dekanter fix
DESCRIPTION
dekanterTRANSCRIPT
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
DEKANTER
( D-01 )
Tugas : Memisahkan produk cair keluar neutralizer menjadi fase atas dan fase
bawah sebanyak 10.721,8984 kg/jam.
Alat : Tangki silinder horizontal
Kondisi operasi :
Suhu : 40oC
Tekanan : 1 atm
Gambar 1. Sekema arus dalam dekanter
4.1. Dasar Pemilihan Alat
Campuran keluar neutralizer adalah campuran cairan immiscible. Hal ini
ditandai dengan adanya campuran organik yang terdiri dari benzena, monokloro
benzena, dan dikloro benzena, serta adanya campuran air dan zat – zat terlarutnya.
Alat yang digunakan untuk memisahkan campuran immiscible ini yang paling sesuai
adalah dekanter.
Dekanter digunakan untuk memisahkan cairan dengan perbedaan densitas
yang cukup signifikan, dengan bantuan gaya gravitasi (gravity settling). Di dalam
dekanter, cairan memiliki waktu tinggal sehingga cairan yang ingin dipisahkan
membentuk dua lapisan atau lebih. Umumnya, dekanter digunakan untuk operasi
kontinyu, akan tetapi dapat pula digunakan untuk operasi batch. Bentuk dekanter
yang paling murah dan paling umum dijumpai adalah berupa tangki silinder, dapat
dipasang secara horizontal maupun vertical (Sinnott, 1983).
Umpan
Fase atas
Fase bawah
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
4.2. Perancangan Dekanter
Komposisi produk neutralizer masuk ke decanter adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi produk cair masuk decanter
KomponenLaju Massa Laju Mol
kg/jam kmol/jam
Benzena, C6H6 3.053,9511 39,1532
Monoklorobenzena, C6H5Cl 5.678,3520 50,4742
Diklorobenzena, C6H4Cl2 1403,8475 9,5500
Klorin, Cl2 0,1863 2,6245 x 10-3
Asam Klorida, HCl 0,3233 8,8858 x 10-3
Besi (III) Hidroksida, Fe(OH)3 5,0774 0,0474
Natrium Klorida, NaCl 477,2104 8,1574
Air 1426,685 6,5444
Total 10.721,8984 107,2534
4.2.1. Menentukan Fase Atas dan Fase Bawah Dekanter
Prinsip pemisahan pada decanter adalah kesetimbangan cair – cair. Pada
kesetimbangan cair – cair berlaku hubungan :
(γi.xi)I = (γi.xi)II ( 1 )
Arus masuk dekanter mengandung 9 komponen, yaitu benzene, monokloro
benzene, dikloro benzene, klorin dan HCl terlarut, Fe(OH)3, NaCl, dan air. Sebagai
penyederhanaan, beberapa asumsi yang dilakukan adalah:
1. Perhitungan pemisahan komponen dilakukan terhadap 3 komponen dengan
jumlah terbesar yaitu benzene, monoklorobenzena, dan air.
2. Seluruh natrium klorida ikut terlarut di fase air atau fase berat.
3. Seluruh klorin dan HCl terlarut dalam benzene dan berada di fase dengan
jumlah benzene terbanyak.
Sebagai perhitungan, fraksi umpan masu dekanter dihitung dengan persamaan
Zi = xiI.α + xi
II.(1-α) ( 2 )
F i=( K i−1 ) zi
( K i−1 ) α+1≅ 0 ( 3 )
Dengan
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
K i=xi
I
x iII =
γiII
γ iI ( 4 )
Pada perhitungan awal, pembagian fraksi atas dan bawah adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Pembagian fraksi fase atas dan bawah dalam dekanter
Kompone
n
Umpan Fase I Fase II
kmol/jam zi kmol/jam xi kmol/jam xi
C6H6 39,1532 0,2318 39,13581 0,4232 0,0174 0,0002
H2O 79,2603 0,4693 2,8734 0,0311 76,3869 0,9997
C6H5Cl 50,4742 0,2988 50,4661 0,5457 0,008 0,0001
Menghitung Koefisien Aktivitas Fase I
Berdasarkan informasi yang ada di table 8.21 buku Properties of gases and
liquid, diperoleh data untuk komponen – komponen tersebut sebagai berikut:
Tabel 3. Identifikasi grup dalam komponen
Molekul Grup Main No. Sec No. vji Rj Qj
C6H6 ACH 3 10 6 0,5313 0,4
H2O H2O 7 17 1 0,92 1,4
C6H5Cl ACH 3 10 5 0,5313 0,4
ACCl 25 54 1 1,1562 0,844
Selanjutnya dihitung nilai ri, qi, фi, ѳi, dan li yang digunakan untuk menghitung
koefisien aktivitas combinatorial. Persamaan yang digunakan adalah:
ri=v j . R j ( 5 )
q i=v j .Q j ( 6 )
∅ i=ri x i
∑j
r j x j( 7 )
θi=q i x i
∑j
q j x j ( 8 )
li=5 (ri−qi )−(ri−1 ) ( 9 )
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
ln γiC=ln
∅ i
xi
+5q i lnθi
∅ i
+li−∅ i
x i∑
j
x j l j ( 10 )
Dari persamaan – persaman tersebut diperoleh hasil untuk koefisien aktivitas
combinatorial tiap komponen sebagai berikut :
Tabel 4. Perhitungan koefisien aktivitas combinatorial
Molekul ri qi фi ѳi li Ln γiC
C6H6 3,1878 2,4 0,3901 0,3890 1,7512 -0,0032
H2O 0,92 1,4 0,0083 0,0167 -2,3200 0,7888
C6H5Cl 3,8127 2,844 0,6016 0,5944 2,0308 -0,0039
Selanjutnya dihitung kontribusi residual terhadap koefisien aktivitas, sehingga
perlu dicari interaksi antargrup yang dilambangkan sebagai ψmn. Di mana
ψmn=exp (−amn
T ) (11)
Tabel 5. Interaksi antar grup
Grup amn ψmn
3,25 538,2 0,1792
25,3 237,7 2,1370
3,7 903,8 0,0557
7,3 362,3 0,3143
25,7 920,4 0,0528
7,25 678,2 0,1145
Sebelum dihitung interaksi antar grup secara keseluruhan, perlu diketahui pula
interaksi antar grup dalam molekul sejenis. Persamaan yang digunakan adalah:
ln Γ k=Qk [1−ln (∑m
θm ψmk)−∑m
θm ψkm
∑n
θnψnm ] (12)
Tabel 6. Interaksi antargrup dalam molekul
Molekul Grup Main No. Sec No. Xsec no(i) Ѳsec no
(i) Γ sec no(i)
C6H6 ACH 3 10 0 0 0
H2O H2O 7 17 0 0 0
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
C6H5Cl ACH 3 10 5/6 5/7 0,0231
ACCl 25 54 1/6 2/7 0,0298
Setelah terhitung interaksi antargrup dalam molekul maka dihitung interaksi
antargrup keseluruhan dan juga koefisien aktifitas residual
Tabel 7. Interaksi antargrup dalam molekul
Sec no. Xi Ѳi Γi
10 0,9013 0,8069 0,0149
17 0,0053 0,0167 3,9990
54 0,00 0,1764 1,1318
Koefisien aktvitas residual komponen dan koefisien aktiifitas dihitung dengan
persamaan :
ln γiR=∑
k
vki (ln Γ k−ln Γ k
i ¿)¿ (13)
ln γi=ln γiC+ ln γi
R (14)
Tabel 8. Koefisien aktivitas fase I
Komponen lnγiC lnγi
R lnγi γi
10 -0,0032 0,0893 0,0861 1,08994
17 0,7888 3,9990 4,7878 120,0355
54 -0,0039 1 1 2,8782
Menghitung Koefisien Aktivitas Fase II
Berdasarkan informasi yang ada di table 8.21 buku Properties of gases and
liquid, diperoleh data untuk komponen – komponen tersebut sebagai berikut:
Tabel 9. Identifikasi grup dalam komponen
Molekul Grup Main No. Sec No. vji Rj Qj
C6H6 ACH 3 10 6 0,5313 0,4
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
H2O H2O 7 17 1 0,92 1,4
C6H5Cl ACH 3 10 5 0,5313 0,4
ACCl 25 54 1 1,1562 0,844
Selanjutnya dihitung nilai ri, qi, фi, ѳi, dan li yang digunakan untuk
menghitung koefisien aktivitas combinatorial. Persamaan yang digunakan adalah:
ri=v j . R j ( 5 )
q i=v j .Q j ( 6 )
∅ i=ri x i
∑j
r j x j( 7 )
θi=q i x i
∑j
q j x j ( 8 )
li=5 (ri−qi )−(ri−1 ) ( 9 )
ln γiC=ln
∅ i
xi
+5q i lnθi
∅ i
+li−∅ i
x i∑
j
x j l j (10)
Dari persamaan – persaman tersebut diperoleh hasil untuk koefisien aktivitas
combinatorial tiap komponen sebagai berikut :
Tabel 10. Perhitungan koefisien aktivitas combinatorial
Molekul ri qi фi ѳi li Ln γiC
C6H6 3,1878 2,4 0,0609 0,0327 1,7512 1,9486
H2O 0,92 1,4 0,8477 0,8477 -2,3200 0,0152
C6H5Cl 3,8127 2,844 0,0914 0,0914 2,0308 2,1765
Selanjutnya dihitung kontribusi residual terhadap koefisien aktivitas, sehingga
perlu dicari interaksi antargrup yang dilambangkan sebagai ψmn. Di mana
ψmn=exp (−amn
T ) (11)
Tabel 11. Interaksi antar grup
Grup amn ψmn
3,25 538,2 0,1792
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
25,3 237,7 2,1370
3,7 903,8 0,0557
7,3 362,3 0,3143
25,7 920,4 0,0528
7,25 678,2 0,1145
Sebelum dihitung interaksi antar grup secara keseluruhan, perlu diketahui pula
interaksi antar grup dalam molekul sejenis. Persamaan yang digunakan adalah:
ln Γ k=Qk [1−ln (∑m
θm ψmk)−∑m
θm ψkm
∑n
θnψnm ] (12)
Tabel 12. Interaksi antargrup dalam molekul
Molekul Grup Main No. Sec No. Xsec no(i) Ѳsec no
(i) Γ sec no(i)
C6H6 ACH 3 10 0 0 0
H2O H2O 7 17 0 0 0
C6H5Cl ACH 3 10 5/6 5/7 0,0231
ACCl 25 54 1/6 2/7 0,0298
Setelah terhitung interaksi antargrup dalam molekul maka dihitung interaksi
antargrup keseluruhan dan juga koefisien aktifitas residual
Tabel 13. Interaksi antargrup dalam molekul
Sec no. Xi Ѳi Γi
10 0,1988 0,0668 0,6812
17 0,7809 0,9188 1,1646
54 0,0203 0,0144 2,3461
Koefisien aktvitas residual komponen dan koefisien aktiifitas dihitung dengan
persamaan :
ln γiR=∑
k
vki (ln Γ k−ln Γ k
i ¿)¿ (13)
ln γi=ln γiC+ ln γi
R (14)
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
Tabel 14. Koefisien aktivitas fase II
Komponen lnγiC lnγi
R lnγi γi
10 1,9486 4,0872 6,0358 418,1237
17 0,0152 1,1646 1,1798 3,2538
54 2,1765 5,6070 7,7845 2400,5820
Mengecek Ulang Pembagian Fase
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, kesesuain pembagian fase dicek dengan
persamaan ( 2 ) dan ( 3 ), sehingga diperoleh hasil.
Tabel 15. Perhitungan kesesuaian pembagian fase
Komponen γiI γi
II Ki α Fi Ki
10 1,0899 418,1237 0,0026 0,5476 -0,50945 0,0026
17 120,0355 3,2538 36,8912 0,5476 0,8156 36,8912
54 2,8782 2400,5820 0,0012 0,5476 -0,6588 0,0012
Total -0,3527
Hasil perhitungan menunjukkan pembagian fase di awal bagian sudah terjadi
kesetimbangan antara fase I dan II, walaupun nilai Fi tidak sama dengan 0 namun
dianggap sudah mendekati 0. Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh komposisi di
fase atas dan fase bawah sebagai berikut:
Tabel 16. Data komposisi fase atas dan fase bawah dekanter
KomponenFase Atas Fase Bawah
kg/jam xi kg/jam Xi
Benzena, C6H6 3.052,5931 0,2997 1,3577 0,0174
Monoklorobenzena, C6H5Cl 5.677,4303 0,5574 0,9221 0,0082
Diklorobenzena, C6H4Cl2 1.403,8475 0,1378 0,0000 0,0000
Klorin, Cl2 0,1863 1,83x10-5 0,0000 0,0000
Asam Klorida, HCl 0,3233 3,17x10-5 0,0000 0,0000
Besi (III) Hidroksida, 0,0000 0,0000 5,0774 0,0006
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
Fe(OH)3
Natrium Klorida, NaCl 0,0000 0,0000 477,2104 0,0964
Air 51,7203 0,0282 1.374,9646 0,9027
Total 10.186,1009 1 1.859,5323 1
Dari hasil perhitungan densitas dan viskositas campuran, diperoleh densitas dan
viskositas fase atas sebesar 1045,5693 kg/m3 dan 0,6442 cp. Sedangkan untuk fase
bawah densitas dan viskositasnya sebesar 1.196,4160 kg/m3 dan 0,7975 cp. Laju alir
volumetris fase atas dan fase bawah sebesar 0,002706 m3/s dan 0,000432 m3/s
4.2.2. Menetukan Fase Terdispersi
Fase terdispersi dan fase kontinu dalam decanter perlu diketahui sebagai
pertimbangan dalam perhitungan desain alat. Selker dan Sleicher memberikan
persamaan yang dapat digunakan untuk memperdiksi fase terdispersi:
θ=QL
QH
.( ρL μH
ρH μL)
0,3
(15)
Tabel 17. Nilai ѳ sebagai Penentu Fase Terdispersi
Ѳ Keterangan
< 0,3 Fase atas selalu terdispersi
0,3 – 0,5 Fase atas dapat terdispersi
0,5 – 2,0 Sulit terjadi pemisahan
2,0 – 3,3 Fase bawah dapat terdispersi
>3,3 Fase bawah selalu terdispersi
θ=9,7422m3/ jam1,5543 m3/ jam
.( 1045,5693kg
m3 .0,7975 cP
1196,4155kgm3 .0,6442 cP )
0,3
Ѳ = 6,4179
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa fase bawah akan selalu terdispersi.
4.2.3. Menentukan Kecepatan Settling Droplet
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
h
R
AL
AH
Ukuran droplet yang digunakan dalam perancangan adalah 150 μm. Ukuran ini
digunakan dalam API Design Mehod. Persamaan yang digunakan dalam menghitung
kecepatan settling adalah :
u=g d2 ( ρD−ρC )
18 μc
(16)
u=9,81ms2
(0,00015 m¿¿2) (1196,4155−1045,5693 ) kg
m3
18. (0,6442∗0,0001 ) kgm. s
¿
u = 0,0028715 m/s
u = 2,8715 mm/s
4.2.4. Menghitung Dimensi Dekanter
Gambar 2. Penampang Samping Dekanter
Pada decanter diasumsikan lebar interface ( I ) adalah 50% dari diameter dan
L/D yang digunakan untuk decanter adalah 2.
Luas interface=I . L (17)
Luas interface=0,5 D .2 D
Luas interface=D2 (18)
D=0,5√ Qc
uD
(19)
Dari hasil perhitungan diperoleh diameter decanter sebesar 0,9708 m. Untuk
decanter digunakan pipa sebagai materialnya. Berdasarkan diameter standard yang
ada di Nominal Pipe Size ( NPS ), maka ukuran standard pipa yang digunakan adalah
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
NPS 49 SCH STD dengan diameter dalam sebesar 1,2002 m. Untuk pipa standar dari
ukuran yang dihasilkan perhitungan diameter decanter, sebenarnya ada ukuran yang
lebih kecil dari diameter standard yang dipilih. Tetapi ada pertimbangan lain yang
akan dijelaskan selanjutnya. Dari diameter tersebut diperoleh panjang decanter ( L )
sebesar 2,4003 m.
Interface dijaga 1 ft dari bagian bawah dekanter untuk menjaga agar interface
tidak terikut keluar.
h=R−1 ft (20)
h=1,2002 m2
−0,3048 m
h = 0,2953 m
R = 0,6001 m
I=2√R2−h2 (21)
I=2√(0,6001 m)2−(0,2953 m)2
AH=π r2
2−h√ R2−h2−R2 arcssin( h
R ) (22)
AL=π R2−AH (23)
Dari hasil perhitungan diperoleh luas penampang fase bawah sebesar 0,2258 m2
dan luas penampang fase atas sebesar 0,9048 m2.
4.2.5. Cek Coalesence time
Coalesence time adalah waktu yang diperlukan oleh droplet untuk melewati
interface. Coalesence time sangat berpengaruh pada dimensi dekanter. Diasumsikan
tebal interface ( HD ) adalah 10% dari diameter dekanter atau sebesar 0,1200 m.
t c=12
H D . A I
QD (24)
t c=12
0,1200 m .2,5078 m2
0,00043m3
s
tc = 348,5666 s
Sebagai acuan, sebaiknya coalescence time dijaga pada waktu di atas 2. Pada
dekanter ini coalesensce timenya sebesar 348,5666s atau sekitar 5,8094 menit
sehingga dimensi yang digunakan pada dekanter ini sudah terpenuhi dari sisi
coalescence time.
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
4.2.6. Cek Turbulensi
Keadaan fluida di dalam dekanter harus dijaga dalam keadaan tenang tanpa
olakan. Adanya olakan menyebabkan pemisahan tidak berjalan dengan baik. Olakan
dapat disebabkan oleh turbulensi di aliran keluar dekanter. Oleh karena itu perlu dicek
bilangan reynold dari aliran keluar dekanter.
ℜ= ρ. v . Dμ
(25)
Bilangan Reynold ini sangat dipengaruhi oleh diameter dari dekanter sehingga
perlu dipilih diameter dekanter yang sesuai agar turbulensi sesuai dengan kriteria.
Oleh karena itu di awal pemilihan diameter perlu di trial diameter yang sesuai agar
turbulensi nya juga sesuai.
Untuk fase atas :
DL=4. AH
1+2 πr−P
(26)
P=2. R . arccos( hR ) (27)
P=2.0,6000 m. arccos( 0,2953 m0,6001 m )
P = 1,2678 m
DL=4.0,9048 m2
1+2 π .0,6000 m−1,2678 m
DL = 1,0208 m
ℜ=1045,5693
kg
m3.0,0030
ms
.1,0208 m
0,6442 x 0,001 Pa . s
Re = 4.955,4503
Untuk fase bawah :
DH=4. AL
I+P (28)
DH= 4.0,2258 m2
1,0448 m+1,2678 m
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
DH = 0,3906 m
ℜ=1.196,4155
kg
m3.0,0019
ms
.0,3906 m
0,7975 x0,001 Pa. s
Re = 1.120,3068
Tabel 18. Efek turbulensi pada dekanter
Re Efek
< 5.000 Tidak terjadi gangguan
5.000 – 20.000 Adanya sedikit olakan dalam dekanter
20.000 – 50.000 Akan ada olakan yang sangat
mengganggu
> 50.000 Pemisahan tidak berhasil dijalankan
Dari hasil perhitungn diperoleh bilangan reynold untuk outlet fase atas sebesar
4.955,4503 dan untuk outlet fase gas sebesar 1.120,3068 sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadi gangguan di dalam dekanter.
4.2.7. Menghitung Geometri Pipa Umpan
Pipa masuk dekanter harus dirancang dengan baik agar tidak mengganggu
pemisahan di dekanter. Diameter ini dapat ditentukan dari umpan masuk dekanter di
mana:
Q total=QL+QH (29)
Q total = 0,00314 m3/s
D¿=√ 4Qtotal
3,14 v (30)
Kecepatan masuk dekanter dijaga pada kecepatan 2 – 5 ft/s. Pada perancangan
ini diambil 3 ft/s atau 0,9144 m/s. Sehingga diperoleh diameter umpan masuk
dekanter sebesar 0,0661 m. Berdasarkan diameter standar yang ada maka diambil
diameter pipa masuk NPS 2,5 dengan sch no.5 dan ketebalan 3,05 mm dan diameter
dalam sebesar 0,06878 m.
4.2.7. Menghitung Geometri Pipa Keluar
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
4.2.7.1. Pipa Keluar Fase Atas
Luas penampang pipa keluar yang digunakan adalah 10% dari luas penampang
fase atas dalam dekanter ( Hooper, 1957 ).
Dout=√ 4.0,1 . A3,14
(31)
Dout=√ 4.0,1 .0,9048 m2
3,14
Dout = 0,3395 m
Untuk pipa keluar fase atas diperoleh diameter keluar sebesar 0,3395 m. Jika
digunakan diameter ini maka dimungkinkan terjadinya olakan di aliran keluar
dikarenakan ukuran pipa pengeluaran yang terlalu besar. Oleh karena hal itu
diperlukan adanya baffle di bawah lubang pengeluaran sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya olakan di dalam dekanter. Diasumsikan baffle berjarak 4 in
dari lubang pengeluaran. Sehingga ketinggian baffle dari pusak dekanter dapat
dihitung :
h=R−4∈¿ (32)
h = 0,6001 m – 0,1060 m
h = 0,4985 m
Luas area baffle dapat dihitung dengan persamaan :
A=π r2
2−h√r2−h2−r2 arcssin( h
r ) (33)
A=π 0,6001 m2
2−0,6001 m √(0,6001 m)2−(0,4985 m)2−0,6001 m2 arcssin( 0,6001
0,4985 ) A = 0,4985 m2
Gambar 3. Gambar posisi baffle pengeluaran fase atas
Baffle atas
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
Karena baffle yang digunakan adalah baffle dengan opean area at each end,
maka luas keseluruhannya adalah
A baffle = 2 x A
A baffle = 2 x 0,0458 m2
A baffle = 0,0916 m2
Diameter untuk pipa pengeluaran dihitung ulang dengan luasan fase atas
adalah luasan dari baffle, sehingga :
Dout=√ 4.0,1 . A3,14
(34)
Dout=√ 4.0,1 .0,0916 m2
3,14
Dout = 0,08468 m
Diambil diameter standard untuk pipa NPS 3 dengan diameter luar sebesar
0,0889 m Sch 40.
Lebar baffle = 4 x diameter keluar
Lebar baffle = 4 x 0,08468 m
Lebar baffle = 0,33872 m
4.2.7.2. Pipa Keluar Fase Bawah
Luas penampang pipa keluar yang digunakan adalah 10% dari luas penampang
fase bawah dalam dekanter ( Hooper, 1957 ).
Dout=√ 4.0,1 . A3,14
(35)
Dout=√ 4.0,1 .0,2258 m2
3,14
Dout = 0,1696 m
Untuk pipa keluar fase atas diperoleh diameter keluar sebesar 0,1696 m. Jika
digunakan diameter ini maka dimungkinkan terjadinya vortex dan olakan di aliran
keluar dikarenakan ukuran pipa pengeluaran yang terlalu besar. Oleh karena hal itu
diperlukan adanya baffle di bawah lubang pengeluaran sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya olakan di dalam dekanter. Diasumsikan baffle berjarak 2 in
dari lubang pengeluaran. Sehingga ketinggian baffle dari pusak dekanter dapat
dihitung
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
h=R−2∈¿ (36)
h = 0,6001 m – 0,0508 m
h = 0,5493 m
Luas area baffle dapat dihitung dengan persamaan :
A=π r2
2−h√r2−h2−r2 arcssin( h
r ) (37)
A=π 0,6001 m2
2−0,6001 m √(0,6001 m)2−(0,5493 m)2−0,6001 m2 arcssin( 0,6001
0,5493 ) A = 0,0162 m2
Gambar 4. Gambar posisi baffle pengeluaran fase bawah
Karena baffle yang digunakan adalah baffle dengan open area at each end,
maka luas keseluruhannya adalah
A baffle = 2 x A
A baffle = 2 x 0,0162 m2
A baffle = 0,0324 m2
Diameter untuk pipa pengeluaran dihitung ulang dengan luas#an fase atas
adalah luasan dari baffle, sehingga :
Dout=√ 4.0,1 . A3,14
(38)
Dout=√ 4.0,1 .0,0324 m2
3,14
Dout = 0,06878 m
Diambil diameter standard untuk pipa NPS 2,5 dengan diameter luar sebesar
0,0730 m Sch 40.
Lebar baffle = 4 x diameter keluar
Lebar baffle = 4 x 0,06878 m
Lebar baffle = 0,27512 m
Baffle bawah
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
4.3. Mechanical Design
4.3.1. Perhitungan Tekanan Desain (Pi)
Persamaan untuk menghitung tekanan hidrostatis:
Ph idrostatis= ρl g HC (39)
Ph idrostatis=12.746,9283 Pa
Ph idrostatis=0,1258 atm
Persamaan untuk menghitung tekanan operasi:
Poperasi=P reaksi+Ph idrostatis (40)
Poperasi=1atm+0,1258 atm
Poperasi=1,1268 atm
Persamaan untuk menghitung tekanan desain:
Pi=1,2 Poperasi (41)
Pi=1,2(1,1268 atm)
Pi=1 , 3510 atm
4.3.2. Pemilihan Bahan Konstruksi
Bahan konstruksi : Carbon steel
Design stress ( f ) pada temperatur 100 °C : 125 N/mm2
Corrosion allowance : 2 mm
Jenis sambungan : Double-welded butt joint
Joint factor( J ) : 0.85
Penentuan Tebal Minimum Shell
Menurut Britih Standard PD 5500, tebal minimum shell yang berbentuk
silinder adalah:
e=Pi D i
2Jf −P i
+C
(42)
Data-data yang digunakan antara lain:
Pi = 1,3510 atm = 136.886,3140 Pa
Di = 0, m
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
J = 0,85
f = 125 N/mm2 = 1,25 x 108 N/m2
e=(136.886,31
N
m2 )(1,2002 m)
2 (0,85 )(1,25 ×108 Nm2 )−(136.886 .31
Nm2 )
+4mm
e=2,0590 mm
Sehingga tebal standard yang dipilih sudah sesuai yaitu untuk SCH STD sebesar
9,525 mm.
Perancangan Head
Torispherical Head
e=P i Rc C s
2 fJ +Pi(C s−0,2) (43)
Data-data yang digunakan antara lain:
Pi = 136.886,3140 Pa
f = 1,25 x 108 N/m2
J = 0,85#
Untuk menghindari buckling, maka Rk/Rc ≥ 0,06. Diambil sebuah asumsi
bahwa nilai Rk/Rc = 0,06. Crown radius tidak boleh lebih besar daripada diameter
tangki silinder. Diambil sebuah asumsi bahwa nilai crown radius sama dengan
diameter internal tangki silinder.
Rc = Di = 0,9970 m
C s=14
(3+√Rc /Rk) (44)
C s=14
(3+√1/0,06)
C s=1,7706
e=(136.886,31
N
m2 )(1,2001m)(1,7706)
2(1,25×108 Nm2 )(0,85)+(136.886,31
Nm2 )(1,7706−0,2)
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
e=3,3675 mm
e=0,1326∈¿
Diambil tebal standard 0,1875 in.
Perhitungan Tebal Head Bagian Atas
Pi=1,2 Poperasi (41)
Pi=1,2(1atm)
Pi=1,2 atm
Data-data yang digunakan sama dengan perhitungan tebal head bagian
bawah, kecuali untuk tekanan. Tekanan yang digunakan adalah 1,2 atm atau sama
dengan 121590 Pa.
e=(121590
N
m2 )(3,41m)(1,7706)
2(1,50×108 Nm2 )(0,85)+(121590
Nm2 )(1,7706−0,2)
e=2,4661 ×10−3m
e=2,4661 mm
e=0,0971∈¿
Diambil tebal standard 0,1875 in.
Gambar 5 . Skema Head Stripper
OAsf
OD
t ID
ar
b
A
C
B
icr
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
Ringkasan Dekanter
Diameter dalam = 1,2002 m ( NPS 48 Sch STD )
Panjang = 2,4003 m
Pipa masuk = NPS 2,5 Sch 40
Pipa keluar fase atas = NPS 3 Sch 40
Lebar baffle fase atas = 0,33872 m
Pipa keluar fase bawah = NPS 2,5 Sch 40
Lebar baffle fase bawah = 0,27512 m
Tebal shell = 9,525 mm
Tebal head = 0,1875 mm
Daftar simbol
A luas penampang dekanter,m2
AH luas fase bawah, m2
AI luas interface, m2
AL luar fase atas, m2
Cs stress concentration factor
D diameter dekanter, m
DH diameter ekuivalen fase bawah, m
DL diameter ekuivalen fase atas, m
Dout diameter pipa pengeluaran, m
e tebal, mm
F design factor, N/m2
HD tebal interface, m
lebar
Prarancangan Pabrik Monoklorobenzena dari Benzena dan Gas Klorin dengan Kapasitas 45.000 Ton/Tahun
Bernardinus Andrie Luiren (11/313003/TK/37785)Khansa Irsalina Dhau (11/319115/TK/38247)
I lapisan interface, m
J joint factor
Ki koefisien kesetimbangan
L panjang dekanter, m
P tekanan, atm
QC laju alir voumetris fase kontinu, m3/s
QD laju alir voumetris fase terdispersi, m3/s
QH laju alir voumetris fase bawah, m3/s
qi parameter komponen murni
QL laju alir voumetris fase atas, m3/s
R jari – jari dekanter, m
Rc crown radius, m
Re bilangan Reynold
ri parameter komponen murni
Rk knuckle radius, m
tc coalescence time, s
u kecepatan settling droplet, m/s
xi fraksi mol komponen di fase
zi fraksi mol komponen di umpan
γi koefisien aktivitas komponen
Γi koefisien aktivitas grup
μC viskositas fase kontinu, cp
μD viskositas fase terdispersi, cp
ρC densitas fase kontinu, kg/m3
ρD densitas fase terdispersi, kg/m3
ψi =fraksi segmen
ѳi fraksi area