data mataram

18
 A. Awal perkembangan Kerajaan Mataram Islam Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (1601-1677). Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa. Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan. Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai  jenis tang gapan dar i para pen guasa set empat. Mis alnya, Ki Ageng Giri ng yang ber asal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya. Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.

Upload: haris-nur-mustofa

Post on 12-Apr-2018

362 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 1/18

  A. Awal perkembangan Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah

tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di

Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak

(1601-1677).

Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam

perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari

semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para

penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan

kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.

Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas

perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan

daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan

Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.

Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai

 jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal

dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki

Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya,

misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang

beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan

pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan

strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya.

Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, DanangSutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan

mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang.

Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang

tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.

Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak

yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja

Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun

kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk

memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan

ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.

Page 2: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 2/18

 daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam

Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai

madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan

kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada

tahun 1598-1599.

Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-

penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat

budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak.

Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang

diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsitdatang setelah mimpi dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro

Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari

pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.

B. Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja.

Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau

raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari

kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada

rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.

Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung

antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu,

serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat

administrasi.

Page 3: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 3/18

Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus

memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun

1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601  –  

1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang

meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 –  1645). Pada masa

pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerahkekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.

Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat nama

gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil

membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta.

Gelar “sultan” yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai

kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda

Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun,

dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi

“Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima

pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya SultanAgung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.

Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram

pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah,

maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.

Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang.

Pada tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat

yang sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan.

pada tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya,

pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapatdimenangi oleh tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa

selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan

dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk

menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu

menggempur daerah-daerah pedalaman seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624).

Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.

Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat

secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan

wilayah kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah

mataram. Sukses besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk

menantang kompeni yang masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram

mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung

Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.

Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan

tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat

menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada

Page 4: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 4/18

pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah,

Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan

terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat

dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.

Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan

pada tahun 1639.

Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan

tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat

menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada

pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah,

Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan

terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat

dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.

Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan

pada tahun 1639.

Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat

Tuhan di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun

dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid,

grebeg ramadan, dan upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak

terpisahkan dari tatanan istana.

Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Serat

Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat

sastra Gendhing ber isi tetang budi pekerti l uhur dan keselarasan lahi r batin. Serat Ni tipraja

ber isi tata atur an moral , agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi harmoni s. 

Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk menulissejarah babad tanah Jawi.

Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas

adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan

tradisi kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan

tahun hijriah, masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633,

Sultan Agung berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan

tahun yang baru bagi seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan

dengan tahun hijriah, berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun

 jawa ini tetap sama dengan tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat

penting bagi penulisan serat babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan

yang sangat penting bagi perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa

yang sudah terjadi sejak berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan

ala sultan Agung ini masih banyak digunakan.

Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan.

Satu yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan

tatanan gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan,

Page 5: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 5/18

dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk.

Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja

majapahi t yang bernama Wujil . Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti

(1612 m) pada masa mas jolang.

Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuanmencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah

kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga

menjadi pusat penyebaran islam.

C. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung

Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya,

yaitu :

a. Bidang PolitikKemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam

di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.

a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai

dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian

Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada yang

dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya

Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari

b. Anti penjajah Belanda

Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti

dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang

kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.Adapun penyebab

kegagalannya, antara lain:

- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka

harus menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.

- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia

menjadi lemah.- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang

serba modern.

- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin

memperlemah kekuatan.

- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan

Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam

menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.

Page 6: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 6/18

- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam

menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.

- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat.

Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana

penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.

- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan inidiketahui Belanda sebelumnya.

b. Bidang Ekonomi

Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:

- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan

memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan

pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur

dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke

Malaka.- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan

politik,tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-

mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.

c. Bidang sosial Budaya

Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:

a. Timbulnya kebudayaan kejawen

Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa denganIslam.

Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang.

Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenalsebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud dan sebagainya.

b. Perhitungan Tarikh Jawa

Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram

menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh

syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam

berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi

dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung

ini kemudian dikenal sebagai“tahun Jawa”.

c. Berkembangnya Kesusastraan Jawa

Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang

pesat,termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab

yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan

kenegaraan.Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab

ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.Pengaruh Mataram mulai

memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.Selanjutnya, Mataram

pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:

Page 7: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 7/18

- Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono

III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.

- Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan

Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya

di Yogyakarta.Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu

Kesunanan dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta jugaterbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan

Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di

kuasai.Sultan Agung meninggal pada Februari 1646. ia dimakamkan di puncak Bukit

Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya,Mataram diperintah oleh putranya,

SunanTegalwangi, dengan gelar Amangkurat I ( 1646 –  1677). Dalam masa pemerintahan

Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram

berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling

mengenaskan, pada tahun1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak.

Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai Trunajaya berhasil

menguasai keraton Mataram yang waktu ituteletak di Plered. Amangkurat terlunta-lunta

mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal.Sepeninggal Amangkurat I, Mataramdipegang oleh Amangkurat II yang menurunkanDinasti Paku Buwana di Solo dan

Hamengku Buwana di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk

memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755),

wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti,

mataram dipecah menjadi dua, yakni mataram sukrakarta dan mataram yogyakarta.

Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan

pakualaman. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram

ini disebut sebagai vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram

tersebut masih melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan

mataram tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui

masyarakat.

Aspek Kehidupan Sosial

Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum

Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan

Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh

sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan

surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang

pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan

istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang

dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk

Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan

Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini

menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang

berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah

pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan

penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat

pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk

Page 8: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 8/18

kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi

antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang

kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending

yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut

Hukum Surya Alam.E.

Puncak Kejayaan Mataram Islam

Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung

Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali

Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada

waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie )

Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti

kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut

Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik

keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan,

utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Kemunduran Mataram Islam

Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan

menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat

tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

D. Silsilah Raja dan Sistem Pemerintahan

1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )

- Pendiri desa mataram tahun 1556

- bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya

- Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela

- menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak

perempuan Ki Ageng Henis).

Page 9: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 9/18

- Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada

Hadiwijaya bupati Pajang (murid Ki Ageng Sela ) Keduanya dianggap kakak oleh raja

dan dijadikan sebagai lurah wiratamtama di Pajang.

- Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama dengan Ratu

Kalinyamat membujukHadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang.

Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.- Meninggal tahun 1584

2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )

- pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-

1601

- bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa

- dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.

- putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah

- Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir

Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga

- Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudiandiangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam

mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.

- Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai

pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai

anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun

terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.

- Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang

pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya

Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan.

Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.

- meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudiandimakamkan di Kotagede.

3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu

Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram )

- raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613

- putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu

Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati

- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan

Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai

putra, kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja

Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas

Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik). Empat tahun setelah

Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra bernama

Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah

dipegang oleh Mas Rangsang.

- Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh

terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya

tahun 1613 hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu

Page 10: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 10/18

menjatuhkan kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos

VOC di Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati

mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin

hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.

- meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan

Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ingKrapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di

Krapyak"

4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden

Mas Jatmika )

- lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan

Mataram, 1645

- raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645

- Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa

dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )

- Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkanmenjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975

tanggal3 November 1975.

- putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.( putri

Pangeran Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ))

- Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.

- kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia

dengan VOC

- menyerang Batavia sebanyak 2x.

serangan pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung

Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal.

Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbungberas di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya.

Serangan kedua ( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua 14.000

orang prajurit. serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan mengotori

Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia.

Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.

E. Peninggalan sejarah kerajaan mataram Islam :

I . Sumber- Sumber Berita:

a. Babad Tanah Djawi

b. Babad Meinsma

c. Serat Kandha

d. Serat Centini

e. Serat Cabolek

f. Serat Dharma Wirayat (yang sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.)

g. Serat Nitipraja

h. Babad Sangkala

i. Babad Sankalaniang Momana

 j. Sadjarah Dalem

Page 11: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 11/18

II. Seni dan Tradisi:

a. Sastra Ghending karya Sultan Agung

b. Tahun Saka

Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan

perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan

c. Kerajinan PerakPerak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-

orang Kalang. http://kerajaan-mataram-islam.blogspot.com/  

a. Letak Geografis

Kerajaan Mataram berkembang dari sebuah kadipaten yang saat itu di bawah kekuasaan Pajang.

Wilayah Kerajaan Mataram di daerah Jawa Barat selatan (pinggir Kota Jogjakarta sekarang).

Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.B. Latar Belakang

Dinasti Mataram Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang tertulis pada Babad

Tanah Jawi. Kisahnya berlangsung di pinggiran Kali Opak, di Yogyakarta sekarang. Suatu hari, adalah

seorang petani bernama Ki Ageng Giring. Sementara ia mencangkul di ladang, tiba-tiba ada kelapa muda

 jatuh lalu terdengar suara; “barangsiapa minum air kelapa muda ini, ia dan keturunannya bakal berkuasa

di Tanah Jawa”. Konon “wahyu keprabon” yang ada dalam kelapa muda itu adalah sabda wali terkenal di

Jawa, Sunan Kalijaga. Ki Ageng Giring lalu membawa pulang cengkir (kelapa muda) yang masih hijau

segar itu. Namun ia tak bisa segera meminumnya, karena pada saat itu ia sedang tirakat berpuasa,

hingga kemudian ia pergi membersihkan diri di sungai. Tak lama kemudian datang sahabatnya, Ki Gede

Pemanahan bertamu. Melihat kelapa muda tergeletak, tamu yang haus itupun segera meminumnya.

Pada tetes terakhir Ki Ageng Giring muncul. Ia melihat air kelapa muda itu telah terminum oleh orang

lain. Ia sangat menyesal dan kecewa. Tapi apa daya, ia hanya bisa meminta, agar sewaktu-waktu kelak,

sesudah keturunan Gede Pemanahan yang ketujuh, keturunannya lah yang akan menggantikan

menguasai Jawa”. 

Banyak versi mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan mitos dan legenda.

Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, sepertiDemak dan Pajang.

Menurut salah satu versi, setelah Demak mengalami kemunduran, ibukotanya dipindahkan kePajang dan mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakanekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya Penangsang dari

Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo Penangsang, Sultan Hadiwijaya

(1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang dianggap berjasa dalam

 penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi.

Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanahdi Pati.

Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai atasannya.

Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang Sutawijaya,

yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat

(1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati.

Page 12: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 12/18

Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian daari Mataram yang beribukota di

Kotagede.

Senapati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601.Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati

daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut

direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senapati dalam babad dipujisebagai pembangun Mataram.

Senapati digantikan oleh putranya, Mas Jolang, yang bertahta tahun 1601-1613. Maas Jolang

lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Krapyak. Pada masa pemerintahannya, dibanguntaman Danalaya di sebelah barat kraton. Panembahan Seda Krapyak hanya memerintah selama

12 tahun Ia meninggal ketika sedang berburu di Hutan Krapyak.

Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Di bawah

 pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan. Ibukota kerajaanKotagede dipindahkan ke Kraton Plered. Sultan Agung merupakan raja yang menyadari

 pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa.

Letak Geografis Kerajaan Mataram 

Kerajaan mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara

kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Menurut berita-berita kuno tentang Mataram, wilayahnya

Di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan.1[1] Membentang antaraTugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur

dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam

 pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.

Di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan2[2].

Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara

Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan LautSelatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan

sebagai pusat jagad.

Sejarah Kerajaan Mataram 

Banyak sekali sumber yang mengatakan sejarah kerajaan berdirinya kerajaan Mataram yaitu:

Page 13: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 13/18

1. Mitos Wahyu Keprabon3[3]

Hadirnya sebuah mitos yang mengiringi hadir dan berkembangnya sebuah kerajaan

adalah wajar. mitos adalah penjaga kepercayaan rakyat sehingga dengan mitos itu rakyat tetap percaya bahwa raja adalah utusan dan anak dewa yang berhak memimpinnya hingga akhir hayat.

Walaupun mestinya mitos tersebut harusnya makin hilang, seiring dengan tumbuh kembangnya

ajaran Islam di kerajaan Mataram Islam.

Dinasti Mataram Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang

tertulis pada Babad Tanah Jawi. Kisahnya berlangsung di pinggiran Kali Opak, di Yogyakartasekarang. Suatu hari adalah seorang petani bernama Ki Ageng Giring. Sementara ia mencangkul

di ladang, tiba-tiba ada kelapa muda jatuh lalu terdengar suara. Namun ia tak bisa segera

meminumnya, karena pada saat itu ia sedang tirakat berpuasa, hingga kemudian ia pergimembersihkan diri di sungai. Tak lama kemudian datang sahabatnya, Ki Gede Pemanahan

 bertamu dan Melihat kelapa muda tergeletak, tamu yang haus itupun segera meminumnya. Pada

tetes terakhir Ki Ageng Giring muncul. Ia melihat air kelapa muda itu telah terminum oleh orang

lain. Ia sangat menyesal dan kecewa. ia hanya bisa meminta agar sewaktu-waktu kelak, sesudahketurunan Gede Pemanahan yang ketujuh, keturunannya lah yang akan menggantikan menguasai

Jawa.

2. Hadiah Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang4[4]

Banyak versi mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan mitos dan

legenda. Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan kerajaan-kerajaan terdahulu,seperti Demak dan Pajang. Menurut salah satu versi, setelah Demak mengalami kemunduran,

ibukotanya dipindahkan ke Pajang dan mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan

ini terus mengadakan ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya

Penangsang dari Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo Penangsang,

Sultan Hadiwijaya (1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang dianggap berjasa dalam penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Ageng Pemanahan

memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.

Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkanlama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai atasannya.

Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang Sutawijaya,

yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Sutawijaya kemudian berhasilmemberontak pada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri

sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu

wilayah bagian daari Mataram yang beribukota di Kotagede.

Page 14: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 14/18

Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-

 bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-

turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senapati dalam babad

dipuji sebagai pembangun Mataram.

Penyebaran Islam di kerajaaan Mataram 

Menurut semua cerita tutur Jawa, baik cerita Jawa Tengah maupun Jawa Barat, raja

Pajang, pengganti Sultan Tranggan dari Demak, pada perempat ketiga abad ke-16 telahmengutus seorang panglima pasukannya, penguasa di Pamanahan, ke daerah tetangga, Mataram,

dengan tujuan memasukkannya ke dalam daerah Islam dan membangun daerah Islam di

sana5[5].

Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan mataram yaitu penembahan senapati

(1584  –  1601), panembahan Seda Krapyak (1601  –  1677). Kesultanan mataram memiliki peranyang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (indonesia).

Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan

 para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan

kebudayaan yang bercorak islam di jawa6[6]

Pada tahun 1590, penembahan senapati atau biasa disebut dengan senapati menguasai

madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan

 jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.

Sebagai raja islam yang baru, panembahan senapati melaksanakan penaklukkan-penaklukan ituuntuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam,

untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad

 bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang terletak disebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senapati dengan

 penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di

Selatan Yogyakarta.

Page 15: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 15/18

Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah jawa.7[7]

Panembahan senapati terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang

sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan

Seda ing Krapyak (1601  –  1613).

Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolangmeninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613

 –   1645). Pada masa pemerintahannyalah

Mataram meraih kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan

kebudayaan. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekahsebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma

Senapati Ing Alaga Ngabdurrahman.8[8]

Di luar peranan politik dan militer, Sultan Agung dikenal sebagai penguasa yang besar

 perhatiannya terhadap perkembangan islam di tanah jawa. Ia adalah pemimpin yang taat

 beragama, sehingga banyak memperoleh simpati dari kalangan ulama. Secara teratur, ia pergi ke

masjid, dan para pembesar diharuskan mengikutinya.

Untuk memperkuat suasana keagamaan, tradisi khitan, memendekkan rambut bagi pria,dan mengenakan tutup kepala berwarna putih, dinyatakan sebagai syariat yang harus ditaati. Bagi

sultan Agung, kerajaan mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di tanah

 jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaankerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan upaya

 pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.9[9]

Raja-Raja Mataram 

1. Panembahan Senopati (1584-1601 M) dianggap sebagai raja pertama.10[10]

2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)

3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646 M)

Page 16: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 16/18

KERAJAAN MATARAM

1) Latar belakang berdirinya kerajaan mataram

Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang,  Ki Ageng Pemanahan dilantikmenjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria

Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan

Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkatmenjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan inginmenjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun

1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan

di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat PangeranPangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman,  Pangeran

 Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian

memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah

Kerajaan Mataram.

2) Aspek politik atau pemerintahan

Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapirintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya

tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi,

Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram

 berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya,  Mas Jolang , lalu

cucunya  Mas Rangsang   atau Sultan Agung . Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul

kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura,Blora, Madiun, dan Bojonegoro.

Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar

 pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan

Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruhJawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa,

Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami

kegagalan.

3) Aspek ekonomi

Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan inimenggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada

di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa

yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus

 perdagangan Kerajaan Mataram.

4) Aspek sosial dan budaya

Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum

Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan KerajaanMataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah

 pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang

 bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.

Page 17: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 17/18

Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan

anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.

Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang

merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.

Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yangcukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islamdengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.

5) Runtuhnya kerajaan mataramKemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan

menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak

terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

Kehidupan Sosial Ekonomi Mataram-Islam 

a. Kehidupan Sosial -Budaya  

Antara tahun 1614 hingga 1622, Sultan Agung mendirikan keraton baru di Kartasura, sekitar 5km dari Keraton Kotagede. Ia memperkuat militer, berhasil mengembangkan kesenian, serta

 pertukangan. Selain itu, ia pun membangun komplek pemakaman raja-raja Mataram di Bukit

Imogiri. Kalender Jawa ia ganti dengan sistem kalender Hijriah. Pada tahun 1639, sultan inimengirim utusannya ke Mekah. Setahun kemudian, 1640, utusan Mataram ini membawakan

gelar baru bagi Sultan Agung dari syarif di Mekah. Gelar baru itu adalah Sultan Abdullah

Muhammad Maulana Matarani.

Seperti halnya ibukota kerajaan Islam lainnya, ibukota Mataram memiliki ciri khas kota

 berarsitekturkan gaya Islam. Tata letak istana atau keraton senantiasa berdekatan dengan bangunan masjid. Letak keraton biasanya dikelilingi benteng dengan pospos pertahanan di berbagai penjuru angin. Di luar pagar benteng terdapat parit bautan yang berfungsi sebagai

 barikade pertahanan ketika menghadapi lawan. Parit buatan ini berfungsi juga sebagai kanal,

tempat penampungan yang memasok air ke dalam kota.

Pada masa Paku Buwono II ini di istana Surakarta terdapat seorang pujangga bernama

Yasadipura I (1729-1803). Yasadipura I dipandang sebagai sastrawan besar Jawa. Ia menulis

empat buku klasik yang disadur dari bahasa Jawa Kuno (Kawi), yakni Serat Rama, Serat

 Bharatyudha, Serat Mintaraga, serta Arjuna Sastrabahu. Selain menyadur sastra-sastra Hindu-

Jawa, Yasadipura I juga menyadur sastra Melayu, yakni Hikayat Amir Hamzah yang digubahmenjadi Serat Menak . Ia pun menerjemahkan Dewa Ruci dan Serat Nitisastra Kakawin. Untuk

kepentingan Kasultanan Surakarta, ia menerjemahkan Taj as-Salatin ke dalam bahasa Jawa

menjadi Serat Tajusalatin serta Anbiya. Selain buku keagamaan dan sastra, ia pun menulis

naskah bersifat kesejarahan secara cermat, yaitu Serat Cabolek dan Babad Giyanti.

b. Kehidupan Ekonomi  

Page 18: Data Mataram

7/22/2019 Data Mataram

http://slidepdf.com/reader/full/data-mataram 18/18

Posisi ibukota Mataram di Kota Gede yang berada di pedalaman menyebabkan Mataram sangat

tergantung kepada hasil pertanian. Dengan kehidupan masyarakat yang agraris membentuk

tatanan masyarakat sistem feodal. Bangsawan, priyayi dan kerabat kerajaan yang memerintahsuatu wilayah diberi tanah garapan yang luas, sedangkan rakyat bertugas untuk mengurus tanah

tersebut. Sistem ini melahirkan tuan tanah yang menganggap menguasai wilayahnya.

Kehidupan kerajaan Mataram mengandalkan dari agraris, sedangkan daerah pesisir pantai di

wilayah yang dikuasai tidak dimanfaatkan. Dengan mengandalkan dari pertanian, Mataram

melakukan penaklukan ke beberapa kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Denganmenarik upeti dari wilayah-wilayah penghasil beras menyebabkan perekonomian berkembang

dengan cepat. Keadaan tersebut tidaklah menguntungkan bagi rakyat, karena mereka seakan-

akan diperlakukan tidak benar oleh penguasa. Tidaklah mengherankan apabila banyak yang

melarikan diri dari wilayah kekuasaan Mataram atau terjadinya pemberontakan.