dermatitis r i3

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah satunya adalah dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk. 1

Upload: riedha-poenya

Post on 03-Jun-2015

2.831 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis r i3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah satunya

adalah dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala

subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi

dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi.

Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah

tangan dan kaki.

Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua

maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul

pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa

kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit

pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,

penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka

kekambuhan. Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema

merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata

ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit.

Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik

0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang

2% hingga 5% dari penduduk.

Deramatitis adalah prose peradangan pada lapisan kulit bagian atas yang

menyebabkan timbulnya kerusakan pada permukaan kulit. Gambaran khas

kerusakan pada kulit ini dapat berupa timbulnya keropeng, tampak basah,

mengelupas, hingga timbul keretakan pada kulit. Kelainan ini sering dijumpai baik

pada anak maupun dewasa. Angka kejadian dermatitis antara usia 1 dan 5 tahun

adalah 34,5 per 1000. Antara usia 6 dan 11 tahun 26,7 per 1000, dan antara usia 12

dan 17 tahun 35,5 per 1000. Kurang lebih 80 % bayi pernah mengalami eksim

pada bulan-bulan pertama kehidupan .

Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis Dermatitis secara tepat

dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar

1

Page 2: Dermatitis r i3

belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan

Penatalaksanaan dari Dermatitis.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Dermatitis?

b. Apa etiologi Dermatitis?

c. Apa manifestasi Dermatitis?

d. Bagaimana patofisiologi Dermatitis?

e. Bagaimana pemeriksaan penunjang Dermatitis?

f. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis?

g. Bagaimana askep Dermatitis?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan

keperawatan Dermatitis.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :

a. Untuk mengetahui pengertian Dermatitis?

b. Untuk mengetahui etiologi Dermatitis?

c. Untuk mengetahui manifestasi Dermatitis?

d. Untuk mengetahui patofisiologi Dermatitis?

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dermatitis?

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dermatitis?

g. Untuk mengetahui askep Dermatitis?

2

Page 3: Dermatitis r i3

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel,

skuama ) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).

Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai

dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ).

Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti

sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan

kimia.

Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi

dan gejala berbeda:

1. Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan /

substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)

Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti

racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala

antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami

bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu

penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun

mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan,

parfum, kosmetik atau rumput.

2. Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal

dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang

3

Page 4: Dermatitis r i3

kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai

ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,

datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat

sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi.

Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya

muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian

belakang dari leher.

3. Seborrheic Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara

kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali

diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres

atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

4. Stasis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau

hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)

Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan

tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.

Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit.

Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

5. Atopic Dermatitis

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal

yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering

berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi

pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan

kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,

distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)

 Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan

pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis

biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah

4

Page 5: Dermatitis r i3

satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan

mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa

kecil dan dewasa. 

2.2 Etiologi

Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan

respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus.

Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan

kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia

(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme

(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis

atopik. (Adhi Djuanda,2005)

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat

menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab

berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan

eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin

mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul

karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan

terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan

tubuhnya tidak bagus.

2.3 Patofisiologi

1. Dermatitis Kontak

Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak

dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.

Dermaitis Kontak Iritan :

Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup,

umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses

menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.

5

Page 6: Dermatitis r i3

Dermatitis Kontak Alergik :

Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.

Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.

2. Dermatitis Atopik

Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder.

Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.

3. Dermatitis Numularis

Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan

diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas,

bila kering membentuk krusta. bagian tubuh

4. Dermatitis Statis

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan

melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler

masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama

berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit

dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi

hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,

edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam

5. Dermatitis Seiboroika

Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama

kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar

bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan

mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada

kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah

disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke

dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan

eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau

disebut penyakit Leiner.

6

Page 7: Dermatitis r i3

7

Page 8: Dermatitis r i3

2.4 Manifestasi Klinis

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut

terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada

muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan

eksudasi sehingga tampak basah.

b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi

kusta.

c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan

likenefikasi.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak

awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan penunjang :

a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).

b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi

2. Laboratorium

a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,

globulin

b) Urin : pemerikasaan histopatologi

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :

a) Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi

antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat

dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

b) Terapi topical Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi

bedak kocok bila kronik diberi saleb.

8

Page 9: Dermatitis r i3

c) Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan,

kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

2.7 Komplikasi

a) Infeksi saluran nafas atas

b) Bronkitis

c) Infeksi kulit

9

Page 10: Dermatitis r i3

BAB III

Kosep Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

a. Anamnesa

Nama, umur (banyak terjadi pada umur 50-70 tahun), jenis kelamin (lebih banyak

terjadi pada laki-laki dari pada perempuan 10 : 1) agama status perkawinan, suku

bangsa, pekerjaan, pendidikan, bahasa, alamat, diagnosis medis tanggal dan jam

masuk rumah sakit.

b. Riwayat penyakit sekarang

Bila mana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang mempengaruhi dan

memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS.

c. Riwayat penyakit dahulu

Mengkaji apakah klien pernag menderita penyakit yang sedang dialami seperti

penyakit saat ini atau penyakit lain yang pernah diderita klien sebelumnya.

d. Riwayat penyakit keluarga

Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apah dari anggota keluarga ada yang

menderita penyakit menular dan keturunan.

e. Riwayat penyakit lingkungan

Mengkaji terhadap penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dan diri sendiri

serta kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.

Pengkajian 11 Funggsional Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan

Adanya riwayat infeksi sebelumya.

Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.

Adakah konsultasi rutin ke Dokter.

Hygiene personal yang kurang.

Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik

Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari

makan.

Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

Jenis makanan yang disukai.

Nafsu makan menurun.

Muntah-muntah.

10

Page 11: Dermatitis r i3

Penurunan berat badan.

Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar

atau perih.

3. Pola Eliminasi

Sering berkeringat.

tanyakan pola berkemih dan bowel.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Pemenuhan sehari-hari terganggu.

Kelemahan umum, malaise.

Toleransi terhadap aktivitas rendah.

Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan

Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5. Pola Tidur dan Istirahat

Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

Mimpi buruk.

6. Pola Persepsi Kognitif

Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

Pengetahuan akan penyakitnya.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Perasaan tidak percaya diri atau minder.

Perasaan terisolasi.

8. Pola Hubungan dengan Sesama

Hidup sendiri atau berkeluarga

Frekuensi interaksi berkurang

Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

9. Pola Reproduksi Seksualitas

Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

Emosi tidak stabil

Ansietas, takut akan penyakitnya

Disorientasi, gelisah

11. Pola Sistem Kepercayaan

Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

11

Page 12: Dermatitis r i3

Agama yang dianut

3.2 Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Ringan, sedang, berat.

2. Tingkat Kesadaran

a. Kompos mentis                        

b. Apatis

c. Samnolen, letergi/hypersomnia    

d. Delirium    

e. Stupor atau semi koma

f. Koma 

Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis

kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak

menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman

dan amat mengganggu.

3. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

b. Denyut nadi

c. Suhu tubuh  

d. Pernafasan

4. Berat Badan

5. Tinggi Badan

6. Kulit

Inspeksi:

a. radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). 

b. kemerahan (rubor),

c. gangguan fungsi kulit (function laisa).

d. biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul

secara serentak atau beturut-turut.

e. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian

membesar.

f. Terdapat bula atau pustule,

12

Page 13: Dermatitis r i3

g. ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut

ematiti sika.

h. terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak

likenifikasi dan sebagai sekuele telihat  

i. hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

Palpasi:

a. Nyeri tekan

b. edema atau pembengkakan 

c. Kulit bersisik

7. Keadaan Kepala

Inspeksi

a. tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.

Palpasi

a. Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi

8. Keadaan mata

Inspeksi

a. Palpebrae    :           tidak edema,  tidak radang

b. Sclera          :           Tidak ictertus

c. Conjuctiva :           Tidak terjadi peradangan

d. Pupil            :          Isokor

e. Posisi mata                                       

Simetris/tidak                                : simertis

Gerakan bola mata                         : Normal

Penutupan kelopak mata               : Tidak mengalam gangguan

Keadaan visus                              : Normal

Penglihatan                                   : Normal (tidak kabur )

Palpasi

a. Tidak ada nyeri tekan

13

Page 14: Dermatitis r i3

b. Tekanan Intra Okuler ( TIO )  tidak ada

9. Keadaan hidung

inspeksi

a. simetris kiri dan kanan

b. Tidak ada pembengkakan dan sekresi

c. Tidak ada kemerahan  pada selaput lendir

Palpasi

a. Tidak ada nyeri tekan

b. Tidak ada benjolan/tumor

10. Keadaan telinga

inspeksi

a. telinga bagian luar simetris

b. tidak ada serumen/cairan, nanah

11. Mulut

Inspeksi

a. Gigi

Keadaan gigi    :   bersih

Ada karang gigi/karies           

Tidak ada pemakaian gigi palsu      

b. Gusi

Tidak ada merah radang pada gusi 

c. Lidah

Lidah bersih

d. Bibir

Tampak pucat

Kering pecah 

Mulut tidak berbau  

 Kemampuan bicara normal

12. Tenggorokan

a. Warna mukosa            : Kemerahan

b. Nyeri tekan     : tidak ada

c. Nyeri menelan :tidak ada

14

Page 15: Dermatitis r i3

13.  Leher

Inspeksi

a. Kelenjar Thyroid  : Tidak membesar

b. Tidak ada pembengkakan atau benjolan

c. Tidak ada distensi vena jugularis

Palpasi

a. Kelenjar Thyroid              : Tidak terabah

b. Kaku kuduk/tidak            : -

c. Kelenjar limfe                  : tidak membesar

d. Tidak ada benjolan atau massa

e. Mobilisasi leher normal

14. Thorax dan pernafasan

Inspeksi

a. Bentuk dada         : Pigion chest

b. Pernafasan            :  Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama

pernafasan

c. Pengembangan diwaktu bernafas  normal

d. Dada simetris

e. Tidak ada retraksi

f. Tidak ada batuk

Palpasi

a. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus

b. Untuk mengetahui adanya massa

c. Inadekuat ekspansi dada

Perkusi

a. sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal

Askultasi

a. Mendengarkan suara pada dinding thoraks

b. Suara nafas : Vesikuler

c. Suara tambahan :  -

15

Page 16: Dermatitis r i3

d. Suara Ucapan : Suara normal

15. Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel

kiri à ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri.

Palpasi  : Normal

Perkusi : Jantung dalam keadaan normal

Auskultasi : Tidak ada murmur

16. Pengkajian payudara dan ketiak

Inspeksi :

a. Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang

b. Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi

normal

c. Areola mamma agak kecoklatan

d. Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.

e. Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua

puting susu mempunyai arah yang sama.

f. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.

Palpasi

a. Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.   

17. Abdomen

Inspeksi   :

a. umbilikus tidak menonjol

b. Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena

c. Tidak ada benjolan

d. warna kemerahan

Palpasi    :

a. Tidak ada rasa nyeri

b. Tidak ada benjolan/ massa

c. Tidak ada pembesaran pada organ hepar

16

Page 17: Dermatitis r i3

Perkusi             : Tympani

Auskultasi        :  Peristaltik normal

18. Genetalia dan Anus

a. Genetalia :

Inspeksi :

Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,

sekret vagina jernih

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b. Anus  : Keadaan anus normal,  tidak ada haemoroid, fissura, fistula.

19. Ekstremitas

Ekstremitas atas

a. Motorik

Pergerakan kanan/kiri           :  lemah

Pergerakan abnormal            :  seimbang antara kanan dan kiri.

Kekuatan otot kiri/kanan      :  kekuatan otot kanan dan kiri lemah

Koordinasi gerak :  ada gangguan

b. Refleks

Biceps kanan/kiri                  : Normal

Triceps kana/kiri                    : Normal

c. Sensori

Nyeri                                     : +

Rangsang suhu                      : +

Rasa raba                              : +

Ekstremitas bawah

a. Motorik

Gaya berjalan                        :   Normal

Kekuatan kanan/kiri              :   kekuatan kanan 5/kiri 5

Tonus otot kanan/kiri            :   menurun

b. Refleks

KPR kanan/kiri                     :  -/- 

17

Page 18: Dermatitis r i3

APR kanan/kiri                     :  -/-

Bebinski kanan/kiri   : +/+

c. Sensori

Nyeri                                     :   +

Rangsang suhu                      :   +

Rasa raba                              :   +

20. Status Neurologi

Saraf-saraf cranial

a) N I (Olfaktorius)

Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.

b) N II (Optikus)

Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.

c) N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)

Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan  bola mata

kesegala arah.

d) N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.

Fungsi motorik :  Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan   gigitannya.

e) N VII (Fasialis)

Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis.

f) N VIII (Akustikus)

Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan

adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

g) N IX (Glosofaringeus)

Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas.

h) N X (Fagus)

Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan.

i) N XI (Assessoris)

Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi  otot

sternokleidomastoideus dan trapezius.

j) N XII (Hipoglosus)

Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada

satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.

18

Page 19: Dermatitis r i3

Tanda-tanda perangsangan selaput otak

Kaku kuduk                :   -

Kerning sign                :   -

Refleks Brudzinski     :   -

Refleks Lasegu           :   -

Asuhan Keperawatan

No

.

NANDA NOC NIC

1. Kerusakan Integritas

Kulit

Data Penunjang :

Kulit luka, gatal,

warna kulit hitam

abu2, kering bersisik

Turgor kulit jelek

Integritas

Jaringan: Kulit &

Membran Mukosa

Sensasi IER

Elestisita IER

Hidrasi IER

Pigmentasi IER

Perspirasi IER

Warna IER

Tekstur IER

Pengawasan Kulit

Amati warna, kehangatan (suhu),

bengkak, getaran, tekstur, edema, dan

nanah pada ektremitas

Periksa kemerahan, perubahan suhu

yang ekstrim, atau drainase dari kulit

dan membran mukosa

Pantau sumber tekanan dan pergeseran

Pantau infeksi, khususnya pada daerah

edematous

Pantau area yang tidak berwarna dan

memar kulit dan membrane mukosa

Pantau kelainan kekeringan dan

kelembaban kulit

Periksa keketatan pakaian

Catat perubahan kulit atau membrane

mukosa

Tegakkan ukuran untuk pencegahan

lanjutan yang lebih buruk

2. Nyeri

Data penunjang :

Mengatupkan

rahang /

Kontrol Resiko

Klien melaporkan

nyeri berkurang dg

scala 2-3

Manajemen Nyeri :

Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi ).

19

Page 20: Dermatitis r i3

mengepalkan

tangan

Agitasi

Ansietas

Perubahan pola

tidur

Menarik diri bila

disentuh

Mual dan muntah

Gambaran kurus

Ekspresi wajah

tenang

klien dapat

istirahat dan tidur

v/s dbn

Observasi  reaksi NV dr ketidak

nyamanan.

Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri

klien sebelumnya

Kontrol faktor lingkungan yang

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan.

Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologis/non farmakologis).

Ajarkan teknik non farmakologis

(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi

nyeri..

Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri.

Evaluasi tindakan pengurang

nyeri/kontrol nyeri.

Monitor TTV

3. Resiko infeksi

Faktor Resiko

Penyakit

kronik

Mendapatkan

kekebalan

yang tidak

adekuat

Pertahanan

utama yang

tidak adekuat

Prosedur yang

bersifat

menyerang

Hasil yang

disarankan :

Integritas

diameter jala

n masuk.

Status imun

Pengetahuan

: Kontrol

infeksi

Penyembuha

n luka :

Tujuan utama

a.      Kontrol Infeksi

Batasi jumlah pengunjung /

pembezuk.

Gunakan sabun anti mikroba

untuk mencuci tangan dengan

benar.

Cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan perawatan pada

pasien.

Gosok kulit pasien dengan alat

anti bakteri dengan tepat.

Lakukan terapi antibiotic yang

tepat.

Ajarkan pasien dan keluarga

tentang tanda-tanda dan gejala

infeksi dan kapan harus

20

Page 21: Dermatitis r i3

melaporkannya pada tim

kesehatan.

b. Penyembuhan Luka

Catat karakteristik dari luka.

Cuci /bersihkan dengan sabun

antibiotic, sebagai tambahan.

Gunakan obat salap dengan tepat

pada kulit / luka jika perlu.

Bandingkan dan catat perubahan

pada luka.

4. Gangguan citra diri

Batasan karakteristik:

Respon

nonverbal

terhadap

perubahan

tubuh yang

actual

(contoh:bentuk

, strukture dan

fungsi)

Respon

nonverbal

terhadap

penerimaan

perubahan

tubuh (contoh

bentuk,

struktur dan

fungsi)

Menyembunyi

kan bagian

tubuh tanpa

Outcome yang

disarankan:

Adaptasi

terhadap

kemampuan

fisik.

Penghargaan

diri

Peningkatan Citra Diri

Aktivitas:

Tentukan harapan gambaran diri

pasien berdasarkan tahap

perkembangan

Gunakan bimbingan antisipasi

untuk mempersiapkan pasien

terhadap perubahan tubuh yang

dapa diprediksi

Pantau apakah pasien bisa melihat

perubahan bagian tubuh

Monitor frekuensi stattment diri

yang kritis

Identifikasi budaya pasien,

agama, jenis kelamin dan umur.

21

Page 22: Dermatitis r i3

disengaja

Menyembunyi

kan bagian

tubuh

Faktor yang

berhubungan:

Surgery

BAB IV

22

Page 23: Dermatitis r i3

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa

gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan

umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi.

Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena

adalah tangan dan kaki. Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu,

semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. 

4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah

yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Dermatitis r i3

Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC

NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien.html

24