definisi

7
1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir, yang dapat menurunkan O2 (oksigen) dan makin meningkatkan CO2 (Karbondioksida) sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya dan menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. 2. Epidemiologi Salah satu penyebab kematian pada masa Perinatal adalah Asfiksia Neonatorum. Berdasarkan data WHO (World Health Organization), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir satu juta bayi ini meninggal sedangkan survei WHO tahun 2002 dan 2004, kematian bayi baru lahir disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum sebesar (27%).Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007 - 2008). Sedangkan target MDGS 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23/1.000 kelahiran hidup. dari seluruh kematian bayi, sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal ( usia di bawah 1 bulan), setiap 5 menit terdapat 1 neonatal yang meninggal dan penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah BBLR sebanyak 29%, Asfiksia Neonatorum sebanyak 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital 3. Etiologi Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran kemudian di usul dengan pernafasan teratur. Bila di dapati adanya gangguan pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan berakibat asfiksia janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan dan saat lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan persalinan memegang peranan penting untuk keselamatan bayi.

Upload: fa-anthony

Post on 14-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ioyjhjhk

TRANSCRIPT

1. DefinisiAsfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir, yang dapat menurunkan O2 (oksigen) dan makin meningkatkan CO2 (Karbondioksida) sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya dan menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. 2. EpidemiologiSalah satu penyebab kematian pada masa Perinatal adalah Asfiksia Neonatorum. Berdasarkan data WHO (World Health Organization), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir satu juta bayi ini meninggal sedangkan survei WHO tahun 2002 dan 2004, kematian bayi baru lahir disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum sebesar (27%).Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007 - 2008). Sedangkan target MDGS 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23/1.000 kelahiran hidup. dari seluruh kematian bayi, sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal ( usia di bawah 1 bulan), setiap 5 menit terdapat 1 neonatal yang meninggal dan penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah BBLR sebanyak 29%, Asfiksia Neonatorum sebanyak 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital3. EtiologiPengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran kemudian di usul dengan pernafasan teratur. Bila di dapati adanya gangguan pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan berakibat asfiksia janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan dan saat lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan persalinan memegang peranan penting untuk keselamatan bayi.Gomella (2009) yang dikutip dari AHA dan American Academy of Pediatrics (AAP) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi uang terdiri dari :a. Faktor Ibu1) Hipoksia Ibu: Hal ini berakibat pada hipoksia janin. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventikasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi lain2) Gangguan aliran darah uterus: berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janinb. Faktor PlasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia akan terjadi bila terdaoat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan janin

c. Faktor JaninKomprensi umbilicus dan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pebuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusata melintir leher dan lain-laind. Faktor NeonatusDepresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu:1) Pemakaian obat anastesi dan analgesia yang berlebihan2) Trauma persalinan3) Kelainan kogenital bayi seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan , hipoplasia paru dan lain-lain

4. PatofisiologiGangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat. a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.b. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi. c. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama. d. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea terminal. e. Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal.

Proses kelahiran selalu menimbukan asfiksia ringan yang bersifat sementara, proses ini dianggap perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi Primary Gasping yang kemudian berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan pernafasan mengakibatkan gangguan pertukaran oksigen dan kabondioksida sehingga menimbulkan berkurangnya oksigen dan meningkatnya karbondioksida, diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolism sel akan berlangsung dalam suasana metabolic yang berupa glikolisis gilkogen sehingga sumber utama glikogen terutama pada jantung dan hati akan berkurang dan asam organic yang terjadi akan menyebabkan asidosis metabolic. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan beberapa keadaan diantaranya;a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung akan memepengaruhi fungsi jantungb. Terjadinya Asidosi metabolic mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantungc. Pengisisan udara alveolus yang kurang adkuat menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan system sirkulasi tubuh lain mengalami gangguanSehubungan dengan proses faal tersebut maka fase awa asfiksia ditandai dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit ( Periode hiperpneu) diikuti dengan apneu primer kira-kira satu menit dimana pada saat ini denyut jantung dan tekanan darah menurun. Kemudian bayi akan mulai bernafas )Gasping) 8-10 x/menit selama beberapa menit , gasping ini semakin melemah sehingga akhirnya timbul apneu sekunder. Pada keadaan normal fase-fase ini tidak jelas terlihat karena setelah pembersihan jalan nafas bayi maka bayi akan segera bernafas dan menangis kuat.Pemakaian sumber glikogen untuk energy dalam metabolism anaerob menyebabkan dalam waktu singkat tubuh bayi akan menderita hipoglikemia. Pada asfiksia berat menyebabkan kerusakan membrane sel terutama sel susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan elektrolit, berakibat menjadi hiperkalemia dan pembengkakan sel. Kerusakan sel otak terjadi asfiksia berlangsung selama 8-15 menit.Manifestasi dari kerusakan sel otak dapat berupa HIE yang terjadi setelah 24 jam pertama dengan didapatkan adanya gejala seperti kejang subtle, multifaktorial atau fokal klonik. Manifestasi ini dapat muncul sampai hari ketujuh dan untuk penegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang seperti USG kepala dan rekaman elektroensefalografi.Iskemia dapat mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah kecil setelah mengalami asfiksia selama lima menit atau lebih sehingga darah tidak dapat mengalir merkipun tekanan perfusi darah sudah kembali normal. Peristiwa ini mungkin mempunyai peranan penting dalam menentukan kerusakan menetap pada proses asfiksia

5. Manifestasi Klinis1) Asfiksia Livida, ciri-cirinya : warna kulit kebirubiruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler,prognosi lebih baik.2) Asfiksia Pallida, ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek (Sholihah, 2010). Manifestasi Klinis Umum1) Bayi tidak bernafas atau bernafas megapmegap2) Denyut jantung kurang dari 100 kali permenit3) Warna kulit sianosis, (pucat atau kebiruan)4) Tonus otot menurun5) Kejang6) Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai / Apgar Skor

6. DiagnosaNeonatus yang mengalami asfiksia neonatorum didapatkan riwayat gangguan lahir, lahir tidak bernafas dengan adekuat, riwayat ketuban bercampur mekonium. Temuan klinis yang didapat pada neonatus dengan asfiksia neonatorum dapat berupa lahir tidak bernafas/megap-megap, denyut jantung