dampak sosiologis yang terjadi akibat korban …digilib.unila.ac.id/56222/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
DAMPAK SOSIOLOGIS YANG TERJADI AKIBAT KORBAN
PERUNDUNGAN (BULLYING )
(Studi di SMPN 13 Bandar Lampung)
SKRIPSI
OLEH
MAHARDIKA ARIF WICAKSANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE SOCIOLOGICAL IMPACTS THAT HAPPEN BULLYING VICTIMS
BY
MAHARDIKA ARIF WICAKSANA
This study aims to analyze in more depth the SOSIOLOGICAL Impact that
Occurred as a Result of Bullying at Bandar Lampung Junior High School 13
schools. The research method used is a qualitative method using case studies
while the data collection techniques are used through in-depth interviews (Indepth
Interview), observation, and literature.
Keywords: Sociological Impacts That Happen Due to Bullying
ABSTRAK
DAMPAK SOSIOLOGIS YANG TERJADI AKIBAT KORBAN
PERUNDUNGAN (BULLYING)
OLEH
MAHARDIKA ARIF WICAKSANA
Penelitian ini bertujuan menganalisis secara lebih mendalam tentang Dampak
SOSIOLOGIS Yang Terjadi Akibat Korban Perundungan (Bullying) di sekolah
SMPN 13 Bandar Lampung. Metode penelitian yng digunakan adalah metode
kualitatif dengan menggunakan studi kasus sedangkan teknik pengumpulan data
digunakan melalui wawancara mendalam (Indepth Interview), observasi, dan studi
pustaka.
Kata Kunci : Dampak Sosiologis Yang Terjadi Akibat Perundungan (bullying)
DAMPAK SOSIOLOGIS YANG TERJADI AKIBAT KORBAN
PERUNDUNGAN (BULLYING)
(Studi di SMPN 13 Bandar Lampung)
Oleh
Mahardika Arif Wicaksana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
Judul Skripsi : DAMPAK SOSIOLOGIS YANG TERJADI
AKIBAT KORBAN PERUNDUNGAN
(BULLYING) (Studi di SMPN 13 Bandar
Lampung)
Nama Mahasiswa : Mahardika Arif Wicaksana
Nomor Pokok Mahasiswa : 1116011048
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI
1 Komisi Pembimbing
Dra. Anita Damayantie, M.H
NIP. 19690304 199403 2 002
2 Ketuan Jurusan Sosiologi
Drs. Ikram, M.Si.
NIP . 19610602 198902 1 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Anita Damayantie, M.H. ......................
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Pairulsyah,,M.H ......................
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Syarief Makhya
NIP. 19590803 198603 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 12 November 2018
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bawa :
1. Karya tulis saya, Skripsi adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (Magister/ Sarjana/ Ahli Madya), baik di
Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya Tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbung dan penguji
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapa karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipuilshkan orang lain, kcuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhmya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
gelar yang di peroleh karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yanf berlaku di Universitas Lampung.
BandarLampung, 28 Desember 2018
Yang membuat pernyataan,
Mahardika Arif Wicaksana
NPM. 1116011048
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 17 agustus
1993, dengan nama Mahardika Arif Wicaksana dari
pasangan bahagia Papa Sukirno, SH dan Mama Maryati.
Penulis buah cinta ke dua dari dua bersaudara.
Riwayat Pendidikan formal yang pernah di tempuh penulis yaitu:
1. TK ABA Bandar jaya, di selesaikan pada tahun 1999
2. SDN 3 Bandar Jaya, diselesaikan pada tahun 2005
3. SMPN 3 Terbanggi Besar, diselesaikan pada tahun 2008
4. SMA Perintis II Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2011
Selanjutnya pada tahun 2011 diterima di Universitas Lampung melalui
jalur Mandiri. Di jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
politik angkatan 2011. Pada bulan Januari tahun 2014 penulis
mengikuti KKN di desa Kesuma Jaya kecamatan Bekri, Kabupaten
Lampung Tengah.
MOTTO
Berbuat baiklah terhadap orang lain,
walaupun mereka tidak memperlkukanmu
dengan baik. Tapi selalu ada balasan atas
setiap perbuatan kita
Memulailah Dengan Melakukan Apa Yang
Penting, Kemudian Apa Yang Mungkin Dan
Tanpa Terasa Anda Telah Melakukan
Sesuatu Hal Yang Tidak Mungkin
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur keada Allah SWT atas rahmat serta karunia dan kasih sayang nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini yang akan saya persembahkan
kepada :
Kedua orang tua saya, mama dan papa saya yang telah mendukung dan
menerima segala kelebihan dan kekurangan saya dalam menempuh
pendidikan ini. Terimakasih atas kasih dan sayangnya dan atas segala doa
dan dukungan secara materil dan nonmaterial.
Kepada Renita, terimakasih telah mendukung,sudah menemani dan sangat
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga semua terasa
mudah, terimakasih banyak atas bantuan dan dukungannya serta
pengertian yang tiada hentinya saat penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Kakak-ku terimakasih sudah sangat menghawatirkan tugas akhirku dan
terimakasih atas nasehat dan amarah yang di curahkan setiap menanyakan
tugas ahirku
Almamaterku tercinta, Univeritas Lampung. Terimakasih atas kesempatan
yang telah diberikan kepada saya untuk menuntut ilmu dijenjang sarjana
ini, semoga almamater Universitas Lampung semakin tumbuh dan
berkembang menjadi Universitas kebanggan Indonesia
SANWACANA
Assalamu‟ alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil‟alamin, Puji syukur penulis panjatkan keHadirat Allah
SWT yang mana dengan ranpa henti melimpahkan nikmat dan karunia kepada
makhluk-nya. dengan nikmat yang terkadang penulis sendiri tidak menyadarinya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Dampak
Psikologi Yang Terjadi Akibat Korban Perundungan (bullying)” yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Dalam penulisan ini
banyak pihak yang telah member banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak untuk menyeleaikan skripsi ini. Atas segala bantuan
yang diterima dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Syarif Makhaya,M.si selaku dekan fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku ketua jurusan sosiologi terimakasih
banyak atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama penulis
menjalani proses perkuliahan
3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M H, selaku dosen pembimbing akademik.
Selalu Mendukung ,membantu, dan sabar memberikan masukan sehingga
skripsi ini selesai. Dan Terimakasih atas bimbingan nya selama penulis
menjadi mahasiswa.
4. Bapak Drs.Pairul Syah, M.H selaku dosen pembahas. Terimakasih atas
bimbingannya selama melakukann penuliasan dan penyempurnaan skripsi
ini.
5. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen sosiologi yang telah
banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Pak
Fahmi Pak Syani, Pak Warno, Pak Damar, Pak Ikram, Pak Sindung, Pak
Ben, Pak Gede, Pak Hartoyo, Pak bintang, Bung Pay, Pak Fuad, Pak Sus,
Ibu Anita, Ibu Vivit, Ibu Yuni, Ibu Dewi, Ibu Erna terimakasih banyak
untuk setiap pengetahuan dan motivasi yang diberikan yang penulis
peroleh setiap harinya selama masa perkulihan.
6. Sahabat-sahabat perjuangan angkatan 2011, Sartika, Denny, Nova, Anas,
Yoga,alfi, desi relga, dina, anisa, cindy, widya, agung, windu, andre, dapit,
elvita, monika, siska, moran, fahri, aris, arif, tomi, agus, angga, hafis,
gede, rama, faksi, anton, imam, yudi, samid, hengki, nanda, meiga, riski,
citra, yosi, eri, dan Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah selalu,
Amiin
7. Seluruh staf administrasi FISIP UNILA telah membekli ilmu pengetahuan
semasa kuliah
8. Para Informan atas bantuan dan data yang diberikan untuk skripsi ini
9. Teman-Teman selaku moderator dan pembahas 1 dan 2
Semoga bantuan, bimbingan, motivasi, serta persahabatan mendapat imbalan
dari Allah Yang Penuh Kasih. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya
Bandar Lampung, 28 Desember 2018
Penulis
Mahardika Arif Wicaksana
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perundungan .................................................................... 8
B. Dampak Dari Korban Perundungan .................................................... 11
1. Dampak Bagi Korban ................................................................... 11
2. Dampak Bagi Pelaku .................................................................... 14
3. Dampak Bagi Siswa Lain yang Menyaksikan Perundungan …… 16
4. Penyebab Pelaku Perundungan ..................................................... 18
5. Tanggapan Saksi Perundungan ..................................................... 23
6. Upaya mengatasi perundungan ..................................................... 23
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ................................................................................... 30
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 32
C. Lokasi Penelitian ................................................................................ 33
D. Jenis Data ........................................................................................... 33
E. Teknik Penentuan Informan ............................................................... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 36
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 13 Bandar Lampung ......... .. 40
B. Pengembangan SMP Negri 13 B. Lampung ...................................... 41
C. Visi,Misi, dan Strategi sekolah ........................................................... 42
D. Mekanisme penanganan masalah ….................................................... 43
E. Aneka Data Sekolah ............................................................................ 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 54
B. Karakter Informan .............................................................................. 54
1. Informan A ...................................... ............................................. 54
2. Informan B .................... ............................................................... 55
3. Informan C ........................ ........................................................... 57
4. Informan D ..................................................... .............................. 57
5. Informan E ................................. .................................................. 57
C. Reaksi Informan ................................................................................. 58
D. Sifat penyebab perundungan ..................................... ......................... 68
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Kondisi Guru Tetap ................................................................................... 47
2. Kondisi Guru Tidak Tetap ........................................................................ 47
3. Kondisi Tata Usaha ................................................................................... 48
4. Kondisi Perpustakaan ................................................................................ 49
5. Kondisi Laboratorium......................................... ...................................... 50
6. Siswa-siswi Kelas VII............................................. .................................. 51
7. Siswa-siswi Kelas VIII.............................. ............................................... 51
8. Siswa-siswi Kelas IX.................................................................................. 52
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa kontemporer sering memuat permasalahan sosial dimana
anak menjadi korban permasalahan sosial tersebut misalnya bullying
(perundungan) tersebut sejatinya, bully adalah kata yang berasal dari
bahasa Inggris. Mungkin saat ini beberapa orang tidak begitu mengerti apa
terjemahan kata bully dalam Bahasa Indonesia. Tak dapat dipungkiri
bahwa kata ini begitu populer dalam masyarakat Indonesia. Merujuk pada
Kamus Bahasa Indonesia ke Inggris, arti kata bully dalam bahasa
Indonesia adalah perundungan.
Perundungan artinya suatu perlakuan yang mengganggu, mengusik terus-
menerus dan juga menyusahkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) yaitu, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain.
Jadi menurut definisi di atas (Bullying) dapat disamakan dengan
perundungan dan kekerasan Perundungan (Bullying) sudah lama terjadi
tetapi permasalahan ini tetap saja menjadi topik yang masih hangat
diperbincangkan dan belum menemukan titik terang. Keberadaan
perundungan (Bullying) seakan akan di pandang sebelah mata, sehingga
2
mungkin baru sedikit yang menyadari bahaya dari keberadaan
perundungan (Bullying) tersebut. Padahal bahaya dari perundungan
(Bullying) dapat sampai mengakibatkan kehilangan nyawa. Kini saatnya di
butuhkan penyadaran terhadap berbagai pihak untuk mengatasi masalah
perundungan (Bullying).
Perundungan (Bullying) seakan sudah menjadi tradisi yang rutin terjadi
sehingga menimbulkan pola diantara orang-orang. Perundungan (Bullying)
dapat dikatakan sebagai hal yang sangat wajar. Setiap masalah pasti selalu
ada penyebab yang melatarbelakangi. Perundungan (Bullying) bukan saja
bisa terjadi karena tradisi yang dilestarikan, tetapi juga bisa terjadi karena
ketidaksadaran seorang pelaku, korban dan saksi yang berujung terhadap
tindakan bullying. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja
memiliki kematangan emosi,sosial, fisik, pisikis dan hubungan sosial.
Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati
dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan
melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan
permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan
remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam
keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi
dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis
remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri.
Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat
atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya. Mulai lingkungan keluarga,
3
sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang
baru diketahuinya diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan
kepribadian masing-masing.
Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk
kepribadian seorang remaja. Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi
untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan
mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam
lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan
optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang
memadai.
Dalam pembentukan kepribadian seorang remaja, akan selalu ada beberapa
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor risiko dan faktor protektif. Faktor
resiko ini dapat bersifat individual, konstekstual (pengaruh lingkungan),
atau yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya.
Faktor resiko yang disertai dengan kerentanan psikososial
dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan
emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja. Sedangkan faktor
protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak
semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mengalami masalah
perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu. Rutter (1985)
menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi,
merubah, atau menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat
4
menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya.
Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil
akhir berupa terjadi tidaknya masalah perilaku atau emosi, atau gangguan
mental kemudian hari.
Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah di
kalangan remaja, misalnya Perundungan (Bullying) yang sekarang kembali
mencuat di media. Kekerasan di sekolah ibarat fenomena gunung es yang
nampak ke permukaan hanya bagian kecilnya saja. Akan terus berulang,
jika tidak ditangani secara tepat dan berkesinambungan dari akar
persoalannya. Budaya Perundungan (Bullying) atas nama senioritas masih
terus terjadi di kalangan peserta didik.
Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini
secara serius. Perundungan (Bullying) adalah suatu bentuk kekerasan anak
(child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang
lebih „rendah‟ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau
kepuasan tertentu. Biasanya Perundungan (Bullying) terjadi berulang kali.
Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis. Sedangkan anak yang
menjadi pelaku perundungan (Bullying) cenderung memiliki permasalahan
dengan keluarganya, misalnya orang tua yang sering menghukum anaknya
dengan cara berlebihan dan anak tersebut akan mempelajari dan meniru
prilaku Bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang
tua mereka, kemudian menirukannya kepada teman-temannya. Tindakan
kekerasan perundungan (Bullying) yang dialami anak-anak adalah
perlakuan yang berdampak jangka panjang dan menjadi mimpi buruk yang
5
tidak pernah hilang dari ingatan anak yang menjadi korban perundungan
(Bullying) menurut Pinky Saptandari dalam buku Bagong Suyanto,
dampak yang dialami anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasan
biasanya kurang motivasi atau harga diri, menglami problem kesehatan
mental, mimpi buruk, memiliki rasa ketakutan yang tinggi. Memiliki rasa
kurang percaya terhadap orang lain, dan takut terancam pada sesuatu hal..
tidak jarang membikin depresi dan berujung kematian atau penganiayan
pada korban ataupun saksi mata kasus perundungan (bullying) yang marak
terjadi di sebagian sekolah, daerah, dan lingkungan sekitar kita.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana reaksi korban perundungan (Bullying) saat sedang di bully
oleh teman-temannya?
2. Apa bentuk kasus perundungan (Bullying) di sekolah?
3. Bagaimana dampak perundungan terhadap kondisi sosiologis korban?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan
dari penelitian sebagai berikut :
a. Untuk menganalisasi Reaksi Korban Perundungan (bullying) dan
pelaku perundungan di sekolah SMP Negri 13 Bandar Lampung
6
b. Dampak apa saja yang terjadi dari kejadian perundungan (bullying)
c. Untuk menggambarkan bentuk-bentuk dari perundungan (bullying)
yang dilakukan di SMPN 13 Bandar Lampung
D. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis adalah untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan di dalam perkembangan studi ilmu
kesejateraan social (IKS) khususnya terkait dampak perundungan
(bullying) yang sangat mudah sekali terjadi seperti disaat anak-anak
mulai beranjak dewasa dan menentukan jati diri dan akan mengganggu
perkembangan terhadap kondisi psikososial anak yang mungkin jarang
kita sadari. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan terhadap
penelitian skripsi lain yang akan datang khususnya untuk yang akan
mengangkat tentang perundungan (Bullying) di lingkungan sekolah
menengah pertama maupun atas, atau dalam lingkungan perkuliahan
b. Secara praktis adalah penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi korban
dan pelaku perundungan (bullying) untuk tetap melakukan aktifitas
normal tidak melakukan perundungan (bullying) atau kekerasan
lainnya yang berdampak sangat besar bagi korban perundungan
(bullying) yang dan membuka lagi kepercayaan diri korban
perundungan (bullying) dalam menghadapi temannya, bergaul dan
melanjutkan aktifitas sehari-hari agar tidak ada lagi korban dalam
kasus perundungan (bullying) serta membangun lagi kepercayaan diri
7
korban atas apa yang pernah dia alami, dan menghilangkan rasa
ketakutan terhadap hubungan sosial terhadap teman nya yang lain.dan
menghilangkan dampak dan kesan negative terhadap korban, serta
member effect jera terhadap tindakan pelaku perundungan (bullying)
dimana pun lingkungannya, untuk meningkatkan lagi rasa solidaritas
dan kekeluargaan yang terbangun dari rumah atau lingkungan sekolah.
Dan menghentikan khasus perundungan (bullying) yang marak terjadi
di sekolah-sekolah, seperti di SMPN 13 Bandar Lampung.
c. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi penggerak bagi warga SMP
Negri 13 Bandar Lampung , untuk lebih memperhatikan kasus-kasus
perundungan di sekolah.
d. Karya ilmiah penelitian ini diharapkan bisa membangun fikirn serta
membantu penulis lain untuk menggali khasus perundungan lebih
dalam.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengrtian Perundungan (Bullying)
Perundungan (Bullying) adalah pengguna kekerasan, ancaman, atau
paksaan untuk menyalah gunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku
ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan
kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan
atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang
kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, seksualitas,
atau kemampuan.
Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik,
verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja
selagi terjadi interaksi perorangan, dari mulai di sekolah, tempat kerja,
rumah tangga, dan lingkungan. Perundungan (Bullying) merupakan
sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying berasal dari kata bully
yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.
Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai
masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah
perundungan, penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan,
pengucilan, atau intimidasi.
9
Perundungan (Bullying) adalah bentuk tindakan atau perilaku,agresif
seperti mengganggu, menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara
sadar,sengaja dengan cara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok
orang. Perundungan (Bullying) dapat terjadi di mana saja, tidak memilih
umur atau jenis kelamin korban.
Korban Perundungan (Bullying) pada umumnya adalah anak yang lemah,
pemalu, pendiam dan special (cacat, tertutup, cantik atau punya ciri-ciri
tubuh yang tertentu) yang dapat menjadi bahan ejekan. Barbara Coloroso
(2003:44). “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara
sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti
melalui ancaman agresi dan menimbulkan terror. Termasuk juga tindakan
yang direncanakan maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir tidak
terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk
diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh
seorang anak atau kelompok anak. Banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya mengenai Perundungan (Bullying).
Seperti pendapat dari Olweus (1993) dalam pikiran rakyat, 5 Juli 2007:
“Bullying can consist of any action that is used to hurt another child
repeatedly and without cause”. Bullying merupakan perilaku yang
ditujukan untuk melukai siswa lain secara terus-menerus dan tanpa sebab.
Sedangkan menurut Rigby (2005; dalam Anesty, 2009) merumuskan
bahwa “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini
dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang
10
lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan
dengan perasaan senang (Retno Astuti, 2008: 3) Riauskina, Djuwita, dan
Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif
kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain
yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Beberapa ahli
meragukan pengertian-pengertian di atas bahwa Perundungan (Bullying)
hanya sekedar keinginan untuk menyakiti orang lain, mereka memandang
bahwa “keinginan untuk menyakiti seseorang” dan “benar-benar menyakiti
seseorang” merupakan dua hal yang jelas berbeda.
Oleh karena itu beberapa ahli psikologi menambahkan bahwa bullying
merupakan sesuatu yang dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh
pelakunya, keinginan untuk menyakiti orang lain dalam bullying selalu
diikuti oleh tindakan negatif. Dari berbagai definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Perundungan (Bullying) merupakan serangan berulang
secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam
posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan
atau kepuasan mereka sendiri.
Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah laku
yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata, ataupun kombinasi
dari ketiganya.Hal itu bisa dilakukan oleh kelompok atau individu. Pelaku
mengambil keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang.
Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban diganggu atau
diasingkan dan dapat merugikan korban.
11
Pengertian Perundungan (Bullying) yang lain yaitu, Bullying adalah aktivitas
yang dilakukan dengan tujuan memojokan orang lain dengan nada
merendahkan, mengolok-olok hingga kekerasan fisik. Biasanya bullying
terjadi bukan karena marah atau konflik yang tak terselesaikan, akan tetapi
lebih merujuk pada rasa superioritas atau dengan kata lain untuk
menunjukan bahwa pelaku bully yang paling kuat dam punya hak untuk
merendahkan, menghina atau bertindak semena-mena pada orang lain.
B. Dampak Dari Korban Perundungan (bullying)
Bullying memiliki berbagai dampak negatif yang dapat dirasakan
oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik pelaku, korban,
ataupun orang-orang yang menyaksikan tindakan Perundungan
(Bullying).
1. Dampak bagi korban
1. Memiliki rasa cemas
2. Susah untuk bergaul
3. Merasa rendah diri
4. Memiliki rasa dendam
5. Takut berteman dengan siapapun
6. Tidak percaya orang lain
Para korban bullying umumnya bukanlah pemberani, memiliki
rasa cemas, dan rendah diri, yang menjadikan mereka sebagai
12
korban tindak kekerasan. Akibat mendapat perlakuan ini,
korban pun memiliki rasa dendam,untuk suatu ketika akan
mebalasnya terhadap individu lain. Sehingga bukan tak
mungkin korban bullying akan menjadi pelaku bullying pada
anak lain yang ia pandang lebih lemah sesuai dengan
tujuannya, yaitu guna mendapat kepuasan dengan cara
membalas dendam.
Ada proses belajar yang sudah ia jalani, dan ada dendam yang
tak terselesaikan. siswa korban Perundungan (Bullying) akan
mengalami permasalahan kesulitan dalam membina hubungan
interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah.
Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran
dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa
menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami
“bullying” di sekolah
Beberapa hasil studi yang dilakukan seperti :
National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders cemas (2003; dalam Anesty, 2009)
menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja
merasa dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi
belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk
13
menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam
jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-
esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial,
memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan
remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa
tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying
dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan
bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited
suicide).
Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika
bullying menimpa korban secara berulang-ulang.
Konsekuensi Perundungan (Bullying) bagi para korban,
yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah
terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying,
terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang
dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya.
Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi
akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul
dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol
hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke
dalam pengasingan. Terkait dengan konsekuensi
bullying.
14
Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational
Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009)
menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi
terhadap rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya
prestasi akademik siswa, rendahnya self-esteem,
tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan
kejahatan orang dewasa. Dampak negatif bullying juga
tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan
kemampuan analisis siswa. Berbagai penelitian juga
menunjukkan hubungan antara bullying dengan
meningkatnya depresi dan agresi.
2. Dampak bagi pelaku
Dampak bagi pelaku perundungan (bullying) sendiri :
1. Akan memiliki watak keras
2. Merasa memiliki kekuasaan
3. Memiliki rasa ego yang tinggi
4. Membanggakan kekuatan
5. Merasa mudah meremehkan orang lain
6. Tidak mau mendengarkan pendapat orang lain
7. Mudah bersikap tidak sopan
8. Tidak menghargai teman
Dampak bagi pelaku Perundungan (Bullying) biasanya mereka
merasa memiliki kekuasaan dan memiliki rasa kepercayaan
15
diri yang tinggi, dan merasa paling kuat. Di khawatirkan bisa
terus-menerus dilakukannya di lingkungan sekolah.
Ada beberapa pendapat dari ahli psikologi seperti :
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National Youth
Violence Prevention mengemukakan bahwa pada
umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya diri
yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula,
cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro
terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras,
mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah
terhadap frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan
kurang berempati terhadap targetnya.
Coloroso (2006:72) mengungkapkan bahwa siswa akan
terperangkap dalam peran pelaku Perundungan
(Bullying), tidak dapat mengembangkan hubungan
yang sehat, kurang cakap untuk memandang dari
perspektif lain, tidak memiliki empati, serta
menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga
dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa
yang akan datang. Dengan melakukan Perundungan
(Bullying), pelaku akan beranggapan bahwa mereka
memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan
terus-menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini
16
dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa
kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
3. Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan perundungan
(bullying)
1. Merasa cemas
2. Merasa tidak perduli terhadap korban
3. Sering menyendri
4. Mendekati pelaku untuk ikut-ikutan membully
5. Takut suatu saat menjadi korban
6. Memiliki trauma
Jika perundungan (bullying) dibiarkan tanpa tindak lanjut,
maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi
bahwa perundungan (bullying) adalah perilaku yang diterima
secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan
bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran
berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam
saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka
merasa tidak perlu menghentikannya. Selain dampak-dampak
perundungan (bullying) yang telah dipaparkan di atas,
penelitian-penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun
luar negeri menunjukkan bahwa perundungan (bullying)
mengakibatkan dampak-dampak negatif sebagai berikut:
17
Gangguan sosiologis, misalnya rasa cemas berlebihan,
kesepian. Konsep diri sosial korban perundungan
(bullying) menjadi lebih negatif karena korban merasa
tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya
juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus
dalam membina pertemanan, yaitu di jauhi oleh teman
dekatnya sendiri.
Korban perundungan (bullying) merasakan stress,
depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar
sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada
yang menyilet-nyilet tangannya
Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah
Keinginan untuk bunuh diri
Kesulitan konsentrasi; rasa takut berkepanjangan dan
depresi
Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis
Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku
itu sampai dewasa, akan berpengaruh negatif pada
kemampuan mereka untuk membangun dan
memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Berdasarkan paparan di atas, dapat kita lihat bahwa
bullying memiliki dampak yang luas terhadap semua
orang yang terlibat di dalamnya, baik secara langsung
18
maupun tidak langsung, dalam jangka pendek dan
dalam jangka panjang
Tidak mudah bersosialisasi
Tidak tanggap terhadap orang lain
Selalu memiliki rasa ketakutan terhadap interaksi
dengan orang lain
4. Penyebab Pelaku Perundungan (bullying)
Yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku
dianggap tidak sopan, dan menjadi tradisi di SMP Negri 13
Bandar Lampung. Menurut psikolog Seto Mulyadi,
Perundungan (Bullying) disebabkan karena menurutnya, saat
ini remaja di Indonesia penuh dengan tekanan. Terutama yang
datang dari sekolah akibat kurikulum yang padat dan teknik
pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit Perundungan
(Bullying) dapat terjadi dimana saja, di perkotaan, pedesaan,
sekolah negeri, sekolah swasta, di waktu sekolah maupun di
luar waktu sekolah. Bullying terjadi karena interaksi dari
berbagai faktor yang dapat berasal dari pelaku, korban, dan
lingkungan dimana bullying tersebut terjadi.
Pada umumnya, anak-anak korban bullying memiliki salah
satu atau beberapa faktor resiko berikut: Dianggap “berbeda”,
misalnya memiliki ciri fisik tertentu yang mencolok seperti
lebih kurus, gemuk, tinggi, atau pendek dibandingkan dengan
19
yang lain, berbeda dalam status ekonomi, memiliki hobi yang
tidak lazim, atau menjadi siswa/siswi baru.
Dianggap lemah atau tidak dapat membela dirinya
Memiliki rasa percaya diri yang rendah
Kurang popular diantara teman-temannya
Sedangkan untuk pelaku Perundungan (Bullying), Ada
beberapa karakteristik anak yang memiliki
kecenderungan lebih besar untuk menjadi pelaku
Perundungan (Bullying), yaitu mereka yang:
Peduli dengan popularitas, memiliki banyak teman, dan
senang menjadi pemimpin diantara teman-temannya.
Mereka dapat berasal dari keluarga yang berkecukupan,
memiliki rasa percaya diri tinggi, dan memiliki prestasi
bagus di sekolah. Biasanya mereka melakukan bullying
untuk meningkatkan status dan popularitas di antara
teman-teman mereka.
Pernah menjadi korban bullying. Mereka juga mungkin
mengalami kesulitan diterima dalam pergaulan,
kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah, mudah
terbawa emosi, merasa kesepian dan mengalami
depresi.
20
Memiliki rasa percaya diri yang rendah, atau mudah
dipengaruhi oleh teman-temannya. Mereka dapat
menjadi pelaku bullying karena
mengikuti perilaku teman-teman mereka yang
melakukan bullying, baik secara sadar maupun tidak
sadar.
Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio,
(2005) alasan seseorang melakukan bullying adalah
karena korban mempunyai persepsi bahwa pelaku
melakukan bullying karena tradisi, balas dendam
karena dia dulu diperlakukan sama (menurut korban
laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena
korban tidak berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban
laki-laki ), dan iri hati (menurut korban perempuan).
Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri
menjadi korban bullying karena penampilan bagi
remaja untuk :
menyalurkan bakat nonakademisnya
Penyalurannya dengan kejahilan-kejahilan dan
menyiksa.
Budaya feodalisme yang masih kental di
masyarakat juga dapat menjadi salah satu
penyebab bullying sebagai wujudnya adalah
21
timbul budaya senioritas, yang bawah harus
nurut sama yang atas.
Perilaku Perundungan (Bullying) pada anak,
bisa dikarenakan:
Teori Instink Mc Dougall
Menurut Mc Dougall dalam diri setiap
orang terdapat instink untuk menyerang
dan berkelahi. Dorongan dari naluri ini
yaitu rasa marah karena suatu hal
terutama karena merasa terancam atau
kebutuhannya tidak terpenuhi. Jadi ia
melakukan bullying untuk melepaskan
emosi yang ia pendam.
Teori Belajar Sosial (Social Learning)
Teori belajar sosial yang dicetuskan oleh
Bandura menekankan bahwa kondisi
lingkungan dapat memberikan dan
memelihara respon-respon kekerasan
pada diri seseorang. Asumsi dasar dari
teori ini yaitu sebagian besar tingkah
laku individu diperoleh dari hasil belajar
melalui pengamatan yang dilakukan
anak atas tingkah laku yang ditampilkan
22
oleh individu–individu lain yang
menjadi model, yang biasanya adalah
orang terdekat di lingkungannya seperti
orang tua. Anak–anak yang melihat
model orang dewasa melakukan
kekerasan secara kosisten ia akan
memiliki kecenderungan berperilaku
kekerasan.
Pengaruh media
Tayangan televisi yang bebas di
Indonesia, dari film kartun hiburan
anak-anak, adegan di sinetron, berita
kekerasan di daerah lain yang dapat
dilihat secara bebas oleh anak-anak
dapat memberikan mereka contoh
perilaku kekrasan yang akan ia
praktekkan di sekolah. Atau bila ia
melihat hal itu secara terus menerus
maka keempatiannya terhadap perilaku
kekerasan itu makin memudar, ia akan
menganggap kekerasan itu adalah hal
yang wajar, karna tayangan televisi di
Indonesia sengat tidak mendidik untuk
23
anak. Banyak adegan kekerasan, berbau
rasis, pembulian dan sebagainya yang
sangat mudah di tonton oleh anak-anak,
anak-anak pun bisa mencontohkannya di
kehidupan nyata dengan mudah.
5. Tanggapan Saksi Perundungan (bullying)
Di luar korban, ternyata mereka yang tidak terlibat secara
langsung dan hanya menjadi saksi dari praktek perundungan
(bullying) juga dapat berpotensi ikut merasakan dampaknya.
Sebagai pengamat, mereka dapat mengalami kekhawatiran
bahwa mereka akan ikut menjadi korban.
Di satu sisi, mereka tidak ingin ikut-ikutan menjadi pelaku,
dan di sisi lain, mereka berusaha menghindari kemungkinan
menjadi korban, sehingga seringkali menjadi bingung
menempatkan diri di tengah-tengah praktek bullying yang
mereka saksikan secara berulang-ulang.
Kondisi ini membuat para saksi perundungan (bullying)
menjadi berpotensi mengalami dampak negatif secara tidak
langsung, misalnya mereka dapat menjadi mudah cemas,
cenderung murung, kurang percaya diri, dan lebih menarik diri
dari pergaulan.
6. Upaya mengatasi perundungan (Bullying)
24
Dalam rangka mencegah bullying, banyak pihak telah
menjalankan program dan kampanye anti bullying di sekolah-
sekolah, baik dari pihak sekolah sendiri, maupun organisasi-
organisasi lain yang berhubungan dengan anak. Namun, pada
nyatanya, bullying masih kerap terjadi di sekolah-sekolah di
Indonesia.Lalu apakah yang dapat kita sebagai perorangan
lakukan untuk memerangi perundungan (bullying)? Membantu
anak-anak mengetahui dan memahami perundungan (bullying)
Dengan menambah pengetahuan anak-anak mengenai
perundungan (bullying), mereka dapat lebih mudah mengenali
saat perundungan (bullying) menimpa mereka atau orang-
orang di dekat mereka. Selain itu anak-anak juga perlu dibekali
dengan pengetahuan untuk menghadapi perundungan
(bullying) dan bagaimana mencari pertolongan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman anak mengenai perundungan (bullying),
diantaranya:
Memberitahu pada anak bahwa perundungan
(bullying) tidak baik dan tidak dapat dibenarkan
dengan alasan maupun tujuan apapun. Setiap orang
layak diperlakukan dengan hormat, apapun
perbedaan yang mereka miliki.
25
Memberitahu pada anak mengenai dampak-dampak
perundungan (bullying) bagi pihak-pihak yang
terlibat maupun bagi yang menjadi “saksi bisu”
Memberi saran mengenai cara-cara menghadapi
perundungan (bullying). Setelah diberikan
pemahaman mengenai perundungan (bullying),
anak-anak juga perlu dibekali pengetahuan dan
keterampilan ketika mereka menjadi sasaran dari
perundungan (bullying) agar dapat menghadapinya
dengan aman tanpa menggunakan cara-cara yang
agresif atau kekerasan, yang dapat semakin
memperburuk keadaan.
Cara-cara yang dapat digunakan, misalnya dengan mengabaikan pelaku, menjauhi
pelaku, atau menyampaikan keberatan mereka terhadap pelaku dengan terbuka
dan percaya diri. Mereka juga dapat menghindari perundungan (bullying) dengan
berada di sekitar orang-orang dewasa, atau sekelompok anak-anak lain. Apabila
anak menjadi korban perundungan (bullying) dan cara-cara di atas sudah
dilakukan namun tidak berhasil, mereka sebaiknya didorong untuk menyampaikan
masalah tersebut kepada orang-orang dewasa yang mereka percayai, baik itu guru
di sekolah maupun orangtua atau anggota keluarga lainnya di rumah.
26
1. Membangun hubungan dan komunikasi dua arah dengan anak.
Biasanya pelaku perundungan (bullying) akan mengancam atau
mempermalukan korban bila mereka mengadu kepada orang
lain, dan hal inilah yang biasanya membuat seorang korban
perundungan (bullying) tidak mau mengadukan kejadian yang
menimpa mereka kepada orang lain. Oleh karena itu, sangat
penting untuk senantiasa membangun hubungan dan menjalin
komunikasi dua arah dengan anak, agar mereka dapat merasa
aman dengan menceritakan masalah yang mereka alami dengan
orang-orang terdekat mereka, dan tidak terpengaruh oleh
ancaman-ancaman yang mereka terima dari para pelaku
perundungan (bullying).
2. Mendorong mereka untuk tidak menjadi “saksi bisu” dalam
kasus perundungan (bullying).
3. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan pada anak-anak
sekolah dasar di Kanada, sebagian besar kasus perundungan
(bullying) dapat dihentikan dalam 10 detik setelah kejadian
tersebut berlangsung berkat campur tangan saksi anak-anak lain
yang hadir saat kejadian tersebut berlangsung, misalnya dengan
membela korban perundungan (bullying) melalui kata-kata
ataupun secara fisik (memisahkan korban dengan pelaku)
27
Anak-anak yang menyaksikan kasus perundungan (bullying)
juga dapat membantu dengan cara:
Menemani atau menjadi teman bagi korban
perundungan (bullying), misalnya dengan mengajak
bermain atau berkegiatan bersama.
Menjauhkan korban dari situasi-situasi yang
memungkinkan ia mengalami perundungan (bullying)
Mengajak korban bicara mengenai perlakuan yang ia
terima, mendengarkan ia bercerita dan mengungkapkan
perasaannya
Apabila dibutuhkan, membantu korban mengadukan
permasalahannya kepada orang dewasa yang dapat
dipercaya.
4. Membantu anak menemukan minat dan potensi mereka.
Dengan mengetahui minat dan potensi mereka, anak-anak akan
terdorong untuk mengembangkan diri dan bertemu serta
berteman dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.
Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan mendukung
kehidupan sosial mereka sehingga membantu melindungi
mereka dari perundungan (bullying).
Terhadap anak-anak yang berisiko terkena perundungan
(bullying) atau menjadi korban perundungan (bullying),
lakukan langkah berikut ini:
28
Jangan membawa barang-barang mahal atau uang
berlebihan. Merampas, merusak, atau menyandera
barang-barang korban adalah tindakan yang biasanya
dilakukan pelaku perundungan (bullying). Oleh karena
itu, sebisa mungkin jangan beri mereka kesempatan
membawa barang mahal atau uang yang berlebihan ke
sekolah
Jangan sendirian. Pelaku perundungan (bullying)
melihat anak yang menyendiri sebagai “mangsa” yang
potensial. Oleh karena itu, jangan sendirian di dalam
kelas, di lorong sekolah, atau tempat-tempat sepi
lainnya. Kalau memungkinkan, beradalah di tempat di
mana guru atau orang dewasa lainnya dapat melihat.
Akan lebih baik lagi, jika anak
tersebut bersama-sama dengan teman, atau mencoba
berteman dengan anak-anak penyendiri lainnya.
Jangan cari gara-gara dengan pelaku perundungan
(bullying)
Jika anak tersebut suatu saat terperangkap dalam situasi
perundungan (bullying), kuncinya adalah tampil
percaya diri. Jangan memperlihatkan diri seperti orang
yan lemah atau ketakutan
29
Harus berani melapor pada orang tua, guru, atau orang
dewasa lainnya yang dipercayainya. Ajaklah anak
tersebut untuk berani bertindak
5. Memberi teladan lewat sikap dan perilaku.
Sebaik dan sebagus apapun slogan, saran serta nasihat yang
mereka dapatkan, anak akan kembali melihat pada lingkungan
mereka untuk melihat sikap dan perilaku seperti apa yang
diterima oleh masyarakat. Walaupun tidak terlihat demikian,
anak-anak juga memerhatikan dan merekam bagaimana orang
dewasa mengelola stres dan konflik, serta bagaimana mereka
memperlakukan orang-orang lain di sekitar mereka.
Apabila kita ingin ikut serta dalam memerangi perundungan
(bullying), hal paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah
dengan tidak melakukan perundungan (bullying) atau hal-hal
lain yang mirip dengan perundungan (bullying). Disadari
maupun tidak, orang dewasa juga dapat menjadi korban
ataupun pelaku perundungan (bullying) misalnya dengan
melakukan perundungan (bullying) di tempat kerja, ataupun
melakukan kekerasan verbal terhadap orang-orang di sekitar
kita merupakan salah satu tindakan perundungan yang terjadi di
lingkungan, seperti ibu-ibu yang sering membicarakan
keburukan orang lain dengan orang lain khasus itu pula
cenderng dengan tindakan perundungan.
30
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Pertimbangan peneliti menggunakan metode ini karna beberapa
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini lebih
peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola niali yang dihadapi. bahwa
penelitian kualitatif objeknya adalah manusia atau segala sesuatu yang
dipengaruhi manusia.
Objeknya itu diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam
keadaan sewajarnya atau secara naturalistic (natural setting) dalam proses
penelitian kualitatif, data yang didapatkan berisi prilaku dan keadaan
individu secara keseluruhan. Penelitian Metode penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan sosiologi, penelitian kualitatif melakukan
penelitian pada latar ilmiah atau konteks dari suatu keutuhan (enity). Hal
ini dilakukan karna ontology ilmiah menghendaki adanya kenyataan-
kenyataan sebagai ketentuan yang tidak dapat memahami jika dipisahan
dari konteksnya.
31
Hal ini berdasarkan pada asumsi :
1. Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karna itu
hubungan penelitian mengambil tempat pada keutuham, dalam konteks
untuk keperluanpemahaman.
2. Konteks sanagat menentukan dalam menetapkan apakah suatu
penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa
suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan penelitian
3. Sebagai struktur nilai kontekstual bersifat determinative terhadap apa
yang akan dicari.
Metode kualitatif menunjukan pada prosedur riset yang menghasilkan
data kualitatif, ungkapan atau catatan orang itu sndiri atau ingkah
lakunya.) penelitian kualitatif adalah penelitian dengan metode
pengumpulan sebanyak mungkin fakta detail secara mendalam
mengenai suatu masalah atau gejala guna mendapat pengertian tentang
sebnyak mungkin sifat masalah atau gejala itu.Dari definisi yang telah
di paparkan diatas, maka penelitian ini bermaksud mengetahui dan
menjelaskan secara detail reaksi psikologis dari korban perundungan
(Bullying) terhadap perlakuan perundungan (bullying) di SMPN 13
Bandar Lampung, guna mendapatkan informasi yang lebih detail dan
memadai mengenai dampak psikologis korban, karena dengan
pndekatan ini dimaksudkan peneliti dapat menjajaki secara lebih
mendalam objek yang akan di teliti.
32
B. Fokus Penelitian
Para peneliti ilmu sosial khususnya sering mendapat kesulitan dalam
merumuskan focus penelitian. Sindung haryanto (1997:46) menuliskan
poses ini sangat membantu peneliti dalam mengambil topic penelitian
atau mengangkat permasalahan yang berbobot. Tanpa proses
pemfokuskan biasanya masalah-masalah yang muncul kepermukaan
merupakan impresi-impresi peneliti yang bukan saja dangkal,
melainkan kurang layak diangkat sebagai topik peneliti.
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah Dampak Pisikologis Yang
Terjadi Akibat Korban Perundungan (bullying) di SMPN 13 Bandar
Lampung, dimana sekolah tersebut adalah sekolah yang ada di dalam
perumahan dan mayoritas siswa adalah lingkungan perumahan
tersebut, sehingga membuat peneliti ingin tahu lebih dalam. dalam hal
ini focus yang diteliti adalah :
1. Dampak Sosiologis terhadap korban perundungan (bullying)
2. Dampak Sosiologis pelaku perundungan (bullying)
3. Bagaimana reaksi korban perundungan (bullying)
4. Apa bentuk kasus perundungan (bullying)
33
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 13 Bandar Lampung.
Adapun alasann dipilihnya lokasi penelitian ini adalah atas dasar
pertimbangan:
a. Dilokasi tersebut banyak nya anak laki-laki
b. Banyaknya anak dari SMPN 13 menaiki angkutan umum tidak wajar
c. Masih adanya perbedaan kelas sosial di dalam sekolah
d. Adanya perbedaan ekonomi di lingkungan sekolah
e. Siswa-siswi sekolah masi dalam lingkungan daerah setempat
D. Jenis Data
Kumpulan dinformasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa
anga, lambing atau sifat yang merupakan bukti yang merupakan data dapat
memberikan gambaran tentang situasi atau keputusan data juga bisa
didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh
dalam pengamatan objek Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa data yang relvan dengan permasalahan dan fokus penelitian. Pada
penelitian ini jenis data dibagi dua, yaitu data premier dan data sekunder
1. Data Premier
Dalam penelitian ini, data premier adalah data yang langsung diperoleh
dari lapangan, yaitu melalui wawancara dengan beberapa korban dan
saksi-saksi perundungan (bullying) beserta beberapa pelaku perundungan
(bullying) yang bersedia di wawancara. Penentuan informan pada
34
penelitian ini berdasarkan teknik purpositive sampling yang penentuannya
berdasarkan criteria tertentu atas pemahaman mereka terhadap objek yang
diteliti. Menurut Nasution (1996:95) Purpositive Sampling adalah teknik
penentuan sample dengan mengambil orang-orang terpilih betul oleh
peneliti menurut cirri-ciri yang dimaksud adalah subjek yang menguasai
permasalahan, memilih data, dan bersedia memberikan data.
Berdasarkan teknik Purpositive Sampling ini, maka narasumber
data/informan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Korban Perundungan (Bullying)
b. Saksi Perundungan (Bullying)
c. Pelaku Perundungan (bullying)
2. Data Skunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh
peneliti dari sumber yang sudah ada, data yang diperlukan dalam rangka
melengkapi informasi yang didapat dari data primer, yaitu dari literature
buku-buku, majalah, makalah, artikel, internet, surat kabar, arsip-arsip,
internet, peraturan-peraturan, buku saku, ketentuan-ketentuan maupun
tulisan ilmiah lainnya yang terkait dengan permasalahan penelitian ini.
35
E. Teknik Penentuan Informan
Menurut spradley dalam faisal (1990:45) informan harus memiliki
beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1. Subjek yang telah lama intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan aktifitas yang menjadi sasaran atau perhatian dan ini biasanya
di tandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala
tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan
kegiatan yang menjadi sasaran penelitian
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk
dimintai informasi
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dikemas terlebih dahulu dan mereka relative masih lugu dalam
memberikan informasi.
Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
Purpositive Sampling, dimana pemilih informasi dipilih seacara sengaja
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan
tujuan peneliti. Adapun kriteria dari informan yang ditunjuk atau dipilih
dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui, memahami
persoalan perundungan (bullying) dalam menghadapi dampak psikologis.
Adapun jumblahnya adalah empat informan dengan alas an untuk variasi
jumblah berdasarkan perbedaan jenis kelamin korban, ras, warna kulit.
36
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dilapangan yang diperlukan, dikumpulkan dengan teknik tertentu
yang disebut teknik pengumpulan dat. Teknik pengumpulan data ini
disusun melalui alat bantu yang disebut Instrumen Penelitian.
Menurut Sugiyono (2003:119) adalah “suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”
Arikunto (2002:136) berpendapat, instrumen penelitian ini adalah “alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
untuk memperoleh data pada penelitian ini adalah :
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data-data
mengenai dampak psikologis yang terjadi akibat korban perundungan
(bullying). Wawancara mendalam akan dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara hal ini dimaksud agar pertanyaan
yang diajukan peneliti terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam
mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar terkeasan
sialogis dan informal.
37
2. Observasi
Teknik ini diguanakan untuk menghimpun keterangan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena yang akan dijadikan objek pengamatan. Teknik ini
dapat mendukung data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga
akan diketahuiapakah data yang diberikan informan sesuai dengan
keadaan sebenarnya selain itu pengamatan langsung yang dilakukan
yaitu dengan mengamati objek penelitian yang berupa aktifitas korban
dan pelaku perundungan (bullying)
3. Studi pustaka
Pengumpulan data yang dipergunakan melalui teknik ini disesuaikan
dengan sumber-sumber data yang diperoleh misalnya berasal dari
literatue buku-buku, majalah, makalah, artikel, internet, surat kabar,
arsip-arsip, peraturan, buku saku,ketentuan-ketentuan maupun tulisan
ilmiah lainnya yang terkait dengan penelitian ini
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengelolahan Data
Menurut Hasan (2007) pengelolahan data adalah suatu pross untuk
menghasilkan data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
rumus-rumus tertentu. Pengelolahan data bertujuan mengubah data
mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga
memberikan arah untuk pengkajian lebih jauh.
38
Teknik pengelolahan data dalam penelitian ini menggunakan program
pengelolah data SPSS dengan tahap-tahap sebagai berikut :
Editing, yaitu proses pemeriksaan kembali kuesioner yang telah
terisi di lapangan (jika terdapat kesalahan atau kekeliruan, serta
untuk melohat konisiterasi jawaban dan kelengkapan pengisian
kuesioner)
Membuat format entry data di program SPSS sesuai dengan
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner.
Entry data, yaitu tahap memasukan data yang telah di dapatkan
dari kuesioner kedalam program SPSS.
Prossesing data, yaitu pengelolahan dan penyajian data, baik
dalam bentuk data stitastik, tabel-tabel, maupun grafik untuk
menginventarisir semua variable dan semua hubungan antara
variable
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverivikasi. Dalam penelitian ini reduksi
data dilakukan pada data sekunder studi pustaka. Data yang diperoleh
diedit, dirangkum, difokuskan dan dibuat katagori-katagori
berdasarkan dampak psikologis yang terjadi pada korban perundungan
(bullying) yang terjadi di SMPN 13 Bandar Lampung
39
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan
dengan mendeskripsikan konsep dampak psikologi yang terjadi akibat
korban perundungan (bullying) dalam bentuk susunan kalimat-kalimat.
Analisis data menurut Hasan (2006) adalah memperkirakan atau
menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian
terhadap kejadian lainnya. Analisis data merupakan proses menelaah
seluruh data yang dioeroleh melalui penyebaran kuesioner ataupun
bantuan wawancara dan observasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan sebagian dari suatu kegiatan yang
utuh,kesimpulan di verivikasi selama penelitian berlangsung. Makna-
makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan validalitas dalam
penelitian ini kesimpulan di dapat melalui reduksi data, penyajian data
secara verbal deskriptif dan akhirnya menganalisa makna dan arah
yang muncul dari data tentang dampak psikologis yang terjadi akibat
korban perundungan (bullying)
40
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 13 Bandar Lampung
SMP Negeri 13 Bandar Lampung adalah sekolah menengah pertama
yang didirikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun
1985/1986 sekolah tersebut memiliki nomer (NSS) dengan tipe sekolah
„A‟ sekolah ini merupakan sekolah negri ke 13 di kota Bandar Lampung
yang berada di jalan marga no 17 Beringin Raya,kemiling kota Bandar
Lampung, sekolah ini adalah sekolah standar nasional yang menekankan
karakter siswanya berbusana muslim muslimah.
Perkembangan sekolah ini tentunya di perhatikan oleh pemerintah dan
dinas pendidikan kota Bandar lampung, sarana dan prasarana di sekolah
juga tak luput dari bantuan pemerintah Bandar Lampung, seperti bantuan
oprasional dll. Sekolah ini mempunyai kurang lebih 988 siswa di
sekolah. Setiap tahunnya SMP Negri 13 Bandar Lampung ini menerima
kurang-lebih 320 siswa setiap tahun ajaran baru.
Sekolah ini berbasis bahasa Indonesia dan sedang berkembang dalam
bahasa internasional, siswa-siswi di sekolah ini diwajibkan
menggunakan baju muslim (panjang) setiap hari, jika non muslim tetap
menggunakan baju panjang tetapi tidak memakai kerudung (perempuan)
sekolah ini menerima siswa dari kelas “bina lingkungan”
41
Bina lingkungan adalah program pemerintah untuk mencerdaskan anak
bangsa yang kurang mampu dengan geratis. Di sekolah ini pun siswa/i
regular dan bina lingkungan tidak di beda-beda kan dan tidak di bedakan
dalam kelas. Dengan harapan tidak ada perbedaan antara siswa regular
mau pun bina lingkungan . Biaya perbulan siswa regular sekitar Rp
100.000 per bulan. Biaya itu di luar biaya tambahan seperti lab computer
dan lab bahasa inggris. Di SMP Negri 13 Bandar lampung juga sering
mengadakan kegiatan ekstra kulikuler renang, basket, pramuka, pmr, dll,
tentu biaya tersebut di luar biaya bulanan sekolah.
2. Pengembangan SMPN 13 Bandar Lampung
Dalam perkembangannya SMP Negri 13 Bandar Lampung aktif dalam
perlombaan tingkat sekolah maupun nasional. SMP Negri 13 Bandar
Lampung juga selalu ber inovasi setiap tahunnya dalam kegiatan ekstra
kulikuler, agar siswa/i di sekolahnya pun tidak hanya cerdas tapi juga
bisa berkarya. SMP Negri 13 ini mempunyai gedung lab computer
sendiri yang dimana ada 22 unit computer disana, computer tersebut
diharapkan mampu membantu siswa/I dalam menghadapi
perkembangan era global yang di harapkan memperkenalkan perangkat
teknologi terhadap anak didik. SMP 13 Bandar Lampung ini juga
memiliki 1 musolah yang bisa terisi 60 orang, uks dengan 4 bad dan
obat-obatan lengkap, perpustakaan yang ber isikan 3.381 macam buku
pelajaran, lapangan 33x33 meter, Tersedia wc sekolah dengan 9 kamar
mandi, tersedia 2 lab bahasa Indonesia dan bahasa inggris.
42
3. VISI, MISI DAN STRATEGI SEKOLAH
Visi
- Mewujudkan sekolah berkualitas berdasarkan IPTEK dan IMTAQ
Misi
a. Melaksanakan proses kegiatan belajar yang efektif dan efesien
b. Meningkatkan kualitas guru dan TU melalui pendidikan dan
pelatihan
c. Meningkatkan prestasi dalam lomba karya ilmiah remaja
d. Meningkatkan prestasi di bidang olahraga
e. Meningkatkan prestasi di bidang seni
f. Meningkatkan aktiivitas di bidang keagamaan
Strategi sekolah
a. Pemenuhan standar kompetensi lulusan
b. Pemenuhan standar isi
c. Pemenuhan standar proses
d. Pemenuhan standar tenaga pendidikan dan kependidikan
e. Pemenuhan standar sarana prasarana
f. Pemenuhan standar manajemen atau pengelola
g. Pemenuhan standar keuangan dan pembiyaan pendidikan
h. Pemenuhan standar penilaian pendidikan
i. Pemenuhan mutu pendidikan
43
4. Mekanisme Penanganan Masalah
Pembinaan peserta didik dilaksanakan oleh seluruh unsur pendidik
yaitu, Sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah, dengan
mekanisme penanganan sebagai berikut:
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan
menunjukan berbagai gejala penyimpangan prilaku. Yang merentang
dari katagori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani
siswa yang bermasalah, khasusnya yang terkait dengan pelanggaran
disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu :
pendekatan sosial dan pendekatan konseling. Penanganan siswa
bermasalah melalui pendekatan disiplin merunjuk pada aturan dan
ketentuan tata tertib sekolah yang berlaku di sekolah beserta sanksinya.
Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah aturan tata tertib
siswa beserta sanksinya perlu di tegakkan untuk mencegah sekaligus
mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan prilaku siswa di dalam
dan di luar lingkungan sekolah SMP Negri 13 Bandar Lampung.
A. Analisis data hasil interview kepada guru-guru BK di SMP Negeri 13
Bandar Lampung:
1. Menurut ibu guru apakah pelaksanaan BK komprehansif sudah
terlaksanakan dalam dampak sosiologis yang terjadi di SMP
Negeri 13 Bandar Lampung :
44
Guru BK rohana dewi menjelaskan, pelaksanaan pelayanan BK
sudah terlaksanakan yakni melalui kegiatan-kegiatan di kelas atau
layanan bimbingan (klsikal) kepada peserta didik, agar tidak
melakukan hal yang terlarang, dan membangun karakter anak
dengan baik. Untuk menghindarkan terjadinya sifat buruk seperti
perundungan dalam sekolah.
Dari pernyataan beliau diperkuat dengan ungkapan bu Imah dan bu
Jenifer
Bu Imah berkata, dalam pelaksanaan layanan BK sudah kita
berikan ke peserta didik, baik layanan dasar bimbingan maupun
layanan responsive dalam mengembangkan kedisiplinan peserta
didik dengan system yang memadai, diharapkan tidak ada lagi sifat
anak yang merasa paling benar dan paling merasa kuat, untuk
menindas teman nya yang lemah. Tetapi dalam hal itu dibutuhkan
pula keterbukaan dalam anak agar bisa mengungkapkan rasa
ketakutannya, rasa sosil emosinya jika ingin berlindung ke BK.
Sedangakan ibu Jenifer menjelaskan, pelaksanaan BK sudah
terlaksanakan tentang Perundungan (bullying) yang sangat marak
terjadi di lingkungan anak-anak yang sedang mencar jati diri, dan
guru BK SMP Negri 13 Bandar Lampung selalu memberikan
arahan dan bimbingan terhadap anak-anaknya agar tidak terjadinya
sifat tercela tersebut.
45
Simpulan :
Berdasarkan hasil jawaban telah di paparkan diatas maka penulis
menyimpulkan bahwasannya pelakanaan layanan BK sudah
terlaksana agar tidak ada lagi anak yang merasa tidak terlindungi
dan di kucilkan, dan layanan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
2. Bagaimana pelaksanaan layanan dasar dalam dampak sosiologis
yang terjadi kepada anak korban tindakan perundungan (bullying) :
Peneliti melakukan wawancara terhadap guru BK, berikut ini
penuturan bu Jenifer dan bu Rohana Menjelaskan, dalam
melakukan layanan dasar ibu sering memberikan pemahaman
tentang dampak yang akan terjadi jangka panjang, baik temannya
sudah tidak ada semangat lagi ke sekolah, atau temannya nanti
akan memperlakukan kebalikan seperti yang dilakukan pelaku
ketika di luar sekolah, atau mungkin akan terjdinya perkelahian
dan ada nada orang tua yang tau nantinya, layanan BK disekolah
pun ibu harapkan agar karakter peserta didik itu pula menjadi yang
lebih baik.agar peserta didik bisa bertanggung jawab tentang
dirinya, tindakannya, karna itu modal penting dalam kehidupan
sehari-hari.
46
Simpulan :
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, bahwa pelaksanaan
layanan dasar tentang dampak sebab dan akibat perbuatan
perundungan (Bullying) di sekolah dilakukan dengan cara (klsikal)
apabila ada siswa yang melapor, meberitahu dan semacamnya guru
akan menindak tegas siapapun yang melakukan tindakan
perundungan di dalam lingkungan sekolah SMP Negri 13 Bandar
Lampung, agar tidak lagi terjadi atau menjadi budaya turun-
menurun guru pun tidak segan-segan melaporkan siswa-siswi yang
melakukan kegiatan perundungan ke orang tua agar bisa lebih di
bina dalam aktifitasnya dan untuk member efek jera kepada siswa-
siswinya agar tidak ada lagi perasaan merasa lebih tinggi dan
sebagainya, penanganan perundungan juga sudah dilakukan BK di
SMP Negri 13 Bandar Lampung, jadi di harapkan siswa-siswi di
lingkungan sekolah yang merasa ada masalah dalam sosialisasi
dengan teman, atau sebagainya bisa melaporkan keluh-kesah nya di
ruang BK agar membuat siswa-siswi juga nyaman terhadap
kegiatan sekolah dan bertujuan mengembangkan karakter dan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa politik,
berkembang dinamis, berorentasi ilmu pengetahuan, dan teknologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang
Maha Esa berdasarkan pancasila.
47
5. Deskripsi SMP Negri 13 Bandar Lampung
A. Kondisi Guru
Tabel 1. Kondisi Guru Tetap
No Ijazah Tertinggi Jumblah Guru %
1 S2 3 6,4%
2 S1 33 70,2%
3 D3 11 23,4%
Jumlah 47 100%
Berdasarkan table datas diketahi bahwa kondisi di SMP Negri 13 Bandar
Lampung memiliki guru tetap sebanyak 47 orang guru, mayoritas guru tetap
berlatar belakang stata 1 (S1) sebanyak 33 orang , sedangkan Strata 2 (S2) hanya
3 orang dan berlatar belakangkan diploma (D3) sebanyak 11 orang. Dari tabel
diatas bisa disimpulkan tenaga pendidik di SMP Negri 13 Bandar Lampung sangat
memenuhi syarat standar sekolah.
Tabel 2. Kondisi Guru Tidak Tetap
No Ijazah Tertinggi Jumblah Guru %
1 S1 14 67%
2 D3 4 19%
3 SMA 3 14%
Jumlah 21 100%
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
Berdasarkan table dapat diketahui bahwa kondisi di SMP Negri 13 Bandar
Lampung guru tidak tetap yang berlatar belakang pendidikan Strata 1 (S1)
sebanyak 14 orang dan Diploma sebanyak 4 orang, serta Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebanyak 3 orang, dari tabel diatas banyak nya jumlah guru tidak tetap
48
yang berpendidikan tinggi juga sangat membantu kemajuan sekolah SMP Negri
13 Bandar Lampung
B. Kondisi tata usaha
Tabel 3. Kondisi Tata Usaha
No Ijazah
Tertinggi
Jumlah TU
Tetap
Jumlah TU
Tidak tetap
%
1 S1 3 2 38%
2 D3/D2/D1 - 1 8%
3 SMA 2 4 46%
4 SLTP - 1 8%
Jumlah 5 8 100%
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
Berdasarkan table dapat dilihat bahwa kondisi tata usaha yang
terdapat di SMP Negri 13 Bandar Lampung jumlah TU tetap
sebanyak 5 orang dan pegawai TU tidak tetap sebanyak 8 orang,
Tata Usaha di SMP Negri 13 Bandar Lampung juga memiliki latar
belakang stata 1 (S1) sebanyak 5 orang, 3 tetap, 2 tidak tetap.
Diploma (D3) sebanyak 1 orang tidak tetap, Sekolah Menengah
Atas (SMA) sebanyak 6 orang, 2 tetap dan 4 tidak tetap. Dan
Sekolah Menengah Pertama sebanyak 1 orang tidak tetap. Yang
diharpkan TU terebut memenuhi standar sekolah da membantu
kemajuan SMP Negri 13 Bandar Lampung.
49
Tabel 4. Kondisi Perpustakaan
NO Jenis buku Jumlah Judul Buku Jumlah Buku
1 Pegangan guru 10 80
2 Teks Siswa 109 20.000
3 Penujnang 30 1.700
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
Diketahui bahwa kondisi perpustakaan sudah memadai dengan jumlah
koleksi buku pegangan guru sebanyak 80 buku, untuk selanjutnya teks
siswa sebanyak 20.000 buku dan buku penunjang sebanyak 1.700 buku.
Buku-buku di perpustakaan tersebut banyak buku kumpulan siswa dan
bantuan oleh pemerintah dinas pendidikan kota Bandar Lampung, dengan
harapan buku tersebut membantu memenuhi kebutuhan siswa SMP Negri
13 Bandar Lampung, dalam mencari data, tugas, dan mempermudah siswa
belajar dan menjadikan perpustakaan sebagai ruang baca dan belajar
dengan mudah, dan membuat siswa memanfaatkan fasilitas yang lengkap
membantu memudahkan siswa dalam membuat karya ilmiah di lingkungan
SMP Negri 13 Bandar Lampung.
50
C. Kondisi Laboratorium
Tabel 5. Kondisi Laboratorium
No Laboratorium Kondisi
1 Bahasa Baik
2 Komputer Baik
3 Kimia Baik
4 Fisika Baik
5 Internet Baik
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas laboratorium di SMP
Negri 13 Bandar Lampung sudah memadai, memiliki fasilitas internet di sekolah
dalam ruang komputer, memiliki laboratorium bahasa untuk bahasa inggris dan
bahasa Indonesia, memiliki laboratorium kimia untuk membuat karya ilmiah dan
belajar ilmia dengan lebih terarah di ruangannya, memiliki laboratorium fisika.
banyakknya sarana-pra sarana di SMP Negri 13 Bandar Lampung membuat
kegiatan belajar-mengajar menjadi sangat kondusif di sekolah dengan menikmati
fasilitas sekolah yang memadai diharapkan siswa-siswi SMP Negri 13 Bandar
Lampung, memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik dan mengeksplore minat
bakat siswa SMP Negri 13 Bandar Lampung, dimulai dari dukungan di sekolah.
Dengan harapan siswa-siswi tidak hanya memiliki ilmu dalam pelajaran tetapi
mempunyai ahlak yang mulia, sehingga terus menerus SMP Negri 13 Bandar
Lampung melakukan perbaikan kinerja sekolah dari tahun ke tahun.
51
D. Kondisi murid
a. Tabel 6. siswa-siswi kelas VII
Kelas prempuan Laki-laki jumblah
VII A 18 22 40
VII B 21 20 41
VII C 18 23 41
VII D 20 20 40
VII E 20 22 42
VII F 17 24 41
VII G 19 21 40
VII H 18 22 40
Jumlah 151 174 325
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
Dari tabel diatas bahwa jumlah murid kelas VII di SMP N 13 Bandar Lampung
berjumlah 325 siswa. diantaranya 151 siswi prempuan dan 174 siswa laki-laki
b. Tabel 7. siswa-siswi kelas VIII
Kelas perempuan Laik-laki jumblah
VIII A 20 21 41
VIII B 20 20 40
VIII C 19 22 41
VII D 20 21 41
VII E 19 22 41
VIII F 21 20 41
VIII G 21 20 41
VIII H 20 21 40
Jumlah 160 166 326
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
52
Dari tabel diatas bahwa jumlah murid kelas VIII di SMP N 13 Bandar
Lampung, berjumlah 326 siswa-siswi. Diantaranya 160 siswi prempuan
dan 166 siswa laki-laki.
c. Tabel 8. siswa-siswi kelas IX
Kelas perempuan Laki-laki Jumlah
IX A 20 20 40
IX B 18 22 40
IX C 18 22 40
IX D 19 22 41
IX E 20 21 41
IX F 20 21 40
IX G 20 21 41
IX H 20 21 41
Jumlah 155 169 324
Sumber : Data Sekunder SMP Negri 13 Bandar Lampung 2018
Dari tabel diatas jumlah keseluruhan siswa kwlas IX di SMP N 13 Bandar
Lampung sebanyak 324 siswa. Diantaranya 155 siswi prempuan, dan 169
siswa laki-laki
Dari tabel diatas jumlah diatas banyak nya siswa di SMP N 13 Bandar Lampung
berjumlah 975 orang, 325 orang siswa kelas VII, berjumlah 151 siswi perempuan
dan 174 siswa laki-laki, jumblah siswa kelas VIII sebanyak 326 orang, 160 siswi
perempuan, 166 siswa laki-laki, dan kelas IX berjumlah 324 orang, 155 siswi
perempuan dan 169 siswa laki-laki. Dari banyak nya siswa sekolah di atas SMP N
53
13 Bandar Lampung cenderung memiliki siswa laki-laki lebih banyak dari siswa
prempuan. peneliti menyimpulkan bahwa kemungkinan besarnya tekanan
perundungan di SMP N 13 Bandar Lampung karna banyak nya siswa laki-laki di
sekolah dan siswa tersebut rata-rata bergaulnya dengan cara berkelompok,
sehingga adanya perbedaan kelompok atau pendapat di dalam lingkungan sekolah,
yang memicu kasus perundungan itu sangat mudah terjadi di dalam lingkungan
sekolah, maupun luar lingkungan SMP Negri 13 Bandar Lampung. Oleh karna itu
sekolah SMP N 13 Bandar Lampung mensiasati banyaknya siswa laki-laki di
wajibkan melakukan ekstra kulikuler untuk melakukan hal positif di luar jam
kegiatan sekolah, yang diharapkan dapat membantu siswa-siswi di SMP N 13
Bandar Lampung melakukan hal-hal yang baik, menjunjung tinggi rasa
persaudaraan serta menyayangi sesama teman, selalu kompak dan mempunyai
rasasolidaritas yang tinggi. Sehingga diharapkan dapat membuat lingkungan
sekolah menjadi lebih aman, nyaman dan menciptakan rasa kekeluargaan di
sekolah sehingga mengurangi kasus perundung yang marak terjadi di sekolah, dan
membuat para warga sekolah lebih mudah mengeluarkan pendapat untuk kemjuan
sekolah bersama.
72
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada kelima informan yang terdiri dari 2
orang guru, 3 orang murid di SMP Negri 13 Bandar Lampung tentang
factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perundungan (bullying) maka
dapat disimpulkan bahwa factor yang mempengaruhi terjadinya
perundungan (bullying) di sekolah yaitu pengaruh lingkungan (keluarga,
masyarkat, dan teman sepergaulan) masa remaja adalah masa dimana
seseorang sedang mengalami masa menginjak ke asa dewasa dan berada
dalam masa peralihan. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
kekerasan adalah karakter anak sebagai prilaku yang tempramen.
Tempramen adalah karakter atau gaya atau cirri khas seseorang dalam
menerima dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Terakhir adalah
dominasi gander, dimana dalam suatu ruang lingkup yang didominasi oleh
salah satu gander, seperti pada SMP Negri 13 Bandar Lampung yang di
dominasi oleh anak laki-laki, biasanya lebih mudah terjadinya perselisihan
paham dan perkelahian anatara siswa di sekolah.
73
B. Limitasi
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut disebabkan oleh
banyaknya kendala yang menghambat dalam pelaksanaan penelitian
ini, baik berupa keterbatasan kemampuan peneliti dalam penerjemahan
hasil penelitian, maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Namun demikian peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
bisa menjadikan hasil analisis yang tepat dan mudah dipahami oleh
pembaca
C. SARAN
Berdasarkan situasi di lapangan, maka penulis mengajukan beberapa saran
untuk di pertimbangkan oleh:
1. Pihak Sekolah
a. Sekolah perlu menindak tindakan kekerasan, dengan,
dengan menjatuhkan hukuman yang membuat siswa jera
b. Melihat kembali sistem pendidikan dan sosialisai sekolah
c. Menyelenggarakan jaringan komunikasi sekolah yang
efekti
2. Pihak Orang tua
Komunikasi secara terbuka dengan anak, tanyakan situasi yang
dihadapi anak dirumah, di sekolah, di lingkungan, dan kenali
74
pergaulan serta teman-teman anak. Jika perlu tanyakan kepada guru
atau teman anak tentang kondisi anak yang tidak diketahui orang tua
3. Kepada peneliti yang akan datang, yang akan meneliti pada bidang
yang sama agar lebih berhati-hati dalam menggunakan metodologi
penelitian serta dalam proses analisis datanya harus sangat teliti
sehingga hasil yang diperoleh akan tepat dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2016. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Rieneka Cipta.
Ahamdi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. PT. Rineka cipta : Jakarta
Astute, p. 2008.Cara Efectif Mengatasi Kekerasan Pada Anak. Jakarta .Grasindo
Badudu, J& Zains. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : pustaka sinar
harapan
Barbara, Coloros. 2003 Bullying tindakan bermusuhan secara sengaja terhadap
anak
www.detik.com
Banks. 1993. North Regional Education Laboratory . Jakarta .pustaka sinar
harapan
Indriani, n. 2007. Banyak Guru Anggap Bullying Masalah Serius.
www.detikcom
Mellor, a. 2007. Sebuah Pendekatan Sistematik Terhadap Pengembangan
Kebijakan Anti-Bullying Yang Efectif Di Lingkungan Sekolah.
www.ditplb.or.id
Sanders. 2009.Bullying Merupakan Sifat Kepercayaan Diri Yang Berlebihan
www.okezone.com
Susanti, I. 2007 Bullying Bikin Anak Depresi dan Bunuh diri.
www.okezone.com
SUMBER LAIN
http//lieserna.blogspot.com/2009/04/bullying.html (diakses 4 pada juni 2018)
http//bloggaul.com/foksroad/readblog/74581/kekerasan-dalam-dunia-
pendidikan.13. (diakses pada 4 juni 2018)
http//www.psikologmania.co.cc/1010/02/kekerasan-pada-anak-menurut-undaang-
html (diakses 4 pada juni 2018)
http//id.wikipedia.org/wiki/pendidikan (diakses 4 pada juni 2018)