dasar teori praktikum analitik
TRANSCRIPT
Elektrogravimetri adalah suatu metode yang menggunakan arus listrik (secara
elektrolisis) untuk mengendapkan analit pada sebuah elektroda. Proses elektrolisis yang
dilakukan menggunakan dua buah elektroda (anoda dan katoda). Salah satu dari elektroda
tersebut berfungsi sebagai elektroda kerja yang fungsinya bergantung pada reaksi
pengendapan yang terjadi. Jika reaksi pengendapan yang terjadi adalah reaksi reduksi maka
elektroda kerja berfungsi sebagai katoda. Sedangkan jika reaksi yang terjadi adalah reaksi
oksidasi maka elektroda berfungsi sebagai anoda.
Pada percobaan ini yang dianalisis adalah ion Cu2+ yang diendapkan pada elektroda
menurut reaksi : Cu2+ + 2e- Cu. Elektron yang terlibat pada reaksi tersebut berasal dari
arus listrik. Arus listrik diberikan sampai seluruh ion Cu2+ yang terdapat dalam larutan
mengendap secara kuantitatif sebagai logam tembaga pada elektroda kerja. Selisih berat
elektroda kerja yang konstan sebelum dan setelah proses elektrolisis adalah berat tembaga
yang terdapat dalam sampel. Potensial elektroda kerja selama proses elektrolisis harus dijaga
pada nilai tertentu untuk mencegah senyawa elektroaktif lain dalam larutan ikut mengendap
pada elektroda kerja.
Ketelitian hasil analisis secara elektrogrvimetri perlu diuji dengan membandingkan
hasilnya terhadap hasil analisis dengan titrasi pengkompleksan menggunakan EDTA. Titrasi
ini dilakukan dalam suasana basa (pH > 9) dan titik akhir titrasi diamati dengan
menggunakan indikator murexide.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur / radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat
atom unsur – unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur – unsur / senyawa yang dikandung
dilakukan dengan beberapa cara, seperti : metode pengendapan, metode penguapan, metode
elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya. Pada prakteknya, dua metode pertama
adalah yang terpenting. Metode gravimetri memakan waktu cukup lama, adanya pengatur
pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor koreksi dapat digunakan.
(Khopar, 1990)
Dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan, dalam
hal ini penimbangan hasil reaksi bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat
berupa sisa bahan, atau gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang
dianalisa itu. Berdasar macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara – cara gravimetri :
cara evolusi dan cara pengendapan. Dalam cara evolusi, bahan direaksikan sehingga timbul
gas; caranya dengan memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi.
Pada umumnya yang dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas
tersebut dapat (1) tidak langsung : dalam hal ini analatlah yang ditimbang setelah bereaksi;
berat gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan setelah reaksi itu; (2) langsung :
gas yang terjadi ditimbang seelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang
bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan
sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh sebagai selisih kedua penimbangan.
Dalam cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan
endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri
dibedakan menjadi dua macam : (1) endapan dibentuk denan reaksi antara analat dengan
suatu pereaksi; endapat biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat
mungkin diendapkan; bahan pengendapnya mungkin anorganik, mungkin pula organik. Cara
inilah yang biasanya disebut gravimetri. (2) endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan
kata lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasanya
disebut elektrogravimetri. Dengan sendirinya umumnya kation yang dapat diendapkan.
(Harjadi, 1990)
Endapan mungkin mengandung air akibat adsorpsi, okulais, penyerapan dan hidrasi.
Temperatur pembakaran ditentukan berdasarkan pada sifat zat kimia. Pemanasan harus
diteruskan sampai beratnya tetap dan konstan serta seragam. Berat dari abu kertas saring
harus pula diperhitungkan.
(Khopar, 1990)
Tahapan dalam analisa gravimetri :
1. Pembentukan endapan
2. Digestion / aging
Membiarkan endapan terendam dalam larutan induknya untuk waktu lama. Selama itu
proses pengendapan dan penggumpalan mencapai kesetimbangan, dan dihasilkan kristal –
kristal lebih kasar dan murni. Digestion dapat dilakukan tanpa atau dengan memanaskan
larutan, tetapi tidak boleh sampai mendidih.
3. Pencucian endapan
Tujuannya adalah menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan
maupun yang terbawa secara mekanis.
Cara mencuci dapat : (1) menyaring sampai larutan habis, lalu memasukkan semua
endapan ke dalam penyaring. Kemudian dituangkan cairan pencuci begitu seterusnya diulang
beberapa kali sampai dianggap endapannya sudah bersih; (2) menyaring dengan dekantasi
atau mengendap tuang, yaitu seperti di atas tetapi endapan tidak langsung dipindahkan ke
saringan, melainkan ditinggalkan dalam wadah semula. Di situ ditambahkan cairan pencuci,
diaduk dan didiamkan sampai endapan mengendap, lalu cairan disaring dan endapan masih
ditinggalkan dalam wadahnya. Ditambahkan lagi cairan pencuci ke dalam wadah, dan proses
di atas diulang sampai endapan bersih. Baru kemudian endapan dimasukkan ke dalam
penyaring.
Penambahan cairan pencuci dengan sendirinya sedikit banyak melarutkan endapan
yang dicuci sehingga harus hati – hati agar jangan terlalu banyak yang larut.
4. Penyaringan
Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat
disentrifusa atau disaring. Kertas saring mempunyai kelemahan – kelemahan : (1) tidak inert,
yaitu dapat rusak oleh basa dan asam pekat dan macam – macam oksidator, yang dapat
mengakibatkan bocor; (2) kekuatan mekanisnya kurang, dapat sobek atau ambrol; (3) dapat
mengadsorpsi bahan – bahan dari larutan yang disaring; (4) untuk gravimetri perlu dibakar
habis karena tidak dapat dikeringkan sampai mencapai berat tetap.
Keuntungan pemakaian kertas saring : murah, mudah diperoleh, efisiensi penyaringan
tinggi yang disebabkan antara lain oleh permukaannya yang luas dan perbandingan luas / pori
– pori terhadap luas permukaan seluruhnya besar. Untuk kecepatan penyaringan tersedia
kertas dengan pori – pori halus, medium, dan kasar.
5. Pengeringan atau pengabuan
Untuk mengeringkan endapan dan mengabukan kertas saring. Endapan gravimetri yang
disaring dengan kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif; karenanya harus
dihilangkan dengan mengabukannya. Proses ini membawa bahaya karena : (1) temperatur
untuk mengabukannya mungkin menyebabkan endapan terurai, atau teroksidasi, atau
menguap; (2) dalam pengabuan, kertas mula – mula terurai dan terjadi pembentukan C
(karbon).
6. Pendinginan dan penimbangan
Endapan yang sudah dikeringkan / diuraikan harus menjadi dingin sampai menyamai
suatu neraca sebelum ditimbang. Perbedaan suhu yang terlalu besar dapat mengakibatkan
kerusakan neraca, tetapi lebih – lebih menyebabkan penimbangan tidak teliti karena terjadi
arus konveksi udara. Pendinginan harus dilakukan di dalam eksikator yang berisi bahan
pengering yang masih baik. Pendinginan di udara terbuka menyebabkan endapan dan cawan
yang sangat kering itu cepat menyerap uap air dari udara dalam jumlah yang tidak tertentu,
tergantung dari luas permukaan maupun lamanya terkena udara. Beberapa bahan selain
mengikat uap air juga dapat bereaksi dengan CO2, misalnya CaO. Bahan demikian sebaiknya
didinginkan dan ditimbang dalam botol tertutup.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetri berhasil:
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitias analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1mg atau kurang, dalam
menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya memnpunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni,
atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
(Day, 2002)
KEMURNIAN ENDAPAN
Endapan yang diperoleh pada analisis gravimetri umumnya tidak sempurna, tetapi
biasanya mengandung komponen lain dari larutan di samping senyawa yang biasanya
diendapkan. Kontaminasi endapan oleh senyawa yang biasanya larut di bawah kondisi
pengendapan yang digunakan, disebut kopresipitasi. Mekanisme kopresipitasi semacam itu
dapat berbeda – beda. Kadang – kadang merupakan adsorpsi sederhana pada permukaan,
komponen larutan yang terakumulasi pada permukaan endapan dimana komponen –
komponen itu mencapai konsentrasi lebih besar daripada sekitarnya. Komponen semacam itu
diikat oleh endapan dan dapat dihilangkan dari permukaan mungkin sedikit atau agak sukar,
dengan mencuci.
Untuk analisis gravimetri, kopresipitasi adalah sumber kesalahan yang penting. Agar
tercapai pengendapan kuantitatif, harus digunakan pengendap berlebihan, dan makin besar
kelebihan ini, makin tinggi derajat kopresipitasi dari zat pengendap. Ini menjelaskan
persyaratan mengapa hanya sedikit kelebihan pengendap harus ditambahkan. Tentu saja
dalam hal – hal lain dengan sengaja kita capai kopresipitasi pengendap sampai jumlah
tertentu guna mengimbangi larutnya sebagian endapan, misalnya pengendapan sulfat menurut
metode Hintz – Weber.
Pada analisis gravimetri, kemurnian endapan dan kuantitatifnya endapan merupakan
persyaratan paling penting akan ketelitian hasil. Dan berdasarkan alasan ini banyak studi
telah diusahakan khususnya untuk masalah – masalah ini. Pada dasarnya kita selalu mencoba
untuk mendapatkan endapan semurni mungkin. Kalau ini tidak mungkin, endapan harus lebih
dimurnikan lagi.
ANALISIS ELEKTROKIMIA
Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Pertukaran energi
yang terjadi biasanya dalam bentuk panas, tetapi kadang-kadang dengan suatu modifikasi,
energi yang dipertukarkan tersebut bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sel elektrokimia
adalah alat yang di gunakan untuk melangsungkan perubahan bentuk energi kimia jadi energi
listrik.
Elektrokimia adalah didiplin ilmu kimia yang memperlajari tentang perubahan zat
yang menghasilkan arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik.
Dalam sebuah sel, energi listrik di hasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada
suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda
yang melepaskan elektron dinamakan anoda, sedangkan elektroda yang menerima elektron
dinamakan katoda. Suatu sel elektrokimia, kedua sel setengah reaksi dipisahkan dengan
maksud agar aliran listrik (elektron) yang ditimbulkan dapat digunakan. Salah satu faktor
yang mencirikan sebuah sel elektrokimia adalah gaya gerak listrik (GGL) atau beda potensial
listrik antara anoda dan katoda.
Elektron mengalir dari anoda seng ke katoda tembaga. Hal ini akan menimbulkan
perbedaan potensial antara ke-2 elektroda. Perbedaan potensial akan mencapai maksimum
ketika tidak ada arus yang mengalir. Perbedaan maksimum ini dinamakan GGL sel atau E sel.
Nilai E sel tergantung pada berbagai faktor. Bila konsentrasi larutan seng dan tembaga 1,0 M
dan suhu sistem 298 K (250C), E sel berada dalam keadaan standar dan diberi simbol E0sel.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi. Persamaan yang
menghubungkan konsentrasi dengan Esel dinamakan persamaan Nernst. Bentuk persamaan
Nernst untuk reaksi aA + bB cC + dD, adalah seperti persamaan (1) :
Esel=E0 sel− RTnF
lnaC
c .aDd
aAa . aB
b ……………………………………...…………..…. (1)
F: konstanta Faraday
n: jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks
a: aktivitas
Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas dapat
diganti dengan konsentrasi. Sel elektrolisis adalah kebalikan dari sel elektrokimia. Pada sel
elektrolisis dengan adanya energi listrik akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia.Suatu
tetapan yang sangat penting dalam bidang kimia adalah bilangan Avogadro (No). Ada banyak
metoda yang dapat digunakan untuk menentukan bilangan ini, salah satunya adalah dengan
cara elektrolisis.
Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang
mengalir dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia
merangkumkan hasil pengamatannya dalam 2 hukum di tahun 1833:
1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui sel.
2. Bila jumlah tertentu arus listrik melalui sel,jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah konstanta tidak bergantung jenis zat.
Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam
monovalen adalah 96485 C (Coulomb), tidak bergantung pada jenis logamnya. Coulomb
adalah satuan muatan listrik dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 A (Ampere)
mengalir selama 1 detik.Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday, F = 9,65 x 10 4
C, yang didefenisikan sebagai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron.
Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang di sebabkan oleh
aliran arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu.
Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25oC (298.15 K), pada keaktifan
satu untuk semua zat dalam sel elektrokimia pada sel dengan arus nol pada tekanan 1 bar
(105 Pa). Ada dua macam sel elektrokimia, yaitu sebagai berikut :
1. Sel Volta (Sel Galvani)Dalam sel ini energi kimia diubah menjadi energi listrik atau reaksi redoks
menghasilkan arus listrik.
2. Sel ElektrolisisDalam sel ini energi listrik diubah menjadi energi kimia atau arus listrik menghasilkan
reaksi redoks. Dalam sel-sel tersebut, reaksi redoks berlangsung pada elektroda-elektroda.
Elektroda tempat terjadi reaksi oksidasi disebut anoda sedangkan elektroda tempat terjadi
reaksi reduksi disebut katoda. Reaksi yang terjadi di anoda atau katoda masing-masing
merupakan reeaksi setengah reaksi.
1.1.1 Sel VoltaDalam menyetarakan reaksi redoks, kita dapat memecahkan reaksi itu menjadi dua
bagian yaitu setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Pada reaksi reduksi, zat-zat
yang direaksikan dicanpur dalam satu wadah sehingga terjadi reaksi yang disertai pelepasan
dan penyerapan kalor.
Gambar 1.1 Sel Volta
a) Potensial Sel (EoSel)Selain dengan menggunakan percobaan dan voltmeter, potensial sel (EoSel) dapat juga
ditentukan secara teoritis. Potensial sel (EoSel) adalah penjumlahan dari potensial anoda
dengan potensial katoda.
EoSel = Eooksidasi - Eo
reduksi ………………………………………….…………… (2)
(anoda) (katoda)
b) Potensial ElektrodaArus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan karena elektron-elektron mengalir
dari elektroda negatif ke elektroda positif
1.1. 2 Sel Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik. Arus
listrik berasal dari sumber arus baterai/aki yang menghasilkan arus searah. Pada anoda terjadi
reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang
sehingga bilangan oksidasinya bertambah. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation
ditarik oleh katoda dan menerima tambahan elektron sehinggan bilangan oksidasinya
berkurang.
1.2 Hukum FaradayAkibat aliran arus listrik serarah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan
kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya arus 1F
mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda) dan reduksi
1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).
1.2.1 Hukum Faraday I“Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding lurus dengan
jumlah listrik yang mengalir melalui larutan.”
W ~ Q
W ~ I.t
W = (ME.I.t)/F ……………………………………………………….………… (3)
W : massa yang diendapkan (gram)
Q : jumlah arus yang mengalir = muatan listrik (C)
I : kuat arus listrik (A)
ME : massa ekivalen zat
F : bilangan Faraday = 96500 C
1.2.2 Hukum Faraday II “ Jika 2 buah zat dielketrolisis dengan 2 buah arus yang sama dan dihubungkan seri
maka perbandingan massa zat larutan I dengan massa zat larutan II sama dengan
perbandingan massa ekivalennya.”
Contoh :
Ag+ + e- Ag Katoda
Cu2+ + 2e- Cu Anoda
Maka : W Ag : W Cu = ME Ag : ME Cu ……………………………… (4)