cacing tambang + anemia

33
Simulasi Kasus INFEKSI CACING TAMBANG DISERTAI ANEMIA Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Rahmad Budianto, S. Ked I1A001058 Pembimbing : Dr. Agung Biworo, M.Kes

Upload: rahmawan-sakup-mapianto

Post on 03-Jan-2016

693 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TERAPI CACINGAN

TRANSCRIPT

Page 1: Cacing Tambang + Anemia

Simulasi Kasus

INFEKSI CACING TAMBANG DISERTAI ANEMIA

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

Rahmad Budianto, S. KedI1A001058

Pembimbing :

Dr. Agung Biworo, M.Kes

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERANLABORATORIUM FARMASI

BANJARBARU

November, 2006

Page 2: Cacing Tambang + Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi cacing tambang merupakan masalah besar yang terjadi di beberapa

negara berkembang.(Chan,1997) Infeksi tersebut diperkirakan dialami oleh 1,3 milyar

orang di seluruh dunia.(Albonico,1998) Seringkali, infeksi cacing tambang menyebabkan

terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia yang terjadi disebabkan karena cacing

tambang mengambil makanan dari darah dengan cara merusak kapiler darah pada

mukosa usus halus mengakibatkan perdarahan gastrointestinal, hilangnya protein

serum, dan inflamasi pada usus halus. Selain anemia, infeksi cacing tambang juga

menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif pada

anak-anak.(Held,2006)

Spesies cacing tambang yang sering menyebabkan terjadinya infeksi pada

manusia antara lain Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.

(Chan,1997,Albonico,1998,Held,2006) Necator americanus cenderung tumbuh di daerah iklim

tropis, sedangkan Ancylostoma duodenale lebih cenderung tumbuh di daerah

dengan iklim yang lebih dingin dan lebih kering. Akan tetapi, distribusi geografis

kedua spesies cacing ini sangat luas dan endemik pada banyak wilayah.(Albonico,1998)

Penatalaksanaan infeksi cacing tambang ditujukan untuk mengontrol

dampak infeksi cacing tambang tersebut terhadap gangguan nutrisi pada anak-

anak dikombinasikan dengan terapi antihelmintik dan pemberian suplemen zat

besi. Hal ini dikarenakan terjadinya defisiensi mikronutrien esensial, contohnya

1

Page 3: Cacing Tambang + Anemia

zat besi dapat memicu terjadinya infeksi lain yang disebabkan oleh berbagai virus

atau bakteri patogen.(Held,2006)

Berikut ini akan disampaikan simulasi kasus mengenai infeksi cacing

tambang yang disertai oleh anemia pada seorang anak yang berumur 8 tahun.

1.2 Definisi

Ankilostomiasis adalah infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh satu

atau lebih spesies cacing tambang (Ancylostoma duodenale,Necator americanus).

(Montresor,2004)

1.3 Epidemiologi

Cacing tambang diperkirakan menginfeksi lebih dari 1300 juta orang di

seluruh dunia (WHO 2002). Infeksi cacing tambang yang terjadi meliputi populasi

yang hidup di daerah tropis dan subtropis terutama pada iklim dan higiene

lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan cacing tambang yang sesuai dengan

daur hidupnya. Di negara-negara maju, infeksi cacing tambang jarang terjadi.

Infeksi biasanya dibawa oleh pengunjung atau imigran yang datang dari negara-

negara berkembang maupun negara miskin.(Montresor,2004)

1.4 Patofisiologi

Hampir semua infeksi cacing tambang disebabkan oleh Ancylostoma

duodenale atau Necator americanus. Parasit ini hidup di usus halus dan

bereproduksi secara seksual. Cacing betina mengeluarkan telurnya ke dalam feses

manusia dan menyebar ke lingkungan di sekitarnya. Pada kondisi iklim yang

sesuai, telur cacing tambang akan menempel di tanah dan menghasilkan larva

2

Page 4: Cacing Tambang + Anemia

yang infektif. Infeksi terjadi melalui penetrasi larva melalui kulit, tetapi pada

spesies A.duodenale juga dapat menginfeksi manusia secara oral. Setelah

penetrasi ke dalam tubuh manusia, larva akan bermigrasi melalui sistem peredaran

darah, termasuk pula ke dalam sistem peredaran darah pulmoner. Hal ini

dikarenakan larva cacing tambang tersebut memasuki pembuluh darah kapiler dan

berpenetrasi ke parenkim paru-paru, kemudian larva memasuki saluran

pernapasan dan tertelan ke saluran pencernaan. Di dalam usus halus, larva

berkembang menjadi stadium dewasa. Waktu yang diperlukan dari tertelannya

telur atau dari saat penetrasi larva hingga menimbulkan infkesi adalah 28-50 hari

untuk A.duodenale dan 40-50 hari untuk N.americanus. Cacing dewasa dapat

berada di saluran pencernaan hingga bertahun-tahun.(Montresor,2004)

3

Page 5: Cacing Tambang + Anemia

4

Page 6: Cacing Tambang + Anemia

Gambar 1. Daur hidup cacing tambang(Watson,2006)

1.5 Anamnesa/gejala klinis dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesa/gejala klinis(Garekar,2005,Pohan,1999)

Adanya rasa gatal di tempat penetrasi/masuknya larva merupakan gejala awal

yang terjadi.

Batuk dan mengi dapat terjadi setelah satu minggu setelah terpapar cacing

diakibatkan larva yang bermigrasi ke paru-paru.

Rasa tak enak pada perut, kembung, mual, muntah, tidak nafsu makan, sering

mengeluarkan gas (flatus), dan diare merupakan gejala iritasi cacing terhadap

usus halus yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah larva mengadakan

penetrasi ke dalam kulit.

Infeksi yang sedang sampai berat dapat menyebabkan hilangnya darah secara

bermakna, yang dapat dimanifestasikan dengan terjadinya melena. Apabila

cadangan zat besi dalam tubuh telah habis, maka gejala anemia akan tampak.

Anemia biasanya akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi cacing dan

walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan gejala

anemia tersebut tentunya bergantung pula pada keadaan gizi pasien.

Pemeriksaan Fisik(Garekar,2005)

Infeksi akut

Eritema dengan papul atau vesikel kecil akan tampak pada tempat masuknya

larva, seringkali terdapat di kaki. Seringkali terjadi selama 1-2 minggu.

Terdapatnya bekas garukan yang dapat menimbulkan terjadinya infeksi

bakterial sekunder cukup banyak ditemukan.

5

Page 7: Cacing Tambang + Anemia

(a) (b) (c)

Wheezing yang jelas dapat terdengar apabila larva telah bermigrasi ke sistem

pulmoner.

Infeksi kronik

Pucat, chlorosis (kulit berwarna kehijauan), takikardi, dan gejala lain

kegagalan cardiac output yang disebabkan oleh anemia.

Edema yang disebabkan oleh hipoproteinemia.

Adanya tanda-tanda malnutrisi.

1.6 Pemeriksaan Penunjang/pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan feses dan sputum

Diagnosis pasti infeksi cacing tambang adalah dengan ditemukannya telur

A.duodenale di dalam tinja pasien. Telur cacing tambang ini biasanya lebih mudah

terdeteksi apabila jumlah di dalam tinja sebanyak 1200 telur/mL atau lebih.

Ukuran telur cacing tambang ini kira-kira sebesar 60x40 µm. Metode yang umum

digunakan untuk mengidentifikasi telur cacing ini adalah teknik Kato-Katz.

(Garekar,2005) Selain dalam tinja, larva dapat juga ditemukan dalam sputum penderita.

(Pohan,1999)

6

Page 8: Cacing Tambang + Anemia

Gambar 2. (a) Telur A.duondenale; (b) Larva A.duodenale; (c) Cacing dewasa A.duodenale(Watson,2006)

Pemeriksaan darah lengkap

Eosinofilia pada darah tepi seringkali mengawali terjadinya infeksi cacing

tambang yang asimptomatik. Hal ini biasanya terjadi ketika larva mulai

bermigrasi ke dalam paru-paru. Selain itu, infeksi cacing tambang memiliki

karakteristik terjadinya anemia defisiensi besi (anemia hipokromik mikrositik).

(Garekar,2005)

1.7 Pengobatan

Tujuan pengobatan pada infeksi cacing tambang antara lain :

1. Membasmi keberadaan cacing tambang yang berada di dalam tubuh manusia

2. Memperbaiki keadaan umum penderita yang diakibatkan oleh infeksi cacing

tambang yang terjadi, misalnya dengan memperbaiki anemia yang

ditimbulkan dan pemberian multivitamin.

Antelmintik

Obat pilihan pertama untuk infeksi cacing tambang terutama yang

diakibatkan oleh A.duodenale ialah mebendazol. Selain mebendazol, terapi pilihan

yang juga dapat diberikan ialah pirantel pamoat. Antelmintik lain yang juga dapat

diberikan pada infeksi cacing tambang ialah albendazol.(Sukarban,1995)

7

Page 9: Cacing Tambang + Anemia

Berikut adalah antelmintik yang bisa dipakai pada pengobatan infeksi

cacing tambang yang diakibatkan oleh A.duodenale :

1. Nama obat Mebendazol

Farmakodinamik Mebendazol menghambat kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi asetilkolinestrase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan (deplesi) glikogen pada cacing. Cacing akan mati perlahan-lahan dan hasil terapi memuaskan setelah 3 hari pemberian obat. Obat ini juga menimbulkan sterilitas pada cacing tambang sehingga telur gagal berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak dapat dipengaruhi oleh mebendazol.(Sukarban,1995)

Farmakokinetik Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral absorpsinya buruk. Obat ini memiliki bioavaibilitas sistemik yang rendah, disebabkan absorsinya yang buruk dan mengalami first pass hepatic metabolism yang cepat. Diekskresi terutama lewat urin dalam bentuk utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam tempo 48 jam. Juga ditemukan metabolit dalam bentuk konyugasi yang diekskresi bersama empedu. Absorpsi mebendazole akan meningkat bila diberikan bersama dengan makanan berlemak.(Sukarban,1995)

Dosis Dewasa : 2 x 100 mg selama 3 hari

Anak-anak : 2 x 100 mg selama 3 hari(Sukarban,1995)

Efek samping dan kontraindikasi

Mebendazol tidak menyebabkan efek sistemik toksik mungkin karena absorpsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan anemia maupun malnutrisi. Mebendazol dikontraindikasikan pada penderita dengan riwayat hipersensitivitas.(Sukarban,1995)

Interaksi Karbamazepin dan fenitoin menurunkan efek kerja mebendazol. Sedangkan simetidin meningkatkan konsentrasi plasma mebendazol.(Garekar,2005)

Perhatian Tidak direkomendasikan diberikan pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama. Pemakaian dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan enzim hati.(Garekar,2005)

2. Nama obat Pirantel pamoat

Farmakodinamik Pirantel pamoat menghambat menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls,

8

Page 10: Cacing Tambang + Anemia

sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Pirantel pamoat juga berefek menghambat enzim kolinestrase sehingga meningkatkan kontraksi otot pada cacing.(Sukarban,1995)

Farmakokinetik Pirantel pamoat diabsorpsinya di usus tidak baik dan sifat ini memperkuat efeknya yang selektif pada cacing. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja, dan kurang dari 15% diekskresi bersama urin dalam bentuk utuh.(Sukarban,1995)

Dosis Dewasa : 10 mg/kgBB selama 3 hari

Anak-anak : 10 mg/kgBB selama 3 hari(Sukarban,1995)

Efek samping dan kontraindikasi

Efek samping pirantel pamoat jarang, ringan dan bersifat sementara, misalnya keluhan saluran cerna, demam, dan sakit kepala. Penggunaan obat ini pada wanita hamil dan anak dibawah usia 2 tahun tidak dianjurkan. Dikontraindikasikan pada penderita penyakit hati, karena dapat meningkatkan SGOT pada beberapa penderita.(Sukarban,1995)

Interaksi Pirantel pamoat tidak boleh diberikan bersama piperazin karena efek kerjanya berlawanan.

Perhatian Hati-hati pada gangguan fungsi hati.

3. Nama obat Albendazol

Farmakodinamik Obat ini bekerja dengan cara memblokir pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang, akibatnya cacing akan mati. Obat ini memiliki efek membunuh telur cacing tambang.(Sukarban,1995)

Farmakokinetik Pada pemberian per oral, obat ini diserap dengan cepat oleh usus. Obat ini dimetabolisir terutama menjadi albendazol sulfoksida dalam urin.

Dosis Dewasa : 400 mg (dosis tunggal)(Sukarban,1995)

Anak-anak : 400 mg (dosis tunggal)

Efek samping dan kontraindikasi

Efek samping berupa nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, insomnia. Pada studi toksisitas kronik dengan hewan coba ditemukan adanya diare, anemia, hipotensi, depresi SST, kelainan fungsi hati, fetal toxicity. Dikontraiindikasikan untuk anak kurang dari 2 tahun, wanita hamil, dan sirosis hati, serta riwayat

9

Page 11: Cacing Tambang + Anemia

hipersensitivitas.(Sukarban,1995)

Interaksi Pemberian bersama karbamazepin dapat menurunkan efektifitas albendazol. Deksametason, simetidin, dan prazikuantel dapat meningkatkan toksisitas albendazol.(Garekar,2005)

Kehamilan Biasanya aman tapi harus dipertimbangkan manfaat-resiko

Perhatian Pasien dengan gangguan fungsi hati harus benar-benar dievaluasi sebelum diberikan terapi albendazol, sebab albendazol dimetabolisme di hati dan memiliki efek hepatotoksik.(Garekar,2005)

Antianemia

Antianemia yang diberikan pada penderita infeksi cacing tambang ialah

berupa suplemen zat besi. Hal ini dikarenakan infeksi cacing tambang seringkali

mengakibatkan terjadinya penurunan zat besi secara berlebihan.

Sejumlah besar preparat besi tersedia di pasaran. Karena besi dalam

bentuk fero paling diabsorpsi maka hanya garam fero yang digunakan. Fero sulfat,

fero glukonat, dan fero fumarat semua efektif dan tidak mahal serta

direkomendasikan pada pasien. Tambahan vitamin C atau zat makanan lain pada

umumnya tidak perlu. Preparat besi bentuk lepas lambat dan salut enterik jangan

digunakan, karena besi paling baik diabsorpsi di duodenum dan jejunum

proksimal.(Ries-Katzung,1998)

Garam besi yang berbeda menyediakan besi bebas dalam jumlah yang

berbeda-beda. Pada individu yang defisiensi besi, kira-kira 50-100 mg besi dapat

bergabung ke dalam hemoglobin harian, dan kira-kira 25% besi yang diberikan

per oral sebagai garam besi dapat diabsorpsi. Karena itu, 200-400 mg besi bebas

10

Page 12: Cacing Tambang + Anemia

harus diberikan setiap hari untuk memperbaiki defisiensi besi paling cepat.(Ries-

Katzung,1998)

Tabel 1. Rekomendasi preparat besi per oral yang paling sering digunakan(Ries-Katzung,1998)

Preparat Ukuran

tablet

Besi bebas per tablet

Dosis Dewasa (tablet per hari)

Fero sulfat, terhidrasi

Fero sulfat, terdesikasi

Fero glukonat

Fero fumarat

Fero fumarat

325 mg

200 mg

320 mg

200 mg

325 mg

65 mg

65 mg

37 mg

66 mg

106 mg

3-4

3-4

3-4

3-4

2-3

Pasien dengan besi per oral harus dilanjutkan untuk 3-6 bulan. Ini tidak

hanya memperbaiki anemianya tetapi juga untuk mengisi kembali besi cadangan.

Respons pertama yang dapat diukur sebagai hasil terapi berhasil dapat dilihat

kurang dari seminggu. Efek samping umum dari terapi besi per oral antara lain

mual, rasa tidak enak epigastrium, kejang perut, konstipasi, dan diare. Efek

samping ini biasanya berhubungan dengan dosis dan dapat diatasi dengan

menurunkan dosis harian atau makan tablet segera setelah atau bersama-sama

makanan. Beberapa pasien mengalami efek samping gastrointestinal yang ringan

dengan salah satu garam besi dibandingkan dengan yang lain dan mendapat

keuntungan dengan mengganti preparat.(Ries-Katzung,1998)

1. Nama preparat besi Fero sulfat

Indikasi Anemia defisiensi besi

Dosis Dewasa : 2-3 x 300 mg selama 6 bulan setelah makan.(Depkes,2000)

11

Page 13: Cacing Tambang + Anemia

Efek samping Iritasi saluran cerna, mual, nyeri epigastrik, konstipasi, tinja berwarna hitam.(Depkes,2000)

2. Nama preparat besi Fero fumarat

Indikasi Anemia defisiensi besi

Dosis Dewasa : 3 x 200-400 mg

Bayi : 0,6 – 2,4 ml/kg/hr (sirup)

Anak : 2,5 – 5 ml/kg/hr (sirup) (Depkes,2000)

Efek samping Iritasi saluran cerna, mual, nyeri epigastrik, konstipasi, tinja berwarna hitam.(Depkes,2000)

3. Nama preparat besi Fero glukonat

Indikasi Anemia defisiensi besi

Dosis Dewasa : 600-800 mg/hr dosis terbagi(Sukarban,1995)

Anak : 300 mg/hr dosis terbagi (Depkes,2000)

Efek samping Iritasi saluran cerna, mual, nyeri epigastrik, konstipasi, tinja berwarna hitam.(Depkes,2000)

Multivitamin

Vitamin B Kompleks

Vitamin B Kompleks menyediakan intake untuk absorbsi vitamin B1, B6,

B12, niasin, asam pantotenat, biotin, kolin, inositol, asam paraamino benzoat, dan

asam folat.(Sukarban,1995)

1.8 Prognosis

Prognosis pada infeksi cacing tambang akan baik apabila terapi

antelmintik dan terapi zat besi diberikan secara tepat. Selain itu, perbaikan anemia

dan malnutrisi yang adekuat juga mendukung perbaikan pada infeksi cacing

12

Page 14: Cacing Tambang + Anemia

tambang ini. Akan tetapi, dilaporkan beberapa kasus penurunan fungsi

intelegensia pada penderita yang mengalami infeksi cacing tambang.(Garekar,2005)

BAB II

SIMULASI KASUS

2.1 Kasus

Anamnesa

Seorang anak bernama Bobby berumur 8 tahun saat ini duduk di kelas III

SD memiliki keluhan tidak nafsu makan. Keluhan ini sudah berbulan-bulan dan

anak menjadi kurus. Perut anak agak buncit dan mengeluh agak mual. Anak

kadang-kadang mengalami diare encer, tapi sembuh sendiri.

13

Page 15: Cacing Tambang + Anemia

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak seperti kurang gizi

Tanda vital : TD = 110/70 mmHg N = 88 x/menit

RR = 20 x/menit t = 37,5 0 C

Wajah : konjungtiva agak anemis

Toraks : tidak ada kelainan

Abdomen : perut agak buncit, tidak ada splenomegali/hepatomegali

Pemeriksaan Penunjang

Feses : Telur Ancylostoma duodenale (+)

Diagnosis : Infeksi cacing tambang disertai anemia

2.2 Tujuan Pengobatan

Pengobatan kausatif : menghilangkan keberadaan cacing tambang

Ancylostoma duodenale sebagai sumber infeksi.

Pengobatan simptomatik : mengurangi gejala anemia yang terjadi akibat

infeksi cacing tambang.

Pengobatan suportif : pemberian multivitamin sebagai nutrisi pendukung

dan penambah nafsu makan.

2.3 Daftar kelompok obat dan jenisnya yang berkhasiat untuk infeksi cacing tambang yang disertai anemia pada kasus ini

Kelompok Obat Jenis Obat

1. Antielmentik Mebendazol, Pirantel pamoat

2. Antianemia Fero sulfat, fero fumarat

14

Page 16: Cacing Tambang + Anemia

3. Multivitamin Vitamin B12

2.4 Perbandingan Kelompok Obat Menurut Khasiat, Keamanan dan Kecocokannya Untuk Kasus Tersebut

No Jenis Obat Khasiat Keamanan(Efek Samping

Obat)

Kecocokan (Kontraindikasi)

1 Mebendazol Antielmintik Efek sampingnya:Mebendazol tidak menyebabkan efek sistemik toksik mungkin karena absorpsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan anemia maupun malnutrisi.reaksi alergi : demam, eosinofilia, eksantem.(Sukarban,1995)

Kontraindikasi : Mebendazol dikontraindikasikan pada penderita dengan riwayat hipersensitivitas.(Sukarban,1995)

2. Pirantel pamoat

antielmintik Efek samping :

Efek samping pirantel pamoat jarang, ringan dan bersifat sementara, misalnya keluhan saluran cerna, demam, dan sakit kepala.(Sukarban,1995)

Kontraindikasi : Penggunaan obat ini pada wanita hamil dan anak dibawah usia 2 tahun tidak dianjurkan. Dikontraindikasikan pada penderita penyakit hati, karena dapat meningkatkan SGOT pada beberapa penderita.(Sukarban,1995)

3. Fero sulfat Antianemia Efek sampingnya : Iritasi saluran cerna, mual, nyeri epigastrik, konstipasi, tinja berwarna hitam.(Depkes,2000)

Kontraindikasi :Pasien dengan striktur dan divertikulum usus.(Depkes,2000)

4. Fero fumarat

Antianemia Efek sampingnya : Iritasi saluran

Kontraindikasi :Pasien dengan striktur dan

15

Page 17: Cacing Tambang + Anemia

cerna, mual, nyeri epigastrik, konstipasi, tinja berwarna hitam.(Depkes,2000)

divertikulum usus.(Depkes,2000)

5. Vitamin B Kompleks

Multivitamin

2.5 Pilihan Obat dan Alternatif Obat Yang Digunakan

Antielmintik

No.

Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif

1. Nama Obat Mebendazol Pirantel pamoat2 BSO (generik, paten,

kekuatan)Generik : MebendazolBSO : sirup 10 mg/ml

Tablet 100 mgPaten : Vercid®

BSO : tablet 100 mg

Generik : Pirantel pamoatBSO : sirup 50 mg/ ml

Tablet 125,250 mgPaten : Combantrin®

BSO : sirup 25 mg/ ml Tablet 125,250 mg

3. BSO yang diberikan Tablet karena anak sudah bisa menelan

Tablet karena anak sudah bisa menelan

4. Dosis referensi 2 x 100 mg selama 3 hari

10 mg/kgBB selama 3 hari

5. Dosis pada kasus 2 x 100 mg 250 mg 6. Frekuensi pemberian 3 kali sehari 1 kali sehari7. Cara pemberian Per oral, karena anak

masih bisa menelanPer oral, karena anak masih bisa menelan

8. Saat pemberian Bersama makanan, karena absorpsinya meningkat bersama makanan

Sebelum makan, karena absorpsinya terganggu apabila diberikan bersama makanan

9. Lama pemberian 3 hari 3 hari

Antianemia

No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif1. Nama Obat Fero sulfat Fero fumarat2 BSO (generik,

paten, kekuatan)Generik : Fero sulfatBSO : sirup 150 mg/5 ml, tablet 200,300 mg

Generik : Fero fumaratBSO : Tablet 200,300 mg, Kaptab 200 mg

16

Page 18: Cacing Tambang + Anemia

Paten : Iberet®

BSO : sirup 150 mg/5 ml, tablet 200,300 mg

Paten : Hemobion®

BSO : Kapsul 200 mg

3. BSO yang diberikan

Tablet karena anak sudah bisa menelan

Tablet karena anak sudah bisa menelan

4. Dosis referensi 2-3 x 300 mg selama 6 bulan

3 x 200-400 mg selama 6 bulan

5. Dosis pada kasus 2 x 200 mg 3 x 200 mg 6. Frekuensi

pemberian2 kali sehari 3 kali sehari

7. Cara pemberian Per oral, karena anak masih bisa menelan

Per oral, karena anak masih bisa menelan

8. Saat pemberian Sebelum makan Sebelum mkan9. Lama pemberian 2 minggu 2 minggu

Multivitamin

No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif1. Nama Obat Vitamin B complex -2 BSO (generik,

paten, kekuatan)Generik : Vitamin B complexPaten : Bekamin B Complex®

BSO : tiap tablet salut : vit.B1 2 mg, vit B2 2,5 mg, vit B6 2 mg, vit B12 10 ug, nikotinamida 20 mg,kalsium pantotenat 10mg.

-

4. Dosis referensi 2 x 1 tablet5. Dosis pada kasus 2 x 1 tablet6. Frekuensi

pemberian2 kali sehari

7. Cara pemberian Per oral, karena anak masih bisa menelan

8. Saat pemberian Sebelum makan9. Lama pemberian 2 minggu

2.6 Resep Yang Tepat dan Rasional Untuk Kasus Tersebut

17

Page 19: Cacing Tambang + Anemia

Terapi Utama

Dr. Rahmad BudiantoSIP. 07/03/2006

Alamat Rumah :Jl. A. Yani Km. 36 No.27 BanjarbaruTelp (0511) 7455900

Alamat Praktek :Jl. A. Yani Km 38 No.120BanjarbaruTelp (0511) 7455890

Banjarbaru, 14 November 2006

R/ Mebendazol tab 100 mg No.VI S 2.d.d I dc

R/ Ferro sulfat tab 200 mg No.XV S 2.d.d I ac

R/ Bekamin B Complex tab No.XV S 2.d.d I ac

Pro : An. RyanUmur : 8 tahunAlamat : Jl. Kutilang No.64 Banjarbaru

Terapi Alternatif

Dr. Rahmad BudiantoSIP. 07/03/2006

Alamat Rumah :Jl. A. Yani Km. 36 No.27 BanjarbaruTelp (0511) 7455900

Alamat Praktek :Jl. A. Yani Km 38 No.120BanjarbaruTelp (0511) 7455890

Banjarbaru, 14 November 2006

R/ Pirantel pamoat tab 250 mg No.III S 1.d.d I dc

R/ Ferro fumarat tab 200 mg No.XX S 3.d.d I ac

18

Page 20: Cacing Tambang + Anemia

R/ Bekamin B Complex tab No.XV S 2.d.d I ac

Pro : An. RyanUmur : 8 tahunAlamat : Jl. Kutilang No.64 Banjarbaru

2.7 Pengendalian Obat

Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi

pemberian, cara pemberian, saat pemberian, lama pemberian dan efek samping.

Bila timbul efek samping, obat harus dihentikan dan dapat diganti dengan obat

lain yang khasiatnya sama. Pada kasus ini, untuk mengatasi anemia defisiensi besi

seharusnya diberikan selama 6 bulan. Namun, pada pasien ini terapi untuk

mengatasi anemia diberikan selama 2 minggu. Hal ini dilakukan untuk

mengevaluasi apakah terapi yang diberikan selama 2 minggu tersebut efektif

mengatasi anemia defisiensi besi yang dapat terjadi.

Pengobatan terpenting adalah dengan mengetahui penyebab utama

sehingga dapat diberikan obat yang tepat. Bila penyakit bertambah parah atau

tidak sembuh sampai obat habis dapat dilakukan pemeriksaan dan kontrol ulang.

19

Page 21: Cacing Tambang + Anemia

DAFTAR PUSTAKA

1. Chan MS, Bradley M, Bundy DAP. Transmission patterns and the epidemiology of hookworm infection. Int J Epidemiol 1998; 26(6):1392-40

2. Albonico M, Stolzful RJ, Savioli, Tielsch JM, Chwaya HM et al. Epidemiological evidence for a differential effect of hookworm species, Ancylostoma duodenale or Necator americanus, on iron status of children. Int J Epidemiol 1998; 27:530-7

3. Held MR, Bungiro RD, Harrison LM, Hamza I, Cappello M. Dietary iron content mediates hookworm pathogenesis in vivo. Am J Clin Nutr 2006; 74(1):289-95

4. Montressor A, Savioli L. Ankylostomiasis. Orphanet Encyclopedia 2004. (online) Available from: URL:http://www.orpha.net

20

Page 22: Cacing Tambang + Anemia

5. Watson C, Hickey PW. Hookwor infection. eMedicine J 2006. (online) Available from: URL:http://www.emedicine.com

6. Garekar S, Asmar B. Ancylostoma infection. eMedicine J 2005. (online) Available from: URL: http://www.emedicine.com

7. Pohan HT. Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996

8. Sukarban S, Santoso SO. Antelmintik dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI, 1995

9. Ries CA, Santi DV. Obat-obat yang digunakan pada anemia; faktor-fator pertumbuhan hematopoitieik dalam Farmakologi Dasar Dan Klinik edisi 6. Jakarta: EGC, 1998

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2000

21