dampak lahan bekas tambang terbuka terhadap lingkungan fix.docx
DESCRIPTION
Tugas makalah ISBDTRANSCRIPT
DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN LAHAN BEKAS AKTIVITAS TAMBANG TERBUKA
Disusun Oleh :Bayu Totonafo Laoli
DBD 112 013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYAFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar. Penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini yang
berjudul “Dampak Kerusakan Lingkungan Lahan Bekas Aktivitas Tambang
Terbuka”.
Ucapan Terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Bapak Drs. Iskandar Fauzi dan Ibu Neny
Fidayanti, ST., M.Si atas arahan dan bimbingannya yang banyak membantu dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai
penambah wawasan, serta acuan untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada
kelak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
2.1 Tahapan Kegiatan Penambangan..................................................4
2.2 Dampak Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Pertambangan....11
2.3 Solusi Permasalahan.................................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai
oleh negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (amanat UUD 1945 Pasal 33 ayat 3). Oleh karena itu, sektor
pertambangan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting
dalam menunjang pembangunan nasional. Indonesia mempunyai potensi berbagai
jenis bahan tambang, baik logam, non logam, batuan bahan konstruksi dan
industri, batu bara, panas bumi maupun minyak dan gas bumi yang cukup
melimpah. Pendayagunaan secara bijak segala jenis bahan tambang tersebut dapat
meningkatkan pendapatan dan perekonomian nasional ataupun daerah. Setiap
kegiatan penambangan hampir dipastikan akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak positif kegiatan
penambangan antara lain meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan roda
perekonomian sektor dan sub sektor lain di sekitarnya, dan menambah
penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk pajak, retribusi ataupun royalti.
Namun demikian, kegiatan penambangan yang tidak berwawasan atau tidak
mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan serta tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dampak negatif tersebut antara lain terjadinya gerakan tanah yang dapat menelan
korban baik harta benda maupun nyawa, hilangnya daerah resapan air di daerah
perbukitan, rusaknya bentang alam, pelumpuran ke dalam sungai yang
dampaknya bias sampai ke hilir, meningkatkan intensitas erosi di daerah
perbukitan, jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bahan tambang
menjadi rusak, mengganggu kondisi air tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan
besar yang terisi air, terutama bila penggalian di daerah pedataran, serta
mempengaruhi kehidupan sosial penduduk di sekitar lokasi penambangan. Oleh
karena itu, untuk menghindari berbagai dampak negatif tersebut, maka
1
pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan mutlak harus dilakukan.
Kegiatan pertambangan batubara memberikan dampak yang nyata pada kerusakan
lingkungan sehingga ekosistem yang ada di lingkungan itu menjadi rusak dan juga
dapat membahayakan pada ekosistem di lingkungan sekitarnya. Untuk itu
diperlukan cara untuk dapat mengembalikan fungsi lahan bekas tambang agar
tidak terjadi kerusakan yang berkelanjutan.
Kegiatan reklamasi harus melibatkan masyarakat. Reklamasi harus dapat
menyentuh masyarakat dari sisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang
berkembang di masyarakat. Kegiatan reklamasi yang tidak memperhatikan aspek
sosial masyarakat, melibatkan seluruh komponen masyarakat, dan kepedulian dari
masyarakat tentunya akan mendatangkan kegagalan. Upaya Pengelolaan
Lingkungan memang tidak pernah lepas dari pentingnya mengadopsi berbagai
pendekatan dalam manajemen lingkungan. Diketahui bahwa pelaksanaan
reklamasi di areal bekas tambang sudah dilakukan, tetapi keberhasilannya masih
jauh yang diharapkan sehingga belum memberikan hasil yang optimal dalam
upaya memulihkan fungsi lahan sesuai dengan peruntukkannya. Untuk itu segera
ditetapkan mekanisme kontrol pada pelaksanaan reklamasi yang bersifat terpadu.
Disamping itu, Pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan sanksi terhadap
perusahaan pertambangan yang melanggar kewajiban melakukan reklamasi.
Sehingga semua perusahaan pertambangan harus menggunakan penambangan
teknologi zero mining yakni penambangan sampai habis dan juga perlu didorong
kegiatan ekonomi ramah lingkungan
1.2 Rumusan Masalah
1. Tahapan dan metode pertambangan terbuka?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan dari pertambangan terhadap lahan
bekas tambang?
3. Bagaimana solusi permasalahan untuk menanggulangi dan
mengembalikan fungsi lahan bekas tambang yang telah rusak
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tahapan dan metode pertambangan terbuka?
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pertambangan terhadap lahan
bekas tambang?
3. Mengetahui solusi permasalahan untuk menanggulangi dan mengembalikan fungsi lahan bekas tambang yang telah rusak?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tahapan Kegiatan Penambangan
Setelah suatu deposit bahan tambang dinyatakan layak untuk ditambang,
maka selanjutnya bahan tambang tersebut akan ditambang (dieksploitasi). Dalam
eksploitasi ini juga diperlukan suatu pengelolaan yang berwawasan lingkungan.
Hal ini berkaitan erat dengan teknik penambangan yang akan dipergunakan,
termasuk pembuatan dan penempatan infrastruktur tambang. Dalam suatu
kegiatan penambangan biasanya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap eksploitasi dan terakhir, yang merupakan bagian tak terpisahkan,
adalah tahap reklamasi/rehabilitasi lahan pasca penambangan.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan
berbagai jenis peralatan tambang, termasuk bahan-bahan bangunan untuk
pembuatan perkantoran, gudang, perumahan (jika ada) dan fasilitas-fasilitas
tambang yang lain, pembukaan lahan (land-clearing), dan selanjutnya adalah
pembuatan/pembukaan jalan tambang. Dalam hal pengangkutan peralatan
tambang dan bahan-bahan bangunan, yang perlu diperhatikan adalah jalan yang
akan dilalui. Perlu diperhitungkan berapa meter lebar jalan, jalan apakah melewati
jembatan (bagaimana kondisinya), apakah melewati pemukiman penduduk,
berapa frekuensi lalu-lalang dan jenis maupun tonase truk pengangkut, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut perlu diperhitungkan secara matang agar tidak terjadi
dampak negatif terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan dilalui, baik
terhadap manusia maupun fisik alam itu sendiri. Beberapa contoh dampak negatif
yang dapat ditimbulkan oleh adanya kegiatan pengangkutan ini apabila tidak
dikelola dengan baik, antara lain adalah jalan menjadi rusak (banyak lubang,
becek di musim hujan), kecelakaan lalu-lintas (karena jalan terlalu sempit, atau
4
kondisi jembatan kurang memenuhi syarat), debu bertebaran yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan (karena jalan berupa tanah dan dilalui
kendaraan pada musim kemarau), dan ganggunan kebisingan. Pada kegiatan
pembukaan lahan perlu diperhatikan kemiringan dan kestabilan lereng, bahaya
erosi dan sedimentasi (karena penebangan pepohonan, terutama saat musim
hujan), serta hindari penempatan hasil pembukaan lahan terhadap sistem drainase
alam yang ada. Demikian pula pada saat pembuatan jalan tambang. Lokasi
pembuatan fasilitas tambang, seperti perkantoran, gudang, dan perumahan perlu
memperhatikan kondisi tanah/batuan dan kemiringan lerengnya. Sedapat mungkin
hindari lokasi yang berlereng terjal dan kemungkinan rawan longsor. Jika
diperlukan pembuatan kolam pengendapan, letakkan pada lokasi yang sifat
batuannya kedap air, misalnya batu lempung, dan tidak pada batuan yang banyak
kekar-kekarnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya kebocoran. Bila kondisi
batuan tidak memungkinkan, maka kolam pengendapan bisa dibuat dari beton,
walaupun memerlukan tambahan biaya.
b. Tahap Eksploitasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa
penambangan/penggalian bahan tambang denganjenis dan keterdapatan bahan
tambang yang berbeda-beda. Dengan demikian teknik/tata cara penambangannya
berbeda-beda pula. Bahan tambang yang terdapat di daerah perbukitan, walaupun
jenisnya sama, misalnya pasir, teknik penambangannya akan berbeda dengan
deposit pasir yang terdapat di daerah pedataran, apalagi yang terdapat di dalam
alur sungai. Tulisan ini tidak akan membahas berbagai teknik penambangan
tersebut, tetapi akan dibahas secara umum tentang hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan pada tahap eksploitasi dalam kaitannya dengan pengelolaan
pertambangan yang berwawasan lingkungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut:
• Jenis, sebaran dan susunan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar
deposit bahan tambang, termasuk ketebalan lapisan tanah penutup.
• Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan.
4
• Kondisi hidrogeologi (kedalaman muka air tanah dangkal dan/dalam, pola
aliran air tanah, sifat fisika dan kimia air tanah dan air permukaan, letak
mata air dan besaran debitnya, letak dan pola aliran sungai berikut
peruntukannya, sistem drainase alam).
• Topografi/kemiringan lereng.
• Kebencanaan geologi (kerawanan gerakan tanah, bahaya letusan gunung
api, banjir, kegempaan).
• Kandungan unsus-unsusr mineral yang terdapat dalam batuan yang
terdapat di sekitar deposit bahan tambang, misalnya pirit.
Dengan mengetahui dan kemudian memperhitungkan seluruh data-data
tersebut, maka dapat ditentukan teknik penambangan yang sesuai, sehingga
dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan dapat dihindari
atau ditekan sekecil mungkin.
c. Tahap Reklamasi
Kegiatan reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan
penambangan berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi
sebaiknya dilakukan secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah
selesai dieksploitasi, walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan
belum selesai karena masih terdapat deposit bahan tambang yang belum
ditambang. Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas
tambang agar kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat
dimanfaatkan kembali. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
lingkungan pada tahap reklamasi adalah sebagai berikut:
• Rencana reklamasi sebaiknya dipersiapkan sebelum pelaksanaan
penambangan
• Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan
• Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi
4
• Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak
• Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun (jika ada)
sampai ke tingkat yang aman sebelum dibuang ke suatu tempat
pembuangan
• Mengembalikan lahan seperti semula atau sesuai dengan tujuan
penggunaan
• Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi
• Memindahkan seluruh peralatan yang sudah tidak digunakan lagi ke
tempat yang dianggap aman
• Permukaan tanah yang padat harus digemburkan, atau ditanami dengan
tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras
• Jenis tanaman yang akan dipergunakan untuk revegetasi harus sesuai
dengan rencana rehabilitasi (dapat berkonsultasi dahulu dengan dinas
terkait)
• Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya
• Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
Dalam beberapa kasus, lahan bekas penambangan tidak harus seluruhnya
direvegetasi, namun dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain, seperti misalnya
menjadi kolam persediaan air, padang golf, perumahan, dan sebagainya apabila
dinilai lebih bermanfaat atau sesuai dengan rencana tata ruang. Oleh karena itu,
sebelum merencanakan reklamasi, sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan
pemerintah daerah setempat, pemilik lahan atau instansi terkait lainnya.
Metode Tambang Terbuka
Dilakukan pertama-tama dengan mengupas lapisan tanah penutup. Pada
saat ini metode penambangan mana yang akan dipilih dan kemungkinan
mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang
dapat dimodifikasi sehingga berfungsi ganda. Perlu diketahui bahwa berbagai
4
jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-
mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk kegiatan penambangan
dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai
macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan dan modifikasi besar.
Pemilihan metode panambangan batubara baik yang akan ditambang secara
tambang dalam ataupun tambang terbuka ditentukan oleh factor :
a. Biaya penambangan
b. Batubara yang dapat diambil (coal recovery)
c. Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan.
Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang
terbuka harus termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup batubara sampai
pada kemiringan lereng yang seaman mungkin (slope angle). Perbandingan antara
lapisan batuan tanah penutup dengan batubara merupakan factor penentu dalam
memilih metode penambangan, untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu break
even stripping ratio, yaitu perbandingan antara selisih biaya untuk penambangan
satu ton batubara secara tambang dalam dan tambang terbuka dibagi dengan biaya
pembuangan setiap ton tanah penutup lapisan batubara.
Metode Penambangan Secara Tambang Terbuka
Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan
metode tambang terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang
mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan tanah
penutup batubara. Dengan demikian pekerjaan pembuangan lapisan tanah penutup
batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstraksi batubara. Selain itu
prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibanding dengan batubara
yang dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara
dengan metode tambang terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable
reserve, sedang dengan metode tambang dalam paling besar hanya 50% saja.
4
Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai
keterbatasan yaitu :
Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman
lapisan batubara yang dapat ditambang.
Pertimbangan ekonomis antara biaya pembuangan batuan penutup dengan
biaya pengambilan batubara
Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka
tergantung pada letak dan kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalam
satu cadangan. Disamping itu metode tambang terbuka dapat dibedakan juga dari
cara pemakaian alat dan mesin yang digunakan dalam penambangan.
Beberapa metode penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah
1. Contour Mining
Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara
yang terdapat di pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara
dimulai pada suatu singkapan lapisan batubara dipermukaan atau cropline
dan selanjutnya mengikuti garis contour sekeliling bukit atau pegunungan
tersebut. Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan
selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan
penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut diatas pada lapisan
batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara
yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum
kedalaman dimana peralatan tambang tersebut dapat bekerja
2. Open Pit Mining
Open pit mining adalah cara penambangan secara terbuka dalam
pengertian umum. Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara
dilakukan dengan jalan membuang lapisan batuan penutup sehingga
lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi.
Peralatan yang dipakai pada penambangan secara open pit dapat
4
bermacam-macam tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang
akan dibuang. Dalam memilih peralatan perlu dipertimbangkan :
Kemiringan lapisan batuan
Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam pembuangan lapisan
tanah penutup dapat menggunakan alat muat baik berupa face
shovel, front end loader atau alat muat lainnya
Masa operasi tambang
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan
batubara yang mempunyai lapisan tebal atau dalam dan dilakukan
dengan menggunakan beberapa bench.
Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara
yang lapisannya datar atau dekat dengan permukaan tanah. Alat yang
digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobile atau alat penggalian
yang dapat membuang sendiri. Penambangan batubara yang akan
dilakukan diwilayah kontraktor tambang batubara Kalimantan akan
dimulai dengan cara tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat
mobile.
3. Strip Mining
Pada umumnya digunakan untuk endapan batubara yang memiliki
kemiringan endapan (dip) besar atau curam, dimana sistem penambangan
lain susah diterapkan karena keterbatasan jangkauan alat – alat. Endapan
pada sisitem ini juga harus tebal, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
perbandingan yang masih ekonomis antara jumlah tanah penutup yang
harus dikupas dengan jumlah batubara yang harus digali.
4. Area Mining
Area Mining Merupakan sistem penambangan yang diterapkan
untuk endapan batubara yang letaknya kurang lebih horizontal (mendatar)
serta daerahnya juga merupakan daratan.
4
2.2 Dampak Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Pertambangan
Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan
pertambangan maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan
berbeda pada setiap jenis pertambangan, tergantung pada metode dan
teknologi yang digunakan (Direktorat Sumber Daya Mineral dan
Pertambangan, 2003). Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi disebabkan
oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan
adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan proses
penambangan secara liar dan tidak ramah lingkungan (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2002).
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal
dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan
pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada
keadaan semula . Secara umum kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas
pertambangan antara lain:
1. Perubahan vegetasi penutup
Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai
menghasilkan dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu
hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan pertambangan yang
dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan
berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati
(biodiversity) dan habitat satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi
lahan menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi dan sedimentasi
pada saat musim hujan.
2. Perubahan topografi
Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada
daerah tambang. Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari
lubang tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil galian
(tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal ini
4
sering menjadi masalah pada perusahaan tambang kecil karena
keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya
vegetasi, perubahan topografi yang tidak teratur atau membentuk
lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan dan
meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang
membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat
berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan
dalam keadaan yang semula.
3. Perubahan pola hidrologi
Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami
perubahan akibatnya hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu
kunci dalam siklus hidrologi. Ditambah lagi pada sistem penambangan
terbuka saat beroperasi, air dipompa lewat sumur-sumur bor untuk
mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk memudahkan
pengambilan bahan tambang. Setelah tambang tidak beroperasi,
aktivitas sumur pompa dihentikan maka tinggi muka air tanah (ground
water table) berubah yang mengindikasikan pengurangan cadangan air
tanah untuk keperluan lain dan berpotensi tercemarnya badan air
akibat tersingkapnya batuan yang mengandung sulfida sehingga
kualitasnya menurun.
4. Kerusakan tubuh tanah
Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan
penimbunan kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan
terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil)
secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia,
dan biolagi tanah . Hal ini tentunya membuat tanah sebagai media
tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan
tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi
baik oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa
4
terkikisnya lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk
menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan
salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba
tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan
secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu
dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan
terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena
pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration
and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara langsung
dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan
akar.
Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan
tambang juga akan berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan
lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto (2008a) membongkar dan
memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden) menyebabkan
terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi
terekspos pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan
terlarutkan dalam air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT
berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk
aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan
kualitas lingkungan.
Sementara itu proses pengolahan bijih mineral dari hasil tambang
yang menghasilkan limbah tailing juga berpotensi mengandung bahan
pembentuk asam, sehingga akan merusak lingkungan karena
keberadaannya yang bisa jauh ke luar arel tambang.
4
2.3 Solusi Permasalahan
Pencegahan
Selama kegiatan penambangan berlangsung perusahaan dapat
melakukan pencegahan terhadap masalah lingkungan yang mulai ada,
seperti halnya pengelolaan air asam tambang, pengolahan limbah baik
selama pertambangan berlangsung maupun pasca tambang.
Reklamasi
Reklamasi dapat menjadi salah satu solusi dari suatu proses
perbaikan pada suatu daerah tertentu (lahan bekas tambang) sebagai
akibat dari kegiatan penambangan sehingga dapat berfungsi kembali
secara optimal. Contoh usaha dalam reklamasi lahan bekas tambang :
Rekonturing
Rekonturing atau mendesain kembali bentuk permukaan
lahan tambang sesuai dengan vegetasinya.
Kontrol terhadap Ph air tanah
Kontrol kesuburan tanah penutup.
Penanaman pepohonan/tumbuhan.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kenyataannya setiap kegiatan penambangan akan menghasilkan dampak buruk untuk suatu lingkungan, namun tidak menutup kemungkinan sebuah kegiatan pertambangan minimal resiko kerusakan lingkungannya selama kegiatan pertambangan dilakukan dengan baik mulai dari eksplorasi hingga penutupan tambang dengan bijaksana, penuh tanggung jawab dan sesuai peraturan yang berlaku.
3.2 Saran
1. Pemberian perijinan kegiatan pertambangan oleh pemerintah harus diperketat, sehingga perusahaan yang memenuhi syarat, terutama yang berwawasan lingkungan yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pertambangan.
2. Perlu adanya pengawasan yang ketat oleh pemerintah terhadap perusahaan yang telah melakukan penutupan tambang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Wardana, W. A. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Yogyakarta.Yogyakarta, 2001.
Soemarwoto, O. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta, 2005.
Santoso Budi, Ilmu Lingkungan Industri, Universitas Gunadarna, Depok, 1999.
http://blhd.tanahbumbukab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=149&Itemid=208
http://dynosidiq.blogspot.com/p/tambang-terbuka.html
http://sintaloh.blogspot.com/2013/09/kelebihan-dan-kekurangan-metode-tambang.html
http://hmrh.sith.itb.ac.id/reklamasi-hutan-bekas-tambang-teknologi-penyelamat-paru-paru-dunia/
http://arwansoil.blogspot.com/2011/03/kerusakan-lahan-akibat-aktivitas.html