dari batal - universitas indonesia

13
BEBERAPA CATATAN SINGKAT MENGENAI ENTREPRENEUR DI INDONESIA Oteh : Meutia F, Swasono . Peranan entrepreneur dalam proses pembangunan ekonomi sejak lama telah dianggap sebagai suatu masalah yang penting, dan penelitian-penelitian rnengenai hal tersebut telah banyak dilakukan, tidak saja oleh para ahli ekonomi, melainkan juga oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan lain-lain. Di dalam karangan ini akan digambarkan secara singkat perkembangan kehidupan entrepreneur dan entrepreneurship di Indonesia, terutama ditinjau dari segi sosial-budaya. Beberapa konsepsi mengenai entrepreneur telah dikemukakan oleh banyak ahli. Joseph A. Schumpeter misalnya, mendefinisikan entrepreneur sebagai seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dari kemauan dan pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oporiri sosial. Seorang entrepieneur mempunyai peranan untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan gabungan daripada lima hal, yaitu pengenalan barang-barang-baru, metode produksi baru, pasar-pasar baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri barul). Frederik Barth, seorang ahli Antropologi, menyebutkan entrepreneur sebagai seorang yang berkonsentrasi terhadap peningkatan suatu nilai, yaitu keuntungan, lebih berpen galaman darr berspekulatif, serta berkeinginan untuk menanssuns risikoz) Frank Ydunfl, yang meninjau dari sudut sosiologi, menyebutkan kelompok entrepreneur sebagai kelompok reaktif yang mengalami pengakuan status yang rendah serta tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam jaringan sosial yang penting, dan mempunyai suatu lapangan sumber-sumber institusionil yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok- kelompok lainnya dalam masyarakat yang mempunyai tingkatan sistim yang samaJ/. Dalam situasi di Indonesia, nampaknya teori Barth kira-kira sesuai dengan gambaran mengenai entrepreneur-entrepreneur pribumi tertentu, 76 seperti yang berasal dari B Young mungkin sesuai denga Indonesia dari golongan Cina- Keadaan di Indonesia, t dekaan Indonesia samPai ham kurangnya usaha-usaha Pembi lain disebabkan oleh keadaan itu. Selain itu, keadaan jug pribumi sedikit dibandingka misalnya yang berasal dari go Untuk membicarakan leb perlu meninjau dua hal, Yaitu Kemerdekaan Indonesia. Dengan adanYa sistim T tahun 1850, pengaruh Belanda daripada di daerah-daerah la mewajibkan rakyat di Jawa pertanian atau kebun mer ditentukan Pemerintah Belan rempah dan nila,'Yang sanga negeri. Pemaksaan tersebut m gangan orang pribumi Jawa. S itu masih belum seberat Ya memungkinkan munculnya Pa jumlah yang besar dan daPat Hal lain yang kiranYa me aktivitas entrePreneur adala Kemerdekaan. Di sini terlih berlainan, yang Pertama'tama termasuk pertambangan dan sektor industri kecil dan perta mulai memajukan sektor P€r pendapatan bangsa Indonesia. kenyataan bahwa sektor Perke luar Jawa di mana tanah sedangkan sektor industri kec di mana tanah yang masih ko padat. Tambahan Pula, kare menyebabkan tetaP berlang banyak tenaga kerja, dan t menyebabkan terbatasnYa kem Pada masa sesudah itu, m

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dari Batal - Universitas Indonesia

BEBERAPA CATATAN SINGKAT MENGENAIENTREPRENEUR DI INDONESIA

Oteh : Meutia F, Swasono

. Peranan entrepreneur dalam proses pembangunan ekonomi sejak lamatelah dianggap sebagai suatu masalah yang penting, dan penelitian-penelitianrnengenai hal tersebut telah banyak dilakukan, tidak saja oleh para ahliekonomi, melainkan juga oleh para ahli dari berbagai bidang ilmupengetahuan lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan lain-lain.

Di dalam karangan ini akan digambarkan secara singkat perkembangankehidupan entrepreneur dan entrepreneurship di Indonesia, terutama ditinjaudari segi sosial-budaya.

Beberapa konsepsi mengenai entrepreneur telah dikemukakan olehbanyak ahli. Joseph A. Schumpeter misalnya, mendefinisikan entrepreneursebagai seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai kemampuannaluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudianterbukti benar, mempunyai semangat dari kemauan dan pikiran untukmenaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuanuntuk bertahan terhadap oporiri sosial. Seorang entrepieneur mempunyaiperanan untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakangabungan daripada lima hal, yaitu pengenalan barang-barang-baru, metodeproduksi baru, pasar-pasar baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahanmentah baru, serta organisasi industri barul).

Frederik Barth, seorang ahli Antropologi, menyebutkan entrepreneursebagai seorang yang berkonsentrasi terhadap peningkatan suatu nilai, yaitukeuntungan, lebih berpen galaman darr berspekulatif, serta berkeinginanuntuk menanssuns risikoz)

Frank Ydunfl, yang meninjau dari sudut sosiologi, menyebutkankelompok entrepreneur sebagai kelompok reaktif yang mengalami pengakuanstatus yang rendah serta tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk kedalam jaringan sosial yang penting, dan mempunyai suatu lapangansumber-sumber institusionil yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya dalam masyarakat yang mempunyai tingkatan sistim yangsamaJ/.

Dalam situasi di Indonesia, nampaknya teori Barth kira-kira sesuaidengan gambaran mengenai entrepreneur-entrepreneur pribumi tertentu,

76

seperti yang berasal dari BatalYoung mungkin sesuai dengan ga

Indonesia dari golongan Cina-Keadaan di Indonesia, terul

dekaan Indonesia samPai hamPirkurangnya usaha-usaha Pembinaalain disebabkan oleh keadaan Pol

itu. Selain itu, keadaan juga tpribumi sedikit dibandingkan dmisalnya yang berasal dari golong

Untuk membicarakan lebih l:perlu meninjau dua hal, Yaitu keKemerdekaan Indonesia.

Dengan adanYa sistim Tana

tahun 1850, pengaruh Belanda atdaripada di daerah-daerah lain'n

mewajibkan rakyat di Jawa un

pertanian atau kebun mereka

ditentukan Pemerintah Belanda.

rempah dan nila,'Yang sangat be

negeri. Pemaksaan tersebut menl

gangan orang pribumi Jawa. Seba

itu masih belum seberat Yang d

memungkinkan munculnya Para (

jumlah yang besar dan daPat dibiHal lain yang kiranYa meruF

aktivitas entrePreneur adalah si

Kemerdekaan. Di sini terlihat i

berlainan, yang Pertama'tama ad

termasuk pertambangan dan Persektor industri kecil dan pertaniatmulai memajukan sektor P€rtampendapatan bangsa Indonesia. Na

kenyataan bahwa sektor Perkeburluar Jawa di mana tanah masedangkan sektor industri kecil di

di mana tanah yang masih koson

padat. Tambahan Pula, karenamenyebabkan tetaP berlangsunbanyak tenaga kerja, dan tinglmenyebabkan terbatasnYa kemajt

Pada masa sesudah itu, menj

Page 2: dari Batal - Universitas Indonesia

LL

-"lepreueX Euu.ra; qepnses unq"l 0Z Ey:t.."ju"- 'nll r{epnsas "s€tu

ep€d' J neua.rde.4ue ietu'lile ue n lerua1 edusele qrel ue4qeqadueru

qupuer depl Suef 1ef4er uednprqe4 1e13up uep 'efra1 e8eual 4e'(ueq

,in1qn1nq*rtu Eued uelurouola.rad edu8uns8uepaq de1a1 ue:lqeqadueur

'e^ei lp'1edac Suef rypnpu"d u"{I"ue{ ?ueJ?{ 'e1nd ueqequea '1eped

1n*J",culnpnpuad epas r3e1 1eduuq.r14 tuosol qlseur Eue'{ q€ue} "ueru

Ip

€^\"f rp feaepief >ledueq qtq"1-o"tu"irad uep IIre{ IJlsnpul roples ue48uepes

'1"p"d {"pF {npnpued unrueu sunl qIsBIu I{eu€} €uetu Ip "^\"f J"nl

rp ledepral "uelnJal uetuequreped ucp ueunqaryad Joples 9^qeq

ueeledua>1

ef,uepe €ueJe{ Isel"lp Je>lns u"l?osrad unruep '€Isauopul esEueq ueledepuad

Irs"q'ue{>lleu"- 1"a"p eduledru4 Eued eureged ro11as uelnfeuraur 1ulnur

"pun1"g lrseEr; ueqe,rnes.rad w4s1s uetuap ueluepad uep IIJO{ IJ}snpul Joplas

ql1np"-"t p"1 buur uep '4edurur ue8ulln'(uad uep ueSueqruegad >{nserurel

'.t"a,t"q-ruad uep ueunqe:1.red JoDIes qel"pe stuel-?tusued Eue't 'ueulepaq

Sued rurouo{e Joples tu?c?lu enp e,(uepe 1eq1p51 lqs lg-'u€e{epJaura)tuera4 urnleqas elseuopul lluouo{e Iwn}ls q"lepe rnau-arda;1ue s€}l^lple

edutu-ern1 np"apnp q"qes nlss qeles uelednratu e'{uel4 Eued ul€l IeH -'uerleEEueqlp ledep u"p rsseq Suud qelurnl

ur?l?p lepr1 undl{seu 'q"JA?p rnauerderlue ered edulncunur uelut4Sunluau

qtqet nft 1eq e8turqes 'e,ne1 Ip u"{€s"Jlp Sued lereqas unleq qls€u nll

nppa\ Bpu"leg u"u€Iel 'n^n1-tnn1 tp edu4leqes '"aef trunqud Suero ue8ueE

-eprea ..llrirlpeapep uenferua{ }"qur"q8uau lnqesrel u€es{etued'lreEeu

,"n1 "1

epueleg uodxe u"q€q 1n1un eunt'req le8ues Sued 'e1tu uup qedua;

-qri-"r :nqel 'tdo:1 uelueu€l ulsl €J"luB '"puelag I{e}ulJotued ue{nlu3}Ip

q"pn, 8ue,( ueru?u?l-uetuuu?1 ' ue8uep e1eJeru unqe{ n"}e uelueuad

q"u"1 ,r"p eu4y.rad €np lru"ueuetu {n}un €'tref Ip ledrler uelqtleneu

rur es{ed -*ru"t

u1}sls 'elseuopnl lp- e'{uute1 q?Ja"p-t{Breep- 1p epedpep

BA\"I Ip "s"rel

nlng"p qiqel ue8ueEepred sele "pu"leg

qnre8uad '0S8I unLlul

uped 3gn qalo ttr"r1"1rr:nn77n1fl "sI€d

lueu?I urtlqs eduepe ue8ueq'€Iseuopul ue€lepJetue)

3uera6 q"pnses ltuouo{e uup ry111od u""p"a{ nlted '1eq enp nefutuau n1'red

pI{ ,?rseuopul rneuarda.rlue reueflueur 1nfue1 qlqal ue{€J?rlqurltu {niun'eulJ ue8uoloE F"p Iss"Jeq Sued edulestu

.rrunqud uou rnaueldsrlua qelunl ueeuep uel8utpuuqlP rl{lpas lurnqi'ld

,n"urrd"r1u" qepunf ea\qeq uer14nfunueru e8nl ueep€e>l 'n1t ute1a5 'n11

eseur eped tt1"1i"q bued turouorla uep >1411od u€"p"e{ qalo u"{quqaslp UIEI

pr€lu? Iul IeH 'lungpd diqslneue.ldeque us"ulqured eqesn-eqesn e'{u8uern>1

u"4" ,r"4ryrrt*.t"* 'n1r qepnses unqq SZ rtdrueq redures slsauopul u€"{ep

-Jerue) 3uere6 unleqes eseru eped eru€lnrel '"Iseuopul Ip ue€p€a)'eu13 ue8uoloE ueP slseuoPul

lunqud uou rnauardarlua Eueluel uerequre8 ue8uap l?nses utl8unur Suno;

isdasuo4 ue48uepas 'neqelSutiutry nel" {"}"f, IJBp l"s"raq Eued qlades

'nlueUel lurnql.rd .rneue.rda.qu+r?nses ?Jr{-?Jr>l rl]Jeg 1.roa1 e,(r

Suef urrlsrs ue1u4Eull refunduar-1odtuo1e:1 ueEuap uulturpue qrpueEuedel nl?ns ler(undureru ue{ {nseu 4nlun ueledruese{ uruen>leEuad nuele8ueur tuef yrrqeuerpnqafuaur'13o1o1sos lnpns

ueurEurel.raq e1res Tp"Fladsran1re,( 'lepu nlens u?l€{Eurued drrnaua.lda.rlua uellnqaduaru'po1

ueq'q-u'q,q ueerpa,(uad r.O*Jlepolau 'nruq Eue.leq-Euereq ue1ueludn.rau Eued 'nJBq rs€urqredundtuatu .rnauarderlue Eueroauenduerual te,{undrueu uep 'qB({nlun ueJr{rd uep uen€r.ua{ uuurpnrue{ Eued ednr uer{ruepasuundueura>J rei(unduau Sued rrnaue.rda.rlua u€{rsrugepuau'e,{rr{alo uB>lB{nrue{rp q"le} Jnaua

nefu11lp Br,u?lnJel 'erseuopul rp drue8uuquel.lad 1e13urs €Jsces uel

'ur€l-urel uep ,r3o1

null Sueprq luteq;eq lrep IIrrlqu ered qelo eles >1epr1 ,ue1n:

uerylaued-uzrlrlauad uep,turluaduuel leles ruouo{e ueuntueqrut

. ouoso,trs

vlsflNo(INl IIYNflCNTIAI IYXSI

Page 3: dari Batal - Universitas Indonesia

an Indonesia, kemajuan entrepreneurship Indonesia secara keseluruhanmenghadapi banyak rintangan, terutama disebabkan oleh kurangnya faktor-faktor penunjang seperti ketrampilan dalam bidang manajemen, organisasidan tehnologi dari golongan pribumi. Keadaan ini menimbulkan adanyasuatu "business vacuum", sehingga Pemerintah terpaksa harus memegangperanan utama dalam perekonomian. Hal ini terjadi karena adanya konflikpolitik antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1957, maka perusahaan-petusahaan besar yang dimiliki atau diatur oleh orang asing, terutama orangBelanda, dinasionalisir oleh Pemerintah. Mula-mula perusahaan-perusahaanini diserahkan untuk diatur oleh pengusaha-pengusaha swasta, namun karenakurangnya pengalaman di bidang usaha, banyak di antara mereka waktu ituyang gagal, oleh karena itu Pemerintah terpaksa mengambil alih pimpinandan pengawasan serta menanggung resiko kegagalan4).

Ditinjau dari sudut ekonomi, perubahan nilai mata uang pada tahun1959 dan 1965 serta tingginya inflasi mefupakan salah satu sebab darikurangnya aktivitas entrepreneur. Tambahan pula, situasi politik antaratahun 1963-1966 dengan adanya konfrontasi antata Indonesia dan Malaysia,menyebabkan suatu effek yang buruk bagi perdagangan swasta Indonesia,karena hubungan perdagangan dengan Singapura tertutup untuk sementarawaktu.

Dalam perkembangan selanjutnya, Pemerintah Indonesia mulai me-nyadari akan kurangnya aktivitas-aktivitas entrepreneur, terutama dilingkungan golongan pribumi. Akhir-akhir ini berbagai seminar mengenaientrepreneurship diadakan, mulai dari masalah pribumi-non-pribumi sampaimasalah peningkatan kemampuan manajemen dari pengusaha nasionalIndonesia umumnya. Berbagai usaha telah pula mulai dilakukan, misalnyadengan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang baru.Memang banyak rintangan yang masih harus diatasi, namun sampai dewasaini, usaha peningkatan kemampuan entrepreneur lndonesia masih berjalantetus.

Sebagaimana disebutkan di atas, ditinjau secara keseluruhan, entrepre-neur.pribumi Indonesia masih terbatas jumlahnya. Namun, dipandang secaraumum, tampak adanya beberapa suku bangsa tertentu di Indonesia yangwarganya apabila dibandingkan dengan suku bangsa-suku bangsa lainnya dinegara kita ini, lebih banyak memilih bidang usaha/perdagangan sebagaisumber mata pencaharian mereka. Secata umum tampak pula bahwa diantara para pengusaha dari suku bangsa-suku bangsa ini terdapat cukupbanyak entrepreneurnya. Beberapa diantaranya yang dapat disebutkan di sinisebagai kelompok usahawan yang tangguh adalah orang Batak dan orangMinangkabau; di samping itu juga suatu golongan daripada orang Jawa yangmenamakan diri mereka golongan santri, yang berdiam di daerah-daerahtertentu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari golongan non-pribumi yang

78

dapat disebutkan di sini adalah 1

Suku bangsa Batak di Sumabangsa-suku bangsa di Indonesiekonomi. Salah satu contoh adalPenny dan M. Singarimbun meryang lebih bersifat " economic'ntinggi dibandingkan dengan sukrtermasuk para imigtan Ja* amasyarakat yang mempunyai korang Batak yang berpindah danUtara maupun di Jawa, dan terjrdari perdagangan kecil sampai kr

mereka ada pula yang mampuekonomi nasional.

Orang Batak sering mengmereka dengan kebiasaan meremasa yang lampau, telah menjarpergi meninggalkan kampungnyadengan tujuan mengumpulkan u

daerah sebelum pulang untuk memendorong seseorang untuk rperdagangan, yang tidak jarang r

sebagai entrepreneur. Seseorang 1

daerah kemudian pulang ke I

perhatian dari kerabatnya di karpengalamannya di rantau, ter

kerabatnya di kampung suanr r

kemudian hari. Dalam pengertiadan mencapai prestasi yang mer€

Ikatan dalam marga, yainpatrilineal, ataupun ikatan an

mungkin sekali juga merupakan I

munculnya banyak tokoh-tokoh t

Hal ini dapat terjadi karenadalam gabungan msrgs-matEasemua anggotanya yang tinggalmargq yang tinggal di pedesaan

margq yang tinggal di kota terte!di manapun seorang Batak benbatu semarga ataupun memPend,ari marganya. Di lingkungan

I

Page 4: dari Batal - Universitas Indonesia

6t-

DlrDutas leq"Jel eled 'ef,ulesrur 'ue?seped ueEunlEq IC 'o(uoil.rotu uepurel eloEEue-eloEEue uup ueEuolol.rad qalo.redureur undnele n7,rcuas ntequepual rJ"cueu ledep n1e1es u"{e BI 'ep?Jeq 1e1eg Euz.roes undeueur rp'n1r ueEunqnq efuepe uetuaq 'nelu?J rp nluapel ep{ Ip leEEurl Euef,oS"torueloEEue e;r"d etelue ?Ues 'uwlo>1.led uep uuesaped rp 1etEu4 Eue[, o7touteloEtue e;l"d enlue undneru 'ueesapad rp letturl Euer( efueloEtue enureselelue >peq 'uelueqegedlp de1e1 nluepal o&tout-o8.rnut ueBunqeE ruelepundnele o&rotu ru"l"p u€pqeJele{ u"le{l ?ueJ€{ 1pe[.1e1 ledep rur 1e11

'Isl" g .rnauarda.4ua qo{o}-qo{o1 1ef ueq efulncunurepedt.rep ?ru?ln Euoropued JoDl"J nles q"l"s ue4edn.rau etnl geles urlEunur'(Lqor-DuuoqllDp drsuFrd uDIJ"s"pJeq lepe u"l?{l undnelu'1eaur1u1ed1e;1s.raq Euef 1e1eg u€l"quJe{a1 u11s1s nged 'o7.rout urelep uBtB{I

'?{oJeru uerqld ruele ruel"p desa.raur Euef rselsa.rd redecueur uepue8unlunal rJ?Juaru r{"lup" n?lueJeru rur uelpeEucd ueleq 'rJ€r4 uerpnwe{rp uEnf n?lu?Jeru Inlun J"seq Euer( leulu nlens Eunduel lp eduleqe.ra4Bpnru {eu?-Ieue IJIp ru"pp r4elursu"Uel 'nslu?J Ip eduueurele8uedEueluel efuelr.rac-e11Jec rnl"lau uep 'Eundureq lp eduleq"Je{ rJBp ueqeqladlesnd lpefuaru u"{e edueserq 'Eundruu>1 a1 Euelnd u?rpnue{ qeJ*pJ?nl Ip eduEueEep

"qesn tu"l"p [s"rlJaq Euer( Eue.roesa5 .rneuardarlue reEeqas

BqesnJeq uendueurel q"JB e{ Eulqrulqrueur Eue.ref 4epr1 Eued 'ue8ue8epradtueplq Ip ueEunlunel rJecuau ?qocueu {nlun Eue.roasas Euo.ropuaruSur.ras rur uu"peey 'er(ueEEuel q"unJ

"ulqruaw 1n1un Euelnd unlaqas qeJeep

renl rp uduurel lreleu ueqnlnqa{ uep Euen ue>llndrun8ueu uunfn1 ue8uapnluaUel npl"^r e4Eue[ {nlun n"lu"Jeu u?p er{u8undure>1 ue>11e33uluaur €red{€}eg Bpnruad Eue.roes €^rq"q uesselqe{ lpeluaur qe1a1 'nedruel Suef eseur

4eleg 'nelu"Jeru n?l? 'nofauout {nlun B{aJetu uees?rqe1 ueEuep €{eJeudrqs.rneuerdarlue uendrueure:1 uelEunqnqEuaur turres 1e1eg Eue.rg

'l?uols?u [uouo{er.uel€p Euquad Euef ueue.rad uerlueleluaur ndruetu Sued elnd ?p? B>leJetu

elelue Ip u"{q"q uep 'Jsseq ueEueEeprad a:1 redrues 1rca1 ueEue8epred ueprelnur 'ueEueEepred s"ilil1>l" reEeqleq a4 unf.rel uep 'e,ne1 rp undneur ere13Brel€tuns rp Blo{-elo{ a1 ueesapad q?Joep uep qepuld.req Eued 1e1eg Eue.roulnd >ledueg 1g'ls?loulJeg {n}un u?n?ru3{ redunduaru Eued 1e>le.redserure8eqas 1euerp51 e{aJaIAI 'nr{eyayq u"p e^r"I u?J8rur ercd >lns"r,uJe}

'nlr q"Jeep rp er(uure1 esEueq n>1ns-esEueq nlns ueEuap ue4Eurpuuqrp rEEu4qlqal uells"qEued ler(undruaru uep .papulta-cnuouoJa.. l€JrsJaq qlqel Euei(teSeqas rore;tr qe.reep lp uelad e.red reuaEueu unqruF€3ulS 'lt uep duua6'H'O qelo u"{Ble>Irp Euef eueruruEuqes q"l€pe qo}uoc nl"s qcles 'rruouo>leEueprq tp er{uuendureura4 loluoueru Eued erseuopul lp estueq nrlns-es8ueqn{ns erelue rp n}es q"l"s q"l"p€ '?J?}n

"Je}"uns Ip {"}eg esEueq n1n5

(s'BufJ ueEuoloE q"lep€ Iuls Ip ue4lnqeslp ledep

Euef nunqud-uou ueEuoloE pe6qeJa"p-rleJa"p rp ru"rpJaq tue,{Euer( enel Eue.ro epeduep uetuolEue.ro.uep 4e1ug Eue.ro q€l€pe

1uls Ip uallnqasrp ledep Eued e,{udn4nc ledeplel rul esEueq nansrp

"^rr.Iuq elnd ledruel unurn

reteqes ueEueEep.radTeqesn tuelrp efuurel esEueq n>1ns-estueq n:tuer( ersauopul Ip nluagal estu?J?Jas Euepuedlp 'unureN .ei(uqe

-a.rda.r1ua'u?qnJnlese{ e.ruces nel

uelef.raq qrssru erseuopuJ JnoueJ(es€r\ap gedures unruau ,rs"lsrp m'nJeq Euer( truouo>1a u"?ues{redulesur 'uelnrlepp lelnu elnd r

I€uorseu eqesnEuad rrep uaursfr€du"s lurnqud-uou-runqud qeye

leuaEuau Jsurrues luEeqreq lul :Ip er.u"lnJel'.rneue.rdallur sell-elu relnl'u srseuopul q"lurJeua(

€Jeluetues >1n1un dn1nlrel erndeE'Brseuopul ?]se^rs ueEueEeprad rI'elsfeyuyrl uep ersauopul eJBluB rs

etelue {pllod ls"nlrs ,e1nd ueqr

IJBp qeqas nles q"l€s uerledruaunqel eped Euen eleur relru uBq

.(rueleBeEal

uuurdrurd qlle pqruu8uXru esled:rnlr nll€^\ e1eJeu etelua lp rledueBuaJ€{ unru?u'Else^ts eqesnEuad-rueeqesn.red-ueeqesn.rad BInur-elnyEue.ro eruelnrel '8urse Euero qalo .

-uuuqesn.rad B{"tu '/56I unr1ul el

{lguo{ eduepe Buer?{ lpefral 1u1EueEeuraru sn.req esludJal q"luFiuduepe u"4lnqurueu Iur ue"psarsestueEro 'uaursfuueru Eueplq utr-JoplBJ eduEue.rnl qelo unlq"qasrtu"qnJnlese{ BJeJes elsauopul dr

Page 5: dari Batal - Universitas Indonesia

tidak merasa segan mengumpulkan dana untuk membiayai salah seorang

anak mereka yang akan keluar daerah mencari penghidupan baru di bidang

usaha.Di samping itu, seseorang di perantauan yang membutuhkan modal

dapat memperoleh pinjaman dari kerabat di kampung, agar dapat

memperluas usahanya. Namun, pada kesempatan lain, seorang pengusaha

yang telah berhasil sering diminta dan juga merasa berkewajiban untukmenolong kerabat semarga ataupun anggota marga hula-hula dan marga

borunya sendiri, terutama mereka yang dahulu pernah membantunya untukmencapai sukses dalam usaha. Pertolongan kadang-kadang tidak langsung

diberikan kepada mereka melainkan kepada anak-anak mereka. Demikian

pula seperti yang dikatakan di atas, bantuan tidak saja dalam hal keuangan,

ietapi juga dalam hal lain seperti mempekerjakan anak-anak muda itu dalam

perusahaannya, sekaligus memberikan bimbingan dan latihan bisnis kepada

mereka, agar kelak anak-anak muda ini dapat maju dalam usaha mereka

sendiri.Orang Minangkabau juga merupakan salah Satu contoh lain daripada

suku bangsa-suku bangsa tertentu di Indonesia yang mempunyai kemampuan

yang menonjol di bidang ekonomi.Seperti halnya orang Batak, salah satu daripada ciri-ciri khusus orang

Minangkabau yang tnungkin dapat dihubungkan dengan kemampuan mereka

di bidang usaha adalah minat mereka yang besar untuk merantau, yang

nampaknya telah menjadi bagian dari sistim nilai merekaS)'

Perantau-perantau Minangkabau cenderung untuk memilih kota-kotabesar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya sebagai tempat tinggal, di mana

mereka membangun usaha dagang mereka. Di Jakarta sendiri, orang

Minangkabau merupakan salah satu warga kota yang dominan, yang menurutperkiraan tahun 1971 berjumlah sekitar 400.000 orang. Dari

^seluruh jumlah

ini, lebih dari lOTo diantaranya terjun ke dalam usaha bisnis'9)Minat yang besar untuk terjun ke dalam usaha dagang di daerah rantau

ini antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: pertama, sejak dahulutelah ditekankan pentingnya ekonomi di lingkungan masyarakat Minang'kabau, seperti yang diutarakan dalam pepatah-pepatah adatru) atau dalamberbagai dongeng lama mereka. Hal ini akhirnya menyebabkan tertanamnyasuatu penilaian yang tinggi dalam diri orang Minangkabau terhadap benda.

benda materil sejak usia yang muda. Kedua, penghidupan yang bersumberpada mata pencaharian bercocok tanam padi di sawah, terutama yang

merupakan sa*ah pusakal l), tidaklah memungkinkan orang laki-lakiMinangkabau untuk lekas menjadi kaya, sesuai dengan nilai-nilai yang telahditanamkan oleh kerabatnya sejak kecil. Ketiga, sebagaimana padamasyarakat Batak, cerita-cerita dari para perantau yang pulang ke kampung

80

mengenai pengalaman keberhaselalu menarik perhatian anak-ihal yang sama di kemudian h

kerabat yang sepqraift, sebagain

penting dalam memajukan usi

merupakan bantuan keuanganserta fasilitas kerja dari kerabat

Dalam contoh yang kitMinangkabau cenderung unrulbidang usaha tertentu sePeniberdagang berbagai macam tek:termasuk hasil kerajinan Sumimenyesuaikan diri untuk bergandagang mereka yang Pertam:meskipun untuk itu mereka habesar.

Banyak di antara para ped

bawah sebagai pedagang kecil. <

sebelum ada penertiban oleh F

mempunyai kemauan keras uldisertai keinginan yang besar ,

Sitat-sifat yang demikian ini kirseorang entrepreneur. Namun tiorang Minangkabau memilikidengan golongan lain karena alagama.

Demikianlah dari uraian s

besar untuk merantau, baka'

ekonomi yang telah dirintis seja

separuik dan terutama Yang :

utama yang mendorong mu!

masyarakat Batak dan MinanglDi Jawa, walauPun orang Ji

Indonesia (lebih dari 70 juta dar

120 juta jiwa), secara relatif ttMenurut C. Geertz, entrel

dari segolongan orang Yangsubdominan dan beragama Igolongan ssntri. Hal ini Perlu dorang Jawa, yang berbeda der

Seperti diketahui, masyan

Page 6: dari Batal - Universitas Indonesia

t8

lursos rs"IrJll"Jls nl"ns l"ueEueru 3^\€[ le{"J"fseru '1nqe1a:ilp qleda5

:nnq"1'a.miiy,r1 Eue.ro uep {Bl"g Euero ueEuep spegJeq Eue'{ 'e'ne1 Euero

uqrininq.rl'aurr1"1"q tnr"t inpni pep nufuntp n1lad rur lep'yluos uetuolo8

reEeqjs €{aJelu plp lnqer(uaur Eued 'ur?lsl erueEtlaq u€p^ u?ulluopqns

hued' sele- geEujuaru s?le{ Ir"p l€s"Jeq Eued Euelo uetuolo8es Fep

rJrpJel 1e,(ueq 3.{\?f lp rneuardarlua-rnauarda'rlu3 'zueec 'J lnJnuat{:eiuqerunt s€}"qJel rnaua.rda.qua qo{ol-qo{o} JpBIer ?r?cos '1e.tut ulnt 971

q"1-nft"q'Eued elseuopul lnpnpued qnJnlss trup e1n[ 0/ IJep qlqel) Blseuopul

tp .rn,ri*op Eued estueq nlns uelednJeu ?A\€f Euero undnele^\ '€^\€[ lC'€Jal€runs 1p neqel8ueuln uep rel€g l€{BJedseur

eped rnaua.rdarlue qo{ol >1u,{ueq udulncunru 8uoropuau tued Btusln

,o1r1"1 ede.raqaq ur4"dnt"- qe1a1 'oStouas 3ue'{ ?ru€}nJel uep 4rruodas

leq€Ja{ uun}u€q uep ueEuorop sues 'Bpntu leles slluplp qe1a1 8ue'{ Iuouo{e

s€lr^q{€-s31^lpl3 {nlun uu?ulqurad uep l?{eq :nelueJeu Inlun J?saq

Sued leunu B^\q"q qelledruel sel€ Ip 1e13u1s uBIuJn IJ€p qulu"l{lwac

'eI'uUBP

udusnsnq:1 nele estueq n>lns ueepeq.rad uesele BueJe{ u1e1 ue8uolo8 ue8uap

eruesehalaq ledep 8uern1 nlted u€q€tuel+>l IlIIIueu neqe>18ueut61 Suero

'Suetepad unu4 te8uqes u.,rrq"q uelSurtp {epl1 unueN 'rnauardarlus Sueroas

qalo I{IFtuIp Sued trlc-t.rlc ue8uap tenses eduurl{ IuI uel{Ituep tued tuJls-}€.}!S."1"r"* EueSep ?q"sn u€>ll€>l8uruau {nlun J"seq Eued ueulSulal lsusslP

Eued uenfnl nlens ueSuep ,tunquueru {nlun ssJa{ uenutuol 1e.{unduaue{eJetu 'ng Surdues lO tzr'I)O qelulJeued qalo uuqll'laued epe unleqas

Br.url l{e{ Euu3epad reEuqjirirel BreluB nlnqEp '1tca1 Eue8eped te8uqss qe,$Bq

t.r"p inln- IuBJeq Suud neqerlEueul6l EueEepad eted etelue rp 1e'{ueg'J€saq

Sued oysar Eun8Eueueu sn.req Euepeq-Eueperl €{eJeru nll {nlun undrlsau

'ue>lduruqrp Sued yrseq sr,\"qtuetu {€pl} "urelrad 8ue^( eleJetu Suutep

equin e.{oeitlas eduulel Sue8ep eqesn epud tlue8raq {n}un FIp ueltensa'{uaru

ludep ludec undulareru unuBN 'l€Jeg eJeletuns ueullerer1 IIs€q {ns€uJol3uo1uo1e1 Sueruq-Suereq EueEepreq

"ues 'lllslel urer€Iu leEeqroq SuuSepraq

,nuqu>lhueurl4l ue1€tu qeunJ elnquratu : tlradas nlueuel equsn Euuptq

run"L- edu.raqaq IJBp nles qBI€s qlllwaru {n}un Eunrepuec neqe13ueu161

tuetepad u.{urunurn 'ege1e1 lp let{ll "rl{ 8ue'( qoluor Iu?IBO

'nll seslns tedecueut qu1e1 tued l?qBJaI uep ufral sellllseJ uues

Bqusn [u"[€p u€qI]BI uep ueEutqtutq undneru ue8uenal uun]ueq ueludn'raru

ledep e8nt uenlu€g 'Eueroasas Sue8ep €qesn ue>lnfetuau tuel"p Eupued

ueuered Sueseuau .{el€g oS,tout ru€l€p uueuleSeqas 'ryntndas Suef lequralBJ"lu€ )tII€q l€qurll usnlueq 'ntrI ulBIsS 'Il€q u€Ipnual lp eluus Eue'i 1uq

u"{n{€leu {n}un e{eraur }eqeJe{ Ppntu {eue-{eu€ uelleqrad ltreueur n1e1as

'nnitnt'Ip "qesn unSuequrau e{aJau u€lls"qraqe{ ueuule8ued leuaEuaru

Eundurel aq Euelnd Sued neluereped eueruteEeqes 'eEtlay 'Iqe1e1 Suer{ rBIru-I"lIu ue8uap rent

I{€l-l{el 3ue.ro ue4ut4Suntuau:Suef eurelnJal 'qaA\es Ip IpedJeqrunsJeq Sued uednptqtuad 'e-epuoq depeqral neqelEueut;,1 tedutueuupal uelqeqa.{uaru edu:rI.uelep nele lgllePe qeleded-qet'-8ueulyr1 lule.redsetu ue8unlSurnlnqep 4elas 'eueuad :1n1t.raq re

nelueJ q€Jasp rp Euu8ep et{esn u

(6'sluslq Bqesn tuEl'

qelunf qnJnles t.reg '8ue;o 000'1

lnJnueu 3ue.,{ 'ueutuop 3ue,{ eto:

Suero 'ulpues BUeIe[ tC 'eIeu€ru rp '1eE8ul1 ledrual re8eqas t

"lo{-elo{ qlllruaru 1n1un Sunra

'(g8{araru lelluEue,{ 'neluerau >ln1un resaq 3t

e{eJeu uenduerual ue8uaP ueliEuero snsnq{ IrIJ-IrIr uPedueP

uendureua>1 tedunduaru Eue,( err

epeduep utel qoluor nles qeles

€{eJeru eq?sn tuel€P nleu ledtepede>1 sluslq ueqllel ueP ue8ut'

ruBl"p nll Bpn(u {3u8-{€uB u?{e'ue8uena>1 I"q tuslup eles >1ePtt t

u€I{Iuec[ '€{eJelu >l?u?-{eue P

Suns8uel 1epr1 3uePe1-3uePe4

1n1un edunluequeu qeurad n1n

o7tou'r uep Dlnq-Dln7 oStou el>1n1un ueqlfeA\e1Jeq ese.reu eF

eqesnEuad Sueroes 'ute1 ueledu

rydep w?e '3undure1 IP lel

Iepou uelqntnqueu Sued uer

Sueprq Ip nJ€q uednPtq8ued uer

Eueroes qeles tedetqtuotu Inlur

Page 7: dari Batal - Universitas Indonesia

yang msmbagi masyarakat menjadi empat lapisan, yakni : wong cilik, piyayiwong sudagar dan ndaraLJ). Ditinjau dari lapangan pekerjaan masing-masing, kelompok ndara dan piyayi cenderung untuk tetap pada posisimereka demi prestige, kelompok pertama sebagai pemilik tanah yangmenyewakan tanahnya itu, sedangkan kelompok kedua sebagai pegawq!.

Jarang di antara kedua kelompok ini yang terjun ke dalam usaha dagangl4).Sebaliknya, sejak waktu yang telah lama, kelompok wong cilik adalah parapetani yang bekerja di sawah, yang tidak mempunyai waktu untuk berdagangkecuali untuk menjual hasil sawah mereka sendiri setelah panen, danbiasanya hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Dengan demikian, satu-satunya kelompok yang menjalankan perananpenting dalam aktivitas perdagangan adalah wong sudagar, yang terutamaterdiri dari golongan santri dan berdiam di bagian tertentu dari kota yangdinamakan kauman. Dipandang dari sudut sosial dan agama, merekaterpisah dari kelompok masyarakatJawa yang lainnya, dan membentuk suatukelompok elite yang subdominan , yang karena tidak dapat mencapai puncakdaripada kelas sosial Jawa, maka mengalihkan usaha-usaha mereka kepadaaktivitas ekonomi, untuk

_ memperoleh prestise, kekuatan dan ekspansi

kelompok mereka sendirils). Banyak di antara mereka yang berusahamencapai sukses dalam bisnis, dengan tujuan untuk memperoleh biaya naikhaji ke Mekkah, sebagai usaha menunaikan Rukun Islam. Di sini terlihatbahwa salah satu dorongan utama bagi para saudagar untuk maju dalamusahanya adalah agama Islam.

Kegiatan ekonomi dari sebagian besar kelompok wong sudagar yang

dijalankan sejak waktu yang lama kemudian memungkinkan munculnya

tokoh-tokoh entrepreneur di lingkungan mereka. Seorang entrepreneur

cenderung untuk berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya, namun dalam

usaha merubah kedudukannya dari pedagang tradisionil menjadi pemilik toko

kelas menengah, ia menjadi bagian daripada, suatu kelompok yang

rrrempunlai solidaritas dan sadar akan diri mereka'ro)Fada umumnya para entrepreneur santri ini terikat satu sama lain dalam

hubungan kekerabatan, baik melalui perkawinan maupun melalui hubungan

darah.-Sebagian besar memilih salah satu jenis barang dagangan atau salah

satu bidan! usaha, seperti- menjalankan perusahaan rokok kretek atau

perusahaan batik.Mengenai perusahaan batik ini, di sekitar tahun 1911, pedagang batik

mulai me-nyadari akan adanya kompetisi dengan pedagang-pedagang cina,

sehingga mereka bergabung menjadi satu dalam perkumpulan yang disebut

"sarikat Islam". Program Sarikat Islam terutama didasarkan atas hal'hal

sebagai berikut : (1) mempromosikan perdagangan di lingkungan pedagang

pribumi Indonesia, (2) usaha saling membantu antara para anggota yang

mengalami kesulitan ekonomi, dan (3) perlawanan (oposisi) terhadap konsep-

82

konsep yang menYimPang dari a

promosi dari kehiduPan keagat

Sarikat Islam kemudian me

terhadap Para Pedagang Pribuneuntuk Kemerdekaan Indonesia.politik yang disisipkan dalam usal

mengangkat bidang usaha daganl

lebih tinggi dari masyarakat terhiStatus yang lebih tinggi dan terho

dan mendinamisir kelomPok sa

mereka.Namun, Pada masa-mtsa s€

karena telah mengendornl-a sem

dan juga karena kurangnl'a ker

menjalankan usaha, mengakiba

mengalami kemunduran. TamPalini, setelah berhasil menl'elesaik

mengikuti cara hiduP kelomP

kepegawaian sebagai Pekerjaan m

pada banyak Perusahaan batik- Ydalam menjalankan bisnis merel

perkawinan mereka, dengan mo

kedua suami-isteri tersebut. P

anak-anak. sehingga ban-r-ak d

sebenarnya hanYalah meneruskal

mereka. Oleh karena itu. seben

pengusaha batik sePerti ini sebag

ter. Hanya Pengusaha-Pengusah:mampu untuk berinovasi, mengu

baru dalam batik Yang daPat dir

dan non Jawa sajalah Yang daPat

Untuk masYarakat non P

umumnya mempunyai kemamp

dengan lingkungan di mana n

kemampuan berdagang karena Pini sejak beberaPa generasi sebel

satu sama lainnYa'Pada jaman kolonial Bela

keistimewaan dalam status ma

golongan pribumi. MeskiPun se

mendapatkan hak dan starus

pengalaman masa lamPau merek

Page 8: dari Batal - Universitas Indonesia

t8

-EuuEapl udu1nqu11 u"{leql{sEuaur Eutras €{aJalu nedruel eseur ueurele8uad

'runqr.rd' ,rra.rqoa .t"bu"p elues tued snlels uep {"q uelledepueru

rur u"'E.ro1oE "t."uopo1

u""{spJeua{ qele}es undt4saprl 'trunqud ueEuolo8

undneru sn}€}s tu€l"p u€€'{\eupqa{

ledepuaru elseuopul 'tp eur3 Eue'ro 'epuelag leluolo{

##rT J,lit "r*1un>1 Euud u"l"{l ler(undureu elras 'eduurnlaqes rserauat-ederaqaq 4e[as 1ut

Eueprq ur€l€p l{l[tulp qe1a1 tue'( ueueleEuad ?uare{ Sue8epraq uendurerual

ler{undurau "aof-"1"t"1,q 'u"IpJeq e{eraul suetu Ip ueEunlEutl ue8uap

iJIp .r"4r"nsaduaur ,1n1,rn t"t"q Eued uenduerual tedundureur eduurnrun

iplo '".rIJ ue8uolog 'slseuopul lrunqpd uou le1ure'{seur {n}un' 'in"uarda.llua reEeqas ueltuolo8rp ledeP tue'{ qeleles B'tref uou uep

B^\"f l"{eJedseur .resaq uelSeqes qalo stulJa}Ip ledep tue,i 41leq ruelsp nJBq

"1od-"1oa uuleldlcueur u"8o"p ueresed resen8uetu 'lse^ouFaq >1n1un ndureu

Jeuaq-Jeueq Eueuratu Eued nluapel {l}€q eqesn8ubd-eqesn8uad e'{uu11 'ra1

-"J-nq"s uerpaEuad ruel€p rneuardarit'e ieEeqas 1u' rlrades {lleq eqesn'uad

loaruoial debEue8uaur {nlun Je{ns edu'reuaqes 'nll Buore{ t{alo 'ererelu

en1 Euero qelo sFulJIp qe1e1 tued sqesn u?{snJeueu qeledueq e'{u;euaqas

,1r1"q ,r""qntnt"a ,1i1t,.tad erud etelue rp rledueq eBEutqas '{Buu-{BuB

epedaq uBIslJ€^\Ip u"Ipnlus{ u€"l{BSnJad'lnqesJal Iralsl-IuIens snpe{

qalo undnele ,-"n, q"p "^nitp

Sued lepou ue8uap '?IaJau ueut',*re1rad

1e,[e lelas Islnrulp ni "q"tn e'(ueselg 'e]eJaru sluslq u€iue1uluaur ur€lep

Iu"el n]ens {n}ueqtuetu ,r"1r, t-nn, Suesudas '{l}eq uueqesn'rad >1e'tueq eped

€^\qeq elnd :1edru4 'tr"i 1"qrd IC 191'u{a'raur uee['ra>1ad te8eqas uere'ne8adal

8uep1q qlnueru qtq.1' 'au"r

1'tikita 1odtuo1e1 dnplq Brer lln>1€ueu

qrr"i"q ,t"ia"q.t 'elulttu.lo; ue4prpued ue:ltesaleduau llseqraq qelelas 'rul

aii"q .rea"pn", 1r,r"'4"u" r^q"q- "it'1eslu leduey u?rn punual tuele8uaur

Eued >lp"q ueeqesniad edu>luduuq uelleqt>le8uau'eqesn ue>1uu1eluatu

urelep .r"1in*"1 Euef lserauaE uendu-eurerl e'{u8uernl sueJs{ e8n[ uep

1nq"rr"1 ,iirlod e.le""s ..,€lsl l'>llJes letueruas e'{uropua3uat', I{,'atr eual€{

8uldrues Ip '0S6I utq"1 q"p.,sas edulnluelas es?ur-es?ur eped 'untu?N'e{aJetu

EuuEep ?gesn-?q€sn ruelsp lpeq retepnes :1oduro1e{ Jlsltueulpuetu uep

u"$?;EEueru qrqal edue44 buni tlsllul l"urroqrel u"p rt8ull qlqel tued sn1u15

'nli'*"p1 1e4ue5'Euetuped >1odtuo1e>1 de-puqra11e1e;edseru uep r8Eup q19el

Euef uafuutqa*a unp tn1"1t nleni eped tue8ep equsn EueplQ }e{Euu8uau

ln{l ruBIsI le{rr'S .n1"i"* tueEep "q"sn-"q€sn

{rrelep ue>ldlststp Sued lqr1od

unp ,orbfr"r .t"n1q ef,uepe ueEuap '313I{ '"Iseuopul u?"repJetue) {nlun

ryilod'ueEuudel'ure1"p "Ent o"'ltttnlaur-'lurnqud tuuEepad ered depeqral

tri"roro I"q urslsp eles >1epr1 1r>1e 1pefuaru uelpntue{ UBIsI }€{Ir€s

z, -'?ISeuoDUI 8ue.ro ueEunlSurl Ip ueerue8eal uednplqerl IJ"p tsoruord

S"td;;;,JJ'.r"- u"p ,-"1r1 nirhi uetefe uep 6uedu',tueru Sued dasuol

-dasuo:1 depeq.ral (1s1sodo) ueue,tuzr( eloE8ue ercd ?J?lu? nlultueEepad uutun>1tur1 1P uetuei

I?q-l?q sel€ u?{J?s"plp 3lu8}n:

lnqeslp Eued uelndurn4.rad uelt'eur3 Euetepad-Eue8ePed uetu>llleQ tueteped 'I16I unq?l re:

n313 {a}eJ{ Io{oJ u"?I{?sruecq"l?s nel€ ue8ueteP tuereq srt

ue8unqnq Inleletu undneu ueulr.u?l?p UIBI Btu?s n13s lsllJel Iut

191'?>la:atEue,{ lodurola>1 nlens ePedu

o1o1 111tued tpefuaru IIUoISIP?JIlu€lep untu€u 'udueqesn ue{uel.rnauerdarlue Sueroa5'?{ereIIledulncunur ue>1ut13unue[u uB]

Euef, toSopns ?uo*t lodtuola:1

tuel"p nleru 1n1un .retepnes e.

l"qrlJel luls Io 'I'uelsl un{nu I

ryeu edelq qalo.radruau {n}un u

eqesnJaq tuef elarau €J€luErsuedsrle uep uel"n{o{ 'esrtsepudal e{eJau €q?sn-?q€sn ue

4ucund redecuau ledep r1epr1 e,

nlens lnluequeru uep 'eduutey i

B>laJaru 'etae8e u€p I€rsos lnEued e1o1 IJ"p nluauel uer8eqBrrrslnJel tuef, '"ro?opns Suot r

ueuu.Ied uu>1ue1efuau Eued 1ot'IJrpuas

"IeJeu uep 'uaued r{ele}as IJIpuas €)tuu8epraq {n}un nl{"^\ rufunduelrd qelepe q4rc Suou lodurol'9rtuetep equsn ru"lep a1 unf:'ru,neEed leteqas unpe{ :lodurrEuud qeuq 4pured re8eqas r

rsrsod upud de1a1 1n1un 8urua-turseur ueelra1ed ueEuedel u

'1tot1.rd '417rc Suoor : ruled 'uesrr

ueledruaseq quqq Eue,{ q1q"i

ir"p

Page 9: dari Batal - Universitas Indonesia

an-ketegangan dengan golongan pribumi ini. Hat ini terutama karenaalasan-alasan ekonomi, yaitu dirasakan adanya keterbatasan dalam kesem-patan-kesempatan ekonomi oleh golongan pribumi, karena kedudukan darigolongan Cina yang telah dominan sejak jaman Belanda di bidang ini.Dengan demikian terjadi pemisahan antara mereka dengan golonganpribumi, yang menyebabkan orang Cina menjadi lebih terikat antarasesamanya.

Salah satu jalan untuk memperkuat hubungan di lingkungan merekasendiri adalah melalui perkawinan. Bagi orang Cina, perkawinan adalahsangat penting. Pada umumnya orang laki-laki cenderung untuk memilihisteri yang berasal dari status ekonomi yang setingkat dengannya. Sebaliknya,bagi gadis Cina, suami yang ideal adalah laki-laki yang ambisius, ulet dangigih dalam bisnis.

Tujuan utamanya adalah untuk membentuk suatu hubungan yang cukupbaik antara keluarga suami dan keluarga isteri, yang penting sebagailandasan membentuk rumahtangga dan bisnis yang kuat. Melalui kerabatisteri atau kerabat suami orang mencari kenalan-kenalan baru, sehinggajaringan komunikasi dalam golongan ini dapat diperluas dan dimanfaatkanuntuk tujuan-tujuan bisnis. Dengan demikian tampak bahwa ikatankekerabatan dapat menjadi bagian yang integral dalam komunikasiperdagangan.

Seperti yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, maka golonganCina sedikit banyak memiliki ciri-ciri daripada kelompok reaktif FrankYoung, yaitu merupakan golongan yang terpisah atau tersisih dari golonganpribumi, yang menyebabkan mereka menjadi lebih bersemangat untuk majudalam usaha dagang agar dapat memperoleh suatu status dalam masyarakat,dan saling terikat satu sama lainnya.-

Tanpa melupakan adanya berbagai pengecualian, dan tanpa mengurangiadanya keterbatasan akan contoh-contoh yang dikemukakan oleh penulisyang hanya meliputi suku bangsa Batak, Minangkabau, golongan santri lawadan golongan non pribumi Cina, kiranya dapat disimpulkan sebagai penutupbahwa untuk pembinaan entrepreneur di Indonesia perlu sekali memperhati-kan faktor-faktor sosial budaya. Dalam program-program pembinaan yangdilakukan oleh Pemerintah, faktor-faktor ini belum memperoleh cukupperhatian.

Latar belakang sosial budaya, struktur masyarakat, masalah status dannilai-nilai kehidupan dari berbagai suku bangsa dan golongan yang ada dinegeri kita ini perlu dilihat sebagai faktor-faktor operatif di dalam usahapembinaan pengusaha dan entrepreneur Indonesia.

Catatan barvah :

l) Untuk penjelasan lebih lanjut periksdrhKilby (Ed), Entrepreneurship and Eeahlm, 7 dan I.A. Schumpeter, "Tbe Fusdalam Peter Kilby (Ed), Jbit htn. 17

2) Periksalah Frederik Bafth, The RoL ofBergen: Scandinavian Univenity Bmh

3) Peter Kilby, op cir., hlm. 13.

4) Untuk penjelasan lebih lanjut pcftsrtBeberapa Pokok Tentang lungsi Usel

5) Dalam karangan ini penulis tidat nSumdtera Selatan dan orang Bugis, ;

pengusaha-pengusaha yang tangSuh dr

6) Untuk penjelasan lebih lanjut perikse.lr.h

economic Studies, Canberra: A.N.U., nI ndonesian Economic S tudies, Canberr

7) Dalam pinsip.dalihan-na-tolu, Egz r*hubungan adat yang mantap, dinrnrpemberi gadis (hula-hula) terhadap nrcrl

'bagi marga yang lainnya, d"lam hubu.lberkedudukan lebih tinggi daripada nbantuan sepenuhnya dari marga borunysuaiu kewajiban adat untuk saling meoo

8) Dari datadata yang dapat dikumpulla.l1971, dari seluruh penduduk Miannglldaerah asal di Suamtera Barat han;-alh I

sebanyak 4.806,686 jiwa berada di raoBertuah". Tempo, Iakarta, 15 Januari

9) Periksalah misalnya M. Aleida, st d,15 Januari 1972, hlm, 39 dan tulisro "SNo. 13, Jalarta, 1972' hln. 6.

10) Periksalah M. Nasroen, Dasar FakPasaman, 1957, hlm. 174-175, 182.

I I ) Perinsip kekerabatan orang Minanrtalmilikpanrrfr (klen matrilineal), yang diwanita dan diwariskan kepada semue Ilaki-laki ibu lrnamakl dalam klen h"biasanya berupa sawah, serta menyoko

84

Page 10: dari Batal - Universitas Indonesia

98

-I?u? sues ?[u?llu",ri ?r"pn?s "nuras

u?dnplqal Euo{odueru ?uas .gB,nBs "du3q

?,{u?s"rqEued 'n1t ulesnd uprq ueeun8Euad .rnleEueru qepi(ueq uepl ut"1ep lloutoul nqr rl?l-Dl"lBJ€pn"s u"u?Jed 'e1nd elrue,tl Euui( e:laleru uaurunla{ enruas epedaq u"IsF?,rUp u?p Elru?^\tuuf luqe.re>1 urud qelo Iss"D[p .?I?snd ?U?q ]nqaslp Eu?,{ .(l?auqul?u uel{) 4uod nqrwrEreq e,lquq u?Inluaueu 1eeulllJl?ur 1e;1s.raq Euui( nuqel8ueul;41 Euelo uul?q?Jalel drsur.ra6 111

'zgt'sLt-vLl'ruFI'rs6l'u?ru?s?dllqrauad 'A'J '"U?I?f 'noqol?uout'rl ,opv ttolDsloJ rDsro ,u3ors?N .N qel?slrrsd (0I

g .EIq .z61 34r8TBf .CI .oN

.Euoutw oqeuv ufgl'rry- '..our!T pl?X 15 uep tuuped lS.. Esslpl rrBp 6t 'rrqq 'Z16I u?nu"f SI'qru1z1 'odueJ rnBl?p '..qBnueg nrluey ugu:p[q.. "Is le '?p!qv ']41 efqzslul q?l"sluad (6

'6€ lctllq'?,L61 F?nu?I SI '?U?l?f 'odtlal ',,qenuagn"luug ?U"IB[O,, "1e'ta 'Bplery 'n qeleslpad ,nslusr rp eperaq emlf 999'909.] 1e,{ueqesqtei( 'efuqtqayas uelEuupas 'en1l g7g'ggp.7 qulurnfreq qpfuerl l"r?g "ralru"ns

rp leslr q€ratpIp urulpraq Euei{ 'enrf 60S'165'1 qeyrunfraq Eued neqerlEuuerll'lnpnpuad qunlas FBp ,It6tunq"l

"pud ",nq"q u"Ilnqaslp 'url?N relqrohl qalo ue>11ndilnryp ledep Eue,{ elzpelep Feq (g

'lFotu 1uq uulep undnuur Fepru Icq u?I"p {teq 'tuoloueru Eulps:1n1ur lepu ueqrfu.tral nlensutulup 1o1Fe1 Ermus efuetpel ?{?ru 'lul J?s?p s?lv 'otuntoq o&nut uep eAuqnuadx u"n}u€qqaloladruaru uep 1ue6es;p qrfe,tr eE8urqas tuoq ottout epedpep pEurt qrqel u?Inpnpa{raqoqrl-of.q o&rou 'tut u?"p"ol lrt€l?C 'u"ultrBryed ueEunqnq ru?l?p ,?,(uul?l EueA ottout :f.eq.(n oq) sp?t ?tl'lyseued o&toulet?qes u"p 'q?s tusi( r8rDlr'depeqral (opr!-olz.t'sryet rraqruado?toilt v8eqas u"Inpnpal rgr(unduraru o&tout deq ?uBrulp .deluuru Euud lepe uetunqnqrrlens usI"P Bi(uqlq ?u?s q"s lEryal nlueual ofuow eE11 'nlor-Du-uDqlrDp.drsuFd rucl"C (1.

'sg-It'ulFl 't96I 'rqed'9 lo^ "n'N'v :"JraquBJ 'selpnrs c!,aouocg uor$uoPul

to qtapnguepp 1p r,,atu?qJ rlruouocg ur,(pn1s asu^ "n'N'V :€rrequ?J :satpnls Jlluouora,$ur1cy clurouocg 'unqu4retuls 'W uBp i(uuag 'g'q q?l?qlrad lnfu?l qlqel uis"lafuad Inlun (9

uurpduruuaur u?{€p)tlp ?En[ "dudunutn "p"d

Eu"I 'spng iuu.to u"p u?l?las "Jal?urns Euero p.redes uIBI Bs8u?qrulns uduaqaq s?qsquraur :ppr1 snnued tur uetue.re:1 ru?leq (S

'296I 'rBss?{ehl '(oeutru) ..u8lrr8q?sl1 lsEung tu?lual 1o1o6 edtreqag'rq€sn u8psg Eur8Eunl lsrn.. 'eltqI8I?I [ 'H'.tl qepsg.red 1n[ue1 q1qe1 u€s"Iefuad ryfun 0

'SI 'qq "lte do 'rQpy rapd (e

'Z 'rulq '$6L 'sloog r$gsraapS u?l sulpusrs :uaEragt/,o,i.lolg uraquoN 4 a?uotl, lolcos u! tnauatda$ug to epv aW 'rIUBg {paperJ qq?sdued (Z

'1, 'utr;l 'plql 'OA) ,(qIIX relad ru"leP

Ip ',.luautdole eC rFuouorg Io uoueurouaqd lgtuatrl€punJ aqJ., 'reladurnqrs 'y'f u?p , 'u{q'It6I 'ssald earC cqJ :{rol neN '1uautdo1arcq crutouoc7 puo dlqunauatda4ug'(pg) dq11y

rEed tu"Isp 1p ,.drunpge11ag1 Euqun11.. ',(qgy releg qeles{.uad lnfusl rpqol urselafuad lnru;1 11

: ql.sq FrrItS

'?rsauopr8r,l?sn r.u?l?p rp }leJado Jol{BJ-J(

Ip epB Eued ueEuoloE u"p BstuBqu€p snl?ls q"les?Iu '1u:le.refseru :r

dn4nc r{aloJedr.uau unlaq rur J(

Euer( ueeurqued ureJ8oJd-rue.rEori-llB[IJadueu rl?{es nlJad ?rseuopu'dnlnuad IBEeqas ue{lndursrp ledele^el lrluDs u"EuoloE 'neqel8ueulysllnuad r{elo u?{u{nue{fp Eue,{ I

rEue.rnEuaur "duel

uep'uerlencetul

'lelerefseru tu"l"p snlels nlens r{aln["u {nlun leEu"uesreq qlqel Ipque8uoloE rJ"p r{rsrsJal n?l? q"srdJe:

{UBJC Jrpl"ar {odruole{ epeduppuBEuoloE €{?ru 'rur u"srFl I€.r? e'

rs?{runruo{ ur?l"p 1u.rte1ul tue.uels{t

"^rgeq {"du€l u?l{nuapu?Il?"Ju?rulp u"p S"nlJedrp lEdBpuEEulqas 'nJ?q u?lsua{-ueleue{ !l"q"Je{ rnl"lel I 'l?n{ Eu"f sru$qr"teqes Euquad Eued 'r.ra1sr uErrdn:1nc Eued ueEunqng nl€ns Inluaq

u"p laF 'snrsrqurB tue,( n1e1-l:1e1 q'efu1[eqe5 'efuueEuap leltuqas trgptuaru 1nlun Sun.rapueJ l{?l-qelqelp-w u"ur^r?{Jed ,eur3 Euzro rlulaJeru u"Eun{Eul rp u"Eunqnq I

etelue lsTJel qrqel rpBfueut "q u€EuoloE uetuep e{aleru ?Js}ua

'Iur Eueprq rp ?pu"leg ueruef {BIJep u"{npnpe>l BuaJ"{ ,nunqud u,-uese{ tu?l"p u"s"l"qJep{ ?fu€pBsueJB{ ?ru?}nJel lul I?H .lul tE

eqesnEuad-eqesn8uadEua,f qn8Eirel ur?l"P sruslq

Page 11: dari Batal - Universitas Indonesia

anak mereka. Dalam keadaan ini, perekonomian bagi bnak isterinya melalui hartapencaharian, yaitu kekayaan yang diperoleh melalui hasil kerjanya sendiri, yang berupa upahatau gaji, dan samasekali bukan berasal dari sawah pusaka atau harta pusaka lainnya yang

dimiliki paruiknya.

12) Dalam perantauan besar-besaran ke Jakarta sebagai akibat meletusnya pemberontakan PRRIdi Sumatera Barat antara tahun 1957-1959, banyak orang Minangkabau yang mencoba untukmemulai suatu penghidupan baru dengan menjadi pedagang kaki-lima.

13) Dari keempat lapisan ini, wong cilik merupakan rakyat biasa, priyayi adalah para pegawai

negeri dan pejabat di desa maupun di kota, wong sudagar merupakan parapedagang/saudagar, dan ndara mertpakan kaum bangsawan kerabat keraton di Jogyakartadan Surakarta. Selain itu ada pembagian masyarakat berdasarkan penganutan dalam agama

Islam, yang membedakan golongan santri, atau orang-orang yang menjalankan agama

sepenuhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam, dan golongan wong ubuugan,atau orang-orang yang tidak menjalankan agama sepenuhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Kedua golongan ini terdapat pada semua lapisan masyarakat tersebut

di atas, terutama pada lapisan wong cilik, priyayi dan wong sudagar. Periksalah'Koentjaraningrat, "Tjelapar: A Village in South Central Java", dalam Koentiaraningrat (Ed),

Villages in Indonesia, Ithaca, Cornell University Press, 1961: hh'n.245-246.

14) Menurut Soesilo Sardadi, setelah tahun 1950 memang tampak mulai banyak orang darikelompokprryayi yang mencoba terjun ke bidang komersiil, entah karena alasan kesempatan.

kesempitan, keharusan ataupun alasan-alasan lainnya. Namun karena kurangnya pengalantan

mereka di bidang usaha itu, maka tidak banyak yang berhasil. Mengenai ini periksalah Soesilo

Sardadi, "Pengembangan Kepengusahaan Indonesia" (mimeo), Prcgrunt Perent'utruun

Nasional, Universitas Indonesia, 1974. Alasan-alasan lain seperti yang dimaksud Sardadi di

atas mungkin adalah seperti adanya sistim proteksi dan sistim perdagangan "Ali-Baba" yang

menarik mereka. Untuk penjelasan periksalah S.E. Swasono, "Some Notes on the Nurtrtring of

the Indonesian Entrepreneur" di dalam The Indonesian Quarterly, Vol' 1, No. 4 July 1973.

15) Periksalah Clillord Geertz, Peddlers and Princes, Social Change and EconomicModernization in Two Indonesian Towns. Chicago, University of Chicago Press, 1963, hlm. 75.

16) Periksalah C. Geertz, ibid., hlm.75.

17) Untuk penjelasan lebih lanjut periksalah Everett D. Hawkins, "The Batik lndustry: The Role

oI the Javanese Entrepreneur" di dalam E.D. Hawkins et.al., Entepreneurship and LaborSkills in Indonesian Economic Development: A symposium. New Haven: Yale University Press,

1961, hlm. 43.

lE) Periksalah Soesilo Sardadi, "Pengembangan Kepengusahaanlndonesia'(mimeo)'Program

Perencanaan Nastorzal, Universitas Indonesia. 1974.

DAFT.A,R KEPUSTAKAAN

Aleida, M., et. aL

1972

86

"Djakarta Rantau Bertuah", di datam Tempo, Jakarta 15 Januari1972, hlm. 37 -44.

*,::,:'ll: J.\{

tu,.r: -;: * H

-itl

\':r. Ce:

Aneka Minang \o. l3r97 2

Barth, F.i963

Geertz. C.

i963

Hau'kias. E.D.1961

N.rlbi . P.

19- t

...=-..:-:Fln.--r.

"Si PaJa::g ;

TIE Ro& o{Be3::: r S;a

Peddlen rniin T*o lndo

"Tl< Ba:itCr:,.a:: E.Iin Indorre.sir,.e: \ are

"H:::::4 Tiship rnd Ea

t.g., La

Indonesir in

i;; ;.:i" --l

Do.sil Frtsd

l:--j Ma:; - j4akrsi."tn E;r:[email protected]

':-l:r !::"st

i':r;:--:::';';.-- -!"-: : I

!:tn,mu 5

:::: _ i*:-

'?":::,rrn rlr:tuil !r

'Tr : und

tr i i: :':: [{

:: -

P-:l I: :;: htlr'

Sr:.a;- i":sti.r::;-!

i -i -+-'- ' !

- 9-;

Page 12: dari Batal - Universitas Indonesia

L8

rp '..lueudola^a(l crruouo3g Jo uoueuouegd lelueu?punc ar{I3.

'erseuopul ssllsJe^!un'puolsEN uslu?cuerad ruuford'(oeullur)'..zrseuopu1 uYeqesnEuadey ue8ueqruetue;..

's9-I€ 'u{q't96I 'Iqac'9loA ',{lrsre^run IEuorl€N uqler}snv : ?rJequ?J 'selpBs cltuouocau€rsauopul Jo ulle[ng luqsp lp ..e3uuq3 cluIou@3 ut ,{pn15

ose) V :erseuopul Jo l?l3g or?) er{1 Suotuy i(1prt1cv Jlruouoog..

I L6l'y'1'reladunqc5

N L6Tolrseos 'rpEpr?S

L96lunqurEturs r$?l\l uep 'H'c 'fuued

I96I'H"I'srarrulEd

L96I'n'ueors?N

796r'H'i|\ 'a,4\ItSIBIAI

996rrep UBA't!'[ 'ro '.]aor)

L96Ilur8uruerefluaoy

I L6I'd'rql)

I95I'c'3 'sul.$EH

€96I'J 'ztl3a,

€96 I'l .ri:-:Tg

i.6\EI 'ol,i 3u?uyi r{aut-

lrenurf SI u1re1e1 .oduro; tu?l?p rp 'qg

.|-(

utotSord' (oeulltu)'"!seuopul uezqesnBuada

'ssa:4 flts:e,uu61 al?I :ua^"H meStr'tuntsodturoqD7 puo dr4stnauatdatlug,'le.le surlselalou eql :,{rlsnpu1 IpEg eqJ,. 'surIAr"H .C :

'Sl 'tulq'Cq6l 'ssJrd o8errq3;o.{1rs:a^lu1 .o

JtutouoJg pun a?un43 Totcog ,saJuud

'CL6l ,ilnt '

'oN 'I 'lo1 '[ltayon( uotsat

;o 8uun1:np eql uo saloN auos.. 'ouose.ss .:8ur{ ,.nqeg-rty.. uuSueEep:ad urr}srs uep rslrp rpl?prus pnslururp 3uu,{ rpedas ur?l uEspuDrntnJtotad untSot4'(oatullu) ..eIsauopolrsaos qBlBslllad rur reua8ue6l pseqraq 3ueuntunluSuad u,{u8uc.rn1 Du)JeI untupN .E.iuu

'uclcdtuesal ursule DueJul q?lue 'lusJaruoI j

uep 8uu:o 1e.{ueq relnru leduel Sueruau

' qVZ-SVZ .rulr.l : /96 I

.ssaj(

'(Pg) ln:8utuu.ruIuaoy [uulep'..p^Df IclluaJqtles{ued 'to8npns SuoM uep t,io,fitdlnqas.tel 1u>1e:u.{seu uesrdel unuas eped teCr-uDnluele{ ue8uep lensas e,{uqnuedas eurr'un8unqn 8ilo,n u€8uolo3 uup ,ruu1s1 erue8eeueSu uelueleluau 3ue,{ Eue;o-3ue:o ne:

eruu8u ruulep uelnue8uad ue{Juscplaq tele.ju1:u1e,{3o1 tp uo}ela{ l€qulel uemesSueq uu:ud ueledn:au tnSopns Suou .€lorl

te,ne8ed erud qulepe fiotud 'eserq 1ef,1er u

'eturJ-ll"I Eu?Euped rp€i

Inlun €qoJuaru Euu,{ neqe1Eueur141 Euz:o 1e.

IUUd ueleluoreqtued s,{usn1alew }?qt{" ret?

8ue,{ E,{uur"[ pl€slrd BlrEq ne]" e{esnd qe.qqedn edn:aq Euu,{ 'Frpues efuetra:1 lrs?q tn1tBU"q rnl"laru edupelsr leuu rEeq uetruo

'ssard ^llsre^ -run slu^ : ue^eH

^leN 'unlsodrrldS y :luaudole^eq Jlurouoca uBls

-auoput ul slllls roqrl pus dtqsrnauarderlua '1? te '.sul{/t\?H 'o'grurqBp rp '..e^?f uI ,(ltunuuro3 sseulqJ ? ur ernlcqnueN {1189..

.1961

'uBruBsud lrgreuod n3 : elrr>1ulg 'n?q?{tuuu!w lBpv qqsstBc ros?c

'JusssIen'(oetuttu) ..u3,/$eq-esp rs8un,l 3ue1ue1 Iolod ed?roqeg '€qesn uepug 3u?33unl l€rn,.

'pl'I nreg ese;41 :?unpuug'll lrod 'plrol{ urePon eql u! Blseuopul

'sser.1 Ilrsranrun lleuroJ :BJurllI 'elseuopul ur sdelrn '(pI) lBrBuIu-ernfluao) urqeplp'..?^?f l?Jlue) qlnos ur a8ellrn y :r?d?lo[I..

'sserd aer.':l eql {ro^ /(aN 'lueudola^o( rliuouotg puu dlqs

rnoucrderlug '(pA),(qUX retsd ru?luprp'..durn1eg3ag e qJ SutlunH.(

'sser6 Ilrsreirrun ele^ : uo^-BH AraN srunlsodrur(5 y :luerudololeq rlutouoJg u?rsauopul ulqll{s roq?'I pus dlqsneuerderlu3 '1e 1e surlmuH 'cl'a urslsplp

.,lneuarde:1ug eseuu^€f eq] Jo alou eql :frlsnpul {l1pg eql..

'sse.r4 o8uotq3;o ,4ltsrentuq : ofuctq3 'su/trol ustseuopq o,nl u!

uouDzlurePoll JiluouoJa puu eEu?tlJ l8lros 'satulrd Pue srelppod

'sloog r{trsje^run ucl^eurpuBcs : ueSreg'fumrop uequoN ur eiuuq3 l?tcos uI rnouerderlufl Jo eloU orf,L

's€ + sI + II-9 'ulq (..otut1 I{€) ls u?p 8u?ped Is.(

Page 13: dari Batal - Universitas Indonesia

I

dalam Peter Kilby (Ed), Entrepreneurship and Economic Develop _ment, New york : The Free presg

Swasono, S.E.1973 "some Notes on the Nurturing of the Indonesian Entrepreneur,,, di_dalam The Indonesian euarterly, Vol. I No. 4,Itiry 1973.

DAFTAR BIBLIOGRAFI ANTROPOLOGI PADA YAPERNA

1. KOENTJARANINCRAT

Keseragaman dan -aneka warna masyaralat lrian Bamt. Djakarta, Lembaga irmuPengetahuan Indonesia, 1970.

v, 135 hal, bibl, gamb', peta' photo, tab.,24 cm. (seri Monografi Lembaga ResearchKebudayaan Nasional LIPI No. l/4).2. LAMSTER, J.C.

Nieu Guinee. Den Haag, Koloniaal Instituut, t.th.69 hal, gamb,, l4 cm,

3. BOLSCHE, van W.van Bacil tot Aapmensch; bewerk voor Nederrand onder toezich van Dr. B.c.Gouldsmit. Zutphen, Thieme, t.th.ii, 341 hal., 22 cm.

4. BROEK, A.J.p. van denDe Dageraad der Mensheid. Utrecht, Oosthoek, 1950.vi, 219 ha[, bibl., ind., tab., 25 cm.

5. GEHLEN, ArnoldDer Mensch; seine natuur und seine stellung in der welt. Bonn, Athenaum, 1955.444 haL, ind., 24 cm.

6. GOURY, GeorgesOrigine et Evolution de I'homme. paris, picard, 194g.. . . . jil, gamb., ind;, 20 cm.

7. SALZMANN, ZdenekAnthropology. New york, Harmurt, Brace & World, 1969,xi, 308 hal, bibl., ind., photo, tab., 24 cm.

8. SALLER, KarlArt und Rassenlehre des Menshen. Stuttgart, Schwab, 1949.186 hal, bibl., iltus., ind., l9 cm.

9. SNELL, Christian Alfred Raoul DiederikMenschelijke skeletresten (z-Banjoewangi); tevens een veigelijkend onderzoek van Java en Biakers.Soerabaja, Kolfl 1938.viii, 135 hal, bibl, illus.,24 cm.

88

uit de duin formatie van Java's zuidkust bii poeger