data kampung adat di jawa barat

26
 1 Bidang Kebudayaan 2009 DATA KAMPUNG ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Kampung Cikondang Lokasi : Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Pola Permukiman : Pola permukiman masyarakat di Kampung Cikondang adalah mengelompok. Rumah-rumah tinggal berkelompok di lereng bukit dan di level paling tinggi, sebelah selatan pemukiman penduduk, terdapat bumi adat dengan keletakkan bangunan dari arah utara- selatan serta orientasi rumah kearah utara. Hutan keramat terletak di belakang bumi adat berupa lereng bukit. Hutan keramat ini, sangat dikeramatkan, sehingga pohon-pohon tidak boleh sembarang ditebang. Hutan keramat ini dibagi dalam 5 (lima) halaman, dan di sekeliling halaman dipasang pagar bambu serta sebuah pintu masuk yang terletak di tengah halaman (kandang jaga). Di bagian halaman yang teratas, terletak pemakaman keramat dan pemakaman umum. Makam kera mat letaknya membujur dari arah utara-selatan dengan orientasi ke arah utara. Selain bangunan adat, terdapat juga rumah-rumah tempat tinggal penduduk yang merupakan kelompok pemukiman dengan jarak antar rumah yang hampir rapat, hanya dipisahkan oleh gang atau  jalan setapak. Rumah-rumah penduduk ada yang permanen dan semi permanen. Letak dan orientasi bangunan pada umumnya menghadap ke jalan desa atau gang. Di tengah perkampungan terdapat 2 buah mesjid yang merupakan bangunan modern. Sarana produksi berupa s awah dan lada ng terdapat di sekeliling permukiman penduduk, selain itu terdapat sawah dan ladang keramat yang berada di kompleks bumi adat. Untuk MCK, masyarakat menyebutnya  pacilingan, tersedia beberapa pancuran yang airnya disalurkan dari mata air di hutan keramat. Sarana jalan berupa jalan desa, melintasi kampung di bagian utara. Adapun jalan-jalan setapak atau gang banyak dijumpai di sudut-sudut kampung.

Upload: bonny-suryawinata

Post on 22-Jul-2015

209 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

DATA KAMPUNG ADAT DI JAWA BARAT

1. Nama : Kampung Cikondang Lokasi : Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Pola Permukiman : Pola permukiman masyarakat di Kampung Cikondang adalah mengelompok. Rumah-rumah tinggal berkelompok di lereng bukit dan di level paling tinggi, sebelah selatan pemukiman penduduk, terdapat bumi adat dengan keletakkan bangunan dari arah utaraselatan serta orientasi rumah kearah utara. Hutan keramat terletak di belakang bumi adat berupa lereng bukit. Hutan keramat ini, sangat dikeramatkan, sehingga pohon-pohon tidak boleh sembarang ditebang. Hutan keramat ini dibagi dalam 5 (lima) halaman, dan di sekeliling halaman dipasang pagar bambu serta sebuah pintu masuk yang terletak di tengah halaman (kandang jaga). Di bagian halaman yang teratas, terletak pemakaman keramat dan pemakaman umum. Makam keramat letaknya membujur dari arah utara-selatan dengan orientasi ke arah utara. Selain bangunan adat, terdapat juga rumah-rumah tempat tinggal penduduk yang merupakan kelompok pemukiman dengan jarak antar rumah yang hampir rapat, hanya dipisahkan oleh gang atau jalan setapak. Rumah-rumah penduduk ada yang permanen dan semi permanen. Letak dan orientasi bangunan pada umumnya menghadap ke jalan desa atau gang. Di tengah perkampungan terdapat 2 buah mesjid yang merupakan bangunan modern. Sarana produksi berupa sawah dan ladang terdapat di sekeliling permukiman penduduk, selain itu terdapat sawah dan ladang keramat yang berada di kompleks bumi adat. Untuk MCK, masyarakat menyebutnya pacilingan, tersedia beberapa pancuran yang airnya disalurkan dari mata air di hutan keramat. Sarana jalan berupa jalan desa, melintasi kampung di bagian utara. Adapun jalan-jalan setapak atau gang banyak dijumpai di sudut-sudut kampung.

Bidang Kebudayaan 2009

2

Upacara Adat

: 1. Seleh Taun Mapag Taun ( Musiman/Wuku Taun ) Upacara ini berkaitan dengan peringatan Tahun Baru Hijriah. Diperingati setiap tanggal 15 Muharam. Adapun tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu sebagai upacara untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan rasa syukur, tujuan lainnya adalah berdoa, memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa . Upacara diselenggarakan di Bumi Adat. 2. Ngaruat Lembur (Hajat Lembur) Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari selasa atau kamis, jam 11.00 s.d 15.00, Upacara ini dilaksanakan di tengah-tengah kampung. Yang dimaksud dengan Ngaruat Lembur atau Hajat Lembur adalah mengadakan selamatan yang dilakukan untuk keselamatan kampung halamannya. 3. Ngaruat Kandang Hayam. Acara ini sering dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang berkaitan dengan maksud seseorang, misalnya pada saat akan membuat rumah, membuat pacilingan, dan pada saat seorang warga akan membuat kandang ayam. Upacara ini dilakukan di atas tanah yang akan dibuat sebagai kandang ayam. Kegiatan ini biasa dilakukan sekitar pukul 7.00, 8.00, dan 11.00. 4. Rasulan Maksud upacara rasulan adalah mengadakan upacara adat untuk keselamatan para karuhun, nenek moyang mereka sebagai perintis berdirinya Kampung Cikondang. Upacara ini diadakan di rumah masing-masing dengan mengundang warga sekitar rumah, dan diadakan pada bulan silih Mulud. Upacara ini biasanya diselenggarakan pada hari selasa dan kamis, malam hari antara waktu shalat magrib atau isya. 5. Ngabungbang Upacara Adat ini biasanya dilakukan secara individu, upacara ini dilakukan oleh seseorang yang menginginkan sesuatu seperti misalnya ingin segera mendapatkan pekerjaan tetap, ingin mendapatkan jodoh, dan sebagainya. Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 bulan Mulud.

Bidang Kebudayaan 2009

3

6. Tirakatan Tirakat artinya membersihkan diri dengan bertafakur atau mengasingkan diri di tempat yang sepi. Tirakatan dilakukan jika ia menginginkan sesuatu misalnya ingin lulus sekolah, ingin mendapat jodoh, dan apa yang dimilikinya dapat bemanfaat atau ada hasilnya. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai cita-citanya tercapai. Pelaksanaan tirakatan biasanya dilakukan dengan berpuasa disesuaikan dengan hari kelahiran misalnya jika hari kelahirannya Kamis maka ia akan memulai tirakatan pada hari rabu dengan melakukan makan sahur pada pukul satu siang (13.00) dan buka puasa pada hari kamis pukul satu siang (13.00) 7. Tujuh Bulanan Upacara Adat ini merupakan perayaan kehamilan berusia tujuh bulan, adapun tujuan upacara ini adalah ungkapan terimakasih dan syukur kepad Tuhan YME atas kehamilannya yang berusia 7 bulan, dan berharap diberikan kelancaran pada saat me;ahirkan kelak. 8. Ngalahirkeun Pada saat melahirkan, si ibu dibantu oleh paraji (dukun beranak), selesai bersalin, plasenta si bayi dikuburkan di dekat rumahnya. Dibungkus dengan jonggol (serpihan batang pisang). Setelah itu membakar kemenyan. Tujuan merawat plasenta bayi sampai dikuburkan adalah agar usia anak panjang dan mendapatkan banyak berkah dari Tuhan YME. 9. Marhabaan Marhabaan dilakukan pada saat bayi berumur empat puluh hari. Acara ini diadakan pada malam hari dengan melakukan kegiatn makan-makan. Pada acara ini, rambut bayi dipangkas sampai gundul. Pada hari itu juga si bayi diberi nama oleh kedua orangtuanya. Puncak acara biasanya dibacakan wawacan barjah, sebagai hiburan sekaligus berisi tentang nasihat-nasihat yang baik untuk didengarkan oleh warga yang hadir. 10. Upacara Kematian Upacara yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang di Kampung Cikondang adalah, tiluna, matangpuluh, natus, nyewu, dan mendak. Sidekah Tiluna diselenggarakan atas meninggalnya

Bidang Kebudayaan 2009

4

seseorang pada hari ketiga, sidekah tujuhnan dilaksanakan pada hari ketujuh, sidekah matangpuluh diselenggarakan pada hari keempatpuluh, sidekah natus dilaksanakan pada hari keserataus, sidekah nyewu pada hari keseribu, dan sidekah mendak dilaksanakan setiap tahun, artinya setiap tahun setelah kematian yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama. 11. Pada saat akan bertani, para petani menyiapkan seperangkat bahan-bahan untuk melangsungkan upacara yang sangat sederhana. Acara ini dilaksanakn pada pagi hari sebelum pukul 10 pagi. Tujuan dilaksanakan upacara seperti ini adalah agar tanahnya tetap subur dan padinya berbuah bagus dan berisi sehingga enak untuk dikonsumsi. Adapun saat menjelang panen, diadakan lagi upacara sederhana. Tujuan diadakannya upacara menyambut panen ini adalah agar hasilnya lebih banyak sehingga cukup untuk dikonsumsi sampai datang musim panen selanj Bentuk Bangunan : Rumah Panggung (memiliki kolong), merupakan salah satu proto type rumah adat daerah Jawa Barat. Bumi Adat ini memiliki bentuk atap suhunan jolopong (suhunan lurus) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap yang terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur bubungan (suhunan) di bagian tengah bangunan rumah. Pintu muka rumah ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak pintu sejajar dengan salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat dari arah muka tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang dari kiri ke kanan. Dihalaman bumi adat terdapat bangunan pelengkap antara lain lumbung padi (leuit), kolam, jamban atau kamar mandi. Leuit ini terletak di depan (timur laut) rumah, sedang kolam dan kamar mandi/jamban terletak di sebelah timur rumah, serta saung lisung (tempat menumbuk padi). Bahan Bangunan : - Atap : Bagian penutup atap tebuat dari talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. - Flapon/langit-langit

Bidang Kebudayaan 2009

5

-

-

-

-

Flapon/langit-langit (lalangit/paparan) terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertentu,ada juga lalangit yang dibuat dari bambu bulat (utuh) yang dijajar rapat. Tiang Tiang terbuat dari bahan kayu, untuk pondasi tiang digunakan batu alam berbentuk bulat. Dinding Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik). Untuk menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai penahan tiang rumah. Jendela Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. Lantai Seluruh lantai (palapuh) terbuat dari bambu yang dibentuk lempengan bambu yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh) dinamakan dengan darurang. Ruangan depan (tepas) Ruangan ini memiliki fungsi untuk menerima tamu. Tengah Imah Ruangan ini memiliki fungsi sebagai areal untuk menerima tamu dan dipergunakan juga sebagai tempat melakukan upacara adat. Dapur Ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk masak-memasak. Dalam ruangan dapur terdapat peralatan dapur yang dipergunakan dalam keseharian. Kamar tidur Ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur kuncen. Goah Ruangan ini sengaja dibuat berdampingan dengan kamar tidur kuncen,untuk memudahkan kuncen melakukan tugasnya dalam membuat segala keperluan sesaji. Bale-bale (suplemen yang menempel pada rumah) Ruangan ini biasanya dipergunakan pada waktu-waktu pelaksanaan upacara adat. Bale-bale ini, biasanya dijadikan

Fungsi Bangunan : -

-

-

-

Bidang Kebudayaan 2009

6

shelter bagi wanita yang sedang haid karena mereka tidak diperbolehkan memasuki rumah adat. Ruangan untuk Hawu (suplemen yang menempel pada rumah) Dalam ruangan ini terdapat dua hawu yang biasa dipergunakan memasak dalam keperluan pelaksanaan upacara tradisi. 2. Nama : Kampung Kuta Lokasi : Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis Pola Permukiman : Pemukiman penduduk Kampung Kuta menunjukkan pola menyebar. Rumah-rumah terletak berjajar atau berderet di tepi jalan Kampung atau mengelompok pada tanah yang rata. Kelompok rumah satu dengan yang lainnya tersebut letaknya berjauhan, dan tiap rumah mempunyai pekarangan yang luas. Arah hadap rumah pada umumnya menghadap kea rah jalan desa atau gang, dengan posisi rumah bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi dan luas tanahnya. Kawasan Kampung Kuta dapat dibedakan menjadi kawasan Kuta dalam dan kawasan Kuta luar. Perbedaan Kuta dalam dan luar tidak ada, mereka merupakan suatu komunitas dengan rumah dan kebiasaan/adat istiadat yang sama. Rumah ibadat yang berupa masjid jami berjumlah satu buah dan terlatak di tengahtengah Kampung berdekatan dengan bale dusun. Masjid ini berfungsi untuk tempat pengajian, sembahyang atau menerima tamu. Sedang bale sebagai tempat menerima tamu, musyawarah dan panggung kesenian rakyat. Kebutuhan air bersih penduduk diperoleh dari sumber mata air yang letaknya tersebar di daerah tersebut, sumber mata air ini menyerupai sumur-sumur dan mngeluarkan air bersih dan jernih. Selain itu rumah-rumah di Kampung Kuta pada umumnya telah dilengkapi kamar mandi dan jamban. Hutan lindung, yang disebut sebagai hutan keramat berada di sebelah selatan Kampung Kuta. Karena keramat orang tidak ada yang berani menebang pohon yang tumbuh di hutan ini. Untuk masuk ke hutan keramat ini harus diantar oleh kuncen. Hutan keramat ini boleh dikunjungi pada hari tertentu yaitu senin dan jumat. Pembersihan hutan dilakikan secara bersama-sama oleh penduduk Kampung Kuta. Di Kampung Kuta tidak tersedia tempat pemakaman baik umum ataupun pemakaman keluarga. Sehingga bagi orang Kampung Kuta -

Bidang Kebudayaan 2009

7

yang meninggal dimakamkan di Kampung cibodas yang merupakan tetangga Kampung Kuta di sebelah utara. Pertanian salah satu mata pencaharian masyarakat kamupng Kuta denngan tanaman padi sebagai tanaman utama selain palawija. Mata pencaharian lain masyarakat Kampung Kuta yang sekarang ini merupakan barang unggulan Kampung Kuta adalah kegiatan pembuatan gula aren (kawung). Sarana jalan desa telah diaspal memanjang mulai arah masuk dari Desa Karang paningal sampai ujung Kampung Kuta. Jalan-jalan desa ini terletak di tengah-tengah, utara dan barat Kampung. Upacara Adat : 1. Upacara mendirikan rumah atau ngadegkeun dan mendiami rumah baru. Kedua upacara tersebut pada pokoknya bertujuan agar pekerjaan mendirikan rumah dapat diselesaikan dengan lancar serta rumah yang ditinggali dapat diselesaikan dengan lancar serta rumah yang ditinggali dapat memberikan ketenangan bagi penghuninya. Upacara menempati rumah baru cukup dengan mengundang tetangga guna berdoa bersama, setelah itu meraka bersama-sama makan nasi tumpang. 2. Upacara nyuguh dilakukan oleh seluruh masyarakat Kampung Kuta bertempat dib alai dusun. Upacara ini diadakan setiap bulan Mulud (Maulud). Upacara ini selain memperingati Maulud nabi besar Muhammad SAW, juga sebagai ungkapan rasa syukur karena masyarakat Kampung Kuta telah diberi rejeki, dan terhindar dari malapetaka. 3. Upacara Hajat Bumi dilaksanakan denga tujuan mensyukuri atas keberhasilan masyarakat Kampung Kuta dalam bercocok tanam tertama padi dan memohon perlindungan terhadap tanaman pada masa tanam yang akan datang. Pelaksanaan ini biasanya dilaksanakan antara bulan September sampai bulan November. 4. Upacara Babarit dilaksanakan apabila terjadi gejala-gejala alam seperti gempa bumi, kemarau panjang, banjir, atau kejadian alam lainnya. Upacara ini dipimpin oleh kuncen dan ajengan, ajengan dan kuncen membaca doa seraya memohon kepada penguasa alam dan para karuhun agar penduduk Kampung Kuta dihindarkan dari segala macam bencana yang dapat memusnahkan penduduk Kampung Kuta.

Bidang Kebudayaan 2009

8

Bentuk Bangunan : Rumah : Bentuk rumah berupa rumah panggung yang persegi,tidak boleh menyiku (nyekon). Bentuk atap jure yaitu atap rendah berbentuk trapesium memiliki empat bagian atap masing-masing bagian atapnya berbentuk segitiga. Masjid : Bangunan masjid dibangun dengan kontruksi rumah panggung. Masjid ini berukuran lebar 7 meter dan panjang 9,10 meter. Bale : Bale berbentuk rumah panggung dengan bentuk terbuka, berukuran panjang 8,70 meter dan lebar 6 meter. Leuit/lumbung padi : Bangunan leuit dan tempat lisung berukuran panjang 4,10 meter dan lebar 2 meter. Atap : Penutup atap rumah terbuat dari rumbia atau ijuk. Flapon/langit-langit : Seluruh flapon/langit-langit (lalangit/paparan) terbuat dari anyaman bambu (bilik), kecuali dapur yang tidak mengguankan flapon, tetapi langsung ke kontruksi atap. Dinding : Bahan dinding bangunan terbuat dari bilik (anyaman irisan bilah bambu) atau tripleks. Tiang : Tiang-tiang penyangga terbuat dari kayu. Setiap tiang-tiang rumah berdiri pada tatapakan (batu pahat yang berbentuk kubus persegi panjang). Pintu : Pintu-pintu dibuat dari papan kayu. Tetapi ada rumah lain yang memakai pintu di bagian dapur berupa pintu geser/sorong dari bambu. Jendela : Jendela berbahan kayu untuk daun jendela dan kaca sebagai penutupnya atau jendela gebyog (seluruhnya dari papan).

-

-

-

Bahan Bangunan : -

-

-

-

-

Bidang Kebudayaan 2009

9

-

Lantai : Lantai terbuat dari papan kayu, selain lantai papan di sejumlah rumah masih dipakai lantai terbuat dari bambu yang berbentu lempengan-lempengan bambu talapuh yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh) dinamakan dengan darurang. Ruangan Depan (tepas) Ruangan ini berfungsi sebagai ruang tamu,bahkan jika terpaksa dapat dijadikan ruang tidur untuk tamu. Kamar tidur (Enggon): Ruangan ini berfungsi sebagai kamar tidur. Dapur (pawon) : Ruangan ini berfungsi keseharian dan digunakan untuk memasak. Di pawon, biasanya terdapat pula goah tempat menyimpan padi atau beras.

Fungsi Bangunan : -

-

3. Nama : Kampung Mahmud Lokasi : Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Pola Pemukiman : Kawasan Kampung Mahmud ini dahulu merupakan sebuah delta di belokan sungai citarum. Kondisi delta ini berupa tanah rawa, yang masih labil dengan keletakan tanah lebih rendah dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Sungai citarum kemudian diluruskan dengan membangun saluran Sungai Citarum baru dan menimbun sungai citarum lama yang terletak di depan kawasan Kampung Mahmud. Rumah-rumah dibangun mengelompok dan memadati bagian selatan sungai citarum baru. Selain rumah tinggal terdapat bangunan-bangunan lain yaitu sekolah/madrasah tsanawiyah terletak di dekat pintu masuk Kampung. Satu masjid yang terletak di bagian barat Kampung. Satu bale yang mempunyai fungsi untuk pengajian, selain juga dipakai untuk tempat menerima tamu, dan tempat pertemuan atau musyawarah masyarakat. Rumah tampak mengelompok, tanpa ada ketentuan yang mengatur arah menghadap rumah-rumah tadi. Umumnya rumah-rumah mereka berjejer berhadap-hadapan di sepanjang jalan dan gang-gang kecil. Keletakan rumah-rumah sangat berdekatan atau bahkan saling menempel. Jarak antar rumah yang sempit dipakai sebagai jalan. Ukuran rumah bervariasi

Bidang Kebudayaan 2009

10

sesuai dengan luas atau sempitnya tanah. Dari pengamatan umumnya bangunan rumah yang asli keletakkan dari arah tenggara timur laut serta orientasi rumah ke timur laut atau menghadap kea rah sungai citarum baru. Rumah mereka umumnya dilengkapi sumur-sumaur tradisional, disamping itu, mereka yang tidak memiliki sumur sendiri, tersedia MCK di dua tempat, yakni di RT 02 dan di dekat makam keramat. Di bagian barat Kampung, di wilayah RT 02 terdapat komplek perkuburan warga Kampung yang cukup luas. Khusus untuk makam Sembah Eyang Dalem Haji Abdul Manaf dan beberapa makam keramat lainnya telah dibuatkan bangunan yang menaungi makammakam tersebut. Sarana penghubung dari satu tempat ke tempat lain berupa jalan dan gang-gang kecil . Jalan utama di Kampung Mahmud sudah beraspal cukup lebar sehingga memungkinkan kendaraan beroda empat juga delman masuk kedalam Kampung. Jalan utama ini terletak di tengah-tengah Kampung. Persawahan terletak di sebelah utara Sungai Citarum baru. Upacara Adat : 1. Upacara perkawinan Melamar, adalah acara seremonial pertama yang dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki. Mereka datang kepada keluaraga dari pihak perempuan untuk menyampaikna maksud tersebut. Seserahan, dilakukan oleh keluarga dari calon mempelai pria pada hari pernikahan yang telah disepakati bersama. Sealin membawa calon pengantin pria, mereka umumnya membawa barana-barang yang akan diserahkan kepada keluarga calon mempelai wanita. Akad Nikah, merupakan acara yang paling dinantikan kedua calon mempelai dan keluarganya. Acara inilah yang meresmikan dan mensahkan status dan hubungan mereka sebagai suami istri. Baru kemudian diakhiri dengan resepsi, yakni menerima kedatangan para undanagn yang akan mengucapkan selamat atas pernikahan kedua mempelai dan mencicipi hidangan yang telah disiapkan oleh tuan ruamah. 2. Upacara Kehamilan Upacara kehamilan di Kampung Mahmud dimulai pada usia kandungan tujuh bulan, pada masa usia itu, mereka melaksanakan

Bidang Kebudayaan 2009

11

upacara nujuh bulan atau upacara tingkeb. Waktu pelaksanaan upacara biasanya dipilih dari tanggal-tanggal berangka 7, seperti 7,17,27. Umumnya, mereka lebih memilih tanggal 27 dan dilaksanakan pada pagi hari. 3. Upacara Kematian Khusus untuk menangani jenazah, telah ditunjuk seorang tokoh masyarakat yang bertugas ngawaredonan jenazah. Selesai dimandikan dan dikafani, jenazah dibawa ke masjid untuk dishalatkan. Baru kemudian dikuburkan di wilayah pemakaman yang ada di Kampung Mahmud. Pada malam harinya, diadakan tahlilan di rumah orang yang meninggal. Tahlilan dilangsungkan selama tujuh hari berturut-turut. Mereka juga memiliki tradisi memperingati kematian seseorang yang disebut upacara tilemen. Upacara ini dimulai pada hari ketiga atau tiluna, hari ketujuh atau tujuhna, hari keempat puluh atau matang puluh, hari keseratus atau natus, hari keseribu atau newu, mendak atau tepung taun. 4. Upacara Membangun Rumah Upacara dilakukan pada waktu sebelum, sedang, dan setelah mendirikan rumah. Sebelum membangun rumah, mereka biasanya bertawasul. Tujuan tawasul adalah untuk meminta izin dan berkah kepada karuhun yang telah membangun daerahnya agar selamat dalam membangun rumah. Selain itu tawasul juga bertujuan untuk meminta keselamatan bagi penghuni yang akan menempati rumah tersebut. Upacara kedua berlangsung ketika rumah sedang dibangun ata dalam proses pembangunana, tepatnya, upacara tersebut dilakukan pada saat naekkeun suhunan atau membuat rangka atap rumah. Upacara ketiga dilakukan ketka rumah tersebut selesai dibangun. Upacara ini dinamakan selamatan karena pembangunan rumah selamat dari hal-hal yang tidak diinginkan. 5. Upacara memnadikan keris Upacara memandikan keris dilaksanakan pada tanggal 12 Maulud. Trujuan upacara ini adalah mangharap barokah di malam 12 Maulud yang diperinhgati sebagai hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Bidang Kebudayaan 2009

12

Bentuk Bangunan : Bangunan rumah-rumah di Kampung Mahmud mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumah lainnya yakni denah bangunan rumah berbentuk L. Memiliki bentuk atap suhunan jolopong (suhunan lurus atau atap pelana) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur bubungan (suhunan) di bagian tengah bangunan rumah. Bentuk atap suhunan jolopong ini kini di Kampung Mahmud banyak yang telah diganti dengan bentuk atap jure atau limasan (suhunan pondok) baik untuk rumah dengan arsitektur yang masih asli maupun bangunan permanen. Bentuk rumah menurut letak pintu muka rumah ini, dikenal dengan istilah rumah buka pongpok yaitu rumah yang memiliki pintu masuk pada arah sejajar dengan salah satu ujung dari batang suhunan. Jika dilihat dari arah muka rumah yang nampak terlihat bidang atap segitiga dari rumah tersebut. Selain rumah tinggal terdapat pula bangunan mesjid yang dibangun dengan kontruksi rumah panggung dan Bale yang merupakan bangunan baru dibangun sekitar bulan Agustus 2001, namun demikian kontruksi maupun bentuknya mengikuti bentuk rumah di Kampung Mahmud yaitu rumah panggung, dengan denah berbentuk L. Bahan Bangunan : Atap : Untuk penutup atap mempergunakan genteng tanah. Plafon/langit-langit : Seluruh plafon/langit-langit terbuat dari anyaman bambu (bilik). Tiang : Tiang terbuat dari kayu, untuk pondasi tiang digunakan batu alam yang menyerupai balok persegi panjang dengan ukuran berkisar 40 centimeter. Dinding : Dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik), selain dinding bilik dipergunakan pula dinding papan. Jendela : Penutup jendela terbuat dari kayu dan kaca.

-

-

Bidang Kebudayaan 2009

13

-

-

Lantai : Lantai terbuat dari bambu yang dibentuk lempengan-lempengan bambu telapuh. Golodog : Golodog adalah tangga dari papan kayu yang terletak di bawah dekat pintu ruangan tepas dan pintu ruangan dapur.

Fungsi Bangunan : Ruangan depan (tepas) Ruangan ini mempunyai fungsi untuk menerima tamu. Tengah Imah : Ruangan ini berfungsi sebagai ruangan berkumpul keluarga. Dapur : Dalam ruangan ini terdapat peralatan dapur yang dipergunakan dalam keseharian seperti parako atau tempat hawu (perapian) dan paraseuneu (sebuah tempat diatas hawu untuk menyimpan segala kebutuhan dapur) Goah : Ruangan ini berfungsi sebagai penyimpanan bahan makanan dan peralatan dapur. Kamar Tidur : Ruangan berfungsi sebagai kamar tidur.

-

-

4. Nama Lokasi

:Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar :Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi Pola Permukiman : Permukiman masyarakat Kasepuhan Ciptagelar merupakan prototype dari pola Kampung masyarakat sunad pada umumnya. Bangunan-banguna seperti Bumi Ageung, leuit (lumbung padi), saung lisung, buruan (halaman), dan ruamh panggung menunjukkan pola perKampungan khas masyarakat tradisional sunda. Menagamati pola openempatan bangunan, dapata dikatakan pola Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adala Linier. Jalur linier ini memanjang dari utara ke selatan mulai dari bumi ageing yang terletak paling utara. Sedangkan rumah0rumah yang berada pada lapis kedua, sangat bergantung pada kondisi tanah. Pola tatanan rumah lapis kedua ini berderet secara linier mengikuti kntur tanah dan jalan tanah/gang.

Bidang Kebudayaan 2009

14

Setiap rumah tangga memiliki leuit. Leuit berbentuk seperti rumah berukuran kecil dengan dinding bilik dan atap dari ijuk ini umumnya berada di pinggir pemukiman. Berdekatan dengan kelompok leuit terdapat banguna milik bersama tempat menumbuk padi yang dinamakan saung lisung. Satu bagian yang dapat dikatakan sebagia cirri khas Kampung Gede Kasepuha Ciptagelar adalah terdapatnya bale pertemuan yang terletak di lingkungan rumah tinggal sesepuh girang. Upacara Adat : 1. Upacara Lingkaran Hidup Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar masih melakukan berbagia upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup. Upacaraupacara yang dimaksud adalah upacara yang berkaitan dengan kelahiran seperti : upacara selamatan pemberian nama dan upacara mengubur bali (ari-ari atau tembuni); upacara masa kanak-kanak bagi anak laki-laki biasa dilakukan upacara khitanan dan upacara helaran, upacara yang berkaitan dengan perkawinan seperti lamaran, akad nikah, dan lain-lain; dan upacara yang berkaitan dengan kematian. 2. Upacara Pertanian Pada saat akan memulai mananam padi baik di sawah maupun di ladang, sesepuh girang bersama para pembantunya berziarah ke makam nenek moyangnya yang berada di daerah Bogor Selatan dan Banten Selatan. Di hadapan pusara, sesepuh girang memanjatkan doa amit. Pada malam harinya, dilakukan upacara selamatan di rumah sesepuh girang yang dihadiri oleh para tokoh adat dan segenap sesepuh Kampung. Upacara-upacara yang berkaitan dengan kegiatan berdcocok tanam adalah : upacara membuka lading, upacara nguseuk, upacara mipit/nyalin (upacara pendahuluan sebelum dilakukan panen pertama), upacara seren taun (upacara adat pasca panen), upacar ngnyaran (makan nasi yang pertama kali dari hasil panen), dan upacara ngahudangkeun (membangun padi yang telah didiukeun di dalam leuit sebelum dipergunakan oleh pemilik leuit).

Bidang Kebudayaan 2009

15

Bentuk Bangunan :Rumah-rumah warga Kasepuhan Ciptagelar menunjukkan adanya kesamaan dengan pola arsitektur Sunda pada umumnya, Jenis rumah mereka adalah rumah panggung dengan kolong setinggi kurang lebih 60 centimeter. Adapun bentuk rumahnya rata-rata persegi panjang dengan suhunan panjang (ditambah teritis di bagian depan dan belakang) serta suhunan jure yaitu bentuk atap perisai yang memanjang. Selain rumah warga, terdapat juaga bangunan-bangunan lain seperti bumi ageung, leuit (lumbung padi) dan saung lisung. Bahan Bangunan :Material atap yang banyak dipakai adalah daun tepus, rumbia, atau ijuk. Fungsi Bangunan : - Tengah Imah : Ruangan ini biasanya digunakan untuk berkumpul semua anggot keluarga. - Pangken (ruang tidur) : Ruangan ini merupakan kategorisasi dari daerah wanita. Meskipun suami dapat masuk ke dalam ruang ini, ruang tidur lebih menggambarkan ciri kewanitaan. - Padaringan/Goah : Ruangan ini adalah ruangan penyimpanan beras. - Dapur : Ruangan ini biasa digunakan untuk memasak. 5. Nama :Kampung Dukuh Lokasi :Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten garut Bentuk Bangunan :Rumah-rumah yang ada di Kampung Dukuh, baik bentuk, bahan bangunan maupun arah membujurnya serba seragam. Rumahrumah bercirikan rumah panggung dengan kolong di bagian bawahnya. Bentuk atap rumah adalah suhunan panjang, bentuk atap demikian merupakan bentuk atap lurus sehingga orang bisa dengan mudah memasang alang-alang atau ijuk sebagai tutup atap yang disusun sedemikian rupa sehingga air tidak bisa masuk ke dalam rumah. Pola Pemukiman :Kampung Dukuh merupakan kesatuan pemukiman yang mengelompok, terdiri atas beberapa puluh rumah yang tersususn pada kemiringan tanah yang bertingkat. Pada tiap tingkatan terdapat sederetan rumah yang membujur dari barat ke timur. Letak antar

Bidang Kebudayaan 2009

16

rumah hamper berdempetan, sehingga jalan Kampung terletak di sela-sela rumah penduduk berupa jalan setapak. Sarana peribadatan terdapat dua mesjid yaitu satu untuk anak lakilaki dan satu lagi khusus untuk wanita. Untuk mandi dan mencuci, masyarakat dapat menggunakan jalan umum yang tersebar di sekeliling Kampung. Kandang untuk ternak kambing, domba dan kerbau terletak agak jauh di sebelah timur pemukiman. Demikian juga sawah dan lading terletak cukup jauh dari rumah-rumah penduduk. Makam keramat adalah bagia Kampung yang hanya boleh dimasuki pada hari bsabtu, itupun dalam acara jaroh (ziarah) yang dipimpin oleh kuncen dengan berbagai peraturan yang berlaku secara turun temurun. Upacara Adat : Upacara-upacara yang biasa dilakukan diantaranya pada saat mengandung, melahirkan bayi, setelah bayi lahir, adat bersunat, perkawinan dan kematian. Pada saat usia kandungan 3 bulan, diadakan selamatan secara sederhana. Selamatan yang lebih besar diselenggarakan lagi pada usia kandungan berumur 7 bulan. Setelah bayi lahir, malam harinya diadakan marhabaan yaitu membaca kitab barzanji yang berisi riwayat Rasulullah SAW. Adat Bersunat, baik bagi anak laki-laki maupun perempuan, merupakan hal yang wajib dilakukan. Anak perempuan biasanya disunat oleh paraji pada waktu masih bayi. Sedangkan anak laki-laki disunat pada usia 4-6 tahun. Apabila ada yang meninggal, yang diutamakan selain kerabatnya adalah kuncen, kuncenlah yang selalu diharapkan memimpin upacara kematian tersebut karena dianggap yang paling tahu segala sesuatunya. Apabial yang meninggal itu wanita, kuncen tidak ikut memandikan dan mengafani. Tahlilan dilakukan pada hari kesatu sampai ketujuh (tujuhna), ke-40 (matang puluh), ke-100 (natus), satu tahunnya (mendak), dan keseribu (nyewu). Upacara jaroh dilakukan setiap hari sabtu, dipimpin langsung oleh kuncen. Pengertian jaroh (ziarah) pada dasarnya bukanlah suatu cara untuk memuja apalagi meminta sesuatu. Selain berdoa dan tahlilan di makam keramat, kegiatan jaroh juga dilengkapi dengan acara membersihkan sekitar makam keramat.Bidang Kebudayaan 2009

17

Upacara memuliakan bulan dalam arti tanggal-tanggal tertentu dalam bulan perhitungan Hijriah yang masih dimuliakan atau diperingati adalah sebagai berikut : 10 Muharram, Rebo Wekasan, 12 Mulud, 14 Mulud, 27 Rajab, 30 Reuwah, bulan Ramadhan, dan 10 Rayagung. Upacara dalam bidang pertanian yang masih sering dilakukan antara lain : mitembeyan, nyalametkeun pare, dan meuseul atau nganyaran. Mitembeyan adalah selamatan pada saat mulai menanam padi. Nyalametkeun pare adalah upacara yang dilakukan selama menumggu padi menguning. Sedangkan meuseul merupakan syukuran yang dilakukan ketika pertama kali memakan padi hasil panen. Manaja merupakan salah satu bentuk ketaatan terhadap leluhur. Tradisi ini dilakukan pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Muludan dan bulan Rewah. Moros merupakan tradisi yang dilakukan satu atau dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tradisi ini merupakan kebiasaan memberikan hasil pertanian kepada aparat pemerintahan, diantaranya camat, lurah, dan naib. Bentuk Bangunan :Rumah-rumah yang ada di Kampung Dukuh, baik bentuk, bahan bangunan maupun arah membujurnya serba seragam. Rumahrumah bercirikan rumah panggung dengan kolong di bagian bawahnya. Bentuk atap rumah adalah suhunan panjang, bentuk atap demikian merupakan bentuk atap lurus sehingga orang bisa dengan mudah memasang alang-alang atau ijuk sebagai tutup atap yang disusun sedemikian rupa sehingga air tidak bisa masuk ke dalam rumah.

Bahan bangunan : Atap : Penutup atap menggunakan bahan alang-alang atau ijuk. Dinding : Dinding terbuat dari bambu yang disebut bilik. Plafon/langit-langit

Bidang Kebudayaan 2009

18

-

-

-

-

Plafon/langit-langit dari bilik dengan pola anyaman. Jarak dari lantai rumah ke langit-langit berukuran tinggi sekitar 3 meter. Lantai : Lantai rumah terbuat dari bambu yang disebut palupuh. Tiang : Tiang dibuat dari kayu, untuk pondasi (tatapakan) tiang digunakan batu alam yang tidak dibentuk, tetapi dipakai batu yang bentuknya agak bulat dan datar untuk meletakkan tiang. Pintu : Pintu umumnya mempunyai ukuran, bentuk dan bahan yang sama, ukuran pintu 160 meter x 0,75 meter. Jendela : Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertical disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. Ukuran hampir sama umumnya 1 meter x 0,75 meter. Golodog : Golodog diletakkan di bawah lantai menuju ke ruang tamu dan di bawah pintu di ruangan tengah, terbuat dari kayu.

Fungsi bangunan : Ruangan Tamu Ruangan tamu terdapat tiga kamar tidur biasanya biasanya dipakai sebagai kamar tidur tamu. Ruangan Tengah Fungsi ruangan tengah sebagai tenpat berkumpul keluarga. Dapur Ruang dapur sebagai tempat untuk memasak.

6. Nama Lokasi

: Kampung Naga :Desa Neglasari, kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Pola Pemukiman :Pola pemukiman Kampung Naga Adalah mengelompok. Rumahrumah berkelompok di lereng bukit di suatu areal tanah yang tdak sama ketinggiannya. Lereng bukit yang menjadi tempat keletakkan rumah-rumah yang terdiri dari empat tingkatan, Rumah tinggal pada umumnya terletak mengelompok di bagian utara dan selatan Kampung.

Bidang Kebudayaan 2009

19

Upacara Adat

Ditengah Kampung terletak masjid dan bale yang letaknya berdampingan. Di sebelah timur masjid dan bale terletak tanah lapang/halaman yang disebut alun-alun. Sejajar dengan masjid di sebelah barat pada bagian tanah yang lebih tinggi terdapat sebuah bangunan yangbdikeramatkan sebagai bangunan suci yang disebut bumi ageung. Tersedia sumber air berupa mata air di sebelah selatanKampung Naga yang airnya tidak pernah kering walaupun diambil terus menerus oleh penduduk Kampung Naga dalam mencukupi kebutuhan air bersih untuk makan dan minum. Sarana produksi berupa sawah atau ladang terdapat di sebelah barat dan timur pemukiman penduduk. Sarana produksi lainnya adalah sung lisung, yaitu bangunan yang digunakan masyarakat sebagai tempat untuk menumbuk padi. Bagian dari Kampung Naga Lainnya adalah Hutan Keramat yang terletak di timur Kampung. Hutan Keramat ini dikelilingi oleh sungai Ciwulan yang merupakan garis demarkasi bagi areal keseluruhan hutan keramat yang disakralkan. Makam yang dikeramatkan, yaitu makam Sembah Dalem Singaparna (leluhur Kampung naga) letaknya di sebelah barat Kampung Naga. : 1. Upacara Menyepi Upacara Menyepi dilakukan pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu, Upacara ini meburut pandanagn masyarakat Kampung Naga sanagt penting dan wajib dilaksanakan, karena pada dasarnya merupakan usaha menghindari pembicaraan tentnag segala sesuatau yang berkaitan dengan adat istiadat. 2. Upacara Hajat Sasih Maksud dan Tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon berkah dan keselamatan kepada leluhur Kampung Naga, serta menyatakan rasa syukur kepada Tuhan YME.

Bidang Kebudayaan 2009

20

3. Upacara Perkawinan Upacara perkawinan bagi masyarakat Kampung Naga adalah upacara yang dilakukan setelah selesainya akad nikah. Adapun tahap-tahap upacara tersebut adalah sebagai berikut : upacara sawer, nincak endog, buka pintu, ngariung, ngampar, dan diakhiri dengan munjungan. Bentuk Bangunan : Rumah-rumah di Kampung Naga bentuknya sama dan letaknya teratur. Rumah-rumahnya berbentuk persegi panjang dengan jenis rumah termasuk jenis rumah panggung, dengan ketinggian kolong kira-kira 50 60 cm. Atapnya menggunakan gaya suhunan julang ngapak, yaitu bentuk atap panjang yang kedua sisinya diperpanjang atau ditambah, sehingga merupakan rentangan sayap burung. Bidang atap tambahan yang melambai ini disebut leang-leang. Dengan atap yang seragam ini tampak seperti bentuk segitiga bila dipandang dari arah muka dan belakang, yang merupakan pertemuan kedua sisi atap segi empat panjang.Pada pertemuan kedua belah atap bagian ujung merupakan titik pertemuan yang membentuk sudut puncak bagian muka dan belakang, biasanya dipasang gelang-gelang yang terbuat dari bambu membentuk setengah lingkaran atau lurus menyerupai tanduk lengkung atau tanduk lurus. Bagian yang seperti tanduk ini disebut cagak gunting atau capit hurang. Bahan Bangunan : Atap : Bahan atap rumah pada umumnya menggunakan bahan daun kelapa, daun tepus dan ijuk. Plafon/langit-langit : Plafon/langit-langit terbuat dari bilah-bilah bambu yang dianyam (bilik). Tiang : Tiang dari kayu yang mendukung rangka atap. Untuk pondasi (tatapakan) tiang digunakan batu alam yang dipotong berbentuk persegi panjang. Dinding : Dinding rumah di Kampung Naga terbuat dari anyaman bambu bilik yang pola anyamannya ada dua macam yaitu kepang dan sasag.

-

-

-

Bidang Kebudayaan 2009

21

-

-

-

-

Pintu : Pintu terbuat dari bilik dan kayu. Pintu ini berbentuk persegi panjang berukuran 1,75 meter x 0,75 meter. Jendela : Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertical disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. Kaca juga dipakai sebagai penutup jendela. Lantai : Lantai dari papan, yang sebelumnya merupakan lantai dari lempengan-lempengan bambu (papuluh). Golodog : Golodog terbuat dari papan. Selain terbuat dari papan, golodog di Kampung Naga dibuat dari bambu, tetapi ada juga yang meletakkan batu sebagai ganti golodog tersebut. Ruangan Depan : Ruangan depan berfungsi untuk menerima tamu. Dapur : Dapur biasa dgunakan untuk memasak. Ruangan tengah : Ruangan ini memiliki fungsi sebagai tempat tidur keluarga pada malam hari, dan dipakai sebagai tempat menerima tamu pada waktu selamatan atau upacara keluarga. Kamar tidur : Ruangan ini memiliki fungsi sebagai kamar tidur.

Fungsi Bangunan : -

-

7. Nama : Kampung Pulo Lokasi : Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Pola Permukiman : suatu keunikan yang menjadi cirri khas Kampung Pulo adalah adanya aturan adat yang mengatur pola pemukiman dan jumlah keluarga yang diperbolehkan tinggal di Kampung tersebut. Berdasarkan aturan yang berlaku, Kmpung Pulo hanya boleh ditempati oleh 6 kepala keluarga (6 keluarga inti). Pemukiman masyarakat Kampung pulo dengan pola ynag khas, yaitu enam rumah tinggal dibagi dua deret/baris yang terdiri atas tiga buah rumah. Keletakkan rumah-rumah simetris dengan jarak antar rumah

Bidang Kebudayaan 2009

22

dan ukuran rumah yang hampir sama. Denah rumah pada umumnya hampir sama dengan bentuk persegi panjang. Upacara Adat : Upacara Adat yang masih hidup dan dilaksanakan di Kampung pulo antara lain upacara yang berkaitan dengan lingkaran kehidupan seperti perkawinan, kehamilan, yang berkaitan dengan bayi yang baru dilahirkan, yang berkaitan dengan kematian, yang berkaitan dengan bidang pertanian, pada saat mendirikan rumah, serta Ngaibakan Benda Pusaka. Bentuk Bangunan : Rumah-rumahnya berbentuk persegi panjang dengan jenis rumah termasuk jenis rumah panggung, Atapnya menggunakan gaya suhunan julang ngapak,bentuk atap julang ngapak memiliki empat buah bidang atap. Dua bidang atap bertemu pada garis suhunan dan letaknya menurun miring. Dua bidang atap lainnya merupakan kelanjutan dari bidang-bidang itu dengan membentuk sudut tumpul,pada garis pertemuan antara keduanya. Bidang atap tambahan yang melandi ini disebut leang-leang. Dibagian pertemuan kedua belah atap, dibentuk menyerupai tanduk lurus disebut cagak gunting atau capit hurang dan dililitkan tali ijuk. Bahan Bangunan : Atap : Penutup atap di ruangan tamu menggunakan bambu bulat yang dipasang berjajar (talahab). Penutup atap lainnya dibuat dari daun alang-alang atau rumbia dan ijuk yang diikatkan dengan tali dari bambu ke bagian atas dari rangka atap dan menggunakan paku untuk memperkuatnya. Plafon/langit-langit : Plafon/langit-langit dari bilik dengan pola anyaman kepang. Dengan pemasangan lemabaran bilik diletakkan di bagian atas dan dibawahnya diletakkan bambu bulat yang dijajar denga jarak yang sama antar bambu. Tiang : Tiang dari kayu yang mendukung rangka atap, lantai serta sebagai bagian rangka bangunan rumah induk berjumlah 16 tiang. Untuk pondasi (tatapakan) tiang digunakan batu alam yang dipotong berbentuk persegi panjang.

-

-

Bidang Kebudayaan 2009

23

-

-

-

-

-

Dinding : Dinding terbuat dari bilik yang dianyam dengan pola anyaman kepang. Selain dipakai pengunci kayu, paku digunakan untuk memperkuat kontruksi. Dinding dikapur warna putih. Pintu : Pintu dibuat dari bilik sasag dan kayu, dan bentuknya persegi panjang. Pintu umumnya mempunyai ukuran, bentuk, dan bahan yang sama, ukuran pintu 1,75 meter x 1 meter. Jendela : Jendela dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertical disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. Lantai : Lantai terbuat dari anyaman bambu (bilik) yang bentuknya kurang lebih sama dengan anyaman yang digunakan untuk dinding rumah dengan motif kepang. Lantai bilik digelarkan di atas bambu bulat (utuh). Golodog : Golodog diletakkan di bawah lantai menuju ke ruangan tamu dan di bawah pintu dapur, terbuat dari kayu. Ruangan Tamu : Ruangan ini memiliki fungsi untuk menerima tamu, tempat berkumpul warga, tempat bermusyawarah, dan ruangan santai di siang hari. Ruangan Tengah : Fungsi ruangan tengah sebagai tempat berkumpul keluarga. Kamar Tidur : Kamar tidur berfungsi sebagai tempat untuk tidur. Dapur : Ruangan dapur dipergunakan untuk kegiatan masak memasak.

Fungsi Bangunan : -

-

Bidang Kebudayaan 2009

24

8. Nama : Kampung Urug Lokasi : Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Pola Permukiman : Secara Umum dapat digambarkan bahwa pola permukiman masyarakat di Kampung Urug adalah mengelompok dengan titik sentral gedong gede, gedong luhur, dan gedong alit. Elemen penting dari pemukiman adalah rumah-rumah tempat tinggal penduduk. Rumah-rumah penduduk ini cukup bervariasi, ada yang permanen dan semi permanen. Rumah yang permanen berdinding tembok, beratap genteng atau asbes, dan berlantai ubin, tegel atau keramik. Sedangkan rumah yang semi permanen berdinding setengah tembok dan setengah bilik atau triplek, dan beratap genteng, asbes, dan ada juga yang beratap seng. Meskipun sebagian besar bentuk bangunan rumah masih bersifat tradisional yakni rumah panggung dengan atap daun alang-alang, namun ada juga beberapa rumah terlihat permanen. Upacara Adat : 1. Upacara Seren Taun adalah upacara yang dilaksanakan setelah panen setiap tanggal 10 Muharram. 2. Salametan Ngabuli ( upacara tutup taun) dilaksanakan pada bulan Muharram di Gedong Sanghyang Tunggal. 3. Upacara rewah dilaksanakan setiap tanggal 12 Rewah. Tujuannya adalah untuk rewah pada Nabi Adam, memperingati karuhun Adam dan keturunannya. 4. Salametan Maulud dilaksanakan setiap tanggal 12 Maulud di ruang pancaniti gedong sanghyang tunggal. Selamatan ini adalah untuk memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW. 5. Upacara sedekah Bumi tidak dipastikan kapan harus dilaksanakan, hanya saat waktu mau tebar saja setau sekali pada hari rabu.; 6. Upacara Salametan Puasa dan Lebaran diadakan sehari sebelum bulan ramadhan dimulai. Setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, masyarakat melaksanakan selametan lebaran. Bentuk Bangunan : Secara umum, rumah-rumah adat di Kampung Urug memiliki karakteristik yang sama dengan rumah-rumah adat Sunda pada umumnya. Rumah biasanya berupa rumah panggung yang berkolong dengan tiga bagian (ruangan) yaitu bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang.

Bidang Kebudayaan 2009

25

Bahan Bangunan : Tatapakan : Untuk tatapakan digunakan batu alam yang utuh. - Golodog : Golodog terbuat dari beberapa lempengan kayu yang disusun berundak-undak. - Bilik/dinding : Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu. - Hateup/atap : Atap terbuat dari daun kiray. - Palupuh/lantai : Lantai terbuat dari bambu yang dibelah-belah menjadi lempengan-lempengan kecil dan panjang, kemudian dirangkay. - Lalangit/plafon : Plafon terbuat dari bilik bambu yang dianyam. - Panto/pintu : Pintu berbentuk empat persegi panjang, terbuat dari kayu. - Jandela/jendela : Setiap jendela memakai kisi-kisi yang terbuat dari bilah-bilah kayu atau bambu. Fungsi bangunan : Bagian depan digunakan untuk menerima tamu. Bagian tengah berfungsi sebagai tempat berkmupulnya keluarga. Pada bagian tengah ini biasanya dibuat ruangan-ruangan sebagai kamar tidur penghuni. Sedangkan bagian belakang biasanya merangkap sebagai dapur. Pada bagian belakang ini juga dibuat goah yaitu ruangan penyimpan beras. -

Bidang Kebudayaan 2009

26

Bidang Kebudayaan 2009