data korupsi polda kalbar

20
ANTARA NEWS Pontianak, Antara Jateng- Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto menyatakan Indonesia saat ini masih perlu KPK dalam memberantas praktik korupsi di Indonesia. "Masih diperlukannya KPK karena dia adalah lembaga yang super bodi dan tidak bisa diintervensi dalam penanganan kasus-kasus korupsi," kata Arief Sulistyanto saat menjadi pemateri pada seminar anti korupsi yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Untan Pontianak dengan tema Generasi Muda Lawan KKN di Pontianak, Senin. Ia menjelaskan praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) adalah musuh bersama sehingga harus diberantas di bumi Indonesia. "Memberantas korupsi harus dengan kekuatan yang luar biasa. Karena korupsi di indonesia sudah mengakar, disitulah masih dibutuhkannya peran KPK yang juga harus bersinergi dengan kejaksaan dan kepolisian," ungkapnya. Selain itu, bentuk dukungan lain dalam memberantas KKN di Indonesia, yakni mulai dari generasi sekarang yang harus menanamkan diri dan berkomitmen dalam memberantas korupsi, karena korupsi musuh bersama. "Saya lebih senang dimusuhi oleh penjahat, daripada disenangi

Upload: hidayat-kalijar

Post on 15-Apr-2016

31 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fyfihihi

TRANSCRIPT

Page 1: Data Korupsi Polda Kalbar

ANTARA NEWS

Pontianak, Antara Jateng- Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto menyatakan Indonesia

saat ini masih perlu KPK dalam memberantas praktik korupsi di Indonesia.

"Masih diperlukannya KPK karena dia adalah lembaga yang super bodi dan tidak bisa

diintervensi dalam penanganan kasus-kasus korupsi," kata Arief Sulistyanto saat menjadi

pemateri pada seminar anti korupsi yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Untan Pontianak

dengan tema Generasi Muda Lawan KKN di Pontianak, Senin.

Ia menjelaskan praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) adalah musuh bersama sehingga

harus diberantas di bumi Indonesia.

"Memberantas korupsi harus dengan kekuatan yang luar biasa. Karena korupsi di indonesia

sudah mengakar, disitulah masih dibutuhkannya peran KPK yang juga harus bersinergi dengan

kejaksaan dan kepolisian," ungkapnya.

Selain itu, bentuk dukungan lain dalam memberantas KKN di Indonesia, yakni mulai dari

generasi sekarang yang harus menanamkan diri dan berkomitmen dalam memberantas korupsi,

karena korupsi musuh bersama.

"Saya lebih senang dimusuhi oleh penjahat, daripada disenangi penjahat. Sehingga tiga bulan

saya bertugas di Kalbar banyak yang akan melengserkan saya, karena aktivitas ilegal mereka

terganggu," katanya.

Menurut Kapolda Kalbar kolaborasi antarpenegak hukum, yakni KPK, Polri, dan kejaksaan akan

semakin kuat dalam memberantas korupsi, karena memang tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri,

katanya.

Arief mencontoh jalan di Kalbar cepat rusak karena dikorupsi oleh para pelaksana proyek

sehingga perlu bersama-sama untuk pengawasannya.

Page 2: Data Korupsi Polda Kalbar

Dalam kesempatan itu, Arief menyatakan dukungannya agar para koruptor dihukum mati saja,

seperti di Tiongkok, sehingga memberikan efek jera.

"Saya juga setuju, para koruptor itu dimiskinkan, sehingga harta-hartanya dari hasil korupsi

dirampas untuk negara. Karena kalau tidak dimiskinkan, ketika dia bebas nanti, maka akan

melakukan korupsi lagi," ujarnya.

KRIMINALITAS.COM

KRIMINALITAS.COM, Pontianak – Direktorat Kriminal Khusus Polda Kalbar, menetapkan

empat tersangka dalam dugaan pengelembungan anggaran jasa telekomunikasi tahun 2011-2014

di lingkungan Polda setempat sebesar Rp6,52 miliar, kata Dirkrimsus Polda Kalbar Kombes

Agus Nugroho.

“Keempat tersangka tersebut, yakni ET dengan pangkat terakhir AKBP sebagai Kabid TI Polda

Kalbar tahun 2011-2014, AY selaku ketua Kopegtel 2011-2014, FS selaku Ketuga Kopegtel

2014-2015, serta FR selaku Manager Keuangan Kopegtel,” kata Agus Nugroho di Pontianak,

Jumat (4/12)

Ia menjelaskan, sejak ditetapkannya status keempat orang tersebut sebagai tersangka, maka kini

status tersangka ET non job, tetapi tidak sampai dilakukan penahanan, karena keempat tersangka

tersebut cukup kooperatif.

“Penetapan AKBP ET sebagai tersangka, karena menyalahgunakan wewenang yang

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dan menimbulkan kerugian keuangan negara dalam

belanja barang langganan daya jasa telekomunikasi pada satker Bidang TI Polda Kalbar periode

2011-2014. Temuan tersebut, setelah diaudit perhitungan kerugian keuangan negara kepada

auditor BPKP Perwakilan Provinsi Kalbar,” ungkapnya.

Page 3: Data Korupsi Polda Kalbar

Terungkapnya kasus ini, berdasarkan laporan hasil Wasriksus Itwasda Polda Kalbar, terkait

penggunaan anggaran jasa telekomunikasi periode tahun 2008 sampai dengan 2014 pada Satker

Bidang TI Polda Kalbar tanggal 18 Maret 2015.

Sehingga, 20 Maret 2015, penyidik Subdit III/Tipikor Dit Reskrimsus Polda Kalbar memulai

proses penyelidikan penggunaan anggaran jasa telekomunikasi periode tahun 2008-2014, dan 12

Mei 2015, dilakukan gelar perkara, hasil penyelidikan diperoleh kesimpulan, terdapat

penyalahgunaan wewenang yang yang dilakukan oleh tersangka ET dan tiga rekannya.

“Kemudian berdasarkan audit penghitungan kerugian negara oleh BPKP, menemukan kerugian

negara sekitar Rp6,52 miliar, sehingga ditetapkanlah empat orang tersebut sebagai tersangka,”

ujarnya.

Modus tersangka ET dan rekannya, yakni pengelembungan atas jasa tagihan telekomunikasi

Rp100 juta/bulannya menjadi Rp250 juta/bulannya sehingga total kerugian negara sebesar

Rp6,52 miliar tersebut,” katanya.

“Saat ini kami sudah melakukan penyitaan terhadap satu rumah milik tersangka ET, tanah seluas

2,4 hektare, uang tunai yang dikembalikan Rp600 juta, atau total uang negara yang berhasil

diselematakan, yakni sekitar Rp4 miliar lebih,” kata Agus.

Hingga saat ini, kasus dugaan Tipikor anggaran jasa telekomunikasi tahun 2011-2014 sudah

dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi Kalbar untuk proses hukum selanjutnya.

Keempat tersangka tersebut diancam pasal 2 dan 1, dan pasal 3 UU No. 31/1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55

ayat (1) ke 1 KUHP dan pasal 64 ayat (1) KUHP.

Page 4: Data Korupsi Polda Kalbar

DETIK NEWS

detikNews - Jakarta, Langkah Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto yang berani menetapkan

seorang perwira polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP-sebelumnya ditulis

Kombes) menjadi tersangka korupsi dipuji. Arief dinilai melakukan tindakan berani bersih-

bersih. Apa yang dilakukan Arief menunjukkan revolusi mental di Polri.

"Tindakan kapolda ini sangat patut diapresiasi. Langkah Kapolda menetapkan seorang perwira

polisi sebagai tersangka ini akan memberikan efek balik yang positif bagi anggota kepolisian

lain," kata Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Hamidah, Sabtu (5/12/2015).

Menurut Hamidah, selama ini berbagai kasus yang melibatkan polisi biasanya selalu ditutupi dan

dilindungi. Kapolda Kalbar justru berani dan memberi penegasan Polri menjalankan revolusi

mental.

"Kita lihat dalam beberapa kasus perwira polisi yang terbukti melakukan pelanggaran bahkan

pelanggaran hukum selalu dilindungi dan ditutup-tutupi. Lebih aneh lagi, beberapa dari mereka

malah mendapat promosi," tambah dia.

Hamidah berharap, Kapolda Kalbar bisa mempertahankan sikap tegasnya dan menjaga integritas

korps Bhayangkara.

"Kompolnas berharap tindakan Kapolda Kalbar ini dipertahankan dan jadi contoh serta inspirasi

pimpinan satker (satuan kerja), pimpinan wilayah sampai pimpinan tinggi Polri," ungkap dia.

Page 5: Data Korupsi Polda Kalbar

AKBP ET menjadi tersangka anggaran komunikasi 2011-2014 senilai Rp 6,5 miliar. ET diduga

menerima Rp 4,5 miliar. Temuan penyimpangan itu berdasarkan data BPK dan Irwasda Polda

Kalbar. (dra)

PONTIANAK POST

PONTIANAK- Seorang perwira menengah (pamen) berpangkat Ajun Komisaris Besar (AKBP)

berinisial ET diduga terlibat penyelewengan anggaran pembayaran telepon dan internet di

lingkungan Polda Kalbar dan jajarannya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Pontianak Post, AKBP berinisial ET merupakan mantan

Kepala Bidang Teknologi dan Informasi (TI). Dalam perkara ini, AKBP ET melakukan

punggutan selisih pembayaran telepon dan internet di lingkungan Polda Kalbar dan jajaran.ET

berperan sebagai orang yang memerintahkan pihak penyedia jasa, dalam hal ini Kopegtel

(koperasi pegawai telkom) untuk menaikan tagihan telepon dan internet di lingkungan Polda

Kalbar. Nilai selisih dari pembayaran diambil secara tunai oleh ET.

Akibatnya, Polda Kalbar mengalami kebocoran anggaran kurang lebih Rp6,5 miliar pada periode

2011-2014. Kasus ini terbongkar dan ditangani secara intern oleh Direktorat Reserse Kriminal

Khusus Polda Kalbar. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan penyelidikan perkara, ET

ditetapkan sebagai tersangka. Dari informasi yang diperoleh, Polda Kalbar telah menyita aset

milik tersangka sebagai ganti kerugian negara. Namun demikian, perkara penyelewengan ini

tetap lanjut dan berkas perkara kasus itu masuk masuk tahap I Kejaksaan Tinggi Kalimantan

Barat.

Sumber Pontianak Post menyebut, ET bukan satu-satunya orang yang ditetapkan sebagai

tersangka dalam perkara itu. Setidaknya ada tiga orang lainnya yang juga terlibat dalam kasus

tersebut.

Pontianak Post mencoba mengkonfirmasi kebenaran kasus itu ke Polda Kalimantan Barat dengan

menemui Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Arianto pada 23 November 2015. Saat ditemui,

Page 6: Data Korupsi Polda Kalbar

Arianto enggan berkomentar. "Saya belum dapat kronologis dan skema seperti apa kasusnya.

Nanti saya koordinasikan dengan Ditreskrimsus," kata Arianto singkat.Rentang beberapa jam

kemudian, melalui whatsapp, Arianto menyampaikan permohonan waktu untuk mempublis

kasus tersebut.

Sementara, secara terpisah, Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat membenarkan telah menerima

pelimpahan perkara tahap I dari penyidik Polda Kalbar terkait pekara penyalahgunaan anggaran

pembayaran telpon dan internet di lingkungan Polda Kalbar yang menyeret ET tersebut. “Benar,

Minggu lalu berkas perkaranya kami kembalikan ke penyidik Polda Kalbar untuk dilengkapi,”

kata Juliantoro, jaksa Kejaksaan Tinggi Kalbar.

Menurut Juliantoro, berkas perkara dengan tersangka ET, merupakan berkas perkara ke tiga yang

masuk ke kejati. Sementara berkas perkara lainnya masih diteliti oleh JPU masing-masing.

Terkait perkara tersebut, tersangka disangkakan dengan pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 Undang-

Undang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. AKBP ET sebelumnya menjabat

sebagai Kabid TI Polda Kalbar. Masa jabatannya berakhir pada Juni 2015 dan digantikan oleh

AKBP Nowo Winarti. Sementara ET nonjob pada posisi Pamen Polda Kalbar. (arf)

HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kepala Bidang Teknologi Informatika (Telematika) Polda Kalimantan Barat Ajun Komisaris

Besar Edy Triswoyo menjadi tersangka kasus korupsi pembayaran tagihan jasa telekomunikasi

(jastel) kantornya. Bekerja sama dengan tiga pejabat Koperasi Pegawai Telkom (Kopegtel),

perwira menengah itu menilep miliaran rupiah.

Kapolda Kalbar Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto mengungkapkan, praktik ini sudah dilakukan

sejak 2011. Edy bekerja sama dengan Ketua Kopegtel 2011-2014 berinisial AY, Ketua Kopegtel

2014-2015 berinisial FS, dan Manajer Keuangan Kopegtel FR.

Page 7: Data Korupsi Polda Kalbar

Kasus ini baru terbongkar tahun 2015 setelah Inspektorat Pengawasan Polda (Irwasda)

menemukan kejanggalan dalam tagihan pembayaran telepon dan internet. Ada nomor telepon

yang sudah tak aktif, namun tetap ada tagihannya.

Menindaklanjuti temuan tim pengawas dan pemeriksa khusus Irwasda, Kapolda memerintahkan

Direktorat Kriminal Khusus melakukan penyelidikan.

Penyelidikan dimulai 20 Maret 2015. Penyidik menelusuri pembayaran tagihan beberapa tahun

ke belakang. Hasilnya ditemukan ada dugaan penggelembungan.

Setelah mendapatkan bukti yang cukup, penyidik melakukan gelar perkara 12 Mei 2015. Kasus

ini dinaikkan statusnya menjadi penyidikan.

Penyidik meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Kalbar melakukan

audit investigasi untuk menghitung jumlah kerugian negara. "Penyidik menemukanalat bukti

yang cukup untuk menjadikan perwira Polda Kalbar sebagai tersangka," kata Arief.

Bekas Direktur Ekonomi Khusus Bareskrim Polri mengungkapkan, modus korupsi Edy cs

sederhana. "Tagihan yang dikirim tak sesuai dengan tagihan yang sebenarnya," sebutnya.

Edy diduga menjadi otak dari tindak korupsi ini. Ia memerintahkan kepada pejabat Kopegtel

menggelembungkan tagihan jasa telekomunikasi yang dipakai Polda Kalbar.

FR membuatkan surat tagihan selama periode tahun 2011 sampai dengan 2014. Selanjutnya AY,

Ketua Kopegtel 2011-2014, dan FS, Ketua Kopegtel 2014-2015 yang menekan surat tagihan

Page 8: Data Korupsi Polda Kalbar

kepada Polda Kalbar. Yang seharusnya tagihannya Rp 100 juta per bulan, dibuat menjadi Rp 250

juta. "Ini berlangsung sekitar tiga tahun," ungkap Arief.

Edy selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) lalu memerintahkan pembayaran tagihan itu. Total

pembayaran tagihan jasa telekomunikasi Polda selama periode itu mencapai Rp 11,6 miliar.

Sementara, data di PT Telkom Divisi Regional VI Kalimantan Balikpapan, kewajiban pemba-

yaran tagihan Polda Kalbar hanyaberjumlah Rp 4,879 miliar, ditambah realisasi penyerahan

voucher fisik ke Polda Kalbar Rp 13 juta, dan PPN yang telah disetorkan ke kas negara Rp

253,475 juta.

Edy cs diduga meraup sampai Rp 6,5 miliar dari hasil penggelembungan tagihan jasa

telekomunikasi selama tiga tahun. Tak hanya itu, Edy juga meminta jatah uang maintenance dan

biaya voucher. Edy kebagian sampai Rp 4,5 miliar.

Para tersangka dijerat melakukan korupsi sekaligus tindak pidana pencucian uang. Penyidik

menyita rumah mewah Edy di Kompleks Bhayangkara Permai, Blok C2 No 1, Sungai Raya

Dalam, pemondokan berukuran 40x60 meter di Mempawah, satu unit mobil Ford, serta

memblokir beberapa nomor rekening bank miliknya.

"Berkas perkara tersangka sudah pelimpahan tahap satu ke Kejaksaan Tinggi Kalbar," kata

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kalbar Komisaris Besar Agus Nugroho.

Namun berkas perkara dikembalikan jaksa karena dianggapbelum lengkap. Penyidik

Ditreskrimsus tengah melengkapi berkas perkara sesuai petunjuk jaksa. Para tersangka tidak di-

tahan lantaran dinilai kooperatif. Edy telah mengembalikan sebagian yang ditilep sebesar Rp 650

juta.

Page 9: Data Korupsi Polda Kalbar

Kilas Balik

Tidak Ditahan, Setiap Hari Wajib Apel Pagi

Kapolda Kalbar Brigadir Jenderal Arief Sulistiyanto menyatakan akan menindak tegas anak

buahnya yang melakukan korupsi.

"Kami tidak pandang bulu dan diskriminatif dalam memberantas korupsi. Siapa pun yang

korupsi akan kami proses sesuai undang-undang yang berlaku, walaupun pelakunya internal

Polda," tandas Arief.

Ajun Komisaris Besar Edy Triswoyo setelah dicopot dari jabatan sebagai Kepala Bidang

Telematika karena diduga menggelembungkan tagihan jastel Polda Kalbar.

"Begitu ditemukan ada dugaan penyimpangan, saya menonaktifkan jabatannya. Penyidik pun

menetapkan tersangka dan menyita aset-asetnya," kata bekas Direktur Ekonomi Khusus

Bareskrim Polri ini.

Kepala Bidang Humas Polda Kalbar Ajun Komisaris Besar Aryanto menandaskan, penetapan

tersangka Edy yang berpangkat perwira menengah ini merupakan implementasi revolusi mental

untuk memperbaiki institusi kepolisian.

"Ini komitmen bahwa kepolisian benar-benar ingin melakukan pembenahan ke arah yang lebih

baik," tandasnya.

Page 10: Data Korupsi Polda Kalbar

Mabes Polri menyerahkan pengusutan kasus dugaan korupsi Edy kepada Polda Kalbar. "Kita

sudah terima laporan penanganan perkara tersebut," kata Kepala Penerangan Masyakarat Humas

Polri Brigadir Jenderal Agus Riyanto.

Melihat penanganan cepat yang dilakukan Kapolda Kalbar, menurut Agus, kasus tak ditarik ke

Mabes Polri. Sidang etik pun akan ditangani Polda Kalbar.

Mengenai sidang etik terhadap Edy, Arief mengatakan, baru akan digelar setelah proses

hukumnya selesai. "Kalau pidananya sudah inkracht, soal pelanggaran etika maupun pe-

mecatannya tinggal mengikuti saja," katanya.

Meski jadi tersangka, Edy tak ditahan. Arief menganggap Edy kooperatif menjalani proses hu-

kumnya. Namun penyidik tetap mengawasi gerak-gerik Edy.

"Yang bersangkutan tidak ditahan, karena kooperatif. Yang bersangkutan juga wajib apel pagi,"

kata Arief.

Lantaran tak punya jabatan, Edy kini luntang-lantung saja di Polda Kalbar. Setelah dicopot dari

jabatannya, Edy tak diberi jabatan apa pun. Ia menjadi Pamen Polda Kalbar. Jabatan Kabid

Telematika lalu diisi Ajun Komisaris Besar Nowo Winarti.

Komisi Kepolisian Nasional mengapresiasi tindakan Kapolda Kalbar yang menyeret sendiri anak

buahnya yang korupsi untuk disidik. "Ini patut dicontoh melakukan bersih-bersih, sesuai tekad

Kapolri," kata anggota Kompolnas Edi Hasibuan.

Page 11: Data Korupsi Polda Kalbar

"Langkah Kapolda Kalbar ini menunjukkan Polri yang berubah, menuju revolusi mental,"

tambah dia.

Edi juga menilai, pengawasan internal di Polda Kalbar berjalan sehingga menindak pelanggaran

yang dilakukan perwira menengah. "Artinya sesama anggota Polri tidak melindungi kalau

bersalah," ujarnya.

KRIMINALITAS.COM

KRIMINALITAS.COM, Jakarta – Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane

menegaskan, Kapolda Kalimantan Barat Brigjen Arief Sulistyanto harus memberikan hukuman

berat terhadap Kepala Bidang Informasi dan Tekhonology, AKBP ET yang diduga telah

melakukan perbuatan tindak pidana korupsi.

“Di dalam menangani kasus di Polda Kaliamantan Barat ini hendaknya penyidik Polri

mengenakan pasal berlapis. Terhadap tersangka, pengadilan diharapkan dapat menjatuhkan

hukuman berat,” kata Neta kepada Kriminalitas.com, Senin (7/12).

IPW, Tambah Neta, mendukung langkah Brigjen Arief Sulistyanto, yang melakukan’bersih-

bersih’ ditubuh jajarannya.

“Apa yang dilakukan Kapolda Kalbar, Brigjen Arief Sulistyanto ini patut diapresiasi. Sebab apa

yang dilakukannya merupakan konsisten didalam penegakan hukum, dan ini sejalan dengan

konsep revolusi mental,” jelas Neta.

Sebab, menurut Neta, Polri harus memperbaiki internalnya terlebih dahulu, sebelum menegakan

hukum di masyarakat.

Page 12: Data Korupsi Polda Kalbar

“Sikap Kapolda Kalbar ini patut ditiru oleh kapolda-kapolda lain, maupun elit-elit Mabes Polri.

Dengan demikian, tidak ada lagi sikap di internal Polri yang berusaha melindungi aparaturnya

yang brengsek,” pungkas Neta.

Seperti diberitakan sebelumnya, Brigjen Arief Sulistyanto menonaktipkan AKBP ET dari

jabatannya karena diduga melakukan dugaan korupsi, dengan modus menggelembungkan

tagihan jasa telekomunikasi Rp 100 juta perbulan. ET bekerjasama dengan Ketua Kopegtel dan

seorang manajer keuangan. Peran kedua tersangka yaitu memasukan tagihan tersebut dalam surat

utang untuk Polda Kalbar selama 2011-2014.

Kasus ini terungkap setelah BPK dan Irwasda Polda Kalbar mengusut kasus tersebut. AKBP ET

diduga menerima bagian Rp 4,5 miliar. Meski telah berstatus sebagai tersangka, AKBP ET tidak

dilakukan penahanan, karena dianggap kooperatif. Selain itu, Polda Kalbar telah menyita sebuah

tanah dan rumah milik AKBP ET karena diduga didapat dari hasil kejahatan.

MERDEKA.COM

Merdeka.com - Kepolisian Daerah (Polda) Provinsi Kalimantan Barat segera menyerahkan

berkas dugaan korupsi dalam penyewaan transponder satelit untuk memperluas jangkauan siaran

TVRI setempat ke Kejaksaan Tinggi.

"Pengiriman berkas perkara tahap pertama, rencananya Senin pekan depan," kata Direskrimsus

Polda Kalbar Kombes (Pol) Widodo melalui Kasubdit Tipikor Kompol Permadi Syahid Putra di

Pontianak, seperti dikutip dari Antara Rabu (30/4).

Menurut Widodo, semua tersangka dalam kasus yang menimbulkan kerugian negara mencapai

Rp 1,6 miliar itu telah selesai diperiksa. "Nanti jaksa akan meneliti berkas yang kami serahkan,

kalau lengkap, dinyatakan P-21, kalau kurang, P-19," kata dia.

Page 13: Data Korupsi Polda Kalbar

P-21 artinya berkas dinyatakan lengkap, dan pihak kepolisian menyerahkan tersangka dan barang

bukti ke kejaksaan.

Ada tiga tersangka dalam kasus tersebut, yakni SW, direktur sebuah perusahaan media,

kemudian DLD, Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalbar, dan

MT, mantan pelaksana teknis pekerjaan untuk pengadaan transponder di dinas tersebut.

Pemprov Kalbar mempunyai program untuk membantu memperluas jangkauan siaran TVRI

setempat. Pada tahun 2009 - 2011, dialokasikan anggaran untuk menyewa transponder di satelit

telekomunikasi.

Tahun 2009, nilai anggaran sebesar Rp1,5 miliar. Setahun berikutnya naik menjadi Rp 2,1 miliar

dan tahun 2011 Rp 2,6 miliar.

Kemudian, untuk melaksanakan penyewaan tersebut, ditunjuklah perusahaan milik SW. Namun,

perusahaan tersebut bukan bergerak di bidang penyewaan transponder satelit untuk siaran

televisi melainkan hanya penerbitan media cetak.

Pekerjaan itu kemudian di-subkontrakkan ke PT Telkom. "Jadi, ada beberapa perbuatan yang

akhirnya menimbulkan kerugian negara," kata dia. Pertama, proses pengadaan tidak sesuai

dengan Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

Berdasarkan aturan tersebut, batas untuk pengadaan langsung sebesar Rp 200 juta. "Di atas

angka tersebut, melalui mekanisme lelang," kata mantan Wakapolres Bengkulu ini menjelaskan.

Page 14: Data Korupsi Polda Kalbar

Kedua, ada potongan harga sebesar 30 persen yang diberikan namun dananya tidak dikembalikan

ke kas negara.

1INDONEWS.COM

AKBP ET tidak ditahan. ET sudah ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi anggaran

komunikasi 2011-2014. ET diduga memark-up anggaran komunikasi senilai Rp 6,5 miliar.

“Yang bersangkutan tidak ditahan, karena kooperatif. Yang bersangkutan juga masih wajib apel

pagi,” jelas Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto, Sabtu (5/12/2015).

Modus yang dilakukan ET sebagai Kabid TI dengan menggelembungkan tagihan jasa

telekomunikasi Rp 100 juta perbulan. ET bekerjasama dengan Ketua Kopegtel dan seorang

manajer keuangan. Dua orang itu, Ketua Kopegtel dan Manajer Keuangan memasukan tagihan

itu dalam surat utang untuk Polda Kalbar selama 2011-2014. Tindakan ET ini terendus BPK dan

Irwasda Polda Kalbar. ET menerima bagian Rp 4,5 miliar..

Arief kemudian merapatkan temuan itu dengan perwira Polda Kalbar yang lain dan didapatkan

keputusan, yang selanjutnya dilaporkan ke Kapolri. Penyidikan kemudian dilakukan sejak

Oktober 2015 lalu. Polda Kalbar sudah menyita rumah, pondokan, dan tanah milik AKBP ET.

AKBP ET sudah dibebastugaskan dari jabatannya. Kasus ET ini juga sudah dilimpahkan ke

Kejaksaan Tinggi Kalbar.