definisi, asumsi, teorema geometris

7
1 BAB I Definisi, Asumsi, dan Teorema Geometris Sebelum kita memasuki definisi, asumsi dan teorema – teorema dalam geometri, terlebih dahulu kita perlu mengetahui pengertian masing – masing : Definisi : rumusan tentang ruang lingkup dan ciri – ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan. Postulat : Asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap kebenarannya tanpa perlu pembuktian. Aksioma : Pernyataan pertama yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. Teorema : pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu kejadian (dapat dibuktikan). A. Definisi – Definisi Pada Peristilahan Geometri DEFINISI 1.1 : Ruas garis AB adalah himpunan titik-titik dari garis yang memuat titik A dan B dan semua titik diantara titik A dan titik B. DEFINISI 1.2 : Sinar adalah himpunan titik-titik yang merupakan gabungan dari titik pangkal sinar garis dan semua titik pada sisi yang sama terhadap titik pangkalnya. DEFINISI 1.3 : Sinar-sinar yang berlawanan adalah dia sinar berlainan pada garis yang sama dan mempunyai titik pangkal yang sama dan mempunyai titik pangkal yang sama.

Upload: hesti-a-priejanto

Post on 18-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

diktat kuliah

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I Definisi, Asumsi, dan Teorema Geometris

    Sebelum kita memasuki definisi, asumsi dan teorema teorema dalam

    geometri, terlebih dahulu kita perlu mengetahui pengertian masing masing :

    Definisi : rumusan tentang ruang lingkup dan ciri ciri suatu

    konsep yang menjadi pokok pembicaraan.

    Postulat : Asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap

    kebenarannya tanpa perlu pembuktian.

    Aksioma : Pernyataan pertama yang dapat diterima sebagai

    kebenaran tanpa pembuktian.

    Teorema : pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan

    mengenai suatu kejadian (dapat dibuktikan).

    A. Definisi Definisi Pada Peristilahan Geometri

    DEFINISI 1.1 : Ruas garis AB adalah himpunan titik-titik dari garis yang

    memuat titik A dan B dan semua titik diantara titik A dan titik B.

    DEFINISI 1.2 : Sinar adalah himpunan titik-titik yang merupakan gabungan dari

    titik pangkal sinar garis dan semua titik pada sisi yang sama terhadap titik

    pangkalnya.

    DEFINISI 1.3 : Sinar-sinar yang berlawanan adalah dia sinar berlainan pada garis

    yang sama dan mempunyai titik pangkal yang sama dan mempunyai titik

    pangkal yang sama.

  • Geometri

    Created by http:\\yasin-uij.blogspot.com 2007

    2222

    DEFINISI 1.4 : Sudut adalah himpunan titik - titik yang merupakan gabungan

    dua sinar dan kedua titik pangkalnya berserikat.

    DEFINISI 1.5 : Titik tengah dari ruas garis adalah suatu titik pada ruas garis itu

    sedemikian hingga membantuk dua garis yang sama ukurannya.

    DEFINISI 1.6 : Garis bagi (bisektor0 dari ruas garis adalah garis yang memotong

    ruas garis pada titik tengahnya.

    DEFINISI 1.7 : Sudut siku siku adalah sudut dari 90o.

    DEFINISI 1.8 : Sudut lurus adalah suatu sudut dari 180o.

    DEFINISI 1.9 : Sudut lancip adalah suatu sudut yang ukurannya lebih besar dari

    0o dan lebih kecil dari 90o.

    DEFINISI 1.10 : Sudut tumpul adalah suatu sudut yang ukurannya lebih besar 90o

    dan lebih kecil 180o.

    DEFINISI 1.11 : Dua sudut saling berkomplemen adalah dua sudut yang jumlah

    ukurannya 90o.

    DEFINISI 1.12 : Dua sudut saling bersuplemen adalah sua sudut yang jumlah

    ukurannya 180o.

    DEFINISI 1.13 : Dua garis saling tegak lurus adalah sua garis yang saling

    berpotongan dan membentuk sudut siku-siku.

    DEFINISI 1.14 : Garis bagi suatu sudut adalh suatu sinar sedemikian hingga titik

    pangkalnya titik sudut itu dan membentuk dua sudut yang sama ukurannya

    dengan kaki kaki sudut itu.

  • Geometri

    Created by http:\\yasin-uij.blogspot.com 2007

    3333

    B. Asumsi Asumsi Dan Penggunaannya Dalam Pembuktian

    POTULAT 1.1 : Sebuah garis dapat diperpanjang sejauh-jauhnya dari kedua

    ujungnya.

    POTULAT 1.2 : Untuk setiap dua titik pada garis, ada titik ketiga yang terletak

    diantaranya.

    POTULAT 1.3 : Ada korespondensi 1-1 antara titik-titik pada garis dengan

    bilangan-bilangan real.

    POTULAT 1.4 : Ada satu dan hanya satu garis yang melalui dua titik.

    POTULAT 1.5 : Jika a = b dan c = d , maka a + c = b + d.

    POTULAT 1.6 : Jika a = b dan c = d , maka a c = b d.

    POTULAT 1.7 : Jika a = b dan c = d , maka a . c = b . d.

    POTULAT 1.8 : Jika a = b dan c = d , maka a / c = b / d.

    POTULAT 1.9 : a = a , sifat refleksif.

    POTULAT 1.10 : Jika a = b , maka b = a; sifat simetri.

    POTULAT 1.11 : Jika a = b dan b = c , maka a = c .

    DEFINISI 1.15 : Ruas ruas garis yang kongruen adalah ruas ruas garis yang

    mempunyai ukuran sama (tidak harus segaris).

    DEFINISI 1.16 : Sudut sudut yang kongruen adalah sudut-sudut yang

    mempunyai ukuran sama.

    Notasi kongruensi adalah . perlu diingat bahwa jika u AB = u CD, maka AB

    CD. Tetapi jika AB CD, belum tentu u AB = u CD.

    DEFINISI 1.17 : Jumlah dari dua ruas garis AB dan BC adalah AC jika dan

    hanya jika B diantara A dan C; dapat dilambangkan AB + BC = AC.

  • Geometri

    Created by http:\\yasin-uij.blogspot.com 2007

    4444

    DEFINISI 1.18 : AC terletak diantara ruas garis AB dan BC yang berlainan jika

    dan hanya jika C diantara A dan B; dilambangkan : AB BC = AC.

    C. Teorema Teorema Sederhana

    POSTULAT 1.12 :

    Pernyataan kondisional : jika P, maka Q;

    Dan menyatakan kebenaran P : diketahui P (antasenden);

    Berakibat benarnya Q : jadi Q (konsekuen).

    TEOREMA 1.1 : Jika dua sudut adalah siku-siku, maka keduanya kongruen.

    Cara pembuktian :

    Diketahui : A sudut siku-siku

    B sudut siku-siku

    A B Buktikan : A B

    Bukti :

    Pernyataan Alasan

    1. A siku siku

    2. u A = 90o

    3. B siku siku

    4. u B = 90o

    5. u A = u B

    6. A B

    1. Diketahui.

    2. def. Sudut siku-siku

    3. diketahui

    4. sama No. 2

    5. sifat transitif dari kesamaan.

    6. definisi kongruensi

  • Geometri

    Created by http:\\yasin-uij.blogspot.com 2007

    5555

    TEOREMA 1.2 : jika dua sudut adalah sudut lurus, maka keduanya kongruen.

    (bukti seperti teorema 1.)

    DEFINISI 1.19 : sinar PB terletak diantara dua sinar PA dan PC berarti bahwa,

    uAPB + uBPC = uAPC.(ukuran jumlah sebarang sudut harus 180o)

    A

    B

    40o

    P 30o C

    DEFINISI 1.20 : Jumlah dari dua sudut ABC dan DBC, adalah ABD jika

    dan hanya jika BC diantara BA dan BD; dapat dilambangkan : ABC +

    DBC = ABD.

    DEFINISI 1.21 : CDB terletak diantara dua sudut , ABD dan ABC jika dan

    hanya jika BC diantara BA dan BD; dapat dilambangkan ABD - ABC

    = DBC .

    TEOREMA 1.3 : Jika dua sudut saling bersuplemen (berpelurus) pda sudut yang

    sama , maka keduanya kongruen.

    Pembuktian :

    Diketahu : B suplemen pada A

    B A C suplemen pada A

    Buktikan : B C.

    C

  • Geometri

    Created by http:\\yasin-uij.blogspot.com 2007

    6666

    Bukti :

    Pernyataan Alasan

    1. B suplemen dari A.

    2. uB + uA.= 180o

    3. uB .= 180o uA

    4. C suplemen dari A.

    5. uC + uA.= 180o

    6. uC .= 180o uA

    7. uB = uC

    8. B uC

    1. diketahui

    2. def. Dua sudut yang

    bersuplemen.

    3. postulat pengurangan dari

    kesamaan.

    4. diketahui

    5. sama No. 2

    6. sama No. 3

    7. sifat transitif

    8. def.kongruensi sudut

    TEOREMA 1.4 : jika dua sudut saling berkomplemen pada sudut yang sama,

    maka kedua sudut itu kongruen. (bukti seperti teorema 3)

    TEOREMA 1.5 : jika dua sudut saling bersuplemen terhadap dua sudut yang

    kongruen, maka dua sudut itu kongruen.

    Diketahui : ABD bersuplemen terhadap 1 EFG bersuplemen terhadap 2 1 2 Buktikan : ABD EFG (sebagai Latihan)

    D 1 A B C H 2 E F G

  • Geometri

    Created by http:\\yasin-uij.blogspot.com 2007

    7777

    TEOREMA 1.6 : Jika dua sudut berkomplemen terhadap dua sudut yang

    kongruen, maka keduanya kongruen. (bukti sebagai latihan)

    DEFINISI 1.22 : dua sudut bertolak belakang adalah dua sudut sedemikian

    hingga kaki-kaki dari sudut itu yang satu merupakan sinar yang

    berlawanan dengan kaki-kaki sudut yang lain.

    TEOREMA 1.7 : Jika dua sudut saling bertolak belakang, maka keduanya

    kongruen. (bukti sebagai latihan)

    TEOREMA 1.8a : Jika dua ruas garis kongruen dengan dua ruas garis yang

    kongruen, maka keduanya kongruen. (bukti sebagai latihan)

    TEOREMA 1.8b : jika dua sudut kongruen dengan dua sudut yang kongruen,

    maka kedua sudut itu kongruen. (bukti sebagai latihan)