sejarah kolonialisme & imperialisme
TRANSCRIPT
Disusun Oleh :Kelompok III
Adam Prayoga
Ihsan Fauzi Jamaludin
Iyang Mulyana R
Rifqi Arif Andrianto
Anita
Ardillah juliyanti
Ela Nurlaela
Syifa rahmadya
Belanda memperoleh kembali jajahannya atas Indonesia , melalui perjanjian London
Belanda membentuk kembali komisaris jendral untuk menguasai Indonesia yang beranggotakan Elout,
Buyskes, dan Van der Capellen. Namun, Inggris tidak menyerahkan sumatra ke tangan Belanda.Dengan
demikian, Indonesia sepenuhnya menjadi daerah kekuasaan Belanda dan diberi nama Nederlandsch
Indie ( Hindia Belanda )
Bulan maret 1816 Raffles menyerahkan kekuasaannya kepada John Fendall
Tahun 1819 Raffles menuju Singapura untuk dijadikan pusat pertahanan Inggris sampai Perang Dunia II
Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) 1830-18701.) Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan padamasa kejayaan Napoleon Bonaparte sehingga menghabiskan biayayang amat besar.
Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang diakhiri denganpemisahan Belgia dari Belanda pada tahun 1830.
Terjadi Perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawananrakyat jajahan termahal bagi Belanda.
Perang Diponegoro menghabiskan biaya sekitar 20.000.000 gulden.
Kas Negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belandacukup berat.
Pemasukkan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
Gagal mempraktikkan gagasan liberal (1816-1830) berarti gagal jugamengeksploitasi tanah jajahan untuk memberikan keuntungan yangbesar pada Belanda.
2.) Aturan-Aturan Tanam Paksa
3.) Dampak Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia
• Dampak Positif
• Dampak Negatif
Tokoh-tokoh Belanda yang mendukung antitanam paksa:
Eduard Douwes Dekker yang memprotes pelaksanaan tanam paksa melalui tulisannya yang berjudul Max Havelaar. Dalam tulisannya ia menggunakan nama samaran Multatuli, yang artinya “ Aku yang menderita “
Baron van Hoevell, seorang pendeta di batavia yang berjuang agar tanam paksa dihapuskan. Usahanya mendapat Menteri Keuangan Torbecke
Fransen van de Pute,seorang anggota majlis rendah yang mengusulkan tanam paksa dihapuskan
Van Deventer yang menulis artikel berjudul “ Een Eerenschuld ( Utang Budi ) pada tahun 1899, yang dimuat dalam majalah De Gids. Artikel tersebut berisi,antara lain, Trilogi Van Devender yang mencakup edukasi, irigasi, dan transmigrasi.
Sistem Politik Ekonomi Liberal (1870)
1) Latar Belakang Sistem Politik Ekonomi Liberal Kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen Belanda mendesak pemerintah
Belanda menerapkan system ekonomi liberal di Indonesia. Tujuannya agar para pengusaha Belanda sebagai pendukung Partai Liberal dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
Adanya traktar Sumatera (1871) yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh. Sebagai imbalannya, Inggris meminta Belanda menerapkan system ekonomi liberal di Indonesia agar pengusaha Inggris dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
1) Pelaksanaan Peraturan Sistem Politik Ekonomi Liberal Indische Comptabiliteit Wet (1867), berisi tentang perbendaharaan negara Hindia
Belanda yang menyebutkan bahwa dalam menentukan anggaran belanja Hindia Belanda harus diterapkan dengan undang-undang yang disetujui oleh Parlemen Belanda.
Suiker Wet (Undang-Undang Gula), yang menetapkan bahwa tanaman tebu adalah monopoli pemerintah yang secara berangsur-angsur akan dialihkan kepada pihak swasta.
Agrarische Wet (Undang-Undang Agraria) 1870. Agrarische Besluit (1870). Jika Agrarische Wet diterapkan dengan persetujuan
parlemen. Maka Agrarische Besluit diterapkan oleh persetujuan Raja Belanda. Agrarische Wet hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum tentang agrarian, sedangkan Agraria Besluit mengatur hal-hal yang lebih rinci, khususnya tentang hak kepemilikan tanah dan jenis-jenis hak penyewaan tanah oleh pihak swasta.
2) Pelaksanaan Peraturan Sistem Politik Ekonomi Liberal
Indische Comptabiliteit Wet (1867), berisi tentang perbendaharaan negara Hindia Belanda yang menyebutkan bahwa dalam menentukan anggaran belanja Hindia Belanda harus diterapkan dengan undang-undang yang disetujui oleh Parlemen Belanda.
Suiker Wet (Undang-Undang Gula), yang menetapkan bahwa tanaman tebu adalah monopoli pemerintah yang secara berangsur-angsur akan dialihkan kepada pihak swasta.
Agrarische Wet (Undang-Undang Agraria) 1870.
Agrarische Besluit (1870). Jika Agrarische Wet diterapkan dengan persetujuan parlemen. Maka Agrarische Besluit diterapkan oleh persetujuan Raja Belanda. Agrarische Wet hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum tentang agrarian, sedangkan Agraria Besluit mengatur hal-hal yang lebih rinci, khususnya tentang hak kepemilikan tanah dan jenis-jenis hak penyewaan tanah oleh pihak swasta.
4) Akibat Pelaksanaan Sistem Politik Ekonomi Liberal
a.) Bagi Belanda Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah colonial Belanda. Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri Belanda. Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajajahan.b.) Bagi IndonesiaKemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan gula berakibat sangat buruk bagi penduduk.Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat sangat pesat.Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan barang-barang impor dari Eropa.Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman berat bagi yang melanggar peraturan Poenale Sanctie.