dampak kolonialisme bagi afrika

Upload: nina-oktapiani-sembiring-kembaren

Post on 19-Jul-2015

235 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

DAMPAK KOLONIALISME BAGI AFRIKAposted by Boni Andika at 1:33:00 PM

Apa yang orang pikirkan pertama kali ketika mendengar kata Afrika? Hampir kebanyakan orang menggambarkan Afrika dengan label yang negatif. Afrika dikatakan sebagai benua yang terdiri dari negara-negara yang rentan, gagal, underdeveloped, pre-modern, dan lainlain. Lalu apakah Afrika benar-benar memiliki kondisi yang demikian? Kolonialisme disebutsebut sebagai alasan utama penyebab permasalahan-permasalahan yang ada di Afrika. Rata-rata hampir sebagian besar negara-negara Afrika mengalami masa kolonialisasi selama sekitar tujuh puluh tahun.1 Walaupun relatif singkat, dampak yang dihasilkan oleh periode kolonialisasi tersebut ternyata sangat besar. Negara-negara kolonis berhasil menerapkan sistem politik yang masih mengakar di Afrika meski kini negara-negara Afrika telah merdeka. Selain itu, pada masa kolonialisasi, negara-negara Afrika mengalami eksploitasi alam secara besar-besaran dan ternyata terus berlanjut hingga sekarang tetapi dalam bentuk yang baru. Dampak kolonialisme itu hingga saat ini masih dapat dirasakan. Pertama, Kevin C. Dunn berpendapat bahwa permasalahan mengenai keterbatasan konsep kedaulatan negara merupakan masalah yang paling mendasar dari semua masalah yang ada di Afrika.2 Konsepsi negara berdasarkan teritori yang berasal dari negara-negara Barat tersebut ternyata memiliki keterbatasan ketika diterapkan di negara-negara Afrika. Negara selama ini menjadi unit analisis utama dalam menjelasakan politik dan hubungan internasional. Akan tetapi, Dunn berargumen bahwa konsep negara justru merupakan hal yang problematis bagi negara-negara Afrika karena pada dasarnya kondisi sosio-kultural disana tidaklah sama

dengan negara-negara Barat sebagai pencipta konsep negara itu sendiri. Di Afrika, negara tidak bisa menempati posisi dominan dan hanya memiliki kekuatan hegemonik yang lemah dalam masyarakatnya. Padahal pada konsep negara teritori ala Eropa, negara adalah aktor sentral dalam sistem politik karena ia memiliki hegemoni yang dapat mengatur masyarakatnya. Kedua yang memperlihatkan adanya perbedaan konsep hubungan kenegaraan dalam masyarakat Afrika dengan dengan masyarakat negara-negara Barat adalah adanya bentuk kekuasaan sosial lain yang lebih besar pengaruhnya dibanding negara, misalnya kekaisaran tradisional dan aliansi kekerabatan.3 Organisasi sosial-politik dalam bentuk lain bisa saja hadir dan lebih mempunyai peran utama dan mendominansi dalam mengatur hubungan masyarakat negara-negara Afrika. Dalam banyak kasus di Afrika, negara gagal menempati posisi dominan dan justru mengalah pada kekuatan sosial lainnya. Ketiga, kondisi sosial politik masyarakat Afrika juga dapat digambarkan melalui konsep regime security yang dikemukan oleh John F. Clark. Menurut Clark, regime security merupakan konsep yang sangat berguna untuk memahami sosial politik Afrika secara komprehensif.4 Segala tindakan para penguasa negara-negara Afrika cenderung didasarkan pada sesuatu yang bertujuan untuk mengamankan kekuasaan rezimnya. Hal ini berlaku tidak saja dalam tindakan-tindakan domestik tetapi juga tindakan-tindakan eksternal. Berbagai strategi akan dijalankan penguasa agar rezimnya bebas dari gangguan. Para penguasa di negara-negara Afrika berusaha membuat pihak yang berada diposisi berpotensi mengancam langsung kekuasaannya selalu patuh kepada mereka. Keempat, konflik antar etnis yang seringkali terjadi di Afrika dapat dijelaskan salah satunya melalui konsep regime security ini. Pada masa post-kolonial, konflik antaretnis tidak jarang menyebabkan pemberontakan-pemberontakan terhadap suatu rezim. Pemberontakanpemberontakan yang ada di Afrika lebih sering terjadi karena masalah etnis dibanding dengan masalah perbedaan ideologi. Liberia, Uganda, Sudan dan Angola merupakan contoh-contoh negara yang pernah mengalami perang sipil panjang akibat pertengkaran antar etnis yang berujung pada pemberontakan rezim. Kelima, kekayaan yang dimiliki oleh negara-negara Afrika banyak menimbulkan masalah. Menurut Laporan SekJen PBB tahun 2005, bahwa salah satu penyebab konflik di Afrika adalah exploitasi SDA secara illegal yang digunakan untuk membeli senjata bagi militan

perang yang juga menjadi salah satu penyeba konflik. Oleh karena itu, melalui resolusi MU PBB yang di adopsi tahun 2005 menuntut adanya transparasi dalam pengelolaan SDA tersebut. Dari semua permasalah di atas, akar utama permasalahan di Afrika adalah akibat kolonialisme berkepanjangan dan warisan kehancuran ekonomi, sosial dan politik yang berlangsung hingga kini.

1 Walter Rodney, How Europe Underdeveloped Africa. (Published by: Bogle-L'Ouverture Publications, London and Tanzanian Publishing House, Dar-Es-Salaam 1973, Transcript from 6th reprint, 1983) diakses dari http://s41.ifile.it/lcdv8o7/4zcd/65048798/walter_rodney.pd

2 Kevin C. Dunn. MadLib #32: The (Blank) African State: Rethinking the Sovereign State in International Relations Theory dalam Africas Challenge to International Relations Theory (Palgrave Publisher Ltd., 2001) hal 50-51

3 Ibid hal 52

4 John F. Clark. Realis, Neo-Realism and Africas International Relations in the Post-Cold War Era dalam Africas Challenge to International Relations Theory (Palgrave Publisher Ltd., 2001) hal 94