dampak penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi

Upload: muhammad-fadli-putra

Post on 07-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dokumen ini merupakan proposal penelitian yang penulis susun untuk memenuhi tugas 4 pada mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah (MPPI) di Fasilkom UI.Pada dokumen ini penulis mencoba untuk merancang suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran, khususnya di perguruan tinggi. Penulis menjadikan 4 perguruan tinggi negeri di Indonesia sebagai sampel, yaitu UI, ITB, UGM, dan IPB. Metode analisis yang penulis akan gunakan dalam mengolah data adalah metode kualitatif.Disclaimer:Silahkan gunakan dokumen ini (hanya) sebagai referensi jika memang dapat membantu Anda dalam mengerjakan tugas sekolah/kuliah.

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    DAMPAK PENGGUNAAN E-LEARNING TERHADAP PROSES

    PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

    PROPOSAL PENELITIAN

    MUHAMMAD FADLI PUTRA

    1206237933

    FAKULTAS ILMU KOMPUTER

    PROGRAM STUDI SARJANA SISTEM INFORMASI

    DEPOK

    JUNI 2015

  • 1

    ABSTRAK

    Nama : Muhammad Fadli Putra

    Program Studi : Sarjana Sistem Informasi

    Judul : Dampak Penggunaan E-Learning terhadap Proses Pembelajaran di Perguruan

    Tinggi

    E-Learning merupakan salah satu bentuk manfaat dari perkembangan teknologi informasi yang

    diterapkan dalam bidang pendidikan. Sejak pertama kali ditemukan, e-learning terus mengalami

    perkembangan hingga saat ini seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan penelitian

    di bidang e-learning tersebut. Begitu juga halnya dengan penulis sendiri, penulis tertarik

    melakukan sebuah penelitian mengenai bagaimanakah dampak dari penggunaan e-learning pada

    perguruan tinggi terhadap proses pembelajaran mahasiswa di sana.

    Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan dapat menjawab dua pertanyaan yang telah

    penulis tentukan agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak dari

    penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi. Pertanyaan pertama

    yaitu bagaimanakah dampak penggunaan e-learning terhadap hasil dari proses pembelajaran

    yang dilakukan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi. Kemudian pertanyaan kedua adalah

    faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning tersebut.

    Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan

    dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Proses wawancara

    dan observasi akan dilakukan kepada mahasiswa dan dosen dari 4 perguruan tinggi negeri di

    Indonesia yang telah menerapkan sistem e-learning. Kemudian untuk lebih memantapkan proses

    penarikan kesimpulan terhadap hasil penelitian, penulis akan melakukan analisis terhadap

    dokumen-dokumen penelitian sejenis yang telah ada sebelumnya

    Kata Kunci :

    E-Learning, perguruan tinggi, pembelajaran, dampak, mahasiswa, penelitian kualitatif, studi

    kasus

  • 2

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK 1

    DAFTAR ISI 2

    BAB 1 PENDAHULUAN ... 3

    1.1 Latar Belakang 3

    1.2 Rumusan Masalah .. 8

    1.3 Tujuan Penelitian . 8

    1.4 Manfaat Penelitian ... 8

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

    1.6 Signifikansi Penelitian . 9

    BAB 2 TINJAUAN LITERATUR ... 10

    2.1 Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi ....... 10

    2.2 Metode Pembelajaran Konvensional ... 10

    2.3 Perkembangan Teknologi Informasi 12

    2.4 Pengertian E-Learning ..... 13

    2.5 Hasil Penelitian Terdahulu .. 15

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 20

    3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 20

    3.2 Tahapan Penelitian ... 20

    3.3 Metode Pengumpulan Data .. 24

    3.4 Metode Analisis Data ... 25

    3.5 Instrumen Penelitian . 25

    BAB 4 HASIL YANG DIHARAPKAN .. 27

    REFERENSI .. 28

  • 3

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Teknologi informasi terus mengalami perkembangan dan telah banyak memberikan manfaat bagi

    kehidupan manusia. Perkembangan tersebut selalu membawa perubahan yang besar di setiap

    zamannya. Salah satu contoh aplikasi yang terlahir dari perkembangan tersebut adalah electronic

    learning atau yang lebih dikenal dengan istilah e-learning. E-Learning merupakan merupakan

    proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media elektronik atau memanfaatkan

    teknologi informasi yang ada sehingga menjadikan proses pembelajaran yang dilakukan lebih

    efektif dan efisien.

    Dewasa ini penggunaan e-learning semakin banyak diminati oleh lembaga-lembaga pendidikan.

    Berdasarkan kepada hasil studi yang dilakukan oleh EDUCAUSE Center for Analysis and

    Research (ECAR) pada tahun 2013 [1], tampak bahwa hampir semua institusi (sekitar 98%) pada

    saat ini setidaknya memiliki satu departemen, unit, atau program studi yang memiliki minat yang

    besar terhadap e-learning (terlihat pada gambar 1). Minat terhadap e-learning memiliki arti

    bahwa institusi tersebut institusi tersebut telah menggunakan media online sebagai konten

    pembelajaran di kelas atau bahkan telah memiliki suatu sistem kelas online tersendiri. Lalu,

    ECAR juga menulis bahwa penggunaan e-learning pada perguruan tinggi akan memberikan

    sejumlah keuntungan baik bagi institusi atau pun bagi mahasiswa sendiri.

    Gambar 1 : Minat Institusi Pendidikan terhadap E-Learning

  • 4

    Seiring dengan meningkatnya minat terhadap penggunaan e-learning, para saintis terus berupaya

    melakukan penelitian guna meningkatkan kinerja sistem e-learning terhadap hasil dari proses

    pembelajaran. Penelitian tersebut tidak terbatas kepada pengembangan e-learning sebagai suatu

    sistem atau alat, akan tetapi penelitian juga dilakukan untuk mencari tahu mengenai dampak dari

    penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran dan faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi kesuksesan dari e-learning tersebut.

    Meilun Shih, Jui Feng, dan Chin-Chung Tsai dalam paper mereka [2] melakukan analisis konten

    terhadap pada 5 jurnal indeks sitasi ilmu sosial (yaitu: Computers and Education, British Journal

    of Educational Technology, Innova-tions in Education and Teaching International, Educational

    Technology Research & Development, dan Journal of Computer Assisted Learning) yang keluar

    pada tahun 2001 hingga 2005. Mereka ingin melihat bagaimanakah tren penelitian di bidang e-

    learning di kalangan para saintis. Hasilnya mereka menemukan bahwa 444 dari 1027 artikel

    yang diterbitkan memilki topik di bidang e-learning. Berikit tabel hasil rincian lebih lanjut dari

    analisis yang mereka lakukan serta gambar grafiknya.

    Tabel 1 : Banyaknya Artikel yang Memiliki Topik di Bidang E-Learning pada Tahun 2001-2005

    Gambar 2 : Persentase dari Artikel yang Memiliki Topik di Bidang E-Learning pada Tahun 2001-2005

  • 5

    Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menerapkan e-learning,

    terutama pada kampus-kampus besar seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi

    Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan lain-lain.

    Kebanyakan sistem e-learning yang ada pada kampus-kampus tersebut bersifat melengkapai

    perkuliahan tatap muka yang dilakukan di kelas. Sistem e-learning tersebut berisi materi-materi

    kuliah serta tempat pengumpulan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.

    Pada Universitas Indonesia (UI), sistem e-learning tersebut dinamai dengan Student Centered E-

    Learning Environment yang lebih dikenal dengan nama Scele (terlihat pada gambar 2).

    Kemudian di Institut Teknologi Bandung (ITB), sistem e-learning di sana dinamai dengan

    Blended Learning (terlihat pada gambar 3). Lalu pada Universitas Gadjah Mada (UGM), sistem

    e-learning di sana dinamai dengan E-Learning System for Academic Community atau yang

    dikenal dengan Elisa (terlihat pada gambar 4). Terakhir, pada Institut Pertanian Bogor (IPB),

    sistem e-learning di sana dinamai dengan Lecture Management System (LMS) (terlihat pada

    gambar 5).

    Gambar 2 : Tampilan situs e-learning Universitas Indonesia

  • 6

    Gambar 3 : Tampilan situs e-learning Institut Teknologi Bandung

    Gambar 4 : Tampilan situs e-learning Universitas Gadjah Mada

  • 7

    Gambar 5 : Tampilan situs e-learning Institut Pertanian Bogor

    Meskipun penggunaan e-learning semakin meningkat, sayangnya tidak semua institusi mampu

    menggunakan e-learning dengan benar dan maksimal. Misalnya saja di kampus penulis sendiri

    (Universitas Indonesia) belum semua fakultas atau program studinya menggunakan sistem e-

    learning yang telah dikembangkan untuk perguruan tinggi tersebut. Hal tersebut bisa saja terjadi

    dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari sivitas akademikanya akan pentingnya penggunaan

    dari e-learning beserta manfaatnya. Selain itu bisa jadi juga dikarenakan kurangnya keterampilan

    yang dimiliki oleh dosen selaku tenaga pendidik di perguruan tinggi tersebut.

    Keadaan seperti di atas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian di bidang e-

    learning. Penulis ingin turut serta dalam menyebarkan ide penggunaan e-learning pada lembaga

    pendidikan di Indonesia, khususnya perguruan tinggi. Untuk itu penulis melakukan penelitian

    mengenai dampak penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi.

    Diharapkan dengan penelitian ini semakin banyak masyarakat, khususnya sivitas akademika

    perguruan tinggi, yang menyadari akan pentingnya penggunaan e-learning pada saat sekarang

    serta manfaat yang akan diperoleh ketika menggunakan e-learning tersebut.

  • 8

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang akan penulis coba jawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah dampak penggunaan e-learning terhadap hasil dari proses pembelajaran

    yang dilakukan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi?

    2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning

    pada perguruan tinggi?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan kepada rumusan masalah yang telah penulis ajukan, maka tujuan yang akan dicapai

    dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui bagaimana dampak dari penggunaan sistem e-learning terhadap hasil dari

    proses pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi.

    2. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan

    e-learning pada perguruan tinggi.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat

    praktis dan manfaat akademis. Manfaat praktis merupakan manfaat yang dapat diterapkan secara

    langsung pada lembaga atau instansi yang terkait, dalam penelitian ini instansi yang dimaksud

    adalah perguruan tinggi. Sedangkan manfaat akademis merupakan manfaat yang akan diperoleh

    terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

    Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada perguruan tinggi

    terhadap manfaat yang akan diperoleh jika menggunakan sistem e-learning pada proses

    pembelajaran di sana. Selain itu dari hasil penelitian ini perguruan tinggi juga akan mengetahui

    faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap kesuksesan dari penggunaan suatu

    sistem e-learning. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, maka diharapkan nantinya perguruan

    tinggi dapat menciptakan lingkungan dan proses pembelajaran e-learning efektif, efisien,

    menarik, dan mudah untuk digunakan.

  • 9

    Adapun manfaat akademis dari penelitian ini adalah memberikan kontirbusi ilmu berupa dampak

    dari penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi serta faktor-faktor

    yang mempengaruhi kesuksesannya. Tentunya walau sekecil apa pun kontribusi tersebut tetap

    akan sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan riset di masa mendatang.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Penelitian dilakukan pada perguruan tinggi yang sudah menerapkan sistem e-learning pada

    proses pembelajaran mereka.

    b. Responden merupakan mahasiswa serta dosen dari perguruan tinggi yang aktif dalam

    menggunakan sistem e-learning yang diterapkan pada perguruan tinggi tersebut.

    c. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan

    dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

    1.6 Signifikansi Penelitian

    Penelitian yang ada dengan topik terkait kebanyakan masih menggunakan bahasa Inggris dan

    objek penelitiannya dilakukan pada perguruan tinggi di luar negeri. Hal ini mungkin menjadi

    salah satu penyebab dari kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari sivitas akademika pada

    perguruan tinggi di Indonesia akan pentingyan e-learning dan dampaknya terhadap proses

    pembelajaran di perguruan tinggi.

    Dengan kondisi seperti di atas, maka tentunya penelitian yang akan penulis lakukan ini memiliki

    peranan yang cukup penting agar semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mulai

    menerapkan sistem e-learning pada proses pembelajaran mereka. Selain itu, dengan adanya

    penulis juga meneliti mengani faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan dari penerapan e-

    learning, maka diharapkan agar sistem e-learning yang diterapkan oleh perguruan tersebut dapat

    lebih sukses dan berhasil memberikan dampak yang positif terhadap proses pembelajaran.

  • 10

    BAB 2

    TINJAUAN LITERATUR

    2.1 Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi

    Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tingkat lanjut yang bertujuan untuk

    menghasilkan para akademisi atau praktisi yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Sebagai

    suatu lembaga pendidikan, tentunya perguruan tinggi tidak bisa terlepas dari proses pembelajaran

    yang terjadi di sana. Proses pembelajaran pada perguruan tinggi merupakan proses pembelajaran

    antara dosen selaku pendidik dengan mahasiswa selaku peserta didik.

    Meskipun merupakan lanjutan dari lembaga pendidikan sekolah menengah, akan tetapi proses

    pembelajaran di perguruan tinggi sedikit berbeda dengan proses pembelajaran yang terjadi di

    bangku sekolah sebelumnya. Hal ini dikarenakan cara belajar mahasiswa pada perguruan tinggi

    dituntut untuk lebih aktif dan mandiri sedangkan untuk cara belajar siswa sekolah kebanyakan

    masih bergantung kepada apa yang diberikan oleh gurunya saja.

    Dengan adanya perbedaan cara belajar tersebut, tentunya metode pembelajaran yang dipakai pun

    juga tidak bisa disamakan. Pada perguruan tinggi, metode pembelajaran yang dipakai haruslah

    metode pembelajaran yang dapat membuat mahasiwanya mampu untuk belajar secara mandiri

    tanpa harus bergantung kepada apa yang diajarkan oleh dosen saja. Metode pembelajaran di

    perguruan tinggi juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kolaboratif

    sekaligus kompetitif diantara mahasiswanya. Hal ini penting dikarenakan hasil penelitian L.M

    Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, dan Maria Jesus

    Verdu [3] telah menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang kolaboratif dan kompetitif

    memberikan hasil yang lebih baik terhadap proses pembelajaran mahasiswa.

    2.2 Metode Pembelajaran Konvensional

    Menurut Cotte dan Milis dalam papernya Bellias Dimitros [4], metode pembelajaran

    konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada pengajar dimana

    pembelajaran dilakukan dengan sistem kuliah, diskusi, dan problem solving. Metode

  • 11

    pembelajaran ini banyak dipakai pada jenjang sekolah dasar dan menengah dikarenakan sifat

    siswa pada jenjang pendidikan tersebut yang masih sangat bergantung kepada guru selaku

    pengajar dan siswa tersebut belum bisa melakukan pembelajaran secara mandiri. Selanjutnya

    menurut Djamara dalam [5], pembelajaran konvensional identik dengan metode ceramah, tanya

    jawab, dan pemberian tugas.

    Metode ceramah atau kuliah merupakan metode pengajaran dengan cara guru menyampaikan

    materi secara langsung kepada muridnya di dalam kelas. Metode ini memungkinkan terjadinya

    interaksi dua arah antara guru dengan muridnya sehingga dengan demikian membuat murid

    menjadi lebih cepat memahami materi pelajaran. Meskipun demikian, metode ini memiliki

    kekurangan yaitu pengetahuan murid hanya akan terbatas kepada pengetahuan yang dimiliki oleh

    guru saja jika murid tidak bertindak aktif dan belajar secara mandiri lagi.

    Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang

    harus dijawab oleh murid. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang

    disampaikan oleh guru di kelas dan bertujuan untuk mengasah kembali pemahaman murid

    terhadap apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Metode tanya jawab biasanya diberikan

    setelah metode ceramah selesai dilakukan dan sifatnya bisa berupa pertanyaan mendadak

    sehingga murid dituntut untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan baik.

    Metode memberian tugas adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas

    tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Pemberian tugas diberikan

    kepada murid sebagai bentuk evaluasi pemahaman terhadap apa yang disampaikan guru di dalam

    kelas. Selain itu dengan adanya tugas ini diharapkan juga dapat membuat murid untuk lebih

    menjelajahi lagi berbagai literatur yang ada untuk dapat memperkaya wawasannya dan

    menjadikannya terbiasa untuk melakukan proses pembelajaran secara mandiri.

    Dalam sumber yang sama dengan pendapat Djamara sebelumnya [5], Sudjana mengatakan

    bahwa metode pembelajaran konvensional memiliki dua buah karakteristik. Karakteristik yang

    pertama yaitu pengajaran berpusat kepada bahan pengajaran. Hal ini dikarenakan tujuan utama

    dari pengajaran konvensional adalah pengembangan daya intelektual siswa, maka pengajaran

    berpusat pada usaha penyampaian pengetahuan. Selain itu merupakan tugas guru untuk

    menyampaikan semua bahan pengajaran yang baru. Kemudian karakteristik yang kedua dari

  • 12

    metode pembelajaran konvensional adalah pengajaran berpusat kepada guru. Hal ini dikarenakan

    menurut konsep pengajaran konvensional proses pengajaran yang baik dinilai berdasarkan sudut

    pandang guru. Maksud hal tersebut adalah proses pengajaran akan dilihat berdasarkan kepada

    apa yang dilakukan oleh guru, bukan berdasarkan kepada apa yang terjadi dengan murid.

    Dengan adanya perkembangan teknologi seperti zaman sekarang, maka penggunaan metode

    konvensional saja tidaklah cukup untuk diterapkan pada proses pembelajaran mahasiswa di

    perguruan tinggi. Hal ini dkarenakan materi perkuliahan pada perguruan tinggi merupakan

    materi yang mendalam dan lebih kompleks dibandingkan dengan materi pelajaran yang ada pada

    jenjang sekolah. Dengan demikian, tentu berharap kepada apa yang disampaikan oleh dosen di

    kelas saja tidak akan bisa untuk mencakup semua materu tersebut. Oleh karena hal tersebut,

    maka proses pembelajaran di perguruan tinggi membutuhkan metode pembelajaran yang lebih

    aktif, mandiri, kolaboratif, dan sekaligus kompetitif.

    Untuk mewujudkan metode pembelajaran yang aktif, mandiri, kolaboratif, dan kompetitif, maka

    diperlukan pemanfaatan teknologi informasi yang ada dengan sebaik mungkin. Pada zaman

    sekarang, telah dikenal istilah e-learning yang menggambarkan proses pembelajaran dengan

    menggunakan bantuan teknologi informasi. E-learning mampu menicptakan lingkungan

    pembelajaran yang aktif, mandiri, kolaboratif, dan kompetitif bagi mahasiswa. Meskipun

    demikian, tentu saja peranan metode konvensional tetap tidak bisa dihapuskan. Hal ini karena

    meskipun e-learning mampu untuk menjadikan mahasiswa belajar secara mandiri, namun tetap

    diperlukan adanya proses pembelajaran tatap muka antara dosen dengan mahasiswa agar dapat

    dipastikan bahwa mahasiwa tidak salah dalam memahami apa yang dipelajarinya tersebut.

    Dengan demikian, maka metode e-learning harus tetap dilakukan secara beriringan dengan

    metode konvensional.

    2.3 Perkembangan Teknologi Informasi

    Teknologi informasi terus mengalami perkembangan dan telah banyak memberikan manfaat bagi

    kehidupan manusia. Perkembangan tersebut selalu membawa perubahan yang besar di setiap

    zamannya. Setidaknya kita dapat membagi perkembangan tersebut ke dalam lima masa, yaitu

  • 13

    masa ditemukannya surat kabar, masa ditemukannya radio, masa ditemukannya telepon, masa

    ditemukannya televisi, dan masa ditemukannya internet.

    Untuk penemuan teknologi internet, tentunya kita tidak bisa melepaskannya dari ditemukannya

    konsep jaringan komputer. Pada awalnya jaringan komputer diciptakan untuk menghubungkan

    komputer pada beberapa universitas dengan komputer pada badan pertahanan di Amerika Serikat

    yang dikenal dengan istilah ARPANET. Proyek ini didanai oleh badan pertahanan Amerika

    Serikat dengan tujuan untuk kepentingan militer dan pendidikan di Amerika Serikat. Kemudian

    pada tahun 1982 ketika PC sudah semakin banyak digunakan, istilah internet mulai bermunculan

    dan penggunaannya pun mulai disebarluaskan ke seluruh dunia.

    Pada saat sekarang penggunaan internet telah menjadi bagian dari akitifitas kehidupan sehar-hari

    kebanyakan manusia. Internet banyak memberikan kemudahan dan kebermanfaatan, misalnya

    untuk mengirim surat, saling bertukar file, untuk pembelajaran secara online (e-learning), untuk

    keperluan hiburan (multimedia), bahkan hingga untuk aktifitas bisnis perusahaan besar pun kini

    tidak bisa terlepas dari penggunaan internet. Terlepas dari pro dan kontra yang ada, teknologi

    internet akan terus berkembang dan penggunaannya pada saat sekarang telah menjadi suatu

    keharusan agar kita tidak tertinggal dari bangsa lainnya di dunia ini.

    2.4 Pengertian E-Learning

    Electronic learning atau e-learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan

    menggunakan media elektronik atau memanfaatkan teknologi informasi yang ada agar proses

    pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan efisien. E-Learning merupakan salah satu bentuk

    dari manfaat perkembangan teknologi informasi terhadap kehidupan manusia. E-Learning

    disebut juga dengan istilah online learning atau distance learning, walaupun ada yang

    mengatakan ketiga hal tersebut sebenarnya tidaklah persis sama [6]. Meskipun demikian, ketiga

    hal tersebut dapat kita katakana sebagai suatu hal yang hampir (jika tidak boleh dikatakan persis)

    sama, hanya saja berbeda perspektif dalam melihatnya saja.

    Albert Sangr, Dimitrios Vlachopoulos, dan Nati Cabrera dalam paper mereka [7]

    mengelompokkan pengertian e-learning ke dalam 4 kategori berdasarkan kepada sudut pandang

    para ahli. Dalam paper tersebut mereka melakukan tinjauan literatur dari jurnal, buku, disertasi,

  • 14

    maupun website para ahli di bidang e-learning. Hasilnya mereka mendapatkan 4 kelompok

    pengertian tentang e-learning, yaitu Technology Driven Definitions, Delivery System Oriented

    Definitions, Communication Oriented Definitions, dan Educational Paradigm Oriented

    Definitions.

    Pertama, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang teknologinya (Technology Driven

    Definitions). Menurut Guri-Rosenblit, e-learning merupakan penggunaan media elektronik untuk

    berbagai kegiatan pembelajaran dengan tujuan mulai dari melengkapi fungsi dari kelas

    konvensional hingga menggantikan secara total pertemuan langsung lewat pertemuan online.

    Senada dengan hal tersebut, Marques berpendapat bahwa e-learning merupakan pendidikan

    jarak jaruh melalui sumber daya remote (bisa diakses dari jauh).

    Kedua, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang proses penyampaian sumber daya

    pembelajarannya (konten materi). Menurut Koohang & Harman, e-learning merupakan

    penyampaian pendidikan melalui berbagai macam media elektronik. Kemudian Lee mengatakan

    juga bahwa e-learning merupakan suatu pendidikan online yang didefenisikan sebagai

    penyampaian pelatihan dan pendidikan secara real-time lewat internet kepada end user device.

    Pendapat yang sema juga diberikan oleh Li , Lau, & Dharmendran. Mereka mengatakan bahwa

    e-learning merupakan proses penyampaian pembelajaran, pelatihan, atau program pendidikan

    melalui alat-alat elektronik.

    Ketiga, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang sudut pandang komunikasi yang

    terjadi. Bermejo mengatakan bahwa e-learning merupakan pendidikan yang menggunakan

    sistem komunikasi yang terkomputerisasi sebagai lingkungan untuk berkomunikasi, bertukar

    informasi, dan berinteraksi antara murid dengan guru. Gonzlez-Vi degaray mengatakan e-

    learning sebagai pembelajaran yang berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi interaksi

    pedagogis antara murid dengan konten, murid dengan guru, atau pun murid dengan murid

    lainnya melalui teknologi web. Seiringan dengan itu, menteri komunikasi dan teknologi New

    Zealand meyampaikan bahwa e-learning merupakan pembelajaran yang difasilitasi dengan

    penggunaan alat-alat digital dan konten yang melibatkan beberapa interaktifitas, yang mencakup

    interaksi online diantara murid dengan guru atau murid lainnya.

  • 15

    Terakhir, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang paradigma pendidikan. Alonso

    mengatakan bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi multimedia yang baru dan

    internet untuk meningkatkan kualitas dari pembelajaran dengan memfasilitasi akses terhadap

    sumber daya dan layanan, seperti pertukaran (informasi) dan kolaborasi yang dilakukan dari

    jarak jauh. Elliss, Ginns, dan Piggott berpendapat bahwa teknologi informasi dan komunikasi

    yang digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan pembelajarannya. Sama dengan hal

    tersebut, Jereb dan Smitek menyampaikan bahwa e-learning merupakan proses pendidikan yang

    menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menengahi antara pembelajaran

    sinkronus dengan asinkronus dan aktivitas pengajaran.

    2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

    Sistem e-learning tentunya juga memiliki kelemahan dan kendala untuk menerapkannya. Untuk

    itu, ada baiknya sebelum menerapkan e-learning terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap

    kelebihan, kekurangan, peluang, dan hambatan atau yang lebih dikenal dengan analisis SWOT.

    Oleh hal itu, Venera-Michaela, Iulia Lazar, Valentin Nedeff, dan Gabriel Lazar melakukan

    tinjauan literatur dalam paper mereka [8] untuk menganalisi SWOT dari sistem e-learning.

    Analisis mereka difokuskan kepada SWOT dari penerapan e-learning pada lembaga pendidikan

    perguruan tinggi.

    Pertama analisis terhadap kelebihan dari e-learning. Kelebihan yang pertama yaitu e-learning

    merupakan suatu teknologi dan proses yang menjadi karakteristik dari para pembelajar pada

    milenium ketiga ini. Kemudian e-learning merupakan sistem yang fleksibel, mudah diakses,

    tidak bergantung kepada geografis, dan memberikan mobilitas bagi penggunanya. Selanjutya e-

    learning memungkinkan kustomisasi dari pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dari murid.

    Lalu e-learning juga membuat materi pembelajaran lebih menarik, seperti penambahan gambar,

    grafik, video, dan animasi. Setelah itu e-learning juga mampu meningkatkan motivasi dari murid

    untuk belajar melalui tugas, penilaian, feedback secara langsung, dan penilaian formatif.

    Terakhir, e-learning berfokus kepada murid yang melakukan pembelajaran, bukan kepada materi

    atau pengajarnya.

  • 16

    Selanjutnya analisis terhadap kelemahan dari e-learning. Kelemahan pertama yaitu e-learning

    memiliki desain teknologi yang tidak cocok dengan komponen psikologis dari proses

    pembelajaran. Kemudian sifat fleksibel dan otonomi dari e-learning ibarat pisau bermata dua

    yang mana selain memberikan kemudahan juga bisa menjadi jebakan(godaan) baik bagi murid

    atau pun pengajar. Selain itu kustomisasi pembelajaran pada e-learning juga bukan merupakan

    hal yang mudah untuk diwujudkan. Kemudian, e-learning bisa menyebabkan ketergantungan

    murid atau pun guru terhadap teknologi tersebut. Hal tersebut berarti ketika sistem e-learning

    mengalami kendala maka suatu proses pembelajaran menjadi tergannggu atau bahkan tidak dapat

    dilakukan. Terakhir, e-learning dapat menyebabkan kurangnya interaksi antara murid dengan

    pengajar atau dengan murid lainnya. Kurangnya interaksi tersebut dapat mengakibatkan sikap

    kurang mengenal di antara mereka sehingga menjadikan proses pembelajaran seperti suatu

    transaksi jual beli saja, bukan sebagai proses penyebaran ilmu pengetahuan.

    Kemudian analisis terhadap peluang dari e-learning. Peluang pertama yaitu perkembangan

    teknologi belakangan ini memungkinkan untuk menciptakan suatu sistem e-learning yang

    berkualitas. Kemudian yaitu terjadinya tranformasi yang radikal dari semua aspek pada

    pendidikan sebagai hasil dari dinamika teknologi. Selanjutnya yaitu adanya peningkatan minta

    para ahli untuk mengembangkan sistem e-learning yang lebih baik. Setelah itu adanya tren pada

    berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia untuk mulai menerapkan e-learning. Terakhir yaitu

    penggunaan e-learning mengurangi biaya yang diperlukan dalam melakukan kegiatan proses

    pembelajaran, misalnya saja tidak perlu lagi biaya untuk mencetak dokumen materi, tugas, kuis,

    dan ujian.

    Terakhir yaitu analisis terhadap hambatan atau ancaman dari e-learning. Hambatan pertama

    adalah kurangnya infrastruktur yang memadai (perangkat komputer, koneksi internet, server,

    jaringan, dan lain-lain) akan mengganggu kelancaran proses e-learning. Selanjutnya yaitu

    adanya sifat resisten pada sebagian orang untuk beralih kepada suatu hal yang baru. Misalnya

    saja seorang pengajar yang sudah tua cenderung tidak mau belajar lagi hal-hal teknis terjait

    dengan teknologi yang belum dia kuasai. Kemudian hambatan lainnya adalah kurangnya

    motivasi dan dukungan dari pihak pengambil kebijakan di uiveristas untuk mengembangkan

    sistem e-learning. Lalu e-learning juga membuat sebagian murid yang yang pemalas menjadi

  • 17

    tidak konsisten dalam melakukan pembelajaran, yang pada akhirnya mengakibatkan buruknya

    hasil pembelajaran mereka.

    Selain itu hal di atas, hambatan dari e-learning juga bisa berupa besarnya biaya yang dibutuhkan

    untuk investasi proses awal pengembangan e-learning pada suatu universitas. Biaya tersebut

    tidak hanya terkait hardware atau pun software yang digunakan, akan tetapi juga berupa biaya

    pelatihan yang dibutuhkan terhadap karyawan atau pengajar pada universitas untuk bisa

    menggunakan sistem e-learning yang baru dikembangkan. Lalu, kurang jelasnya aturan hukum

    maupun aturan normatif terkait keberadaan dan penggunaan sistem e-learning pada beberapa

    negara juga menjadi hambatan dari penggunaan suatu sistem e-learning.

    Terlepas dari berbagai kekurangan yang telah ditemukan pada analisi SWOT terhadap sistem e-

    learning, tidak dapat dipungkiri bahwa e-learning telah banyak memberikan dampak positif

    dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui dampak tersebut telah banyak para ahli yang

    melakukan penelitian terhadap dampak atau pengaruh penggunaan sistem e-learning terhadap

    hasil pembelajaran mahasiswa di perguruan tinggi. Diantaranya yaitu L.M Regueras, Elena

    Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, dan Maria Jesus Verdu yang dalam

    paper mereka [9] melakukan penelitian pada mahasiwa Universitas Valladolid di Spanyol.

    Kemudian juga ada Tomas Moravec, Petr Stepanek, dan Petr Valenta yang dalam paper mereka

    [10] melakukan penelitian pada mahasiswa Universitas Ekonomi Prague di Ceko. Lalu ada juga

    Salem Alkhalaf, Steve Drew, dan Thamer Alhussain yang dalam paper mereka [11] melakukan

    penelitian terhadap mahasiswa dari dua universitas di Arab Saudi.

    Pertama, dalam paper [9] L.M Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P.

    de Castro, dan Maria Jesus Verdu ingin mengetahui pengaruh dari competitive e-learning

    terhadap hasil pembelajaran dari mahasiswa perguruan tinggi. Untuk itu, mereka melakukan

    penelitian dengan cara studi kasus terhdap peserta kuliah Jaringan Komunikasi pada mahasiswa

    jurusan teknik telekomunikasi Universitas Valladolid di Spanyol. Mereka menggunakan sistem

    QUEST (Quest Environment for Self-managed Training) pada sebagian mahasiswa tersebut lalu

    membandingkan hasil belajarnya dengan sebagian lagi yang tidak menggunakan QUEST. Hasil

    penelitian mereka menunjukkan bahwa nilai ujian akhir dari mahasiswa yang menggunakan

    QUEST lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak menggunakannya.

  • 18

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, mereka kemudian menyimpulkan bahwa penggunaan dari

    competitive e-learning tools memberikan dampak yang bagus terhadap pembelajaran mahasiswa.

    Hal tersebut karena kepuasan mahasiswa terhadap competitive e-learning tools (QUEST)

    menunjukkan tanda positif serta nilai ujian akhir mahasiswa yang menggunakan sistem tersebut

    lebih baik dibandingkan yang tidak menggunakannya.

    Kedua, dalam paper [10] Tomas Moravec, Petr Stepanek, dan Petr Valenta meneliti pengaruh

    penggunaan e-learning terhadap hasil tes dari peserta kuliah Law basic pada mahasiswa

    Universitas Ekonomi Prague di Ceko. Untuk itu, mereka melakukan penelitian dengan cara

    membandingkan hasil tes mahasiswa pada bidang yang materinya disediakan pada e-learning

    dengan bidang yang materinya tidak tersedia pada e-learning. Hasil penelitian mereka

    menunjukkan bahwa penyedian materi pada e-learning meningkatkan kebenaran jawaban tes

    mahasiswa dari 43.10% menjadi 62.33%. dengan rata pertumbuhan kebenaran sebesar 19.23%.

    Selain hasil di atas, mereka juga menemukan bahwa kebenaran jawaban tes pada soal yang

    materinya tersedia pada e-learning adalah lebih tinggi dibandingkan dengan pada soal yang

    materinya tidak tersedia pada e-learning. Selanjutnya mereka menemukan penggunaan e-

    learning tidak memiliki dampak negatif terhadap mahaiswa yang bergantung kepada materi yang

    disediakan oleh e-learning. Akhirnya berdasarkan semua hasil penelitian tersebut mereka

    menyimpulkan bahwa penggunaan ketersediaan meteri suatu topik pada e-learning membuat

    mahasiwa memiliki hasil tes yang lebih baik dibandingkan dengan tidak tersedianya materi

    tersebut pada e-learning.

    Penelitian terakhir, dalam paper [11] Salem Alkhalaf, Steve Drew, dan Thamer Alhussain

    melakukan penelitian terhadap pengaruh e-learning pada mahasiswa di Arab Saudi. Untuk itu,

    mereka menyebarkan 528 kuisioner (328 laki-laki dan 200 perempuan) pada mahasiwa

    Universitas Qassim dan mahasiwa Universitas King Abdul Aziz. Kuisioner tersebut disusun

    berdasarkan IS measurement model. Kuisoner tersebut memiliki 37 pertanyaan dan mengukur 4

    dimensi, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, pengatuh terhadap individual, dan pengaruh

    terhadap pendidikan. Hasil kuisioner mereka menunjukkan bahwa 72% mahasiswa setuju atau

    sangat setuju bahwa sistem e-learning meningkatkan kesadaran akan kebutuhan dari proses

    pendidikan. Kemudian juga ditemukan bahwa 71% mahasiswa mengatakan bahwa sistem e-

  • 19

    learning meningkatkan produktivitas mereka. Selanjutnya didapatkan bahwa 60% mahasiswa

    merasa puas atau sangat puas dengan penggunaan sistem e-learning.

    Berdasarkan hasil kuisioner di atas, mereka akhirnya menyimpulkan bahwa penggunaan sistem

    e-learning memberikan dampak yang positif terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Mereka

    juga menambahkan bahwa sistem e-learning telah meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk

    menafsirkan informasi secara akurat. Selain itu, e-learning membantu menyediakan informasi

    yang diperlukan mahasiswa dalam membuat keputusan dengan efektif dan akurat sehingga

    secara dapat meningkatkan produktifitas dari proses pembelajaran.

    Berdasarkan hasil penelitian para ahli pada ketiga paper tersebut [9], [10], dan [11], dapat

    diringkas bahwa sistem e-learning memberikan dampak yang positif terhadap proses

    pembelajaran mahasiswa pada perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan sistem e-learning

    dapat dikustomisasi sehingga mampu menciptakan lingkungan yang kompetitif dan kolaboratif

    yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar. Selain itu semua

    fitur dan layanan yang tersedia pada e-learning mempermudah proses kegiatan belajar mengajar

    baik dari sudut pandang mahasiswa selaku murid mau pun dosen selaku pengajar. Dengan

    demikian, maka penerapan e-learning merupakan suatu keharusan dan menjadi langkah strategis

    untuk diterapkan oleh perguruan tinggi karena telah terbukti memberikan dampak yang positif

    terhadap proses pembelajaran.

  • 20

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

    Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut

    Peszynski dalam disertasinya [12], pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang

    menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi pada suatu situasi tertentu. Sejalan dengan

    pendapat Penzynski, Ellet and Beausang dalam paper mereka [13] mengatakan bahwa

    pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berusaha untuk mendapatkan pemahaman

    yang mendalam terhadap suatu fenomena yang terjadi pada suatu situasi di dunia ilmiah.

    Kemudian, menurut Zimmer dalam [14] mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan

    pendekatan penelitian yang berfokus untuk menjelajahi secara kontekstual pengalaman hidup

    dari individu dan kelompok sosial.

    Deengan menggunakan pendekatan kualitatif tersebut, penelitian ini memiliki tipe berupa studi

    kasus. Menurut Eisenhardt dalam [15], studi kasus merupakan penelitian yang berofokus

    terhadap pemahaman dinamika kekinian dalam suatu situasi manajemen. Eisenhardt juga

    berpendapat bahwa studi kasus biasanya menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data,

    seperti analisis arsip, wawancara, kuisioner, dan observasi. Dalam penelitian ini, saya akan

    menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi , dan analisis dokumen.

    Dengan menggunakan studi kasus tersebut, diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat dapat

    mengeksplorasi dan mendeskripsikan jawaban atas rumusan permasalahan yang telah dirancang

    dalam penelitian ini.

    3.2 Tahapan Penelitian

    Penelitian ini dirancang dengan delapan tahapan yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil

    yang diharapkan. Gambar berikut menjelaskan tahapan tersebut.

  • 21

    Gambar 6 : Tahapan Penelitian

    3.2.1 Perumusan Masalah

    Perumusan masalah merupakan tahap pertama yang selalu dilakukan dalam setiap kegiatan

    penelitian. Pada tahap ini penulis mencoba menentukan topik yang akan diteliti. Kemudian

    setelah mendapatkan topik, penulis lalu mempersempit topik tersebut sehingga akhirnya

    diperoleh rumusan masalah yang ingin diteliti. Terakhir, pada laporan penelitian tahapan ini

    menghasilkan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,

    tujuan, manfaat, ruang lingkup, dan signifikansi penelitian.

  • 22

    3.2.2 Studi Literatur

    Studi literatur merupakan tahapan penelitian yang dilakukan untuk memahami konsep dan teori

    yang relevan dengan topik penelitian. Studi literatur juga berguna untuk melihat hasil-hasil

    penelitian terdahulu sehingga membuat penulis lebih paham dan mengerti akan langkah-langkah

    yang harus dilakukan untuk melakukan penelitian ini. Pada laporan penelitian, tahapan ini

    menghasilkan bagian tinjauan literatur yang merupakan hasil dari proses sintesis yang penulis

    lakukan terhadap berbagai karya tulis ilmiah pada bidang terkait dengan topik yang diteliti.

    3.2.3 Perancangan Metodologi

    Pada tahap ini penulis menyusun metodologi yang akan dilakukan untuk melakukan penelitian

    ini. Metodologi merupakan sekumpulan metode, prosedur, dan langkah-langkah yang harus

    dilakukan untuk melakukan suatu penelitian. Perancangan metodologi merupakan hal yang

    penting dalam setiap penelitian dikarenakan perancangan yang salah akan mengakibatkan

    kesalahan dari hasil penelitian yang didapatkan atau bahkan tidak bisa mendapatkan hasil sama

    sekali. Pada laporan penelitian, tahapan ini menghasilkan bagian metodologi penelitian yang

    berisi pendekatan dan tipe penelitian, tahapan penelitian, metode pengumpulan data, metode

    analisis data, dan instrumen penelitian.

    3.2.4 Perumusan Instrumen

    Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, perlu dirumuskan instrumen yang

    akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Dalam penelitian yang akan penulis

    lakukan, instrumen atau teknik yang akan penulis gunakan adalah wawancara, observasi, dan

    analisis dokumen. Pada tahapan ini, akan ditentukan outline dari daftar pertanyaan saat

    wawancara, rincian poin-poin yang akan diamati saat observasi, dan penyiapan terhadap

    dokumen-dokumen dari penelitian terdahulu yang akan dianalisis.

    3.2.5 Pengumpulan Data

    Setelah merumuskan instrumen yang akan digunakan, maka tahapan selanjutnya adalah

    melakukan pengumpulan data dari sampel yang telah dipilih sebelumnya. Pada penelitian ini

  • 23

    sampel yang penulis pilih adalah mahasiswa dan dosen dari empat perguruan tinggi negeri di

    Indonesia, yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas

    Gadjah Mada (UGM), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

    Proses wawancara akan dilakukan secara tatap muka dan responden akan diberikan pertanyaan

    yang bersifat terbuka (open ended question). Responden yang dipilih untuk melakukan

    wawancara ini memiliki syarat yaitu (minimal) pernah menggunakan sistem e-learning yang ada

    di perguruan tinggi mereka. Diharapkan dari wawancara ini akan didapatkan sekitar 100 orang

    responden yang akan diambil datanya untuk masing-masing perguruan tinggi yang ditentukan

    sebelumnya.

    Proses observasi penulis lakukan dengan cara mengamati dan membandingkan hasil nilai ujian

    kelompok mahasiswa yang menggunakan sistem e-learning dalam proses pembelajaran mereka

    dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan sistem e-learning. Diharapkan dari

    proses observasi ini akan diamati sekitar 40 orang mahasiswa yang akan diamati untuk masing-

    masing perguruan tinggi yang ditentukan sebelumnya.

    3.2.6 Analisis Data

    Data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya kemudian akan dianalisis agar dapat

    digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan dan menarik kesimpulan. Langkah-langkah

    yang dilakukan pada tahap analisis ini adalah pemeriksaan data, pengurangan jumlah data

    (reduksi), pembuatan satuan-satuan dan pengkodingan, lalu terakhir membuat penafsiran.

    3.2.7 Analisis Dokumen Terdahulu

    Setelah dilakukan analisis terhadap data yang telah dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah

    melakukan analisis terhadap dokumen penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan sebagai suatu

    proses triangulasi untuk menguji ketepatan dari hasil analisis data yang telah dilakukan.

    Dokumen-dokumen yang dianalisis bisa saja merupakan paper yang telah direview pada tinjauan

    literatur atau merupakan dokumen lain yang maish berkaitan dengan topik yang diteliti.

  • 24

    3.2.8 Penarikan Kesimpulan

    Setelah melakukan analisis dan analisis terhadap dokumen terdahulu, maka tahapan selanjutnya

    adalah penarikan kesimpulan. Pada tahap ini akan dihasilkan jawaban terhadap pertanyaan-

    pertanyaan yang muncul pada rumusan permasalahan. Proses penarikan kesimpulan yang

    digunakan adalah metode induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus

    menuju kepada hal yang bersifat umum.

    3.3 Metode Pengumpulan Data

    Proses pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,

    dan analisis dokumen. Sampel yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data ini adalah

    dosen dan mahasiswa pada empat perguruan tinggi di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia

    (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Pertanian

    Bogor (IPB). Proses pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

    dan convenience sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang bersifat non

    probabilistik dan sampel dipilih secara sengaja oleh peneliti. Alasan penulis sendiri memilih

    empat perguruan tinggi tersebut adalah dikarenakan keempat perguruan tingi tersebut sudah

    cukup berpengalaman dalam menggunakan sistem e-learning dan juga masing-masing dari

    keempat perguruan tinggi tersebut merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

    Proses wawancara penulis lakukan secara tatap muka langsung dengan responden. Pertanyaan

    yang diberikan kepada responden merupakan pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended

    question). Proses pemilihan responden untuk wawancra ini dilakukan dengan syarat yaitu

    (minimal) responden pernah menggunakan sistem e-learning yang ada di perguruan tinggi

    mereka. Diharapkan dari wawancara ini akan didapatkan sekitar 100 orang responden yang akan

    diambil datanya untuk masing-masing perguruan tinggi yang ditentukan sebelumnya.

    Proses observasi penulis lakukan dengan cara mengamati dan membandingkan hasil nilai ujian

    kelompok mahasiswa yang menggunakan sistem e-learning dalam proses pembelajaran mereka

    dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan sistem e-learning. Diharapkan dari

    proses observasi ini akan diamati sekitar 40 orang mahasiswa yang akan diamati untuk masing-

    masing perguruan tinggi yang ditentukan sebelumnya.

  • 25

    Terakhir proses analisis dokumen penulis lakukan terhadap dokumen-dokumen hasil penelitian

    terdahulu yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti pada penelitian ini. Dokumen yang

    dianalisis bisa saja merupakan dokumen yang direview pada tinjauan literatur atau merupakan

    dokumen lain dengan topik sama yang dicari kemudian.

    3.4 Metode Analisis Data

    Proses analisis data pertama kali dimulai dengan pemeriksan terhadap data yang telah

    didapatkan. Pada tahapan ini diperiksa apakah setiap data yang didapatkan sudah terisi secara

    sempurna oleh responden atau tidak. Jika ada data yang tidak terisi secara sempurna maka data

    tersebut akan dipisahkan dari data lainnya yang sempurna.

    Setelah dilakukan pemeriksaan data, langkah selanjutnya adalah melakukan abstraksi yaitu

    membuat rangkuman hal-hal penting atau inti dari data yang telah didapatkan. Abstraksi

    bertujuan untuk membuang hal-hal yang tidak penting dari data sehingga lebih mudah untuk

    diproses pada langkah analisis selanjutnya.

    Langkah berikutnya adalah pembuatan satuan-satuan data yang akan dikategorikan. Proses

    pengkategorian dilakukan dengan saat melakukan pengkodingan terhadap satuan-satuan tersebut.

    Di sini penulis akan menggunakan bantuan software komputer untuk melakukan proses

    pengkodingan, dalam hal ini pengulis menggunakan QDA Miner.

    Langkah terakhir dari proses analisis data adalah membuat penafsiran terhadap data yang telah

    diproses sebelumnya. Dari sini proses penarikan kesimpulan akan mulai dilakukan. Proses

    penafsiran dilakukan dengan menggunakan teknik analisis komponensial, yaitu suatu teknik

    analisis yang dilakukan dengan cara identifikasi elemen kontras dalam domain yang dijadikan

    fokus penelitian [16]. Dalam hal ini, penulis akan memeriksa keterkaitan antara hasil

    pengkodingan pada langkah sebelumnya dengan domain berupa kebermanfaatan e-learning pada

    proses pembelajaran.

    3.5 Instrumen Penelitian

  • 26

    Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan analisis

    dokumen. Wawancara akan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended

    question) terkait dengan dampak penggunaan e-learning yang dirasakan oleh mahasiswa atau

    dosen dalam proses belajar mengajar. Observasi akan dilakukan dengan cara mengamati dan

    membandingkan hasil nilai ujian kelompok mahasiswa yang menggunakan sistem e-learning

    dalam proses pembelajaran mereka dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan

    sistem e-learning. Kemudian analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen hasil

    penelitian terdahulu yang memiliki topik yang sama dengan penelitian ini.

    Berikut daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden mahasiswa saat melakukan

    wawancara :

    1.) Apakah e-learning mempengaruhi hasil belajar Anda?

    2.) Bagaimanakah dampak penggunaan e-learning tersebut terhadap proses pembelajaran Anda?

    3.) Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning bagi Anda?

    4.) Faktor apa sajakah yang menyebabkan kegagalan dari penggunaan e-learning bagi Anda?

    5.) Apa perbedaan yang Anda rasakan ketika menggunakan dengan ketika tidak menggunakan

    sistem e-learning tersebut?

    Sedangkan untuk dosen, berikut daftar pertanyaan yang akan diajukan saat melakukan

    wawancara :

    1.) Apakah e-learning mempengaruhi proses mengajar Anda?

    2.) Bagaimanakah dampak penggunaan e-learning tersebut terhadap proses pengajaran Anda?

    3.) Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning bagi Anda?

    4.) Faktor apa sajakah yang menyebabkan kegagalan dari penggunaan e-learning bagi Anda?

    5.) Apa perbedaan yang Anda rasakan ketika menggunakan dengan ketika tidak menggunakan

    sistem e-learning tersebut?

  • 27

    BAB 4

    HASIL YANG DIHARAPKAN

    Berdasarkan kepada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan literatur yang telah

    dilakukan, maka penulis berharap bahwa setelah melakukan penelitian ini penulis akan

    mendapatkan hasil berupa terjawabnya permasalahan diajukan pada rumusan masalah. Berikut

    dua jawaban yang penulis harapkan terhadap rumusan masalah yang diajukan.

    1.) Penggunaan e-learning memiliki dampak yang positif terhadap proses pembelajaran

    mahasiswa pada perguruan tinggi.

    2.) Infrastruktur, keahlian IT, kemudahan penggunaan, dan motivasi belajar merupakan faktor

    yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning.

  • 28

    REFERENSI

    [1] Jacqueline Bichsel. The State of E-Learning in Higher Education : An Eye toward

    Growth and Increased Access. EDUCAUSE Center for Analysis and Research, 2013.

    [2] Meilun Shih, Jui Feng, dan Chin-Chung Tsai. Research and trends in the field of e-

    learning from 2001 to 2005: A content analysis of cognitive studies in selected journals.

    Computers & Education, Vol. 51, 2008.

    [3] L.M Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, dan

    Maria Jesus Verdu. Effects of Competitive E-Learning Tools on Higher Education

    Students: A Case Study. IEEE Transaction on Education, Vol. 52, No. 2, Mei 2009.

    [4] Bellias Dimitrios. Traditional Teaching Methods VS Teaching Through The Application

    of Information and Communication Technologies in The Accounting Field: Quo Vadis?.

    European Scientific Journal, Vol. 9, No. 28, Oktober 2013.

    [5] Hilda Aini Siregar. Pengaruh Model Explicit Instruction terhadap Hasil Belajar

    Akuntansi Siswa Kelas X di SMK N 1 Binjai T.A 2011/2012.

    http://digilib.unimed.ac.id//pengaruhmodel-explicit-instruction-terhadap-hasil-belajar-

    akuntansi-siswa-kelas-x-di-smk-negeri-1-binjait-a-20112012-22261.html. Diakses pada 4

    April 2015.

    [6] Joi L. Moore, Camille Dickson-Deane, and Krista Galyen. e-Learning, online learning,

    and distance learning environments: Are they the same?. Internet and Higher Education,

    Vol. 14, 2011.

    [7] Albert Sangr, Dimitrios Vlachopoulos, and Nati Cabera. Building an Inclusive

    Definition of E-Learning: An Approach to the Conceptual Framework. The International

    Review of Research in Open and Distributed Learning, Vol. 13, No. 2, 2012.

    [8] Venera-Michaela, Iulia Lazar, Valentin Nedeff, and Gabriel Lazar. SWOT anlysis of e-

    learning educational services from the perspective of their beneficiaries. Procedia

    Social and Behavioral Sciences, Vol. 116, 2014.

  • 29

    [9] L.M Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, and

    Maria Jesus Verdu. Effects of Competitive E-Learning Tools on Higher Education

    Students: A Case Study. IEEE Transaction on Education, Vol. 52, No. 2, Mei 2009.

    [10] Tomas Moravec, Petr Stepanek, and Petr Valenta.The influence of using e-learning tools

    on the results of students at the tests. Procedia Social and Behavioral Sciences, Vol.

    176, 2015.

    [11] Salem Alkhalaf, Steve Drew, dan Thamer Alhussain. Assessing the impact of e-learning

    systems on learners: a survey study in the KSA. Procedia Social and Behavioral

    Sciences, Vol. 47, 2012.

    [12] Konrad Janusz Peszynski. Power and Politics in a System Implementation, Ph.D.

    Dissertation, Deakin University, 2005.

    [13] Ellet dan Beausang. Introduction to Qualitative Research. Gastroenterology Nursing,

    Vol. 25, No. 1, 2002.

    [14] Zimmer L. Qualitative meta-synthesis: a question of dialoguing with texts. Journal of

    Advanced Nursing, Vol. 53, No. 3, 2006.

    [15] Eisenhardt. Building theories from case study research. Academy of Management

    Review, Vol. 14, No. 4, 1989.

    [16] James P. Spradley. The Ethnographic Interview. New York : Holt, Rinehart, and

    Winston.1979.