dermatitis seboroik

29
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Dermatitis adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi. 2.2 ETIOLOGI Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya: 2.2.1 bahan pelarut 2.2.2 detergen 2.2.3 minyak pelumas 2.2.4 asam 2.2.5 alkali 2.2.6 serbuk kayu 2.2.7 Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu:

Upload: dila-amalina-arselan

Post on 19-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISIDermatitis adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

2.2 ETIOLOGIPenyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya:2.2.1 bahan pelarut2.2.2 detergen2.2.3 minyak pelumas2.2.4 asam2.2.5 alkali2.2.6 serbuk kayu2.2.7 Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu: lama kontak kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel demikian juga gesekan dan trauma fisis Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya: perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas dan usia.2.3

PATOFISIOLOGI

2.4 MANIFESTASI KLINISPenderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis yaitu:2.3.1 Fase Akut terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. ruam kulit eritema edema sedang pada yang berat dapat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi keluhan subyektif berupa gatal. 2.4.2 Fase Sub AkutJika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.2.4.3 Fase KronisLesi cenderung simetris, batasnya kabur, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANGAlergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes tempel yaitu: 2.5.1 Tes Tempel Terbuka Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.

2.5.2 Tes Tempel Tertutup Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi. 2.5.3 Tes tempel dengan Sinar Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya.2.6 PENATALAKSANAANMedikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis jenisnya adalah:2.6.1 KortikosteroidKortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik.2.6.2. Radiasi ultravioletSinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.2.6.3 Siklosporin APemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.2.6.4 Antibiotika dan antimikotikaSuperinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.2.6.5 Imunosupresif topikalObat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN3.1 PengkajianA. PengkajianUntuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.4.Rasa gatal5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosisbanding adalah :1.Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak menurun.2.Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.3.Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, sering dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang terletak di dalam.4.Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan efloresensi kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif.5.Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di belakang6.telinga.7.Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk kronik. B. Diagnosa yang mungkin muncul No Diagnosa Keperawatan

1Nyeri berhubungan dengan infeksi yang terjadi di kulit

2Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

3Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

4Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

a. Intervensi KeperawatanNodxTujuan/kriteria hasilIntervensiRasional

1 Tujuan :Rasa nyaman klien terpenuhi. Kriteria hasil :Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman.1.Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.2.Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. 3.Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. 1.Dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.

2.Pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.

3. Bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas

2 Tujuan :Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien Kriteria hasil :Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen1.Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. 2.Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen. Hindari binatang peliharaan.

3.Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. 1.Menghindari alergen akan menurunkan respon alergi.

2.Jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah.3.AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.

3 Tujuan :Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai Kriteria Hasil :1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

4.Bantu klien mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain.1.Bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

2.Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.3.Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.4.M memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien.

5.Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.6.Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

4 Tujuan :Terapi dapat dipahami dan dijalankan Kriteria Hasil :1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.1.Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, berprasangka atau gelisah yand dikaitkan dengan sumber bahaya.2.Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan px.3. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.4. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur.5.Beri dorongan kepada px untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengurangi ansietas.6.Yakinkan kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik secara nonverbal.1. Untuk mengurangi rasa khawatir dan takut pada px.

2.Untuk mengetahui tingkat kecemasan px.3.Agar px mendapatkan informasi yang akurat.

4.Agar px tidak merasa khawatir atau takut saat dilakukan prosedur.

5.Agar px mampu mengeluarkan dan mengungkapkan perasaan, pikirannya.6.Agar px merasa lebih yakin dan merasa lebih tenang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superfisial, didasari oleh faktor konstitusi. Dermatitis seborik (DS) atau seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik dan, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, serta telinga.2.2 Etiologi Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam faktor seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik diduga berhubungan dengan kondisi ini. Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik.Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal. Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea (misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen. Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi belum ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bias terjadi. Pada penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial nerve palsies, major truncal paralyses) juga cenderung berkembang dermatitis seboroik luas dan sukar disembuhkan. Menurut Johnson (2000) terjadinya dermatitis seboroik pada penderita tersebut sebagai akibat peningkatan timbunan sebum yang disebabkan kurang pergerakan. Peningkatan sebum dapat menjadi tempat berkembangnya P. ovale sehingga menginduksi dermatitis seboroik. Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan predisposisi pada populasi tertentu, seperti penyakit komorbid, untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis seboroik hanya terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis seboroik (ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui1. Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seborok. Obat-obat tersebut adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin, ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines, psoralens, stanozolol, thiothixene, and trioxsalen4.2.4 Klasifikasi dan manifestasi klinisa) Dermatitis kontakDermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu : Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik) Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik) Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergikNo.Dermatitis kontak iritanDermatitis kontak alergik

1.PenyebabIritan primerAlergen kontak S.sensitizer

2.PermulaanPada kontak pertamaPada kontak ulang

3.PenderitaSemua orangHanya orang yang alergik

4.LesiBatas lebih jelasEritema sangat jelasBatas tidak begitu jelasEritema kurang jelas

5.Uji TempelSesudah ditempel 24 jam, bila iritan di angkat reaksi akan segeraBila sesudah 24 jam bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.

b) Dermatitis atopikDermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural..c) Dermatitis numularis Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.d) Dermatitis seboroik Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga. Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan anogenital1. Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:1. Pada remaja dan dewasa Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi3.Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur.2. Pada bayi Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiners disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem imunnya3. Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:1. Seboroik kepala2. Seboroik muka3. Seboroik badan dan sela-sela2.4 Patofisiologi Seborik merupakan keadaan terjadinya produksi sebum yang berlebihan pada daerah-daerah dimana kelenjar tersebut berada dalam jumlah besar (wajah, kulit kepala, alis mata, kelopak mata, kedua sisi hidung serta bibir atas, daerah malar (pipi), telinga, aksila, dibawah payudara, lipat paha dan lipatan gluteus didaerah pantat). Dengan adanya kondisii anatomis dimana secara predileksididaerah tersebut banyak dipasok kelenjar sebasea atau yang terletak diantara lipatan kulit tempat bakteri dalam jumlah yang besar sehingga memungkinkan adanya respon inflamasi yang lebih tinggi.

2.6 Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan penunjang :a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi2. Laboratorium a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulinb) Urin : pemerikasaan histopatologi

2.8 Penatalaksanaan medisTerapi dermatitis seboroik dapat meliputi:1. UmumSecara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. 2. Khusus a) Sistemik Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal. Vitamin B kompleks. Kortikosteroid oral Antibiotik seperti penisilin. Preparat azol Isotretinoin selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya. Narrow band UVB (TL-01) b) TopikalPengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik pada stadium awal. Terapi yang dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid solution. c) Obat Alternatif Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PengkajianIdentitas Pasien.b. Keluhan Utama.Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.c. Riwayat Kesehatan.1) Riwayat Penyakit Sekarang :Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.2) Riwayat Penyakit Dahulu :Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.3) Riwayat Penyakit Keluarga :Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.1.2 Pemeriksaan fisik a. Subjektif :Gatalb. Objektif :- Skuama kering, basah atau kasar.- Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.- ( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).- Kerontokan rambut.

1. Pola Eliminasi Sering berkeringat. tanyakan pola berkemih dan bowel.2. Pola Aktivitas dan Latihan Pemenuhan sehari-hari terganggu. Kelemahan umum, malaise. Toleransi terhadap aktivitas rendah. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.3. Pola Tidur dan Istirahat Kesulitan tidur pada malam hari karena stres. Mimpi buruk.4. Pola Persepsi Kognitif Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. Pengetahuan akan penyakitnya.5. Pola Persepsi dan Konsep Diri Perasaan tidak percaya diri atau minder. Perasaan terisolasi.6. Pola Hubungan dengan Sesama Hidup sendiri atau berkeluarga Frekuensi interaksi berkurang Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran7. Pola Reproduksi Seksualitas Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress Emosi tidak stabil Ansietas, takut akan penyakitnya Disorientasi, gelisah9. Pola Sistem Kepercayaan Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah Agama yang dianut

3.3 Diagnosa keperawatan .Gangguan integritas kulit b/d kekeringan pada kulit Gangguan pola tidur b/d pruritus. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d minimnya pengetahuan terhadap penyakit 3.4 Intervensi keperawatan Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulitTujuan :Kulit klien dapat kembali normal.Kriteria hasil :Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusakIntervensi:Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.Gunakan air hangat jangan panas. Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa. Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari. Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.Tujuan :Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.Kriteria Hasil :1.Mencapai tidur yang nyenyak.2.Melaporkan gatal mereda.3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.4.Menghindari konsumsi kafein.5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.Intervensi :Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.Menjaga agar kulit selalu lembab.Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.Melaksanakan gerak badan secara teratur.Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d minimnya pengetahuan terhadap penyakitTujuan :Terapi dapat dipahami dan dijalankanKriteria Hasil :1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.Intervensi :1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali