebo telah memiliki program 5R sejak tahun 2015 dan

diaktifkan kembali pada 19 Januari 2016 dengan penetapan tim penilai 5R

yang tertuang dalam Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

Rebo Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 013/2016. Tim penilai

5R terdiri dari ketua, sekretaris, dan sembilan anggota. Tim penilai 5R

Page 86: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

67

bertugas untuk menilai pelaksanaan 5R pada setiap unit kerja. Penilaian 5R di

RSUD Pasar Rebo Jakarta menggunakan lembar ceklis harian yang harus

diisi oleh seluruh unit kerja dan akan dilakukan rekapitulasi setiap bulannya.

Berdasarkan surat keputusan Direktur RSUD Pasar Rebo tentang penetapan

tim penilai 5R, dalam surat keputusan tersebut tidak terdapat penetapan

mengenai reward maupun punishment yang diberikan pada pekerja jika tidak

menerapkan 5R. Namun, berdasarkan keterangan yang diberikan oleh

penanggung jawab 5R atau sebagai ketua tim penilai 5R menyatakan bahwa

terdapat penghargaan berupa piagam yang diberikan kepada pekerja yang

memiliki perilaku 5R baik atau yang mendapatkan nilai tertinggi. Surat

keputusan tersebut menetapkan bahwa tim penilai 5R di lingkungan RSUD

Pasar Rebo dengan susunan yang telah ditetapkan, tim tersebut bertanggung

jawab langsung kepada Direktur RSUD Pasar Rebo.

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta Tahun 2017

Gambaran distribusi perilaku 5R responden dikelompokan ke

dalam dua kategori, yaitu perilaku 5R baik dan perilaku 5R tidak baik.

Distribusi responden menurut perilaku 5R dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017

No.

1.

Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Perilaku 5R Tidak baik 66 52,4

Baik 60 47,6

Jumlah 126 100

Page 87: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

68

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diketahui bahwa

sebagian responden masuk ke dalam kategori perilaku 5R tidak baik,

dengan jumlah responden sebanyak 66 orang (52,4%) responden. Jika

dilakukan analisis masing-masing elemen R didapatkan hasil seperti

pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Setiap R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

5R Mean Min-Max 95% CI n

Ringkas 5,36 3,93-6,87 5,2571-5,4720 126

Rapi 5,25 3,44-6,78 5,1451-5,3716 126

Resik 4,37 2,20-7,67 4,1800-4,5660 126

Rawat 5,56 4,00-7,00 5,4500-5,6858 126

Rajin 4,22 2,87-5,27 4,1449-4,3144 126

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa rajin memiliki rata-rata

terendah, yaitu 4,22 jika dibandingkan dengan elemen R yang lainnya.

2. Gambaran Determinan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi dalam penelitian ini meliputi usia, masa

kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan

motivasi dimana data tersebut didapatkan melalui penyebaran

kuesioner yang diisi oleh perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta. Hasil analisis distribusi faktor predisposisi pada perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.3

dan tabel 5.4.

Page 88: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

69

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Masa Kerja Perawat Kelas III

di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

No. Variabel Mean Min-Max 95% CI n

1. Usia 31,14 22-57 29,80-32,48 126

2. Masa kerja 7,72 1-32 6,34-9,10 126

1) Usia

Berdasarkan tabel 5.3 terlihat bahwa rata-rata usia perawat kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta adalah 31 tahun dengan tingkat

kepercayaan 95% berada pada rentang 29,80-32,48. Usia termuda

adalah 22 tahun sedangkan usia tertua adalah 57 tahun.

2) Masa Kerja

Berdasarkan tabel 5.3 terlihat bahwa rata-rata masa kerja perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta adalah 8 tahun dengan tingkat

kepercayaan 95% berada pada rentang 6,34-9,10. Masa kerja

terendah adalah 1 tahun sedangkan masa kerja tertinggi adalah 32

tahun.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,

Pengetahuan, Sikap, Motivasi Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Tahun 2017

No. Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tingkat Pendidikan D3 115 91,3%

S1 11 8,7%

2 Jenis Kelamin Perempuan 101 80,2%

Laki-Laki 25 19,8%

3 Pengetahuan Rendah 66 52,4%

Tinggi 60 47,6%

4 Sikap Negatif 71 56,3%

Positif 55 43,7%

5 Motivasi Tidak kuat 116 92,1%

Kuat 10 7,9%

Page 89: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

70

3) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta memiliki pendidikan terakhir

D3 yaitu sebanyak 115 perawat (91,3%) dari 126 perawat.

4) Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta adalah perempuan, yaitu

sebanyak 101 perawat (80,2%) dari 126 perawat.

5) Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa terdapat beberapa perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta memiliki pengetahuan 5R

yang rendah, yaitu sebanyak 66 perawat (52,4%) dari 126 perawat.

6) Sikap

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta memiliki sikap negatif

terhadap perilaku 5R, yaitu sebesar 71 perawat (56,3%) dari 126

perawat.

7) Motivasi

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta memiliki motivasi yang tidak

kuat untuk perilaku 5R, yaitu sebesar 116 perawat (92,1%) dari 126

perawat.

Page 90: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

71

b. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah ketersediaan

fasilitas dimana data tersebut didapatkan melalui penyebaran

kuesioner yang diisi oleh perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta. Hasil analisis distribusi faktor pendukung pada perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pendukung (Ketersediaan

Fasilitas) pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

No. Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase

(%)

1. Ketersediaan fasilitas Tidak cukup 72 57,1%

Cukup 54 42,9%

1) Ketersediaan Fasilitas

Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta menyatakan bahwa fasilitas

pendukung 5R yang tersedia di ruang perawat masih tidak cukup,

yaitu sebesar 72 perawat (57,1%) dari 126 perawat.

c. Faktor Penguat

Faktor penguat dalam penelitian ini adalah reward and

punishment dan pengawasan, dimana data tersebut didapat

berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh perawat kelas III

di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Hasil analisis distribusi faktor penguat

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta dapat dilihat

pada tabel 5.6.

Page 91: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

72

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Penguat (Reward and

Punishment dan Pengawasan) pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Tahun 2017

No. Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Reward Tidak pernah 98 77,8%

Pernah 28 22,2%

2 Punishment Tidak pernah 114 90,5%

Pernah 12 9,5%

3 Pengawasan Tidak rutin 35 27,8%

Rutin 91 72,2%

1) Reward

Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tidak pernah mendapatkan

reward untuk perilaku 5R, yaitu sebanyak 98 perawat (77,8%) dari

126 perawat.

2) Punishment

Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tidak pernah mendapat

punishment dalam perilaku 5R, yaitu sebanyak 114 perawat (90,5%)

dari 126 perawat.

3) Pengawasan

Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa sebagian besar perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta menyatakan bahwa

pengawasan telah dilakukan secara rutin, namun beberapa perawat

menyatakan bahwa pengawasan tidak dilakukan secara rutin, yaitu

sebanyak 35 perawat (27,8%) dari 126 perawat.

Page 92: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

73

C. Hasil Bivariat

1. Hubungan antara Faktor Predisposisi (Usia, Masa Kerja, Tingkat

Pendidikan, Jenis Kelamin, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017

Faktor Predisposisi dalam penelitian ini meliputi usia, masa kerja,

tingkat pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan motivasi.

Variabel usia dan masa kerja menggunakan skala rasio, sedangkan

tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu tingkat

pendidikan D3 dan S1. Variabel jenis kelamin dikelompokan menjadi

laki-laki dan perempuan, untuk variabel pengetahuan dikelompokan

menjadi dua, yaitu pengetahuan rendah dan pengetahuan tinggi. Variabel

sikap dikelompokan menjadi sikap negatif dan sikap positif, sedangkan

untuk variabel motivasi dikelompokan menjadi motivasi tidak kuat dan

motivasi kuat.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Mann-Withney

untuk variabel usia dan masa kerja, serta hasil statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square antara faktor predisposisi dengan perilaku

5R perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta dapat dilihat pada

tabel 5.7 dan tabel 5.8.

Tabel 2.7 Hubungan Usia dan Masa Kerja dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

No. Faktor Predisposisi Perilaku 5R n=126 MeanRank Pvalue

1. Usia Tidak baik 66 70,92

0,017 Baik 60 55,34

2. Masa Kerja Tidak baik 66 68,63

0,096 Baik 60 57,86

Page 93: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

74

a. Hubungan antara Usia dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa usia perawat yang

memiliki perilaku 5R tidak baik hampir merata dengan yang

memiliki perilaku 5R baik dengan rata-rata usia yaitu 31 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik nonparametric, didaptkan Pvalue

sebesar 0,017 yang menyatakan bahwa pada α 5%, ada hubungan

yang bermakna antara usia dengan perilaku 5R pada perawat kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017.

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa masa kerja perawat

yang memiliki perilaku 5R tidak baik hampir merata dengan yang

memiliki perilaku 5R baik dengan rata-rata masa kerja 8 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik nonparametric, didapatkan Pvalue

sebesar 0,096 yang menyatakan bahwa pada α 5%, tidak ada

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan perilaku 5R pada

perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017.

Page 94: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

75

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, Pengetahuan, Sikap, dan

Motivasi dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Perilaku 5R Total

OR (95% CI) P

value

Tidak baik Baik

n % n % n

(126) %

1 Tingkat

Pendidikan

D3 63 54,8 52 45,2 115 100 3,231

(0,815-12,250) 0,153

S1 3 27,3 8 72,7 11 100

2 Jenis

Kelamin

Perempuan 61 60,4 40 39,6 101 100 6,100

(2,118-17,572) 0,001

Laki-laki 5 20,0 20 80,0 25 100

3 Pengetahuan Rendah 32 48,5 34 51,5 66 100 0,720

(0,35601,453) 0,459

Tinggi 34 56,7 26 43,3 60 100

4 Sikap Negatif 36 50,7 35 49,3 71 100 0,857

(0,423-1,736) 0,804

Positif 30 54,5 25 45,5 55 100

5 Motivasi Tidak kuat 59 50,9 57 49,1 116 100 0,444

(0,109-1,800) 0,405

Kuat 7 70,0 3 30,3 10 100

a. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 115 perawat

memiliki pendidikan terakhir D3, sebanyak 63 perawat (54,8%)

berperilaku 5R tidak baik. Kemudian, 11 perawat memiliki tingkat

pendidikan S1, terdapat 3 perawat (27,3%) berperilaku 5R tidak

baik. Berdasarkan hasil uji chi-square, didapatkan Pvalue sebesar

0,153 yang artinya pada α 5% tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku 5R pada

perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017.

Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 3,231 (95% CI; 0,815-

12,250), yang artinya perawat dengan tingkat pendidikan D3

berpeluang sebesar 3,231 kali untuk berperilaku 5R yang tidak baik

dibandingkan dengan perawat dengan tingkat pendidikan S1.

Page 95: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

76

b. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat

pada tabel 5.8 diketahui bahwa diantara 25 perawat laki-laki,

terdapat 5 perawat laki-laki (20%) yang memiliki perilaku 5R tidak

baik. Kemudian, diantara 101 perawat perempuan terdapat 61

perawat perempuan (60,4%) yang memiliki perilaku 5R tidak baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas

(Pvalue) sebesar 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α

5%, ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

perilaku 5R perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Diketahui nilai OR sebesar 6,100 (95% CI; 2,118-17,572), yang

artinya perawat dengan jenis kelamin perempuan berpeluang sebesar

6,100 kali untuk berperilaku 5R yang tidak baik dibandingkan

dengan perawat berjenis kelamin laki-laki.

c. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat terlihat pada

tabel 5.8 diketahui dari 66 perawat yang memiliki pengetahuan

rendah 32 perawat diantaranya (48,5%) memiliki perilaku 5R yang

tidak baik, sedangkan dari 60 perawat yang memiliki pengetahuan

tinggi mengenai 5R, 34 diantaranya (56,7%) memiliki perilaku 5R

yang tidak baik.

Page 96: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

77

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas

(Pvalue) sebesar 0,459, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α

5% tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

perilaku 5R perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 0,720 (95% CI; 0,356-1,453),

yang artinya responden dengan pengetahuan rendah memiliki

peluang sebesar 0,720 kali untuk berperilaku 5R tidak baik

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi.

d. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat terlihat

pada tabel 5.8 diketahui bahwa diantara 71 perawat yang memiliki

sikap negatif 36 perawat (50,7%) diantaranya memiliki perilaku 5R

yang tidak baik, sedangkan di antara 55 perawat yang memiliki sikap

positif, 30 perawat (54,5%) memiliki perilaku 5R yang tidak baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas

(Pvalue) sebesar 0,804, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α

5%, tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 0,857 (95% CI; 0,423-1,736),

yang artinya responden dengan sikap negatif memiliki peluang

sebesar 0,857 kali untuk berperilaku 5R tidak baik daripada

responden dengan sikap positif.

Page 97: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

78

e. Hubungan antara Motivasi dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat terlihat

pada tabel 5.8 diketahui bahwa di antara 116 perawat dengan

motivasi tidak kuat, terdapat 59 perawat (50,9%) memiliki perilaku

5R yang tidak baik, sedangkan dari 10 perawat dengan motivasi

kuat, terdapat 7 perawat (70,0%) memiliki perilaku 5R yang tidak

baik.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)

sebesar 0,405, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5%, tidak

ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan perilaku 5R

perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Kemudian, diketahui

nilai OR sebesar 0,444 (95% CI; 0,109-1,800), yang artinya perawat

dengan motivasi tidak kuat memiliki peluang sebesar 0,444 kali

untuk berperilaku 5R tidak baik dari pada perawat dengan motivasi

kuat.

2. Hubungan antara Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017

Faktor pendukung dalam penelitian ini meliputi ketersediaan

fasilitas. Ketersediaan fasilitas dikelompokkan ke dalam dua kelompok,

yaitu tidak cukup dan cukup. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan Chi-Square antara faktor pendukung (ketersediaan

Page 98: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

79

fasilitas) dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar

Rebo Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Hubungan Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas) dengan Perilaku

5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Perilaku 5R Total

OR (95% CI) Pvalue Tidak baik Baik

n % n % n

(126) %

1 Ketersediaan

fasilitas

Tidak

cukup 33 45,8 39 54,2 72 100 0,538

(0,263-1,103) 0,129

Cukup 33 61,1 21 38,9 54 100

a. Hubungan antara Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku 5R

pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat

pada tabel 5.9 diketahui bahwa dari 72 perawat yang menyatakan

bahwa ketersediaan fasilitas tidak cukup 33 perawat (45,8%)

diantaranya memiliki perilaku 5R yang tidak baik, sedangkan di

antara 54 perawat yang menyatakan ketersediaan fasilitas cukup, 33

perawat (61,1%) diantaranya memiliki perilaku 5R yang tidak baik.

3. Hubungan antara Faktor Penguat (Reward and Punishment dan

Pengawasan) dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Faktor penguat dalam penelitian ini meliputi reward and

punishment dan pengawasan. Variabel reward and punishment

dikelompokkan menjadi tidak pernah dan pernah mendapatkan reward

atau punishment, sedangkan untuk variabel pengawasan dikelompokkan

menjadi tidak rutin dan rutin. Hasil analisis statistik dengan

Page 99: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

80

menggunakan uji chi-square antara faktor penguat (reward and

punishment dan pengawasan) dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hubungan Faktor Penguat (Reward and Punishment dan Pengawasan)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017

No. Variabel Kategori

Perilaku 5R Total

OR (95% CI) Pvalue Tidak baik Baik

n % n % n

(126) %

1 Reward

Tidak

pernah 55 56,1 43 43,9 98 100 1,977

(0,839-4,657) 0,174

Pernah 11 39,3 17 60,7 28 100

2 Punishment

Tidak

pernah 60 52,6 54 47,4 114 100 1,111

(0,338-3,652) 1,000

Pernah 6 50,0 6 50,0 12 100

3 Pengawasan

Tidak

rutin 12 34,3 23 65,7 35 100 0,357

(0,158-0,807) 0,020

Rutin 54 59,3 37 40,7 91 100

a. Hubungan antara Reward dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat pada

tabel 5.10 diketahui bahwa dari 98 perawat yang tidak pernah

mendapatkan reward, terdapat 55 perawat (56,1%) yang memiliki

perilaku 5R tidak baik, sedangkan di antara 28 perawat yang pernah

mendapatkan reward, terdapat 11 perawat (39,3%) yang memiliki

perilaku 5R tidak baik.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)

sebesar 0,174, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5%, tidak

ada hubungan yang signifikan antara reward dengan perilaku 5R

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Kemudian,

diketahui nilai OR sebesar 1,977 (95% CI; 0,839-4,657), artinya

Page 100: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

81

perawat yang tidak pernah mendapatkan reward mempunyai peluang

1,977 kali untuk berperilaku 5R tidak baik daripada perawat yang

pernah mendapatkan reward.

b. Hubungan antara Punishment dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat pada

tabel 5.10 diketahui bahwa di antara 114 perawat yang tidak pernah

mendapatkan punishment, terdapat 60 perawat (52,6%) yang

memiliki perilaku 5R tidak baik, sedangkan di antara 12 perawat

yang pernah mendapatkan punishment, terdapat 6 perawat (50,0%)

yang memiliki perilaku 5R tidak baik.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)

sebesar 1,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5%, tidak

ada hubungan yang signifikan antara punishment dengan perilaku 5R

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Kemudian,

diketahui nilai OR sebesar 1,111 (95% CI; 0,338-3,652), berarti

perawat yang tidak pernah mendapatkan punishment mempunyai

peluang 1,111 kali untuk berperilaku 5R tidak baik daripada perawat

yang pernah mendapatkan punishment.

c. Hubungan antara Pengawasan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat

pada tabel 5.10 diketahui bahwa di antara 35 perawat yang

menyatakan bahwa pengawasan tidak rutin dilakukan, terdapat 12

Page 101: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

82

perawat (34,3%) memiliki perilaku 5R yang tidak baik, sedangkan di

antara 91 perawat yang menyatakan bahwa pengawasan dilakukan

secara rutin, terdapat 54 perawat (59,3%) memiliki perilaku 5R tidak

baik.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)

sebesar 0,020, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5%, ada

hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan perilaku 5R

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Kemudian,

diketahui nilai OR sebesar 0,357 (95% CI; 0,158-0,807), berarti

perawat yang menyatakan pengawasan tidak rutin dilakukan

mempunyai peluang sebesar 0,357 kali untuk berperilaku 5R tidak

baik dari pada perawat yang menyatakan pengawasan secara rutin

dilakukan.

D. Hasil Multivariat

1. Determinan Paling Dominan yang Berhubungan dengan Perilaku

5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun

2017

Untuk mengetahui determinan paling dominan yang berhubungan

dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

tahun 2017, dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik

berganda. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Seleksi Kandidat Model Analisis Multivariat

Seleksi kandidat model analisis multivariat dilakukan dengan

cara melakukan analisis bivariat antara tiap variabel independen

Page 102: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

83

dengan variabel dependen. Variabel yang memiliki Pvalue ≤ 0,25

maka menjadi kandidat model multivariat. Hasil analisis bivariat

antara variabel independen dengan variabel dependen pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.11 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dan Variabel

Dependen

Variabel Pvalue

Usia 0,017*

Masa Kerja 0,096*

Tingkat Pendidikan 0,153*

Jenis Kelamin 0,001*

Pengetahuan 0,459

Sikap 0,804

Motivasi 0,405

Ketersediaan Fasilitas 0,129*

Reward 0,174*

Punishment 1,000

Pengawasan 0,020*

*kandidat model multivariat

Berdasarkan tabel 5.11, diketahui bahwa terdapat tujuh variabel

yang memiliki Pvalue ≤ 0,25 yaitu usia, masa kerja, tingkat

pendidikan, jenis kelamin, ketersediaan fasilitas, reward, dan

pengawasan. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut menjadi

kandidat model dalam analisis multivariat.

b. Pembuatan Model Determinan Paling Dominan yang

Berhubungan dengan Perilaku 5R

Pada tahap ini, analisis multivariat dilakukan bertujuan untuk

mendapatkan model yang dianggap tepat untuk memprediksi variasi

yang terjadi pada variabel dependen yaitu perilaku 5R pada perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017. Analisis

Page 103: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

84

multivariat yang dilakukan adalah uji regresi logistik berganda.

Variabel yang valid dalam model multivariat adalah variabel yang

memiliki Pvalue ≤ 0,05. Apabila di dalam model ditemui pvalue >

0,05 maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari dalam model.

Pengeluaran variabel dilakukan bertahap dimulai dari Pvalue yang

paling besar. Setelah variabel tersebut dikeluarkan, uji kembali dan

dilakukan hingga tidak terdapat variabel yang memiliki Pvalue >

0,05. Hasil pembuatan model determinan paling dominan adalah

sebagai berikut:

Tabel 5.12 Hasil Analisis Variabel Kandidat Model Multivariat

Variabel Pvalue

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5

Usia 0,010 0,009 0,007 0,002 0,001

Masa Kerja 0,029 0,029 0,021 0,002 0,002

Tingkat Pendidikan 0,114 0,117 0,147 - -

Jenis Kelamin 0,014 0,014 0,012 0,013 0,007

Ketersediaan Fasilitas 0,834 - - - -

Reward 0,143 0,145 - - -

Pengawasan 0,051 0,043 0,071 0,063 -

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.12, diketahui bahwa

terdapat tiga variabel yang memiliki nilai Pvalue ≤ 0,05, yaitu usia

(0,001), masa kerja (0,002), dan jenis kelamin (0,007). Hasil ini

menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki hubungan

yang signifikan terhadap perilaku 5R pada perawat kelas III di

Page 104: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

85

RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017. Hasil pembuatan model

determinan paling dominan adalah sebagai berikut.

Tabel 5.13 Hasil Analisis Multivariat Determinan Paling Dominan antara Usia,

Masa Kerja, dan Jenis Kelamin dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

Variabel B Wald Pwald Exp(B) 95% CI

Usia -0,258 10,370 0,001 0,772 (0,660-0,904)

Masa Kerja 0,237 9,958 0,002 1,268 (1,094-1,469)

Jenis Kelamin 1,632 7,201 0,007 5,116 (1,553-16,855)

Constant 4,158 3,726 0,054 63,975

Pvalue = 0,056 Negelkerke R Square = 0,254

Setelah diperoleh determinan yang paling dominan, langkah

selanjutnya adalah memeriksa apakah terdapat interaksi antar

variabel independen dalam model dengan cara melakukan uji

interaksi. Uji interaksi hanya dilakukan pada variabel independen

yang diduga secara substansi terdapat interaksi di dalam model

multivariat tersebut. Berdasarkan hasil analisis variabel yang paling

dominan dalam penelitian ini tidak terdapat variabel yang secara

substansi atau secara teori memiliki interaksi, maka pemodelan akhir

yang digunakan adalah pemodelan multivariat tanpa interaksi.

Sehingga model yang digunakan adalah model akhir sebelum

dilakukan uji interaksi, yaitu hasil analisis multivariat determinan

paling dominan antara usia, masa kerja, dan jenis kelamin dengan

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

tahun 2017 pada tabel 5.13, diketahui bahwa usia, masa kerja, dan

jenis kelamin memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku

5R pada perawat kelas III.

Page 105: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

86

Berdasarkan hasil analisis multivariat, diperoleh bahwa usia,

masa kerja, dan jenis kelamin yang masuk dalam analisis multivariat

untuk mencari determinan paling dominan yang berhubungan dengan

perilaku 5R. Faktor paling dominan dapat diketahui dengan melihat

nilai Exp(B) untuk masing-masing variabel yang berhubungan

dengan perilaku 5R. Pada variabel usia hasil analisis didapatkan nilai

Exp(B) sebesar 0,772, artinya perawat dengan usia lebih tua akan

berperilaku 5R baik sebesar 1,295 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan perawat dengan usia lebih muda setelah dikontrol variabel

masa kerja dan jenis kelamin.

Hasil analisis pada variabel masa kerja didapatkan nilai Exp(B)

sebesar 1,268, artinya perawat dengan masa kerja belum lama akan

berperilaku 5R tidak baik sebesar 1,268 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan perawat yang memiliki masa kerja sudah lama

setelah dikontrol variabel usia dan jenis kelamin.

Pada variabel jenis kelamin hasil analisis didapatkan nilai

Exp(B) sebesar 5,116, artinya perawat dengan jenis kelamin

perempuan akan berperilaku 5R tidak baik sebesar 5,116 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan perawat dengan jenis kelamin laki-laki

setelah dikontrol variabel usia dan masa kerja.

Jika dibandingkan antara variabel usia, masa kerja, dan jenis

kelamin, menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki nilai

Exp(B) paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin

merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan

Page 106: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

87

perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa koefisien determinan (R

square) memiliki nilai 0,254, artinya bahwa model regresi yang

diperoleh dapat menjelaskan 25,4% variasi variabel dependen

perilaku 5R. Dengan demikian, usia, masa kerja, dan jenis kelamin

hanya dapat menjelaskan variasi variabel perilaku 5R sebesar 25,4%,

sedangkan 74,6% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.

Page 107: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

88

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan dalam

penelitian yang dilakukan, diantaranya:

1. Observasi perilaku 5R yang dilakukan pada ruang perawat adalah

observasi non partisipan, sehingga observer hanya mengamati perilaku

perawat tanpa ikut ambil bagian dalam pekerjaan perawat. Hal ini

menyebabkan masih memungkinkannya terjadi bias dalam observasi,

karena tidak semua item dalam elemen 5R dapat teramati dengan baik saat

waktu observasi dilakukan.

2. Lembar observasi yang digunakan adalah hasil pengembangan dari

pelaksanaan 5R pada bidang industri yang belum disesuaikan dengan

perilaku 5R pada perawat, sehingga item yang diobservasi masih kurang

sesuai.

3. Peneliti menitipkan kuesioner kepada kepala ruangan untuk di bagikan

kepada sampel penelitian, sehingga peneliti tidak dapat mengawasi satu

per satu perawat dalam mengisi kuesioner. Hal ini dimungkinkan dapat

terjadi bias saat pengisian kuesioner dilakukan, perawat dapat mencontek

atau saling bekerja sama saat menjawab pertanyaan pada kuesioner.

4. Pernyataan ketersediaan fasilitas tidak rinci fasilitas pendukung di setiap

elemen R, sehingga variabel ketersediaan fasilitas tidak dapat

tergambarkan dengan baik.

Page 108: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

89

5. Pertanyaan pada variabel reward, punishment, dan pengawasan hanya

ditanyakan satu pertanyaan, peneliti tidak merinci pada pertanyaan lain.

Sehingga variabel reward, punishment, dan pengawasan tidak tergali

hingga pelaksanaan sebenarnya di rumah sakit. Hal ini menyebabkan

variabel reward, punishment, dan pengawasan tidak dapat tergambarkan

dengan baik.

B. Perilaku 5R

5R merupakan kependekan dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.

5R merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan kebiasaan positif

para pekerja dengan cara membangun dan memelihara sebuah lingkungan

kerja yang bermutu. Program 5R adalah metodologi penciptaan dan

pemeliharaan lingkungan kerja secara baik, bersih, efektif, dan berkualitas

tinggi di tempat kerja dan dapat menjadi indikator apakah suatu pekerjaan

akan berjalan lancar atau tidak (Michalska, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 126 perawat kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2017, diketahui bahwa perawat dengan

perilaku 5R tidak baik lebih banyak dibandingkan perawat dengan perilaku 5R

baik, meskipun selisihnya tidak terlalu jauh yaitu sebesar 4,8%. Berdasarkan

hasil perhitungan yang dilakukan pada masing-masing elemen R didapatkan

urutan nilai rata-rata dari yang terendah adalah rajin, resik, rapi, ringkas, dan

rawat.

Jika berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati pada masing-masing

elemen R dan hasilnya menunjukkan bahwa pada elemen ringkas yaitu

memilah barang yang diperlukan dan tidak diperlukan (Graban, 2012),

Page 109: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

90

memang telah berjalan, namun belum cukup baik dan belum seluruhnya

menerapkan. Saat observasi yang sering ditemukan adalah dokumen-dokumen

yang telah digunakan tidak langsung diletakkan kembali ke rak yang

semestinya serta lokasi barang yang sering diperlukan oleh perawat tidak

berada dekat dengan perawat tersebut, sehingga perawat perlu berjalan untuk

mendapatkan barang tersebut.

Hasil observasi pada elemen rapi yaitu menempatkan segala sesuatu sesuai

tempatnya, sehingga mudah untuk menemukan saat dibutuhkan (Graban,

2012), menunjukkan bahwa sebagian perawat sudah menerapkan rapi, akan

tetapi sebagian besar lainnya belum cukup baik. Pada saat observasi sering

ditemukan perawat yang tidak mengembalikan barang yang diambil ke

tempatnya semula. Hal ini mengakibatkan saat perawat lain ingin

menggunakan barang tersebut harus mencarinya terlebih dahulu dan

membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada elemen resik yaitu menjaga area kerja tetap bersih setiap harinya

(Graban, 2012), menunjukkan bahwa sebagian besar perawat belum

menerapkan resik dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang

sering ditemukan bahwa perawat belum secara konsisten menyimpan atau

meletakan barang-barang setelah dipakai dikembalikan ke tempat semua dan

sebagian perawat kurang mempedulikan lantai dan rak yang kotor dengan

kotoran atau sampah.

Jika hasil observasi pada elemen rawat yaitu mengatur dan menjaga

tempat kerja secara terus menerus (Graban, 2012), menunjukkan bahwa

perawat telah menerapkan rawat namun belum secara keseluruhan dan belum

Page 110: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

91

dilakukan secara rutin. Masih terdapat beberapa perawat yang belum

menerapkannya secara konsisten, sehingga saat observasi dilakukan masih

ditemukan perawat yang tidak selalu menjaga kebersihan dan keteraturan,

menempatkan rak berjalan di tengah jalan, dan kurang memperhatikan label

penamaan yang terpasang pada dokumen-dokumen yang ada di wadah atau

rak.

Kemudian hasil observasi pada elemen rajin yaitu memiliki sistem yang

mendukung 4R sebelumnya dapat berkelanjutan dan konsisten (Graban,

2012), menunjukkan bahwa 5R belum secara konsisten diterapkan. Hal ini

menunjukkan bahwa perawat kelas III belum memiliki sikap disiplin untuk

melakukan 5R setiap harinya dan membuat 5R belum menjadi suatu kebiasaan

untuk para perawat. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan penanggung

jawab 5R di RSUD Pasar Rebo Jakarta yang menyatakan bahwa 5R di rumah

sakit khususnya perawat masih dianggap kurang penting dibandingkan tugas-

tugas lain perawat.

Berdasarkan hasil observasi ini terlihat bahwa 5R pada perawat belum

cukup baik dan masih kurang diperhatikan. Padahal 5R sangat penting untuk

dilaksanakan, khususnya pada perawat. Karena perawat berisiko lebih tinggi

daripada petugas kesehatan lain terhadap bahaya kesehatan dan keselamatan

yang bersumber dari lingkungan kerja, seperti bahaya fisik, bahaya kimia, dan

bahaya biologi (Agus, 2009). Berdasarkan salah satu data surveilans

kecelakaan kerja yang ada di RSUD Pasar Rebo, perawat memiliki persentase

tertinggi pada kasus kecelakaan tertusuk jarum, yaitu sebesar 57,7% pada

tahun 2014 dan meningkat pada tahun 2015 yaitu menjadi 60,6%. Bahaya

Page 111: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

92

lingkungan kerja pada perawat dapat diminimalisir dengan pelaksanaan 5R,

karena 5R bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

nyaman. Sehingga dapat meminimalisir menurunnya tingkat performa kerja,

menurunnya produktivitas kerja, kurangnya akurasi dalam bekerja,

pemborosan waktu, meningkatnya kecelakaan kerja, dan menimbulkan lebih

cepat kelelahan kerja (Royan, 2009; Wingjosoebroto, 2003). Pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan pada sebuah laboratorium di sebuah institusi

kesehatan, penerapan 5R terbukti dapat memfasilitasi pekerjaan mereka

dengan mudah dan membuat lingkungan lebih aman meningkat secara

signifikan dan secara statistik berpengaruh pada peningkatan kinerja pekerja

sebesar 69,7% (Dogan, 2014).

Padahal program 5R adalah salah satu program yang ada di RSUD Pasar

Rebo sejak tahun 2015 dan diaktifkan kembali pada 19 Januari 2016 dengan

penetapan tim penilai 5R yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan sembilan

anggota. Namun dalam perjalanannya program 5R yang telah ada, belum

tersosialisasi dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari belum adanya poster

sebagai upaya promosi 5R dan pelatihan 5R secara menyeluruh. Karena

perilaku 5R tidak dapat muncul dengan sendirinya. Namun, terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku 5R. Faktor-faktor tersebut terdiri dari

faktor predisposisi, yang terdiri dari usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis

kelamin, pengetahuan, sikap, dan motivasi. Kemudian, faktor pendukung,

yaitu dilihat dari ketersediaan fasilitas, serta faktor penguat yang terdiri dari

reward and punishment dan pengawasan.

Page 112: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

93

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia perawat adalah 31

tahun dengan rata-rata masa kerja selama 8 tahun. Tingkat pendidikan perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo sebagian besar adalah D3. Perawat perempuan

lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki-laki. Perawat kelas III RSUD

Pasar Rebo lebih banyak memiliki pengetahuan 5R rendah, sikap negatif

terhadap perilaku 5R, dan motivasi tidak kuat terhadap 5R. Selain itu,

sebagian besar perawat juga menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas

pendukung 5R tidak cukup, kemudian hampir seluruh perawat menyatakan

bahwa mereka tidak pernah mendapatkan reward atau punishment, dan

sebagian besar perawat menyatakan bahwa pengawasan telah rutin

dilaksanakan.

Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa usia, masa kerja, dan

jenis kelamin berhubungan dengan perilaku 5R pada perawat. Hal ini sejalan

dengan teori yang menyatakan bahwa pengalaman untuk kewaspadaan

terhadap keselamatan bertambah baik sesuai dengan bertambahnya usia, masa

kerja, dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur,

1996), selain itu pada variabel jenis kelamin didukung oleh penelitian

sebelumnya yang menyatakan pada dimensi seiketsu atau rawat kelompok

laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi (Tampubolon, 2008).

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pada penelitian ini variabel

usia, masa kerja, dan jenis kelamin hanya mampu menjelaskan variasi variabel

perilaku 5R sebesar 25,4%, sedangkan 74,6% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diteliti. Hal tersebut dapat dikarenakan instrumen pada penelitian

ini yaitu pada variabel ketersediaan fasilitas peneliti tidak merinci fasilitas apa

Page 113: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

94

saja yang seharusnya ada pada setiap elemen R. Kemudian pada variabel

reward, punishment, dan pengawasan peneliti hanya menanyakan satu

pertanyaan pada masing-masing variabel, sehingga tidak dapat tergambarkan

dengan baik. Selain itu, variabel yang tidak diteliti diantaranya, variabel

kemampuan sumber daya, pelatihan, dan prosedur diduga menjadi variabel

lain yang mampu menjelaskan variabel perilaku 5R.

Oleh sebab itu diharapkan untuk peneliti selanjutnya mampu menggali

lebih dalam variabel-variabel tersebut sehingga dapat menggambarkan dengan

baik dan dapat terlihat kontribusi variabel tersebut pada perilaku 5R. Selain

itu, untuk meminimalisir bias dan keterbatasan penelitian yang terjadi, peneliti

selanjutnya dapat melakukan observasi dengan item-item yang sudah sesuai

dengan penerapan 5R pada perawat dan item 5R yang diobservasi lebih

terperinci pada masing-masing elemen. Salah satunya adalah dengan

menggunakan referensi 5R pada rumah sakit atau pada perawat.

Terkait dengan masih rendahnya perilaku 5R pada perawat kelas III di

RSUD Pasar Rebo diperlukan upaya peningkatan perilaku 5R dengan cara

melakukan pelatihan kepada seluruh perawat secara bertahap, sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui

pendidikan informal yang salah satunya dapat dilakukan melalui pelatihan

(Widayatun, 1999), serta harus didukung dengan adanya evaluasi pada

pelatihan 5R yang telah dilakukan. Selain itu, perlu adanya promosi 5R

sebagai pengingat para pekerja untuk selalu berperilaku 5R.

Page 114: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

95

C. Determinan Perilaku 5R

1. Hubungan antara Faktor Predisposisi (Usia, Masa Kerja, Tingkat

Pendidikan, Jenis Kelamin, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi)

dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Tahun 2017

a. Hubungan antara Usia dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta

Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun terhitung

mulai saat dilahirkan. Usia mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemauan

kerja, daya tangkap, pola pikir, dan tanggung jawab. Jika seseorang makin

bertambah usia, maka cenderung cepat puas karena tingkat kedewasaan

teknis maupun kedewasaan psikologis. Artinya, semakin bertambah usia,

maka semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa yaitu semakin

bijaksana, semakin mampu berpikir rasional, semakin mampu

mengendalikan emosi, semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku

yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-sifat lain yang menunjukkan

kematangan intelektual dan psikologis (Siagian, 1987).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui rata-rata usia

perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta adalah 31 tahun.

Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa usia berhubungan

dengan perilaku 5R. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa

semakin bertambahnya usia perawat memiliki peluang 1,295 kali lebih

besar untuk berperilaku 5R baik dibandingkan perawat dengan usia yang

lebih muda. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan

bahwa pengalaman untuk kewaspadaan terhadap keselamatan bertambah

Page 115: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

96

baik sesuai dengan bertambahnya usia, masa kerja, dan lamanya bekerja di

tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 1996).

Hasil analisis berarti perawat dengan usia lebih muda memiliki risiko

lebih besar untuk berperilaku 5R yang tidak baik dibandingkan dengan

perawat dengan usia yang lebih tua. Hasil ini didukung oleh observasi

yang dilakukan oleh peneliti kepada perawat. Perawat yang lebih tua ingin

selalu memberikan contoh yang baik kepada perawat yang lebih muda,

seperti menegur perawat yang lebih muda dalam perilaku 5R yang tidak

baik. Jika berdasarkan hasil analisis dengan melihat rata-rata usia perawat

yang menerapkan 5R pada masing-masing elemen R menunjukkan bahwa

pada elemen rawat, perawat dengan usia lebih tua memiliki perilaku 5R

lebih baik dibandingkan perawat dengan usia lebih muda. Pada salah satu

item penilaian rawat menyatakan bahwa perawat menjaga kebersihan dan

keteraturan setiap waktu. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perawat

dengan usia lebih tua berusaha untuk berperilaku 5R dengan baik agar

dijadikan contoh bagi perawat dengan usia yang lebih muda, karena

perawat dengan usia muda masih memerlukan bimbingan dan arahan

dalam bersikap disiplin serta perlu ditanamkan rasa tanggung jawab

(Wahyudi, dkk., 2010).

Uapaya yang dapat dilakukan pihak RSUD Pasar Rebo untuk

menimalisir dampak yang terjadi adalah dengan memberikan edukasi atau

pelatihan 5R dikhususkan untuk perawat yang memiliki usia di bawah

rata-rata usia perawat yang ada di RSUD Pasar Rebo. Hal ini didukung

oleh teori yang menyatakan bahwa pelatihan merupakan suatu proses yang

Page 116: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

97

akan menghasilkan suatu perubahan perilaku pekerja (Notoatmodjo,

2009). Setelah itu, peningkatan pengawasan perlu untuk dilakukan sebagai

upaya evaluasi hasil edukasi yang telah dilaksanakan.

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Masa kerja merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki

pengaruh dengan perilaku 5R. Masa kerja dalam penelitian ini adalah

lamanya pekerja bekerja sebagai perawat di RSUD Pasar Rebo Jakarta

hingga penelitian ini berlangsung.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata

total skor masa kerja perawat adalah 7,72 tahun. Hasil analisis multivariat

menunjukkan terdapat hubungan antara masa kerja dengan perilaku 5R

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo. Hubungan yang terjadi pada

masa kerja adalah perawat dengan masa kerja baru memiliki risiko 1,268

kali lebih tinggi untuk berperilaku 5R tidak baik dibandingkan perawat

dengan masa kerja lebih lama.

Hal yang diduga menjadi salah satu penyebab perawat dengan masa

kerja baru memiliki risiko lebih tinggi untuk berperilaku 5R tidak baik

adalah pengalaman perawat tersebut dalam bidang pekerjaanya yang

masih lebih sedikit dibandingkan dengan perawat yang memiliki masa

kerja sudah lama. Sehingga perawat tersebut lebih memperhatikan tugas-

tugas utama perawat dan kurang memperhatikan penerapan 5R, dan pada

perawat dengan masa kerja lebih lama memiliki pengalaman kerja yang

lebih lama, sehingga telah memahami prosedur-prosedur yang ada di

Page 117: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

98

rumah sakit. Selain itu, terdapat teori yang menyatakan semakin lama

masa kerja perawat bekerja, maka akan semakin mudah untuk beradaptasi

terhadap suatu masalah (Bjorvatn, dkk., 2012). Hal ini yang diduga dapat

menyebabkan perawat dengan masa kerja baru memiliki risiko lebih tinggi

untuk berperilaku 5R tidak baik, karena masih kurang mampu beradaptasi

terhadap pekerjaannya.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

kejiwaan yang tercermin dalam tindakan manusia dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain pengalaman (Handoko, 1987). Masa kerja

seseorang di bidang tertentu saat ini memiliki korelasi positif dengan

peningkatan pengalaman, pemahaman, dan kinerja yang bersangkutan

(Istiarti, 2002). Teori tersebut menunjukkan bahwa, semakin lama masa

kerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan, maka akan semakin banyak

pengalaman yang didapatkan dan akan semakin memahami prosedur yang

berlaku pada setiap pekerjaan tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan pihak rumah sakit untuk meminimalisasi

dampak tersebut adalah dengan melakukan edukasi atau pelatihan

mengenai perilaku 5R pada perawat baru yang akan bekerja dan perawat

dengan masa kerja di bawah rata-rata masa kerja perawat yang ada di

RSUD Pasar Rebo, karena pelatihan merupakan suatu proses yang akan

menghasilkan suatu perubahan perilaku pekerja dalam hal ini khususnya

pada perawat (Notoatmodjo, 2009), serta secara rutin melakukan evaluasi

dari hasil edukasi atau pelatihan yang telah dilakukan.

Page 118: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

99

c. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang diduga

memiliki hubungan dengan perilaku 5R. Tingkat pendidikan yang diteliti

dalam penelitian ini adalah pendidikan formal terakhir yang telah dilalui

oleh perawat kelas III RSUD Pasar Rebo tahun 2017. Variabel tingkat

pendidikan menggunakan tingkat pendidikan formal berdasarkan

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang mengacu pada

Peraturan Presiden Nomer 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (KKNI) yang membagi lulusan pendidikan tinggi

keperawatan menjadi D3 keperawatan, S1 keperawatan, Magister

keperawatan, Ners spesialis keperawatan, Doktor keperawatan. Jika

berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan formal

terdiri dari pendidikan rendah (SD/MI dan atau SMP/MTs), pendidikan

menengah (SMA/MA/SMK/MAK), dan pendidikan tinggi

(Diploma/Sarjana/Spesialis/Doktor).

Hasil analisis multivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara tingkat pendidikan dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di

RSUD Pasar Rebo Jakarta. Hasil penelitian variabel tingkat pendidikan

yang dilakukan pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta tidak

berhubungan dengan perilaku 5R dapat disebabkan karena tingkat

pendidikan pada perawat kelas III RSUD Pasar Rebo memiliki distribusi

yang homogen dengan tingkat pendidikan D3 lebih banyak dibandingkan

perawat dengan tingkat pendidikan S1. Selain itu, tingkat pendidikan

Page 119: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

100

perawat di RSUD Pasar Rebo Jakarta yaitu D3 dan S1 yang dalam

undang-undang nomor 20 tahun 2003 sama-sama termasuk dalam kategori

pendidikan tinggi. Sehingga tidak dapat terlihat perbedaan perilaku antara

pendidikan rendah dengan pendidikan tinggi.

Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menunjukkan

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

bertambah pula perkembangan diri manusia, termasuk dalam hal

pengetahuan (Mohamad, 2004) dan tidak sejalan dengan teori lain yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

program peningkatan pengetahuan secara langsung dan tidak langsung

terhadap perilaku (Utari, 2010).

Upaya yang dapat dilakukan pihak RSUD Pasar Rebo untuk

meminimalisir dampak yang mungkin terjadi adalah dengan melakukan

edukasi atau pelatihan mengenai 5R pada seluruh perawat. Hal ini

didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pelatihan merupakan proses

sistematik pengubahan perilaku pada pekerja dalam suatu arah untuk

meningkatkan tujuan-tujuan yang diinginkan (Simamora, 2006).

d. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat berjenis

kelamin perempuan. Berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukkan

bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku 5R perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta dan merupakan variabel yang paling

dominan diantara variabel lainnya dengan nilai Exp(B) sebesar 5,116 yang

Page 120: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

101

artinya perawat dengan jenis kelamin perempuan akan berperilaku 5R

tidak baik sebesar 5,116 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat

dengan jenis kelamin laki-laki. Penelitian ini didukung dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

untuk dimensi seiketsu. Pada dimensi seiketsu kelompok laki-laki

memiliki skor yang lebih tinggi, hal ini berarti kelompok laki-laki telah

menerapkan dimensi seiketsu atau rawat (Tampubolon, 2008).

Hal ini dapat terjadi jika dikaitkan dengan tingkat stres, perempuan

mempunyai kecenderungan mengalami stres lebih besar, dimana dalam

tubuh seorang perempuan terjadi perubahan hormonal (Indah, 2010).

Perempuan menjadi faktor risiko perawat memiliki perilaku 5R yang tidak

baik, dapat dikarenakan oleh lebih tingginya tingkat stres pada perempuan

yang berdampak pada timbulnya emosi yang mengakibatkan perubahan

perilaku. Seperti pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perawat

dengan jenis kelamin perempuan memiliki risiko stres sebesar 88,2%

(Dewi, 2015).

Tingkat stres seseorang dapat diakibatkan oleh beban kerja yang

terlalu tinggi. Jika dikaitkan dengan pertanyaan sikap pada S4 ‘saya

memisahkan barang terpakai dan tidak terpakai hanya saat ada waktu

luang’ dapat dimungkinkan perawat tidak melakukan 5R karena sibuk

bekerja akibat beban kerja yang tinggi hingga tidak mempunyai waktu

luang untuk menerapkan 5R. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebesar

73,91% perawat perempuan menyatakan sikap positif terhadap pernyataan

tersebut, yang berarti perawat perempuan lebih merasa tidak memiliki

Page 121: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

102

waktu luang untuk menerapkan 5R dibandingkan perawat laki-laki. Teori

dan penelitian sebelumnya tersebut didukung oleh hasil observasi yang

telah dilakukan, bahwa perawat laki-laki lebih memperhatikan kerapihan

tempat kerja dibandingkan dengan perawat perempuan. Saat observasi

dilakukan beberapa kali terlihat ketika terdapat sampah berserakan di

lantai, yang membuang sampah tersebut ke tempat sampah adalah perawat

laki-laki.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak RSUD Pasar Rebo untuk

meminimalisir dampak tersebut adalah dengan memperhatikan faktor-

faktor yang dapat memicu stres pada perawat terutama pada perawat

dengan jenis kelamin perempuan. Salah satunya adalah rumah sakit perlu

memperhatikan beban kerja yang diberikan pada perawat terutama perawat

perempuan, diantaranya adalah menyeimbangkan jumlah perawat dengan

jumlah tindakan yang harus diselesaikan oleh perawat tersebut, karena

variasi beban kerja dapat menjadi salah satu penyebab stres pada pekerja

(Gibson, 1997).

e. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo,

2004). Pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, baik itu

melalui mata kuliah formal ataupun melalui upaya sendiri seperti

membaca dan mengamati (McLeod & Schell, 2008). Pengetahuan dalam

penelitian ini diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada pada

Page 122: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

103

kuesioner dan harus dijawab oleh seluruh perawat kelas III mengenai

pengertian 5R, pengertian masing-masing elemen R, tujuan 5R. dan

manfaat masing-masing elemen R.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan 5R yang rendah

pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta masih lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang memilki pengetahuan 5R tinggi. Hasil

analisis multivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan

5R dengan perilaku 5R pada perawat kelas III di RSUD Pasar Rebo

Jakarta. Penelitian ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dengan hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara pengetahuan dengan praktik 5S (Septaviani, 2012).

Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan

bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor berpengaruh yang

mendorong atau menghambat individu untuk berperilaku (Lawrence Green

dalam Notoatmodjo, 2005).

Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku 5R diduga

disebabkan oleh faktor lain. Faktor lainnya yaitu, jika dilihat dari hasil

pengisian kuesioner mengenai pengetahuan 5R, terdapat pertanyaan

“maksud 5R” dan “manfaat 5R” pada pertanyaan P1 dan P7. Dua

pertanyaan tersebut dianggap sebagai pertanyaan penting yang dapat

menggambarkan pengetahuan 5R. Dari analisis data sudah sebagian besar

perawat mampu menjawab pertanyaan “maksud 5R” dengan benar, namun

diantaranya memiliki pengetahuan yang rendah. Perawat yang mampu

menjawab pertanyaan “maksud 5R” dengan benar namun memiliki tingkat

Page 123: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

104

pengetahuan yang rendah, tetapi memiliki perilaku 5R yang baik adalah

sebesar 58,53%. Pertanyaan “manfaat 5R” hanya mampu dijawab dengan

benar oleh sebagian kecil perawat dan diantaranya memiliki tingkat

pengetahuan yang rendah. Perawat yang mampu menjawab pertanyaan

“manfaat 5R” dengan benar namun memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah, tetapi memiliki perilaku 5R yang baik adalah sebesar 85,71%.

Sedangkan perawat yang mampu menjawab keduanya dengan benar

adalah hanya sebesar 19,04%, namun seluruhnya memiliki perilaku 5R

yang baik.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai

maksud, tujuan, dan manfaat 5R perlu ditingkatkan dan penting untuk

diperhatikan. Selain itu, faktor lainnya yang dapat menyebabkan

pengetahuan dan perilaku 5R tidak berhubungan adalah karena banyak

perawat yang melakukan pengisian kuesioner secara bersama-sama,

khususnya dalam menjawab pertanyaan pengetahuan. Faktor-faktor ini

yang diduga mempengaruhi hasil penelitian yang telah dilakukan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak RSUD Pasar Rebo untuk

meminimalisir dampak yang terjadi adalah dengan edukasi atau pelatihan

mengenai 5R terutama mengenai pengertian 5R, tujuan 5R, dan manfaat

dari penerapan 5R di rumah sakit. Jika berdasarkan hasil analisis jawaban

dari pertanyaan mengenai maksud dan manfaat 5R pada kuesioner terlihat

bahwa perawat yang mengetahui maksud dan manfaat 5R, meskipun

memiliki pengetahuan yang rendah namum ternyata seluruhnya memiliki

perilaku 5R yang baik. Karena pelatihan merupakan suatu proses yang

Page 124: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

105

akan menghasilkan suatu perubahan perilaku pada pekerja (Notoatmodjo,

2009).

Selain itu, dimungkinkan terdapat faktor lain yang menyebabkan

pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku 5R yaitu dari pertanyaan

pengetahuan pada kuesioner kurang menekankan pengetahuan 5R khusus

pada perawat. Pertanyaan pengetahuan dalam penelitian ini hanya

pertanyaan 5R secara umum. Pada peneliti selanjutnya dapat membuat

pertanyaan lebih terperinci dan menekankan pada penerapan 5R pada

perawat. Hal lain yang diduga menjadi penyebab pengetahuan tidak

berpengaruh dengan perilaku 5R adalah karena pembagian kuesioner yang

tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti, namun peneliti menitipkan

kuesioner kepada kepala perawat untuk dibagikan kepada sampel

penelitian, sehingga dapat terjadi kerja sama antar perawat saat mengisi

pertanyaan pengetahuan. Pada peneliti selanjutnya diharapkan mampu

meminimalisir bias yang mungkin terjadi akibat penitipan kuesioner.

f. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III

di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Sikap sebagai pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atau tidak

suka, atau kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis

(Mueller, 1992). Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi

(Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian menyatakan bahwa perawat yang memiliki sikap

negatif terhadap perilaku 5R lebih besar dibandingkan dengan perawat

Page 125: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

106

dengan sikap positif. Meskipun demikian, jumlah perawat yang memiliki

sikap negatif dan sikap positif hampir seimbang. Berdasarkan hasil analisis

multivariat yang dilakukan, tidak terdapat hubungan antara sikap dengan

perilaku 5R.

Jika dilakukan analisis berdasarkan beberapa pernyataan mengenai

sikap dalam kuesioner yang digunakan yaitu pernyataan S1 yaitu “saya

tidak melaksanakan 5R setiap hari” S3 yaitu “saya tidak melaksanakan 5R

karena terlalu lelah bekerja” S4 yaitu “saya memisahkan barang terpakai

dan tidak terpakai hanya saat ada waktu luang” dan S14 yaitu “saya tidak

menerapkan 5R karena fasilitas kurang mendukung.” Hasil analisis

menunjukkan bahwa seluruh pernyataan di jawab dengan sikap positif

oleh sebagian besar perawat. Namun dari pernyataan sikap positif di

pernyataan tersebut, seluruhnya hampir 50% perawat yang memiliki

perilaku 5R tidak baik.

Terlihat dari hasil analisis beberapa pernyataan sikap yang dianggap

memiliki pernyataan yang akan dijawab jujur oleh perawat, seluruh

pernyataan lebih dari 50% perawat menjawab dengan sikap postif dan dari

ke empat pernyataan tersebut kurang dari 50% memilki perilaku 5R yang

tidak baik. Hal ini dimungkinkan menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan sikap tidak berpengaruh dengan perilaku 5R, pernyataan

sikap yang positif dari perawat belum tentu diwujudkan menjadi sebuah

perilaku. Masalah tersebut dapat dipahami karena sikap belum tentu secara

otomatis terwujud dalam suatu tindakan yang nyata.

Page 126: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

107

Setelah perawat mengetahui dan memahami mengenai 5R, kemudian

perawat melakukan penilaian terhadap apa yang diketahuinya tersebut

dengan membentuk suatu sikap yang siap diwujudkan dalam suatu

tindakan. Namun, ada beberapa alasan yang menyebabkan sikap tidak

selalu terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Menurut Notoadmodjo,

2003 terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan dapat dipengaruhi oleh

situasi saat itu, pengalaman orang lain, banyak sedikitnya pengalaman

orang, serta nilai (value) yang ada.

Selain itu, tidak adanya hubungan antara sikap dengan perilaku 5R

juga diduga ada faktor lain yang mampu mempengaruhi perilaku 5R.

Berdasarkan hasil analisis diketahui pula perawat yang memiliki sikap

negatif sebesar 62,5% menyatakkan bahwa fasilitas pendukung tidak

cukup. Hal ini dimungkinkan menjadi faktor yang yang menyebabkan

sikap tidak berpengaruh dengan perilaku 5R. Karena untuk mewujudkan

sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung

atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan juga

dukungan dari pihak lain, karena pembentukan sikap tidak terjadi begitu

saja, membutuhkan proses tertentu untuk membentuknya, diantaranya

melalui kontak sosial secara terus menerus dengan individu lain

disekitarnya tentu saja dengan kontak sosial yang baik (Demak, 2014).

Jika dilakukan analisis antara pernyataan S13 ‘Saya tidak menerapkan

5R karena tidak ada yang menegur’ yang dapat dihubungkan dengan

pengawasan terdapat 52,10% perawat yang memiliki perilaku 5R tidak

baik. Hasil ini menunjukkan bahwa pengawasan penting untuk dilakukan

Page 127: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

108

sebagai upaya peningkatan sikap positif terhadap perilaku 5R yang

diharapkan menjadi sebuah perilaku. Pengawasan menjadi salah satu

keterbatasan penelitian dalam penelitian ini karena hanya ada satu

pertanyaan untuk variabel pengawasan, sehingga tidak dapat

menggambarkan pengawasan yang sebenarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang membuat perawat tidak

mengikuti sikap positif yang telah terbentuk. Hal ini dapat diminimalisir

dengan meningkatkan fasilitas pendukung 5R dan meningkatkan

komitmen manajemen dalam mendukung terciptanya perilaku 5R. Selain

itu, untuk meningkatkan komunikasi dan kotak sosial yang baik dengan

sesama rekan kerja, dapat dilakukan diskusi bersama, untuk membiasakan

komunikasi dua arah antar rekan kerja dalam mengintervensi ketika

melihat perilaku 5R yang tidak baik dan dapat membentuk hubungan

sosial yang semakin kuat.

Hal lain yang diduga menjadi penyebab sikap tidak berhubungan

dengan perilaku 5R adalah karena pembagian kuesioner yang tidak

dilakukan secara langsung oleh peneliti, namun peneliti menitipkan

kuesioner kepada kepala perawat untuk dibagikan kepada sampel

penelitian, sehingga dapat terjadi kerja sama antar perawat saat mengisi

pertanyaan sikap. Pada peneliti selanjutnya diharapkan mampu

meminimalisir bias yang mungkin terjadi akibat penitipan kuesioner.

Page 128: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

109

g. Hubungan antara Motivasi dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas

III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Motivasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penting

dalam perilaku seseorang. Motivasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor

yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang

untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha

yang keras atau usaha yang lemah (Hariandja, 2002). Hasil penelitian

menyatakan bahwa hampir seluruh perawat memiliki motivasi yang tidak

kuat untuk perilaku 5R. Hasil analisis multivariat yang dilakukan

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dengan perilaku

5R.

Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak sejalan dengan teori yang

menyatakan motivasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang

mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras

atau usaha yang lemah (Hariandja, 2002).

Jika dilakukan analisis antara motivasi dengan variabel reward

diketahui sebesar 93,9% perawat memiliki motivasi tidak kuat dan belum

pernah mendapatkan reward. Faktor reward dimungkinkan dapat menjadi

faktor lain yang menyebabkan faktor motivasi tidak berhubungan dengan

perilaku. Seperti teori yang menyebutkan bahwa pekerja dapat termotivasi

untuk melakukan pekerjaan dengan beberapa hal, yaitu awareness, time,

structure, support, reward and recognition, dan satisfaction and

excitement (Hirano,1996). Selain itu, hasil analisa yang dilakukan

Page 129: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

110

menunjukkan bahwa 92,4% perawat memiliki motivasi yang tidak kuat

dan memiliki pengetahuan 5R yang rendah. Faktor pengetahuan

dimungkinkan menjadi faktor lain yang menyebabkan faktor motivasi

dengan perilaku 5R tidak berhubungan.

Sebuah teori menyatakan pengetahuan merupakan faktor yang

menjadi dasar atau motivasi untuk melakukan tindakan (Green, 1980). Hal

yang dapat dilakukan oleh pihak RSUD Pasar Rebo sebagai upaya

meminimalisir dampak yang ditimbulkan adalah dengan memberikan

penghargaan atau reward meskipun hanya berupa pujian atau piagam pada

perawat yang memiliki perilaku 5R baik serta memberikan pelatihan atau

edukasi secara berkala mengenai 5R untuk meningkatkan motivasi

perawat dalam berperilaku 5R. Selain itu, variabel motivasi dapat

tergambar dari pernyataan S15 ‘Saya tidak menerapkan 5R karena kurang

penting bagi saya’ pada variabel sikap. Perawat yang memiliki sikap

positif terhadap pernyataan tersebut tetapi memiliki perilaku 5R tidak baik

adalah sebesar 52,89% dan 90,62% diantaranya memiliki motivasi tidak

kuat.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa meskipun sikap positif telah

terbentuk, namun jika tidak terdapat motivasi yang kuat, maka perilaku

sulit untuk terbentuk. Oleh sebab itu motivasi penting untuk ditingkatkan.

Hal pertama yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan

meningkatkan komitmen pihak manajemen untuk menerapkan 5R dengan

memberi dukungan penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun

evaluasi 5R yang dilakukan oleh seluruh pekerja.

Page 130: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

111

Hal lain yang diduga menjadi penyebab motivasi tidak berhubungan

dengan perilaku 5R adalah karena pembagian kuesioner yang tidak

dilakukan secara langsung oleh peneliti, namun peneliti menitipkan

kuesioner kepada kepala perawat untuk dibagikan kepada sampel

penelitian, sehingga dapat terjadi kerja sama antar perawat saat mengisi

pertanyaan motivasi. Pada peneliti selanjutnya diharapkan mampu

meminimalisir bias yang mungkin terjadi akibat penitipan kuesioner.

2. Hubungan antara Faktor Pendukung (Ketersediaan Fasilitas) dengan

Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Tahun 2017

a. Hubungan antara Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku 5R pada

Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Ketersediaan sumber daya adalah salah satu faktor yang dapat

mendahului terjadinya perubahan terhadap perilaku yang memungkinkan

suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang terwujud dalam bentuk

lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana dan prasarana untuk

berperilaku (Green, 1980).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat merasa

ketersediaan fasilitas belum cukup dibandingkan dengan perawat yang

menyatakan fasilitas sudah cukup. Hasil analisis multivariat yang

dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan

fasilitas dengan perilaku 5R. Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak

sejalan dengan teori yang ada. Teori menyatakan bahwa untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata atau perilaku diperlukan

Page 131: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

112

adanya faktor pendukung, atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara

lain adalah fasilitas (Supriyadi,1993). Faktor ini terwujud dalam suatu

lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana yang

merupakan sumber daya untuk menunjang perilaku (Supriyadi, 1993).

Jika dilakukan analisis antara ketersediaan fasilitas dengan pernyataan

sikap S14 ‘saya tidak menerapkan 5R karena fasilitas kurang mendukung’

didapatkan hasil bahwa sebesar 92,85% perawat memiliki sikap positif

terhadap pernyataan tersebut dan 58,97% diantaranya menyatakan bahwa

ketersediaan fasilitas tidak cukup. Dari perawat yang memiliki sikap

positif serta menyatakan ketersediaan fasilitas tidak cukup, sebesar

46,37% perawat memiliki perilaku 5R tidak baik. Hal ini menjelaskan

bahwa perawat yang telah memiliki sikap positif terhadap 5R diduga tetap

memiliki perilaku 5R tidak baik disebabkan oleh ketersediaan fasilitas

yang tidak mencukupi.

Selain itu, hasil analisis penelitian menunjukkan dari 72 perawat yang

merasa ketersediaan fasilitas tidak cukup, terdapat 45 perawat (62,5%)

yang memiliki sikap negatif, serta dari 72 perawat yang merasa

ketersediaan tidak cukup, terdapat 71 perawat (98,6%) yang memiliki

motivasi tidak kuat. Berdasarkan hasil analisis ketersediaan fasilitas

dengan sikap dan motivasi, diketahui bahwa, perawat yang menyatakan

fasilitas tidak cukup dan memiliki perilaku 5R tidak baik karena memiliki

sikap negatif dan motivasi yang tidak kuat. Hal lain yang diduga menjadi

penyebab ketersediaan fasilitas tidak berhubungan dengan perilaku 5R

Page 132: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

113

adalah keterbatasan pada instrumen penelitian yang kurang merinci

fasilitas yang seharusnya ada pada masing-masing elemen R.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak RSUD Pasar Rebo untuk

meminimalisir dampak yang terjadi adalah dengan memenuhi fasilitas

pendukung 5R yang dibutuhkan seperti rak, laci, wadah, dan ruang

penyimpanan untuk pemenuhan elemen ringkas, label penamaan atau

warna untuk setiap dokumen atau barang-barang yang ada dan sign untuk

lokasi barang bergerak agar tidak diletakkan disembarang tempat sebagai

upaya pemenuhan elemen rapi. Kemudian penyediaan alat-alat kebersihan

sebagai upaya pemenuhan elemen resik, dan penyediaan papan khusus 5R

yang berisi jadwal 5R, tim 5R, hasil temuan dan evaluasi 5R, serta

pengumuman terkait 5R lainnya sebagai upaya pendukung elemen rawat

dan rajin. Selain untuk mendukung pelaksanaan 5R, pemenuhan fasilitas

dapat menjadi salah satu bukti komitmen manajemen dalam mendukung

perilaku 5R di rumah sakit yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi

perawat dalam berperilaku 5R. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan

mampu membuat instrumen penelitian khususnya pada ketersediaan

fasilitas lebih rinci, sehingga ketersediaan fasilitas dapat tergambarkan

dengan baik.

Page 133: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

114

3. Hubungan antara Faktor Penguat (Reward and Punishment dan

Pengawasan) dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III di RSUD

Pasar Rebo Jakarta Tahun 2017

a. Hubungan antara Reward dengan Perilaku 5R pada Perawat Kelas III

di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Reward adalah faktor penguat (reinforcemet) terhadap perilaku

seseorang. Reward dapat menjadi suatu sebab untuk memperkuat perilaku

seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat

tidak pernah mendapatkan reward. Hasil analisis multivariat menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara reward dengan perilaku 5R.

Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak sejalan dengan teori yang

menyatakan bahwa reward adalah salah satu sumber dari faktor penguat

pada suatu perubahan perilaku. Faktor-faktor yang memperkuat adalah

faktor-faktor yang menentukan apakah tindakan mendapat dukungan atau

tidak (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007). Reward dapat menjadi

suatu sebab untuk memperkuat perilaku seseorang. Artinya adalah suatu

perilaku seseorang yang dianggap sesuai atau berperilaku baik atau benar

kemudian diikuti dengan faktor penguat, akan dapat meningkatkan

perilaku tersebut terulang kembali oleh seseorang tersebut (Woolfolk,

2009).

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 98 perawat yang belum pernah mendapatkan

reward terdapat 92 perawat (79,3%) yang memiliki motivasi tidak kuat.

Hasil analisis ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa pekerja

dapat termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan disebabkan oleh dua

Page 134: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

115

faktor yaitu, faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri

dari pekerjaan itu sendiri, kemajuan, tanggung jawab, pengakuan atau

penghargaan, dan pencapaian. Faktor ekstrinsik terdiri dari administrasi

dan kebijakan perusahaan, penyeliaan, gaji, hubungan antar pribadi, dan

kondisi kerja (Herzberg dalam Siagian, 2002).

Upaya yang dapat dilakukan RSUD Pasar Rebo adalah meningkatkan

motivasi perawat untuk berperilaku 5R, dengan menunjukkan dukungan

pihak manajemen dalam penerapan 5R oleh perawat, seperti memberikan

reward secara bergilir kepada perawat yang memiliki perilaku 5R terbaik

dan dilakukan sosialisasi agar perawat yang memiliki reward tersebut

memiliki rasa bangga. Selain itu, saran yang diberikan untuk peneliti

selanjutnya adalah melakukan pengembangan pertanyaan pada variabel

reward yang diterapkan di rumah sakit tersebut, sehingga dapat

tergambarkan dengan baik.

b. Hubungan antara Punishment dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Punishment adalah suatu proses yang akan memperlemah atau

menekan perilaku seseorang (Woolfolk, 2009). Sehingga suatu perilaku

yang dianggap tidak sesuai, kemudian diikuti oleh punishment akan

melemahkan dan tidak akan diulangi oleh seseorang tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat tidak

pernah mendapatkan punishment. Hasil analisis multivariat menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara punishment dengan perilaku 5R. Hasil

penelitian yang telah dilakukan tidak sejalan dengan teori yang

Page 135: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

116

menyatakan bahwa punishment sebagai salah satu sumber dari faktor

penguat pada suatu perubahan perilaku. Faktor-faktor yang memperkuat

adalah faktor-faktor yang menentukan apakah tindakan mendapat

dukungan atau tidak (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007). Jika

berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dari 114 perawat yang belum

pernah mendapatkan punishment terdapat 106 perawat (91,4%) yang

memiliki motivasi tidak kuat.

Hal yang dapat dilakukan oleh pihak RSUD Psar Rebo untuk

meminimalisir dapat yang diakibatkan dari perawat yang belum pernah

mendapatkan punishment adalah dengan pemberian punishment yang

dapat meningkatkan kesadaran atau pengetahuan perawat mengenai 5R,

contoh punishment yang dapat diberikan adalah memberikan hukuman

pada perawat yang terlihat tidak menerapkan 5R dengan menegur dan

memerintahkan perawat tersebut untuk menata atau merapikan seluruh

ruangan tersebut sesuai dengan 5R yang seharusnya. Selain itu, saran yang

diberikan untuk peneliti selanjutnya adalah melakukan pengembangan

pertanyaan pada variabel punishment yang diterapkan di rumah sakit

tersebut, sehingga dapat tergambarkan dengan baik.

c. Hubungan antara Pengawasan dengan Perilaku 5R pada Perawat

Kelas III di RSUD Pasar Rebo Jakarta

Seseorang akan patuh bila masih dalam tahap pengawasan dan bila

pengawasan berkurang maka perilaku akan ditinggalkan (Kelman, 1966).

Pengawasan dalam menjalankan suatu kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan sangat penting untuk dilaksanakan. Jika suatu kegiatan tidak diikuti

Page 136: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

117

oleh pengawasan, kegiatan tersebut tidak dapat terpantau apakah secara

baik dilaksankan atau tidak.

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian perawat menyatakan

pengawasan telah dilakukan secara rutin, namun beberapa perawat

menyatakan bahwa pengawasan tidak dilakukan secara rutin. Kemudian

hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari perawat yang menyatakan

pengawasan belum rutin dilaksanakan. 34,3% diantaranya memiliki

perilaku 5R yang tidak baik. Hasil analisis multivariat menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara pengawasan dengan perilaku 5R.

Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak sejalan dengan teori yang

menyatakan supervisor memiliki posisi kunci dalam mempengaruhi

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan akan keselamatan setiap

pekerja dalam suatu area tanggung jawabnya (Bird dan Germain, 1996).

Tidak adanya hubungan antara pengawasan dengan perilaku 5R

dimungkinkan terdapat faktor lain yang menjadi penyebab. Faktor yang

dimungkinkan adalah faktor pengetahuan dan sikap. Perawat yang

menyatakan pengawasan tidak rutin dan memiliki perilaku 5R tidak baik,

sebesar 75,0% memiliki pengetahuan 5R yang rendah. Selain itu, perawat

yang menyatakan pengawasan tidak rutin dan memiliki perilaku 5R tidak

baik, sebesar 83,3% memiliki sikap negatif terhadap 5R.

Selain itu, pada variabel sikap terdapat pernyataan yang

mengambarkan pentingnya pengawasan dalam mempengaruhi sikap

seorang perawat, yaitu pada S13 ‘saya tidak menerapkan 5R karena tidak

ada yang menegur’ yang dapat dihubungkan dengan pengawasan terdapat

Page 137: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

118

52,10% perawat yang memiliki perilaku 5R tidak baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa pengawasan penting untuk dilakukan sebagai upaya

peningkatan sikap positif terhadap perilaku 5R yang selanjutnya

berkembang menjadi sebuah perilaku.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak RSUD Pasar Rebo,

khususnya pada tim penanggung jawab 5R dapat melakukan perpanjangan

tangan kesetiap unit kerja atau dengan membentuk tim 5R yang terdiri dari

perwakilan setiap unit. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir bias

yang terjadi saat penanggung jawab 5R yang telah ditunjuk oleh pihak

rumah sakit melakukan penilaian. Seluruh perawat telah mengetahui

bahwa orang tersebut datang untuk menilai perilaku 5R, sehingga perawat

dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik saat dilakukan penilaian.

Perpanjangan tangan penanggung jawab 5R bertugas untuk melakukan

penilaian kepada seluruh perawat dalam kegiatan sehari-hari tanpa perawat

tersebut mengetahui sedang dilakukan penilaian. Selain itu, penilaian 5R

perawat juga dapat melibatkan pasien, dengan menanyakan bagaimana

perilaku perawat tersebut khususnya dalam perilaku 5R.

Variabel pengawasan menjadi salah satu keterbatasan penelitian

dalam penelitian ini, karena hanya berisi satu pertanyaan, sehingga hasil

penelitian tidak dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini dapat

menyebabkan analisis dengan variabel lain menjadi tidak terlihat

bagaimana hubungan variabel perilaku 5R dengan pengawasan.

Page 138: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

119

5. BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 126 perawat

kelas III di RSUD Pasar Rebo tahun 2017 dapat disimpulkasn bahwa:

1. Perawat yang memiliki perilaku 5R tidak baik berjumlah 66 perawat

(52,4%).

2. Pada faktor predisposisi diketahui rata-rata usia perawat adalah 31

tahun, untuk tingkat pendidikan sebagian besar perawat memiliki

tingkat pendidikan D3, untuk masa kerja memiliki rata-rata 8 tahun,

perawat perempuan lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki-

laki. Selain itu, perawat dengan pengetahuan rendah, sikap negatif, dan

motivasi tidak kuat lebih banyak dibandingkan dengan perawat dengan

pengetahuan, sikap positif, dan motivasi tidak kuat.

3. Pada faktor pendukung diketahui perawat yang menyatakan

ketersediaan fasilitas tidak cukup lebih besar dibandingkan dengan

perawat yang menyatakan ketersediaan fasilitas pendukung 5R sudah

cukup.

4. Pada faktor penguat diketahui sebagian besar perawat menyatakan

belum pernah mendapatkan reward maupun punishment, namun,

perawat yang menyatakan bahwa pengawasan tidak rutin dilakukan

lebih kecil dibandingkan perawat yang menyatakan pengawasan telah

rutin dilaksanakan.

Page 139: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

120

5. Dari tujuh variabel faktor predisposisi, diketahui terdapat tiga variabel,

yaitu usia, masa kerja, dan jenis kelamin yang memiliki hubungan

dengan perilaku 5R.

6. Faktor pendukung (ketersediaan fasilitas) tidak memiliki hubungan

dengan perilaku 5R.

7. Dari tiga faktor penguat, tidak ada yang memiliki hubungan dengan

perilaku 5R.

8. Jenis kelamin adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan

perilaku 5R.

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan simpulan yang ada diatas, penulis

mencoba memberikan saran sebagai bahan pertimbangan penelitian mengenai

perilaku 5R selanjutnya, yaitu:

1. Bagi RSUD Pasar Rebo

a. Meningkatkan dukungan pihak manajemen dalam perilaku 5R, dukungan

dapat ditunjukan dengan pemenuhan fasilitas, pemberian reward dan

punishment pada perawat yang memiliki perilaku 5R baik dan tidak baik.

b. Membentuk penanggung jawab 5R dari setiap unit kerja, sebagai

perpanjangan tangan dari tim 5R di RSUD Pasar Rebo, serta melakukan

sosialisasi secara rutin mengenai pentingnya 5R.

c. Memberikan edukasi atau pelatihan pada seluruh perawat di rumah sakit

terutama bagi perawat dengan usia diatas rata-rata usia perawat di rumah

sakit, perawat baru atau perawat dengan masa kerja dibawah rata-rata

Page 140: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

121

masa kerja perawat di rumah sakit, dan pada perawat dengan jenis

kelamin perempuan.

d. Meningkatkan pengawasan secara rutin dengan membuat pelaporan yang

jelas, sehingga dapat diketahui hal-hal yang harus diperbaiki.

2. Bagi Perawat Kelas III di RSUD Pasar Rebo

a. Selalu menerapkan 5R dalam setiap pekerjaan atau bahkan dalam setiap

aktivitas setiap hari, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang

memang selalu harus dikerjakan hingga terbentuk suatu pola pikir bahwa

5R bukan suatu kewajibkan melainkan adalah suatu hak.

b. Saling mengingatkan antar perawat apabila melihat perawat lain

berperilaku 5R tidak baik.

c. Berperan secara aktif dalam seluruh kegiatan khususnya mengenai 5R.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel-variabel lain yang

diduga berhubungan dengan perilaku 5R.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu meminimalisir bias yang terjadi

saat observasi maupun pengisian kuesioner, yang dapat dilakukan dengan

melakukan observasi partisipan, yang akan membuat subjek penelitian

tidak merasa diobservasi, sehingga subjek penelitian diharapkan tidak

memperbaiki perilakunya karena mengetahui sedang dilakukan observasi.

Pada pengisian kuesioner dapat dilakukan pengawasan agar tidak terjadi

kerjasama dan mencari tahu jawaban baik itu dari teman maupun internet.

Page 141: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

122

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, N., Kurniawan, B., & Wahyuni, I. (2014). Faktor Yang Berhubungan

Dengan Praktik Safety Driving Pada Pengemudi Angkutan Kota Jurusan

Banyumanik-Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-

Journal).

Agus, Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

di Rumah Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Allport, G. W. (1996). Psikologi Sosial Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Amran, Yuli. (2012). Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang

Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Assauri, Sofjan. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Azhari, A. (2004). Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Mizan Publika

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Barata, A. A. (2015). Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Bird, F. & Germain, G. (1990). Practical loss control leadership.Loganville. GA:

Institute Publishing/International Loss Control Institute.

Bird, F. & Germain, G. (1996). Practical Loss Control Leadership. Edisi Revisi.

USA: Division Of International Loss Control Institute.

Bjorvatn, B., Dale, S., Hogstad-Erikstein, R., Fiske, E., Pallesen, S., & Waage, S.

(2012). Self-reported Sleep and Health Among Norwegian Hospital Nurses

in Intensive Care Units. Nursing in Critical Care.

Cooper, Dominic. (2001). Improving Safety Culture: A Practical Guide. London:

John Wiley & Sons Ltd.

Dahlawy, Ahmad Dharief. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. Antam

Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun

2008. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Demak, Denisa Listy Kiay. (2014). Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja

pada Perawat di RS. Islam Asshobirin Tangerang Selatan Tahun 2013.

Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Page 142: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

123

Depkes RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

367/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Fisioterapi. Jakarta:

Depkes RI.

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Dewi, Gilang Permata., Maywati, Sri., & Setiyono, Andik. (2015). Kajian Faktor

Risiko Stress Kerja pada Perawat IGD dan ICU RSUD Cilacap Tahun

2015. journal.unsil.ac.id/download.php?id=7651.

Dewi, M. P., Rosiawan, M., & Sari, Y. (2013). Penerapan Good Manufacturing

Practices Dan 5S Untuk Peningkatan Produktivitas Di PT. Catur Pilar

Sejahtera, Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya.

Gaspersz, Vincent. (2004). Total Quality Management Edisi 1. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Geller, E. Scott. (2001). The Psychology of Safety Handbook. US: CRC Press.

Gibson, James. (1997). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, jilid 1. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Graban, Mark. (2012). Lean Hospital Improving Quality, Patient Safety, and

Employee Engagement, Second Edition. United States: CRC Press.

Green, L. W. (1980). Health Education Planning: a diagnostic approach 1st

edition. California: Mayfield Publishing Company.

Handoko, Hani. (1987). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi

Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Hariandja, Marihot, T. J. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Grasindo.

Health and Safety Executive. (2011). Kinds of Accident. United Kingdom.

http://www.hse.gov.uk/statistics/causinj/kinds-of-accident.pdf, diakses

pada tanggal 27 Desember 2015.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Imai, Masaaki. (1998). Gemba Kaizen: Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah

pada Manajemen. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Indah, Faiqoh., Alfian., & Suratmi. (2010). Hubungan Shift Kerja dengan Stres

Kerja pada Perawat di Ruang Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Soegiri Lamongan. Lamongan: SURYA.

Istiarti, Tinuk. (2002). Penerapan Hak Cuti Melahirkan Bagi Pekerja Perempuan

di Sektor Informal Kaitan antara Kenyataan dan Kebutuhan. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Ivancevich, John, M., Konopaske, Robert., Matteson, Michael T., (2006).

Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 143: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

124

Jahja, Kristanto. (2009). Seri Budaya Unggulan 5R (Ringkas, Rapi,Resik, Rawat,

Rajin), 3th ed.Jakarta: Productivity and Quality Management Consultans.

Jawawi, Iskandar. (2008). Beberapa Faktor Risiko yang Berhubungan dengan

Tingkat Kecelakaan Kerja di PT Hok Tong Pontianak. Pontianak.

Johnson, P, R., & Indvik, P, R., (2001). Rudeness at Work: Impulse Over

Restraint. Publik Personnel Management. California State University.

Kartika, H., Hastuti, T. (2011). Analisis Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor

Penghambat Penerpan 5S Terhadap Efektifitas Kerja Departemen

Produksi di Bagian Produksi di Perusahaan Sepatu. Jurnal PASTI

Kelman, Herbert. (1966). Compliance, Identification, and Internalization: Three

Process of Attitude Change. New York: McGrawhill.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI). 2008.

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan

Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI). 2007.

Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan

Republik Indonesia.

Kurniawan, Bina., Lestantyo, Daru., & Murtiningsih, Dewi. (2006). Hubungan

Karakteristik Pekerja Dengan Praktik Penerapan Prosedur Keselamatan

Kerja Di PT. Bina Buna Kimia Ungaran. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia Vol. 1/No. 2.

Lameshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J., Lwanga, S. K. dan Organization, W. H.

(1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies. New York: John

Wiley & Sons.

Maryati, K., & Suryawati, J. (2006). sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI.

Jakarta: Esis.

Matindas, Rudolf Wennemar. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Lewat

Konsep Ambisi. Kenyataan, dan Usaha Edisi II. Jakarta: Grafiti

McLeod, R., & Schell, G. P. (2008). Sistem Informasi Manajemen (A. A. Yulianto

& A. R. Fitriati, Trans). Jakarta: Salemba Empat.

Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta:

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Metrison. (1996). Sistem Manajemen Kerja di Lapangan dan Laboratorium

Departemen Perin-dustrian dan Perdagangan. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Industri dan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Michalska, D. Scewieczek (2007). The 5S methodology as a tool for improving

the organisation. Journal of Achievements in Materials and

Manufacturing Engineering.

Page 144: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

125

Mohamad, S. (2004). Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Jakarta: Balai

Pustaka.

Mueller, D.J. (1992). Mengukur Sikap Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Munawaroh, S., Murtolo, S. A., & Budi, N. S. (1999). Peranan Kebudayaan

Daerah dalam Perwujudan Masyarakat Industri Pariwisata di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

National Safety Council. (1988). National Safety Council Injury Facts 1988

Edition. U.S.A.: NSC Press.

National Safety Council. (2014). National Safety Council Injury Facts 2014

Edition. U.S.A.: NSC Press.

Nawawi, Hadari. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang

Kompetitif cetakan keempat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Noorkasiani, Heryati & Ismail, R. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Oktavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Imliah. Yogyakarta: Deepublish.

Osada, Takashi. (1995). Sikap Kerja 5S Cetakan Kelima. Terjemahan oleh

Mariani. Jakarta: Gandamihardja.

Poniman, F., Nugroho, I., & Azzaini, J. (2006). Kubik Leadership. Jakarta:

Hikmah.

Pranasution, D. (2015). Analisis Penerapan Metode 5R (Ringkas, Rapi, Resik,

Rawat, Rajin) Di PT Bakrie Pipe Industries Melalui Pendekatan Change

Management. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie.

Purwanggono, Bambang. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Motivasi Karyawan dalam Menerapkan Budaya Kerja 5S (Studi Kasus

pada Karyawan PT. PLN (PERSERO) P3JB APP Semarang). Fakultas

Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Riyanto, A. (2009). Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan.

Bandung: Nifta Media Press.

Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2009). Organizational Behavior

Three Edition. USA: Pearson International Edition, Prentice-Hall

Roughton, James E., Mercurio, James J. (2002). Developing an Effevtive Safety

Culture: A Leadership Approach. U.S.A: Buttrworth-Heinemann.

Page 145: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

126

Royan, Frans M. (2009). Distributor ship Management. Cara Cerdas Mengelola

dan Memberdayankan Distributor. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Santoso, Budi. (2010). Skema dan Mekanisme Pelatihan: Panduan

Penyelenggaraan Pelatihan. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia.

Schafer, J.L. (1996). Analysis of Incomplete Multivariate Data. London: In Press.

Septaviani, Rima. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik 5S

(Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) pada Mekanik Bengkel Sepeda

Motor X Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Siagian, Sondang.(1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Cipta.

SIEN Consultant. (2012). 5S. Jakarta. http://sienconsultant.com/5s.html, diakses

tanggal 28 Desember 2015.

Simamora, Henri. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Siregar, A. R. (2005). Manajemen Pengetahuan. Jurnal Studi Perpustakaan dan

Informasi.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Supriyadi. (1993). Pendekatan Psikologi dalam Pengukuran Kesehatan. Jakarta:

Forum Komunikasi Sosial dan Kesehatan.

Susanta. (2006). Sikap: Konsep dan Pengukuran. Jurnal Administrasi Bisnis.

Suteja, Indra Gunawan. (2011). Analisis Penerapan Program 5R (Ringkas, Rapi,

Resik, Rawat, dan Rajin) Dalam Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Karyawan: Studi Kasus Pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV

Cilacap. Jurnal Penelitian.

Tampubolon, Viviyanti Br. (2008). Evaluasi Penerapan Budaya Kerja 5S di PT.

AKM. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta:

Sekretariat Negara RI.

Utari, G. C. (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi, dan Keterampilan

Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara

(Safety Riding). Universitas Islam Negeri. Ciputat.

Wahyudi, Iwan., Irawaty, Dewi., & Mulyono, Sigit. (2010). Hubungan Persepsi

Perawat tentang Profesi Keperawatan, Kemampuan, dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD dr. Slamet Garut. Jurnal

Keperawatan FIKUI.

Widayatun, R. T. (1999). Ilmu Perilaku M.A. 104 “Buku Pegangan Mahasiswa

AKPER”. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Page 146: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

127

Wingjosoebroto, Sritomo. (2003). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik

Analisis untuk Peningkatan Produktifitas Kerja. Cetakan Ke 2, Surabaya:

Guna Widya.

Woolfolk, Anita. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition.

Terjemahan: Helly Prajitno S dan Sri Mulyantini S. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Page 147: DETERMINAN PERILAKU 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36724/1/Nova... · determinan perilaku 5r (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

6. LAMPIRAN