makalah kurikulum berbasis kompetensi merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap...
TRANSCRIPT
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
1
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dina Mustafa ([email protected]; [email protected] )
Paulina Pannen ([email protected])
Latar Belakang
Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri dari
mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar,
administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi tertentu, dan produk
penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak lulusan dan produk
perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional maupun internasional.
Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi (PT)
diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan
berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan tinggi mampu
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan di tingkat nasional
maupun internasional.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan hasil pemikiran dalam rangka pembaharuan
pendidikan yang selalu harus dilakukan dari waktu ke waktu. Pembaharuan pendidikan
harus dilakukan karena berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia yang disebabkan
oleh situasi regional di Asia Tenggara dan di wilayah lainnya.
Pada tataran dunia, The International Bureau of Education UNESCO, menetapkan
ketentetuan mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21. Menurut UNESCO, pendidikan
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengalami 4 pilar
pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kecenderungan untuk belajar
seumur hidup.
Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut
menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma pendidikan berdampak
pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan
penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep
Mendikbud No.56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas
No. 232/U/2000) atau Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Perubahan kurikulum tersebut menuntut penataan lembaga, arah dan tujuan pendidikan
dan penataan program studi di PT agar dapat memenuhi tuntutan dunia kerja dan
keharusan untuk mengintegrasikan konteks budaya ke dalam proses pembelajaran di PT.
Konteks budaya mengusulkan agar PT dapat memberikan suasana belajar sedemikian
rupa sehingga para lulusannya memiliki ciri sebagai berikut.
- Fenomena anthrophos, menghasilkan pengembangan manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
2
mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
- Fenomena tekne, menghasilkan penguasaan ilmu dan ketrampilan untuk mencapai
derajat keahlian berkarya.
- Fenomena oikos memunculkan kemampuan untuk memahami kaidah kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
- Fenomena etnos, dicakup dalam pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan
seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian
yang dikuasai.
Semua ini sudah diterjemahkan oleh UNESCO menjadi 4 pilar pendidikan yang telah
diuraikan sebelumnya
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Nasional 1994 untuk PT merupakan kurikulum berbasis pada isi keilmuan.
Kurikulum 1994 ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kemampuan minimal
dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai sasaran kurikulum
program studi. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh PT sendiri. Tuntutan
terhadap PT agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi dan
perkembangan ilmu (scientific vision) untuk generasi masa depan memunculkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2000 yang mengintegrasikan
kebudyaan dan 4 pilar pendidikan UNESCO. KBK ini diharapkan akan menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi tertentu sehingga dapat melakukan tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan yang ditekuninya. KBK ini
mengintegrasikan penilaian oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders)
di samping penilaian oleh PT dan program studi sendiri.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan institusi,
yang tidak lagi berfokus pada apa yang harus diajarkan oleh program studi tetapi
berfokus pada apa yang harus dikuasai mahasiswa untuk dapat mengatasi berbagai
keadaan yang kompleks pada dunia kerja. Pendidikan berbasis kompetensi berfokus pada
hasil kompetensi yang berkaitan dengan apa yang diperlukan di dunia kerja, yang
ditentukan oleh para pengguna lulusan maupun ikatan profesi yang terkait. Kompetensi
yang dihasilkan juga makin rumit dan menuntut cara penilaian yang rumit pula, yaitu
melibatkan portfolio, penilaian terhadap pengalaman kerja yang didapat pada saat
magang, demonstrasi penguasaan kompetensi pada berbagai konteks yang relevan,
pembelajaran yang melibatkan pendekatan bermain peran, penerapan berbagai standar
yang biasa digunakan oleh profesi yang terkait.
Berkaitan dengan hal tersebut, Ditjen Dikti, sebagai penanggungjawab nasional
penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, mengambil kebijakan yang dituangkan
dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III (1994
– 2005), dengan empat sasaran utama berupa (i) otonomi penyelenggaraan, (ii) mutu
pendidikan, (iii) akuntabilitas penyelenggaraan, dan (iv) akreditasi. Pemerintah
memperhitungkan bahwa bila keempat sasaran utama tersebut tercapai maka akan terjadi
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
3
peningkatan kesempatan atau peluang menuju pendidikan tinggi yang berkualitas dan
mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain, minimal di Asia Tenggara.
Usaha penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan dunia dan kebijakan
Ditjen Dikti dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1: Pengaruh Tuntutan Lingkungan dan Kebijakan Ditjen Dikti terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen di Perguruan Tinggi
Untuk mewujudkan sasaran utama tersebut berbagai langkah dilakukan oleh Ditjen Dikti,
antara lain, pemisahan antara struktur kelembagaan dan struktur program pendidikan.
Pemisahan ini diharapkan dapat mendorong: otonomi penyelenggaraan pendidikan
menjadi lebih terbuka, proses resource sharing dan networking secara internal dan
eksternal menjadi lebih efektif dan efisien, dan terselenggaranya program-program yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan
yang unggul dari masing-masing PT melaui proses buka/tutup program studi.
Permisahan ini menjadi dasar bagi perubahan kurikulum yang semula content-based
(penguasaan isi ilmu pengetahuan dan keterampilan/PIPK – SK Mendikbud No.
056/U/1994) menjadi competency-based (berbasis kompetensi – SK Mendiknas No.
232/U/2000 dan 045/U/2002) atau yang sekarang dikenal dengan Kurikulum berbasis
Kompetensi/KBK.
Teaching-Learning Procces Graduates Incoming
Students
Staff Library
Physical Facilities
Laboratories
Funding Organization
Resource
s
Curriculum
Managemen
t
Leadershi
p
Quality
Assurance Academic
Community
Job Market
Community
Acknowledgement
Demand HE
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI
otonomi Kesehatan
organisasi
Daya saing
bangsa
HELTS TAHUN 2003 -2010
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
4
Ciri-ciri rancangan kurikulum berbasis kompetensi (Ttany- jawab Seputar KBK, Dikti,
2005)
1. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).
2. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran (out
comes) proses pembelajaran.
3. Materi ajar dan proses pembelajaran didesain dengan orientasi pada pencapaian
kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik.(Student Centered Learning).
4. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah koqnitif,
psikomotorik dan afektif.
5. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang
benar pula.
Kompetensi
Ada berbagai definisi mengenai kompetensi. Sudarsono, mengutip berbagai sumber,
memberikan definisi kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas –
tugas atau berkarya di bidang keahlian tertentu. Selanjutnya Jones (2000), memberikan
definisi kompetensi sebagai berikut the specification of knowledge and skill and the
application of that knowledge and skill to the standards or learning outcomes (Jones,
M.J. 2000. Curriculum Development. EEDP Project, DGHE). Mulyana (2000)
menyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hamlin,
(1994) menyatakan bahwa competency is a statement which describes integrated
demonstration of a cluster or related skills and attitude that are measurable and
observable necessary to perform a job independently. Menurut Tillman (1996),
competency consists of knowledge, skill, and attitude needed to perform an ability to do a
certain job/profession. Gonzi (1997) dan Heger (1995), memberikan definisi kompetensi
lebih luas lagi, yaitu meliputi berbagai kemampuan antara lain yang melandasi
kepribadian, penguasaan ilmu (know why) dan keterampilan (know how), berkarya (what
to do), menyikapi dan berprilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri dalam menilai
dan mengambil keputusan secara bertanggungjawab (how to be a responsible person),
dan hidup bermasyarakat dengan menerapkan kerja sama, saling menghormati dan
menghargai nilai-nilai pluralisme dan perdamaian (how to live together). Menurut
KEPMENDIKNAS No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas – tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Ada perubahan persyaratan untuk masuk dunia kerja, yaitu harus memiliki kemampuan
soft skills di samping hard skills. Survei yang dilakukan oleh National Association of
Colleges and Employers, USA (2002) terhadap 457 pimpinan mengenai kualitas lulusan
perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja menghasilkan urutan sebagai berikut
(Tabel 1).
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
5
Tabel 1: Urutan Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi
No Kompetensi Rangking No Kompetensi Rangking
1 Berkomunikasi 4,69 11 Berorientasi pada detail 4,00
2 Jujur/integritas 4,59 12 Kepemimpinan 3,97
3 Kerja sama 4,54 13 Kepercayaan diri 3,95
4 Interpersonal 4,50 14 Ramah 3,85
5 Beretika 4,46 15 Sopan 3,82
6 Motivasi/inisiatif 4,42 16 Bujaksana 3,75
7 Beradaptasi 4,41 17 Indeks Prestasi ≥ 3 3,68
8 Daya analisis 4,36 18 Kreatif 3,59
9 Berkomputer 4,21 19 Humoris 3,25
10 berorganisasi 4,05 20 Berwirausaha 3,23
Patrick O’Brien dalam bukunya “Making College Count” yang dikutip oleh Iwan
Mulyana, meyatakan ada sejumlah soft skills yang sebaiknya dikuasai oleh lulusan PT,
karena dapat menentukan keberhasilan di dunia kerja, yaitu keterampilan berkomunikasi,
berorganisasi, kepemimpinan, logika, usaha, berkelompok dan etika. Selanjutnya hasil
survei di Amerika, Kanada dan Inggris memunculkan 23 soft skills yang dibutuhkan oleh
dunia kerja (Tabel 2).
Tabel 2: Soft Skills Yang Dibutuhkan Dunia Kerja
Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris
No Jenis Soft Skill No Jenis Soft Skill 1 Inisiatif 13 Manajemen diri
2 Etika/integritas 14 Menyelesaikan persoalan
3 Berfikir kritis 15 Dapat meringkas
4 Kemauan belajar 16 Berkooperasi
5 Komitmen 17 Fleksibel
6 Motivasi 18 Kerja dalam tim
7 Bersemangat 19 Mandiri
8 Dapat diandalkan 20 Mendengarkan
9 Komunikasi lisan 21 Tangguh
10 Kreatif. 22 Berargumen logis
11 Kemampuan analitis 23 Manejemen waktu.
12 Dapat mengatasi stress
Menurut Mitsubishi Research Institute, persentasi keterampilan seseorang yang memberi
kontribusi bagi keberhasilan di dunia kerja adalah sebagai berikut: soft skill – 40%;
networking skill - 30%, keahlian di bidang pekerjaan yang ditekuni - 20%; dan
kemampuan mengelola keuangan 10 %. Sebagai ilustrasi, proses seleksi pegawai di
ASTRA dilakukan dalam 3 tahap, pertama menguji kemampuan logika dan berpikir
analistis, kedua menguji karakter dan sikap kerja. Dan ketiga baru menguji kemampuan
teknis bidang pekerjaan, kesesuaian dengan kemampuan yang diminta dan kesehatan.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
6
Untuk Indonesia, deskripsi persyaratan kerja yang dinginkan para pengguna lulusan dapat
dibaca pada Tabel 3.
Tabel 3: Deskrispsi Pesyaratan Kerja
No Kompetensi
Penguasaan
Pengetahuan dan Keterampilan
Sikap Pengenalan Sifat
Pekerjaan Terkait
1 Kemampuan Analisis dan Sintesis Kepemimpinan Terlatih dalam etika kerja
umum maupun yang
terkait dengan bidang
pekerjaan yang ditekuni
2 Menguasai Teknologi Informasi
dan Komunikasi/TIK/Komputer
Dapat bekerja dalam
tim
Memahami makna
globalisasi
3 Kemamapuan mengelola ketidak
jelasan (ambiguity)
Dapat bekerja lintas
budaya
(cross culturaaly)
Fleksible terhadap tuntutan
bidang pekerjaan yang
ditekuni, termasuk
perubahan karena
perkembangan lingkungan
yang berdampak pada
bidang pekerjaan
4 Kemampuan berkomunikasi lisan
maupun tulisan
5 Menguasai Bahasa Asing
(2nd language)
Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perubahan orientasi kurikulum dari
Kurikulum Nasional 1994 yang berbasis keilmuan menjadi Kurikulum berbasis
Kompetensi pada tahun 2000 yang mengintegrasikan konsep budaya dan 4 pilar
pendidikan UNESCO. Perbedaan antara Kurikulum 1994 dan 2000 dapat dibaca pada
Tabel 4.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
7
Tabel 4: Perbedaan Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2000
Deskriptor Pembeda Kurikulum 1994 Kurikulum 2000
Pendekatan Content-based Competency-based
Tujuan Keutuhan penguasaan ilmu Keutuhan kompetensi
berkarya and a method of
inquiry in subject area
Atribut Penguasaan Ilmu Instrumental, adaptif,
prgamatik
Kompeten, komprehensif,
profesional
Struktur Pengelompokan Tatanan pohon ilmu Kompetensi dalam spektrum
profesi
Kemampuan berkarya Tidak terlihat jelas Terbakukan dalam 4 elemen
kompetensi
Kelompok Penyusun
Kurikulum
MKU, MKDK, MKK MPK, MKK, MBB, MPB,
MKB
Sifat keberlakuan Sebagai pedoman penyusunan
kurikulum
Sebagai rambu-rambu
penyusunan kurikulum
institusional
Kurikulum berbasis kompetensi ini terdiri dari: a) kurikulum inti yang mencirikan
kompetensi utama; dan b) kurikulum institusional yang melengkapi kurikulum inti
dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan dan ciri khas PT. Dengan demikian
program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a) menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu
sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; b) mampu menerapkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya
dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c) mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya dan mampu dalam berkehidupan
bersama di masyarakat; d) mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan atau kesenian yang merupakan keahliannya.
SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan
tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang berdampak pada pengelompokan mata
kuliah pada program studi. Kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan PT harus
diterjemahkan ke dalam kurikulum program studi yang menghasilkan pengelompokan
mata kuliah ke dalam lima kategori yaitu:
a) yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian (MPK), terdiri dari kelompok
bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
b) keilmuan dan keterampilan (MKK), tersusun dari kelompok bahan kajian dan
pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu
dan keterampilan tertentu.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
8
c) keahlian berkarya (MKB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang
bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan
keterampilan yang dikuasai
d) pengembangan prilaku berkarya (MPB), tersusun dari kelompok bahan kajian
dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar
ilmu keterampilan yang dikuasai; dan
e) pengembangan kemampuan berkehidupan bermasyarakat (MBB), merupakan
kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat
memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya.
Penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi menghasilkan pengelompokan matakuliah
seperti pada Tabel 5. Tabel 5: Usaha Pemadanan Berbagai Kepentingan
Pada Pengelompokan Mata Kuliah
Persyaratan Kerja Empat Pilar Pendidikan
UNESCO
Kurikulum Inti dan
Institusional PT
Penguasaan pengetahuan
dan ketrampilan :
• analisis dan sintesis
• menguasai IT/
computing
• managing ambiguity
• Oral & written
communication
• 2nd language
Learning To Know
Matakuliah
Keilmuan dan Keterampilan
(MKK)
Learning To Do
Matakuliah
Keahlian Berkarya
(MKB)
Sikap :
• kepemimpinan
• teamwork
• can work
crossculturally
Learning To Be
Mata Kuliah
Prilaku Berkarya
(MPB)
Pengenalan sifat pekerjaan
terkait :
• Terlatih dalam etika
kerja
• Memahami makna
globalisasi
• Fleksibel thd pilihan
pekerjaan
Learning
To Live Together
Mata kuliah
Berkehidupan Bermasyarakat
(MBB)
Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian
(MPK)
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
9
Untuk mempermudah penyusunan kurikulum oleh PT maka diterbitkan SK Mendiknas
No. 045/U/2002 tentang penyusunan kurikulum inti di PT sehingga menghasilkan
pedoman penyusunan kurikulum sebagai tertulis pada Tabel 6.
Tabel 6: Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002
Elemen Kompetensi
Kurikulum
Inti
Kurikulum Institusional
Kompetensi
Utama
Kompetensi
Pendukung
Kompetensi
Lainnya
Landasan Kepribadian
40% - 80%
20%-40%
0% - 30% Penguasaan Ilmu dan Keterampilan
Kemampuan Berkarya
Sikap dan prilaku dalam berkarya
Pemahaman Kaidah Berkehidupan
bermasyarakat
Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang
memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh
kalangan PT, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah
kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri
khas PT yang bersangkutan. Kompetensi Lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi
penyelenggara program studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta
kebutuhan lingkungan PT.
Proses Penyusunan KBK dimulai dengan analisis SWOT terhadap PT dan program studi
dan analisis hasil tracer study untuk mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal
terhadap lulusan program studi tersebut. Contoh penysusunan KBK seperti ini dapat
dilihat pada makalah Himma Dewiyana. (2007), Kompetensi dan Kurikulum
Perpustakaan. Dari kedua hasil analisis ini akan didapat profil lulusan yang harus
diterjemahkan menjadi kompetensi lulusan. Dari kompetensi lulusan dikembangkanlah
bahan kajian yang akan menentukan kedalaman dan keluasan dari bahan kajian yang
harus diliput, yang harus didistribusikan ke dalam sejumlah mata kuliah. Bahan kajian ini
juga menentukan rancangan dan metode pembelajaran setiap mata kuliah atau silabus dan
satuan acara pembelajaran/perkuliahan/SAP. Sebelum ada KBK , biasanya institusi dan
program studi langsung membuat tujuan pendidikan, mata kuliah (SKS), silabus, RPP,
dan bahan ajar. Perbandingan dalam proses penyusunan kurikulum cara KBK dan cara
sebelumnya dapat dilihat pada Gaambar 3.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
10
Gambar 2: Perbandingan Proses Penyusunan KBK dan Kurikulum 1994.
1. Profil lulusan adalah jawaban terhadap pertanyaan “PT ini akan menghasilkan
sarjana seperti apa?” Sebagai contoh Institut Pertanian Bogor mempunyai visi untuk
menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya
marusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika. Contoh
lain adalah program studi geografi yang mempersyaratkan profil lulusan yang
memiliki kompetensi keilmuan yang berupa pemahaman akan dan kemampuan
analisis keruangan, yang ditunjang oleh soft skills, antara lain, kemampuan
berkomunikasi menggunakan berbagai metode dan teknologi, dan sikap serta etika
yang santun. Jadi profil lulusan merupakan gabungan antara scientific vision
program studi, nilai-nilai yang ditetapkan oleh PT, dan market signal yang berasal
dari pemangku kepentingan dan alumni. Dari profil lulusan dikembangkanlah
program pendidikan akademik S1 yang akan menghasilkan kompetensi lulusan
yand dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan. Kompetensi
lulusan ini di analisis sehingga menjadi kompetensi utama, kompetensi pendukung
dan kompetensi lainnya untuk memenuhi sertifikasi oleh lembaga sertifikasi terkait.
2. Setelah didapat profil lulusan maka dilakukan analisis profil tersebut untuk
mendapatkan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh program studi tersebut.
Format yang dapat digunakan adalah seperti Tabel 7.
Kompetensi Lulusan
Bahan kajian
Metode pembelajaran
Mata kuliah (sks)
Bahan Ajar (sillabus)
Menyusun struktur kurikulum (distribusi kedalam Semester)
Tracer Study
Need Assessment
(Market signal)
Analisis SWOT
Kemampuan PS (Scientific vision)
Yang biasa dilakukan
KBK yang diusulkan
Rancangan Pembelajaran
Distribusi kedalam MK
Kedalaman dan Keluasan kajian (sks)
Tujuan Pendidikan
(Kompetensi)
Profil Lulusan (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(7) (6)
(8)
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
11
Tabel 7: Format Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi
PROFIL
(PERAN)
Kompetensi yang harus Dipunayi Lulusan
Kompetensi utama Kompetensi
Pendukung
Kompetensi Lainnya
1
2
3
4
Dari kerangka KBK yang tertuang pada Tabel 7, dikembangkan struktur KBK
program studi seperti pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8: Struktur Kurikulum berdasarkan Kompetensi
Program Studi __________________
Kelompok
Kompetensi
No Rumusan Kompetensi Elemen Kompetensi
a b c d e
Kompetensi Utama
1
2
3
4
5
6
Kompetensi
Pendukung
7
8
9
Kompetensi
Lainnya
10
11 Keterangan:
a. Landasan Kepribadian ; b. Penguasaan Ilmu dan Keterampilan; c. Kemampuan Berkarya d. Sikap dan Prilaku dalam Berkarya; e. Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat
Usulan Kompetensi Lulusan suatu program studi S1 secara umum adalah seperti
yang diuraikan pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9: Usulan Kompetensi Lulusan Program S1
No Dimensi Kompetensi Umum Lulusan Program S1
1 Bidang ilmu
Penguasaan prinsip dasar keilmuannya dan kemampuan penerapan
serta pengembangannya, dengan menggunakan perangkat yang
handal dan teknologi informasi.
2 Komunikasi
Kemampuan mengkomunikasikan pemikirannya dengan baik, dan
kemampuan keterlibatan dalam bidangnya secara pribadi maupun
kelompok/masyarakat yang lebih luas.
3 Sikap Kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, punya kepekaan dan
pemahaman masalah sosial, budaya, dan global. Apresiatif pada
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
12
No Dimensi Kompetensi Umum Lulusan Program S1
etika dan punya tanggung jawab profesi.
4 Cara Berfikir Kemampuan berkonsep, kreatif, inovatif, dan metodik, punya
wawasan luas.
3. Setelah mendapatkan Struktur Kurikulum berdasarkan hasil analisis terhadap
kompetensi lulusan, maka dilakukan analisis yang retail terhadap kompetensi itu
untuk dan pengumpulan serta analisis terhadap bahan kajian, yang dapat
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu yang berasal dari keimuan penciri
program studi dan yang termasuk bahan yang menjadi bagian dari misi program
studi/PT. Rincian bahan kajian dapat dibaca pada Tabel 10.
Tabel 10: Bahan Kajian
Keilmuan Penciri Program Studi Misi Program Studi/PT
A Inti Keilmuan/Bidang Studi D IPTEKS yang dikembangkan
B IPTEKS Pendukung E IPTEKS yang diperlukan mahasiswa di
masa depan
C IPTEKS Pelengkap F Materi Penciri PT
Setelah selesai menganalisis bahan kajian, kemudian disusun ke dalam format yang
mengaitkan antara rumusan kompetensi dengan bahan kajian seperti yang dapat
dibaca pada Tabel 11
Tabel 11: Hubungan Antara Rumusan Kompetensi dan Bahan Kajian
No. Rumusan Kompetensi Bahan Kajian
A B C D E F
1 Kompetensi Utama
2
3
4
5
6
7 Kompetensi Pendukung
8
9
10 Kompetensi lainnya
11
4. Analisis terahadap bahan kajian akan memunculkan kedalaman dan keluasan kajian
untuk menentukan satuan kredit semester/sks. Pertimbagan dalam menetapkan
besarnya sks dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
- Tingkat penguasaan/kompetensi mahasiswa
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
13
- Waktu untuk mencapai kompetensi atau penguasaan tertentu
- Terbanding terhadap keseluruhan beban studi - Sistem pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai kompetensi
Pengertian lama untuk 1 sks adalah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari
- 50 menit tatap muka - 50 menit kegiatan terstruktur - 50 menit kegiatan mandiri
Usulan untuk pengertian baru mengenai sks adalah sebagai berikut;
- Tingkat penguasaan/kompetensi - Waktu belajar/sistem pembelajaran untuk mencapai kompetensi tersebut
- Penunjuk kedudukan mata kuliah dalam pencapaian kompetensi lulusan
5. Setelah mendapat bahan kajian maka disusun matriks hubungan anara bahan kajian
dan komptensi dalam bentuk mata kuliah atau distribusi kompetensi bahan kajian
Contoh penjabaran mata kuliah dalam hubungannya dengan bahan kajian dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12: Matriks Hubungan Antara Bahan Kajian dan Kompetensi
Elemen
Kompetensi
Bahan Kajian
A B C D E F
A MK 1 MK 2
B
C MK 3
D MK 4
E
A
B MK5
C
D
E
A
B
C MK 6
D
E
Mata kuliah 1 dan 2 mencakup bahan kajian yang berbeda untuk mencapai satu
elemen kompetensi. Mata kuliah 3 mencakup tiga bahan kajian untuk satu elemen
kompetensi. Mata kuliah 5 menggambarkan satu bahan kajian untuk mencapai
banyak elemen kompetensi.
6. Model struktur kurikulum yang dikembangkan dapat dua macam yaitu model Seri
yang berdasarkan logika keilmuan atau model paralel berdasarkan strategi
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
14
pembelajaran seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3, yang memuat contoh
pelaksanaan KBK untuk Program Studi Geografi.
Gambar 3: Struktur Kurikulum Program Studi Geografi
Gambar 3 menunjukkan perbedaan nyata susunan mata kuliah yang menggunakan
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada
KBI setiap mata kuliah berdiri sendiri. Kemampuan analisis mahasiswa diuji
hanya pada mata kuliah yang bersangkutan saja. Sedangkan pada KBK mata
kuliah-mata kuliah saling bersinggungan. Bila belum dapat mengubah KBI ke
KBK secara penuh, maka singgungan diarahkan pada pemberian tugas. Itupun
tidak perlu untuk seluruh tugas, hanya beberapa tugas yang diarahkan untuk
memiliki sifat lintas kompetensi yang termuat dalam mata kuliah mandiri.
Penyusunan mata kuliah dengan metode paralel berdasarkan strategi pembelajaran
tetap mengenal mata kuliah mandiri atau sistematik. Setiap dosen mengajar mata
kuliah mandiri. Namun demikian bentuk tugas yang diberikan kepada mahasiswa
harus saling berkait antar beberapa mata kuliah. Beberapa mata kuliah tersebut
(tergantung pada kesiapan dosen) bersama-sama memberikan tugas yang sifatnya
‘lintas mata kuliah’. Tugas tersebut memuat materi yang berkait dengan unsur
fisik, sosial dan berbagai teknik penyajian dan analisis.
Contoh pendekatan strategi pembelajaran yang lebi komprehensif dapat dibca
pada makalah Zalatan (1998) yang berjudul Managing to Learn: An Overview of
a Competency-Based, InteractiveManagement Major Curriculum. Makalah in
menguraikan bagaimana mahasiswa jurusan Manajemen untuk tingkat 3 dan 4
tidak diberikan mata kuliah yang berdiri sendiri secara berurutan tetapi
berpartisipasi dalam 8 simulasi dan permainan (games) yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dalam bidang manajemen, yang memberi pengalaman
melakukan kegiatan manajemen, sehingga mahasiswa dapat belajar dari kegiatan
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
15
tersebut. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah konteks realistik, dan
mahasiswa yang aktif melakukan kegiatan kolaboratif untuk mencapai
kompetensi utama sekaligus memaksimalkan kemampuan mahasiswa untuk
menerapkan berbagai konsep manajemen ke dalam dunia kerja. Simulasi dan
permainan tersebut berhubungan dengan pemasaran, manajemen strategis,
manajemen produksi, manajemen SDM manajemen keuangan dan pengambilan
keputusan, manajemen multinasional, dan strategi bisnis.
7. Setelah didapat susunan kurikulum, dikembangkan rancangan pembelajaran yang
dilengkapi dengan metode pembelajaran dan penilaian untuk satu mata kuliah
atau gabungan matakuliah. Untuk gabungan matakuliah yang diperhatikan adalah
kompetensi. Contoh rancangan pembelajaran atau silabus dapat dilihat pada Tabel
13.
Tabel 13: Contoh Rencana Pembelajaran
Waktu
(Minggu)
Kompetensi
Akhir
Bahan
kajian
Metode
Pembelajaran
Kriteria
Penilaian
Bobot
Nilai (%)
2 Pemahaman teori
dan metode
Teori
tekanan, dan
proses
produksi
Kuliah dan
diskusi
4 Menganalisis
kasus,mengusul
kan solusi
teoritis,tersaji
dalam paper.
Alat ukur Membuat
studi kasus
dan presentasi
Ketajaman
analisis,
kreativitas
ide. 30 %
8 Menghasilkan
alat ukur yang
operasional,
efisien dan
presisi.
alat ukur
tekanan
jantung
Merancang
alat
Orisinalitas/
inovasi, dan
tingkat
komprehensif
berfikir
50 %
Cek kemampuan dengan Ujian untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan, receptan
dan kebenaran - Bobotnya 20% - (UTS dan UAS pada minggu ke 7 dan ke 16
8. Setelah mendapatkan rancangan pembelajaran, maka perlu dilakukan pemilihan
metode pembelajaran yang optimal. Pelaksanaan KBK menuntut mahasiswa
untuk aktif dalam pembelajarannya atau student-centred learning (SCL). Ciri
pelaksanaan SCL adalah sebagai berikut:
- Mengutamakan tercapainya kompetensi mahasiswa (kemampuan kognitif,
psikomotor, dan afektif) secara utuh.
- Memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa, bukan hanya memberi soal
ujian/tes, tanpa memperhatikan proses belajar mahasiswa.
- Mahasiswa harus dapat menunjukan hasil belajarnya/kinerjanya, bukan sekedar
mengikuti kuliah dan mencatat, yang walaupun penting, tapi bukan kinerja
mahasiswa yang utama.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
16
- Pemberian tugas menjadi pokok dalam pembelajaran. Kegiatan mahasiswa mempresentasikan penyelesaian tugasnya, untuk dibahas bersama, dikoreksi,
dan diperbaiki, merupakan proses yang penting dalam pembelajaran.
- Penilaian proses sama pentingnya dengan penilaian hasil (jika hanya ujian tulis, maka akan lebih banyak mengarah pada penilaian hasil belajar).
Dosen memfasilitas mahasiswa untuk aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dipelajari dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam
mengelola pengetahuan. Dosen tidak terfokus hanya pada penguasaan materi oleh
mahasiswa, tetapi juga mendorong mereka mengembangkan sikap belajar (life-
long learning). Sejauh mungkin dosen memanfaatkan berbagai media dalam
memfasilitasi belajar mahasiswa dan menciptakan suasana dan lingkungan belajar
yang bersifat suportif dan kolaboratif. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya
interdisipliner dan memperhatikan proses disamping hasil penguasaan mahasiswa.
.
Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan terhadap proses perolehan pengetahuan
dan keterampilan selain terhadap produk pengetahuan atau keterampilan yang
dihasilkan. Bentuk penilaiannya adalah penilaian autentik yang memperhatikan
kinerja, sikap, keterampilan psikomotor, di samping penguasaan pengetahuan.
Penilaian sebaiknya tidak berbentuk ujian tertulis saja tetapi juga tes kinerja,
tugas-tugas, dan proyek. Ke semuanya tentu saja harus dinilai berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan kepada mahasiswa sebelumnya.
Penilaian itu sebaiknya terdiri dari penilaian formatif untuk memberi kesempatan
kepada mahasiswa dan dosen untuk memperbaiki diri dan penilaian summatif
untuk mendapatkan nilai akhir/grade
Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk menerapkan KBK ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh program
studi, yaitu:
- tersedianya pendidik yang profesional
- Proses pembelajaran oleh dosen bukan sekedar penyajian materi
- Peserta didik dianggap memiliki kemampuan awal dan karakteristik masing-
masing yang harus diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran
- Proses pembelajaran membimbing mahasiswa untuk dapat mencapai kompetensi,
seperti proses petani mendapatkan panennya
Dengan demikian sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK ini adalah
adanya:
- SDM
- Sarana dan Prasarana
- Sertifikasi
- Evaluasi program; dan
- Penjaminan mutu
Indikator keberhasilan dan penjaminan mutu dalam pelaksanaan KBK adalah:
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3
Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari
Jakarta, Juli – Agustus 2008
17
- Laju peningkatan penyerapan alumni didunia kerja (graduate employment rate) - Tingkat kepuasan alumni (graduate satisfaction) - Tingkat kepuasan industri (employer satisfaction) - Tingkat kepuasan mahasiswa (student satisfaction) - Laju peningkatan nisbah alumni yang lulus tepat waktu
- Nilai IPK≥ 3
Kesimpulan
• Kurikulum berbasis kompetensi kurikulum yang disusun berdasarkan tuntutan
kompetensi lulusan yg dibutuhkan profesi dalam situasi dan kondisi tertentu
• Asumsi penyusunan KBK adalah kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai jika
kualitas intelektual dibangun dengan dukungan materi tertentu
• Dalam pelaksanaan KBK mengutamakan “eksperimen”, atau pengalaman belajar
dalam setting (situasi dan kondisi) tertentu untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.
Daftar Acuan
Himma Dewiyana. (2007). Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Medan: USU
Repository 2008
Materi Training of Trainer untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi . Jakarta:Ditjen Dikti
Sudarsono (Prof. Dr. Msc. Guru Besar Fakultas Pertanian - Institut Pertanian Bogor
Materi Presentasi KBK )
Tanya jawab seputar KBK. Jakarta: Dikti, 2005
Widyawati. (2006). Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi tanpa Merombak
Kurikulum Berbasis Isi. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Tahunan IGI Universitas
Indonesia
Zalatan. K. A. (1998). “Managing to Learn: An Overview of a Competency-Based,
Interactive Management Major Curriculum.” Decision Line, July 1998