dampak kebijakan pemerintah pusat di thailand selatan...

131
Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan (Studi Kasus Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun oleh: Agidia Oktavia 1112022000003 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: trinhkhue

Post on 16-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan

(Studi Kasus Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun oleh:

Agidia Oktavia

1112022000003

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan
Page 3: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAHPUSAT DI THAILAND SELATAII (STUDI KASUSTRAGEDI MASJID KRUE SE DAN INSIDEN TAK BAI)telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab danHumaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 09 Juli 2018.Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada programstudi Sejarah dan Peradaban Islam.

Ciputat 09 Juli 2018Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

H. Nurhasan. MANIP: 1960724 199703 1 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs.Imam Subchi. M.AIP: 19670810 200003 1 001

Pembimbing,

NIP: 1970119199403

-\.{1 -Dr. Amelia Fauzia. M.ANIP: 19710325 199903 2 004

Sekretaris M

t7 200501 2 007

Page 4: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1.

2.

J.

Skripsi ini merupakan hasil karyu asli dari saya sendiri

yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar sarjana dalam jenjang strata satu (S1)

di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Svarif

Hidayatullah.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini

telah saya canfumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.

Jika di kemudian hari terbukti jika hasil karya ini bukan

hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya

orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

23 Juli 2018

Agidia Oktavia

Page 5: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

i

Abstrak

Skripsi ini bertujuan menganalisa dampak dari kebijakan

Perdana Menteri Thaksin Shinawatra atas Tragedi Masjid Krue Se

dan Insiden Tak Bai di Thailand Selatan. Konflik minoritas di

Thailand Selatan memang bukan peristiwa baru akan tetapi konflik

yang mulai surut pada tahun 1990-an mengalami peningkatan

kembali di masa pemerintahan Thaksin Shinawatra sejak tahun

2001. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu

heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penulis

menggunakan sumber primer berupa laporan pemerintah atas

tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai yang didukung oleh

laporan-laporan yang dilakukan Human Right Watch,

International Crisis Group, The Asia Foundation dan surat kabar.

Penulis menguji dugaan Duncan McCargo bahwa situasi di

Thailand Selatan sangat dipengaruhi oleh dinamika perpolitikan

nasional. Maka penulis menggunakan teori Dinamika Kebijakan

Internal Pemerintah dalam penelitian ini. Penulis mengkaji apakah

perubahan menuju demokrasi di Thailand memiliki implikasi

dalam hadirnya kembali gejolak pemberontakan di Thailand

Selatan. Untuk itu, penulis menelisik lebih jauh kebijakan-

kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat Thailand dalam

menangani peningkatan kekerasan yang terjadi. Sementara

Pemerintah Thailand menduga bahwa terorisme transnasional

patut dicurigai sebagai salah satu dalang di balik Tragedi Masjid

Krue Se dan Insiden Tak Bai di Thailand Selatan.

Penulis mendapatkan temuan bahwa Tragedi Masjid Krue

Se dan Insiden Tak Bai dipicu oleh kesalahan kebijakan yang

dilakukan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Kebijakan

Thaksin membubarkan Civil Police Millitary Task Force 43

(CPM-43) dan Southern Border Province Administration Centre

(SBPAC) karena mengira lembaga yang didirikan oleh Prem

Trinsulanond terkait erat dengan jaringan monarki. Kebijakan

tersebut berdampak pada meningkatnya kekerasan di Thailand dan

khususnya memicu Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai.

Kata Kunci: Tragedi Masjid Krue Se, Insiden Tak Bai, Dinamika

Kebijakan Politik

Page 6: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

ii

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang

telah melimpahkan segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya.

Shalawat serta salam, senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta umat-

nya. Rasa syukur dan haru luar biasa tercurah, akhirnya dengan

usaha dan tekad yang sungguh-sungguh penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Kebijakan

Pemerintah Pusat di Thailand Selatan (Studi Kasus Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai)” Penulis menyadari

selesainya skripsi ini tidak berarti penulisan skripsi ini telah

sempurna melainkan masih memiliki banyak kekurangan.

Namun penulis berharap tulisan penulis dapat memberikan

sumbangsih bagi khazanah penelitian Islam di Thailand

Selatan, khususnya bagi mereka yang memfokuskan penelitian

pada Islam di Thailand Selatan pada masa kontemporer.

Penulis meyakini bahwa segala peritiswa dalam

kehidupan memiliki sebab dan akibat. Maka, selayaknya

peristiwa sejarah yang tidak tunggal dan aktor-aktor sejarah

yang tidak berdiri sendiri, begitu pula yang penulis alami.

Proses penelitian dan penulisan skripsi yang penulis lakukan

bukanlah proses instan. Untuk itu, dalam perjalanannya banyak

sekali orang-orang hebat yang dengan kebesaran jiwanya

Page 7: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

iii

membantu penulis. Maka dengan rasa yang mengharu biru,

penulis sampaikan terima kasih yang seluas-luasnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

3. H. Nurhasan, M.A. selaku Kepala Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah yang senantiasa

memotivasi penulis dan teman-teman angkatan 2012 untuk

segera menyelesaikan skripsi.

4. Solikhatus Sa’diyah, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan

Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah

yang dengan sabar membantu penulis mengurusi segala

proses administrasi yang penulis butuhkan.

5. Dr. Amelia Fauzia, M.A. selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang begitu sabar meluangkan waktunya,

memotivasi penulis, memberikan nasihat dan arahan yang

luar biasa berharga untuk membantu penulis

menyelesaikan skripsi. Penulis merasa sangat beruntung

berada di bawah bimbingan sosok yang senantiasa

menginspirasi penulis. Kebaikan hati dan keteguhan beliau

selalu menjadi motivasi penulis untuk maju. Beliau adalah

sosok yang tidak sungkan memberi kontribusi materiil

maupun immateriil hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi penulis.

Page 8: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

iv

6. Terima kasih kepada para Dosen Penguji yaitu Dr. Jajat

Burhanuddin, M.A. dan Drs. Imam Subchi, M.A. atas

pengarahan dan bimbingannya untuk membuat skripsi

penulis menjadi lebih baik.

7. Dr. Tati Hartimah, M.A. Beliau adalah dosen luar biasa,

selayaknya oase di Padang Pasir tatkala penulis mengalami

ketidak-yakinan untuk melanjutkan studi lagi namun beliau

bisa meyakinkan penulis untuk tetap konsisten dalam

mengikuti perkuliahan.

8. Terima kasih kepada seluruh Dosen Prodi Sejarah

Peradaban Islam yang telah memberikan ilmunya sehingga

membuat penulis menjadi lebih baik lagi.

9. Rodi dan Sri Astuti selaku orang tua penulis. Terima kasih

atas segala yang telah diberikan. Cinta, kasih, motivasi dan

pengorbanan tanpa pamrih yang senantiasa Ayah dan Ibu

berikan membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi

penulis dan lebih jauh membawa penulis menjadi Sarjana.

10. Adik-adikku terkasih, Emilio Kamarullah, Aditya

Mahendra dan Dini Valindia. Terima kasih atas senda

gurau yang santai dan menusuk tatkala mengingatkan

penulis untuk segera merampungkan skripsi penulis.

11. Terima kasih yang teristimewa untuk Mbah Kakung (alm)

dan Mbah Putri, Om Udin, Om Amit dan keluarga, Cing

Mida dan keluarga, Lik Tari dan keluarga, Lik Neni dan

Page 9: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

v

keluarga, Lik Mar dan keluarga, Lik Agus dan Keluarga

dan semua keluargaku.

12. Vina Septiani, sahabat baik penulis sejak kecil hingga saat

ini. Terima kasih atas segala bantuan baik materil maupun

immaterial sehingga penulis dapat merampungkan skripsi

penulis.

13. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik di MAN 11:

Affiza Maharani, Sarirotul Mukarromah, Nur Lailatul

Badriyah, dan Sri Hendrawati.

14. Terima kasih kepada sahabat-sahabat perempuan terbaikku

di Kampus: Irma Fauziah, Alifianti Uswatun Hasanah,

Hikmatul Bilqis, Nuris Salimatul Luthfia, Dliya

Mubarokah, Andini Rachmalia, Diah Nur Afifah,

Mardiyah, Muspiroh, Restu Diniyanti, Rizki Nurdia Astuti,

Titi Maria Ulfah, Siti Hajar, Suci Kismayanti, Durrotul

Muazah, Putri Lalla Tanjung, Suci Rahayu, Syifa Fauziah

Syukur, Alinda Nur Fitriani, Fitriani, Merindu Fitriani,

Fitri Mas’ulah, Dwi Septiani, Teti Nurjannah.

15. Terima kasih kepada sahabat-sahabat laki-laki terbaikku:

Ismeiyanto, Khairul Ummami, Firnandi Ghufron, Rizal

Hans Sri Pesona (Lanang), Mustaqim, Lukman Kholil

Ahmad, Machfud Hadi Wicaksana, M. Nur Azami.

16. Terima kasih spesial untuk guru spiritual terbaikku Ka

Reika Rahma, Umi Irma, dan Nenek Titiek Marjulin.

Page 10: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

vi

17. Terima kasih kepada rekan dan sahabat baik dari komunitas

pecinta puisi dan kucing: Laily, Mamih Aya, Ka Rena,

Lanang, Ara, Tanti, Bang Dayat, Ka Murni, Ka Yue.

18. Terima kasih Komunitas Rembugan Pecinta Sejarah

(REMPAH) untuk pengalaman luar biasanya, semoga

REMPAH ke depannya semakin maju! Terima kasih Ka

Firman, Ka Tati, Ka Endi, Ka Dirga, Ka Hana, Ka Wilda,

Ka Indi sudah menerima saya dengan baik di REMPAH.

19. Terima kasih Keluarga Besar Social Trust Fund (STF) UIN

Jakarta telah membantu dan memberikan kepercayaan

kepada saya untuk menerima Beasiswa. Social Trust Fund

UIN Jakarta adalah wadah luar biasa dalam leadership dan

cara pandang global.

20. Terima kasih BAZIS Jakarta Selatan yang telah

memberikan kepercayaan kepada saya untuk menerima

Beasiswa.

21. Terima kasih Jurnal Perempuan untuk pengalaman luar

biasa! Terima kasih Mba Anita, Mba Ima, Ka Lola, dan Jo.

22. Terima kasih keluarga besar HMI KOFAH atas

kesempatan yang diberikan selama ini kepada saya,

yakusa!

23. Terima kasih keluarga besar IKAHIMSI (Ikatan Himpunan

Sejarah Se-Indonesia).

24. Terima kasih keluarga besar PKBM Merah Putih Lebak

Bulus, Jakarta Selatan. Terima kasih Ibu Nur, Ibu Uli, Ibu

Page 11: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

vii

Indri dan Pak Wahyu, Pak Niam, Bu Nuttah dan Bunda

Yuni.

25. Terima kasih teman-teman KKN Replika (Relawan Peduli

Kampung): Alfi, Suci, Syifa, Puput, Ais, April, Kamila,

Ghufron, Ummam, Miftah, Hendri, Arul, Beni, dan Tulil.

26. Terima kasih luar biasa untuk teman-teman Jurusan

Sejarah Peradaban Islam Angkatan 2012!

22 Juli 2018

Agidia Oktavia

Page 12: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................viii

DAFTAR TABEL.......................................................................xi

DAFTAR GRAFIK....................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN...........................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................1

B. Pembatasan Masalah.......................................9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................10

D. Kerangka Teori..............................................11

E. Kajian Pustaka...............................................12

F. Metode Penelitian..........................................16

G. Sistematika Penulisan....................................21

BAB II MASYARAKAT THAILAND SELATAN

SEBELUM TRAGEDI MASJID KRUE SE

DAN INSIDEN TAK BAI

A. Geografi dan Struktur Masyarakat Muslim di

Thailand.........................................................24

B. Organisasi-Organisasi Muslim di

Thailand........................................................30

Page 13: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

ix

C. Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand

Selatan........................................................40

BAB III TRAGEDI MASJID KRUE SE DAN INSIDEN

TAK BAI

A. Pemberontakan Thailand Selatan di Masa Awal

Pemerintahan Thaksin....................................43

B. Tragedi Masjid Krue Se.................................48

C. Insiden Tak Bai..............................................54

BAB IV DAMPAK TRAGEDI MASJID KRUE SE DAN

INSIDEN TAK BAI DI THAILAND SELATAN

A. Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand

Selatan...........................................................66

B. Respon Pemerintah atas Tragedi Masjid Krue

Se dan Insiden Tak Bai..................................67

C. Keadaan Masyarakat Thailand Selatan Paska

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak

Bai.................................................................76

D. Relasi Pemerintah dan Masyarakat Paska

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak

Bai.................................................................79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................81

B. Saran..............................................................86

Page 14: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

x

DAFTAR PUSTAKA.................................................................88

LAMPIRAN...............................................................................92

Page 15: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

xi

Daftar Tabel

II.1 Pendapatan Rumah Tangga 1960-2000.................................30

III.1 Daftar Korban Tewas dalam Insiden Tak Bai......................55

III.2 Penyebab Kematian Korban Insiden Tak Bai......................56

III.3 Korban Pengguna Narkoba dalam Insiden Tak Bai.............62

Daftar Grafik

II.1 Grafik Pendapatan Rumah Tangga, Gross Regional Product,

Kemiskinan dan Pengangguran....................................................29

Page 16: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

xii

Daftar Singkatan

BNPP : Barisan Nasional Pembebasan Patani

NFLP : National Liberation Font of Patani

BRN : Barisan Revolusi Nasional

LFRP : Liberation Front of Republic Patani

CPM : Communist Party of Malaya

PULO : Patani United Liberation rganization

PPPP : Pertubohan Persatuan Pembebasan Patani

CPM-43 : Civil Police Military 43

SBPAC : Southern Border Provinces Administration Centre

NRC : National Reconciliation Commission

Page 17: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Arus politik di Thailand mengalami perubahan sekitar

tahun 1990an. Perubahan terjadi saat Thailand memutuskan

menjadi negara demokrasi dan mengedepankan hak asasi manusia.

Hal ini membuat sebagian besar pihak militer mengundurkan diri

dan memberikan tempat agar demokrasi berkembang dengan stabil

paska kudeta dengan pemerintahan militer. Komitmen Thailand

terhadap hak asasi dijewantahkan dalam Konsitusi Reformis pada

1997.1

Perubahan Thailand menjadi negara demokrasi

mengharuskannya melaksanakan pemilihan langsung untuk

memilih Kepala Pemerintahan. Pada 6 Januari 2001, Thailand

melaksanakan Pemilu untuk pertama kalinya di bawah Konstitusi

Reformis. Thaksin Shinawatra dari Partai Thai Rak Thai terpilih

sebagai Perdana Menteri dalam Pemilu.2

Awal pemerintahan Thaksin disambut dengan aksi

penembakan, pembakaran, pengeboman dan serangan terhadap

pabrik senjata milik pemerintah di Thailand Selatan. Thaksin

1Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, (Washington DC: Human

Right First, 2005), h. 1 2Desmond Ball dan Nicholas Farrelly, “Interpreting 10 Years of

Violence in Thailand’s Deep South”, Security Challenges, (Vol. 8, No. 2,

2012), h. 5

Page 18: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

2

menganggap rangkaian peristiwa ini terjadi karena perang antar

gang kriminal di Thailand Selatan atau orang berkepentingan yang

mengambil keuntungan dari huru-hara ini untuk merongrong

kredibilitas pemerintah. Thaksin dengan tegas menolak anggapan

bahwa pemberontak Melayu Muslim kembali aktif dan menjadi

dalang atas peristiwa yang terjadi.3

Ketidakstabilan keamanan di Thailand Selatan dimulai

pada 24 Desember 2001 dengan lima serangan yang terkoordinasi

dengan baik di pos-pos polisi di Pattani, Yala dan Narathiwat yang

menyebabkan lima petugas dan seorang relawan pertahanan desa

tewas. Penggerebekan yang nyaris serentak di beberapa pos

kepolisian menunjukkan koordinasi dan teknis yang baik. Hal ini

berbeda dari serangan sporadis biasanya (kebanyakan pemerasan

dan penculikan-tebusan) yang terlihat selama lebih dari satu

dasawarsa.4

Ketidakstabilan dan keamanan yang semakin memburuk

jika dibandingkan pada rentang tahun 1993-2000, hanya terjadi

beberapa insiden kekerasan separatis, yang hanya menyebabkan

beberapa korban. Akan tetapi sejak tahun 2001, statistik

Departemen Dalam Negeri menunjukkan meningkatnya kekerasan

di Thailand Selatan. Hal ini terlihat dari insiden penyerangan pos

3Human Rights Watch,”No One Is Safe”, (Vol. 19, No.13, Agustus

2007), h. 29 4Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”,

International Crisis Group, (Singapore, 18 May 2005), h. 16

Page 19: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

3

kepolisian yang nyaris serentak di tiga Provinsi utama yaitu

Pattani, Yala dan Narathiwat.5

Hal ini membuat Thaksin memerintah dengan otoriter dan

mengabaikan hak asasi manusia.6 Thaksin berusaha menjaga

kredibilitasnya dengan kebijakan keamanan nasional yang tegas

dan cenderung keras.7 International Crisis Group (ICG)

menganggap kebijakan Thaksin yang keras dan cenderung otoriter

berdampak pada meningkatnya kekerasan di Thailand Selatan.8

Pada 2002 pemerintah masih belum dapat menjaga

stabilisasi keamanan. Beberapa kantor polisi diserang oleh

sejumlah besar gerilyawan yang berhasil mengambil sejumlah

senjata dan amunisi. Sekitar 50 orang terbunuh dalam 75 insiden

yang terjadi sepanjang tahun. Insiden kekerasan masih terus terjadi

hingga tahun 2003 yaitu sekitar 119 insiden terjadi yang tercatat

dalam sumber resmi.9

Kekerasan yang terjadi pada 2001-2003 menjadi pemicu

dari kekerasan yang lebih besar di tahun 2004. Pada 2004, insiden

kekerasan dimulai sejak awal Januari saat depot tentara di

5Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, The NPS Institutional Archive, (Vol. 6, Issue 2,

February 2005), h. 3 6Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid. 7Peter Chalk, Angel Rabasa, William Rosenau, Leanne Piggott, The

Evolving Terrorist Threat to Southeast Asia, (Pittsburgh: RAND Corporation,

2009), h. 111 8Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”,

International Crisis Group, Ibid, h. i 9Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid.

Page 20: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

4

Narathiwat diserang 30 orang bersenjata yang berhasil mencuri

senjata dengan membunuh 4 tentara Thailand.10 Pada hari yang

sama, 20 sekolah terbakar yang diduga sebagai sebuah pengalihan

isu dari serangan utama.11

Peristiwa yang terjadi pada awal Januari semakin

menimbulkan kewaspadaan dari pihak Pemerintah. Thaksin mulai

menyadari bahwa insiden yang terjadi di Thailand Selatan adalah

insiden yang sistematis dan bukan dilakukan oleh bandit, gang

kriminal atau para pengedar narkoba semata.12 Lambat laun

Thaksin merasakan kekhawatiran perihal terorisme di Thailand

Selatan. Konflik di Thailand Selatan sendiri memiliki daya tarik

untuk dimanfaatkan oleh jaringan teroris internasional.13

Pihak pemerintah semakin menekan Militer Thailand untuk

segera merespon peristiwa kekerasan yang terjadi dan terutama

ancaman terorisme internasional. Darurat militer yang sebelumnya

telah berjalan efektif di daerah perbatasan Malaysia diperluas di

tiga provinsi utama yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat pada 5

Januari 2004 dengan 1000 tentara. Peristiwa pencurian senjata dan

pembakaran sekolah menjadi agenda utama untuk dikuak. Polisi

10Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid. 11Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid, h. 6 12Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”,

International Crisis Group, Ibid, h. 17 13Apinya Baggelaar Arrunnapaporn, “Heritage Interpretation and

Spirit of Place: Conflict at Krue Se Mosque and Thailand Southern Unrest”,

Unpublished paper, h. 2

Page 21: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

5

investigasi dikirim dari Bangkok untuk menginvestigasi pencurian

senjata dan pembakaran. Investigasi mengakibatkan penangkapan

banyak penduduk sipil dan beberapa pejabat. Kebanyakan dari

mereka terpaksa mengaku terlibat atas insiden yang terjadi karena

tekanan yang ada. Akhirnya tidak ada seorang pun yang ditangkap

atas keterlibatan terhadap peristiwa tersebut.14

Gelombang kekerasan di Thailand Selatan sendiri bukan

sebuah fenomena umum.15 Desmond Ball dan Nicholas Farrelly

dalam artikelnya merujuk pendapat Croissant bahwa peta insiden

kekerasan yang kerap terjadi sulit untuk digeneralisasi indikasinya

melainkan hanya dapat dilihat di mana peristiwa itu terjadi.

Peristiwa itu terjadi di distrik, kota-kota dan desa-desa di mana

kekerasan terjadi secara signifikan.16 Artinya, peristiwa yang

terjadi harus ditelisik secara tuntas pada setiap kejadian di mana

peristiwa itu terjadi untuk menelusuri penyebabnya dan apakah

terdapat relasi antara peristiwa yang satu dengan yang lain.

Insiden pada Januari 2004 tampaknya memang bukan akhir

dari insiden yang terjadi melainkan menjadi awal atas semakin

meningkatnya kekerasan di Thailand Selatan. Padahal paska angka

kekerasan meningkat pada 2002 hingga 2003 telah membuat

insiden yang terjadi menjadi perhatian nasional. Namun masih

belum ada kemungkinan meredanya kekerasan di Thailand

14Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid, h. 6 15Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid, h. 24 16Desmond Ball dan Nicholas Farrelly, Ibid, h. 3

Page 22: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

6

Selatan. Insiden pencurian dan pembakaran sekolah pada Januari

2004 membawa pada peristiwa selanjutnya yaitu Tragedi Masjid

Krue Se.

Masjid Krue Se merupakan masjid tertua dan bersejarah di

Thailand yang telah digunakan sebagai masjid kerajaan selama

kurang lebih 300 tahun lalu. Masjid Krue Se menjadi situs sejarah

yang diresmikan Pemerintah Thailand sebagai situs sejarah pada

tahun 1935. Peresmian Masjid Krue Se sebagai situs sejarah

menuai ketidaksetujuan masyarakat Melayu Muslim dikarenakan

berkaitan dengan identitas dan menimbulkan demonstrasi serta

menyulut kembali keinginan untuk memerdekakan diri.17 Masjid

Krue Se sebagai sebuah tempat kontestasi kembali terulang pada

April 2004.

Tragedi Masjid Krue Se pada 28 April 2004 bermula saat

sekelompok pemuda bersenjata api dan parang memperingati

pemberontakan tahun 1948 dengan melakukan serangan secara

bersamaan ke sejumlah pos polisi dan tentara di sepanjang

Thailand Selatan. Serangan ini membuat lima penjaga keamanan

terbunuh. Penjaga keamanan melakukan serangan balik di setiap

lokasi dan mengakibatkan sekitar 107 pemuda terbunuh. Beberapa

pemuda yang terpojok bersembunyi di dalam Masjid Krue Se dan

berusaha mengatur strategi bertahan di dalam masjid. Pihak

17 Chaiwat Satha-anand, “Kru-ze: A Theatre for Renegotiating

Muslim Identity”, Journal of Social Issues in Southeast Asia, (Vol. 8, No. 1,

February 1993), h. 196

Page 23: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

7

keamanan yang mengalami kebuntuan menyerang dengan roket

dan granat sehingga mengakibatkan 32 pemuda tewas.18

Tragedi yang terjadi di Masjid Krue Se memilukan dan

mengundang banyak kecaman. Di mana semestinya hal itu dapat

didamaikan dengan negosiasi tanpa harus menggunakan granat

untuk penyelesaiannya. Akibat penanganan pemerintah yang tidak

tepat jugalah yang membuat insiden kekerasan semakin marak di

tahun 2004.

Pada Oktober 2004 insiden besar terjadi di Thailand

Selatan. Dunia Internasional menyorot insiden ini, puluhan orang

mati lemas di dalam truk. Hal ini bermula dari enam pemuda sipil

yang ditangkap di bawah hukum darurat militer atas tuduhan

memberi senjata kepada pihak pemberontak. Warga pun

berdemonstrasi memprotes kejadian yang terjadi namun mereka

justru dimasukan ke dalam truk dengan keadaan saling tumpang

tindih dan membuat 78 orang mati lemas.19 Insiden ini dikenal

dengan nama Insiden Tak Bai karena peristiwa ini terjadi di Distik

Tak Bai, bagian tenggara Provinsi Narathiwat, Thailand Selatan.

Peristiwa ini membuktikan bahwa keadaan di Thailand

Selatan sedang tidak baik-baik saja. Demokrasi belum membawa

perubahan signifikan bagi terimplementasinya nilai-nilai hak asasi

manusia di Thailand Selatan. Perubahan sikap Thaksin yang

18Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid. 19Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid.

Page 24: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

8

semula menganggap kekerasan yang kembali muncul di Thailand

Selatan akibat ulah lawan politiknya dianggap keliru dan ditarik

kembali. Kekhawatiran terhadap terorisme transnasional mulai

menguat seiring diketatkannya patroli di daerah perbatasan.

Namun dugaan terorisme transnasional yang dianggap

sebagai penyebab meningkatnya kembali kekerasan di Thailand

Selatan tampaknya tidak bisa serta merta dibenarkan. Kawasan

Asia Tenggara cenderung tersegregasi antara mayoritas dan

minoritas sehingga menjadi rentan terhadap konflik. Selain itu

belum terbukti adanya aktivitas terorisme transnasional di

Thailand Selatan.

Peningkatan kekerasan di Thailand Selatan lebih mengarah

pada dinamika kebijakan politik. Hal ini dapat dilihat dari

anggapan Thaksin bahwa penyebab munculnya kembali kekerasan

di Thailand adalah ulah lawan politiknya. Dugaan Thaksin

berimbas pada kebijakan-kebijakannya yang justru meningkatkan

kekerasan di Thailand Selatan. Puncak kekerasan terjadi sejak

awal tahun 2004 yang diikuti dua peristiwa besar yaitu Tragedi

Masjid Krue Se pada April 2004 dan Insiden Tak Bai pada Oktober

2004.

Maka dari itu penulis ingin mengkaji lebih jauh tragedi

Masjid Krue Se dan insiden Tak Bai. Pengkajian atas kedua

peristiwa tersebut untuk mencari apakah dinamika kebijakan

antara Thaksin dengan Pemimpin sebelumnya mempengaruhi

Page 25: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

9

keadaan di Thailand Selatan dan bagaimana Pemerintahan Thaksin

menangani dua peristiwa besar yang terjadi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penulisan Skripsi tidak melebar, untuk itu penulis

merasa perlu memberikan pembatasan masalah dari tema dan studi

yang telah penulis pilih. Hal ini bertujuan agar pengkajian lebih

terfokus dan tidak menimbulkan bias, terlebih disiplin sejarah

merupakan disiplin yang terikat ruang dan waktu. Untuk itu,

penulis akan memfokuskan pada latar belakang terjadinya Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai.

Adapun masalah pokok dalam skripsi ini adalah Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai serta bagaimana peristiwa ini

berimbas pada respon pemerintah dan keadaan masyarakat di

Thailand Selatan. Berikut adalah rumusan permasalahan yang

penulis kaji:

1. Apa saja kebijakan Thaksin Shinawatra di Thailand

Selatan?

2. Bagaimana respon pemerintah dan keadaan masyarakat

paska terjadinya Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden

Tak Bai?

3. Bagaimana relasi antara masyarakat dan pemerintah

paska terjadinya Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden

Tak Bai?

Page 26: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari permasalahan yang penulis kaji mengenai Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai, ada tiga tujuan yang ingin

penulis capai melalui penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui Kebijakan Thaksin Shinawatra di Thailand

Selatan.

2. Mengungkap respon pemerintah Thailand dalam

menangani Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai.

3. Mengungkap relasi antara masyarakat dan pemerintah

paska Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai.

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini

adalah:

1. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan perihal

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai di Thailand

Selatan.

2. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

melihat kebijakan Pemerintah Central Thailand terhadap

permasalahan di Thailand Selatan.

3. Tulisan ini diharapkan menambah referensi untuk

penelitian selanjutnya.

Page 27: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

11

D. Kerangka Teori

Penulis memerlukan teori untuk mengarahkan penelitian

penulis. Dalam penelitian penulis menggunakan teori Dinamika

Kebijakan Internal Pemerintah. Hal ini berlandaskan pada artikel

Duncan McCargo “Thaksin and The Resurgence of Violence in the

Thai South: Network Monarchy Strikes Back?”.20 Penelitian

McCargo mengungkap bahwa kebijakan Thaksin di Thailand

Selatan cenderung berusaha untuk melepaskan keberhasilan

pemerintahan sebelumnya dalam meredakan konflik di Thailand

Selatan.

Thaksin yang terpilih melalui pemilihan umum dan membawa

arah baru bagi Thailand yaitu Demokrasi, merasa bahwa pihak

kerajaan tidak melepaskan bayang-bayangnya dalam

permasalahan yang ada di Thailand. Untuk itu, Thaksin hendak

melakukan perubahan besar untuk meniadakan jaringan monarki

dalam pemerintahannya. Hal ini dilakukan Thaksin dengan

mengganti orang-orang di pemerintahan dengan orang-orang yang

pro-terhadapnya.

Kebijakan Thaksin ini tidak hanya terjadi di Central

Thailand melainkan menyeluruh ke enam wilayah Thailand

termasuk Thailand Selatan. Wilayah Thailand Selatan yang semula

berada di bawah pengawasan tentara menjadi di bawah

20Duncan McCargo, “Thaksin and The Resurgence of Violence in the

Thai South: Network Monarchy Strikes Back?” Critical Asian Studies, (2006)

Page 28: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

12

pengawasan kepolisian. Hal ini juga dikarenakan Thaksin

sebelumnya menjabat sebagai Perwira Tinggi Kepolisian.

Kerenggangan keamanan yang ada memicu terjadinya

beberapa kekerasan di masa awal pemerintahan Thaksin di

Thailand Selatan. Selain itu permasalahan Narkoba yang cukup

marak di Thailand Selatan menjadi salah satu awal dari kebijakan

Thaksin di Thailand Selatan. Dalam menangani permasalahan

yang terjadi Thaksin bersikeras bahwa hal tersebut adalah ulah

lawan politiknya.

Untuk itu, penulis berusaha mengkaji lebih jauh perihal

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai menggunakan Teori

Dinamika Kebijakan Internal Pemerintah karena ada dugaan

bahwa meningkatnya kekerasan di Thailand Selatan adalah

dampak dari keengganan Thaksin dengan kebijakan Prem

Tinsulanond. Padahal di bawah kepemimpinan Prem Tinsulanond

(1980-1988), gejolak di Thailand Selatan mulai mereda.

E. Kajian Pustaka

Penulis mencari dan menelusuri beberapa literatur yang

mengkaji mengenai Tragedi Masjid Krue-Se dan Insiden Tak Bai

di Thailand Selatan. Akan tetapi, sejauh penelusuran penulis

mengenail skripsi-skripsi di UIN Jakarta yang penulis akses

melalui Repository UIN tidak terdapat skripsi yang membahas

mengenai Tragedi Masjid Krue-Se dan Insiden Tak Bai melainkan

membahas permasalahan Kerajaan Patani ataupun Patani paska

Page 29: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

13

terintegrasi dengan negara Thailand. Namun penulis menemukan

beberapa artikel sejauh penulusuran penulis yang membahas

mengenai Tragedi Masjid Krue-Se dan Insiden Tak Bai:

1. Kru-ze: A Theatre for Renegotiating Muslim Identity21,

artikel yang ditulis oleh Chaiwat Satha Anand berusaha

untuk melihat posisi Masjid dari segi khazanah lokal

masyarakat yaitu dari mitos-mitos yang beredar. Posisi

masjid sebagai sebuah identitas yang diperjuangkan

Muslim Patani dilihat dari sejarah dan mitos yang

melekat. Untuk itu, artikel ini menjadi rujukan penulis

dalam melihat lebih jauh bagaimana posisi utama

Masjid Krue-Se. Namun dalam pengkajiannya penulis

lebih mengedepankan bagaimana latar belakang,

respon pemerintah dan masyarakat paska Tragedi

Masjid Kru se dan Insiden Tak Bai. Secara periodisasi

kajian penulis mencoba melengkapi artikel Chaiwat

Satha Anand karena periodisasi kajian penulis

merupakan kajian kontemporer. Sementara artikel

Chaiwat Satha Anand menekankan periodisasi pra-

demokrasi di Thailand.

21Chaiwat Satha-anand, “Kru-ze: A Theatre for Renegotiating Muslim

Identity”, Sojourn: Journal of Social Issues in Southeast Asia, (Vol. 8, No. 1,

February 1993).

Page 30: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

14

2. Heritage Interpretation and Spirit of Place: Conflicts

at Krue-Se Mosque and Thailand Southern Unrest22,

artikel yang ditulis oleh Apinya Baggelaar

Arrunnaporn ini melihat konflik dan pemberontakan

yang terjadi di Masjid Krue-Se, khususnya pada

peristiwa pra dan paska Pemberontakan di Tahun 2004.

Apinya menggunakan disiplin arkeologi dan sosiologi

dalam menginterpretasikan peristiwa yang terjadi di

Masjid Krue-Se. Hal ini sejalan dengan apa yang

penulis tulis tetapi penulis mengkajinya dengan

pendekatan Sejarah. Penulis juga tidak hanya mengkaji

Tragedi Masjid Krue Se melainkan juga Insiden Tak

Bai. Artinya, penulis mencoba melengkapi hasil

penelitian yang dilakukan Apinya Baggelaar

Arrunnaporn.

3. Patani Central Mosque in Southern Thailand as

Sanctuary from Violence23, artikel yang ditulis oleh

Ridwan lebih melihat bahwa pemberontakan yang

terjadi pada 2004 di Masjid Krue-Se kontras dengan

fakta bahwa pemuka agama (Imam Masjid) cenderung

memiliki pandangan toleran. Artikel ini melihat lebih

22Apinya Baggelaar Arrunnapporn, “Heritage and Spirit of Place:

Conflicts at Krue-Se Mosque and Thailand Southern Unrest”, Unpublished

Paper. 23Ridwan, “Patani Central Mosque in Southern Thailand as Sanctuary

from Violence”, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, (Vol. 4, No.

2, Desember 2014).

Page 31: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

15

jauh apakah fenomena yang terjadi di Masjid murni

perbuatan muslim Patani lokal atau justru erat

kaitannya dengan bersemainya muslim transnasional di

Patani. Artikel ini sejalan dengan fokus pengkajian

penulis dan kajian penulis akan mencoba melengkapi

penelitian ini dengan melihat pada dua peristiwa besar

yaitu Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai yang

terjadi pada tahun 2004 di Thailand Selatan.

4. Muslim Insurgency, Political Violence and Democracy

in Thailand24, artikel yang ditulis oleh Aurel Croissant

menggambarkan bagaimana demokrasi yang sedang

berlangsung di Thailand dan dampaknya di Thailand

Selatan. Croissant menekankan pada dua perspektif

dalam menganalisa pemberontakan yang terjadi di

Thailand Selatan. Pertama, menganalisa penyebab,

bentuk dan aktor yang terlibat dalam pemberontakan.

Kedua, menganalisa bagaimana konsekuensi politis

dari pemberontakan yang terjadi. Artikel Aurel

Croissant menjadi salah satu rujukan utama penulis

dalam melihat bagaimana Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai menjadi momentum kekerasan yang

terjadi di Thailand.

24 Aurel Croissant, “Muslim Insurgency, Political Violence, and

Democracy in Thailand”, Terorism and Political Violence, (Vol. 19, No. 1-18,

2007)

Page 32: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

16

Berdasarkan tinjauan pustaka yang penulis telusuri dapat

dipahami bahwa terdapat beberapa penelitian yang mengulas

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai. Hal ini akan menjadi

kerangka bagi penulis untuk mengkaji Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai di Thailand Selatan.

F. Metode Penelitian

Sejarah dan ilmu politik sejak dahulu hingga detik ini

memiliki hubungan yang kuat. Ilmu politik memerlukan sejarah

sebagai alat untuk mendapatkan data dan kemudian diolah lebih

lanjut.25 Sementara Sejarah sebagai suatu ilmu juga tidak bisa

berdiri sendiri tanpa menggunakan pendekatan ilmu lainnya.26

Penulis menggunakan metode penelitian sejarah dengan ilmu

politik sebagai pendekatan utama dalam penelitian ini.

Adapun dalam penelitian sejarah terdapat tahapan-tahapan

yang harus penulis lakukan, sebagai mana pendapat Kuntowijoyo.

Berikut adalah tahapan-tahapan yang penulis lakukan dalam

penelitian sejarah:27

1. Pemilihan Topik

Dalam penelitian ini, penulis memilih topik relasi

negara dengan minoritas agama. Topik yang telah penulis

25Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi),

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 25 26M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah

Pengantar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 218 27Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2013), h. 68-82

Page 33: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

17

pilih kemudian penulis batasi dari segi tempat, peristiwa

dan waktu yang terjadi. Penulis fokus dalam penelitian

yang berjudul Analisa Historis Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai di Thailand Selatan. Penulis membatasi

topik penulis dalam judul Skripsi tersebut berdasarkan

ketertarikan penulis terhadap isu minoritas muslim di

Thailand dan keterjangkauan penulis terhadap sumber

untuk sejarah kontemporer di Thailand.

2. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Penulis melakukan (Library Research) atau studi

pustaka untuk mencari sumber-sumber yang bersesuaian

dengan topik dalam skripsi penulis. Penulis menghimpun

sumber-sumber baik primer maupun sekunder. Untuk

sumber primer, penulis menggunakan Tak Bai and Krue Se

Report yaitu sebuah laporan investigasi pemerintah yang

dirilis oleh National Reconciliation Commission. Penulis

tidak banyak mendapatkan sumber primer namun penulis

mendukung skripsi penulis dengan sumber sekunder

berupa laporan investigasi tentang pemberontakan di

Thailand Selatan, berita online dan artikel dari jurnal

internasional.

Keterbatasan penulis dalam mendapatkan sumber

primer dikarenakan Pemerintah Thailand tampaknya

memang berusaha menyembunyikan permasalahan yang

ada dari dunia Internasional. Penulis menduga hal ini

Page 34: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

18

berkaitan kesulitan dan keterbatasan untuk mengakses

sumber primer lainnya dalam penelitian ini. Terlebih lima

berita penting tidak dapat penulis akses karena telah

dihapus, di antaranya:

Commission to release reports into Krue Se, Tak Bai

deaths - Bangkok Post, 22 April 2005

SOUTHERN TRAGEDIES: Reports to be censored prior

to publication - The Nation, 22 April 2005

Independent panel descends to deep South - TNA, 21 April

2005

Use of force at Krue Se condemned - NRC releases reports

into southern deaths - Bangkok Post, 25 April 2005

KRUE SE, TAK BAI INCIDENTS: NRC releases official

version - The Nation, 25 April 2005

Adapun beberapa laporan yang berhasil penulis

dapatkan di antaranya Laporan International Crisis Group,

Laporan Human Rights Watch, Laporan Beurau of

Democracy, Human Rights and Labor US Government

(www.state.gov), Laporan Human Rights First serta

Laporan The Asia Foundation.

Sumber sekunder berupa berita online di antaranya

dari BBC, Al-Jazeera dan The Nation (Surat Kabar

Thailand dengan bahasa Inggris seperti Jakarta Post di

Indonesia). Untuk artikel dari jurnal internasional penulis

mengakses melalui UIN Syarif Hidayatullah, PNRI

Page 35: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

19

(Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) serta Google

Cendekia (Google Scholar).

Penulis juga mendapatkan sumber sekunder berupa

buku yang penulis dapatkan dari perpustakaan pribadi Dr.

Amelia Fauzia perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah dan Perpustakaan Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah.

Selain itu penulis juga menampilkan sumber berupa

foto yang di antaranya penulis dapatkan dari dokumentasi

pribadi Dr. Amelia Fauzia untuk melihat lebih detail

Masjid Krue Se. Adapun foto-foto lainnya penulis

dapatkan dari website ataupun buku yang terpercaya.

3. Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber)

Verifikasi atau dikenal dengan kritik sumber atau

keabsahan sumber merupakan fase selanjutnya yang harus

dilalui penulis dalam mengkritisi sumber yang diperoleh

pada fase heuristik. Sumber yang didapat diuji

keautentikannya dan kredibilitasnya. Keautentikan sumber

dengan menguji apakah sumber tersebut asli ataukah tidak.

Kredibilitas sumber yaitu sejauh mana sumber tersebut

dapat dipercaya dan layak digunakan sebagai sumber

dalam penelitian.

Untuk keautentikan sumber khususnya pada

sumber foto, penulis memastikan terlebih dahulu apakah

foto yang penulis dapatkan benar dan sesuai dengan

Page 36: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

20

peristiwa yang penulis kaji. Maka penulis melakukan

kross-chek melalui google foto, hal ini untuk menghindari

foto yang tidak sesuai atau hoax. Sementara untuk

kredibilitas sumber khususnya sumber tertulis, penulis

menyeleksinya berdasarkan siapa yang menulis dan

penerbitnya.

Kredibilitas artikel dari jurnal internasional yaitu

dengan mengunduhnya melalui JSTOR ataupun Proquest

yang terpercaya. Penulis mengaksesnya melalui UIN

Syarif Hidayatullah network ataupun PNRI. Selain itu,

penulis juga menelusuri melalui Google Scholar dan

melihat citation artikel tersebut untuk membuktikan

kredibilitasnya. Faktor penulis yang menulis artikel juga

menjadi penyeleksian penulis yaitu dengan menelusuri

daftar referensi suatu artikel. Penulis yang kredibel dan

fokus mengkaji Thailand Selatan menjadi rujukan utama

penulis.

Kredibilitas berita internasional yang penulis

telusuri umumnya berupa berita internasional yang sudah

terpercaya baik di kancah internasional maupun nasional di

Thailand. Untuk itu, penulis menjadikan BBC, Al-Jazeera

dan The Nation sebagai sumber rujukan penulis.

4. Interpretasi

Penulis menghadapi beberapa tantangan dalam

mengintepretasikan hasil yang terverifikasi yaitu ketika

Page 37: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

21

menginterpretasikannya secara kronologis. Terlebih

penelitian penulis berkaitan dengan peristiwa yang terjadi

di luar Indonesia dalam era kontemporer. Untuk itu, penulis

harus memahami garis besar keadaan di Thailand secara

general dan Thailand Selatan secara khusus untuk

menginterpretasikan data yang telah terverifikasi.

5. Historiografi (Penulisan)

Pada tahap historiografi, penulis menuliskan hasil

penelitian penulis secara kronologis. Penulisan penelitian

ini menggunakan metode analisis-deskriptif sehingga tidak

sekadar narasi saja. Penulis menggunakan metode analisis-

deskriptif yaitu peristiwa sejarah yang ditulis secara

kronologis dan dikuatkan dengan argumentasi-argumentasi

kritis. Untuk itu, penulisan didukung oleh ilmu bantu

Sejarah. Ilmu bantu sejarah yang penulis gunakan yaitu

Ilmu Politik dan Sosiologi.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun atas lima bab, adapun susunan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Bab ini berisikan Pendahuluan yang terdiri atas

penjabaran singkat mengenai permasalahan yang menjadi fokus

kajian, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,

kerangka teori serta sistematika penulisan.

Page 38: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

22

Bab II : Bab ini membahas mengenai kondisi Thailand Selatan

Sebelum Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai. Hal ini

meliputi gambaran geografi, struktur masyarakat dan keadaan

sosial masyarakat Thailand Selatan serta sejarah kebijakan

pemerintah pusat terhadap muslim di Thailand Selatan.

Bab III : Bab ini membahas mengenai Tragedi Masjid Krue Se

dan Insiden Tak Bai di Thailand Selatan. Hal ini meliputi motif

yang melatarbelakangi tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak

Bai, serta faktor intern dan ekstern penyebab peristiwa terjadi.

Bab IV : Bab ini membahas mengenai Dampak kebijakan

pemerintah pusat terhadap Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden

Tak Bai di Thailand Selatan. Hal ini meliputi kebijakan

pemerintah, keadaan masyarakat di Thailand Selatan paska

peristiwa itu terjadi dan relasi antara pemerintah dengan

masyarakat

Bab V : Bab ini merupakan Penutup yang terdiri atas kesimpulan

yang merupakan jawaban dari permasalahan yang penulis kaji dan

saran-saran untuk penelitian selanjutnya mengenai kajian ini.

Page 39: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

23

BAB II

Masyarakat Thailand Selatan Sebelum

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai

Thailand merupakan sebuah negara multi-etnis yang

terbagi dalam enam wilayah sejak tahun 1978 yang disahkan oleh

Dewan Riset Nasional Kerajaan Thai yaitu Thailand Utara,

Thailand Timur Laut, Thailand Barat, Thailand Pusat, Thailand

Timur dan Thailand Selatan. Sistem pemerintahan Thailand

cenderung sentralistik sehingga ke-enam wilayah berada dalam

satu kontrol yaitu di bawah Pemerintahan Pusat.

Thailand menggunakan sistem pemerintahan monarki

konstitusional namun sejak awal abad ke-20 terjadi perubahan ke

arah demokrasi. Hal ini membawa Thailand pada Pemilihan

Umum yang dimenangkan oleh Thaksin Shinawatra pada 2001.

Namun perubahan politik di Thailand tentunya memilik PR besar

dari beberapa permasalahan sebelumnya. Terlebih Thailand

merupakan dengan multi-etnis. Negara yang terdiri dari beragam

etnis dengan komposisi mayoritas dan minoritas yang tidak

seimbang cenderung kerap terjadi konflik.

Wilayah Thailand di bagian Selatan merupakan wilayah

yang mengalami konflik antar-etnis terparah dari wilayah lainnya.

Untuk itu, penulis merasa sangat penting untuk membahas tiga

poin utama dalam bab ini karena erat kaitannya dengan konflik

antar-etnis yang terjadi di Thailand Utama. Pertama, geografi dan

Page 40: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

24

struktur masyarakat Muslim di Thailand. Hal ini sangat penting

karena isu yang kerap hadir adalah pemerintah Thailand tidak pro

terhadap muslim sehingga Konflik di Thailand Selatan tidak

teratasi dengan baik. Kedua, organisasi-organisasi Muslim di

Thailand selatan. Terdapat beberapa anggapan bahwa konflik di

Thailand Selatan adalah konflik kepentingan antara kelompok

separatis dari organisasi-organisasi Muslim yang ada di Thailand

Selatan. Ketiga, kebijakan pemerintah Thailand dalam menangani

kelompok separatis.

A. Geografi dan Struktur Masyarakat Muslim di

Thailand

Thailand merupakan sebuah negara dengan keberagaman

agama yaitu 94% mayoritas Budha, muslim sekitar 5%, Kristen

dan lainnya sekitar 1% dari total populasi. Identitas Thailand

terbentuk dari konsep “Chat, Sassana dan Pramahakasat” yaitu

Negara, Agama (Budha) dan Kerajaan. Namun meskipun Budha

merupakan agama mayoritas di Thailand tetapi tidak menjadi

agama resmi. Konstitusi Thailand tidak menjadikan Agama Budha

sebagai agama resmi karena Raja Thailand memegang seluruh

patron agama.1

Di Thailand Selatan statistik keagamaan sangat berbeda

dengan statistik keagamaan Thailand secara keseluruhan.

Berdasarkan laporan kependudukan di Provinsi Narathiwat, Yala

1Imtiyaz Yusuf, “Faces of Islam in Southern Thailand”, (East-West

Center Washington Working Papers, No. 7, March 2007), h. 4

Page 41: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

25

dan Pattani menunjukan bahwa mayoritas penduduk di Thailand

Selatan adalah 94% Muslim dan 6% Budha.2 Meskipun hal ini

tidak menyangkut keseluruhan provinsi di Thailand Selatan, di

mana Satun tidak terakumulasi. Namun hal ini dapat menjadi

gambaran berarti bahwa di Thailand bagian Selatan mayoritas

penduduknya adalah muslim.

Secara statistik baik nasional maupun regional dapat

disimpulkan bahwa Islam di Thailand bukanlah sesuatu yang baru.

Islam di Thailand terbagi pada dua tipe menurut Omar Farouk

sebagaimana dikutip Imtiyaz Yusuf yaitu Islam terasimilasi dan

tidak terasimilasi. Meskipun tipe ini Omar Farouk rumuskan pada

tahun 1988 dalam study Islam di Thailand namun menurut penulis

hal ini masih sangat relevan untuk mengetahui pola Islam yang ada

di Thailand. Berikut hasil penelitian Omar Farouk yang dikutip

Imtiyaz Yusuf, yaitu:3

1. Tipe Pertama adalah tipe muslim yang terasimilasi di

antaranya Muslim Siam, Thai Melayu, Orang China,

Bengali, Arab, Punjab, dsb. Tipe ini mayoritas berada

di central Thailand dan hidup harmonis dalam

keberagaman. Mereka tidak mempermasalahkan

meskipun berada di bawah Pemerintahan yang

didominasi mayoritas Agama Budha. Mereka

2James Klein, “Democracy and Conflict in Southern Thailand: A

Survey of The Thai Electorate in Yala, Narathiwat, and Pattani”, (The Asia

Foundation: November 2010), h. 9 3Imtiyaz Yusuf, “Faces of Islam in Southern Thailand”, Ibid.

Page 42: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

26

umumnya adalah para imigran muslim ataupun

penduduk asli Thailand yang berpindah keyakinan

menjadi muslim. Hal ini memudahkan dalam usaha

pemerintah mengintegrasikan keberagaman yang ada

ke dalam Pan-Thaisme.

2. Tipe kedua yaitu tipe muslim yang tidak terasimilasi

yaitu mayoritas muslim yang berada di Thailand

Selatan, terutama di Provinsi Yala, Narathiwat dan

Pattani. Tidak terasimilasinya muslim di Selatan

Thailand mempersulit proses pengintegrasian dengan

negara Thailand. Kendala yang menyebabkan mereka

sulit terintegrasi dikarenakan ketaatannya pada

identitas yang mereka miliki. Identitas mereka terbagi

dalam tiga konsep yaitu Rayu (Ras), Baso (Bahasa),

dan Agama (Islam). Hal ini secara langsung melandasi

terbentuknya nasionalisme etnoreligius berbasis

etnisitas Melayu.

Thailand Selatan khususnya di Yala, Narathiwat dan

Pattani mayoritas adalah muslim namun karena kebijakan

pemerintah Thailand untuk memudahkan terjalinnya integrasi

antara Muslim Melayu dengan negara Thailand maka dilakukan

kebijakan migrasi. Sejumlah pennduduk Budha bermigrasi ke

daerah Selatan untuk pemerataan penduduk.

Pada saat sensus tahun 2000, tiga provinsi paling selatan

memiliki umat Buddha populasi berjumlah lebih dari 350.000

Page 43: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

27

(Yala 127,442, Pattani 113,205 dan Narathiwat 112.250), dari

keseluruhan populasi 1.7488.682 orang. Kurang dari 2 persen ini

populasi diklasifikasikan dalam kategori selain 'Buddha' atau

'Muslim' - sebagian besar Kristen. Populasi Narathiwat adalah

680,303 dengan 83,5 persen Muslim mayoritas (tingkat

pertumbuhan Buddha adalah −2.65, dibandingkan dengan

pertumbuhan Muslim 1,59 tingkat). Populasi Yala mengandung

persentase terbesar umat Buddha. Itu sudah 439.456 orang dengan

71 persen mayoritas Muslim (tingkat pertumbuhan Buddha adalah

−0.29 dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Muslim 2.70).

Populasi Pattani adalah 628.922 dengan 82 persen mayoritas

Muslim (pertumbuhan penduduk Buddha juga turun pada -1,39,

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Muslim 2,24) .

Membongkar statistik ini dapat menjadi rumit: ‘Buddhis’ di

wilayah ini merupakan kategori yang bermasalah. Istilah ini

populer digunakan untuk mencakup tiga kelompok utama:

komunitas Sino-Thailand, beberapa di antaranya telah hidup dan

berdagang di wilayah ini selama berabad-abad; ‘Buddhis lokal’,

Umat Buddhis Theravada yang lahir atau tumbuh di wilayah

tersebut (beberapa di antaranya memiliki akar yang dalam di sana,

sementara yang lain bermigrasi dari bagian lain di Thailand sekitar

tahun 1960-an dan 1970-an di bawah program pemukiman kembali

yang disponsori pemerintah) dan 'orang luar' Buddha, yang pindah

ke daerah Selatan karena tugas-tugas birokrasi atau militer. Untuk

waktu yang lama, hubungan antara komunitas Buddha dan Muslim

Page 44: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

28

relatif harmonis. Namun sebagai mana yang dikatakanAbbas

Amporn Marddent, keharmonisan mulai terurai setelah

kebangkitan kekerasan.4

Sampai taraf tertentu, artikulasi politik kesadaran etnis di

Pattani dapat dijelaskan sebagai respon atas subordinasi ekonomi,

budaya dan politik masyarakat Muslim akibat konsekuensi dari

"kolonialisme internal." Menurut pandangan ini, Thailand adalah

paradigmatik kasus kolonialisme internal di mana perbedaan

ekonomi yang mendalam antara pusat (Bangkok) dan pedalaman

telah mengakibatkan keterbelakangan ekonomi di Selatan.

Meskipun Thailand memiliki catatan pertumbuhan ekonomi yang

mengesankan antara 1960-1997, Ketidakseimbangan regional

yang ada semakin besar selama periode ini. Data yang tersedia

menunjukkan tinggi tingkat kesenjangan di antara penduduk lokal

di selatan, terutama jauh ke selatan. Sementara timur laut adalah

wilayah termiskin, hal ini diukur atas indikator inti pembangunan

ekonomi, Satun, Pattani, Yala dan Narathiwat adalah wilayah yang

paling sedikit berkembang dari provinsi-provinsi bekas Kesultanan

Pattani.5

4Duncan McCargo, “Thai Buddhism, Thai Buddhists and the

Southern Conflict”, Journal of Southeast Asian Studies, 1-10 Februari 2009, h.

3 5Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Strategic Insight, Vol. 6, (Februari 2005), h. 7

Page 45: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

29

Grafik II.1

Sumber: Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Strategic Insight, Vol. 6, (Februari 2005), h. 8

Pergeseran kebijakan pemerintah menuju pembangunan di

wilayah periferi ini gagal mengurangi kesenjangan ekonomi

regional antara selatan dan pusat. Pada awal 1960-an, pendapatan

rumah tangga rata-rata di selatan adalah seperlima lebih tinggi dari

pada rata-rata pendapatan rumah tangga nasional dan PDB daerah

per kapita adalah seperempat di atas rata-rata nasional. Empat

dekade kemudian, wilayah selatan telah jauh tertinggal.6

6Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid, h. 8

Page 46: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

30

Tabel II.1

Sumber: Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Strategic Insight, Vol. 6, (Februari 2005), h. 8

Meskipun tingkat pendapatan meningkat dalam jumlah

absolut, kesenjangan pendapatan rumah tangga rata-rata dan

pendapatan per kapita (Produk Regional Bruto) telah melebar di

setiap daerah. Deprivasi relatif di wilayah ini sekarang dengan

demikian lebih besar daripada di bawah fase pertumbuhan

ekonomi sebelumnya.7

B. Organisasi-Organisasi Muslim di Thailand Selatan

Thailand bagian Selatan merupakan sebuah wilayah di

bawah Negara Thailand dengan jumlah penduduk mayoritas

Muslim. Pandangan mayoritas Muslim yang merasa bukan bagian

dari Thailand baik secara suku, bahasa dan agama membuat

wilayah ini kerap terjadi konflik. Namun mereka menyadari

perjuangan dengan senjata secara sporadis tidak serta merta

mewujudkan keinginan mereka untuk memisahkan diri dari

Thailand. Kesadaran ini terjadi karena mereka merasa perlu sebuah

wadah yang dapat menampung aspirasi mereka.Alhasil melalui

organisasi merupakan suatu cara yang dirasa lebih baik untuk

dilakukan. Terlebih perubahan arah politik di Thailand juga

7 Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid.

Page 47: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

31

menjadi alasan kuat pilihan berorganisasi sebagai jalan tengah

untuk permasalahan yang terjadi di Thailand Selatan.

Thailand sebelumnya memiliki sejarah panjang sebagai

sebuah negara yang tidak terlepas dari pemerintahan militer.

Namun sejak tahun 1973, pemerintahan militer di Thailand jatuh

dan membawa arah positif bagi politik di Thailand dengan mulai

ditegakkannya demokrasi. Hal ini membawa era baru dalam dunia

politik di Thailand dan tentunya di Thailand Selatan. Semua

keburukan politik, sosial dan ekonomi menjadi wacana yang

hangat. Era keterbukaan yang mulai hadir membuat berbagai

organisasi bermunculan sebagai respon atas jalan demokrasi yang

telah dipilih.8 Organisasi dengan beragam pandangan di Thailand

Selatan.

Organisasi-organisasi di Thailand Selatan sendiri sudah

terbentuk lebih lama dari arah baru perpolitikan di Thailand.

Organisasi di Thailand Selatan telah terbentuk sejak dekade 1960-

an.9 Organisasi tersebut memiliki visi yang beragam, meskipun

dasar terbentuknya adalah kegelisahan sebagai

minoritas.Organisasi tersebut sangat dipengaruhi latar belakang

pemimpinnya. Dalam hal ini, latar belakang pendidikan sangat

mempengaruhi organisasi yang hadir di Thailand Selatan.

8Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu

Masyarakat Patani, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 167 9Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”,

International Crisis

Group, (Singapore, 18 May 2005), h. 6

Page 48: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

32

Berikut adalah beberapa organisasi yang ada di Thailand

Selatan dan berpengaruh bagi perubahan perjuangan masyarakat,

yaitu:10

1. Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP)

Barisan Nasional Pembebasan Patani atau yang lebih

dikenal dengan National Liberation Front of Patani (NLFP)

merupakan organisasi yang paling tua jika dibandingkan

organisasi yang lainnya.Organisasi ini merupakan organisasi

pertama yang mengatur perlawanan bersenjata di Thailand Selatan.

Meskipun perlawanan senjata pada saat itu cenderung pasif dengan

hanya sesekali terjadi pemberontakan.

Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP) didirikan

oleh Tengku Mahyidin yang merupakan putra dari Sultan terakhir

Kesultanan Patani, Sultan Abdul Kadir. Tengku Mahyidin sendiri

meninggal dunia pada tahun 1953 dan kemudian diambil alih oleh

Adul Na Sinaburi, mantan anggota Parlemen di Narathiwat.

Organisasi BNPP secara resmi berdiri pada tahun 1959. Organisasi

ini secara terang-terangan mengemukakan visinya untuk

mengembalikan kejayaan masa lalu di bawah kesultanan pada

1977.

Fokus tujuan BNPP untuk mengembalikan pada kejayaan

masa lalu, dapat dimaklumi jika dilihat dari mayoritas

10Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu

Masyarakat Patani,

Ibid, h. 175-184 dan Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not

Jihad”, Ibid, h.6-10

Page 49: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

33

pemimpinnya. Mayoritas pemimpin BNPP merupakan mantan

pemimpin Melayu yang melarikan diri ke Kelantan ketika Haji

Sulong ditangkap pada 1948. Untuk itu, dapat dimaklumi jika

tujuan akhir BNPP adalah “otonomi dalam Federasi Malaysia”.

Artinya, fokus BNPP adalah kemerdekaan penuh, bukan hanya

sekedar otonomi istimewa dari Thailand tetapi merdeka dari

Thailand dan bergabung dengan Malaysia untuk mengembalikan

kembali kejayaan Melayu.

BNPP merupakan organisasi konservatif dan cenderung

keras. Di mana BNPP merekrut sejumlah preman di wilayah

perbatasan dan mengganggu kestabilan keamanan. Hal ini dapat

dilihat bagaimana BNPP fokus menentang upaya pemerintah

mendirikan pemukiman-pemukiman Budha. Pendirian

pemukiman Budha merupakan usaha pemerintah Thailand untuk

meratakan persebaran penduduk dan hal ini semakin massif

dilakukan sejak masa Sarit Thanarat. Namun massifnya migrasi

yang terjadi membuat kecurigaan akan invansi yang dilakukan

pemerintah Thailand. Kecurigaan ini wajar terjadi mengingat

ketika masa Phibul Songkram, Pan-Thaisme11 dianggap mengikis

identitas Melayu.

11Pan-Thaisme merupakan kebijakan yang dicetuskan Phibul Songkram.

Pan-Thaisme yaitu

kebijakan pada pemurnian dan kebudayaan Thailand Pusat. Konsep Phibul atau

yang lebih dikenal

dengan Pan-Thaisme ini berkonsekuensi pada pengidentikan negara-negara

dalam hierarki agama

Buddha. Pan-Thaisme secara Internasional ditegaskan Raymond Scupin, tidak

hanya di-design

Page 50: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

34

Pemerataan penduduk yang dilakukan Pemerintah

Thailand disinyalir merupakan sebuah invansi oleh BNPP. Untuk

itu, BNPP sebagai mana dokumen-dokumen yang dikutip Surin

Pitsuwan membiayai kegiatan-kegiatan subversif dengan uang

hasil pemerasan atau “uang hasil perlindungan”. Hal ini dilakukan

agar masyarakat Budha yang bermigrasi ke Selatan tidak merasa

aman dan kembali ke tempat asalnya.

BNPP juga memfasilitasi masyarakat Patani, khususnya

mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Malaysia

untuk menjadi warga negara Malaysia. Hal ini dilakukan BNPP

karena kepemimpinan politik berada di Kelantan. Maka untuk

memudahkan organisasi yang beroperasi di dua negara ini, salah

satunya dengan penggantian kewarganegaraan.

Cara lain yang dilakukan BNPP adalah menjalin hubungan

baik dengan negara muslim yang lain misalnya melalui delegasi-

nya yang mendapatkan beasiswa di negara-negara Arab. BNPP

mencoba menarik simpati dengan menceritakan penderitaan yang

dialami muslim di Thailand Selatan yang tersekat nasionalisme.

BNPP secara garis besar tidak berbeda dengan perjuangan

separatis yang sebelumnya dipimpin oleh Haji Sulong bahkan

BNPP terlihat seperti kelanjutannya. Hal ini dapat dimaklumi

untuk mengabsorbsi minoritas asli di Thailand, tetapi juga untuk

mempromosikan ide-ide dan

nilai-nilai baru kebudayaan Thai secara luas.(Lihat Scupin, Raymond, “Thailand

as a Plural

Society: Ethnic Interaction in a Buddhist Kingdom”, Crossroads: An

Interdisciplinary

Journal of Southeast Asian Studies, (Vol. 2, No, 3, 1986), h. 126)

Page 51: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

35

karena dua hal mendasar yang menjadi tumpuan BNPP. Pertama,

ideologi BNPP cenderung lebih konservatif. Hal ini dapat dilihat

dari afiliasi politik BNPP yaitu dengan PI (Partai Islam), sebuah

partai Islam yang konservatif dan sangat berpengaruh di negeri

Kelantan. Kedua, BNPP masih berafiliasi dengan Kesultanan

Pattani sehingga cenderung berorientasi kerajaan dan berkeinginan

kuat untuk mengembalikan pada kejayaan masa lalu. Kejayaan

yang dibangun atas Islam dan etnisitas Melayu, maka tujuannya

adalah untuk mendirikan negara otonom Federasi Malaysia.

BNPP juga memiliki cara unik untuk merekrut

anggotanyayaitu melalui penilaian Guru Agama. Lalu murid yang

terseleksi kemudian diberikan bekal baik politik maupun militer

bahkan beberapa murid akan diberi pelajaran tentang taktik perang

gerilya di Gunung bagian Selatan. Beberapa dari mereka juga

dikirim ke Libya, Afghanistan dan Syiria untuk mendapatkan

pelatihan di sana.

BNPP juga aktif menyuarakan penderitaan yang dialami

masyarakat muslim di Thailand Selatan ke negara-negara Muslim

seperti Arab Saudi dan Mesir. Terlebih lagi banyak anggota BNPP

yang mendapatkan beasiswa ke Kairo dan Mekah, di mana mereka

semakin memiliki ruang untuk berbagi kisah dan meminta

dukungan atas apa yang mereka alami.

2. Barisan Revolusi Nasional (BRN)

BRN atau yang dikenal dengan Liberation Front of

Republic Patani (LFRP) merupakan organisasi separatis lainnya

Page 52: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

36

yang hadir sekitar tahun 1960-an. BRN didirikan oleh Ustadz Haji

Abdul Karim Hassan, Tok Guru di distrik Ruso Narathiwat. BRN

hadir dipicu oleh Program Reformasi Pendidikan Pemerintah.

Program Reformasi Pendidikan di bawah pemerintahan

militer Sharit Thanarat dimulai sejak tahun 1961. Reformasi

Pendidikan yang dilakukan adalah mengubah kurikulum dengan

memasukan pendidikan sekuler. Sekolah yang menolak

pembaruan sistem ditutup. Program ini mendorong banyak siswa

bersekolah ke sekolah negeri dengan pendidikan sekuler karena

biaya yang murah. Usaha pemerintah ini mendapat tentangan keras

dari para guru agama karena menganggap hal ini sebagai salah satu

upaya melemahkan melayu dan Islam. Hal ini yang menjadi latar

belakang, Ustadz Haji Abdul Karim Hassan yang berprofesi

sebagai Guru untuk mendirikan BRN sebagai lahan perjuangan.

BRN berbeda dengan BNPP yang mayoritas pemimpinnya

merupakan elit Kesultanan Patani, pemimpin BRN tidak terikat

secara langsung dengan Kesultanan Patani. Hal ini membawa pada

letak perbedaan yang jelas antara BRN dan BNPP. Jika BNPP

memperjuangkan kejayaan masa lalu yaitu mendirikan Negara

Otonom Federasi Malaysia dengan sistem Kerajaan, maka berbeda

dengan BRN yang memperjuangkan berdirinya Republik Patani.

BRN memfokuskan Patani merdeka dengan sistem Republik untuk

empat provinsi dengan mayoritas muslim di Thailand Selatan

(Yala, Narathiwat, Pattani dan Satun) bahkan tidak hanya empat

Page 53: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

37

provinsi utama berpenduduk muslim melainkan juga sebagian

Songkhla.

BRN memiliki ideologi yang cenderung progressif jika

dibandingkan dengan BNPP yang konservatif. BRN menganut

Sosialisme sebagai ideologi yang dianggap mencerminkan

perjuangan mereka dan mereka menautkannya dengan Islam.

Sosialisme Islam dianggap sebagai pilihan terbaik untuk

memperjuangkan visi mereka.

Meskipun bernama Barisan Revolusi Nasional, BRN tidak

memfokuskan pada kegiatan gerilia melainkan lebih fokus pada

organisasi politik khususnya di sekolah-sekolah agama. Namun

BRN tetap memiliki sayap militer yang dipimpin oleh Jehku Baku

(alias Mapiyoh Sadalah).

BRN menjadi ancaman serius bagi pemerintah Thailand

dikarenakan memiliki kedekatan dengan CPM (Communist Party

of Malaya) dan Partai Komunis Thai. Kedekatan ini membuat

BRN menjadi organisasi yang sangat aktif dalam menyebarkan

paham sosialisme-komunis dan turut andil dalam menciptakan

ketidakstabilan di Thailand Selatan.

Tidak hanya menjadi ancaman bagi pemerintah namun

BRN juga menjadi ancaman bagi organisasi yang lain. Hal ini

dikarenakan rata-rata organisasi lainnya cenderung konservatif dan

ideologi BRN yang lebih mengutamakan sosialisme daripada

Islam menjadi hal yang berbahaya. Kekhawatiran ini juga

didukung oleh sikap para Ulama yang antipati terhadap BRN

Page 54: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

38

karena membuat masyarakat Melayu lebih cenderung pada

sosialisme.

Selain permasalahan ideologi, afiliasi kedekatan dengan

negara lain juga menjadikan BRN dicurigai. BRN lebih dekat

dengan negara-negara komunis seperti Vietnam dan China

sedangkan organisasi lainnya seperti BNPP lebih dekat dengan

negara Timur Tengah. Hal ini membawa kekhawatiran

pemerintah, di mana negara lain akan turut campur atas

permasalahan yang terjadi di Thailand Selatan. Sementara bagi

organisasi seperti BNPP, hal ini akan memecah masyarakat

Melayu yang tidak lagi berada dalam satu tujuan tetapi terpecah

oleh ideologi.

3. PULO

Patani United Liberation Organization (PULO) adalah

nama lain dari Pertubohan Persatuan Pembebasan Patani (PPPP).

PULO dibentuk pada tahun 1968 oleh Bira Kotanila (alias Kabir

Abdul Rahman) di India paska Ia menyelesaikan studi Ilmu Politik

di sana. Latar belakang yang mempengaruhi Bira untuk

membentuk PULO adalah ketidakpuasannya melihat gerakan

perlawanan Melayu yang tidak efektif dan juga kurangnya

kesadaran masyarakat perihal perpolitikan dan pendidikan.

PULO merupakan organisasi penengah antara BNPP dan

BRN karena PULO tidak membatasi pemimpin dan anggotanya

dari kelompok tertentu. Selain itu, PULO dianggap lebih praktis

karena tidak terkait dengan ideologi sosialisme dan bukan Islam

Page 55: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

39

Konservatif. PULO berusaha menengahi organisasi dengan

ideologinya yaitu “Agama, Ras, Tanah Air dan Kemanusiaan”.

Ideologi PULO cenderung mengayomi berbagai elemen di

Thailand Selatan untuk berkontribusi dalam perjuangan melalui

PULO.

PULO memiliki keunggulan dan keutamaan dari organisasi

separatis yang lain yaitu memiliki jaringan yang lebih luas di

seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena rata-rata pemimpin

PULO adalah aktivis lulusan Timur Tengah dan Asia Selatan.

PULO juga memiliki sumber dana yang banyak untuk menunjang

kegiatannya. Sumber dana PULO didapatkan dari para pemimpin

negara Arab khususnya Libya dan Suriah yang membuatnya

berhasil membeli saham Hotel Hamburg di Jerman.

PULO memiliki tempat pelatihan terbaik yang diikuti

dengan persenjataan modern di empat provinsi utama di Thailand

Selatan dan sebagian Songkhla. Pertahanan utamanya berupa

benteng yang terdapat di Narathiwat dan Patani. Tidak hanya

kegiatan militer, PULO juga aktif berkampanye politik untuk

memecah belah masyarakat Melayu dan Minoritas Cina-Budha di

provinsi-provinsi perbatasan itu. PULO dapat memobilisasi massa

untuk melakukan demonstrasi besar-besaran dan menarik

perhatian umum dan media internasional. Keberhasilan PULO

dalam memobilisasi massa dapat dilihat sekitar akhir tahun 1975.

Lebih dari 70.000 orang Patani turun ke jalan untuk memprotes

kematian lima orang dari distrik Bacho di Narathiwat.

Page 56: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

40

` Pemimpin PULO bermarkas pada dua tempat berbeda

untuk mengatur organisasinya. Pemimpin PULO senior bermarkas

di Mekkah. Mereka berperan aktif dalam merekrut jemaah Haji

Thailand untuk bergabung dengan PULO. Sementara Markas

Politik dan Operasional PULO berada di Tumpat, Kelantan. Posisi

Markas ini dibuat sengaja berada di kawasan perbatasan untuk

mengawasi dan mengordinasikan hal yang dianggap dapat

menghadirkan kondisi politik yang menguntungkan bagi operasi

gerilya.

Target perekturan PULO adalah Muslim Patani yang

belajar di Malaysia dan Timur Tengah serta guru Agama di

Thailand Selatan. Pejuang-pejuang yang direkrut PULO banyak

yang mendapatkan pelatihan dari asing. PULO juga memiliki

kamp pelatihan di Suriah, di sepanjang perbatasan dengan

Lebanon.

C. Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan

Paska Haji Sulong berhasil ditaklukan, separatisme di

Thailand Selatan tidak serta merta berakhir tetapi menjadi terpecah

dengan visi dan misi yang beragam. Pemerintah Thailand

dihadapkan untuk mengubah kebijakannya agar memadamkan

pergejolakan di kubu separatis. Jenderal Prem Tinsulanond yang

saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri meluncurkan strategi

baru pada 1981 yang menekankan pada partisipasi publik,

pembangunan ekonomi, amnesti yang luas baik untu separatis

Page 57: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

41

berhaluan kiri ataupun kanan. Kecermatan Prem dalam

membuat kebijakan di Thailand Selatan sendiri karena dirinya

adalah orang Selatan yang kemudian mengabdikan diri di

Angkatan Darat sehingga memahami dengan baik permasalahan

politik di sana. Adapun beberapa kebijakan Jenderal

Prem Tinsulanond adalah:12

Membentuk Civil Police Military (CPM 43) yang bertugas

untuk mengoordinasikan operasi keamanan dan

memastikan bahwa tidak ada penghilangan dan

pembunuhan di luar hukum.

Meluncurkan kebijakan ketertarikan yang bertujuan untuk

menarik simpati dari kelompok-kelompok seperatis dengan

meningkatkan partisipasi politik dan melimpahkan proyek-

proyek pembangunan ekonomi di kawasan itu. Listrik dan

air mulai masuk ke daerah-daerah terpencil. Personil

militer dan pejabat pemerintah membantu membentuk

komite di tingkat desa untuk mempromosikan

pembangunan ekonomi dan keamanan.

Mendirikan Southern Border Provinces Administrative

Centre (SBPAC) untuk menangani masalah politik.

SBPAC pada awalnya berada di bawah Komando Militer

ke-empat lalu kemudian di bawah Kementerian Dalam

Negeri tetapi anggota dewannya juga mencakup banyak

12Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”, Ibid,

h. 11-12

Page 58: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

42

penduduk setempat. Masalah politik ditangani oleh Pusat

Administrasi Perbatasan Selatan (SBPAC), yang didirikan

pada tahun 1981 dan awalnya di bawah komando Daerah

Militer Keempat, kemudian menteri dalam negeri, tetapi

dewannya juga mencakup banyak penduduk setempat.

SBPAC menekankan pada pemahaman budaya Muslim

Melayu sehingga pelatihan diberikan untuk pejabat non-

Melayu dalam kesadaran budaya dan bahasa Melayu Patani

lokal (yang dikenal oleh Thais as Jawi). SBPAC dirancang

untuk mengatasi dua masalah utama pada administrasi

provinsi-provinsi paling selatan yaitu koordinasi yang

buruk di antara lembaga-lembaga dan korupsi serta

prasangka di antara para pejabat.

Meskipun kebijakan-kebijakan yang dilakukan Jenderal

Prem Tinsulanond sangat sesuai untuk kawasan Thailand Selatan

namun pada praktiknya tidak semulus itu. Ada dua masalah utama

sehingga kebijakan yang dibuat Jenderal Prem Tinsulanond tida

berjalan maksimal, yaitu:13

1. Korupsi seolah telah meresap di kalangan pejabat terutama

di kepolisian.

2. Kebijakan integrasi politik masih mengandung unsur-unsur

Thailand-sentris. Banyak pejabat terus menyamakan

tuntutan budaya yang berkaitan dengan ekspresi identitas

Melayu dengan tuntutan politik untuk separatisme, dan

13Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”, Ibid.

Page 59: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

43

tanggapan mereka adalah untuk menekan identitas itu.

Untuk itu mereka mempromosikan bahasa Thailand

melalui pendidikan dan media. Guru mengajar siswa

sekolah dasar dan menengah untuk mengidentifikasi

mereka sebagai Muslim Thailand daripada Muslim

Melayu. Bahasa Thailand adalah satu-satunya media

instruksi. Siswa dapat memilih bahasa Inggris, Perancis,

Jerman dan Arab sebagai bahasa kedua, tetapi bahasa

Melayu tidak diizinkan dan media berbahasa Melayu

dilarang. Pemerintah juga mengubah nama jalan dari

bahasa Melayu ke bahasa Thailand dan mendorong orang-

orang untuk memakai nama-nama Thailand. Kebijakan-

kebijakan ini berhasil dalam arti bahwa hampir semua anak

Melayu sekarang berbicara bahasa Thailand tetapi mereka

menganggap mendapat serangan terhadap Bahasa dan

budaya Melayu

Page 60: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

43

Bab III

Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai di Thailand

Selatan

Thailand Selatan sekitar tahun 1989 mengalami fase

tenang di mana konflik yang kerap terjadi berangsur-angsur

mereda. Namun ketenangan itu tidak berangsur lama,

memasuki tahun 2000-an konflik di Thailand Selatan kembali

hadir. Puncak konflik yang kemudian meningkatkan kekerasan

di Thailand Selatan adalah Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden

Tak Bai. Untuk itu, pada bab ini penulis akan mengulas tiga

poin utama yaitu Pemberontakan Thailand Selatan di Masa

Awal Pemerintahan Thaksin, Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai.

A. Pemberontakan Thailand Selatan di Masa Awal

Pemerintahan Thaksin

Pemerintah menganggap pemberontakan di Thailand

Selatan berangsur surut sejak pertengahan 1990-an dan

menyambut era baru pemerintahan di Thailand. Sejak tahun

2001 terjadi peralihan politik yang cukup signifikan dengan

berkurangnya intensitas militer dalam pemerintahan dan

bergantinya sistem pemerintahan menuju demokrasi. Perdana

Menteri Thaksin mendeklarasikan bahwa pemberontakan telah

Page 61: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

44

teratasi dan fokus untuk mempelajari mekanisme dalam

mengalahkan pemberontak.1

Namun dugaan Thaksin Shinawatra, Perdana Menteri

terpilih dari Partai Thai Rak Thai perihal berhasilnya menuntas

pemberontak perlu dikaji ulang. Awal pemerintahan Thaksin

diwarnai dengan aksi penembakan, pembakaran dengan

sengaja, pengeboman dan serangan terhadap Pabrik Senjata

milik pemerintah di Thailand Selatan. Thaksin menganggap

rangkaian peristiwa ini terjadi karena perang antar gang

kriminal di Selatan Thailand atau orang berkepentingan yang

mengambil keuntungan dari huru-hara ini untuk merongrong

kredibilitas pemerintah. Thaksin dengan tegas menolak

anggapan bahwa pemberontak Melayu Muslim kembali aktif

dan menjadi dalang atas peristiwa yang terjadi.2

Pada Desember 2001, pembarakan dan pencurian

senjata mulai aktif terjadi. Kemudian pada rentang tahun 2002-

2003 terjadi peningkatan level kekerasan dan mendapatkan

perhatian dalam skala nasional.3 Pada 2002 beberapa kantor

polisi diserang oleh sejumlah besar gerilyawan yang berhasil

mengambil sejumlah senjata dan amunisi. Sekitar 50 orang

terbunuh dalam 75 insiden yang terjadi sepanjang tahun. Pada

1Zachary Abuza, The Islamist Insurgency in Thailand, h. 90

2Human Rights Watch,”No One Is Safe”, (Vol. 19, No.13, Agustus 2007),

h. 29 3Desmond Ball dan Nicholas Farrelly, “Interpreting 10 Years of Violence

in Thailand’s Deep

South, Security Challenges, (Vol. 8, No. 2, 2012), h. 5

Page 62: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

45

tahun 2003 sekitar 119 insiden terjadi yang tercatat dalam

sumber resmi.4

Pada 4 Januari 2004, Batalyon Teknik ke-4 Tentara

Thailand di Distrik Cho Airong, Provinsi Narathiwat diserang.

Dalam serangkaian serangan yang direncanakan dengan baik

dan terkoordinasi terjadi sekitar pukul 02:00 pagi. Sekitar 100

penyerang menyerbu pangkalan batalyon pembangunan militer

Rachanakarin dan menyita sekitar 400 senjata, termasuk

senapan serbu, senapan mesin, pistol, dan meriam. Tidak hanya

merampok senjata, para penyerbu juga menanam sejumlah

Bom yang berhasil ditemukan pada 5 Januari 2004.

Perampokan ini menyita Perhatian Thaksin dan ketika menjadi

Perdana Menteri, Thaksin langsung meminta penyelesaian

kasus ini secara cepat.5

Thaksin memerintahkan untuk penyusutan dan

penyelesaian segera dilakukan terhadap insiden yang terjadi

pada 4 Januari 2004. Polisi investigasi dikirim dari Bangkok

untuk menginvestigasi pencurian senjata dan pembakaran.

Investigasi mengakibatkan penangkapan banyak penduduk

sipil dan beberapa pejabat. Kebanyakan dari mereka terpaksa

mengaku terlibat atas insiden yang terjadi karena tekanan yang

4Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid 5Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”,

International Crisis Group, (Singapore, 18 May 2005), h. 17-18

Page 63: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

46

ada. Akhirnya tidak ada seorang pun yang ditangkap atas

keterlibatan terhadap peristiwa tersebut.6

Rangkaian insiden di Thailand Selatan meski telah

menjadi perhatian nasional tidak membuatnya terselesaikan

dengan baik tetapi justru semakin meningkat. Hal ini

dikarenakan pemerintahan Thaksin cenderung membentuk

perpolitikan Thailand yang radikal. Selain itu, Thaksin gagal

mendapat simpati dari penduduk Thailand Selatan dan

membuat polisi dan tentara menjadi target kekerasan.7

Kegagalan Thaksin merebut simpati penduduk

Thailand Selatan dikarenakan kebijakannya yang keras dan

petugas pemerintahan cenderung bersikap antipati dan

berprasangka terhadap etnis Melayu Muslim di Thailand

Selatan menjadi pemicu utama kembali meningkatnya

kekerasan di Thailand Selatan. Hal ini diungkapkan informan

yang diwawancarai Human Right Watch, bagaimana kebijakan

Thaksin atas peredaran narkoba yang jutsru membuat petugas

pemerintahan mencurigai dan antipati terhadap etnis melayu

muslim di Thailand Selatan.8

Thaksin akhirnya mengubah pandangannya yang

semula bersikeras tidak ada terorisme di Thailand Selatan dan

6Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid. 7Desmond Ball dan Nicholas Farrelly, “Interpreting 10 Years of Violence

in Thailand’s Deep South, Ibid. 8Human Rights Watch,”No One Is Safe”, (Vol. 19, No.13, Agustus 2007),

h. 31

Page 64: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

47

menganggap peristiwa kekerasan yang meningkat karena ulah

lawan politiknya atau pihak yang berkepentingan untuk

merusak kredibilitasnya. Namun lambat laun Thaksin

merasakan kekhawatiran perihal terorisme di Thailand Selatan.

Konflik di Thailand Selatan sendiri memiliki daya tarik untuk

dimanfaatkan oleh jaringan teroris internasional.9 Terlepas

siapa dalang dari kekerasan yang kembali marak di Thailand

Selatan, namun dapat diambil kesimpulan bahwa Thaksin telah

melakukan kekeliruan jika dia menganggap pemberontakan

dan kekerasan telah usai di Thailand Selatan. Thaksin

memerintah dengan otoriter dan mengabaikan Hak Asasi

Manusia.10 Hal tersebut Thaksin lakukan untuk menjaga

kredibilitasnya dengan kebijakan keamanan nasional yang

tegas dan cenderung keras.11 International Crisis Group (ICG)

menganggap kebijakan Thaksin yang keras dan cenderung

otoriter berdampak pada meningkatnya kekerasan di Thailand

Selatan.12

Untuk mengantisipasi keamanan di Thailand Selatan,

Pemerintah Pusat semakin menekan militer untuk fokus pada

9Apinya Baggelaar Arrunnapaporn, “Heritage Interpretation and Spirit of

Place: Conflict at Krue Se Mosque and Thailand Southern Unrest”,

Unpublished paper, h. 2 10Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and

Counterterrorism in Thailand, (Washington DC: Human Right First, 2005) 11Peter Chalk, Angel Rabasa, William Rosenau, Leanne Piggott, The

Evolving Terrorist Threat to Southeast Asia, (Pittsburgh: RAND Corporation,

2009), h. 111 12Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”, Ibid, h. i

Page 65: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

48

pergejolakan di Thailand Selatam. Darurat militer yang

sebelumnya telah berjalan efektif di daerah perbatasan

Malaysia diperluas di tiga provinsi dengan mayoritas muslim

terbesar yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat pada 5 Januari

2004. Darurat militer yang dijalankan membawa seribu tentara

dari utara ke kawasan selatan untuk menjaga dan waspada

kemungkinan terjadi peristiwa kekerasan.13

B. Tragedi Masjid Krue Se

Masjid merupakan sebuah tempat sakral dan penting

bagi Umat Islam. Masjid tidak hanya memiliki fungsi ritual

sebagai tempat ibadah tetapi juga fungsi sosial sebagai institusi

sosial. Masjid dalam fungsinya sebagai institusi sosial kembali

pada refleksi jemaatnya.14 Hal ini terbangun tidaklah mudah

melainkan melalui proses yang lama antara para jemaatnya

dengan masjid itu sendiri.

Masjid juga sebuah tempat yang menyimpan sejarah

sebagai memori kolektif bangsa. Masjid Krue Se di Thailand

Selatan merupakan salah satu masjid bersejarah. Masjid kokoh

yang telah dibangun sejak masa Kesultanan Patani dan tetap

berdiri kokoh hingga saat ini. Masjid Krue Se merupakan salah

satu bangunan bersejarah yang memiliki arti sakral bagi

penduduk Patani karena merupakan simbol kejayaan

1313Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid. 14Ridwan, “Patani Central Mosque in Southern Thailand as Sanctuary

From Violence”, Indonesia Journal of Islam and Muslim Societies, (Vol. 4,

No. 2, Desember 2014), h. 215

Page 66: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

49

Kesultanan Patani di masa lalu. Selain itu, Masjid Krue Se juga

menjadi sumber pertentangan antara masyarakat Patani yang

diwakili para pejuang dan Pemerintah Thailand ketika

memasuki abad ke-20.

Pada 1935 para pejuang muslim yang pemerintah

Thailand anggap sebagai pemberontak karena tindakan

makarnya semakin mendapatkan api perjuangannya ketika

Pemerintah Thailand menjadikan Masjid Krue Se sebagai situs

Sejarah Nasional. Hal ini menimbulkan reaksi keras bagi

masyarakat muslim Thailand Selatan yang mencoba

mengklaim kembali masjid tersebut. Demonstrasi pun terjadi

dan dikomandoi oleh ulama muslim yang berapi-api

menyuarakan untuk memisahkan diri dari Thailand dengan

perjuangan atas nama Islam.15

Adapun kebijakan pemerintah Thailand menjadikan

Masjid Krue-Se sebagai situs sejarah dikarenakan untuk

memajukan sektor pariwisata di Thailand Selatan. Di mana

terdapat mitos bahwa batu yang digunakan untuk bangunan

masjid berasal dari kutukan Dewi China.16 Mitos mengenai

kutukan Dewi China sendiri berkaitan dengan makam kuno

yang terdapat di dekat Masjid. Makam tersebut bukanlah

15Chaiwat Satha-anand, “Kru-ze: A Theatre for Renegotiating Muslim

Identity”, Journal of Social Issues in Southeast Asia, (Vol. 8, No. 1, February

1993), h. 196 16Mengenai mitos kutukan Dewi China pada Masjid Krue-Se,

sebagamana yang dijabarkan Chaiwat Satha Anand dalam abstrak artikelnya.

(Lihat Chaiwat Satha-anand)

Page 67: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

50

makam seorang muslim, melainkan makam seorang

perempuan China bernama Lim Kun Yew, yang berasal dari

Provinsi Fujien. Kedatangannya ke Patani untuk membujuk

saudaranya Lim Tho Kiam yang telah memeluk Islam untuk

kembali pulang ke Dinasti Ming. Namun keinginan tersebut

tidak terwujud, untuk itu Lim Kun Yew bunuh diri di bawah

pohon di dekat Masjid Krue-Se. 17

Mitos China inilah yang menjadi konsep utama

pemerintah untuk meningkatkan sektor pariwisata, khususnya

untuk turis dari China maupun perantauan Cina asal Fujien

yang banyak menetap di Singapura, Malaysia dan Indonesia.

Namun hal ini, tidak disukai muslim Patani karena

menganggap hal itu merupakan salah satu usaha untuk

meretriksi nilai-nilai kebudayaan Islam. Untuk itu mereka

menentang pendeklarasian masjid tersebut sebagai situs

sejarah.18

Masjid Krue-Se sendiri dibangun untuk memenuhi

kebutuhan ibadah penduduk lokal dan para pedagang. Fungsi

tersebut membuat Masjid Krue-Se kerap mengalami renovasi.

Terlebih masjid ini merupakan salah satu bangunan termegah

se-Asia Tenggara dan telah digunakan sebagai masjid kerajaan

17Duncan McCargo. Rethinking Thailand's Southern Violence.

(Singapura : National University of Singapore Press, 2007), h. 178 18Pattana Kitiarsa. Religious Commodifications in Asia: Marketing

Gods. (London : Routledge, 2008), h. 101

Page 68: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

51

selama lebih dari 300 tahun.19 Artinya masjid tersebut telah

melalui beragam peristiwa politik yang terjadi di Patani dan

mewakili identitas muslim Patani.

Tiga tahun paska penetapan Pemerintah Thailand

terhadap Masjid Krue-Se sebagai peninggalan bersejarah,

terdapat perubahan di ranah pemerintahan paska terpilihnya

Phibul Songkram untuk memerintah Thailand. Corak

pemerintahan Thailand pun semakin militeristik diakibatkan

kepemimpinan Phibul Songkram yang memperkenalkan

administrasi Phibul di Bangkok pada 1938 yang menghadirkan

sebuah etnis nasionalisme chauvinistik secara agressif.

Pemerintah Phibul telah menyokong gerakan yang dikenal

dengan Pan-Thaisme, yang mengabsahkan beberapa kebijakan

pada pemurnian dan kebudayaan Thailand Pusat.20 Hal ini

dilakukan dengan dalih mendapatkan pengakuan dunia dan

memperkuat nasionalisme.

Memasuki Abad ke-21, Masjid Krue Se menjadi

bagian integral masyarakat muslim di Thailand Selatan. Masjid

tersebut seolah menjadi saksi bisu dari kekerasan yang terus

berlangsung di Thailand Selatan. Bahkan Masjid Krue Se

sebagai sebuah tempat kontestasi kembali terulang pada April

2004.

19Apinya Baggelaar Arrunnapporn, “Heritage and Spirit of Place:

Conflicts at Krue-Se Mosque and Thailand Southern Unrest”, Ibid. 20Scupin, Raymond, “Thailand as a Plural Society: Ethnic Interaction

in a Buddhist Kingdom”, Crossroads: An Interdisciplinary Journal of

Southeast Asian Studies,(Vol. 2, No, 3, 1986), h. 126

Page 69: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

52

Pada 28 April 2004 terjadi Tragedi Masjid Krue Se

yang membuat keadaan di Thailand Selatan semakin tidak

kondusif. Kondisi ini bermula saat sekelompok pemuda

bersenjata api dan parang memperingati pemberontakan tahun

1948 dengan 11 serangan secara bersamaan. Mereka

melakukan serangan ke sejumlah pos polisi dan tentara di

Thailand Selatan. Lima penjaga keamanan terbunuh akibat

serangan ini. Serangan yang dilakukan pemuda direspon

dengan serangan balik oleh penjaga keamanan di setiap lokasi

dan mengakibatkan sekitar 107 pemuda terbunuh. Pemuda

lainnya berusaha mengatur strategi bertahan dengan

bersembunyi di dalam Masjid Krue Se. Pihak keamanan yang

menggalami kebuntuan menyerang dengan roket dan granat.

Hal ini mengakibatkan 32 pemuda tewas.21 Setelah delapan

jam kebuntuan dan pertukaran tembakan sementara pemuda-

pemuda tersebut tetap bersembunyi di dalam Masjid Krue Se,

akhirnya tentara menyerang dan membunuh semua orang yang

berada di dalam masjid.22

Peristiwa yang terjadi pada 28 April 2004 merupakan

peristiwa yang tidak lazim terjadi di Thailand Selatan.

Peristiwa yang mencapai puncaknya di Masjid Krue Se dengan

kerugian besar di pihak pejuang muslim diawali dengan

21Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, (Washington DC: Human

Right First, 2005), h. 6 22“The scars of Krue Se South Thailand's Krue Se mosque has

become a symbol of a troubled region”, Al-Jazeera, (3 Oktober 2007)

Page 70: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

53

pemberontakan di tiga Provinsi di Thailand Selatan yang

mengakibatkan 108 pemberontak tewas. Pemberontak itu

sendiri dilakukan oleh sejumlah pemuda. Mr. Suchinda

memimpin enam orang Komite untuk menginvestigasi kasus

ini dan melaporkan hasilnya sebanyak 30 halaman ke Perdana

Menteri Thaksin. Mr. Suchinda mengonfirmasi kepada para

wartawan dengan pandangan netral bahwa sangat disayangkan

terlalu banyak kekuatan digunakan di dalam Masjid Krue Se.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya senjata berat, senapan

mesin yang digunakan militer sementara pemberontak hanya

dengan parang dan satu senapan yang tidak banyak

pelurunya.23

Mr. Suchinda menegaskan bahwa penyelidikannya tidak

menyalahkan individu tertentu dan membersihkan militer dari

kesalahan karena telah mengatakan bahwa wilayah tersebut

telah ditempatkan di bawah darurat militer pada saat

pemberontakan. Akan tetapi, Komunitas-komunitas Muslim

menuduh pemerintah Thailand bertindak berat dalam

menghancurkan kerusuhan. Jenderal Panlop Pinmanee,

komandan militer yang memerintahkan operasi masjid

menegaskan bahwa "Saya tidak punya pilihan. Jika saya

menunda keputusan saya dua atau tiga jam, akan ada lebih

banyak malapetaka," katanya kepada AFP. Terlebih karena

23Thai Mosque killings criticized The head of an inquiry into the

killing of 32 militants in a mosque in southern Thailand has accused security

forces of using excessive force”, BBC News, (28 Juli 2004).

Page 71: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

54

tragedi ini merupakan tragedo yang tidak lazim, di mana dalam

satu hari di provinsi Yala, Pattani dan Songkhla terbunuh lebih

dari 100 orang.24

Tragedi yang terjadi di Masjid Krue Se sangat

memilukan dan mengundang banyak kecaman. Di mana

semestinya hal itu dapat didamaikan dengan negosiasi tanpa

harus menggunakan granat untuk penyelesaiannya. Akibat

penanganan pemerintah yang tidak tepat jugalah yang

membuat tahun 2004 menjadi tahun meningkatnya kekerasan

di Thailand.

C. Insiden Tak Bai

Pada Oktober 2004 insiden besar terjadi di Thailand

Selatan. Dunia Internasional menyorot insiden ini, puluhan

orang mati lemas di dalam truk. Hal ini bermula dari enam

pemuda sipil yang ditangkap di bawah hukum darurat militer

atas tuduhan memberi senjata kepada pihak pemberontak.

Beberapa warga pun berdemonstrasi memprotes kejadian yang

terjadi namun mereka justru dimasukan ke dalam truk dengan

keadaan saling tumpang tindih dan membuat 78 orang mati

lemas.25

Laporan militer mengungkapkan rincian kematian 78

demonstran yang meninggal di dalam truk, sebagai berikut:

24Thai Mosque killings criticized The head of an inquiry into the

killing of 32 militants in a mosque in southern Thailand has accused security

forces of using excessive force”, BBC News, (28 Juli 2004). 25Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground: Human

Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, Ibid.

Page 72: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

55

No Jenis Truk Jumlah Korban

Tewas

1. Truk dengan Plat Nomor 19338 21 Orang

2. Truk dengan Lempeng Angkatan

Darat No 19232

5 Orang

3. Truk dengan Plat Nomor 19263 6 Orang

4. Truk dengan Lempeng Angkatan

Darat No 13164

23 Orang

5. Truk dengan Marine License Plate

No 531

5 Orang

6. Truk dengan Marine License Plate

No 5256

1 Orang

7. Truk dengan Marine License Plate

No 530

6 Orang

8. Truk yang nomor lisensinya tidak

dapat diidentifikasi

11 Orang

Tabel III.1

Sumber: National Reconciliation Commision, “Tak Bai and Krue Se

Report”, The Nation

Meskipun berhasil mengidentifikasi jumlah mayat di setiap

truk namun tim penyelidik tidak berhasil mengungkap urutan

keberangkatan setiap truk. Selain itu muatan antara truk satu

dengan lainnya tidak sama.

Page 73: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

56

The Southern Border Provinces Peace-building Command

melaporkan kepada perdana menteri bahwa setiap truk

mengangkut sekitar 50, 70 atau 90 tahanan. Informasi lainnya yang

ditemukan oleh sub-komite komite pencari fakta menemukan

bahwa setiap truk membawa sekitar 60 tahanan, 70 tahanan atau

80 tahanan.

Pemeriksaan post-mortem pada 78 orang yang meninggal

saat dipindahkan dari kantor polisi Tak Bai di Narathiwat ke kamp

militer Ingkayuth di distrik Nong Chik di Pattani. Tim medis dari

Institut Ilmu Forensik Pusat, dokter Rumah Sakit Pattani, petugas

polisi, petugas administrasi dan jaksa penuntut umum melakukan

sore tanggal 26 Oktober 2004. Pemeriksaan mortem menemukan

bahwa:

No Jumlah

Korban

Penyebab Kematian

1. 33 Orang Sesak napas akibat tekanan pada dada

mereka

2. 4 Orang Sesak napas akibat tekanan pada dada

mereka dan luka-luka yang disebabkan

oleh benda tumpul

3. 10 Orang Sesak napas akibat tekanan pada dada

mereka, menderita kejang akibat

ketidakseimbangan kimia dalam darah

Page 74: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

57

dan luka-luka yang disebabkan oleh

benda tumpul

4. 31 Orangg Sesak Napas

Tabel II.2

Sumber: National Reconciliation Commision, “Tak Bai and Krue Se

Report”, The Nation

Khunying Pornthip juga mengklarifikasi kepada Komite

Independen perihal penyebab kematian korban, bahwa:

Tidak ada jejak sesak napas yang disebabkan oleh

pencekikan, atau dengan plastik dibungkus erat di kepala

korban. Sebagian besar tubuh mengalami pendarahan

sklera, dan memiliki kongesti vena.

Puasa bukanlah penyebab kematian, yang lebih berkaitan

dengan standar kesehatan para tahanan.

Tekanan fisik yang diberikan kepada tahanan tidak dapat

menyebabkan kematian.

Laporan investigasi oleh subkomite pencari fakta tentang

aspek medis kembali menegaskan secara detail penyebab kematian

korban yang penulis kutip langsung dari laporan resmi yang dirilis

pemerintah yaitu sebagai berikut:

1.2.1 Regarding the seven people killed at Tak Bai police station and the one

who sustained serious injuries and later died in hospital, the report concluded

that it was clear the victims died of gunshot wounds caused by bullets shot from

distance.

1.2.2 Regarding the deaths of the 78 people at the Inkayuth military camp in

Pattani, the fact-finding subcommittee on medical aspects inferred their causes

Page 75: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

58

of death from physical examinations conducted on injured survivors. Of the

injured victims, most suffered crush injuries and four also had compartment

syndrome that meant they required urgent operations. Medical specialists said

the fact that the protesting Thai Muslims had been fasting without food or liquids

for more than 12 hours; that they had been exposed to the scorching sun; and

that they had experienced violent treatment during the demonstration, dispersal

and transfers on overcrowded vehicles had led to their injuries. The transfers

took more than three hours, in some cases on overcrowded vehicles, causing

rhabdomyolysis as well as a chemical imbalance in the blood and blood cells.

The imbalance was so severe that muscles involved with breathing could hardly

function. In the most severe cases the victims died. It was concluded that the

above factors caused the deaths of the detainees. Furthermore, the autopsies on

the 78 detainees who died on their way from Tak Bai police station in

Narathiwat’s Tak Bai district to Ingkayuth military camp in Pattani’s Nong Chik

district showed that most deaths were caused by asphyxiation and pressure on

the chest and breathing muscles. There were also some signs of seizures and

chemical imbalances in the blood, which could have resulted in death.

Therefore, the subcommittee concluded that all 78 detainees died of the same

cause - rhabdomyolysis, which causes abnormal breathing. When coupled with

the shortage of food and water and long exposure to sweltering heat, the

condition can result in death.

Penulis mencoba menerjemahkan hasil laporan berikut

yaitu:

1.2.1 Sehubungan dengan ketujuh orang yang tewas di kantor

polisi Tak Bai dan orang yang menderita luka serius dan kemudian

meninggal di rumah sakit, laporan itu menyimpulkan bahwa sudah

jelas para korban meninggal karena luka tembak yang disebabkan

oleh tembakan peluru dari kejauhan.

1.2.2 Mengenai kematian 78 orang di kamp militer Inkayuth di

Pattani, subkomite pencari fakta pada aspek medis menyimpulkan

penyebab kematian mereka dari pemeriksaan fisik yang dilakukan

pada korban yang terluka. Korban yang terluka yaitu yang

menderita luka-luka dan empat orang memiliki sindrom

kompartemen yang berarti mereka membutuhkan operasi yang

Page 76: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

59

mendesak. Para ahli medis mengatakan fakta bahwa Muslim

Thailand yang memprotes telah berpuasa tanpa makanan atau

cairan selama lebih dari 12 jam; bahwa mereka telah terkena sinar

matahari yang menyengat; dan bahwa mereka telah mengalami

perlakuan kekerasan selama demonstrasi, penyebaran dan transfer

pada kendaraan yang penuh sesak telah menyebabkan luka-luka

mereka. Transfer memakan waktu lebih dari tiga jam, dalam

beberapa kasus pada kendaraan yang penuh sesak, menyebabkan

rhabdomyolysis serta ketidakseimbangan kimia dalam darah dan

sel darah. Ketidakseimbangan itu begitu parah sehingga otot-otot

yang terlibat dengan pernapasan hampir tidak bisa berfungsi.

Dalam kasus yang paling parah, korban meninggal. Disimpulkan

bahwa faktor-faktor di atas menyebabkan kematian para tahanan.

Selanjutnya, otopsi pada 78 tahanan yang meninggal dalam

perjalanan mereka dari kantor polisi Tak Bai di distrik Tak Bai

Narathiwat ke kamp militer Ingkayuth di distrik Nong Chik di

Pattani menunjukkan bahwa sebagian besar kematian disebabkan

oleh sesak napas dan tekanan pada dada dan otot-otot pernafasan.

Terdapat beberapa tanda kejang dan ketidakseimbangan kimia

dalam darah, yang bisa mengakibatkan kematian. Oleh karena itu,

subkomite menyimpulkan bahwa semua 78 tahanan meninggal

karena penyebab yang sama -rhabdomyolysis26, yang

26Rhabdomyolysis adalah kondisi dimana jaringan otot rangka penderita

mengalami kerusakan akibat matinya serat-serat otot dan keluarnya isi serat ke

dalam aliran darah. Rusaknya otot juga melepaskan zat mioglobin ke aliran

darah. Mioglobin sendiri merupakan protein yang berfungsi menyimpan oksigen

dalam otot. Terlalu banyak mioglobin dalam darah dapat menyebabkan

Page 77: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

60

menyebabkan pernapasan abnormal. Ketika digabungkan dengan

kekurangan makanan dan air dan paparan yang lama terhadap

panas yang terik, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

Selain meningkatnya kekerasan dan dugaan adanya

terorisme internasional sebagai pemicu, narkoba merupakan salah

satu momok utama di kawasan Selatan Thailand. Bahkan

Pemberantasan Narkoba di Thailand Selatan menjadi agenda awal

pemerintahan Thaksin yang kemudian menjadi salah satu penyulut

meningkatnya kekerasan di Thailand Selatan.

Rasa takut dan kebencian menjadi gamblang setelah

pemerintah meluncurkan kampanye anti-narkoba yang dengan

cepat berevolusi menjadi "perang melawan narkoba" yang kejam

dan mematikan pada tahun 2003. Peraturan Perdana Menteri

Thaksin 29/2546, ditandatangani pada 28 Januari 2003,

menyerukan penindasan mutlak perdagangan narkoba dengan

menyatakan bahwa “jika seseorang dituduh melakukan

pelanggaran narkoba, orang itu akan dianggap sebagai orang

berbahaya yang mengancam keamanan sosial dan nasional.”

Dalam minggu-minggu berikutnya, pemerintah mengarahkan

Gubernur dan Kepala kepolisian di setiap Provinsi dalam

menargetkan penangkapan sejumlah tersangka pedagang obat

penderita rhabdomyolysis berisiko terkena komplikasi serius, seperti gagal

ginjal, yaitu kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan dalam membuang

limbah dan konsentrat urine. (Lihat:

https://www.alodokter.com/rhabdomyolysis, diakses pada 14 Mei 2018 pukul

11.09 WIB

Page 78: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

61

terlarang dan penyitaan narkotika. Di seluruh negeri antara

Februari dan Mei 2003, 2.598 orang yang diduga pelanggar

narkoba ditembak mati dalam pembunuhan ekstrajudisial yang

jelas, banyak dari pembunuhan ini tampaknya didasarkan pada

"daftar hitam" yang disiapkan oleh polisi dan lembaga pemerintah

setempat.27

Seorang anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa di seluruh negeri

- terutama di provinsi perbatasan selatan yang lebih tanpa hukum -

daftar ini digunakan oleh polisi dan pihak berwenang setempat

untuk menyelesaikan perselisihan lokal dan, pada saat yang sama,

mencetak poin politik dengan pemerintah. Karena para tersangka

yang masuk daftar hitam tidak memiliki mekanisme untuk

menantang inklusi mereka dalam daftar. Hal ini menimbulkan

meningkatnya ketakutan yang semakin intensif sehingga banyak

penduduk desa etnis Melayu Muslim berpaling kepada militan

separatis untuk mencari perlindungan. Akhirnya banyak pengguna

narkoba yang memilih bergabung dengan kelompok separatis

untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah.28

Hal ini terbukti dengan beberapa orang demonstran yang

positif menggunakan Narkoba. Subkomite pencari fakta pada

aspek medis melaporkan hasil tes narkoba yang dilakukan terhadap

tahanan di kamp militer Ingkayut. Tes narkoba juga dilakukan

27Human Rights Watch,”No One Is Safe”, (Vol. 19, No.13, Agustus

2007), h. 29 28Human Rights Watch,”No One Is Safe”, Ibid

Page 79: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

62

tidak hanya pada korban yang terluka dari insiden Tak Bai tetapi

juga yang meninggal saat ditahan. Dari 1.093 subyek dari tahanan

di kamp militer, 13 dinyatakan positif menggunakan narkoba.

Sementara dari 78 tahanan yang ditemukan tewas di kamp militer

Ingkayuth, hanya 40 yang dipilih untuk tes narkoba dan tidak

semuaya di tes narkoba. Dari 40 orang yang tewas, dua di antara

positif menggunakan efedrin dan morfin. Detailnya adalah sebagai

berikut:

No Jumlah

Korban

Jenis Narkoba

1. 8 Orang Delapan subjek dinyatakan positif

metamfetamin

2. 1 Orang Satu subjek dinyatakan positif efedrin

3. 1 Orang Satu subjek dinyatakan positif Benzo

4. 2 Orang Dua subyek dinyatakan positif THC

(marijuana)

5. 1 Orang Satu subyek dinyatakan positif Morfin

Tabel III.3

Sumber: National Reconciliation Commision, “Tak Bai and Krue Se

Report”, The Nation

Hal ini semakin menguatkan bahwa kegentingan di

kawasan Thailand bagian Selatan perihal bahaya Narkoba

berdasar. Namun respon pemerintah atas Narkoba tidaklah bijak

sehingga memicu semakin meningkatnya kekerasan di Thailand

Selatan. Di mana, daftar hitam yang dijadikan alasan untuk

Page 80: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

63

penangkapan pengguna Narkoba. Namun mekanisme yangb belum

tepat justru membuat kekhawatiran bagi beberapa penduduk

Thailand Selatan lainnya sehingga lebih memilih bergabung

dengan kelompok pemberontak.

Peristiwa ini membuktikan bahwa keadaan di Thailand

Selatan sedang tidak baik-baik saja. Demokrasi belum membawa

perubahan signifikan bagi terimplementasinya nilai-nilai Hak

Asasi Manusia di Thailand Selatan. Perubahan sikap Thaksin yang

semula menganggap kekerasan yang kembali muncul di Thailand

Selatan akibat ulah lawan politiknya dianggap keliru dan ditarik

kembali. Kekhawatiran terhadap terorisme transnasional mulai

menguat seiring diketatkannya patroli di daerah perbatasan. Di sisi

lain ketegasan Thaksin untuk memerangi Narkoba sejak masa awal

pemerintahannya tidak mendapatkan sambutan baik melainkan

ketakutan yang justru memicu masuknya mereka ke kelompok

pemberontak. Sikap Thaksin dalam memerangi Narkoba memang

terbilang keras sehingga dianggap beberapa pejuang Hak Asasi

Manusia telah melanggar HAM.

Berkaitan dengan dugaan terorisme transnasional yang

dianggap sebagai penyebab meningkatnya kembali kekerasan di

Thailand Selatan tampaknya tidak serta merta bisa dibenarkan.

Kawasan Asia Tenggara cenderung terdiferensiasi antara

mayoritas dan minoritas sehingga menjadi rentan terhadap konflik

ethnonasionalisme yang memicu terorisme regional. Artinya untuk

kasus di Thailand Selatan, kemungkinan besar hal ini merupakan

Page 81: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

64

permasalahan ethnonasionalisme yang belum padam. Selain itu,

perubahan perpolitikan di Central Thailand juga mempengaruhi

keadaan di Thailand Selatan. Di sisi lain, masyarakat di Thailand

masih berada dalam kolonialisme regional yaitu anggapan bahwa

apa yang dilakukan Pemerintah Pusat terhadap wilayahnya sebagai

suatu bentuk penjajahan.

Thaksin Shinawatra telah berusaha untuk memimpin

Thailand secara berbeda dari pendahulunya. Perbedaan penting

antara Thaksin dan pendahulunya berkaitan dengan peran ekstra-

konstitusional dari monarki. Mode pemerintahan yang dominan

digunakan di Thailand sejak tahun 1980 dapat diistilahkan

sebagai tata kelola jaringan monarki atau monarki jaringan.

Karena kesuksesan Thaksin dalam membantu menyingkirkan

Thanom-Rezim Praphas, Raja Bhumipol dari Thailand. Thaksin

melembagakan suatu rentang kekuatan politik ekstra-

konstitusional yang berbeda dengan monarki jaringan.29

29Duncan McCargo, “Thaksin and The Resurgence of Violence in the

Thai South: Network Monarchy Strikes Back?” Critical Asian Studies, (2006),

h. 42

Page 82: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

65

Bab IV

Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat terhadap Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai

di Thailand Selatan

Thailand Selatan meski kerap terjadi konflik namun

berbeda dengan Rohingya di Myanmar yang menjadi pemberitaan

Internasional. Konflik di Thailand Selatam jarang hadir dalam

pemberitaan Internasional dan seolah tertutupi dengan dinamika

perpolitikan di Central Thailand. Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai di Thailand Selatan merupakan peristiwa yang

tersorot dunia Internasional. Meskipun pemberitaannya kemudian

dibatasi tetapi masyarakat Thailand Selatan masih sangat

mengenang kedua peristiwa tersebut.

Setiap peristiwa yang terjadi pasti memiliki sebab. Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai terjadi karena dipengaruhi

oleh kebijakan Pemerintah Pusat Thailand. Maka dari itu, ada

empat poin utama yang menurut penulis adalah penting untuk

dibahas pada bab ini yaitu Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand

Selatan, Respon Pemerintah atas Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai, Keadaan Masyarakat Paska Tragedi Masjid Krue

Se dan Insiden Tak Bai serta Respon Pemerintah atas Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai.

Page 83: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

66

A. Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan

Thaksin Shinawatra, Perdana Menteri terpilih dihadapkan

pada pergejolakan di Thailand Selatan pada awal

pemerintahannya. Thaksin beranggapan bahwa rentetan insiden

yang terjadi didalangi oleh lawan politiknya, bandar narkoba, atau

hanya perkelahian antar gang kriminal kecil. Untuk itu dalam

pemerintahannya, Thaksin membuat beberapa kebijakan di

antaranya:

1. Pada tahun 2002 Thaksin menghapus SBPAC dan CPM 43.

Kebijakan ini Thaksin keluarkan karena menganggap

separatisme tidak lagi menjadi permasalahan di Thailand

Selatan.1

2. Peraturan Perdana Menteri Thaksin 29/2456 pada 28

Januari 2003 terkait Narkoba. Peraturan ini menyerukan

“Perang Melawan Narkoba” secara impulsif. Peraturan ini

menegaskan “Jika seseorang dituduh melakukan

pelanggaran narkoba, orang itu akan dianggap sebagai

orang berbahaya yang mengancam keamanan sosial dan

nasional.” Untuk itu orang yang melakukan pelanggaran

narkoba ini dapat ditembak mati dalam pembunuhan

ekstrajudisial.2

1Ian Storey, “Ethnic Separatism in Southern Thailand: Kingdom Fraying

at the Edge?”, Asia-Pasific Center for Security Studies, Maret 2007, h. 5 2Human Rights Watch,”No One Is Safe”, (Vol. 19, No.13, Agustus 2007),

h. 29

Page 84: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

67

Dua kebijakan yang Thaksin keluarkan untuk mengatasi

permasalahan di Thailand Selatan ini menuai kontroversi. Pertama,

perihal penghapusan SBPAC dan CPM 43 menjadi sangat

disayangkan karena keberadannya diharapkan dapat mengatasi

permasalahan korupsi yang menjerat wilayah Thailand Selatan dan

juga untuk memberi ruang bagi penduduk muslim Pattani dalam

menyelesaikan konflik yang ada. Kedua, perihal perang melawan

narkoba, hal ini sangat bagus untuk meminimalisir

penyalahgunaan narkoba yang mulai marak terjadi. Namun

penyeldidikan di lapangan yang hanya berdasarkan daftar hitam

tanpa krosscheck lebih lanjut membuat sejumlah pemuda di sana

menjadi panik dan memilih bergabung kepada kelompok separatis

untuk mengamankan diri dari pemerintah.

B. Respon Pemerintah atas Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai

Kesalahan pertama pemerintahan Thaksin adalah salah

mengartikan masalah dan kemudian, berdasarkan penilaian yang

salah itu, membongkar aparat keamanan yang telah membantu

menjaga perdamaian selama lebih dari satu dekade. Meskipun

peningkatan penembakan dan pemboman pada 2001-2002

menunjukkan gerakan separatis meningkat namun Thaksin

menepis kekerasan itu sebagai perang rumput antara geng-geng

kriminal yang bersaing untuk menjatuhkan kredibilitasnya.

Pada tahun 2002, Thaksin percaya bahwa separatisme tidak

lagi menjadi masalah di selatan dan membuatnya menghapus Pusat

Page 85: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

68

Administrasi Provinsi Perbatasan Selatan (SBPAC) dan Satuan

Polisi Sipil-Militer-Kepolisian 43 (CMP-43). SBPAC dan CMP-

43 telah didirikan pada awal 1980-an dan merupakan elemen kunci

dalam kampanye kontra-pemberontak. SBPAC memiliki staf yang

sebagian besar terdiri dari pejabat lokal. Pada dasarnya SPBAC

mengatur tiga provinsi, mengawasi proyek-proyek pembangunan

ekonomi, dan menyelesaikan keluhan-keluhan antara pejabat

Melayu-Muslim dan pemerintah. Sementara, CMP-43

mengoordinasikan semua operasi keamanan di selatan dan bekerja

sama dengan SBPAC. Dua organisasi ini serta amnesti untuk para

pemberontak sangat berjasa dalam memadamkan pemberontakan

pada tahun 1980-an dan awal 1990-an. Namun Thaksin yang

merupakan mantan Letnan Kolonel di kepolisian mengalihkan

semua tanggung jawab keamanan di Selatan dari tentara ke polisi.

Hal ini membuat tentara marah karena kehilangan prestise dan

mengakhiri semua kerja sama dengan polisi. Sayangnya hal ini

adalah langkah yang fatal karena polisi tidak pernah menjadi agen

yang populer di Selatan karena catatan hak asasi manusianya

buruk. Kemelut di Selatan semakin terlihat saat Thaksin membuat

kebijakan untuk mempersilakan tembak-menembak dengan dalih

"perang melawan narkoba". Selama kampanye “perang melawan

narkoba” ini, polisi mengeksekusi banyak mantan gerilyawan

Page 86: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

69

pemberontak yang menjadi informan pemerintah, mencabut

layanan keamanan mereka di lapangan.3

Namun kekerasan besar yang meletus pada Januari 2004

membuat pemerintahan Thaksin tidak bisa lagi mengabaikan

masalah dan segera mengadopsi respon keamanan militer garis

keras. Bangkok mengumumkan darurat militer di Selatan dan

mengirim 10.000 tentara untuk bergabung dengan 20.000 tentara

yang telah ditempatkan di sana. Selama tahun 2004 respon keras

pemerintah mengakibatkan dua kekejaman besar dan semakin

memperkeruh suasana di Thailand Selatan. Pada 28 April,

sekelompok militan muda yang bersenjata parang menyerang

polisi dan pos militer di Pattani, dan kemudian berlindung di

masjid Krue Se. Tentara menyerbu tempat perlindungan agama,

menembaki 31 militan. Pada penghujung hari, 108 militan dan

lima personel keamanan tewas. Hal ini menyusul pada insiden

kedua yang terjadi pada 25 Oktober di Kota Tak Bai, Provinsi

Narathiwat. Tentara menembaki para pemrotes yang mengepung

Kantor Polisi setempat dan kemudian menggiring ratusan dari

mereka ke dalam truk-truk militer yang penuh sesak untuk

diangkut ke sebuah kamp militer yang berjarak sekitar lima jam

perjalanan. Selama perjalanan itu 78 pria mati lemas. Komisi

pemerintah menyelidiki Tragedi Masjid Krue Se dan Tak Bai

insiden dan menyimpulkan bahwa kekuatan yang berlebihan telah

3Ian Storey, “Ethnic Separatism in Southern Thailand: Kingdom

Fraying at the Edge?”, Ibid

Page 87: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

70

digunakan, dan bahwa mereka yang bertanggung jawab harus

dibawa ke pengadilan. Namun, hingga saat ini, tidak ada yang

dituntut dan komandan operasi Tak Bai dipindahkan dari daerah

tersebut dan dipromosikan.4

Thaksin merespon peristiwa-peristiwa yang terjadi di

Thailand Selatan dengan bertahan pada pendekatan garis keras

sambil mengupayakan dengan kebijakan yang lebih damai. Pada

awal April, Wakil Perdana Menteri Chaturon Chaisaeng

mengusulkan demiliterisasi wilayah tersebut dan berusaha mencari

solusi politik, tetapi ide-idenya tidak mendapat dukungan dari

Thaksin. Tanggapan utama Thaksin yaitu berulang kali melakukan

perombakan perwira senior yang dia pertanggung-jawabkan untuk

situasi yang memburuk.5

Menanggapi krisis yang muncul, pemerintah

memberlakukan darurat militer di Narathiwat, Yala dan Pattani,

dan dikerahkan dari 12.000 pasukan Tentara Kerajaan Thailand di

wilayah tersebut. Beberapa unit dikirim untuk melindungi guru

dan pegawai negeri, ketertiban umum dan infrastruktur. Sistem

pendidikan menjadi bagian yang berada di bawah tekanan serius

setelah lebih dari 1.200 guru dan pejabat pendidikan meminta di

pindah ke daerah lain dan mengakibatkan hampir 1.000 sekolah di

tiga provinsi paling selatan harus ditutup sementara. Di lain sisi,

4Ian Storey, “Ethnic Separatism in Southern Thailand: Kingdom

Fraying at the Edge?”, Ibid, h. 6 5 Duncan McCargo, “Thaksin and The Resurgence of Violence in the

Thai South: Network Monarchy Strikes Back?”, Critical Asian Studies, (2006),

h. 41

Page 88: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

71

orang tua takut untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah

karena keadaan yang belum aman. Beberapa hakim pengadilan

tingkat provinsi juga mengajukan permintaan untuk transfer keluar

dari wilayah Selatan setelah pembunuhan hakim oleh separatis

Muslim pada tahun 2004.6 Tindakan pemerintah untuk situasi yang

memburuk ini hanya mengabulkan permintaan migrasi dan

memperbanyak tentara untuk mengamankan wilayah.

Struktur pemerintahan sebelumnya telah meningkatkan

dialog antara pemerintah Thailand dan Thailand Muslim. Namun

Thaksin justru mengganti struktur sebelumnya dengan

menempatkan Struktur Kepolisian Provinsi Thailand yang korup

dan mengabaikan elemen kunci dari struktur yang sebelumnya

sukses. Lebih buruk lagi, Perdana Menteri Thaksin menanggapi

krisis keamanan yang muncul dengan membagi tanggung jawab

antara kantor-kantor dari tiga kementerian yang berbeda dan

mengurangi tanggung jawab Kementerian Pertahanan. Setelah

pemerintah menyadari bahwa langkah-langkah sebelumnya gagal

memperbaiki situasi, garis komando untuk lembaga-lembaga

negara yang bekerja di wilayah itu direstrukturisasi beberapa kali.

Selanjutnya, tanggung jawab diresentralisasi dan Wakil Perdana

Menteri Jenderal (rtd.) Chavalit Yongchaiyudh — arsitek

kemenangan atas pemberontak komunis pada awal 1980-an —

diberi otoritas penuh untuk mengambil alih situasi. Pada awal

6Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Strategic Insight, Vol. 6, (Februari 2005), h. 5

Page 89: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

72

Oktober 2004, Jenderal Sirichai Thayasiri dipilih sebagai Ketua

Komando Pembangunan Perdamaian Provinsi Perbatasan Selatan

yang baru, sebuah organisasi yang dibentuk sejak April 2004 yang

bertindak sebagai super-agensi yang mengarahkan dan

mengoordinasikan operasi di Selatan.7

Dalam pertemuan Internasional, pihak pemerintah

berusaha mengecilkan permasalahan kerusuhan di Selatan. Hal ini

mengecewakan para diplomat dan organisasi internasional yang

menyelidiki konflik ini. Kecurigaan ini muncul karena Duta Besar

untuk Thailand tidak pernah bisa mengunjungi wilayah ini karena

alasan keamanan. Perihal Insiden Tak Bai pada 25 Oktober 2004,

Kementerian Luar Negeri justru menjelaskan pada komunitas

diplomatik perihal keadaan Bangkok, jauh dari peristiwa tragis itu

sendiri. Pada KTT ASEAN di Vientiane akhir tahun itu, Thaksin

mengancam akan keluar dari ASEAN jika Tak Bai atau

pelanggaran lain di Selatan dibesarkan oleh rekan-rekannya.

Ketika Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI),

Profesor Ekmeleddin Ihsanoglu, mengunjungi Thailand pada

tahun 2007 dan membatasi tinggalnya hanya di Bangkok. Sikap

Thaksin dan Pejabat Thailand lainnya untuk menutupi dan tidak

membesarkan masalah yang terjadi di Thailand pada ASEAN, OKI

dan badan-badan PBB agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Kecurigaan pada lembaga-lembaga Internasional ini ditakutkan

7Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Strategic Insight, Vol. 6, (Februari 2005), h. 11

Page 90: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

73

menarik perhatian internasional dan dapat menyebabkan tekanan

dalam pemerintahan seperti otonomi Aceh ataupun referendum

kemerdekaan Timor Timur. Mereka juga khawatir jika skala

konflik dipahami secara luas akan memepengaruhi keinginan

wisatawan asing berkunjung ke Thailand bagian Selatan, terlebih

resort-resort dan indahnya Pantai di Phuket menjadi salah satu

fokus utama wisata. Karena tidak ingin mendapatkan masalah

akibat campur tangan Internasional, Thailand selalu berusaha

menunjukkan citra positifnya di mata dunia Internasional.8

Terurainya tatanan sipil di perbatasan Thailand Selatan

sejak Januari 2004 dan seterusnya mengakibatkan kerusakan besar

pada kedudukan regional dan internasional dari pemerintahan

Thaksin Shinawatra. Sebelum bertemu KTT ASEAN di Vientiane,

Perdana Menteri Thaksin menyatakan dengan tegas bahwa dia

tidak akan ragu untuk keluar dari ASEAN jika ada negara tetangga

Thailand yang mempertanyakan penanganan pemerintahnya atas

Insiden Tak Bai. Hal ini tentunya sangat kontras ketika Thaksin

sebagai tuan rumah Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC)

pada Oktober 2003 dipuji sebagai pemimpin sekaliber Dr.

Mahathir Mohammad dan Lee Kuan Yew. Di mana ketika KTT

ASEAN, Thaksin sangat marah saat Mahathir secara terbuka

meminta provinsi-provinsi di Selatan diberikan otonomi. Hal ini

juga menarik perhatian OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang

8Duncan McCargo, “What’s Really Happening In Southern

Thailand?”, ISEAS Regional Forum, (Singapura, 8 Januari 2008), h. 5

Page 91: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

74

tidak menyukai sikapnya. Meski demikian, Thaksin mampu

menangkis seruan internasional untuk memantau konflik Selatan

namun Thaksi harus menghadapi kritik dari kelompok masyarakat

sipil di Thailand yang membela Hak Asasi Manusia. Lebih banyak

lagi, dia berulang kali ditegur oleh anggota Dewan Kehormatan

Raja yang dihormati terutama Presiden Prem Tinsulanond dan

mantan Komandan Tentara Surayud Chulanont yang menyerukan

kepada pemerintah untuk mengadopsi pendekatan yang lebih

damai untuk krisis. Akibat tekanan-tekanan yang dihasilkan paska

Insiden Tak Bai akhirnya menyebabkan Thaksin tersingkir pada 19

September dari pemerintahan oleh Kudeta Militer 2006 yang

dilakukan oleh pasukan yang setia kepada monarki Thailand.

Meskipun menang telak dalam pemilihan umum Februari 2005

(Ironisnya Partai Thai Rak Thai kehilangan semua kursinya di

provinsi perbatasan Thailand Selatan), Thaksin berada di bawah

tekanan untuk membuat semacam konsesi kepada kritiknya.9

Salah satu usaha yang dilakukan Thaksin sebelum

kemudian di kudeta pada 2006 adalah mendirikan NRC. NRC atau

National Reconciliation Commission didirikan pada awal Maret

2005. NRC diketuai oleh mantan Perdana Menteri Anand

Panyarachun, NRC muncul dari proposal oleh sekelompok

akademisi yang mengkritik penanganan pemerintah Thaksin

terhadap krisis selatan. NRC secara luas sejajar dengan perspektif

9Duncan McCargo, Mapping National Anxieties: Thailand’s Southern

Conflict, (Copenhagen: NIAS Press, 2012), h. 67-69

Page 92: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

75

kerajaan di Selatan 'Memahami, mengakses,

mengembangkan'yang ditekankan Raja Bhumibol Saran

Adulyadej. NRC memiliki 50 anggota, yang diambil dari berbagai

variasi sektor: 17 anggota berasal dari masyarakat sipil di daerah

(termasuk Presiden Dewan Islam, cendekiawan Muslim, dan

akademisi), 12 anggota dari masyarakat sipil di luar daerah

(termasuk beberapa tokoh terkemuka yang terkait dengan LSM di

Bangkok), 7 anggota dari sektor politik dan 12 anggota dari

layanan sipil dan pasukan keamanan. Komisi ini bertugas

menyelidiki peningkatan kekerasan di provinsi perbatasan Selatan

dan membuat rekomendasi kebijakan kepada pemerintah. Tidak

ada preseden yang jelas di Thailand untuk inisiatif semacam itu.10

Upaya lain dari sektor ekonomi adalah anggaran

pembangunan yang cukup besar dengan ketentuan untuk

partisipasi kewarganegaraan kepada Perdana Menteri. Namun

proyek untuk mengalirkan 60 juta crane sebagai tanda perdamaian

di Selatan tidak diterima dengan baik. Akhirnya dibangun Peace

Building atau Bangunan Perdamaian untuk menerima segala

aspirasi dan keluhan warga serta sumber informasi.11

10 Duncan McCargo, Mapping National Anxieties: Thailand’s

Southern Conflict, Ibid, h. 69-70 11 Eric Biel, Niel Hicks, Michael McClintock, Losing Ground:

Human Rights Defenders and Counterterrorism in Thailand, (Washington DC:

Human Right First, 2005), h. 7

Page 93: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

76

C. Keadaan Masyarakat Thailand Selatan Paska Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai

Statistik terbaru dari kerusuhan di Thailand Selatan

selama 10 tahun terakhir sejak Januari 2004 hingga April 2014

menunjukkan bahwa jumlah insiden kekerasan meningkat hingga

14.128 dengan sekitar 17.005 kematian dan cedera. Statistik juga

menunjukkan bahwa dari 6.097 kematian, sebagian besar mangsa

korban jiwa adalah Muslim dengan 3.583 orang, sekitar 58,55

persen dari kematian, sementara ada 2.359 kematian Buddha,

sekitar 38,69 persen. Sebaliknya, ada sekitar 10.908 cedera,

sebagian besar diidentifikasi sebagai umat Buddha, sekitar 6.462

individu, 59,24 persen, sementara ada 3.475 orang Muslim yang

terluka, atau sekitar 31,86 persen. Jika dibandingkan dengan

insiden kekerasan bulanan, korban jiwa dan luka-luka menjadi

lebih tinggi sejak Juli 2007, sebagai hasil dari kampanye militer

berskala besar untuk menumpas kerusuhan beberapa saat setelah

kudeta militer pada September 2006.12

Konflik Thailand Selatan telah menjadi perang yang

tidak terlihat di dunia luar dan hanya sedikit dilaporkan di media

global. Ada 1850 insiden pada tahun 2004, 2297 pada tahun 2005,

1815 pada tahun 2006, dan 723 dalam empat bulan pertama tahun

2007. Sementara korban jiwa berskala besar pada 28 April dan 25

12Srisombob Jitpiromsri, “An Inconvenient Truth about the Deep South

Violent Conflict: A Decade of Chaotic, Constrained Realities and Uncertain

Resolution”, DeepSouthWatch, (2 Juli 2014)

Page 94: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

77

Oktober 2004 tidak terlampaui. Kemudian dari tahun 2005 dan

seterusnya kematian jarang turun di bawah 40 kematian per bulan

dan secara teratur mencapai 60 bahkan kadang-kadang melampaui

80. Kebanyakan orang yang meninggal karena ditembak, jumlah

penembakan tidak pernah turun di bawah 40 per bulan dalam

empat puluh bulan setelah Januari 2004, dan sering melebihi 80

dalam tujuh bulan ini ada lebih dari seratus penembakan. Bom,

baik yang terlempar maupun yang dipicu dari jarak jauh juga

sering digunakan dalam konflik. Patroli militer sering ditargetkan

untuk efek mematikan, sementara bom juga ditanam di pasar, kafe,

gedung pemerintahan dan lokasi komersial lainnya. Namun

perangkat eksplosif jarang menyebabkan sejumlah besar korban

tetapi dampaknya biasanya lebih bersifat psikologis. Serangan

terkoordinasi, di mana sebanyak enam puluh target terkena secara

bersamaan terjadi secara teratur meski korban dalam serangan ini

seringkali cukup rendah. Beberapa korban kekerasan dipenggal

kepalanya setelah dibunuh.13

Sementara itu kekerasan terus berlanjut meski tidak ada

lagi insiden berskala besar seperti Tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai tetapi pembunuhan setiap hari semakin sering

terjadi dan yang menjadi sasaran adalah warga sipil dan muslim,

bukan lagi anggota pasukan keamanan. Kekerasan antisistem ini

memicu militan menyebarkan idiom Islam untuk membenarkan

13Duncan McCargo, “What’s Really Happening In Southern

Thailand?”, Ibid, h. 4

Page 95: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

78

pemenggalan kepala, pembunuhan para bhikkhu, dan tindakan-

tindakan aneh lainnya yang dianggap mereka halal untuk

melindungi diri mereka. Pasukan keamanan berusaha mencegah

setiap konfrontasi besar yang akan menarik perhatian dunia

Internasional. Namun demikian, kebijakan informal pembunuhan

ekstra-judisial masih beroperasi di daerah-daerah tertentu dan

relasi kedua komunitas Muslim dan Budha penuh dengan desas-

desus dan takut. Mengadopsi gagasan-gagasan yang berasal dari

bahasa kerajaan tentang perlunya membedakan antara Muslim

"baik" dan "buruk" akan tetapi pasukan keamanan membuat

masalah di lapangan berbagai skema yang disalahpahami terutama

tidak bisa membedakan mana Muslim yang militant dan tidak.

Yang terburuk dari hal ini adalah program yang memaksa ribuan

pria tak berdosa menghabiskan waktu menjalani indoktrinasi

nasionalis di kamp-kamp Tentara di Thailand bagian Tengah.

Pasukan keamanan terbukti tidak kompeten dalam operasi sehari-

hari dan terus-menerus gagal untuk memahami bahwa sebagian

besar Muslim Melayu hanya mencoba untuk bertahan hidup di

lingkungan yang suram di mana mereka takut menentang negara

otoritas atau gerakan militan yang sedang berkembang.14

Artinya keadaan masyarakat Muslim di Thailand Selatan

mengalami keadaaan yang sangat menyulitkan yaitu menghadapi

ketidaknyamanan dari sikap pemerintah maupun kalangan

14Duncan McCargo, “What’s Really Happening In Southern Thailand

Ibid, h.8

Page 96: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

79

militant. Di sisi lain, mereka tidak mempunyai perlindungan

berarti terlebih lagi suasana yang ditimbulkan akibat rangkaian

insiden kekerasan membuat masyarakat Budha yang berada di

Thailand Selatan pun takut dan menimbulkan ketidakharmonisan.

D. Relasi Pemerintah dan Masyarakat Paska Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai

Hal yang semakin membuat marah kaum Muslim setempat

adalah ketidaksensitifan Thaksin yang tidak hanya terhadap situasi

yang memburuk terus di selatan tetapi terutama untuk tragedi

kemanusiaan dari keduanya 28 April dan 25 Oktober 2004. Benar

atau salah menjadi sebuah persepsi yang hadir, tidak hanya di

kalangan Muslim tetapi juga di kalangan aktivis Hak Asasi

Manusia non-muslim bahwa pemerintah tidak memiliki kemauan

untuk menangani pasukan keamanan yang bertanggung jawab atas

tindakan mereka. Akibatnya, persepsi yang berkembang di antara

Muslim bahwa pemerintahan pada umumnya dan pasukan

keamanan khususnya adalah kalangan yang anti-Muslim dan hal

ini menambah kompleksitas situasi yang sudah sulit.

Ketidakpekaan budaya dan peningkatan jumlah pelanggaran Hak

Asasi Manusia yang dilakukan oleh polisi dan militer telah

memprovokasi rasa takut dan kemarahan dan memperkuat

penyebab kehadiran para pemberontak. Menurut laporan dari surat

kabar Thailand dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dua ratus

Muslim Melayu lokal telah dibawa pergi oleh polisi dan militer

setempat atau menghilang setelah pasukan keamanan mencari

Page 97: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

80

mereka. Beberapa langkah lain yang diambil oleh pasukan

keamanan, seperti gangguan ke sekolah-sekolah agama yang tidak

terdaftar, penangkapan guru dan tentara yang sering melakukan

pencarian dan penangkapan perburuan telah mengikis keinginan

warga setempat bekerja sama dengan pasukan keamanan juga.15

Selama bulan-bulan terakhirnya di Kantor, Thaksin

kehilangan semua minat di Selatan saat dia terkonsentrasi untuk

mencoba menopang legitimasi sendiri sebagai perdana menteri.

Komisi Rekonsiliasi Nasional yang ia ciptakan di bawah tekanan

liberal dan kritikus kerajaan menerbitkan laporan pada Juni 2006.

Setelah pemilihan pada April 2006 yang gagal akibat intervensi

oleh Raja dan Prem, Thaksin akhirnya digulingkan dalam kudeta

militer 19 September 2006. Pendukung setia monarki melakukan

kudeta dan memimpin pemerintahan sementara dan berharap

bahwa mereka akan meletakkan fondasi yang baik untuk

membawa kembali kedamaian di Thailand Selatan.16

15Aurel Croissant, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes, and

Consequences Since 2001”, Ibid, h. 12 16Duncan McCargo, “What’s Really Happening In Southern

Thailand?”, Ibid, h. 9

Page 98: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

81

Bab V

Penutup

A. Kesimpulan

Keadaan keamanan di Thailand Selatan dipengaruhi oleh

keadaan perpolitikan nasional. Thailand memutuskan untuk

menganut demokrasi dan mengantarkannya pada pemilihan

umum. Pemilihan Umum yang dilakukan membuat Thaksin

Shinawatra terpilih menjadi Perdana Menteri Thailand untuk

pertama kalinya. Thaksin sendiri tidak menyukai konsep

pemerintahan sebelumnya yang memakai sistem Monarki

Jaringan. Thaksin pun melakukan sejumlah perombakan dalam

pemerintahan khususnya di Thailand Selatan. Namun

perombakan yang Thaksin lakukan di Thailand Selatan justru

memicu meningkatnya konflik di Thailand Selatan.

Padahal Kebijakan yang dilakukan Prem Tinsulanond

sudah tepat untuk menangani pemberontakan yang kerap terjadi

di Thailand Selatan. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya

konflik karena Prem Tinsulanond mengangkat beberapa

masyarakat Muslim di tempat-tempat yang representatif. Namun

hal ini, tidak disadari Thaksin. Thaksin menganggap orang-orang

yang ditunjuk oleh pemerintah sebelumnya adalah mata-mata

Kerajaan. Thaksin memilih mengganti dengan orang-orangnya

yang tidak begitu memahami dinamika Thailand Selatan. Hal ini

Page 99: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

82

berdampak pada meningkatnya situasi keamanan di Thailand

Selatan.

Kesalahan pertama pemerintahan Thaksin adalah salah

mengartikan masalah dan atas penilaian yang salah itu telah

merombak aparat keamanan yang telah membantu menjaga

perdamaian selama lebih dari satu dekade. Meskipun peningkatan

penembakan dan pemboman pada 2001-2002 menunjukkan

sentimen separatis yang meningkat namun Thaksin menepis

kekerasan itu sebagai perang akar rumput antara geng-geng

kriminal yang bersaing untuk menjatuhkan kredibilitasnya. Pada

tahun 2002, Thaksin percaya bahwa separatisme tidak lagi

menjadi masalah di selatan dan membuatnya menghapus Pusat

Administrasi Provinsi Perbatasan Selatan (SBPAC) dan Satuan

Polisi Sipil-Militer-Kepolisian 43 (CMP-43). SBPAC dan CMP-

43 telah didirikan pada awal 1980-an dan merupakan elemen

kunci dalam kampanye kontra-pemberontak. SBPAC memiliki

staf yang sebagian besar terdiri dari pejabat lokal. Pada dasarnya

SPBAC mengatur tiga provinsi, mengawasi proyek-proyek

pembangunan ekonomi, dan menyelesaikan keluhan-keluhan

antara pejabat Melayu-Muslim dan pemerintah. Sementara, CMP-

43 mengoordinasikan semua operasi keamanan di selatan dan

bekerja sama dengan SBPAC. Dua organisasi ini serta ditambah

dua amnesti untuk para pemberontak sangat berjasa dalam

memadamkan pemberontakan pada tahun 1980-an dan awal

1990-an. Namun Thaksin yang merupakan mantan Letnan

Page 100: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

83

Kolonel di kepolisian mengalihkan semua tanggung jawab

keamanan di Selatan dari tentara ke polisi. Hal ini membuat

tentara marah karena kehilangan prestise dan mengakhiri semua

kerja sama dengan polisi. Sayangnya hal ini adalah langkah yang

fatal karena polisi tidak pernah menjadi agen yang populer di

Selatan karena catatan hak asasi manusianya buruk. Kemelut di

Selatan semakin terlihat saat Thaksin membuat kebijakan untuk

mempersilakan tembak-menembak dengan dalih "perang

melawan narkoba". Selama kampanye “perang melawan

narkoba” ini, polisi mengeksekusi banyak mantan gerilyawan

pemberontak yang menjadi informan pemerintah, mencabut

layanan keamanan mereka di lapangan.

Kebijakan-kebijakan kontroversial Thaksin awalnya

dipengaruhi karena kecurigaannya terhadap lawan politiknya

yang dia anggap berusaha merongrong kredibilitasnya. Namun

faktanya insiden pemberontakan pada awal Januari yang

bersambut dengan Tragedi Masjid Krue Se pada 28 April 2004

dan Insiden Krue Se pada 28 Oktober 2004 menjadi puncak

meningkatnya kembali kekerasan di Thailand Selatan.

Dugaan-dugaan bahwa kekerasan di Thailand Selatan

terjadi karena terorisme internasional terbantahkan. Faktanya

membuktikan bahwa kesenjangan antara mayoritas dan minoritas

merupakan faktor utama dari meningkatnya kekerasan di

Thailand Selatan. Di mana kekerasan yang terjadi masih

tergolong sebagai rasa ethnonasionalisme regional. Selain itu,

Page 101: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

84

mental masyarakat melayu muslim di Thailand Selatan masih

terpengaruhi “kolonialisme internal”. Artinya, masyarakat dan

khususnya kalangan pemberontak masih merasa bahwa keadaan

yang terjadi dikarenakan Bangkok atau Pemerintah Pusat hanya

ingin mengambil keuntungan dari Thailand Selatan.

Selain itu, penanganan Tragedi Masjid Krue Se dan Insiden

Tak Bai mengidentifikasikan bahwa Pemerintah tidak memberi

ruang yang baik untuk meredakan permasalahan di Thailand

Selatan. Di mana penjaga keamanan menggunakan senjata yang

berlebihan dalam menangani permasalahan yang ada. Hal ini

mengidentifikasikan tidak adanya ruang untuk berdiskusi dalam

meredakan ketegangan. Pihak keamanan bersikeras melakukan

hal tersebut karena keadaan yang darurat. Namun di lain sisi, hal

ini sangat melanggar Hak Asasi Manusia dan tentunya

mencederai nilai demokrasi yang tengah dianut.

Insiden Tak Bai di Thailand memperlihatkan bagaimana

pemerintah tidak siap menghadapi demonstrasi yang tentunya

merupakan bumbu dari demokrasi. Pemerintah juga tidak

membuka ruang diskusi yang baik antara dirinya, masyarakat dan

kelompok pemberontak. Hal ini pulalah yang membuat

pemerintahan Thaksin Shinawatra didesak dari berbagai pihak

terutama dari kalangan Kerajaan dan dunia Internasional.

Kalangan Kerajaan mendesak Thaksin untuk mengatasi

masalah yang ditimbulkan paska tragedi Masjid Krue Se dan

Insiden Tak Bai. Untuk itu, Thaksin Shinawatra mendirikan NRC

Page 102: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

85

(National Reconciliation Commission) untuk menyelidiki Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai untuk kemudian mencari

solusi penyelesaiannya.

Kecurigaan dunia internasional terhadap permasalahan yang

terjadi di Thailand Selatan adalah saat Duta Besar mereka untuk

Thailand tidak pernah bisa mengunjungi Thailand Selatan. Ketika

insiden Tak Bai dipertanyakan langsung kepada Menteri

Pertahanan Thailand, pihak pemerintah malah mengalihkannya

atas situasi yang terjadi di Bangkok. Hal ini seolah menegaskan

bahwa keadaan di Thailand Selatan tidak baik-baik saja.

Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia saat itu

langsung menuntut Thaksin agar memberikan otonomi kepada

provinsi-provinsi Melayu di Thailand Selatan pada KTT ASEAN

di Viantiane. Thaksin tidak terima atas sikap Malaysia yang

mencampuri urusan di dalam negerinya dan mengancam akan

keluar dari ASEAN.

Pemerintah Thailand tampaknya memang berusaha

menyembunyikan permasalahan yang ada dari dunia Internasional.

Penulis menduga hal ini berkaitan kesulitan dan keterbatasan untuk

mengakses sumber primer lainnya dalam penelitian ini. Terlebih

lima berita penting tidak dapat penulis akses karena telah dihapus,

di antaranya:

Commission to release reports into Krue Se, Tak Bai

deaths - Bangkok Post, 22 April 2005

Page 103: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

86

SOUTHERN TRAGEDIES: Reports to be censored prior

to publication - The Nation, 22 April 2005

Independent panel descends to deep South - TNA, 21 April

2005

Use of force at Krue Se condemned - NRC releases reports

into southern deaths - Bangkok Post, 25 April 2005

KRUE SE, TAK BAI INCIDENTS: NRC releases official

version - The Nation, 25 April 2005

Terlepas dari beberapa sumber yang tidak dapat penulis

akses, penulis menyimpulkan bahwa terjadinya tragedi Masjid

Krue Se dan Insiden Tak Bai serta meningkatnya kekerasan di

Thailand Selatan disebabkan oleh Dinamika Kebijakan Internal

Pemerintah yang dipelopori oleh rasa khawatir Thaksin terhadap

sistem jaringan monarki dan lawan politiknya.

B. Saran

Thailand merupakan negara yang unik karena terdiri dari

beragam etnis namun keberagamannya tidak semuanya terintegrasi

dengan baik khususnya di Thailand Selatan yang mayoritas

penduduknya adalah Muslim. Hal ini tentunya harus kita gali lebih

dalam untuk menambah khazanah perihal kehidupan Muslim di

negara Minoritas Muslim. Terlebih lagi persoalan di Thailand

Selatan kerap luput dan tertutupi dari kacamata internasional.

Penulis pun berusaha untuk menambah khazanah perihal

kehidupan muslim di Thailand Selatan khususnya untuk Tragedi

Masjid Krue Se dan Insiden Tak Bai di Thailand. Sayangnya

Page 104: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

87

penulis mengalami kesulitan dan keterbatasan untuk mengakses

sumber primer lainnya. Jadi, penulis menyarankan untuk yang

hendak melakukan penelitian perihal Thailand Selatan ataupun

menganalisa lebih dalam kekurangan penelitian yang penulis

lakukan, sebaiknya melakukan field research dan menggunkaan

metode in-depth interview.

Page 105: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

88

Daftar Pustaka

Foto

Dokumentasi pribadi Dr. Amelia Fauzia

Dokumen

Asia Report No98, “Southern Thailand: Insurgency Not Jihad”,

Internasional Crisis Group, (Singapore, 18 May 2005)

Human Rights Watch, ”No One Is Safe”, (Vol. 19, No.13, Agustus

2007)

Klein, James, “Democracy and Conflict in Southern Thailand: A

Survey of The Thai Electorate in Yala, Narathiwat, and

Pattani”, The Asia Foundation, (November 2010)

National Reconciliation Commision, “Tak Bai and Krue Se

Report”, The Nation, 2005

Buku

Biel, Eric dkk, Losing Ground: Human Rights Defenders and

Counterterrorism in Thailand, (Washington DC: Huma

Right First, 2005)

Chalk, Peter dkk, The Evolving Terrorist Threat to Southeast Asia,

(Pittsburgh: RAND Corporation, 2009)

Kitiarsa, Pattana, Religious Commodifications in Asia: Marketing

Gods, (London: Routledge, 2008)

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2013)

Pitsuwan, Surin, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu

Masyarakat Patani, (Jakarta: LP3ES, 1989)

Page 106: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

89

McCargo, Duncan, Mapping National Anxieties: Thailand’s

Southern Conflict, (Copenhagen: NIAS Press, 2012)

______________, Rethinking Thailand's Southern Violence.

(Singapura : National University of Singapore Press, 2007)

Jurnal dan Artikel

Abuza, Zachary, “The Islamist Insurgency in Thailand”, Current

Trends in Islamist Ideology, (November, 2006)

Baggelaar Arrunnapaporn, Apinya, “Heritage Interpretation and

Spirit of Place: Conflict at Krue Se Mosque and Thailand

Southern Unrest”, Unpublished Paper

Ball, Desmond dan Nicholas Farrelly, “Interpreting 10 Years of

Violence in Thailand’s Deep South, Security Challenges, (Vol.

8, No. 2, 2012)

Croissant, Aurel, “Muslim Insurgency, Political Violence, and

Democracy in Thailand”, Terorism and Political Violence,

(Vol. 19, No. 1-18, 2007)

_____________, “Unrest in South Thailand: Contours, Causes,

and Consequences Since 2001”, Strategic Insight (Vol. 6,

Februari 2005)

McCargo, Duncan, “Thai Buddhism, Thai Buddhists and the

Southern Conflict”, Journal of Southeast Asian Studies, (1-10

Februari 2009)

______________, “Thaksin and The Resurgence of Violence in

the Thai South: Network Monarchy Strikes Back?” Critical

Asian Studies, (2006)

Page 107: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

90

______________,“What’s Really Happening In Southern

Thailand?”, ISEAS Regional Forum, (Singapura, 8 Januari

2008)

Ridwan, “Patani Central Mosque in Southern Thailand as

Sanctuary from Violence”, Indonesian Journal of Islam

and Muslim Societies, (Vol. 4, No. 2, Desember 2014)

Satha-anand, Chaiwat, “Kru-ze: A Theatre for Renegotiating

Muslim Identity”, Journal of Social Issues in Southeast Asia,

(Vol. 8, No. 1, February 1993)

Scupin, Raymond, “Thailand as a Plural Society: Ethnic

Interaction in a Buddhist Kingdom”, Crossroads: An

Interdisciplinary Journal of Southeast Asian Studies, (Vol. 2,

No, 3, 1986)

Storey, Ian, “Ethnic Separatism in Southern Thailand: Kingdom

Fraying at the Edge?”, Asia-Pasific Center for Security

Studies, (Maret 2007)

Yusuf, Imtiyaz, “Faces of Islam in Southern Thailand”, East-West

Center Washington Working Papers, (No. 7, March 2007)

Jitpiromsri, Srisombob, “An Inconvenient Truth about the Deep

South Violent Conflict: A Decade of Chaotic, Constrained

Realities and Uncertain Resolution”, Deep South Watch, (2

Juli 2014)

Surat Kabar dan Website

Corben, Ron, “Thai Military Steps Up Security in Restive

Muslim Border Provinces”, Voanews.com, 28 April 2017.

Page 108: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

91

(https://www.voanews.com/a/thai-militarysteps-

psecurity-in-restive-muslim-border

provinces/3829479.html)

Levett, Connie, “Muslim Rage for 78 Thais herded to their

deaths”, The Sydney Morning Herald, 28 Oktober 2017.

(http://www.smh.com.au/articles/2004/10/27/1098667844

25.html) diakses pada 20 Desember 2017

Thai Mosque killings criticized The head of an inquiry into the

killing of 32 Militants in a mosque in southern Thailand

has accused security forces of Using excessive force”,

BBC News, (28 Juli 2004).

“The scars of Krue Se South Thailand's Krue Se mosque has

become a symbol of a troubled region”, Al-Jazeera, (3

Oktober 2007).

https://www.alodokter.com/rhabdomyolysis, diakses pada 14 Mei

2018

Page 109: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

93

LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Peta Thailand Selatan

Sumber: “Tangled Conflict: Thailand”

(http://affiliatenetwork.navisioglobal.com/tag/thailand/)

Page 110: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

94

L

AM

PIR

AN

II

Lap

ora

n

Tra

ged

i M

asji

d

Kru

e S

e dan

In

siden

T

ak

Bai

ole

h

Nat

ional

R

econ

cili

atio

n

Co

mm

issi

on

yan

g

dip

ubli

kas

i m

elal

ui

sura

t kab

ar T

he

Nat

ion.

Ho

me |

Th

e N

ati

on

| C

on

tac

t U

s

Page 111: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

95

An o

ffic

ial re

port

by a

govern

ment-

ap

poin

ted investigative

te

am

rele

ased b

y t

he N

atio

nal R

eco

ncili

atio

n C

om

mis

sio

n

on S

und

ay h

as c

onfirm

ed a

num

ber

of suspic

ions a

nd a

lleg

ation

s r

egard

ing t

he

cra

ckdo

wn o

n p

rote

ste

rs o

uts

ide

Nara

thiw

at’s T

ak B

ai polic

e s

tatio

n last O

cto

ber.

T

he r

eport

als

o p

oin

ts the f

inger

at cert

ain

senio

r m

ilita

ry o

ffic

ers

, in

clu

din

g th

e th

en F

ourt

h A

rmy R

egio

n c

om

ma

nd

er

Genera

l P

isarn

Wattana

won

gkir

i.

The f

act-

fin

din

g c

om

mitte

e a

nd its

fo

ur

su

b-c

om

mitte

es h

ave c

om

pile

d a

rep

ort

with f

our

sectio

ns: th

e in

troduction, th

e

facts

regard

ing th

e T

ak B

ai de

mo

nstr

ation, th

e p

oin

ts o

f consid

era

tio

n b

y th

e f

act-

fin

din

g c

om

mitte

e a

nd th

e

suggestio

ns b

y th

e fa

ct-

findin

g c

om

mitte

e.

Th

e f

acts

secti

on

is

div

ide

d in

to 1

0 p

art

s a

s f

oll

ow

s:

1 D

em

onstr

ation

at th

e T

ak B

ai dis

tric

t polic

e s

tation in N

ara

thiw

at

2 Inte

llige

nce w

ork

by the a

uth

ori

ties a

nd p

repara

tio

ns to d

ea

l w

ith d

em

onstr

ations, a

nd n

egotiations w

ith

dem

onstr

ato

rs

3 U

se o

f fo

rce to

bre

ak u

p th

e d

em

onstr

atio

n

4 L

oadin

g o

f arr

este

d p

rote

ste

rs o

n t

o m

ilita

ry tru

cks

5 T

ransp

ort

ation o

f arr

este

d p

rote

ste

rs fro

m T

ak B

ai to

the

In

gka

yuth

mili

tary

ca

mp

in

Patta

ni’s

No

ng C

hik

dis

tric

t 6 U

nlo

ad

ing

pro

teste

rs fro

m t

he m

ilita

ry tru

cks a

t th

e c

am

p

7 D

iscovery

of

de

ad p

rote

ste

rs insid

e t

he tru

cks, th

e fili

ng o

f dea

th r

ep

ort

s a

nd takin

g c

are

of

de

tain

ees

8 R

esults o

f th

e p

ost-

mort

em

s o

n s

eve

n p

eople

kill

ed d

uri

ng t

he d

isp

ers

al of

dem

onstr

ato

rs, a

nd o

n 7

8 d

eta

inees w

ho

Page 112: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

96

die

d o

n th

e tru

cks. T

he r

esults o

f dru

g t

ests

on d

eta

ine

es.

9 L

egal pro

ce

edin

gs a

ga

inst d

eta

ine

es

10 R

em

ed

y p

rocess: G

overn

me

nt’s d

ealin

g w

ith t

he inju

red

an

d k

ille

d a

s w

ell

as d

eta

ine

es’ b

elo

ngin

gs.

Dem

on

str

ati

on

Peop

le g

ath

ere

d in fro

nt

of T

ak B

ai d

istr

ict

polic

e s

tatio

n o

n O

cto

ber

25, 2

00

4 to

de

ma

nd t

he r

ele

ase o

f six

su

spects

w

ho w

ere

de

fence v

olu

nte

ers

of

a v

illage

and w

ere

ch

arg

ed w

ith

giv

ing s

tate

gu

ns to m

ilita

nts

. S

ecurity

forc

es’

atte

mpt

to h

ave t

he d

em

onstr

ato

rs d

isp

ers

e faile

d.

It w

as late

r d

iscovere

d fro

m d

eta

ine

d p

rote

ste

rs that som

e o

f th

em

co

uld

not le

ave t

he

rally

’s locatio

n b

ecau

se the

y

were

blo

cked b

y th

e d

em

onstr

ation lea

ders

as w

ell

as b

ein

g s

urr

ound

ed b

y s

ecurity

forc

es.

More

over,

man

y d

em

onstr

ato

rs d

id n

ot

he

ar

the s

ecuri

ty f

orc

es, re

ligio

us lea

ders

or

their r

ela

tives w

ho c

am

e to t

he

rally

’s location

to a

sk them

to d

isp

ers

e.

This

was b

eca

use w

he

n t

he a

uth

orities, re

ligio

us lea

ders

an

d r

ela

tive

s s

poke

thro

ugh a

loudsp

eake

r, o

rga

nis

ers

of

the

pro

test

wou

ld b

oo a

nd jeer.

A

t 3:1

0p

m, som

e d

em

onstr

ato

rs trie

d to

bre

ak thro

ug

h th

e b

arr

ier

to g

o insid

e th

e d

istr

ict

polic

e s

tation

’s c

om

poun

d.

As a

result,

the

Fourt

h A

rmy r

eg

ion

co

mm

and

er

ord

ere

d th

e d

isp

ers

al of th

e d

em

onstr

ato

rs. A

t th

at

tim

e,

gunfire

was

heard

to t

he

sid

e o

f th

e d

em

onstr

ato

rs a

nd

a p

olic

em

an w

as inju

red. A

vid

eo

tap

e r

ecord

ing

by a

report

er

fro

m th

e

Mass C

om

munic

ation

Org

anis

atio

n o

f T

ha

iland r

eveale

d t

hat

a s

old

ier

fire

d a

warn

ing

shot, b

ut h

is g

un w

as n

ot

aim

ed

at th

e s

ky b

ut hori

zon

tally

. S

evera

l m

ilita

ry o

ffic

ers

late

r e

xp

lain

ed th

at firi

ng

hori

zo

nta

lly w

as a

tactic to f

orc

e th

e

dem

onstr

ato

rs to lie

dow

n.

Tra

nsport

ation o

f d

eta

ined d

em

onstr

ato

rs f

rom

Tak B

ai dis

tric

t p

olic

e s

tation

to t

he

Ing

kayuth

mili

tary

ca

mp in

Patta

ni’s

No

ng C

hik

dis

tric

t

Page 113: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

97

The S

outh

ern

Bord

er

Pro

vin

ces P

eace

-build

ing

Com

ma

nd t

estified t

hat th

ere

were

tw

o c

onvo

ys o

f m

ilita

ry t

rucks. T

he

firs

t convo

y d

ep

art

ed T

ak B

ai at 4.1

5pm

an

d r

each

ed t

he m

ilita

ry c

am

p a

t 7.3

0pm

. T

he

se

cond c

onvo

y left T

ak B

ai a

t 7pm

an

d r

eached t

he

destin

atio

n a

t 1

0pm

. B

ut a d

river

[nam

e w

ithhe

ld]

of a

tru

ck, on w

hic

h 2

3 d

ead b

odie

s w

ere

fo

un

d, te

stifie

d t

hat

his

tru

ck left

Tak B

ai at

5pm

an

d r

eached t

he

mili

tary

cam

p a

t 10

pm

. A

noth

er

drive

r [n

am

e w

ithh

eld

] of

a tru

ck, on w

hic

h 2

1 d

ead b

odie

s w

ere

fo

un

d, said

he left T

ak B

ai an

d r

eached

th

e c

am

p a

t n

earl

y t

he s

am

e t

ime.

A s

ub-c

om

mitte

e in c

harg

e o

f dete

rmin

ing t

he f

acts

and e

vid

ence

learn

ed

fro

m d

eta

ine

d p

rote

ste

rs th

at th

e f

irst tr

uck

left t

he T

ak B

ai po

lice

sta

tion a

t 3.4

0p

m a

nd r

each

ed t

he c

am

p a

t 5.4

0p

m. T

he d

eta

ine

es s

aid

so

me tru

cks le

ft th

e

polic

e s

tation a

t 6

pm

and r

eache

d t

he c

am

p a

t 9p

m a

nd s

om

e le

ft the

po

lice s

tatio

n a

t 9pm

an

d r

eached t

he

cam

p a

t 2am

the

follo

win

g d

ay.

The d

eta

inees a

lso t

estified t

ha

t d

urin

g th

e journ

ey w

he

n d

eta

ine

es c

alle

d for

help

, th

ey w

ere

assaulted b

y g

uard

s

wh

o u

sed

either

a r

ifle

bu

tt o

r a b

ato

n. S

om

e s

old

iers

als

o k

icked o

r sto

mp

ed o

n t

he d

eta

ine

es. D

eta

ine

es a

lso

said

som

e s

old

iers

tre

ate

d d

eta

inees v

ery

we

ll d

uring

th

e journ

ey.

The

su

b-c

om

mitte

e inte

rvie

wed

92 d

eta

inees a

nd n

earl

y

all

of th

em

testified

th

at th

ey w

ere

ord

ere

d t

o lie

face d

ow

n o

n to

p o

f o

ne a

no

ther

duri

ng

tra

nsp

ort

atio

n. T

he

y r

eache

d

the c

am

p in t

he s

am

e face

-do

wn, pro

ne p

ositio

n. B

ut

one

of

the

m w

as a

llow

ed to

sit d

urin

g t

he tri

p.

Lt-

Col W

atc

hara

Sukw

ong,

who w

as a

mo

ng o

ffic

ers

unlo

ad

ing

the d

eta

ine

es, fo

und

about

20 d

ead in a

tru

ck c

arr

yin

g

abo

ut 7

0 d

eta

ine

es. T

he d

eta

ine

es w

ere

lyin

g f

ace d

ow

n w

ith h

ands tie

d b

ehin

d t

he

ir b

ack. C

ol N

op

pa

nan

C

hunpra

dab f

oun

d t

hat d

eta

ine

es w

ere

lyin

g face d

ow

n insid

e th

e first

truck b

ut th

ey d

id n

ot lie

on t

op o

f o

ne a

noth

er.

T

he f

irst

truck h

ad o

ne fata

lity, kill

ed b

y b

ein

g h

it b

y a

hard

obje

ct.

Dis

co

very

of

the d

ead

in

sid

e t

he

milit

ary

tru

cks

1 D

eath

to

ll

A tota

l of

78

de

tain

ed

pro

teste

rs d

ied

durin

g tra

nsport

ation.

The

mili

tary

rep

ort

reve

ale

d d

eta

ils o

f th

e d

eath

s in e

ach

Page 114: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

98

truck a

s follo

ws:

Tru

ck w

ith

Arm

y L

ice

nce P

late

No 1

9338

, 21 d

eta

ine

es k

ille

d

Tru

ck w

ith

Arm

y L

ice

nce P

late

No 1

9232

, 5 d

eta

inees k

illed

T

ruck w

ith

Arm

y L

ice

nce P

late

No 1

9263

, 6 d

eta

inees k

illed

T

ruck w

ith

Arm

y L

ice

nce P

late

No 1

31

64

, 23 d

eta

ine

es k

ille

d

Tru

ck w

ith

Mari

ne L

icence P

late

No 5

31,

5 d

eta

ine

es k

ille

d

Tru

ck w

ith

Mari

ne L

icence P

late

No 5

256

, one d

eta

ine

e k

ille

d

Tru

ck w

ith

Mari

ne L

icence P

late

No 5

30, six

de

tain

ees k

illed

. E

leven o

ther

deta

ine

es d

ied in tru

cks w

hose lic

ence n

um

bers

co

uld

not

be id

entifie

d.

The f

act-

fin

din

g c

om

mitte

e tri

ed

but

faile

d t

o d

ete

rmin

e th

e o

rde

r of d

epart

ure

an

d a

rriv

al of th

e tru

cks in o

rder

to

dete

rmin

e tra

vel tim

e.

2 N

um

ber

of

deta

ine

es t

ran

sfe

rre

d o

n e

ach

tru

ck

The c

om

mitte

e d

id n

ot get

deta

ils o

n h

ow

man

y d

eta

inees e

ach tru

ck c

arr

ied b

ut o

bta

ine

d t

he f

ollo

win

g info

rmation:

Col N

op

pa

nan C

hu

np

ra-d

ab,

who

to

ok p

art

in u

nlo

ad

ing d

eta

inee

s a

t th

e c

am

p u

ntil 9.3

0p

m, fo

un

d th

at th

e f

irst

truck

was n

ot to

o c

row

ded a

nd t

here

was o

nly

one d

eath

. T

he d

ea

d p

ers

on a

ppe

are

d to h

ave b

ee

n h

it b

y a

hard

obje

ct.

Lt-

Col W

atc

hara

Suk-w

ong t

estified t

hat

a t

ruck c

arr

yin

g a

bo

ut 7

0 d

eta

inees h

ad a

bou

t 20 d

ea

ths.

The S

outh

ern

Bord

er

Pro

vin

ces P

eace

-build

ing

Com

ma

nd r

eport

ed t

o th

e p

rim

e m

inis

ter

tha

t e

ach tru

ck tra

nsp

ort

ed

abo

ut 5

0, 7

0 o

r 90

de

tain

ees. T

he 2

1st tr

uck c

arr

ied 9

0 d

eta

ine

es a

nd t

here

were

23 d

eath

s in th

e tru

ck.

Info

rmation f

ou

nd b

y a

sub

-com

mitte

e o

f th

e fact-

findin

g c

om

mitte

e f

oun

d th

at

each tru

ck c

arr

ied a

bo

ut

60 d

eta

inees,

70 d

eta

ine

es o

r 8

0 d

eta

inees.

Page 115: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

99

3 P

eo

ple

wh

o d

isco

vere

d t

he d

eath

s

When s

old

iers

un

loa

ded d

eta

ine

es fro

m e

ach tru

ck, th

ey fo

und

that som

e d

eta

ine

es w

ere

lyin

g f

ace d

ow

n a

nd n

ot

movin

g. S

old

iers

sho

ok the b

od

ies,

wh

ich

did

not

move,

an

d th

en a

sked a

mili

tary

docto

r, L

ieu

ten

ant Jir

asa

k,

who

w

as tre

ating t

he inju

red, to

check the

m. Jir

asak foun

d th

at th

e m

otio

nle

ss d

eta

inees w

ere

dea

d a

fter

checkin

g t

heir

puls

e a

nd

retinas.

4 T

imes o

f d

eath

The e

xact tim

es o

f th

e d

eta

inees’ de

ath

s a

re n

ot

kn

ow

n.

But

it w

as learn

t fr

om

testim

onie

s th

at th

e d

eta

ine

es d

ied

durin

g tra

nsport

ation f

rom

the T

ak B

ai polic

e s

tation t

o th

e I

ngka

yuth

mili

tary

ca

mp.

5 T

ime w

hen

th

e d

ead

were

dis

co

vere

d

Col N

op

pa

nan C

hu

np

rada

b testifie

d th

at th

e first

death

was d

iscovere

d in t

he f

irst

truck. Late

r at 1

1p

m,

word

sp

rea

d

am

ong t

he s

old

iers

th

at 2

0 m

ore

dea

d w

ere

fou

nd. B

etw

ee

n 1

am

and 2

am

, it w

as r

ep

ort

ed a

mo

ng t

he m

ilita

ry o

ffic

ers

th

at th

e d

eath

toll

had

clim

bed t

o a

bou

t 7

0.

6 H

an

dli

ng

of

tra

nsp

ort

ed

deta

ine

es a

fte

r th

e d

eath

s w

ere

dis

co

vere

d

The f

act-

fin

din

g c

om

mitte

e a

sked m

ilita

ry o

ffic

ers

in c

harg

e o

f tr

ansport

ing

deta

inees w

hy th

ey d

id n

ot re

move

deta

ine

es fro

m th

e o

ther

trucks a

fter

the

de

ath

s in

earl

ier

trucks h

ad b

een d

iscovere

d.

The o

ffic

ers

re

plie

d t

hat

Page 116: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

0

alth

oug

h t

he tru

cks h

ad r

eached

th

e c

am

p,

the

y h

ad t

o g

radu

ally

unlo

ad

on

e tru

ck a

t a

tim

e for

fear

tha

t th

ey w

ould

not

be a

ble

to

contr

ol so m

an

y d

eta

ine

es w

hen t

he

y w

ere

on th

e g

rou

nd a

t th

e s

am

e tim

e.

7 H

an

dli

ng

of

the b

od

ies

Bodie

s o

f th

e d

ea

d d

eta

inees w

ere

se

nt to

a b

uild

ing

for

post-

mo

rtem

s.

Rep

ort

ing

th

e d

eath

s

1 R

ep

ort

ing

in

sid

e t

he In

gka

yu

th m

ilit

ary

ca

mp

Verb

al re

port

s w

ere

mad

e irr

egu

larl

y insid

e th

e m

ilita

ry c

am

p a

bout

the

de

ath

s. C

ol N

oppa

na

n C

hu

npra

dab,

wh

o left

the m

ilita

ry p

riso

n f

or

his

resid

ence insid

e t

he c

am

p a

t 9.3

0p

m,

heard

that

the n

um

ber

of

death

s h

ad

incre

ased b

y 2

0.

Betw

ee

n 1

am

and

2a

m o

n O

cto

ber

26,

it w

as r

eport

ed a

mong

mili

tary

off

icers

tha

t th

e d

eath

to

ll ha

d c

limb

ed

to a

bou

t 70.

2 R

ep

ort

ing

to

hig

he

r au

tho

riti

es

Hig

her

auth

ori

ties r

eceiv

ed r

eport

s a

s follo

ws:

The d

ep

uty

com

man

der

of th

e S

outh

ern

Bo

rder

Pro

vin

ces P

eace

-build

ing C

om

mand

, S

iwa

Sa

eng

ma

nee

re

ceiv

ed a

re

port

at

10a

m o

n O

cto

ber

26 t

hat

a t

ota

l of

78 d

eta

ine

es h

ad d

ied

. T

he t

hen

south

ern

Arm

y c

om

ma

nd

er

testified t

hat

he r

eceiv

ed a

report

at

7.4

5am

on

Octo

ber

26

th

at 7

8 p

eople

ha

d

die

d. H

e s

aid

he left t

he T

ak B

ai p

olic

e s

tation a

t 7

pm

on O

cto

be

r 25 t

o m

eet

the

pri

me m

inis

ter

at th

e R

oya

l P

rincess

Hote

l in

Nara

thiw

at

and w

as g

rante

d a

n a

udie

nce w

ith H

er

Maje

sty

the Q

uee

n. H

e left

the S

outh

ern

Pala

ce a

t 4

am

on

Page 117: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

1

Octo

ber

26

. H

e d

id n

ot re

ceiv

e a

ny r

eport

betw

een 7

pm

on

Octo

ber

25 a

nd

7.4

5a

m t

he f

ollo

win

g d

ay.

But G

en

era

l W

iset K

onguth

aik

ul, d

ep

uty

ch

ief ro

yal gu

ard

of th

e Q

ueen,

testified

th

at th

e s

outh

ern

Arm

y c

om

ma

nd

er

and s

evera

l o

ther

mili

tary

and

civ

ilia

n o

ffic

ers

were

gra

nte

d a

n a

udie

nce a

t 00.3

0a

m a

nd left

at

1.3

0a

m o

n O

cto

ber

26. D

uri

ng

th

e a

udie

nce, it w

as a

lrea

dy h

ea

rd tha

t th

e d

eath

to

ll o

f deta

ine

es h

ad c

limb

ed t

o 7

0. W

ise

t sa

id the

south

ern

Arm

y c

hie

f could

have

used a

mo

bile

ph

on

e d

urin

g th

e a

ud

ience in c

ase o

f a

n e

merg

ency.

Tre

atm

en

t an

d r

eg

istr

ati

on

of

de

tain

ee

s

Deta

inees r

ece

ived H

ala

l fo

od a

nd

wate

r in

sid

e th

e In

gka

yuth

ca

mp. D

eta

ine

es fro

m t

he first

truck r

eceiv

ed

the f

oo

d

and w

ate

r at 8

.30

pm

and t

he r

est

were

gra

dua

lly g

ive

n fo

od a

nd

wate

r. T

he last gro

up r

eceiv

ed f

ood

an

d w

ate

r at

3.3

0am

on O

cto

ber

26.

Deta

inees,

wh

o r

ece

ived m

inor

inju

ries, re

ceiv

ed m

edic

al tr

eatm

ent

at th

e h

ospital in

sid

e t

he m

ilita

ry p

riso

n.

Those

with m

ore

severe

in

juri

es w

ere

sen

t to

the

cam

p’s

mili

tary

hospital. T

hose w

ith c

on

ditio

ns c

onsid

ere

d t

o b

e t

oo s

evere

to

be tre

ate

d a

t th

e c

am

p’s

hospita

l w

ere

se

nt to

the

pro

vin

cia

l ho

spital and

th

e P

rince o

f S

ongkhla

Univ

ers

ity

Hospital.

The p

ost-

mort

em

exa

min

atio

ns o

f vic

tim

s (

seven p

eople

who

we

re k

ille

d w

hen s

ecurity

forc

es d

isp

ers

ed c

row

ds a

t T

ak B

ai polic

e s

tation

, an

d 7

8 o

thers

fo

und

dea

d o

n a

rriv

al at

Ing

kha

yuth

mili

tary

ca

mp

), a

nd

dru

g t

ests

on d

eta

inees:

1 P

ost-

mo

rtem

ex

am

inati

on

s

On the p

ost-

mort

em

exam

ina

tio

ns o

f 85 p

eople

kill

ed a

s a

result o

f th

e d

em

onstr

ation a

t T

ak B

ai p

olic

e s

tation,

an

in

depe

nde

nt co

mm

itte

e h

as r

evie

we

d th

e f

ollo

win

g:

- P

ost-

mort

em

exam

ination r

esults b

y T

ak B

ai p

olic

e s

tatio

n’s

in

vestigato

rs a

nd t

he C

entr

al In

stitu

te o

f F

ore

nsic

S

cie

nce

-

Investiga

tio

n r

eport

by a

fact-

findin

g s

ubcom

mitte

e o

n m

ed

ica

l aspects

-

Investiga

tio

n r

eport

by a

fact-

findin

g s

ubcom

mitte

e a

s w

ell

as c

larifica

tio

ns b

y t

he

Ce

ntr

al In

stitu

te o

f F

ore

nsic

Page 118: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

2

Scie

nce’s

de

puty

dire

cto

r K

hun

yin

g P

orn

thip

Roja

nasu

nan

d,

wh

o c

onducte

d th

e p

ost-

mort

em

exa

min

ations, an

d

Ingka

yuth

Mili

tary

Ca

mp H

ospital’s

actin

g d

irecto

r Lie

ute

na

nt D

r Jirasak Inta

sorn

in h

is c

apacity a

s a

docto

r w

ho

foun

d m

an

y d

eta

ine

es d

ead a

t th

e m

ilita

ry c

am

p.

Results o

f th

e p

ost-

mort

em

exam

ina

tio

ns:

1.1

The p

ost-

mort

em

exa

min

ations o

f 85

vic

tim

s b

y T

ak B

ai polic

e s

tation, N

ong C

hik

polic

e s

tatio

n a

nd C

entr

al

Institu

te o

f F

ore

nsic

Scie

nce.

1.1

.1 R

ep

ort

by investigato

rs a

t T

ak B

ai polic

e s

tation

, N

ara

thiw

at,

wh

ich looked

into

th

e d

eath

s o

f th

e s

even

dem

onstr

ato

rs. S

ix v

ictim

s d

ied a

t th

e p

rote

st site,

wh

ile t

he

se

venth

die

d a

t N

ara

thiw

at R

atc

ha

nakari

n H

ospita

l.

Polic

e o

ffic

ers

, a

dm

inis

trative o

ffic

ers

(an a

ssis

tant dis

tric

t off

ice

r of T

ak B

ai D

istr

ict O

ffic

e a

nd a

n a

ssis

tant

dis

tric

t offic

er

of M

uan

g N

ara

thiw

at D

istr

ict

Off

ice),

and p

ublic

pro

secuto

rs c

onducte

d t

he

auto

psie

s b

etw

een 4

pm

and 5

pm

on O

cto

ber

25

, 2

004

. T

heir a

uto

psy r

eport

said

the s

eve

n p

rote

ste

rs d

ied

of

gu

nshot

wo

un

ds.

1.1

.2 A

: T

he p

ost-

mort

em

exa

min

ations o

n t

he 7

8 p

eo

ple

wh

o d

ied w

hile

be

ing t

ransfe

rre

d fro

m T

ak B

ai polic

e s

tation

in

Nara

thiw

at to

th

e In

gka

yuth

mili

tary

ca

mp

in P

atta

ni’s

No

ng C

hik

dis

tric

t. A

me

dic

al te

am

fro

m t

he C

entr

al In

stitu

te

of F

ore

nsic

Scie

nce,

Patta

ni H

osp

ital docto

rs, polic

e o

ffic

ers

, a

dm

inis

trative o

ffic

ers

and p

ublic

pro

secuto

rs c

onducte

d

the p

ost-

mort

em

exa

min

atio

ns (

with

out

dis

section o

f th

e d

ead b

od

ies)

betw

een 9

am

and 5

pm

on O

cto

ber

26,

200

4.T

he p

ost-

mort

em

exam

inatio

ns fou

nd th

at:

1 T

hir

ty-t

hre

e p

eople

die

d o

f asph

yxia

tion a

nd p

ressure

on

th

eir c

hests

. 2 F

our

pe

op

le d

ied o

f asph

yxia

tio

n a

s a

result o

f pre

ssure

on t

he

ir c

hests

and a

lso

had

inju

ries c

ause

d b

y b

lunt

obje

cts

. 3 T

en

pe

op

le d

ied o

f asph

yxia

tio

n a

s a

result o

f pre

ssure

on t

he

ir c

hests

. T

he

y h

ad a

lso s

uffere

d s

eiz

ure

s a

s a

result

of a c

hem

ica

l im

ba

lan

ce in t

he b

loo

d a

nd

had inju

ries c

aused

by b

lun

t o

bje

cts

. 4 3

1 p

eople

die

d o

f a

sph

yxia

tion.

Page 119: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

3

B: K

hu

nyin

g P

orn

thip

als

o c

larified to

the

in

dep

end

ent

co

mm

itte

e that:

-

There

was n

o t

race o

f asph

yxia

tion

ca

use

d b

y s

tra

ng

ula

tio

n,

or

by h

avin

g p

lastic w

rappe

d tig

htly a

rou

nd t

he v

ictim

s’

hea

ds. M

ost

bod

ies h

ad s

cle

ra h

ae

morr

hag

e, a

nd h

ad v

eno

us c

ongestion.

- F

asting

was n

ot

the c

ause o

f a

ny o

f th

e d

eath

s,

wh

ich

was r

ath

er

to d

o w

ith t

he s

tan

dard

of h

ea

lth o

f th

e d

eta

inees.

- T

he p

hysic

al pre

ssure

exert

ed o

n d

eta

ine

es fro

m b

ein

g laid

up

on w

as insuffic

ient to

cause d

eath

. 1.2

Investiga

tio

n r

epo

rt b

y a

fact-

find

ing

su

bcom

mitte

e o

n m

edic

al asp

ects

1.2

.1 R

eg

ard

ing t

he

seven p

eop

le k

ille

d a

t T

ak B

ai polic

e s

tation

and

the

on

e w

ho s

usta

ine

d s

eri

ous inju

ries a

nd

late

r die

d in

hosp

ital, th

e r

eport

co

nclu

ded t

ha

t it w

as c

lear

the v

ictim

s d

ied o

f g

unsh

ot

wo

unds c

au

sed b

y b

ulle

ts s

hot fr

om

dis

tance.

1.2

.2 R

eg

ard

ing t

he

death

s o

f th

e 7

8 p

eop

le a

t th

e I

nka

yuth

mili

tary

ca

mp in P

att

an

i, t

he f

act-

find

ing

su

bco

mm

itte

e o

n

med

ical asp

ects

infe

rred t

heir c

auses o

f d

eath

fro

m p

hysic

al e

xa

min

atio

ns c

ond

ucte

d o

n inju

red s

urv

ivo

rs.

Of

the

inju

red v

ictim

s, m

ost

suffere

d c

rush in

juri

es a

nd f

our

als

o h

ad c

om

part

ment syndro

me th

at m

ea

nt th

ey r

eq

uired

urg

ent

opera

tio

ns. M

edic

al specia

lists

said

th

e f

act th

at

the p

rote

sting T

hai M

uslim

s h

ad b

een

fastin

g w

ith

out

food o

r liq

uid

s

for

more

than

12

ho

urs

; th

at th

ey h

ad b

ee

n e

xp

osed t

o th

e s

corc

hin

g s

un;

an

d th

at th

ey h

ad e

xp

erie

nced v

iole

nt

treatm

en

t duri

ng th

e d

em

onstr

ation

, dis

pers

al an

d tra

nsfe

rs o

n o

verc

row

de

d v

eh

icle

s h

ad led

to t

he

ir inju

rie

s. T

he

transfe

rs to

ok m

ore

th

an t

hre

e h

ours

, in

so

me c

ases o

n o

verc

row

ded v

eh

icle

s, causin

g r

ha

bd

om

yoly

sis

as w

ell

as a

chem

ical im

bala

nce in th

e b

loo

d a

nd b

loo

d c

ells

. T

he

im

ba

lance w

as s

o s

evere

that

muscle

s involv

ed w

ith b

reath

ing

could

hard

ly f

unction.

In th

e m

ost severe

ca

ses the v

ictim

s d

ied.

It w

as c

onclu

ded t

hat

the a

bove f

acto

rs c

au

sed the

death

s o

f th

e d

eta

ine

es. F

urt

herm

ore

, th

e a

uto

psie

s o

n th

e 7

8 d

eta

inees w

ho d

ied

on

their w

ay fro

m T

ak B

ai po

lice

sta

tion

in N

ara

thiw

at’s T

ak B

ai d

istr

ict

to I

ngka

yuth

mili

tary

ca

mp

in P

atta

ni’s

No

ng C

hik

dis

tric

t show

ed t

hat

most

death

s w

ere

cause

d b

y a

sp

hyxia

tio

n a

nd p

ressure

on t

he c

hest

and b

reath

ing m

uscle

s. T

here

we

re a

lso

so

me s

igns

of seiz

ure

s a

nd c

hem

ical im

bala

nces in

th

e b

loo

d,

wh

ich

could

ha

ve r

esulte

d in d

eath

. T

here

fore

, th

e s

ubco

mm

itte

e

conclu

de

d th

at

all

78 d

eta

ine

es d

ied o

f th

e s

am

e c

ause -

rha

bdo

myo

lysis

, w

hic

h c

auses a

bn

orm

al bre

ath

ing

. W

hen

couple

d w

ith th

e s

hort

age o

f fo

od

an

d w

ate

r and

lo

ng e

xposure

to

sw

elterin

g h

eat,

th

e c

ond

itio

n c

an r

esult in d

eath

.

Page 120: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

4

2 D

rug

test

resu

lts

T

he f

act-

fin

din

g s

ubcom

mitte

e o

n m

ed

ica

l aspects

re

port

ed t

he r

esults o

f dru

g tests

carr

ied o

ut

on d

eta

ine

es a

t In

gka

yuth

mili

tary

ca

mp,

inju

red

vic

tim

s fro

m th

e T

ak B

ai in

cid

en

t an

d th

ose w

ho

die

d w

hile

in d

ete

ntion

as f

ollo

ws:

2.1

Of

1,0

93 s

ub

jects

fro

m d

eta

ine

es a

t th

e m

ilita

ry c

am

p, 1

3 teste

d p

ositiv

e f

or

dru

gs.

De

tails

are

: 2.1

.1 E

ight sub

jects

teste

d p

ositiv

e f

or

meth

am

phe

tam

ine

s

2.1

.2 O

ne s

ubje

ct te

ste

d p

ositiv

e f

or

ephe

dri

ne

2.1

.3 O

ne s

ubje

ct te

ste

d p

ositiv

e f

or

Be

nzo

2.1

.4 T

wo s

ubje

cts

te

ste

d p

ositiv

e for

TH

C (

mariju

ana)

2.2

Of

the 1

3 inju

red

subje

cts

teste

d a

t P

att

ani H

ospita

l, o

ne

teste

d p

ositiv

e f

or

morp

hin

e.

2.3

Of

the 7

8 d

eta

ine

es foun

d d

ea

d a

t In

gka

yuth

mili

tary

ca

mp

, o

nly

40 w

ere

se

lecte

d f

or

dru

g tests

. O

f th

ose, tw

o

teste

d p

ositiv

e f

or

dru

gs: one

for

ep

hedri

ne

and o

ne for

morp

hin

e. T

he r

esults o

f th

e d

rug t

ests

are

lim

ited,

how

eve

r,

as n

ot

all

the

de

tain

ees w

ho d

ied

were

teste

d.

Th

e i

nd

ep

en

de

nt

co

mm

itte

e’s

fin

din

gs

Was t

he p

rote

st

ou

tsid

e T

ak B

ai D

istr

ict

Po

lice

Sta

tio

n in

Na

rath

iwat

on

Oc

tob

er

25 s

yste

mati

call

y o

rgan

ised

?

Yes. T

here

were

tw

o r

easons th

e p

rote

st

wa

s o

rga

nis

ed:

to c

all

for

the

rele

ase o

f six

vill

ag

e d

efe

nce v

olu

nte

ers

and t

o

pra

y f

or

the

m.

The c

om

mitte

e a

naly

sed the

be

havio

ur

of th

e p

rote

ste

rs b

efo

re a

nd a

fter

the c

rack d

ow

n a

nd fo

un

d th

at th

e p

rote

st

was s

yste

matica

lly o

rgan

ised in th

e s

am

e w

ay a

s e

arlie

r pro

tests

in P

att

ani an

d N

ara

thiw

at.

T

he p

rote

st

lea

ders

in

tention

ally

org

anis

ed t

he p

rote

st

duri

ng t

he M

uslim

ho

ly m

onth

of

Ra

mad

an a

nd p

lan

ne

d to

instig

ate

polic

e a

nger.

A

bout

30

pro

test le

ad

ers

were

in fro

nt o

f th

e c

row

d, th

e r

est

of th

e p

rote

ste

rs w

ere

pers

uaded

to g

ath

er

to g

ive m

ora

le

support

to t

he d

efe

nce v

olu

nte

ers

and

to p

ray f

or

them

. S

om

e join

ed t

he p

rote

st ou

t of

curiosity.

Page 121: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

5

Did

th

e p

rote

ste

rs c

arr

y a

rms?

R

eport

s fro

m t

he S

ou

th-e

rn B

ord

er

Pro

vin

ces P

eace

-build

ing

Co

mm

and a

nd

Lt-

Ge

nera

l P

isarn

Wattana

won

g-k

iri,

com

ma

nder

of th

e F

ourt

h A

rmy R

egio

n a

t th

e tim

e o

f th

e p

rote

st,

co

nclu

de

d t

hat so

me

pro

teste

rs c

arr

ied a

rms. P

olic

e

report

ed t

hat

the

y f

ou

nd b

ulle

ts a

nd a

rms h

idd

en in t

he r

iver.

T

he c

om

mitte

e’s

an

aly

sis

of re

port

s a

nd q

uestion

ing o

f w

itnesse

s led it

to b

elie

ve t

hat

som

e p

rote

st le

aders

carr

ied

arm

s, altho

ug

h th

e n

um

ber

was n

ot

gre

at.

A

polic

em

an w

as w

ou

nde

d a

fter

a s

hot

was fired

fro

m w

here

pro

teste

rs w

ere

gath

ere

d.

If th

ere

had

be

en a

la

rge

num

ber

of arm

s, m

ore

po

lice w

ould

have b

een w

oun

de

d o

r kill

ed

wh

en t

he

y tri

ed t

o d

isp

ers

e p

rote

ste

rs.

Were

th

e m

easu

res u

sed

to

dis

pers

e p

rote

ste

rs a

pp

rop

riate

?

The

y w

ere

ap

pro

pri

ate

. T

here

were

ro

ad

blo

cks p

reventing

pe

ople

fro

m g

oin

g into

Tak B

ai D

istr

ict P

olic

e S

tation a

nd

six

separa

te n

eg

otiations w

ere

und

ert

ake

n t

o try

to g

et

the

cro

wd

to d

isp

ers

e. T

hose n

egotiations involv

ed p

olic

e,

relig

ious lea

ders

and t

he p

are

nts

of th

e s

ix d

eta

ine

d d

efe

nce v

olu

nte

ers

. T

he c

om

mitte

e, h

ow

ever,

no

ted t

hat

ha

d th

e r

oa

dblo

cks b

een e

recte

d e

arlie

r or

more

effectively

, th

ere

wou

ld h

ave

bee

n fe

wer

pro

teste

rs. Lo

udspe

akers

used b

y s

tate

off

icia

ls t

o a

sk p

rote

ste

rs to d

isp

ers

e w

ere

not lo

ud

en

ough.

Were

th

e r

ea

so

ns g

iven

fo

r d

isp

ers

ing

pro

teste

rs o

r th

e m

eth

od

s u

sed

fo

r re

mo

vin

g t

hem

ap

pro

pri

ate

?

The c

om

mitte

e b

elie

ves s

tate

off

icia

ls h

ad

gro

unds to d

isp

ers

e t

he p

rote

ste

rs,

because th

e p

rote

st in

volv

ed

a larg

e

num

ber

of p

eo

ple

. T

he p

rote

st

was p

lan

ned a

nd o

rgan

ise

d. T

he p

rote

ste

rs c

arr

ied s

ticks, sto

nes a

nd m

ay h

ave

ha

d h

idd

en a

rms. S

tate

offic

ials

were

als

o p

laced u

nder

pre

ssure

because o

f th

e le

ngth

of th

e p

rote

st.

H

ow

ever,

th

e c

om

mitte

e d

id n

ot

agre

e w

ith t

he u

se o

f m

ilita

ry R

angers

or

co

nscripte

d m

ilita

ry o

r th

e f

irin

g o

f re

al

bulle

ts t

o c

rack d

ow

n o

n p

rote

ste

rs.

Seven p

rote

ste

rs w

ere

kill

ed [five w

ere

sh

ot in

the h

ead]

and

15

polic

e o

ffic

ers

were

in

jure

d d

uri

ng

th

e c

rack d

ow

n.

About

1,3

70 p

rote

ste

rs w

ere

deta

ined.

Page 122: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

6

Sin

ce p

olic

e a

nd p

rote

ste

rs w

ere

inju

red o

r kill

ed

in

the

cra

ckdow

n,

their c

ases s

hould

be

allo

we

d to

go t

hro

ug

h th

e

justice s

yste

m.

Auto

psie

s r

efu

ted r

ep

ort

s that

pro

teste

rs w

ere

sh

ot

at

poin

t-b

lan

k r

ange.

Was t

he d

ete

nti

on

of

pro

teste

rs a

pp

rop

riate

an

d l

eg

al?

T

here

were

mis

takes a

nd f

law

s in

th

e d

ete

ntion,

beca

use s

tate

off

icia

ls h

ad w

ante

d t

o d

eta

in o

nly

pro

test

lea

ders

. B

ut

after

pro

teste

rs r

em

oved the

ir s

hirts

, o

ffic

ials

could

not

ide

ntify

th

e le

aders

. T

he

y th

en d

ecid

ed t

o d

eta

in a

ll th

e

pro

teste

rs.

Only

four

trucks w

ere

sent to

tra

nsp

ort

pro

teste

rs b

ecause a

uth

orities initia

lly inte

nd

ed

to

arr

est

just th

e lea

ders

. A

ccord

ing t

o m

art

ial la

w,

pro

teste

rs c

an b

e d

eta

ine

d n

o lon

ger

than a

week.

Was t

he d

ecis

ion

to

use a

mil

itary

cam

p i

n P

att

an

i to

deta

in p

rote

ste

rs a

pp

rop

riate

?

It w

as a

ppro

pri

ate

, b

ecause the m

ilita

ry c

am

p in N

ara

thiw

at

wo

uld

not

have b

een

larg

e e

nou

gh t

o h

ouse t

hem

all,

an

d

the P

atta

ni ca

mp a

lso

had

facili

ties t

o tre

at

an

y in

jure

d p

rote

ste

rs.

Was t

he t

ran

sp

ort

of

pro

teste

rs f

rom

Tak

Bai to

th

e c

am

p in

Patt

an

i u

p t

o s

cra

tch

?

The tra

nsport

op

era

tion w

as r

ush

ed a

nd c

arr

ied

ou

t in

a s

tate

of

co

nfu

sio

n.

A tota

l of

28

tru

cks w

ere

pro

vid

ed w

ithou

t know

ing h

ow

man

y p

rote

ste

rs n

eed

ed t

o b

e tra

nsport

ed.

The tru

cks that le

ft fir

st carr

ied o

nly

50 p

rote

ste

rs e

ach,

wh

ile th

e r

est w

ere

heavily

packed.

The c

om

mitte

e fo

und t

hat

pro

teste

rs w

ere

laid

out

on t

op

of

each

oth

er

facin

g d

ow

n in la

yers

of

thre

e t

o fo

ur

on t

he

trucks.

Hig

h-r

ankin

g o

ffic

ials

wh

o o

vers

aw

the tra

nsport

of

pro

teste

rs w

ere

gu

ilty o

f dere

liction o

f d

uty

, as th

ey f

aile

d t

o

ensure

it

was c

arr

ied o

ut sensib

ly.

Seventy

-eig

ht

pro

teste

rs d

ied w

hile

bein

g tra

nsport

ed.

Page 123: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

7

Was t

he t

ime it

too

k t

o t

ran

sp

ort

pro

teste

rs a

cce

pta

ble

?

The tru

cks in w

hic

h 7

7 o

f th

e p

rote

ste

rs d

ied to

ok s

om

e f

ive

ho

urs

to tra

vel to

the c

am

p -

an

accepta

ble

tim

e g

ive

n

that

it r

ain

ed a

nd w

as d

ark

. T

here

were

als

o n

ails

and

a b

lockade

left

by m

ilita

nts

on th

e r

oa

ds.

The tru

cks w

ere

forc

ed to s

top fre

qu

ently b

ecause o

f sh

ift ch

ang

es for

security

pers

on

nel and

rum

ours

th

at

mili

tan

ts

were

pla

nnin

g a

n o

pe

ratio

n to

fre

e th

e p

rote

ste

rs.

How

ever,

it

was irr

esponsib

le f

or

securi

ty o

ffic

ials

not to

act sensib

ly w

he

n th

ey fo

und o

ut th

at

pro

teste

rs h

ad d

ied o

n

the tru

cks.

Were

pro

teste

rs t

rea

ted

well a

t th

e m

ilit

ary

ca

mp

in

Patt

an

i?

Yes. D

octo

rs a

nd

nurs

es w

ere

on h

an

d t

o t

reat in

jure

d p

rote

ste

rs.

Are

an

y p

rote

ste

rs m

issin

g?

S

even p

eop

le f

rom

Nara

thiw

at, P

att

ani an

d Y

ala

are

mis

sin

g. Lo

cal offic

ials

must spe

ed u

p investiga

tio

ns to fin

d t

heir

wh

ere

abo

uts

. T

he

y m

ust als

o p

rovid

e m

ora

l supp

ort

to

rela

tives o

f th

e m

issin

g.

Wh

o m

ust

tak

e r

esp

on

sib

ilit

y f

or

the c

rackd

ow

n a

nd

th

e t

ran

sp

ort

ati

on

of

pro

tes

ters

?

The c

om

mitte

e fo

und t

hat

Maj-

Genera

l C

ha

lerm

cha

i W

iroonph

et, t

hen

co

mm

an

der

of th

e F

ifth

Infa

ntr

y D

ivis

ion

, is

re

sponsib

le f

or

both

incid

en

ts.

He w

as n

ot

at th

e s

ce

ne t

o o

vers

ee t

he

op

era

tio

n to

th

e e

nd. In

ste

ad,

he left

th

e s

cene

at 7.3

0pm

witho

ut

an

accepta

ble

excuse, to

mee

t th

e p

rim

e m

inis

ter

in N

ara

thiw

at.

M

aj-G

enera

l S

inchai N

uts

atit, t

he t

he

n d

ep

uty

co

mm

and

er

of

the

Fourt

h A

rmy R

egio

n,

was a

ssig

ned

to p

rep

are

w

ate

r, f

ood

an

d a

cco

mm

odation

for

pro

teste

rs o

nce th

ey a

rriv

ed

at th

e c

am

p in P

att

an

i.

He faile

d to t

ake a

ny a

ction a

gain

st

offic

ials

who w

ere

in c

on

trol of th

e tra

nsport

of

pro

teste

rs w

hen h

e f

ou

nd th

at

som

e h

ad d

ied o

n t

he

tru

cks.

Page 124: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

10

8

He a

lso d

id n

ot

act in

an

y w

ay t

o h

elp

pro

teste

rs d

eta

ine

d o

n th

e t

rucks. If h

e d

id a

ct, h

e c

ould

have r

ed

uced

the

num

ber

of casualtie

s.

Lt-

Genera

l P

isarn

wa

s the h

igh

est au

thori

ty a

fter

mart

ial la

w w

as im

pose

d.

Altho

ug

h h

e a

ssig

ned

subord

ina

tes to o

vers

ee the

op

era

tion

, it w

as h

is r

esponsib

ility

to m

ake s

ure

the

y s

ucceeded in

carr

yin

g o

ut th

eir t

asks.

When h

e w

as info

rme

d 7

0 p

rote

ste

rs h

ad d

ied o

n th

e tru

cks, he f

aile

d t

o a

ct.

T

he c

om

mitte

e c

onclu

de

d th

e tra

ge

dy t

hat

led t

o 7

8 d

eath

s w

as b

eyond

expecta

tio

ns a

nd w

as n

ot

inte

ntion

al.

Sta

te o

ffic

ials

carr

ied o

ut th

eir

work

un

der

limita

tio

ns t

hat

led to

fla

ws a

nd m

ista

kes, b

ut th

ere

was n

o d

elib

era

te a

ct to

cause d

eath

and

in

jury

.

Page 125: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

109

LAMPIRAN III

Volunter memindahkan mayat pemuda muslim yang terbunuh

dalam pertempuran dengan Petugas Keamanan Thai di Krue Se

Mosque pada 28 April 2004

Sumber: Ron Corben, “Thai Military Steps Up Security in Restive

Muslim Border Provinces”, Voanews.com, 28 April 2017.

(https://www.voanews.com/a/thai-military-steps-up-security-in-

restive-muslim-border-provinces/3829479.html)

Page 126: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

110

Lampiran IV

Tentara Thailand menahan pemuda paska berdemontrasi

Sumber: Connie Levett, “Muslim Rage for 78 Thais herded to

their deaths”, The Sydney Morning Herald, 28 Oktober 2017.

(http://www.smh.com.au/articles/2004/10/27/1098667842425.htm

l)

Page 127: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

111

LAMPIRAN V

Ketua NRC (National Reconciliation Commission) Anand

Panyarachun dalam cover Matichon Weekly pada November

2005

Sumber: Duncan McCargo, Mapping National Anxieties:

Thailand’s Southern Conflict, (Copenhagen: NIAS Press, 2012), h.

69.

Page 128: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

112

LAMPIRAN VI

Masjid Krue Se

Foto Bagian depan Masjid Krue Se

Sumber: Dokumentasi Pribadi Dr. Amelia Fauzia

Page 129: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

113

LAMPIRAN VII

Masjid Krue Se

Foto Bagian Samping Masjid Krue Se

Sumber: Dokumentasi Pribadi Dr. Amelia Fauzia

Page 130: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

114

LAMPIRAN VIII

Denah Masjid Krue Se

Sumber: Dokumentasi Pribadi Dr. Amelia Fauzia

Page 131: Dampak Kebijakan Pemerintah Pusat di Thailand Selatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42462/1/...pengesahan panitia ujian skripsi yang berjudul dampak kebijakan

115

LAMPIRAN IX

Sejarah Masjid Krue Se

Sumber: Dokumentasi Pribadi Dr. Amelia Fauzia