deskripsi percakapan kritis matematis siswa dalam ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. skripsi tanpa...

73
DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019) (Skripsi) Oleh DETA MARLITA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar

Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019)

(Skripsi)

Oleh

DETA MARLITA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

ABSTRAK

DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar

Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019)

Oleh

DETA MARLITA

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan percakapan kritis

matematis siswa dalam pembelajaran Socrates saintifik. Subjek penelitian ini

adalah 9 siswa kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung tahun pelajaran

2018/2019. Subjek penelitian dipilih secara purposif dengan mempertimbangkan

kemampuan matematis siswa. Kemudian, berdasarkan nilai UTS siswa, observasi

pendahuluan, dan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran di kelas

tersebut, dipilih 9 siswa sebagai subjek penelitian yang terdiri dari tiga siswa

berkemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah. Data penelitian ini

merupakan data kualitatif tentang percakapan kritis matematis siswa yang

diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya, dilakukan

analisis data melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa:

(1) Percakapan kritis matematis siswa yang terjadi dalam pembelajaran Socrates

saintifik lebih dominan memunculkan indikator kemampuan berpikir kritis siswa

yaitu interpretasi dan analisis, (2) Percakapan kritis matematis siswa lebih sering

Page 3: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

muncul saat guru mengajukan pertanyaan Socrates tipe klarifikasi dan alasan-

alasan dan bukti penyelidikan, (3) Percakapan kritis matematis siswa lebih

dominan muncul saat siswa melakukan tahapan saintifik yaitu menalar dan

mengomunikasikan.

Kata kunci: Metode Socrates, Pendekatan Saintifik, Percakapan Kritis Matematis

Page 4: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar

Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019)

Oleh

DETA MARLITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,
Page 6: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,
Page 7: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,
Page 8: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, Lampung,

pada tanggal 15 September 1996. Penulis adalah anak ketiga dari pasangan Bapak

Mundiri dan Ibu Paikem. Penulis memiliki dua orang kakak bernama Sugeng

Riadi dan Riyono.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Al-Huda 1

Kemiling, pendidikan dasar di SD Negeri 4 Sumberrejo, pendidikan menengah

pertama di SMP Negeri 13 Bandar Lampung, pendidikan menengah atas di SMA

Negeri 16 Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Lampung pada tahun 2015 melalui jalur Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SMMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)

pada tahun 2018 di Desa Kacamarga, Kecamatan Cukuh Balak, dan menjalani

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Cukuh Balak, Kabupaten

Tanggamus. Selama menjalani pendidikan, penulis aktif mengikuti organisasi

kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta

(HIMASAKTA) pada tahun 2015 dan Forum Keluarga Besar Mahasiswa

Pendidikan Matematika (MEDFU) pada tahun 2015 sampai 2019.

Page 9: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

`ÉàÉ

Semua impian kita bisa terwujud jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.

-Walt Disney-

Page 10: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

i

cxÜáxÅut{tÇ

Alhamdulillahorobbil’alamiin Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

Sholawat serta Salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah Rasulullah Muhammad SAW

Ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada:

Ayahku tercinta (Mundiri) dan Ibuku tercinta (Paikem), yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang serta selalu

mendoakan dan melakukan semua yang terbaik untuk keberhasilanku juga kebahagiaanku

Kakak-kakakku yang tercinta Sugeng Riadi dan Riyono yang telah memberikan

dukungan dan semangatnya padaku

Seluruh keluarga besar yang telah memberikan do’a dan dukungannya

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang telah diberikan menjadi jariah yang mengalir deras.

Semua sahabatku yang begitu tulus menyayangiku, sabar menghadapiku, menerima semua kekuranganku, dan sepenuh hati mendukungku. Terima kasih karena kalian

mengajarkanku arti pertemanan yang sesungguhnya

Almamater Universitas Lampung tercinta.

Page 11: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

ii

SANWACANA

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Deskripsi Percakapan Kritis Matematis Siswa dalam

Pembelajaran Socrates Saintifik (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-2

SMP Global Madani Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran

2018/2019)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi

uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas

kepada:

1. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus

Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan sumbangan pemikiran,

perhatian, kritik, saran, motivasi, dan semangat kepada penulis selama

penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terimakasih telah memberikan kesempatan untuk terlibat dan ikut serta

dalam penelitian kualitatif Socrates ini.

Page 12: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

iii

2. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran,

memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, motivasi, dan

semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembahas dan Ketua Jurusan

PMIPA FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kritik dan saran

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Rini Amrista Wijayanti, S.Pd., M.Sc., selaku Kepala SMP Global Madani

Bandar Lampung, staf, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan

selama penelitian.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis.

8. Ayah tercinta Mundiri, Ibu tercinta Paikem, Kakak-kakak tercinta Sugeng

Riadi dan Riyono yang memberikan banyak cinta dan kasih sayang dengan

tulus dan penuh kesabaran, bimbingan dan nasihat, semangat, doa, serta kerja

keras yang tak kenal lelah demi keberhasilan penulis.

Page 13: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

iv

9. Ibu Reni Astari Hidayat, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak

membantu dalam penelitian.

10. Seluruh siswa kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2018/2019, khususnya Dina, Aca, Farhan, Hanna, Arkan, Cheyra,

Almas, Mufid, dan Mutiara atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11. Keluarga besar Alm. Guntoro dan Alm. Supardi yang telah membantu dalam

berbagai hal dan selalu memberikan dukungan demi keberhasilan penulis.

12. Kakak iparku tersayang dan keponakan-keponakanku tercinta, Desti, Silvi,

dan Anindya yang telah memberikan kasih sayang tulus, doa, semangat, serta

dukungan penuh demi keberhasilan penulis.

13. Keluarga Om Purwanto, Bibi Chairiyah, Kinanti, dan Bintang yang sudah

memberikan semangat, dukungan, doa, motivasi, serta kasih sayang kepada

penulis.

14. Sahabat-sahabatku tercinta “Trio Telur”, Desta Kusuma dan Tiur Lina yang

telah memberikan semangat dikala terpuruk, menjadi penggembira dikala

sedih, serta memberikan kasih sayang yang tulus. Terima kasih untuk

kebersamaannya sampai saat ini.

15. Tim penelitian skripsi: Wanda Restia Rosa yang selalu memberikan

semangat, bantuan dan berbagi pendapat mengenai segala hal. Terima kasih

atas kerjasama yang telah terjalin.

16. Sahabat-sahabatku tersayang “Pance Squad”: Desta Kusuma, Tiur Lina, Irma

Agnesia Tambunan, dan Desak Afriani yang telah memberikan warna

dihidupku, menerima segala kekuranganku dan selalu ada di saat suka

maupun duka.

Page 14: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

v

17. Sobatku selama bimbingan, Kiki, Amel, Mba Hanani, dan Mba Rizkana yang

telah memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan nasihat demi

keberhasilan penulis.

18. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2015 Kelas A dan Kelas B

Pendidikan Matematika. Semoga kita bisa mencapai semua yang dicita-

citakan.

19. Kakak-kakakku seperjuangan Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lampung angkatan 2013 dan 2014 serta adik-adikku angkatan 2016, 2017,

dan 2018 yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan kebersamaannya.

20. Keluarga besar Medfu FKIP Unila dan Himasakta FKIP Unila yang telah

memberikan pengalaman berorganisasi selama ini.

21. Keluarga besar Bapak Nasir, Ibu Ratna, Fandi, dan Fauzi, serta rekan

seperjuangan KKN-KT di Desa Kacamarga, Kecamatan Cukuh Balak,

Kabupaten Tanggamus dan PPL di SMK Negeri 1 Cukuh Balak: Nadya Ayu

Paradita, Cahaya Eriza Saputri, Eka Nurfitriana, Mukti Rohmah, Siti Faradila

Suardi Putri, Tomi Rizki Putra, Sari Agung Tamba, Hernugrah Santosa, dan

Danang Dirgantara, terima kasih atas kebersamaan selama kurang lebih 45

hari yang penuh makna dan kenangan.

22. Bapak Dwi Mardianto, S.Pd., selaku guru pamong PPL dan keluarga besar

SMK Negeri 1 Cukuh Balak, terimakasih untuk dukungan, bantuan, dan

semangat yang diberikan selama ini.

23. Pak Mariman, Pak Liyanto, Mba Eka, Mas Aji, Pak Riswandi, dan Pak Muh,

terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

24. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku.

Page 15: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

vi

25. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini

bermanfaat. Aamiin ya Robbal ‘Alamin.

Bandar Lampung, Oktober 2019

Penulis,

Deta Marlita

Page 16: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Percakapan Matematis ............................................................................ 13

B. Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................... 19

C. Metode Socrates ...................................................................................... 23

D. Pendekatan Saintifik................................................................................ 28

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ..................................................................................... 33

B. Subjek Penelitian ..................................................................................... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35

D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 38

Page 17: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

viii

E. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................................... 39

F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 48

1. Hasil Pengamatan pada Pertemuan Pertama….................................. . 49

2. Hasil Pengamatan pada Pertemuan Kedua….................................. .... 62

3. Hasil Pengamatan pada Pertemuan Ketiga….................................. .... 68

4. Hasil Pengamatan pada Pertemuan Keempat….................................. 83

B. Pembahasan ............................................................................................. 97

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................. 112

B. Saran ........................................................................................................ 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Pertanyaan-Pertanyaan Matematis antara Guru dan Murid ....................... 16

2.2 Langkah-Langkah Berpikir Kritis Serta Kaitannya dengan

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) ........................................... 23

2.3 Jenis-Jenis Pertanyaan Socrates dan Contohnya ....................................... 27

3.1 Pengodean Data yang Digunakan .............................................................. 43

4.1 Rincian Waktu dan Jumlah Transkrip Percakapan Kritis

Matematis Siswa Setiap Pertemuan ........................................................... 48

4.2 Frekuensi Percakapan Kritis Matematis Siswa pada

Pertemuan Pertama .................................................................................... 61

4.3 Frekuensi Percakapan Kritis Matematis Siswa pada

Pertemuan Kedua ....................................................................................... 68

4.4 Frekuensi Percakapan Kritis Matematis Siswa pada

Pertemuan Ketiga....................................................................................... 82

4.5 Frekuensi Percakapan Kritis Matematis Siswa pada

Pertemuan Keempat ................................................................................... 96

Page 19: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1 Hasil Perbandingan Warna Name tag di Papan Tulis ................................ 50

4.2 Tabel Perbandingan (Teka-teki) pada Lembar Latihan Soal 1 .................. 51

4.3 Hasil Perbandingan Kelompok Tanding 1 Lawan 1 .................................. 52

4.4 Tabel Perbandingan (Teka-teki) Kelompok Tanding ................................ 56

4.5 Teka-teki pada Latihan Soal 1.................................................................... 59

4.6 Hasil Perbandingan Uang Saku Keluarga A, B, dan C.............................. 65

4.7 Tabel Perbandingan Jumlah Tukang dengan Jumlah Hari ........................ 73

Page 20: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................... 118

A.2 Lembar Kerja Peserta Didik .................................................................. 163

A.3 Daftar Kode Siswa ................................................................................. 176

A.4 Nilai Ulangan Tengah Semester ............................................................ 177

A5 Lembar Catatan Lapangan ...................................................................... 178

A.6 Hasil Reduksi Data ................................................................................ 241

A.7 Lembar Observasi .................................................................................. 282

A.8 Hasil Wawancara .................................................................................... 298

B. LAIN-LAIN

B.1 Surat Izin Penelitian ............................................................................... 302

B.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..................................... 303

Page 21: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat

menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan

kompetitif. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan kompetitif,

dibutuhkan banyak cara, salah satunya adalah menyelenggarakan pendidikan yang

efektif dan bermutu. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi

yang ada pada dirinya secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas

dan kompetitif. Oleh karena itu, pendidikan dibutuhkan untuk menghasilkan SDM

yang dimaksud. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam

Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyatakan bahwa:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif agar peserta didik

mampu mengembangkan potensinya secara optimal dan memiliki kekuatan

spritual keagamaan, akhlak mulia, kepribadian, kecerdasan, pengendalian

diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.”

Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

adalah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang terdiri dari rangkaian

pendidikan formal mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan

tinggi. Hal tersebut didukung dengan diselenggarakannya program wajib belajar

Page 22: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

2

dua belas tahun. Berbagai mata pelajaran diajarkan di jenjang tersebut antara lain:

ilmu agama, bahasa, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan

matematika.

Matematika merupakan suatu ranah yang memiliki peranan penting dalam dunia

pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dengan diterapkannya matematika sebagai

salah satu mata pelajaran wajib dalam setiap Ujian Akhir Nasional (UAN). Selain

itu, matematika juga merupakan ilmu logis, terstruktur, dan terorganisir. Untuk

mempelajari matematika konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat harus benar-

benar dikuasai agar dapat memahami konsep selanjutnya.

Menurut Rahma (2014: 18) pembelajaran matematika merupakan suatu aktivitas

mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol yang

kemudian diterapkan pada situasi nyata. Matematika merupakan ilmu yang selalu

berkembang baik dari sisi materi, maupun manfaatnya bagi masyarakat dan

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika harus dikuasai peserta didik

sejak dini agar memiliki kemampuan berpikir logis, sistematis, analisis, kritis, dan

kreatif.

Johnson dan Mykelebust (Abdurrahman, 2003: 252) mengemukakan bahwa

matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan yang kuantitatif dan mempunyai fungsi

teoritis untuk memudahkan proses berpikir. Oleh karena itu, sudah seharusnya

mata pelajaran matematika dikuasai oleh siswa dari setiap jenjang pendidikan

karena mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa,

terutama dalam kemampuan berpikir.

Page 23: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

3

Pada pembelajaran matematika terdapat beberapa kemampuan berpikir tingkat

tinggi yang harus dikembangkan oleh siswa, salah satunya adalah kemampuan

berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang menyatakan

bahwa “Siswa harus memiliki kemampuan berpikir dan bertindak diantaranya:

kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif.”

Menurut Murti (2009: 1) berpikir kritis mencakup kemampuan untuk memahami

dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas dan diskriminatif (yakni melihat

dan membuat perbedaan yang jelas tentang setiap maknanya), kemampuan untuk

menafsirkan data, menilai bukti-bukti dan argumentasi, dan mengenali ada

tidaknya hubungan yang logis antara dugaan satu dengan dugaan yang lainnya.

Seseorang dikatakan telah memiliki kemampuan berpikir kritis ketika ia sudah

dapat menafsirkan sesuatu secara bermakna serta mengungkapkan kembali

penafsiran tersebut dengan bahasa yang tepat dan akurat.

Abdullah (2013: 66) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses

yang bertujuan agar kita dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal,

sehingga apa yang kita anggap baik tentang suatu hal dapat menjadi pilihan yang

tepat. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang dikemukakan oleh Noer (2009: 474)

yang menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang mengarah

pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan

yang akan kita lakukan. Jadi, berpikir kritis merupakan proses kognitif yang akan

dilakukan secara sistematis dan bernalar untuk menghasilkan suatu kesimpulan

Page 24: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

4

yang masuk akal sehingga dapat memutuskan suatu keputusan baik dan juga

melakukan suatu tindakan dengan benar.

Syahbana (2012: 52) menyatakan bahwa berpikir kritis dalam belajar matematika

merupakan suatu proses kognitif yang dilakukan dalam upaya memperoleh

pengetahuan berdasarkan penalaran matematis. Fachrurazi (2011: 76) menyatakan

bahwa kemampuan berpikir kritis menjadi kemampuan yang sangat diperlukan

agar siswa sanggup menghadapi suatu tantangan-tantangan di dalam kehidupan

yang selalu berkembang.

Pada kenyataannya kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia masih tergolong

rendah. Schafersman (Yunarti, 2016: 1) menyatakan bahwa hanya sepertiga siswa

berusia 17 tahun yang dapat menyelesaikan sebuah persoalan matematika yang

kompleks. Selanjutnya Tim Survei IMSTEP-JICA (Zaqiah, 2013: 3) menyatakan

bahwa:

“Sejumlah kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa untuk mempelajarinya

dan oleh guru untuk mengajarkannya ialah pembuktian pemecahan masalah

yang membutuhkan penalaran matematis, generalisasi atau konjektur, dan

menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.”

Kegiatan yang dianggap sulit tersebut, jika kita perhatikan merupakan kegiatan

yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis. Melalui

pembelajaran di sekolah diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat

dikembangkan.

Lambertus (2009: 142) menjelaskan bahwa melatih keterampilan berpikir kritis

dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soal-soal

tidak rutin atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait

Page 25: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

5

dengan kehidupan sehari-hari, asalkan penyajiannya disesuaikan dengan

perkembangan kognitif anak. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritis matematis, siswa harus dibiasakan dengan permasalahan-

permasalahan yang tidak rutin serta berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya pendidik melihat perkembangan kemampuan berpikir kritis

matematis siswanya hanya dari kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Akan tetapi, ada hal lain yang seharusnya diperhatikan oleh pendidik dalam

melihat perkembangan kemampuan berpikir kritis yaitu proses siswa dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan. Menurut Lambertus (2009: 137) salah

satu hal yang termuat dalam berpikir kritis ialah adanya proses pemecahan

masalah dalam suatu konteks interaksi dengan diri sendiri, dunia orang lain atau

lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, interaksi siswa dalam memecahkan

masalah perlu mendapat perhatian pendidik, salah satu bentuk interaksi tersebut

adalah percakapan.

Percakapan merupakan satuan interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih.

Ketika dua orang atau lebih sedang melakukan interaksi, disitulah terjadi aktivitas

berdialog atau berkomunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dialog diartikan sebagai percakapan. Dalam proses pembelajaran percakapan

dapat terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan Ritchhart dan Lippman (Yunarti, 2016: 26) yang menyatakan bahwa

salah satu aktivitas pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

berpikir ialah melalui percakapan atau dialog.

Page 26: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

6

Percakapan yang membahas persoalan matematika yang berhubungan dengan

kemampuan berpikir kritis siswa disebut percakapan kritis matematis. Melalui

percakapan kritis matematis yang dilakukan oleh siswa seorang pendidik dapat

mengetahui apakah siswa tersebut sudah memahami materi yang diajarkan atau

belum. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Anderson et.al (2009) yang

menyatakan bahwa “teacher can spot student misunderstanding much more easily

when they are revealed by a discussion instead of remaining unspoken” yang

artinya guru dapat melihat atau menemukan kesalahpahaman siswa jauh lebih

mudah ketika mereka mengungkapkan sendiri melalui percakapan atau diskusi

daripada saat mereka tidak berbicara.

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Anderson et.al (Mentari, 2017) yang

merinci lima faktor utama pentingnya percakapan matematis di kelas, yaitu:

“Five major reasons that talk is critical in teaching and learning: (1) talk

can reveal understanding and misunderstanding, (2) talk supports robust

learning by boosting memory, (3) talk supports deeper reasoning, (4) talk

supports language development, (5) talk support development of social

skills”.

Hal ini berarti terdapat lima faktor pentingnya percakapan matematis dalam

proses belajar dan mengajar, yaitu:

(1) percakapan dapat mengungkap pemahaman dan kesalahpahaman, (2)

percakapan mendukung pembelajaran dengan cara meningkatkan memori,

(3) percakapan mendukung penalaran secara mendalam, (4) percakapan

mendukung perkembangan berbahasa, (5) percakapan mendukung

kemampuan bersosialisasi.

Pada kenyataannya merupakan suatu tantangan bagi seorang guru untuk

menciptakan percakapan kritis matematis siswa dalam proses pembelajaran. Hal

ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh salah satu guru bidang studi

Page 27: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

7

matematika yang mengajar di kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung

yaitu: “setiap kali saya mengajar, saya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

siswa untuk memancing kemampuan mereka dalam berpikir kritis matematis. Dari

21 siswa hanya satu atau dua orang saja yang menanggapi meskipun pertanyaan

ataupun jawaban yang diberikan tidak selalu sesuai dengan konteks pembicaraan.

Kemudian, faktor lain yang memengaruhi adalah anak-anak kurang menyukai

pelajaran matematika atau persiapan belajar mereka yang kurang”.

Untuk menciptakan suatu percakapan matematis di kelas diperlukan pembentukan

lingkungan belajar yang tepat. Namun, sampai sekarang masih banyak guru

kesulitan untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat memunculkan suatu

percakapan kritis matematis selama proses pembelajaran di kelas. Saat di kelas

siswa cenderung takut untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang ada dalam

pikirannya dan kurang aktif saat berdiskusi dengan temannya. Selain itu, faktor

pelajaran matematika yang sulit ditambah lagi dengan guru yang mendominasi

menyebabkan percakapan tersebut sulit muncul dalam pembelajaran. Oleh karena

itu, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu lingkungan pembelajaran yang

menyenangkan sehingga muncul percakapan kritis matematis di kelas.

Pembelajaran yang dianggap baik dalam meningkatkan kemampuan percakapan

kritis matematis siswa adalah pembelajaran Socrates saintifik.

Pembelajaran Socrates saintifik adalah pembelajaran yang menggunakan metode

Socrates dan pendekatan saintifik. Metode Socrates dianggap sebagai metode

yang baik untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran karena

dengan metode ini guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

Page 28: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

8

membuat siswa aktif sehingga mampu memunculkan percakapan matematis. Hal

ini sejalan dengan pendapat para pemikir dari The Critical Thinking Community

(Yunarti, 2016: 25) mengatakan bahwa “thinking is not driven by answers but by

questions” yang artinya berpikir tidak didorong oleh jawaban namun dari

pertanyaan. Agar dapat berpikir, seseorang harus berhadapan dengan pertanyaan-

pertanyaan yang merangsang pemikirannya. Selanjutnya, Yunarti (2016: 27)

menjelaskan fungsi pertanyaan antara lain untuk merangsang aktivitas berpikir,

memfasilitasi komunikasi, memperkuat konseptualisasi, dan menilai

pembelajaran.

Untuk dapat memunculkan percakapan salah satu metode pembelajaran yang

dapat digunakan ialah metode Socrates. Yunarti (2016: 32) mengatakan bahwa

metode Socrates adalah metode yang berisikan pengajaran Socrates yang memuat

dialog atau diskusi yang dipimpin oleh guru, guru memiliki peranan penting

karena gurulah yang tahu ke arah mana tujuan pembelajaran akan dicapai.

Pertanyaan-pertanyaan Socrates memuat pertanyaan sederhana sampai dengan

pertanyaan kompleks, pertanyaan tersebut digunakan untuk menguji validitas

keyakinan siswa terhadap suatu objek.

Tentunya dalam setiap metode yang digunakan terdapat kelemahan, sama halnya

dengan metode Socrates. Lammendola (Himawan, 2018: 8) menyebutkan ada

beberapa kelemahan metode Socrates yaitu “creates a fearful learning

environment and generally more time consuming than lecture based

environment.” yang berarti metode Socrates dapat menciptakan lingkungan belajar

yang menakutkan dan pada umumnya memakan waktu lebih banyak dibandingkan

Page 29: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

9

dengan pembelajaran berbasis kuliah. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan

adanya variasi pendekatan yang tepat dalam menggunakan metode Socrates, salah

satunya yaitu menggunakan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan. Menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 bahwa

tahapan pada pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah pokok, yaitu:

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau mengolah

informasi, dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik dimaksudkan

memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai

materi secara ilmiah dengan berbagai cara tidak hanya bergantung dari guru, salah

satunya adalah dengan membaca. Apabila siswa telah membaca materi terlebih

dahulu maka akan lebih mudah bagi guru untuk melakukan aktivitas bertanya.

Dengan demikian, terciptanya percakapan kritis matematis siswa dalam

pembelajaran akan lebih mudah dan menyenangkan karena siswa dapat

menentukan sendiri cara belajar yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, pendekatan

saintifik ini dianggap sangat tepat untuk mengurangi rasa bosan, takut serta

memberi kemudahan dalam menggunakan metode Socrates.

Pada penelitian ini percakapan kritis matematis siswa yang muncul dalam proses

pembelajaran akan dideskripsikan karena ini merupakan suatu hal yang cukup

penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (Sarnawi, 2012: 78) bahwa

deskripsi pada fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, serta

implementasi kurikulum merupakan hal yang cukup penting dalam dunia

Page 30: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

10

pendidikan. Oleh karena itu, percakapan kritis matematis siswa yang muncul

sebagai suatu fenomena kegiatan pembelajaran menjadi perlu untuk

dideskripsikan.

Berdasarkan uraian di atas, ada kemungkinan bahwa pembelajaran menggunakan

metode Socrates dengan pendekatan saintifik dapat membantu memunculkan

percakapan kritis matematis siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa dengan metode Socrates dan

pendekatan saintifik di SMP Global Madani Bandar Lampung.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dapat dibuat suatu pertanyaan penelitian yakni, “Bagaimanakah percakapan kritis

matematis siswa di kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung dalam

pembelajaran Socrates saintifik?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian kualitatif ini ialah untuk mendeskripsikan percakapan kritis

matematis siswa kelas di VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung selama

proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran Socrates

saintifik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Page 31: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

11

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan

dengan percakapan kritis matematis siswa kelas VII menggunakan metode

Socrates dan pendekatan saintifik dalam pendidikan matematika.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

guru mata pelajaran matematika dalam melaksanakan pembelajaran sehingga

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, hasil

penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai

penerapan metode Socrates dalam pendekatan saintifik pada pembelajaran

matematika kelas VII.

E. Ruang Lingkup

Dengan memerhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan

agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara penyusun dengan pembaca.

Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Percakapan kritis matematis merupakan percakapan matematis yang

melibatkan kemampuan berpikir kritis di dalamnya. Percakapan yang akan

dideskripsikan dalam penelitian ini adalah percakapan kritis matematis pada

materi perbandingan.

2. Metode Socrates adalah metode yang memuat suatu dialog atau diskusi yang

dipimpin oleh guru melalui serangkaian pertanyaan-pertanyaan induktif untuk

menguji validitas keyakinan siswa akan suatu objek dan membuat kesimpulan

yang benar akan objek tersebut secara konstruktif.

Page 32: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

12

3. Pendekatan Saintifik adalah kegiatan pembelajaran yang melatih siswa untuk

melakukan sesuatu berdasarkan langkah-langkah atau prosedur ilmiah yang

terdiri atas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar,

dan mengomunikasikan.

Page 33: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Percakapan Matematis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) percakapan diartikan sebagai

sebuah perundingan mengenai suatu masalah dengan cara bertukar pikiran.

Selanjutnya Bradford (2007: 41) mendefinisikan percakapan yaitu cara untuk

menambah pengetahuan melalui how a procedure works (cara kerja suatu

prosedur), pose questions to peers (mengajukan pertanyaan ke teman sebaya), dan

compare their own perspectives to the others (membandingkan sudut pandangnya

kepada orang lain). Kemudian Bradford juga menambahkan bahwa: “discourse is

a vehicle for constructing knowledge”. Artinya, percakapan adalah suatu alat atau

cara untuk mengonstuksi pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

percakapan adalah sebuah perundingan suatu masalah dengan cara bertukar

pikiran dan sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan.

Percakapan dapat memuat berbagai topik sesuai dengan keperluan percakapan itu

sendiri salah satunya yaitu percakapan matematis. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), matematis diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan

matematika atau bersifat matematika. Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud

dengan percakapan matematis adalah percakapan yang timbul sebagai akibat

Page 34: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

14

adanya kegiatan perundingan terhadap suatu masalah terkait dengan matematika

dan dalam hal ini kegiatan tersebut dipersempit dalam pembelajaran.

Percakapan matematis sangat penting untuk diciptakan dalam proses

pembelajaran. Hal ini diperjelas oleh National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM) (GCTM, 2015) yaitu: “the dialogue that takes place helps

everyone understand math concepts more deeply, and it helps children to increase

their competence in using mathematical and everyday language”. Pernyataan

tersebut menjelaskan bahwa percakapan matematis penting bagi siswa. Karena

interaksi melalui percakapan matematis dapat membantu siswa untuk memahami

konsep matematika secara lebih dalam dan juga membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan dirinya dalam menggunakan bahasa matematisnya.

Selanjutnya Hufferd-Ackles, Fuson, dan Sherin (Fuson, 2015: 4) mengatakan

bahwa “in the math talk community everyone in the class can assist the learning

of others, engaging and involving includes inviting all students to share ideas and

questions, promoting analysis and discussions”, yang artinya dalam percakapan

matematis setiap siswa di dalam kelas dapat membelajarkan siswa lainnya,

melibatkan dan mengajak siswa lainnya untuk membagikan ide dan pertanyaan

mereka, serta menjelaskan hasil analisis dan diskusi. Berdasarkan uraian tersebut,

dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan matematis adalah proses dimana

siswa dapat saling berbagi pengetahuan dan ide-ide matematis yang mereka miliki

yang nantinya kumpulan ide-ide dan pengetahuan tersebut dapat memudahkan

mereka dalam mengembangkan dan memperdalam konsep matematis yang

mereka miliki.

Page 35: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

15

Hufferd (Wagganer, 2015: 250) menyatakan bahwa: “a math talk learning

community is a place where meaningful mathematical discussions construct

knowledge and support the mathematical learning of all participants”. Artinya,

percakapan matematis adalah sarana diskusi pembelajaran matematika yang dapat

membentuk pengetahuan dan membantu pembelajaran matematika untuk seluruh

peserta didik. Hal ini berarti percakapan matematis penting dilakukan oleh siswa,

karena dengan munculnya percakapan matematis siswa cenderung lebih

memahami suatu konsep matematika secara mendalam dan juga membantu siswa

untuk meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa matematisnya. Untuk

mewujudkan suatu percakapan matematis siswa, guru tidak hanya sekadar

berperan sebagai sumber pengetahuan melainkan guru harus bisa membimbing

dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang dikemukakan oleh Ball (Wagganer, 2015: 250), yaitu: “teachers

are not the bearers of knowledge, but instead, they guide and extend students

thinking as the class listens and learns to accept other students ideas”, artinya

guru tidak hanya menyokong pengetahuan, tetapi membimbing dan

mengembangkan pemikiran siswa saat kelas mendengarkan dan belajar untuk

menerima ide-ide siswa lainnya.

Guru sangat besar pengaruhnya dalam pembelajaran di dalam kelas salah satunya

adalah mengendalikan kelas selama proses pembelajaran. Hal ini dipertegas oleh

pernyataan Larriva (Bradford, 2007: 47) bahwa:“teachers are in position to

influence participation by establishing classroom norms and expectations that

will giude students to interact in more favorable ways”. Artinya, guru memegang

peranan penting selama pembelajaran untuk membuat siswa lebih interaktif,

Page 36: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

16

sehingga dapat memunculkan percakapan matematis siswa. Untuk meningkatkan

keaktifan siswa dalam kemampuan menggunakan bahasa matematisnya, guru

dapat melakukan upaya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan matematis

selama pembelajaran matematika berlangsung. Menurut Fuson (2015: 7)

pertanyaan-pertanyaan matematis tersebut dapat seperti berikut:

Tabel 2.1 Pertanyaan-Pertanyaan Matematis Antara Guru dengan Siswa

No Jenis Pertanyaan Contoh Pertanyaan 1. Elicit student thinking

(memperoleh pemikiran siswa)

1. Jadi, apa yang dibicarakan dalam

permasalahan ini?

2. Ceritakan apa yang kamu lihat!

3. Jelaskan apa yang kamu pikirkan!

2. Support student thinking

(mendukung pemikiran siswa)

1. Apa yang kamu maksud dengan berkata

___?

2. Apa yang kamu pikirkan ketika kamu

mengambil keputusan untuk ___?

3. Extend student thinking

(memperjelas pemikiran siswa)

1. Jadi, kamu berkata bahwa ___?

2. Kamu telah menyelesaikan dengan cara

itu, bisakah kamu memberikan cara lain?

3. Bagaimana bisa cara penyelesainmu

sama/berbeda dari cara si ___?

4. Apa yang terjadi jika ___?

4. Increase participation of other

students in the conversation

(meningkatkan partisipasi siswa

lain dalam percakapan

matematis)

1. Bisakah kamu ulangi tentang ___ dengan

kata-katamu sendiri?

2. Apakah kamu setuju atau tidak, dan

mengapa?

3. Apakah ada yang jawabannya sama,

tetapi caranya berbeda?

5. Probe specific math topics

(menyelidiki topik matematika)

1. Mengapa kamu menulis hasil kali 6 dan 4

dalam ratusan? Dan tunjukkan caranya!

2. Mengapa kamu memilih 12 untuk

menyamakan penyebut dalam

penjumlahan 3/4 dan 5/6?

Kemudian, beberapa tahapan berikut dapat digunakan guru sebagai upaya dalam

mengembangkan percakapan matematis siswa menurut Garcia (2010).

1. Talk moves that engage student in discourse

Tahap ini merupakan tahap awal, guru berusaha untuk membuat siswa

berbicara sehingga percakapan bisa muncul. Cara yang ditempuh adalah

Page 37: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

17

dengan memberikan pertanyaan revoicing, sebagai contoh yaitu: “Dapatkah

kamu menyebutkan jawaban yang dibuat oleh temanmu tadi dengan

bahasanmu sendiri?”, “Menurut pendapatmu bagaimana jawaban temanmu

tadi?”

2. The art questioning

Tahap kedua adalah memberikan pertanyaan yang membantu siswa untuk

mengendalikan diri mereka sendiri dalam menemukan kebenaran dari jawaban

yang dibuatnya, sebagai contoh yaitu: “Bagaimana kamu mencapai kesimpulan

bahwa ____ ? Dapatkah kamu membuat model dan menunjukkan bahwa ___?”

3. Using student thinking to propel discussions

Pada saat mengupayakan suatu percakapan matematis di dalam kelas, sering

kali muncul kesalahpahaman antar guru dan siswa akibat adanya pendapat

yang beragam. Untuk mengatasi hal ini, guru perlu merespon agar siswa

menyadari dengan sendirinya kesalahpahaman tersebut. Hal yang dapat

dilakukan adalah mengedarkan pertanyaan ke seluruh kelas, seperti contoh,

“Apa yang kalian pikirkan tentang itu? Bagaimana pendapat kalian?”. Guru

juga perlu memilih siapa saja yang akan memberikan pendapat, karena tujuan

utama melakukan percakapan adalah memilih ide, strategi, dan representasi

dengan cara yang bermanfaat.

4. Setting up a supportive environment

Pengaturan lingkungan yang mendukung kegiatan percakapan matematis juga

sangat penting, sebagai contoh pengaturan tempat duduk yang melingkar atau

dalam suatu kelompok kecil. Hal ini akan memudahkan siswa melihat dan

mengarahkan komentar satu sama lain.

Page 38: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

18

5. Orchestrating the discourse

Dalam mengembangkan percakapan matematis, guru bertindak sebagai

konduktor dalam sebuah pertunjukan percakapan di dalam kelas.

NCTM (GCTM, 2015) menjelaskan tentang bentuk-bentuk percakapan matematis

yang dapat dimunculkan saat pembelajaran di kelas yaitu:

1. Solve and discuss (solve, explain, question, justify)

Siswa dikelompokkan menjadi empat sampai lima siswa dan setiap siswa

diminta menyelesaikan suatu masalah menggunakan cara yang dipilihnya.

Kemudian minta dua atau tiga siswa menjelaskan cara yang digunakannya

untuk menyelesaikan masalah dan siswa yang lain membantu satu sama lain

untuk memahami masalah dan penyelesaiannya.

2. Step by step

Percakapan matematis ini dapat muncul saat diskusi dan penyelesaian (solve

and discuss). Bentuk percakapan matematis ini meminta seorang siswa untuk

menunjukkan setiap langkah demi langkah (step by step) dan mendeskripsikan

langkah-langkah tersebut.

3. Student pairs

Pada bentuk percakapan matematis ini, dua siswa bekerja sama untuk

menyelesaikan masalah, menjelaskan cara penyelesaian masalah, atau

membantu teman lainnya yang kesulitan.

4. Whole-class practice and student leaders

Awalnya dipilih siswa yang berkompeten dalam pelajaran matematika. Siswa

tersebut dikembangkan menjadi pemimpin atau tutor dengan aktivitas latihan

yang cepat dan selanjutnyaakan menjelaskan ke siswa lainnya.

Page 39: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

19

5. Scenarios

Tujuan utama skenario adalah untuk mendemonstrasikan hubungan matematis

dalam visual dan ingatan. Dalam skenario, sekelompok siswa dipanggil ke

depan kelas untuk berakting dengan situasi yang telah ditentukan.

Hasil penelitian Li (1998) (Bradford, 2007: 44) memberikan tiga petunjuk untuk

guru matematika agar bekerja produktif dalam percakapan di kelas, yaitu:

1. Membuat perbedaan jelas dan koneksi antar konsep matematis

2. Menjaga ide-ide matematis tetap hidup

3. Menyampaikan makna matematis secara jelas

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa percakapan kritis

matematis adalah percakapan yang timbul sebagai akibat adanya kegiatan

perundingan suatu masalah terkait pembelajaran matematika. Dengan demikian,

percakapan matematis sudah seharusnya diperhatikan dan dikembangkan lebih

lanjut oleh guru dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih menggali ide-ide

matematis yang ada dalam dirinya sebagai wujud bahwa siswa memahami konsep

matematika dengan baik dan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan

menggunakan bahasa matematisnya.

B. Berpikir Kritis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berpikir merupakan suatu

kegiatan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan

sesuatu, sedangkan kritis merupakan sifat untuk tidak mudah percaya dan selalu

berusaha melihat dan menemukan kesalahan atau kekeliruan. Jadi, berpikir kritis

adalah kegiatan menentukan dan menarik kesimpulan terhadap sesuatu dengan

Page 40: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

20

logis dan sistematis. Dengan demikian, kemampuan berpikir sangat diperlukan

seseorang untuk menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari serta melakukan

penalaran logis dan sistematis sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat.

Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi hal yang sangat penting dalam

kehidupan manusia.

Menurut Haryani (2011), berpikir kritis adalah suatu proses yang bertujuan untuk

membuat keputusan rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini

atau melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut sejalan dengan Hassoubah

(Agusman, 2016: 113) yang menyatakan bahwa ada dua tanda utama berpikir

kritis, yaitu: (1) berpikir kritis adalah berpikir layak yang memandu kearah

berpikir deduksi dan pengambilan keputusan yang benar dan didukung oleh bukti-

bukti yang benar, dan (2) berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang

menunjukkan kesadaran yang utuh dari langkah-langkah berpikir yang menjurus

kepada deduksi-deduksi dan pengambilan keputusan-keputusan. Dengan

demikian, berpikir kritis berarti suatu proses yang dilakukan dalam rangka

penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan akan suatu hal yang harus

diyakini dan dilakukan oleh individu tersebut.

Ennis (Fisher, 2010: 4) berpendapat bahwa berpikir kritis ialah berpikir yang

masuk akal (rasional), reflektif, dan difokuskan pada pengambilan keputusan.

Rasional berarti memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti

standar, aktual, cukup, dan relevan. Reflektif berarti mempertimbangkan secara

aktif, tekun, dan hati-hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis ialah

Page 41: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

21

berpikir logis untuk menentukan suatu keputusan terbaik dengan menggunakan

bukti-bukti yang mendukung yang merupakan bukti aktual dan relevan.

Lipmann (Himawan, 2018: 19) menjelaskan pemikir kritis sebagai “critical

thinker as one who is appropriately moved by reasons”, yang artinya pemikir

kritis adalah orang yang benar-benar tergerak oleh akal. Selanjutnya Halpern

(Himawan, 2018: 19) mengatakan bahwa “when we think critically, we are

evaluating the outcomes of our thought process, how good a decisions is or how

well a problem is solved”, yang artinya ketika kita berpikir kritis, kita

mengevaluasi hasil pemikiran kita, memproses seberapa bagus keputusan atau

seberapa baik sebuah masalah dapat dipecahkan. Kemampuan berpikir kritis perlu

dimiliki oleh setiap peserta didik karena berpikir kritis memuat penalaran logis

dan sistematis, sehingga seseorang dapat membuat keputusan dengan tepat. Oleh

karena itu, kemampuan berpikir kritis siswa harus dikembangkan dalam

pembelajaran matematika.

Yunarti (2016: 1) menjelaskan bahwa salah satu mata pelajaran yang diharapkan

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah matematika.

Karena matematika memuat konsep-konsep yang terstruktur, teroganisir, dan logis

yang dapat diaplikasikan ke dalam mata pelajaran lain. Pada dasarnya, berpikir

kritis dapat dilakukan oleh semua orang. Menurut Johnson (Yunarti, 2016: 4)

berpikir kritis bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipraktikkan dan bukan hanya

milik orang-orang dengan IQ tinggi. Namun yang menjadi kendala ialah apakah

semua peserta didik mampu diajari untuk berpikir kritis.

Page 42: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

22

Hassoubah (Khikmah, 2015: 33) mengungkapkan beberapa indikator berpikir

kritis, yaitu:

(1)mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, (2) mencari alasan,

(3) berusaha mengetahui informasi dengan baik, (4) memakai sumber yang

memiliki kreadibilitas dan menyebutkannya, (5) memperhatikan situasi dan

kondisi secara keseluruhan, (6) berusaha tetap relevan dengan ide utama, (7)

mencari alternatif, (8) bersikap dan berpikir terbuka, (9) mengambil sikap

ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, (10) mencari

penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, (11) bersikap secara

sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah, (12)

mengingat tujuan asli dan mendasar.

Lambertus (2009: 142) menyatakan bahwa melatih keterampilan berpikir kritis

dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soal-soal

tidak rutin atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait

dengan kehidupan sehari-hari, asalkan penyajiannya disesuaikan dengan

perkembangan kognitif peserta didik. Dengan demikian, kemampuan berpikir

kritis matematis siswa dapat berkembang secara optimal dan guru harus

membiasakan siswa dengan permasalahan atau pertanyaan yang tidak rutin atau

soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Cottrell (Yunarti, 2016: 13) menjabarkan beberapa keuntungan yang akan

dirasakan seseorang apabila memiliki karakter sebagai pemikir kritis.

Keuntungan-keuntungan tersebut adalah:

(1)dapat meningkatkan perhatian dan pengamatan, (2) lebih fokus dalam

membaca, (3) dapat meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi

penting atau tidaknya sebuah informasi, (4) meningkatkan kemampuan

untuk merespon sebuah informasi, (5) memiliki kemampuan menganalisis

sesuatu objek dengan baik.

Dalam penelitian ini, merujuk langkah berpikir kritis yang telah disusun oleh

Yunarti (2016: 15) dengan mengikuti langkah-langkah metode ilmiah dari Dye.

Page 43: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

23

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Berpikir Kritis serta Kaitannya dengan

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (KBK)

Langkah-Langkah dalam

Metode Ilmiah menurut

James Dye

Langkah-Langkah Berpikir Kritis

dalam Penelitian

Indikator

KBK yang

Mungkin

Muncul

1. Merasakan suatu masalah

(wonder)

1. Fokus pada suatu masalah atau

situasi kontekstual yang dihadapi

Interpretasi

2. Membuat dugaan- dugaan

atau hipotesis

2. Membuat pertanyaan akan

penyebab dan penyelesaiannya

Interpretasi

dan analisis

3. Melakukan pengujian 3. Mengumpulkan data atau

informasi dan membuat

hubungan antar data atau

informasi tersebut. Membuat

analisis dengan pertimbangan

yang mendalam.

Analisis

4. Menerima hipotesis yang

dianggap benar (Langkah

yang dilakukan bisa

kembali ke langkah (3)

jika akibat yang

diprediksi tidak muncul

melalui eksperimen

4. Melakukan penilaian terhadap

hasil pada langkah 3. Penilaian

dapat terus dievaluasi dengan

kembali ke langkah 3.

Evaluasi

5. Melakukan tindakan yang

sesuai

5. Mengambil keputusan akan

penyelesaian masalah yang

terbaik.

Pengambilan

Keputusan

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, berpikir kritis yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah berpikir untuk menyelesaikan persoalan

matematika yang dilakukan dengan memfokuskan diri pada permasalahan,

menemukan informasi-informasi atau fakta dari suatu masalah, menghubungkan

informasi dengan solusi selesaiannya, mengevaluasi seberapa bagus solusi

pemecahan masalah diperoleh, dan membuat sebuah kesimpulan.

C. Metode Socrates

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa

yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

Page 44: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

24

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi, metode merupakan

suatu cara kerja (langkah-langkah) yang dapat digunakan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam dunia

pendidikan ialah Metode Socrates.

Menurut Evindonta (2015: 11) untuk menyelesaikan suatu masalah, Socrates

membagi permasalahan itu kedalam suatu rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang

nantinya jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut secara bertahap dapat

memberikan jawaban sesungguhnya terkait suatu permasalahan. Berdasarkan

percakapan yang telah dilakukan Socrates, Socrates menganggap bahwa dirinya

berposisi sebagai siswa dan lawan bicaranya sebagai seorang guru.

Jones, Bagford, dan Walen (Yunarti, 2016: 31) mendefinisikan metode Socrates

sebagai sebuah proses diskusi yang dipimpin guru untuk membuat siswa

mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk mencapai sebuah kesimpulan.

Magee (Khairi, 2017: 18) telah mendefinisikan metode Socrates sebagai “an

approach by which one seeks the truth via a process of questions and answers”.

Metode Socrates adalah sebuah pendekatan yang mencari satu kebenaran melalui

proses tanya jawab. Selanjutnya, Maxwell (Muhammad, 2016: 13)

mendefinisikan metode Socrates sebagai “a process of inductive questioning used

to successfully lead a person to knowledge through small steps”, artinya metode

Socrates merupakan suatu proses yang menggunakan pertanyaan induktif untuk

mengarahkan seseorang pada pengetahuan melalui tahapan-tahapan kecil.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode Socrates adalah

metode tanya jawab yang dilakukan oleh guru dan siswa dimana guru

Page 45: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

25

memberikan pertanyaan-pertanyaan induktif kepada siswa untuk menguji validitas

keyakinan siswa akan suatu objek, serta membimbing siswa untuk menarik

kesimpulan yang benar akan objek tersebut secara konstruktif.

Yunarti (2016: 36) mengatakan bahwa metode Socrates menuntut siswa untuk

menggali dan menganalisis sendiri pemahamannya sehingga ia sampai pada suatu

kesimpulan bahwa jawabannya benar atau salah. Hal tersebut disebabkan oleh ciri

khas pertanyaan-pertanyaan Socrates yang menggali pemahaman siswa. Melalui

pertanyaan-pertanyaan Socrates yang diberikan oleh guru diharapkan siswa dapat

memandang suatu persoalan matematika tidak hanya dari satu sudut pandang saja,

melainkan diarahkan untuk membuka pikiran mereka terhadap berbagai

kemungkinan yang ada, sehingga pada akhirnya siswa mendapatkan pemahaman

baru dari suatu persoalan matematika yang mereka hadapi.

Menurut Qosyim (Pahlevi, 2014: 8) metode Socrates memiliki ciri-ciri atau

karakteristik sebagai berikut.

1. Dialektik, artinya bahwa metode Socrates dilakukan oleh dua orang atau lebih

yang pro dan kontra, atau memiliki perbedaan pendapat.

2. Konfersasi, artinya bahwa metode Socrates dilakukan dalam bentuk

percakapan atau komunikasi lisan.

3. Tentatif, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara tidak mutlak, dan

merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua kemungkinan.

4. Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara

penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal empiris.

Page 46: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

26

5. Konsepsional, artinya metode Socrates ditujukan untuk tercapainya

penetahuan, pengertian dan konsep yang telah pasti dari pada sebelumnya.

Dalam setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk metode

Socrates. Menurut Lammendola (Pahlevi, 2014: 10) metode Socrates memiliki

beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

1. Stimulates critical thinking, artinya membimbing siswa berpikir rasional dan

ilmiah.

2. Constant feedback, artinya memupuk rasa percaya diri sendiri pada siswa.

3. Forces a reasonably well-prepared student to go beyond the “obvious” to

consider broader implications, artinya mendorong siswa untuk aktif belajar

dan menguasai ilustrasi pengetahuan.

4. Force non-perticipating students to question their underlying assumptions of

the case under discussion, artinya menumbuhkan motivasi dan keberanian

siswa dalam mengemukakan pendapat dan pikiran sendiri.

5. Fosters an interactive and intersting learning environment, artinya

meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang

menimbulkan persaingan yang dinamis.

Sedangkan kekurangan dari metode Socrates adalah sebagai berikut:

1. The socratic method subjects unprepared student to scrutiny, artinya dalam

pelaksanaannya sulit diterapkan, sebab siswa belum mampu berpikir mandiri.

2. Can faster an unhealthy adversarial relationship between an instructor and

his student, artinya menciptakan lingkungan yang tidak sehat antara guru dan

Page 47: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

27

siswa karena siswa dianggap sebagai mesin yang selalu dapat digerakkan oleh

guru.

3. Creates a fearful learning environment, artinya menciptakan lingkungan

belajar yang menakutkan.

4. Generally more time-consuming than lecture-based environment, artinya

Metode Socrates lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan metode

konvensional.

Interaksi berupa percakapan yang terjadi antara guru dengan siswa merupakan

sesuatu yang dimunculkan berdasarkan penggunaan serangkaian pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan oleh guru saat pembelajaran. Menurut Permalink

(Sulistiowati, 2015: 26), Richard Paul telah menyusun enam jenis pertanyaan

Socrates. Keenam jenis pertanyaan tersebut terdiri dari:

(1) pertanyaan klarifikasi (clarifying questions), (2) asumsi-asumsi

penyelidikan (assumption questions), (3) alasan-alasan dan bukti

penyelidikan (reason and evidence questions), (4) titik pandang dan

persepsi (view point and perpective questions), (5) implikasi dan

konsekuensi penyelidikan (implication and consequences questions), dan

(6) pertanyaan tentang pertanyaan (origin and source questions).

Selanjutnya (Yunarti, 2016: 33) mengemukakan bahwa jenis-jenis pertanyaan

Socrates beserta contohnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Jenis-jenis Pertanyaan Socrates dan Contohnya

No Tipe

Pertanyaan Contoh Pertanyaan

1. Klarifikasi Apa yang anda maksud dengan ….?

Dapatkah anda mengambil cara lain?

Dapatkah anda memberikan saya sebuah

contoh?

2. Asumsi-asumsi penyelidikan Apa yang anda asumsikan? Bagaimana anda

bisa memilih asumsi-asumsi itu?

3. Alasan-alasan dan bukti

penyelidikan

Bagaimana anda bisa tahu?

Mengapa anda berpikir bahwa itu benar?

Apa yang dapat mengubah pemikiran anda?

Page 48: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

28

No Tipe

Pertanyaan Contoh Pertanyaan

4. Titik pandang dan Persepsi Apa yang anda bayangkan dengan hal tersebut?

Efek apa yang dapat diperoleh?

Apa alternatifnya?

5. Implikasi dan Konsekuensi

Penyelidikan

Bagaimana kita dapat menemukannya?

Apa isu pentingnya?

Generalisasi apa yang dapat kita buat?

6. Pertanyaan tentang

pertanyaan

Apa maksudnya?

Apa yang menjadi poin dari pertanyaan ini?

Mengapa anda berpikir saya bisa menjawab

pertanyaan ini?

Terdapat enam tahapan prosedural metode Socrates yang dapat digunakan

menurut Qosyim (Khairuntika, 2016: 91) yaitu:

(1) menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari, (2)

mengembangkan dua atau tiga pertanyaan umum dan memulai pelaksanaan

tanya jawab, (3) melihat atau mengobservasi apakah pada diri siswa ada

kemungkinan terjadi ketidakcocokan, pertentangan, atau konflik kognitif,

(4) menanyakan kembali tentang hal-hal yang menimbulkan konflik

kognitif, (5) melanjutkan tanya jawab sehingga siswa dapat memecahkan

konflik sampai bergerak ke tingkat analisis lebih dalam, dan (6) me-

nyimpulkan hasil tanya jawab dengan menunjukkan hal-hal penting yang

seharusnya diperoleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode Socrates adalah suatu

metode tanya jawab dalam proses pembelajaran yang menyajikan pertanyaan-

pertanyaan, sehingga dapat membuat siswa harus menggali kemampuan yang

dimilikinya untuk mencari tahu tentang kebenaran dari jawaban yang telah ia

sampaikan.

D. Pendekatan Saintifik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendekatan ialah suatu proses,

cara, atau perbuatan mendekati. Selanjutnya menurut Wina (Mutohir, 2015: 24),

pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap proses

Page 49: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

29

tertentu. Pembelajaran yang menerapkan sistem kurikulum 2013, pendekatan yang

digunakan ialah pendekatan saintifik. Pendekatan tersebut sesuai karena dapat

mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Abidin (Himawan, 2018: 28) menjelaskan pendekatan saintifik ialah proses

pembelajaran yang memandu siswa untuk menyelesaikan sebuah masalah

berdasarkan rencana, keakurasian data yang telah dikumpulkan, dan analisis data

untuk membuat kesimpulan.

Lazim (2013: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik

merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat

secara aktif mengonstruk konsep melalui tahap-tahap mengamati (menemukan

masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan

mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum

atau prinsip

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

4. Dapat mengembangkan karakter siswa

Selanjutnya Lazim (2013: 2) menjelaskan tujuan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik, yaitu:

(1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa, (2) untuk membentuk kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi

pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu

Page 50: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

30

kebutuhan, (4) diperoleh hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa

dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah,

(6) untuk mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Lazim

(2013: 2) adalah sebagai berikut:

(1) Pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran membentuk students

self concept, (3) pembelajaran terhindar dari bentuk verbalisme, (4) pem-

belajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, (5) pembelajaran mendorong

terjadinya peningkatan kemampuan berpikir, (6) pembelajaran

meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, (7) mem-

berikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam

komunikasi, (8) adanya proes validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip

yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Lazim

(2013: 2) meliputi:

1. Mengamati (Observing)

Metode mengamati lebih mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan seperti menyajikan

media objek secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah

pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa

ingin tahu siswa, hendaknya guru membuka secara luas dan bervariasi

kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat,

menyimak, mendengar, dan membaca. Hal itu bertujuan untuk melatih mereka

melihat, membaca, dan mendengar hal yang penting dari suatu objek.

2. Menanya (Questioning)

Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan

tentang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak

Page 51: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

31

berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak.

Pertanyaan yang bersifat faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Dari situasi dimana siswa dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih

memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat

dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

3. Menalar (Associating)

Kegiatan menalar ialah kegiatan memproses informasi yang sudah

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil dari

kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan

informasi yang dikumpulkan bersifat menambah keluasan dan kedalaman

sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai

sumber yang memiliki pendapat yang berbeda ataupun yang bertentangan.

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan

informasi lainnya, menemukan pola, dan keterkaitan informasi.

4. Mencoba (Experimenting)

Mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,

yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aktivitas pembelajaran yang nyata

untuk ini adalah (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi

dasar menurut tuntutan kurikulum, (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat

dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, (3) mempelajari dasar teoritis

yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya, (4) melakukan dan

mengamati percobaan, (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan

menyajikan data, (6) menarik kesimpulan atas hasil percobaan, (7) membuat

laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.

Page 52: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

32

5. Mengomunikasikan (Communicating)

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat

dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam

kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil

tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik

merupakan pendekatan pembelajaran yang akan melatih siswa dalam

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang

terdiri dari observing, questioning, experimenting, associating, dan

communicating sehingga siswa dapat mengonstruksikan sendiri konsep dan

prinsip pengetahuan serta membantu mengembangkan karakternya.

Page 53: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

33

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian

kualitatif. Menurut Anderson dan Arsenault (Sulistiowati, 2015: 46) penelitian

kualitatif adalah bentuk penyelidikan yang mengeksplorasi fenomena dalam

pengaturan alami dan menggunakan multimetode untuk menafsirkan, memahami,

menjelaskan, dan membawa makna kepada fenomena tersebut. Kemudian,

Bogdan dan Taylor (Purwati, 2017: 128) berpendapat bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Dengan demikian, metode

penelitian kualitatif digunakan pada penelitian ini karena fokus penelitian adalah

untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa dalam pembelajaran

Socrates saintifik.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui secara detail,

intensif, dan komprehensif terhadap percakapan kritis matematis siswa saat

pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Socrates

dalam pendekatan saintifik. Penelitian dilakukan dengan cara mengamati,

mencatat, bertanya, dan menggali informasi dari sumber yang diteliti. Data-data

yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, rekaman, catatan lapangan,

Page 54: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

34

serta lembar observasi yang disusun secara deskriptif berupa pemaparan mengenai

situasi dan kondisi yang terjadi pada saat objek diteliti. Secara umum pemaparan

data mengenai objek yang diteliti tersebut menggambarkan ataupun menjawab

pertanyaan tentang bagaimana percakapan kritis matematis siswa dengan metode

Socrates dalam pendekatan saintifik.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 di SMP Global Madani

Bandar Lampung tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 21 siswa. Dari 21 siswa

yang ada di kelas VII-2, dipilih 9 siswa diantaranya sebagai subjek penelitian. Hal

ini dilakukan untuk kepentingan penelitian ini dalam memeroleh informasi secara

maksimum mengenai percakapan kritis matematis siswa yang muncul saat

pembelajaran Socrates saintifik berlangsung. Sejalan dengan hal tersebut Lincoln

dan Guba (Sugiyono, 2015: 301) menyatakan bahwa subjek penelitian kualitatif

dipilih bukan untuk memeroleh informasi yang maksimum, bukan untuk

digeneralisasikan.

Subjek penelitian dipilih secara purposif dengan mempertimbangkan kemampuan

matematis siswa. Berdasarkan nilai UTS siswa, observasi pendahuluan, dan

informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran di kelas tersebut, dipilih 9

siswa sebagai subjek penelitian yang terdiri dari tiga orang siswa dengan

kemampuan matematis tinggi, tiga orang siswa dengan kemampuan matematis

sedang, dan tiga orang siswa dengan kemampuan rendah. Selanjutnya, siswa

tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang disesuaikan dengan tingkat

Page 55: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

35

kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Subjek penelitian pada

kelas VII-2 ini belum pernah mengikuti pembelajaran dengan metode Socrates.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data deskripsi percakapan

matematis siswa yang muncul selama proses pembelajaran Socrates saintifik

berlangsung. Indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang diamati dalam

percakapan matematis yaitu: interpretasi, analisis, dan evaluasi. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara serta studi

dokumen sebagai pelengkap penggunaan metode observasi dan wawancara. Data

tersebut berupa rekaman video, lembar observasi, dan catatan tentang percakapan

kritis matematis yang muncul saat pembelajaran.

Adapun penjabaran dari berbagai teknik yang digunakan ialah sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2015: 310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data

dan data dapat diperoleh melalui observasi. Menurut Rahardjo (2011: 3)

observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera,

bisa penglihatan, penciuman, pendengaran untuk memeroleh informasi yang

diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Selanjutnya, Marshall

(Sugiyono, 2015: 310) menyatakan bahwa “through observation, the

researcher learn about behaviour and the meaning attached to those

behaviour”, artinya melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan

Page 56: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

36

makna dari perilaku tersebut. Dalam penelitian ini perilaku yang diamati

adalah percakapan kritis matematis siswa yang muncul pada saat pembelajaran.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka karena

ketika dilakukan pengumpulan data cenderung akan diketahui oleh siswa/siswi

kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung. Observasi dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung situasi atau keadaan

yang sedang berlangsung serta gejala yang muncul pada subjek penelitian

mengenai percakapan kritis matematis. Hasil dari observasi tersebut

selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan sebuah wawancara, baik

wawancara kepada siswa secara langsung, teman siswa, ataupun dengan guru

mata pelajaran matematika yang mengajar siswa tersebut. Hasil observasi

kemudian dituangkan ke dalam lembar catatan lapangan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya

jawab secara langsung antara peneliti dengan sumber data (siswa). Stewart dan

Cash (Herdiansyah, 2012: 18) mendefinisikan wawancara sebagai “interaction

because there is an exchanging, or sharing of roles, responsibilities, feelings,

beliefs, motives, and informations”, artinya wawancara merupakan sebuah

interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung

jawab, perasaan, kepercayaan, dan informasi. Selanjutnya Susan Stainback

(Sugiyono, 2015: 318) mengemukakan bahwa “interviewing provide the

researcher a means to gain deeper understanding of how the participants

interpreta situation or phenomenon than can be gained through observation

alon”, artinya dengan wawancara peneliti dapat mengetahui lebih mendalam

Page 57: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

37

hal-hal yang berkaitan tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi

dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui

observasi.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan setelah pembelajaran selesai dan

dilakukan di luar kelas namun tetap berada di lingkungan sekolah. Peneliti

melakukan wawancara kepada subjek penelitian yang telah direduksi menjadi

sembilan orang. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur dengan mengacu

pada pertanyaan yang telah ditetapkan sebelum melakukan wawancara. Selain

wawancara terstruktur, peneliti juga melakukan wawancara tidak terstruktur

yang tujuannya ialah untuk memberikan klarifikasi dan menjelaskan sebab dari

tindakan yang dilakukan siswa selama pembelajaran.

Selanjutnya, data yang didapat dari berbagai teknik tersebut dibandingkan

menggunakan teknik triangulasi. Menurut Mathison (Sugiyono, 2015: 332) “the

value of triangulation lies in providing evidence whether convergent, inconsistent,

or contradiction”, artinya nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi

adalah untuk mengetahui data yang diperoleh konvergen (meluas), tidak

konsisten, atau kontradiksi. Selanjutnya, menurut Patton (Sugiyono, 2015: 332)

“triangulation can build on the strengths of each type of data collection while

minimizing the weakness in any single approach”, artinya dengan triangulasi akan

lebih meningkatkan kekuatan data bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

Menurut Sugiyono (2015: 330) triangulasi merupakan teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Terdapat tiga macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi

Page 58: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

38

dengan sumber, teknik, dan waktu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik merupakan teknik pengecekan

data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang ada dengan

teknik yang berbeda. Teknik triangulasi ini digunakan untuk menjaring data dari

berbagai teknik pengumpulan dan menyilangkan informasi yang telah diperoleh,

dengan harapan data yang diperoleh lebih lengkap dan sesuai dengan yang

diharapkan. Tujuannya ialah untuk menguji kreadibilitas data penelitian agar ada

jaminan tentang tingkat kepercayaan data, sehingga tidak terjadi subjektivitas.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar

catatan lapangan, pedoman wawancara, dan lembar observasi yang akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Lembar Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk

memeroleh suatu data dengan cara mencatat hal-hal yang muncul saat

pembelajaran. Lembar catatan lapangan berupa kertas kosong yang disediakan

untuk mencatat kejadian-kejadian yang merupakan interaksi antara guru

dengan siswa, siswa dengan siswa, dan perilaku-perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yang terkait dengan percakapan kritis matematis

siswa.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan pada

saat proses wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang

Page 59: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

39

dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara

dibuat berdasarkan informasi-informasi yang dibutuhkan terkait percakapan

kritis matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pedoman

wawancara dibuat bertujuan untuk mengklarifikasi fenomena-fenomena yang

muncul ketika pembelajaran sedang berlangsung dan tidak terungkap melalui

pengamatan.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi

dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada

kegiatan belajar mengajar dikelas. Lembar observasi yang digunakan berkaitan

dengan percakapan kritis matematis siswa yang muncul dalam pendekatan

Socrates saintifik selama pembelajaran berlangsung.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Global Madani Bandar Lampung yaitu

pada siswa kelas VII-2 semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Oleh

karena itu, masalah diidentifikasi dengan cara melakukan observasi dan

wawancara dengan guru matematika yang mengajar di kelas tersebut yang

dilaksanakan saat penelitian pendahuluan.

Page 60: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

40

b. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Dalam hal ini perlu menyiapkan beberapa instrumen yang diperlukan

selama penelitian diantaranya adalah pedoman wawancara, catatan

lapangan, dan lembar observasi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memahami dan Memasuki Lapangan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan diri untuk mulai

melakukan tahap mengumpulkan data dari subjek penelitian. Diantaranya

memahami latar penelitian, yaitu melihat karakteristik siswa dan situasi atau

keadaan lingkungan kelas serta lingkungan sekolah, serta percakapan kritis

matematis yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan dimana

data ditulis ke dalam lembar catatan lapangan dan didokumentasikan selama

proses pembelajaran berlangsung. Kemudian, pengumpulan data dengan

wawancara juga akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

dan atau setelah selesai jam pelajaran.

c. Pengolahan Data

Setelah itu peneliti akan melakukan analisis data sesuai dengan langkah-

langkah yang telah dijelaskan pada bagian metode analisis data.

Selanjutnya, peneliti akan membuat kesimpulan makna dari hasil penelitian

terkait percakapan kritis matematis siswa dalam pembelajaran Socrates

saintifik yang diperoleh.

Page 61: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

41

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu data diambil berdasarkan data

lapangan dan fakta empiris untuk mempelajari proses atau penemuan yang terjadi

secara alami kemudian dicatat, dianalisis, dan dilakukan penarikan kesimpulan

dari proses tersebut. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu.

Dalam penelitian ini data coding atau pengodean data memegang peranan penting

dalam proses analisis data. Pengodean data yang digunakan berupa huruf-huruf

tertentu yang diikuti angka ataupun hanya huruf saja. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Saldana (2009: 3) yaitu “a code in qualitative inquiry is most often a

word or short phrase that symbolically assigns a summative, salient, essence

capturing, and/or evocative attribute for a portion of language based or visual

data”, artinya bahwa kode dalam penelitian kualitatif merupakan kata atau frasa

pendek yang secara simbolis bersifat meringkas, menonjolkan pesan, menangkap

esensi dari suatu porsi data, baik itu data berbasis bahasa atau data visual. Dengan

bahasa yang lebih sederhana, maka kode adalah kata atau frasa pendek yang

memuat esensi dari suatu segmen data. Oleh sebab itu, saat pengumpulan data

berlangsung akan dilakukan pemberian suatu kode tertentu untuk subjek

penelitian serta klasifikasi ucapan-ucapan percakapan matematis, yang tujuannya

adalah agar memudahkan serta mempersingkat waktu dalam mencatat hasil

observasi.

Page 62: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

42

Beberapa model percakapan matematika yang terdapat dalam National Council Of

Teachers Of Mathematics (NCTM, 2010: 2) diantaranya: (1) murid dengan guru

(student to teacher) disimbolkan T, (2) murid dengan murid (student to student)

disimbolkan S, (3) murid dengan kelompok atau kelas (student to group or class)

disimbolkan G. Selanjutnya tipe-tipe percakapan matematis yang terdapat dalam

National Council Of Teachers Of Mathematics (NCTM, 2010: 2) yaitu: (1) Ans-

wering (dilambangkan A) artinya murid memberikan jawaban pendek terhadap

pertanyaan lamgsung dari guru atau murid lainnya, (2) Making a statement or

sharing (dilambangkan S) artinya murid membuat pertanyaan sederhana atau

membagi hasil pekerjaannya dengan murid lainnya dan pertanyaan tersebut tidak

mengandung penjelasan tentang mengapa dan bagaimana, (3) Explaining

(dilambangkan E) artinya murid menjelaskan ide matematika dengan mulai

mendeskripsikan apa yang akan mereka lakukan, bagaimana mereka

menyelesaikan masalah, tetapi penjelasannya tidak membuktikan dasar kebenaran

atau validitas dari ide atau prosedur tersebut, (4) Questioning (dilambangkan Q)

artinya murid memberikan pertanyaan untuk mengklarifikasi apa yang ia mengerti

tentang ide matematika, (5) Challenging (dilambangkan C) artinya murid

membuat pernyataan atau memberi pertanyaan yang menantang untuk

mendapatkan validitas dari ide matematika, (6) Relating (dilambangkan R) artinya

siswa membuat pernyataan yang menandakan bahwa di telah menemukan suatu

hubungan antara pengetahuan atau pengalaman sebelumnya, (7) Predicting or

Conjeturing (dilambangkan P) artinya siswa membuat prediksi berdasarkan apa

yang telah mereka ketahui tentang matematika terkait masalah tersebut, (8) Justi-

fying (dilambangkan J) artinya siswa memberikan justifikasi mengenai validitas

Page 63: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

43

ide matematikanya dengan memberikan penjelasan tentang pemikiran yang

membawa pada gagasan tersebut, dan (9) Generalized (dilambangkan G) artinya

siswa membuat pernyataan yang merupakan bukti adanya pergeseran dari contoh

spesifik ke contoh umum.

Selanjutnya, Kysh (Bradford, 2007: 98) mengklasifikasikan ucapan-ucapan dalam

percakapan matematis pada penelitiannya. Adapun pengklasifikasian ucapan itu

yaitu questions (pertanyaan) disimbolkan Q, answers (jawaban) disimbolkan A,

validations (pembuktian) disimbolkan V, explanations (penjelasan) disimbolkan E

dan redirections (bimbingan kembali) disimbolkan R, serta tambahan kategori

bagi yang tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan, disimbolkan N.

Tabel 3.1 Pengodean untuk Pengklasifikasian Ucapan serta Kemungkinan

Pernyataan yang Muncul

Jenis Tempat

Penggunaan Kode Keterangan

Subjek

penelitian

Skripsi dan

lampiran

Memberikan kode

berupa huruf sesuai

kemampuan

mateamtis dan

diikuti nomor

absen

1. KT (kemampuan tinggi)

2. KS (kemampuan sedang)

3. KR (kemampuan rendah)

Indikator

dan

perilaku

kemampuan

berpikir

kritis

Transkrip

hasil reduksi

Memberikan

highlight abu-abu

dan indeks huruf

yang sesuai dengan

indikator

kemampuan

berpikir kritis.

A. Interpretasi (I)

1. Siswa tanggap dalam

memahami maksud dari

persoalan yang diberikan (I1)

2. Siswa selektif dam menerima

sebuah informasi (I2)

3. Siswa dapat mengungkapkan

suatu makna dari informasi

yang diperoleh secara tepat,

jelas dan sistematis (I3)

4. Siswa sering mengajukan

banyak pertanyaan (I4)

B. Analisis (A)

1. Siswa sabar tidak terburu-buru

dalam mengambil keputusan

(A1)

2. Siswa aktif memilih alternatif

Page 64: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

44

jawaban yang paling baik/

perfeksionis (A2)

3. Siswa tidak mudah putus asa

selama proses menemukan

selesaian masalah (A3)

4. Siswa bersikap mandiri

selama menyelesaikan

pekerjaannya (A4)

C. Evaluasi (E)

1. Siswa suka menilai pekerjaan

milik orang lain (E1)

2. Siswa suka membandingkan

hasil pekerjaan miliknya

dengan pekerjaan teman

lainnya (E2)

3. Siswa suka untuk berdebat

dan berdiskusi (E3)

4. Siswa berani berkomunikasi

dan mengemukakan

pendapatnya (E4)

Pertanyaan

Socrates

Bab IV Menggarisbawahi

percakapan dan

memberi indeks

angka sesuai urutan

tipe pertanyaan

Socrates

1. Klarifikasi (S.K)

2. Asumsi-asumsi penyelidikan

(S.A)

3. Alasan-alasan dan bukti

penyelidikan (S.B)

4. Titik pandang dan persepsi

(S.T)

5. Implikasi dan konsekuensi

penyelidikan (S.I)

6. Pertanyaan tentang pertanyaan

(S.P)

Tahapan

saintifik

Transkrip

hasil reduksi

dan bab IV

Memberikan

indeks diakhir

kalimat sesuai

urutan tahapan

saintifik

1. Mengamati

2. Menanya

3. Menalar

4. Mencoba

5. Mengomunikasikan

Selanjutnya, diberikan pengodean untuk setiap tingkat kemampuan matematis

siswa, misalkan untuk siswa berkemampuan tinggi diberi kode KT20 yang artinya

siswa dengan kemampuan tinggi dan absen nomor 20.

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada

pernyataan Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015:337) yang mengemukakan

Page 65: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

45

bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data

display (penyajian data), dan conclusion drawing (penarikan kesimpulan).

Adapun penjabaran dari aktivitas analisis data akan diuraikan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data pada penelitian ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola yang

muncul, serta membuang data yang tidak diperlukan. Reduksi data dilakukan

secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Sebelum mendeskripsikan

hasil, data yang ada pada catatan lapangan akan direduksi terlebih dahulu. Data

yang memiliki hubungan dengan indikator tentang percakapan kritis matematis

siswa akan dikumpulkan dan data yang tidak memiliki berhubungan dengan

indikator percakapan kritis matematis akan dibuang.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan menghasilkan gambaran yang

lebih jelas dan memudahkan dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Reduksi data dilakukan berdasarkan panduan tujuan penelitian. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa

dalam pembelajaran Socrates saintifik. Oleh karena itu, hal-hal yang berada di

luar ranah tersebut akan menjadi sesuatu yang akan direduksi nantinya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Pada

penelitian kualitatif penyajian data dapat berupa tabel, grafik, chart, pictogram,

teks naratif dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015:

341) penyajian data penelitian kualitatif yang paling banyak digunakan adalah

Page 66: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

46

teks yang bersifat naratif. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Dengan kata lain, penyajian data dilakukan dengan

menuliskan semua informasi yang telah dipilih melalui reduksi data dalam

bentuk naratif, sehingga mempermudah dalam penarikan kesimpulan.

Tujuan penyajian data yang akan dilakukan pada penelitian ini memudahkan

dalam mendeskripsikan percakapan kritis matematis yang terjadi pada subjek

penelitian dan kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang

telah dipahami tersebut. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks

naratif dan dialog untuk memperjelas fenomena yang terjadi. Kegiatan ini

memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang

terorganisir dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan

atau tindakan.

3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan

kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan,

pola-pola penjelasan, dan juga alur sebab akibat. Penarikan kesimpulan yang

akan dilakukan pada penelitian ini ialah menemukan makna terkait percakapan

kritis matematis siswa dari data yang telah disajikan. Kesimpulan dan

melakukan verifikasi diperoleh dengan mencari makna dari setiap gejala yang

terjadi di lapangan. Hasil dari penarikan kesimpulan akan dijelaskan dan

dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang muncul di

lapangan dan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil

intisarinya. Selanjutnya uraian makna tersebut akan menjelaskan gambaran

Page 67: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

47

mengenai percakapan kritis matematis siswa kelas VII-2 SMP Global Madani

Bandar Lampung yang muncul selama penelitian.

Page 68: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

112

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, percakapan kritis matematis siswa

kelas VII-2 SMP Global Madani Bandar Lampung pada semester genap tahun

pelajaran 2018/2019 dengan menggunakan metode Socrates dan pendekatan

saintifik dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Percakapan kritis matematis yang terjadi saat pembelajaran matematika dengan

metode Socrates dan pendekatan saintifik ialah interpretasi dan analisis.

b. Percakapan kritis matematis siswa muncul karena guru lebih banyak

menggunakan pertanyaan-pertanyaan Socrates tipe klarifikasi dan alasan-

alasan dan bukti penyelidikan.

c. Percakapan kritis matematis siswa lebih dominan muncul saat siswa

melakukan tahapan saintifik menalar (associating) dan mengomunikasikan

(communicating).

d. Hal-hal menarik lainnya dari percakapan kritis matematis yang muncul saat

pembelajaran dengan menggunakan metode Socrates saintifik yaitu:

i. Pola karakteristik percakapan kritis matematis adalah Q-A-V (Questions,

Answers, Validations).

ii. Bentuk percakapan kritis matematis adalah solve and discuss, step by step,

dan student pairs.

Page 69: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

113

iii. Percakapan kritis matematis lebih dominan dimunculkan oleh kelompok

siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi.

B. Saran

1. Saat pembelajaran matematika dengan metode Socrates saintifik guru

sebaiknya tidak memberikan pertanyaan yang dapat memancing jawaban siswa

secara beruntun. Apabila siswa belum bisa menjawab pertanyaan yang

diajukan, sebaiknya guru tidak memberikan jawaban tersebut secara langsung.

Melainkan guru seharusnya memancing siswa untuk menemukan jawaban

tersebut dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan Socrates. Dalam hal ini,

guru harus diberikan pelatihan tentang metode Socrates sebelum diaplikasikan

dalam pembelajaran agar guru memiliki pemahaman terhadap tipe pertanyaan-

pertanyaan Socrates.

2. Untuk peneliti selanjutnya, apabila ingin menggunakan menggunakan metode

Socrates saintifik, lebih baik dilakukan inovasi seperti permainan matematika

disela-sela pembelajaran.

3. Dalam mengelompokkan siswa baik berkemampuan matematis tinggi, sedang,

ataupun rendah lebih baik dikelompokkan berdasarkan kenyamanan siswa agar

mendukung terjadinya percakapan kritis matematis baik dalam kelompok

ataupun tidak.

Page 70: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

114

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2013. Berpikir kritis matematis. Jurnal Matematika dan Pendidikan

Matematika. Universitas Khairun, Ternate. Halaman 66-75.

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Rineka Cipta, Jakarta. 308 hlm.

Agusman. 2016. Desain model pembelajaran matematika yang mengembangkan

kemampuan berpikir kritis. Jurnal Pendidikan Matematika. Universitas

Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, Medan. Vol.2, No.2. Halaman

111-121.

Anderson, Nancy Canavan., Chapin, Suzanne H dan O’Connor, Catherine. 2009.

Using Math Talk to Help Students Learn, Grades K-6. A Multimedia

Professional Learning Resources.

Bradford, Susann Meachelle. 2007. The Use of Mathematics Dialogues to Support

Student Learning In Highschool Pre Algebra Classes. Disertasi. University

of Montana, Montana. 241 hlm.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dharma Bhakti, Jakarta.

Evindonta, Florensia. 2009. Efektivitas Pembelajaran Socrates Kontekstual

Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan

Matematika Vol.2, No. 1.

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkat-

kan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah

Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. 89 hlm. [Online].

Tersedia:http://jurnal.upi.edu/637/view/penerapan-pembelajaran-berbasis

masalah-untuk-meningkatkan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-komunikasi-

matematis-siswa-sekolah-dasar. (Diakses 5 November 2018).

Fisher, A. 2010. Critical Thinking An Introduction. Cambridge University Press,

United Kingdom.

Fuson, Karen. 2015. A Math Talk Community-Math Expressions Common Core.

United State of America: Houghton Mifflin Harcourt.

Page 71: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

115

Garcia, Lisa Ann de. 2010. How to Get Students Talking. Math Solution.

Georgia Council of Teachers of Mathematics (GCTM). 2015. Why Number Talks

by NCTM. (Online). Tersedia: new.gctm-resources.org. (Diakses 5

November 2018).

Haryani, Desti. 2011. Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah

Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

Prosiding, disajikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

Penerapan MIPA, FMIPA, UNY pada tanggal 14 Mei 2011. Halaman 121-

126.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika,

Jakarta. 206 hlm.

Himawan, M. Agung Dharma. 2018. Deksripsi Percakapan Kritis Matematis

Siswa dengan Metode Socrates dalam Pendekatan Saintifik (Penelitian

Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Natar Semester

Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018). Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.6,

No.1.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Khairi, Husain. 2017. Deskripsi Percakapan Matematis pada Pembelajaran

Socrates Saintifik dalam Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.1, No.1.

Khairuntika. 2016. Metode socrates dalam mengembangkan kemampuan berpikir

kritis siswa. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan

Pembelajarannya. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Halaman 89-98.

Khikmah, Aniswatul. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Project Based

Learning Terhadap Keaktifan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

Materi Garis dan Sudut Kelas VII MTS Tarbiyatul Mubtadiin Wilalun

Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Pendidikan Matematika.

Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo. [Online]. Tersedia:

http://eprints.walisongo.ac.id/4731/1/113511039.pdf. (Diakses 5 November

2018).

.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81a Tentang Implementasi Kurikulum. Kemendikbud, Jakarta.

Lambertus. 2009. Pentingnya melatih keterampilan berpikir kritis dalam

pembelajaran matematika. Jurnal Forum Kependidikan. Vol.28, No.2.

Halaman 136-142.

Page 72: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

116

Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum

2013. (Online). http://p4tksbjogja.com/arsip/index.php?option=com_phoca

download&view=category&download=122:penerapanpendekatansaintifikda

lampembelajarankurikulum2013&id=1:widyaiswara (Diakses 5 November

2018).

Mentari, Julia Sekar. 2017. Deskripsi Percakapan Representasi Matematis Siswa

Dengan Pembelajaran Socrates Dalam Pendekatan Saintifik. Jurnal

Pendidikan Matematika Unila. Vol.5, No.1.

Mutohir, Arif. 2015. Penerapan Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik

pada Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak Kelas VII B Madrasah

Tsanawiyah Negeri. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim, Malang. 174 hlm.

Muhammad, Heizlan. 2016. Efektivitas Metode Pembelajaran Socrates

Konstektual Untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.4, No.2.

Murti, Bhisma. 2009. Critical Thinking. Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah.

Universitas Sebelas Maret, Solo.

National Council Of Teachers of Mathematics. 2010. Mathematics Teaching In

The Middle School. Reston, VA: National Council Of Teachers of

Mathematics.

Noer, Sri Hastuti. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa SMP Melalui pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar

Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta. Halaman 473-483.

Pahlevi, Septi Reza. 2014. Pengaruh Metode Socrates dalam Pembelajaran

Bangun Datar terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP

Kristen Satya Wacana Tahun Ajaran 2013/2014. [Online]. Tersedia:

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4987/3/T1_202010078_BA

B%20II.pdf. (Diakses 10 November 2018).

Purwati, Heni. 2017. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa

Dalam Menyelesaikan Masalah Pada Mata Kuliah Program Linear. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Matematika. Universitas PGRI Semarang, Semarang.

Vol.1, No.2. Halaman 129-134.

Rahardjo, M. 2011. Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal

Metode Penelitian. UIN Maliki Malang, Malang.

Rahma. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line Pada Pembelajaran

Maatematika Siswa Kelas XI IPS SMA negeri 1 Batipuh. Jurnal Pendidikan

Matematika. Vol.3, No.1. Halaman 18-22.

Page 73: DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM ...digilib.unila.ac.id/59708/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya,

117

Saldana, Johnny. 2009. The Coding Manual for Qualitative Researches. Sage

Publications, London. 222 hlm.

Sarnawi, M Dasim. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Sains di Sekolah Dasar. Disertasi. UPI, Bandung.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung. 456 hlm.

Sulistiowati, Dwi Laila. 2015. Analisis Deskriptif Disposisi Berpikir Kritis

Matematis Siswa dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual (Penelitian

Kualitatif Di SMP Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015).

Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.3, No.4.

Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada

Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Penggunaan Pendidikan

Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.2, No.6.

Halaman 45-57.

Wagganer, Erin L. 2015. Creating Math Talk Communities. National Council of

Teacher of Mathematics. Vol.22, No.4. Halaman 248-254.

Yunarti, Tina. 2016. Metode Socrates Dalam Pembelajaran Berpikir Kritis:

Aplikasi Dalam Matematika. Media Akademi, Yogyakarta. 69 hlm.

Zaqiah. 2013. Implementasi Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak (Brain

Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.