delapan kemampuan dasar mengajar
DESCRIPTION
Delapan Kemampuan Dasar MengajarTRANSCRIPT
“Delapan Kemampuan Dasar Mengajar”
Pengajaran Mikro Matematika
MAT-362
Dosen Pengampu :
Effie Efrida Muchlis, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Fitria Rusti Utami
A1C013025
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirahmanirrahim.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pengajaran Mikro
Matematika. Dan tak lupa pula salawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad saw
yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan dan
berteknologi seperti pada saat ini.
Pada makalah Pengajaran Mikro Matematika ini, saya membahas mengenai “8
Kemampuan Dasar Mengajar”.
Makalah ini dibuat untuk mendampingi pembelajaran dan menambah wawasan
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan disana-sini. Oleh
sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran pembaca, agar kami dapat memperbaiki
makalah-makalah selanjutnya.
Wassalammu’alaikum, Wr. Wb.
Bengkulu, 2 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................
BAB II Pembahasan
2.1 Kemampuan Dasar Mengajar....................................................................
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang guru yang profesional, dalam artian guru tersebut merupakan guru yang
mengajar sesuai bidang keahliannya haruslah menguasai kemampuan dasar mengajar. Guru
dituntut untuk memiliki kemampuan dasar mengajar agar guru tersebut mampu
menyampaikan materi kepada siswa dan siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan
maksimal. Hanya saja masih terdapat beberapa guru yang belum memahami dan mengerti
apa saja yang menjadi kemampuan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang guru.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja kemampuan dasar mengajar ?
1.2.2 Apa pengertian strategi, metode, model, dan pendekatan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui macam-macam kemampuan dasar.
1.3.2 Mengetahui strategi, metode, dan pendekatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemampuan Dasar Mengajar
2.1.1 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam istilah lain disebut dengan set
induction, yang artinya usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik agar mental maupun perhatian
terpusat pada apa yang yang dipelajarinya.
a. Keterampilan Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya
seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di
awal pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan diawal pelajaran, tetapi
juga disetiap awal kegiatan inti pelajaran. Ini dapat dilakukan dengan cara mengemukakan
tujuan yang akan dicapai,menarik perhatian peserta didik, member acuan, dan membuat
kaitan antara materi pelajaran yang akan dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan
diajarkan.
Inti persoalan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik perhatian
siswa, memotivasi, member acuan tentang tujuan, pokok persoalan yang akan dibahas,
rencana kerja, serta pembagian waktu, mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan
topic baru, menanggapi situasi.
b. Keterampilan Menutup Pelajaran
Keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan merangkum inti pelajaran
pada akhir kegiatan belajar. Menutup pelajaran (closure) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok
pembelajaran.
Inti kegiatan menutup pelajaran adalah:
1) Merangkum inti pelajaran.
2) Mengonsolidasi perhatian peserta didik pada masalah pokok permbahasan.
3) Mengorganisasi semua pelajaran yang telah dipelajari.
4) Memberikan tindak lanjut berupa saran-saran serta ajakan agar materi yang baru
dipelajari.
2.1.2 Keterampilan Mengolah Kelas (Class Room Management)
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip Keterampilan mengelola kelas
yaitu, prefentip adalah yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran dan represif, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan
remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan mengolah kelas dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal.
1) Menunjukkan sikap yang tanggap.
2) Membagi perhatian.
3) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
4) Menegur
5) Memberi penguatan
b. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Komponen keterampilan mengelola kelas:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
optimal :
1) Menunjukkan sikap tanggap
2) Membagi perhatian secara visual dan verbal
3) Memusatkan perhatian kelompok : menyiapkan dan menuntut tanggung jawab
siswa
4) Memberi petunjuk yang jelas
5) Menegur secara bijaksana : yaitu secara jelas dan tegas (bukan berupa
peringatan/ocehan/buat aturan)
6) Memberi penguatan bila perlu
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar optimal :
keterampilan ini berkaitan dgn respon guru terhadap respon negatif siswa yang
berkelanjutan. Untuk mengatasi ini dapat digunakan 3 jenis strategi :
1) Modifikasi tingkah laku
2) Proses kelompok : kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah
pengelolaan kelas yang muncul melalui diskusi.
3) Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah
6 prinsip penggunaan keterampilan pengelolaan kelas utk menciptakan iklim kelas yang
menyenangkan :
a. Kehangatan dan keantusiasan dlm mengajar
b. Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir
c. Menggunakan berbagai variasi
d. Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas
e. Penekanan pada hal-hal yg bersifat positif
f. Penanaman disiplin diri sendiri
Hal-hal yang harus dihindari dalam pengelolaan kelas
a. Campur tangan yang berlebihan
b. Kelenyapan/ penghentian suatu pembicaraan / kegiatan karena ketidaksiapan guru
c. Ketidakpastian memulai dan mengakhiri pelajaran
d. Penyimpangan, terutama yg berkaitan dengan disiplin diri
e. Pengulangan penjelasan yang tak diperlukan
2.1.3 Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal maupun
non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima
(siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut.
Ada prinsipnya keterampilan penguatan dapat dikelompokkan kepada dua jenis,
penguatan verbal, dan non-verbal.
a. Penguatan yang bersifat verbal dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau
pun persetujuan,
b. Penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimic muka (ekspresi),
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact),
penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dll.
Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif,
sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau
menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa adalah
untuk meningkatkan perhatian (fokus) siswa dalam belajar, membangkitkan dan memelihara
perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dll.
2.1.4 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil (Guiding Small
Discussion)
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi
yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui
satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam diskusi kelompok
kecil antara lain.
a. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topic diskusi.
b. Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas,
menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas.
c. Menganalisis pendapat peserta didik
d. Meluruskan alur pikiran peserta didik, mencakup memberikan contoh verbal,
memberikan waktu untuk berpikir.
e. Memberikan ketsempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan
memancing semangat peserta didik, memberikan kesempatan kepada yang belum
mengajukan pendapat, mengatur jalannya siding diskusi, dan mengomentari
pendapat yang dikemukakan.
f. Menutup diskusi, kkegiatannya, membuat rangkuman hasil diskusi,
menindaklanjuti hasil diskusi, dan menilai hasil diskusi.
2.1.5 Keterampilan Bertanya (Questioning)
Dalam proses belajar mengajar, “ “Bertanya” dapat menjadi stimulus yang efektif
untuk mendorong kemampuan berpikir siswa. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik ketika mengajukan
pertanyaan maupun menerima jawaban siswa.
a. Komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya dasar meliputi :
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.
2) Pemberian acuan supaya siswa dapat menjawab dengan tepat.
3) Pemusatan kearah jawaban yang diminta
4) Pemindahan giliran menjawab: guru dapat meminta siswa lain untuk menjawab
pertanyaan yang sama.
5) Penyebaran pertanyaan
6) Pemberian waktu berpikir
7) Pemberian tuntunan : bagi peserta didik yang mengalami kesukaran dalam
menjawab pertanyaan, guru dapat melakukan strategi pengungkapan pertanyaan
dalam bentuk yang lain mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana, atau
mengulangi penjelasan sebelumnya.
b. Komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya lanjutan adalah :
1) Pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan: untuk pengembangan berpikir
siswa perlu dilakukan pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan.
2) Urutan pertanyaan: pertanyaan harus mempunyai urutan yang logis.
3) Melacak : untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan
dengan jawaban yang dikemukakan.
4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antara peserta didik.
Hal-hal yang harus dihindari :
a. Menjawab pertanyaan sendiri.
b. Mengulang jawaban peserta didik.
c. Mengulang-ulang pertanyaan sendiri.
d. Mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak.
Teknik dasar bertanya dilakukan dalam proses pembelajaran antara lain:
a. Pertanyaan yang diajukan harus jelas dan langsung diajukan kepada semua peserta
didik, dan berikan waktu secukuonya untuk berpikir menjawab.
b. Mencegah jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
c. Mempersilahkan peserta didik untuk menjawab.
d. Memotivasi peserta didik agar mendengarkan jawaban.
Jenis-jenis pertanyaan menurut tujuannya
1. Pertanyaan permintaan (compliance question) pertanyaan harapan agar siswa
mematuhi perintah.
2. Pertanyaan retoris (rhetorical question), menghendaki jawaban guru.
3. Pertanyaan mengarahkan (prompting question) pertanyaan yang diajukan untuk
mengarahkan siswa dalam proses berpikir.
4. Pertanyaan menggali (probing question) pertanyaan lanjutan yang akan mendorong
siswa untuk lebih mendalami jawabannya.
5. Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom (koognitif, afektif, dan psikomotor).
6. Pertanyaan menurut luas dan sempit sasaran.
2.1.6 Keterampilan Menjelaskan Pelajaran (Explaining)
Keterampilan memberi penjelasan adalah penyajian informasi secara lisan yang
dikelola secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu dengan yang
lainnya. Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam penjelasan adalah:
a. Merencanakan pesan yang disampaikan.
b. Menggunakan contoh-contoh.
c. Memberikan penjelasan yang paling penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang materi yang belum dipahami
T. Gilarso menyebutkan bahwa komponen penjelasan terkait dengan orientasi, bahasa
yang sederhana, contoh yang banyak dan relevan, memiliki struktur yang ejlas, bervariasi
dalam menjelaskan, latihan dan umpan balik (feedback). Langkah dalam menjelaskan
menurut Wardani (1984) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip penjelasan perlu dipahami
antara lain:
a. Penjelasan dapat diberikan diawal, di tengah, atau di akhir.
b. Penjelasan dharus relevan dengan tujuan.
c. Guru dapat member pennjelasan bila ada pertanyaan siswa atau dirancang guru
sebelumnya.
d. Penjelasan itu materinya harus bermakna bagi siswa.
e. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.
2.1.7 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3
sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat
antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan
kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan
siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk
memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan
format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
Komponen-komponen dan prinsip-prinsip keterampilan ini adalah:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
b. Keterampilan mengorganisasi
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
e. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.1.8 Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)
Keterampilan menggunakan variasi adalah suatu keterampilan mengajar yang harus dikuasai
guru dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam
menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat
perhatian siswa sehingga siswa dapat aktif dan terpartisipasi dalam belajarnya. Tujuan
mengadakan variasi menurut Marno dan Idris (2008 : 160) menyebutkan lima tujuan
menggunakan variasi mengajar.
a. Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah
dibicarakan.
b. Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara fisik meupun metal.
c. Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
d. Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.
e. Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi.
a. Relevan dengan tujuan pembelajaran bahwa variasi mengjar digunakan untuk
menunjang tercapainya kompetensi dasar
b. Kontinyu dan fleksibel artinya variasi digunakan secara terus menerus selama KBM
sesuai kondisi.
c. Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru KBM berlangsung.
d. Relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik
Beberapa variasi guru dalam proses pembelajaran yang perlu diketahui adalah sebagai
berikut:
a. Keterampilan variasi dalam mengajar erat kaitannya dengan professional lainnya,
antara lain penguasaan berbagai macam metode dan keterampilan mengajukan
pertanyaan.
b. Keterampilan variasi sebelumnya direncanakan dan disusun dalam SP.
c. Keterampilan variasi sangat dianjurkan akan tetapi harus wajar dan luwes sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Keterampilan variasi dalam proses pembelajaran terbagi kepada tiga kelompok besar antara
lain; variasi dalam gaya guru mengajar, variasi dalam pola interaksi guru dengan peserta
didik, dan variasi dalam menggunakan media dan alat-alat pembelajaran.
1. Variasi dalam gaya guru mengajar
a. Variasi suara (Teacher Voice)
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi
rendah, dari cepat menjadi lambat.Suarang guru pada saat menjelaskan materi pelajaran
hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan.
b. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-
tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk
menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa
menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula
setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu
untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-
informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan
tepat.Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi
lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa
untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal
bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru
memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang
diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
c. Pemusatan perhatian (Focusing)
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak
menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka
belajar.Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci,
guru dapat menggunakan atau memberikanperingatan dengan bentuk kata-kata.Misalnya :
“Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.
d. Kontak Pandang (Eye Contact)
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau
melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan
jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus
menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau
menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab
menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang
positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
e. Gerakan Anggota Badan Atau Mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota
badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk
menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk
memperjelaspenyampaian materi. Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu
menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak
indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
f. Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian
anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh
guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan
berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias
memperhatikan.
2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:
a. Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat(visual aids):alat atau media yang termasuk
kedalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, atau antara lain grafik, bagan, poster,
diorama,specimen, gambar film, slide.
b. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar(auditif aids): suara guru termasuk
kedalam media komunikasi yang utama didalam kelas.
c. Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik):
Penggunaan alat yang termasuk kedalam jenis ini akan dapat menarik perhatian siswa
dan dapat melibatkan siswaalam membentuk dan memeragakan kegiatannya,
baiksecara perseoranganataupun secara kelompok.
d. Variasi alata atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio, visual aids):
penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang paling tinggi melibatkan semua
indera yang kita miliki.
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
a. Pola guru-murid (komunikasi sebagai aksi/satu arah) komunikasi sebagai aksi (satu
arah)
b. Pola guru--murid-guru ada balikan (feedback)bagi guru, tidak ada interaksi antar
siswa(komunikasi sebagai interaksi)
c. Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru siswa saling belajar satu sama lain.
d. Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antarr guru dengan
murid dan antara murid (komunikasi sebagai transaksi, multi arah)
e. Melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau
jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat
giliran.
2.2 Pendekatan, Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Model Pembelajaran
2.2.1 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan (Approach) dalam pengajaran diartikan sebagai a way of beginning
something, yang artinya cara memulai sesuatu. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
Dari segi pendekatannya, pada pembelajaran ada dua jenis pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada Siswa (Student
Centere Approach).
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada Guru (Teacher
Centered Approach).
2.2.2 Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2005 : 76), “Metode
pembelajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan menurut M. Sobri Sutikno (2009 : 88)
“Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan”.
Terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode
diskusi, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode eksperimen, dan metode
demonstrasi.
2.2.2.1 Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara
pasif. Muhibbin Syah, (2000). Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa
informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2.2.2.2 Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.
Tujuan metode ini adalah :a. Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan
pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya.b. Mengambil suatu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas
pertimbangan yang seksama.
2.2.2.3 Metode demontrasi (Demonstration method)
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri
Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
(Daradjat, 1985)
2.2.2.4 Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan
siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
2.2.2.5 Metode Eksprerimental
Metode Eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
2.2.2.6 Metode Karya Wisata
Metode karya wisata merupakan tehnik mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat
laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi
oleh pendidik.
2.2.2.7 Metode latihan keterampilan (Drill method)
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara
menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan
keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
2.2.2.8 Metode Discovery
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur
mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain,
sebelum sampai kepada generalisasi. Metode Discovery merupakan komponen dari praktek
pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
2.2.2.9 Metode Inquiry
Inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi tugas
meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-
masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka
mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya didalam kelompok kemudian dibuat laporan
yang tersusun baik dan kemudian didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga
diperoleh kesimpulan terakhir.
Metode inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
2.2.2.10 Metode Pemecahan Masalah ( Problem Solving Method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir
danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan
pendapatnya.
2.2.3 Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yan disajikan secara khas oleh guru .Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran.
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Suptiawan dan A. Benyamin Surasega,
1990), Ada 4 kelompok model pembelajaran, yaitu :
1. Model Interaksi Sosial
Model Interaksi Sosial menekankan pada hubungan personal dan social
kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan
kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses yang
demokratis, dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori
belajar Gestalt (field-theory).Model interaksi social menitikberatkan pada hubungan yang
harmonis antara individu dalam masyarakat (learning to life together).
2. Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan
pemprosesan informasi.Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan
Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol
verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne(1985).
Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan.Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi
eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil
belajar.
3. Model Personal-Humanistik
Model personal-Humanistik menekankan pada pengembangan konsep diri setiap
individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta
mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan
realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan
lingkungannya.
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan
individu.Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya.Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu
membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.Tokoh
humanistik adalahAbraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut
teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik
merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori
humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini,
pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik
terhadap perasaanya.
4. Model Modifikasi Tingkah laku (Behavioral)
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik
sehingga konsisten dengan konsep dirinya.Sebagai bagian dari teori stimulus-respon.Model
behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang
kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-
tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan
(reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan
perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas
yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.Implementasi dari model modifikasi
tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru harus selalu perhatian
terhadap tingkah laku belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya
rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung.Penerapan prinsif pembelajaran individual
dalam pembelajaran klasikal.
DATAR PUSTAKA
Asri, Zainal. 2011. Micro Teaching. Jakarta: PT. RajaGraindo Persada.
http://remajasampit.blogspot.com/2014/04/keterampilan-mengadakan-variasi.html
http://www.artikelbagus.com/2011/07/8-keterampilan-yang-harus-dimiliki-oleh-seorang-
guru.html#ixzz3kaQEVDB6
https://asepfirman17.wordpress.com/administrasi-pendidikan/8-keterampilan-dasar-
mengajar-yang-harus-di-kuasai-guru/