determinan kemauan membayar pajak bumi dan ...repository.ub.ac.id/9952/1/wahyu sadriana...

176
DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DI KOTA MALANG TESIS Disusun Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Oleh: WAHYU SADRIANA WIDIASTARI NIM. 166030111111012 PROGRAM MAGISTER ILMU ADMNISTRASI PUBLIK KEKHUSUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DI KOTA MALANG

TESIS

Disusun Untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Magister

Oleh:

WAHYU SADRIANA WIDIASTARI

NIM. 166030111111012

PROGRAM MAGISTER ILMU ADMNISTRASI PUBLIK

KEKHUSUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya
Page 3: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

IDENTITAS TIM PENGUJI

JUDUL TESIS:

DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNANPEROTAAN DI KOTA MALANG

Nama Mahasiswa : Wahyu Sadriana Widiastari

NIM : 166030111111012

Program Studi : Magister Ilmu Administrasi Publik

Minat : Perencanaan Pembangunan Daerah

KOMISI PEMBIMBING:

Ketua : Dr.Ratih Nurpratiwi, M.Si

Anggota : Firda Hidayati, S.Sos, MPA, DPA

TIM DOSEN PENGUJI:

Dosen Penguji 1 : Dr. Hermawan, S.IP, M.Si

Dosen Penguji 2 : Sujarwoto, S.IP., M.Si., Ph.D

Tanggal Ujian : 20 Desember 2017

Page 4: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya
Page 5: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Wahyu Sadriana Widiastari lahir di Malang pada tanggal 10 Januari 1983merupakan putri dari ayah Abdul Karim (Alm) dan ibu Eko Pujiati. Jenjangpendidikan mulai dari pendidikan SD s.d SMA di Kota Malang. Lulus SMA,pendidikan dilanjutkan pada program DIII- Akuntansi di Politeknik Negeri Malang.Lulus program DIII-Akuntansi pada tahun 2005, penulis diterima sebagai CPNSPemerintah Kota Batu dengan penempatan sebagai staf pada Dinas PendapatanDaerah. Selama bekerja di Kota Batu, penulis mendapatkan kesempatanmenempuh studi lanjutan, yaitu S1 Ekonomi Universitas Widyagama, dan yangterakhir sampai saat ini sedang menyelesaikan program Magister IlmuAdministrasi Publik di Universitas Brawijaya.

Malang, 20 Desember 2017

Penulis,

Wahyu Sadriana Widiastari

Page 6: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai

kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, dan menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Bapak

Prof.Dr.Bambang Supriyono, M.S.;

2. Ketua Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas

Brawijaya, Bapak Dr.Irwan Noor, M.A. yang penuh dedikasi dan

keterbukaan;

3. Sekretaris Program Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya,

Ibu Dr.Firda Hidayati, S.Sos., M.P.A. beserta staf akademik atas bantuan

dan kemudahan administrasi pendidikan;

4. Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ratih Nurpratiwi, M.Si., dan Ibu Firda Hidayati,

S.Sos, MPA, DPA yang penulis hormati dan taati atas segala bimbingan dan

saran demi keberhasilan penelitian dan penulisan tesis;

5. Dosen Penguji Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Si dan Bapak Sujarwoto, S.IP.,

M.Si., Ph.D atas segala saran dan perbaikan dalam penyusunan tesis;

6. Para dosen pada program Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas

Brawijaya atas segala ilmu yang telah diberikan, semoga menjadi ilmu yang

bermanfaat;

7. Orang tua penulis Bapak Abdul Karim (Alm) dan Ibu Eko Pujiatii yang telah

meridhoi dan mendoakan setiap upaya yang penulis lakukan;

8. Suamiku tercinta Loehing Bayoe Ajimpoe yang dengan sabar mendoakan

dan mendukung penulis, serta anak-anakku tersayang Raffasya Alfarizqi dan

Kiandra Azkiya Azkadina atas semua keceriaan yang diberikan;

9. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Malang Bapak

Ir. Sapto P. Santoso, M.Si yang telah memberikan ijin pada penulis untuk

menempuh program studi magister melalui beasiswa Bappenas serta

dukungannya atas penulisan tesis;

10. Sekretaris Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Malang Bpk

BaihaqS.Pd., SE., M.Si atas dukungan dan motivasi kepada penulis;

Page 7: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

11. Kasubbag Perencanaan dan Keuangan Badan Pengelola Keuangan dan

Aset Daerah Kota Malang Ibu Emmie Ristantien, SE., MM. atas dukungan

dan motivasinya;

12. Kasubbid Penagihan Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang Ibu Luluk

Khafifah atasbantuan dan partisipasinya dalam penulisan tesis ini;

13. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan kesempatan dan

dukungan materiil dalam menempuh studi Magister Ilmu Administrasi Publik

Universitas Brawijaya;

14. Rekan-rekan Tailor Made XIII yang senantiasa menjadi tempat bertukar

pikiran selama menempuh pendidikan dan menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, nikmat, hidayah dan

anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan,

doa dan dukungan kepada penulis.

Malang, 20 Desember 2017

Penulis,

Wahyu Sadriana Widiastari

Page 8: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

Abstrak

Wahyu Sadriana Widiastari, Program Studi Magister Ilmu AdministrasiPublik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. 2017. “DeterminanKemauan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang”.Komisi Pembimbing: Ketua: Dr. Ratih Nur Pratiwi, M.Si dan anggota: FirdaHidayati, S. Sos., MPA., DPA.

Salah satu prinsip keuangan daerah yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah diperlukankewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukungoleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Keuangandaerah ini diperlukan untuk melaksanakan pembangunan daerah demi mencapaikesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah dilakukan penguatanperpajakan daerah, yaitu dengan menjadikan Pajak Bumi dan Bangunan-Perkotaan sebagai komponen dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namunsangat disayangkan, Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malangmemiliki piutang terbesar dari semua jenis pajak di Kota Malang. Oleh karenaitulah maka perlu untuk diketahui determinan kemauan membayar Pajak Bumidan Bangunan Perkotaan di Kota Malang seperti sanksi, pelayanan on the spot,dan reputasi petugas pajak, sehingga dapat mengurangi piutang Pajak Bumi danBangunan Perkotaan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menguji hubungan Sanksi dan kemauanwajib pajak membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang;(2)Menguji hubungan persepsi tentang pelayanan on the spot dan kemauanmembayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang;(3)Mengujihubungan reputasi petugas pajak dan kemauan membayar Pajak Bumi danBangunan Perkotaan di Kota Malang.(4) Menguji hubungan sanksi, persepsitentang pelayanan on the spot, dan reputasi petugas pajak secara bersama-sama terhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan diKota Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitianyang digunakan adalah metode survey, menggunakan teknik simple randomsampling dengan responden berjumlah 100 responden orang. Sedangkan teknikanalisis datanya menggunakan tes validitas, reliabilitas, uji asumsi klasik dananalisis regresi linier berganda.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Terdapat hubungan positifsecara parsial antara variabel sanksi, pelayanan on the spot, dan reputasipetugas pajak dengan variabel kemauan membayar Pajak Bumi dan BangunanPerkotaan di Kota Malang; (2)Terdapat hubungan positif secara simultan antarasanksi, persepsi tentang pelayanan on the spot, dan reputasi petugas pajakterhadap variabel kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan diKota Malang. Secara simultan ketiga variabel independen tersebut memberikankontribusi sebesar 88,3% terhadap kemauan membayar Pajak Bumi danBangunan Perkotaan di Kota Malang.Sedangkan 11,7% kemauan membayarPajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang dipengaruhi oleh variabellain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

x

Page 9: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

Kata Kunci: Kemauan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan, Sanksi,Persepsi tentang Pelayanan on the Spot, Reputasi Petugas Pajak.

xi

Page 10: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

ABSTRACT

Wahyu Sadriana Widiastari, Master Program of Public Administration,Faculty of Administratrative Science, Universitas Brawijaya. 2017. “DeterminantWillingness To Pay Land and BuildingTaxes in Malang City”. Supervisor : Dr.Ratih Nur Pratiwi, M.Si and co-supervisor: Firda Hidayati, S. Sos., MPA., DPA.

One of the principes of regional finance contained in Law Number 23Tahun 2014 is the need for authority and the ability to dig up its own financialresources supported by the financial balance between central and localgoverments.Regional finance is important in order to achieve community welfare.Based on Law Number 28 Tahun 2009 has been strengthened local taxation bymaking Land and BuildingTaxes as a component in Local Revenue.Unfortunately, Land and BuildingTaxes in Malang City has the biggestreceivables from all types of taxes. Therefore, it is necessary to know thedeterminants on willingness to pay Land and BuildingTaxes in Malang City suchas sanction, perception about on the spot service, and reputation of tax officer toreduce receivables of Land and BuildingTaxes.

The purposes of this research are to examine: (1) the relationship ofsanction on willingness to pay Land and BuildingTaxes; (2) the relationship ofperception about on the spot service on willingness to pay Land andBuildingTaxes; (3) the relationship of tax officer’s reputation on willingness to payLand and BuildingTaxes; (4) the relationship of sanction, on the spot service, andtax officer’s reputation simultaneously on willingness to pay Land andBuildingTaxes.

This research uses quantitative approach.The researched method usedsurvey method and using simple random sampling technique amount to 100respondents. The data were analysed using validity, reliability test, classicalassumption test, and multiple regression.

The conclusion of this research are: (1) there is partial relationshipbetween sanction, perception about on the spot service, and tax officer’sreputation on willingness to pay Land and BuildingTaxes; (2) there issimultaneously relationship between sanction, perception about on the spotservice, and tax officer’s reputation on willingness to pay Land andBuildingTaxes. The contribution of independent variables have an effect of 88,3%of willingness to pay Land and BuildingTaxes in Malang and 11,7% influenced byother variables that weren’t examined in this research.

Keywords: Willingness to pay Land and BuildingTaxes, sanction, perceptionabout on the spot service, tax officer’s reputation

xii

Page 11: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

xiii

Page 12: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul

“Determinan Kemauan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan secara parsial antara

sanksi, persepsi tentang pelayanan on the spot, reputasi petugas pajak dan

kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

Tujuan selanjutnya adalah untuk menguji hubungan antara sanksi, persepsi

tentang pelayanan on the spot, reputasi petugas pajak secara bersama-sama

terhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar tulisan ini dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan serta menjadi masukan bagi peneliti lain

yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama.

Malang, 20 Desember 2017

Penulis,

Wahyu Sadriana Widiastari

xiii

Page 13: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................

IDENTITAS PENGUJI ....................................................................................

PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................

SERTIFIKAT BEBAS PLAGIASI ....................................................................

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH ..............................................................................

Ii

iii

iv

v

vii

viii

RINGKASAN ..................................................................................................

SUMMARY .....................................................................................................

x

xii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... xiv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................

xxi

xxiii

xxiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1

1.2. Perumusan Masalah Penelitian ....................……………………. 13

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 14

1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………..... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ………………………………......………… 16

2.2. Kerangka Dasar Teoritik.............................................................. 23

2.2.1 Desentralisasi ...................................................................

2.2.2 Desentralisasi Fiskal .........................................................

23

25

xiv

Page 14: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

2.2.3 Keuangan Daerah ....... ...................................................... 27

2.2.4 Pendapatan Asli Daerah ........................ ........................... 28

2.2.5 Pajak ..................... ............................................................

2.2.5.1 Definisi Pajak dan PajaK Daerah ...........................

2.2.5.2 Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

2.2.5.3 Jenis Pajak ..........................................................

2.2.5.4 Fungsi Pajak .........................................................

2.2.5.5 Sistem Pemungutan Pajak ...................................

2.2.5.6 Syarat Pemungutan Pajak .....................................

2.2.6 Kemauan Membayar Pajak ...............................................

2.2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar

Pajak .................................................................................

2.2.7.1 Sanksi ..................................................................

2.2.7.2 Persepsi Tentang Pelayanan on the Spot ...........

2.2.7.3 Reputasi Petugas Pajak .......................................

2.2.8 Administrasi Publik ...............................................

2.2.8.1 Pengertian Administrasi Publik .............................

2.2.8.2 Ruang Lingkup Administrasi Publik ......................

2.2.9 Pelayanan Publik ..............................................................

2.2.9.1 Definisi Pelayanan ...............................................

2.2.9.2 Definisi Pelayanan Publik ....................................

2.2.9.3 Kualitas Pelayanan Publik ...................................

2.2.10 Etika Administrasi Publik ................................................

2.2.10.1 Definisi Etika ......................................................

2.2.10.2 Etika Administrasi Publik ....................................

29

29

32

36

38

39

40

42

43

43

45

47

48

48

49

51

51

51

52

53

53

54

xv

Page 15: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran ………………………………………………

3.1.1 Hubungan Sanksi dan Kemauan Membayar Pajak

3.1.2 Hubungan Pelayanan on the Spot dan KemauanMembayar Pajak .............................................................

3.1.3 Hubungan Reputasi Petugas Pajak dan KemauanMembayar Pajak ..............................................................

55

59

59

60

3.2. Hipotesis ......... ......................................................................... 62

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .......................... 63

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian ....................................................................... 71

4.2 Lokasi Penelitian ........................................................................ 72

4.3 Populasi dan Sampel .................................................................74

4.3.1 Populasi ........................................................................... 74

4.3.2 Sampel ............................................................................ 75

4.4 Pengumpulan Data .................................................................... 78

4.5 Skala Pengukuran Instrumen Penelitian ................................... 79

4.6 Reliabilitas dan Validitas .............................................................. 81

4.7 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 82

4.7.1 Uji Normalitas .................................................................... 83

4.7.2 Uji Multikolonieritas ........................................................... 84

4.7.3 Uji Heterokedastisitas dan Homokedastisitas .................. 85

4.8 Analisis Data ............................................................................. 86

4.8.1 Uji t .................................................................................... 87

4.8.2 Uji F................. ................................................................... 87

xvi

Page 16: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................... 89

5.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administratif ....................... 89

5.1.2 Gambaran Umum Badan Pelayanan Pajak Daerah ........ 93

5.1.2.1 Dasar Hukum Pembentukan ................................. 93

5.1.2.2 Tugas Pokok dan fungsi ........................................ 93

5.1.2.3 Susunan Organisasi Badan Pelayanan Pajak

Daerah .................................................................. 95

5.1.2.4 Tujuan dan Sasaran Badan Pelayanan Pajak

Daerah .................................................................... 95

5.1.2.5 Susunan Kepegawaian .......................................... 96

5.1.2.6 Jenis Pajak Daerah yang dikelola Badan Pelayanan

Pajak Daerah Kota Malang ....................................... 96

5.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Kota Malang ...... 98

5.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen .................................. 100

5.2.1 Uji Reliiabilitas dan Validitas Variabel Kemauan Membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ...................... 101

5.2.1.1 Uji Reliabilitas Variabel Kemauan Membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ............... 101

5.2.3 Uji Validitas Variabel Kemauan Membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ................ 102

5.2.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Sanksi............... 104

5.2.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Sanksi ....................... 104

5.2.2.2 Uji Validitas Variabel Sanksi ........................... 104

5.2.3 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Persepsi Tentang

xvii

Page 17: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

Pelayanan On the Spot ...... ...................................... 106

5.2.3.1 Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Tentang

Pelayanan On the Spot .................................. 106

5.2.3.2 Uji Validitas Variabel Persepsi Tentang

Pelayanan On the Spot ................................. 106

5.2.4 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Reputasi

Petugas Pajak ........................................................... 108

5.2.4.1 Uji Reliabilitas Variabel Reputasi

Petugas Pajak ............................................. 108

5.2.4.2 Uji Validitas Variabel Reputasi

Petugas Pajak .............................................. 108

5.3 Uji Korelasi Antara Variabel Independen dan

Dependen .......................................................................... 110

5.4 Deskripsi Responden .................................................... 111

5.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin .................................................................. 111

5.4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ............... 112

5.4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ..... 113

5.4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang

Pendidikan ............................................................ 113

5.4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Domisili ......... 114

5.5 Analisis Statistik Deskriptif ............................................ 115

5.6 Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................... 117

5.6.1 Hasil Uji Normalitas ............................................... 117

5.6.2 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................ 120

5.6.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ..................................... 121

xviii

Page 18: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

5.7 Pengujian Hipotesis ......................................................... 123

5.7.1 Pengujian Hipotesis Pertama .................................. 123

5.7.2 Pengujian Hipotesis Kedua ................................... 124

5.7.3 Pengujian Hipotesis Ketiga .................................. 125

5.7.2 Pengujian Hipotesis Keempat.............................. 126

5.8 Pembahasan Hasil ............................................................ 128

5.8.1 Hubungan Sanksi Terhadap Kemauan Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan ................................. 128

5.8.2 Hubungan Persepsi Tentang Pelayanan on the

Spot Terhadap Kemauan Membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan ........................................ 132

5.8.3 Hubungan Reputasi Petugas Pajak Terhadap Kemauan

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ...... 137

5.8.4 Hubungan Sanksi, Persepsi Tentang Pelayanan

on the Spot, dan Reputasi Petugas Pajak Secara

SimultanTerhadap Kemauan Membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan .............................................. 139

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 146

6.1 Saran ......................................................................................... 147

6.1.1 Saran Bagi Pemerintah Kota Malang ............................... 147

6.1.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................... 150

6.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 150

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. ... 152

xix

Page 19: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

xx

Page 20: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman1.1

1.2

Variabel yang Akan Digunakan Dalam Penelitian

Piutang PBB Perkotaan Kota Malang Tahun 2013-

2016

7

12

2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu 19

3.1 Konsep, Variabel, Indikator dan Item 68

4.1

4.2

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

5.7

5.8

5.9

5.10

5.11

5.12

5.14

5.15

5.16

5.17

5.18

Prosentase Piutang Pajak Daerah Kota Malang

Tahun 2016

Jumlah Wajib PBB Perkotaan Kota Malang yang

menunggak

Kontribusi Masing-Masing Jenis Pajak Terhadap

Total Penerimaan Pajak Daerah

Jumlah Wajib PBB Perkotaan Kota Malang Tahun

2013-2016

Jumlah Wajib PBB Perkotaan Kota Malang yang

Menunggak

Reliabilitas Kemauan Membayar PBB Perkotaan

Korelasi Bivariat Kemauan Membayar PBB

Perkotaan

Reliabilitas Sanksi

Korelasi Bivariat Sanksi

Reliabilitas Pelayanan On The Spot

Korelasi Pelayanan On The Spot

Reliabilitas Reputasi Petugas Pajak

Korelasi Reputasi Petugas Pajak

Korelasi Antara Variabel Independen dan

Dependen

Statistik Deskriptif

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

Hasil Uji Multikolinieritas

Hasil Uji Glejser

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

72

73

97

98

99

101

103

104

105

106

107

108

109

110

116

118

120

122

123

xxi

Page 21: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

xxii

Page 22: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 583.2

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

5.7

5.8

Hipotesis Penelitian

Peta Administratif Kota Malang

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden Berdasarkan Usia

Responden Berdasarkan Pekerjaan

Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Responden Berdasarkan Domisili

Grafik Normal P-Plot Regression Kemauan

Membayar Pajak

Hasil Uji Heterokedastisitas

62

90

111

112

113

114

115

119

121

xxiii

Page 23: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reformasi politik yang terjadi pada tahun 1998 telah mengubah

pemerintahan yang sentralistik menjadi pemerintahan yang desentralistik.

Pemerintahan yang desentralistik diwujudkan dengan pemberian otonomi daerah

oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Otonomi Daerah menurut

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Undang–Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan ada dua prinsip keuangan

daerah. Pertama, dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah kewenangan

yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan

daerah. Kedua, untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber

keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah serta antara propinsi dengan kabupaten/kota.

Hal ini berarti, daerah telah diberi kewenangan untuk membuat

perencanaan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi

kebijakan-kebijakan daerah. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan kepada

Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

yang tentunya memerlukan dukungan tersedianya pendapatan daerah yang

memadai. Dengan melaksanakan optimalisasi sumber-sumber penerimaan

1

Page 24: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

2

daerah sama artinya dengan meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Oleh karena

itulah Pemerintah Daerah harus dapat menggali sumber-sumber pendapatan

daerah bagi pembiayaan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah ada hal-hal yang perlu mendapat

perhatian lebih yaitu masalah pengelolaan keuangan daerah dan pengganggaran

daerah. Hal ini senada dengan pendapat dari Adisasmita (2014: 3) bahwa “dilihat

dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, penerimaan pendapatan daerah

dan anggaran mempunyai kaitan yang erat terhadap keberhasilan pembangunan

daerah dan pelaksanaan otonomi daerah, oleh karena itu harus dikelola secara

efektif, efisien dan profesional serta berkelanjutan”. Menurut Mardiasmo (2002:

9) anggaran daerah adalah “rencana kerja Pemerintah daerah dalam bentuk

uang (rupiah) dalam satu periode tertentu (satu tahun)”. Dalam membiayai

pembangunan, Pemerintah Daerah tetap mendapatkan bantuan dari Pemerintah

Pusat. Bantuan pendanaan ini berupa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus, dan Dana Bagi Hasil. Meskipun demikian, dalam era otonomi, daerah

harus dapat terus meningkatkan pendapatan daerahnya sendiri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber

penerimaan daerah terdiri dari Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.

Pendapatan Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan. Sedangkan pembiayaan bersumber

dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah,

dana cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen terpenting bagi pemerintah

daerah dalam usaha untuk meningkatkan kemandirian daerah. Pendapatan Asli

Page 25: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

3

Daerah terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD yang Sah.

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

adalah untuk meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi

ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Kemandirian daerah sangat erat

kaitannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Menurut Mahmudi (2010: 18) “Semakin tinggi kemampuan daerah

dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka semakin besar pula

diskresi daerah untuk menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut

sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah”. Hal ini

berarti bahwa dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin

besar peluang pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui

pembangunan derah dan juga memberikan pelayanan publik yang baik.

Pelayanan publik sendiri menurut Sabaruddin (2015: 11) adalah” produk suatu

organisasi atau institusi tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik

jasa dan barang”. Dalam rangka mewujudkan pembangunan dan pemberian

pelayanan publik yang lebih baik lagi kepada masyarakat maka diperlukan

tersedianya dana yang memadai. Pendapatan yang bersumber dari daerah

adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang salah satu komponennya adalah

pajak, yaitu sumber PAD yang memililiki kontribusi terbesar. Oleh karena itu

pemungutan dan penerimaan pajak daerah harus diintensifkan dan ditingkatkan.

Pengertian pajak daerah menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah “kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Page 26: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

4

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah dilakukan penguatan perpajakan

daerah, yaitu dengan menjadikan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan-Perkotaan dan Pedesaan sebagai

komponen dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan-Perkotaan dan Pedesaan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah “pajak atas bumi

dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang

pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan, perhutanan, dan pertambangan”. Pengertian Bumi berdasarkan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah “permukaan bumi yang meliputi

tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Sedangkan

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.” Objek Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan dan Perdesaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang

dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan. Sedangkan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan

Perdesaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai

suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau

memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Selain adanya penguatan perpajakan, dalam rangka peningkatan

penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak, kesadaran dan

Page 27: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

5

kepatuhan untuk memenuhi kewajiban perpajakan juga sangat penting.

Sedangkan kesadaran dan kepatuhan untuk memenuhi kewajiban perpajakan ini

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tidak hanya tergantung kepada masalah-

masalah teknis saja tetapi dipengaruhi pula oleh kemauan wajib pajak untuk

membayar pajak (Rahayu, 2010). Sedangkan menurut Norman D. Nowak (2007)

(dalam Zain, 2017) peningkatan penerimaan pajak akibat verifikasi aparat

perpajakan, aktivitas para ahli hukum, para akuntan serta teknisi lainnya dan

keputusan peradilan pajak, biasanya hanya merupakan 3% sampai 5% dari

seluruh penerimaan pajak. Sedangkan sisanya sebesar 95% adalah hasil dari

pengembangan iklim perpajakan. Sedangkan faktor dominan yang berpengaruh

terhadap iklim perpajakan menurut Zain (2007) adalah kemauan

(willingness)membayar pajak yaitu sampai sejauh mana wajib pajak akan

mematuhi peraturan perundang-undangan dalam membayar pajak. Zain (2007;

30) menyatakan bahwa “kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban

perpajakan tidak hanya tergantung pada masalah-masalah teknis saja yang

menyangkut metode pemungutan, pemeriksaan, penyidikan, akan tetapi

tergantung juga pada kemauan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya

membayar pajak”. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Jogiyanto (2008)

yang mengatakan bahwa “ Jika niat diyakini memang benar-benar sebagai

penentu langsung dari perilaku atas kemauan sendiri (volitional behavior) maka

mereka seharusnya berkorelasi lebih kuat dengan perilaku dibandingkan dengan

faktor-faktor penentu lainnya”. Hal ini dapat diartikan bahwa kemauan membayar

pajak merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk

membayar pajak. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak

dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak menurut Zain (2007; 33-38)

Page 28: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

6

antara lain: sistem perpajakan yang adil, sanksi, pelayanan, reputasi petugas

pajak, program informasi. Sedangkan menurut Katona (1975)(dalam Burton,

2009) menyatakan bahwa “perubahan persepsi masyarakat terhadap pemerintah

berupa kepercayaan dan keyakinan untuk betul-betul melayani rakyatnya dapat

mempengaruhi perilaku ekonomi rakyat yang salah satunya adalah kemauan

membayar/hasrat membayar pajak”. Hal ini berarti kemauan membayar pajak

dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Penelitian selanjutnya dilakukan

oleh Katharina Gangl, Stephan Muehlbacher, Manon de Groot, Sjoerd

Goslinga,Eva Hofmann, Christoph Kogler, Gerrit Antonides, and Erich Kirchler

(2013) yang menyatakan bahwa siapa yang mendapatkan pelayanan yang baik

akan memiliki keinginan yang besar untuk membayar pajak. Penelitian

selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Merima Ali, Odd-Helge

Fjeldstad and Ingrid Hoem Sjursen (2014) yang menyatakan bahwa pelayanan

publik serta pengetahuan perpajakan dan kesadaran berpengaruh terhadap

kepatuhan. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh James

alm and Jorge Martinez-Vazque menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

motivasi intrinsik atau kemauan bagi masyarakat Rusia adalah sistem pajak

yang transparan, pengurangan korupsi, administrasi perpajakan yang modern

melalui pelayanan, meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan hukum.

Selain itu menurut Andrea F. Presbitero, Agnesse Sacchi, dan Alberto Zazzaro

(2014) yang menyatakan bahwa pentingnya penelitian terkait Pajak Bumi dan

Bangunan karena Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang

memberikan kontribusi besar dalam penerimaan negara dan mendukung

keberlanjutan keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ortega,

Page 29: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

7

Daniel; Ronconi, Lucas; Sanguinetti, Pablo (2016) yang hasilnya menyatakan

bahwa untuk meningkatkan pendapatan hendaknya dilakukan dengan cara

meningkatkan pelayanan dikarenakan akan lebih efektif.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Erzo F.P. Luttmen dan Monica Singhal

(2014) menyatakan bahwa moral perpajakan(yang dilihat dari motivasi instrinsik,

ketersediaan pelayanan akan barang publik sebagai timbal balik pembayaran

pajak, pengaruh teman dan lingkungan sosial, budaya dan informasi)

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Penelitian berikutnya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Kerly Randlane (2015) berjudul “Tax compliance as a

system: Mapping the field” yang menyatakan bahwa pendekatan sistem terkait

kepatuhan merupakan dasar bagi pemerintah untuk mengembangkan strategi

administrasinya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian

selanjutnya dilakukan oleh Atiola Moses Idowu, Norhaya Kamarudin, Kamalasan

Achu, dan Ibisola Abayomi Solomon (2016) yang menyatakan bahwa pentingnya

petugas pajak memiliki keahlian atau sertifikasi penilai sehingga penilaian obyek

Pajak Bumi dan Bangunan dapat akurat serta dapat mengurangi jumlah wajib

pajak yang menghindari pajak atau tidak membayar pajak yang akan

menyebabkan piutang pajak dan menekan biaya administrasi.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tina M.F. Beale Rochelle, Rochelle A.

Chner Miler, Amani Ishemo, dan Cadien A. Murray-Stuart (2015) yang

menyatakan bahwa yang berhubungan dengan kemauan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan adalah sistem perpajakan, kualitas pelayanan publik, dan petugas

pajak. negara. Penelitian yang dilakukan oleh Tyler L. Gamble, Mc.Corkle dan

Ryan Smith (2017) yang menyatakan bahwa dengan menerapkan sanksi maka

masyarakat akan mau membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu.

Page 30: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

8

Variabel yang berhubungan dengan kemauan membayar pajak yang

digunakan dalam penelitian yang telah dilakukan ini berdasarkan pendapat Zain

(2007), Katona (1975)(dalam Burton 2010) dan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan yang dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1: Variabel yang Akan Digunakan Dalam Penelitian

No Nama Ahli/Peneliti

Variabel

Sanksi PelayananReputasi

Petugas Pajak

1 Mohammad Zain √ √ √

2 Katona √

3 Pancawati Hardiningsih √ 4 Katharina Gangl, Stephan

Muehlbacher, Manon de Groot, Sjoerd Goslinga,Eva Hofmann, Christoph Kogler, Gerrit Antonides, and Erich Kirchler

5 Merima Ali, Odd-Helge

Fjeldstad and Ingrid Hoem Sjursen

6 James alm and Jorge Martinez-Vazque

7 Ortega, Daniel; Ronconi, Lucas; Sanguinetti, Pablo

8 Erzo Erzo F.P. Luttmen dan Monica Singha √

9 Tina M.F. Beale Rochelle, Rochelle A. Chner Miler, Amani Ishemo, dan CadienA. Murray-Stuart

√ √

10 Tyler L. Gamble, Mc.Corkle dan Ryan Smith

Sumber: Data diolah penulis (2017)

Dari tabel 1.1 tersebut maka variabel yang berhubungan dengan kemauan

membayar pajak yang akan diteliti adalah sanksi, pelayanan dan reputasi

petugas pajak. Sedangkan variabel sistem perpajakan yang adil dan program

informasi yang dinyatakan oleh Zain (2007) tidak digunakan. Sistem perpajakan

yang adil tidak digunakan karena berdasarkan Teori Gaya Pikul (dalam Rahayu,

Page 31: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

9

2013: 59) keadilan dan kebenaran negara dalam memungut pajak dari warganya

didasarkan pada kemampuan dan kekuatan setiap pribadi masyarakatnya, yaitu

kemampuan dan kekuatan untuk memperoleh penghasilan, harta kekayaan, dan

konsumsi dengan tujuan agar dapat menghidupi diri sendiri dan kemampuan

untuk memikul beban kehidupan lainnya. Apabila dihubungkan dengan Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan, teori ini sulit dilaksanakan karena pendataan

yang dilakukan hanya terkait obyek pajak dan identitas wajib pajaknya saja ,

sehingga tidak dapat diketahui berapa kemampuan dan kekuatan pribadi wajib

pajak. Selain itu juga perolehan obyek pajak belum tentu merupakan hasil usaha

wajib pajak, seperti diperoleh dari warisan, sewa, hibah atau hadiah. Selain itu,

informasi yang berkaitan dengan data subyek pajak, wajib pajak, dan obyek

pajak hanya diketahui oleh petugas pajak, sehingga tidak relevan ketika

ditanyakan kepada wajib pajak. Sedangkan untuk program informasi tidak

digunakan karena menurut Zain (2007: 38) program informasi yang dimaksudkan

adalah pemberian informasi kepada anak-anak usia muda yang dilakukan di

sekolah-sekolah sehingga tidak relevan ketika hal tersebut ditanyakan kepada

Wajib Pajak melalui kuesioner yang dibagikan oleh penulis. Selain itu, di Kota

Malang sendiri semenjak tahun 2013 sampai dengan bulan Oktober 2017 baru

sekali dilaksanakan pemberian informasi yaitu tahun 2015 dan dilakukan kepada

ketua RT di seluruh Kota Malang terkait adanya perubahan Nilai Jual Obyek

Pajak sebagai dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan terutang.

Perbedaan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian sebelumnya adalah

menambahkan variabel dari penelitian terdahulu yaitu reputasi petugas pajak.

Pelayanan on the spot adalah jenis pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah

Kota Malang yang masih bersifat insindentil dan belum dilakukan secara

Page 32: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

10

terjadwal. Pelayanan on the spot ini adalah pelayanan yang dilakukan oleh

Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang dengan menggunakan mobil pajak

keliling untuk pembayaran PBB yang dilakukan di tempat-tempat tertentu dan

ketika ada kegiatan atau acara-acara tetentu. Pelayanan on the spot ini tidak

setiap hari tersedia, hanya tersedia ketika terdapat acara tertentu seperti ketika

Walikota Malang melakukan agenda blusukan, jalan sehat sadar pajak atau

acara lainnya terkait perpajakan.

Apabila dikaitkan dengan administrasi publik, maka variabel yang diteliti

dalam penelitian ini termasuk dalam lingkup administrasi publik. Menurut

pendapat Pasolong (2016) aspek paling penting dalam menentukan ruang

lingkup administrasi publik adalah kepentingan publik. Sedangkan ruang lingkup

administrasi publik menurut Pasolong (2006) yang sesuai dengan penlitian ini

antara lain: Kebijakan Publik, Pelayanan Publik, dan Etika Administrasi Publik.

Berdasarkan pendapat Pasolong tersebut di atas maka variabel yang diteliti

dalam penelitian ini yaitu sanksi termasuk ke dalam lingkup kebijakan publik

karena sanksi ini termuat dalam kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota

Malang berupa Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan. Sanksi yang diatur dalam Peraturan Daerah tersebut merupakan

sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sedangkan Pelayanan on the spot

termasuk dalam ruang lingkup administrasi publik yaitu pelayanan publik dan

reputasi petugas pajak termasuk dalam lingkup etika administrasi publik.

reputasi petugas pajak tersebut termasuk ke dalam ruang lingkup etika

administrasi publik karena reputasi petugas pajak berkaitan dengan tingkah laku

dari petugas pajak seperti kecakapan, keadilan, dan kejujuran.

Page 33: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

11

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaa, sanksi merupakan konsekuensi bagi wajib pajak yang terlambat

membayar pajak atau melakukan kecurangan dengan tidak melaporkan dengan

benar obyeknya dengan benar. Sanksi denda diberikan kepada wajib pajak yang

terlambat membayar pajak. Sedangkan sanksi pidana baik berupa kurungan

maupun penjara diberikan kepada wajib pajak yang menyembunyikan atau tidak

melaporkan dengan benar obyek pajaknya.

Sedangkan terkait dengan pelayanan, memberikan pelayanan kepada

masyarakat merupakan tugas dari pemerintah, oleh karena itulah maka

pemerintah harus memberikan pelayanan yang baik terutama dalam

pemungutan pajak. Menurut pendapat dari Zain(2007: 35) bahwa “harus

dikembangkan keyakinan pada para pembayar pajak, bahwa instansi pajak

dengan para petugasnya akan selalu menjadikan pekerjaan atau tindakan

memenuhi kewajiban perpajakan semudah dan sesederhana mungkin”.

Sedangkan pengertian pelayanan itu sendiri menurut Monir (2003:16) (dalam

Pasolong, 2010: 128) adalah “ proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas

orang lain secara langsung”. Apabila dikaitkan dengan perpajakan, dari definisi

tersebut dapat diartikan bahwa pelayanan dimaksudkan adalah pemenuhan

kebutuhan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak.

Pelayanan on the spot merupakan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah

Kota Malang dalam rangka pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

Pelayanan ini merupakan pelayanan yang mendekati wajib pajak karena

pelayanan ini dilakukan di kelurahan-kelurahan ketika Walikota Malang

melakukan blusukan. Hal ini dilakukan agar masyarakat mudah menjangkau

Page 34: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

12

lokasi pembayaran tinggalnya. Dengan pelayanan tersebut maka diharapkan

masyarakat akan memiliki persepsi yang baik terhadap pelayanan tersebut dan

meningkatkan kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.

Sedangkan reputasi petugas pajak diperlukan untuk meningkatkan

kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Hal ini dikarenakan oleh reputasi

petugas pajak yang baik, meliputi kecakapan, keadilan dan kejujuran, dapat

memberikan motivasi bagi wajib pajak untuk mau membayar pajak karena

merasa dapat mempercayai petugas pajak. Dari sisi kecakapan, apabila petugas

cakap, maka wajib pajak akan dapat menerima pelayanan sesuai dengan apa

yang dibutuhkan. Dari sisi keadilan, apabila wajib pajak yang merasa

diperlakukan adil tanpa dibeda-bedakan maka kemauan membayar pajaknya

akan meningkat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila wajib pajak

memiliki persepsi yang baik atas apa yang telah dilakukan pemerintah yaitu dari

segi sanksi, pelayanan, dan juga reputasi petugas pajaknya maka akan dapat

memotivasi wajib pajak untuk mau membayar pajak.

Permasalahan yang terjadi di Kota Malang sendiri terkait dengan masih

rendahnya kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan, dapat

dilihat dari data piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Kota Malang terus

bertambah dari tahun 2013-2016 seperti pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2: Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Kota MalangTahun 2013-2016

No Tahun Jumlah Wajib Pajak Jumlah (Rp)

1 2013 80.585 13.202.289.509

2 2014 80.415 13.601.791.593

3 2015 84.673 19.240.504.810

4 2016 93.759 20.296.192.996

Total 66.340.778.908

Sumber data: diolah Peneliti (2017)

Page 35: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

13

Dari tabel 2.1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah wajib pajak

maupun dari nominalnya piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang mengalami peningkatan dari tahun 2013, yaitu dimana tahun 2013 Pajak

Bumi dan Bangunan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang

sebelumnya pajak tersebut merupakan Pajak Pusat. Pada tahun anggaran 2013,

jumlah wajib pajak yang menunggak berjumlah 80.585 wajib pajak dengan

nominal piutang sebesar Rp 13. 202.289.509,00. Tahun anggaran 2014 jumlah

tersebut bertambah sebesar Rp 13.601.791.593,00 dengan jumlah wajib pajak

yang menunggak pada tahun 2014 sebanyak 80.415 wajib pajak. Pada tahun

anggaran 2015 jumlah tersebut bertambah dengan penambahan yang lebih

besar dari penambahan yang terjadi pada tahun anggaran 2014. Pada tahun

anggaran 2015 jumlah piutang Pajak Bumi dan Bangunan sebesar

Rp 19.240.504.810 dengan jumlah wajib pajak sebanyak 84.673 wajib pajak.

Sedangkan pada tahun anggaran 2016 jumlah piutang Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan sebesar Rp 20.296.192.996,00 dengan jumlah wajib pajak

93.759 wajib pajak. Apabila ditotal piutang tersebut diatas berjumlah

Rp 66.340.778.908,00.

Berdasarkan penelitian terdahulu, kajian teori dan permasalahan di atas

maka, peneliti ingin menguji hubungan sanksi, persepsi tentang pelayanan on

the spot, dan reputasi petugas pajak tehadap kemauan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian terdahulu, kajian teori dan kondisi di lapangan yang

dijelaskan diatas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain:

Page 36: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

14

1. Apakah ada hubungan antara sanksi dan kemauan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang?

2. Apakah ada hubungan antara persepsi tentang pelayanan on the spot dan

kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang?

3. Apakah ada hubungan antara reputasi petugas pajak dan kemauan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang?

4. Apakah ada hubungan sanksi, persepsi tentang pelayanan on the spot, dan

reputasi petugas pajak secara bersama-sama dengan kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menguji hubungan sanksi dan kemauan wajib pajak membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

2. Menguji hubungan persepsi tentang pelayanan on the spot dan kemauan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

3. Menguji hubungan reputasi petugas pajak dan kemauan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

4. Menguji hubungan sanksi, persepsi tentang pelayanan on the spot, dan

reputasi petugas pajak secara bersama-sama dengan kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas maka

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

Page 37: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

15

1. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan bermanfaat sebagai

bahan informasi atau masukan bagi Pemerintah Kota Malang khususnya

Badan Pelayanan Pajak Daerah dalam menyusun perencanaan dalam

membuat kebijakan terkait pajak daerah khususnya Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan dalam rangka meningkatkan kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

2. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan menjadi bahan kajian

atau referensi bagi peneliti berikutnya tentang usaha peningkatan kemauan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

Page 38: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab Pendahuluan, bahwa masalah

yang dikaji dalam penelitian yang akan dilakukan ini terkait faktor-faktor yang

berhubungan dengan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang, maka sudah sepatutnya penelitian ini memanfaatkan

hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Tujuannya adalah agarhasil

penelitian tersebut dapat memberi gambaran dan arah bagi penelitian yang akan

dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang dipilih ini adalah sebagaimana

disajikan dalam diskripsi di bawah ini.

1) Penelitian yang dilakukan oleh Katharina Gangl, Stephan Muehlbacher,

Manon de Groot, Sjoerd Goslinga,Eva Hofmann, Christoph Kogler, Gerrit

Antonides, and Erich Kirchler (2013) yang berjudul ‘‘How can I help you?’’

Perceived Service Orientationof Tax Authorities and Tax Compliance. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahfwa pelayanan dan kepatuhan wajib pajak

berhubungan secara signifikan dan pelayanan yang baik akan meningkatkan

kemauan untuk membayar pajak.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Merima Ali, Odd-Helge Fjeldstad and Ingrid

Hoem Sjursen (2014) berjudul “To Pay or not to Pay? Citizens’ Attitude

Toward Taxation in Kenya, Tanzania, Uganda and South Africa”. Hasil

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan publik serta pengetahuan

perpajakan dan kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan.

Page 39: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

17

3) Penelitian yang dilakukan oleh Pancawati Hardiningsih (2011) yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa:

a) Kesadaran membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap

kemauan membayar pajak;

b) Kualitas Layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak

c) Pengetahuan, pemahaman peraturan perpajakan, dan persepsi efektifitas

sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar

pajak,

4) Penlitian yang dilakukan oleh James alm and Jorge Martinez-Vazque

berjudul “Russian Attitudes Toward Paying Taxes – Before, During, and After

the Transition”. menyatakan bahwa yang dapat meningkatkan norma

kepatuhan bagi masyarakat Rusia adalah sistem pajak yang transparan,

pengurangan korupsi, administrasi perpajakan yang modern melalui

pelayanan, meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan hukum.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Andrea F.Presbitero, Agnese Sacchi, dan

Alberto Zazzaro yang berjudul “Property Tax and Fiscal Discipline in OECD

Countries” yang menyatakan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan memberikan

kontribusi yang besar terhadap total penerimaan dan mendukung untuk

keberlanjutan keuangan negara.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Ortega, Daniel; Ronconi, Lucas; Sanguinetti,

Pablo (2016) berjudul “Reciprocity and Willingness to Pay Taxes: Evidence

from a Survey Experiment in Latin America”. Penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan memberikan pelayanan yang lebih baik akan meningkatkan

Page 40: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

18

kemauan membayar pajak yang dapat meningkatkan pendapatan

pemerintah.

7) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Erzo F.P. Luttmen dan Monica Singhal

(2014) berjudul “Tax Morale” yang menyatakan bahwa moral

perpajakan(yang dilihat dari motivasi instrinsik, ketersediaan pelayanan akan

barang publik sebagai timbal balik pembayaran pajak, pengaruh teman dan

lingkungan sosial, budaya dan informasi) mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak.

8) Kerly Randlane (2015) berjudul “Tax compliance as a system: Mapping the

field” yang menyatakan bahwa pendekatan sistem terkait kepatuhan

merupakan dasar bagi pemerintah untuk mengembangkan strategi

administrasinya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

9) Timothy Besley, Anders Jensen, Torsten Persson (2014) yang berjudul “

Norm, Enforcement and Tax Evasion”. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa Norma dan penegakan undang-undang berpengaruh terhadap

penghindaran pajak.

10) Atiola Moses Idowu, Norhaya Kamarudin, Kamalasan Achu, dan Ibisola

Abayomi Solomon (2016) “A Review of Valuation Impact on Property Tax”.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pentingnya petugas pajak memiliki

keahlian atau sertifikasi penilai sehingga penilaian obyek Pajak Bumi dan

Bangunan dapat akurat serta dapat mengurangi jumlah wajib pajak yang

menghindari pajak atau tidak membayar pajak yang akan menyebabkan

piutang pajak dan menekan biaya administrasi.

Page 41: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

19

11) Penelitian yang dilakukan oleh Tina M.F. Beale, Rochelle A. Chnner Miller,

Amani Ishemo, dan Cadien A. Murray-Stuart (2016) yang berjudul “ Towards

Property Tax Compliance : a Case Study of Attitudes Toward Paying

Property Taxes in Jamaica” yang menyatakan bahwa yang berhubungan

dengan kemauan membayar pajak bumi dan bangunan adalah sistem

perpajakan, kualitas pelayanan publik, dan petugas pajak.

12) Tyler L. Gamble (2017) yang berjudul “ Using Behavioral Economic Nudges

to Increase Property Tax Compliance” yang menyatakan bahwa Hasil

Penelitian ini menyatakan bahwa dengan menerapkan sanksi maka

masyarakat akan mau membayar Pajak Bumi dan Bangunannya dengan

tepat waktu.

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

NONama Peneliti/

Judul PenelitianHasil Penelitian

Perbedaan denganPenelitian ini

Kontribusi padaPenelitian Ini

1. Katharina Gangl, Stephan Muehlbacher, Manon de Groot, Sjoerd Goslinga, Eva Hofmann, Christoph Kogler, Gerrit Antonides, and Erich Kirchler(2013) yang berjudul ‘‘How can I help you?’’ Perceived Service Orientation of TaxAuthorities and Tax Compliance

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan dan kepatuhan wajib pajak berhubungan secara signifikan dan pelayanan yang baik akan meningkatkan kemauan untuk membayar pajak.

a) Lokasi penelitian di Belanda.

b) Variabel yang diteliti adalah pelayanan saja

Mendukung dalammenentukanvariabel yang akanditeliti yaitupelayanan

2. Penelitian yang dilakukan oleh Merima Ali, Odd-Helge Fjeldstad and Ingrid Hoem Sjursen (2014) berjudul “To Pay ornot to Pay?

Pelayanan publik serta pengetahuan perpajakan dan kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan

1) Lokasi Penelitian :Kenya, Tanzania, Uganda, and South Africa

2) Meneliti 1 faktor dari 5 faktor yang diteliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan

Mendukung dalammenentukanvariabel yang akanditeliti yaitupelayanan

Page 42: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

20

NONama Peneliti/

Judul PenelitianHasil Penelitian

Perbedaan denganPenelitian ini

Kontribusi padaPenelitian Ini

Citizens’ Attitude Toward Taxation inKenya, Tanzania, Uganda and SouthAfrica”

yaitu kualitas pelayanan

3. PancawatiHardiningsih yangberjudul “Faktor-Faktor yangMempengaruhiKemauanMembayar Pajak”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:a) Kesadaran

membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak;

b) Kualitas Layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak

c) Pengetahuan, pemahaman peraturan perpajakan, dan persepsi efektifitas sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak

a) Lokasi Penelitian :KPP Pratama Jepara

b) Meneliti 1 faktor dari 5 faktor yang akan diteliti yaitu kualitas pelayanan

Mendukung dalammenentukanvariabel yang akanditeliti danpenentuan yaitupelayanan danindikator kemauanmembayar pajak

4. Penelitian yang dilakukan oleh James alm and Jorge Martinez-Vazque yang berjudul Russian attitudes toward payingtaxes – before, during, andafter the transition

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa yang dapat mempengaruhi motivasi intrinsik ataukemauan bagi masyarakat Rusia adalah sistem pajak yang transparan, pengurangan korupsi,administrasi

1) Lokasi penelitian : Rusia

2) Meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi norma kepatuhan

Mendukung dalammenentukanvariabel yang akanditeliti yaitukepercayaanterhadap sistempemerntahan danhukum

5. Andrea F.Presbitero, Agnese Sacchi, dan Alberto Zazzaro yang berjudul (2014)“Property Tax and Fiscal Discipline in OECD Countries”

menyatakan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan memberikan kontribusi yang besarterhadap total penerimaan dan mendukung untuk keberlanjutan keuangan negara.

1) Lokasi Penelitian:Roma, Italy

2) Membahaspentingnya PajakBumi danBangunan

Mendukungditelitinya PajakBumi danBangunanmengingt kontribusiPajak Bumi danBangunan bagikeberlanjutankeuangan negara

Page 43: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

21

NONama Peneliti/

Judul PenelitianHasil Penelitian

Perbedaan denganPenelitian ini

Kontribusi padaPenelitian Ini

6. Ortega, Daniel; Ronconi, Lucas; Sanguinetti, Pablo(2016) berjudul Reciprocity and Willingness to Pay Taxes: Evidence from a Survey Experiment in Latin America

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memberikan pelayanan yang lebih baik akan meningkatkan kemauan membayar pajak yang dapat meningkatkan penda-patan Pemerintah

a) Lokasi penelitian : di Amerika Latin

b) Variabel yang diteliti hanya pelayanan saja

Mendukung dalammenentukanvariabel yang akanditeliti yaitupelayanan

7. Penelitian yangdilakukan olehErzo F.P. Luttmendan MonicaSinghal (2014)berjudul “TaxMorale”

Penelitian ini menunjukkan bahwa moral perpajakan(yang dilihat dari motivasi instrinsik, ketersediaan pelayanan akan barang publik sebagai timbal balik pembayaran pajak, pengaruh teman dan lingkungan sosial, budaya dan informasi) mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

1) Lokasi : di Jerman2) Menggunakan

studi literatur dandiskusi

Mendukungvariabel yang akanditeliti yaitupelayanan

8 Kerly Randlane(2015) berjudul“Tax complianceas a system:Mapping the field”

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pendekatan sistem terkait kepatuhan merupakan dasar bagi pemerintah untuk mengembangkan strategi administrasinya dalam meningkatkan kepatuhan

1) Lokasi penelitian:Estonia

2) Meneliti tentangcaramengembangkanstrategiadministrasi untukmeningkatkankepatuhan wajibpajak

Mendukung konsepkemauanmembayar pajak

9 Timothy Besley,Anders Jensen,Torsten Persson(2014) yangberjudul “ Norm,Enforcement andTax Evasion”.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa norma dan penegakan undang-undang mempengaruhi masyarakat untk tidak melakukan penghindaran pajak.

1) Lokasi Penelitian:United Kingdom

2) Variabel yangditeliti hanya satuyang sama yaituterkait pengakanundang-undangsedangkanpelayanan danreputasi petugaspajak tidak diteliti

Mendukung untukpembahasan tekaitsanksi

Page 44: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

22

NONama Peneliti/

Judul PenelitianHasil Penelitian

Perbedaan denganPenelitian ini

Kontribusi padaPenelitian Ini

10 Atiola MosesIdowu, NorhayaKamarudin,Kamalasan Achu,dan IbisolaAbayomi Solomon(2016) yangberjudul “AReview ofValuation Impacton Property Tax”

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pentingnya petugas pajak memiliki keahlian atau sertifikasi penilai sehingga penilaian obyek Pajak Bumi dan Bangunan dapat akurat serta dapat mengurangi jumlah wajib pajak yang menghindari pajak atau tidak membayar pajak yang akan menyebabkan piutang pajak dan menekan biaya administrasi.

1) Lokasi Penelitian:Malaysia

2) Menelitipentingnyakeahlian dalammenilai bagipetugas pajak.

Mendukungpembahasan terkaitdengan kemaunmwmbayar PajakBumi dan Bangunanapabila penilaianobyek pajak akuratsehingga dapatmengurangi piutang

11. Tina M.F. Beale, Rochelle A. Chnner Miller, Amani Ishemo, dan Cadien A. Murray-Stuart (2016) yang berjudul “ Towards PropertyTax Compliance : a Case Study of Attitudes Toward Paying Property Taxes in Jamaica”

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa yang berhubungan dengan kemauan membayar pajak bumi dan bangunan adalah sistem perpajakan, kualitas pelayanan publik, dan petugas pajak.

1) Lokasi penelitian:Jamaica

2) Selain survey jugamenggunakanGeographicInformationSystem

Mendukung variabelpelayanan danreputasi petugaspajak

12. Tyler L. Gamble(2017) yangberjudul “ UsingBehavioralEconomic Nudgesto IncreaseProperty TaxCompliance”

Hasil Penelitian ini menyatakan bahwa dengan meerapkan sanksi maka masyarakat akan mau membayar Pajak Bumi dan Bangunannya dengan tepat waktu

1) Lokasi penelitian:North Carolina

2) Meneliti tentangketepatan waktudalam membayarPajak Bumi danBangunan

Mendukung variabelsanksi

Sumber: Data diolah Penulis, 2017

Dari ringkasan penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pengaruh dari

faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayarpajak, yaitu: keadilan

Page 45: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

23

sistem perpajakan, Kesadaran membayar pajak, Kualitas Layanan, pelayanan,

pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik

atas efektivitas sistem perpajakan dan sanksi, sistem pajak yang transparan,

pengurangan korupsi, dan administrasi perpajakan yang modern melalui

pelayanan.

2.2. Kerangka Dasar Teoritik

2.2.1 Desentralisasi

Reformasi politik yang terjadi pada tahun 1998 telah mengubah

pemerintahan yang sentralistik menjadi pemerintahan yang desentralistik.

Pemerintahan yang desentralistik diwujudkan dengan pemberian otonomi daerah

oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Otonomi daerah dimulai

sejak 1 Januari 2001. Daerah-daerah otonom (kabupaten/kota) diberi

kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai aspirasi

masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam

Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

disebutkan ada dua prinsip keuangan daerah. Pertama, dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah kewenangan yang melekat pada setiap

kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan daerah. Kedua, untuk

Page 46: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

24

menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab,

diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri

yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah

serta antara propinsi dengan kabupaten/kota.

Dengan desentralisasi ini, maka secara umum hal-hal yang berkaitan

dengan stabilisasi dan distribusi dilakukan oleh pemerintah pusat, sementara

fungsi alokasi dlaksanakan oleh pemerintah daerah, karena daerah lebih

mengetahui kondisi riil di lapangan atau kebutuhan masyarakat setempat.

Daerah diberikan kewenangan untuk mengelola keuangannya sendiri dengan

harapan terwujudnya keseimbangan yang lebih transparan dan akuntabel dalam

pendistribusian kewenangan, pembiayaan, dan penataan sistem pengelolaan

keuangan yang lebih baik dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah

secara optimal sesuai dinamika dan tuntutan aspirasi masyarakat yang

berkembang.

Hal ini berarti, daerah telah diberi kewenangan untuk membuat

perencanaan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi

kebijakan-kebijakan daerah. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan kepada

Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

yang tentunya memerlukan dukungan tersedianya pendapatan daerah yang

memadai. Dengan melaksanakan optimalisasi sumber-sumber penerimaan

daerah sama artinya dengan meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Oleh karena

itulah Pemerintah Daerah harus dapat menggali sumber-sumber pendapatan

daerah bagi pembiayaan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.

2.2.2 Desentralisasi Fiskal

Page 47: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

25

Desentralisasi fiskal menurut Bird dan Vallaincort (1998) (dalam Kuncoro,

2012: 322) adalah “suatu cara yang dilakukan oleh setiap negara dalam

mengatur sektor publik yang dalam hal ini selalu mencerminkan sejarah,

geografi, keseimbangan politik, tujuan kebijakan,dan karakteristik lain yang

berbeda tajam antara satu negara dengan negara lainnya”. Isu sentral terkait

desentralisasi fiskal ini menurut (Kuncoro, 2012: 322) antara lain: alokasi dari

setiap fungsi fiskal, efektivitas penugasan penerimaan, instrumen perpajakan

yang tepat, peranan dana transfer pemerintah, dan pengalihan tanggung jawab

dari pusat ke daerah. Sedangkan menurut Khusaini (2006: 97) desentralisasi

fiskal adalah “ pelimpahan kewenangan di bidang penerimaan anggaran atau

keuangan yang sebelumnya tersentralisasi, baik secara administrasi maupun

pemanfaatannya diatur dan dilakukan oleh pemerintah pusat”.

Manfaat dari desentralisasi fiskal menurut Adisasmita (2014: 87) antara

lain:

a. Medorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat

dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil

pembangunan di seluruh daerah di Indonesia;

b. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran

mengambil keputusan ke tingkat pemerintah yang lebih rendah.

Menurut pendapat Khusaini (2006: 99) terdapat 3 (tiga) variabel yang

mewakili desentralisasi fiskal, yaitu:

1. Desentralisasi Pengeluaran

Variabel ini merupakan rasio pengeluaran total masing-masing

kabupaten/kota terhadap pengeluaran pemerintah pusat.

2. Desentralisasi Pengeluaran Pembangunan

Page 48: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

26

Variabel ini didefinisikan sebagai rasio total pengeluaran pembangunan

masing-masing kabupaten/kota (APBD) terhadap total pengeluaran

pembangunan nasional (APBN) (Zhang dan Zhou, 1998) (dalam Khusaini

2006: 100).

3. Desentralisasi Penerimaan

Didefinisikan sebagai rasio total penerimaan masing-masing kabupaten/kota

terhadap total penerimaan pemerintah pusat.

Prinsip dan tujuan dari pelaksanaan desentralisasi fiskal menurut

Mardiasmo (2000) antara lain:

a. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah (vertical

fiskal imbalance) dan antar daerah (horizontal fiskal imbalance).

b. Meningkatkan kualitas pelayanan publik didaerah dan mengurangi

kesenjangan antar daerah

c. Meningkatkan efisiensi sumber daya manusia

d. Tata kelola, transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan kegiatan

pengalokasian transfer ke daerah yang tepat sasaran

e. Mendukung kesinambungan fiskal dalam kebijakan ekonomi makro.

Desentralisasi fiskal dapat diukur melalui ringkat kemandirian daerah.

Davey (1988:260) menyatakan “bahwa pemerintah daerah akan menikmati

tingkat otonomi daerah yang diinginkan yaitu kebebasan bertindak – jika mereka

sendiri yang mencari sebagian besar uang yang mereka perlukan dan mereka

belanjakan”. Dari pendapat Davey tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemerintah daerah harus terus meningkatkan pendapatan daerahnya untuk

mendukung peningkatan kemandrian daerah.

2.2.3 Keuangan Daerah

Page 49: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

27

Menurut pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang dimaksud keuangan daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah

tersebut.

Tujuan keuangan daerah menurut Adisasmita (2014:2) antara lain:

a) Menjamin tersedianya keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan

daerah;

b) Meningkatkan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip,

norma, asas dan standar akuntansi;

c) Meningkatkan pedapatan asli daerah secara kreatif melalui penggalia

potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi.

Menurut Halim (2004: 92) tiga aspek dalam pengelolaan Keuangan Daerah

antara lain:

1. Analisis Penerimaan, yaitu analisis tentang kemampuan pemerintah daerah

dalam menggali sumber pendapatannya yang potensial dan biaya untuk

memperoleh pendapatan tersebut;

2. Analisis Pengeluaran, yaitu analisis tentang besarnya biaya pelayanan publik

dan apakah yang menyebabkan biaya tersebut meningkat;

3. Analisis Anggaran, yaitu analisis hubungan antara anggaran dan

pendapatan serta kecenderungan yang diproyeksikan di masa depan.

Apabila membahas tentang pembiayaan dalam penyelenggaraan tugas

Pemerintah daerah dan DPRD yang berasal dari APBD maka yang sangat

penting untuk diperhatikan adalah seberapa besar pendapatan daerah.

Page 50: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

28

Pendapatan daerah harus dapat menutupi pengeluaran daerah. Hal tersebut

senada dengan pendapat Halim (2004: 71) yang mengatakan bahwa “ Apabila

rencana kebutuhan belanja lebih besar dari rencana penerimaan daerah, maka

daerah harus berupaya menutupi kekurangan (defisit) yang terjadi”.

2.2.4 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004, “ Pendapatan Asli Daerah

adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam

daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Sedangkan menurut Mardiasmo

(2004: 132) PAD adalah “ penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.

Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004 pasal 6, “ Sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1) Pajak daerah,

2) Retribusi daerah,

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) yang sah”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, sumber pendapatan yang berasal dari pajak

daerah dan retribusi daerah dirinci sebagai berikut:

a. Pajak Provinsi terdiri dari: (1) pajak kendaraan bermotor; (2) bea balik nama

kendaraan bermotor; (3) pajak bahan bakar kendaraan bermotor; (4) pajak

air permukaan; dan (5) pajak rokok.

Page 51: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

29

b. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari: (1) pajak hotel; (2) pajak restoran; (3)

pajak hiburan; (4) pajak reklame; (5) pajak penerangan jala; (6) pajak

mineral bukan logam dan batuan; (7) pajak parkir; (8) pajak air tanah; (9)

pajak sarang burung walet; (10) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan; dan (11) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

c. Retribusi Daerah, meliputi: (1) retribusi jasa umum; (2)retribusi jasa usaha;

dan (3) retribusi perizinan tertentu.

2.2.5 Pajak

2.2.5.1 Definisi Pajak dan Pajak Daerah

Terdapat beberapa definisi pajak menurut para ahli. Defini pajak menurut

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H (dalam Resmi, 2016: 1) adalah “ peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran

rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber

utama untuk membiayai public investment. Sedangkan menurut Pandiangan

(2013:4) pajak yaitu:

“pembayaran atau pengalihan sebagian penghasilan atau harta kekayaanyang dimiliki oleh masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakanberdasarkan undang-undang sebagai bentuk keikutsertaan dan partisipasimasyarakat dalam negara, namun pembayarannya tidak mendapat balasjasa secara langsung, yang digunakan untuk membiayai tugas negara demimeningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.”

Pajak menurut Dr. N. J. Feldmann (dalam Resmi, 2016: 1) adalah “prestasi yang

dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma

yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-

mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.

Dari definisi pajak di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Page 52: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

30

a) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya;

b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah;

c) Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah;

d) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai

public investment.

Sedangkan beberapa pengertian pajak daerah menurut ahli adalah sebagi

berikut. “Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada

orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah” (Siahaan, 2005: 10). Pajak Daerah menurut Sunarto

(2005: 15) adalah “ pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik provinsi

maupun kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang penerimaan

pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,

adalah “kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Page 53: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

31

Dalam hal perpajakan daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk

menetapkan dan memungut berbagai jenis pajak daerah sesuai dengan potensi

yang dimilikinya. Sedangkan landasan hukum penetapan pajak daerah adalah

Peraturan Daerah (Perda) yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Menurut Adisasmita (2014: 101) menyebutkan bahwa” pemerintah

daerah mempunyai kebebasan yang lebih besar dalam tindakan di bidang

keuangan, Pemda dapat mengubah tarif sumber-sumber pajak daerah”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah Terdiri

dari:

a. Pajak Provinsi yang terdiri dari:

(1) pajak kendaraan bermotor;

(2) bea balik nama kendaraan bermotor;

(3) pajak bahan bakar kendaraan bermotor;

(4) pajak air permukaan; dan (5) pajak rokok.

b. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:

(1) pajak hotel;

(2) pajak restoran;

(3) pajak hiburan;

(4) pajak reklame;

(5) pajak penerangan jala;

(6) pajak mineral bukan logam dan batuan;

(7) pajak parkir;

(8) pajak air tanah;

(9) pajak sarang burung walet;

(10) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; dan

Page 54: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

32

(11) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

2.2.5.2 Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

Menurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan, Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah

pajakatasbumidan/atau bangunanyangdimiliki,dikuasai, dan/atau dimanfaatkan

oleh orang pribadi atau Badan untuk perkotaan kecuali kawasan yang digunakan

untuk kegiatanusahaperkebunan,perhutanan, dan pertambangan.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan menurut Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Pasal 3

ayat 1 adalah “Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan untuk perkotaan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,perhutanan,dan

pertambangan”. TermasukdalampengertianBangunanantara lain:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel,

pabrik dan emplasemennya yang merupakan suatu kesatuan dengan

kompleks bangunantersebut;

b. Jalan tol;

c. Kolam renang;

d. Pagar mewah;

e. tempat olahraga;

f. taman mewah;

g. tempat penampungan minyak,air dan gas,pipa minyak; dan

Page 55: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

33

h. menara.

Sedangkan Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan

adalah objek pajak yang:

a. digunakan oleh Pemerintah,Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah

untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak

dimaksudkan untuk memperolehkeuntungan;

c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang

sejenisdenganitu;

d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional

dan tanah negara yang belumdibebani suatu hak.

Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan menurut Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Pasal 5

ayat 1adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak

atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. ApabilaObjek Pajak

belum jelas diketahui Wajib Pajaknya, Walikota dapat menetapkan Subjek Pajak

sebagai WajibPajak. Subyek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat

dikenakan Pajak. Apabila Subjek Pajak yang ditetapkan sebagaimana Wajib

Pajak, dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Walikota bahwa ia

bukan Wajib Pajak terhadap Objek Pajak dimaksud. Apabila keterangan tersebut

disetujui, maka Walikota membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak, dalam

Page 56: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

34

jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.

Namun apabila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Walikota

mengeluarkan keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. Apabila

setelah jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya keterangan

tersebut, Walikota tidak memberikankeputusan, maka keterangan yang diajukan

itu dianggap disetujui dan Walikota segera membatalkan penetapan sebagai

Wajib Pajak.

Nilai Jual Obyek Pajak menurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011

tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah “harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak

terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandinganharga dengan

objek lain yang sejenis,ataunilaiperolehanbaru,atauNJOPpengganti”.Besarnya

NJOP Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah) untuk setiap WajibPajak.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan menurut

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan Pasal 6 ayat 1 adalah Nilai Jual Obyek Pajak.

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Pasal 7

ayat 1 adalah sebagai berikut:

Page 57: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

35

a. untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus

juta rupiah) ditetapkan sebesar 0,055 % (nol koma nol lima puluh lima

persen) per tahun;

b. untuk NJOP Rp. 1.500.000.001,00 (satu milyar lima ratus juta satu rupiah)

sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) ditetapkan

sebesar 0,112 % (nol koma seratus dua belas persen) per tahun;

c. untuk NJOP Rp. 5.000.000.001,00 (lima milyar satu rupiah) sampai dengan

Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,145 %

(nol koma seratus empat puluh lima persen) per tahun;

d. untuk NJOP diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah)

ditetapkan sebesar 0,113 % (nol koma seratus tiga belas persen) per tahun.

Dalam hal pemanfaatan bumi dan/atau bangunan ramah lingkungan

dan/atau merupakan bangunan atau lingkungan cagar budaya, maka dapat

diberikan pengurangan paling banyak sebesar 50 % (lima puluh persen) dari tarif

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak sebagaimana dimaksud, setelah dikurangi NJOP Tidak Kena

Pajak.

Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Obyek

Pajak (SPOP). Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan adalah “surat yang digunakan oleh Wajib Pajakuntuk melaporkan data

subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah”. SPOP harus diisi dengan

Page 58: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

36

jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Walikota

atau Pejabat yang ditunjuk, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah

tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

2.2.5.3 Jenis Pajak

Beberapa jenis paajk menurut Resmi (2016: 7-8) adalah:

1) Menurut Golongan

Pajak menurut golongannya terdiri dari:

a) Pajak Langsung;

Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri

oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada

orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang

bersangkutan. Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh), PPh dibayar atau

ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan

tersebut.

b) Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau ihak ketiga. Pajak

tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau

perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi

penyerahan barang dan jasa. Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN). PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang

dan jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual

barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit

maupun implisit (dimasukkan dalam harga jual barang dan jasa).

Page 59: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

37

2) Menurut Sifat

a) Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan

keadaan subjeknya. Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh). Dalam PPh

terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang pribadi. Pengenaan PPh

untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi Wajib

Pajak (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya).

Keadaan pribadi wajib Pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk

menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak.

b) Pajak Objektif

Pajak Objektif merupakan pajak yang pengenaannya memperhatika

objeknya,baik berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa

yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) dan tempat

tinggal. Contonya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3) Menurut Lembaga pemungutnya

c) Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak Negara (Pajak Pusat merupakan pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat. Contohnya: PPh, PPN, dan PnBM.

d) Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,

baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II ( pajak

Kabupaten/Kota, dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

Page 60: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

38

masing-masing. Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009.

2.2.5.4 Fungsi Pajak

Menurut Rahayu (2010) fungsi pajak antara lain:

1. Fungsi Budgetair

Fungsi Budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal

function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana

secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan

berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi

sebagai alat untuk memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam

kas negara atau anggaran pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan

dana untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan

pajak dari penduduknya. Disebut sebagai fungsi utama karena secara

historis pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk

menghimpun dana dari masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara

langsung dari zaman sebelum masehi sudah dilakukan. Pengumpulan dama

dari pajak adalah seoptimal mungkin, karena memasukkan dana secara

optimal buka berarti memasukkan dana secara maksimal, atau sebesar-

besarnya, tetapi usaha memasukkan dana jangan sampai ada yang

terlewatkan, baik subyek pajak maupun obyek pajaknya.

2. Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat

kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Selain untuk

memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula

Page 61: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

39

sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana

perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.

Fungsi regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend

ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair.

2.2.5.5 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam rangka memungut pajak menurut Resmi (2016: 10-11) dikenal

beberapa sistem pemungutan pajak, antara lain: Official Assessment System,

Self Assessment System, dan With Holding System.

a) Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah

pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para

aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan

pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan

dominan ada pada aparatur perpajakan).

b) Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib

Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, memahami undang-

Page 62: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

40

undang perpajakan yang sedang berlaku, mempunyai kejujuran yang tinggi,

dan menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.

c) With Holding System

With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan

sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Keputusan

presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong serta memungut pajak,

menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang

tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. Peranan dominan pada pihak

ketiga.

2.2.5.6 Syarat Pemungutan Pajak

Pajak yang dibebankan kepada masyarakat haruslah tidak boleh terlalu

tinggi dan tidak boleh terlalu rendah. Menurut Sumarsan (2013: 7) apabila pajak

terlalu tinggi maka masyarakat akan enggan membayar dan apabila terlalu

rendah maka pembangunan tidak akan berjalan karena kekurangan dana. Oleh

karena itulah, maka menurut Sumarsan (2013: 7-8) pemungutan pajak harus

memenuhi syarat:

1) Adil

Seperti halnya produk hukum, pajak pun mempunyai tujuan untuk

menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-

undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Misalnya: (1) Dengan

Page 63: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

41

mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak; (2) Pajak diberlakukan bagi

setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak; (3) Sanksi

atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat

ringannya pelanggaran.

2) Tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak

mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan,

maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan

masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak,

terutama masyarakat kecil dan menengah.

3) Efisien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalm rangka pemungutan pajak harus

diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada

biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itulah, sistem pemungutan

pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian,

wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik

dari segi perhitungan maupun dari segi waktu.

4) Sederhana

Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung

beban pajak yang harus dibayarnya. Apabila sistem pajak sederhana maka

akan meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Namun jika sistem

pajak rumit maka orang akan semakin enggan membayar pajak.

Page 64: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

42

2.2.6 Kemauan Membayar Pajak

Norman D. Nowak (1970) (dalam Zain, 2007:31) mengatakan bahwa

“peningkatan penerimaan pajak akibat verifikasi aparat perpajakan, aktivitas para

ahli hukum, para akuntan serta tehnisi lainnya dan keputusan peradilan

perpajakan, hanya sebesar 3%-5% dari total penerimaan, sedangkan sisanya

sebesar 95% adalah hasil dari pengembangan iklim perpajakan. Sedangkan

menurut Zain (2007: 31) faktor dominan yang berpengaruh terhadap

perkembangan iklim perpajakan adalah cara pandang wajib pajak yang

mempengaruhi kemauan wajib pajak untuk membayar pajak sesuai peraturan

yang berlaku.

Kemauan membayar pajak menurut Zain (2007:30) adalah sampai sejauh

mana wajib pajak akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

dalam membayar pajak. Maksudnya adalah seberapa besar keinginan wajib

pajak untuk membayar pajak. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kemauan membayar pajak menurut Zain (2007:33-38) antara lain: (1)

sanksi; (2) pelayanan; (3) reputasi petugas pajak. Selain itu menurut Randlane

(2013) “Willingness to pay tax is called tax moral. Tax morale is the attitude of

individuals toward paying taxes, their personal belief, norms, and intrinsic

motivation”. Dari pendapat Randlane tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

kemauan membayar pajak merupakan sikap seseorang terhadap pembayaran

pajak, keyakinan pribadi, norma, dan motivasi. Dari pendapat Zain dan Randlane

tersebut dapat disimpulkan bahwa kemauan membayar pajak merupakan sikap

seseorang terhadap pembayaran pajak, sampai sejauh mana wajib pajak akan

mematuhi peraturan perpajakan dalam membayar pajaknya.

Page 65: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

43

Indikator kemauan membayar pajak menurut Hardiningsih (2011) antara

lain:

a. Menyiapkan dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak

b. Mengetahui informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak

c. Mengetahui informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak

d. Alokasi dana untuk membayar pajak

2.2.7 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kemauan Membayar Pajak

2.2.7.1 Sanksi

Menurut Richard Burton (2002) “Kaidah Hukum (hukum pajak) berupa

sanksi pidana maupun administrasi pada dasarnya dimaksudkan agar

masyarakat patuh dan mau melunasi kewajibannya untuk melunasi utang

pajaknya dengan baik dan benar”. Sedangkan menurut Mardiasmo (2009: 56)

“Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Menurut

Zain (2007:34) “sanksi berhubungan dengan kemauan membayar pajak karena

sanksi, terutama sanksi pidana akan membuat wajib pajak takut untuk

mendekam di penjara sehingga mereka mau membayar pajak, namun pada

umumnya wajib pajak tidak takut dengan sanksi administrasi”. Wajib Pajak pada

umumnya akan merasa takut akan ancaman hukuman apabila diketahui

melakukan kecurangan. Menurut beberapa administrator, apabila dengan

ancaman hukuman saja wajib pajak merasa takut maka tidak perlu dilakukan

tindakan apapun untuk membuat wajib pajak patuh terhadap peraturan

perpajakan. Perasaan takut akan tertangkap dan dipenjarakan akibat melanggar

peraturan perpajakan merupakan alat pencegah yang ampuh untuk mengurangi

Page 66: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

44

pelanggaran terhadap peraturan.

Terdapat 2(dua) macam sanksi dalam perpajakan menurut Rahayu(2010:),

yaitu:

1. Sanksi administrasi

Sanksi administrasi menurut Rahayu (2010) terdiri dari:

a. Denda, yaitu sanksi yang dikenakan terkait pelanggaran terhadap

kewajiban pelaporan

b. Bunga, yaitu sanksi yang dikenakan terkait pelanggaran terhadap

kewajiban pembayaran pajak

c. Kenaikan, yaitu sanksi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus

dibayar, terkait pelanggaran terhadap kewajiban yang diatur dalam

ketentuan material

2. Sanksi pidana

Dalam Rahayu (2010) dijelaskan bahwa sanksi pidana yang dapat

dikenakan terhadap pelanggaran terhadap peraturan perpajakan adalah

berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara. Menurut Rahayu dan

Suandy (2010) perbedaan pidana kurungan dan pidana penjara adalah

sebagai berikut:

a. Pidana kurungan

1) Terhukum menjalani hukuman di rumah sendiri, dengan kewajiban

melapor kepada yang berwajib

2) Hukuman kurungan maksimal 1 tahun

3) Terhukum dalam melakukan aktifitas pekerjaan lebih ringan

4) Tahanan kurungan lebih leluasa dikunjungi sanak saudaranya, dapat

melakukan aktivitas lain, misalnya ada alat hiburan, mendengarkan

Page 67: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

45

musik, membaca buku

5) Tidak ada pembagian kelas antara pidana yang pernah dilakukan

6) Pidana kurungan dapat menjadi pengganti hukuman denda

b. Pidana penjara

1) Terhukum dalam menjalani pidana di tempat tertentu, seperti di

gedung atau di pulau terpencil

2) Hukuman batas maksimal seumur hidup atau dihukum mati

3) Pekerjaan di lembaga pemasyarakatan lebih banyak dan berat

Indikator sanksi menurut Adam Smith (dalam Rahayu, 2010:63) antara lain:

a. Sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak harus jelas

b. Sanksi Perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak ada

komromi

c. Sanksi yang diberikan seimbang

d. Sanksi yang diberikan memberikan efek jera

2.2.7.2 Persepsi Tentang Pelayanan On The Spot

Pelayanan on the spot yaitu pelayanan pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan dengan mobil pajak keliling ketika ada blusukan atau acara

perpajakan sehingga memudahkan dan lebih dekat dengan wajib pajak. Dalam

rangka mengetahui bagaimana pendapat wajib pajak tentang pelayanan on the

spot ini, maka digunakan teori persepsi dan teori tentang kualitas pelayanan.

Persepsi menurut pendapat dari Robbins (2013:200) adalah “proses di

mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka

guna memberikan arti bagi lingkungan mereka”. Indikator Persepsi menurut

Robbins (2013) adalah:

Page 68: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

46

1) Penerimaan

Menurut Robbins (2013) proses penerimaan merupakan indikator terjadinya

persepsi dalam tahap fisiologi, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap

rangsang dari luar.

2) Interpretasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) interpretasi adalah

pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu atau

tafsiran.

Sedangkan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh wajib pajak

digunakan indikator ukuran kepuasan wajib pajak yang tedapat pada lima

dimensi kualitaas pelayanan menurut Zethaml-Parasuraman-Berry (1990)(dalam

Pasolong, 2016: 135) yaitu:

1) Tangibles

Tangibles merupakan kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran,

komputerisasi administrasi, ruang tunggu, dan tempat informasi.

2) Reliability

Reliability merupakan kemampuan dan keandalan untuk menyediakan

pelayanan yang terpercaya.

3) Responsive

Responsive merupakan kesanggupan untuk membantu dan menyediakan

pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan

konsumen.

4) Assurance

Assurance merupakan kemampuan dan keramahan serta sopan santun

pegawai dalam meyakinkan konsumen.

Page 69: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

47

5) Emphaty

Sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.

2.2.7.3 Reputasi Petugas Pajak

Reputasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan yang

menyebabkan mendapatkan nama baik. Reputasi petugas pajak ini erat

kaitannya dengan etika administrasi publik, apabila perbuatan yang dilakukan

oleh petugas etis atau baik maka petugas akan mendapatkan nama baik.

Menurut Bentham (1789)(dalam Pasolong, 2016: 194) mengatakan bahwa “

prinsip etis dan tidak etisnya suatu kegiatan tergantung kepada kecenderungan

menghasilkan kebahagiaan, atau mengurangi kebahagiaan”. Mengikuti Jeremy

Bentham , John Stuart Mill (1861) (dalam Pasolong, 2016: 195) mengatakan

bahwa “suatu kegiatan dianggap baik secara etis apabila dapat meningkatkan

kebahagiaan dan tidak etis atau buruk apabila tidak mendatangkan kebahagiaan

atau kesenangan”.

Menurut Zain (2007) reputasi petugas pajak mempengaruhi kemauan wajib

pajak membayar pajak. Reputasi petugas pajak yang meliputi kecakapan,

kecepatan, ketepatan, keadilan dan kejujuran dalam melayani masyarakat.

Sesuai dengan pendapat Bentham yang didukung oleh John Stuart Mill diatas

dan dikaitkan dengan indikator reputasi petugas pajak menurut(2007) maka

reputasi petugas pajak akan baik apabila petugas pajak dapat melaksanakan

indikator tersebut dengan baik sehingga dapat mendatangkan kebahagiaan atau

kesenangan bagi wajib pajak yang dilayani.

Indikator Reputasi Petugas Pajak menurut Zain (2007:36) antara lain:

a. Kecakapan teknis

Page 70: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

48

b. Cepat dalam pemberian layanan

c. Tepat dalam pemberian layanan

d. Adil dalam melayani

2.2.8 Administrasi Publik

2.2.8.1 Pengertian Administrasi Publik

Menurut Chandler dan Plano dalam (Keban, 2004:3) Administrasi Publik

adalah “proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan

dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola

(manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik”. Sedangkan menurut

Marshall E. Dimock, Gladys O. Dimock dan Louis W Koenig dalam (Pasolong,

2016:7) administrasi publik adalah “kegiatan pemerintah di dalam melaksanakan

kekuatan politiknya”. Sedangkan menurut pendapat Jhon M pfiffner dan Robert V

Prethus dalam (Pasolong , 2016:7) administrasi publik meliputi:

“(1) implementasi kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik;(2) koordinasi usaha-usaha perorangan dan kelompokuntuk melaksanakan kegiatan pemerintah;(3) Suatu proses yang bersangkutandengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarahan kecakapandan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksudterhadap usaha sejumlah orang.”

Dari beberapa definisi di atas maka Pasolong mendefinisikan administrasi

publik sebagai “ kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga

dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan

secara efisien dan efektif”.

Page 71: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

49

2.2.8.2 Ruang Lingkup Administrasi Publik

Ruang lingkup administrasi publik disampaikan oleh beberapa ahli. Menurut

Nicholas Henry dalam (Pasolong, 2016:19) ruang lingkup administrasi publik

antara lain:

1. Organisasi publik, pada prinsipnya berkenaan dengan model-model

organisasi dan perilaku organisasi;

2. Manajemen publik, yaitu berkenaan dengan sistem dan ilmu manajemen,

evaluasi program dan produktivitas, anggaran publik dan manajemen

sumber daya manusia; dan

3. Implementasi, yaitu menyangkut pendekatan terhadap kebijakan publik dan

implementasinya, privatisasi, administrasi antar pemerintahan dan etika

birokrasi.

Menurut Dimock dan Dimock dalam (Pasolong, 2016: 20) membagi

administrasi publik ke dalam empat komponen, yaitu:

1. Apa yang dilakukan pemerintah, pengaruh kebijakan dan tindakan-

tindakan politis, dasr-dasar, wewenang, lingkungan kerja pemerintah,

penentuan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan administratif yang bersifat

ke dalam, dan rencana-rencana;

2. Bagaimana pemerintah mengartur organisasi, personalia, dan

pembiayaan usaha-usahanya, struktur administrasi dari segi formalnya;

3. Bagaimana para administrator mewujudkan kerja sama (teamwork).

Aliran dan proses administrasi dalam pelaksanaan, dengan titik berat

pada pimpinan, tuntutan, koordinasi, pelimpahan wewenang, hubungan

pusat dan bagian-bagian, pengawasan, moril, hubungan masyarakat dan

sebagainya; dan

Page 72: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

50

4. Bagaimana pemerintah tetap bertanggung jawab baik mengenai

pengawasan dalam badan-badan eksekutif sendiri, dan yang lebih

penting lagi mengenai pengawasan oleh badan-badan perwakilan rakyat,

badan-badan yudikatif, dan berbagai badan lainnya.

Sementara itu, lingkup administrasi publik menurut Keban dalam

(Pasolong, 2016:21) meliputi:

1. Kebijakan;

2. Organisasi;

3. Manajemen;

4. Moral dan etika;

5. Lingkungan; dan

6. Akuntabilitas

Sedangkan menurut Pasolong ruang lingkup administrasi publik antara lain:

1. Kebijakan publik;

2. Birokrasi publik;

3. Manajemen publik;

4. Kepemimpinan;

5. Pelayanan publik;

6. Administrasi kepegawaian negara;

7. Kinerja; dan

8. Etika administrasi publik.

Page 73: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

51

2.2.9 Pelayanan Publik

2.2.9.1 Definisi Pelayanan

Pada dasarnya pelayanan ialah kegiatan seseorang, sekelompok dan/

atau organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi

kebutuhan. Menurut pendapat Moenir (2013) (dalam Pasolong, 2016: 128)

pelayanan adalah “proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain

secara langsung. Sedangkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993)

(dalam Pasolong, 2016: 128) berpendapat bahwa pelayanan adalah “segala

bentuk kegiatan pelayanan dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat”.

2.2.9.2 Definisi Pelayanan Publik

Definisi Pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik adalah “kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.

Pelayanan publik menurut Sinambela (dalam Pasolong, 2016) adalah “setiap

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang

memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik”. Sedangkan menurut pendapat dari Agung (dalam Pasolong

2016) pelayanan publik adalah “ pemberian pelayanan 9melayani) keperluan

orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu

sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dari sudut

Page 74: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

52

pelanggan dimana dalam hal ini merupakan wajib pajak, setiap dimensi itu

penting dalam penyampaian pelayanan yang berkualitas, untuk itu pemerintah

perlu menerapkan perspektif pelayanan pelanggan sesuai dengan pendapat dari

Jan Carlzon (dalam William) (dalam Pasolong, 2016) yang antara lain:

1.Pelanggan adalah raja;

2.Pelanggan adalah alasan keberadaan kita;

3.Tanpa pelanggan, kita tidak punya apa-apa;

4.Pelanggan kitalah yang menentukan bisnis kita; dan

5.Jika kita tidak memahami pelanggan kita, maka berarti kita tidak

memahami bisnis kita.

Pernyataan di atas menunjukkan orientasi terhadap pelanggan(wajib pajak), yaitu

bahwa pelanggan (wajib pajak) adalah penentu puncak sifat dan keberhasilan

organisasi. Perspektif ini disebut perspektif pelanggan.

2.2.9.3 Kualitas Pelayanan Publik

Lima dimensi kualitaas pelayanan menurut Zethaml-Parasuraman-Berry

(1990)(dalam Pasolong, 2016: 135) yaitu:

1) Tangibles

Tangibles merupakan kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran,

komputerisasi administrasi, ruang tunggu, dan tempat informasi.

2) Reliability

Reliability merupakan kemampuan dan keandalan untuk menyediakan

pelayanan yang terpercaya.

Page 75: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

53

3) Responsive

Responsive merupakan kesanggupan untuk membantu dan menyediakan

pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan

konsumen.

4) Assurance

Assurance merupakan kemampuan dan keramahan serta sopan santun

pegawai dalam meyakinkan konsumen.

5) Emphaty

Sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.

2.2.10 Etika Administrasi Publik

2.2.10.1 Definisi Etika

Etika berasal dari Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau

adat. Kata ini identik dengan kata “ mos” yang berarti adat atau cara hidup.

Menurut pendapat dari Poedjawijatna (dalam Pasolong, 2016) etika merupakan

cabang dari filsafat. Etika hendak mencari, tindakan manusia manakah yang baik

dan manakah yang tidak baik atau buruk. Pendapat lain dikemukakan oleh

Bertens (dalam Keban) (dalam Pasolong, 2016) yang menggambarkan konsep

etika yaitu kebiasaan, adat atau akhlak atau watak. Sedangkan menurut Salam

Burhanuddin (dalam Pasolong, 2016) etika adalah “sebuah refleksi kritis dan

rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam

sikap dan pola perilaku manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok.”

Pengertian etika menurut Bratawijaya (1992) (dalam Pasolong, 2016: 190)

adalah” ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral”. Etika menurut

Bratawijaya ada dua jenis, yaitu:

Page 76: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

54

1. Etika umum

Etika umum adalah menyajikan suatu pendekatan yang teliti mengenai

norma-norma yang berlaku umum bagi setiap warga masyarakat, yang terdiri

dari : norma santun, norma hukum, dan norma moral.

2. Etika Khusus

Etika Khusus adalah penerapan etika umum dalam kegiatan profesi seperti

etika dosen, etika sekretaris, etika dokter, etika bisnis dan sebagainya.

2.2.10.2 Etika Administrasi Publik

Menurut Bentham (1789)(dalam Pasolong, 2016: 194) mengatakan bahwa

“ prinsip etis dan tidak etisnya suatu kegiatan tergantung kepada kecenderungan

menghasilkan kebahagiaan, atau mengurangi kebahagiaan”. Mengikuti Jeremy

Bentham , John Stuart Mill (1861) (dalam Pasolong, 2016: 195) mengatakan

bahwa “suatu kegiatan dianggap baik secara etis apabila dapat meningkatkan

kebahagiaan dan tidak etis atau buruk apabila tidak mendatangkan kebahagiaan

atau kesenangan”.

Page 77: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

55

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir menurut Uma Sekaran (1992) (dalam Sugiyono,

2013:60) adalah ”model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.

Sedangkan menurut Suriasumantri (1986) (dalam Sugiyono 2013: 60) kerangka

pemikiran adalah “ penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi

obyek permasalahan”. Kerangka pemikiran dapat meyakinkan apabila alur

pikiran tersebut logis dalam membangun kerangka berpikir yang menghasilkan

kesimpulan berupa hipotesis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2013:60).

Kerangka pemikiran dalam penelitian yang akan dilakukan ini berawal dari

pelaksanaan desentralisasi berdasarkan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah disebutkan ada dua prinsip keuangan daerah,

dimana prinsip pertama adalah untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang

luas, nyata dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan

menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dengan

kabupaten/kota. Salah satu kesempatan yang diperoleh Pemerintah Kota dalam

menggali sumber keuangannya sendiri adalah dengan dijadikannya Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan sebagai Pajak Daerah yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Page 78: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

56

Namun upaya menggali sumber keuangan sendiri bagi Pemerintah Daerah

melalui Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ini masih mengalami hambatan.

Salah satunya adalah masih tingginya piutang Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan. Apabila piutang menurun atau tidak terdapat piutang sama sekali

maka penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan akan meningkat.

Menurut Norman D. Nowak (2007) (dalam Zain, 2007:31) peningkatan

penerimaan pajak 95% merupakn hasil dari pengembangan iklim perpajakan.

Sedangkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap iklim perpajakan menurut

Zain (2007) adalah cara pandang wajib pajak yang mempengaruhi kemauan

membayar pajak, yaitu sampai sejauh mana wajib pajak akan mematuhi

peraturan perundang-undangan. Faktor-faktor yang yang berhubungan dengan

kemauan membayar pajak menurut Zain (2007) antara lain: sistem perpajakan

yang adil, sanksi, pelayanan, reputasi petugas pajak, dan program informasi.

Sedangkan Jogiyanto (2008) yang mengatakan bahwa “ Jika niat diyakini

memang benar-benar sebagai penentu langsung dari perilaku atas kemauan

sendiri (volitional behavior) maka mereka seharusnya berkorelasi lebih kuat

dengan perilaku dibandingkan dengan faktor-faktor penentu lainnya”. Hal ini

dapat diartikan bahwa kemauan membayar pajak merupakan faktor utama yang

dapat mempengaruhi wajib pajak untuk membayar pajak.Dari pendapat ahli dan

penelitian terdahulu diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan

kemauan membayar pajak adalah sanksi, pelayanan, dan reputasi petugas

pajak. Sedangkan dari ketiga faktor tersebut yang belum diteliti pada penelitian

terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah reputasi petugas pajak.

Variabel sistem perpajakan yang adil dan program informasi yang

dinyatakan oleh Zain (2007) tidak digunakan. Sistem perpajakan yang adil tidak

Page 79: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

57

digunakan karena berdasarkan Teori Gaya Pikul (dalam Rahayu, 2013: 59)

keadilan dan kebenaran negara dalam memungut pajak dari warganya

didasarkan pada kemampuan dan kekuatan setiap pribadi masyarakatnya, yaitu

kemampuan dan kekuatan untuk memperoleh penghasilan, harta kekayaan, dan

konsumsi dengan tujuan agar dapat menghidupi diri sendiri dan kemampuan

untuk memikul beban kehidupan lainnya. Apabila dihubungkan dengan Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan, teori ini sulit dilaksanakan karena pendataan

yang dilakukan hanya terkait obyek pajak dan identitas wajib pajaknya saja ,

sehingga tidak dapat diketahui berapa kemampuan dan kekuatan pribadi wajib

pajak. Selain itu juga perolehan obyek pajak belum tentu merupakan hasil usaha

wajib pajak, seperti diperoleh dari warisan, sewa, hibah atau hadiah. Selain itu,

informasi yang berkaitan dengan data subyek pajak, wajib pajak, dan obyek

pajak hanya diketahui oleh petugas pajak, sehingga tidak relevan ketika

ditanyakan kepada wajib pajak. Sedangkan untuk program informasi tidak

digunakan karena menurut Zain (2007: 38) program informasi yang dimaksudkan

adalah pemberian informasi kepada anak-anak usia muda yang dilakukan di

sekolah-sekolah sehingga tidak relevan ketika hal tersebut ditanyakan kepada

Wajib Pajak melalui kuesioner yang dibagikan oleh penulis. Selain itu, di Kota

Malang sendiri semenjak tahun 2013 sampai dengan bulan Oktober 2017 baru

sekali dilaksanakan pemberian informasi yaitu tahun 2015 dan dilakukan kepada

ketua RT di seluruh Kota Malang terkait adanya perubahan Nilai Jual Obyek

Pajak sebagai dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan terutang.

Page 80: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

58

Apabila faktor-faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar pajak

tersebut dapat ditingkatkan maka kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan juga akan meningkat. Hal ini dapat meningkatkan realisasi

penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan yang dapat meningkatkan kemampuan daerah dalam

membayai pembangunan daerah dan mengurangi ketergantungan daerah

terhadap pemerintah pusat. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keuangan daerah

yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yaitu diperlukannya kemampuan untuk menggali sumber

keuangan sendiri dalam pelaksaaan otonomi daerah.Dari penjabaran di atas

maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dari Gambar diatas maka kerangka konsep penelitian akan dijelaskan lebih lanjut

berikut ini.

Sanksi, Persepsi tentang PelayananOn The Spot, dan Reputasi Petugas

Pajak

Kemauan Membayar Pajak Bumidan Bangunan Perkotaan

Page 81: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

59

3.1.1. Hubungan Sanksi dan Kemauan Membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan

Menurut Richard Burton (2002), sanksi pajak berupa sanksi administrasi

maupun sanksi pidana dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau membayar

pajaknya dengan baik dan benar. Dari sudut pandang yuridis, pajak mengandung

unsur pemaksaan. Maksudnya, jika kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan,

maka akan ada konsekuensi hukum yang berupa sanksi baik berupa sanksi

administrasi maupun sanksi hukum. Sedangkan menurut Zain (2007: 34-35)

“Penduduk di berbagai bagian dunia ini merasa takut akan ancaman hukuman

yang berbeda-beda, tetapi pada umumnya para wajib pajak cenderung tidak

takut akan ketetapan pajak beserta sanksi administrasinya, tetapi lebih takut

akan ancaman sanksi pidananya berupa hukuman kurungan atau penjara.” Oleh

karena itulah maka Zain (2007) berpendapat bahwa sanksi berhubungan dengan

kemauan membayar pajak.Selain itu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nugroho(2016) menunjukkan bahwa sanksi berhubungan secara positif dan

signifikan dengan kemauan membayar pajak.

3.1.2. Hubungan Pelayanan On The Spot dan Kemauan Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan

Menurut Zain (2007: 35) “untuk meningkatkan kemauan membayar pajak

maka harus dikembangkan dan ditingkatkan pelayanan terhadap wajib pajak”.

Demikian juga menurut pendapat Zeithaml (1990)(dalam Pasolong, 2016: 135)

yang mengatakan bahwa “keputusan seorang konsumen untuk mengkonsumsi

barang atau jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah

persepsinya terhadap kualitas pelayanan”. Dengan kata lain, baik buruknya

Page 82: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

60

kualitas pelayanan tergantung dari persepsi konsumen atas pelayanan yang

diberikan. Pelayanan on the spot merupakan pelayanan pembayaran Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang

lebih dekat dan lebih menghemat biaya bagi para wajib pajak. Pelayanan ini

dilakukan karena semenjak Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan menjadi

bagian dari Pajak Asli Daerah maka wajib pajak tidak dapat membayar pajak

tersebut di semua kelurahan seperti ketika Pajak Bumi dan Bangunan masih

menjadi Pajak Pusat. Oleh karena itulah, untuk memudahkan wajib pajak yang

tinggal di Kelurahan yang belum terdapat tempat pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan tersebut, maka pada saat dilaksanakan agenda blusukan

Walikota atau kegiatan yang berkaitan dengan perpajakan seperti jalan sehat

sadar pajak, maka diadakan Pelayanan on the Spot. Apabila persepsi tentang

pelayanan on the spot ini baik maka kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan akan meningkat.

3.1.3. Hubungan Reputasi Petugas Pajak dan Kemauan Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan

Reputasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:744) adalah

“perbuatan yang menyebabkan orang mendapat nama baik”. Reputasi petugas

pajak ini erat kaitannya dengan etika administrasi publik, apabila perbuatan yang

dilakukan oleh petugas etis atau baik maka petugas akan mendapatkan nama

baik. Menurut Bentham (1789)(dalam Pasolong, 2016: 194) mengatakan bahwa “

prinsip etis dan tidak etisnya suatu kegiatan tergantung kepada kecenderungan

menghasilkan kebahagiaan, atau mengurangi kebahagiaan”. Mengikuti Jeremy

Bentham , John Stuart Mill (1861) (dalam Pasolong, 2016: 195) mengatakan

Page 83: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

61

bahwa “suatu kegiatan dianggap baik secara etis apabila dapat meningkatkan

kebahagiaan dan tidak etis atau buruk apabila tidak mendatangkan kebahagiaan

atau kesenangan”.

Menurut Zain (2007) reputasi petugas pajak berhubungan dengan

kemauan wajib pajak membayar pajak. Reputasi petugas pajak yang meliputi

kecakapan, kecepatan, ketepatan, keadilan dan kejujuran dalam melayani

masyarakat. Sesuai dengan pendapat Bentham yang didukung oleh John

Stuart Mill diatas dan dikaitkan dengan indikator reputasi petugas pajak

menurut Zain(2007) maka reputasi petugas pajak akan baik apabila petugas

pajak dapat melaksanakan indikator tersebut dengan baik sehingga dapat

mendatangkan kebahagiaan atau kesenangan bagi wajib pajak yang dilayani.

Aabila dilihat dari sisi kecakapan, apabila petugas cakap, maka wajib pajak

akan dapat menerima pelayanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Dari sisi

keadilan, apabila wajib pajak yang merasa diperlakukan adil tanpa dibeda-

bedakan maka kemauan membayar pajaknya akan meningkat.Hal ini

dikarenakan oleh semua tindakan yang dilakukan petugas pajak akan

mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Apabila reputasi petugas pajak baik

maka kepercayaan masyarakat terhadapnya akan tinggi dan akan

meningkatkan kemauannya membayar pajak. Namun, apabila reputasi petugas

pajak buruk maka kemauan membayar pajak dari wajib pajak juga akan rendah.

Page 84: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

62

3.2 Hipotesis

Sesuai dengan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam

penelitian ini dapat dibuat tiga model sebagai berikut:

Keterangan:

Berhubungan Parsial

Berhubungan Simultan

Gambar 3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian secara verbal dapat dinyatakan sebagai berikut:

H1: Terdapat hubungan antara sanksi dan kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang

H2 : Terdapat hubungan antara pelayanan on the spot dan kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

H3 : Terdapat hubungan antara reputasi petugas pajak dan kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

H4: Variabel sanksi, persepsi tentang pelayanan on the spot, dan reputasi

petugas pajak secara simultan berhubungan dengan Kemauan

MembayarPajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

KemauanMembayar Pajak

Bumi danBangunanPerkotaan

Persepsi tentang pelayanan onthe spot

Sanksi

Reputasi petugas pajak

Page 85: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

63

3.3 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2015: 38) adalah “segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dielajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Hatch dan Farhady, 1981 (dalam Sugiyono, 2015) secara

teoritis variabeldapat didefinisikan “sebagai atribut seseorang atau obyek, yang

mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan

obyek yang lain” Selain itu, menurut Kerlinger (1973) (dalam Sugiyono, 2015)

“variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari”. Menurut

Kidder (1981) (dalam Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa variabel adalah “suatu

kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Berdasarkan pengertian variabel yang disampaikan oleh para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan atribut atau sifat atau kualitas

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Di dalam penelitian yang akan dilakukan ini variabel yang berhubungan

dengan Kemauan MembayarPajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang adalah Sanksi(selanjutnya disebut variabel X1),Persepsi tentang

Pelayanan On The Spot(Selanjutnya disebut variabel X2), dan Reputasi Petugas

Pajak (selanjutnya disebut variabel X3). Berdasarkan jenis variabel yang

ada,Variabel X1, X2, dan X3ini disebut variabel bebas, yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan variabel terikat yaitu variabel

Kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan (selanjutnya disebut

variabel Y), yang merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti atau

variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi.

Page 86: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

64

Salah satu hal yang membantu komunikasi antar peneliti adalah definisi

operasional. Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu

variabel diukur. Masing-masing dari variabel dalam penelitian ini dinyatakan

dalam definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemauan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

Menurut Zain (2007) kemauan membayar pajak adalah “seberapa besar

keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak”.

Selain itu menurut Randlane (2013) “Willingness to pay tax is called tax

moral. Tax morale is the attitude of individuals toward paying taxes, their

personal belief, norms, and intrinsic motivation”. Dari pendapat Zain dan

Randlane tersebut dapat disimpulkan bahwa kemauan membayar pajak

merupakan sikap seseorang terhadap pembayaran kpajak, sampai sejauh

mana wajib pajak akan mematuhi peraturan perpajakan dalam membayar

pajaknya.Faktor- faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar

pajak menurut Zain (2007) antara lain:

a) sistem perpajakan yang adil;

b) sanksi;

c) pelayanan;

d) reputasi petugas pajak;

e) program Informasi.

2. Sanksi

Terdapat dua jenis sanksi dalam perpajakan, yaitu sanksi administrasi dan

sanksi pidana. Menurut Richard Burton (2002) “Kaidah Hukum (hukum

pajak) berupa sanksi pidana maupun administrasi pada dasarnya

dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau melunasi kewajibannya untuk

Page 87: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

65

melunasi utang pajaknya dengan baik dan benar”. Sedangkan menurut

Mardiasmo (2009: 56) “Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)

akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Menurut Zain (2007:34) “sanksi berhubungan

dengan kemauan membayar pajak karena sanksi, terutama sanksi pidana

akan membuat wajib pajak takut untuk mendekam di penjara sehingga

mereka mau membayar pajak, namun pada umumnya wajib pajak tidak takut

dengan sanksi administrasi”. Sanksi dalam penelitian yang akan dilakukan

ini dilihat dari pentingnya sanksi untuk menciptakan kedisiplinan wajib

dengan mewujudkan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan. Pelaksanaan sanksi harus jelas,tidak mengenal kompromi,

seimbang, dan memberikan efek jera..

3. Persepsi tentang Pelayanan On The Spot

Definisi operasional persepsi tentang pelayanan on the spot dalam penelitian

yang akan dilakukan ini adalah bagaimana wajib Pajak Bumi dan

BangunanPerkotaan menerima dan menginterpretasikan informasi yang

diterimanya terkait pelayanan on the spot. Persepsi menurut pendapat dari

Robbins (2013:200) adalah “proses di mana individu mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti

bagi lingkungan mereka”. Dari pendapat tersebut diketahui apabila stimulus

atau rangsangan atau informasi yang diberikan sangat penting dan

menentukan penafsiran yang dihasilkan terhadap stimulus atau rangsangan

tersebut. Salah satu upaya Pemerintah Kota Malang untuk memberikan

stimulus yang baik terkait pelayanan pembayaran pajak adalah dengan

memberikan pelayanan berkualitas dan dapat meningkatkan kemauan wajib

Page 88: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

66

pajak PBB Perkotaan yaitu dengan pelayanan on the spot. Pelayanan on the

spot adalah pelayanan yang diberikan di daerah wajib pajak tinggal melalui

mobil pajak keliling yang biasanya dilakukan di Kantor Kelurahan yang

belum terdapat fasilitas pembayaran PBB Perkotaan atau ketika ada

kegiatan “blusukan” Walikota. Hal ini dilakukan karena dari data tempat

Pembayaran PBB Perkotaan di Kota Malang telah ditentukan terdapat di

beberapa lokasi saja, yang belum mencakup semua kelurahan di Kota

Malang.

Adanya pelayanan on the spot ini menyebabkan tempat membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan menjadi lebih dekat. Persepsi yang akan

digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah persepsi

masyarakat terutama masyarakat yang menjadi Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan tentang Pelayanan On The Spot yaitu kualitas pelayanannya yang

menggunakan indikator dari Zeithaml. Menurut Zeithaml (1990)(dalam

Pasolong, 2016: 135) yang mengatakan bahwa “keputusan seorang

konsumen untuk mengkonsumsi barang atau jasa dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang salah satunya adalah persepsinya terhadap kualitas pelayanan”.

Dengan persepsi tentang pelayanan on the spot terkait kualitas

pelayanannya yang baik terkait pelayanan on the spot ini maka seharusnya

kemauan wajib pajak untuk membayar PBB Perkotaan juga meningkat.

4. Reputasi Petugas Pajak

Reputasi petugas pajak ini erat kaitannya dengan etika administrasi publik,

apabila perbuatan yang dilakukan oleh petugas etis atau baik maka petugas

akan mendapatkan nama baik. Menurut Bentham (1789)(dalam Pasolong,

2016: 194) mengatakan bahwa “ prinsip etis dan tidak etisnya suatu kegiatan

Page 89: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

67

tergantung kepada kecenderungan menghasilkan kebahagiaan, atau

mengurangi kebahagiaan”. Mengikuti Jeremy Bentham , John Stuart Mill

(1861) (dalam Pasolong, 2016: 195) mengatakan bahwa “suatu kegiatan

dianggap baik secara etis apabila dapat meningkatkan kebahagiaan dan

tidak etis atau buruk apabila tidak mendatangkan kebahagiaan atau

kesenangan”.

Reputasi Petugas Pajak menurut Zain (2007) dapat dilihat dari:

a. Kecakapan teknis

b. Kecepatan dalam memberikan pelayanan

c. Ketepatan dalam memberikan pelayanan

d. Keadilan dalam memberikan pelayanan

e. Kejujuran dalam memberikan pelayanan ini dikaitkan dengan pendapat

dari

Apabila indikator reputasi petugas pajak dikaitkan dengan etika

administrasi publik menurut Jeremy Bentham yang didukung oleh John

Stuart Mill maka apabila indikator kecakapan, kecepatan, ketepatan,

keadilan, dan kejujuram dalam memberikan pelayanan ini membuat wajib

pajak senang, maka dapat dikatakan bahwa petugas pajak telah

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan etika administrasi publik.

Seperti sudah dijelaskan di sub bab variabel penelitian di atas bahwasanya

variabel belum siap diukur, maka dari itu diperlukan semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional

adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca

definisi operasional suatu penelitian akan diketahui pengukuran suatu variabel

sehingga dapat diketahui baik buruknya pengukuran tersebut (Singarimbun dan

Page 90: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

68

Effendi, 1984). Dengan demikian definisi operasional merupakan sesuatu yang

memperjelas suatu konsep sehingga konsep tersebut dapat diukur untuk

keperluan pengukuran di lapangan.

Berdasarkan definisi konsep operasional danvariabel yang telah disajikan,

peneliti dapat menyajikan ringkasannya sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1

berikut ini.

Tabel 3.1 Konsep,Variabel,Indikatordan ItemNo Konsep Variabel Indikator Item1 Pajak

Zain (2007), Randlane (2015)

Kemauan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan(Hardiningsih, 2011)

a) Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak

Wajib pajak menyiapkan dokumen yang diperlukan dalam membayar PBB Perkotaan

b) Informasi mengenaicara dan tempat pembayaran pajak

1) Wajib pajak mencari informasi mengenai cara pembayaran PBB Perkotaan

2) Wajib Pajak mencari informasi mengenai tempat pembayaraan PBB Perkotaan

c) Informasi mengenaiwaktu pembayaran

1) Wajib Pajak mencari tahu jadwal tentang jadwal pelayanan pembayaran PBB Perkotaan

2) Wajib pajak telah mengetahui informasi mengenai batas waktu pembayaran PBB

d) Alokasi dana untuk membayarPajak

1) Wajib Pajak mengalokasikan dana untuk membayar PBB Perkotaan

2) Wajib Pajak menyiapkan dana yang telah dialokasikan sebelum berangkat ke tempat pembayaran PBB Perkotaan

2. Pajak

Richard Burton(2002), Mardiasmo (2009), dan Zain (2007)

SanksiAdam Smith (dalam Siti Kurnia Rahayu, 2010)

a) Sanksi yangdiberikan kepadawajib pajak jelas

Sanksi pajak yang diberikan jelas, yaitu antara sanksi administrasi dan sanksi pidana

b)Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak adatoleransi

1) Wajib Pajak yang melanggar akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan

2) Sanksi pajak diberikan kepada semua wajib pajakyang melanggar

No Konsep Variabel Indikator Item

Page 91: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

69

c) Sanksi yang diberikan seimbang

1) Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi jika tidak membayar/kurang membayar pajak terutang saat jatuh tempo adalah sesuai

2) Wajib Pajak akan dikenakan sanksi Pidana apabila menyembunyikan obyek pajaknya adalah sesuai

d) Sanksi yang diberikan memberikan efek jera

1) Sanksi pidana penjara diberikan kepada wajib pajak yang menyembunyikan obyek dapat memberikan efek jera

2) Sanksi pidana kurungan diberikan kepada wajib pajak yang tidak menyerahkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak dapat memberikan efek jera

3) Sanksi denda keterlambatan membayar pajak terutang sebesar 2%dapat memberikan efek jera.

3. Persepsi (Robbins, 2008), kualitas pelayanan publik (Zeithaml dan Berry, 1990)

Persepsi tentang pelayanan on the spot (Robbins, 2008), kualitas pelayanan publik (Zeithaml dan Berry, 1990)

a. Penerimaan informasi pelayanan on the spot

Wajib pajak mengetahui pelayanan on the spot dengan mobil pajak keliling ketika ada blusukan Walikota.

b. Interpretasi/ penilaian wajib pajak terhadap kualitas pelayanan on the spot

1. Tangible Sarana pelayanan on the spot dengan mobil pajak keliling baik.

2. Reliability Pelayanan on the spot dapat dipercaya karena wajib pajak yang membayar mendapat buktipembayaran yang sah

No Konsep Variabel Indikator Item

Page 92: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

70

3. Responsive a) Pelayanan on the spot menguntungkan wajib pajak karena lokasinya lebih dekat.

b) Pelayanan on the spot yang lebih dekat sesuai dengan keinginan wajib pajak.

4. Assurance Petugas sopan dan ramah dalam melayani

5. Empathy Petugas pelayanan on the spot tegas dan melayani sesuai dengan kebutuhan wajib pajak

4. Etika administrasi publik (Jeremy Bentham,1789) dan JohnStuart Mill (1861)

Reputasi petugas pajak (Zain, 2007)

a) Kecakapan teknis Petugas cakap/mampu memberikan pelayanan kepada wajib pajak

b) Kecepatan dalammemberikanpelayanan

Petugas cepat dalam memberikan pelayanan

c) Ketepatan dalammemberikanpelayanan

Petugas tepat/sesuai keinginan wajib pajak dalam memberikan pelayanan

d) Keadilan dalammemberikanpelayanan

1) Petugas melayani semua wajib pajak yang datang

2) Wajib pajak dilayani sesuaiurutan kedatangan

e) Kejujuran dalammemberikanpelayanan

1) Petugas jujur dalam memberikan informasi

2) Petugas tidak memungut biaya selain yang tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang(SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

3) Petugas tidak memberikanpelayanan yang tidak sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan

Sumber: Data diolah Peneliti, 2017

Page 93: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang ini menggunakan

pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis analisis eksplanatif. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dikarenakan olehpendekatan kuantitaif

dapat memberikan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan yang

menitikberatkan pada aspek pengukuran yang mengkonversi kenyataan atau

realitas di lapangan kedalam angka yang selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan alat analisis tertentu.Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono (2015) yaitu :

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,digunakanuntuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan datamenggunakan instrumen penelitian, analisis databersifatkuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yangtelahditetapkan”.

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002) memberikan penjelasan bahwa

jenis penelitian eksplanasi adalah ”suatu jenis penelitian yang dimaksudkan

untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena yang diteliti berdasarkan

data atau fakta di lapangan penelitian”. Penelitian eksplanasi menjelaskan

berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya suatu peristiwa, dengan ciri

yaitu menjelaskan hubungan atau pengaruh antarvariabel independen (bebas)

dan dependen (terikat) . Adapun tipe penelitian untuk jenis penelitian ekplanasiini

adalah tipe penelitian asosiasi. Penelitian asosiasi merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua

71

Page 94: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

72

variabel atau lebih (Sugiyono,2003). Sedangkan metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian survey, Penelitian survey merupakan

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbundan Effendi, 1989).

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian (Lokus) di Kota Malang.

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive atau penentuan

lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan–pertimbangan

tertentu. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagai

berikut:

a) Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang merupakan pajak yang

memiliki prosentase piutang terbesar daripada pajak lain yang dipungut

Pemerintah Kota Malang. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut

ini.

Tabel 4.1 Prosentase Piutang Pajak Kota Malang Tahun 2016

Sumber data: Diolah Penulis (2017)

Dari data yang telah diolah diketahui bahwa pada tahun 2016 piutang Pajak

Hotel sebesar 3,47% dari total piutang pajak. Sedangkan piutang Pajak

Restoran sebesar 3,70% dari total piutang pajak. Piutang Pajak Hiburan

Page 95: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

73

sebesar 0,48% dari total piutang pajak. Sedangkan Piutang Pajak Parkir

merupakan piutang terkecil yaitu sebesar 0,01% dari total piutang pajak.

Piutang Pajak Air Bawah Tanah sebesar 0,06%. Piutang Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan merupakan pajak dengan prosentase terbesar yaitu

91, 89%.

b) Jumlah wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Kota Malang yang

menunggak selalu meningkat dari tahun ke tahun seperti tampak pada tabel

4.2 berikut ini.

Tabel 4.2Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan KotaMalang yang Menunggak

No Tahun Jumlah Wajib Pajak

Kenaikan/Penurunan

1 2013 80.585

2 2014 80.415 (170)

3 2015 84.673 4.258

4 2016 93.759 9.086

Sumber data: Diolah Penulis (2017)

Dari tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa jumlah wajib Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan Kota Malang yang menunggak cenderung bertambah

hanya di tahun 2014 saja mengalami penurunan sedangkan setelah itu

mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah wajib pajak yang menunggak

berkuran gsebesar 170 orang. Pada tahun 2015 jumlah wajib pajak yang

menunggak bertambah sebanyak 4.258 orang. Pada tahun 2016 mengalami

kenaikan yang lebih banyak dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 9.086

orang.

Sedangkan lokasi penyebaran kuesioner (fokus) adalah kantor Bank Jatim

yang terdapat di 5 (lima) lokasi di Kota Malang yaitu di Kecamatan Sukun,

Page 96: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

74

Kecamatan Klojen, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Kedungkandang, dan

Kecamatan Blimbing.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan subyek penelitian. Pengertian Populasi menurut

Sugiyono (2013: 80) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dari pengertian menurut

Sugiyono tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi tidak hanya

terbatas pada orang (subyek) melainkan juga pada benda-benda yang lain.

Selain itu, populasi bukan hanya sekedar kuantitas atau jumlah dari obyek

ataupun subyek yang diteliti, akan tetapi juga meliputi seluruh karakteristik atau

sifatdari obyek atau subyek tersebut. Sedangkan menurut Darmawan (2013:

137) populasi adalah “ sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki

jumlah banyak dan luas”.

Populasiadalah jumlahkeseluruhan dari unit analisisyang ciri-cirinya akan

diduga (Singarimbun dan Effendi, 1989: 152). Populasidibedakanmenjadi 2 (dua)

yaitu populasi sampling dan populasi sasaran. Untuk membedakan populasi

sampling dengan populasi sasaran, dapat dijelaskan apabila peneliti mengambil

rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah

tangga yang bekerja sebagai petani.Dalam hal ini seluruh rumah tangga di dalam

wilayah penelitian adalah populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam

wilayah penelitian disebut populasi sasaran (Palte, 1978:12) (dalam Masri

Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989)

Page 97: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

75

Berdasarkan penjelasan tersebut maka populasi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

(1) Populasi sampling yaitu seluruh Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kota

Malang;

(2) Populasi sasaran yaitu Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malangyang membayar PBB di kantor Bank Jatim di 5 (lima) kecamatan di

Kota Malang

4.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2015) sampel adalah “ bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Apabila populasi besar dan

penelii tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang telah dipelajari dari sampel

tersebut, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu,

sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif/mewakili.

Menurut Sugiyono (2015:82-85) terdapat beberapa teknik sampling yang

dapat digunakan dalam menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, antara lain:

(1) Probability SamplingProbability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikanpeluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilihmenjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:

a) Simple random samplingDikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel daripopulasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang adadalam populasi itu.

b) Proportionate stratified random samplingTeknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidakhomogeny dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yangmemiliki pegawai dengan latar belakang pendidikan yang berstrata, maka

Page 98: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

76

populasi pegawai tersebut adalah berstrata. Misalnya jumlah pegawaiyang lulus S1=45, S2=30, STM=700, ST=900, SMA=400, SD=300.

c) Disproportionate stratified random samplingTeknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasiberstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya, pegawai dari unit kerja Amemiliki 3 orang pegawai lulusan S3, 4 orang lulus S2, 90 orang lulus S1,800 orang lulus SMU, 700 orang lulus SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan4 orang lulusan S2 tersebut diambil semua sebagai sampel. Ini dilakukankarena jumlahnya terlalu sedikit dibandingkan dengan kelompok yanglain.

d) Cluster sampling (Area Sampling)Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyekyang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk darisuatu negara, propinsi atau kabupaten. Penentuan penduduk mana yangakan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkandaerah populasi yang telah ditetapkan. Teknik sampling ini menggunakandua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahapkedua menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secarasampling juga.

(2) Nonprobability SamplingNonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidakmemberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggotapopulasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:a) Sampling sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkanurutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b) Sampling kuotaSampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasiyang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c) Sampling insidentalIalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa sajayang secara kebetulan incidental bertemu dengan peneliti dapatdigunakan sebagai sampel.

d) Sampling purposiveYaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnyaakan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampelsumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentangkondisi politik di suatu daerah, maka sampelnya adalah ahli politik dansebagainya.

e) SamplingjenuhDisebut teknik penentuan sampel jenuh apabila semua anggota populasidigunakan sebagai sampel. Sampling ini sering digunakan apabila jumlahpopulasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang inginmembuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah laindari sampel jenuh adalah sensus, yaitu semua anggota populasi menjadisampel penelitian.

f) Snowball samplingYaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,

kemudian membesar.

Page 99: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

77

Singarimbun dan Effendi (1989: 151-152) berpendapat dalam hal

menentukan ukuran / jumlah sampel akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yang terdiri dari:(1) derajat keseragaman dari populasi; (2) presisi yang

dikehendaki dalam penelitian;(3) rencana analisa; (4) tenaga, biaya dan waktu.

Penentuan sampel dalam penelitian yang akan dilakukan adalah dengan

teknik sampling probability ,yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel. Teknik penentuan sampling dalam penelitian ini adalah simple

random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel

dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini adalahWajib PBB Perkotaan yang

membayar PBB Perkotaan di kantor Bank Jatim yang ada di Kantor Kelurahan

Tlogomas, Kantor Kecamatan Blimbing, Kantor Kecamatan Sukun, Kantor

Kecamatan Kedungkandang, Bank Jatim Cabang Pemkot, selama waktu

penyebaran kuesioner, yaitu sejak tanggal 4-12 September 2017.

Adapun penentuan jumlah sampel yang digunakan adalah penentuan

jumlah sampel menurut Sukmadinata (2015: 260-261), yaitu untuk penelitian

survey jumlah sampel 100 cukup memadai.Prosentase yang digunakan adalah

berdasarkan prosentase jumlah wajib PBB Perkotaan di setiap kecamatan, yaitu

Kecamatan Klojen 11 orang, Kecamatan Lowokwaru 23 orang, Kecamtan

Blimbing 20 orang, Kecamatan Kedungkandang 24 orang, dan Kecamatan

Sukun 22 orang.

Page 100: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

78

4.4 Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber datanya, pengumpulan data terdiri dari sumber primer

dan sumber sekunder. Pengertian sumber primer dan sumber sekunder menurut

Sugiyono (2013:225) “sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data”.Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan sumber data primer

sebagai dasar pengujian hipotesis serta menggunakan data sekunder sebagai

bahanpelengkapdalamanalisishasilpenelitian..

Menurut Darmawan (2013: 159) teknik pengumpulan data adalah “cara-

cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan datanya”. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 225) teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview

(wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan kuesioner. Pada jenis penelitian survey penggunaan kuesioner

merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data ( Singarimbun dan Sofian

Effendi, 1989). Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer. Sedangkan

untuk memperoleh data sekunder digunakan teknik dokumentasi dan

wawancara. Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan terhadap dokumen wajib

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Kota Malang, laporan piutang Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan, dokumen Rencana Strategis Dinas Pendapatan

Tahun 2013-2018 danbahan-bahan lain dari sumber yang relevan selama

penelitian ini berlangsung.

Page 101: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

79

4.5 Skala Pengukuran Instrumen Penelitian

Pengukuran merupakan suatu proses hal mana suatu angka atau simbol

dilekatkan pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan

atau prosedur yang telah ditetapkan (Ghozali, 2016). Menurut Stevens (1946)

(dalam Gozali, 2016: 3)”skala pengukuran dapat dikelompokkan menjadi empat

jenis, yaitu: skala nominal, ordinal, interval, dan rasio”. Penjelasan untuk masing-

masing skala adalah sebagai berikut.

1) Skala Nominal

Menurut Ghozali (2016: 3) “skala nominal merupakan skala pengukuran

yang menyatakan kategori, atau kelompok dari suatu subyek, contohnya:

variabel jenis kelamin, responden dapat dikelompokkan ke dalam dua

kategori laki-laki dan perempuan”. Kategori tersebut dapat diberi kode angka

1 dan 2. Angka ini digunakan hanya untuk menghitung jumlah setiap kategori

bukan untuk menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi. Uji statistik yang

sesuai dengan skala nominal adalah uji statistik yang berdasarkan jumlah

terbanyak seperti modus dan distribusi frekuensi.

2) Skala Ordinal

Menurut Ghozali (2016: 4) skala ordinal tidak hanya mengkategorikan

variabel kedalam kelompok, tetapi juga melakukan ranking terhadap

kategori, contohnya: kita ingin mengukur preferensi responden terhadap

empat merek produk mineral yaitu dengan cara memberi angka 1 untuk

produk yang paling disukai, angka 2 untuk ranking ke dua dan seterusnya.”

Sedangkan data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ordinal ini

disebut data ordinal. Uji statistik yang sesuai adalah modus, median,

distribusi frekuensi, dan statistik non parametrik seperti rank order

Page 102: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

80

correlation. Skala Likert atau sering disebut summated scale (skala yang

dijumlahkan) pada dasarnya adalah skala ordinal. Skala Likert minimal 5

atau ganjil. Angka skor 1,2,3,4,dan 5 jaraknya tidak konstan, maka skor tidak

mempunyai makna dan tidak dapat dijumlah atau dikurangkan, dikali

maupun dibagi. Jadi jawaban skor 4 lebih tinggi peringkatnya daripada skor

2, tetapi tidak berarti bahwa jawaban setuju = 2 x tidak setuju.

3) Skala Interval

Skala interval ini cocok digunakan untuk semua uji statistik, kecuali yang

berdasarkan koefisien variasi.Skala Likert jika jarak antara skala dibuat sama

atau konstan maka menjadi skala interval.

4) Skala Rasio

Menurut Ghozali (2016: 4) “Skala Rasio adalah skala interval dan memiliki

nilai dasar (based value) yang tidak dapat dirubah”. Skala rasio dapat

ditransformasikan dengan cara mengalikan dengan konstanta, tetapi

transformasi tidak dapat dilakukan jika dengan cara menambah konstanta

karena hal ini akan merubah nilai dasarnya.Contohnya adalah pernyataan

yang mengatakan “ Umur Amir dua kali umur Tono” adalah valid. Data yang

diperoleh dari skala rasio disebut data rasio dan tidak ada pembatasan

terhadap alat uji statistik yang sesuai. Variabel yang diukur dengan skala

interval dan rasio disebut variabel metrik

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalahskala Likert.Skala Likert yakni

skala yang digunakan mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorangatau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,2015: 93). Apabila Skala

Likert ini digunakan maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

Page 103: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

81

variabel, yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam menyusun item-item

instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan.

Dalam penelitian ini,setiap jawaban dari responden akan dibagi menjadi

lima kategori yaitu :

a. Jawaban sangat tidak setuju diberi nilai1

b. Jawaban tidak setuju diberi nilai 2

c. Jawaban ragu-ragu diberi nilai3

d. Jawaban setuju diberi nilai 4

e. Jawaban sangat setuju diberi nilai 5

4.6 Reliabilitasdan Validitas

Masri Singarimbun dan SofianEffendi (1989)menjelaskan bahwa reliabilitas

adalah“istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih”.

Sedangkan Ghozali (2016: 47) mengatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk”. Suatu keusioner dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu.Setelah dilakukan penelitian kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Dengan

menggunakan bantuan SPSS dilakukan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >

0,70 (Nunnally, 1994) (dalam Ghozali, 2016: 48).

Sedangkan uji validitas menurut Ghozali (2016: 52) “digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner”. Suatu Kuesioner dikatakan

Page 104: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

82

valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Misalnkan kita ingin mengukur autonomi

seorang karyawan dengan memberi 4 pertanyaan kepada karyawan tersebut,

maka pertanyaan tersebut harus dapat Secara tepat mengungkapkan tingkat

autonomi. Jadi validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner

yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur.

Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi(1989) validitas menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Didalam

penelitian ini uji validitas item akan dilakukan dengan menggunakan bantuan

aplikasi computer SPSSyaitu dengan melakukan korelasi bivariate antara

masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk atau variabel.

Mengukur validitas dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1) Melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk

atau variabel.

2) Melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan

total skor konstruk.

3) Uji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA).

4.7 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menggunakan model regresi, akan digunakan dulu uji asumsi

klasik yang menurut Ghozali (2016: 101-163) terdiri dari Uji Multikolinearitas,uji

Heterokedastisitas, dan Uji Normalitas. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik

akan dilakukan dengan menggunakan teknik statistik dengan bantuan progam

aplikasi komputer SPSS.

Page 105: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

83

4.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Nilai pada data yang diuji akan menyebabkan

ketidaknormalan. Model regresi dikatakan baik apabila distribusi datanya normal

atau mendekati normal. Cara mendeteksi apakah distribusi datanya normal atau

tidak dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik atau menggunakan

grafik.

Uji normalitas dengan menggunakan uji statistik dapat dilakukan dengan

dengan cara uji Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan apabila

nilai sig. > 0.05 maka tidak signifikan yang berarti data relatif sama dengan rata-

rata sehingga disebut normal.

Uji normalitas menggunakan gambar yaitu menggunakan grafik normal p-

plot regression. Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi datanya dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik

p-plot regression. Menurut Ghozali(2016:156) kriteria pengambilan keputusan ini

adalah:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis

diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Penelitian ini menggunakan uji statistik maupun dengan menggunakan

grafik untuk melakukan Uji Normalitas. Hal ini dimaksudkan agar normalitas data

dalam model regresi benar-benar teruji.

Page 106: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

84

4.7.2 Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2016: 103) Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang

nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Dalam rangka mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dapat dilakukan

dengan cara:

1) Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90),

maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Multikolinieritas

dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel

independen.

3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari:

a. Nilai tolerance dan lawannya.

b. Varians Inflation Factor (VIF).

Kedua ukuran diatas menunjukkan setiap variabel independen manakah

yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian

sederhana yaitu setiap variabel independen menjadi variabel independen

menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel

Page 107: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

85

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Multikolinieritas ini dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Varian Inflation

Factor (VIF). Semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar VIF maka

semakin mendekati terjadinya masalah multikolonieritas. Apabila nilai

Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas.

Penelitian ini menggunakan nilai tolerance dan Varian Inflation Factor

(VIF) untuk melihat ada tidaknya Multikolinearitas. Apabila dari hasil uji dengan

menggunakan SPSS 20 nilai Tolerance > 0,10 dan VIF<10 maka tidak terjadi

multikolinearitas.

4.7.3 Uji Heteroskedastisitas dan Homokedastisitas

Menurut Ghozali (2016: 134) Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Uji Heteroskedastisitas

dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan gambar dan angka. Model

Regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi

Heterokedastisitas. Homokedastisitas berarti tidak terjadi hubungan antara nilai

residu dengan variabel bebas sehingga variabel terikat hanya benar-benar

dijelaskan oleh variabel bebas.

Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a) Melihat Grafik Plot;

Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

Page 108: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

86

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun apabila tidak ada

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

b) Uji Park

Uji Park dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai log-

linier kuadrat;

c) Uji Glejser

Uji Glesjer dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai

residual independennya. Apabila variabel independen signifikan secara

statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi

heterokedastisitas. Apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat

kepercayaan 5%, maka model regresi tidak terdapat heterokedastisitas.

d) Uji White

Pada dasarnya uji white mirip dengan kedua uji Park dan Glejser. Menurut

White, uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat (U²t) dengan

variabel independen, variabel independen kuadrat dan perkalian (interaksi)

variabel independen.

Penelitian ini menggunakan Uji Park dalam menguji heterokedastisitas.

4.8 Analisis Data

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukandengan

menggunakan model regresi linear berganda, dimana dalam analisis regresi

tersebut akan menguji pengaruhsanksi,persepsi tentang pelayanan on the spot,

dan reputasi petugas pajakterhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan. Pengolahan data menggunakan SPSS dengan pengujian

Page 109: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

87

hipotesis dilakukan dengan menguji persamaan regresi secara parsial maupun

simultan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah multivariate

analisis dengan teknik statistik regresi linier berganda yang digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian. Derajat hubungan linier antara dua variabel diukur

menggunakan analisa korelasi. Analisa korelasi juga menunjukkan hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Nilai koefisien korelasi

berkisar dari -1 sampai dengan +1.

4.8.1 Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ho: βi = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berhubungan secara

signifikan terhadap variabel dependen.

H1: βi > 0, artinya variabel independen secara individu berhubungan positif dan

signifikan terhadap variabel dependen.

Dasar penentuan ada tidaknya hubungan dapat dilihat dari nilai

signifikansinya yaitu dengan melihat nilai β1, β2, β3..dst. Apabila nilai signifikansi

> 0.05 variabel independen tidak memiliki hubungan terhadap variabel

dependen. Namun, apabila nilai siginifansi < 0.05 maka variabel independen

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel dependen.

4.8.2 Uji F

Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara

bersama-sama atau simultan berhubungan dengan variabel dependen.Dengan

Page 110: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

88

tingkat signifikani α sebesar 5% atau 0,05 maka kriteria pengujian adalah

sebagai berikut:

1) Apabila nilai signifikansi fhitung ≤ 0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara semua variabel independen

dengan variabel dependen.

2) Apabila nilai signifikansi fhitung > 0,05 maka H0 diterima. Ini berarti bahwa

tidak terdapat hubungan secara signifikan antara semua variabel

independen dengan variabel dependen.

Page 111: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

89

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

5.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kota Malang merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa

Timur dan berada di tengah-tengah Kabupaten Malang. Kota Malang terletak

pada 112.06˚-112.07˚ BT,7.06˚-8.02˚ LS dengan luas sebesar 110,06 km².

Sedangkan batas wilayah Kota Malang adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso,

Kabupaten Malang

b. Sebelah Timur : Kecamatan Pakisdan Kecamatan Tumpang, Kabupaten

Malang

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten

Malang

d. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang

Secara administratif Kota Malang terdiri atas 5 (lima) Kecamatan seperti

tampak pada gambar 5.1 berikut ini.

Page 112: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

90

Gambar 5.1 Peta Administratif Kota Malang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan, yang membagi Wilayah

Daerah menjadi: 5 (lima) Kecamatan dan 57 (lima puluh tujuh) Kelurahan, yaitu :

1) Kecamatan Klojen, terdiri dari :

a) Kelurahan Klojen;

b) Kelurahan Rampalcelaket;

c) Kelurahan Samaan;

d) Kelurahan Kiduldalem;

e) Kelurahan Sukoharjo;

f) Kelurahan Kasin;

g) Kelurahan Kauman;

h) Kelurahan Oro-oro Dowo;

Page 113: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

91

i) Kelurahan Bareng;

j) Kelurahan Gadingkasri;

k) Kelurahan Penanggungan.

2) Kecamatan Blimbing, terdiri dari :

a) Kelurahan Balearjosari;

b) Kelurahan Arjosari;

c) Kelurahan Polowijen;

d) Kelurahan Purwodadi;

e) Kelurahan Blimbing;

f) Kelurahan Pandanwangi;

g) Kelurahan Purwantoro;

h) Kelurahan Bunulrejo;

i) Kelurahan Kesatrian;

j) Kelurahan Polehan;

k) Kelurahan Jodipan.

3) Kecamatan Kedungkandang, terdiri dari :

a) Kelurahan Kotalama;

b) Kelurahan Mergosono;

c) Kelurahan Bumiayu;

d) Kelurahan Wonokoyo;

e) Kelurahan Buring;

f) Kelurahan Kedungkandang;

g) Kelurahan Lesanpuro;

h) Kelurahan Sawojajar;

i) Kelurahan Madyopuro;

Page 114: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

92

j) Kelurahan Cemorokandang;

k) Kelurahan Arjowinangun;

l) Kelurahan Tlogowaru.

4) Kecamatan Lowokwaru, terdiri dari :

a) Kelurahan Tunggulwulung;

b) Kelurahan Merjosari;

c) Kelurahan Tlogomas;

d) Kelurahan Dinoyo;

e) Kelurahan Sumbersari;

f) Kelurahan Ketawanggede;

g) Kelurahan Jatimulyo;

h) Kelurahan Tunjungsekar;

i) Kelurahan Mojolangu;

j) Kelurahan Tulusrejo;

k) Kelurahan Lowokwaru;

l) Kelurahan Tasikmadu.

5) Kecamatan Sukun, terdiri dari :

a) Kelurahan Ciptomulyo;

b) Kelurahan Gadang;

c) Kelurahan Kebonsari;

d) Kelurahan Bandungrejosari;

e) Kelurahan Sukun;

f) Kelurahan Tanjungrejo;

g) Kelurahan Pisangcandi;

h) Kelurahan Bandulan;

Page 115: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

93

i) Kelurahan Karangbesuki;

j) Kelurahan Mulyorejo;

k) Kelurahan Bakalankrajan.

Jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2016 adalah sebesar 856.410

jiwa (Kota Malang Dalam Angka 2017). Sedangkan jumlah wajib Pajak Bumi dan

Bangunan di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut: (1) Kecamatan

Lowokwaru berjumlah 62.783 wajib pajak atau sebesar 23%; (2)Kecamatan

Blimbing berjumlah 53.718 wajib pajak atau sebesar 20%; (3)Kecamatan Klojen

sebanyak 29.167 wajib pajak atau 11%; (4)Kecamatan Sukun sebanyak 58.884

wajib pajak atau sebesar 22%; dan (5)Kecamatan Kedungkandang sebanyak

64.135 wajib pajak atau sebesar 24%.

5.1.2 Gambaran Umum Badan Pelayanan Pajak Daerah

5.1.2.1 Dasar Hukum Pembentukan

Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Walikota Malang Nomor 48 Tahun

2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata

Kerja Badan Pelayanan Pajak Daerah.

5.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Pelayanan Pajak Daerah merupakan perangkat daerah yang

melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan di bidang keuangan

khususnya pemungutan Pajak Daerah. Badan Pelayanan Pajak Daerah dipimpin

oleh seorang Kepala Badan yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

Page 116: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

94

dibantu oleh seorang Sekretaris dan 3 (tiga) orang Kepala Bidang, yaitu: Bidang

Pendataan, Pendaftaran dan Penetapan, Bidang Penagihan dan Pemeriksaan

serta Bidang Pengembangan Potensi.

Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang melaksanakan tugas

menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang pemungutan Pajak

Daerah. Sedangkan untuk melaksanakan tugas pokok yang dimaksud, maka

Badan Pelayanan Pajak Daerah mempunyai fungsi :

a. Penyusunan perencanaan strategis Perangkat Daerah;

b. Penyusunan rencana intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Daerah;

c. Pengembangan potensi Pajak Daerah;

d. Pendataan, pendaftaran, dan penetapan Pajak Daerah;

e. Pemungutan Pajak Daerah;

f. Penyelesaian keberatan Pajak Daerah;

g. Penyelesaian permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan

ketetapan, penghapusan, pengurangan sanksi, dan kelebihan pembayaran

atas Pajak Daerah.

h. Pembinaan dan pengendalian terhadap sistem pemungutan Pajak Daerah.

i. Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);

j. Pembukuan dan pelaporan atas pemungutan dan penyetoran pajak daerah;

k. Pengelolaan Barang Milik Daerah yang berada dalam kewenangannya;

l. Pengelolaan administrasi umum;

m. Pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional;

n. Penyelenggaraan UPT.

Page 117: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

95

5.1.2.3 Susunan Organisasi Badan Pelayanan Pajak Daerah

Susunan Organisasi Badan Pelayanan Pajak Daerah, terdiri dari :

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat, terdiri dari :

1. Subbagian Perencanaan dan Keuangan; dan

2. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

c. Bidang Pendataan, Pendaftaran dan Penetapan, terdiri dari :

1. Subbidang Pendataan;

2. Subbidang Pendaftaran; dan

3. Subbidang Penetapan;

d. Bidang Penagihan dan Pemeriksaan, terdiri dari :

1. Subbidang Penagihan;

2. Subbidang Pemeriksaan; dan

3. Subbidang Penyelesaian Sengketa;

e. Bidang Pengembangan Potensi, terdiri dari :

1. Subbidang Penggalian Potensi;

2. Subbidang Pengembangan Sistem Pelayanan Pajak; dan

3. Subbidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

f. UPT;

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

5.1.2.4 Tujuan dan Sasaran Badan Pelayanan Pajak Daerah

Tujuan yang ingin dicapai Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang

adalah mengoptimalkan penerimaan pajak daerah. Sedangkan Sasaran yang

Page 118: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

96

ingin dicapai Badan Pelayanan Pajak Daerah adalah peningkatan penerimaan

pajak daerah.

5.1.2.5 Susunan Kepegawaian

Susunan kepegawaian Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang

dikelompokkan menurut golongan kepangkatan, tingkat pendidikan dan Eselon.

Jumlah pegawai Badan Pelayanan Pajak Daerah sebanyak 170 orang, terdiri dari

107 orang Aparatur Sipil Negara (ASN), dan 63 orang tenaga bantu Badan

Pelayanan Pajak Daerah (Badan Pelayanan Pajak Daerah per Januari 2017).

5.1.2.6 Jenis Pajak Daerah yang Dikelola Badan Pelayanan Pajak Daerah

Kota Malang

Jenis Pajak Daerah yang Dikelola Badan Pelayanan Pajak Daerah kota

Malang antara lain:

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan jalan

f. Pajak Parkir

g. Pajak Air Tanah

h. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

i. Pajak Bumi dan Bangunan

Kontribusi Penerimaan masing-masing jenis pajak di atas terhadap total

penerimaan pajak daerah kota malang dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Page 119: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

97

Tabel 5.1 Kontribusi Tiap Jenis Pajak Terhadap Total Penerimaan PajakDaerah

Sumber data : diolah peneliti (2017)

Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar terhadap

total penerimaan pajak daerah Kota Malang diberikan oleh Bea Perolehan Hak

Atas Tanah dan Bangunan yaitu sebesar 38,67% dengan nilai Rp

144.892.155.137,00. Pada posisi ke dua ditempati oleh Pajak Bumi dan

Bangunan dengan kontribusi sebesar 16,66% atau senilai Rp 62.416.413.408,00.

Sedangkan penyumbang ke tiga adalah Pajak Reklame yaitu sebesar 12,70%

atau senilai Rp 47.568.068.966,00. Pemberi kontribusi ke empat adalah Pajak

Restoran yaitu sebesar 12,68% atau senilai Rp 47.498.229.279,00. Pemberi

kontribusi ke lima adalah Pajak Hotel yaitu sebesar 10,11% atau senilai

37.857.637.844,00. Selanjutnya adalah Pajak Parkir sebesar 5,90% atau senilai

Rp 22.101.587.217,00. Pemberi kontribusi ke tujuh adalah Pajak Hiburan yaitu

sebesar 1,76% atau senilai Rp 6.610.023.252,00. Pemberi kontribusi yang

Page 120: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

98

berada di urutan ke delapan adalah Pajak Penerangan Jalan yaitu sebesar

1,30% atau senilai Rp 4.887.815.130,00. Sedangkan pajak yang memberikan

kontribusi terkecil adalah Pajak Air Tanah, yaitu sebesar 0,22% atau senilai

Rp 809.743.186,00.

5.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan menjadi Pajak Daerah Kota Malang

semenjak tahun 2013. Sebelumnya Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ini

merupakan pajak pusat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,

maka Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ini menjadi pajak daerah. Peraturan

daerah Kota Malang yang mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan ini pada

awalnya adalah Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan. Setelah itu diubah menjadi Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011

tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Perubahan ini dilakukan

dikarenakan oleh adanya perubahan Nilai Jual Obyek Pajak.

Data Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang Dari

Tahun 2013-2016 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Kota Malang Tahun2013-2016

Sumber data: diolah peneliti (2017)

Page 121: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

99

Dari tabel 5.2 diatas diketahui bahwa pada tahun 2013 jumlah Wajib

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang sebanyak 252.801 orang.

Pada tahun 2014 jumlah tersebut bertambah sebanyak 4.256 orang atau naik

sebesar 1,68% dari tahun 2013 sehingga jumlah Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan menjadi 257.057 orang. Kenaikan jumlah Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan ini juga terjadi pada tahun 2015. Pada Tahun 2015 jumlah Wajib

Pajak Bumi dan Bangunan bertambah sebanyak 3.567 atau naik sebesar1,39%

dari tahun 2014. Kenaikan yang terjadi menyebabkan jumlah Wajib Pajak Bumi

dan Bangunan pada tahun 2015 menjadi sebanyak 260.624 orang. Kenaikan

jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan juga terjadi pada tahun 2016. Pada

tahun 2016 jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan bertambah sebanyak 5.213

orang atau sebanyak 1% dibandingkan tahun 2015. Kenaikan ini menyebabkan

jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Malang menjadi sebanyak

265.837 orang.

Sedangkan Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang menunggak

dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan yangMenunggak

Sumber data : diolah peneliti (2017)

Dari tabel 5.3 tersebut di atas diketahui bahwa jumlah wajib pajak yang

menunggak untuk tahun 2013, yaitu ketika tahun pertama Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan menjadi Pajak Daerah di Kota Malang adalah sebanyak

Page 122: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

100

80.585 wajib pajak. Sedangkan jumlah wajib yang menunggak untuk tahun 2014

lebih sedikit jika dibanding tahun 2013, yaitu sebanyak 80.415 wajib pajak atau

turun sebesar 0,21%. Namun untuk tahun 2015 jumlah wajib pajak yang

menunggak sebanyak 84.673 wajib pajak atau naik dari tahun 2014 sebesar

5,30%. Jumlah wajib pajak yang menunggak tahun 2016 adalah sebanyak 9.086

atau naik sebesar 10,73%.

Lokasi tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Malang

adalah sebagai berikut:

1) Kantor Kecamatan Lowokwaru;

2) Kantor Kecamatan Blimbing;

3) Kantor Kecamatan Klojen;

4) Kantor Kecamatan Sukun;

5) Kantor Kecamatan Kedungkandang;

6) Kantor Kelurahan Bareng;

7) Kantor Kelurahan Lesanpuro;

8) Kantor Kelurahan Tlogomas;

9) Kantor Kelurahan Polehan;

10) Kantor Kelurahan Bumiayu;

11) Kantor Kelurahan Tunggulwulung

5.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Uji Reliabilitas digunakan untuk menguji apakah suatu kuesioner

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal apabila jawaban responden terhadap pernyataan adalah

konsisten. Dalam penelitian ini, pengukuran reliabilitas menggunakan cara one

Page 123: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

101

shot atau pengukuran sekali saja, yaitu mengukur korelasi antar jawaban

pernyataan. Pengukuran dilakukan dengan bantuan SPSS dengan uji statistik

Cronbach Alpha (α). Menurut Nunnally(1994) (dalam Ghozali, 2016) “suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >

0,07”.

Sedangkan uji validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Dalam penelitian ini, pengujian validitas menggunakan bantuan SPSS

20 dengan cara melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor

indikator dengan total skor konstruk.

5.2.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Kemauan Membayar Pajak

5.2.1.1 Uji Reliabilitas Variabel Kemauan Membayar Pajak

Hasil dari pengujian reliabilitas variabel Kemauan Membayar Pajak tampak

pada tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4 Reliabilitas Kemauan Membayar Pajak

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

,721 ,715 7

Dari tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alphanya adalah

sebesar 71,5% yang berarti bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel

karena nilai Cronbach Alphanya > 0,07.

Page 124: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

102

5.2.1.2 Uji Validitas Variabel Kemauan Membayar Pajak

Hasil dari pengujian validitas variabel Kemauan Membayar Pajak dengan

menggunakan SPSS 20 dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-

masing skor dengan total skor konstruk seperti yang tampak pada tabel 5.5

berikut ini.

Page 125: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

103

Tabel 5.5 Korelasi Bivariate Kemauan Membayar Pajak

Correlations

KMP1 KMP2 KMP3 KMP4 KMP5 KMP6 KMP7 KMP

KMP1

Pearson Correlation 1 ,131 ,188 ,201* ,354** ,116 ,004 ,436**

Sig. (2-tailed) ,196 ,061 ,045 ,000 ,251 ,967 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP2

Pearson Correlation ,131 1 ,694** ,364** ,212* ,259** ,282** ,723**

Sig. (2-tailed) ,196 ,000 ,000 ,034 ,009 ,005 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP3

Pearson Correlation ,188 ,694** 1 ,386** ,099 ,188 ,275** ,698**

Sig. (2-tailed) ,061 ,000 ,000 ,329 ,061 ,006 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP4

Pearson Correlation ,201* ,364** ,386** 1 ,311** ,322** ,350** ,717**

Sig. (2-tailed) ,045 ,000 ,000 ,002 ,001 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP5

Pearson Correlation ,354** ,212* ,099 ,311** 1 ,213* ,170 ,547**

Sig. (2-tailed) ,000 ,034 ,329 ,002 ,034 ,091 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP6

Pearson Correlation ,116 ,259** ,188 ,322** ,213* 1 ,421** ,553**

Sig. (2-tailed) ,251 ,009 ,061 ,001 ,034 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP7

Pearson Correlation ,004 ,282** ,275** ,350** ,170 ,421** 1 ,565**

Sig. (2-tailed) ,967 ,005 ,006 ,000 ,091 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

KMP

Pearson Correlation ,436** ,723** ,698** ,717** ,547** ,553** ,565** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa korelasi antara masing-masing indikator

terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.

Page 126: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

104

5.2.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Sanksi

5.2.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Sanksi

Hasil dari pengujian reliabilitas variabel Sanksi tampak pada tabel 5.6

berikut ini.

Tabel 5.6 Reliabilitas Variabel Sanksi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

,814 ,838 8

Dari tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alphanya adalah

sebesar 81,4% yang berarti bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel

karena nilai Cronbach Alphanya > 0,07.

5.2.2.2 Uji Validitas Variabel Sanksi

Hasil dari pengujian validitas variabel Sanksi dengan menggunakan SPSS

20 dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor dengan total

skor konstruk seperti yang tampak pada tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7 Korelasi Bivariate Sanksi

Correlations

Sanksi

1

Sanksi

2

Sanksi

3

Sanksi

4

Sanksi

5

Sanksi

6

Sanksi

7

Sanksi

8

Sanksi

Page 127: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

105

Sanksi 1

Pearson Correlation 1 ,779** ,504** ,419** ,147 ,341** ,221* -,097 ,495**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,143 ,001 ,027 ,337 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 2

Pearson Correlation ,779** 1 ,647** ,538** ,189 ,437** ,283** -,086 ,590**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,060 ,000 ,004 ,396 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 3

Pearson Correlation ,504** ,647** 1 ,414** ,292** ,631** ,438** ,106 ,689**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,003 ,000 ,000 ,293 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 4

Pearson Correlation ,419** ,538** ,414** 1 ,351** ,395** ,526** ,439** ,749**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 5

Pearson Correlation ,147 ,189 ,292** ,351** 1 ,432** ,668** ,423** ,653**

Sig. (2-tailed) ,143 ,060 ,003 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 6

Pearson Correlation ,341** ,437** ,631** ,395** ,432** 1 ,648** ,388** ,790**

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 7

Pearson Correlation ,221* ,283** ,438** ,526** ,668** ,648** 1 ,530** ,820**

Sig. (2-tailed) ,027 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi 8

Pearson Correlation -,097 -,086 ,106 ,439** ,423** ,388** ,530** 1 ,619**

Sig. (2-tailed) ,337 ,396 ,293 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sanksi

Pearson Correlation ,495** ,590** ,689** ,749** ,653** ,790** ,820** ,619** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel 5.7 di atas diketahui bahwa korelasi antara masing-masing indikator

terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.

5.2.3 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Pelayanan on the Spot

5.2.3.1 Uji Reliabilitas Variabel Pelayanan on the Spot

Page 128: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

106

Hasil dari pengujian reliabilitas variabel Pelayanan on the Spot tampak

pada tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8 Reliabilitas Pelayanan on the Spot

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

,698 ,739 7

Dari tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alphanya adalah

sebesar 73,9% yang berarti bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel

karena nilai Cronbach Alphanya > 0,07.

5.2.3.2 Uji Validitas Pelayanan on the Spot

Hasil dari pengujian validitas variabel Sanksi dengan menggunakan SPSS 20

dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor dengan total

skor konstruk seperti yang tampak pada tabel 5.9 berikut ini.

Tabel 5.9 Korelasi Bivariate Pelayanan on the Spot

Correlations

Page 129: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

107

POTS1 POTS2 POTS3 POTS4 POTS5 POTS6 POTS7 POTS

POTS1

Pearson Correlation 1 ,332** ,307** ,012 ,112 -,078 -,296** ,372**

Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,905 ,269 ,443 ,003 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

POTS2

Pearson Correlation ,332** 1 ,192 ,153 ,121 ,084 -,059 ,441**

Sig. (2-tailed) ,001 ,056 ,128 ,230 ,405 ,559 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

POTS3

Pearson Correlation ,307** ,192 1 ,833** ,657** ,500** ,290** ,841**

Sig. (2-tailed) ,002 ,056 ,000 ,000 ,000 ,003 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

POTS4

Pearson Correlation ,012 ,153 ,833** 1 ,709** ,517** ,338** ,773**

Sig. (2-tailed) ,905 ,128 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

POTS5

Pearson Correlation ,112 ,121 ,657** ,709** 1 ,682** ,314** ,801**

Sig. (2-tailed) ,269 ,230 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

POTS6

Pearson Correlation -,078 ,084 ,500** ,517** ,682** 1 ,323** ,665**

Sig. (2-tailed) ,443 ,405 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

POTS7

Pearson Correlation -,296** -,059 ,290** ,338** ,314** ,323** 1 1,000**

Sig. (2-tailed) ,003 ,559 ,003 ,001 ,001 ,001 ,000

N 100 100 100 100 100 100 101 101

POTS

Pearson Correlation ,372** ,441** ,841** ,773** ,801** ,665** 1,000** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 101 101

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel 5.10 di atas diketahui bahwa korelasi antara masing-masing indikator

terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.

5.2.4 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Reputasi Petugas Pajak

5.2.4.1 Uji Reliabilitas Variabel Reputasi Petugas Pajak

Page 130: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

108

Hasil dari pengujian reliabilitas variabel Reputasi Petugas Pajak tampak

pada tabel 5.10 berikut ini.

Tabel 5.10 Reliabilitas Reputasi Petugas Pajak

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

,883 ,885 8

Dari tabel 5.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alphanya adalah

sebesar 88,5% yang berarti bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel

karena nilai Cronbach Alphanya > 0,07.

5.2.4.2 Uji Reliabilitas Variabel Reputasi Petugas Pajak

Hasil dari pengujian validitas variabel Reputasi Petugas Pajak dengan

menggunakan SPSS 20 dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-

masing skor dengan total skor konstruk seperti yang tampak pada tabel 5.11

berikut ini.

Tabel 5.11 Korelasi Bivariate Reputasi Petugas Pajak

Correlations

Page 131: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

109

RPP1 RPP2 RPP3 RPP4 RPP5 RPP6 RPP7 RPP8 RPP

RPP1

Pearson Correlation 1 ,676** ,625** ,610** ,513** ,414** ,510** ,209* ,810**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,037 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP2

Pearson Correlation ,676** 1 ,611** ,577** ,626** ,577** ,575** ,232* ,836**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,020 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP3

Pearson Correlation ,625** ,611** 1 ,514** ,551** ,532** ,535** ,200* ,797**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,046 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP4

Pearson Correlation ,610** ,577** ,514** 1 ,430** ,510** ,550** ,204* ,753**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,042 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP5

Pearson Correlation ,513** ,626** ,551** ,430** 1 ,661** ,529** ,262** ,777**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,009 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP6

Pearson Correlation ,414** ,577** ,532** ,510** ,661** 1 ,505** ,357** ,756**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP7

Pearson Correlation ,510** ,575** ,535** ,550** ,529** ,505** 1 ,436** ,755**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP8

Pearson Correlation ,209* ,232* ,200* ,204* ,262** ,357** ,436** 1 ,399**

Sig. (2-tailed) ,037 ,020 ,046 ,042 ,009 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

RPP

Pearson Correlation ,810** ,836** ,797** ,753** ,777** ,756** ,755** ,399** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel 5.11 di atas diketahui bahwa korelasi antara masing-masing indikator

terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.

Page 132: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

110

5.3 Uji Korelasi Antara Variabel Independen dan Dependen

Uji korelasi antara Variabel Independen dan Dependen dilakukan dengan

bantuan SPSS 20 yang menghasilkan data seperti pada tabel 5.12 di bawah ini:

Tabel 5.12 Korelasi Antara Variabel Independen dan Dependen

Correlations

Sanksi Persepsi

Tentang

Pelayana On

the Spot

Reputasi

Petugas

Pajak

Kemauan

Membayar

PBB

Sanksi

Pearson Correlation 1 ,775** ,772** ,926**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100

Persepsi Tentang Pelayana

On the Spot

Pearson Correlation ,775** 1 ,744** ,797**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100

Reputasi Petugas Pajak

Pearson Correlation ,772** ,744** 1 ,811**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100

Kemauan Membayar PBB

Pearson Correlation ,926** ,797** ,811** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari data pada tabel 5.12 diatas diketahui bahwa terdapat hubungan atau

korelasi antara variabel independen yaitu variabel sanksi, pelayanan on the spot,

dan reputasi petugas pajak dengan variabel dependen yaitu variabel kemauan

membayar pajak. Sedangkan nilai korelasi untuk variabel sanksi adalah sebesar

0,926. Nilai korelasi untuk variabel pelayanan on the spot sebesar 0,797 dan

untuk reputasi petugas pajak sebesar 0,811.Dari hasi perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa ketiga variabel independe berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Page 133: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

111

5.4 Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wajib Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Karakteristik

responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini terdiri dari

beberapa kelompok, yaitu responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan,

jenjang pendidikan, dan domisili.

5.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini merupakan deskripsi dari responden berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 5.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa dari total responden yang

berjumlah 100 orang, responden laki-laki berjumlah 63% atau 63 orang dan

responden perempuan berjumlah 37% atau 37 orang.

5.4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Berikut ini merupakan deskripsi dari responden berdasarkan usia..

Page 134: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

112

Gambar 5.3 Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari total responden yang

berjumlah 100 orang jumlah responden yang berusia antara 20-29 tahun

sebanyak 5% atau 5 orang. Responden yang berusia antara 30-39 tahun

sebanyak 15% atau 15 orang. Responden yang berusia antara 40-49 tahun

merupakan responden terbanyak yaitu 40% atau 40 orang. Sedangkan

responden yang berusia antara 50-59 tahun sebanyak 30% atau 30 orang.

Responden yang berusian antara 60-69 tahun sebanyak 9% atau 9 orang.

Sedangkan responden yang berusia antara 70-71 tahun merupakan responden

dengan jumlah paling sedikit yaitu 1% atau 1 orang.

5.4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berikut ini merupakan deskripsi dari responden berdasarkan pekerjaan.

Page 135: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

113

Gambar 5.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dari grafik diatas diketahui bahwa dari total responden yang berjumlah 100

orang, responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 16%

atau 16 orang. Sedangkan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta

sebanyak 62% atau 62 orang dan responden yang bekerja selain Pegawai

Negeri Sipil dan Pegawai Swasta sebanyak 22% atau 22 orang.

5.4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Berikut ini merupakan deskripsi dari responden berdasarkan jenjang pendidikan.

Page 136: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

114

Gambar 5.5 Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah responden dengan jenjang

pendidikan SD sebanyak 4% atau 4 orang. Responden dengan jenjang

pendidikan SMP sebanyak 5% atau 5 orang. Responden dengan jenjang

pendidikan SMA sebanyak 43% atau 43 orang. Responden dengan jenjang

pendidikan D1 sebanyak 3% atau 3 orang. Responden dengan jenjang

pendidikan D3 sebanyak 5% atau 5 orang. Responden dengan jenjang

pendidikan S1 sebanyak 36% atau 36 orang. Responden dengan jenjang

pendidikan S2 sebanyak 4% atau 4 orang.

5.4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Domisili

Berikut ini merupakan deskripsi dari responden berdasarkan Kecamatan

tempat tinggalnya.

Page 137: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

115

Gambar 5.6 Responden Berdasarkan Domisili

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa responden yang berdomisili di

Kecamatan Klojen sebanyak 11% atau 11 orang. Sedangkan responden yang

berdomisili di Kecamatan Lowokwaru sebanyak 23% atau 23 orang. responden

yang berdomisili di Kecamatan Blimbing sebanyak 20% atau 20 orang.

responden yang berdomisili di Kecamatan Kedungkandang sebanyak 24% atau

24 orang. responden yang berdomisili di Kecamatan Sukun sebanyak 22% atau

22 orang.

5.5 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik Deskriptif ini diperoleh dengan menggunakan bantuan

SPSS 20, dengan hasil seperti yang tampak pada tabel 5.14 berikut ini

Page 138: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

116

Tabel 5.14 Tabel Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kemauan Membayar Pajak 100 28 35 32,38 1,830

Sanksi 100 32 40 35,95 2,520

Pelayanan On the Spot 100 28 35 31,55 2,316

Reputasi Petugas Pajak 100 22 36 27,96 4,202

Valid N (listwise) 100

Berdasarkan tabel deskriptif dengan menggunakan bantuan SPSS 20 di atas

diketahui bahwa nilai terendah untuk variabel Sanksi adalah 32 dan nilai terbesar

adalah 40. Sedangkan nilai rata-rata (mean) untuk variabel Sanksi adalah 35,95

dan apabila dibagi dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan maka

rata-rata jawaban responden berada pada skala 4. Dengan demikian untuk

variabel Sanksi rata-rata responden menjawab “setuju” berdasarkan skala pada

kuisioner. Maksud dari jawaban ini adalah bahwa Sanksi dianggap oleh

responden dapat mempengaruhi kemauan responden untuk membayar pajak.

Pada variabel Persepsi tentang Pelayanan on the Spot, dari tabel 5.2

tersebut di atas diketahui bahwa nilai terendah untuk variabel Persepsi tentang

Pelayanan on the Spot adalah 28 dan nilai terbesar adalah 35. Sedangkan nilai

rata-rata (mean) untuk variabel Pelayanan on the Spot adalah 31,55 dan apabila

dibagi dengan jumlah pertanyaan sebanyak 7 pertanyaan maka rata-rata

jawaban responden berada pada skala 4. Dengan demikian untuk variabel

persepsi tentang Pelayanan on the Spot rata-rata responden menjawab “setuju”

berdasarkan skala pada kuisioner. Maksud dari jawaban ini adalah bahwa

Persepsi tentang Pelayanan on the Spot dianggap oleh responden dapat

mempengaruhi kemauan responden untuk membayar pajak.

Page 139: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

117

Sedangkan pada variabel Reputasi Petugas Pajak, dari tabel 5.2 tersebut

di atas diketahui bahwa nilai terendah untuk variabel Reputasi Petugas Pajak

adalah 22 dan nilai terbesar adalah 36. Sedangkan nilai rata-rata (mean) untuk

variabel Reputasi Petugas Pajak adalah 27,96 dan apabila dibagi dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan maka rata-rata jawaban responden berada

pada skala 4. Dengan demikian untuk variabel Reputasi Petugas Pajak rata-rata

responden menjawab “setuju” berdasarkan skala pada kuisioner. Maksud dari

jawaban ini adalah bahwa Reputasi Petugas Pajak dianggap oleh responden

dapat mempengaruhi kemauan responden untuk membayar pajak.

5.6 Hasil Uji Asumsi Klasik

5.6.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang

akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan menggunakan grafik

normal p-plot regression dengan bantuan progam aplikasi komputer SPSS ver

20.0 for Windows.

. Pengujian dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ini dilakukan

dengan terlebih dahulu menentukan hipotesis pengujian yritu:

H0 : data terdistribusi secara normal

HA : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05, maka distribusi adalah tidak

normal

b. Bila nilai probabilitas (Asymp. Sig) > 0,05, maka distribusi adalah normal

Page 140: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

118

Hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan SPSS 20 adalah

sebagai berikut.

Tabel 5.15 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 100

Normal Parametersa,bMean 0

Std. Deviation ,61619700

Most Extreme Differences

Absolute ,093

Positive ,093

Negative -,074

Kolmogorov-Smirnov Z ,928

Asymp. Sig. (2-tailed) ,355

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari data diatas diketahui bahwa nilai Asymp. Sig.(2-tailed) adalah

sebesar 0,355. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari tersebut bernilai > 0,05. Hal ini

berarti bahwa asumsi normalitas terpenuhi dan H0 (data terdistribusi secara

normal) diterima sehingga model regresi tersebut layak digunakan.

Selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, pengujian normalitas

dalam penelitian ini dilakukan juga dengan menggunakan grafik normal p-plot

regression seperti pada gambar 5.7 dan 5.8 berikut ini.

Page 141: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

119

Gambar 5.7 Grafik Histogram

Gambar 5.8 Grafik normal p-plot regression

Page 142: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

120

Dari gambar grafik hidtogram terlihat bahwa grafik tidak memberikan pola

distibusi yang menceng ke kiri atau ke kanan. Demikian juga dari gambar grafik

p-plot regression di atas untuk uji normalitas dengan menggunakan grafik normal

p-plot regression terlihat titik-titik untuk semua variabel mengikuti dan mendekati

garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

5.6.2 Hasil Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Pengujian Multikolinearitas dengan melihat nilai tolerian dan Varian Infloating

Factor (VIF) menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan

oleh variabel independen lainnya Syarat tidak terjadinya multikolinieritas adalah

apabila nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF≤ 10. Hasil pengujian Multikolinieritas

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini.

Tabel 5.16 Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

X1. Sanksi ,314 3,184

X2. Pelayanan on the spot ,347 2,882

X3. Reputasi Petugas Pajak ,352 2,844Sumber Data: Diolah Penulis (2017)

Dari tabel diatas diketahu bahwa nilai Tolerance untuk variabel Sanksi

dengan nilai 0,314, Pelayanan on the spot dengan nilai 0,347, dan Reputasi, dan

Reputasi Petugas Pajak dengan nilai 0,352 adalah > 0,10. Selanjutnya nilai VIF

untuk variabel Sanksi dengan nilai 3,184, Pelayanan on the spot dengan nilai

Page 143: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

121

2,882, dan Reputasi, dan Reputasi Petugas Pajak dengan nilai 2,844 adalah

<10. Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

masalah multikolinieritas.

5.6.1 Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi terdapat hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas.

Dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan gambar dan angka. Syarat uji

regresi adalah tidak ada heteroskedastisitas. Pada penelitian ini uji

heterokedastisitas menggunakan gambar dan angka yaitu uji Glesjer.

Gambar 5.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar 5.11 di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis

nol dan tidak mengumpul. Namun untuk lebih meyakinkan lagi bahwa tidak

Page 144: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

122

terjadi Heterokedastisitas maka perlu diuji dengan menggunakan uji Glesjer,

sehingga model regresi tersebut layak digunakan. Hasil uji glesjer tersebut

tampak pada tabel 5.17 berikut ini.

Tabel 5.17 Hasil Uji Glejser

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 2,105 ,722 2,913 ,004

Sanksi -,016 ,030 -,095 -,535 ,594

PersepsiTerhadap

Pelayanan On the

Spot

-,054 ,030 -,298 -1,774 ,079

Reputasi Petugas

Pajak,022 ,017 ,217 1,303 ,196

Dari tabel 5.17 di atas terlihat bahwa nilai probabilitas signifikansinya

untuk semua variabel bebas (independen) bernilai jauh diatas 5% yang sesuai

dengan hasil uji dengan menggunakan gambar scatterplot di atas sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas sehingga model regresi

layak digunakan.

Page 145: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

123

5.7 Pengujian Hipotesis

Ringkasan hasil pengujian dapat diketahui dari tabel 5.18 berikut ini:

Tabel 5.18 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel B Β T Sig Keterangan

Konstanta 9,167 8,457 ,000

Sanksi ,493 ,678 11,064 ,000 signifikan

Pelayanan On the Spot ,100 ,128 2,194 ,031 signifikan

Reputasi Petugas Pajak ,084 ,193 3,323 ,001 Signifikan

R R Square Adjusted R Square

,942 ,887 ,883

F 250,252 Sig 0,000

Sumber: Data Diolah, 2017

5.7.1 Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Terdapat hubungan antara

sanksi dan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang dilakukan dengan melaksanakan uji t. Dasar pengambilan keputusannya

adalah apabila nilai signifikansinya < 0,05 maka terdapat hubungan antara

variabel sanksi terhadap kemauan membayar pajak.

Hipotesis uji yang digunakan adalah:

H0: variabel sanksi (X1) tidak berhubungan dengan kemauan membayar

pajak

H1: variabel sanksi (X1) berhubungan dengan kemauan membayar pajak

Hasil uji t pada tabel 5.18 diperoleh nilai Sig t sebesar 0,000 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau bahwa variabel sanksi (X1)

berhubungan secara parsial terhadap Kemauan Membayar Pajak(Y). Koefisien

regresi variabel sanksi (X1) yang dihasilkan dari pengujian tersebut adalah

Page 146: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

124

sebesar 0,493 menyatakan bahwa apabila variabel sanksi (X1) yaitu sanksi

pidana ditambah sebesar 1 tahun maka kemauan membayar pajak(Y) akan

bertambah sebesar 0,493.

Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak masih mengkhawatirkan atau

takut terhadap sanksi yang akan diterima apabila tidak melaksanakan

kewajibannya membayar pajak atau dengan kata lain, sanksi dapat memberikan

efek jera. Oleh karena itulah maka wajib pajak menjadi memiliki kemauan untuk

membayar pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang sesuai

peraturan yang berlaku. Selain itu apabila dilihat dari koefisien regresinya, maka

apabila sanksi perpajakan dinaikkan atau penegakkan penerapan sanksi yang

sesuai peraturan dapat ditingkatkan maka kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan juga akan meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa

responden dalam penelitian yang telah dilakukan ini akan memenuhi

kewajibannya membayar pajak karena adanya sanksi yang diberikan apabila

wajib pajak tidak membayar pajak atau melaporkan obyek pajaknya dengan tidak

benar.

5.7.2 Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

pelayanan on the spot dan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang dilakukan dengan melaksanakan uji t. Dasar

pengambilan keputusannya adalah apabila nilai signifikansinya < 0,05 maka

terdapat hubungan antara variabel sanksi dan kemauan membayar pajak.

Page 147: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

125

Hipotesis uji yang digunakan adalah:

H0: variabel persepsi tentang pelayanan on the spot (X2) tidak berhubungan

secara signifikan dengan kemauan membayar pajak

H1: variabel persepsi tentang pelayanan on the spot (X2) berhubungan

secara signifikan dengan kemauan membayar pajak

Hasil uji t pada tabel 5.18 diperoleh nilai Sig t sebesar 0,031 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau bahwa variabel persepsi

tentang pelayanan on the spot (X2) berhubungan secara parsial dengan

Kemauan Membayar Pajak(Y). Sedangkan koefisien regresi variabel persepsi

tentang pelayanan on the spot (X2) yang dihasilkan dari pengujian tersebut

adalah sebesar 0,100 menyatakan bahwa apabila variabel persepsi tentang

pelayanan on the spot (X2) bertambah atau sebesar 1 unit maka kemauan

membayar pajak(Y) akan bertambah sebesar 0,100 unit.

Hasil perhitungan di atas berarti bahwa apabila kualitas pelayanan on the

spot ditingkatkan, maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang akan meningkat.

5.7.3 Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

reputasi petugas pajak dan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang dilakukan dengan melaksanakan uji t. Dasar

pengambilan keputusannya adalah apabila nilai signifikansinya < 0,05 maka

terdapat hubungan antara variabel sanksi dan kemauan membayar pajak.

Page 148: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

126

Hipotesis uji yang digunakan adalah:

H0: variabel reputasi petugas pajak (X3) tidak berhubungan secara signifikan

terhadap kemauan membayar pajak

H1: variabel reputasi petugas pajak (X3) berhubungan secara signifikan

dengan kemauan membayar pajak

Hasil uji t pada tabel 5.18 diperoleh nilai Sig t sebesar 0,001 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau bahwa variabel reputasi

petugas pajak (X3) berhubungan secara parsial terhadap Kemauan Membayar

Pajak(Y). Sedangkan koefisien regresi variabel reputasi petugas pajak (X3) yang

dihasilkan dari pengujian tersebut adalah sebesar 0,084 menyatakan bahwa

apabila variabel reputasi petugas pajak (X3) bertambah sebesar 1 atau

menambah petugas yang memiliki reputasi baik sebanyak satu orang maka

kemauan membayar pajak(Y) akan bertambah sebesar 0,084.

Hasil perhitungan di atas berarti bahwa apabila reputasi petugas pajak baik

maka masyarakat akan merasa senang karena mereka dapat mengandalkan

petugas pajak. Apabila kemampuan petugas pajak ditingkatkan dalam hal

kecakapan teknis, kecepatan dalam memberikan pelayanan, ketepatan dalam

memberikan pelayanan, adil dan juga jujur dalam memberikan pelayanan maka

kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan juga akan meningkat.

5.7.4 Pengujian Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel 5.18 diatas dapat

diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = β0 + β1Sanksi + β2 Persepsi tentang Pelayanan on the Spot + β3Reputasi

Petugas Pajak + e

Page 149: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

127

Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Variabel sanksi, persepsi

tentang pelayanan on the spot, dan reputasi petugas pajak secara simultan

berhubungan dengan Kemauan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang dilakukan dengan melaksanakan uji F. Dasar

pengambilan keputusannya adalah apabila nilai signifikansinya < 0,05 maka

terdapat hubungan antara variabel sanksi Persepsi tentang Pelayanan on the

Spot, dan Reputasi Petugas Pajak dengan kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

signifikansi 0,000 atau jauh lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen yaitu:

Sanksi, Persepsi tentang Pelayanan on the Spot, dan Reputasi Petugas Pajak

secara simultan berhubungan terhadap Kemauan Membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang.

Hasil Penelitian di atas menunjukkan bahwa apabila secara bersama-

sama, penegakkan pelaksanaan sanksi dapat ditingkatkan, kualitas pelayanan

on the spot ditingkatkan, dan juga adanya peningkatan kualitas dari petugas

pajak maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang akan meningkat.

Dari tabel 5.18 di atas dapat diketahui besarnya kontribusi variabel

independen secara simultan terhadap variabel dependen, berdasarkan hasil

perhitungan dengan nilai koefisien determinasi atau Adjusted R Square = 0,883

maka kontribusi dari variabel independen yaitu: Sanksi, Persepsi tentang

Pelayanan On the spot, dan Reputasi Petugas Pajak adalah sebesar 88,3%,

sedangkan 11,7% lainnya disumbangkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti

dalam penelitian ini.

Page 150: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

128

5.8 Pembahasan Hasil

5.8.1 Hubungan Sanksi dan Kemauan Membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang

. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sanksi berhubungan secara

signifikan dengan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di

Kota Malang. Apabila sanksi ditingkatkan atau penegakkan pelaksanaan sanksi

ditingkatkan maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di

Kota Malang akan meningkat. Hal ini dikarenakan oleh wajib pajak masih

mengkhawatirkan atau takut akan mendapatkan sanksi apabila tidak membayar

pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu wajib pajak merasa jera

dengan sanksi yang diterima apabila tidak melaksanakan kewajibannya untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Dari penjelasan tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa sanksi berhubungan dengan kemauan wajib pajak

untuk melunasi utang pajaknya. Menurut pendapat Richard Burton (2002)

“Kaidah hukum (hukum pajak) berupa sanksi pidana maupun sanksi administrasi

pada dasarnya dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau melunasi

kewajibannya untuk melunasi utang pajaknya dengan baik dan benar”. Selain itu

Menurut Zain(2007) “tidak diperlukan usaha apapun apabila dengan rasa takut

dan ancaman hukuman saja wajib pajak sudah akan mematuhi kewajibannya”.

Penjabaran tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini didukung oleh Richard

Burton dan Zain.

Pemerintah Kota Malang telah mengatur sanksi untuk wajib Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan ini dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011

Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Dalam peraturan tersebut

Page 151: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

129

disebutkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis sanksi, yaitu sanksi administrasi yaitu

sebesar 2% untuk keterlambatan dan sanksi pidana berupa kurungan atau

penjara. Hasil kuesioner untuk item pernyataan yang berkaitan dengan sanksi

pidana, hasil kuesioner untuk item pernyataan yang berkaitan dengan sanksi

pidana mempunyai nilai rata-rata 4 yang berarti wajib pajak menjawab setuju.

Hal ini mengindikasikan bahwa sanksi pidana yang diberikan oleh Pemerintah

akan wajib pajak merasa takut terhadap sanksi pidana danmembuat efek jera

bagi wajib pajak.

Selain itu, dari hasil kuesioner diketahui pula bahwa pada item

pernyataan yang berkaitan dengan sanksi administrasi rata-rata jawaban

responden adalah berada pada skor 3,77 yang berarti masyarakat ragu-ragu

dengan sanksi administrasi berupa denda keterlambatan sebesar 2%. Hal ini

mengindikasikan bahwa wajib pajak meragukan apabila sanksi administrasi yang

ditetapkan Pemerintah Kota Malang untuk keterlambatan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Kota Malang dapat membuat efek jera. Berdasarkan penjabaran

hasil kuesioner tersebut maka dapat dikatakan bahwa sanksi berpengaruh

terhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Namun sanksi yang

lebih memberikan efek jera adalah sanksi pidana daripada sanksi administrasi

Hasil penelitian bahwa sanksi berhubungan dengan kemauan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan ini didukung oleh pendapat dari Richard Burton (2002)

,Zain(2007), penelitian dari Nugroho (2016) dan Sukma (2015) yang mengatakan

bahwa sanksi berhubungan dengan kemauan membayar pajak.

Di Kota Malang aturan terkait sanksi Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

ini diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan

Page 152: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

130

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan. Dalam peraturan daerah tersebut diatur bahwa sanksi

administrasi untuk keterlambatan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang saat ini ditetapkan sebesar 2%. Sedangkan sanksi

pidana yang diatur dalam peraturan ini antara lain:

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPOP atau

mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan

keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah

dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau

pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak

atau kurang dibayar.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPOP atau

mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan

keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana

denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak

atau kurang dibayar.

Sanksi administrasi telah diterapkan di Kota Malang, namun untuk

penerapan sanksi pidana belum dapat sepenuhnya dilakukan. Hal ini

dikarenakan oleh Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang Masih

menggunakan data dari Kantor Pajak Pratama Kota Malang. Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan ini mulai menjadi Pajak Daerah Kota Malang pada tahun

2013. Data wajib pajak lama yang digunakan adalah data pelimpahan yang

berasal dari Kantor Pajak Pratama Kota Malang. Pemerintah Kota Malang belum

melakukan pendataan ulang terkait obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan

Page 153: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

131

Perkotaan di Kota Malang. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Kota

Malang dalam hal ini adalah Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang

kesulitan memberlakukan sanksi pidana terhadap obyek pajak yang yang telah

berubah kepemilikan namun pemilik belum melaporkan perubahan tersebut.

Langkah yang telah diambil oleh Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang

untuk mengatasi masalah tersebut sementara hanya memasang papan

peringatan menunggak pajak pada obyek pajak yang telah menunggak lebih dari

5 (lima) tahun.

Apabila sanksi dikaitkan dengan ruang lingkup administrasi publik, maka

sanksi yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Malang ini termasuk dalam

ruang lingkup administrasi publik yaitu kebijakan publik. Dilihat dari definisi

kebijakan publik maka pemberian sanksi kepada Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan di Kota Malang merupakan tindakan Pemerintah Kota Malang untuk

memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh. Sedangkan yang

dimaksud berorientasi pada kepentingan publik adalah pemberian sanksi

dilaksanakan agar wajib pajak membayar pajak yang menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 pajak daerah merupakan “kontribusi wajib kepada Daerah

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Hal ini berarti bahwa pajak yang terkumpul akan digunakan

untuk kepentingan rakyat, sehingga dengan memberikan sanksi kepada wajib

pajak yang tidak patuh maka tindakan pemerintah ini merupakan tindakan yang

berorientasi kepada kepentingan publik. Selanjutnya kebijakan publik yang

merupakan tindakan pemilihan alternatif untuk dilaksanakan atau tidak

Page 154: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

132

dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik sangatlah jelas bahwa

Pemerintah Kota Malang telah membuat dan mengesahkan Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 11 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan yang didalamnya memuat tentang sanksi,

baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Hal ini berarti Pemerintah Kota

Malang memilih untuk melaksanakan atau menerapkan sanksi tersebut demi

kepentingan publik, meskipun dalam kenyataannya masih sulit menerapkan

sanksi pidana dikarenakan kurang akuratnya data wajib pajak.

Adanya hubungan antara sanksi dan kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan ini, apabila sanksi dapat diterpkan dengan baik dan benar

sesuai peraturan maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan realisasi

penerimaan Pajak Asli Daerah yang dapat digunakan untuk membiayai

pembangunan di Kota Malang. Apabila Pendapatan Asli Daerah bertambah

maka akan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pusat sehingga

menguatkan otonomi daerah itu sendiri.

5.8.2 Hubungan Persepsi Tentang Pelayanan on The Spot dan Kemauan

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

Pelayanan on the spot yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pelayanan yang dilakukan oleh Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang

dengan menggunakan mobil pajak keliling ketika ada acara blusukan Walikota

Malang atau ada acara-acara tertentu yang berhubungan dengan pajak atau di

tempat-tempat yang tidak terdapat tempat pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan. Hal ini dikarenakan ketika Pajak Bumi dan Bangunan masih menjadi

Page 155: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

133

Pajak Pusat, wajib pajak dapat membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

di Kantor Kelurahan dan membayar melalui petugas Kelurahan. Hal ini sangat

memudahkan masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan. Namun semenjak menjadi Pajak Daerah, maka pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan hanya dapat dibayarkan di tempat-tempat yang

telah ditentukan yang antara lain:

a) Kantor Kecamatan Lowokwaru

b) Kantor Kecamatan Blimbing

c) Kantor Kecamatan Klojen

d) Kantor Kecamatan Sukun

e) Kantor Kecamatan Kedungkandang

f) Kantor Kelurahan Bareng

g) Kantor Kelurahan Lesanpuro

h) Kantor Kelurahan Tlogomas

i) Kantor Kelurahan Polehan

j) Kantor Kelurahan Bumiayu

k) Kantor Kelurahan Tunggulwulung

Wajib pajak yang berdomisili di lokasi yang di kelurahannya tidak terdapat

tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dapat membayar Pajak Bumi dan

Bangunan pada saat dilaksanakan pelayanan on the spot. Dari hasil kuesioner

total nilai dari 5 (lima) indikator yang digunakan, setiap indikator memiliki nilai

rata-rata skor 4 yang berarti wajib pajak mempersepsikan kualitas pelayanan on

the spot sudah baik. Namun dari kelima indikator dari Zeithaml (tangible,

reliability, responsive, assurance, dan empathy) nilai terendah terdapat pada

indikator tangible. Indikator tangible ini berkaitan dengan sarana fisik dalam

Page 156: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

134

melaksanakan pelayanan on the spot. Meskipun dari hasil skor sudah baik,

namun jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada indikator lain, maka

sarana fisik dari pelayanan on the spot ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari

Pemerintah Kota Malang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pelayanan on the spot

merupakan pelayanan dengan menggunakan mobil pajak keliling, dimana tidak

terdapat ruang tunggu yang nyaman bagi wajib pajak.

Secara umum dari hasil total skor variabel persepsi tentang pelayanan on

the spot ini baik. Apabila dilihat dari indikator reliabel, maka dapat disimpulkan

bahwa wajib pajak menilai bahwa pelayanan on the spot merupakan pelayanan

yang terpercaya karena wajib pajak yang membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan mendapatkan bukti pembayaran yang sah. Sedangkan dari indikator

responsive, yaitu kesanggupan untuk secara cepat dan tepat serta tanggap

terhadap konsumen, pelayanan on the spot dinilai baik. Hal ini dapat terjadi

karena pelayanan on the spot merupakan pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Kota Malang khusus untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan yang mendekati wajib pajak. Pelayanan on the spot ini dilakukan

ketika terdapat agenda blusukan Walikota Malang. Acara blusukan Walikota

Malang ini dilakukan di Kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Malang. Oleh

karena pelayanan on the spot ini dilaksanakan di lokasi dilakukannya agenda

blusukan, maka wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang yang

bertempat tinggal di daerah tersebut akan lebih dekat dalam melaksanakan

kewajibannya membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Apabila tidak

terdapat pelayanan on the spot ini, maka wajib Pajak Bumi dan Bangunan

membayar pajak tersebut di Kantor Bank Jatim yang terdapat di tempat-tempat

tertentu yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota Malang. Namun dengan

Page 157: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

135

adanya pelayanan on the spot ini maka wajib pajak yang bertempat tinggal jauh

dari lokasi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan yang telah

ditentukan oleh Pemerintah Kota Malang dapat membayar pajak tersebut di

lokasi blusukan Walikota Malang yang lebih dekat dengan lokasi tempat

tinggalnya. Oleh karena itulah maka pelayanan on the spot ini dapat dikatakan

tepat dan tanggap terhadap keinginan wajib pajak, yang menginginkan

pembayaran pajak yang lebih dekat. Pelayanan lebih dekat ini diinginkan karena

ketika Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan ini masih menjadi Pajak Pusat maka

wajib pajak dapat membayarnya melalui pegawai kelurahan setempat, namun

sejak menjadi pajak daerah maka tidak di semua kelurahan terdapat tempat

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

Indikator berikutnya adalah assurance, yaitu kemampuan dan keramahan

serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.

Indikator assurance ini mendapatkan total nilai terbesar diantara indikator yang

lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa petugas telah bersikap sopan dan ramah

dalam melayani wajib pajak. Sikap sopan dan ramah dlam memberikan

pelayanan ini sangat penting bagi wajib pajak. Hal ini dikarenakn oleh dengan

kesopanan dan keramahan dari petugas maka wajib pajak akan merasa nyaman

sehingga wajib pajak akan yakin bahwa mereka dapat mempercayai petugas

pajak, dan bahwa petugas tersebut tidak akan menipu atau menggelapkan pajak

yang mereka bayarkan.

Indikator terakhir yang digunakan adalah empathy, yaitu sikap tegas tetapi

penuh perhatian dari petugas terhadap konsumen. Dari hasil kuesioner diketahui

bahwa wajib pajak menilai bahwa petugas pajak yang melayani telah memiliki

sikap tegas namun perhatian kepada wajib pajak. Tegas yang dimaksud adalah

Page 158: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

136

petugas melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak

dapat dikompromi, namun apabila ada wajib pajak yang mengalami kesulitan

maka petugas akan memberikan saran atau masukan yang sesuai dengan

aturan yang berlaku.

Salah satu contoh bahwa pelayanan on the spot ini berhubungan dengan

kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah Pelayanan on

the spot yang dlakukan di Kelurahan Dinoyo. Berdasarkan pelayanan yang

pernah dilakukan di Kelurahan Dinoyo yang diakses melalui

(http://malangkota.go.id/2017/07/15/jemput bola, BP2D Buka Stan Layanan

Pembayaran Pajak di Kawasan Dinoyo/ diakses pada tanggal 25 Juli 2017)

dalam pelayanan On The Spot tersebut petugas Badan Pelayanan Pajak Daerah

(BP2D) Kota Malang bekerjasama dengan Bank Jatim Cabang Malang membuka

stan pelayanan dan pembayaran PBB di Kantor Kelurahan Dinoyo. Stan dibuka

mulai pukul 08.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB, Wajib Pajak yang

membayar PBB Perkotaan yang membayar sebanyak 112 orang. Dari uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pelayanan on the spot ini

maka kemauan wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

meningkat.

Penjabaran diatas menunjukkan bahwa pelayanan on the spot

berhubungan dengan kemauan membayar pajak. Hasil penelitian ini didukung

oleh Pendapat Zain(2007), Katona (1975)(dalam Burton 2010), Katharina Gangl,

Stephan Muehlbacher, Manon de Groot, Sjoerd Goslinga,Eva Hofmann,

Christoph Kogler, Gerrit Antonides, and Erich Kirchler, Ortega, Daniel; Ronconi,

Lucas; Sanguinetti, Pablo.

Page 159: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

137

Dengan adanya hubungan antara pelayanan on the spot ini terutama

dalam hal kualitas pelayanannya maka apabila kualitas pelayanan ditingatkan

maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan akan

meningkat. Apabila peningkatan kualitas pelayanan dilaksankan seperti misalnya

memberikan jadwal rutin untuk pelayanan on the spot ini, menambah armada

mobil pajak keliling atau dalam jangka panjang Pemerintah Kota Malang

menyediaan pelayanan yang lebih nyaman yaitu degan menyediakan tempat

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di setiap kelurahan maka

kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan akan meningkat.

Peningkatan ini akan menyebabkan realisasi penerimaan Pajak Asli Daerah

meningkat.Peningkatan ini akan mengurangi ketergantungan daerah kepada

pusat sehingga akan terjadi penguatan otonomi daerah.

5.8.3 Hubungan Reputasi Petugas Pajak dan Kemauan Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

Reputasi petugas pajak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

perbuatan yang dilakukan oleh petugas pajak sehingga mendapatkan nama baik.

Menurut Bentham (1789)(dalam Pasolong, 2016: 194) mengatakan bahwa “

prinsip etis dan tidak etisnya suatu kegiatan tergantung kepada kecenderungan

menghasilkan kebahagiaan, atau mengurangi kebahagiaan”. Pendapat ini

didukung oleh John Stuart Mill (1861) (dalam Pasolong, 2016: 195) mengatakan

bahwa “suatu kegiatan dianggap baik secara etis apabila dapat meningkatkan

kebahagiaan dan tidak etis atau buruk apabila tidak mendatangkan kebahagiaan

atau kesenangan”.

Page 160: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

138

Dari hasil kuesioner untuk pernyataan yang berkaitan dengan reputasi

petugas banyak rata-rata skor yang diperoleh adalah 4 yang menunjukkan

bahwa reputasi petugas pajak di Kota Malang baik. Berdasarkan pendapat dari

Bentham tersebut diatas apabila reputasi petugas pajak baik sehingga dapat

menyebabkan wajib pajak senang untuk dilayani oleh mereka maka pelayanan

yang diberikan adalah etis atau baik.

Berdasarkan Renstra Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang tahun

2017 terdapat program Pengembangan Sumber Daya Manusia yang

kegiatannya berupa bimtek dan diklat fiskus atau petugas pajak. Program dan

kegiatan ini dapat menunjang kemampuan petugas pajak dalam pelaksanaan

tugasnya terutama dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Apabila

program dan kegiatan ini dilaksanakan dan berhasil maka dapat membantu

memperbaiki reputasi petugas pajak atau menjadikan reputasi petugas pajak

yang sudah baik menjadi lebih baik lagi di mata wajib pajak. Kegiatan semacam

ini memang sangat diperlukan untuk mendapatkan petugas pajak dengan

reputasi yang baik, hal ini dikarenakan oleh adanya perubahan peraturan

perpajakan. Dengan diadakannya kegiatan ini maka petugas pajak akan memiliki

pengetahuan tentang peraturan perpajakan terbaru, sehingga ketika ada wajib

pajak yang bertanya atau membutuhkan informasi terkait peraturan perpajakan

terbaru maka petugas pajak dapat menjelaskannya kepada wajib pajak. Wajib

pajak yang puas dengan jawaban petugas pajak tersebut akan memberikan

penilaian atau mempersepsikan bahwa petugas pajak memiliki reputasi yang

baik sehingga kemauan membayar pajaknya akan meningkat. Hasil penelitian ini

didukung oleh pendapat dari Zain (2007) bahwa reputasi petugas pajak

berhubungan dengan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Page 161: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

139

Menurut Zain (2007) reputasi petugas pajak dapat dilihat dari kecakapan

teknis petugas, kecepatan, ketepatan dan keadilan dalam memberikan

pelayanan. Zain (2007) mengatakan bahwa “semua sikap dan tindakan petugas

pajak berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat. Apabila masyarakat

percaya kepada petugas pajak maka ia akan mau untuk membayar pajak”.

Pendapat Zain tersebut menunjukkan bahwa reputasi petugas pajak

berhubungan dengan kemauan membayar pajak.

Dengan demikian, maka apabila reputasi petugas pajak ditingkatkan lagi

dengan terus melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas pegawai pajak

secara rutin maka akan dapat meningkatkan kemauan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perotaan sehingga Pendapatan Asli Daerah juga akan

meningkat dan memperkuat otonomi daerah.

5.8.4 Hubungan Sanksi, Persepsi Tentang Pelayanan on the Spot, dan

Reputasi Petugas Pajak Secara Simultan dengan Kemauan

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

Berdasarkan hasil penelitian ini, sanksi, persepsi tentang pelayanan on the

spot, dan reputasi petugas pajak berhubungan signifikan secara bersama-sama

atau simultan dengan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

di Kota Malang. Secara simultan ketiga variabel independen tersebut

berkontribusi sebesar 88,3% terhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang.Sedangkan 11,7% kemauan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil Uji F tampak seperti tabel berikut

ini.

Page 162: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

140

Variabel B Sig Keterangan

Konstanta 9,167 ,000

Sanksi ,493 ,000 Signifikan

Pelayanan On the Spot ,100 ,031 Signifikan

Reputasi Petugas Pajak ,084 ,001 Signifikan

RR

SquareAdjusted R Square

,942 ,887 ,883

F 250,252 Sig 0,000

Sedangkan Variabel yang berhubungan dengan kemauan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang pada posisi pertama berdasarkan

penelitian ini adalah sanksi dengan koefisien sebesar 0,493 yang berarti bahwa

apabila sanksi pidana ditambah 1 tahun maka kemauan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang akan bertambah sebesar 0,493 dari

sebelumnya. Variabel yang berhubungan setelah sanksi adalah persepsi tentang

pelayanan on the spot dan selanjutnya adalah reputasi petugas pajak. Nilai

koefisien variabel persepsi tentang pelayanan on the spot adalah sebesar 0,100

yang berarti apabila variabel persepsi tentang pelayanan on the spot ditingkatkan

1 unit atau mobil pajak keliling ditambah 1 unit maka kemauan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang akan bertambah sebesar 0,100.

Demikian juga dengan variabel reputasi petugas pajak yang berada pada posisi

ke tiga dengan nilai koefisien sebesar 0,084 maka apabila variabel ini ditambah 1

orang atau menambah 1 orang petugas yang memiliki reputasi baik maka

kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang akan

bertambah sebesar 0,084.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa apabila variabel sanksi,

persepsi tentang pelayanan on the spot, dan reputasi petugas pajak meningkat

Page 163: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

141

maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

akan meningkat pula. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat dari Zain

(2007) yang menyebutkan bahwa sanksi, pelayanan, dan reputasi petugas pajak

berhubungan dengan kemauan membayar pajak. Apabila kemauan wajib pajak

untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan meningkat, maka akan

berdampak pada kenaikan jumlah penerimaan yang berasal dari Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan. Penambahan penerimaan yang berasal dari Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan tersebut akan menambah jumlah Pendapatan Asli

Daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah. Hal ini sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu sumber penerimaan daerah

terdiri dari Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan.

Pendapatan Asli Daerah ini menurut Mahmudi (2010) merupakan diskresi bagi

Pemerintah Daerah untuk dapat digunakan dalam membiayai pembangunan

daerah. Oleh karena itulah maka dengan meningkatnya kemauan membayar

pajak yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang

yang merupakan pajak dengan realisasi terbesar ke dua maka sumber

pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan

prioritas Kota Malang akan bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Adisasmita (2014: 3) bahwa “dilihat dalam konteks pengelolaan keuangan

daerah, penerimaan pendapatan daerah dan anggaran mempunyai kaitan yang

erat terhadap keberhasilan pembangunan daerah dan pelaksanaan otonomi

daerah, oleh karena itu harus dikelola secara efektif, efisien dan profesional serta

berkelanjutan”. Sesuai pendapat Adisasmita tersebut maka sangat diperlukan

Page 164: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

142

pengelolaan keuangan daerah terutama yang berkaitan dengan penerimaan

pendapatan daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan derah yang baik

dan berkelanjutan. Peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dapat

meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan di daerah itu

sendiri. Berdasarkan prinsip keuangan daerah yang terdapat dalam Undang–

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu untuk

menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab,

diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri

yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah

serta antara propinsi dengan kabupaten/kota, maka dengan meningkatnya

Pendapatan Asli Daerah berarti daerah memiliki kemampuan untuk menggali

sumber keuangan sendiri dan juga akan mengurangi ketergantungan daerah

terhadap sumber pembiayaan yang berasal dari dana perimbangan antara

pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dengan kabupaten.

Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Malang untuk mengetahui

pemilik dari obyek Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan juga dalam rangka

meningkatkan pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah dengan

melaksanakan program Sunset Policy. Program tersebut dilaksanakan pada

tahun 2016 dan 2017. Pada program Sunset Policy tahun 2016 diikuti sebanyak

1.213 wajib pajak dengan penerimaan sebesar Rp 1.592.800.000,00. Sedangkan

program Sunset Policy tahun 2017 diikuti sebanyak 539 wajib pajak dengan

penerimaan sebesar Rp 587.200.000,00. Dengan dilaksanakannya program

sunset policy ini maka penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

meningkat. Selain itu juga wajib pajak yang telah mengikuti program tersebut

akan mau membayar pajaknya di tahun mendatang karena mereka telah

Page 165: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

143

terbebas dari sanksi administrasi dari tunggakan pajak tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu ada pula keuntungan yang diperoleh Pemerintah Kota Malang, yaitu

obyek pajak yang sebelumnya tidak bertuan dan apabila wajib pajaknya

mengikuti program ini maka akan diketahui siapa pemiliknya. Hal ini sangat

menguntungkan karena akan menambah basis data Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang. Selain kegiatan sunset policy tersebut untuk

merangsang investasi terkait perhotelan, dan juga restoran maka Sedangkan

karakteristik kebijakan terkait Pajak Bumi dan Perkotaan di Kota Malang apabila

diliht dari Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan

Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

maka dapat diketahui adanya tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang yang justru turun pada NJOP yang tinggi. Tarif untuk NJOP sampai

dengan Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah) ditetapkan

sebesar 0,055 % (nol koma nol lima puluh lima persen) per tahun, untuk NJOP

Rp. 1.500.000.001,00 (satu milyar lima ratus juta satu rupiah) sampai dengan Rp.

5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,112 % (nol koma

seratus dua belas persen) per tahun, untuk NJOP Rp.5.000.000.001,00 (lima

milyar satu rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar

rupiah) ditetapkan sebesar 0,145 % (nol koma seratus empat puluh lima persen)

per tahun, dan untuk NJOP diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar

rupiah) ditetapkan sebesar 0,113 % (nol koma seratus tiga belas persen) per

tahun. Penurunan tarif Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Malang ini dilakukan

karena semakin berkembangnya usaha perhotelan di Kota Malang dimana

terdapat banyak dibangunnya hotel baru di Kota Malang. Dengan diturunkannya

tarif untuk NJOP diatas Rp 100.000.000.000,00 diharapkan akan semakin

Page 166: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

144

meningkatkan investasi di bidang perhotelan di Kota Malang. Peningkatan

investasi ini akan berdampak pada kenaikan pendapatan dari sektor pajak

daerah di Kota Malang khususnya Pajak Bumi dan Bangunan Perotaan di Kota

Malang.

Sedangkan dari sisi pelayanan yaitu Pelayanan on The Spot, Badan

Pelayanan Pajak Daerah menyelenggarakan acara Tax Go To Kampung yang

dilaksanakan selama Bulan November 2017. Acara ini selain untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak juga untuk

melakukan pelayanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan melalui

Pelayanan On The Spot. Bukti pembayaran pajak tersebut dapat digunakan

untuk memperoleh kupon undian jalan sehat dengan memberikan hadiah yang

menarik seperti sepeda gunung, televisi, lemari es, dan hadiah menarik lainnya.

Selain itu yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang untuk menaikkan

jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah menaikkan Nilai Jual

Obyek Pajak di Kota Malang. Nilai Jual Obyek Pajak ini tergantung dari nilai

obyek pajak itu sendiri. Sedangkan nilai dari obyek pajak tersebut tergantung dari

lokasi, peruntukan (untuk rumah tinggal, tempat usaha, daerah

industri,pendidikan yang diselenggarakan swasta dan sebagainya), lebar jalan di

depan obyek pajak, harga pasar dari obyek pajak yang sejenis dan lain-lain yang

biasanya disebut dengan Zona Nilai Tanah. Penentuan Nilai Jual Obyek Pajak ini

hanya dapat dilakukan oleh penilai yang bersertifikat. Sedangkan untuk

menentukan Luas Tanah sebagai dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan maka wajib pajak harus menyertakan IMB dari obyek pajak. Hal ini

tidak berlaku untuk tanah dan/atau bangunan yang bukan

merupakan obyek pajak seperti yang digunakan oleh pemerintah untuk

Page 167: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

145

penyelenggaraan pemerintahan, digunakan semata-mata untuk melayani

kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan

kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk emperoleh

keuntungan,digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu, merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

Sedangan untuk mengatasi penunggak Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan adalah dengan melakukan penagihan dan untuk wajib pajak yang

tidak menyampaikan SPOP adalah petugas akan melakukan pendataan sendiri

dengan terjun ke lokasi dan kemudian melakukan penetapan besarnya pajak

dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan menyerahkannya

kepada wajib pajak, apabila wajib pajak tidak membayar sampai batas waktu

yang ditentukan maka petugas akan melakukan penagihan. Selain itu apabila

apabila telah dilakukan pendataan obyek pajak dan disangka adanya

kecurangan atau penyampaian data dalam SPOP terindikasi tidak benar maka

petugas akan melakukan pemeriksaan dengan cara menghimpun dan mengolah

data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

daerah. Apabila dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa memang terjadi

kecurangan maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyidikan yaitu

tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan

daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

Page 168: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan antara lain:

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif secara parsial antara variabel sanksi, persepsi tentang

pelayanan on the spot, dan reputasi petugas pajak dengan variabel

kemauan membayar pajak. Hal ini berarti apabila variabel sanksi meningkat

maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang akan meningkat, demikian juga yang terjadi terhadap persepsi

tentang pelayanan on the spot dan reputasi petugas pajak. Sedangkan

persepsi terhadap pelayanan on the spot termasuk dalam ruang lingkup

pelayanan publik dan reputasi petugas pajak termasuk ke dalam ruang

lingkup etika administrasi publik.

2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini diketahui bahwa terdapat

hubungan positif antara variabel sanksi, persepsi tentang pelayanan on the

spot, dan reputasi petugas pajak secara simultan dengan variabel kemauan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Secara

simultan ketiga variabel independen tersebut berkontribusi sebesar 88,3%

terhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang.Sedangkan 11,7% kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang berhubungan dengan variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Apabila dilihat dari nilai koefisien masing-masing

variabel, maka dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki hubungan

terbesar terhadap kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

146

Page 169: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

147

Perkotaan di Kota Malang adalah variabel sanksi. Variabel yang

berhubungan pada posisi ke dua terhadap kemauan membayar Pajak Bumi

dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang adalah variabel persepsi tentang

pelayanan on the spot. Setelah itu, variabel yang hubungannya berada pada

posisi ketiga atau yang berhubungan paling kecil adalah reputasi petugas

pajak. Dengan peningkatan kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan ini maka penerimaan yang berasal dari Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan akan meningkat, dan akan meningkatkan jumlah

Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber pembiayaan

pembangunan daerah. Apabila Pendapatan Asli Daerah meningkat maka

pembangunan yang menjadi prioritas daerah akan lebih mudah terlaksana.

Hal ini dikarenakan adanya diskresi bagi daerah untuk dapat menggunakan

Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai pembangunan daerah itu sendiri.

Selain itu, dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah berarti daerah

memiliki kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri dan juga

dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap sumber pembiayaan

yang berasal dari dana perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah

serta antara propinsi dengan kabupaten.

6.2 Saran

6.2.1 Saran Bagi Pemerintah Kota Malang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan beberapa

hal untuk dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang, antara lain:

1. Dalam rangka meningkatkan kemauan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang, hasil penelitian yang telah dilakukan

Page 170: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

148

menunjukkan bahwa sanksi berhubungan secara positif dengan kemauan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang, maka hal

pertama yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang adalah

melakukan pendataan ulang semua wajib Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di Kota Malang. Setelah melakukan pendataan ulang, maka

hendaknya Pemerintah Kota Malang benar-benar menerapkan sanksi sesuai

dengan peraturan yang berlaku terutama untuk wajib pajak yang dengan

sengaja melaporkan obyek pajaknya dengan tidak benar atau

menyembunyikan obyek pajaknya, yaitu dengan memberikan sanksi pidana.

Dengan memberikan sanksi yang tegas maka wajib pajak akan berpikir dua

kali untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai aturan perpajakan yang

berlaku. Dengan demikian maka kemauan untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan di Kota Malang akan meningkat. Dengan semakin

meningkatnya kemauan membayar pajak maka jumlah wajib pajak yang

menunggak akan berkurang atau bahkan tidak ada. Apabila kondisi tersebut

terjadi maka jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan akan

meningkat. Uang yang diterima dari hasil pajak tersebut dapat dipergunakan

oleh Pemerintah Kota Malang untuk membiayai pembangunan Kota Malang

demi kesejahteraan masyarakat Kota Malang sendiri.

2. Dalam rangka peningkatan pelayanan terutama pelayanan pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang, dimana berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara pelayanan on the spot dengan kemauan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Pelayanan on the spot ini

dianggap baik karena dapat menghemat biaya dan waktu dari wajib pajak.

Page 171: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

149

Hal ini terjadi karena sebelum Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan menjadi

pajak daerah pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota

Malang dapat dilakukan di semua kantor kelurahan, sedangkan setelah

menjadi Pajak Daerah Kota Malang tidak semua kelurahan menjadi tempat

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Dengan hubungan yang

positif ini maka berarti apabila pelayanan on the spot ini ditingkatkan, yaitu

dengan membuat kebijakan jangka pendek yaitu menyediakan pelayanan

yang terjadwal atau rutin dan pasti di semua kelurahan di Kota Malang

terkait pelayanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

Dengan demikian maka kemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan menjadi meningkat. Selain itu perlu ditambahkannya mobil pajak

keliling yang saat ini masih tersedia 1 unit. Sedangkan untuk jangka panjang

hendaknya disediakan tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan di semua Kelurahan di Kota Malang agar setiap saat masyarakat

dapat membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

3. Terkait dengan reputasi petugas pajak, hasil penelitian yang telah dilakukan

ini juga menunjukkan bahwa reputasi petugas pajak berhubungan positif

signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini berarti bahwa dan

petugas pajak haruslah benar-benar orang yang berkompeten di bidang

perpajakan, adil serta jujur dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan

kondisi tersebut maka program dan kegiatan dalam rangka peningkatan

kapasitas pegawai hendaknya dilaksanakan dan ditingkatkan lagi terutama

bagi para petugas pajak yang langsung berhubungan dengan wajib pajak.

Dengan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut maka kemampuan

petugas pajak akan meningkat, pengetahuan terkait peraturan perpajakan

Page 172: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

150

terbaru juga akan dimiliki sehingga apabila ada wajib pajak yang

membutuhkan informasi atau pelayanan yang membutuhkan kompetensi

perpajakan, maka petugas pajak dapat memenuhinya. Apabila petugas

pajak memiliki kompetensi atau sesuai dengan harapan wajib pajak, maka

petugas pajak dinilai memiliki reputasi yang baik oleh wajib pajak. Reputasi

yang baik ini akan dapat meningkatkan kemauan membayar pajak.

Sebaiknya Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang bekerjasama

dengan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan diklat bagi para petugas

pajak.

6.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya penulis menyarankan:

1. Sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan sampel dengan jumlah yang

lebih banyak daripada penelitian yang telah dilakukan ini agar hasil

penelitian nantinya memiliki daya generalisasi yang lebih kuat.

2. Sebaiknya peneliti selanjutnya menambahkan variabel lain untuk diteliti lebih

lanjut.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki beberapa keterbatan, yang

antara lain:

1. Terbatasnya waktu penelitian menyebabkan jumlah populasi yang dijadikan

sampel hanya 100 responden.

Page 173: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

151

2. Penelitian hanya menggunakan 3 variabel yang mempengaruhi kemauan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Malang, yang kemungkinan

masih ada variabel-variabel lain yang berpengaruh.

Page 174: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

152

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, 2014. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ali, Merima dan Fjeldstad, Odd-Helge dan Sjursen, Ingrid Hoem , 2014. “To Payor not to Pay? Citizens’ Attitude Toward Taxation in Kenya, Tanzania,Uganda and South Africa”. In World Development Vol. 64. Pp. 828-842.2014

Burton, Richard, 2009. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Darmawan, Deni, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Davey, Kenneth, 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah. Diterjemahkan olehBiro Bahasa Alkemis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Gangl, Katharina dan Muehlbacher, Stephan dan Groot, Manon de SjoerdGoslinga dan Hofmann, Eva dan Kogler,Christoph dan Antonides,Gerritdan Kirchler, Erich, 2013. “How can I help you?’’ Perceived ServiceOrientationof Tax Authorities and Tax Compliance”. In FinanzArchiv 69(2013), 487--510

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul, 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Unit Penerbitdan Percetakan (UPP) AMP YKPN.

Hardiningsih, Pancawati, 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KemauanMembayar Pajak”. Dalam Dinamika Keuangan dan Perbankan,Nopember 2011, Hal: 126 - 142 Vol. 3, No. 1ISSN :1979-4878

Idowu, Atilola Moses dan Kamarudin, Norhaya dan Achu, Kamalahasa danSolomon, Ibisola Abayomi, 2016. “A Review of Valuation Impact onProperty tax”. In Sains Humanika 8:4-3(2016) 17-23.

James and Vazque, Jorge Martinez, 2009. “Russian Attitudes Toward PayingTaxes – Before, During, and After the Transition”. In InternationalJournal of social Economics Vol. 33 No. 12, pp. 832-857. 2006.

Khusaini, Mohammad, 2006. Ekonomi Publik, Desentralisasi Fiskal danPembangunan Daerah. Malang: Badan Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Brawijaya.

Kuncoro, Mudrajad, 2012. Perencanaan Daerah, Bagaimana MembangunEkonomi Lokal, Kota, dan Kawasan. Jakarta: Salemba Empat.

Page 175: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

153

Luttmen , Erzo F.P. dan Singhal, Monica, 2014. “Tax Morale”. In Journal ofEconomic Perspectives Volume 28, Number 4 fall 2014 pages 149-168.

Mahmudi, 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi

Ortega, Daniel dan Ronconi, Lucas dan Sanguinetti, Pablo ,2016. “Reciprocityand Willingness to Pay Taxes: Evidence from a Survey Experiment inLatin America”. In Business And Economics--Domestic Commerce, Vol.6, 55-87

Pasolong, Harbani, 2016. Teori Administrasi Publik.Bandung: Alfabeta.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati, 2010. Perpajakan. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Rahayu, Siti Kurnia, 2010. Perpajakan Indonesia.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Resmi, Siti, 2016. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Robbins, Stephen P, 2002. Perlaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Halida danDewi Sartika. Jakarta: Erlangga.

Rosdiana, Haula dan Irianto, Edi Slamet, 2014. Pengantar Ilmu Pajak. Jakarta:Rajagrafindo Persada.

Sanusi, Anwar, 2003. Sumber Dana Pembangunan Daerah. Malang: BuntaraMedia.

Siahaan, Marihot P., 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi, (eds.),1989. Metode Penelitian Survai.Jakarta: LP3ES

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suharsono, Agus, 2015. Ketentuan Umum Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukmadinata, Nana Syaodi, 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya

Sumarsan, Thomas, 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta Barat: PT Indeks.

Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C, 2006. Pembangunan Ekonomi.Diterjemahkan oleh Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.

Zain, Mohammad, 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Page 176: DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN ...repository.ub.ac.id/9952/1/WAHYU SADRIANA WIDIASTARI.pdfkemauan membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Malang. Tujuan selanjutnya

154

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan KeuanganDaerah.

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan atasPeraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi danBangunan Perkotaan, Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

Renstra Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang Tahun 2017.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang Tahun 2016