demensia
DESCRIPTION
DemensiaTRANSCRIPT
-
DEMENSIA Diskusi Topik Geriatri
Madinatul Munawwaroh - 1111103000055
-
Definisi demensia
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi sehari-hari (Brocklehurst adn Allen, 1987)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran (IPD UI, 2009)
Terdapat gangguan memori dan kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, peniliaian, kepribadian, bahasa, dan visuospasial yang terjadi cukup berat hingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial yang bermakna (mengganggu aktivitas mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll)
-
Definisi demensia
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit
atau gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-
progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur
kortikal yang multipel, termasuk di dalamnya: daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap,
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai (judgement).
Umumnya demensia disertai dan diawali dengan adanya
kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi hidup
Gejala dan disabilitas pada demensia terjadi sudah nyata untuk
paling sedikit 6 bulan (PPDGJ III)
-
Kategori demensia
Kategori demensia pada usia lanjut:
1. Demensia degeneratif primer (50-60%)
2. Demensia multi-infark (10-20%)
3. Demensia yang reversibel atau sebgian reversibel (20-
30%)
4. Gangguan lain terutama neurologik (5-10%)
-
Epidemiologi demensia
Setelah usia 65 tahun, insidensi demensia meningkat dua
kali lipat setiap penambahan usia 5 tahun
Secara keseluruhan, prevalensi demensia pada populasi
berusia lebih dari 65 tahun adalah 5,6%
Penelitian di AS: lebih dari 45% penduduk berusia 85
tahun atau lebih menderita Alzheimer Perempuan lebih banyak mengalami dibanding laki-laki (2/3 pasien
Alzheimer adalah perempuan)
-
Etiologi demensia
Etiologi demensia yang reversibel:
D Drugs intoxication (trasquilizer mayor & minor, analgesik terutama fernastetin, digoksin, primidon, fenasemid, metildopa)
E Emotional (depresi) M - Metabolic or endocrine (hipo/hipertiroidisme,
gangguan elektrolit, Cushing syndrome, hipoglikemi, hipo/hiperparatiroid, hipoksia kronis, hiperkapnia, ensefalopati hepatikum, uremia)
E - Eye and ear dysfunction
N - Nutritional
T - Tumor and trauma (perdarahan subdural yang terjadi pada usia lanjut)
I - Infection
A - Arteriosclerotic complication & alcohol
-
Etiologi demensia Etiologi demensia non-reversibel
Penyakit Alzheimer
Dementia yang berhubungan
dengan badan Lewy
Penyakit Pick
Penyakit huntington
Penyakit Parkinson
Penyakit serebrovaskular oklusif
Penyakit Binswanger
Embolisme serebral
Arteritis
Anoksia akibat henti jantung
Perlukaan kranio-serebral
Demensia pugilistika
Sindrom defisiensi imun didapat
(AIDS)
Penyakit Creutzfeld-Jacob
Lekoensefalopati multifokal
progresif
Dementia pasca ensefalitis
-
Faktor risiko demensia
Riwayat keluarga dengan demensia
Penderita Down-syndrome
Hipertensi
Penyakit vaskular perifer
Diabetes melitus
Stroke
Infeksi sistem saraf pusat
Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Polifarmasi
-
Demensia Alzheimer Merupakan penyebab demensia terbesar
Demensia Alzheimer merupakan suatu keadaan yang meliputi perubahan jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu dari korteks otak terjadi kekusutan neuro-fiber (neuro-fibrillary tangles) dan plak-plak neurit dan penurunan aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu di otak
Etiologi Alzheimer belum pasti tetapi menurut beberapa teori ada beberapa kemungkinan yaitu faktor kromosom atau genetik (gen apolipoprotein E4), usia, riwayat keluarga, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam aluminium, akibat infeksi virus lambat atau pengaruh lingkungan lain
Demensia yang terjadi berlangsung progresif dan kronik
Pemeriksaan dengan MRI menunjukkan terdapat atrofi hipokampus dan atrofi kortikal difus (kerusakan lobus temporal & parietal)
-
Demensia Alzheimer Patologi pada demensia Alzheimer: pembentukan -
amyloid, plak senilis, neurofibrillary tangles, hilangnya
neuron/sinaps, dan degenerasi granulo-vakuolar
Sumber: Buku ajar IPD FKUI, 2009
-
Demensia Alzheimer Gejala Alzheimer dibagi dalam 3 fase yaitu :
Fase 1:
Gangguan memori subyektif, konsentrasi buruk, gangguan visuospasial, lingkungan yang biasa menjadi asing, dan sukar menemukan jalan pulang
yang biasa dilalui
Fase 2:
o Kerusakan fokalkortikal
o Simptom yang disebabkan oleh disfungsi lobus parietal (agnosia,
dispraksia dan akalkulia)
o Terdapat delusi dan halusinasi
Fase 3:
Pembicaraan terganggu berat, tampak apatik, tidak mengenal diri
sendiri/orang yang dikenalnya, hanya berbaring, terdapat inkontinensia
urin/alvi, sering disertai kejang epileptik, dan gejala neurologik berupa
gangguan berat dari melangkah.
-
Demensia vaskular Etiologi : penyakit vaskuler serebral yang multipel
Biasanya ditemukan pada pasien dengan riwayat hipertensi
Terjadi sebagai akibat/gejala sisa dari stroke kortikal atau
subkortikal yang berulang dan terkadang disertai gejala
defisit neurologis demensia dapat terjadi mendadak
Dua jenis yang paling umum:
1. Dementia Multiinfarct disebabkan oleh stroke ringan, disebut ministroke atau Transient Ischaemic Attack (TIA)
2. Penyakit Binswanger (demensia vaskuler subkortikal)
dihubungkan dengan perubahan di otak yang disebabkan
oleh tekanan darah tinggi, penebalan arteri dan aliran
darah yang tidak cukup
-
Demensia vaskular
Patologi yang dominan: adanya infark multipel dan
abnormalitas substansia alba
Umumnya demensia terjadi pada stroke yang mengenai
beberapa bagian otak (multi-infarct dementia) atau di
hemisfer kiri otak
Abnormalitas substansia alba biasanya berhubungan
dengan infark lakunar pada pemeriksaan MRI terlihat gambaran hiperdens abnormal pada subkorteks bilateral
-
Demensia dengan badan Lewy Ditandai dengan adanya badan Lewy baik di subkorteks
serebri, amygdala, korteks cinguli, substansia nigra, batang
otak maupun neokorteks
Gambaran Klinis bervariasi, tetapi selalu terdapat gambaran 2
dari 3 gejala: fluktuasi kognisi, halusinasi visual dan
parkinsonisme
Gejala pendukung juga dapat ditemukan seperti jatuh, sinkope,
sensitivitas terhadap neuroleptik, delusi dan halusinasi
Gambaran klinis yang harus ditemukan yaitu penurunan
menyeluruh fungsi kognitif yang mengganggu fungsi sosial dan
okupasional.
Gangguan memori pada demensia dengan badan Lewy lebih
ringan jika dibandingkan dengan demensia Alzheimer
-
Demensia fronto-temporal
Proses degeneratif yang terjadi pada bagian
korteks anterior dimana terdapat penurunan
metabolisme otak di daerah lobus temporal
anterior dan lobus frontal atrofi pada lobus temporal dan/atau frontal
Bagian yang terkena bisa uniateral atau bilateral
Secara klinis menunjukkan gambaran gangguan
perilaku yang luas dengan awitan pada usia 40-
70 tahun (lebih muda dibanding onset usia
demensia tipe Alzheimer)
-
Demensia pada penyakit neurologik
Beberapa penyakit neurologis sering disertai gelaja demensia, seperti Parkinson dan khorea Huntington
Gejala mirip demensia subkortikal dan terdapat pula kelainan pada postur, gait (melangkah), serta depresi
Penyakit Parkinson:
Parkinsonisme merupakan penyakit pada ganglia basalis yang dikaitkan dengan demensia dan depresi
Diperkirakan 20-30 % pasien dengan penyakit Parkinson mengalami gangguan kemampuan kognitif
Gerakan lambat pada pasien dengan penyakit Parkinson sejajar dengan perlambatan berpikir pada beberapa pasien bradifrenia
Korea Huntinngton:
Termasuk penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat defek kromosom 4
Terdapat gerakan koreiform, demensia, dan riwayat keluarga
Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis
-
Diagnosis Demensia
Sumber: www.ncbi.nlm.nih.gov
-
Demensia Alzheimer:
1. Gejala awal: berkurangnya fungsi memori yang berlangsung progresif
dan lambat selama beberapa tahun
2. Status mental: episodic memory loss
3. Awitan sulit ditentukan (65 tahun onset lambat)
4. Gejala awal lainya dapat berupa kemampuan verbal menurun, kesulitan
mengurus keuangan, berbelanja, mengikuti perintah, menemukan kata atau
mengemudi
5. Pemeriksaan fisik dan motorik umumnya masih baik, tidak ada gejala
neurologik kerusakan otak fokal
6. Imaging: atrofi korteks etorhinal & hipokampus
Demensia vaskular:
1. Gejala awal: biasanya timbul mendadak: apatis, jatuh, kelemahan fokal
2. Status mental: gangguan fs eksekusi & perlambatan fs kognitif &
visuospasial, bisa terdapat delusi & anxietas
3. Riwayat sroke dengan gangguan neurologis lainnya, terdapat defisit
neurologik
4. Biasa terjadi pada pasien dengan hipertensi, atrial fibrilasi, penyakit
vaskular perifer dan diabetes
-
Demensia dengan badan Lewy:
1. Gejala awal: halusinasi visual, parkinsonisme, fluktuasi kognisi, delirium, gangguan tidur REM, sindrom Capgas (delusi bahwa sesorang yang dikenal digantikan oleh penipu)
2. Status mental: defisit fungsi visuospasial (menggambar) namun memori episodik lebih baik dibandingkan pasien Alzheimer
3. Pemeriksaan fisik terdapat gejala parkinsonism
4. Imaging: atrofi korteks parietal posterior, hipokampus lebih besar daripada demensia Alzheimer
Demensia fronto-temporal:
1. Gejala awal: Perubahan kepribadian, disinhibisi, peningkatan berat badan, obsesi terhadap makanan, poor judgement/insight
2. Dapat pula ditemukan apatia, hilangnya fungsi eksekutif, abnormalitas progresif fungsi berbicara, keterbatasan kemampuan memori dan visuospasial
3. Defisit fungsi eksekutif frontal atau bahasa (berbicara atau menyebutkan kata)
4. Imaging: atrofi lobus frontal dan temporal
-
PEMERIKSAAN
-
Munculnya demensia pada orang lanjut usia sering tidak
disadari karena perjalannya yang progresif namun
perlahan penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia biasanya berupa berkurangnya fungsi
memori yang sering dianggap sebagai hal yang wajar
terjadi pada seseorang lanjut usia akibatnya penurunan fungsi kognitif akan terus berlanjut hingga mempengaruhi
status fungsional pasien Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi dini demensia
-
AMT (Abbreviated Mental Test)
-
MMSE (Mini Mental Status Examination)
MMSE terdiri dari 30 pertanyaan sederhana untuk
membantu konfirmasi ada atau tidaknya gangguan
kognitif dan untuk mengetahui progresivitas dari
dementia.
-
TATALAKSANA
-
Tatalaksana demensia Tujuan penatalaksanaan pasien dengan demensia adalah
mengobati penyebab demensia yang dapat dikoreksi dan
menyediakan situasi yang nyaman bagi pasien
Terapi suportif:
1. Perawatan fisik dan dukungan keluarga
2. Melakukan aktivitas seperti olahraga dalam rangka
mempertahankan status kesehatan pasien,
mengendalikan hipertensi
3. Mengobati penyakit yang mendasarinya
4. Memperhatikan higiene gigi dan mulut
5. Memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti nutrisi, hidrasi,
mobilisasi dan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus
-
Terapi simptomatik:
1. Jika pasien demensia dengan depresi hentikan obat-
obat yang bersifat sedatif dan mempengaruhi fungsi
kognitif berikan antidepresan: SSRI
2. Anxietas akut, gelisah, agresi, agitasi koreksi faktor
lingkungan/metabolik penyebabnya (imobilisasi, asupan
makanan yg kurang, nyeri, konstipasi, infeksi,
intoksikasi obat) berikan Haloperidol dosis rendah
3x0,5 mg atau Risperidon 1x1 mg terapi dihentikan
setelah 4-6 minggu
-
Demensia Alzheimer diberikan:
1. Kolinesterase inhibitor meningkatkan asetilkolin di sinaps
meningkatkan fungsi kognitif, mengurangi gejala apati,
halusinasi visual dan beberapa gejala psikiatrik lain
Donepezil dimulai dengan dosis 5 mg/hari lalu dinaikkan 10 mg/hari setelah
1 bulan pemakaian, atau Rivastignin 2x1,5 mg/hari dinaikkan menjadi 2x3
mg/hari s.d dosis maksimal 2x6 mg/hari, atau Galantamin 2x4 mg/hari
dinaikkan menjadi 2x8 mg/hari lalu 2x12 mg/hari.
2. Dapat dikombinasikan dengan pemberian vitamin E
3. Dapat pula dikombinasikan dengan Memantin (N-metil-D-
aspartat) untuk demensia sedang-berat efekterapinya pada
glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus
jika dikombinasikan dengan kolinesterase inhibitor
didapatkan perbaikan fungsi kognitif, berkurangnya
penurunan status fungsional dan gejala perubahan perilaku
-
SINDROM DELIRIUM (Acute Confusional State)
-
Definisi delirium Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala-gejala:
Gangguan kesadaran dan atensi kesadaran selain compos mentis, sulit mempertahankan atensi
Gangguan kognitif gangguan persepsi, ilusi, halusinasi (seringkali visual), dengan atau tanpa waham yg bersifat sementara, inkoheren, defisit memori segera dan memori jangka pendek, disorientasi
Gangguan psikomotor hipo/hiperkativitas
Gangguan siklus bangun tidur insomnia, gejala memburuk pada malam hari, mimpi buruk yang dapat berlanjut menjai halusinasi setelah bangun tidur
Gangguan emosional depresi, anxietas, mudah marah, apatia, rasa kehilangan akal
Onset biasanya cepat (akut), fluktuatif sepanjang hari dan keadaan diatas berlangsung kurang dari 6 bulan (PPDGJ-III)
-
Definisi delirium
Perjalanan kurang dari 2 minggu
Lama perjalanan tergantung penyebab delirium
Paling lama 2 minggu beberapa gejala baru hilang
-
Epidemiologi delirium
Prevalensi sindrom delirium di ruang rawat akut geriatri
RSCM adalah 23% (tahun 2004) sedangkan insidensinya
mencapai 17% pada pasien yang sedang rawat inap
(2004)
-
Etiologi delirium
Etiologi delirium pada usia lanjut:
Obat: obat anti kolinergik, antidepresi, psikotropik, sedatif hipnotik, anti konvulsi, anti Parkinson, anti hipertensi dan anti aritmia
Gangguan keseimbangan metabolik: hipo/hipernatremia, hipo/hiperkalsemia, hipo/hiperglikemia, hipokalemia, alkalosis, dehidrasi, uremia, azotemia, hipoksia
Infeksi: pneumonia, ISK
Kelainan neurologis: stroke
Kelainan kardiopulmoner: CHF, aritmia, IMA, emboli paru
Penyalahgunaan alkohol
Demam tinggi, stres
-
Patofisiologi delirium
Defisiensi neurotransmiter asetilkolin penyebabnya antara lain gangguan metabolisme oksidatif di otak yang
dikaitkan dengan hipoksia dan hipoglikemia
Faktor lain yang berperan antara lain meningkatnya
sitokin otak pada penyakit akut
Defisiensi asetilkolin dan neurotransmiter lain serta
peningkatan sitokin di otak mengganggu transduksi sinyal dan sistem second messenger timbul gejala-gejala serebral dan aktivitas psikomotor pada delirium
-
Faktor predisposisi delirium
Usia sangat lanjut dan rapuh (fraily)
Gangguan faal kognitif ringan (mild cognitif impairment =
MCI) sampai demensia
Gangguan sensorium (penglihatan/pendengaran)
Usia lanjut yang sedang menggunakan obat yang
mengganggu faal neurotransmiter otak (ranitidin,
simetidin, siprofloksasin, psikotropika)
Polifarmasi
Terdapat penyakit komorbid
-
Faktor pencetus delirium
Kondisi akut: hiponatremia, dehidrasi, hipoglikemia, CVD
Iatrogenik: pembedahan, kateterisasi urin, physical
restrains
Penyakit fisik/psikiatrik: fraktur, malnutrisi, gangguan pola
tidur
Overstimulation: perawatan di ICU, perpindahan ruang
rawat
-
Gejala klinis delirium Perubahan kesadaran: yaitu setiap kondisi kesadaran selain compos
mentis, termasuk keadaan hipoaktivitas dan hiperaktivitas (Rudolph dan marcantonio, 2003)
Gangguan kognitif global berupa: Gangguan memori (recent memory)
Gangguan persepsi (halusinasi, ilusi)
Gangguan proses fikir (disorientasi orang, waktu, tempat
Gejala yang sering terlewatkan: terdapat komunikasi yang tidak relevan, autoanamnesis yang sulit dipahami, pasien tampak marah-marah atau terdapat ide pembicaraan yang melompat-lompat
Perubahan akitivitas psikomotor: Hipoaktif (25%)
Hiperaktif (25%)
Campuran hipoaktif dan hiperaktif (35%)
Gangguan siklus tidur (siang tidur, malam bangun)
Gejala diatas bersifat akut dan fluktuatif berubah dari hari ke hari, dapat pula terjadi kondisi pasien sadar penuh disuatu hari lalu tamoak gelisah di hari berikutnya
-
Perbedaan delirium dengan demensia
Delirium Demensia
Fungsi kognitif Terganggu Terganggu
Fungsi memori Terganggu Terganggu
Kesadaran Terganggu Tidak terganggu
Perhatian Sangat terganggu Kadang terganggu
Awitan Akut dan fluktuatif Kronik dan progresif
Etiologi Gangguan sistemik Penyakit/gangguan pada
otak
-
Diagnosis delirium
Confussion Assessment Methode (CAM) bedasarkan
DSM-IV yang telah divalidasi oleh Inouye et al (1990)
Uji status mental: MMSE, Delirium Rating Scale, Delirium
Symptom Overview
Sumber: Buku ajar IPD FKUI, 2009
-
Tatalaksana
Tujuan: mengobati keadaan yang menyebabkan
delirium
Menghilangkan kegelisahan: Haloperidol 2-10
mg/hari
Janagan diberikan obat sedarif (Benzodiazepin)
karena memperberat penurunan kesadaran
-
Daftar Pustaka
Aru w,Sudoyo, et al. Buku ajar ilmu penyakit Dalam Jilid
III edisi V. Penerbit Buku Kedokteran IPD FK UI. 2006
Darmojo, boedhi dan Hadi martono.Buku Ajar Boedhi-
Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Edisi ke-
4.Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 2009
Rusdi Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2003
Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Kaplan & Sadock
Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC. 2013
Chris Tanto etal. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi
IV. Jakarta: Media Aesculapius. 2014