dasar teori penyimpanan beku
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Teknologi pengolahan hasil hortikulturaTRANSCRIPT
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pangan seperti sayuran, tidak dapat disimpan lama dalam suhu
ruang. Hal tersebut dikarenakan sayuran masih melakukan aktivitas pernapasan
(respirasi) untuk kelangsungan kehidupannya dengan mengandalkan sumber
energi yang tersedia didalam produk itu sendiri, dengan tidak ada lagi suplai dari
luar seperti saat masih pada pohon induknya. Lambat laun sumber energi yang
tersedia akan habis, selanjutnya buah dan sayuran tersebut pun akan sangat cepat
mengalami penuaan, rusak dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Laju kerusakan yang
terjadi berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang dimiliki oleh buah dan
sayuran segar bersangkutan. Semakin cepat laju respirasinya, maka semakin cepat
pula terjadinya kerusakan pada buah dan sayuran tersebut. Oleh karena itu, buah
dan sayuran segar sangat memerlukan teknologi penanganan pasca panen yang
sempurna setelah dilakukannya proses pemanenan. Ada banyak cara untuk
melakukan penanganan pasca panen produk hortikultura tersebut. Blansing dan
penyimpanan beku merupakan salah satu cara yang sering digunakan.
A. Blansing
Proses blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis
sayuran dan buah-buahan. Proses blansing termasuk kedalam proses termal dan
umumnya membutuhkan suhu berkisar 75-950C selam 1-10 menit. Pada dasarnya
proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan enzim-enzim yang menyebabkan
perubahan kualitas bahan pangan. Fungsi lain blansing adalah mengurangi gas
antarsel.
Oleh karena blansing merupakan proses pemanasan, blansing
menyebabkan penurunan kadar mikroorganisme dan perbaikan tekstur. Efek
negatif blansing adalah kehilangan zat gizi yang sensitif terhadap panas, dan pada
metode blansing dengan perebusan dapat terjadi pelarutan zat gizi.
Beberapa enzim oksidatif dapat menjadi inaktif pada proses blansing,
seperti peroksidase, katalase, polifenol oksidase, lipoksigenase, dan lain-lain.
Inaktivasi peroksidase biasa digunakan sebagai indeks kecukupan proses blansing
karena enzim ini paling tahan terhadap panas (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
B. Penyimpanan Beku
Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi
metabolisme. Selain itu dapat juga mencegah pertumbuhan mikroorganisme
penyebab kerusakan atau kebusukan bahan pangan. Cara pengawetan bahan
pangan pada suhu rendah dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan pada suhu di atas
titik beku (di atas 0oC), sedangkan pembekuan dilakukan di bawah titik beku.
Pendinginan biasanya dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan selama
beberapa hari atau beberapa minggu, sedangkan pembekuan dapat bertahan lebih
lama sampai beberapa bulan. Pendinginan dan pembekuan masing-masing
berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, warna,nilai gizi dan sifat-sifat lainnya
(Margono dkk, 1993).