daur hidup cacing hati

3
Daur Hidup Cacing Hati WASPADA PENYAKIT CACING! Sumber. http://infovet.blogspot.com/2007/10/ketika-ternak-jangan-diserang-cacing.html Lingkungan dan Pola Hidup Cacing: Siklus hidup cacing adalah cacing ditularkan pada waktu ternak memakan rumput atau meminum air yang terkontaminasi atau tercemar oleh ternak lain dengan telur cacing. Bisa juga cacing disebarkan dari induk ke anaknya. Cacing hidup di usus ternak dan memproduksi banyak telur. Masalah ini biasa terjadi pada musim hujan. Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang basah, artinya cacing tersebut bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila tempat hidupnya berada pada kondisi yang basah atau lembab. Pada kondisi lingkungan yang basah atau lembab, perlu juga diwaspadai kehadiran siput air tawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak. Lalu peternak yang bagaimana yang perlu mendapat perhatian lebih terkait jenis entoparasit dari golongan cacing ini? Adalah Drh Rondang Nayati MM Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Riau menyatakan, ternak ruminansia lebih rentan terpapar cacing bila dibanding dengan jenis ternak lainnya. Ternak dimaksud seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Namun, untuk jenis ternak lainnya, kasus cacingan tetap bisa dijumpai. “Untuk kasus cacingan pada ternak, fokus kita memang pada ternak ruminansia terutama sapi dan kambing, karena kedua hewan ini sangat rentan dan populasinya di Riau juga cukup tinggi,” jelas alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada ini. Lebih lanjut dikatakannya, pada peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional yakni dengan membiarkan ternaknya mencari pakan sendiri meskipun pada lingkungan yang disinyalir telah terkontaminasi dengan cacing akan lebih memudahkan ternak terinfestasi cacing ketimbang sapi yang dipelihara dengan sentuhan pemeliharaan modern. Manifestasi klinik Fasioliasis tergantung dari jumlah metaserkaria yang termakan oleh penderita. Dalam jumlah besar metaserkaria menyebabkan kerusakan hati, obstruksi saluran empedu, kerusakan jaringan hati disertai fibrosis dan anemia. Frekuensi invasi metaserkaria sangat menentukan beratnya Fasioliasis. Kerusakan saluran empedu oleh migrasi metaserkaria menghambat migrasi cacing hati muda selanjutnya. 1 / 3

Upload: nefri-tiawarman

Post on 26-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Daur Hidup Cacing Hati

Daur Hidup Cacing Hati

WASPADA PENYAKIT CACING! Sumber. http://infovet.blogspot.com/2007/10/ketika-ternak-jangan-diserang-cacing.html

Lingkungan dan Pola Hidup Cacing:

Siklus hidup cacing adalah cacing ditularkan pada waktu ternak memakan rumput ataumeminum air yang terkontaminasi atau tercemar oleh ternak lain dengan telur cacing. Bisa jugacacing disebarkan dari induk ke anaknya.

Cacing hidup di usus ternak dan memproduksi banyak telur. Masalah ini biasa terjadi padamusim hujan. Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang basah, artinya cacingtersebut bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila tempat hidupnya berada padakondisi yang basah atau lembab.

Pada kondisi lingkungan yang basah atau lembab, perlu juga diwaspadai kehadiran siput airtawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak. Lalu peternakyang bagaimana yang perlu mendapat perhatian lebih terkait jenis entoparasit dari golongancacing ini?

Adalah Drh Rondang Nayati MM Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan Dinas PeternakanProvinsi Riau menyatakan, ternak ruminansia lebih rentan terpapar cacing bila dibandingdengan jenis ternak lainnya. Ternak dimaksud seperti sapi, kerbau, kambing dan domba.Namun, untuk jenis ternak lainnya, kasus cacingan tetap bisa dijumpai. “Untuk kasus cacinganpada ternak, fokus kita memang pada ternak ruminansia terutama sapi dan kambing, karenakedua hewan ini sangat rentan dan populasinya di Riau juga cukup tinggi,” jelas alumniFakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada ini.

Lebih lanjut dikatakannya, pada peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaan yang masihbersifat tradisional yakni dengan membiarkan ternaknya mencari pakan sendiri meskipun padalingkungan yang disinyalir telah terkontaminasi dengan cacing akan lebih memudahkan ternakterinfestasi cacing ketimbang sapi yang dipelihara dengan sentuhan pemeliharaan modern.Manifestasi klinik Fasioliasis tergantung dari jumlah metaserkaria yang termakan olehpenderita.

Dalam jumlah besar metaserkaria menyebabkan kerusakan hati, obstruksi saluran empedu,kerusakan jaringan hati disertai fibrosis dan anemia. Frekuensi invasi metaserkaria sangatmenentukan beratnya Fasioliasis. Kerusakan saluran empedu oleh migrasi metaserkariamenghambat migrasi cacing hati muda selanjutnya.

1 / 3

Page 2: Daur Hidup Cacing Hati

Daur Hidup Cacing Hati

Sementara itu, sumber di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau menyatakanbahwa rumput sebagai pakan utama ternak ruminansia tetap dianggap sebagai faktorpredisposisi infestasi atau adanya parasit dalam tubuh ternak. Hal ini dikaitkan dengan siklushidup cacing sebelum masuk ke dalam tubuh ternak. Pada cacing hati misalnya, cacing dewasa hidup di dalam duktus biliferus dalam hati domba,sapi, babi dan kadang-kadang manusia. Dikatakan narasumber dari kalangan dokter hewan itu,bentuk tubuh cacing hati seperti daun dengan ukuran 30 x 2 - 12 mm dengan bentuk luarnyatertutup oleh kutikula yang resisten, merupakan modifikasi dari epidermis dan mulut disokongatau dibatasi. Kemudian, cacing dewasa bergerak dengan berkontraksinya otot-otot tubuh,memendek, memanjang dan membelok, mirasidium berenang dengan silianya dan serkariadengan ekornya. Cacing ini merupakan entoparasit yang melekat pada dinding duktus biliferus atau padaepithelium intestinum atau pada endothelium venae dengan alat penghisapnya. Makanandiperoleh dari jaringan-jaringan, sekresi dan sari-sari makanan dalam intestinum hospes dalambentuk cair, lendir atau darah. Di dalam tubuh, makanan dimetabolisir dengan cairan limfe, kemudian sisa-sisa metabolismetersebut dikeluarkan melalui selenosit. Perbanyakan cacing ini melalui auto-fertilisasi yangberlangsung pada Trematoda bersifat entoparasit, namun ada juga yang secara fertilisasi silangmelalui canalis laurer.

Lalu apa yang harus dilakukan peternak? “Peternak harus proaktif menyikapi prilaku dan siklus hidup cacing tersebut,” jelas alumniFakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta ini. Artinya, sebelum rumput diberikan kepadasapi atau ternak lainnya, rumput tersebut perlu diangin-anginkan terlebih dahulu, ini bertujuanagar Metaserkaria cacing tersebut mati. Menurut Radiopoetro, suhu yang diperlukan mirasidium untuk dapat hidup adalah di atas 5-6°C dengan suhu optimal 15-24 °C. Mirasidium harus masuk ke dalam tubuh siput dalam waktu24-30 jam, bila tidak maka akan mati. Kemudian, telur dari jenis Fasciola gigantica menetasdalam waktu 17 hari, berkembang dalam tubuh siput selama 75-175 hari, hal ini tergantungpada suhu lingkungannya. Terkait pemberantasan cacing ini, Drh Rondang Nayati MM kembali menegaskan bahwa tetapbermula dari kemauan peternak, artinya bila peternak menginginkan ternaknya tumbuh sehatmaka peternak harus memperhatikan kaidah-kaidah beternak yang baik sesuai dengan anjuranyang disampaikan oleh petugas lapangan. ”Budaya hidup bersih juga dapat diterapkan seperti membersihkan lingkungan sekitar kandang,menghindari genangan air dengan cara membuat saluran air, membuang atau mengumpulkankotoran sapi dan kotoran jenis ternak lainnya pada satu tempat, sehingga pada akhirnya,peternak meraup keuntungan bukan saja dari ternak yang dipelihara, namun keuntungan lainjuga datang dari limbah ikutan seperti pupuk kandang,” pungkas mantan Kepala Laboratoriumtype B Dinas Peternakan Provinsi Riau ini.

2 / 3

Page 3: Daur Hidup Cacing Hati

Daur Hidup Cacing Hati

Mengontrol Cacing pada Ternak: Drh Johan Purnama MSc dan Taufikurrahman Pua Note SPtdari SPFS (Special Programme For Food Security) FAO untuk Asia Indonesia dalam suatukesempatan menyatakan, “Penggunaan obat anti parasit internal (cacing) dalam pemeliharaansapi adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh peternak, karena infestasi cacing adalah suatufenomena yang akan terus berulang secara periodik dalam siklus pemeliharaan.” Menurut sumber SPFS FAO untuk Asia Indonesia, beberapa tehnik sederhana dalammelakukan kontrol terhadap infestasi cacing pada ternak sapi dapat dilakukan dengan caramengatur pemberian pakan dan mengatur waktu pemotongan rumput, suatu hal yang tentunyatidak dapat dilakukan bila sapi dibiarkan mencari pakan sendiri di padang rumput. Diagnosa Tepat Bermanfaat: Diagnosa yang tepat pada hewan yang sudah terserang penyakit cacing, akan memberikanjalan untuk pengobatan yang tepat pula. Untuk ketepatan diagnosa, narasumber Infovetmenyatakan perhatikan gejala yang tampak pada ternak. Bila ternak tidak ada nafsu makan,katanya, maka periksalah dulu bagian mulut dan gigi. Periksa juga suhu (kalau tinggi, mungkin ada infeksi umum). Berikan antibiotika injeksi setiaphari selama 3 - 5 hari. “Bila bukan seperti gejala diatas setelah diperiksa, kemungkinan penyakitkronis. Hubungi dokter hewan,” katanya. Adapun bila nafsu makan ternak bagus, adakemungkinan pakan mutunya kurang baik/ busuk/ berjamur.Untuk itu narasumber Infovet menyatakan supaya peternak mengganti pakan. Gejala-gejala bilaternak itu cacingan antara lain: sapi kurus dan lemah, nafsu bisa kurang, kurang darah(anaemia), lendir berwarna pucat dan sering mencret. Selanjutnya salah satu metoda untukmelakukan diagnosa penyakit Cacing Hati (Fasciolasis) pada sapi dan kerbau, misalnya, adalahdengan menggunakan antigen Fasciola.

3 / 3