makalah kurikulum berbasis kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap...

17
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008 1 Kurikulum Berbasis Kompetensi Dina Mustafa ([email protected] ; [email protected] ) Paulina Pannen ([email protected]) Latar Belakang Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri dari mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar, administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi tertentu, dan produk penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional maupun internasional. Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi (PT) diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan tinggi mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun internasional. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan hasil pemikiran dalam rangka pembaharuan pendidikan yang selalu harus dilakukan dari waktu ke waktu. Pembaharuan pendidikan harus dilakukan karena berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh situasi regional di Asia Tenggara dan di wilayah lainnya. Pada tataran dunia, The International Bureau of Education UNESCO, menetapkan ketentetuan mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21. Menurut UNESCO, pendidikan diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengalami 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kecenderungan untuk belajar seumur hidup. Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma pendidikan berdampak pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep Mendikbud No.56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas No. 232/U/2000) atau Kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Perubahan kurikulum tersebut menuntut penataan lembaga, arah dan tujuan pendidikan dan penataan program studi di PT agar dapat memenuhi tuntutan dunia kerja dan keharusan untuk mengintegrasikan konteks budaya ke dalam proses pembelajaran di PT. Konteks budaya mengusulkan agar PT dapat memberikan suasana belajar sedemikian rupa sehingga para lulusannya memiliki ciri sebagai berikut. - Fenomena anthrophos, menghasilkan pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian

Upload: buiminh

Post on 29-Jan-2018

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

1

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dina Mustafa ([email protected]; [email protected] )

Paulina Pannen ([email protected])

Latar Belakang

Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri dari

mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar,

administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi tertentu, dan produk

penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak lulusan dan produk

perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional maupun internasional.

Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi (PT)

diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan

berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan tinggi mampu

menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan di tingkat nasional

maupun internasional.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan hasil pemikiran dalam rangka pembaharuan

pendidikan yang selalu harus dilakukan dari waktu ke waktu. Pembaharuan pendidikan

harus dilakukan karena berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia yang disebabkan

oleh situasi regional di Asia Tenggara dan di wilayah lainnya.

Pada tataran dunia, The International Bureau of Education UNESCO, menetapkan

ketentetuan mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21. Menurut UNESCO, pendidikan

diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengalami 4 pilar

pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

together dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kecenderungan untuk belajar

seumur hidup.

Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut

menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma pendidikan berdampak

pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan

penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep

Mendikbud No.56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas

No. 232/U/2000) atau Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

Perubahan kurikulum tersebut menuntut penataan lembaga, arah dan tujuan pendidikan

dan penataan program studi di PT agar dapat memenuhi tuntutan dunia kerja dan

keharusan untuk mengintegrasikan konteks budaya ke dalam proses pembelajaran di PT.

Konteks budaya mengusulkan agar PT dapat memberikan suasana belajar sedemikian

rupa sehingga para lulusannya memiliki ciri sebagai berikut.

- Fenomena anthrophos, menghasilkan pengembangan manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian

Page 2: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

2

mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

- Fenomena tekne, menghasilkan penguasaan ilmu dan ketrampilan untuk mencapai

derajat keahlian berkarya.

- Fenomena oikos memunculkan kemampuan untuk memahami kaidah kehidupan

bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

- Fenomena etnos, dicakup dalam pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan

seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian

yang dikuasai.

Semua ini sudah diterjemahkan oleh UNESCO menjadi 4 pilar pendidikan yang telah

diuraikan sebelumnya

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Nasional 1994 untuk PT merupakan kurikulum berbasis pada isi keilmuan.

Kurikulum 1994 ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kemampuan minimal

dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai sasaran kurikulum

program studi. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh PT sendiri. Tuntutan

terhadap PT agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi dan

perkembangan ilmu (scientific vision) untuk generasi masa depan memunculkan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2000 yang mengintegrasikan

kebudyaan dan 4 pilar pendidikan UNESCO. KBK ini diharapkan akan menghasilkan

lulusan yang memiliki kompetensi tertentu sehingga dapat melakukan tindakan cerdas,

penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan yang ditekuninya. KBK ini

mengintegrasikan penilaian oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders)

di samping penilaian oleh PT dan program studi sendiri.

Pendidikan berbasis kompetensi adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan institusi,

yang tidak lagi berfokus pada apa yang harus diajarkan oleh program studi tetapi

berfokus pada apa yang harus dikuasai mahasiswa untuk dapat mengatasi berbagai

keadaan yang kompleks pada dunia kerja. Pendidikan berbasis kompetensi berfokus pada

hasil kompetensi yang berkaitan dengan apa yang diperlukan di dunia kerja, yang

ditentukan oleh para pengguna lulusan maupun ikatan profesi yang terkait. Kompetensi

yang dihasilkan juga makin rumit dan menuntut cara penilaian yang rumit pula, yaitu

melibatkan portfolio, penilaian terhadap pengalaman kerja yang didapat pada saat

magang, demonstrasi penguasaan kompetensi pada berbagai konteks yang relevan,

pembelajaran yang melibatkan pendekatan bermain peran, penerapan berbagai standar

yang biasa digunakan oleh profesi yang terkait.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ditjen Dikti, sebagai penanggungjawab nasional

penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, mengambil kebijakan yang dituangkan

dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III (1994

– 2005), dengan empat sasaran utama berupa (i) otonomi penyelenggaraan, (ii) mutu

pendidikan, (iii) akuntabilitas penyelenggaraan, dan (iv) akreditasi. Pemerintah

memperhitungkan bahwa bila keempat sasaran utama tersebut tercapai maka akan terjadi

Page 3: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

3

peningkatan kesempatan atau peluang menuju pendidikan tinggi yang berkualitas dan

mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain, minimal di Asia Tenggara.

Usaha penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan dunia dan kebijakan

Ditjen Dikti dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1: Pengaruh Tuntutan Lingkungan dan Kebijakan Ditjen Dikti terhadap

Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen di Perguruan Tinggi

Untuk mewujudkan sasaran utama tersebut berbagai langkah dilakukan oleh Ditjen Dikti,

antara lain, pemisahan antara struktur kelembagaan dan struktur program pendidikan.

Pemisahan ini diharapkan dapat mendorong: otonomi penyelenggaraan pendidikan

menjadi lebih terbuka, proses resource sharing dan networking secara internal dan

eksternal menjadi lebih efektif dan efisien, dan terselenggaranya program-program yang

relevan dengan kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan

yang unggul dari masing-masing PT melaui proses buka/tutup program studi.

Permisahan ini menjadi dasar bagi perubahan kurikulum yang semula content-based

(penguasaan isi ilmu pengetahuan dan keterampilan/PIPK – SK Mendikbud No.

056/U/1994) menjadi competency-based (berbasis kompetensi – SK Mendiknas No.

232/U/2000 dan 045/U/2002) atau yang sekarang dikenal dengan Kurikulum berbasis

Kompetensi/KBK.

Teaching-Learning Procces Graduates Incoming

Students

Staff Library

Physical Facilities

Laboratories

Funding Organization

Resource

s

Curriculum

Managemen

t

Leadershi

p

Quality

Assurance Academic

Community

Job Market

Community

Acknowledgement

Demand HE

SISTEM PENDIDIKAN TINGGI

otonomi Kesehatan

organisasi

Daya saing

bangsa

HELTS TAHUN 2003 -2010

Page 4: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

4

Ciri-ciri rancangan kurikulum berbasis kompetensi (Ttany- jawab Seputar KBK, Dikti,

2005)

1. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).

2. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran (out

comes) proses pembelajaran.

3. Materi ajar dan proses pembelajaran didesain dengan orientasi pada pencapaian

kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik.(Student Centered Learning).

4. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah koqnitif,

psikomotorik dan afektif.

5. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang

benar pula.

Kompetensi

Ada berbagai definisi mengenai kompetensi. Sudarsono, mengutip berbagai sumber,

memberikan definisi kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas –

tugas atau berkarya di bidang keahlian tertentu. Selanjutnya Jones (2000), memberikan

definisi kompetensi sebagai berikut the specification of knowledge and skill and the

application of that knowledge and skill to the standards or learning outcomes (Jones,

M.J. 2000. Curriculum Development. EEDP Project, DGHE). Mulyana (2000)

menyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hamlin,

(1994) menyatakan bahwa competency is a statement which describes integrated

demonstration of a cluster or related skills and attitude that are measurable and

observable necessary to perform a job independently. Menurut Tillman (1996),

competency consists of knowledge, skill, and attitude needed to perform an ability to do a

certain job/profession. Gonzi (1997) dan Heger (1995), memberikan definisi kompetensi

lebih luas lagi, yaitu meliputi berbagai kemampuan antara lain yang melandasi

kepribadian, penguasaan ilmu (know why) dan keterampilan (know how), berkarya (what

to do), menyikapi dan berprilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri dalam menilai

dan mengambil keputusan secara bertanggungjawab (how to be a responsible person),

dan hidup bermasyarakat dengan menerapkan kerja sama, saling menghormati dan

menghargai nilai-nilai pluralisme dan perdamaian (how to live together). Menurut

KEPMENDIKNAS No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,

penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu

oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas – tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Ada perubahan persyaratan untuk masuk dunia kerja, yaitu harus memiliki kemampuan

soft skills di samping hard skills. Survei yang dilakukan oleh National Association of

Colleges and Employers, USA (2002) terhadap 457 pimpinan mengenai kualitas lulusan

perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja menghasilkan urutan sebagai berikut

(Tabel 1).

Page 5: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

5

Tabel 1: Urutan Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi

No Kompetensi Rangking No Kompetensi Rangking

1 Berkomunikasi 4,69 11 Berorientasi pada detail 4,00

2 Jujur/integritas 4,59 12 Kepemimpinan 3,97

3 Kerja sama 4,54 13 Kepercayaan diri 3,95

4 Interpersonal 4,50 14 Ramah 3,85

5 Beretika 4,46 15 Sopan 3,82

6 Motivasi/inisiatif 4,42 16 Bujaksana 3,75

7 Beradaptasi 4,41 17 Indeks Prestasi ≥ 3 3,68

8 Daya analisis 4,36 18 Kreatif 3,59

9 Berkomputer 4,21 19 Humoris 3,25

10 berorganisasi 4,05 20 Berwirausaha 3,23

Patrick O’Brien dalam bukunya “Making College Count” yang dikutip oleh Iwan

Mulyana, meyatakan ada sejumlah soft skills yang sebaiknya dikuasai oleh lulusan PT,

karena dapat menentukan keberhasilan di dunia kerja, yaitu keterampilan berkomunikasi,

berorganisasi, kepemimpinan, logika, usaha, berkelompok dan etika. Selanjutnya hasil

survei di Amerika, Kanada dan Inggris memunculkan 23 soft skills yang dibutuhkan oleh

dunia kerja (Tabel 2).

Tabel 2: Soft Skills Yang Dibutuhkan Dunia Kerja

Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris

No Jenis Soft Skill No Jenis Soft Skill 1 Inisiatif 13 Manajemen diri

2 Etika/integritas 14 Menyelesaikan persoalan

3 Berfikir kritis 15 Dapat meringkas

4 Kemauan belajar 16 Berkooperasi

5 Komitmen 17 Fleksibel

6 Motivasi 18 Kerja dalam tim

7 Bersemangat 19 Mandiri

8 Dapat diandalkan 20 Mendengarkan

9 Komunikasi lisan 21 Tangguh

10 Kreatif. 22 Berargumen logis

11 Kemampuan analitis 23 Manejemen waktu.

12 Dapat mengatasi stress

Menurut Mitsubishi Research Institute, persentasi keterampilan seseorang yang memberi

kontribusi bagi keberhasilan di dunia kerja adalah sebagai berikut: soft skill – 40%;

networking skill - 30%, keahlian di bidang pekerjaan yang ditekuni - 20%; dan

kemampuan mengelola keuangan 10 %. Sebagai ilustrasi, proses seleksi pegawai di

ASTRA dilakukan dalam 3 tahap, pertama menguji kemampuan logika dan berpikir

analistis, kedua menguji karakter dan sikap kerja. Dan ketiga baru menguji kemampuan

teknis bidang pekerjaan, kesesuaian dengan kemampuan yang diminta dan kesehatan.

Page 6: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

6

Untuk Indonesia, deskripsi persyaratan kerja yang dinginkan para pengguna lulusan dapat

dibaca pada Tabel 3.

Tabel 3: Deskrispsi Pesyaratan Kerja

No Kompetensi

Penguasaan

Pengetahuan dan Keterampilan

Sikap Pengenalan Sifat

Pekerjaan Terkait

1 Kemampuan Analisis dan Sintesis Kepemimpinan Terlatih dalam etika kerja

umum maupun yang

terkait dengan bidang

pekerjaan yang ditekuni

2 Menguasai Teknologi Informasi

dan Komunikasi/TIK/Komputer

Dapat bekerja dalam

tim

Memahami makna

globalisasi

3 Kemamapuan mengelola ketidak

jelasan (ambiguity)

Dapat bekerja lintas

budaya

(cross culturaaly)

Fleksible terhadap tuntutan

bidang pekerjaan yang

ditekuni, termasuk

perubahan karena

perkembangan lingkungan

yang berdampak pada

bidang pekerjaan

4 Kemampuan berkomunikasi lisan

maupun tulisan

5 Menguasai Bahasa Asing

(2nd language)

Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perubahan orientasi kurikulum dari

Kurikulum Nasional 1994 yang berbasis keilmuan menjadi Kurikulum berbasis

Kompetensi pada tahun 2000 yang mengintegrasikan konsep budaya dan 4 pilar

pendidikan UNESCO. Perbedaan antara Kurikulum 1994 dan 2000 dapat dibaca pada

Tabel 4.

Page 7: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

7

Tabel 4: Perbedaan Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2000

Deskriptor Pembeda Kurikulum 1994 Kurikulum 2000

Pendekatan Content-based Competency-based

Tujuan Keutuhan penguasaan ilmu Keutuhan kompetensi

berkarya and a method of

inquiry in subject area

Atribut Penguasaan Ilmu Instrumental, adaptif,

prgamatik

Kompeten, komprehensif,

profesional

Struktur Pengelompokan Tatanan pohon ilmu Kompetensi dalam spektrum

profesi

Kemampuan berkarya Tidak terlihat jelas Terbakukan dalam 4 elemen

kompetensi

Kelompok Penyusun

Kurikulum

MKU, MKDK, MKK MPK, MKK, MBB, MPB,

MKB

Sifat keberlakuan Sebagai pedoman penyusunan

kurikulum

Sebagai rambu-rambu

penyusunan kurikulum

institusional

Kurikulum berbasis kompetensi ini terdiri dari: a) kurikulum inti yang mencirikan

kompetensi utama; dan b) kurikulum institusional yang melengkapi kurikulum inti

dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan dan ciri khas PT. Dengan demikian

program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut:

a) menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu

sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara

penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; b) mampu menerapkan

ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya

dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku

yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c) mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya dan mampu dalam berkehidupan

bersama di masyarakat; d) mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan atau kesenian yang merupakan keahliannya.

SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan

tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang berdampak pada pengelompokan mata

kuliah pada program studi. Kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan PT harus

diterjemahkan ke dalam kurikulum program studi yang menghasilkan pengelompokan

mata kuliah ke dalam lima kategori yaitu:

a) yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian (MPK), terdiri dari kelompok

bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

b) keilmuan dan keterampilan (MKK), tersusun dari kelompok bahan kajian dan

pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu

dan keterampilan tertentu.

Page 8: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

8

c) keahlian berkarya (MKB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang

bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan

keterampilan yang dikuasai

d) pengembangan prilaku berkarya (MPB), tersusun dari kelompok bahan kajian

dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang

diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar

ilmu keterampilan yang dikuasai; dan

e) pengembangan kemampuan berkehidupan bermasyarakat (MBB), merupakan

kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat

memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian

dalam berkarya.

Penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan

kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi menghasilkan pengelompokan matakuliah

seperti pada Tabel 5. Tabel 5: Usaha Pemadanan Berbagai Kepentingan

Pada Pengelompokan Mata Kuliah

Persyaratan Kerja Empat Pilar Pendidikan

UNESCO

Kurikulum Inti dan

Institusional PT

Penguasaan pengetahuan

dan ketrampilan :

• analisis dan sintesis

• menguasai IT/

computing

• managing ambiguity

• Oral & written

communication

• 2nd language

Learning To Know

Matakuliah

Keilmuan dan Keterampilan

(MKK)

Learning To Do

Matakuliah

Keahlian Berkarya

(MKB)

Sikap :

• kepemimpinan

• teamwork

• can work

crossculturally

Learning To Be

Mata Kuliah

Prilaku Berkarya

(MPB)

Pengenalan sifat pekerjaan

terkait :

• Terlatih dalam etika

kerja

• Memahami makna

globalisasi

• Fleksibel thd pilihan

pekerjaan

Learning

To Live Together

Mata kuliah

Berkehidupan Bermasyarakat

(MBB)

Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian

(MPK)

Page 9: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

9

Untuk mempermudah penyusunan kurikulum oleh PT maka diterbitkan SK Mendiknas

No. 045/U/2002 tentang penyusunan kurikulum inti di PT sehingga menghasilkan

pedoman penyusunan kurikulum sebagai tertulis pada Tabel 6.

Tabel 6: Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002

Elemen Kompetensi

Kurikulum

Inti

Kurikulum Institusional

Kompetensi

Utama

Kompetensi

Pendukung

Kompetensi

Lainnya

Landasan Kepribadian

40% - 80%

20%-40%

0% - 30% Penguasaan Ilmu dan Keterampilan

Kemampuan Berkarya

Sikap dan prilaku dalam berkarya

Pemahaman Kaidah Berkehidupan

bermasyarakat

Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang

memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh

kalangan PT, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah

kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri

khas PT yang bersangkutan. Kompetensi Lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi

penyelenggara program studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat

membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta

kebutuhan lingkungan PT.

Proses Penyusunan KBK dimulai dengan analisis SWOT terhadap PT dan program studi

dan analisis hasil tracer study untuk mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal

terhadap lulusan program studi tersebut. Contoh penysusunan KBK seperti ini dapat

dilihat pada makalah Himma Dewiyana. (2007), Kompetensi dan Kurikulum

Perpustakaan. Dari kedua hasil analisis ini akan didapat profil lulusan yang harus

diterjemahkan menjadi kompetensi lulusan. Dari kompetensi lulusan dikembangkanlah

bahan kajian yang akan menentukan kedalaman dan keluasan dari bahan kajian yang

harus diliput, yang harus didistribusikan ke dalam sejumlah mata kuliah. Bahan kajian ini

juga menentukan rancangan dan metode pembelajaran setiap mata kuliah atau silabus dan

satuan acara pembelajaran/perkuliahan/SAP. Sebelum ada KBK , biasanya institusi dan

program studi langsung membuat tujuan pendidikan, mata kuliah (SKS), silabus, RPP,

dan bahan ajar. Perbandingan dalam proses penyusunan kurikulum cara KBK dan cara

sebelumnya dapat dilihat pada Gaambar 3.

Page 10: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

10

Gambar 2: Perbandingan Proses Penyusunan KBK dan Kurikulum 1994.

1. Profil lulusan adalah jawaban terhadap pertanyaan “PT ini akan menghasilkan

sarjana seperti apa?” Sebagai contoh Institut Pertanian Bogor mempunyai visi untuk

menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya

marusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika. Contoh

lain adalah program studi geografi yang mempersyaratkan profil lulusan yang

memiliki kompetensi keilmuan yang berupa pemahaman akan dan kemampuan

analisis keruangan, yang ditunjang oleh soft skills, antara lain, kemampuan

berkomunikasi menggunakan berbagai metode dan teknologi, dan sikap serta etika

yang santun. Jadi profil lulusan merupakan gabungan antara scientific vision

program studi, nilai-nilai yang ditetapkan oleh PT, dan market signal yang berasal

dari pemangku kepentingan dan alumni. Dari profil lulusan dikembangkanlah

program pendidikan akademik S1 yang akan menghasilkan kompetensi lulusan

yand dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan. Kompetensi

lulusan ini di analisis sehingga menjadi kompetensi utama, kompetensi pendukung

dan kompetensi lainnya untuk memenuhi sertifikasi oleh lembaga sertifikasi terkait.

2. Setelah didapat profil lulusan maka dilakukan analisis profil tersebut untuk

mendapatkan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh program studi tersebut.

Format yang dapat digunakan adalah seperti Tabel 7.

Kompetensi Lulusan

Bahan kajian

Metode pembelajaran

Mata kuliah (sks)

Bahan Ajar (sillabus)

Menyusun struktur kurikulum (distribusi kedalam Semester)

Tracer Study

Need Assessment

(Market signal)

Analisis SWOT

Kemampuan PS (Scientific vision)

Yang biasa dilakukan

KBK yang diusulkan

Rancangan Pembelajaran

Distribusi kedalam MK

Kedalaman dan Keluasan kajian (sks)

Tujuan Pendidikan

(Kompetensi)

Profil Lulusan (1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(7) (6)

(8)

Page 11: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

11

Tabel 7: Format Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi

PROFIL

(PERAN)

Kompetensi yang harus Dipunayi Lulusan

Kompetensi utama Kompetensi

Pendukung

Kompetensi Lainnya

1

2

3

4

Dari kerangka KBK yang tertuang pada Tabel 7, dikembangkan struktur KBK

program studi seperti pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8: Struktur Kurikulum berdasarkan Kompetensi

Program Studi __________________

Kelompok

Kompetensi

No Rumusan Kompetensi Elemen Kompetensi

a b c d e

Kompetensi Utama

1

2

3

4

5

6

Kompetensi

Pendukung

7

8

9

Kompetensi

Lainnya

10

11 Keterangan:

a. Landasan Kepribadian ; b. Penguasaan Ilmu dan Keterampilan; c. Kemampuan Berkarya d. Sikap dan Prilaku dalam Berkarya; e. Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat

Usulan Kompetensi Lulusan suatu program studi S1 secara umum adalah seperti

yang diuraikan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9: Usulan Kompetensi Lulusan Program S1

No Dimensi Kompetensi Umum Lulusan Program S1

1 Bidang ilmu

Penguasaan prinsip dasar keilmuannya dan kemampuan penerapan

serta pengembangannya, dengan menggunakan perangkat yang

handal dan teknologi informasi.

2 Komunikasi

Kemampuan mengkomunikasikan pemikirannya dengan baik, dan

kemampuan keterlibatan dalam bidangnya secara pribadi maupun

kelompok/masyarakat yang lebih luas.

3 Sikap Kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, punya kepekaan dan

pemahaman masalah sosial, budaya, dan global. Apresiatif pada

Page 12: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

12

No Dimensi Kompetensi Umum Lulusan Program S1

etika dan punya tanggung jawab profesi.

4 Cara Berfikir Kemampuan berkonsep, kreatif, inovatif, dan metodik, punya

wawasan luas.

3. Setelah mendapatkan Struktur Kurikulum berdasarkan hasil analisis terhadap

kompetensi lulusan, maka dilakukan analisis yang retail terhadap kompetensi itu

untuk dan pengumpulan serta analisis terhadap bahan kajian, yang dapat

digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu yang berasal dari keimuan penciri

program studi dan yang termasuk bahan yang menjadi bagian dari misi program

studi/PT. Rincian bahan kajian dapat dibaca pada Tabel 10.

Tabel 10: Bahan Kajian

Keilmuan Penciri Program Studi Misi Program Studi/PT

A Inti Keilmuan/Bidang Studi D IPTEKS yang dikembangkan

B IPTEKS Pendukung E IPTEKS yang diperlukan mahasiswa di

masa depan

C IPTEKS Pelengkap F Materi Penciri PT

Setelah selesai menganalisis bahan kajian, kemudian disusun ke dalam format yang

mengaitkan antara rumusan kompetensi dengan bahan kajian seperti yang dapat

dibaca pada Tabel 11

Tabel 11: Hubungan Antara Rumusan Kompetensi dan Bahan Kajian

No. Rumusan Kompetensi Bahan Kajian

A B C D E F

1 Kompetensi Utama

2

3

4

5

6

7 Kompetensi Pendukung

8

9

10 Kompetensi lainnya

11

4. Analisis terahadap bahan kajian akan memunculkan kedalaman dan keluasan kajian

untuk menentukan satuan kredit semester/sks. Pertimbagan dalam menetapkan

besarnya sks dipengaruhi oleh hal-hal berikut:

- Tingkat penguasaan/kompetensi mahasiswa

Page 13: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

13

- Waktu untuk mencapai kompetensi atau penguasaan tertentu

- Terbanding terhadap keseluruhan beban studi - Sistem pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai kompetensi

Pengertian lama untuk 1 sks adalah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari

- 50 menit tatap muka - 50 menit kegiatan terstruktur - 50 menit kegiatan mandiri

Usulan untuk pengertian baru mengenai sks adalah sebagai berikut;

- Tingkat penguasaan/kompetensi - Waktu belajar/sistem pembelajaran untuk mencapai kompetensi tersebut

- Penunjuk kedudukan mata kuliah dalam pencapaian kompetensi lulusan

5. Setelah mendapat bahan kajian maka disusun matriks hubungan anara bahan kajian

dan komptensi dalam bentuk mata kuliah atau distribusi kompetensi bahan kajian

Contoh penjabaran mata kuliah dalam hubungannya dengan bahan kajian dapat

dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12: Matriks Hubungan Antara Bahan Kajian dan Kompetensi

Elemen

Kompetensi

Bahan Kajian

A B C D E F

A MK 1 MK 2

B

C MK 3

D MK 4

E

A

B MK5

C

D

E

A

B

C MK 6

D

E

Mata kuliah 1 dan 2 mencakup bahan kajian yang berbeda untuk mencapai satu

elemen kompetensi. Mata kuliah 3 mencakup tiga bahan kajian untuk satu elemen

kompetensi. Mata kuliah 5 menggambarkan satu bahan kajian untuk mencapai

banyak elemen kompetensi.

6. Model struktur kurikulum yang dikembangkan dapat dua macam yaitu model Seri

yang berdasarkan logika keilmuan atau model paralel berdasarkan strategi

Page 14: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

14

pembelajaran seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3, yang memuat contoh

pelaksanaan KBK untuk Program Studi Geografi.

Gambar 3: Struktur Kurikulum Program Studi Geografi

Gambar 3 menunjukkan perbedaan nyata susunan mata kuliah yang menggunakan

Kurikulum Berbasis Isi (KBI) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada

KBI setiap mata kuliah berdiri sendiri. Kemampuan analisis mahasiswa diuji

hanya pada mata kuliah yang bersangkutan saja. Sedangkan pada KBK mata

kuliah-mata kuliah saling bersinggungan. Bila belum dapat mengubah KBI ke

KBK secara penuh, maka singgungan diarahkan pada pemberian tugas. Itupun

tidak perlu untuk seluruh tugas, hanya beberapa tugas yang diarahkan untuk

memiliki sifat lintas kompetensi yang termuat dalam mata kuliah mandiri.

Penyusunan mata kuliah dengan metode paralel berdasarkan strategi pembelajaran

tetap mengenal mata kuliah mandiri atau sistematik. Setiap dosen mengajar mata

kuliah mandiri. Namun demikian bentuk tugas yang diberikan kepada mahasiswa

harus saling berkait antar beberapa mata kuliah. Beberapa mata kuliah tersebut

(tergantung pada kesiapan dosen) bersama-sama memberikan tugas yang sifatnya

‘lintas mata kuliah’. Tugas tersebut memuat materi yang berkait dengan unsur

fisik, sosial dan berbagai teknik penyajian dan analisis.

Contoh pendekatan strategi pembelajaran yang lebi komprehensif dapat dibca

pada makalah Zalatan (1998) yang berjudul Managing to Learn: An Overview of

a Competency-Based, InteractiveManagement Major Curriculum. Makalah in

menguraikan bagaimana mahasiswa jurusan Manajemen untuk tingkat 3 dan 4

tidak diberikan mata kuliah yang berdiri sendiri secara berurutan tetapi

berpartisipasi dalam 8 simulasi dan permainan (games) yang mengintegrasikan

berbagai kompetensi dalam bidang manajemen, yang memberi pengalaman

melakukan kegiatan manajemen, sehingga mahasiswa dapat belajar dari kegiatan

Page 15: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

15

tersebut. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah konteks realistik, dan

mahasiswa yang aktif melakukan kegiatan kolaboratif untuk mencapai

kompetensi utama sekaligus memaksimalkan kemampuan mahasiswa untuk

menerapkan berbagai konsep manajemen ke dalam dunia kerja. Simulasi dan

permainan tersebut berhubungan dengan pemasaran, manajemen strategis,

manajemen produksi, manajemen SDM manajemen keuangan dan pengambilan

keputusan, manajemen multinasional, dan strategi bisnis.

7. Setelah didapat susunan kurikulum, dikembangkan rancangan pembelajaran yang

dilengkapi dengan metode pembelajaran dan penilaian untuk satu mata kuliah

atau gabungan matakuliah. Untuk gabungan matakuliah yang diperhatikan adalah

kompetensi. Contoh rancangan pembelajaran atau silabus dapat dilihat pada Tabel

13.

Tabel 13: Contoh Rencana Pembelajaran

Waktu

(Minggu)

Kompetensi

Akhir

Bahan

kajian

Metode

Pembelajaran

Kriteria

Penilaian

Bobot

Nilai (%)

2 Pemahaman teori

dan metode

Teori

tekanan, dan

proses

produksi

Kuliah dan

diskusi

4 Menganalisis

kasus,mengusul

kan solusi

teoritis,tersaji

dalam paper.

Alat ukur Membuat

studi kasus

dan presentasi

Ketajaman

analisis,

kreativitas

ide. 30 %

8 Menghasilkan

alat ukur yang

operasional,

efisien dan

presisi.

alat ukur

tekanan

jantung

Merancang

alat

Orisinalitas/

inovasi, dan

tingkat

komprehensif

berfikir

50 %

Cek kemampuan dengan Ujian untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan, receptan

dan kebenaran - Bobotnya 20% - (UTS dan UAS pada minggu ke 7 dan ke 16

8. Setelah mendapatkan rancangan pembelajaran, maka perlu dilakukan pemilihan

metode pembelajaran yang optimal. Pelaksanaan KBK menuntut mahasiswa

untuk aktif dalam pembelajarannya atau student-centred learning (SCL). Ciri

pelaksanaan SCL adalah sebagai berikut:

- Mengutamakan tercapainya kompetensi mahasiswa (kemampuan kognitif,

psikomotor, dan afektif) secara utuh.

- Memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa, bukan hanya memberi soal

ujian/tes, tanpa memperhatikan proses belajar mahasiswa.

- Mahasiswa harus dapat menunjukan hasil belajarnya/kinerjanya, bukan sekedar

mengikuti kuliah dan mencatat, yang walaupun penting, tapi bukan kinerja

mahasiswa yang utama.

Page 16: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

16

- Pemberian tugas menjadi pokok dalam pembelajaran. Kegiatan mahasiswa mempresentasikan penyelesaian tugasnya, untuk dibahas bersama, dikoreksi,

dan diperbaiki, merupakan proses yang penting dalam pembelajaran.

- Penilaian proses sama pentingnya dengan penilaian hasil (jika hanya ujian tulis, maka akan lebih banyak mengarah pada penilaian hasil belajar).

Dosen memfasilitas mahasiswa untuk aktif mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan yang dipelajari dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam

mengelola pengetahuan. Dosen tidak terfokus hanya pada penguasaan materi oleh

mahasiswa, tetapi juga mendorong mereka mengembangkan sikap belajar (life-

long learning). Sejauh mungkin dosen memanfaatkan berbagai media dalam

memfasilitasi belajar mahasiswa dan menciptakan suasana dan lingkungan belajar

yang bersifat suportif dan kolaboratif. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya

interdisipliner dan memperhatikan proses disamping hasil penguasaan mahasiswa.

.

Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan terhadap proses perolehan pengetahuan

dan keterampilan selain terhadap produk pengetahuan atau keterampilan yang

dihasilkan. Bentuk penilaiannya adalah penilaian autentik yang memperhatikan

kinerja, sikap, keterampilan psikomotor, di samping penguasaan pengetahuan.

Penilaian sebaiknya tidak berbentuk ujian tertulis saja tetapi juga tes kinerja,

tugas-tugas, dan proyek. Ke semuanya tentu saja harus dinilai berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan kepada mahasiswa sebelumnya.

Penilaian itu sebaiknya terdiri dari penilaian formatif untuk memberi kesempatan

kepada mahasiswa dan dosen untuk memperbaiki diri dan penilaian summatif

untuk mendapatkan nilai akhir/grade

Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Untuk menerapkan KBK ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh program

studi, yaitu:

- tersedianya pendidik yang profesional

- Proses pembelajaran oleh dosen bukan sekedar penyajian materi

- Peserta didik dianggap memiliki kemampuan awal dan karakteristik masing-

masing yang harus diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran

- Proses pembelajaran membimbing mahasiswa untuk dapat mencapai kompetensi,

seperti proses petani mendapatkan panennya

Dengan demikian sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK ini adalah

adanya:

- SDM

- Sarana dan Prasarana

- Sertifikasi

- Evaluasi program; dan

- Penjaminan mutu

Indikator keberhasilan dan penjaminan mutu dalam pelaksanaan KBK adalah:

Page 17: Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, ... analisis, dan evaluasi yang

Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3

Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari

Jakarta, Juli – Agustus 2008

17

- Laju peningkatan penyerapan alumni didunia kerja (graduate employment rate) - Tingkat kepuasan alumni (graduate satisfaction) - Tingkat kepuasan industri (employer satisfaction) - Tingkat kepuasan mahasiswa (student satisfaction) - Laju peningkatan nisbah alumni yang lulus tepat waktu

- Nilai IPK≥ 3

Kesimpulan

• Kurikulum berbasis kompetensi kurikulum yang disusun berdasarkan tuntutan

kompetensi lulusan yg dibutuhkan profesi dalam situasi dan kondisi tertentu

• Asumsi penyusunan KBK adalah kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai jika

kualitas intelektual dibangun dengan dukungan materi tertentu

• Dalam pelaksanaan KBK mengutamakan “eksperimen”, atau pengalaman belajar

dalam setting (situasi dan kondisi) tertentu untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan.

Daftar Acuan

Himma Dewiyana. (2007). Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Medan: USU

Repository 2008

Materi Training of Trainer untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi . Jakarta:Ditjen Dikti

Sudarsono (Prof. Dr. Msc. Guru Besar Fakultas Pertanian - Institut Pertanian Bogor

Materi Presentasi KBK )

Tanya jawab seputar KBK. Jakarta: Dikti, 2005

Widyawati. (2006). Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi tanpa Merombak

Kurikulum Berbasis Isi. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Tahunan IGI Universitas

Indonesia

Zalatan. K. A. (1998). “Managing to Learn: An Overview of a Competency-Based,

Interactive Management Major Curriculum.” Decision Line, July 1998