deskripsi percakapan kritis matematis siswa pada ...digilib.unila.ac.id/27324/3/skripsi tanpa bab...

62
DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK (Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017) (Skripsi) Oleh RIZKI HARY PURNOMO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 06-Feb-2020

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWAPADA PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK

(Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)

(Skripsi)

Oleh

RIZKI HARY PURNOMO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

ABSTRAK

DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWAPADA PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK

(Penelitian Kualitatif Deskripstif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)

Oleh

Rizki Hary Purnomo

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan percakapan kritis mate-

matis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik. Subjek penelitian ini adalah

siswa kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017. Data

penelitian ini merupakan data kualitatif tentang percakapan kritis matematis siswa

yang diperoleh melalui catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Analisis

data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa: (1)

Percakapan kritis matematis lebih sering muncul jika siswa diberikan permasalah-

an yang memuat indikator interpretasi atau analisis, (2) Pada saat percakapan

kritis matematis berlangsung, indikator analisis merupakan indikator kemampuan

berpikir kritis matematis yang sering dimunculkan oleh siswa, (3) Percakapan

kritis matematis lebih sering muncul pada saat guru dan siswa menggunakan per-

tanyaan Socrates tipe klarifikasi, dan (4) Pada saat percakapan kritis matematis

Rizki Hary Purnomo

berlangsung, langkah communicating merupakan langkah saintifik yang sering

dilakukan oleh siswa.

Kata kunci: percakapan kritis matematis, metode Socrates, pendekatan saintifik.

DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA PADAPEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK

(Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)

Oleh

Rizki Hary Purnomo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan MatematikaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kecamatan Gotong Royong, kota Bandar Lampung, provinsi

Lampung pada tanggal 25 November 1994. Penulis merupakan anak pertama dari

empat bersaudara pasangan Bapak Hotnandes, S.Sos. dan Ibu Elly Purwalia,

S.Sos. Penulis memiliki tiga orang adik laki-laki yang bernama Nashir Annur,

Fuad Azka, dan Athhar Qinthara.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Bhayangkari

pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Rawa Laut pada tahun 2007,

pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandarlampung pada tahun 2010,

dan pendidikan menengah atas di SMA YP Unila pada tahun 2013. Penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil

Program Studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)

pada tahun 2016 di Desa Sumber Ringin, Kecamatan Sendang Agung, dan

menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Sendang

Agung, Kabupaten Lampung Tengah.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam organisasi tingkat jurusan

Himasakta (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta) sebagai kepala divisi

penelitian dan pengembangan pada periode 2015/2016 kabinet Siap Berkarya.

MOTTO

“Apabila sesuatu yang kamu harapkan tidak terjadi, makabersyukurlah dengan apa yang terjadi.”

(Penulis)

PERSEMBAHAN

بسم هللا الرحمن الرحیم

Alhamdulillahirobbil’alamiin ....

Terucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya,

dengan rasa syukur, bahagia, serta rasa sayangku yang tulus dan ikhlas.

Kupersembahkan, karya besar pertamaku kepada:

Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan

kesabaran. Terimakasih atas do’a, semangat, kasih sayang, kerja keras tanpa lelah

dan segala hal yang telah engkau lakukan demi kesuksesanku.

Adik-adik tersayang: Nashir, Fuad, dan Qinthara yang senantiasa memberi

semangat saat aku kesulitan dan mengingatkanku untuk menjadi pribadi yang

bermanfaat dan lebih baik.

Para Pendidik terhebat yang telah mendidikku dengan ketulusan dan kesabaranya,

serta menjadi inspirasi bagiku.

Teman-teman seperjuangan serta Sahabat-sahabatkuyang senantiasa mengingatkan ketika aku melakukan kesalahan,

senantiasa membantu serta menyemangatiku.

Almamater tercinta.

SANWACANA

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi

uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Deskripsi Percakapan Kritis Matematis Siswa pada

Pembelajaran Socrates Saintifik (Penelitian Kualitatif deskriptif pada Siswa

Kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

ii

4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus dosen

Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran, motivasi

dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih

baik.

5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,

kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku selaku Dosen Pembahas yang telah

memberikan masukan serta kritik dan sarannya.

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

8. Ayah (Hotnandes, S.Sos.) dan Ibu (Elly Purwalia, S.E.) atas segala doa,

dukungan, kesabaran, perhatian, dan cinta yang tiada henti tercurah untukku.

9. Adik-adikku yang kubanggakan Nashir Annur, Fuad Azka, dan Athhar Qin-

thara yang senantian memberikan dukungan dan bantuan kepada kakakmu ini.

10. Bapak Arif Halmizan, S.Pd. selaku guru mitra dan seluruh perangkat sekolah

serta staff SMP Negeri 22 Pesawaran yang telah memberikan kemudahan

selama penelitian.

11. Siswa/siswi kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Tahun Pelajaran

2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

12. Bapak Wiyono, S.Pd selaku guru pamong PPL dan keluarga besar SMP

Negeri 2 Sendang Agung, terimakasih untuk dukungan, bantuan, dan se-

mangat yang telah diberikan selama ini.

iii

13. Keluarga besar Bapak Lanjar dan Ibu Siti Masruroh, dan rekan seperjuangan

KKN-KT Unila Desa Sendang Agung Tahun 2016, terimakasih atas

kebersamaan dan bantuan selama ini.

14. Rekan-rekan seperjuanganku selama menjalankan penelitian sebagai Tim

Penelitian Kualitatif, terima kasih atas kerja sama, semangat, motivasi,

masukan, dan arahan sehingga penelitian dan pembuatan skripsi kita berjalan

lancar.

15. Keluarga Besar Himasakta kabinet Siap Berkarya dan khususnya Presidium

yang telah memberikan dukungan, semangat, dan motivasi.

16. Sahabat serta teman-temanku : Dina Cahya Fadilla, Husain Khairi, Sayu Yuni,

Amalia Listiani, Nina Iswanti, Purnama Dewi, Riffki Amalia, Ana Wahyu

Nurrohmah, Fitri Anita Sari, Chintya Martanovi, Djakia Ulfa, Evi Tirto

Nanda, Shinta Khairunnisa, Siti Khodjiah, Julia Sekar Mentari, Ariesta

Yanada Putri, Annisa Vibra, Nindya Lukita, dan Ewid Nur Anisa terimakasih

untuk kebersamaan serta segala bentuk bantuan selama ini. Kalian sangat

berarti.

17. Kakak-kakak tingkatku : Kak Ferdi, Mbak Nova, Mbak Mbul, Mbak Lelly,

Mbak Nana, Mbak Utary, Kak Riki, Kak Agung Cahyono, Kak Andi, Kak

Agung Laksono, Kak Pandji, Mbak Zahra, Mbak Thalita, Mbak Nuy, dan

Mbak Erma terimakasih untuk kebersamaan, nasihat, kritik dan saran, serta

segala bentuk bantuan selama ini.

18. Adik-Adik tingkatku : Siti Rohibah, Ratih, Mukaromah, Dermawati, Ana

Dianti, Dessy, Jo, Agung, Adi, Syifa, Hanani, Faqih, dan Ridwan terimakasih

untuk kebersamaan, kritis dan saran, serta segala bentuk bantuan selama ini.

iv

19. Teman-teman seluruh angkatan 2013 kelas A dan B Pendidikan Matematika

Unila, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini.

20. Almamater tercinta yang telah menjadi tempat belajar serta mendewasakan

diri.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan skripsi ini

bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2017

Penulis

Rizki Hary Purnomo

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

E. Ruang Lingkup................................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Percakapan Matematis ....................................................................... 12

B. Kemampuan Berpikir Kritis............................................................... 15

C. Metode Socrates ................................................................................. 19

D. Pendekatan Saintifik........................................................................... 22

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................... 27

B. Subjek Penelitian................................................................................ 27

C. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 29

D. Instrumen Penelitian........................................................................... 31

vi

E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 32

F. Tahap-tahap Penelitian....................................................................... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................. 36

1. Pertemuan Pertama ........................................................................... 37

2. Pertemuan Kedua.............................................................................. 64

3. Pertemuan Ketiga.............................................................................. 78

4. Pertemuan Keempat .......................................................................... 97

B. Pembahasan ....................................................................................... 105

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................... 114

B. Saran .................................................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Berpikir Kritis serta Kaitannya dengan

Kemampuan berpikir Kritis ........................................................... 18

Tabel 2.2 Jenis-jenis Pertanyaan Socrates Serta Contohnya.......................... 22

Tabel 4.1 Tabel yang diisi oleh P13 dan P1 .................................................. 42

Tabel 4.2 Tabel perbandingan yang terdapat pada LKPD ............................. 43

Tabel 4.3 Tabel pada bahan ajar .................................................................... 44

Tabel 4.4 Salah satu hasil dari pengeisian tabel milik P1 .............................. 47

Tabel 4.5 Jawaban P23 saat mengerjakan tabel perbandingan senilai........... 50

Tabel 4.6 Tabel B pada yang terdapat pada LKPD........................................ 51

Tabel 4.7 Tabel C yang terdapat pada LKPD ................................................ 52

Tabel 4.8 Jawaban P1 pada tabel di bahan ajar.............................................. 55

Tabel 4.9 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat

pada permasalahan yang diberikan (1) .......................................... 61

Tabel 4.10 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (1) .............. 62

Tabel 4.11 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (1)..... 63

Tabel 4.12 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

pada masing-masing transkrip (1) ............................................... 63

viii

Tabel 4.13 Hasil diskusi soal pertama kemlompok matematis tinggi ........... 68

Tabel 4.14 Hasil diskusi soal kedua kelompok matematis tinggi ................. 70

Tabel 4.15 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis sedang ............ 72

Tabel 4.16 Hasil diskusi kelompok matematis rendah................................... 76

Tabel 4.17 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat

pada permasalahan yang diberikan (2)........................................ 76

Tabel 4.18 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (2) .............. 77

Tabel 4.19 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (2)..... 77

Tabel 4.20 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

pada masing-masing transkrip (2) ............................................... 78

Tabel 4.21 Tabel yang diberikan guru kepada siswa ..................................... 82

Tabel 4.22 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis tinggi............... 87

Tabel 4.23 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis sedang ............. 89

Tabel 4.24 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis rendah ............. 91

Tabel 4.25 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat

pada permasalahan yang diberikan (3)........................................ 94

Tabel 4.26 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (3) .............. 95

Tabel 4.27 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (3)..... 96

Tabel 4.28 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

pada masing-masing transkrip (3) ............................................... 96

Tabel 4.29 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis tinggi dan

kelompok matematis sedang ...................................................... 99

Tabel 4.30 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis rendah ............ 100

ix

Tabel 4.31 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat

pada permasalahan yang diberikan (4)........................................ 103

Tabel 4.32 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (4) .............. 104

Tabel 4.33 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (4)..... 104

Tabel 4.34 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

pada masing-masing transkrip (4) ............................................... 105

Tabel 4.35 Permasalahan yang diberikan kepada siswa pada setiap

pertemuan .................................................................................... 107

Tabel 4.36 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang

dimunculkan siswa pada setiap pertemuan ................................. 109

Tabel 4.37 Tipe pertanyaan Socrates yang digunakan guru dan siswa pada

setiap pertemuan.......................................................................... 110

Tabel 4.38 Langkah-langkah saintifik yang dilakukan siswa pada setiap

pertemuan .................................................................................... 112

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Suasana pada saat siswa mangamati permasalahan yang

diberikan .................................................................................. 38

Gambar 4.2 Saat P1 dan P13 menghitung warna name tag .......................... 42

Gambar 4.3 Perwakilan dari kelompok A dan kelompok B .......................... 48

Gambar 4.4 P1 saat menjelaskan jawaban tabel C......................................... 53

Gambar 4.5 Jawaban P4 dan P1..................................................................... 59

Gambar 4.6 Suasana pada pertemuan kedua.................................................. 65

Gambar 4.7 Suasana pembelajaran pada jam pertama................................... 85

Gambar 4.8 Suasana pembelajaran pada jam kedua ...................................... 86

Gambar 4.9 Denah rumah yang dibagikan ke siswa ...................................... 93

Gambar 4.10 Suasana pembelajaran pada jam pertama pertemuan keempat 91

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRANA: INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran................................ 119

Lampiran A.2 Lembar Kerja Peserta Didik ............................................ 171

Lampiran A.3 Daftar Kode Siswa .......................................................... 177

Lampiran A.4 Catatan Lapangan ............................................................ 178

Lampiran A.5 Hasil Wawancara ............................................................ 193

LAMPIRAN B: LAIN-LAIN

Lampiran B.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi .................................. 201

Lampiran B.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ....................................... 204

Lampiran B.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ............................................ 206

Lampiran B.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................. 208

Lampiran B.5 Surat Izin Penelitian ........................................................ 209

Lampiran B.6 Surat Keterangan Penelitian ............................................ 210

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat se-

jalan dengan globalisasi, menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas dan kompetitif. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

kompetitif, dibutuhkan banyak cara, salah satunya adalah menyelenggarakan

pendidikan yang efektif dan bermutu. Dengan pendidikan, manusia dapat me-

ngembangkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal, sehingga menjadi

manusia yang berkualitas dan kompetitif. Oleh karena itu, pendidikan dibutuh-

kan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan kompetitif.

Barnadib (1995:17) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sis-

tematis untuk mencapai kemajuan atau taraf hidup yang lebih baik. Pernyataan

tersebut sejalan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dalam Dep-

diknas (2013:3) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif

agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, kepribadian, pengendalian

diri, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Kemudian, menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, pendidikan

2 nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mandiri dan bertanggung jawab ter-

hadap masyarakat dan bangsa.

Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional ter-

sebut adalah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang terdiri dari

rangkaian pendidikan formal dan non formal mulai dari sekolah dasar, sekolah

menengah, hingga perguruan tinggi. Hal tersebut didukung dengan diseleng-

garakannya program wajib belajar sembilan dan dua belas tahun. Berbagai mata

pelajaran diajarkan pada jenjang tersebut, diantaranya ilmu agama, bahasa, ilmu

pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan matematika.

Diantara mata pelajaran tersebut, matematika merupakan salah satu mata pela-

jaran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kline dalam

Simanjuntak (1993:64) bahwa kemajuan bidang matematika pada sebuah negara

memberikan pengaruh terhadap perkembangan negara tersebut. Matematika per-

lu diajarkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerjasama. Johnson dan Mykele-

bust dalam Abdurrahman (2012:202) mengemukakan bahwa matematika meru-

pakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan

hubungan-hubungan yang kuantitatif dan mempunyai fungsi teoritis untuk me-

mudahkan proses berpikir. Oleh karena itu, sudah seharusnya mata pelajaran ma-

tematika dikuasai oleh siswa dari setiap jenjang pendidikan karena mempunyai

3 banyak manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa, terutama dalam ke-

mampuan berpikir.

Ada beberapa macam kemampuan berpikir, salah satunya adalah kemampuan

berpikir kritis. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Ta-

hun 2006, kemampuan berpikir kritis diperlukan agar siswa dapat mengelola dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu ber-

ubah, tidak pasti, dan kompetitif. Cabera dalam Fachrurazi (2011) mengatakan

bahwa penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan hanya se-

bagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga harus dijadikan sebagai proses

fundamental yang memungkinkan siswa agar mampu bersaing pada masa men-

datang yang kompetitif. Kemudian, Fahrurazi (2011) menyatakan bahwa meng-

ajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis harus dipandang se-

bagai sesuatu yang sangat penting. Oleh karena itu, pengembangan kemampu-

an berpikir kritis siswa harus menjadi tujuan utama agar dapat bersaing di-

masa mendatang.

Kemampuan berpikir kritis tentang ilmu matematika disebut dengan kemampuan

berpikir kritis matematis. Melalui pembelajaran di sekolah, kemampuaan ber-

pikir kritis matematis setiap siswa dapat dikembangkan. Sabandar dalam Mah-

muzah (2014) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dalam pembelajar-

an matematika dapat dikembangkan dengan cara menghadapkan siswa pada ma-

salah yang kontradiktif dan baru, sehingga siswa mampu mengkonstruksi pi-

kirannnya sendiri untuk mencari kebenaran dan alasan yang jelas. Sebelumnya,

Lambertus (2009) menyatakan bahwa melatih keterampilan berpikir kritis dalam

4 pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soal-soal tidak rutin

atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait dengan

kehidupan sehari-hari, asalkan penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan

kognisi anak. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis

matematis, siswa harus dibiasakan dengan permasalahan yang tidak rutin serta

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya pendidik melihat perkembangan kemampuan berpikir kritis mate-

matis siswanya hanya dari kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Akan

tetapi, ada hal lain yang seharusnya diperhatikan oleh pendidik dalam melihat

perkembangan kemampuan berpikir kritis yaitu proses siswa dalam menyelesai-

kan masalah yang diberikan. Menurut Lambertus (2009:137) berpikir kritis paling

sedikit memuat tiga hal, salah satunya adalah terjadinya proses pemecahan

masalah dalam suatu konteks interaksi dengan diri sendiri, dunia orang lain dan

atau lingkungannya. Oleh sebab itu, intraksi siswa dalam memecahkan masalah

perlu mendapatkan perhatian pendidik, salah satu bentuk intraksi tersebut adalah

percakapan yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah.

Bradford (2007:41) menjelaskan bahwa percakapan adalah sebuah sarana yang

dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana sebuah proses

dalam berkerja, mangajukan pertanyaan kepada teman, dan membandingkan per-

spektif mereka dengan orang lain. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa, percakapan adalah suatu sarana yang berfungsi untuk menambah dan me-

ngonstruksi pengetahuan siswa. Kemudian, percakapan yang berkaitan tentang

ilmu matematika disebut sebagai percakapan matematis.

5 Melalui percakapan matematis, seorang pendidik dapat mengetahui apakah siswa

telah memahami materi yang diberikan. Hal tersebut didukung oleh hasil pene-

litian Anderson et.al (2003:5) yakni “teacher can spot students misunderstandings

much more easily when they are revealed by a discussion instead of remaining

unspoken”. Selanjutnya Anderson et.al (2011) merincikan lima faktor utama pen-

tingnya percakapan matematis di kelas sebagai berikut :

“ Five major reasons that talk is critical in teaching and learning : (1) Talk

can reveal understanding and misunderstanding; (2) Talk supports robust

learning by boosting memory; (3) Talk supports deeper reasoning; (4) Talk

supports language development; (5) Talk support development of social

skills”

Bedasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa percakapan matematis

merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian pendidik untuk

mengetahui perkembangan kemampuan siswa.

Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam pecakapan matematis di kelas

adalah partisipasi siswa. Pastisipasi siswa dalam percakapan matematis di kelas

memegang peranan penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan NCTM (1991) se-

bagai berikut:

“Partisipasi siswa dalam percakapan di kelas dapat meningkatkan perkem-

bangan dari pemahaman konsep, kosakata matematis, kemampuan mate-

matis, dan kemampuan pemecahan masalah dengan membiarkan siswa ber-

bagi dan mengeksplor pengetahuan dan pertanyaan mereka antarteman se-

baya.”

Jika untuk dapat menciptakan percakapan matematis diperlukan partisipasi siswa

yang aktif di kelas, maka perlu dibentuk lingkungan pembelajaran yang mampu

menciptakan partisipasi siswa yang aktif dalam percakapan di kelas. Kenyataan-

nya saat ini secara umum pendidik masih menggunakan metode ceramah dalam

6 penyampaian materi. Hal ini tentunya mengurangi peluang terjadinya partisipasi

siswa dalam percakapan di kelas sehingga percakapan matematis yang seharusnya

dapat menjadi perhatian pendidik tidak muncul. Hal tersebut disebabkan peran

guru yang sangat mendominasi percakapan dikelas. Padahal dalam uraian di atas,

percakapan matematis merupakan hal yang perlu mendapatkan pehatian pendidik

dalam melihat perkembangan kemampuan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 22 Pesa-

waran pada tanggal 27 September 2016, diperoleh bahwa dalam proses pem-

belajaran guru matematika kelas 7 di SMP tersebut tidak memerhatikan percakap-

an matematis yang terjadi di dalam kelas. Hal ini diperjelas bahwa guru tersebut

masih menggunakan metode ceramah di dalam melaksanakan pembelajaran, se-

hingga hanya memerhatikan hasil latihan dan ulangan yang diberikan, serta tidak

memerhatikan percakapan yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang ber-

langsung.

Hasil wawancara di SMP Negeri 22 Pesawaran juga menunjukkan bahwa metode

mengajar yang digunakan guru kurang mampu menciptakan partisipasi siswa yang

aktif sehingga percakapan matematis di kelas tidak tercipta. Guru hanya meng-

gunakaan metode ceramah pada saat menyampaikan materi pelajaran, sehingga

aktivitas dan partisipasi siswa pada pembelajaran tersebut hanya sebatas untuk

memerhatikan, mendengar, mencatat, mengerjakan tugas, dan menjawab per-

tanyaan dari guru secara bersama-sama. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan

pembelajaran yang dapat membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

sehingga memungkinkan muncul percakapan matematis di kelas. Pembelajaran

7 yang dianggap baik dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

adalah pembelajaran Socrates saintifik.

Pembelajaran Socrates saintifik adalah pembelajaran di kelas yang menggunakan

metode Socrates dan pendekatan saintifik. Metode Socrates dianggap sebagai

metode yang baik untuk meningkatkan partisipasi siswa karena dengan metode ini

guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat siswa aktif

dalam pembelajaran sehingga mampu memunculkan percakapan matematis. Hal

ini sesuai dengan pendapat Jones, Bagford dan Walen dalam Yunarti (2011:47)

bahwa metode Socrates adalah sebuah proses diskusi yang dipimpin guru untuk

membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk mencapai

suatu kesimpulan.

Dengan menggunakan metode Socrates, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

guru akan meningkatkan partisipasi siswa sehingga mampu memunculkan per-

cakapan matematis di kelas. Akan tetapi, pembelajaran dengan metode Socrates

dapat membuat kebanyakan siswa merasa bosan dan takut karena diberikan per-

tanyaan terus menerus. Lammendola dalam Baharun (2014:5), menyatakan bah-

wa salah satu kelemahan metode Socrates adalah dapat menciptakan lingkungan

belajar yang menakutkan. Untuk itu, perlu diadakan variasi pendekatan yang di-

lakukan untuk mengiringi metode pembelajaran Socrates ini, salah satunya yaitu

pendekatan saintifik.

Menurut Lazim (2013), pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,

8 merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengo-

munikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan ini dapat

menumbuhkan minat siswa dalam belajar serta dapat mengurangi rasa bosan dan

takut yang diakibatkan oleh metode Socrates, karena siswa diberi kebebasan

dalam mengeksplorasi ide yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan untuk

menjawab masalah yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran dengan metode Socrates dan pen-

dekatan saintifik dapat menunjang percakapan kritis matematis siswa. Oleh karena

itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis

siswa dengan metode Socrates dan pendekatan saintifik di kelas VII-F SMP

Negeri 22 Pesawaran.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana deskripsi percakapan kritis

matematis siswa di kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran pada pembelajaran

Socrates saintifik selama proses pembelajaran berlangsung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan percakapan kritis

matematis siswa di kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran pada pembelajaran

Socrates saintifik saat pembelajaran berlangsung.

9 D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pe-

mikiran yang positif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan pengetahu-

an matematika serta dapat dijadikan referensi bagi dunia pendidikan khusus-

nya mengenai cara mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa pada

pembelajaran Socrates saintifik. Hal tersebut terjadi karena percakapan siswa

dapat mencerminkan pola berpikirnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi calon guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber infor-

masi untuk menyelesaikan persoalan dalam proses pembelajaran matema-

tika, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung dapat mempermu-

dah siswa dalam memahami materi yang diajarkan, serta bermakna bagi

siswa.

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran da-

lam menciptakan suasana belajar yang baik, agar siswa menjadi nyaman,

sehingga terciptanya percakapan matematis dan kebermaknaan dalam

pembelajaran dapat tercapai.

c. Bagi sekolah, dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan kepala sekolah

memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para

guru di SMP Negeri 22 Pesawaran untuk meningkatkan kualitas pembela-

jaran matematika di kelas.

10

d. Bagi peneliti lain, dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan ini dapat

menjadi referensi yang bagi yang ingin meneliti dengan menggunakan

variabel penelitian yang sama.

E. Ruang Lingkup

Dengan memerhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelas-

kan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara penyusun dengan pembaca.

1. Percakapan kritis matematis merupakan percakapan matematis yang ditinjau

dari kemampuan berpikir kritis.

a. Percakapan matematis adalah percakapan yang muncul akibat dari adanya

kegiatan menemukan pengetahuan dalam matematika yang dalam hal ini

kegiatan tersebut dipersempit dalam pembelajaran.

b. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menjawab per-

tanyaan-pertanyaan yang kompleks dalam aktivitas mental seperti inter-

pretasi, analisis, dan evaluasi.

2. Pembelajaran Socrates santifik merupakan pembelajaran dengan meng-

gunakan metode Socrates dan pendekatan santifik.

a. Metode Socrates adalah metode yang memuat dialog atau diskusi yang

dipimpin oleh guru melalui serangkaian pertanyaan tersusun untuk me-

nguji validitas keyakinan siswa akan suatu objek dan membuat kesimpulan

yang benar akan objek tersebut.

b. Pendekatan saintifik adalah kegiatan pembelajaran yang melatih siswa

dalam melakukan prosedur ilmiah yang terdiri atas mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.

11 3. Percakapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik yang

dideskripsikan dalam penelitian ini adalah percakapan kritis matematis pada

materi perbandingan dan skala.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Percakapan Matematis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) percakapan diartikan sebagai

sebuah perundingan mengenai suatu masalah dengan cara bertukar pikiran.

Selanjutnya, Bradford (2007) menyatakan bahwa percakapan dapat dipahami

secara luas sebagai sebuah sarana yang untuk menambah pengetahuan melalui

memberitahu bagaimana prosedur kerja, saling bertanya antara teman sejawat dan

membandingkan antar sudut padang satu dengan lainya. Bradford juga menyata-

kan bahwa percakapan adalah suatu alat atau cara untuk mengonstruksi pe-

ngetahuan. Dengan demikian, percakapan adalah sebuah perundingan suatu masa-

lah dengan cara bertukar pikiran dan sebagai sarana untuk menambah ilmu pe-

ngetahuan.

Percakapan dapat memuat berbagai topik sesuai dengan keperluannya, salah

satunya yaitu percakapan matematis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), matematis diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan matematika

atau bersifat matematika. Oleh sebab itu, pada penelitian ini yang dimaksud

dengan percakapan matematis adalah percakapan yang timbul akibat adanya

kegiatan perundingan suatu masalah dalam matematika dan dalam hal ini kegiatan

tersebut terjadi dalam pembelajaran matematika.

13 Pengertian mengenai percakapan matematis (discourse) juga dikemukakan oleh

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 1991

yaitu:

“discourse as ways of representing, thinking, talking, agreeing, and

disagreeing; the way ideas are exchanged and what the ideas entail; and as

being shaped by the tasks in which students engage as well as by the nature

of the learning environment.”

Percakapan matematis dinilai sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa ahli pendidik yang melakukan penelitian

serta uji coba penerapan percakapan matematis pada berbagai tingkatan pendidik-

an siswa. Anderson et.al (2003:6) mengatakan bahwa:

“Classroom talk may support and promote student learning in mathematics

both directly and indirectly. Classroom dialogue may provide direct access to

ideas, relationships among those ideas, strategies, procedures, facts,

mathematical history, and more. Through classroom discourse, all of these

aspects of mathematical thinking can be discussed, dissected, and

understood.”

Selain itu, menurut Anderson dan para peneliti lain, percakapan matematis ber-

peran penting dalam mengembangkan konsep dan membangun hubungan ber-

bagai ide matematika.

Dalam percakapan matematis, siswa memiliki peranan yang sangat penting. Hal

ini dinyatakan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada

tahun 1991 yaitu:

“Students should engage in making conjectures, proposing approaches and

solutions to problems, and arguing about the validity of particular claims.

They should learn to verify, revise, and discard claims on the basis of

mathematical evidence and use a variety of mathematical tools. Whether

working in small or large groups, they should be the audience for one

another's comments that is, they should speak to one another, aiming to

convince or to question their peers.”

14 Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa percakapan matematis harus difokuskan

dalam memaknai ide-ide matematis, penggunaan ide-ide matematis yang sesuai,

dan menyelesaikan berbagai masalah.

Corwin, Storeygard, dan Price dalam Bradford (2007:41) menjelaskan manfaat

percakapan dan menyediakan contoh percakapan di dalam kelas untuk meng-

klarifikasi perbedaan antara pangkal pertanyaan yang mendorong siswa untuk

memberikan jawaban yang benar, dan tipe percakapan yang mendorong siswa

untuk mengeksplor ide-ide matematis dan menyelesaikannya secara kreatif.

Kemudian Corwin, Storeygard, dan Price menyatakan bahwa:

“Participating in mathematical conversations is central to developing

strong mathematical ideas. Talking allows students to compare their

methods and discuss their ideas and theories with their classmates.

Classmates’ questions or counter assertions often force a student to

examine her own mathematical concepts or ideas. When students begin to

comment on each other’s methods and ask each other questions, confusion

is clarified. Expressing their assumptions in the context of a conversation

helps students articulate and refine their ideas.”

Pernyataan tersebut mempertegas bahwa percakapan matematis merupakan bagian

penting dalam mengembangkan ide-ide matematis yang dalam hal ini kemampuan

berpikir kritis siswa.

Hasil penelitian kualitatif Larriva dalam Bradford (2007:47) mendeskripsikan dan

membandingkan berbagai macam gaya komunikasi siswa dalam hubungannya

dengan keberhasilan akademinya. Analisisnya memberikan beberapa gagasan

yang mempengaruhi keberhasilan dalam percakapan yang dilakukan siswa yaitu

kesopanan, kenyamanan, gangguan, intonasi, sirkulasi percakapan, identitas kelas

dan sasaran kelas. Larriva kemudian menyimpulkan bahwa guru yang memegang

15 peranan penting yang dapat mengatur jalannya pembelajaran sehingga siswa lebih

interaktif, terutama untuk memunculkan percakapan matematis siswa.

Hasil penelitian Li (1998) dalam Bradford (2007:44) memberikan tiga petunjuk

untuk guru matematika agar bekerja produktif dalam percakapan di kelas:

1. Membuat perbedaan jelas dan koneksi antar konsep matematis

2. Menjaga ide-ide matematis tetap hidup

3. Menyampaikan makna matematis secara jelas

Dengan demikian, percakapan matematis sudah seharusnya diperhatikan dan

dikembangkan lebih lanjut oleh guru dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat

lebih menggali ide-ide matematis yang ada dalam dirinya dan diperlukan strategi

untuk meningkatkankan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehungga dapat

memunculkan percakapan matematis.

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Crider dalam Murtadho (2013) menyatakan bahwa berpikir itu sendiri

memiliki empat aspek yaitu penyusunan konsep, pemecahan masalah, penalaran

formal, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, Reason dalam Sanjaya (2011)

menyatakan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih

dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Ber-

dasarkan beberapa pendapat tersebut, kemampuan berpikir sangat diperlukan

seseorang untuk menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari serta melakukan

penalaran logis dan sistematis sehingga dapat mengambil keputusan dengan

16 tepat. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir menjadi hal yang sangat penting

dalam kehidupan manusia.

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa jenis berpikir, salah satunya adalah

berpikir kritis. Menurut Haryani (2011), berpikir kritis adalah suatu proses yang

bertujuan untuk membuat keputusan rasional yang diarahkan untuk memutuskan

apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Sejalan dengan itu, Hassoubah dalam

Hasratuddin (2009) memaparkan dua tanda utama berpikir kritis, yaitu: (1) ber-

pikir kritis adalah berpikir layak yang memandu ke arah berpikir deduksi dan

pengambilan keputusan yang benar dan didukung oleh bukti-bukti yang benar,

(2) berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang menunjukkan kesadaran yang

utuh dari langkah-langkah berpikir yang menjurus kepada deduksi-deduksi dan

pengambilan keputusan-keputusan. Dengan demikian, berpikir kritis berarti suatu

proses yang dilakukan dalam rangka penarikan kesimpulan dan pembuatan ke-

putusan akan sesuatu yang harus diyakini dan dilakukan oleh individu tersebut.

Munandar dalam Murtadho (2013) mengemukakan bahwa dasar berpikir kritis

adalah tahapan-tahapan tingkat perilaku kognitif Taksonomi Bloom, yaitu pe-

ngetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Berpikir kritis

merupakan sebuah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimulai dari tingkat

analisis, sintesis, dan evaluasi. Hal ini berarti bahwa untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis tidaklah mudah atau tidak serta merta dapat tumbuh

begitu saja, melainkan butuh perlakuan khusus agar seseorang dapat memiliki-

nya.

17 Kemampuan berpikir kritis tentang ilmu matematika disebut dengan kemampuan

berpikir kritis matematis. Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis mate-

matis siswa, Lambertus (2009) menyatakan bahwa melatih keterampilan berpikir

kritis dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soal-

soal tidak rutin atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan

terkait dengan kehidupan sehari-hari, asalkan penyajiannya disesuaikan dengan

perkembangan kognisi anak. Dengan demikian, agar kemampuan berpikir kritis

matematis siswa dapat berkembang secara optimal guru harus membiasakan

siswa dengan permasalahan/pertanyaan yang tidak rutin atau soal-soal yang ber-

kaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Namun, dewasa ini kebiasaan siswa saat mengikuti pembelajaran matematika

yang hanya mementingkan hasil akhir membuat kemampuan berpikir kritis mate-

matis siswa tidak dapat berkembang dengan baik. Hal ini sejalan dengan pen-

dapat Skovsmose dalam Hasratuddin (2010), salah satu ciri anak yang tidak dapat

berpikir kritis yang baik dalam belajar matematika adalah anak kurang bergairah

atau tidak bersemangat, tidak kritis dan hanya memikirkan dan berfokus

pada hasil atau jawaban akhir.

Untuk keperluan penelitian ini, peneliti merujuk langkah-langkah berpikir kritis

yang tertera pada Tabel 2.1. Langkah-langkah berpikir kritis tersebut disusun

oleh Yunarti (2011) dengan mengikuti langkah-langkah metode ilmiah dari Dye.

Menurut Yunarti, langkah-langkah dalam metode ilmiah yang dikemukakan Dye

merupakan pengembangan dari metode ilmiah murni yang dapat digunakan

dalam lingkup pembelajaran. Berikut ini disajikan langkah-langkah berpikir

18 kritis serta kaitannya dengan indikator kemampuan berpikir kritis matematis me-

nurut Yunarti (2011:34) yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Berpikir Kritis serta Kaitannya dengan Indika-

tor Kemampuan Berpikir Kritis (KBK).

Langkah-Langkah

dalam Metode Ilmiah

menurut James Dye

Langkah-Langkah Berpikir

Kritis dalam Penelitian

Indikator

KBK yang

Mungkin

Muncul

1. Merasakan suatu masalah (wonder)

1. Fokus pada suatu masalah atau situasi kontekstual yang dihadapi

Interpretasi

2. Membuat dugaan-

dugaan atau hipotesis

2. Membuat pertanyaan akan

penyebab dan penyelesaiannya

Interpretasi

dan analisis

3. Melakukan pengujian

3. Mengumpulkan data atau informasi dan membuat hubungan

antar data atau informasi tersebut.

Membuat analisis dengan

pertimbangan yang mendalam

Analisis

4. Menerima hipotesis yang dianggap benar

(Langkah yang dilaku-

kan bisa kembali ke

langkah (3) jika akibat

yang diprediksi tidak

muncul melalui

eksperimen)

4. Melakukan penilaian terhadap hasil pada langkah 3. Penilaian

dapat terus dievaluasi dengan

kembali ke langkah 3.

Evaluasi

5. Melakukan tindakan yang sesuai

5. Mengambil keputusan akan penyelesaian masalah yang terbaik

Pengambilan Keputusan

Dari penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan maka indikator berpikir kri-

tis matematis siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu interpretasi, ana-

lisis dan evalusi. Pengambilan Keputusan tidak digunakan sebagai indikator ke-

mampuan berpikir kritis matematis siswa karena berdasarkan penelitian Muzidin

(2006), sebagian besar siswa SMP belum matang dalam mengambil keputusan.

Hasil Penelitian Kawenggo (2010) juga menyatakan bahwa 70% siswa SMP

bingung dan kesulitan dalam mengambil keputusan.

19 Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian Muzidin (2006) dan Kawenggo

(2010) dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kompleks dalam aktivitas mental

seperti interpretasi, analisis, dan evaluasi.

C. Metode Socrates

Metode Socrates dibuat atau dirancang oleh seorang tokoh filsafat Yunani yang

bernama Socrates. Socrates (469 SM - 399 SM) merupakan salah satu figur yang

paling penting dalam tradisi filosofis barat. Socrates lahir di Athena, dan merupa-

kan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato

dan Aristoteles.

Metode Socrates diajarkan melalui cara bertanya jawab untuk membimbing dan

memperdalam tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga

siswa dapat membangun pemahamannya secara mandiri berdasarkan hasil diskusi

yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jones, Bagford, dan Walen

dalam Yunarti (2011) yang mendefinisikan metode Socrates sebagai sebuah pro-

ses diskusi yang dipimpin guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas

penalarannya atau untuk mencapai sebuah kesimpulan. Sementara Maxwell

(2009) mendefinisikan metode Socrates sebagai “a process of inductive question-

ing used to successfully lead a person to knowledge through small steps”, yaitu

sebuah proses pertanyaan induktif yang digunakan agar memudahkan seseorang

untuk memahami ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah kecil. Selanjutnya,

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. dalam Nurjannah dan Nadi (2014:20) men-

definisikan metode Socrates sebagai salah satu metode tanya jawab yang

20 digunakan untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman, yang

berkaitan dengan materi yang diajarkan, sehingga peserta didik mendapatkan

pemikirannya sendiri dari hasil permasalahan kognitif yang terpecahkan.

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai definisi

metode Socrates. Jadi, metode Seocrates adalah sebuah metode pembelajaran

yang di dalamnya memuat dialog atau diskusi yang dipimpin oleh guru melalui

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat induktif untuk menguji validitas keyakinan

siswa akan suatu objek dan mampu membuat kesimpulan yang benar akan objek

tersebut secara konstruktif.

Percakapan dalam metode Socrates merupakan percakapan yang bersifat kons-

truktif dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan Socrates. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut merupakan pertanyaan induktif yang akan terus berjalan hingga mem-

peroleh suatu kesimpulan. Pertanyaan tersebut juga dimaksudkan untuk menguji

kebenaran jawaban siswa serta membuat siswa berpikir untuk menjelaskan ke-

benaran jawabannya.

Dalam metode Socrates, seluruh pertanyaan-pertanyaan Socrates mengonstruksi

pengetahuan siswa. Menurut Permalink (2006), Richard Paul membagi per-

tanyaan-pertanyaan ke dalam enam tipe yang benar-benar berguna untuk mem-

bangun proses Socrates. Keenam jenis pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan

klarifikasi (clarifying questions), asumsi-asumsi penyelidikan (assumption

questions), alasan-alasan dan bukti penyelidikan (reason and evidence questions),

titik pandang dan persepsi (viewpoint and perspective questions), implikasi dan

21 konsekuensi penyelidikan (implication and consequences questions), dan per-

tanyaan tentang pertanyaan (origin and source questions).

Jenis pertanyaan Socrates, contoh pertanyaan, serta kaitannya dengan kemam-

puan berpikir kritis menurut Yunarti (2011:22) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jenis-Jenis Pertanyan Socrates dan Contohnya

No

Tipe

Pertanyaan

Contoh Pertanyaan

Indikator

Kemampuan

Berpikir Kritis yang

Mungkin Muncul

1. Klarifikasi Apa yang anda maksud dengan ….? Dapatkah anda mengambil cara lain?

Dapatkah anda memberikan saya sebuah

contoh?

Interpretasi, analisis, evaluasi

2. Asumsi- asumsi

penyelidikan

Apa yang anda asumsikan? Bagaimana anda bisa memilih asumsi-

asumsi itu?

Interpretasi, analisis, evaluasi,

pengambilan

keputusan

3. Alasan- alasan dan

bukti

penyelidikan

Bagaimana anda bisa tahu? Mengapa anda berpikir bahwa itu benar?

Apa yang dapat mengubah pemikir-an

anda?

Evaluasi, analisis

4. Titik pandang dan

Persepsi

Apa yang anda bayangkan dengan hal tersebut? Efek apa yang dapat diperoleh?

Apa alternatifnya?

Analisis, evaluasi

5. Implikasi dan Konsekuensi Penyelidikan

Bagaimana kita dapat menemukannya? Apa isu pentingnya? Generalisasi apa yang dapat kita buat?

Analisis

6. Pertanyaan tentang

pertanyaan

Apa maksudnya? Apa yang menjadi poin dari pertanyaan

ini? Mengapa anda berpikir saya bisa

menjawab pertanyaan ini?

Interpretasi, analisis, pengambilan

keputusan

Ada dua hal pokok yang membedakan metode Socrates dengan metode tanya-

jawab lainnya. Pertama, menurut Jones, dkk dalam Yunarti (2011:50) metode

Socrates dibangun di atas asumsi bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan dasar

yang berada dalam dirinya sehingga berbagai pertanyaan atau komentar yang

22 tepat dapat menyebabkan pengetahuan tersebut muncul ke permukaan. Hal ini

menunjukkan bahwa sebenarnya siswa sudah memiliki modal pengetahuan yang

dimaksud hanya saja belum menyadarinya. Inilah tugas guru untuk merangsang

pengetahuan tersebut agar dapat disadari oleh siswa. Kedua, menurut Jones,

Bagford, dan Walen dalam Yunarti (2011:51), pertanyaan-pertanyaan dalam

metode Socrates digunakan untuk menguji validitas keyakinan siswa mengenai

suatu objek secara mendalam. Pertanyaan yang diajukan guru harus dapat menjadi

suatu pilihan, apakah yang diyakini oleh siswa adalah valid atau tidak. Hal ini

menunjukkan jawaban yang diberikan siswa harus dipertanya-kan lagi sehingga

siswa yakin bahwa jawabannya benar atau salah. Guru tidak boleh berhenti

bertanya sebelum yakin bahwa jawaban siswa sudah tervalidasi dengan baik.

Melalui pertanyaan-pertanyaan Socrates di atas, siswa dituntut untuk menggali

dan menganalisis sendiri pemahamannya sehingga ia sampai pada suatu kesimpul-

an bahwa jawabannya benar atau salah. Dengan demikian validitas keyakinan

siswa pada akhir pembelajaran telah dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa

pertanyaan-pertanyaan Socrates yang kritis serta diajukan secara sistematis dan

logis secara nyata mampu memunculkan seluruh kemampuan berpikir kritis siswa

untuk mendapatkan hakikat kebenaran suatu objek.

D. Pendekatan Saintifik

Lazim (2013:1) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik

adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik

secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan

23 masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Lazim juga melanjutkan, pembela-

jaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum

atau prinsip

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkem-

bangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

4. Dapat mengembangkan karakter siswa

Menurut Lazim (2013) dan berdasarkan Depdikbud (2013), pendekatan saintifik

dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1. Mengamati (observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti me-

nyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi peme-

nuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran se-

bagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru

membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk mela-

kukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan

membaca. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan,

ketelitian, dan mencari informasi.

24 2. Menanya (Questioning)

Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:

pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada

yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain

yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada per-

tanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih

menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk

mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu

mengajukan pertanyaan secara mandiri.

3. Menalar (Associating)

Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pem-

belajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas

dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman

sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari ber-

bagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang

bertentangan.

4. Mencoba (Experimenting)

Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai

ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas

pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik

25

sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, (2) mempelajari

cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, (3)

mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelum-

nya, (4) melakukan dan mengamati percobaan, (5) mencatat fenomena yang

terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, (6) menarik simpulan atas hasil

percobaan, dan (7) membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percoba-

an.

5. Mengomunikasikan (Communicating)

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan dapat memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka

pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan

apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan

menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru

sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Kegiatan “ mengomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyam-

paikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,

tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam

kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan

berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik

merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah

26 yang terdiri atas observing, questioning, experimenting, associating dan commu-

nicating sehingga siswa mengonstruksikan sendiri konsep dan prinsip pengeta-

huan serta membantu mengembangkan karakter.

27

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 22 Pesawaran merupakan penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) penelitian kuali-

tatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Oleh sebab itu, penelitian

ini menghasilkan data berupa percakapan kritis matematis siswa yang muncul

pada pembelajaran Socrates saintifik.

Pada penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk memperoleh data berupa

percakapan kritis matematis siswa tersebut. Serangkaian kegiatan yang dilakukan

dimulai dari mengamati, mencatat, bertanya, dan menggali sumber atau subjek

yang diteliti. Kemudian, data yang diperoleh diolah, dipaparkan, dan dianalisis.

Selanjutnya, diambil kesimpulan yang berupa tulisan deskriptif. Hakikat pe-

maparan data secara umum diharapkan bagaimana percakapan kritis matematis

siswa pada pembelajaran Socrates saintifik.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-F di SMP Negeri 22 Pesawar-

an tahun pelajaran 2016/2017. Banyak siswa di kelas tersebut yaitu 26 siswa yang

28 terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Karakteristik siswa di

kelas tersebut yaitu memiliki kemampuan matematika yang tidak terlalu rendah.

Kemudian, terdapat beberapa siswa yang aktif selama proses pembelajaran

berlangsung. Selanjutnya, terdapat beberapa siswa yang cenderung pasif dan

hanya diam selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut diketahui ber-

dasarkan keterangan dan hasil nilai ulangan harian yang ditunjukan oleh guru

matematika di kelas tersebut.

Pada pertemuan pertama seluruh siswa di kelas tersebut yang menjadi subjek

penelitian diamati percakapan kritis matematis yang dimunculkan oleh subjek

penelitian. Kemudian, pada pertemuan selanjutnya subjek direduksi menjadi dua

belas siswa. Dua belas siswa tersebut dipilih berdasarkan keaktifannya dalam

memunculkan percakapan kritis matematis selama mengikuti proses pembelajaran

pada pertemuan pertama. Mereduksi subjek penelitian ini bertujuan untuk men-

dapatkan informasi lebih detail mengenai percakapan kritis matematis siswa yang

muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Dua belas siswa yang menjadi subjek penelitian juga dipilih berdasarkan

pertimbangan dari tinggi rendahnya kemampuan matematis siswa yang dilihat dari

hasil ulangan harian yang ditunjukan oleh guru dengan proporsi masing-masing

empat siswa dengan kemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah. Saat

pembelajaran, kedua belas siswa tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kelompok

sesuai tingkat kemampuan matematis yang dimiliki siswa. Pengelompokkan siswa

ini dilakukan untuk menunjukkan percakapan kritis matematis siswa yang

29 dimunculkan siswa dari kelompok berkemampuan matematis berbeda selama

proses pembelajaran berlangsung.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data percakapan kritis mate-

matis siswa yang muncul selama proses pembelajaran Socrates saintifik berlang-

sung. Data ini dikumpulkan dengan teknik observasi atau pengamatan, dokumen-

tasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dari berbagai teknik tersebut kemudian

dibandingkan dengan teknik yang lain yang disebut dengan triangulasi.

Menurut Sugiyono (2012: 330), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Kemudian, terdapat tiga macam teknik triangulasi

yaitu triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan

waktu. Selanjutnya, triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tri-

angulasi teknik.

Triangulasi teknik ini merupakan teknik pengecekan data yang dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang ada dengan teknik yang berbeda. Teknik

triangulasi ini digunakan untuk menjaring data dari berbagai teknik pengumpulan

dan menyilangkan informasi yang telah diperoleh, dengan harapan sehingga data

yang diperoleh lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuannya yaitu

untuk menguji kredibilitas data penelitian agar ada jaminan tentang tingkat

kepercayaan data, sehingga tidak terjadi subjektivitas. Penjabaran dari teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

30 1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka,

karena ketika dilakukan pengumpulan data, hal tersebut cenderung diketahui

oleh siswa/siswi kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran. Observasi dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung keadaan yang terjadi,

situasi dan kondisi yang terjadi, dan gejala-gejala yang tampak pada subjek

penelitian yang berkaitan dengan percakapan kritis matematis siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Kemudian, hasil pengamatan tersebut dapat

dijadikan dasar untuk melakukan wawancara, baik wawancara kepada siswa

secara langsung atau dengan guru mata pelajaran. Selanjutnya, hasil observasi

yang dilakukan ini dituangkan dalam lembar catatan lapangan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan khusus dalam rangka merekam, menyim-

pan, dan mengabadikan gambar dan suara terkait dengan segala kegiatan yang

terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi pada peneliti-

an ini digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Segala aktivitas

siswa di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung direkam. Hal ini

dilakukan untuk memberikan keterangan atau bukti yang menggambarkan

suasana kelas terkait percakapan kritis matemtatis yang muncul ketika proses

pembelajaran berlangsung.

3. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Wawancara dilakukan saat

31

setelah selesai pembelajaran sesuai, dengan keperluan untuk mengungkap

fenomena-fenomena yang melibatkan subjek penelitian terkait dengan per-

cakapan kritis matematis siswa. Wawancara dilakukan secara terstruktur

dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan sebelum

melakukan wawancara. Selain wawancara terstruktur, dilakukan wawancara

tidak terstruktur yang bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan menjelas-

kan sebab dari tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar

catatan lapangan, alat perekam, dan pedoman wawancara yang akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Lembar Catatan Lapangan

Lembar catatan lapangan adalah lembaran kertas yang digunakan untuk

mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran ber-

langsung. Hal-hal yang dituliskan pada lembar catatan lapangan adalah

berupa interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan

perilaku-perilaku siswa yang terkait dengan percakapan kritis matematis

siswa.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan

pada saat proses wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar wawan-

cara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman

32

wawancara dibuat berdasarkan informasi-informasi yang dibutuhkan terkait

percakapan kritis matematis siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

Pedoman wawancara dibuat ditujukan untuk siswa yang memiliki keanehan

ketika pembelajaran sedang berlangsung.

3. Alat Perekam

Alat perekam merupakan alat yang digunakan untuk merekam proses pembe-

lajaran yang berlangsung. Alat perekam digunakan untuk melengkapi infor-

masi yang diperoleh. Dengan adanya alat perekam ini, dapat diperoleh secara

lengkap informasi secara lengkap selama proses pembelajaran berlangsung.

Selain itu, informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung

dapat diperiksa kembali. Alat perekam yang digunakan penelitian ini yaitu

kamera yang berfungsi sebagai alat perekam gambar mengenai kegiatan yang

siswa lakukan dan smartphone yang berfungsi sebagai alat perekam suara dan

video mengenai percakapan kritis matematis yang dimunculkan siswa.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu data diambil berdasarkan data

lapangan dan fakta empiris untuk mempelajari proses atau penemuan yang terjadi

secara alami kemudian dicatat, dianalisis, dan dilakukan penarikan kesimpulan

dari proses tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono

(2012:337) yaitu melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Adapun penjabaran dari teknik analisis data yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

33 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah memilih dan menye-

derhanakan data yang terdapat pada catatan lapangan. Reduksi data ini ber-

langsung secara terus menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Se-

belum mendeskripsikan hasil, direduksi terlebih dahulu data yang terpadat

pada catatan lapangan serta memilah data/informasi yang tidak relevan terkait

percakapan kritis matematis siswa. Dengan demikian data yang direduksi

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah dalam melakukan

pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dilakukan berdasarkan tujuan

penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis pada

pembelajaran Socrates saintifik. Oleh karena itu, ketika ditemukan sesuatu

yang dianggap asing atau yang tidak sesuai dengan fokus penelitian maka

itulah yang direduksi.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tin-

dakan. Pada penelitian ini data disajikan berupa data deskriptif. Dengan kata

lain, penyajian data dilakukan dengan menuliskan semua informasi yang telah

dipilih melalui reduksi data dalam bentuk naratif, sehingga mempermudah

penulis dalam penarikan kesimpulan. Penyajian data yang dilakukan pada pe-

nelitian ini memudahkan dalam mendeskripsikan percakapan kritis matematis

siswa yang dimunculkan oleh subjek penelitian. Penyajian data kualitatif

disajikan dalam bentuk teks naratif dan dialog untuk memperjelas fenomena

yang terjadi. Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data

34

atau informasi yang terorganisir dan terkategori yang memungkinkan suatu

penarikan kesimpulan atau tindakan.

3. Conclusion verification (Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan

kesimpulan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menemukan makna

dari data yang telah disajikan. Pada tahap ini, ditarik kesimpulan dan di-

lakukan verifikasi dengan mencari makna dari setiap gejala yang dipe-

rolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan, dan konfigurasi yang mungkin

ada. Kemudian, ditarik kesimpulan dari data yang telah disimpulkan se-

belumnya serta mencocokkan dengan catatan lapangan, hasil wawancara, dan

pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian.

Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-

menerus selama masa penelitian. Masalah reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara

berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data

yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk

mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk men-

jawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

F. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Identifikasi Masalah

35

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Pesawaran. Identifikasi

masalah dilakukan dengan mewawancarai guru matematika dan melaku-

kan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 22 Pesawaran.

b. Menyiapkan instrumen penelitian

Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah menyiapkan instrumen atau alat

yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu pedoman wawancara,

catatan lapangan, dan alat perekam.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memahami dan memasuki lapangan

Pada tahap ini telah dipersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk mulai me-

lakukan tahap mengumpulkan data atau informasi dari subjek penelitian.

Diantaranya memahami latar penelitian, yaitu melihat karakteristik siswa

dan situasi atau keadaan lingkungan kelas serta lingkungan sekolah, serta

percakapan matematis yang terjadi.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan dimana

data tersebut ditulis di dalam lembar catatan lapangan. Kemudian, pe-

ngumpulan data dengan wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran

selesai. Selanjutnya, pengumpulan data dengan dokumentasi juga dilaku-

kan selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Pengolahan Data

Setelah itu, dilakukan analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang

telah dijelaskan pada bagian metode analisis data sebelumnya. Kemudian,

dibuat kesimpulan makna dari hasil penelitian yang diperoleh.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa perca-

kapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik di kelas VII-F

SMP Negeri 22 Pesawaran semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, dapat di-

uraikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Percakapan kritis matematis lebih sering muncul jika siswa diberikan per-

masalahan yang memuat indikator interpretasi atau analisis.

2. Pada saat percakapan kritis matematis berlangsung, indikator analisis merupa-

kan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang sering dimunculkan

oleh siswa.

3. Percakapan kritis matematis lebih sering muncul pada saat guru dan siswa

menggunakan pertanyaan Socrates tipe klarifikasi.

4. Pada saat percakapan kritis matematis berlangsung, langkah saintifik commu-

nicating merupakan langkah saintifik yang sering dilakukan oleh siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai

berikut:

115

1. Bagi guru, hendaknya menguasai konsep materi dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang menggunakan metode Socrates dan pendekatan saintifik,

agar mampu memunculkan percakapan kritis matematis pada siswa dengan

baik.

2. Bagi guru, hendaknya selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan

bahasa yang komunikatif agar siswa dapat lebih mudah dalam memahami apa

yang guru sampaikan.

3. Bagi guru, hendaknya tidak memberikan jawaban secara langsung kepada

siswa yang bertanya, tetapi guru dapat memancing dan memvalidasi pema-

haman siswa menggunakan memberikan pertanyaan Socrates untuk menge-

tahui pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan serta meng-

hindari kesalahpahaman atau ketidakpahaman siswa dalam menyelesaikan

permasalahan dengan cara memvalidasi jawaban mereka dengan mengguna-

kan pertanyaan Socrates.

4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan pembelajaran

Socrates, sebaiknya mempersiapkan penelitian dengan sebaik-baiknya. Pemi-

lihan guru mitra yang mampu dan siap melaksanakan pembelajaran Socrates

saintifik sangat berpengarung pada saat penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson et.al. 2003. Classroom Discussions-Using Math Talk to Help Students

Learn. Sausalito : Math Solution Publication.

___________ . 2011. Seeing Math Discourse in Action Gardes K-6. A Multimedia

Professional Learning Resources.

Baharun, Hossain. 2014. Metode Pembelajaran Socrates. (Online), (http://id.scri-

bd.com/doc/212772623/Metode-Pembelajaran-Socrates#scribd), diakses 12

September 2016.

Barnadib, Iman. 1995. Pendidikan yang Memiskinkan. Harian Barnabas. 05

Mei 1995. (Online), ( http://edukasi.barnabas.com), diakses 12 September

2016.

Bradford, Susann Meachelle. 2007. The Use of Mathematics Dialogues to Support

Student Learning In High School Prealgebra Classes. Disertasi tidak

diterbitkan. Montana: University of Montana.

Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 81a Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum

Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 ten-

tang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti.

. 2006. Buku Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: BSNP.

. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Fachrurazi. 2011. Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk mening-

katkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa sekolah

dasar. (Online), (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf), diakses 12

September 2016.

117 Fuson, Karen. 2015. A Math Talk Community-Math Expressions Common Core.

United State of America: Houghton Mifflin Harcourt.

Hasratuddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pende-

katan Kontekstual. (Online), ( http://digilib.unimed.ac.id/pub-lic/UNIMED-

Article-24572-Hasruddin.pdf), diakses 10 Oktober 2016.

. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui

Pendekatan Matematika Realistik. (Online), (http://eprints.unsri.ac-.id/841),

diakses 10 Oktober 2016.

Haryani, Desti. 2011. Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah Un-

tuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding,

disajikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan

MIPA, FMIPA, UNY pada tanggal 14 Mei 2012.

Kawenggo, Riyan. 2010. Studi Kasus tentang Kematangan Karir Siswa Kelas IX

SMPN 7 Gorontalo. (Online), (http://ejournals1. Undip-.ac.id/), diakses 10

Oktober 2016.

Lambertus. 2009. Pentingnya Mela-tih Keterampilan Berpikir Kri-tis dalam

Pembelajaran Matematika di SD. (Online), Volume 28, No.2, (http://forum-

kependidikan.unsri.ac.id/userfiles/Artikel%20LambertusUNH-ALU-

OKE.pdf), diakses 21 September 2016.

Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Kurikulum 2013. (Online), (http://p4tksbjogja.com/arsip/index.php?op-

ion=com_phocadownload&view=category&download=122:penerapanpende

katansaintifikdalampembelajarankurikulum2013&id=1:widyaiswara),

diakses 12 September 2016.

Mahmuzah, dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi

Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Problem Posing.

(Online), (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/2076/-

2030), diakses 10 Oktober 2016.

Maxwell, Max. 2009. Introduction to the Socratic Method and its Effect on

Critical Thinking. (Online), (http://www.socraticmethod.net), diakses 10

Oktober 2016.

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: UI-Press.

Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Murtadho, Fathiaty. 2013. Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif

118

Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi. (Online),

(http://educ.utm.my/wp-content/uploads/2013/11/71.pdf), diakses 12 Sep-

tember 2016.

Muzidin, Nur. 2006. Perkembangan Karir dan Kemantapan Memilih Studi Lanjut

pada Siswa Kelas IX SMPN 6 Yogyakarta. Skripsi (Online), (http://per-

kembangan_karir_siswa.ac.id/), diakses 10 Oktober 2016.

National Council of Teachers of Mathematics. 1991. Professional Standards for

Teaching Mathematics (Electronic version). Reston, VA: Author.

Nurjannah, Alfiyah dan Nadi Suprapto. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran

Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisi-

ka pada Materi Hukum Newton.(Online), (http://www.scribd.com-

/doc/217751528/Pengaruh-Penerapan-Pembelajaran- Socrates-Terhadap-

Keterampilan-Berpikir-Kritis-dalam-Pembelajaran-Fisika-pada-Materi-

Hukum-Newton), diakses 10 Oktober 2016.

Permalink. (2006). What do you Know and how do you Know it: Socrati Dialogue

II. (Online). (http://gandalwaven.typepad.com/intheroom/2006/11/one-

_of_the_diff.html), diakses 10 Oktober 2016.

Purver, Matthew. 2003. Answering clarification questions. In Proceedings of the

4th SIG-dial Workshop on Discourse and Dialogue, 23-33. Association for

Computational Li-nguistics, Sapporo, 7-12 July 2003.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar matematika 1. Jakarta:

Rineka Cipta.

Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam

Pembelajaran Matematika.Jurnal.Ternate: Universitas Khairun Ternate.

Usdiyana D, Purniati T, dan Yulianti K. 2009. Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik.

Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 13, No. 1, April 2009.

Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan

Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas.

Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: UPI.