dehidrasi pada jamaah haji
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
1/9
DEPLESI CAIRAN DAN DEHIDRASI PADA
JAMAAH HAJI
Agus Widiyatmoko
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan umat Islam sesuai dengan rukun
Islam yang kelima. Ritual ibadah haji dilaksanakan di tanah suci Mekkah dan diikuti
dengan kegiatan ziarah ke Madinah. Secara factual di masyarakat, kegiatan ritual
ibadah haji sudah dilakukan sejak dari tanah air baik berupa manasik maupun
persiapan keberangkatan yang cukup memakan tenaga dan biaya.
Cuaca dan iklim di Arab Saudi tentu berbeda dengan Indonesia. Untuk itulah
seringkali kita menghadapi berbagai kendala dan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan iklim ini. Selain itu, ritual ibadah haji juga menyebabkan jamaah
haji harus banyak melakukan kegiatan fisik. Kedua factor ini dapat memicu
terjadinya dehidrasi pada jamaah haji.
Dehidrasi ini semakin menjadi masalah kesehatan yang berat karena banyaknya
jamaah haji yang berusia lanjut. Usia lanjut ini menjadi salah satu resiko tinggi bagi
jamaah haji kita. Selain berusia lanjut mereka juga memiliki factor resiko yang
lainnya seperti hipertensi, gagal jantung dan diabetes mellitus. Faktor resiko yang
multiple ini menyebabkan dehidrasi semakin sulit ditangani.
Dalam berbagai gangguan klinis, kehilangan cairan mengurangi volume cairan
ekstraselular, berpotensi mengorbankan perfusi jaringan. Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat untuk mengembalikan euvolemia bisa menyelamatkan
nyawa.
Deplesi cairan terjadi ketika cairan yang mengandung natrium hilang lewat urin,
saluran pencernaan atau kulit, atau perpindahan ke "ruang ketiga" internal yang
menyebabkan volume intravaskular berkurang.
Ketika terjadi kehilangan cairan, dua faktor berfungsi untuk melindungi terjadinyahipovolemia:
Asupan Natrium dan air umumnya jauh di atas kebutuhan basal.
Ginjal meminimalkan kehilangan cairan dengan meningkatkan reabsorpsi
natrium dan air.
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
2/9
ETIOLOGI
Deplesi cairan terjadi akibat kehilangan natrium dan air dari sistem anatomi berikut:
Kehilangan cairan lewat traktus Gastrointestinal, termasuk muntah, diare,pendarahan, dan drainase eksternal
Kehilangan cairan lewat ginjal, termasuk efek obat diuretik, diuresis osmotik,
pembuangan natrium lewat nephropathi, dan hypoaldosteronism
Kehilangan cairan lewat kulit, termasuk keringat, luka bakar, dan kondisi
dermatologis lainnya
Perpindahan cairan ke ruang ketiga, termasuk obstruksi usus, cedera
tabrakan, patah tulang, dan pankreatitis akut
Kehilangan cairan lewat Gastrointestinal - Setiap hari, kira-kira 3 sampai 6 liter
cairan yang dikeluarkan oleh lambung, pankreas, kandung empedu, dan usus ke
dalam lumen saluran pencernaan. Hampir semua cairan yang dilepaskan diserap,
sehingga hanya 100 sampai 200 mL hilang dalam feses. Namun, penurunan volume
mungkin terjadi jika cairan yang dikeluarkan tidak dapat diserap (seperti adanya
drainase eksternal dan muntah) atau jika sekresi melebihi kapasitas reabsorpsi,
baik disebabkan karena peningkatan sekresi atau reabsorpsi berkurang. Perdarahan
akut dari setiap organ di saluran pencernaan merupakan penyebab umum dari
penurunan volume. Jamaah haji sering menghadapi masalah pola makan dan
menyebabkan terjadinya diare atau gejala mual dan muntah yang dapat memicu
terjadinya deplesi cairan.
Kehilangan cairan lewat ginjal - Dalam kondisi normal, ekskresi natrium dan air
oleh ginjal disesuaikan dengan asupan. Pada orang dewasa normal, sekitar 130-180
liter disaring oleh kapiler glomerular setiap hari. Lebih dari 98 - 99 % cairan diserap
kembali oleh tubulus, sehingga output urin rata-rata 1 sampai 2 L / hari. Dengan
demikian, pengurangan kecil reabsorpsi di tubular (1 - 2 %) dapat menyebabkan
peningkatan 2 4 liter ekskresi natrium dan air, yang jika tidak diganti, bisa
mengakibatkan penurunan volume cairan tubuh yang banyak. Salah satu factor
resiko yang diderita jamaah haji adalah diabetes dan hipertensi, dimana keduanya
dapat menyebabkan terjadinya gangguan reabsorbsi di tubulus.
Kehilangan cairan lewat kulit - Meskipun produksi keringat rendah di negara
beriklim basah seperti Indonesia, namun hal ini bisa berbeda jika subjek
berolahraga di iklim yang panas dan kering. Kehilangan cairan bisa melebihi 1 - 2
L / jam [1]. Saat ini jamaah haji menjalani ritual ibadah haji pada suasana iklim yang
panas dan berada di daerah gurun pasir, sehingga bisa memicu banyaknya
kehilangan cairan tubuh.
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
3/9
Kulit juga bertindak sebagai penghalang yang mencegah hilangnya cairan
interstisial dengan lingkungan eksternal. Ketika penghalang ini terganggu oleh luka
bakar atau lesi kulit eksudatif, volume besar cairan bisa hilang.
Perpindahan cairan ke ruang ketiga - Deplesi cairan dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan interstisial dan intravaskuler ke ruang-ketiga yang dalam kondisitidak seimbang dengan cairan ekstraselular. Sebagai contoh, seorang pasien
dengan trauma pinggul retak mungkin kehilangan 1500-2000 mL darah ke dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur. Meskipun cairan ini akan diserap kembali
ke dalam cairan ekstraselular dalam beberapa hari sampai beberapa minggu,
pengurangan akut pada volume darah, jika tidak diganti, dapat menyebabkan
deplesi cairan yang parah. Contoh lain dari perpindahan cairan ke ruang ketiga
termasuk obstruksi usus, pankreatitis akut yang berat, perdarahan (seperti trauma
atau aneurisma aorta abdomen yang pecah), peritonitis, dan obstruksi dari sistem
vena besar.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien hypovolemic dapat datang dengan berbagai gejala, temuan pemeriksaan
fisik, dan kelainan laboratorium. Gejala yang muncul terkait dengan penurunan
volume cairan itu sendiri, seperti kelelahan dan dizziness postural, atau penyebab
yang mendasari penurunan volume cairan, seperti muntah, diare, atau poliuria.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan turgor kulit menurun, rendahnya tekanan
darah arteri atau hipotensi postural, dan tekanan vena jugularis berkurang. Pasien
dengan hipovolemia dapat mengalami berbagai kelainan laboratorium, termasuk
peningkatan kreatinin serum dan basal urea nitrogen (BUN), hipernatremia atauhiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia, dan alkalosis metabolik atau asidosis
metabolic(2).
Gejala - Tiga manifestasi gejala klinik dapat terjadi pada pasien hipovolemik(2):
Karena penurunan volume cairan
Terkait dengan penyebab kehilangan cairan tersebut
Karena gangguan elektrolit dan asam-basa yang dapat menyertai penurunan
volume cairan tubuh
Gejala yang berhubungan dengan penurunan volume cairan - Gejala yang
disebabkan oleh hipovolemia terutama terkait dengan perfusi jaringan yang
menurun. Keluhan awal termasuk kelelahan, berdebar, haus, kram otot, dan
dizziness postural. Kehilangan cairan lebih parah dapat menyebabkan nyeri perut,
nyeri dada, atau letargi dan gangguan kejiwaan karena adanya iskemia pembuluh
vaskular mesenterika, koroner, atau otak. Gejala ini biasanya reversibel, walaupun
nekrosis jaringan dapat terjadi jika kondisi kekurangan cairan berlanjut.
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
4/9
Volume atau frekuensi urin biasanya menurun. Volume urin yang rendah (oliguria)
sering ditemukan pada pasien hipovolemik akibat kombinasi aviditas natrium dan
air.
Gejala hipovolemia paling sering terjadi pada pasien dengan deplesi natrium
isoosmotik dan air yang sebagian besar berasal dari cairan ekstraselular. Hal inikontras dengan kehilangan air murni karena insensible water losses atau diabetes
insipidus, di mana tingginya osmolalitas plasma (dan konsentrasi natrium)
menyebabkan air bergerak dari sel ke dalam cairan ekstraselular. Hasil dari
kehilangan air murni karena insensible water losses atau diabetes insipidus adalah
bahwa sekitar dua-pertiga dari air yang hilang berasal dari cairan intraselular, suatu
kondisi yang disebut "dehidrasi" daripada "hipovolemia". Pasien dengan kehilangan
air murni menunjukkan gejala hipernatremia (diproduksi oleh defisit air).
Gejala yang berhubungan dengan penyebab kehilangan cairan - Pasien
dengan hipovolemia akan sering mengalami gejala yang berkaitan dengan
penyebab kehilangan cairan. Gejala-gejala ini mungkin termasuk muntah, diare,poliuria, luka bakar yang parah, atau, dalam kasus perpindahan cairan ke ruang
ketiga, terkait dengan etiologi yang mendasarinya.
Gejala yang berhubungan dengan kelainan elektrolit - Berbagai gangguan
elektrolit dan asam-basa juga dapat terjadi pada pasien hipovolemik, tergantung
pada komposisi cairan yang hilang. Gejala-gejala yang lebih serius dan kelainan
yang terkait meliputi (2):
Kelemahan otot akibat hipokalemia atau hiperkalemia Poliuria dan polidipsia karena hipokalemia berat
Tachypnea karena asidosis
Gangguan Neuromuskular seperti lekas marah dan kebingungan karena
alkalosis metabolik
Letargi, kebingungan, kejang, dan koma karena hiponatremia atau
hipernatremia
Pemeriksaan fisik - Meskipun relatif tidak sensitif dan tidak spesifik [4], temuan
tertentu pada pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan adanya penurunan volume
cairan. Penurunan volume interstisial dapat dideteksi dengan pemeriksaan pada
kulit dan selaput lendir, sementara penurunan volume plasma dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah sistemik dan tekanan vena jugularis.
Kelainan Laboratorium - Pasien dapat memiliki berbagai hasil abnormal dari tes
laboratorium rutin yang dilakukan. Selain menunjukkan adanya penurunan volume,
perubahan ini dapat memberikan petunjuk penting untuk etiologi.
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
5/9
Volume urin rendah - Seperti disebutkan di atas, volume urin biasanya rendah
(oliguria) pada pasien hipovolemik akibat kombinasi aviditas natrium dan air.
Elevasi kadar BUN dan konsentrasi kreatinin serum - Dalam sebagian besar
keadaan deplesi cairan, BUN dan konsentrasi kreatinin serum berbanding terbalik
dengan laju filtrasi glomerulus (GFR), dimana BUN dan kreatinin meningkat seiringturunnya nilai GFR. Pengukuran serial BUN dan kreatinin dapat digunakan untuk
menilai perjalanan penyakit ginjal. Namun, tingginya nilai BUN dapat juga
disebabkan oleh peningkatan laju produksi urea atau reabsorpsi tubular.
Peningkatan konsentrasi kreatinin serum lebih baik untuk digunakan sebagai
petunjuk karena diproduksi relatif konstan oleh otot rangka dan tidak diserap
kembali oleh tubulus ginjal.
Dalam kondisi normal rasio kreatinin BUN / serum adalah kurang dari 10:1. Namun,
nilai ini dapat secara substansial meningkat apabila terjadi kondisi hipovolemik.
Peningkatan ini terkait reabsorpsi urea[8]. Secara umum, sekitar 40 sampai 50
persen urea disaring dan diserap di tubulus proksimal, di mana hal ini dipengaruhioleh reabsorpsi natrium dan air. Dengan demikian, peningkatan reabsorpsi natrium
proksimal dalam kondisi dehidrasi menghasilkan peningkatan reabsorpsi urea.
Efeknya adalah penurunan ekskresi urea dan peningkatan kadar BUN dan rasio
BUN / kreatinin serum. Rasio BUN/ kreatinin serum sering lebih besar dari 20:1.
Kenaikan selektif kadar BUN ini disebut azotemia prerenal. Konsentrasi kreatinin
serum akan meningkat jika tingkat hipovolemia cukup parah untuk menurunkan
GFR.
Hipernatremia dan hiponatremia - Berbagai faktor dapat mempengaruhi
konsentrasi natrium serum dalam kondisi hipovolemik. Hilangnya cairan primer,
seperti dalam insensible water losses atau diabetes insipidus, menghasilkanhipernatremia. Di sisi lain, garam dan air yang hilang menyebabkan hiponatremia.
Deplesi cairan merangsang pelepasan hormon antidiuretik (ADH), yang akan
cenderung menyebabkan retensi air.
Hipokalemia dan hiperkalemia - Baik hipokalemia atau hiperkalemia dapat
terjadi pada pasien yang hipovolemik. Hiipokalemi adalah jauh lebih sering
ditemukan akibat kehilangan kalium dari saluran pencernaan atau dalam urin.
Namun, adanya ketidakmampuan ekskresi kalium dalam urin karena kegagalan
ginjal, hypoaldosteronism, atau penurunan volume cairan itu sendiri.
Alkalosis metabolik dan asidosis - Pengaruh kehilangan cairan padakeseimbangan asam-basa juga bervariabel. Meskipun pada kondisi deplesi cairan
tubuh mempertahankan pH ekstraselular tetap normal, namun alkalosis metabolik
atau asidosis metabolik dapat terjadi. Pasien dengan keluhan muntah atau
diberikan diuretik cenderung untuk terjadi alkalosis metabolik karena kehilangan
ion hidrogen dan kontraksi volume cairan. Di sisi lain, kehilangan bikarbonat (akibat
diare atau fistula usus) dapat menyebabkan asidosis metabolik. Selain itu, asidosis
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
6/9
laktat dapat terjadi pada kondisi shock dan ketoasidosis diabetes mellitus.
Hematokrit dan konsentrasi albumin serum - Karena eritrosit dan albumin
pada dasarnya terbatas pada pembuluh darah, penurunan volume plasma akibat
penurunan volume cairan cenderung mengakibatkan peningkatan hematokrit
(misalnya, polisitemia relatif) dan konsentrasi albumin serum. Namun, perubahanini sering tidak terjadi karena didasari adanya kondisi hipoalbuminemia dan / atau
anemia, , misalnya karena perdarahan.
Manifestasi syok - Jika tingkat hipovolemia menjadi lebih parah, karena
disebabkan hilangnya 30 persen volume cairan tubuh, ditandai dengan perfusi
jaringan yang menurun, mengakibatkan sindrom klinis disebut sebagai hipovolemik
syok [3,4]. Sindrom ini dikaitkan dengan peningkatan aktivitas simpatik yang ditandai
dengan adanya takikardia, akral dingin dan berkeringat, sianosis, output urin
rendah (biasanya kurang dari 15 mL / jam), dan kadang ditemukan adanya agitasi
dan delirium karena aliran darah otak berkurang.
Manifestasi pada orang tua - Seperti pada orang yang lebih muda, kehilangan
cairan yang berlebihan pada orang tua sering memberikan tanda-tanda dan gejala
nonspesifik. Yang paling khusus untuk hipovolemia adalah penurunan berat badan
akut, namun memperoleh data berat badan yang akurat dari waktu ke waktu
mungkin sulit pada orang tua. Berat badan sangat penting untuk mengidentifikasi
deplesi cairan karena pada orang tua memiliki proporsi lemak yang lebih besar dari
massa otot. Individu yang lebih tua memiliki jumlah cairan tubuh yang lebih rendah
(relatif terhadap berat badan) dan oleh karena itu, untuk kehilangan cairan, akan
menyebabkan penurunan yang lebih besar pada volume cairan ekstraselular.
Hipotensi postural jarang pada pasien usia lanjut akibat dari disfungsi simpatik dan
kondisi fisik yang buruk. Selain itu, lidah dan mulut kering, kelemahan otot,kebingungan, kesulitan berbicara, dan mata cekung dapat terjadi pada orang tua
karena berbagai penyebab selain penurunan volume [5]. Orang tua sangat rentan
terhadap hipernatremia karena gangguan mekanisme haus dan ketidakmampuan
untuk meningkatkan asupan air karena gangguan kemampuan menelan dan
imobilisasi.
DIAGNOSA
Dalam hampir semua kasus, diagnosis klinis hipovolemia berdasarkan manifestasikarakteristik yang disebutkan di atas dan dikonfirmasi oleh konsentrasi natrium
urine yang rendah.
Anamnesis yang akurat dan pemeriksaan fisik yang baik tidak hanya memberikan
bukti untuk penurunan volume cairan tetapi juga dapat membantu menentukan
etiologinya. Pada orang tua, anamnesis tidak dapat mengidentifikasi penyebab
hipovolemia. Hal ini disebabkan karena adanya gejala kebingungan atau masalah
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
7/9
kognitif. Masalah tambahan adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi
hipovolemia relatif pada pasien dengan edema atau gagal ginjal.
Konsentrasi natrium urine- Konsentrasi natrium urine yang rendah (atau
konsentrasi klorida urin yang rendah pada pasien yang memiliki alkalosis
metabolik) sangat sugestif adanya perfusi jaringan yang berkurang. Namun, adanyanatrium urin yang rendah tidak selalu berarti bahwa pasien memiliki penurunan
volume cairan, karena pada kondisi gagal jantung, sirosis dengan ascites, dan
sindrom nefrotik juga terjadi penurunan konsentrasi natrium urin.
Eksresi natrium - Sebuah alternatif untuk pengukuran konsentrasi natrium urin
adalah dengan mengukur fraksi eksresi natrium (FEnA). FEnA dapat langsung
mengevaluasi hilangnya natrium dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume
urin. FEnA berguna dalam diagnosis diferensial dari gagal ginjal akut oliguri dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada kondisi hipovolemik nilai FEnA
biasanya di bawah 1 persen dan di atas 1 persen ketika oliguria disebabkan karena
nekrosis tubulus akut[6,7]
.
Osmolalitas urin Pada kondisi hipovolemik, osmolalitas urin seringkali melebihi
450 mOsmol / kg [6,8]. Osmolalitas urin yang tinggi konsisten dengan kondisi
hipovolemia, tetapi nilai osmolalitas yang relatif isoosmotik tidak
mengesampingkan gangguan deplesi cairan [8]. Konsentrasi kemih juga dapat dinilai
dengan mengukur berat jenis. Hasilnya kurang dapat diandalkan dibandingkan
dengan osmolalitas urine karena berat jenis ditentukan oleh massa jumlah partikel
zat terlarut dalam urin. Nilai BJ urin di atas 1.015 sugestif, tetapi bukan diagnostik,
kondisi hipovolemia.
Urinalisis - Pemeriksaan urin adalah alat diagnostik yang penting pada pasiendengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma. Urinalisis umumnya normal pada
kondisi hipovolemik dengan fungsi ginjal yang masih normal. Hal ini berbeda jika
ditemukan adanya penyebab kelainan ginjal sebelumnya di mana pada
pemeriksaan urine didapatkan protein, sel, dan / atau kristal.
Tekanan vena sentral - Ini adalah tekanan diastolik ventrikel kiri (Left Ventricle
End Diastolic Pressure), dan bukan tekanan atrium kanan, yang merupakan penentu
output ventrikel kiri yang bersama-sama dengan resistensi vaskular, menentukan
perfusi jaringan. Meskipun perkiraan tekanan vena sentral dapat membantu
menentukan status volume pasien, tekanan vena sentral tidak memadai untuk
memprediksi apakah cairan intravena akan meningkatkan stroke volume danindeks jantung [9].
RINGKASAN
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
8/9
Dalam berbagai gangguan klinis, kehilangan cairan akan menyebabkan volume
cairan ekstraselular berkurang dan berpotensi perfusi jaringan ikut berkurang.
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mengembalikan euvolemia bisa
menyelamatkan nyawa.
Pasien yang mengalami kondisi hipovolemik dapat ditemukan dengan berbagaigejala, baik temuan pemeriksaan fisik, dan kelainan laboratorium. Gejala yang
timbul terkait dengan penurunan volume itu sendiri, seperti letargi dan dizzines
postural, atau penyebab yang mendasari penurunan volume, seperti muntah, diare,
atau poliuria. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan turgor kulit menurun,
rendahnya tekanan darah arteri atau hipotensi postural, dan tekanan vena jugularis
berkurang. Pasien dengan hipovolemia dapat ditemukan berbagai kelainan
laboratorium, termasuk kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN),
hipernatremia atau hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia, dan alkalosis
metabolik atau asidosis metabolik.
Kondisi hipovolemia menjadi lebih parah, yang ditandai dengan perfusi jaringanyang menurun, mengakibatkan sindrom klinis disebut sebagai syok hipovolemik.
Sindrom ini dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan pada aktivitas simpatik
dan ditandai dengan takikardia, akral dingin, sianosis, output urin rendah, dan
gangguan psikiatrik agitasi dan kebingungan karena berkurangnya aliran darah
otak. Pada jamaah haji sering ditemukan adanya gangguan psikiatri yang dipicu
oleh kondisi hipovolemia.
Tidak seperti pada orang yang lebih muda, kehilangan cairan yang berlebihan pada
orang tua sering memberikan tanda-tanda dan gejala nonspesifik. Yang paling
khusus untuk hipovolemia adalah penurunan berat badan akut.
Konsentrasi natrium urin rendah sangat sugestif adanya perfusi jaringan yang
berkurang.
Daftar Pustaka
1. Better OS. Impaired fluid and electrolyte balance in hot climates. Kidney Int 1987; 32:S97.2. Stern EH, Emmet M, Forman JP. Etiology, clinical manifestations, and diagnosis of volume
depletion in adults. UpToDate 21.1. 20133. Weil MH, von Planta M, Rackow EC. Acute circulatory failure (shock). In: Heart Disease. A
Textbook of Cardiovascular Medicine, Braunwald E (Ed), Saunders, Philadelphia 1988.4. Baskett, PJF. ABC of major trauma. Management of hypovolaemic shock. Br Med J 1990;
300:14535. Cohn, JN. Blood pressure measurement in shock: Mechanism of inaccuracy in auscultatory
and palpatory methods. J Am Med Assoc 1967; 199:1186. Miller TR, Anderson RJ, Linas SL, et al. Urinary diagnostic indices in acute renal failure: a
prospective study. Ann Intern Med 1978; 89:477. Espinel CH, Gregory AW. Differential diagnosis of acute renal failure. Clin Nephrol 1980;
13:738. Rose BD. Pathophysiology of Renal Disease, 2d ed, McGraw-Hill, New York City 1987. p.829. Marik PE, Baram M, Vahid B. Does central venous pressure predict fluid responsiveness? A
-
7/29/2019 Dehidrasi Pada Jamaah Haji
9/9
systematic review of the literature and the tale of seven mares. Chest 2008; 134:172..