dampak kebijakan pemberian bantuan sosial (bansos

103
DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN PADDUPPA KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO AVRILIYANTI Nomor Stambuk: 10561 03999 11 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

1

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS)

TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN PADDUPPA

KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO

AVRILIYANTI

Nomor Stambuk: 10561 03999 11

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

2

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS)

TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN PADDUPPA

KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

AVRILIYANTI

Nomor Stambuk : 10561 03999 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN LMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 3: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

3

ii

Page 4: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

4

iii

Page 5: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

5

iv

Page 6: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

6

ABSTRAK

AVRILIYANTI (2015).Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos)

Terhadap Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo.Skripsi Dibimbing Oleh (Parakkasi Tjaija dan Muhammad

Tahir).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang

ditimbulkan dari kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap

masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo

dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dari kebijakan

pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat miskin di Kelurahan

Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan secara

deskriptif tentang pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat miskin

di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Sumber data adalah

data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini terdapat informan

utama yang terdiri dari empat belas orang. Teknik analisis data dengan

menganalisa hasil olahan data tersebut diinterprestasikan dalam bentuk narasi.

Sedangkan dalam pengabsahan data menggunakan triangulasi dan mengadakan

memberchek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak positif dari kebijakan

pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin seperti dapat memberikan

perlindungan sosial melalui bedah rumah, membantu masyarakat dalam bekerja

untuk memberdayakan hidupnya, memberikan bantuan pengobatan secara gratis,

dan membantu korban bencana alam. Sedangkan dampak negatif seperti mendidik

hidup malas, rentan konflik, dan mendidik hidup konsumtif. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi dari kebijakan pemberian bantuan sosial seperti anggaran

atau dana, koordinasi dengan bidang-bidang tertentu, dan keaktifan masyarakat.

Keyword: Dampak Kebijakan, Pemberian Bantuan Sosial.

v

Page 7: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

7

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur Alhamdulliah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, salawat dan salam tercurahkan

kepada nabi segala zaman yang menjadi rahmat petunjuk bagi umat manusia dan

seluruh sahabat dan keluarganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Terhadap

Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

vi

Page 8: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

8

4. Bapak Drs. H. Parakkasi Tjaija, M.Si selaku Pembimbing I dalam penulisan

skripsi ini, yang dengan keikhlasan, pengertian, dan kesediaan sudi

melapangkan waktu di tengah kesibukan untuk mengarahkan, membimbing,

dan mengoreksi penulisan skripsi ini hingga terselesaikan dalam penyusunan

proposal sampai penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Muhammad Tahir, M.Si selaku Pembimbing II dalam penulisan

skripsi ini, yang dengan keikhlasan, pengertian, dan kesediaan sudi

melapangkan waktu di tengah kesibukan untuk mengerahkan, membimbing,

dan mengoreksi penulisan skripsi ini hingga terselesaikan dalam penyusunan

proposal sampai penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Pemerintah Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo yang

telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 di Jurusan Ilmu Administrasi

Negara terkhusus kelas B yang telah bersama-sama berusaha keras dan penuh

semangat dalam menjalani studi baik suka maupun duka. Kebersamaan ini

akan menjadi sebuah kenangan yang indah yang tidak akan dilupakan.

9. Sahabat-sahabat penulis Fatmawati, Asrul Rakhmatsyah Risal,S.Sos, Sitti

Nurjannah, Herlinda yang telah bersama-sama berjuang serta tidak henti-

hentinya memberikan semangat untuk selesainya karya tulis ini.

10. Ayahanda Agustamin, sebagai inspirasi terbesar dalam perjalanan hidup saya

vii

Page 9: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

9

dan Ibunda Hasnani S.pd., sebagai pemberi kebahagiaan terikhlas dan

terbesar, memberikan dorongan, nasehat, dan doa selama hidup saya, tidak

lupa juga, ucapan terima kasih pantas dilayangkan kepada kakanda Anita

Safitri S.pd, dan Adinda Abdul Azis Husaini, sebagai penyemangat dalam

hidup saya. Dan seluruh keluarga besar saya yang selalu ikhlas memberikan

segalanya, terutama kepada A.Fatmawati Ariadi saya mengucapkan banyak

terima kasih.

Semoga semua kebaikan, ketulusan, dan keikhlasan ini menjadi amal berguna

dan memperoleh balasan seimbang. Dan semoga karya yang jauh dari kata

sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembacanya.

Makassar, Mei 2015

Penulis,

Avriliyanti

viii

Page 10: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

10

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

PENERIMAAN TIM ................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............. iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Konsep Dampak ...................................................................... 8

2. Kebijakan Publik ..................................................................... 9

3. Evaluasi Kebijakan Publik ...................................................... 12

4. Tujuan Evaluasi Dampak Kebijakan ....................................... 17

5. Tugas Evaluasi Dampak Kebijakan ........................................ 17

6. Tipe dan Metode Evaluasi Dampak Kebijakan ........................ 18

7. Dimensi Evaluasi Dampak Kebijakan .................................... 19

8. Langkah Evaluasi Dampak Kebijakan ..................................... 20

9. Pengertian Bantuan Sosial (BANSOS) ................................... 21

10. Tujuan Bantuan Sosial ............................................................. 23

11. Pengertian Kemiskinan ........................................................... 24

12. Dimensi Kemiskinan ............................................................... 28

B. Kerangka Pikir .............................................................................. 29

C. Fokus Penelitian ............................................................................ 32

D. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................ 32

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian .......................................................... 34

B. Jenis dan Tipe penelitian ............................................................... 34

C. Sumber Data .................................................................................. 34

D. Informan Penelitian ....................................................................... 35

E. Teknik Pengumpulan data ............................................................. 37

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 38

G. Keabsahan Data ............................................................................. 39

ix

Page 11: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................ 41

1. Sejarah dan Letak Kantor Kelurahan Padduppa .................... 41

2. Visi dan Misi Kelurahan Padduppa ......................................... 41

3. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kelurahan Padduppa .. 44

B. Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial .............................. 51

1. Dampak Positif ........................................................................ 51

2. Dampak Negatif ...................................................................... 64

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Bansos ................ 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 72

B. Saran .............................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 74

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x

Page 12: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

12

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Tabel Informan .............................................................................. 36

xi

Page 13: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 31

2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Padduppa ............. 50

xii

Page 14: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang tidak merata di negara-negara berkembang saat ini,

termasuk Indonesia meninggalkan permasalahan dengan tingginya angka

kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga

harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan

memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional.

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan

pengangguran, keterbelakangan dan keterpurukan. Masyarakat miskin lemah

dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan

sosial ekonomi.

Seperti yang tercantum dalam (Pembukaan UUD 1945) dan secara lebih

spesifik dimuat dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial pasal 19,20,21 tentang Penanggulangan Kemiskinan yang

isinya: “Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program dan kegiatan

yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang

tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan

(income) dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

Oleh karena itu, seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya

berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin.

Page 15: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

2

Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu

sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan

adalah masalah yang sangat kompleks, baik dari faktor penyebab maupun dampak

yang ditimbulkannya. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah

untuk mencari solusi apa yang harus dilakukan agar dapat menekan angka

kemiskinan, dan dalam penanggulangan persoalan kemiskinan maka pemerintah

memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.

Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan salah satu prioritas

pembangunan bidang sosial terutama perlindungan terhadap mereka yang

termasuk ke dalam kelompok penduduk miskin. Perlindungan dan kesejahteraan

sosial di Indonesia diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial dan jaminan sosial.

Bantuan sosial (BANSOS) adalah pemberian bantuan berupa uang, barang

dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

yang sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif yang bertujuan

untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial

tersebut menjadi salah satu jenis belanja daerah yang mengundang perhatian

banyak pihak. Bantuan sosial menjadi menarik karena banyak pihak yang

membutuhkan terutama masyarakat miskin. Masyarakat membutuhkannya untuk

kepentingan sosial dan kesejahteraan.

Keinginan masyarakat di era keterbukaan sekarang ini untuk mendapatkan

pelayanan publik yang professional dan berkualitas sudah menjadi tuntutan yang

tak terelakkan bagi pemerintah. Namun keinginan tersebut kadang tidak sesuai

Page 16: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

3

dengan harapan masyarakat karena perilaku dari birokrat yang kadang berbelit–

belit, lambat, mahal dan melelahkan, hal ini menjadi ironi karena di sisi lain

pemerintah sedang melakukan reformasi birokrasi. Dalam rangka menjalankan

dan memelihara fungsi pemerintahan daerah di bidang kemasyarakatan dan

kesejahteraan masyarakat, pemerintah daerah dapat menganggarkan pemberian

bantuan sosial kepada kelompok atau anggota masyarakat.

Upaya menetapkan kebijakan anggaran untuk bantuan sosial harus

mempertimbangkan rasionalitas dan kriteria yang jelas dengan memperhatikan

asas manfaat, keadilan, kepatutan, transparan, akuntabilitas dan kepentingan

masyarakat luas. Penyediaan anggaran untuk bantuan sosial harus dijabarkan

dalam rincian obyek belanja sehingga jelas penerimanya serta tujuan dan sasaran

penggunaannya.

Kebijakan merupakan hal yang identik dengan masalah organisasi,

organisasi yang dimaksud meliputi organisasi pemerintah secara umum,maupun

yang ada dalam pemerintah serta organisasi non pemerintah atau organisasi sektor

swasta. Sebagai suatu dimensi yang ada dalam bidang administrasi publik

kebijakan mempunyai peran yang penting dalam menentukan hal-hal apa yang

harus diberikan kepada publik dalam hal penentuan suatu formulasi dalam rangka

pemecahan sesuatu yang dianggap menjadi kesenjangan publik.

Kegiatan pemberian bantuan sosial tersebut merupakan wujud dari

kebijakan sosial, karena berupa pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh

pemerintah yang memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan

masyarakat. Kegiatan pemberian bantuan sosial tersebut dilaksanakan dengan

Page 17: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

4

tujuan untuk mengatasi sebagian masalah kemiskinan dengan mempertahankan

taraf kesejahteraan sosial dan atau mengembangkan kemandirian serta untuk

menjaga kinerja sosial yang telah tercapai agar tidak menurun kembali.

Peraturan Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

mengatasi masalah sosial ekonomi dan bantuan sosial yang menyentuh langsung

untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat miskin masih mengalami kendala

di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Sehingga muncul

beberapa dampak seperti mendidik hidup malas, terjadinya rentan konflik, dan

mendidik hidup konsumtif dalam pemberian bantuan sosial.

Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian

bantuan sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah

Kabupaten Wajo. Pasal 24,25, dan 26 tentang tujuan pemberian bantuan sosial

yang juga diharapkan mampu memberikan dampak dalam berbagai aspek. Sejalan

dengan hal tersebut, Tjokroamidjojo (2002:129) berpendapat bahwa, dampak

adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik direncanakan maupun

tidak direncanakan. Dampak senantiasa timbul dari suatu kegiatan, apapun

kegiatan yang dilaksanakan. Sebuah kebijakan, mau tidak mau pastilah

menimbulkan dampak, baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak positif

dimaksudkan sebagai dampak yang memang diharapkan akan terjadi akibat

sebuah kebijakan dan memberikan manfaat yang berguna bagi lingkungan

kebijakan sedangkan dampak negatif dimaksudkan sebagai dampak yang tidak

memberikan manfaat bagi lingkungan kebijakan dan tidak diharapkan terjadi.

Page 18: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

5

Penelitian evaluasi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui hasil

pada kegiatan pemberian bantuan sosial. Dalam kebijakan ini diperlukan sebuah

evaluasi dampak, sehingga dapat diketahui dampak positif dan negatif, serta

faktor yang mempengaruhi yang diterima oleh masyarakat miskin.

Sebagaimana yang nampak pada hasil observasi awal bahwa di Kelurahan

Padduppa memang memberikan bantuan sosial bagi masyarakat miskin. Selain

menyalurkan bantuan langsung tunai dan raskin yang merupakan program

nasional pemerintah, tetapi pihak Kelurahan Padduppa juga menyalurkan bantuan

sosial seperti penyediaan pupuk dan bibit unggul, kartu sehat untuk pengobatan

gratis, bantuan korban bencana alam, dan bantuan bedah rumah untuk rumah tak

layak huni. Semua bantuan sosial tersebut diharapkan dapat membantu

meringankan beban bagi masyarakat miskin khususnya yang berdomisili di

Kelurahan Padduppa. Hal ini yang menarik untuk peneliti untuk mengkaji sejauh

mana dampak dari kebijakan pemberian bantuan sosial tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengangkat judul

“Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Terhadap Masyarakat

Miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah, yaitu:

1. Bagaimana dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari pelaksanaan

kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin di

Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo?

Page 19: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

6

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pemberian

bantuan sosial terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa

Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari

pelaksanaan kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin

di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan

pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin di Keluharan

Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Berkaitan dengan pengembangan ilmu kebijakan dan ilmu administrasi

Negara khususnya.

b. Diharapkan menjadi acuan atau referensi bagi mahasiswa serta menambah

wawasan pengetahuan dan keilmuan dan akademisi yang ingin mengetahui

dan mendalami sejauh mana dampak kebijakan pemberian bantuan sosial

terhadap masyarakat miskin.

Page 20: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

7

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Pemerintah

Diharapkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak

pemerintah daerah khususnya dalam pemberian bantuan sosial dalam upaya

menciptakan dampak-dampak positif bagi masyarakat.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan agar masyarakat dapat menggunakan bantuan tersebut

dengan sebaik-baiknya.

c. Bagi Mahasiswa/Peneliti

Untuk memenuhi kewajiban utama sebagai mahasiswa serta menambah

wawasan pengetahuan dan keilmuan, terkait dengan pengembangan ilmu

kebijakan.

Page 21: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

8

Page 22: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian, Konsep dan Teori

1. Konsep Dampak

Secara umum pengertian dampak identik dengan pengertian pengaruh atau

akibat yang timbul baik disengaja maupun tidak disengaja, dikehendaki atau tidak

dikehendaki terjadi dalam suatu kegiatan. Dampak yang sifatnya negatif

cenderung ditolak, namun dampak yang bersifat positif biasanya diharapkan.

Tjokroamidjojo (2002:129) mengemukakan bahwa dampak adalah akibat

yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik direncanakan maupun tidak

direncanakan. Dampak senantiasa timbul dari suatu kegiatan, apapun kegiatan

yang dilaksanakan. Jika mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh

Tjokroamidjojo tersebut, suatu dampak atau pengaruh tidak akan diketahui apakah

sifatnya positif ataupun negatif. Meskipun demikian, dampak diramalkan dan

dikondisikan sebelum suatu tindakan dilakukan sehingga dapat disusun rencana-

rencana yang sistematis untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang tidak

diinginkan terjadi.

Dampak atau akibat adalah merupakan suatu yang harus terjadi yang dapat

menyebabkan adanya perubahan yang diinginkan. Dari pemahaman tersebut

diketahui bahwa dalam skala yang lebih luas dapat menyebabkan perubahan

dalam suatu daerah baik dalam lingkup yang terbatas maupun dalam lingkup yang

lebih luas. Dampak terdiri dari dua aspek penting yaitu:

8

Page 23: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

9

1. Dampak Primer

Merupakan perubahan lingkungan yang disebabkan secara langsung oleh

suatu kegiatan pembangunan, yang meliputi dampak terhadap pola produksi

pendapatan, penggunaan lahan, tenaga kerja, teknologi, modal, kegiatan

perekonomian masyarakat, sarana dan prasarana transportasi, pada konsumsi

barang dan jasa, perumahan, kesehatan, dan pendidikan.

2. Dampak sekunder

Suatu perubahan lingkungan yang secara tidak langsung dari suatu

pembangunan yaitu perubahan yang terjadi sebagai kelanjutan dari dampak primer

yang meliputi pembangunan terhadap sosial budaya masyarakat. Jadi, telah

mengenai dampak bertujuan untuk mengkaji akibat-akibat suatu kebijakan, atau

dengan kata lain mencari jawaban apa yang terjadi sebagai akibat implementasi

kebijakan tertentu dan membahas antara cara yang digunakan dengan hasil yang

dicapai.

2. Kebijakan Publik

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai

bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan

sebagainya. Setiap sistem politik membuat kebijakan publik, bahkan dapat

dikatakan bahwa produk utama dari sistem dan proses politik adalah kebijakan

publik. Karena menurut penulis kebijakan publik adalah keputusan suatu sistem

politik untuk mengelolah suatu masalah atau memenuhi suatu kepentingan,

dimana pelaksanaan keputusan tersebut membutuhkan dikerahkannya sumber

daya milik semua warga sistem politik tersebut. Bentuk-bentuk kebijakan publik

Page 24: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

10

di Indonesia beraneka ragam mulai dari UUD, Kepres, Permen, Perda, Perdes atau

Peraturan RT (Rukun Tangga). Jadi, kebijakan publik itu sangat beragam,

sebanyak jumlah level pemerintahan dikalikan jumlah policy makersnya dikalikan

jenis masalah yang hendak ditangani oleh kebijakan tersebut.

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009:19) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “is whatever government choose to do or not or not to

do”(apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).

Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan

“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat

publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu

juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang

sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu).

“Publik itu sendiri berisi aktivitas manusia yang di pandang perlu untuk

diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya

tindakan bersama” (Parsons, 2008:2-3). Membicarakan atau mendiskusikan

tentang kebijakan publik, terlebih dahulu mengetahui apa makna dari gagasan

tentang publik dan menjelaskan perkembangan konsep kebijakan publik. Hal ini

penting karena ide tentang publik terus mengalami perubahan yang cukup berarti

di lapangan.

James E. Anderson dalam Subarsono (2006:2) mendefinisikan kebijakan

publik “sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan pemerintah”. Sesuai

pandangan Harold Laswell dalam Nugroho (2003:4) mendefinisikan “sebagai

Page 25: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

11

suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai

tertentu dan praktek-praktek tertentu.

Carl L. Friedrick dalam Nugroho (2003:4), kebijakan publik adalah

serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana

kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi

sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Kebijakan Publik dalam kepustakaan internasional disebut sebagai publik

policy. Untuk lebih memahami definisi kebijakan publik secara sederhana,

kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan

oleh pemerintah (Nugroho, 2003:4). Nugroho menjelaskan lebih lanjut berkenaan

dengan segala sesuatu, karena kebijakan publik berkenaan dengan setiap aturan

main dalam kehidupan bersama, baik yang berkenaan dengan hubungan antar

warga maupun antara warga dengan pemerintah. Dikerjakan, bagaimana

pekerjaan itu dirumuskan, diterapkan, dinilai hasilnya. Tidak dikerjakan,

keputusan yang diambil untuk tidak dikerjakan dengan kata kunci merupakan apa

yang disebut keputusan. Terakhir adalah pemerintah, karena sebagai pemegang

hak atas kebijakan publik yang mencakup seluruh organisasi suatu Negara.

Chandelr dan Plans dalam Yulianto (2003:8), kebijakan publik adalah

pemanfaatan yang strategisnya terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk

memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kenyataan menunjukkan

bahwa kebijakan itu telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi

pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah publik dan kebijakan publik itu

Page 26: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

12

merupakan suatu bentuk intervansi yang dilakukan secara terus-menerus oleh

pemerintah demi kepentingan kelompok-kelompok yang kurang beruntung dalam

masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam semua bidang

pembangunan dan kemasyarakatan.

Dye yang dikutip Young dan Quinn (2002:5), memberikan definisi

kebijakan publik secara luas, yakni sebagai “whatever governments choose to do

or not to do.”

3. Evaluasi Kebijakan Publik

Tahapan akhir dari siklus kebijakan adalah evaluasi kebijakan. Kebijakan

yang telah dilaksanakan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana

kebijakan tersebut mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya

dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memperbaiki masalah yang

dihadapi perlu di evaluasi dengan ukuran atau kriteria keberhasilan.

Subarsono (2006:119) mengemukakan bahwa evaluasi adalah “kegiatan

untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau

kebijakan sudah berjalan cukup waktu. Suatu kebijakan yang akan dievaluasi

tidak memiliki batasan waktu yang pasti kapan sebuah kebijakan harus di

evaluasi. Semakin strategis suatu kebijakan maka diperlukan waktu yang panjang

untuk melakukan evaluasi dan sebaliknya, semakin teknis suatu kebijakan maka

evaluasi kebijakan dapat dilakukan dalam kurang waktu relatif cepat semenjak

kebijakan tersebut diterapkan.

Thomas R. Dye dalam Parsons (2008:547) mengemukakan bahwa evaluasi

kebijakan adalah „pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik‟.

Page 27: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

13

Evaluasi Kebijakan publik adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan

empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari

segi tujuan yang ingin dicapai.

Carlos Weiss dalam Parsons (2008:547) mengatakan bahwa evaluasi dapat

dibedakan dari bentuk-bentuk analisis lainnya berdasarkan enam hal adalah:

1. Evaluasi dimaksudkan untuk pembuatan keputusan, dan untuk

menganalisa problem seperti didefinisikan oleh pembuat kebijakan bukan

oleh periset.

2. Evaluasi adalah penilaian karakter. Riset bertujuan untuk mengevaluasi

tujuan program.

3. Evaluasi adalah riset yang dilakukan dalam setting kebijakan, bukan dalam

setting akademik.

4. Evaluasi biaya tidak dipublikasikan

5. Evaluasi seringkali melibatkan konflik antara periset dan praktisi.

6. Evaluasi memungkinkan melibatkan periset dalam persoalan kesetiaan

kepada agen pemberi dana dan penigkatan perubahan sosial.

Wiliam N. Dunn dalam Nugroho (2009:537) mengemukakan bahwa ada tiga

jenis pendekatan terhadap evaluasi implementasi kebijakan, yakni evaluasi semu,

evaluasi formal, evaluasi teoritis. Yang dimaksud dengan evaluasi semu adalah

pendekatan evaluasi dengan menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan

informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan tanpa

menanyakan manfaat atau nilai-nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu,

kelompok, atau masyarakat. Evaluasi formal adalah pendekatan evaluasi yang

Page 28: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

14

Lingkungan Kebijakan

Kinerja Kebijakan

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya

dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan

yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat kebijakan. Evaluasi teoritis

adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil-hasil

kebijakan secara eksplisit yang diinginkan oleh steakholder.

Nugroho (2009:543) mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan adalah

“biasanya bermakna sebagai evaluasi kebijakan dan atau evaluasi kinerja atau

hasil kebijakan. Dalam evaluasi kebijakan publik terdapat empat komponen

kebijakan yang merupakan dimensi kebijakan publik. Dimensi kebijakan publik

sebagai fokus evaluasi kebijakan, yakni perumusan kebijakan, implementasi

kebijakan, kinerja kebijakan, lingkungan kebijakan”.

Untuk lebih jelasnya mengenai evaluasi kebijakan menurut Nugroho (2009:543)

dapat dilihat gambar di bawah ini:

Keempat komponen kebijakan itulah yang menentukan apakah kebijakan

akan berhasil guna atau tidak. Namun, dalam konsep evaluasi sendiri selalu terikut

Perumusan Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Page 29: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

15

konsep kinerja sehingga evaluasi kebijakan pada ketiga wilayah bermakna

kegiatan pasca.

Evaluasi kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna, yaitu evaluasi

formulasi kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan, dan evaluasi lingkungan

kebijakan Nugroho (2009:545-552). Ketiga komponen tersebut yang menentukan

apakah kebijakan akan berhasil guna atau tidak.

Evaluasi formulasi kebijakan mengandung makna bahwa masalah publik

yang akan dipecahkan melalui kebijakan harus sesuai model-model formulasi

kebijakan. Model formulasi kebijakannya sesuai dengan praktik formulasinya

sehingga proses formulasi kebijakan publik tersebut dapat dipertanggungjawabkan

terhadap publik. Evaluasi formulasi kebijakan juga mengandung makna bahwa

muatan kebijakan relevan dengan masalah yang ingin dipecahkan yang berarti

terdapat kesesuaian antara muatan kebijakan dengan masalah serta evaluasi

formulasi kebijakan mengandung makna bahwa secara makro, kebijakan yang

dibuat sesuai dengan kebijakan yang lebih tinggi. Secara mikro, bentuk kebijakan

harus sesuai dengan kebutuhan jenis kebijakan dan secara suku kata, penggunaan

kata mewakili maksud gagasan dan sesuai dengan tata bahasa hukum. Makna

evaluasi kebijakan tersebut merupakan suatu proses penilaian dalam formulasi

kebijakan, apakah formulasi kebijakan dapat dipertanggungjawabkan atau tidak

terhadap publik yang menyangkut dengan masalah publik yang akan dipecahkan.

Evaluasi kebijakan menitikberatkan pada implementasi kebijakan karena

faktor yang menentukan kebijakan berhasil tidaknya adalah pada

implementasinya. Implementasi kebijakan akan memberikan umpan balik bagi

Page 30: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

16

perbaikan kebijakan dan peningkatan kinerja kebijakan. Evaluasi implementasi

kebijakan harus ada kesesuaian antara jenis kebijakan yang diimplementasikan

dengan metode yang digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap kebijakan

yang diimplementasikan.

Evaluasi lingkungan kebijakan menyangkut lingkungan formulasi kebijakan

dan lingkungan implementasi kebijakan yang mengandung makna bahwa perumus

kebijakan memperhatikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi dalam

perumusan kebijakan. Faktor lingkungan menyangkut kepentingan luar yang

dapat memberikan pengaruh besar dalam perumusan kebijakan dan kebijakan

yang dirumuskan tepat sasaran dengan tujuan yang jelas. Implementasi kebijakan

menentukan apakah kebijakan berhasil atau gagal karena dalam

mengimplementasikan kebijakan terdapat faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi. Evaluasi terhadap kebijakan yang diimplementasikan dapat

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebijakan tersebut berhasil dan

faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebijakan tersebut gagal sehingga dapat

memberikan langkah perbaikan untuk peningkatan kinerja kebijakan.

Penilaian Dampak menurut Rossi dan Freeman dalam Parsons (2008:604)

adalah “untuk memperkirakan apakah intervensi menghasilkan efek yang

diharapkan atau tidak. Perkiraaan seperti ini tidak menghasilkan jawaban yang

pasti tapi hanya beberapa jawaban yang mungkin masuk akal”. Tujuan dasar

penilaian dampak adalah untuk memperkirakan efek bersih dari sebuah intervensi

yakni perkiraan dampak intervensi yang tidak dicampuri oleh pengaruh dari

Page 31: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

17

proses dan kejadian lain yang mungkin juga mempengaruhi perilaku atau kondisi

yang menjadi sasaran suatu program yang sedang di evaluasi itu.

4. Tujuan Evaluasi Dampak Kebijakan

Tujuan evaluasi dampak kebijakan adalah untuk mengukur dampak suatu

kebijakan, baik dampak positif maupun dampak negatif (Subarsono, 2008:121).

Lebih lanjut Parsons (2006:604), secara khusus tujuan dasar evaluasi dampak

kebijakan adalah untuk memperkirakan efek bersih dari sebuah intervensi, yakni

perkiraan dampak intervensi yang tidak dicampuri oleh pengaruh dari proses dan

kejadian lain yang mungkin juga mempengaruhi perilaku atau kondisi yang

menjadi sasaran suatu program yang dievaluasi itu. Pada hakikatnya tujuan

evaluasi kebijakan adalah untuk perbaikan, bukan hanya dalam rangka

pembuktian saja.

5. Tugas Evaluasi Dampak Kebijakan

Menurut James P. Lester dan Joseph Stewart (2000) dalam Winarno

(2008:226), evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda:

a. Untuk menilai konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu

kebijakan dengan cara menggambarkan dampak yang diinginkan ataukah

tidak,

b. Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan

standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam meraih dampak

yang diinginkan.

Page 32: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

18

Upaya untuk memenuhi kedua tugas evaluasi tersebut, oleh Charles O.

Jones (1975) dalam Winarno (2008:227) menekankan beberapa langkah kegiatan

yang harus dilakukan dalam suatu evaluasi kebijakan meliputi:

a. Pengkhususkan (specification) meliputi identifikasi tujuan atau kriteria

melalui mana program kebijakan tersebut akan dievaluasi,

b. Pengukuran (measrument) menyangkut aktivitas pengumpulan informasi

yang relevan untuk obyek evaluasi,

c. Analisis adalah penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka

menyusun kesimpulan dan

d. Rekomendasi merupakan penentuan mengenai apa yangharus dilakukan di

masa yang akan datang (Winarno, 2008:226-227).

Selanjutnya, winarno mengatakan bahwa evaluasi kebijakan publik dapat

memberikan pengetahuan menyangkut sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan

dalam meraih dampak yang diinginkan, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk

mengubah atau memperbaiki kebijakan di masa yang akan datang.

6. Tipe dan Metode Evaluasi Dampak Kebijakan

James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe, yaitu:

a. Tipe evaluasi kebijakan sebagai kegiatan fungsional.

b. Tipe evaluasi kebijakan yang mengfokuskan pada bekerjanya kebijakan, dan

c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis yang melihat secara obyektif program-

program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi

masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan

tersebut tercapai (Winarno, 2008:228-229).

Page 33: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

19

Lebih lanjut Winarno (2008:229) mengatakan bahwa evaluasi sistematis

diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak

pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah

masyarakat. Evaluasi sistematis member suatu pemikiran tentang dampak dari

kebijakan dan merekomendasikan perubahan-perubahan kebijakan dengan

mendasarkan kenyataan yang sebenarnya kepada para pembuat kebijakan dan

masyarakat umum.

Penemuan-penemuan alternatif kebijakan dapat digunakan untuk mengubah

kebijakan-kebijakan dan program-program lain di masa depan. Sebagai upaya

pelaksanaan tugas evaluasi dampak kebijakan dengan menggunakan tipe evaluasi

kebijakan sistematis atau juga sering disebut sebagai evaluasi ilmiah, maka

diperlukan suatu metode evaluasi dampak yang tepat.

Menurut Rossi dan Freeman, salah satu metode yang digunakan dalam

evaluasi dampak kebijakan adalah pendekatan kualitatif dan judgemental untuk

mengevaluasi keberhasilan dan kegagalan kebijakan atau program (Parsons,

2006:604).

7. Dimensi Evaluasi Dampak Kebijakan

Menurut Dye (1975) dalam Winarno (2008:232-235) dampak dari suatu

kebijakan mempunyai beberapa dimensi dan semuanya harus diperhitungkan

dalam melakukan evaluasi, yaitu:

a. Dampak kebijakan pada masalah-masalah publik dan dampak kebijakan pada

orang-orang yang terlibat. Dengan demikian, mereka atau individu-individu

yang diharapkan untuk dipengaruhi oleh kebijakan harus dibatasi,

Page 34: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

20

b. Dampak kebijakan kepada keadaan-keadaan atau kelompok-kelompok di luar

sasaran atau tujuan kebijakan,

c. Dampak kebijakan pada keadaan sekarang dan keadaan di masa yang akan

datang,

d. Dampak kebijakan terhadap biaya langsung yang dikeluarkan untuk

membiayai program-program kebijakan publik,

e. Dampak kebijakan terhadap biaya-biaya yang tidak langsung ditanggung oleh

masyarakat atau beberapa anggota masyarakat akibat adanya kebijakan

publik.

8. Langkah Evaluasi Dampak Kebijakan

Pelaksanaan evaluasi dampak kebijakan dengan menggunakan tipe

sistematis (evaluasi ilmiah) dicirikan dengan melakukan beberapa langkah

sistematis pula. Edward A. Suchman yang dikutip oleh Charles O. Jones,

mengemukakan enam langkah dalam kebijakan yakni:

a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi.

b. Analisis terhadap masalah

c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan

d. Pengukuran terhadap tingkat perubahan yang terjadi

e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan

tersebut atau karena penyebab yang lain,

f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak kebijakan

(dalam Winarno 2008:230-231).

Page 35: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

21

9. Pengertian Bantuan Sosial (BANSOS)

Bantuan sosial (Bansos) adalah pemberian bantuan berupa uang atau barang

dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat

yang sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif, yang bertujuan

untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah

kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan

sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat

sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan

bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin

terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

Sistem dan prosedur penganggaran, pemberian dan pertanggungjawaban

belanja bantuan sosial harus ditetapkan dalam peraturan kepala daerah dengan

memperhatikan Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman

pemberian bantuan sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

daerah Kabupaten Wajo. Pasal 24,25, dan 26 tentang tujuan pemberian bantuan

sosial yang juga diharapkan mampu memberikan dampak dalam berbagai aspek.

Pemberian Bansos ini dari keuangan daerah (APBD) diperbolehkan

berdasarkan Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri 21 Tahun

2011. Kedua peraturan tersebut tdk mensyaratkan calon penerima bansos sudah

tercantum dalam APBD yang telah dibahas dan ditetapkan tahun sebelumnya,

sehingga kepala daerah diberi wewenang untuk menetapkn penerimaan besaran

Page 36: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

22

bansos pada tahun berjalan sesuai dengan proposal yang masuk dan kebijakan

kepala daerah.

Bantuan sosial tersebut menjadi salah satu jenis belanja daerah yang

menyedot perhatian banyak pihak. Bukan saja masyarakat/kelompok masyarakat,

Gubernur/Bupati/Walikota, dan anggota DPRD yang berkepentingan dengan

bansos. Bansos menjadi menarik karena banyak pihak yang membutuhkannya.

Masyarakat atau kelompok membutuhkannya untuk kepentingan sosial dan

kesejahteraan. Seperti halnya di Kabupaten Wajo khususnya masyarakat di

Kelurahan Paddupa yang tergolong sebagai masyarakat miskin. Mereka tentu saja

sangat membutuhkan Bansos untuk membantu meringankan beban dan demi

kelangsungan dan kesejahteraan hidup masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa.

Kriteria masyarakat penerima bantuan sosial berdasarkan Peraturan Bupati

Wajo Nomor 32 Tahun 2011 yaitu:

a. Memiiki identitas dan alamat yang jelas dibuktikan dengan KTP, ada kartu

keluarga miskin atau ada keterangan dari Kepala Desa/Lurah bahwa yang

bersangkutan tidak mampu dari segi ekonomi.

b. Berdomisili dalam wilayah administratif Kabupaten Wajo.

c. Ada permohonan kepada Bupati Wajo berupa proposal dilengkapi dengan

Rencana penggunaan bantuan yang ditandatangani oleh yang bersangkutan

diketahui minimal Kepala Desa/Lurah.

d. Ada disposisi persetujuan dari Bupati Wajo kepada SKPD teknis.

e. Ada rekomendasi dari Instansi teknis.

Page 37: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

23

10. Tujuan Bantuan Sosial

Bantuan sosial menjadi menarik karena banyak pihak yang membutuhkan

terutama masyarakat miskin. Masyarakat membutuhkannya untuk kepentingan

sosial dan kesejahteraan. Bantuan sosial sebenarnya merupakan bantuan berupa

uang atau barang seperti beras raskin, bedah rumah, bantuan langsung tunai

(BLT), kartu sehat, dan bantuan bencana alam. Karena itu, bantuan sosial

mempunyai kontribusi yang akan diberikan kepada manusia berupa dampak yang

positif.

Tujuan menurut Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Perlindungan sosial, bertujuan untuk mencegah dan menangani resiko dari

guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat

agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar

minimal.

b. Pemberdayaan sosial, bertujuan untuk menjadikan seseorang atau kelompok

masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

c. Jaminan sosial, bertujuan untuk menjamin penerima bantuan agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

d. Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan

yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak

mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

Page 38: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

24

e. Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk tanggap darurat, dan rehabilitasi.

11. Pengertian Kemiskinan

Di masa krisis ekonomi yang sudah berlangsung lebih dari lima tahun

jumlah orang miskin di Indonesia kembali bertambah sehingga orang-orang yang

berasal dari lapisan menengah, karena terkena PHK ataupun bagi mereka yang

memiliki usaha sendiri menjadi lumpuh atau gulung tikar telah masuk menjadi

lapisan masyarakat miskin sedangkan untuk kembali menjadi kekeadaan semula

mereka dihadapkan pada berbagai kendala yaitu masih terbatasnya peluang usaha

dan kesempatan kerja.

Persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari

berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama

akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi

akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar

rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi

terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan,

dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan

kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan.

Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (6)

huruf e, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap

orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai

sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi

kemanusiaan.

Page 39: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

25

Lewis dalam Budi Rajab (2004:20) kemiskinan adalah ketidak cukupan

seseorang untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya, seperti pangan,

sandang dan papan untuk kelangsungan hidup dan meningkat posisi sosial

ekonominya. Tetapi masalahnya adalah sumber-sumber daya material yang

dimiliki masyarakat miskin keadaanya sangat terbatas hanya dapat digunakan

untuk memepertahankan kehidupan fisiknya dan tidak memungkinkan untuk

dapat meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Hamongan Ritonga (2004:2) juga mengemukakan pendapatnya

tentang kegagalan-kegagalan program pemerintah dalam menanggulangi

kemiskinan di Indonesia menuruntnya ada dua faktor yang menyebabkan program

penaanggulangan kemiskinan di Indonesia yaitu, “Pertama; program-program

penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya

penyaluran bantuan untuk orang miskin, upaya seperti ini akan sulit meyelesaikan

persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidalah untuk pemberdayaan.

Kedua; kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu

sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada

isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.”

Ritonga beranggapan seperti ini karena program-program penanggulangan

kemiskinan pemerintah selama ini dianggap hanya menimbulkan ketergantungan

masyarakat miskin untuk selalu mendapatkan bantun dari pemerintah bukannya

memberdayakan masyarakat agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,

juga karena pemahaman yang minim tentang berbagai penyebab kemiskinan.

Page 40: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

26

Mar‟ie Muhammad mantan menteri keuangan RI juga mengemukakan

bahwa, “Kemiskinan merupakan ketidak mampuan seseorang, suatu keluarga atau

sekelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, baik pangan

maupun non pangan, khususnya pendidikan dasar, kesehatan dasar, perumahan

dan kebutuhan transportasi” (Muhamad, 2004:2).

Konsep kemiskinan yang dikemukakan oleh Marie Muhamad ini

menggambarkan ketidak mampuan orang miskin atau suatu kelompok masyarakat

miskin pada kebutuhan-kebutuhan dasarnya dalam konsep tersebut tentunya kita

bisa menarik suatu kesimpulan bagaimana masyarkat miskin berupaya

meningkatkan perekonomiannya jika kebutuhan dasarpun tidak terpenuhi dan

untuk meningkatkan tingkat perekonomian mereka harus mendapat bantuan dan

bantuan itu bukan sekedar bantuan yang berupa materi tetapi berikut kesempatan-

kesempatan dalam dalam memanfaatkan sumber-sumber kapital.

Menurut Semeru dalam Suharto (2004:4), kemiskinan pada umumnya

didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan

keuntungan-keuntunggan non-material yang diterima oleh seseorang. secara luas

kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan

kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Menurut Hendriawan (2003), kemiskinan merupakan masalah pembangunan

yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan.

Masyarakat miskin lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses

yang terbatas kepada kegiatan sosial, ekonomi. Permasalahan kemiskinan sangat

kompleks dan upaya penanggulangannya harus dilakukan secara komprehensif,

Page 41: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

27

mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara

terpadu.

Departemen sosial dan Badan Pusat Statistik sebagai suatu badan yang

berkepentingan langsung dengan masalah kemiskinan merumuskan konsep

kemiskinan bahwa,“Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah

garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan,

yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty

threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap

individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per

orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,

kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya” (BPS

dan Depsos, 2002:4).

Indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Stastik:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah

tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/suangai/air

hujan.

Page 42: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

28

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak

tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali daam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12.Pendidikan tertinggi kepala-kepala rumah tangga yaitu tidak sekolah, tidak

tamat SD atau hanya SD.

13.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,

seperti:sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau

barang modal lainnya.

12. Dimensi Kemiskinan

Dimensi kemiskinan dapat dikategorikan pada empat kategori, yakni:

1. Kemiskinan absolut adalah keadaan miskin yang diakibatkan oleh

ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi

kebutuhan pokoknya, seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan,

transportasi, dll.

2. Kemiskinan relatif adalah keadaan miskin yang dialami individu atau

kelompok dibandingkan dengan kondisi umum atau masyarakat.

3. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap, gaya hidup, nilai, orientasi sosial

budaya seseorang atau masyarakat yang tidak sejalan dengan etos kemajuan

(masyarakat modern).

Page 43: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

29

4. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh

ketidakberesan atau ketidakadilan struktur, baik struktur politik, sosial,

maupun ekonomi yang tidak memungkinkan seseorang atau sekelompok

orang menjangkau sumber-sumber penghidupan yang sebenarnya tersedia

bagi mereka.

B. Kerangka Pikir

Bantuan sosial (BANSOS) adalah pemberian bantuan berupa uang atau

barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau

masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif, yang

bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Berdasarkan Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman

pemberian bantuan sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

daerah Kabupaten Wajo. Adapun pendapat mengemukakan dimensi-dimensi dari

evaluasi dampak kebijakan menurut Dye yaitu, 1) Dampak kebijakan kepada

keadaan-keadaan atau kelompok-kelompok di luar sasaran atau tujuan kebijakan.

Kebijakan ini dinamakan eksternalitas atau dampak yang melimpah seperti

dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dimaksud hasil dari

kebijakan yang keadaannya menimbulkan kebaikan atau memanfaatkan oleh

masyarakat dan dampak negatif hasil dari kebijakan yang keadaannya

menimbulkan keburukan atau merugikan masyarakat.

Berdasarkan dari teori yang diangkat maka penulis mengambil Tujuan

menurut Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tersebut adalah sebagai

berikut:

Page 44: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

30

a. Perlindungan sosial, bertujuan untuk mencegah dan menangani resiko dari

guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat

agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar

minimal. Misalnya, memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah.

b. Pemberdayaan sosial, bertujuan untuk menjadikan seseorang atau kelompok

masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Misalnya, membantu masyarakat

dalam bekerja untuk memberdayakan hidunya.

c. Jaminan sosial, bertujuan untuk menjamin penerima bantuan agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Misalnya, memberikan

bantuan pengobatan secara gratis.

d. Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk tanggap darurat, dan rehabilitasi. Misalnya, membantu korban bencana

alam.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, bahwa dampak kebijakan

Pemberian Bantuan Sosial, dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari

kebijakan tersebut dan faktor yang mempengaruhi yang terjadi dari kebijakan

tersebut.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, penulis akan

menjelaskan mengenai dampak kebijakan pemberian bantuan sosial di Kelurahan

Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo yang dapat dilihat dari bagan

kerangka pikir yaitu:

Page 45: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

31

Gambar 1

BAGAN KERANGKA PIKIR

Dampak Kebijakan

1. Dampak Positif

a. Memberikan perlindungan sosial

melalui bedah rumah

b. Membantu masyarakat dalam

bekerja untuk memberdayakan

hidupnya

c. Memberikan bantuan pengobatan

secara gratis

d. Membantu korban bencana alam

2. Dampak Negatif

a. Mendidik hidup malas

b. Rentan konflik

c. Mendidik hidup konsumtif

Bantuan Sosial

(BANSOS)

Hasil Capaian Dampak

Kebijakan

Faktor-faktor yang

mempengaruhi:

a. Anggaran atau

dana

b. Koordinasi dengan

bidang-bidang

tertentu

c. Keaktifan

masyarakat

Peraturan Bupati Wajo No. 32

Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Bantuan Sosial

Page 46: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

32

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul dan teori yang digunakan, maka fokus penelitian yang

akan diteliti yaitu dampak kebijakan dan faktor yang mempengaruhi kebijakan

pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Paduppa

Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

D. Deskrispi Fokus Penelitian

Berdasarkan dari kerangka pikir di atas, adapun deskripsi fokus penelitian

diantaranya:

1. Berdasarkan Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman

pemberian bantuan sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah Kabupaten Wajo.

2. Bantuan sosial (BANSOS) adalah pemberian bantuan berupa uang atau

barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau

masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif,

yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

3. Dampak positif merupakan pengaruh dari suatu kegiatan yang dijalankan

sehingga menimbulkan unsur kebaikan terhadap masyarakat misalnya dapat

memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah, membantu masyarakat

dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya, memberikan bantuan

pengobatan secara gratis, dan membantu korban bencana alam.

4. Dampak negatif merupakan pengaruh dari suatu kegiatan yang dijalankan,

sehingga menimbulkan unsur keburukan terhadap masyarakat, misalnya

mendidik hidup malas yaitu masyarakat bisa menjadi malas untuk mencari

Page 47: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

33

kebutuhannya sendiri, terjadinya rentan konflik, dan mendidik hidup

konsumtif.

5. Faktor yang mempengaruhi merupakan faktor yang ditimbulkan dari

kebijakan pemberian bantuan sosial (BANSOS), misalnya anggaran atau

dana, koordinasi dengan bidang-bidang tertentu, dan keaktifan masyarakat.

6. Hasil capaian dampak kebijakan suatu hasil yang menunjukkan tingkat

keberhasilan atau kegagalan kegiatan menejemen dalam mencapai tujuan

yang ditetapkan terlebih dahulu.

Page 48: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

34

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 April sampai 1 Juni 2015.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo. Alasan penulis memilih lokasi ini dikarenakan Kelurahan

Padduppa merupakan salah satu kelurahan yang memberikan bantuan sosial

(Bansos) kepada masyarakat miskin.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif

digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi kata-kata

tertulis atau lisan dari informan.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yaitu untuk memberi

gambaran tentang situasi atau fenomena sosial secara detail.

C. Sumber Data

Sehubungan dengan permasalahan penelitian maka data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah:

Page 49: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

35

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara. Observasi

dilakukan oleh penulis dengan mengamati kegiatan-kegiatan mengenai dampak

kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin di Kelurahan

Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Wawancara yaitu data yang

diperoleh langsung dari informan melalui tatap muka langsung dan terbuka

sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tertulis berupa laporan, peraturan dan dokumen

mengenai penerimaan Bantuan Sosial di Kelurahan Padduppa Kecamatan

Tempe Kabupaten Wajo.

D. Informan Penelitian

Adapun informan penelitian mengenai dampak kebijakan pemberian

bantuan sosial di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo yaitu:

Page 50: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

36

TABEL INFORMAN

No Nama Inisial Status Jabatan Jumlah Ket

1 Andi

Parawangsyah A.P

Pemerintah

Kelurahan

Kepala

Kelurahan

Padduppa 1 Laki-Laki

2 Patimah P.H Pemerintah

Kelurahan

KASI

Perekono

mian Kel.

Padduppa

1 Perempuan

3 Hj.Syahruni

Alui S.A

Pemerintah

Kelurahan

Staf

Perekono

mian

Kelurahan

Padduppa

1 Perempuan

4 Muh.Ilham

Akbar M.I

Pemerintah

Kelurahan

Kepala

Lingkunga

n

1 Laki-Laki

5 Abdul Malik

Fattah A.M

Pemerintah

Kelurahan

Kepala

Lingkunga

n

1 Laki-Laki

6 Kunjung K.G Masyarakat Penjual 1 Perempuan

7 Amir HL A.R Masyarakat Penjual 1 Laki-Laki

8 Ida I.A Masyarakat Penjual 1 Perempuan

9 Babang B.G Masyarakat Petani 1 Laki-Laki

10 Itang I.G Masyarakat Pengangg

uran 1 Perempuan

11 Yusni Y.I Masyarakat Pengangg

uran 1 Perempuan

12 Herna H.A Masyarakat Pengangg

uran 1 Perempuan

13 Mudiah M.H Masyarakat Penjual 1 Perempuan

14 Kamaruddin K.N Masyarakat Penjual 1 Laki-Laki

JUMLAH 14

Alasan memilih informan dengan menggunakan teknik snowball yaitu

teknik mengambil informan yang akan semakin bertambah dan akan mendapatkan

titik jenuh dari sebuah informan. Dan dapat memberikan keterangan yang relevan

sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat memberikan keterangan untuk

menjelaskan judul penulis.

Page 51: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

37

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,

karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar

mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis

dan standar untuk memperoleh data yang diperoleh.

1. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa

ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-

hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Pada metode

pengamatan ini, peneliti akan melakukan pengamatan langsung ke lapangan

mengenai hasil dampak yang dihasilkan dari kebijakan pemberian bantuan sosial

terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si

penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara). Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara jelas

dan konkret tentang hasil yang ditimbulkan dalam dampak kebijakan pemberian

bantuan sosial terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan

Tempe Kabupaten Wajo.

Page 52: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

38

3. Dokumentasi

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, berupa catatan-catatan,

arsip-arsip, dan kumpulan peraturan perundang-undangan, serta laporan-laporan

dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data di mana data

yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk

menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam

model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2012:92-99) ketiga komponen tersebut yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti

di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

Page 53: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

39

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan

data yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

G. Keabsahan Data

Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan

dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck.

1. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat

tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan

triangulasi waktu. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan

triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui

beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengececakan

dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

Page 54: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

40

2. Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh sumber data. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi

data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah

melakukan membercheck.

Page 55: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah dan Letak Kantor Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo

Pada tahun 1990 terbentuk Kelurahan Padduppa, yang awalnya merupakan

bagian dari Kelurahan Siengkang. Namun, karena wilayah yang cukup luas dan

jumlah masyarakat juga semakin bertambah maka dibentuklah kelurahan

Padduppa. Kelurahan ini awalnya dipimpin oleh Muhammad Arafah.

Kantor Kelurahan Padduppa terletak di Jl. A. Oddang Sengkang Kabupaten

Wajo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara : Kelurahan Lapongkoda

- Sebelah timur : Kelurahan Pattirosompe

- Sebelah selatan : Kelurahan Siengkang

- Sebelah barat : Kelurahan Wiringpalennae

Luas Wilayah Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe sekitar 160 Km2, terdiri

dari 2 Lingkungan, 2 Rukun Warga (RW) dan 4 Rukun Tetangga (RT).

2. Visi dan Misi Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo

Renstra unit kerja merupakan bagian dari dokumen perencanaan, harus

memperhatikan berbagai rambu-rambu yang diamanatkan dalam dokumen

perencanaan yang lebih tinggi yaitu RENSTRA DAERAH sebagai acuan dari

semua dokumen rencana unit kerja. Rencana Stratejik (Renstra) Kelurahan

Page 56: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo Tahun 2014-2019 adalah rencana 5

tahunan yang mencakup visi dan misi:

a. Visi

Terwujudnya Pemerintahan Demokratis, Berwibawa, Dan Transparan Yang

berorientasi kepada paeningkatan kualitas Pelayanan Prima menuju

tercipatanya masyarakat Kelurahan Padduppa yang Rukun, Tertib, Aman,

Sejahtera dan Beriman.

Makna pokok yang tersirat dalam visi Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe,

yaitu:

1) Pelayanan Prima, berarti pelayanan yang dilakukan oleh aparat pemerintah

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dilakukan dengan

ramah, cepat, transparan dan mudah;

2) Masyarakat yang berkarakter religius, produktif, unggul, sejahtera dan

aman, berarti suatu kondisi masyarakat bersama aparatur kecamatan dan

kelurahan se-Kecamatan Tempe selama lima tahun ke depan yang memiliki

sikap dan perilaku berbasis kearifan budaya lokal Wajo yang senantiasa

dinafasi oleh kehidupan keagamaan yang kuat dan memanifestasikan etos

kerja yassiwajori dan akhirnya menumbuhkan sikap kemandirian, memiliki

dengan daya saing yang tinggi menuju taraf hidup masyarakat yang berada di

atas pemenuhan kebutuhan dasar baik dilihat dari kemakmuran ekonomi

maupun kesejahteraan sosial dengan senantiasa dalam lingkup tatanan

kehidupan yang tercipta dari pembinaan ketertiban masyarakat.

Page 57: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

43

b. Misi

Misi Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe tahun 2014-2019 adalah

sebagai berikut:

1) Mewujudkan pelayanan publik yang professional, berbasis teknologi informasi

Misi ini mengandung makna bahwa Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

sebagai perangkat teknis kewilayahan harus memberikan pelayanan publik yang

berkualitas yang didukung oleh aparatur.

2) Meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

Misi ini Keluahan Padduppa Kecamatan Tempe berupaya meningkatkan

peran serta dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, khususnya melalui

perencanaan pembangunan, pemanfaatan maupun pemeliharaan hasil

pembangunan. Misi ini juga menitikberatkan pada upaya meningkatkan

pemberdayaan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

3) Meningkatkan perekonomian dan pembangunan, kesejahteraan sosial, serta

ketentraman dan ketertiban umum

Misi ini bermakna bahwa Kelurahan Padduppa bertindak sebagai

koordinator dan fasilitator dalam upaya meningkatkan perekonomian dan

pembangunan, kesejahteraan sosial serta ketentraman dan ketertiban umum

dengan aktif melakukan koordinasi dengan instansi teknis penyedia layanan.

4) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Misi ini bermakna bahwa sebagai Kelurahan ibu kota, kualitas lingkungan

hidup mendapatkan perhatian yang sangat tinggi mengingat kota Sengkang juga

merupakan wilayah utama penilaian adipura. Di samping itu, kebutuhan

Page 58: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

44

masyarakat perkotaan akan lingkungan yang sehat semakin tinggi. Misi ini juga

mencoba menjawab tantangan pemerintah Kabupaten Wajo yaitu dicanangkannya

Kota Sengkang sebagai kota bersih dan sehat.

Untuk mencapai visi dan misi Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo yang

telah ditetapkan, maka seluruh personil Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo

dituntut untuk bekerja keras serta berbenah diri, untuk:

a) Meningkatkan kemampuan personil, koordinasi dan kerjasama dalam

mewujudkan hasil kerja yang lebih optimal.

b) Responsif terhadap organisasi, dalam arti tidak hanya puas dengan

menyelesaikan tugas pokok dan fungsinya, tetapi juga memberikan kontribusi

serta memiliki pandangan yang lebih luas dan jernih tentang berbagai aspek,

dalam lintas bidang dan organisasi.

c) Bekerja secara proaktif, didasari penelaahan secara mendalam dalam upaya

menghindari kesalahan dalam menjalankan kegiatan organisasi.

d) Mencermati berbagai peristiwa aktual, kemudian melakukan analisis secara

mendalam untuk mempersiapkan langkah-langkah ke depan.

e) Menyatukan segala potensi yang ada dari berbagai disiplin ilmu untuk secara

bersama-sama menyelesaikan bidang tugas organisasi.

3. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kelurahan Padduppa

Kelurahan Padduppa Kabupaten Wajo, sebagaimana amanat Peraturan

Daerah Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kecamatan dan Kelurahan lingkup Pemerintah Kabupaten Wajo, dan

ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Wajo Nomor 16 Tahun 2008 tentang

Page 59: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

45

Tugas Pokok, Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Struktural lingkup Kecamatan

dan Kelurahan Kabupaten Wajo.

Berikut ini disajikan mengenai tugas dan fungsi dari Kelurahan Padduppa

Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, sebagai berikut:

a. Lurah

1) Tugas Pokok

Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang mempunyai tugas memimpin.

Kelurahan dalam membina, mengoordinasikan dan melaksanakan tugas

umum pemerintahan, pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan

ketertiban umum, kesejahteraan sosial, perekonomian dan pembangunan,

dan urusan pemerintahan lainnya yang dilimpahkan oleh Camat.

2) Fungsi

(1) Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan di wilayahnya,

(2) Pembinaan penyelenggaraan Pemerintah di tingkat Lingkungan/RT dan

RW,

(3) Pengoordinasian unit kerja perangkat daerah, instansi vertikal dan swasta

dalam wilayah kerjanya,

(4) Pengoordinasian lembaga sosial dan lembaga kemasyarakatan dalam

wilayah kerjanya,

(5) Pembinaan dan pengoordinasian pelaksanaan tugas serta pelayanan

administrasi Kelurahan.

Page 60: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

46

b. Sekretaris

1) Tugas Pokok

Sekretariat Kelurahan dipimpin oleh Sekretaris Kelurahan yang mempunyai

tugas membantu Lurah dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas

serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi Kelurahan.

2) Fungsi

(1) Pembinaan serta pelaksanaan tugas dan administrasi Kelurahan yang

meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, ketatalaksanaan,

perlengkapan, keuangan, dokumentasi, hukum, data dan informasi serta

hubungan antar lembaga dan masyarakat,

(2) Pengkoordinasian dan evaluasi pelaksanaan tugas unit organisasi di

lingkungan Kelurahan,

(3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

c. Kepala Seksi Pemerintahan

1) Tugas Pokok

Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai tugas

membantu Lurah dalam membina, mengordinasikan dan melaksanakan

tugas di bidang Pemerintahan.

2) Fungsi

(1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Pemerintahan,

(2) Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang Pemerintahan,

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pemerintahan,

Page 61: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

47

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

d. Kepala Seksi Pembangunan

1) Tugas Pokok

Seksi Pembangunan di pimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai tugas

membantu Lurah dalam membina, mengordinasikan dan melaksanakan

tugas di bidang pembangunan.

2) Fungsi

(1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pembangunan,

(2) Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang Pembangunan,

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pembangunan,

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

e. Kepala Seksi Perekonomian Dan Kesejahteraan Rakyat

1) Tugas Pokok

Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat dipimpin oleh seorang

kepala seksi mempunyai tugas membantu Lurah dalam membina,

mengordinasikan dan melaksanan tugas dibidang Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat.

2) Fungsi

(1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat,

Page 62: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

48

(2) Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat,

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat,

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

f. Kepala Seksi Ketenteraman Dan Keamanan

1) Tugas Pokok

Seksi Ketenteraman dan Keamanan dipimpin oleh seorang kepala seksi

mempunyai tugas membantu Lurah dalam membina, mengordinasikan dan

melaksanakan tugas di bidang Ketenteraman dan Keamanan.

2) Fungsi

(1) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan tekhnis dibidang Ketenteraman

dan Keamanan,

(2) Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang Ketenteraman dan

Keamanan,

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Ketenteraman dan Keamanan;

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

g. Kepala Lingkungan

1) Tugas Pokok

Kepala lingkungan mempunyai tugas melaksanakan tugas Lurah dalam

wilayah kerjanya.

Page 63: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

49

2) Fungsi

(1) Mendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat setempat,

(2) Pelaksanaan keputusan dan kebijaksanaan Lurah,

(3) Penyelenggara pembinaan kerukunan warga,

(4) Membina dan meningkatkan partisipasi swadaya dan gotong royong

masyarakat,

(5) Mendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat setempat,

(6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Sedangkan Struktur Organisasi Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo, sebagaimana lampiran 1 Peraturan Daerah Kabupaten Wajo

Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lingkup Kelurahan

Pemerintah Kabupaten Wajo, sebagai berikut:

Page 64: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

50

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo

Gambar 2

Sumber: Perda Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Lingkup Pemerintah Kabupaten

Wajo.

LURAH

SEKLUR

KASI

PEMERINTAHAN

KASI

PEMBANGUNAN

KEPALA LINGKUNGAN

LAPATTETE

KASI

KETENTRAMAN

DAN

KETERTIBAN

KASI

PEREKONOMIAN

DAN KESRA

KEPALA LINGKUNGAN

MASSELLOMOE

Page 65: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

51

B.Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (BANSOS) Terhadap

Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa

Rujukan teori yang digunakan penelitian untuk menganalisis hasil penelitian

tentang dampak kebijakan sesuai dengan dimensi-dimensi dari evaluasi dampak

kebijakan menurut Dye dalam Winarno (2008:232-235) yaitu, Dampak kebijakan

kepada keadaan-keadaan atau kelompok-kelompok di luar sasaran atau tujuan

kebijakan. Kebijakan ini dinamakan eksternalitas atau dampak yang melimpah

seperti dampak positif dan dampak negatif.

1. Dampak Positif

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.

Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu

keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa

yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Edisi ke 3, 2010).

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap

keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri,

baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses

lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal. Seorang pemimpin yang

handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi atas

sebuah keputusan yang akan diambil.

Dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik

direncanakan maupun tidak direncanakan. Dampak merupakan suatu yang harus

terjadi yang dapat menyebabkan adanya perubahan yang diinginkan. Sedangkan

Page 66: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

52

positif adalah yang biasanya selalu diharapkan oleh semua orang. Positif adalah

suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang

menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.

Dampak positif adalah pengaruh dari suatu kegiatan yang dijalankan sehingga

menimbulkan unsur kebaikan terhadap masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, dengan adanya

Pemberian Bantuan Sosial Terhadap Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa

Kecamatan Tempe Kabupaen Wajo telah berdampak terhadap lingkungan ataupun

kepada masyarakat setempat. Dampak positif yang dapat dilihat dari berbagai

tujuan yang sejalan dengan Peraturan Bupati Wajo tentang Pemberian Bantuan

Sosial yaitu:

a. Memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah

Kondisi rumah tidak layak huni adalah salah satu indikator kemiskinan.

Dengan menelisik masalah kesejahteraan masyarakat tersebut.

Definisi perlindungan sosial menurut Suharto (2006) adalah seperangkat

kebijakan dan program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi

kemiskinan dan kerentanan (vulnerability) melalui perluasan pasar kerja yang

efisien, pengurangan resiko-resiko kehidupan yang senantiasa mengancam

manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam melindungi dirinya dari

berbagai bahaya dan gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya atau

hilangnya pendapatan.

Di dalam Undang-Undang Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2009 tentang kesejahtraan sosial menjelaskan bahwa perlindungan sosial adalah

Page 67: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

53

semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari

guncangan dan kerentanan sosial. Perlindungan sosial, bertujuan untuk mencegah

dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga,

kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan

kebutuhan dasar minimal. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia, yang

berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Pada hakikatnya setiap warga masyarakat membutuhkan perumahan yang layak

huni, namun dalam kenyataannya pemenuhan kebutuhan rumah layak huni

tersebut menjadi masalah bagi sebagian masyarakat.

Berdasarkan kreteria yang digunakan oleh BPS, untuk mengukur

kemiskinan bahwa kondisi rumah yang tidak layak huni merupakan ciri utama

untuk membedakan keluarga miskin dan keluarga tidak miskin.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, penyediaan rumah layak huni atau

pemugaran rumah tidak layak huni dapat memberikan kontribusi terhadap upaya

penurunan angka kemiskinan. Bedah rumah mampu memberikan dampak yang

baik terhadap kondisi psikologis seseorang yang secara tidak langsung akan

mendapatkan perlindungan sosial yang dapat memberikan rasa aman, nyaman,

betah, tentram, serta bermartabat.

Tujuan, Sasaran dan Karakteristik Program Bedah Rumah:

1. Tujuan

Untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama perumahan sebagai tempat tinggal,

melalui peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan perbaikan/rehabilitasi

Page 68: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

54

rumah tidak layak huni (bedah rumah), sehingga keluarga miskin dapat

menempati rumah yang layak huni dalam lingkungan yang sehat dan sejahtera.

2. Sasaran Program

Sasaran program Bedah Rumah Tidak Layak Huni adalah keluarga rumah

tangga miskin dengan kriteria sebagai berikut :

a. Penduduk yang berdomisili di Kelurahan Padduppa yang memiliki KTP

dan sudah menetap secara terus menerus minimal 3 tahun.

b. Kepala keluarga yang tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara layak.

c. Status tanah dan rumah yang ditempati adalah milik sendiri, dengan

dibuktikan dengan surat kepemilikan yang syah.

d. Atap rumah dalam kondisi rusak atau terbuat dari daun, dinding rumah

dalam kondisi rusak atau tidak layak dan lantai dalam keadaan rusak atau

kondisi lantai dari tanah, serta leas lantai kurang dari 8 m2 per-orang dan

tidak memiliki MCK.

Adapun Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan Bedah Rumah antara lain :

1. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku;

2. Kepala keluarga /anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata pen

caharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan;

3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk

miskin.

Page 69: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

55

4. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai

kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan rumah

yang ditempati;

5. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan ser tifikat

atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan/ desa atas

status tanah.

6. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni yang tidak

memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan sosial, dengan kondisi sebagai

berikut:

a. Tidak permanen dan/atau rusak;

b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk, seperti :

papan, ilalang, bambu yang dianyam/gedeg, dan lain sebagainya;

c. Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu

keselamatan penghuninya;

d. Lantai tanah/semen dalam kondisi rusak;

e. Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi, cuci dan kakus.

Hal ini sejalan dengan pendapat salah seorang Kepala Lingkungan di

Kelurahan Padduppa yang menyatakan bahwa:

“Salah satu bentuk Bansos di Kelurahan ini yaitu, bedah rumah, ini yang

dapat memberikan perlindungan sosial misalnya ada warga yang menempati

rumah tidak layak huni, jadi kami membantu untuk membedah rumah sesuai

dengan anggaran yang ada supaya dia dan keluarganya bisa tinggal di

tempat yang layak yang bisa terlindung dari panas matahari, hujan ataupun

angin kencang.” (Wawancara MI, 45 tahun, tanggal 15/04/15).

Page 70: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

56

Hal ini sejalan dengan pendapat salah seorang warga yang memperoleh

bantuan bedah rumah yang menyatakan bahwa:

“Dulu rumah ini rapuh, biasanya kalau hujan, kami kehujanan, apalagi

tiangnya lapuk sehingga bila ada angin kencang, kami merasa was-was,

untung saja ada bantuan dari Kelurahan, untuk memperbaiki semua yang

rusak sehingga rumah kami dapat berdiri kokoh.” (Wawancara IA, 37 tahun,

tanggal 18/04/15).

Pendapat yang hampir serupa juga diutarakan oleh salah seorang warga

yang juga dibedah rumahnya adalah sebagai berikut:

”Sebelum direnovasi, rumah kami tak ada kamar mandi dan WC, jadi mandi

dan buang air di sungai belakang rumah, tapi alhamdulillah sekarang sudah

punya kamar mandi dan wc, jadi aman untuk kesehatan” (Wawancara KG,

39 tahun, tanggal 18/04/15).

Asumsi ini membuktikan bahwa pemberian BANSOS benar-benar telah

memberikan perlindungan sosial terhadap kelangsungan hidup masyarakat dan

ditujukan untuk meringankan beban bagi masyarakat miskin. Selain itu, di

Kelurahan Padduppa, bantuan sosial berupa perbaikan rumah yang tidak layak

huni (bedah rumah) bagi masyarakat miskin. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat.

Hal ini juga sesuai dengan salah satu tujuan dalam pemberian Bantuan

Sosial bagi masyarakat yang tertuang dalam Peraturan Bupati Wajo Tentang

Pedoman Pemberian Bantuan Sosial Nomor 32 Tahun 2011, yakni, memberikan

perlindungan sosial kepada masyarakat.

b. Membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang

menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya

Page 71: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

57

kekuatan. Berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat

sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.

Pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan

warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi

perhatiannya.

Pemberdayaan sosial, bertujuan untuk menjadikan seseorang atau kelompok

masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Undang-Undang dan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009 dijelaskan bahwa, Pemberdayaan

sosial dimaksudkan untuk:

a. Memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang

mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya

secara mandiri.

b. Meningkatkan peran serta lembaga dan atau perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pemberian Bansos di Kelurahan Padduppa juga berdampak pada pemberdayaan

sosial masyarakat. Seperti halnya pemberian bantuan berupa traktor atau varietas bibit

unggul yang disediakan oleh pihak kelurahan yang bekerja sama dengan Dinas

Pertanian Kebupaten Wajo. Pemerintah membagikan bibit unggul kepada kelompok

tani yang membutuhkan. Hal ini tentu saja berdampak positif kepada masyarakat

karena membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dalam bekerja. Tidak

Page 72: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

58

hanya bagi petani, dampak Bansos khususnya dalam pemberdayaan sosial juga

dirasakan oleh para nelayan yang berdomisili di Kelurahan Padduppa, karena selain

memperoleh bantuan berupa bibit, mereka juga memperoleh pengetahuan melalui

sosialisasi yang dilaksanakan oleh aparat kelurahan. Hal ini memberikan dampak atau

pengaruh yang cukup baik kepada masyarakat. Hal ini dikemukakan langsung oleh

salah seorang staf dalam bidang perekonomian di Kelurahan Padduppa yang

mengatakan bahwa:

“Kami juga menyediakan bibit unggul baik untuk petani dan para nelayan di

kelurahan ini agar mereka bisa bekerja dengan baik sehingga dapat

mensejahtrakan keluarganya.” (Wawancara SA, 39 tahun, tanggal 15/04/15).

Hal ini sejalan dengan pendapat Kepala Kelurahan Padduppa yang menjelaskan

bahwa:

“Bansos yang berupa pemberian bibit dan traktor yang diperoleh dari kerja

sama Kelurahan Padduppa, Dinas Sosial dan Dinas Pertanian diharapkan dapat

membantu masyarakat, selain itu biasa juga diadakan penyuluhan agar

masyarakat punya keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan bidangnya,

Nah, ini tentu saja berdampak langsung pada pemberdayaan sosialnya karena

mereka bisa memiliki daya dalam bekerja untuk kelangsungan hidupnya dan

keluarga.” (Wawancara AP, 27 tahun, tanggal 15/04/15).

Kedua pendapat di atas secara tidak langsung menjelaskan tentang dampak

pemberian Bansos di Kelurahan Padduppa khususnya pada pemberdayaaan

masyarakat. Pemberian BANSOS berupa bibit pertanian dan perikanan serta alat-

alat yang menunjang mata pencarian masyarakat dapat memberdayakan

masyarakat. Dampak tersebut dirasakan langsung oleh warga penerima bantuan

ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh warga yang juga

adalah kelompok tani di Kelurahan Padduppa:

“Kami sebagai petani dapat merasakan dampak pemberian bibit, ini sangat baik

karena bisa mendapat bibit secara gratis dan ada penyuluhannya sehingga kami

Page 73: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

59

mendapat ilmu untuk bertani atau nelayan.” (Wawancara BG, 41 tahun, tanggal

18/04/15).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian Bansos telah memberikan

dampak pemberdayaan sosial dalam hal peningkatan pengetahuan dan membantu

dalam penyediaan pemenuhan sarana sehingga kebutuhan dasar masyarakat dapat

terpenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak

Bantuan Sosial dapat memberdayakan masyarakat miskin sehingga mampu

memperoleh penghidupan yang layak. Hal ini juga sesuai dengan salah satu

tujuan dalam pemberian Bantuan Sosial bagi masyarakat yang tertuang dalam

Peraturan Bupati Wajo Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial Nomor 32

Tahun 2011, dalam pasal 24 yaitu pemberdayaan sosial dengan jalan memberikan

bantuan berupa sarana yang dapat meningkatkan keterampilan masyarakat dalam

bekerja.

c. Memberikan bantuan pengobatan secara gratis

Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh

kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan

dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan

kesehatan reproduksi, jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan

pengobatan yang mahal. Pemberian Bansos dalam bentuk pemberian Jaminan

Kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin yang berdomisili di

Kelurahan Padduppa diharapkan memberikan dampak positif dalam hal jaminan

sosial kepada masyarakat.

Page 74: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

60

ILO (2002) menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan bentuk

perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu

sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat

terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia, ataupun

kematian. Jaminan sosial, bertujuan untuk menjamin penerima bantuan agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sesuai dengan salah satu tujuan

Bansos yang tertuang dalam Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 bahwa

Bansos bertujuan untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakat miskin yang

membutuhkan. Hal ini sejalan dengan dampak yang dihasilkan pada pemberian

Bansos dalam bentuk Kartu Sehat, yakni, adanya jaminan kesehatan bagi

masyarakat yang membutuhkan, yang tidak lain tentu saja warga yang memenuhi

persyaratan sebagai penerima Kartu Sehat dari Kelurahan Padduppa. Mengenai

hal ini, berikut adalah kutipan wawancara dengan salah seorang Kepala Seksi

Perekonomian di Kelurahan Padduppa yang berpendapat bahwa:

“Kami juga menyalurkan bantuan berupa kartu sehat, yang diharapkan

memberikan dampak terhadap jaminan kesehatan untuk warga yang benar-

benar membutuhkan.” (Wawancara PH, 40 tahun, tanggal 13/04/15).

Dampak positif Bantuan Sosial dalam bentuk kartu sehat ini dibenarkan oleh

beberapa warga penerima bantuan ini. Mereka yang merasakan dampak

langsungnya beranggapan bahwa bantuan ini membantu mereka dalam

mendapatkan pelayanan yang murah bahkan gratis. Hal ini diungkapkan dalam

kutipan wawancara berikut:

“Saya dan keluarga memproleh pelayanan dan pengobatan secara gratis jika

berobat ke puskesmas, karena ada kartu sehat dari kelurahan.” (Wawancara

AR, 40 tahun, tanggal 17/04/15).

Page 75: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

61

Kutipan tersebut membenarkan bahwa dampak Bansos yang dirasakan

masyarakat khususnya bagi pemilik Kartu Sehat yakni, memberikan jaminan

sosial dalam hal pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Hal tersebut juga turut

diperkuat oleh pendapat yang hampir sama dari salah seorang warga yakni,

“Dengan adanya kartu sehat yang dibagikan, kita tidak perlu merasa cemas

akan masalah biaya pengobatan kalau memang sakit, karena kartu ini bisa

menjamin kita berobat secara cuma-cuma.” (Wawancara HA, 33 tahun,

tanggal 17/04/15).

Kedua tanggapan masyarakat di atas mengenai dampak Bansos khususnya

dalam bentuk Kartu Sehat yakni memberikan jaminan sosial dalam hal pelayanan

kesehatan bagi masyarakat mmiskin. Hal ini berarti bahwa, dengan adanya

Bansos, masyarakat miskin dapat memperoleh jaminan pelayanan kesehatan yang

layak tanpa menambah beban hidup mereka. Seperti yang tertuang dalam

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pasal 28H (1) menyebutkan setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Demikian pula dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan dan konstitusi WHO, yang menetapkan bahwa kesehatan adalah hak

fundamental setiap individu. Oleh karena itu negara bertanggung jawab untuk

mengatur agar hak hidup sehat bagi penduduknya terpenuhi.

d. Membantu korban bencana alam

Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dalam undang-undang nomor 24 tahun

2007 tentang penanggulangan bencana ini yang dimaksud dengan:

Page 76: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

62

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,

tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,

epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Dari informasi yang diperoleh penulis dalam penelitian, diketahui bahwa di

Kelurahan Padduppa ada bantuan sosial yang berupa santunan kepada masyarakat

yang terkena bencana alam dan kebakaran. Seperti halnya pada saat terjadi

bencana kebakaran di Lingkungan Lapattete yang merupakan salah satu wilayah

di Kelurahan Padduppa. Menurut informasi dari pihak Kelurahan yang

menyatakan bahwa Kelurahan Padduppa juga menyalurkan bantuan dalam bentuk

Page 77: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

63

sembako dan uang tunai kepada warga korban kebakaran. Berikut ini kutipan

wawancara dengan Kepala Lurah Padduppa:

“Pernah juga kami menyalurkan bantuan pada korban becana seperti

kebakaran yang baru-baru terjadi di wilayah kami, disitu kami memberikan

bantuan dan tentu saja itu dapat membantu kesulitan para korban, misalnya

kami juga mendirikan tenda darurat di lokasi kebakaran agar mereka bisa

tinggal di sana untuk sementara waktu. Ini semua berdampak pada warga

bahwa mereka bisa merasakan salah satu bentuk perhatian pemerintah

khususnya pihak Kelurahan. Ini memang salah satu dampak BANSOS yang

diinginkan dalam menanggulangi bencana.” (Wawancara AP, 27 tahun,

tanggal 15/04/15).

Kutipan wawancara tersebut menyimpulkan bahwa dampak bansos tidak

hanya menanggulangi kemiskinan tapi juga mampu menanggulangi bencana yang

bisa saja terjadi secara tiba-tiba. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang korban

kebakaran yang berpendapat bahwa:

“Alhamdulillah kami diperhatikan dengan baik, ada bantuan dari pihak

kelurahan, sehingga kami bisa membangun rumah kembali dengan seadanya

dan melanjutkan hidup.” (Wawancara MH, 40 tahun, tanggal 20/04/15).

Hasil wawancara di atas sejalan dengan tujuan penanggulangan bencana

dalam Undang-Undang No 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana yang

menyatakan bahwa: Tujuan Penangulangan Bencana adalah memberikan

perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana dan mendorong semangat

gotong royong dan kedermawanan. Hal ini berarti dapat memberikan dampak

positif terhadap masyarakat terlebih untuk meringankan beban mereka. Walaupun

kemungkinan besarnya nominal santunan belum cukup untuk mengganti kerugian

yang diperoleh, namun hal ini dapat membantu meringankan penderitaan korban

bencana ini.

Page 78: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

64

Selain itu, wilayah Kelurahan Padduppa juga berbatasan langsung dengan

Sungai Walennae yang airnya seringkali meluap dan mengakibatkan banjir. Dapat

dikatakan bahwa bencana ini menjadi bencana tahunan yang seringkali

meresahkan masyarakat. Pada saat seperti inilah dampak Bansos khususnya dalam

menanggulangi bencana alam dinilai positif bagi warga Kelurahan Padduppa. Hal

ini diungkapkan oleh warga yang pernah menjadi korban banjir di Kelurahan ini :

“Waktu rumah kami kebanjiran kelurahan memberikan bantuan sosial

misalnya sembako dan juga menyediakan tempat untuk mengungsi sehingga

kami bisa tetap bertahan.” (Wawancara KN, 43 tahun, tanggal 20/04/15).

Dari kutipan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak Bansos

bagi korban bencana alam, baik Bansos yang diberikan berupa sembako dan

sarana pengungsian setidaknya mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat

dan mengurangi penderitaan yang dirasakan masyarakat karena bencana alam

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan Bantuan Sosial bagi

masyarakat miskin dapat membantu dalam penanggulangan bencana. Hal ini juga

sesuai dengan salah satu tujuan dalam pemberian Bantuan Sosial bagi masyarakat

yang tertuang dalam Peraturan Bupati Wajo Tentang Pedoman Pemberian

Bantuan Sosial Nomor 32 Tahun 2011, yakni, penanggulangan bencana.

2. Dampak Negatif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh kuat

yang mendatangkan akibat negatif. Dampak adalah keinginan untuk membujuk,

meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan

agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya. Berdasarkan beberapa

Page 79: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

65

penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar

dibandingkan dengan dampak positifnya.

Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak negatif adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan

menimbulkan akibat tertentu.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, menunjukkan bahwa,

selain berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, Bansos juga berdampak

negatif bagi masyarakat, meskipun pada dasarnya, dampak negatif yang diberikan

tak sebesar dampak positif yang ada. Beberapa dampak negatif dari Bantuan

Sosial adalah sebagai berikut:

1. Mendidik hidup malas

Pemberian Bantuan Sosial (BANSOS) akan membuat malas penerimanya.

Biasanya BANSOS akan memicu rasa malas bagi sebagian penerimanya.

Beberapa orang hanya tinggal menunggu tanpa bekerja. Hal ini sesuai dengan

asumsi salah seorang Staf dalam Bidang Perekonomian di Kelurahan Padduppa

yang menyatakan bahwa:

“Kalau saya melihat ada juga masyarakat penerima Bansos yang tidak

berusaha bekerja, ini karena mereka hanya mengharapkan bantuan dari

pemerintah, jadi masyarakat terkesan malas.” (Wawancara SA, 39 tahun,

tanggal 15/04/15).

Dari hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa pemberian Bansos secara

tidak langsung mendidik pola hidup malas bagi masyarakat. Masyarakat miskin

yang menerima Bansos akan merasa malas untuk bekerja dan berusaha untuk

memperoleh penghasilan sendiri, sehingga pada akhirnya masyarakat tak mampu

Page 80: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

66

mandiri dan berdikari dalam memperoleh penghidupan yang layak. Berkenaan

dengan hal tersebut, seorang masyarakat berpendapat bahwa:

“Saya belum bekerja, belum ada pekerjaan yang bisa dikerjakan, jadi hanya

mengharapkan bantuan untuk memenuhi kehidupan.” (Wawancara IG, 43

tahun, tanggal 17/04/15).

Sesuai dengan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pola pikir

sebagian kecil masyarakat penerima bansos adalah pola yang tidak menunjukkan

pola pikir masyarakat mandiri, bahkan terkesan mendidik masyarakat menjadi

malas bekerja dan berusaha. Pola hidup malas seperti ini dapat dihindari dengan

menanamkan pola hidup mandiri dan pekerja keras di benak masyarakat. Hal ini

perlu menjadi perhatian bagi pemerintah untuk memberikan sosialisasi kepada

masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran nasyarakat dalam bekerja dan

meningkatkan kehidupannya secara mandiri.

2. Rentan konflik

Pada umumnya, penyaluran Bansos ini rawan terhadap konflik. Hal ini

terjadi ketika bantuan tersebut tidak tepat sasaran, misalnya orang yang mampu

menerima bantuan tersebut, sementara orang yang benar-benar membutuhkan

ternyata tidak terdaftar sebagai warga penerima bantuan sosial. Hal ini

diungkapkan oleh salah seorang Kepala Seksi Bidang Perekonomian di Kelurahan

Padduppa yang menangani hal ini berpendapat bahwa:

“Ada warga yang kategori mampu justru mendapat bantuan, dan yang

tidak mampu justru tak dapat apa-apa, ini tentu saja menimbulkan

kecemburuan sosial bagi masyarakat yang tidak menerima bantuan.”

(Wawancara PH, 40 tahun, tanggal 13/04/15).

Page 81: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

67

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Lingkungan yang mengatakan bahwa:

“Saya melihat ada beberapa warga yang sebenarnya sudah mampu tetapi

masih mau mendapat BANSOS, ini kan bisa menimbulkan masalah baru.”

(Wawancara AM, 45 tahun, tanggal 15/04/15).

Kedua asumsi tersebut, menandakan bahwa Penyaluran Bansos yang tidak

tepat sasaran akan memicu konflik pada masyarakat. Masyarakat yang sebenarnya

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, justru terdaftar sebagai penerima

bantuan, sementara itu, masyarkat miskin yang berhak menerima bantuan justru

tidak terdaftar sebagai penerima bansos. Hal ini tentu saja berdampak pada adanya

kesenjangan atau kecemburuan sosial yang akan memicuh konflik terutama pada

masyarakt miskin yang tidak menerima bantuan. Oleh sebab itu, untuk mengatasi

hal tersebut, sebaiknya mendata kembali (memperbaharui data) masyarakat yang

berhak menerima Bansos supaya tidak terjadi penyaluran yang tidak tepat sasaran,

sehingga dampak negatif seperti rentannya konflik bisa dihindari.

3. Mendidik hidup konsumtif

Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if) sering diartikan sama

dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada segala

sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus

menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya

kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.

Sesungguhnya perilaku hidup konsumsi memiliki banyak dampak negatifnya dari

pada dampak positifnya. Dampak negatif dari perilaku pola hidup konsumtif

terjadinya pada seseorang yang tidak memiliki keseimbangan antara pendapatan

dengan pengeluarannya (boros).

Page 82: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

68

Masyarakat yang menerima Bansos cenderung menunjukkan prilaku pola

hidup komsumtif. Hal ini sebagai salah satu dampak dari kebijakan bantuan sosial

yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang tidak mampu memanfaatkan

dana bantuan sosial yang diberikan akan cenderung menunjukkan pola hidup yang

konsumtif. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang warga penerima bantuan :

“Bantuan yang seharusnya dipakai untuk membeli pupuk tetapi dipakai

untuk makan saja sehari-hari.” (Wawancara YI, 41 tahun, tanggal 18/04/15).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Lingkungan yang berpendapat

bahwa:

“Bantuan yang diberikan rata-rata itu habis dipakai untuk makan saja,

membeli barang-barang dan lain-lain, tidak untuk ditabung untuk modal

usaha.” (Wawancara MI, 45 tahun, tanggal 15/04/15).

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Bansos yang kurang baik

pemanfaatannya akan berdampak pada pola hidup komsumtif bagi masyarakat

yang menerima bantuan tersebut. Hal ini secara langsung akan berpengaruh buruk

pada jiwa produktif masyarakat. Saat menerima bantuan biasanya dimanfaatkan

untuk membeli barang konsumsi bukan untuk merintis usaha. Sehingga bantuan

yang diberikan tidak produktif dan justru mendidik masyarakat untuk berpola

hidup konsumtif. Namun hal ini tidak dapat dipungkiri, mengingat bahwa jumlah

nominal dana yang diterima tidak seberapa jika dibandingkan dengan jumlah

kebutuhan pokok masyarakat yang juga semakin meningkat.

Page 83: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

69

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Bantuan Sosial

(BANSOS) Terhadap Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Bantuan Sosial (Bansos)

terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa sebagai berikut:

a. Anggaran atau dana

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyaluran Bantuan

Sosial adalah anggaran atau dana yang tersedia. Padahal anggaran yang tersedia

untuk alokasi Bantuan Sosial dinilai belum cukup untuk memenuhi kebutuhan

yang jumlahnya semakin meningkat. Seringkali jumlah nominal Bansos yang

diterima dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin. Hal

ini dikemukakan oleh Kepala Kelurahan Padduppa:

“Yang mempengaruhi itu besarnya jumlah anggaran yang ada. Tapi

sebenarnya inipun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang juga semakin meningkat.” (Wawancara AP, 27 tahun, tanggal

15/04/15).

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang Kepala Seksi dalam Bidang

Perekonomian di Kelurahan Padduppa yang menyatakan bahwa:

“Anggaran sangat berpengaruh, tapi sebenarnya anggarannya belum cukup

untuk memenuhi kebutuhan tapi setidaknya cukup untuk meringankan

beban masyarakat.” (Wawancara PH, 40 tahun, tanggal 13/04/15).

Informasi tersebut menggambarkan bahwa anggaran yang tersedia

merupakan faktor yang sangat mempengaruhi penyaluran Bantuan Sosial

meskipun jumlahnya tidak mencukupi semua kebutuhan masyarakat. Namun,

dapat membantu dalam meringankan beban masyarakat miskin yang memang

benar-benar membutuhkan bantuan sosial untuk memperoleh kehidupan yang

layak.

Page 84: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

70

b. Koordinasi dengan bidang-bidang tertentu

Dalam penyaluran Bantuan Sosial, tentu saja membutuhkan koordinasi

dengan bidang-bidang tertentu yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hal

ini demi kelancaran pelaksanaan kebijakan Bantuan Sosial. Dalam hal ini pihak

Kelurahan Padduppa berkoordinasi dengan berbagai pihak dan instansi tertentu

yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan bantuan sosial ini. Hal ini

diungkapkan oleh salah seorang staf dalam Bidang Perekonomian di Kelurahan

Padduppa:

“Faktor yang bisa mendukung kelancarannya, tentu saja pihak kelurahan

harus melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah yang juga penentu

kebijakan dan juga Kementerian Sosial.” (Wawancara SA, 39 tahun, tanggal

15/04/15).

Sejalan dengan pernyataan tersebut, salah seorang Kepala Lurah Padduppa juga

menambahkan bahwa:

“Benar sekali demi kelancarannya, kita harus bekerja sama dengan

pemerintahan dan Instansi-Instansi lain seperti Kemensos Kabupaten, dan

juga Instansi lainnya seperti Dinas Kesehatan, Pertanian, dan Perikanan, ka

n ada juga bantuan seperti penyuluhan dan penyedian bibit unggul, Nah

maka dari itu kita harus bekerjasama dengan beberapa Instansi tersebut.”

(Wawancara AP, 27 tahun, tanggal 15/04/15).

Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Koordinasi

dengan Pemerintah dan bidang-bidang tertentu juga merupakan faktor yang

berpengaruh dalam kelancaran pelaksanaan kebijaan Bantuan Sosial. Hasil

pengamatan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa Pihak Kelurahan Padduppa

menjalin kerjasama dan Koordinasi yang baik dengan pemerintah daerah sebagai

salah satu penentu kebijakan dan Instansi-Instansi terkait sehingga penyalurannya

dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 85: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

71

c. Keaktifan masyarakat

Bantuan Sosial dan masyarakat khususnya masyarakat miskin merupakan

hal yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, keaktifan masyarakat juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan ini. Hal ini dikemukakan oleh

Kepala Seksi dalam Bidang Perekonomian di Kelurahan Padduppa yang

menyatakan bahwa:

“Masyarakat juga merupakan salah satu faktornya, artinya diperlukan

keaktifan dan peran serta masyarakat untuk melengkapi semua

persyaratannya agar mereka bisa menerima bantuan.” (Wawancara PH, 40

tahun, tanggal 13/04/15).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa peran serta dan keaktifan

masyarakat sangat diperlukan dalam mewujudkan penyaluran Bansos yang tepat

sasaran sehingga dampak positifnya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin yang

benar-benar membutuhkan bantuan sosial ini. Hal ini berarti, masyarakat harus

aktif dalam mendapat informasi yang akurat mengenai bantuan sosial. Begitupun

dalam usaha pemenuhan syarat-syarat yang ditentukan agar dapat terdaftar

sebagai penerima bansos. Dalam hal ini juga diperlukan kesadaran masyarakat

agar memberikan data yang sesuai dengan kenyataan yang ada agar penyaluran

bansos tersebut dapat disalurkan pada sasaran yang tepat.

Page 86: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dari pembahasan di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa:

1. Dampak kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat

miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo telah

memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari

pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin, dengan adanya

bantuan sosial yaitu dapat (1) memberikan perlindungan sosial melalui bedah

rumah, (2) membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan

hidupnya, (3) memberikan bantuan pengobatan secara gratis, dan (4)

membantu korban bencana alam. Sedangkan dampak negatif dari pemberian

bantuan sosial yaitu dapat (1) mendidik hidup malas (2) rentan konflik dan

(3) mendidik hidup konsumtif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pemberian bantuan sosial

(Bansos) terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan

Tempe Kabupaten Wajo. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari kebijakan

bantuan sosial yaitu anggaran atau dana, koordinasi dengan bidang-bidang

tertentu, dan perlunya juga keaktifan masyarakat.

Page 87: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

73

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

peneliti memiliki saran yang kiranya berguna sebagai bahan pertimbangan dalam

pelaksanaan kebijakan Bansos agar berdampak lebih baik di Kelurahan Padduppa

antara lain sebagai berikut:

1. Perlunya meningkatkan koordinasi dengan pemerintahan dari bidang-bidang

terkait demi kelancaran pelaksanaan Bansos di Kelurahan Padduppa.

2. Perlunya meningkatkan kinerja terutama dalam pelayanan kepada

masyarakat. Misalnya, menyalurkan Bansos secara tepat dan memanfaatkan

dana yang ada seefektif dan seefisien mungkin untuk memberikan dampak

yang baik terhadap kebijakan ini.

3. Keaktifan dan kesadaran juga perlu ditingkatkan dalam menjalin kerja sama

dengan pihak kelurahan demi tercapainya dampak yang baik dalam

pelaksanaan kebijakan Bansos.

Page 88: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Anderson, James E, 1969. Public Policy Making. New York: Holt,

Rinehart and Winston, 2nd

ed.

Dye, Thomas R, (1975). Understanding Public Policy. Englewood Cliff,

N.J: Printice-Hall 2nd

ed.

Kadji, Yulianto, 2003. Implementasi Kebijakan Publik (dalam perspektif

realita). Cahaya Abadi, Tulungagung.

Lester, James P. and Joseph Stewart, 2000. Public Policy: An Evolutionary

Approach. Australia: Wadsworth, Second Edition.

Nugroho, Riant, 2009. Public Policy: Teori Kebijakan – Analisis – Proses

Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi risk

management dalam Kebijakan Publik, Kebijakan sebagai The

Fifth Estate – Metode penelitian Kebijakan. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

, 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi,

Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Pasolong, Harbani, 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik.

Bandung: Alfabeta.

Parsons, Wayne, 2008. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik

Analisis Kebijakan. Jakarta: Predana Media Group.

Subarsono, 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.

Alfabeta.

Suharto, Edi, 2012. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 2002. Reformasi Nasional Penyelenggaraan

Good Governance dan Perwujudan Masyarakat Madani. Jakarta:

Tanpa Penerbit.

74

Page 89: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

2

Winarno, 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta:

MedPress.

Sumber dari Internet:

Hendriawan. 2003. Definisi Kemiskinan. Online: http://hendriawan.wordpr

ess.com. Diakses tanggal 6 Desember 2014 Pukul 14.00 Wita.

Dhudie Dhie. 2008. Bansos. Online: http://artikel-bansos.html. Diakses

tanggal 12 Agustus 2014 Pukul 13.00 Wita.

Purnomo Dony. 2012. Sisi Negatif Bantuan Langsung Tunai. Online:

http://pinterdw.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Mei 2015 Pukul

15.21 Wita.

Anggih. 2012. Gaya Hidup Masyarakat Indonesia yang Konsumtif.

Online: anggih91.wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2015

Pukul 13.00 Wita.

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

tentang kesejahtraan sosial.

Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan konstitusi

WHO.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Bantuan Sosial.

Peraturan Bupati Wajo Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok,

Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Struktural lingkup Kecamatan

dan Kelurahan Kabupaten Wajo. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Lingkup Kelurahan Pemerintah

Kabupaten Wajo.

75

Page 90: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

1

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANSOS TERHADAP

MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN PADDUPPA

KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO

AVRILIYANTI¹, PARAKKASI TJAIJA², MUHAMMAD TAHIR³

1) Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar

2) Dosen Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar 3) Dosen Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the positive and the negative impact that

caused by the extending of the spcial assist (bansos) toward the poor society in Padduppa

district, subdistrict of Tempe, Wajo regency. The type of the research is qualitative

descriptive by using the phenomenology type and the data collecting by using

observation, interview and documentation. The result of the research shows that the

positive impact from this social assist toward the poor society such as give social

protection through the house operation, assist people in working to empower their life,

give the free medication assist, and help the victim of the natural disaster. While the

negative impact such as educate to live indolent, susceptible to get conflict and educate to

live consumtively.

Keywords: policy impact, the social assist

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang

ditimbulkan dari kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat

miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Jenis penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan tipe fenomenologi dan teknik

pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dampak positif dari kebijakan pemberian bantuan sosial

terhadap masyarakat miskin seperti dapat memberikan perlindungan sosial melalui bedah

rumah, membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya,

memberikan bantuan pengobatan secara gratis, dan membantu korban bencana alam.

Sedangkan dampak negatif seperti mendidik hidup malas, rentan konflik, dan mendidik

hidup konsumtif.

Kata Kunci: dampak kebijakan, bantuan sosial

Page 91: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

2

PENDAHULUAN

Pembangunan yang tidak

merata di negara-negara berkembang

saat ini, termasuk Indonesia

meninggalkan permasalahan dengan

tingginya angka kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu

penyakit dalam ekonomi, sehingga

harus disembuhkan atau paling tidak

dikurangi. Permasalahan kemiskinan

memang merupakan permasalahan

yang kompleks dan bersifat

multidimensional. Masyarakat

miskin lemah dalam kemampuan

berusaha dan mempunyai akses yang

terbatas kepada kegiatan sosial

ekonomi.

Oleh karena itu, seringkali

berbagai upaya pengentasan

kemiskinan hanya berorientasi pada

upaya peningkatan pendapatan

kelompok masyarakat miskin.

Kemiskinan seringkali dipahami

dalam pengertian yang sangat

sederhana yaitu sebagai keadaan

kekurangan uang, rendahnya tingkat

pendapatan dan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar hidup sehari-hari.

Hal ini harus mendapat perhatian

khusus dari pemerintah untuk

mencari solusi apa yang harus

dilakukan agar dapat menekan angka

kemiskinan, dan dalam

penanggulangan persoalan

kemiskinan maka pemerintah

memandang perlu untuk memberikan

bantuan kepada masyarakat miskin.

Peningkatan perlindungan dan

kesejahteraan sosial merupakan salah

satu prioritas pembangunan bidang

sosial terutama perlindungan

terhadap mereka yang termasuk ke

dalam kelompok penduduk miskin.

Perlindungan dan kesejahteraan

sosial di Indonesia diwujudkan

dalam bentuk bantuan sosial dan

jaminan sosial.

Kegiatan pemberian bantuan

sosial merupakan wujud dari

kebijakan sosial, karena berupa

pelayanan sosial yang dilaksanakan

oleh pemerintah yang memberikan

dampak langsung terhadap

kesejahteraan masyarakat. Kegiatan

pemberian bantuan sosial tersebut

dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengatasi sebagian masalah

kemiskinan dengan mempertahankan

taraf kesejahteraan sosial dan atau

mengembangkan kemandirian serta

untuk menjaga kinerja sosial yang

Page 92: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

3

telah tercapai agar tidak menurun

kembali.

Peraturan Bupati Wajo Nomor

32 Tahun 2011 tentang pedoman

pemberian bantuan sosial yang

bersumber dari anggaran pendapatan

dan belanja daerah Kabupaten Wajo.

Pasal 24,25, dan 26 tentang tujuan

pemberian bantuan sosial yang juga

diharapkan mampu memberikan

dampak dalam berbagai aspek.

Sejalan dengan hal tersebut,

Tjokroamidjojo (2002: 129)

berpendapat bahwa, dampak adalah

akibat yang ditimbulkan dari suatu

kegiatan baik direncanakan maupun

tidak direncanakan. Dampak

senantiasa timbul dari suatu kegiatan,

apapun kegiatan yang dilaksanakan.

Sebuah kebijakan, mau tidak mau

pastilah menimbulkan dampak, baik

itu dampak positif maupun negatif.

Dampak positif dimaksudkan sebagai

dampak yang memang diharapkan

akan terjadi akibat sebuah kebijakan

dan memberikan manfaat yang

berguna bagi lingkungan kebijakan

sedangkan dampak negatif

dimaksudkan sebagai dampak yang

tidak memberikan manfaat bagi

lingkungan kebijakan dan tidak

diharapkan terjadi.

Sebagaimana yang nampak

pada hasil observasi awal bahwa di

Kelurahan Padduppa memang

memberikan bantuan sosial bagi

masyarakat miskin. Selain

menyalurkan bantuan langsung tunai

dan raskin yang merupakan program

nasional pemerintah, tetapi pihak

Kelurahan Padduppa juga

menyalurkan bantuan sosial seperti

penyediaan pupuk dan bibit unggul,

kartu sehat untuk pengobatan gratis,

bantuan korban bencana alam, dan

bantuan bedah rumah untuk rumah

tak layak huni. Semua bantuan sosial

tersebut diharapkan dapat membantu

meringankan beban bagi masyarakat

miskin khususnya yang berdomisili

di Kelurahan Padduppa. Hal ini yang

menarik untuk peneliti untuk

mengkaji sejauh mana dampak dari

kebijakan pemberian bantuan sosial

tersebut.

James E. Anderson dalam

Subarsono (2006: 2) mendefinisikan

kebijakan publik “sebagai kebijakan

yang ditetapkan oleh badan-badan

pemerintah”. Sesuai pandangan

Harold Laswell dalam Nugroho

Page 93: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

4

(2003: 4) mendefinisikan “sebagai

suatu program yang di proyeksikan

dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-

nilai tertentu dan praktek-praktek

tertentu.

Carl L. Friedrick dalam

Nugroho (2003: 4), kebijakan publik

adalah serangkaian tindakan yang

diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu, dengan ancaman dan

peluang yang ada, dimana kebijakan

yang diusulkan tersebut ditujukan

untuk memanfaatkan potensi

sekaligus mengatasi hambatan yang

ada dalam rangka mencapai tujuan

tertentu.

Beberapa pengertian kebijakan

publik di atas maka kita dapat

menyimpulkan bahwa kebijakan

publik merupakan suatu aturan atau

program tertentu yang dibuat oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

Menurut Subarsono (2006:

119) bahwa evaluasi adalah

“kegiatan untuk menilai tingkat

kinerja suatu kebijakan. Evaluasi

baru dapat dilakukan kalau kebijakan

sudah berjalan cukup waktu. Dalam

Thomas R. Dye dalam Parsons

(2008: 547) mengemukakan bahwa

evaluasi kebijakan adalah

„pembelajaran tentang konsekuensi

dari kebijakan publik‟. Evaluasi

Kebijakan publik adalah

pemeriksaan yang bersifat objektif,

sistematis dan empiris terhadap efek

dari kebijakan dan program publik

terhadap targetnya dari segi tujuan

yang ingin dicapai.

Menurut Nugroho (2009: 543)

bahwa evaluasi kebijakan adalah

“biasanya bermakna sebagai evaluasi

kebijakan dan atau evaluasi kinerja

atau hasil kebijakan. Dalam evaluasi

kebijakan publik terdapat empat

komponen kebijakan yang

merupakan dimensi kebijakan

publik. Dimensi kebijakan publik

sebagai fokus evaluasi kebijakan,

yakni perumusan kebijakan,

implementasi kebijakan, kinerja

kebijakan, lingkungan kebijakan”.

Tujuan evaluasi dampak

kebijakan adalah untuk mengukur

dampak suatu kebijakan, baik

dampak positif maupun dampak

negatif (Subarsono, 2008: 121).

Lebih lanjut Parsons (2006: 604),

secara khusus tujuan dasar evaluasi

dampak kebijakan adalah untuk

Page 94: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

5

memperkirakan efek bersih dari

sebuah intervensi, yakni perkiraan

dampak intervensi yang tidak

dicampuri oleh pengaruh dari proses

dan kejadian lain yang mungkin juga

mempengaruhi perilaku atau kondisi

yang menjadi sasaran suatu program

yang dievaluasi itu.

Menurut Dye (1975) dalam

Winarno (2008: 232-235) dampak

dari suatu kebijakan mempunyai

beberapa dimensi dan semuanya

harus diperhitungkan dalam

melakukan evaluasi, yaitu: (a)

Dampak kebijakan pada masalah-

masalah publik dan dampak

kebijakan pada orang-orang yang

terlibat. Dengan demikian, mereka

atau individu-individu yang

diharapkan untuk dipengaruhi oleh

kebijakan harus dibatasi; (b) Dampak

kebijakan kepada keadaan-keadaan

atau kelompok-kelompok di luar

sasaran atau tujuan kebijakan; (c)

Dampak kebijakan pada keadaan

sekarang dan keadaan di masa yang

akan datang; (d) Dampak kebijakan

terhadap biaya langsung yang

dikeluarkan untuk membiayai

program-program kebijakan publik;

(e) Dampak kebijakan terhadap

biaya-biaya yang tidak langsung

ditanggung oleh masyarakat atau

beberapa anggota masyarakat akibat

adanya kebijakan publik.

Bantuan sosial (Bansos) adalah

pemberian bantuan berupa uang atau

barang dari pemerintah daerah

kepada individu, keluarga, kelompok

dan atau masyarakat yang sifatnya

tidak secara terus menerus dan

bersifat selektif, yang bertujuan

untuk melindungi dari kemungkinan

terjadinya resiko sosial.

Hal tersebut di atas yang

menjadi faktor penulis untuk

mengetahui dampak kebijakan

pemberian bantuan sosial terhadap

masyarakat miskin.

METODE PENELITIAN

Waktu yang digunakan dalam

penelitian ini, yakni kurang lebih dua

bulan sejak tanggal 4 April sampai

1 Juni 2015 setelah seminar

proposal. Penelitian ini yaitu

penelitian kualitatif dengan tipe

penelitian yang bersifat

fenomenologi hal ini dimaksudkan

agar penelitian ini dapat

menghasilkan informasi yang

terpercaya dan valid mengenai

dampak kebijakan pemberian

Page 95: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

6

bantuan sosial terhadap masyarakat

miskin.

Adapun informan penelitian

terdiri dari 14 orang dan teknik

analisis data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif dengan menggunakan

pengumpulan data melalui observasi,

wawancara, serta dokumentasi

sebagai pendukung dari penelitian.

Data yang diperoleh dari lokasi

penelitian adalah data primer

dimaksudkan adalah data empiris

yang diperoleh tentang pemberian

bantuan sosial terhadap masyarakat

miskin yang berada di lapangan dan

merupakan segala informasi yang

diperoleh dari informan observasi

yang dicatat oleh peneliti secara

langsung dari obyek penelitian. Data

tersebut merupakan hasil yang perlu

diolah kembali dengan hasilnya

diuraikan secara deskriptif dengan

memberikan gambaran mengenai

Dampak Kebijakan Pemberian

Bantuan Sosial Terhadap Masyarakat

Miskin Di Keluarahan Padduppa

Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

Dari data tersebut, dilakukan analisis

deskriptif dengan menggunakan

observasi dan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rujukan teori yang digunakan

penelitian untuk menganalisis hasil

penelitian tentang dampak kebijakan

sesuai dengan dimensi-dimensi dari

evaluasi dampak kebijakan menurut

Dye dalam Winarno (2008: 232-235)

yaitu, Dampak kebijakan kepada

keadaan-keadaan atau kelompok-

kelompok di luar sasaran atau tujuan

kebijakan. Kebijakan ini dinamakan

eksternalitas atau dampak yang

melimpah seperti dampak positif dan

dampak negatif.

Dampak positif adalah

pengaruh dari suatu kegiatan yang

dijalankan sehingga menimbulkan

unsur kebaikan terhadap masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan

penulis di lapangan, dengan adanya

Pemberian Bantuan Sosial Terhadap

Masyarakat Miskin di Kelurahan

Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo telah berdampak

terhadap lingkungan ataupun kepada

masyarakat setempat. Salah satu

dampak positif yang dapat dilihat

dari berbagai tujuan yang sejalan

dengan Peraturan Bupati Wajo

tentang Pemberian Bantuan Sosial.

Page 96: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

7

Memberikan perlindungan sosial

melalui bedah rumah, kondisi rumah

tidak layak huni adalah salah satu

indikator kemiskinan. Rumah

merupakan kebutuhan dasar

manusia, yang berfungsi sebagai

tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Pada

hakikatnya setiap warga masyarakat

membutuhkan perumahan yang layak

huni, namun dalam kenyataannya

pemenuhan kebutuhan rumah layak

huni tersebut menjadi masalah bagi

sebagian masyarakat khususnya di

Kelurahan Padduppa Kecamatan

Tempe Kabupaten Wajo.

Atas dasar pemikiran tersebut

diatas, penyediaan rumah layak huni

atau pemugaran rumah tidak layak

huni dapat memberikan kontribusi

terhadap upaya penurunan angka

kemiskinan. Bedah rumah mampu

memberikan dampak yang baik

terhadap kondisi psikologis

seseorang yang secara tidak langsung

akan mendapatkan perlindungan

sosial yang dapat memberikan rasa

aman, nyaman, betah, tentram, serta

bermartabat.

Pemberian bantuan sosial

benar-benar telah memberikan

perlindungan sosial terhadap

kelangsungan hidup masyarakat dan

ditujukan untuk meringankan beban

bagi masyarakat miskin. Selain itu,

di Kelurahan Padduppa, bantuan

sosial berupa perbaikan rumah yang

tidak layak huni (bedah rumah) bagi

masyarakat miskin. Dengan ini

dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan dan rasa aman bagi

masyarakat.

Membantu masyarakat dalam

bekerja untuk memberdayakan

hidupnya, pemberdayaan menekankan

bahwa orang memperoleh

keterampilan, pengetahuan, dan

kekuasaan yang cukup untuk

mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi

perhatiannya. Pemberdayaan sosial,

bertujuan untuk menjadikan

seseorang atau kelompok masyarakat

yang mengalami masalah sosial

mempunyai daya, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya.

Pemberian Bansos di Kelurahan

Padduppa juga berdampak pada

pemberdayaan sosial masyarakat.

Seperti halnya pemberian bantuan

berupa traktor atau varietas bibit

unggul yang disediakan oleh pihak

Page 97: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

8

kelurahan yang bekerja sama dengan

Dinas Pertanian Kebupaten Wajo.

Pemerintah membagikan bibit unggul

kepada kelompok tani yang

membutuhkan.

Tentu saja berdampak positif

kepada masyarakat karena membantu

mereka dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya dalam bekerja. Tidak hanya

bagi petani, dampak bantuan sosial

khususnya dalam pemberdayaan sosial

juga dirasakan oleh para nelayan yang

berdomisili di Kelurahan Padduppa,

karena selain memperoleh bantuan

berupa bibit, mereka juga memperoleh

pengetahuan melalui sosialisasi yang

dilaksanakan oleh aparat kelurahan.

Demikian pula, memberikan dampak

atau pengaruh yang cukup baik kepada

masyarakat.

Pemberian bantuan sosial berupa

bibit pertanian dan perikanan serta alat-

alat yang menunjang mata pencarian

masyarakat dapat memberdayakan

masyarakat. Dampak tersebut dirasakan

langsung oleh warga penerima bantuan

ini. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa dampak

Bantuan Sosial dapat

memberdayakan masyarakat miskin

sehingga mampu memperoleh

penghidupan yang layak. Sesuai

dengan salah satu tujuan dalam

pemberian Bantuan Sosial bagi

masyarakat yang tertuang dalam

Peraturan Bupati Wajo Tentang

Pedoman Pemberian Bantuan Sosial

Nomor 32 Tahun 2011, dalam pasal

24 yaitu pemberdayaan sosial dengan

jalan memberikan bantuan berupa

sarana yang dapat meningkatkan

keterampilan masyarakat dalam

bekerja.

Memberikan bantuan pengobatan

secara gratis, keterbatasan akses dan

rendahnya mutu layanan kesehatan

disebabkan oleh kesulitan mendapatkan

layanan kesehatan dasar, rendahnya

mutu layanan kesehatan dasar,

kurangnya pemahaman terhadap

perilaku hidup sehat, dan kurangnya

layanan kesehatan reproduksi, jarak

fasilitas layanan kesehatan yang jauh,

biaya perawatan dan pengobatan yang

mahal. Pemberian bantuan sosial

dalam bentuk pemberian Jaminan

Kesehatan bagi masyarakat

khususnya masyarakat miskin yang

berdomisili di Kelurahan Padduppa

diharapkan memberikan dampak

positif dalam hal jaminan sosial

kepada masyarakat.

Dengan adanya dampak yang

dihasilkan pada pemberian bantuan

Page 98: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

9

sosial dalam bentuk Kartu Sehat,

yakni adanya jaminan kesehatan

bagi masyarakat yang

membutuhkan, yang tidak lain tentu

saja warga yang memenuhi

persyaratan sebagai penerima Kartu

Sehat dari Kelurahan Padduppa.

Mereka yang merasakan dampak

langsungnya beranggapan bahwa

bantuan ini membantu mereka dalam

mendapatkan pelayanan yang murah

bahkan gratis.

Mengenai dampak Bansos

khususnya dalam bentuk Kartu Sehat

yakni memberikan jaminan sosial

dalam hal pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin. Hal ini berarti

bahwa, dengan adanya Bansos,

masyarakat miskin dapat

memperoleh jaminan pelayanan

kesehatan yang layak tanpa

menambah beban hidup mereka.

Seperti yang tertuang dalam

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945,

Pasal 28H (1) menyebutkan setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir

dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan hidup yang

baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.

Demikian pula dalam Undang-

undang No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan dan konstitusi WHO, yang

menetapkan bahwa kesehatan adalah

hak fundamental setiap individu.

Oleh karena itu negara bertanggung

jawab untuk mengatur agar hak

hidup sehat bagi penduduknya

terpenuhi.

Membantu korban bencana

alam, penanggulangan bencana,

merupakan serangkaian upaya yang

ditujukan untuk tanggap darurat, dan

rehabilitasi. Bencana alam adalah

bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa

yang disebabkan oleh alam antara

lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan, dan tanah langsor.

Bencana non alam adalah bencana

yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang

antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit. Bencana sosial

adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi konflik sosial

antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat, dan teror.

Page 99: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

10

Diketahui bahwa di Kelurahan

Padduppa ada bantuan sosial yang

berupa santunan kepada masyarakat

yang terkena bencana alam dan

kebakaran. Bantuan sosial tidak

hanya menanggulangi kemiskinan

tapi juga mampu menanggulangi

bencana yang bisa saja terjadi secara

tiba-tiba.

Dan ini pula dapat memberikan

dampak positif terhadap masyarakat,

terlebih untuk meringankan beban

mereka. Walaupun kemungkinan

besarnya nominal santunan belum

cukup untuk mengganti kerugian

yang diperoleh, namun sangat

membantu meringankan penderitaan

korban bencana. Dampak Bansos

bagi korban bencana alam, baik

Bansos yang diberikan berupa

sembako dan sarana pengungsian

setidaknya mampu memberikan rasa

aman kepada masyarakat dan

mengurangi penderitaan yang

dirasakan masyarakat karena

bencana alam tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan Bantuan Sosial

bagi masyarakat miskin dapat

membantu dalam penanggulangan

bencana. Salah satu tujuan dalam

pemberian bantuan sosial bagi

masyarakat yang tertuang dalam

Peraturan Bupati Wajo Tentang

Pedoman Pemberian Bantuan Sosial

Nomor 32 Tahun 2011, yakni,

penanggulangan bencana.

Dampak negatif merupakan

keinginan untuk membujuk,

meyakinkan, mempengaruhi atau

memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka

mengikuti atau mendukung

keinginannya yang buruk dan

menimbulkan akibat tertentu.

Berdasarkan hasil pengamatan

penulis di lapangan, dengan adanya

Pemberian Bantuan Sosial Terhadap

Masyarakat Miskin di Kelurahan

Padduppa Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo telah berdampak

terhadap lingkungan ataupun kepada

masyarakat setempat. Salah satu

dampak negatifnya dapat dilihat.

Mendidik hidup malas

merupakan pemberian bantuan sosial

akan membuat malas penerimanya.

Biasanya bantuan sosial akan

memicu rasa malas bagi sebagian

penerimanya. Beberapa orang hanya

tinggal menunggu tanpa bekerja.

Page 100: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

11

Pola pikir sebagian kecil

masyarakat penerima bansos adalah

pola yang tidak menunjukkan pola

pikir masyarakat mandiri, bahkan

terkesan mendidik masyarakat

menjadi malas bekerja dan berusaha.

Pola hidup malas seperti ini dapat

dihindari dengan menanamkan pola

hidup mandiri dan pekerja keras di

benak masyarakat. Demikian perlu

menjadi perhatian bagi pemerintah

untuk memberikan sosialisasi kepada

masyarakat dengan menumbuhkan

kesadaran nasyarakat dalam bekerja

dan meningkatkan kehidupannya

secara mandiri.

Terjadinya rentan konflik,

penyaluran bantuan sosial yang tidak

tepat sasaran akan memicu konflik

pada masyarakat. Masyarakat yang

sebenarnya mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya, justru terdaftar

sebagai penerima bantuan, sementara

itu, masyarakat miskin yang berhak

menerima bantuan justru tidak

terdaftar sebagai penerima bantuan

sosial.

Tentu berdampak pada adanya

kesenjangan atau kecemburuan sosial

yang akan memicuh konflik

terutama pada masyarakt miskin

yang tidak menerima bantuan. Oleh

sebab itu, untuk mengatasi hal

tersebut, sebaiknya mendata kembali

(memperbaharui data) masyarakat

yang berhak menerima Bansos

supaya tidak terjadi penyaluran yang

tidak tepat sasaran, sehingga dampak

negatif seperti rentannya konflik

bisa dihindari.

Mendidik hidup konsumtif,

konsumtif lebih khusus menjelaskan

keinginan untuk mengkonsumsi

barang-barang yang sebenarnya

kurang diperlukan secara berlebihan

untuk mencapai kepuasan yang

maksimal. Sesungguhnya perilaku

hidup konsumsi memiliki banyak

dampak negatifnya dari pada dampak

positifnya. Dampak negatif dari

perilaku pola hidup konsumtif

terjadinya pada seseorang yang tidak

memiliki keseimbangan antara

pendapatan dengan pengeluarannya

(boros).

Masyarakat yang menerima

Bansos cenderung menunjukkan

prilaku pola hidup komsumtif.

Merupakan salah satu dampak dari

kebijakan bantuan sosial yang

diberikan kepada masyarakat.

Masyarakat yang tidak mampu

Page 101: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

12

memanfaatkan dana bantuan sosial

yang diberikan akan cenderung

menunjukkan pola hidup yang

konsumtif.

Secara langsung akan

berpengaruh buruk pada jiwa

produktif masyarakat. Saat menerima

bantuan biasanya dimanfaatkan

untuk membeli barang konsumsi

bukan untuk merintis usaha.

Sehingga bantuan yang diberikan

tidak produktif dan justru mendidik

masyarakat untuk berpola hidup

konsumtif. Namun hal ini tidak dapat

dipungkiri, mengingat bahwa jumlah

nominal dana yang diterima tidak

seberapa jika dibandingkan dengan

jumlah kebutuhan pokok masyarakat

yang juga semakin meningkat.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil dari

pembahasan di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa, Dampak

kebijakan pemberian bantuan sosial

(Bansos) terhadap masyarakat miskin

di Kelurahan Padduppa Kecamatan

Tempe Kabupaten Wajo telah

memberikan dampak positif dan

dampak negatif. Dampak positif dari

pemberian bantuan sosial terhadap

masyarakat miskin, dengan adanya

bantuan sosial yaitu dapat (1)

memberikan perlindungan sosial

melalui bedah rumah, rumah

merupakan kebutuhan dasar

manusia, yang berfungsi sebagai

tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Pada

hakikatnya setiap warga masyarakat

membutuhkan perumahan yang layak

huni, namun dalam kenyataannya

pemenuhan kebutuhan rumah layak

huni tersebut menjadi masalah bagi

sebagian masyarakat; (2) membantu

masyarakat dalam bekerja untuk

memberdayakan hidupnya,

pemberian bantuan sosial telah

memberikan dampak pemberdayaan

sosial dalam hal peningkatan

pengetahuan dan membantu dalam

penyediaan pemenuhan sarana

sehingga kebutuhan dasar

masyarakat dapat terpenuhi dan

dapat meningkatkan keterampilan

masyarakat dalam bekerja; (3)

memberikan bantuan pengobatan

secara gratis, dan (4) membantu

korban bencana alam. Sedangkan

dampak negatif dari bantuan sosial

yaitu dapat (1) mendidik hidup malas

(2) rentan konflik dan (3) mendidik

hidup konsumtif.

Page 102: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

13

DAFTAR PUSTAKA

Bupati Wajo. Peraturan Bupati Wajo

Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pemberian Bantuan

Sosial.

Nugroho, Riant.2003. Kebijakan

Publik: Formulasi,

Implementasi, Evaluasi. Jakarta:

PT Elex Media Komputindo.

Nugroho, Riant. 2009. Public Policy:

Teori Kebijakan – Analisis –

Proses Kebijakan, Perumusan,

Implementasi, Evaluasi, Revisi

risk management dalam

Kebijakan Publik, Kebijakan

sebagai The Fifth Estate –

Metode penelitian Kebijakan.

Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Parsons, Wayne. 2008. Public

Policy: Pengantar Teori dan

Praktik Analisis Kebijakan.

Jakarta: Predana Media Group.

Republik Indonesia. Undang-undang

No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan dan konstitusi WHO.

Subarsono, 2006. Analisis Kebijakan

Publik: Konsep Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 2002.

Reformasi Nasional

Penyelenggaraan Good

Governance dan Perwujudan

Masyarakat Madani. Jakarta:

Tanpa Penerbit.

Winarno, 2008. Kebijakan Publik

Teori dan Proses. Yogyakarta:

MedPress.

Page 103: DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

AVRILIYANTI lahir di Rumah sakit

Salewangeng Sengkang Kelurahan

Siengkang Kecamatan Tempe Kabupaten

Wajo pada tanggal 21 Juni 1992. Anak

kedua dari tiga bersaudara, pasangan dari

ibunda Hasnani S.pd dengan ayahanda

Agustamin.

Mulai menempuh pendidikan di TK PERTIWI SIWA dan tamat pada

tahun 1999. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SDN 181 BULETE

dan tamat pada tahun 2005. Dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan

ke jenjang SMP NEGERI 6 SENGKANG, tamat pada tahun 2008. Kemudian,

melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA NEGERI 3 SENGKANG dan tamat pada

tahun 2011. Saat ini menempuh jenjang pendidikan tingkat Strata Satu (S1) di

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR, JURUSAN ILMU

ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(FISIPOL) dari tahun 2011.