dcoklad.files.wordpress.com … · web viewalhamdulillah saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan...

24
TUGAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SD Disusun Oleh: Eva Fitria : 1001100068 Ragil Febriana : 1001100082 Fuji Yanti : 1001100140 Taufik Sukma Widodo : 1001100185 Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran belajar dan pembelajaran SD PROGRAM STUDI PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: buixuyen

Post on 30-Jan-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SD

Disusun Oleh:

Eva Fitria: 1001100068

Ragil Febriana: 1001100082

Fuji Yanti: 1001100140

Taufik Sukma Widodo: 1001100185

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran belajar dan pembelajaran SD

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelimpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Tak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi basar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan orang-orang yang istiqomah mengikuti perintah-Nya dan menjadikan kita berada di jalan kebenaran.

Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan baik dan tepat waktu, sehingga saya dapat menempuh syarat terstruktur dari mata kuliah Belajar dan Pembelajaran SD. Dengan keterbatasan pengetahuan yang saya miliki, saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini baik dalam teknik maupun analisis. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, saya mohon kritik dan saran yang bersifat yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Purwokerto, 14 Maret 2011

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Dalam melaksanakan tugas,guru dituntut memiliki ketrampilan profesional yang tinggi dalam mengembangkan kurikulum karena kurikulum berkaitan erat dengan tinggi dan rendahnya mutu pendidikan.Seluruh sistem yang berkaitan dengan pendidikan dan guru sebagai pendidik hendaknya memahami betul masalah-masalah yang berhubungan dengan kurikulum agar dapat tercipta anggota masyarakat yang baik,sehingga kualitas lulusan pendidikan kita bertambah tinggi.

Rumusan masalah

Berikut ini akan dibicarakan beberapa macam model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli.

Mengapa seorang calon guru perlu mempelajari pengembangan kurikulum dan sejauh mana peran guru dalam pengembangan kurikulum tersebut ?

Tujuan

Mengembangkan kurikulum yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan untuk memenuhi kepentingan pembelajaran dan perolehan mutu yang kompetitif dalam rangka meningkatkan kualitas SDM melalui proses pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBELAJARAN DAN PENGEMBNGAN KURIKULUM

1. Model-model Pengembangan Kurikulum

Model Pengembangan Kurikulum Rogers

Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling sederhana sampai dengan yang berikutnya, sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut (ada empat model) dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Model I. Model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi, model tersebut merupakan model tradisional yang masih dipergunakan. Model I ini mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau organisasi bahwa pelajaran secara sistematis, suatu hal yang seharusnya dipertimbangkan juga.

b. Model II. Model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I dengan menambahkan kedua jawaban pada pertanyaan (3 dan 4) tersebut, yaitu tentang metode dan organisasi bahan pelajaran.

Dalam pengembangan kurikulum pada Model II di atas, sudah dipikirkan pemilihan metode yang efektif bagi berlangsungnya proses pengajaran. Di samping itu, bahan pelajaran juga sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan juga memperhatikan luas dan dalamnya suatu bahan pelajaran. Akan tetapi, Model II belum memperhatikan masalah teknologi pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan pengajaran. Teknologi pendidikan yang dimaksud adalah berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan :

1. Buku-buku pelajaran apakah yang harus dipegrunakan dalam suatu mata pelajaran?

2. Alat atau media pengakaran apa yang dapat dipergunakan dalam mata pelajaran tertentu.

c. Model III. Pengembangan kurikulum ini merupakan penyempurnaan Model II yang belum dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan 5 dan 6, yaitu dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan ke dalamnya.

Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran hanya akan sampai pada Model III. Padahal masih ada satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan masalah tujuan.

d. Model IV. Merupakan penyempurnaan Model III, yaitu dengan memasukkan tujuan ke dalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian yang dilakukan.

Model Administratif

Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Model administratif sering pula disebut sebagai model garis staf (line staff) atau dari atas ke bawah (top down), karena inisiatif dan gagasan dari pada administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (dirjen, direktur atau kakanwil pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum, yang anggotanya terdiri atas pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugasnya komisi atau tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum.

Setelah hal-hal mendasar ini terumuskan dan mendapatkan pengkajian yang seksama, administrator pendidikan menyisin komisi atau tim kerja pengembangan kurikulum. Tugas tim kerja ini adalah untuk merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi pengajharan dan evaluasi serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi pengajar.

Setelah semua tugas ini dari tim kerja selesai, hasilnya dikai ulang oleh tim pengarah untuk mendapatkan penyempurnaan, dan jika dinilai telah cukup baik, administrator menetapkan berlakunya kurikulum tersebut dan memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Model kurikulum seperti ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga pengajarnya masih rendah.

Model dari Bawah (The Grass Roots Model)

Model dari bawah ini merupakan lawan dari model administratif. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum berasal dari bawah, yaitu para pengajar yang merupakan pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model ini mendasar pada anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya diikutsertakan pada kegiatan pengembangan kurikulum.

Pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah pengembangan kurikulum secara demokratis yaitu berasal dari bawah. Guru adalah perencana, pelaksana dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya, guru yang paling tahu kebutuhan kelasnya. Oleh karena itu, dialah yang kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.

Keuntungan model ii adalah proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para pengajar.

Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerjasama antar guru, antar sekolah-sekolah, serta harus ada kerjasama antar pihak orang tua murid dan masyarakat. Model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.

Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model ini memungkinkan terjadinya kompetisi didalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan sehingga dapat melahirkan manusia yang lebih mandiri dan kreatif.

Model Beauchamp (Beauchamps System)

Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamps (1964), ia mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yan akan dicakup oleh kurikulum tersebut,m yaitu berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau nasional.

2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu : (1) para ahli pendidikan/kurikulum dan para ahli bidang dari luar, (2) para ahli pendidikan dari perguruan tinggai atau sekolah dan guru-guru terpilih, (3) para profesional dalam sistem pendidikan, (4) profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.

3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini untuk merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, kegiatan evaluasi dan menentukan seluruh desain kurikulum. Beauchamp membagi kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu (1) membentuk tim pengembang kurikulum, (2) mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang digunakan, (3) studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, (4) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan-penentuan kurikulum baru, (5) penyusunan dan penulisan kurikulum baru.

4. Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum secara sistematis di sekolah.

5. Evaluasi kurikulum. Merupakan langkah terakhir yang mencakup empat hal, yaitu :evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, evaluasi desain kurikulum, evaluasi hasil belajar siswa, evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum serta prinsip pelaksanaannya.

Model Terbaik Hilda Taba (Tabas Inverted Model)

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model ini disebut model terbalik. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model taba ini, yaitu :

1. Mengadakan unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru. Didalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktek. Ada delapan langkah kegiatan dalam unit eksperimen ini : (1) mendiagnosis kebutuhan, (2) merumuskan tujuan khusus, (3) memilih isi, (4) mengorganisasi isi, (5) memilih pengalaman belajar, (6) mengorganisasi pengalaman belajar, (7) mengevaluasi, (8) melihat sekuens dan keseimbangan.

2. Menguji unit eksperimen. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya untuk kelas-kelas atau tempat lain.

3. Mengdakan revisi dan konsolidasi terhadap hasil unit eksperimen

4. Menyusun kerangka kerja teoritis. Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional.

5. Menyusun kurikulum, yang dikembangkan secara menyeluruh dan mendiseminasikan (menerapkan kurikulum pada daerah atau sekolah yang lebih luas).

Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.

The Systemic Action-Research Model

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal ini mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekola, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut, model ini menekankan pada tiga hal, yaitu : hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat serta wibawa dari pengetahuan profesional. Penyusunan kurikulum dengan memasukkan pandangan dan harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action-research.

Langkah pertama, mengadakan kajian secara seksama tentang masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian itu, disusun rencana menyeluruh tentang cara-cara mengatasi masalah dan tindakan apa yang harus diambil.

Langkah kedua, mengimplementasi dari keputusan yang diambil dengan kegiatan mengumpulkan data dan fakta. Kegiatan ini mempunyai beberapa fungsi yaitu : (1) menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, (2) sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi, (3) sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, (4) sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.

Emerging Technical Models

Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya

1. The Behavioral Analysis Model. Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku yang sederhana yang tersusun secara hirarkis.

2. The System Analysis Model. Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasi siswa. Langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap hasil yang dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.

3. The Computer-Based Model. Suatu pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut. Stelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa disimpan dalam komputer.

2. Guru dan Pengembangan Kurikulum

Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan dalam pengembangan kurikukulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan professional dan pribadi guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya. Ini merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping sebagai unsur penunjang admistrasi secara keseluruhan.

Ada beberapa pokok pikiran dibawah ini yang menjelaskan mengapa seorang calon pendidik (guru) sangat perlu mempelajari pengembangan kurikulum yaitu :

a) Guru Sebagai Pengambil Inisiatif, Pengarah, dan Penilai Pendidikan

Guru sebagai pelaksana kurikulum disini dijelaskan, bahwa seorang guru pada saat dilapangan dialah yang menentukan implementasi kurikulum. Implemantasi kurikulum disini hampir semuanya bergantung pada kreativitas dan ketekunan seorang guru, karena dialah mengetahui situasi dan kondisi pada saat dilapangan. Guru hendaknya mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan pelajaran dan banyak mengajarkan siswa guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar untuk menilai efesiensi pelaksanaan kurikulum tersebut.

b) Guru Sebagai Pembimbing Belajar

Telah jelas bahwa dalam kurikulum dapat dibedakan antara official atau written curriculum dengan actual curriculum. Official atau written curriculum merupakan kurikulum resmi yang tertulis, yang merupakan acuan bagi pelaksanaan pengajaran dalam kelas. Actual curriculum merupakan kurikulum nyata yang diaksanakan oleh guru-guru. Kurikulum nyata merupakan implementasi dari official curriculum di dalam kelas. Beberapa ahli menyatakan bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), haslnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual). Dengan demikian, guru memegang peranan penting baik penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.

c) Guru Harus Menguasai Manejemen Kurikulum

Seorang guru yang akan mengembangkan kurikulum dituntut menguasai manajemen pengembangan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum, setidaknya guru akan menemui delapan problem :

Bagaimana membatasi ruang lingkup atau keluasan materi;

Bagaimana mengaitkan relevansi materi dengan kompetensi yang dibutuhkan;

Bagaimana memilih materi agar ada keseimbangan untuk peserta didik maju dan yang lamban belajar, keseimbangan antara tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

Bagaimana mengintegrasikan materi yang satu dengan materi lainnya sehingga tidak terjadi duplikasi;

Bagaimana mengurutkan materi dan kompetensi yang diperlukan;

Bagaimana agar materi atau kompetensi berkesinambungan dan berjenjang;

Bagaimana merealisasikan artikulasi materi atau kompetensi secara menyeluruh;

Bagaimanakah materi atau kompetensi yang diberikan dapat menjangkau masa depan alias memiliki daya guna bagi kehidupan peserta didik;

Sulit untuk mengatakan bahwa metode yang satu lebih efektif dan lebih mudah digunakan dibandingkan yang lain. Perkembangan yang cepat pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian antardisiplin ilmu menambah kesulitan untuk merancang atau mengembangkan suatu kurikulum yang efektif. Prosedur dan perangkat proses pembuatan dan pengembangan kurikulum, seperti yang telah diuraikan dalam delapan problem pengembangan kurikulum di atas mencoba mengurangi kesulitan tersebut dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang logis.

Hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa cara tersebut bukanlah resep siap pakai untuk membuat atau mengembangkan kurikulum. Delapan problem pengembangan kurikulum di atas harus dipandang sebagai penahapan agar suatu proses dapat dijalankan dan diikuti. Dengan begitu proses penjaminan mutunya lebih mudah.

d) Guru Sebagai Penentu Kuantitas dan Kualitas Pembelajaran

Disini dijelaskan guru sebagai penentu kuntitas dan kualitas pembelajaran dimana mereka (guru) harus mampu menjabarkan secara rinci setiap kompotensi rumpun pembelajaran yaitu merumuskan tujuan, metode, langkah-langkah dan mampu memotivasi siswa untuk proaktif dalam mendapatkan pengetahuan. Dengan pengetahuan tentang pengembangan kurikulum guru dapat menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondisif. Dalam hal ini guru menuyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja.

Jadi tugas guru ialah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan minat dan tahap perkembangan anak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak model dari pengembangan kurikulum yang dapat digunakan. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya, serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model kosep pendidikan mana yang digunakan.

Model Pengembangan Kurikulum Rogers

Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers yaitu jumlah dari model yang paling sederhna sampai dengan yang komplit. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa sehingga model berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-model sebelumnya.

Model Administratif

Model administratif sering pula disebut model garis staf karena inisiatif dan gagasan dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur-prosedur administrasi.

Model Dari Bawah (The Grass Root Model)

Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerja sama antar guru, antar sekolah-sekolah serta harus ada kerja sama antar pihak orang tua murid dan masyarakat.

Model Beauchamp (Beauchamps System)

G.A. Beauchamp (1964) mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum :

1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah

2. Menetapkan personalia

3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum

4. Implementasi kurikulum

Model Terbalik Hilda Taba (Tabas Inverted Model)

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif.

The Systemic Action Research Model

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial

Emerging Technical Models

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum.

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar dan pembelajaran serta pelaksana kurikulum memiliki beberapa kemampuan yang dipersyaratkan seperti : (1) kemampuan meningkatkan kompetensi pribadi; (2) kompetensi professional yang menyangkut kemampuan mengatasi landasan-landasan pendidikan, kemempuan menguasai bahan pengajaran, kemampuan merencanakan pengajaran, kemampuan melaksanakan KBM, dan kemampuan melaksanakan evaluasi dalan belajar dan pembelajaran; (3) kompetensi sosial. Mengajar merupakan suatu pekerjaaan yang bukan saja menuntut kemampuan intelektual dan fisik, tetapi juga kemampuan psikologis dan afektif. Guru bukan saja harus bekerja sama dengan siswa, sebagai muridnya yang sering sekaligus juga jadi kliennya, tetapi juga harus bekerja sama dengan staf sekolah yang lain, orang tua serta warga masyarakat.

Hal ini memberikan suatu pemahaman betapa pentingnya seorang guru sebagai tokoh sentral dalam dunia pendidikan, sehingga kualitas guru dalam mengajar sangat diperhitungkan untuk mencapai tujuan kurikulum yang uniform dengan metode belajar yang beragam.

B. Saran

Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus menyadari betul tantang peran yang harus dilakukan bahwa dia bukan hanya sekedar pengajar tetapi juga sebagai pendidik, jadi bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, teteapi juga harus melihat sejauh mana tejadi perubahan sikap, agar terlihat adanya peningkatan kualitas pada diri setiap individu peserta didik. Perubahan dan pengemabangan kurikulum, tidak hanya sekedar mengubah perilaku guru-guru agar dapat berkiprah dalam merespon perubahan itu. Agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai, jadi kalau terjadi perubahan kurikulum hendaknya terjadi perubahan secara komprehensif termasuk materi, metode, guru, sarana dan hal lain yang ada kaitannya dengan kurikulum, belajar, dan pembelajaran sehingga dampak positif dan perubahan akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

http://avatard.wordpress.com/2008/11/01/pentingnya-seorang-guru-mempelajari-pengembangan-kurikulum/

http://www.soegiartho.abatasa.com/post/detail/9925/model-model-pengembangan-kurikulum