bupati-bupati mataram

33

Click here to load reader

Upload: aqilmunif

Post on 26-Dec-2015

311 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bupati-bupati mataram

23

BAB V

BUPATI-BUPATI MATARAM

Hingga tahun 1670an daerah Brebes masih belum merupakan sebuah daerahKabupaten yang tegak berdiri sendiri. Oleh penguasa kerajaan Mataram daerahtersebut digabungkan bersama daerah Losari dan daerah Tegal dalam sebuah daerahkabupaten. Bupatinya bernama Wirasuta.

Pada waktu itu peperangan truna jaya telah menyusup kedaerah jawa tengahsebelah utara, Bupati Wirasuta menghadapi dua pilihan yang serba menyulitkan. Disatupihak dia melihat sunan Amangkurat I Mataram atau Amangkurat agung (yaitu rajanya)yang harus diselamatkan dari serangan Trunajaya, dan disisi yang lainnya dia melihatVOC yang dibenci nyatanya membantu sunan Amangkurat I , ikut melawan Trunajaya.

Dalam hal ini, demi keselamatan kerajaan Mataram, Bupati Wirasuta mengambiltaktik/siasat : (pura-pura) untuk sementara waktu berpihak kepada VOC, walaupunsesungguhnya tetap membencinya. Pendiriannya yang demikian ini akan nampakdalam pelayanannya kepada sunan Amangkurat II kelak.

Maka pada tanggal 7 Januari 1677 utusan Coenelis Speelman (di Jepara) yangditugaskan ke Tegal, Brebes, telah kembali “Meet Een Geeschrift Van Haet HoofdDer Negerijen Tegal, Brebes En Lossary, Wiero Soeto Genaamd Waarbij BerigtWeerb, Dat Hij, Piero Soeto, Zich Bescheerming Van Den NederlanchAdmiral…”=” dengan sebuah surat dari kepala negeri-negeri Tegal, Brebes danLosari, yang bernama Wirasuta, dimana diterangkan bahwa ia, Wirasuta,berlindung kepada laksamana Belanda…” Lain dari pada itu dalam surat tersebutjuga dinyatakan, bahwa pada waktu itu di daerah Tegal telah terdapat orang-orang dankapal-kapal dari Trunajaya untuk menaklukan daerah itu, “Deoch Dat Hy Wiero Seoto,Getrow Aan De Soesoehoenan Wilde Blijven” “Akan tetapi, bahwa ia Wirasuta,akan tetap setia kepada susuhunan”.

Sunan Amangkurat I sudah tentu sangat berkenan hatinya kepada kesetianWirasuta itu. Tidak mengherankan, jika dalam sebuah suratnya kepada pernerintahpusat di Jakarta tertanggal 3 Septernber 1677 Cornelis Speelman rnernberitahukan,bahwa dalarn waktu singkat Wirasuta telah dinaikkan pangkatnya olehSunanAmangkurat I, “en nu genoemd werd Aria ll Martalaya(onder welken naam hij rneerin de geschiedenis bekend is)”. “dan sekarang disebut Arya Martalaya (dengannama-namaia trebih dikenal dalam sejarah)".

Pada waktu Cornelis Speelman menulis suratnya, keadaan peperangan benar-benar sangat tidak rnenguntungkan baik bagi V.O.C maupun bagi Sunan AmangkuratI. Pada bulan April1677 Comeli Speelman mendarat di Surabaya. Ia bermaksudmengadakan suatu pembicaraan pribadi dengan Turnajaya mengenai keadaan di tanahJawa. Narnun keinginan itu gagal. Trunajaya merasa yakin pada keberhasilan prajurit-prajuritnya di daerah pedalaman Jawa Timur dan pada pengaruh Raden Kajoran didaerah Jawa Tengah. Cornelis Speelman menunggu sampai sebulan larnanya. Namunkeinginannya untuk mengadakan perundingan dengan trunajaya tetap gagal.Trunajayatidak sudi mengakui kekuasaan Amangkurat I atas daerah Madura. Cornelis Speelmanakhirnya sudah tidak sabar lagi. ia segera menyerang Surabaya bersama prajuritBelanda kepada prajurit pribumi, yang sebagian diantaranya terdiri dari orang-orangMakasar. Pertempuran hebat terjadi, Surabaya jatuh.

Trunajaya melarikan diri di daerah pedalaman Jawa Timur dan mendirikanmarkas besamya di ibu kota kuna daerah Kediri. Akan tetapi, Cornelis Speelman masihbelum merasa puas. Ia juga bergerak ke Madura. Kapala-kepala negeri didaerahtempat kelahiran Trunajaya itu oleh pasukan-pasukanV.O.C telah dipaksa untukmengakui kekuasaan Cornelis Speelman dan Sunan Amangkurat I Maduretna tempatkediaman resmi Trunajaya di Madura bagian barat juga telah diserbu dan dihancurkanhingga menjadi puning-puing. Sekalipun demikian, Cornelis Speelman tidak bisa

Page 2: Bupati-bupati mataram

24

tertawa, bahkan sebaliknya. Dengan sangat terkejut ia rnendengar kabar, bahwa ibukota Plered telah diduduki oleh pasukan-pasukan Madura dan Kajoran.

Sunan amangkurat I sendiri pada waktu itu sebenarnya sedang menderita sakityang mengerikan dan hampir gila. Para pangeran saling mencurigai satu sama lain.Mereka tidak pernah memberikan suatu perlawanan yang terorganisir, sekalipunmasing-masing dari mereka masih tetap mempunyai suatu kelompok pengawal pribadidi tempat kediamannya. Dalam suasana panik dan kacau balau, Sunan Amangkurat Iyang telah tua usia itu akhirnya meninggalkan istananya bersama sedikit pengiring.Raja Mataram itu dengan terburu-buru mengundurkan diri ke barat, satu-satunyadaerah yang belum dipenuhi prajurit musuh.

Begitu Sunan Amangkurat I meninggalkan istana, pasukan-pasukan tetap yangterdiri dari prajurit-prajurit Madura dan Jawa Timur telah merembes masuk ke kawasanistana dan memasuki halaman demi halaman tempat kediaman para pangeran danpejabat yang sudah tidak ada lagi di tempat. Demikian juga halnya para perampok.Pada waktu itu bisa dikatakan hampir-hampir tidak terjadi peperangan. Sebaliknya,banyak terjadi bumi hangus dan perampokan. Hanya halaman-halaman tempatkediaman para pangeran dari Madura dan Cirebon saja yang telah mereka amankan.Demekian juga halnya dengan halaman-halaman tempat kediaman pangeran Purbayayang telah berhubungan dengan raden kajoran.

Para pemberontak juga mengambil barang-barang yang terdapat dalam istana.Diantara barang-barang tersebut terdapat mahkota yang berasal dari kerajaanmajapahit dan beberapa buah lambing atau tanda kerajaan lainnya, yang telahditinggalkan oleh sunan Amangkurat I waktu raja Mataram itu pergi meninggalkanistananya dengan terburu-buru. Dua orang dari anak-anak perempuan sunanAmangkurat I juga diambil, masing-masing bernama Klenting Wungu dan KlentingKuning. Para pemberontak dengan cepat mengirimkan semua barang rampasannya kemarkas besar Trunajaya di Kediri. Barang-barang itu dibagi rata antara Trunajayadengan sekutunya Kraeng Galengsung, kecuali lambing-lambang kerajaan dan anak-anak perempuan Sunan Amangkurat I, yang semuanya jatuh ke tangan Trunajaya.Anak-anak perempuan Sunan Amangkurat I itu kemudian dijadikan istrinya.

Menurut beberapa sumber sejarah, Sunan Amangkurat I, dalam pelariannyatelah gagal membujuk anak laki-lakinya, pangeran adipati, mengambil tampukpemerintahan kerajaan Mataram. Untuk merebut kembali kekuasaan dan kedaulatan dikerajaan Mataram, pada akhirnya tugas itu diserahkan kepada ,anak laki-lakinya yanglain, yaitu Pangeran Puger, dengan diberi dua buah barang pusaka masing-masingkeris MaesaNular dan tornbak Kyai Plered. Untuk keperluan itu, Pangeran Pugerbersama saudara-saudaranya telah bertolak ke Bagelen, dimana ia juga telahmenerima gelar Susuhunan Senapati Ingalaga Abdul Rakhman SayidinPanatagama. Pangeran Puger kemudian berusaha menghimpun sebuah kekuatanyang sangat besar untuk merebut kembali lambang-lambang Mataram.

Sunan Amangkurat I melanjutkan perjalanannya ke Tegal.Di sana ia bermaksudmenjumpai pejabat VOC yang menunggukedatangannya di sebuah kapal. lbunyadatang maumenemuinya dari daerah Batang. Sunan Amangkurat I sampaidi Tegaldengan selamat. Raja Mataram itu mampaknya ingin menetap di Tegal. "Ordervoorwendsel van ziekte bleef deSoesoehoenan zich te Tagal ophouden, "zonderietsander uitte” rechten als zich te vermaken." "Dengan dalih sakitsusuhunantetap mandok (menetap) di Tegal, tanpamelakukan sesuatu selain menyenang-nyenangkan diri saja", demikian kata Cornelis Speelman dalam sebuah suratnyatertanggal 3 September 1677, yang ditulisnya di atas kapalperang de Veluwe yangpada waktu itu sedang berada diperairan di depan daerah Semarang.

Di Tegal ia pula akhirnya Sunan Amangkurat I meninggal.Pada hari itujenazahnya dirnakamkan diatas gundukan tanah disebuah "ladang yang harumbahunya". Oleh karena itulah Sunan Amangkurat I akhirnya juga dikenal dengan namaSunan Amangkurat Tegalwangi atau Sunan Amangkurat Tegalarum. Dengandemikian tamatlah sudah lembaran riwayat salah seorang raja Mataram yang terkenal,

Page 3: Bupati-bupati mataram

25

yang dalampanggung peristiwa sejarah Indonesia oleh Belanda pemah dijulukiJavaanse Nero - kaisar Nero nya orang Jawa (karena kekejamannya).

Setelah pemakaman jenazah Sunan Amangkurat I selesai dilakukan, AdipatiArya Martalaya, bupati Tegal, Brebes, danLosari, telah mendesak Pangeran Adipatiagar memegang tampuk pemerintahan kerajaan Mataram. Untuk keperluanituhendaknya Pangeran Adipati memaklumkan dirinya menjadi raja di Tegal, sampai iaberhasil mengumpulkan sebuah pasukan yang cukup kuat untuk menyerang parapemberontak di daerah Jawa Timur. Adipati Arya Matalaya mau melayaniPangeranAdipati mengumpulkan orang sebanyak mungkin yang dikehendakinya. Akan tetapiPangeran Adipati menolak. Ia tidak mempunyai keberanian melakukan usaha untukmendapatkan kembali kekuasaan yang telah dimiliki oleh saudaranya sendiri, PangeranPuger. Sebaliknya, Pangeran Adipati telah minta kepada Adipati Arya Martalayauntukmengusahakan sebuah kapal, hingga ia bisa meneruskan perjalanannya keMekkah untuk menunaikan ibadah haji. Pangeran Adipati memutuskan untukmenyerahkan selama-lamanya pemeliharaan kerajaan Mataram kepada saudaranya,Pangeran Puger. Sekalipun mempunyai kapal-kapal, namunAdipati Arya Martalayatidak mau memenuhi permintaanPangeran Adipati dengan harapan ada kemungkinanPangeranAdipati mau mengubah keputusannya.

Bupati Tegal, Brebes, Losari itu tetap membujuk PangeranAdipati agar maumemegang tampuk pemerintahan kerajaan Mataram, namun Pangeran Adipati tetapmenolak, bahkan telah pergi mengasingkan dirinya ke daerah Banyumas, bertapadalam sebuah rnasjid. Pada hari yang ke tujuh, waktu Pangeran Adipati tertidur, sangPangeran bermimpi, bahwa atap dari masjid itu telah terbuka, seolah-olah terbawa naikke angkasa.Lalu nampaklah bulan pumama yang gilang gemilang cahayanya, yangsinarnya semarak memancar ke seluruh penjuru Pulau Jawa, yang kemudianmendekati masuk ke dalam dadanya. Pangeran Adipati merasakan mendapatkansemangat dari perlambang itu hingga mengubah keputusan yang telah diambilnya dandengan mengumpulkan kembali amanat-amanat mendiang ayahnya, akhirnya ia berniatmendapatkan bantuan dari orang-orang Belanda. Untuk keperluan itu ia mengirimkandua orang utusan ke Jakarta.

Pangeran Adipati selanjutnya- memberikan perintah kepada adipati AryaMartalaya untuk mengumpulkan kekuatan sebanyak mungkin. Disamping itu ia jugamengirimkan orangyang dipercayainya ke desa Dunan, untuk mencari bungaWijayamala, yang dikalangan orang Jawa merupakan sebuah bunga perlambang,dimana ada kepercayaan, jika seorang yang sedang berada dalam kesulitan berhasilmendapatkannya, maka apa saja yang diusahakannya akan mendapatkankeberuntungan.

Adipati Arya Martalaya dengan segera berusaha dengan sekuat tenaga dansebaik-baiknya disertai semangat yang menggelora untuk mengumpulkan pengikutnya,dengan harapan bahwa dengan menunjukan sebuah pasukan yang besar, adakemungkinan ia bisa membujuk Pangeran Adipati untuk melepaskan keinginannyamelepaskan bantuan dari Belanda. Mengenai bantuan bantuan Belanda yang akandating di Tegal, dengan terus terang Adipati Arya Martalaya mengemukakanpendapatnya kepada Pungeran Adipati sebagai suatu hal yang sangat memalukanbagi dirinya. Katanya : "Paduka, kami merasa sangat malu mendengar, Yang Muliamenginginkan bantuan dari orang-orang Belanda. Jika Paduka rnenginginkan orang,kami sekararang telah siap dengan banyak sekali pengikut kami, untuk melaksanakanapa apa saja yang paduka inginkan. Berilah kami perintah dan kami akan mernbasmimusuh-musulh paduka". Pangeran Adipati menjawab : " Martalaya, apa sebabnyaengkau sampai merasa malu ? Aku telah menerima bantuan dari orang Belanda, olehkarena mereka selalu menyetujui dan percaya kepadaku. Maka sudah menjadi tekadkuuntuk tetap meminta bantuan kepada Belanda di Jepara". Adipati: Arya Martalaya diam,tidak bisa lagi berkata. Sementara itu utusan yang dikirim untuk mengambil bungaWijayamalaya ke desa Dunan telah kembali dengan membawa bunga yung *sangatberharga itu. Karena hasil inilah Pangeran Adipati kemudian memutuskan untuk

Page 4: Bupati-bupati mataram

26

memakai gelar Susuhunan Amangkurat Senapati Ingalaga. Tidak lama antaranya orangBelanda ternyata juga telah memberikan persetujuan untuk mengirimkan bantuan yangdiharapkannya.

Pada waktu pasukan-pasukan bantuan dari pihak Belanda itu telah mendarat,Susuhunan telah berkenan menerima kedatangan laksamana pasukan-pasukanBelanda itu dan para opsirnya secara resmi. Para opsir telah memperkenalkan dirimereka dengan berdiri berjajar, sedang topi-topinya diletakkannya pada tangannya.Adipati Arya Martalaya memandang perilaku seseorang yang berdiri dihadapan rajaseperti dilakukan oleh para perwira Belanda itu sebagai suatu perbuatan yang tidakhormat. Oleh karenanya Adipati AryaMartalaya dengan segera memerintahkan kepadapara opsir Belanda itu untuk duduk seperti cara orang Jawa, yang kemudian diterusandengan memaksa laksamananya untuk melakukan perbuatan yang sama. WaktuSusuhunan melihat semua kekacauan yang telah terjadi, Susuhunan minta kepada dutaBelanda untuk memberikan pengertian kepada para opsirBelanda dan laksamananya.Waktu kemudian mereka mendengar, bahwa mereka bisa menunjukkan penghormatanmereka cukup dengan cara menundukkan kepala saja, orang-orangBelanda itu merasasenang dan mengingatkan AdipatiArya Martalaya untuk tidak mencampuri perbuatanmereka.

Selanjutan Susuhunan menanyakan nama komandan pasukan-pasukan Belandaitu. Setelah komandan itu memberitahukan namanya, pangkat laksamana danbawahannya, kepala tentara Belanda itu mengatakan, bahwa ia telah mendapatkanperintah dari pemerintah tinggi di Jakarta untuk melanjutkan perjalanannya dari Tegaldengan membawa bala tentara terdiri dari orang Eropa, Makasar dan lain sebagainyauntuk memberikan setiap bantuan yang dikehendaki Susuhunan demi menegakkankekuasaannya. Pada waktu itu, juga telah disampaikan persembahan bingkisan-bingkisan berharga untuk Susuhunan, salah sebuah di antaranya berupa pakaian-pakaian yang sangat indah seperti yang dipakai oleh orang-orang Belanda, Susuhunanlalu mengambil salah sebuah dari pakaian itu dan segera memakainya. Bala tentaraBelanda kemudian membagi diri menjadi dua. Yang sebagian berangkat ke Jeparabersama laksamananya, sedang yang lain menyertai Susuhunan, yang melanjutkanperjalanannya melalui darat dari Tegal ke Pekalongan, dan kemudian bersama parapengikutnya menuju Jepara melaiui lautan. Kedatangan Susuhunan di kota itu disertaisebuah pasukan yang agak besar dari Demak dan Tegal.

Di antara mereka yang telah sangat giat memberikan bantuan kepadaSusuhunan adalah Adipati Arya Martalaya, yang kebenciannya kepada Belanda masihtetap berlanjut.

Oleh karena sebenarnya di dalam hati Sunan Amangkurat II sendiri sudah adabenih tidak cocok dengan sifat dan pendirian Arya Martalaya itu, "sekedar untukmerenggangkan hubungan beliau dengan Arya Martalaya, maka langkah pertamaSunan menberi tugaskepada Ariya Martalaya untuk menguasai wilayah Brebes danLosari. Langkah ini sekaligus merupakan peristiwa pemecahan wilayah Tegal menjadidua, yang berada di sebelah timur tetap bernama Wilayah Tegal, sedangkanBrebes/Losari yang ada di sebelah barat. Sampai pada saat itu wilayah Brebes belummerupakan daerah kabupaten yang mandiri.

Maka kiranya sangat menarik perhatian apabila dalam penulisan ataulaporannya di dalam buku : Beeschrijving van groot djava major. Francois valentynmenyebut Arya Martalaya adalah land Voogd van het lands chap van Brebes en Losari( Wali daerah Brebes dan Losari ) dan di dalam Dagregister (daftar harian) VOC seringdisebut De Javaanse Gouveneur van Brebes. Jadi jelas wilayah Brebes/Losari sejauhini belum merupakan regentschap (Kabupaten). Adapun wilayah Tegal pada kurunwaktu itu berada di bawah perwalian Ingabei Surayuda.

Mendengar kebencian penguasa wilayah Brebes dan Losari kepada Belanda ini,laksamana tentara Belanda lalu menghadap Susuhunan, minta agar Adipati AryaMartalaya dibinasakan, dimana ia telah menopang keinginannya dengan sebuahpermintaan tertulis dari pemerintah pusatnya di Jakararta mengenai hal yang sama

Page 5: Bupati-bupati mataram

27

disertai ancaman, jika Susuhunan Amangkurat Il tidak menyetujui maksud itu, beliauakan segera dibawa ke Jakarta.

Untuk melaksanakan perintah tersebut, mula-mula susuhunan berusahamengirimkan Adipati Arya Martalaya ke Kediri untuk melawan Trunajaya. Akan tetapi,Adipati Arya Martalaya ternyata telah mendapatkan informasi mengenai maksud jahatpihak Belanda pada dirinya, hingga ia menolak undangan susuhunan untuk datangmenghadap, dengan dalih sakit. Ketidak patuhannya itu telah demikian membangkitkanamarah susuhunan, hingga susuhunan memutuskan : sebagai langkah kedua AryaAartalaya harus segera dibunuh. Tugas ini diserahkan kepada Bupati Jepara, AdipatiMartapura. Pada suatu waktu Susuhunan Amangkurat II sedang berkunjung ke Jepara.Bagai mana juga Arya Martalaya masih mempunyai sisa rasa kesetiaan kepadarajanya. Maka dia ikut juga ke Jepara.

Adipati Martapura pergi ke tempat pesanggrahan Adipati Arya Martalaya yangkebetulan sedang berada di Jepara, dengan disertai dua ratus orang pengikutnya.Sedang Adipati Arya Martalaya sendiri, setelah mendengar ikhwal kemarahansusuhunan kepadanya, juga telah mengumpulkan pengikutnya dengan jumlah yangsama. Waktu Adipati Martapura mendekati Bupati tegal, Brebes dan Losari itu,kebetulan sedang duduk di atas sebuah permadani berwarna kuning. Dan setelahAdipati Arya Martalaya mengetahui, bahwa Adipati Martapura hendak membunuhnyaatas perintah sesuhunan, adipati Arya Martalaya berkata: “Jika hal itu memang sudahmenjadi keinginan pangeran, engkau harus melakukan kewajibanmu. Aku sudah siap”.Adipati Martapura kemudian menarik kerisnya yang bernama Kiyai Jaka Tuwa danmemasukannya pada perut Adipati Martalaya. Sebaliknya Adipati Arya Martalaya jugatelah menikamkan kerisnya yang bernama Kiyai Kasur pada leher adipati Martapura,hingga tenggorokannya terpisah menjadi dua. Kedua Bupati kerajaan Mataram yangterkemuka itu akhirnya tewas. Para pengikutnya saling menyerang. Hampir seluruhnyatewas, berserakan disekitar mayat pemimpinnya.

Wirasuta yang akhirnya diberi gelar dan nama Tumenggung Arya Martalaya,pada masa mudanya hidup di dalam kurun waktu masa kekuasaan Sultan AgungAnyakra Kusuma diMataram yang sangat menentang akan kehadiran Belanda(VOC) dibumi Nusantara.

Nama Wirasuta itu sudah menunjukkan sifat-sifat khas sang pemuda. Wiraartinya : gagah berani. Suta artinya : anak. Arti seluruhnya : Anak yang gagah berani.Pemuda Wirasuta Martalaya ini semula mendapat kepercayaan dari Sultan AgungMataram sebagai pelatih/penggembleng kader-kader prajurit pejuang anti Belanda yangakan dikerahkan untuk menyerbubenteng/loji VOC di Batavia (Jakarta). Semangat danpengaruh sang pemuda tentu saja meluas sampai ke daerah di kiri kanannya, termasukdaerah Brebes yang memiliki jiwa patriotik ini tentu saja akan menurun kepada anakcucunya, dan memang terbukti.

Pada sekitar tahun 1678 terdapat didalam catatan VOC di Batavia (Jakarta),bahwa lurah Brebes (tentunya bersama anak buahnya) ditangkap dan dihukum olehBelanda, kerena ternyata mereka menggabungkan dengan gerombolan pemberontakanti Belanda yang merembes dari Banten dan lndramayu Jawa Barat. Semangat antipenjajah ini tentu berasal dari pengaruh atau bahkan gemblengan dari WirasutaMartalaya tersebut, yang sayang akhirnya harus melewati drama berdarah yangmengerikan/tragis itu.

Tumenggung Arya Martalaya telah tiada. Kematiannya merupakan gugurnyaseorang satria yang patut diberi gelar pahlawan. Sebagai satria karena ia sebagaiTumenggung/Adipati bawahan raja Mataram, tetap setia pada tanah air dan rajanya,bagaimanapun sikap dan sifat rajanya itu. Sebagai pahlawan, karena ia ternyata berdiriteguh pada prinsip dan pendiriannya : Lebih baik mati dari pada menjadi budakpenjajah.

Drama berdarah itu terjadi terjadi pada tanggal 17 Januari 1678. Pada ke esokanharinya tanggal 18 Januari 1678, jatuh pada hari senin kliwon, raja mataram/SunanAmangkurat II berkenan mengisi kekosongan-kekosongan jabatan bupati di daerah :

Page 6: Bupati-bupati mataram

28

Jepara, Pati, Tegal dan Brebes. Untuk Kabupaten Jepara diangkatnya putra Bupatiyang telah meninggal, yaitu (Dejojo Pattie) = Jaya Pati dengan nama Sujono Pura (II)untuk Kabupaten Pati Tumenggung Mangun Oneng. Untuk Kabupaten Tegal diangkatadik Adipati Arya Martalaya : Reksanagara (I). adapun untuk Brebes, yang sekaligusdijadikan daerah Kabupaten yang berdiri sendiri, diangkat adik Adipati Arya Martalayajuga, disebut dengan nama dan gelar : Tumenggung Arya Suralaya.

Kurang dari dua bulan berikutnya, tepatnya pada tanggal 28 Febuari 1678 SunanAmangkurat II berkenan mengangkat bupati-bupati kordinator (menurut De Veer DeeLing Van Kraton En Rijk Tijdeens Pakubuwana II jabatan itu disebut : Wedana =Pemuka. Jabatan dibawah Kepatihan = Rijksbestuurdeer = Patih Kerajaan) untukmengurusi Kabupaten-kabupaten di pulau Jawa pantai utara sebelah barat (pesisirkulon, meliputi : Brebes dan Losari dan Tegal terus ke timur sampai Demak)diangkatnya : Adipati Mandaraka. Sedangkan untuk pantai utara sebelah timur (PesisirWetan, meliputi Jepara terus ke timur sampaiBanyuwangi) diangkatnya : Ariya Urawan.Di dalam hal ini VOC sudah ikut campur tangan mengenai urusan Kerajaan Mataram,sekalipun belum menjajahnya. Pengangkatan-pengangkatan itu tadi dituangkan dalamperjanjian yang ditandatangini VOC juga.

Jika kita sudah metihat munculnya daerah Brebes dan Losari sebagai sebuahkabupaten yang berdiri sendiri, terpisah dari daerah Tegal. Sebagai Bupati pertamaadalah Turnenggung Arya Suralaya, seperti tersebut di atas. Tumenggung inimempunyai dua orang saudara laki-laki yang semuanya menjabat sebagai Bupati puladi daerah tetangga, yuitu masing-masing Tumenggung Reksanagara untuk KabupatenTegal dan Tumenggung Sumawijaya bupati di pemalang.

Catatan: Meskipun tidak terlalu lama, menurut laporan yang ditemukan dalam"Dagh-Register VOC”, ataupun di dalam penulisan Francois Valentyn, TumenggungArya Martalaya itu menjelang akhir hayatnya, pernah menjadi tokoh Daerah Brebesdengan jabatan/sebutan : De Javaanse Gouverneur van Brebes atau Londvoogd vanHet Landschap van Brebes. (=Gubemur Jawa di Brebes atau wali Daerah Brebes). Didesa Keretabasuki Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes terdapat 2 buah makamkuna, yang oleh penduduk setempat disebut makam Arya Martalaya dan isterinya. padabulan-bulan tertentu setiap tahunnya dikunjungi oleh sementara peziarah, bahkan adajuga yag dari Iuar daerah.

Lepas dari betul atau tidaknya anggapan ini, yang jelas penduduk Brebes adayang menokohkan Arya Martalaya itu. Sedang di mana makam Arya Martalaya danMartapura, belum ada petunjuk yang meyakinkan.

Page 7: Bupati-bupati mataram

29

BAB VIJAMAN VERENIGDE OOST - INDISCHE COMPAGNIE

(V.O.C)

Pada awal dasawarsa pertama abad ke-XVIII di kerajaan Mataram terjadiperebutan tahta antara Sunan Amangkurat lII, putera Sunan Amangkurat II, yang jugadikenal dengan nama Sunan Mas dengan Pangeran Puger, putra Sunan Amangkurat I.Perebutan tahta kerajaan antara kemenakan dan pamannya itu menerbitkan sebuahpeperangan yang dalam lembaran sejarah Indonesia pada umumnya dikenal dengannama " eerste Javaanse successie-oorlog" "perang suksesi Jawa I".

Dalam peperangan itu Pangeran Puger telah mendapatkan bantuan dari pihakBelanda. Bantuan tersebut telah berhasil menghantarkan Pangeran Puger menaikitahta kerajaan Mataram yang didambakannya dan pada tanggal 19 Juni 1704 PangeranPuger denga resmi telah dilantik oleh VOC di depan khalayak ramai di Semarang.Memakai gelar : Susuhunan Paku Buwana I.

Namun, untuk bantuan yang diterimanya itu Pangeran Puger harusmengeluarkan biaya yang sangat mahal. Hanya beberapa minggu saja setelah ibu kotaKartasura berhasil direbut yang terjadi pada tanggal 28 Oktobet 1745, pembesar VOCHerman deWilde telah menandatangani sebuah surat perjanjian baru denganSusuhunan Pakubuwana I di mana antara lain dinyatakan, bahwa kerajaan Mataramakan menyerahkan seluruh daerah Priangan dan Cirebon kepada VOC. Demikian jugahalnya sebagian pulau Madura sebelah timur.

Dengan adanya surat-surat perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1743 dan1746 oleh Sunan Pakubuwana II dengan pihak VOC dan yang terakhir dengan adanyaperjanjian yang ditandatangani pada tahun 1767, maka banyak sekali daerah pulauJawa di antaranya seluruh daerah pesisir utara pulau Jawa termasuk Brebes, telahmenjadi milik VOC, di mana pemerintahan dari daerah-daerah kabupaten di kawasanitu telah diselenggarakan langsung di bawah pengawasan VOC,“zonderbemoeienissen van de vorsten voert" - "tanpa membawa campur tangan raja-raja". Dengan demikian ikhwal pengangkatan dan pemberhentian para bupati di daerahpesisir utara jawa dengan mutlak merupakan kekuasaan VOC.

Dari kurun masa pemerintahan VOC ini kita melihat, bahwa Bupati BrebesTumenggung Suralaya, yang notabene telah menduduki jabatannya karena diangkatoleh raja Mataram, masih tetap memegang jabatannya. Dalam laporan singkatnya padapemerintah tinggi di Jakarta tertanggal 1 Nopember 1756, Gubernur voc untuk kawasanpropinsi pantai timur laut purauJawa Nicolaas Hartingh telah menyebutkan nama bupatiBrebes itu. Demikian juga halnya dalam naskah serah terima jabatannya tertanggal 26Oktober 1761, yang sekaligus memberikan keterangan, bahwa kedua orang saudarabupati Brebes tersebut, yakni Raden Tumenggung Reksanegara dan TumaenggungSumawijaya, masing-masing masih menjabat sebagai Bupati di daerah Tegal danpemalang. Menurut Nicolaas Hartingth, pada masa itu daerah Brebes masih terdapathutan dan semak-semak.

Pada tahun 1774 kita sudah tidak menjumpai lagi nama bupati BrebesTumenggung Ariya Surataya. Sebagai penggantinya adalah Tumenggung puspanegara(I). Nama ini tersebut dalam surat Gubernur VOC untuk kawasan propinsi pantai timurlaut pulau Jawa tertanggal 5 pebruari 1774, yang kecuali sudah tidak menyebutkan laginama bupati Brebes Tumenggung Suralaya, juga sudah tidak menyebutkan lagi namabupati Pemalang Tumenggung Sumawijaya. Sebaliknya, kita justru melihat namaRaden Tumenggung Reksanegara, yang semula menjadi Bupati Tegal, sebagai bupatidi daerah Pemalang. Dan bupati pemalang yang baru disebut sebagai “oomen broedervan de regenten van Tegal en Brebesrespective" artinya “sebagai paman dan saudaramasing-masing bupati Tegal dan Brebes". Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan,bahwa bupati daerah Brebes yang baru,yaitu Tumenggung Puspanegara (I) tersebut,

Page 8: Bupati-bupati mataram

30

masih kerabat dekat bupati Brebes yang lama Tumenggung Ariya Suralaya. Dari silsilahyang dapat ditemukan dia adalah keponakan dan menantu Tumenggung Ariya Suralayaitu sendiri.

Pada tanggal 12 Juli 1773 Bupati Brebes Tumenggung Puspanegara telahdipaksa oleh VOC menandatangani acte vanverband (pemyataan ikatan) yang isinyaberkaitan dengan "hetdoen van heerendiensten en de verpligte leverantie vanproducten" - "pelaksanaan pekerjaan rodi (gugur gunung paksa) dan penyerahanbeberapa macam hasil bumi yang diharuskan". Kecuali menyebutkan jenis-jenispekerjaan rodi yang harus dilakukan dan hasil-hasil produksi yang setiap tahun harusdiserahkan ke Semarang, dalam akta ini bupati Brebes juga menyatakan. bahwa iatidak akan melakukan persekutuan dan perhubungan dengan orang-orang yang tidakberada di bawah kawasan VOC, terutama dengan seorang yang bertempat tinggal diluar pulau Jawa, jika tidak memperoleh ijin khusus dari gubemur dan diretur VOC diSemarang.

Setelah bupati Brebes Tumenggung Puspanegara (I) yang merupakan bupatipertama yang menandatangani akte Vanveband, kita rnelihat tercantumnya namabupati-bupati dari berbagai daerah lain yang juga harus menandatangni akta semacamitu. Para bupati tersebut berturut-turut : bupati Tegal, Pemalang, Wiradesa (sudahterpisah dari Kab. Brebes), Pekalongan, Batang, Kendal, Kalirwungu, Tuban, Lasem,Jepara dan di belakang hari juga para bupati dari daerah Madura, Surabaya,Parnekasan, Gresik, Sumenep, Bangil, Lamongan, Pasuruhan Sedayu dan empatorang bupati dari daerah Blambangan sebelah barat. Ketentuan ini berlaku terus bagibupati-bupati baru yang dilantik. De Haan (Belanda) sendiri mengakui bahwa acte vanverband ini bukan merupakan sebuah kontrak (perjanjian) oleh karena dalam aktatersebut VOC sendiri tidak menanggung kewajiban melakukan sesuatu (misalnyasangsi). Dengan akta itu Bupati yang bersangkutan hanya menyatakankesanggupannya mau melakukan kewajiban-kewajiban tertentu.

Di dalam hal penandatanganan acte van verband ini, perlu dijelaskan sebagaiberikut :1. Tumenggung Puspanegara (I+II) dan bupati-bupati lain daerah yang terpaksa

menandatangani akte tersebut, pada saat itu sudah terlepas dari fungsinya sebagaiandahan/atau pegawai bawahan Raja Mataram, daerah-daerahnya/wilayahnya yangdikuasai sudah diserahkan kepad VOC sebagai imbalan bantuannya.Kekuatan/kekuasaan mereka sudah hancur termakan oleh politik pemecah belahBelanda.

2. Dengan sendirinya para Bupati tersebut dapat dikatakan sudah menjadi pegawaibawahan/dibawah kewenangan dan kekuasaan Belanda (= VOC yang sudah mulaimemerintah). Betapapun rasa ketidakpuasnnya terpaksa disembunyikan saja.Terbukti bahwa akhirnya ada juga bupati-bupati yang berani menunjukan sikapantipatinya kepada VOC, bahkan ada pula yang berani melawan atau menolakkepada raja karena Sunan-sunan itu sebagian banyak bersahabat dengan belanda.

Tentang riwayat Tumenggung Puspanegara (II) ini lebih lanjut dapat dipaparkansebagai berikut :

Meskipun sudah menandatangani akte van verband, tetapi nyatanya dia beraniberterus terang menunjukan sikap menentang kepada Belanda dan kelak terhadapInggris juga. Kegigihan, ketahanan dan keuletan perjuangannya, rakyat banyak yangmenceritakannya. Antara lain : Belanda pernah menjalankan siasat pancingan ataujebakan untuk menangkap menaklukannya. Tetapi selalu gagal, karena kelicinan dankesaktian Tumenggung Puspanegara (II) itu. Pernah diadakan rencana menjebaknyadengan mengadakan acara “Tayuban” (=tari-tarian tandak/ronggeng) dengan minum-minuman alcohol di pendopo Kabupaten Cirebon. Dengan maksud kalau Puspanegarasudah mabuk harus segera ditangkap. Tetapi usaha ini pun tetap gagal. Puspanegaramampu meloloskan diri darikepungan tipu daya itu. Akhirnya disudahi dengan politikadu domba, sebagaimana yang akan diuraikan dalam Bab VII nanti.

Page 9: Bupati-bupati mataram

31

Catatan singkat mengenai makam para Bupati Brebes :Di desa Wanasari, Kecamatan Wanasari, (dahulu) terdapat sebuah makam.

Menurut penuturan orang tua, itu adalah makam para Bupati Brebes. Akan tetapikarena terkikis oleh aliran sungai Pemali (erosi) yang mengalir tepat di pinggir sebelahselatannya, maka makam itu kemudian dipindah ke Desa Klampok, di dalam kawasankecamatan Wanasari pula, di sebelah utara jalan negara, jurusan Brebes-Cirebon, danpada tahun 1967 di pugar oleh R Sartono Gondosuwandito, SH yang menjabat Bupatidi Brebes pada saat itu. Sedangkan di Desa Sura Kidul, dahulu termasu kwilayahkecamatan Jatibarang, tetapi sekarang menjadi kawasan Kecamatan PagerbarangKabupaten Tegal, terdapat makam :1. Bupati Raden Hariya Singasari Panatayuda (I) Bupati Brebes asal Karawang2. Ibundanya, yaitu Raden Ayu Singasari Kusuma, isteri Raden Singanegara Patih

Krawang.3. Isteri Bupati Raden Hariya Singasari Panatayuda.

Seperti diterangkan di atas, di makam Sura ini terdapat juga makam PangeranAtas Angin dan keturunan Bupati Puspanegara, yaitu R. Joned Puspanegara denganisterinya. Adapun di Desa Klampok, seperti yang telah disebutkan tadi, terdapat makamBupati Raden Adipati Ariya Singasari Panatayuda II dan III serta beberapa makamBupati berikutnya.

Gambar 6.1Makam atau Pesarean keluarga Pusponegoro yang berada di desa Sura Kidulyang terkenal dengan Makam Sura. Di makam tersebut juga terdapat makamPangeran Atas Angin.

Page 10: Bupati-bupati mataram

32

Gambar 6.2Makam Raden Ayu Singasari Kusuma, istri Patih Karawang Raden Singa Negaradan Ibu Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda di desa Sura Kidul. Sama benarbentuknya dengan makam anaknya. (J. W. Van Daperen, Volks Kunde Van Java,Djawa, 1936).

Page 11: Bupati-bupati mataram

33

BAB VIIJAMAN PENJAJAHAN INGGRIS

Pada tahun 1795 negeri Belanda diduduki bala tentara revolusioner Perancis.Dengan pertolongan tentara Asing itu kaum unitaris berhasil merebut kekuasaan. Tigatahun berikutnya berdirilah sebuah republik dengan nama Bataafsche Republiek.Pemerintah yang baru di negeri Belanda ini ternyata tidak menyukai VOC. Dalamkonstitusi baru yang ditetapkan pada tahun 1798 dengan tegas dinyatakan, bahwa VOCharus diakhiri. Di samping itu, dalam konstitusi itu juga disebutkan, semua hak dankewajiban VOC akan diambil alih oleh negara, sedang para pemegang sahamnya akandiberi ganti rugi. Khususnya mengenai daerah jajahan VOC dinyatakan, daerahtersebut akan diurus oleh sebuah majelis bernama Raad der Aziatische bezittingen enEtablissementen. Majelis ini mulai bekerja pada tanggal 1 Januari 1800 dan sejak saatlenyaplah VOC dari rnuka bumi.

Bataafsche Republiek ternyata tidak berusia lama. Atas perintah kaisar NapoleonBonaparte, pada tahun 1807 republik yang masih muda itu telah dibubarkan. Sebagaigantinya didirikan sebuah kerajaan, sedang sebagai rajanya diangkat adik kaisarNapoleon Bonaparte sendiri Louis Napoleon Bonaparte.

Sementara itu, ketika di negeri Belanda sedang berkobar huru-hara, Willem Vtelah pergi mengungsi ke Inggris. Ditempat pengungsiannya ini ia telah memberikankuasa kepada Inggris untuk menduduki daerah-daerah jajahan Belanda diseberanglautan untuk kepentingannya. Cita-cita raja Belanda dari wangsa Oranje ini ternyatatidak hanya tinggal cita-cita belaka. Tidak lama setelah het koninkrijk Holland berdiridibawah pimpinan Louis Napoleon Bonaparte, banyak daerah jajahan Belanda diseberang lautan telah berada di tangan Inggris, di antaranya Malaka dan pantai baratpulau Sumatera. Pulau Jawa berada dalam keadaan bahaya.

Raja Louis Napoleon Bonaparte kemudian mengirimkan seorang "patriot"Herman Willem Daendels untuk mempertahankan pulau Jawa. Namun, ia tidak lamamemerintah. Waktu Daendels sedang sibuk mengokohkan pemerintahannya, kaisarNapoleon Bonaparte ternyata telah menghapus kerajaan Belanda di bawahpemerintahan adiknya. Wilayahnya digabungkan menjadi satu dengan wilayahkerajaan Perancis. Akibatnya, daerah-daerah di Nusantara kita yang ada pada waktuitu telah berada di bawah kekuasaan Daendels, dengan sendirinya menjadi daerahkerajaan Perancis, diantaranya sebagian pulau Jawa.

Karena dianggap sangat Otokratis. Deandels sendiri telah diturunkan darijabatannya dan ditarik kembali ke Eropa. Sebagai gantinya ditunjuk Janssens.Penggantian jabatan ini terjadi pada tahun 1811. Pada masa pemerintahan Janssensinilah Inggris telah mengerahkan ekspedisinya untuk merebut pulau Jawa, terdiri dari100 buah kapal dengan disertai 12.000orang prajurit di bawah pimpinan Sir SamuelAuchmuty.

Janssens tidak berhasil menahan serangan Inggris. Tepat pada tanggal ISeptember 1811, di dekat sungai Tutang Salatiga. Janssens telah menandatanganisebuah kapilasi yang disodorkan oleh Sir Samuel Auchmuty. Dengan kapitulasi iniberakhirlah masa penjajahan Perancis di tanah air kita. Pulau Jawa jatuh ke tanganInggris.

Bagaimana dengan daerah Brebes pada masa ini.Bupati Brebes, Tumenggung Puspanegara (II), ternyata berontak melawan

Inggris. Pemberontakan Bupati Brebes ini sangat terkenal di kalangan masyarakatsetempat, hingga terekam dalam sebuah tradisi lisan, sebagaimana telah diungkapkanoleh van Dapperen dalam serial artikelnya mengenai aspek-aspek antropologi daridaerah Tegal, Brebes dan Pemalang.

"Sigeg gantos tjarijosipoen kjahi Toemengoeng Poespanagara, Boepati ingnagari Brebes. Poenika mogok mboten poeroen dipoen reh dening Goepermen Landi.Katjarijos Toewan Besar ing Betawi, Toewan Besar Raffles, miring doeka jajah sinipi,

Page 12: Bupati-bupati mataram

34

ladjeng animbali Kjahi Soera, patih Krawang wahoe. Ki patih dipoen dawoehi : "Kowetak doe karo Boepati Brebes apa wani". Oendjoekipoen Kjahi Soero : "Sendika sartawantoen. "Toewan Besar dawoeh : "Wissingkirna, mengko kowe bakal di angkat dadiBoepati Brebes. "Kjahi Soera moendjoek sandika, ladjeng kondoer dateng dalemipoenKrawang, ladjeng ngoendang-oendang sanak sentananipoen sadaja, "tembongipoen :“Sanak sana koe pada dadija kawroehanmoe nek akoe dioentoes dening ToewanBesar, andikakake enjingkirake Boepati Brebes, sapa sing asih marang akoe ajo padaloeroeg menjang Brebes. "Kjahi patihladjeng bidalan, sarta kaderekaken sanak-sanaksarta sentananipoen sadaja dating Brebes. Sareng doemoegi ing doesoen satoenggilboten tebih saking Brebes rep dados ladjeng, njare wonten ngrikoe.

Sigeg gantos tjarijosipoen Kandejang Poespanagara Brebes sreng daloe miringkejahi soera dipoen oetoes dening Toewang besar anjingkiraken dating sariranipoensarta semangke wonten tjelak. Kjahi Toemanggoeng sangat pakewd panggalihipoensarta ewoeh aja bade mapagaken dating kejaahi Soera, dados daloe poenika oegiKjahi Toemenggoeng sagarwa poetrasntana, sami lolos bidal dating doesaen Kalisoka(Tegal), ing pengangkah njingkiri sampoen ngantos wonten woe tahing loedira ingantawisipoen saderek noenggal bangsa. Sareng seda lajeng kaioeboer wonten ingdoesoen Kalisoka ngrikoe oegi”.

Sareng endjangipoen Kjahi Soera Bidalan sawadya-balanipoen saking doesoenwahoe, sareng doemoegi ing Brebes mlebet ing dalem Kaboepaten sepen. Oegiladjeng tjaos oendjoeng lapoer dating toewan besar Betawi poenapa kawontenanipoen.Ladjeng Ki Soera dipoen angkat dados Boepati Brebes, dipoen paringi asma HarjaSingasari Panatayoeda, sarta dipoen paringi gandjaran dening Toewan Besar Refflessiti doesoen wahoe. Sarta doesoen wahoe miladipoen nameni Ketanggoengan, mendetsaking rawoehipoen Ki Soera waktoe rep Ketaggelan sonten". (Ejaan lama).

"Ganti ceritera mengenai Tumenggung Puspanegara bupati di negeri Brebes.Bupati ini telah membangkang, tidak mau diperintah oleh pemerintah Belanda. Tuanbesar di Jakarta, yakni Tuan besar Raffles, begitu mendengarnya telah sangat marah.Ia mengundang Kyai Sura, patih negeri Krawang. Ki Patih diperintantan melawan bupatiBrebes. Katanya : "Engkauakan kuadu dengan Bupati Brebes. Apakah engkauberani?". Kata Kyai Sura : ”Daulat tuanku". Kyai Sura menyatakan berani melawanBupati Brebes. Tuan besar Raffles lalu mengeluarkan perintah : “Singkirkanlah. Engkaunanti akan kuangkat menjadi bupati Brebes”. Kyai Sura berkata mengiyakan, lalupulang ketempat kediamannya di Krawang. Kyai Sura selanjutnya mengundang semuasanak sentananya, bahwa aku telah diutus tuan besar untuk menyingkirkan BupatiBrebes. Oleh karenanya barang. siapa yang sayang kepadaku mari bersama-sama ikutmenyebrang ke Brebes”. Kyai Patih lalu berangkat diantar semua sanak dansaentananya ke Brebes. Waktu sampai di sebuah desa tidak jauh dari Brebes hari pungelap, hingga Kyai Sura bermalam di tempat itu.

Ganti ceritera, ikhwal Bupati Brebes Kanjeng Puspanegara. Ketika malam telahtiba mendengar kabar, bahwa kyai Sura diutus tuann besar Raffles menyingkirkandirinya dan kini sudah berada di tempat yang dekat. Kyai Tumenggung merasa sangatsulit dan prihatin sekali hatinya hendak menghadapi kedatangan Kyai Sura. Maka padamalam itu juga Kyai Tumenggung meloloskan diri ke desa Kalisoka di daerah Tegalbersama isteri dan putra sentananya dengan maksud : untuk menghindari agar janngansampai terjadi pertumpahan darah diantara saudara sebangsa. Setelah meninggaldunia dimakamkan di desa Kalisoka itu juga.

Ke esokan harinya Kyai Sura berangkat bersama bala tentaranya dari desatempat ia menginap. Setelah sampai di Brebes, Kyai Sura lalu masuk ke Kabupate.Tempat itu ternyata sepi. Kyai Sura lalu memberikan laporan kepada tuan besar diJakarta mengenai keadaan ini. Ki Sura kemudian diangkat menjadi Bupati Brebesdengan diberi nama Arya Singasari Panatayuda, serta diberi hadiah oleh tuan besarRaffles tanah di desa tempatnya bermalam tadi. Itulah sebabnya desa itu kemudiandiberi nama Ketanggungan, mengambil dari saat kedatangan Ki Sura di desa itu,dimana hari telah gelap dan sudah tanggung sore”.

Page 13: Bupati-bupati mataram

35

Adipati Arya Singasari Panatayud (I) yang lebih dikenal atau juga disebut :Kalipatullah Sayidin Panetep Panatagama, dan juga lebih dikenal dengan nama KyaiSura, merupakan salah seorang Bupati yang sangat terkenal namanya dikalanganmasyarakat Brebes. Banyak cerita tentang dirinya, baik sebelum menjadi BupatiBrebes, yaitu pada waktu ia masih di Karawang, maupun setelah menduduki jabatan.Sebaliknya situasi di daerah pada awal beliau memerintah Kabupaten dapat diceriterakan sebagai berikut :

1. Sudah barang tentu situasi keamanan dan ketertiban belum begitu baik, karenasifat dan prinsip pendirian bupati lama, Tumenggung Puspanegara (ll),yang tidakmau tunduk kepada pemerintali penjajah, pasti mempunyai dampak seirama bagirakyatnya, sehingga disana-sini masih sering terjadi sabotase-sabotase rakyat,terutama dalam hal budi daya tanaman yang diwajibkan oleh pemerintah(misalnya : tarum = toml, kopi) seperti yang tersisip dalam. ceritera rakyat RadenSapei, Raden Wangsawangga dan Raden Singawinata yang bersekutumemberontak dengan semboyan : sama pahit sama manis.

2. Banyah kesulitan yang timbul sekitar penyempurnaan pembangunan jalan posyang sudah dirintis oleh Gubernur Jenderai Mr. Herman Willwm Daendels.Dalam riwayat masuknya singasari panatayuda ke Kabupaten Brebes untukmenyingkirkan Tumenggung Puspanegara (II), masih harus lewat desaKetanggungan. Berarti jalan Deanles yang membentang antara Brebes –Cirebon (sekarang ini) belum sempurna disamping Singasari Panatayuda ituharus berusaha agar masuknya ke Brebes tidak mudah diketahui.

Kemungkinan besar hamparan dataran rendah Cisanggarung (Cilosari) –Krakahan – Cipamali – Kaigangsa masih merupakan lahan yang sering tergenang air,bahkan dikawasan pantainya masih berrawa-rawa. Dengan kondisi yang masihdemikian rupa ini, tidak mustahil apabila dalam rangka usaha menyempurnakanpembangunan jalan tersebut banyak sekali harnbatan yang muncul, baik hambatanalamiah maupun hambatan manusiawinya, seperti yang terjadi di kawasan Bantenyang berawa-rawa, atau kawasan Sumedang, yang harus menggeluti lereng gunungyang berbatu-batu karang/cadas, yaitu masalah penderitaan rakyat setempat yangharus melaksanakan kerja paksa yang penuh dengan bahaya maut. Kita ingat riwayatpembuatan jalan yang kemudian disebut dengan nama Cadas Pangeran di Sumedang.Bupati Sumedang yang masih bergelar Pangeran itu harus menentang tindakanpemerintah Belanda untuk membela rakyatnya yang dianiaya dalam kerja paksa itu,sehingga banyak yang meninggal dalam keadaan yang mengerikan. Lebih lanjutdiketemukan catatan pada tahun 1751 jawa. Adipati Arya Singasari Panatayuda (I)itulah yang membangun pendapa Kabupaten Brebes pada lokasi yang sekarang ini(=1985). Sementara orang tua ada yang menuturkan bahwa lokasi rumah dinas BupatiBrebes itu sudah beberapa kali pindah tempat karena akibat dari jalur arus sungaipemali (Cipamali) yang sering berpindah-pindah juga. Pada waktu SingasariPanatayuda (I) masuk ke Kabupaten Brebes untuk menyingkirkan TumenggungPuspanegara (II), rumah dinas Bupati Brebes kira-kira masih berlokasi di desaPasarbatang/Gamprit. Bahkan sebelumnya ada yang menuturkan lokasi rumah dinasBupati Brebes itu pernah di seberang barat sungai Pemali agak ke selatan. Mungkin didesa Wanasari.Catatan : Tanggul sungai Pemali untuk menangkis air agar jangan melanda kotaBrebes itu baru selesai dibangun pada tahun 1932/1933.

Untuk lebih memantapkan pengertian tentang kebenaran sejarah Raden AdipatiArya Singasari Panatayuda (I) yang berasal dari daerah Karawang ini, perlu kiranyaditambahkan penjelasan yang bersumber dari dalam sebuah naskah sejarah mengenaikabupaten Karawang sebagai berikut :

1. Bupati Brebes Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda (I) memang benarberasal dari Karawang

Page 14: Bupati-bupati mataram

36

2. Diangkat menjadi Bupati Brebes oleh Lieutenant Governor Thomas StamfordRaffles, dengan sebuah “Resolusi” (=surat keputusan) tertanggal 1 Juli 1809

3. Dia bukannya Bupati Brebes yang pertama.4. Di samping diangkat menjadi Bupati Brebes, secara pribadi mendapat hadiah

sebidang tanah di daerah Ketanggungan Barat atau Kersana, seluas : 4 1/3 palpersegi. Penyerahan hadiah ini dilaksanakan pada bulan November 1813.

5. Ditinjau dari segi silsilah. Raden Ariya Singasari Panatayuda adalah anak laki-laki dari Patih Karawang Raden Singanagara. Ia kawin dengan Nyai RadenAmsiah, anak perempuan bupati Karawang Raden Adipati Ariya Panatayudayang juga dikenal dengan nama 'Julukan" Dalent Sorambi. (kutipan) : "Taoen1786 ini Raden Singasari ngaganti mertoewa djadi boepati Krawang pake namaRaden Adipati Ariya Panatayuda".

Apa sebab Raden Singasari bisa menggantikan kedudukan mertuanya sebagaibupati Karawang, sedangkan dia sendiri bukannya anak seorang Bupati? Didalamnaskah sejarah tersebut dinyatakan : Karena Raden Sastradipura anak laki-laki BupatiKerawang Raden Ariya Panatayuda pada waktu itu masih kecil, belum mungkindiangkat sebagai pengganti ayahnya.

Penjelasan : Mengapa Raden Singasari Panatayuda I yang sedangberkedudukan sebagai Bupati Karawang mau/bersedia juga akan dipindahkan menjadibupati Brebes dengan syarat harus menyingkirkan Tumenggung Puspanegara (II) ?Bagi dirinya, kedudukan sebagai Bupati Karawang bukannya merupakan kedudukanyang bisa temurun kepada anak cucunya, karena dia bukan dari jalur langsungketurunan bupati Karawang, hanya menantu saja. Menurut tradisi penggantinya kelakadalah dari jalur keturunan langsung. Jadi salah satu latar beiakang kesanggupannyatersebut tidak terlepas dari cita-cita demi anak turunannya. Hal ini kelak terungkapbahwa : ternyata cita-cita tersebut disampaikan kepada pemerintah Belanda.

Nama Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda tidak bisa dipisahkan dari kisahlegendaris mengenai Ki Jaka Poleng yang hingga sekarang masih sangat terkenal dikalangan masyarakat Brebes. Dibanding dengan "dalem-dalem" (rumah-rumah)kabupaten di daerah-daerah lain di pesisir utara pulau Jawa. "dalem" kabupaten didaerah Brebes harus diakui benar-benar sangat istimewa. Sebagaimana pernahdikemukakan vanDapperen dalam serial artikelnya, pada jaman penjajahan Belanda dikalangan keluarga-keluarga bangsawan di pulauJawa, tempat kediaman resmi Bupatitersebut telah terkenal sebagai sebuah "dalem" kabupaten yang sangat buruk.

Mengenai hal ini dengan penuh kepastian vanDaperen menyatakan, bahwabenar-benar merupakan suatu fakta, banyak bupati yang bertempat tinggal di “dalem”kabupaten itu telah mengalami kesusahan, baik oleh karena menjumpai kesulitan-kesulitan yang hebat maupun menjumpai berbagai macam kesulitan mengenaikeluarganya, yakni ada yang jatuh sakit atau meninggal hanya dalam jangka waktuyang pendek setelah bupati yang bersangkutan menempati “dalem” kabupatentersebut. Bahkan bisa juga terjadi bupati itu dipecat dari jabatannya. Adapunsebabmusabab dari semua musibah ini tidak lain dipandang orang berpangkal pada KiJaka Poleng, yang dianggap bertempat tinggal dihalaman “dalem” kabupaten Brebes,yang konon kabarnya ada kaitannya pula dengan riwayat bupati Brebes raden AdipatiArya Singasari Panatayuda.

Adapun cerita legendaries tentang Ki Jaka Poleng yang sangat populer danmenarik itu dapat dibaca pada buku himpunan kisah legenda kabupaten Brebes.

Page 15: Bupati-bupati mataram

37

BAB VIIIMASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA

8.1 Pelimpahan Kekuasaan dari Perancis ke Inggris

Jatuhnya kaisar Napoleon Bonaparte telah memberikan banyak akibat di dataranEropa. Negara Belanda telah berhasil mendapatkan kembali kemerdekaannya. Bahkan,berdasarkan sebuah konvensi yang ditanda-tangani di London pada tahun I804,daerah-daerah jajahan Belanda di seberang lautan yang sebelumnya telah dikuasaiInggris, harus dikembalikan. Pulau Jawa kembali lagi menjadi jajahan Belanda.

Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda rnasih menjadi bupati Brebes.Jabatan ini di belakang hari telah diteruskan oleh keturunannya, yang menurut sebuahnaskah sejarah rnengenai kabupaten Krawang koleksi Pleyte "sama-sama pake namaAria Panatayoeda". Naskah sejarah tersebut juga menerangkan bahwa semua bupatitrah Krawang itu dimakamkan di daerah Brebes. Raden Adipati Arya SingasariPanatayuda juga disebut Dalem Sura, sedang kedua orang keturunannya disebutDalem Kulampok dan Dalem Karanganyar.

Naskah sejarah rnengenai kabupaten Karawang tersebut tidak menjelaskan titimangsa pemerintahan ketiga orang bupati itu. Dari arsip-arsip koleksi arsip Nasional diJakarta kita jumpai keterangan, bahwa pada tahun 1840-an jabatan Bupati Brebesmasih dipegang oleh keturunan Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda. Arsip-arsiptersebut lebih lanjut menerangkan, bahwa bupati Brebes itu telah mengajukanpermohonan pada pemerintah Belanda “agar anaknya yang tertua dikemudian haridiperbolehkan menjadi penggantinya”. Mengenai permohonan ini pemerintah Belandaberpendapat, “meskipun pada perinsipnya pemerintah Belanda tidak berkeberatan,akan tetapi permohonan tersebut akan dapat dipenuhi dengan suatu syarat kalaupengganti itu memenuhi ketentuan-ketentuan yang diperlukan dan berkelakuan baik“.Persyaratan ini ternyata telah berhasil dipenuhi oleh anak sulung Bupati Brebestersebut, hingga ia berhasil menggantikan kedudukan ayahnya sebagai bupati Brebesdengan gelar Raden Tumenggung Arya Singasari Panatayuda. Ia memerintah dari1850 sampai tahun 1876.

Dengan demikian kita mencatat adanya tiga orang bupati Brebes trah Karawang,yakni Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda, yang dikenal juga dengan namadalem Sura, (dimakamkan di Sura Jatibarang/Pagerbarang), lalu anaknya, yangterkenal dengan nama Dalem Klampok atau Dalem Kulampok (dimakamkan di KlampokWanasari), selanjutnya cucunya, juga dikenal dengan nama Dalem Karang Anyar(dimakamkan di desa Klampok).

Pada masa pemerintahan Raden Arya Singasari Parya Panatayuda III,kabupaten Brebes terbagi dalam enam buah kawedanan, yakni kawedanan Brebes,Losari, Bumiayu, Lebaksiu, Salem, Tanggungan. Luas kawedanan Brebes, Losari,Bumiayu, Lebaksiu dan Salem masing-masing 120, 250, 214, 185, dan 196 pal persegi.Sedang luas dareah kawedanan Tanggungan tidak diketahui dengan pasti. Dengandemikian, bisa dikemukakan, bersama daerah kawedanan yang terakhir ini, pada awaltahun 1850an luas daerah kabupaten Brebes paling sedikit meliputi jumlah 1000 palpersegi. (= pal = ukuran jarak jauh. 1 pal = 1,5Km). mengenai keadaan lahannya, bisadikatakan pada waktu itu daerah kabupaten Brebes merupakan sebuah daerah yangramai walaupun masih banyak hutannya. Didaerah pegunungan yang subur, sepertidaerah Bumiayu dan sekitarnya, pada jaman pelaksanaan tanam paksa (=cultur stelsel)banyak ditanami kopi. Terutama dikawasan Paguyangan sekarang. Sampai pada tahun1979an, di desa Dukuhturi, kecamatan Bumiayu ada sekolah dasar yang menempatisebuah bangunan serba kayu, lantainya (geladaknya), dindingnya dan atapnya (=sirap),itu adalah bekas gudang kopi, yaitu SD Dukuhturi 1, yang lokasinya sekarang dijadikanterminal (stasiun bus Bumiayu). Sedang di daerah Ketanggungan dan sekitarnya, yangmerupakan hamparan dataran rendah, banyak ditanami tarum (=tom) sebuah jenistanaman yang bisa menghasilkan getah berwarna biru, bahan untuk membirukan kain

Page 16: Bupati-bupati mataram

38

tenun (=tekstil). Dilereng-lereng bukit yang kurang subur, pengusaha-pengusahaBelanda membuka perkebunan serai, sejenis rumput sebagai bahan pokok untukmembuat minyak atsiri/serai. Misalnya dikawasan kecamatan Tonjong ; di desa Wadasgumantung dan Maribaya. Semua itu kini tinggal bekasnya saja sedang didaerahkawedanan Salem masih banyak terdapat kawasan yang belum dikenal, demikian jugahalnya gua-gua dan pegunungan-pegunungan kapur yang masih merupakan terraincognita. (=daerah yang belum dikenal). Khusus mengenai penduduknya, sangatmenarik untuk dicatat, bahwa pada waktu itu di daerah kabupaten Brebes telah banyakterdapat orang-orang Tionghoa yang memeluk agama Islam, sedangkan mereka ini“moreel en physiek, Chinezenblijven", artinya "baik moral maupun fisiknya masih tetapseperti orang Tionghoa". Hal ini benar-benar merupakan sebuah unikum, oleh karenapada waktu itu, kebanyakan orang Tionghoa di Jawa dan Madura yang telah memelukagama Islam, justru telah meleburkan dirinya ke dalarn masyarakat Jawa.

Pada tahun 1876 jabatan bupati Brebes telah terlepas dari tangan trah Krawangatau keturunan Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda. Sebagai pejabat bupatiBrebes yang baru kita jumpai nama Raden Tumenggung Cakramaja, yang pada tahun1878 telah diganti nama Raden Tumenggung Cakradiningrat. Ia memerintah sampaitahun 1880. Sedang penggantinya, pemerintah Belanda mengangkat Raden MasAdipati Arya Candranegara, yang memerintah hingga tahun 1885.

Pada masa pemerintahan Raden Mas Adipati Arya Candranegara, di daerahkabupaten Brebes telah mendapat dua buah pabrik gula, masing-masing di daerahJatibarang dan Lemahabang. Pabrik gula yang pertama milik Halmberg DeBeckfeldt,dengan lahan tanaman seluas 400 bau, sedang pabrik gula yang kedua milik L.F.Gonsalves, yang sekaligus juga merupakan tuan tanah daerah Ketanggungan baratatau Kersana. Daerah inipun kemudian dijadikan lahan penanaman tebu pula.

Gambar 8.1 Pabrik Gula Jatibarang

Budidaya tanaman tebu ini rupanya mencapai keberhasilan yang baik. Bersama-sama dengan budidaya sejenis di daerah Kabupaten tetangga menjadi makin luas danberkembang serta mengkait beberapa aspek di dalam lingkup dampaknya. Jumlahnyabertambah, yaitu Pabrik gula Banjaratma. Semuanya itu lestari sampai kini.

Page 17: Bupati-bupati mataram

39

Kalau di sepajang pantai (Utara) Kabupaten Brebes terlintas oleh jalur jalankereta api, itu dahulu milik maskape (perkumpulan) Belanda : Semarang – Cheribon –Stoomtram Maatschappij, disingkat : S.C.S.

Jalan kereta api tersebut sebenarnya semula hanya untuk kepentinganpengangkutan gula dari pabrik-pabrik gula yang memang terletak di daerah suburdalam kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Kendal di sepanjang jalurkereta api tersebut. Demikian juga pelabuhan-pelabuhan buatan yang kecil dandangkal, seperti : Tegal, Pekalongan dan Batang, itupun disebut pelabuhan gula,karena fungsinya/kemanfaatannya memang hanya untuk kepentingan pengangkutangula.

Adapun jalur jalan kereta api yang melintasi diagonal (sudut-menyudut) kawasankabupaten Brebes, jurusan Purwokerto - Cirebon, itu dahulu milik pemerintah HindiaBelanda, disebut : Staats-Spoor, disingkat : S.S. Dan jika di dalam kawasan KabupatenBrebes terdapat lagi waduk penampungan air Malahayu (dahulu Mandalahayu) dikecamatan Banjarharja yang menampung air sungai Cisaat dan waduk Penjalin diKecarnatan Paguyangan yang menampung air sungai Penjalin, ini pun dahulu,dibangun hanya untuk kepentingan mengairi tanaman tebu pada pabrik gula Kersana(Ketanggungan Wes=barat), Jatibarang dan Banjaratma kepunyaan pengusaha-pengusaha Belanda itu.

Sebagai pelengkap bangunan-bangunan waduk tersebut,dibangun jugabendungan/pintu air Nambo di kecamatan Banjarharja yang mengatur penggunaan airsungai Kebuyutan dari waduk Malahayu dan bendung/pintu air Notog, dikecamatanMargasari Kabupaten Tegal yang mengatur penggunaan air sungai Pemali dari wadukPenjalin. Jaringan irigasinya berada di dalam wilayah Kabupaten Brebes.

Akhirnya pemerintah Hindia Belanda memikirkan masalah perairan untukkepentingan pertanian rakyat. Antara lain membangun Bendung/pintu air KedungAlang-alang dan Kedung Jembat pada daerah aliran sungai Pemali atas di Kec.Bumiayu. Bendung/pintu air Siroyom dan Kembang pada daerah aliran sungai Keruh diKecamatan Sirampog. Bendung/pintu air Glempang pada daerah sungai Giri diKecamatan Sirampog. Bendung/pintu air Tangeran pada daerah aliran sungai Pedes dikecamatan Tonjong. Bendung/pintu air Cibendung pada daerah aliran sungaiCisanggarung di Banjarharja Bendung/pintu air Cisadap pada sungai Cisadap dikecamatan Ketanggungan. pompa air pada sungai Pemali di desa Poncol KecamatanLarangan. Beberapa bangunan bangunan dari antaranya ini tinggal bekasnya sajaadapun tanggul pada sungai Pemali untuk menyelamatkan kota Brebes dari bencanabanjir, selesai dibangun pada tahun 1932 – 1933.

Kalau kita membicarakan pabrik gula Kersana (Ketanggungan West) ada suatuhal yang perlu ditambahkan mengenai kawasan tersebut, sebagai berikut :Seperti halnya kita ketahui, asal mula daerah Ketanggungan barat atau Kersana ini adahubungannya dengan Adipati Arya Singasari Panatayuda, yakni merupakan hadiahyang diberikan otetr Gubernur Raffles kepada bupati Brebes tersebut pada bulanNopember 1813 dan pada waktu itu diberikan “Geheel on bebouwd een on be woond” –“seluruhnya tidak ditanami dan tidak di diami”. Pada tahun 1816, dalam rangkapembagian warisan, tanah ini telah di bagi di antara kedua orang ahli waris Adipati AryaSingasari Panatayuda, akan tetapi tetapi pemerintah Belanda telah memberikankesempatan kepada salah seorang dari kedua ahli waris itu untuk membelinya darisaudaranya, hingga dengan demikian tanah itu bisa berada kembali dalam satu tangan.Akan tetapi dibelakang hari, waktu terjadi pembagian harta warisan lagi, untuk keduakalinya tanah itu telah mengalami pembagian, bahkan pada tahun 1872 seluruhnyatelah jatuh ke tangan Gonsalves. Mengenai luasnya pada tahun 1880-an tanah yangdibeli Gonsalves ini tercatat mempunyai keluasan 3197 bau sedang sebagian,sebanyak 2417 bau, telah ditanami padi dan tebu. Di kawasan ini terdapat 27 buahdesa, sedang jumlah penduduknya lebih kurang 11.000 orang.

Oleh ahli waris yang terakhir tanah Kersana itu di sewakan kepada pengusahaasing dengan ikatan/ketentuan yang disebut eerfpacht (sewa-menyewa tanah yang

Page 18: Bupati-bupati mataram

40

lamanva hingga 75 tahun). Itulah sebabnya tanah tersebut lalu menjadi tanah persil.Untuk mengurusi diangkat seorang petugas yang diberi pangkat(sebutan) : Demang.

Setelah riwayat Hindia masa sewanya daerah Belanda berakhir dan sesudahhabis habis masa sewanya, daerah tersebut sepenuhnya menjadi urusan/kewenanganRepublik Indonesia dan lalu dijadikan daerah pemerintahan yang setingkat denganKecamatan. Sejak itu Kersana tidak lagi disebut Kademangan, melainkan menjadiKecamatan Kersana yang tercakup di dalam wilayah wilayah Kawedanan Tanjung.

Sampai disini kita melihat bahwa rupa-rupanya pemerintah Hindia Belandasudah banyak kemajuan di bidang pembangunan fisik yang dampak baiknya dapat jugadinikmati oleh penduduk pribumi (oleh Belanda disebut “In Lander” kemudiandipersopan menjadi “In Heemse”), terutama kaum tani. Namun hendaknya di ingat, ituadalah hasil didalam kurun waktu yang cukup lama, kira-kira satu abad.

Kalau kita membuka-buka kembali beberapa halaman terdahulu, kita lalu bisamenarik kesimpulan bahwa kemajuan bidang pembangunan tersebut di mulai padapertengahan abad ke XIX, khususnya pada masa pemerintahan bupati Brebes RadenMas Arya Candra Negara yang memerintah dari tahun 1876 sampai 1880.Pada waktu itu prof. Veth menulis kata-kata pujian untuk kota Brebes “Brebes is EeneVrij Groote Een Volk Rijke Negerie, Meet Een Vrindelijk Net En Welvarendvoorkoomen”, artinya “kota Brebes (pada waktu itu merupakan sebuah kota yang agakbesar dan banyak penduduknya yang berwajah manis, necis dan makmur”.bupatiBrebes menempati rumah (“dalem”) yang indah, di kota ini juga terdapat agak banyakrumah berdinding tembok, sedang kawasan “pecinan” –nya Nampak penuh kesibukandan keramaian. Pada tahun1856 di Brebes (=kota) telah didirikan sebuah sekolah untukanak-anak pribumi.(yaitu yang sekarang disebut sekolah dasar pesantunan I, sebabletaknya di desa Pesantunan, disebelah barat sungai pemali, di depan rumah asistenResiden).

Tetapi jangan lupa bahwa kemajuan-kemajuan itu sebenarnya tidak semata-mata langsung bagi kesejahteraan rakyat pribumi, namun terutama demi kepentingan sipenjajah itu sendiri. Pribumi (=in landers) boleh ikut mencicipi sedikit-sedikit. Inilah yangboleh disebut politik/system “sempilan = robelan = nunutan”.

Setelah sekian lama kas (keuangan) kerajaan Belanda menjadi gemuk karenahasil hisapan produksi dari HindiaBelanda (Indonesia) dan pemerasan rakyat"inlanders" yanghampir sudah tidak berdaya lagi untuk dirinya sendiri, terutama melaluisystem tanam paksa (=cultuurstelsel), maka sementara orang Belanda masih ada jugayang tebal rasa perikemanusiaannya, mereka dengan keras mengecam dan mendesakpemerintahnya agar menjalankan politik "balas jasa"bagi rakyat Hindia Belanda yangsangat menderita itu. Desakanitu ada pula kemanfaatannya. Meskipun yangdilaksanakan oleh Pemerintah Belanda itu hanya sekedar untuk rnenutupi kekejamandan ketamakannya saja.

Di Ibu Kota Kabupaten Brebes dan beberapa tempat yang ramai didirikan masjidAgung dan masjid lainnya. Di beberapa tempat yang dianggap perlu, terutama di kotayang agak ramai Pemerintah kolonial satu demi satu mulai mendirikan rumah sakit-rumah sakit. Di desa yang sudah agak banyak penduduknya mulai dibangun/diadakansekolah-sekolah. Mula-mula disebut sekolah subsidi/bantuan, kemudian disebutSekolah Dasar (menjadi beban/tanggungan Desa setempat), lalu namanya"dimenterengkan" menjadi "DesaSchool" (:artinya sama saja : Sekolah Desa),ditingkatkan lagi menjadi : Volks School (:Sekolah Rakyat) yang hanya berkelasI s.d IIIsaja. Nama ini bertahan sampai pada akhir masa Pemerintahan Hindia Belanda, padazaman Pemerintahan Bala Tentara Dai Nippon disebut : Syoto Kokumin Gakko(:Sekolati Rakyat Pertama). Akhirnya pada zaman Kemerdekaan(Republik Indonesia)sekolah sejenis ini tidak ada lagi, karena semua sekolah rakyat/Sekolah Dasar harussama, semua berkelas I s/d VI.

Di ibu kota-ibu kota Onder District/Asistenan (=kecamatan), inipun belum merata,didirikan : 2 de klasse Inlandse School (:sekolah pribumi klas/nomor dua), yaitu sekolah

Page 19: Bupati-bupati mataram

41

Rakyat yang berkelas I s.d V atau berkelas IV s.d V(Vervolg school), inimempergunakan bahasa pengantar bahasa Daerah.

Mengapa Sekolah Rakyat itu disebut Sekolah klas/nomor 2, karena Sekolahkelas/nomor I adalah Sekolah Rakyat hanya untuk anak-anak para "priyayi" yangmenggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Sekolah ini mula-mula memangdisebut : 1 ste klasse School ( Sekolah kelas/nomor satu) kemudian menjadi : HollandsInlandse School (H.LS). Untuk Brebes sekolah ini didirikan pada permulaan dasa warsake II adab ke 20. Tempatnya, sebelum di tempat Sekolah Dasar No.III sekarang (1985),mula-mula di tempat yang kini dipergunakan untuk Mess dan asrama I KepolisianRepublik lndonesia Resor Kabupaten Brebes di saditan timur, kemudian di pindah kegedung baru, di sebelah utara jalan raya (Jln.Pangeran Dipanegara). Pada zaman R.lyang demokratis, sekolah sejenis ini dilebur, harus sama dengan Sekolah Rakyat biasa.

Sampai dengan masa berakhirnya Pemerintahan Hindia Belanda (th. 1942) dikota/kabupaten Brebes belum ada Sekolah Menengah satupun. Yang ada di kotatetangga (Tegal), namanya : M.U.L.O (:Meer Uitgebreid Lager Onderwijs :Pengajaranrendah yang lebih diperhalus). Sekolah Menengah Pertama Negeri No. I Brebes itubaru berdiri pada permulaan tahun 1947, setengah tahun sebelum Agresi militerBelanda (Nica) yang pertama.

Di samping membangun prasarana fisik pendidikan/pengajaran, sudah barangtentu Pemerintah Belanda mementingkan sekali bangunan-bangunan prasarana fisikpemerintahan : Setelah Rumah Bupati, rumah Asisten Resisden (pendampingKawedanan), sedangkan rumah-rumah Asisten Wedana (onder districs Hoofd:Camat)rupanya belum sempat dibangun.

Di Kawedanan yang besar, seperti Kawedanan Brebes dan Bumiayu, di sampingWedana harus ada pejabat (=ambtenaar),Belanda yang berpangkat : Controleur,(pengawas). Inipun dibuatkan rumah dinas. Bekas rumah dinas Controleur Brebes kinidimanfaatkan sebagai rumah dinas Sekretaris Wilayah Daerah. Bekas Rumah DinasControleur Bumiayu sekarang dijadikan rumah dinas Kepala dinas Pengairan Daerahaliran sungai Pemali atas. Sedangkan bekas rumah dinas Asisten Residen Brebes, kinidijadikan Gedung Dewan Kesenian Kabupaten Brebes.

Gambar 8.2 Bangunan bekas rumah dinas Asisten Residen Brebes yang sudah mengalamirenovasi. Bangunan tersebut terkenal dengan sebutan “ Aeran “.

Page 20: Bupati-bupati mataram

42

Demi kenikmatan pegawai tinggi (Bupati-Asisten Residen) di kota Bumiayudidirikan rumah "pesanggrahan" (rumah peristirahatan). Di ibu kota Kabupaten Brebesdidirikan Algemene Volks Crediet Bank, yang sekarang disebut :Bank Rakyat Indonesialengkap dengan rumah dinas kepalanya. Di desa-desa yang potensial (punyakekuatan/kemampuan) didirikan Desa-Bank, yang sekarang disebut : Bank Kredit Desa(BKD) dan Lumbung Desa.

Dinas atau instansi dan jawatan pada waktu itu belum banyak, maka jumlahbangunan fisik perkotaan pun baru sedikit. Demikian juga bangunan jaringankomunikasi terutama prasarana lalu lintas, yang ada hanyalah terbatas antara kota-kotayang dianggap penting bagi keperluan pemerintah dan para pengusaha asing saja.Untuk keperluan masyarakat umum, belum mendapatkan perhatian.

Demikianlah uraian sepintas-kilas secara keseluruhan mengenai kemajuanpembangunan prasarana-prasarana fisik yag dipaparkan tidak mempertimbangkanfaktor kronologisnya.

Kemudian bagaimanakah situasi di bidang sosial politik dan budaya. Di bidang inikiranya kuranglah tepat apabila mempergunakan istilah “kemajuan pembangunanbidang sosial, politik dan budaya”, karena didalam sistem pemerintahan kolonial HindiaBelanda yang masih ganas itu memang boleh dikatakan tidak ada program ditujukan kearah pembangunan/pembinaan terhadap masalah tersebut, bahkan justru dihalang-halangi atau dilarang sama sekali. Misalnya : Sangatlah sulit bagibadan/yayasan/organisasi yang akan mendirikan sekolah-sekolah swasta. Kalauakhirnya pemerintah terpaksa mengijinkan, sekolah-sekolah tersebut tentu diikat secaraketat dengan suatu peraturan. Peraturannya pun bernama : Wilde ScholenOrdonnantie/peraturan bagi sekolah-sekolah liar. Orang-orang pribumi yang akanmendirikan suatu organisasi, perkumpulan, walaupun bersifa sosial, sangat dipersulit.Apalagi untuk mendirikan partai politik, katakan saja : tidak ada jalan.

Sebelum sekedar menguraikan “pertumbuhan dan perkembangan” (inilah istilahyang agak relevan/selaras) bidang sosial politik dan budaya,perlu kiranya disisipkanuraian tentang pergantian para Bupati Brebes pada kurun waktu itu agar dapatmembayangkan waktu dan situasinya.

Bupati Raden Mas Adipati Arya Candranegara, yang dijadikan pangkal tolakwaktu adanya pembangunan di kawasan Kabupaten Brebes itu menjabat dari tahun1880-1885. Pada tahun 1885 setelah berakhir masa jabatanna, digantikan oleh RadenMas Tumenggung Sumitra, yang kemudian menerima gelar Adipati dan bernganti namaRaden Mas Tumenggung Adipati Candranegara (II), Ia memerintah sampai tahun 1907.Dalam kurun waktu pemerintahannya, tepatnya pada tahun 1901, daerah kabupatenBrebes yang semula menjadi bagian wilayah karesidenan Tegal, telah dimasukankedalam wilayah Karesidenan Pekalongan (Tegal dan Pekolangan digabungkan). Padatahun 1908 jabatan Bupati Brebes kosong dan baru terisi tahun berikutnya, yaitu olehRaden Mas Tumenggung Maratana, yang menjabat sebagai Bupati Brebes antaratahun 1909 sampai 1920. Mulai tahun 1920 sampai 1929 jabatan Bupati Brebesdipegang oleh Kanjeng Raden Mas Tumenggung Arya Purnama Hadiningrat, putramenantu Sinuhun Sunan Paku Buwana X Surakarta. Suatu ketika Sunuhun SunanPaku Buwana X sempat berkenan meninjau anggota keluarganya yang menjabat diKabupaten Brebes ini. Pada masa pemerintahan Kanjeng Raden Mas TumenggungArya Purnama Hadiningrat, Kabupaten Brebes yang semenjak tahun 1901 telahdimasukan kedalam wilayah Karesidenan Pekalongan, pada tahun 1928 telahdimasukan kedalam wilayah Karesidenan Tegal lagi. (Catatan tambahan : Dikemudianhari Karesidenan Tegal ini digabungkan dengan Karesidenan dan dengan namaKaresidenan Pekalongan).

Sebagai pengganti Kanjeng Raden Mas Tumenggung Arya PurnamaHadiningrat, pemerintah Belanda telah mengangkat Raden Mas Tumenggung Sajirun,yang menduduki jabatanya mulai tanggal 8 Oktober 1929. Bupati ini hanya memerintahlebih kurang selama delapan bulan, oleh karena ia menderita sakit dan kemudianpulang ke Purwokerto Banyumas dan meneninggal di kota itu. Hingga tahun 1930

Page 21: Bupati-bupati mataram

43

jabatan Bupati Brebes kosong dan baru terisi pada tahun 1931 dengandibenumnya/diangkatnya Raden Adipati Arya Sutirta Pringgahaditirta sebagai BupatiBrebes pada tanggal 4 Maret 1931. Ia memerintah sampai tahun 1942, saat tanah airkita mulai dijajah Jepang. Sampai pada saa-saat berakhirnya pemerintahan koloniaiBelanda (c.q. sampai dengan masa jabatan Bupati Raden Adipati Arya SutirtaPringgahaditirta tersebut), Regentschaps (Kabupaten) Brebes, seperti juga halnya diKabupaten-kabupaten lainnya, di dalam perangkat pemerintahannya sudah ada yang disebut : Regentschaps Raaci (Dewan Kabupaten). Sekaligus Dewan Kabupaten itudapat kita bayangkan bagaimana dan apa fungsi kewenangannya, karena jelas Dewantersebut bukanlah suatu lembaga pencerminan demokrasi yang memang tidak ada didalarn sistem kolonial, namun dari pada tidak ada sama sekali lebih baik ada,betapapun keadaannya. Di mana para anggotanya, meskipun dengan suasanaterkekang dapat juga berbicara ala kadarnya. Sebagai ketua : Regent (Bupati)setempat, yang selalu didampingi oleh assistant Resident (Belanda). Para anggotanya :Para administrateur Pabrik Gula yang ada, beberapa Assitent Wedana (Camat)pangreh praja, Wijkmeester Cina dan Arab (:pemimpin golongan asing) dan beberapatokoh masyarakat terpilih. Pada saat-saat tertentu Dewan ini membicarakan beberapamasalah yang berkaitan dengan pembuatan begroting (anggaran pendapatan danpengeluaran) di bidang kesehatan. Perpasaran, bebangunan daerah. Tempatpersidangannya di gedung yang kini merjadi Markas Komando Resort KepolisianKabupaten Brebes.

Partai Politik bagi pemerintah kolonial adalah sesuatu yang tidak pemah diimpi-impikan eksistensinya di dalam kawasan kekeuasaannya. Maka para tokoh politik kitamengawali rencana politiknya dengan cara terselubung di dalam organisasisocial/budaya/pendidikan. Daerah Brebes yang terletak jauh di kota-kota besar, dimanabermunculan para tokoh politik, seperti kota Surakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabayadan sebagainya, sampai pada saat menjelang berakhirnya pemerintahan kolonial belummerupakan lahan subur bagi kehidupan organisasi-organisasi yang bernafaskan politikitu. Namun demikian bukan berarti bahwa Brebes adalah daerah gersang sama sekali,ternyata tumbuh juga beberapa organisasi yang patut di catat seperti :Perkumpulan : Budi Utama sebuah organisasi yang terletak dibidangsosial/pendidikan, mengadakan studie-Founds (Beasiswa). Tetapi ini mengandungtujuan terselubung sebagai rintisan tumbuhnya partai politik; Serikat Islam-sebuahorganisasi sosial yang bergerak di bidang perdagangan tetapi sudah mulai berpolitik(Islam). Semula bernama Serikat Dagang Islam (S.D.I); Serikat Rakyat;Muhammadiyah sebuah organisasi sosial yang bergerak di bidang pendidikan dankesehatan yang berdasarkan agama islam ;: Nahdlatul Ulama – sebuah organisasi(Jam’iyyah Diniyyah) wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya ; PartaiNasional Indonesia-Partai Politik lalu harus menjadi Pendidikan Nasional Indonesia(Partai Politik Terselubung); Partai Indonesia (Partindo)-partai politik; Taman Siswa-organisasi pendidikan/perguruan yang menggembleng siswa-siswinya agar jangankehilangan jiwa nasional dan budaya bangsanya.

Beberapa organisasi tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan untukmenyemaikan kader-kadernya lewat bidang pendidikan dan kebudayaan ini. Antara lain: Serikat Islam mendirikan Sekolah Serikat Islam serta Madrasah Mabadiul Huda;Muhammadiyah mendirikan H.I.S dan Schakelschool di Brebes; Nahdlatul Ulamamendirikan H.I.S di Ketanggungan serta Madrasah-madrasah dan pondok pesantren diwilayah Kabupaten Brebes; Didirikan pula H.I.S Tridaya di JatibarangBeberapa buah Madrasah pun didirikan juga. Misalnya Madrasah Taallumulhuda,Ikhsaniyah, Islamiah dan sebagainya; Persatuan Pegawai Pedagaian Bumiputera;Persatuan Guru Hindia belanda yang kemudian menjadi Persatuan Guru lndonesia.Pemerintah Hindia Belanda untuk mengarnbil hati rakyat kecil, pada kurun waktu itumendirikan : : Stichting Vissery (Yayasan perikanan) untuk kepentingan para petaninelayan.

Page 22: Bupati-bupati mataram

44

Apa yang tumbuh dan berkembang di dalam kurun waktu yang gawat karena tekananpenjajah, di .bidang sosial, politik dan budaya seperti tertera di atas, sudah barang tentumerupakan lahan persemaian untuk menumbuhkan semangat/rasa kebangsaan dankepatriotan bagi generasi rnuda di kala itu, dan saat ibu Pertiwi Nusantara terlepas daribelenggu penjajah, cita-cita tersebut benar-benar menjadi kenyataan/realitas.

8.2 Perkembangan Regentschap BrebesSejak tahun 1824 wilayah Kabupaten Brebes telah dijadikan bagian dari

Karesidenan Tegal. Karesidenan ini mencakup 3 wilayah regentschap (kabupaten)yakni Kabupaten Pemalang yang dipimpin Raden Adipati Reksadiningrat, KabupatenTegal dengan Bupatinya Raden Aria Reksonegoro dan Kabupaten Brebes denganBupatinya Raden Adipati Singasari Panatayuda.1

Sebagai bagian dari wilayah Karesidenan Tegal, Kabupaten Brebes terdiri dari 4distrik, masing-masing :

a. Distrik Brebes membawahi Kempang dan Geblookb. Distrik Boemiaijoe membawahi Karangmangu, Ciboenar, Boeloerangkang,

Limbangan, Blimbing, Wanalaba, Kemetjing, Gegergedoeng, Batu Iring,Songem, Koetamendalo, Setjoko, Petambakan, Kelabasa, Katiwadas,Goenoengbandjaran, Timbang dan Kebondjati.

c. Distrik Lebaksioe membawahi Goenoengtoemping, Pagoepakanwarak,Pagerwangi, Kaijoekobang dan Sirekot.

d. Distrik Salem membawahi Pagebatang dan Goenoenggarong.2

Untuk membantu tugas Residen, tiap-tiap kabupaten ditempatkan seorangAsisten Residen. Posisi jabatan Asisten Residen di Kabupaten Brebes ditetapkanmelalui peraturan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tertanggal 25 Januari 1866.3Lokasi kantor Asisten Residen berada di kompleks SMP Negeri 1 Wanasari. Untukmembantu tugas Asisten Residen ditempatkan pejabat Controleur.

Dalam birokrasi kolonial, jabatan controleur dimulai tahun 1827 menggantikanjabatan opziener dan bertugas sebagai petugas pengumpul pajak. Jabatan controleurmasuk dalam jajaran Directie voor de Cultures. Pada perkembangannya berdasarkanStaatsblad No. 255 tahun 1872, pejabat controleur,dimasukkan dalam Dinas PangrehPraja dengan tugas yang lebih luas. Diantaranya memberikan keterangan apabila adapejabat bumiputera yang bersifat kritis dan reaktif terhadap penguasa kolonial. Merekaadalah pembantu Asisten Residen, sehingga tak heran bila mereka menjadi mata dantelinga pejabat Asisten Residen. Lokasi tempat pejabat controleur di Kabupaten Brebesdi lokasi yang sekarang merupakan rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes.Controleur dibantu oleh pejabat aspirant controleur. Merekalah yang disebut jajaranbirokrasi Binnelands Bestuur (BB). Sedangkan jajaran Bupati, Patih, Wedana, AsistenWedana, Mantri Polisi dan juru tulis merupakan jajaran birokrasi pribumi yang disebutdengan Inlandsch Bestuur atau pangreh praja.

Tahun 1900 terjadi perubahan birokrasi, dimana wilayah Kabupaten Brebes,Tegal dan Pemalang dijadikan bagian wilayah Karesidenan Pekalongan bersamaPekalongan dan Batang. Di Kabupaten Brebes sendiri dan karesidenan Pekalonganpada umumnya, pada tahun 1905 telah terjadi penataan teritorial kekuasaan yangmembagi wilayah regentschap / afdeeling (kabupaten) meliputi controle afdelingen,district dan onder districten.

Berdasar ketetapan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tertanggal 28 Februari1928, wilayah regentschap Brebes adalah sebagai berikut4 :

1. R. Suputro, Tegal dari Masa ke Masa, Jakarta : Bagian Bahasa Djawatan Kebudajaan PP dan K, 1959, hal 77-78.Baca pula Alamsyah, Perkembangan Perkebunan dan Pelabuhan Karesidenan Tegal 1830-1900, Tesis S2 UGM,Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM, 2003, hal 56.2. Staatsblad van Nederlandsch Indie Nomer 52 Tahun 1871.3. Staatblad van Nederlandsch Indie Nomer Tahun 1866.4. Staatsblad Nomer 170 Tahun 1905, “Aantoonende de Administrative Indelling der Residentie Pekalongan”.

Page 23: Bupati-bupati mataram

45

Tabel 8.1Pembagian Wilayah Regentschap Brebes 1905

Residentie Regentschappen ControleAfdeelingen

Districten Onderdistricten Ket

Pekalongan Brebes Brebes

Boemiajioe

Brebes

Tandjoeng

Bandjarhardja

Boemiajoe

Bantarkawoeng

DjatibarangWanasari

LosariBoelakomba

KetanggoenganLarangan

PagoejanganBenda

Tondjong

SalemBantarsari

Pangebatan

Masih pada tahun 1905 terjadi perubahan wilayah yang menyangkut desaKarangdempel, Prapag Lor dan Limbangan. Ketiganya semula masuk dalam distrikLosari regentchapp / afdeeling Cheriboon dan menjadi wilayah distrik Tandjoeng,regentschapp Brebes dan Karesidenan Pekalongan.5 Termasuk perubahan statuskewilayahan terjadi pada wilayah desa Blawoeng dan Tjiledoekwetan ditetapkansebagai wilayah afdeeling Cheriboon dan desa Bantarsarie sebagai bagian distrikTandjoeng ditetapkan sebagai bagian dari wilayah regentschap Brebes.6

Bidang birokrasi pemerintahan kolonial di Brebes, makin lengkap dengandibentuknya aparat kepolisian. Pemerintah kolonial telah mulai melaksanakanreorganisasi kepolisian di Hindia Belanda sejak tahun 1897, yakni dengan penggantianprajurit Jawa dengan korps kepolisian dibawah kendali Residen.7 Pada tahun itu diJawa telah didirikan 10 korps masing-masing di karesidenan Tjirebon, Tegal,Pekalongan, Banjoemas, Bagelen dan Madioen8 Reorganisasi kepolisian berjalankembali pada tahun 1910. Tercatat pada tahun 1897 di wilayah Jawa terdapat beberapagolongan polisi diantaranya algemene politie (polisi umum), gewapende politie (polisibersenjata). Tahun 1919 aparat kepolisian ditambah dengan pembentukan cultuurpolitie/ suiker politie (polisi perkebunan)9, bestuur politie (polisi pamong praja), desa politie(polisi desa).serta politieke inlichtingendienst (dinas inteljen politik) dengan alat

5. Dengan demikian ketentuan tersebut menghapuskan Staatsblad Nomer 200 Tahun 1884 tertanggal 9 November1884. Lihat Staatsblad Nomer 171 Tahun 1905 untuk perubahannnya.6 Staatsblad Nomer 172 Tahun 1905.7. Marieke Bloembergen, Polisi Zaman Hindia Belanda : Dari Keperdulian dan Ketakutan, Jakarta : Penerbit BukuKOMPAS dan KITLV Jakarta, 2011, hal 71.8 Ibid.9. Aparat kepolisian ini ditempatkan pada kawasan perkebunan dan kompleks pabrik gula. Di Brebes polisiperkebunan ditempatkan pada daerah perkebunan tebu dan kompleks pabrik gula. Seperti Djatibarang. Dalam,Notulen van den vergadering gehouden op den 18en Februari 1919 in het gemeentelokal te Tegal mer deAdministrateure in de afdelingen Tegal en Brebes, inzake de politionalen toestand in het algemeen en rietbewakingin het by zonder, Arsip Binnelands Bestuur-koleksi ANRI, penempatan polisi perkebunan di Djatibarang (jumlahareal perkebunan 1275 bouw), Banjaratma (700 bouw) dan Ketanggoengan Barat (1100 bouw) dengan kekuatan 9agen yang rutin melaksanakan patroli bersenjata. Pembentukan aparat kepolisian ini didasari dengan aksipembakaran tebu dan menguatnya perlawanan di daerah perkebunan. Tentang ini periksa Marieke Bloembergen,op.cit., khususnya Bab II hal 59-114.

Page 24: Bupati-bupati mataram

46

kelengkapannya seperti de algemeene recherchedienst (dinas reserse umum) dangewestelijke recherche.10

Di Kabupaten Brebes berdasarkan laporan 1919 ditempatkan aparat kepolisiandengan rincian sebagai berikut :

a. 1 orang politie opziener kelas Ib. 1 orang hoofdagentenc. 1 orang mantri polisid. 20 orang agen kelas I11

Di samping itu disediakan 1 buah rumah komandan kelas I. Selain itu aparatkepolisian ditempatkan pada Asisten Residen 4 orang mantri polisi dan 2 agen kelas 1dan agen kelas 2. Mereka termasuk dalam bestuur politie. Untuk menunjang mobilitastugas kepolisian diberikan motor patroli dan mobil. Pada Patih ditempatkan 4 agen danasisten Wedana 8 agen.12

Mengenai gaji / honor yang mereka terima sesuai dengan jabatan adalahsebagai berikut :

a. Hoofdpolitie f. 350b. Politie opziener kelas 3 f. 275c. Politie opziener kelas 2 f. 195d. Hoofdagenten f. 120e. Matrie politie f. 75f. Politieagenten f. 2013

Infrastruktur yang perlu dikemukakan dan menunjang dinamika perkembangankabupaten Brebes adalah pembangunan jalan sebagai transportasi. Terdapat jalanutama yang dikenal sebagai jalan Groote Postweg / jalan Daendels yang membentangdari karesidenan Cheriboon hingga karesidenan Pekalongan yang panjangnyamencapai 59 paal.14 Sepanjang jalur tersebut terdapat 12 pos penjagaan yang berjarakmasing-masing 5 paal.15 Selain itu terdapat jalan yang menghubungkan karesidenanBanyumas di sebelah selatannya dari Tegal.

Selain jalan darat, mulai dipertimbangkan pembukaan jaringan transportasikereta api bagi keperluan pengangkutan komoditas ekspor, khususnya hasilperkebunan dan penumpang. Memang semenjak tahun 1841 telah terbentuktransportasi jalan raya dan menghubungkan wilayah pesisir dengan pedalaman. DariBrebes menuju Tegal terus ke Pekalongan. Sementara yang menuju selatan dari Tegalke arah Banyumas. Tetapi ada permasalahan jika pada musim hujan, kondisi jalanrentan dengan kerusakan dan beban perawatan makin bertambah, akibat kondisicuaca. Tentu persoalan tersebut berdampak bagi lambatnya mobilitas pengangkutankomoditas ekspor dari pedalaman menuju kawasan pelabuhan.16

Jalur kereta api di karesidenan Tegal, termasuk di dalamnya regentschap Brebesdimulai pada 18 Januari 1882 dengan trayek Tegal-Banjaran hingga Balapulang.17

Konsensi pembuatan jalur kereta api dari Semarang ke Cirebon diberikan padaperusahaan Semarang Cheriboon Stoomtram Maatschappij (SCS). Rencananya jalurtersebut menghubungkan Semarang – Pekalongan – Tegal – Brebes – Cirebon.Pengerjaan pembangunan rel dimulai tahun 1887.18

10. Marike Bloembergen, op.cit., hal 99.11. Notulen van de vergadering gehouden 21 Februari 1919 dalam Arsip BB, koleksi ANRI, hal 5.12. Arsip Departement Binnelands Bestuur, Correspondentie over Legering op Java 1919, hal 10.13. Ibid, hal 11.14. Ukuran paal diambil dari batas tonggak, dimana satu paal sama dengan 1506,9 meter.15. Alamsyah, loc.cit., hal 43-44.16. Argumentasi itu dilontarkan dalam laporan Residen Tegal tahun 1841, lihat Algemeeen Verslag der ResidentieTegal over het jaar 1841.17. Alamsyah, op.cit., hal 136.18. Jalur milik SCS terletak di sepanjang pesisir pantura dengan percabangan jalur dari Tegal menuju Prupuk viaSlawi dan Balapulang. Selain itu terdapat perusahaan Staats Spoorwegen (SS) yang membuka trayek di bagian

Page 25: Bupati-bupati mataram

47

Peningkatan sarana jalan, juga diupayakan untuk membuka simpul-simpulwilayah periferial antara Kabupaten Tegal dengan Kabupaten Brebes. Sepertipembangunan jalan yang menghubungkan Tuwel dengan Bumiayu melalui jurang KaliGung tahun 1929.19 Yang menarik akibat telah tertatanya sarana jalan darat, pihakperusahaan kereta api SCS pernah menurunkan tarif karena mendapatkan persaingandari bis dan mobil pengangkut.20

Gambar 8.3 Stasiun Losari

8.3 Keadaan DemografiSementara dilihat dari aspek demografi, jumlah penduduk di Kabupaten Brebes

yang terbanyak berada di distrik Brebes yang mencapai 21.621 jiwa dan yang terkecil didistrik Tanggungan sebanyak 4.544 jiwa.21 Secara rinci jumlah penduduk di KabupatenBrebes tahun 1839-1840 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8.2Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes

Tahun 1839-1840

No. Distrik Tahun 1839 Tahun 18401.2.3.4.5.6.

BrebesLosari

TanggunganBoemiajoeiLebaksioe

Salem

21.399 jiwa8.276 jiwa4.310 jiwa12.866 jiwa11.149 jiwa7.008 jiwa

21.621 jiwa8.797 jiwa4.544 jiwa

12.861 jiwa11.425 jiwa7.405 jiwa

Jumlah : 65. 008 jiwa 66.653 jiwaSumber: Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Dari data diatas, maka laju pertambahan penduduk di Kabupaten Brebes daritahun 1839-1840, adalah sebesar 2,46 %. Sayangnya data tersebut tak memerincigolongan penduduk. Berdasarkan catatan demografi sebelumnya, maka dapatdipastikan tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Brebes, cukup pesat.

barat Kabupaten Brebes dengan stasiun milik perusahaan tersebut di Prupuk dan Bumiayu. Lihat Memorie SerahTerima Jabatan Residen M.Rinkes 12 Juni 1930, dalam ANRI, Memori Serah Terima Jabatan 1921-193019. Ibid.20. Ibid.21. Dikutip dari Alamsyah, loc.cit., hal 50 berdasarkan laporan Residen Tegal dalam Algemeen Verslag vanResidentie Tegal over her jaar 1840 Nomer 12 / 1

Page 26: Bupati-bupati mataram

48

Berdasarkan catatan dari pembantu Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, Sir ThomasStamford Raffles, di Kabupaten Brebes atas hasil sensus yang dilaksanakanPemerintah Inggris tahun 1815, tertulis jumlah keseluruhan 21.591 jiwa, sedangkantotal jumlah penduduk di karesidenan (divisi) Tegal mencapai 178.415 jiwa.22

Yang menarik dari sensus 1815 di Kabupaten Brebes belum terdapat golonganpenduduk keturunan Cina apalagi Eropa. Pada tahun 1905 dengan jumlah desa 83,penduduk di Kabupaten Brebes meningkat dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 8.3Penduduk di Kabupaten Brebes

Tahun 190523

No. Golongan Penduduk Jumlah1.2.3.

PribumiCina

Eropa (termasuk di dalamnya Indo,Arab dll)

445.000 jiwa2.870 jiwa

135 jiwa

Jumlah : 448.005 jiwa

Kehadiran masyarakat Eropa di Kabupaten Brebes, tak bisa dilepaskan darikeberadaan industri perkebunan di Brebes yang membuat perubahan berarti.Penanda itu dimulai dengan dampak akibat dari kapitalisme perkebunan. Tonggakperiode cultuurstelsel, kerap dijadikan tonggak dimulainya kapitalisme perkebunandan sistem perkebunan di Hindia Belanda.24 Orientasi pada kapitalisme danbudidaya pada industri perkebunan memperhitungkan faktor-faktor seperti efisiensi,teknologi, industri, ketersediaan tanah dan tenaga kerja. Faktor budidaya inilah yangmenjadi pembeda dengan periode kekuasaan VOC pada eksploitasi dan hegemonimonopoli.25

Pertumbuhan kota dan modernisme berpengaruh bagi peningkatan jumlahpopulasi penduduknya. Sejak tahun 1920, beberapa kota Batavia, Semarang,Surakarta, Yogyakarta dan Surabaya memiliki jumlah populasi penduduk mencapai

22. Thomas Stamford Raflles, History of Java, terjemahan Eko Prasetyoningrum dkk, Yogyakarta :Narasi, 2008, hal 38-39. Bandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Brebes berdasarkan Sensus2010 yang mencapai 1.732.719 jiwa. Dengan rincian, penduduk laki-laki sebanyak 872.135 orang (50,33%) dan 860.584 penduduk perempuannya (49,66 %). Dari jumlah tersebut laju pertumbuhan pendudukdi Kabupaten Brebes mencapai 0,22 % per-tahun. Sementara kepadatan penduduk di Kabupaten Brebesberdasarkan sensus tersebut mencapai 1.042 jiwa km persegi.

23. Dikutip dari Encylopaedie van Nederlandsch Indie – s’Gravanhage Martinus Nijhoff en Leiden NV u/n Brell 1918-1919, Vol 1.24. Meskipun pada kekuasaan VOC, komoditas perkebunan dijadikan tumpuan, namun yang membedakannyadengan fase cultuurstelsel adalah antara eksploitasi dan budidaya. Ini bisa dilihat dalam definisi yang diberikan olehJ.H Boeke tentang sistem perkebunan menekankan aspek teknis, administrasi dan orientasi ekspor. Persamaanantara cultuurstelsel dengan industri perkebunan adalah pada pengelolanya. Pada cultuurstelsel , negara menjadiperan dalam perniagaan.Sementara industri perkebunan pada fase liberal menitikberatkan pada peran swasta.Menarik ulasan pengantar Angus Maddison yang mengatakan pada fase industri perkebunan memiliki karakteristiksebagai berikut : (a) dikelola melalui semangat enterpreuner swasta, (b) berbasis komersial, (c) rasionalisasi padaproduk dan (c) didukung kajian agronomic. Lihat pada Angus Madison dan G.E Prince, Economic Growth inIndonesia 1820-1940, Leiden : KITLV, Verhandelingen van het KITLV, 1989, hal 20-21.

25. Tentang ini lihat artikel Soegijanto Padmo, “Pengusahaan Tembakau Cerutu dan Dampaknya Terhadap Ekonomidan Masyarakat Tani : Karesidenan Surakarta 1860-1060-an” pada Prisma Edisi 4 April 1991, hal 5-6. Sebagaianalisa perbandingan lihat kajian Jan Breman, Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja : Jawa di Masa Kolonial,terjemahan LP3ES, 1986, R.E Elson, Village Java Under the Cultivation System 1830-1870, Sydney : Asian StudiesAssociation of Australia with Allen and Unwin, 1994, khususnya pada Bab 3 mengenai Perubahan Sosial padasistem cultuurstelsel, hal 154-301. Juga kajian Anne Booth, “Exports and Growth in the Colonial Economy, 1830-1940” dalam Angus Madison dan G.E Prince, Economic Growth in Indonesia 1820-1940, Leiden : KITLV,Verhandelingen van het KITLV, 1989 ,hal, 67-96

Page 27: Bupati-bupati mataram

49

kurang lebih 100.000 jiwa. Sedangkan kota seperti Banjarmasin, Buitenzorg (Bogor),Bandung, Pekalongan, Kediri, dan Malang mempunyai jumlah populasi kurang lebih40.000 jiwa.26 Sedangkan daerah seperti Cirebon, Brebes, Tegal merupakanwilayah yang mempunyai jumlah populasi penduduk kurang lebih 10.000 jiwa.27

Beberapa permasalahan yang terkait dengan penduduk di KabupatenBrebes, selain jumlah penduduk yang terus meningkat, juga berkaitan dengankualitas kesehatan yang berhubungan dengan penduduk tersebut. Berdasarkanlaporan Residen Rinkes, disebutkan bahwa pada tahun 1928 telah terjadi wabahmalaria di desa sebelah utara Brebes di muara sungai Pemali (Sawojajar danKaliwlingi).28 Dalam laporan tersebut disebutkan pula cara pencegahan dilakukandengan membagi-bagikan pil kina secara gratis kepada penduduk. Upaya tersebutdiambil daripada melakukan pengeringan rawa-rawa dan tambak-tambak yangdimiliki penduduk.29

Di wilayah selatan Brebes, tepatnya di onderdistrik Bumiayu dan Paguyangantahun 1929 dan 1931, pemerintah kolonial melakukan perbaikan rumah menyusulendemik penyakit pes yang telah bertahun-tahun melanda wilayah di kaki gunungSlamet tersebut. Selain menempatkan petugas pengawas penyakit di daerahendemik pes.30

Yang menarik laporan itu menyebutkan bahwa di Kabupaten Brebes banyak tuantanah dan mereka bertempat tinggal di Cirebon. Tanah-tanah milik tuan tanahdibagihasilkan kepada penduduk. Karena adanya proses okupasi tanah secara liaryang dilakukan golongan masyarakat Timur Asing, maka Asisten Residen Brebesmelakukan tindakan terhadap masyarakat Cina dan Arab.31 Pada laporan tersebutorang-orang Cina berada di wilayah Slawi, Banjaran, Brebes dan Bumiayu.Sedangkan keturunan Arab bermukim di Tegal, Brebes dan Jatibarang.32

8.4 Industri Gula dan Investasi PerkebunanIndustri gula menempati posisi penting dalam pertumbuhan ekonomi kolonial di

wilayah Kabupaten Brebes, disamping komoditas perkebunan lainnya. Diketahuiindustri gula sudah lama dikenal di Jawa jauh sebelum tahun 1830. Terutama di wilayahommelanden (daerah luar tembok) Batavia pada abad XVII oleh orang-orang Tionghoasebagai industri rumahan.33

Modernisasi industri gula diintensifkan tahun 1850 dengan didatangkannyaperlengkapan mesin gula yang diimpor oleh pengusaha Barat. Proses pemaksimalanpada potensi industri di karesidenan Tegal, dirasakan ketika pemerintah kolonial padatahun 1840 memerintahkan penanaman tebu di 13 karesidenan dari 18 karesidenan diJawa, termasuk di dalamnya Kabupaten Brebes34

Pada mulanya adalah kontrak gula. Cara ini adalah pemerintah menerimakewajiban untuk menanam tebu sampai luas yang ditetapkan dalam surat kontrak

26. Robert Bridson Cribb, Historical Atlas of Indonesia, Hawaii : University of Hawaii Press, 2000, hal 65.27. Ibid.28. Laporan Residen M.Rinkes tertanggal 12 Juni 1930 dalam ANRI, Memori Serah Terima Jabatan 1921-1930 (JawaTengah), Jakarta : ANRI Penerbitan Sumber-sumber Sejarah, 1977, hal 16.29. Ibid.30. M. Rinkes, loc.cit., hal 16.31. Ibid.32. Menarik disimak dari studi van den Berg berdasarkan sensus tahun 1885 di Jawa dan Madura jumlah pendudukArab yang tercatat hanya di Tegal berjumlah 352 jiwa. Kemungkinan di Brebes dimasukkan dalam wilayah Tegal.Lihat L.W.C van den Berg, Orang Arab di Nusantara, terjemahan Rahayu Hidayat, Jakarta : Komunitas Bambu,2010, hal 96.33. Perkembangan industri di wilayah pinggiran tersebut lihat artikel Bondan Kanumoyoso, “Diantara Proteksi danKemerosotan : Perkembangan Industri Gula di Ommelanden Batavia pada Awal Abad Ke18” dalam Adrian B.Lapian, Kembara Bahari : Esei Kehormatan 80 Tahun, Jakarta : Komunitas Bambu, 2009, hal 261-289.34. Alamsyah, op.cit., hal 84-85. Beberapa pabrik gula yang berdiri di Kabupaten Brebes adalah PG Djatibarang,,Lemah Abang Losari, Ketanggoengan Barat dan PG Banjaratma.

Page 28: Bupati-bupati mataram

50

terpenuhi. Pemerintah melibatkan penduduk di sekitarnya untuk menanam tebu. Untukkeperluan ini biasanya pengontrak memberikan uang muka kepada pemerintah. Tugaspengontrak adalah membangun pabrik gula. Hasil produksi gula diserahkan padapemerintah seluruh atau separuhnya dengan harga yang telah ditentukan.35

Gambar 8.4 Hamparan tanaman tebu pendukung industri gula

Kehadiran swasta dalam industri gula, membuktikan bahwa sektor bisnismemberikan keuntungan. Tercatat tahun 1846-1847, pabrik gula Djatibarang denganluas tanam 800 bau dan menghasilkan gula sebanyak 36.256 pikul.36 Peran swastatersebut berpengaruh bagi peningkatan areal tanam, penyerapan tenaga kerja danpermodalan. Terhitung dari tahun 1875-1895 di karesidenan Tegal (termasuk Brebes didalamnya), jumlah perusahaan swasta ada 10, 1 buah milik Cina dan 5 diantaranyamerupakan pengusaha besar dengan luas areal tanam mencapai 4.401 ha.37

Keberadaan industri gula dan lahan tebu,memaksa pemerintah kolonialmengupayakan sistem irigasi untuk keperluan tersebut. Di Kabupaten Brebes,infrastruktur pengairan telah ditata dengan baik, seperti pembangunan pintu air Kedungalang-alang dan Kedung Jembat pada daerah aliran sungai Pemali di distrikBoemiajioe. Pintu air Glempang pada aliran sungai Giri di Sirampog onderdistrik Benda.Pintu air Siroyom dan Kembang pada aliran kali Keruh di Sirampog onderdistrik Benda.Juga di Tondjong, dibangun pintu air Tangeran pada aliran sungai Pedes.

Di wilayah tengah dan pantura, dibangun pintu air Cibendung pada aliran sungaiCisanggarung di Banjarharja. Kemudian pintu air Cisadap pada aliran sungai Babakandi wilayah Ketanggoengan. Pemerintah kolonial juga membangun pompa air di PoncolLarangan.

Selain industri gula dan perkebunan tebu, patut pula dikemukakan beberapahasil perkebunan lainnya di Kabupaten Brebes. Seperti kopi, teh, dan nila / indigo.Tanaman kopi di daerah Brebes dibudidayakan di kawasan selatan Kabupaten Brebes.Tanaman ini ditanam pada areal pekarangan, hutan dan perkebunan. Tercatat pada

35. Alamsyah, op.cit., hal 94.36. Algemeen Verslag van het Residentie Tegal over het jaar 1847.37. William O’J Malley, “Perkebunan 1830-1940 : Ikhtisar” dalam Anne Booth (et.al), Sejarah Ekonomi Indonesia,Jakarta : LP3ES, 1988, hal 208. Sebagai perbandingan baca artikel R.E Elson, “Dari State ke State : Rezim yangBerubah dari Produksi Ekspor Petani pada Pertengahan Abad ke 19 di Jawa” dalam J.Thomas Linblad (ed), FondasiHistoris Ekonomi Indonesia, Yogyakarta : Pusat Studi Asia Tenggara UGM dan Pustaka Pelajar, 2002. Di tahun 1930berdasarkan laporan Residen Rinkes, di Brebes dan Tegal, jumlah areal kebun tebu mencapai 12.000 bau, lihatANRI, Memori Serah Terima Jabatan, hal 17.

Page 29: Bupati-bupati mataram

51

tahun 1852 terdapat 4.804.578 pohon kopi di Brebes selatan.38 Perluasan wilayah arealtanaman kopi di Brebes Selatan dilakukan di Bumiayu hingga ke arah PetuguranPaguyangan. Tahun 1890, komoditas kopi mulai berkurang, namun yang menarik padatahun 1893 di Ketanggoengan Barat berdiri perusahaan perkebunan yang dimiliki L.ThGonsalves dengan penyewa W.D von Oldenborg Jr.39

Perkebunan teh telah lama dikenal. Perkebunan Kaligua, Paguyanganmerupakan peninggalan dari kejayaan budidaya tanaman sampai sekarang ini. Tahun1899 berdiri kongsi perusahaan Van John Pletneu & Co yang menangani perkebunanteh Kaligua, hingga sampai tahun 1901 perusahaan ini dibeli dan dikelola pengusahaDe Jong.

Budidaya tanaman tembakau diupayakan di wilayah Lebaksioe (waktu itu masihmenjadi bagian Kabupaten Brebes) dan Boemiajoe sejak 1870. Perusahaan yangmengelolanya adalah Ol Maatschappij van Administratie en Lijfrente.40

Infrastruktur ekonomi ditunjang pula oleh keberadaan Volkscredietbank yangmengucurkan kredit perikanan, kredit pertanian, kredit kopi dan kredit pupuk. DiKabupaten Brebes lembaga bank kredit rakyat didirikan di Brebes dan Bumiayu. Untukmenangani masalah semua urusan kredit rakyat ditunjuk Residen sebagai pejabatsuperintendent.41 Sedangkan penanganan kredit untuk desa (bank desa) dan lumbungdesa diserahkan pada Pemerintah Kabupaten. Pengawasannya dilakukan oleh pejabatcontroleur. Tahun 1929 diberitahukan sebagai akibat serangan hama mentek padatanaman padi di distrik Tanjoeng, banyak masyarakat yang menunggak kredit.42

Selain itu di Kabupaten Brebes, juga dikucurkan kredit untuk usaha perikananlaut serta dikelola oleh perkumpulan Saja Sari dan memperoleh dukungan pendanaandari bank daerah. Tapi periode 1928-1929, perkumpulan ini mengalami kemunduran,meski di tahun 1929, perkumpulan ini memperoleh suntikan dana dari Kas Sentral, tohtak bisa menyelamatkan karena masalah kepemimpinan. Dugaan penggelapankeuangan menjadi akar persoalan yang terjadi dalam perkumpulan tersebut..43

BAB IX

JAMAN PENJAJAHAN JEPANG

Pada akhir abad XIX industri Jepang telah mengalami lonjakan kemajuan yangsangat pesat. Jepang sangat memerlukan pasar untuk melempar hasil-hasil industrinyayang semakin lama semakin melimpah. Pasar tersebut tidak lain negeri-negeri di Asia,

38. Alamsyah, lo.cit., hal 111.39 Regering Almanaak Tahun 1893, hal 477. Nama Gonsalves tercatat sebagai tuan tanah yang membeli tanahpartikelir warisan Inggris yang diberikan kepada Bupati Arya Singasari Panatayuda. Namun pada tahun 1880,Gonsalves membeli seluas 3197 bau. Tentang ini baca BAPPEDA, Sejarah dan Hari jadi Kabupaten Brebes, hal 60-61.40 Regering Almanaak Tahun 1870, hal 235.

41. Memori Serah Terima Jabatan 1921-1930, hal 19.

42. Ibid.

43. Ibid.

Page 30: Bupati-bupati mataram

52

terutama di Asia Tenggara. Untuk menguasainya, Jepang merebutnya dari negeri-negeri barat, yang telah berabad-abad lamanya menjajah negeri-negeri itu.

Untuk melaksanakan maksudnya, Jepang melancarkan berbagai macam carayang dilakukan dengan sangat sistematis, dalam jangka waktu yang sangat panjang.Kesimpulan terakhir: tidak ada jalan lain kecuali harus dengan cara berperang. PerdanaMenteri Kakaisaran Jepang pada waktu itu adalah Tojo.Puncaknya terjadi pada tanggal8 Desember 1941, waktu pasukan Jepang menyerang Pearl Harbour, pangkalanAngkatan Laut Amerika Serikat terbesar di kawasan Pasifik, di Hawaii. GubernurJenderal Hindia Belanda, Tjandra Van Starckenborg Stachouder, dengan tegasmenyatakan perang terhadap Jepang, dan Jepang sendiri dengan cepat menanggapipernyataan itu. Pasukan Jepang menyerbu ke berbagai kawasan Asia Tenggara,merebut daerah demi daerah yang sebelumnya telah dikuasai oleh penjajah Barat.Pada tanggal 10 dan 11 Januari 1942 pasukan Jepang telah menyerang Tarakan diKalimantan dan pada hari Minggu Legi tanggal 1 Maret 1942 telah mendarat di pulauJawa. Nasib pemerintah Hindia Belanda sudah bisa ditebak. Seminggu berikutnyapemerintah Hindia Belanda dengan resmi telah menyerah tanpa syarat di Kalijati, JawaBarat, akan tetapi pemerintah Hindia Belanda memiliki akal cerdik juga. Sebelumperang berkobar, sudah menyusun pemerintah di dalam pengungsian di Australiadengan Letnan Jenderal Dr. H.J. Van Mook sebagai pemimpinnya. Semenjak itu tanahair kita dijajah oleh Jepang.

Jepang bangga sekali dengan kemenangan itu. Pada bulan Maret 1943Gunseikan-pembesar pemerintah bala tentara Jepang, Letnan Jenderal Okazakidengan lantang mengatakan: “ Setelah bala tentara Dai Nippon memasuki pulau Jawapada tanggal satu bulan tiga yang telah silam, kekuasaan Belanda yang merajalelalebih dari 300 tahun di negeri ini roboh dalam tempo satu minggu, sebagai bunga yangmekar, sekonyong-konyong patah dan layu. Pemerintah Belanda yang menari menurutbunyi seruling yang ditiup oleh Amerika dan lnggris,telah meyatakan lenyap bersamadengan negeri-negeri kapitalis lainnya dari rnuka bumi Asia Timur buat selama-lamanya".

Mula-mula banyak omongan manis disampaikan Jepang kepada bangsalndonesia. Dinas propaganda Jepang dengan gencarnya melancarkan propagandayang beraneka warna, diantaranya mengenai missi suci Jepang yang lewat PerangAsia Timur Raya jutru membebaskan seluruh kawasan Asia dari cengkramanpenjajahan dan mempersatukannya dalam satu wadah "Keluarga Besar Asia TimurRaya" di bawah pirnpinan Jepang. Dinas Propaganda Jepang telah mendirikan gerakanTiga A, dengan semboyan : Nippon Cahaya Asia, NipponPelindung Asia, NipponPemimpin Asia. Namun semuanya itu ternyata hanya propaganda belaka. Rakyatindonesia untuk kesekian kalinya, harus merasakan betapa kejamnya penjajahan.Lebih-lebih, setelah Jepang semakin terdesak dalam medan peperangan. Kekuranganmakan dan pakaian telah terjadi dimana-mana. Banyak sekali penduduk dikerahkanuntuk melakukan kerja paksa sebagai romusha, tidak sedikit diantaranya dikirirn ke luarnegeri, .jauh dari kampung halamannya, dan tidak sedikit pula yang akhirnya menemuinasib malang, tidak kembali lagi pada keluarganya, tewas menderita sebagai romusha.

Kota Singapura, pada waktu itu lebih terkenal dengan sebutan nama Jepangnya: Shonantoo, rupanya kecuali dijadikan pangkalan penting, juga menjadi pelabuhantransit untuk menyebarkan orang-orang romusha itu ke negara sekitarnya, yaitu : lndoChina (Vietnam/Kamboja), Siam (Muang Thai), Malaya, Birma.

Kesemuanya itu juga dialami oleh penduduk di daerah Kabupaten Brebes.Kekurangan makanan dan pakaian terjadi di mana-mana. Kecuali diangkut ke luarnegeri sebagai romusha tadi, sementara penduduk dikerahkan untuk bekerja paksaseperti romusha di daerah, misalnya disuruh.membuat gua raksasa untukpersembunyian tentara Jepang di dekat Kaligua,Kecamatan Paguyangan, diBalekambang Kecamatan Tonjong, menyudat rnuara sungai Pemali di SawojajarKecamatanWanasari, dan juga rnenggali lubang perlindungan untuk kepentingan rakyatsendiri di tepi-tepi jalan besar dan sebagainya.

Page 31: Bupati-bupati mataram

53

Murid sekolah hampir tidak sempat belajar, karena seringkali diperintahkan untukber-kingrohoshi (=Kerja bakti) mencari badur (:sebangsa iles-iles) sebagai bahanpembuatan alat-alat militer ; mencari pulutan (:sejenis tumbuh-turnbuhan perdu yangberserat ) untuk dijadikan bahan pakaian : menanam kapas dan memberantashamanya, kapasnya dijadikan bahan pakaian : menanam jarak dan memberantashamanya, jarak diolah menjadi bahan minyak pelincir, dipergunakan sebagai minyakpelincir (olie) pesawat terbang : menanam ubi jalar ditepi-tepi jalan atau di tanah-tanahkosong dan sebagainya.

Perintah-perintah kejam itu sebenarnya hanya merupakan kamuflase/kedokuntuk menutupi keserakahannya, sebab bahan makanan yang pokok (beras) danbahan pakaian yang ada disembunyikan guna kepentingan Jepang itu sendiri. Atauuntukmengalihkan pikiran rakyat agar mereka berpendapat bahwaJepang itumementingkan akan kesejahteraan rakyat juga. Namun kenyataan menunjukkan,bahwa tindakan-tindakan tersebut justru berakibat kebalikannya. Rakyat menderita dansengsara karenanya. Hampir semua orang tidak mampu makan cukup apalagi layak.Akibatnya karena kekurangan gizi banyaklah yang terkena hongerudirn (busung lapar).Kalau golongan pegawai negeri saja sudah banyak yang tidak lagi mempunyai pakaianrangkap, teristimewa pula rakyat jelata. Apabila dari antara mereka masih ada yangbisa mengenakan pakaian berbahan itain/mori, itu masih dianggapnya untung. Sudahbanyak orang yang terpaksa berbaju/bercelana./bersarung "karung/goni/kadut". Sedangbahan pakaian semacam itu merupakan tempat yang amat baik bagi kutu (tuma) ataukutu busuk (kepiding/tinggi). Akibatnya : Banyak orang yang menderita penyakit kulit :kudis, kurap, koreng dan sebagainya.

Demikian sekilas lukisan yang menunjukkan betapa hina dan penderitaan rakyatBrebes, juga rakyat di lain daerah dalam kurun waktu bala tentara Dai Nippon/ Jepangberkuasa di persada nusantara ini. Itupun belum diangap cukup. Orang-orang yangberada masih diharuskan setor: mas, intan, berlian dan perhiasan lainnya kepadaJepang. Barang-barang besipun diangkutnya pula.

Dalam bidang ketatanegaraan, pemerintahan bala tentara Jepang telahmengadakan perombakan sistem pemerintahan. Menurut Undang-Undang Nr 27 daritanggal 5 Agustus 1942, kecuali bekas kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, seluruhpulau Jawa terbagi dalam Syuu, Si, Ken, Gun, Son dan Ku. Daerah Syuu sama dengandaerah Karesidenan dan Syuu ini terbagi lagi dalam Si dan Ken. Daerah Si samadengan daerah “ stadsgemeente “ atau kota praja dengan daerah Ken sama dengandaerah “ regentshap “ atau kabupaten. Daerah Gun terbagi menjadi So dan Ku masing-masing sama dengan daerah “ district “ atau kawedanan, daerah “ onder district “ atakecamatan dan desa. Untuk masing-masing daerah Si, Ken, Gun, So dan Ku diangkatsalah seorang kepala daerah yang disebut Si-cho (baca: Sico), Ken-cho (baca:Kenco),Gun-cho (baca: Gunco), Son-cho (baca: Sonco) dan Ku-cho (baca: Kuco). Jugaditetapkan bahwa peraturan pemerintah yang sebelumnya telah ditetapkan untuk “stadsgemeente “ “ regentschap”, “ district “, “ onderdistrict ” dan desa yang berlakuuntuk Si, Ken, Gun, Son dan Ku, kecuali kalau ada peraturan yang istimewa.

Khusus mengenai daerah Kabupaten Brebes, sebagai penguasa daerah mula-mula dipegang oleh seorang pembesar bala tentara Jepang, tetapi kemudian digantikanoleh seorang kepala daerah bumiputera sebagai Kencho (=bupati), bernama RadenSunarya. Ia memerintah hingga awal tahun 1945, sebelum saat proklamasikemerdekaan Republik Indonesia. Pada waktu itu ia telah dimutasikan ke Tegal denganjabatan yang sama, Tegal Kencho (=Bupati tegal). Sebagai penggantinya pemerintahbala tentara Jepang mengangkat Sarimin Reksadiharja, Sang (=Tuan) Fuku Ken-cho(=Patih) Tegal untuk menduduki jabatan Brebes Ken-cho.

Selain pembentukan daerah-daerah pemerintahan tersebut di atas, pemerintahbala tentara Jepang juga mengeluarkan peraturan mengenai pembentukan Aza danTonari Gumi. Menurut peraturan tersebut, masing-masing Ku atau desa dibagi mejadibeberapa Aza yang pada umumnya bisa kita samakan dengan pedukuhan. Sedangkansetiap Aza terbagi lagi dalam beberapa Tonari Gumi (Tonari=tetangga,

Page 32: Bupati-bupati mataram

54

Gumi/Kumi=kelompok) yang terdiri dari beberapa keluarga. Dengan demikian Aza yangdiketuai seorang Azacho bisa kita sebut Rukun Warga (RW), sedangkan Tonari Gumiyang diketuai seorang Kumicho bisa kita sebut Rukun Tetangga atau RT.

Lebih lanjut di dalam kemasyarakatan (dalam keadaan perang) telah dibentuk:- Kei bo dan, yaitu regu-regu untuk ketertiban masyarakat, tugasnya sangat mirip

dengan tugas Hansip sekarang.- Seinendan, adalah regu-regu yang mewadahi kaum muda menerima latihan

kemiliteran: peraturan baris berbaris, dasar-dasar ilmu perang, antara lain latihanyang disebut Kyoreng, dengan senjata bambu runcing atau tongkat kayu.

- Lebih hebat dari itu diadakan pula: Jibakutai atau barisan berani mati, yaitu untukmenampung orang-orang yang berani dan sanggup “ nekad “ mengorbankan jiwaraga ikut perang demi kemenangan dan kejayaan Asia Timur Raya dengan 3 A-nyaseperti yang telah diuraikan pada awal bab IX ini.

- Kaum ibu, istri para pegawai, dihimpun dihimpun dalam Fujingkai.- Untuk mengurusi pemasukan setoran padi, bahan makanan pokok bagi tentara

Jepang itu sendiri, didirikan Noji Jikokumai.- Di dalam bagian ini kita tidak akan melupakan usaha Jepang untuk memperkuat

angkatan perangnya di daerah, dibentuklah apa yang disebut Tentara Pelajar TanahAir (PETA). Banyak pegawai dan para santri serta ustad yang mau memasukinya.Bekas PETA, Hizbullah/ Sabilillah inilah yang kelak kemudian, setelah Jepang kalahperang, akan menjadi inti dari Badan Keamanan Rakyat/ Tentara Keamanan Rakyat(BKR-TKR) – Tentara Republik Indonesia.

Demikian pula atas usul organisasi-organisasi Islam pada saat itu dapat didirikansebuah organisasi kelaskaran yang bernama Hizbullah. Maksud diadakannya lembaga-lembaga ini tidak lain untuk menyempurnakan administrasi negara ke bawa,hinggasemua perintah bisa dengan cepat diteruskan sampai pada semua keluarga.Sebagaimana dikatakan oleh Prof. Mr. A.K. Pringgadigda, "Untuk badan-badan baru iniPemerintah tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun,sebab pengurus badan-badanitu terutama dipilih dari orang-orang yang sangat bersemangat, sehingga merekadengan segala senang hati mengorbankan waktu dan tenaganya dengan tjuma-tjuma".Di samping itu : Djugaorang-orang lain yang tidak begitu bersemangat, tetapi masukmenjadi pengurus karena terpaksa, tidak berani menuntut upah, sebab mudah didakwaingin mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai semangat berkoban untukkepentingan umurn".

Berdasarkan "kebaktian" dan "kepentingan umum" itu, pada jaman Jepang rakyatIndonesia telah mengalami banyak sekali penderitaan, misalnya mengenai harga hasilbumi dan ternak yang dijualnya, upahnya sebagai pekerja dan gajinya sebagaipegawai. Semuanya itu sangat rendah, tidak seimbang dengan harga di luaran dantidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari ".Tidak sedikit ibu-ibu, isteripegawai yang terpaksa menjadi penjual pakaian bekas, milik sendiri sebagaipeninggalan dari jaman Hindia Belanda, hanya sekedar untuk mengurangi penderitaankeluarganya. Sang pegawai sendiri apabila sudah tidak mampu lagi bertahan sebagaipegawai, diam-diam melarikan diri mencari mata penghidupan di lapangan lain.

Tetapi yang Maha Kuasa telah berkenan menjadikan kepahitgetiran tersebutsebagai masa penggemblengan bagi pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia untuk lebihmemacu usahanya menuju ke masa yang sudah lama dinanti-nantikan,yaitukemerdekaan Indonesia.

Beberapa peristiwa bersejarah yang diungkapkan di bawah ini adalah kejadian-kejadian di luar daerah Kabupaten Brebes yang membenarkan dan meyakinkanketerangan yang tercantum dalam alinea di atas itu, antara lain :

- Justru di dalarn keganasan bala tentara Jepang, di kota-kota besar tersusunlahgerakan di bawah tanah, propagandanya adalah : tetap ber.juang untukmencapai kemerdekaan Nusa dan Bangsa Indonesia. Meskipun Pemerintah

Page 33: Bupati-bupati mataram

55

Jepang pada tahun 1944 telah mengeluarkan 'Janji" bahwa Indonesia di "kelakkemudian hari" akan dimerdekakan. Tetapi tokoh-tokoh Pemimpin tidak maupercaya 100% dan menggantungkan diri pada 'Janji" yang manis itu. "........Jugadi dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidakpernah terhenti. Pada jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diripada mereka. Tapi pada hakekatnya tetap kita menyusun tenaga kita sendiri,tetap kita percaya kekuatan sendiri", demikianlah sebagian pidato Bung Karnosesaat sebelum membacakan naskah Proklamasi Kemedekaan Indonesia padatanggal 17Agustus 1945.

- Seorang anggota Hei ho (:pembantu angkatan laut Japang/Kaigung) bernamaAhmad, berani menentang perintah atasannya (:Jepang) yang tidak wajar. Ituterjadi pada tahun l945 diTarakan. Akibatnya hukuman berat menimpanya.

- Pada tanggal 14 Februari 1945, Tentara Pembela Tanah Air(:PETA) di asramaBlitar, Jawa Timur, di bawah pimpinan Supriyadi berani memberontak terhadaptentara Jepang. Akibatnya tentu saja hukuman yang amat berat. Supriyadi hilangsecara misterius.

- Pada saat Jepang sudah dinyatakan kalah oleh tentara sekutu,di kota-kotabesar, di mana ada markas tentara Jepang, terjadilah pertempuran antarapemuda-pemuda Indonesia dengan tentara Jepang yang masih tetap ganas,dalam rangka usaha merebut senjatanya dan berhasil sekalipun banyak jatuhkorban. Kita ingat pertempuran 5 hari di Semarang, pertempuran di Pekalongandan sebagainya.

Orang-orang Jepang di daerah Brebes, terutama di perumahan Pabrik GulaBanjaratma, Kepala Keisatsu (:Kepolisian) Brebes : Komatsu, karena sudah bersatudengan Kesatuan-kesatuan tentaranya di kota-kota besar di luar kota Brebes, maka didaerah ini tidak terjadi ketegangan yang menyolok. Para anggota PETA dan HEIHOserta Hizbullah yang berasal dari Brebes, setelah bubar dengan sendirinya, merekapulang ke kampung halamannya masing-masing, menunggu komando lebih lanjut.