dampak kebijakan nasionalisasi perusahaan migas …

143
DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP HUBUNGAN BOLIVIA BRAZIL TAHUN 2006 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Aulia Rachman 1110083000005 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: others

Post on 08-Dec-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN

MIGAS PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP

HUBUNGAN BOLIVIA – BRAZIL TAHUN 2006 – 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Aulia Rachman

1110083000005

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

Page 2: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS

PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP HUBUNGAN BOLIVIA–

BRAZIL TAHUN 2006 – 2013

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 November 2015

Aulia Rachman

Page 3: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Aulia Rachman

NIM : 1110083000005

Program Studi : Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS

PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP HUBUNGAN

BOLIVIA – BRAZIL TAHUN 2006 – 2013

dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 4 November 2015

Mengetahui,

Kepala Program Studi Pembimbing

Badrus Sholeh, Ph.D Febri Dirgantara Hasibuan, M.M

NIP. - NIP. -

Page 4: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS

PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP HUBUNGAN

BOLIVIA – BRAZIL TAHUN 2006 – 2013

Oleh

Aulia Rachman

1110083000005

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 18 Desember 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional.

Ketua Sidang,

Badrus Sholeh, Ph.D

Penguji 1, Penguji 2,

M. Adian Firnas, M.Si A. Alfajri, M.A

Ketua Program Studi,

Ilmu Hubungan Internasional

Badrus Sholeh, Ph.D

Page 5: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon

yang dilakukan Bolivia pada tahun 2006 terhadap perusahaan-perusahaan

asing/swasta yang berinvestasi di sektor hidrokarbon Bolivia khususnya

perusahaan Petrobras milik Brazil di Bolivia. Pembahasan skripsi ini fokus

kepada dampak dari kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia tahun

2006 terhadap hubungan Bolivia dengan Brazil dalam bidang ekonomi, sosial

dan politik. Pertanyaan skripsi ini yaitu bagaimana dampak kebijakan

nasionalisasi perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia terhadap hubungan

Bolivia-Brazil tahun 2006–2013. Dalam menjawab permasalahan tersebut

penulis menggunakan konsep terkait, seperti kepentingan nasional, nasionalisasi,

interdependensi ekonomi, dan negosiasi. Penelitian skripsi ini menggunakan

metode kualitatif. Metode pencarian data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

data kajian pustaka, yakni pengumpulan data dengan mengkaji berbagai literatur

seperti buku, artikel jurnal, dan sumber-sumber lain. Skripsi ini menemukan

bahwa kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon yang dikeluarkan Bolivia pada

tahun 2006 pada akhirnya memberikan dampak yang positif terhadap hubungan

Bolivia dengan Brazil. Dampak dari kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon

Bolivia pasca tahun 2006 tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kerjasama-

kerjasama antara Bolivia dengan Brazil dalam bidang ekonomi seperti kerjasama

perdagangan gas lanjutan berupa retroactive compensation, Sabalo gas plant,

serta peningkatan hubungan perdagangan ekspor impor Bolivia-Brazil, dan

bidang politik yang dihasilkan seperti kerjasama kedua negara dalam Initiative

for the Integration of the Regional Infrastructure of South America (IIRSA),

Mercosur 2012, serta kerjasama pemberantasan penyelundupan narkotika di

wilayah perbatasan tahun 2013.

Kata kunci: Bolivia, Brazil, Petrobras, Nasionalisasi, Hidrokarbon.

Page 6: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’ Alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT

yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan dalam rangka untuk

memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan sangat terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung

penulis baik secara moril ataupun materi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua (Asnawi Hamid dan

Elphis Novery), dan Abdul Arif selaku kakak yang terus mendukung,

mendoakan, dan selalu mengingatkan penulis untuk menuntaskan pendidikan ini.

Terima kasih kepada Elfino Munanda dan Eka Dian Buana selaku om dan tante

yang selalu memberikan sumbangan motivasi bagi penulis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Febri Dirgantara Hasibuan,

M.M selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas segala bimbingan,

motivasi, ilmu, dan kesabarannya dalam membimbing penulis dalam penulisan

skripsi ini. Tidak lupa juga kepada Bapak M. Adian Firnas selaku dosen

pembimbing akademik terima kasih selama tujuh semester telah menjadi

pembimbing akademik prodi Hubungan Internasional kelas A angkatan 2010.

Serta Bapak Badrus Sholeh dan Ibu Eva Mushoffa selaku Ketua dan sekretaris

Page 7: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

Prodi Hubungan Intermasional penulis ucapkan terima kasih

Terima kasih kepada seluruh Bapak/Ibu dosen dan staff Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai sehingga Penulis dapat

menyelesaikan studi di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Yuri Handayani dan

Andriean Akbar Pratama, sebagai sahabat yang selalu siap membantu dan

memberikan semangat. Terima kasih kepada teman-teman Fisip dan HI A 2010,

Uda, Pasto, Olit, Wahyu, Edo, Ode, Farhan, Rami, Detty, Yoga, Adam, Reza,

Nindi, Navis, Mul, Mahyar, Clara, Zakiya, Batok dan seluruh teman-teman

seperjuangan HI 2010 yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih kepada teman-teman 32 2010, Icang, Ilham, Takul, Izul. Dan

kawan-kawan KKN Barista Debi, Arum, Aceng, Uung, Vale, Ilham, Ipeh, Vera,

Kiki, Okta, Umi. Serta kepada keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMII) Komisariat Fisip, dan seluruh pihak yang mendukung penulis

selama penelitian skripsi ini berlangsung, penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 4 November 2015

Aulia Rachman

Page 8: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………………………………………….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………………………………. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………………………………… iv

ABSTRAK……………………………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. viii

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. xii

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1

A. Pernyataan Masalah………………………………………………………………….. 1

B. Pertanyaan Penelitian………………………………………………………………… 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………………………. 9

D. Tinjauan Pustaka……………………………………………………………………… 10

E. Kerangka Teori……………………………………………………………………….. 13

1. Konsep Kepentingan Nasional…………………………………………………… 13

2. Konsep Nasionalisasi…………………………………………………………….. 15

3. Konsep Interdependensi Ekonomi………………………………………………… 18

4. Konsep Negosiasi………………………………………………………………… 19

Page 9: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

ix

F. Metode Penelitian…………………………………………………………………… 22

G. Sistematika Penulisan………………………………………………………………. 24

BAB II HUBUNGAN BOLIVIA-BRAZIL DALAM SEKTOR HIDROKARBON… 26

A. Hubungan Ekonomi dan Politik Bolivia-Brazil Sebelum Kebijakan Nasionalisasi

Sektor Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006 .......................................................................... 26

B. Kerjasama Sektor Hidrokarbon Bolivia-Brazil……………………………………….. 29

1. Bolivia-Brazil (Gasbol) Gas Pipeline (Proyek Jalur Pipa gas Bolivia-Brazil)…… 32

2. Bolivia-Brazil (Cuiaba) Gas Pipeline (Proyek Jalur Pipa Gas Cuaiaba Bolivia-

Brazil).. ....................................................................................................................... 35

3. Bolivia-Brazil (Gasyrg) Gas Pipeline (Proyek Jalur Pipa Gas Yacuiba-Rio Grande,

Bolivia – Brazil)…………………………………………………………………… 37

C. Peran Petrobras di Bolivia…………………………………………………………….. 39

BAB III KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS ASING

DI BOLIVIA ..................................................................................................................... 43

A. Sejarah Hidrokarbon di Bolivia .................................................................................... 43

B. Potensi Sektor Hidrokarbon Bolivia .............................................................................. 46

C. Kebijakan Privatisasi Tahun 1994 Sebelum Kebijakan Nasionalisasi .......................... 50

D. Kebijakan Nasionalisasi Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006 .......................................... 58

E. Kondisi Petrobras Brazil dan Bolivia Terkait Kebijakan Nasionalisasi Tahun 2006. ... 62

F. Sikap Pemerintah Brazil Terhadap Kebijakan Nasionalisasi Bolivia Tahun 2006…… 69

1. Kecaman Pemerintah Brazil Terhadap Kebijakan Nasionalisasi Bolivia Tahun

2006………………………………………………………………………………… 69

2. Renegosiasi Kontrak Baru Sektor Hidrokarbon…………………………………… 72

Page 10: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

x

BAB 1V ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN

MIGAS PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP HUBUNGAN

BOLIVIA DENGAN BRAZIL TAHUN 2006-2013 ......................................................... 81

A. Kepentingan Nasional Bolivia…………………………………………………………. 81

B. Kepentingan Nasional Brazil ......................................................................................... 84

B. Dampak Ekonomi……………………………………………………………………… 87

1. Peningkatan Kerjasama Bolivia-Brazil Dalam Sektor Hidrokarbon Pasca Kebijakan

Nasionalisasi Bolivia Tahun 2006………………………………………………… 87

a. Kesepakatan Retroactive Compensation ........................................................... 88

b. Proyek Sábalo Gas Plant (Pengilangan Gas Sábalo) ........................................ 90

2. Peningkatan Perdagangan Bolivia-Brazil Pasca Kebijakan Nasionalisasi Sektor

Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006………………………………………………….. 91

C. Dampak Politik………………………………………………………………………… 97

1. Penguatan Eksistensi hubungan Bolivia-Brazil……………………………………. 97

2. Upaya Stabilitas Hubungan Bolivia-Brazil di Kawasan…………………………… 101

BAB V KESIMPULAN…………………………………………………………………… 108

DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………………..……………….. 111

LAMPIRAN

Page 11: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

xi

DAFTAR SINGKATAN

YPFB Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos

MNC Multinational Corporation

ISI Impor Substitution Industrialization

GASBOL Pipa Gas Bolivia-Brazil

PEB Petrobras Bolivia

GSA Gas Supply Agreement

MAS Movimiento al Socialismo

IDH Impuesto Directo Hidrocarburos

LNG Liquid Natural Gas

LPG Liquid Petroleum Gas

PETROBRAS Petroleo Brasiliero

GDP Gross Domestic Product

FDI Foreign Direct Investment

MERCOSUR Mercado Comun del Sur

FTAA Free Trade Area of the Americas

ALBA Alianza Bolivariana para los Pueblos de Nuestra America

IIRSA Initiative for the Integration of the Regional Infrastructure of

South America

DEA U.S Drug Enforcement Administration

Page 12: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.E.2.1. Negara yang Menerapkan Nasionaliasi Sebagai Kebijakan....... 17

Tabel II.A.1.2 Tabel Keterangan Pipa GASBOL di Tiap Kota……………….32

Tabel III.B.1 Tabel Overview Keberadaan Petrobras di Bolivia ..................... 38

Page 13: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik.II.A.1. Ekspor Gas Alam Bolivia (1972-2019)........................................ 27

Grafik.III.B. 1. Produksi dan Konsumsi Gas Alam Bolivia (1990-2010)........... 27

Grafik IV.B.3.1. Aktivitas Ekspor Ekonomi Bolivia (1998-2013)……………..90

Grafik IV.B.3.2. Aktivitas Impor Ekonomi Bolivia (1998-2013)…...……..…...91

Page 14: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.B.2. Daerah Potensi Hidrokarbon dan pengembangan di Bolivia ................. 31

Gambar III.A.1.1. Denah Pipa GASBOL Bolivia-Brazil ............................................... 50

Gambar III.A.3.1. Denah Pipa Gasryg Bolivia-Brazil .................................................... 54

Page 15: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Supremee Decree 28701 (Dekrit Nasionalisasi Hidrokarbon

Bolivia tahun 2006)

Lampiran 2 Pernyataan Klarifikasi Petrobras

Lampiran 3 Syarat dan Ketentuan Kontrak Baru Hidrokarbon

Lampiran 4 Pembukaan Konstitusi Bolivia 2009

Page 16: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Bolivia merupakan salah satu negara termiskin dengan tingkat kemiskinan

ekstrim yang mencapai 60,6% dari total populasi di Bolivia hingga tahun 2005.1

Sebagai salah satu negara termiskin di Amerika Latin, Bolivia dinilai mempunyai

sumber daya alam potensial. Kekayaan sumber daya alam Bolivia terutama gas

alam dengan cadangan lebih dari 9,9 triliun kaki kubik membuat Bolivia termasuk

dalam negara dengan persediaan gas alam terbesar kedua di Amerika Selatan

setelah Venezuela.2 Namun kekayaan gas alam Bolivia dikuasai oleh perusahaan

asing yang berinvestasi dan mengelola gas alam Bolivia.

Melihat banyaknya kandungan gas alam potensial di Bolivia membuat

pemerintah Bolivia menerapkan kebijakan nasionalisasi dalam sektor

hidrokarbon3 pada masa pemerintahan Presiden Evo Morales. Melalui kebijakan

nasionalisasi, sektor hidrokarbon Bolivia terutama gas alam yang sebelumnya

dikelola oleh perusahaan asing, kembali ditransfer ke negara dan dikelola oleh

perusahaan migas negara Bolivia Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos

1 Massimiliano Cali dan Luis Carlos Jemio, Bolivia, Case Study for the MDG Gap Task

Force Report, Overseas Development Institute, May 2010, 3. 2 Brent Z. Kaup, “Powering up: Latin America's energy challenges: Bolivia’s Nationalised

Natural Gas: Social and Economic Stability Under Morales,” LSE IDEAS: London School of

Economics and Political Science, Vol. SU005, 2010, 22. 3 Hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang tersusun dari atom hidrogen dan atom

karbon.Senyawa hidrokarbon termasuk seperti minyak bumi, gas alam, bensin, plastik, dan

sebagainya. Tersedia di

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dewi%20Yuanita%20Lestari,%20S.Si.,%20M.

Sc./HIDROKARBON.pdf diunduh pada 15 Februari 2015.

Page 17: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

2

(YPFB).4 Kekayaan sumber daya alam dalam sektor hidrokarbon telah membuat

gas alam di Bolivia menjadi sumber pemasukan ekonomi utama dalam bidang

ekspor dan paling dikembangkan di Amerika Selatan.5

Penerapan kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon disebabkan adanya

tuntutan dari rakyat yang memicu gerakan sosial di Bolivia sebagai protes

terhadap krisis perekonomian di Bolivia pada bulan Oktober tahun 2003. Adanya

krisis perekonomian akibat dari privatisasi sektor-sektor milik negara Bolivia

salah satunya hidrokarbon membuat keadaan di Bolivia semakin terpuruk dengan

semakin tingginya tingkat kemiskinan, meningkatnya angka pengangguran, serta

upah kerja yang rendah.6 Gerakan sosial muncul akibat adanya tuntutan rakyat

terhadap pemerintah untuk segera melakukan kebijakan nasionalisasi dan

mengembalikan hak-hak rakyat dalam menggunakan fasilitas negara.7

Krisis perekonomian tersebut terjadi akibat dampak dari penerapan

kebijakan oleh Presiden sebelumnya, Gonzalo Sanchez de Lozada yang terpilih

menjadi presiden pada tahun 1993, dengan menerapkan Undang–Undang

Kapitalisasi no. 1544, yang mengizinkan program privatisasi bagi perusahaan

swasta/asing di Bolivia.8

4 Stephan Lefebvre dan Jeanete Bonifaz 24 November 2014, Lessons from Bolivia: re-

nationalisin the hydrocarbon industry, tersedia di

https://www.opendemocracy.net/ourkingdom/stephan-lefebvre-jeanette-bonifaz/lessons-from-

bolivia-renationalising-hydrocarbon-indust diunduh pada 25 Desember 2015. 5 Country Analysis Note. US energy information administration. Tersedia di

http://www.eia.gov/countries/country-data.cfm?fips=bl diunduh pada 11 Mei 2014. 6 Lefebvre dan Bonifaz, , Lessons from Bolivia: re-nationalisin the hydrocarbon industry.

7 Tom Lewis, Bolivia’s Gas War, International Socialist Review Issue 36, July–August

2004, tersedia di http://isreview.org/issues/36/gaswar.shtml, diunduh pada 25 Desember 2015. 8 Marco Antonio Urioste Viera, “Gas Political and Economic in Bolivia: How Would It

Affect The Development of The Potential Gas Market In Chile and Brazil”, Journal of The Centre

for Energy, Petroleum and Mineral Law and Policy, University of Dunde, June, 2009, 5.

Page 18: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

3

Perundang-undangan ini melegalkan otorisasi negara dalam penjualan

minyak dan gas, perusahaan telekomunikasi, perusahaan penerbangan, perusahaan

listrik, perusahaan kereta api, serta perusahaan pengelolaan biji besi.9 Presiden

Gonzalo menjual lebih dari 50% saham perusahaan kepemilikan negara Bolivia

tersebut terhadap perusahaan swasta/asing dan menyerahkan otorisasi tersebut

berupa penguasaan pihak swasta/asing terhadap penjualan hasil-hasil produksi

dari perusahaan-perusahaan di dalam negeri.10

Kebijakan privatisasi yang diterapkan oleh pemerintah Bolivia saat itu

mengakibatkan rakyat Bolivia tidak dapat secara bebas menggunakan haknya

dalam memanfaatkan fasilitas publik seperti air, listrik, transportasi, bahan bakar,

dan lainnya. Akses masyarakat dalam menggunakan fasilitas publik tersebut

bersifat terbatas, karena adanya privatisasi yang dilakukan oleh pihak asing.

Penguasaan pihak asing terhadap perusahaan milik negara Bolivia tersebut

selain membatasi ruang gerak masyarakat Bolivia untuk mendapatkan hak-haknya

atas fasilitas publik, juga memicu pemecatan besar - besaran terhadap para pekerja

di perusahaan migas negara Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB),

yang pada tahun 1985 mempunyai 9.150 karyawan, menjadi 1.880 karyawan pada

akhir tahun 1997.11

Kejadian tersebut membuat rakyat Bolivia semakin terpuruk karena

kepemilikan atas fasilitas publik oleh pihak swasta yang membuat pihak swasta

dapat secara leluasa menerapkan kontrol, tarif atau harga jual. Penguasaan sektor

9 Benjamin H. Kohl, Impasse in Bolivia: Neoliberal Hegemony and Popular resistance,

(New York: St. Martin’s Press, 2006), 109. 10

Kohl, Impasse in Bolivia, 109. 11

Benjamin H. Kohl, “Privatization Bolivian Style: A Cautionary Tale,” International

Journal of Urban and Regional Research, Vol. 28.4, December 2004, 900.

Page 19: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

4

hidrokarbon Bolivia oleh perusahaan asing pada akhirnya membuat besarnya

tingkat pengangguran di Bolivia akibat dari pemecatan karyawan tersebut dan

krisis perekonomian yang membuat kemiskinan serta tingkat pendapatan

masyarakat Bolivia yang begitu rendah. Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan

aksi protes dan memicu terjadinya gerakan sosial di Bolivia yang bertujuan politis

serta menghendaki perubahan ekonomi.12

Setelah terpilih menjadi Presiden baru di Bolivia, Evo Morales menepati

janjinya untuk membawa perubahan serta perbaikan dalam segi politik dan

perekonomian di Bolivia. Sektor hidrokarbon terutama gas alam telah menjadi

sumber pemasukan utama bagi perekonomian Bolivia melalui ekspor gas alam ke

Brazil. Evo Morales menempatkan sektor hidrokarbon Bolivia berada di bawah

kontrol negara, dengan mengeluarkan Supreme Decree of Nationalization no.

28.701 pada tangal 1 Mei 2006 yang menyatakan bahwa keputusan tersebut

mengharuskan seluruh kegiatan produksi perusahaan transnasional dan

internasional yang bergerak di bidang pengelolaan dan eksplorasi migas untuk

kembali diatur oleh negara. Melalui perusahaan migas negara Yacimientos

Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB), Bolivia melakukan renegosiasi kontrak

baru dengan tujuan memastikan keuntungan negara yang lebih besar dari

pendapatan gas dengan pembagian 51% untuk negara dan 49% untuk perusahaan

asing.13

Melalui keputusan nasionalisasi sektor hidrokarbon tersebut, perusahaan-

perusahaan migas asing di Bolivia diberikan jangka waktu selama 180 hari setelah

12

Kohl, “Privatization Bolivian Style”, 902. 13

Christian Velasquez Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia: How are

the Gas and Oil Revenues Distributed?, (Saarbrücken: Lambert Academy Publishing, 2012), 13.

Page 20: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

5

keputusan ditetapkan untuk memilih antara melakukan renegosiasi dan

menandatangani kontrak baru, atau meninggalkan Bolivia14

Akan tetapi,

nasionalisasi yang dilakukan Bolivia berbeda pada umumnya. Presiden Evo

Morales menjamin bahwa nasionalisasi yang dilakukan Bolivia bukan berupa

pengambilalihan atau penyitaan fasilitas, tetapi merujuk pada renegosiasi kontrak

dengan peningkatan tarif pajak dan pembangunan kembali perusahaan migas

negara.15

Di Bolivia terdapat beberapa perusahaan yang menanam investasi dengan

saham kepemilikan terbesar di sektor migas, mencakup Petrobras (Brasil), Repsol

YPF (Spanyol - Argentina), Total (Perancis), dan British Gas (Inggris).16

Melalui

keputusan Evo Morales untuk menerapkan kebijakan nasionalisasi dalam sektor

hidrokarbon Bolivia, membuat seluruh multinational corporation (MNC) besar

merasa dirugikan karena telah berinvestasi di sektor hidrokarbon Bolivia, salah

satunya perusahaan migas milik negara Brazil Petrólio Brasileiro (Petrobras) di

Bolivia. Petrobras telah melakukan investasi sebesar 1 milliar dolar AS untuk

industri gas alam Bolivia.17

Keberadaan perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia memiliki nilai

penting bagi keberlangsungan segala aktivitas sektor hidrokarbon di Bolivia dan

menjadi sumber energi utama bagi Brazil. Brazil juga memiliki nilai dan

kedudukan yang penting bagi perekonomian dan pembangunan sektor energi

Bolivia. Akan tetapi, dengan pencapaian kontribusi Brazil melalui perusahaan

14

Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia, 13. 15

Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia, 13. 16

Carin Zissis, Bolivia's Nationalization of Oil and Gas, 12 May 2006, tersedia di

http://www.cfr.org/world/bolivias-nationalization-oil-gas/p10682 diunduh pada 11 mei 2014. 17

Zissis, Bolivia's Nationalization of Oil and Gas.

Page 21: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

6

migas Petrobras bagi peningkatan perekonomian dan pembangunan sektor migas

di Bolivia, Presiden Evo Morales tetap dengan tegasnya menjalankan kebijakan

nasionalisasi. Kebijakan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan

asing/swasta yang secara langsung mengeksploitasi sumber daya minyak dan gas

alam di Bolivia diterapkan secara bertahap.

Setelah kebijakan nasionalisasi dikeluarkan, tindakan Evo Morales dalam

mengambil kebijakan tersebut dianggap tidak memihak atas jaminan kepemilikan

dan keamanan berinvestasi terhadap investor asing di Bolivia karena menjadikan

perusahaan asing hanya sebatas penyedia jasa di sektor hidrokarbon Bolivia dan

menaikkan pajak dan royaliti sebesar 32%.18

Hal tersebut mendapat sikap kritis

serta tanggapan negatif dari beberapa negara Uni Eropa yang berinvestasi di

sektor migas Bolivia seperti Spanyol, Perancis, Belanda, dan tentunya Brazil.19

Negara-negara Uni Eropa menilai kebijakan nasionalisasi yang dikeluarkan oleh

Evo Morales dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap kebebasan berinvestasi

di Bolivia dan merugikan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam

pengelolaan dan eksplorasi migas.20

Penerapan kebijakan nasionalisasi di sektor hidrokarbon oleh Evo

Morales kemudian mendorong adanya respon dari pemerintah negara-negara yang

perusahaannya terancam terutama Brazil. Brazil mengeluarkan respon

18

Military, Bolivia – Economy, tersedia di

http://www.globalsecurity.org/military/world/bolivia/economy.htm diunduh pada 25 Desember

2015. 19

Associated Press, “Morales Defends Nationalization of Energy at EU-Latin America

Summit” tersedia di http://www.foxnews.com/story/2006/05/11/morales-defends-nationalization-

energy-at-eu-latin-america-summit/ diunduh pada 11 mei 2014. 20

Associated Press, “Morales Defends Nationalization of Energy at EU-Latin America

Summit”.

Page 22: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

7

mengancaman akan mengadukan permasalahan nasionalisasi yang dijalankan

Bolivia tersebut ke badan arbitrase internasional.21

Evo Morales tetap tegas

dengan keputusannya untuk mengedepankan kemakmuran rakyat dan negara,

tanpa ada lagi perusahaan-perusahaan asing yang mengambil hak-hak rakyat

Bolivia. Hal tersebut dibuktikan dengan ungkapan Morales dalam sebuah surat

yang ditujukan untuk PBB pada tahun 2006 yaitu “…In my government private

property will be respected. It is true that we need investment, but we need

partners, not bosses, not owners of our natural resources”.22

Dalam statement tersebut, Morales mengatakan bahwa dalam

pemerintahan Bolivia, hak kepemilikan pribadi/swasta akan dihormati. Morales

mengatakan Bolivia memang benar sekali membutuhkan investasi, tetapi untuk

hal itu Bolivia membutuhkan mitra-mitra, bukan membutuhkan penguasa-

penguasa atas sumber daya alam Bolivia.

Terkait aspek hubungan bilateral, Bolivia dan Brazil selama ini telah

menjalin hubungan yang cukup baik dan mempunyai sejarah yang dekat. Selama

lebih dari 50 tahun, Bolivia dan Brazil memiliki hubungan yang dekat karena

hubungan saling ketergantungan setelah pasca perang Chaco (1932-1935). Selain

itu, saat Bolivia dilanda krisis politik yang semakin memuncak pada tahun 2003,

Brazil bersama dengan Venezuela berperan sebagai mediator demi menstabilkan

kondisi di Bolivia.23

21

Kaup, “Powering up: Latin America's energy challenges”, 26. 22

Jeffrey St. Clair, Address to the United Nations: We Need Partners, Not Bosses,

September 22-24, 2006, tersedia di http://www.counterpunch.org/2006/09/22/we-need-partners-

not-bosses/ diunduh pada 11 mei 2014. 23

Sarah John de Sousa, Brazil and Bolivia:The Hydrocarbon ‘Conflict’, (Fride Journal,

November 2006), 5.

Page 23: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

8

Pada dasarnya, Brazil merupakan negara konsumen terbesar gas alam

Bolivia, dan perusahaan migas Petrobras milik Brazil menjadi investor terbesar di

ladang gas alam Bolivia.24

Kebijakan nasionalisasi dianggap akan merugikan

pihak Brazil. Pemerintah Brazil bahkan memberikan sikap keras dan mengancam

akan membatalkan rencana untuk berinvestasi sebesar 2 miliar dolar AS yang

pada mulanya direncanakan untuk mengembangkan sektor hidrokarbon Bolivia.25

Presiden Brazil, Lula da Silva, menginginkan diadakannya negosiasi

sebagai masa depan proses perdagangan sektor hidrokarbon antara kedua negara

guna menyelesaikan persoalan nasionalisasi hidrokarbon tersebut.26

Jika Bolivia

tetap bersikeras untuk melakukan nasionalisasi dan memberikan kontrak baru

dengan peningkatan harga gas tanpa negosiasi yang tepat, maka Lula da Silva,

yang didukung Petrobras, akan menyerahkan permasalahan ini untuk dibawa ke

arbitrase internasional.27

Pemerintah Brazil menegaskan akan tetap menghormati

kedaulatan Bolivia, namun Lula ingin bernegosiasi dengan tegas karena kebijakan

tersebut tidak hanya menyangkut kepentingan Brazil, tetapi juga kepentingan

Petrobras.28

Setelah melalui serangkaian proses negosiasi dengan Bolivia, pada tanggal

29 Oktober 2006, Brazil pada akhirnya menyetujui isi kontrak Supreme Decree of

Nationalization no. 28.701 dan menandatanganinya.29

Maka, penandatanganan

24

Crisis Talks on Bolivia Gas Move, 3 Mei 2006, tersedia di

http://news.bbc.uk/2/hi/americas/49643000.stm diunduh pada 14 Juni 2014. 25

Norman Gall, Gas in Bolivia: conflict and contracts, tersedia di

http://www.realinstitutoelcleano.org/analisis/1092/1092_Gall_Gas_Bolivia.pdf, diunduh pada 14

Juni 2014. 26

de Sousa, Brazil and Bolivia, 4. 27

de Sousa, Brazil and Bolivia, 4. 28

Crisis Talks on Bolivia Gas Move. 29

de Sousa, Brazil and Bolivia, 4.

Page 24: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

9

dekrit tersebut menjadi elemen penting dalam upaya penguatan kepentingan

nasional Bolivia, melalui pengimplementasian kebijakan nasionalisasi secara

nasional.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menjadi permasalahan yang

menarik untuk dikaji dan diteliti dengan judul “Dampak Kebijakan Nasionalisasi

Perusahaan Migas Petrobras Brazil di Bolivia Terhadap Hubungan Bolivia–

Brazil Tahun 2006 – 2013’’.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan serta batasan masalah yang telah

diuraikan diatas, pertanyaan penelitian yang terkait ialah: “Bagaimana Dampak

Kebijakan Nasionalisasi Perusahaan Migas Petrobras Brazil di Bolivia Terhadap

Hubungan Bolivia–Brazil Tahun 2006–2013 ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari kebijakan nasionalisasi

perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia terhadap hubungan bolivia

dengan Brazil Tahun 2006–2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi Bolivia dalam mencapai

kepentingannya melalui penerapan kebijakan nasionalisasi di sektor

hidrokarbon terhadap perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia tahun

2006-2013.

Page 25: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

10

Manfaat dari penelitian ini bertujuan untuk:

1. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu menyumbang ilmu

pengetahuan di bidang hubungan internasional, khususnya kawasan

Amerika Selatan.

2. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai

bagaimana dampak dari kebijakan nasionalisasi perusahaan migas

Petrobras Brazil di Bolivia terhadap hubungan bolivia dengan Brazil

Tahun 2006–2013.

3. Diharapkan penelitian ini mampu menambahkan wawasan bagi penulis

untuk mengembangkan potensi dalam penulisan karya ilmiah yang

sistematis.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian serupa dilakukan oleh Angela D. Gonzales dari Naval

Postgraduate School, Monterey, California, melalui tesisnya yang berjudul Social

Movement Mobilization and Hydrocarbon Policy in Bolivia and Ecuador Early

2000s. Tesis ini menjelaskan variasi antara Bolivia dan Ekuador dalam gerakan

mobilisasi sosial yang melahirkan nasionalisasi di sektor migas sejak tahun 2000-

an. Melalui variasi nasionalisasi di sektor migas antara Bolivia dan Ekuador dapat

membandingkan mengapa kebijakan nasionalisasi di Bolivia menuai banyak

protes dan merugikan banyak investor asing terutama Brazil melalui perusahaan

Petrobrasnya. Analisa ini membandingkan penerapan nasionalisasi di sektor

migas antara Bolivia dan Ekuador terhadap negara– negara investor asing lainnya.

Jangka waktu penelitian dari 1985 hingga saat ini memungkinkan untuk dapat

Page 26: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

11

mengulas balik sejarah dan faktor-faktor lain yang membuat Bolivia yakin dalam

melakukan nasionalisasi di sektor hidrokarbon terutama migas. Adanya perilaku

masyarakat yang menentang model ekonomi neoliberal dalam sektor hidrokarbon

membuat munculnya gerakan mobilisasi sosial di Bolivia sejak awal tahun 2000-

an untuk menuntut nasionalisasi industri.

Penelitian kedua dilakukan oleh Agnes Chronika pada tahun 2008 dalam

judul skripsi “Relasi Brazil – Bolivia Pasca Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon

Bolivia Tahun 2006”, Program Studi Hubungan Internasional, FISIP, Universitas

Indonesia. Penelitian tersebut mengajukan petanyaan “Mengapa konflik antara

Brazil dan Bolivia dalam kasus nasionalisasi gas Bolivia 2006 dapat dihindari?”.

Dalam skripsi tersebut berusaha menjelaskan hubungan kedua negara dalam

mencapai kesepakatan renegosiasi kontrak migas pasca penerapan kebijakan

nasionalisasi tahun 2006 di Bolivia. Dengan menggunakan konsep nasionalisasi,

konflik, sektor hidrokarbon, dan bargaining theory, proses negosiasi dan

diplomasi dalam tawar – menawar kesepakatan kerjasama dilakukan sebagai jalan

menghindari konflik.

Penelitian ketiga ialah jurnal Marco Antonio Urioste Viera yang berjudul

Gas Political and Economic in Bolivia: How Would It Affect The Development of

The Potential Gas Market In Chile and Brazil?, yang dimuat dalam CAR

(CEPMLP Annual Review) Volume 12, 04 June, 2009, The Centre for Energy

Petroleum and Mineral Law and Policy, University of Dunde. Menurut Marco

Antonio Urioste Vier dalam tulisannya, Bolivia dipandang oleh rakyatnya sebagai

negara yang selalu dijarah oleh orang asing. Hal tersebut membuat Bolivia

Page 27: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

12

menjadi negara termiskin di Amerika Latin dengan tingkat kemiskinan penduduk

60%. Privatisasi industri hidrokarbon membuat negara menderita, dan pada

akhirnya membahayakan bisnis dan transaksi yang merugikan investor asing

apalagi dengan adanya ketidakstabilan politik pada akhir tahun 1999 dan awal

tahun 2000. Dalam jurnal ini, Marco Antonio Urioste Viera juga menuliskan

mengenai keraguan akan kemajuan masa depan Bolivia di sektor migas melalui

latar belakang Bolivia yang dilanda gejolak politik. Terjadinya gejolak politik

tersebut menyebabkan ketidakstabilan sosial yang kemudian berkembang dan

berdampak pada industri migas Bolivia yang ikut terkena imbasnya dan membuat

pasokan dan transaksi bagi konsumen seperti Brazil, Chile, dan Argentina

dihentikan karena ketidakstabilan politik.

Brent Z. Kaup dalam tulisannya yang dimuat dalam LSE IDEAS, London

School of Economics and Political Science, London, UK. Vol. SU005, 2010, yang

berjudul Bolivia’s Nationalised Natural Gas: Social and Economic Stability

Under Morales 2006, juga menjelaskan bahwa nasionalisasi yang diterapkan Evo

Morales tergolong radikal dengan menyerukan kepada rakyat Bolivia bahwa “gas

adalah milik kita”. Dan juga Morales mengajukan nasionalisasi tanpa

pengambilalihan perusahaan pihak asing, akan tetapi dengan menerapkan pajak

dan tarif pembayaran yang tinggi bagi perusahaan-perusahaan asing tersebut.

Skripsi ini mengambil perbedaan dengan membahas dampak yang

dihasilkan dari Bolivia dalam menerapkan kebijakan nasionalisasi terhadap

perusahaan asing khususnya perusahaan Petrobras milik Brazil. Penelitian ini

mengkaji dengan melihat adanya berbagai dampak dalam segi ekonomi dan

Page 28: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

13

politik dari penerapan kebijakan nasionalisasi melalui analisis kepentingan

Bolivia terhadap Brazil yang menjadi negara investor terbesar di sektor migas

melalui keputusan Evo morales. Hal tersebut disebabkan peningkatan

perekonomian dan prospek masa depan Bolivia pada akhirnya menjadi salah satu

kepentingan Bolivia yang ingin dicapai melalui pemberlakuan nasionalisasi

terhadap perusahaan–perusahaan migas di dalamnya, terutama Petrobras milik

Brazil yang menjadi negara investor migas terbesar di Bolivia.

E. Kerangka Teori

Dalam membahas dan menjawab pertanyaan penelitian tersebut,

dibutuhkan beberapa konsep yang relevan untuk dapat menganalisa fenomena apa

yang terjadi di Amerika Selatan khususnya terkait Bolivia dan Brazil, dan

mengetahui dengan jelas bagaimana dampak yang terjadi bagi Bolivia terhadap

Brazil pasca presiden Evo Morales menerapkan kebijakan nasionalisasi di sektor

hidrokarbon berupa nasionalisasi perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia

Tahun 2006-2013. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kepentingan nasional, konsep nasionalisasi, konsep interdependensi ekonomi, dan

konsep negosiasi.

1. Konsep Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional diklarifikasikan K.J.Holsti ke dalam tiga hal

sebagai berikut: Pertama, kepentingan dan nilai inti, sesuatu yang dianggap paling

vital bagi negara yang menyangkut eksistensi negara tersebut; Kedua, tujuan

jangka menengah, mengenai peningkatan derajat perekonomian suatu negara;

Page 29: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

14

Ketiga, tujuan jangka panjang yaitu sesuatu yang bersifat ideal seperti keinginan

untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.30

Kepentingan nasional menjadi suatu alat bagi negara dalam mencapai

kesejahterannya. Kepentingan nasional digambarkan sebagai tujuan suatu negara

untuk bertahan hidup dalam membangun perekonomian untuk mencapai

kebutuhannya melalui sumber daya yang dimiliki. Konsep kepentingan nasional

itupun menjadi penting karena dapat menjelaskan perilaku politik luar negeri

suatu negara dan sebagai upaya untuk mengejar power, yang mana power tersebut

adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol atas

suatu negara terhadap negara lain.31

Menurut Joseph S. Nye, apapun bentuk pemerintahannya suatu negara

pasti akan selalu bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya.32

Dengan

tercapainya kepentingan nasional suatu negara berarti negara akan berjalan

dengan stabil baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan dan

keamanan. Kepentingan nasional dianggap sebagai suatu petunjuk dasar dari

kebijakan luar negeri suatu negara yang secara otomatis mengarahkan kapan dan

kemana negara harus bergerak dalam sistem hubungan internasional. Dalam hal

ini, kepentingan nasional terutama dalam sektor hidrokarbon, dijadikan acuan oleh

Presiden Evo Morales sebagai elemen yang ingin dicapai Bolivia di masa

pemerintahannya.

30

Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, (Jakarta: Jayabaya University

Press, 1999), 63. 31

Couloumbis, A. Theodore dan James H. Wolfe, Introduction to International Relations:

Power and Justice, (New Jersey: Prentice Hall, 1982), 85. 32

Jospeh S. Nye. Understanding International Conflicts.(USA: Harper Collins College

Publisher, 1992), 40-41.

Page 30: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

15

2. Konsep Nasionalisasi

Nasionalisasi didefinisikan sebagai pengambilalihan kepemilikan sektor–

sektor ekonomi, industri, keuangan, atau lembaga–lembaga pelayanan oleh

pemerintahan. Proses kepemilikan sesuatu yang semulanya milik asing menjadi

milik negara dapat diikuti dengan penggantian (kompensasi), atau tanpa

penggantian ganti rugi.33

Nasionalisasi melibatkan perolehan aset yang ada dan mentransfer

kepemilikannya kembali ke tangan publik.34

Menurut Keeton dan Beer, terdapat

lima alasan utama bagi negara untuk melakukan nasionalisasi yaitu ekonomi,

keuangan, sosial, strategis, dan alasan nasionalisme.35

Keeton dan Beer mengemukakan nasionalisasi dipandang bukan lagi suatu

kebijakan pengambilalihan paksa aset perusahaan milik pribadi/asing, karena

dalam era modernisasi saat ini sangat sedikit negara yang mengejar kebijakan

aktif nasionalisasi.36

Nasionalisasi menjadi suatu kebijakan mengenai pentingnya

suatu negara untuk mengontrol “commanding heights of the economy” dalam

sektor yang paling penting/utama.37

Sejumlah negara yang perekonomiannya dikontrol oleh negara, tidak dapat

sepenuhnya dikategorikan menerapkan kebijakan nasionalisasi. Nasionalisasi itu

sendiri menjadi opsi atau pilihan yang disepakati sebagai kebijakan ekonomi.

33

M. Burhan Tsani.Hukum dan Hubungan Internasional.(Yogyakarta: Liberty, 1990). 51. 34

Gavin Keeton dan Mike Beer, : a mining industry perspective. Report for the mining

industries association of southern Africa. July 2011, 1, tersedia di

http://www.miasa.org.za/Documents/Nationalisation%20%20MIASA%20position%20on%20state

%20participation%20in%20mining%202012.pdf , diunduh pada 20 September 2014. 35

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 1. 36

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 2. 37

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 1.

Page 31: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

16

Fakta menunjukkan bahwa negara negara yang cenderung menerapkan

nasionalisasi ialah negara yang berbentuk tirani atau otokratis (contohnya Bolivia,

Venezuela, Zimbabwe).38

Pada awalnya nasionalisasi dilakukan oleh negara- negara komunis yang

dipelopori oleh Uni Soviet, negara–negara Asia-Afrika, dan Eropa Barat.

Tindakan tersebut menjadi syarat esensial untuk pelaksanaan pembangunan dan

dalam kepentingan ekonomi dan sosial suatu negara.39

Di masa lalu, ide nasionalisasi dianggap dan dipromosikan oleh fraksi-

fraksi politik bahwa negara harus mengontrol alat-alat produksi dan distribusi

dalam perekonomian. Dalam hal tersebut, ideologi menekankan tentang perlunya

negara untuk mengambil posisi dalam mengontrol pusat perekonomian dari sektor

yang paling terpenting. Untuk mencapai posisi tersebut dan melaksanakan

kebijakan kontrol negara itu dinilai memerlukan tindakan menasionalisasi

produsen/perusahaan swasta, untuk menjalankan metode berupa menciptakan

perusahaan yang dikendalikan oleh negara dari awal.40

38

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 1. 39

Tsani, Hukum dan Hubungan Internasional, 51. 40

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 2.

Page 32: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

17

Tabel I.2.1. Negara yang Menerapkan Nasionalisasi Sebagai Kebijakan.

Sumber: Report for the Mining Industries Association of Southern Africa.

41

Dalam tabel diatas dapat dilihat negara-negara yang baru dan telah

menjalankan kebijakan nasionalisasi. Tabel tersebut menunjukkan sebagian

negara-negara dimana nasionalisasi belum dikesampingkan dan tetap dijalankan

sebagai kebijakan seperti Venezuela, Bolivia, Zimbabwe, dan Argentina. Dan

negara-negara yang mungkin akan membangkitkan dan menjalankan kebijakan

nasionalisasi seperti Brazil, Cina, dan Malaysia. Serta negara-negara yang

menganggap nasionalisasi hanyalah sebagai kebijakan yang masa lalu dan tidak

akan dipertimbangkan lagi untuk saat ini seperti Botswana, Nambia, Zambia,

Chili, Norwegia, dan Swedia.42

Pada skripsi ini, penulis mengimplementasikan konsep nasionalisasi yang

diterapkan oleh negara Bolivia. Bolivia menekankan kebijakan nasionalisasi

bukan berupa pengambilalihan aset perusahaan asing salah satunya Petrobras

selaku perusahaan asing terbesar di sektor hidrokarbon Bolivia. Bolivia melalui

kebijakan nasionalisasinya lebih menekankan kepada kontrol penuh sektor

hidrokarbon kembali pada negara dengan melalui YPFB selaku perusahaan migas

41

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 20. 42

Keeton dan Beer, Nationalisation: a mining industry perspective, 20.

Page 33: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

18

milik negara Bolivia.43

Kegiatan dalam sektor hidrokarbon Bolivia yang meliputi

harga jual gas, penentuan wilayah eksplorasi, dan pembagian hasil untuk tidak

lagi dikontrol oleh perusahaan asing. Kebijakan nasionalisasi yang dijalankan

Bolivia berdasarkan pada alasan dan kepentingan ekonomi, sosial, keuangan,

strategis, dan juga nasionalisme berupa kedaulatan sumber daya alam Bolivia.

3. Konsep Interdependensi Ekonomi

Menurut Baldwin, Interdependensi menghasilkan keuntungan ketika

keterkaitan ekonomi antar negara yang berkaitan melebihi dari hasil yang dituju,

dengan kata lain interdependensi ekonomi dapat dikategorikan sebagai celah yang

dapat digunakan oleh suatu negara agar bisa balik modal dengan cepat. Namun

bila berlanjut terlalu jauh dalam mengejar kepentingannya, pada akhirnya dapat

memutus hubungan ekonomi yang telah berlangsung.44

Keohane dan Nye mengemukakan bahwa interdependensi ekonomi

mengakibatkan hubungan dengan biaya dan pengeluaran yang besar. Karena

adanya biaya yang besar dalam ketergantungan tersebut, maka dalam jangka

pendek akan terjadi indikasi pemutusan hubungan dagang antara kedua negara

seperti munculnya berbagai permasalahan dan dalam jangka panjang, pada

akhirnya dalam jangka panjang hubungan perekonomian akan putus meskipun

dilakukan berbagai pendekatan untuk memulainya kembali.45

43

Christian Velasquez Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia: How

are the Gas and Oil Revenues Distributed?, (Saarbrücken: Lambert Academy Publishing, 2012),

13. 44

Mark J.C.Crescenzi, Economic Interdependence and Conflict in World Politics. (North

Carolina: University of North Carolina, Chapel Hill, 2002), 57. 45

Crescenzi, Economic Interdependence and Conflict in World Politics, 57.

Page 34: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

19

Menurut Keohane dan Nye, dependensi memiliki indikasi dari pengeruh

eksternal terhadap karakteristik negara dan otonominya. Dan setelah itu barulah

interdependensi menjadi tahapan selanjutnya antara dua negara.

Interdependensi dijelaskan oleh Keohane dan Nye sebagai berikut:

...characterized by reciprocal effects among countries, where there are

reciprocal (although not necessarily symmetrical) costly effects of transactions,

there is interdependence.46

Interdependensi dikategorikan dari dampak timbal balik antar negara.

Meskipun adanya timbal balik yang tidak seimbang dari perdagangan antar

negara, itulah yang disebut interdependensi (terjemahan oleh penulis).

Keohane dan Nye menjelaskan bahwa dalam interdependensi terdapat cost

and benefit. Benefit harus ada dalam hubungan interdependensi karena merupakan

tujuan utama negara, sebaliknya cost hanyalah menguntungkan satu negara dan

dan dirugikan salah satunya, dan berindikasi adanya pemutusan hubungan.47

Konsep ini penulis gunakan untuk menganalisis pengaruh ketergantungan

ekonomi antara Brazil dan Bolivia dalam penerapan nasionalisasi hidrokarbon

oleh Presiden Evo Morales.

4. Konsep Negosiasi

Negosiasi adalah pusat komponen proses pembuatan kebijakan nasional

berupa agenda setting, untuk menentukan apa masalah yang harus ditangani oleh

para pembuat kebijakan, mengeksplorasi pilihan, menemukan solusi dan

46

Crescenzi, Economic Interdependence and Conflict in World Politics, 47-48. 47

Crescenzi, Economic Interdependence and Conflict in World Politics, 48.

Page 35: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

20

menjamin adanya dukungan dari pihak-pihak terkait untuk memastikan bahwa

kebijakan yang direncanakan diimplementasikan secara berkelanjutan.48

Negosiasi menurut Ikle didefinisikan sebagai:

A process which explicit proposal are put forward ostensibly for the

purpose of reaching agreement on an exchange or on the realization of common

interest where conflicting interest. It is the confrontation of explicit proposal

that distinguishes negotiation from tacit bargaining and other forms on conflict

behavior49

.

Negosiasi merupakan sebuah proses yang mencakup persetujuan yang

eksplisit berada di dalam suatu perjanjian pada suatu realisasi dimana

kepentingan saling beradu dengan kepentingan lainnya. Ini merupakan suatu

konfrontasi dialog antar proposal mengenai penggunaan negosiasi yang baik

tidak terlepas dari pertimbangan dan permasalahan yang ada (terjemahan oleh

penulis).

Ikle juga mengidentifikasi negosiasi menjadi lima tujuan yaitu:50

1. Ekstensi perjanjian: melakukan perpanjangan perjanjian yang ada

2. Normalisasi perjanjian: bertujuan untuk mengakhiri konflik kekerasan,

atau untuk menjalin kembali hubungan diplomatik

3. Redistribusi perjanjian: permintaan untuk mengubah keuntungan

seseorang, yang dianggap merugikan pihak lainnya

4. Inovasi perjanjian: pengaturan hubungan atau kewajiban /peraturan baru

bagi pihak-pihak yang terlibat (dalam suatu perjanjian)

5. Mempengaruhi, di luar isi perjanjian: melalui propaganda, intelijen, atau

menghalangi pihak lawan

Ikle memaparkan bagaimana proses negosiasi mengarahkan kepada

penentuan persyaratan tertentu dalam suatu perjanjian, bahwa setiap pihak pada

48

Tanya Alfredson dan Azeta Cungu, “Negotiation Theory and Practice: A Review of the

Literature.” FAO EASYPol Online Resource Materials for Policy Making.Vol. 179 2008, 2. 49

Fred Charles Ikle, Modern Diplomacy, (New York: Longman, 1989), 76-77. 50

Fred Charles Ikle, How Nations Negotiate, 1964, dalam Alexandra Garcia Iragorri,

“Negotiation In International Relations”, Revista De Derecho, Universidad Del Norte, 19: 91-102,

2003, 94.

Page 36: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

21

dasarnya memiliki tiga pilihan: a) menerima kesepakatan sesuai syarat-syarat

yang diperkirakan dapat diterima oleh pihak lawan – persyaratan terbuka, b)

menghentikan negosiasi tanpa disertai kesepakatan, dan juga tanpa adanya

maksud untuk melanjutkannya kembali, dan c) mencoba meningkatkan

persyaratan (yang tersedia) melalui perundingan yang lebih lanjut.51

Ikle

berpendapat bahwa masing-masing pihak dapat mendorong atau menghalangi

lawan melalui penggunaan strategi peringatan, gertakan, ancaman, serta komitmen

secara tepat.52

Zartman dan Berman mendefinisikan negosiasi sebagai:53

A process in which divergent values are combined into an agreed decision,

and it is based on the idea that there are appropriate stages, sequences,

behaviors, and tactics that can be identified and used to improve the conduct of

negotiations and better the chances of success.

Suatu proses dimana nilai-nilai yang berlainan digabungkan menjadi suatu

keputusan yang disepakati, dengan berdasarkan pada ide/gagasan bahwa

terdapat kesesuaian dalam hal tahapan, urutan, perilaku, serta taktik yang dapat

diidentifikasi dan digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan negosiasi serta

memperbesar peluang keberhasilan (terjemahan oleh penulis).

Untuk menjelaskan bagaimana proses negosiasi berlangsung, Zartman dan

Berman memperkenalkan suatu model yang mengindentifikasi tiga tahapan,

masing-masing berlaku untuk persoalan dan perilaku yang berbeda. Tiga tahapan

tersebut yakni: 1) Mendiagnosis suatu situasi/keadaan lalu memutuskan untuk

mencoba bernegosiasi, 2) Menegosiasikan suatu rumusan atau definisi umum dari

sesuatu yang diperselisihkan untuk menemukan dan menyetujui sebuah solusi,

dan 3) Menegosiasikan rincian untuk mengimplementasikan rumusan atas poin-

51

Ikle, How Nations Negotiate, 94. 52

Ikle, How Nations Negotiate, 94. 53

Zartman, I.W. dan Berman, M.R. The Practical Negotiator. (New Haven. CT: Yale

University Press. 1982), 2.

Page 37: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

22

poin yang tepat bagi suatu sengketa/perselisihan.54

Kedua penulis tersebut juga

menyarankan bahwa tahapan-tahapan tersebut lebih konseptual dibandingkan

kenyataan, dan bahwa dalam negosiasi yang sesungguhnya, fase tersebut tidak

selalu terbatas, melainkan cenderung saling tumpang-tindih.55

Dalam kebijakan nasionalisasi tersebut, Bolivia menekankan untuk

renegosiasi kontrak baru sektor hidrokarbon terhadap perusahaan-perusahaan

asing khususnya Petrobras. Bolivia melalui kebijakan nasionalisasinya

menginginkan adanya redistribusi dan inovasi perjanjian kontrak perdagangan gas

antara YPFB dengan Petrobras. Adanya kepentingan kedua negara dalam sektor

hidrokarbon tersebut membuat negosiasi menjadi pilihan demi mencapai

kepentingan masing-masing negara.

Bolivia mempunyai kepentingan untuk memberantas kemiskinan dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengembalikan sektor hidrokarbon

dikontrol kembali oleh negara, sedangkan Brazil mempunyai kepentingan untuk

menjamin ketersediaan energi bagi negaranya dan mendapatkan harga beli yang

murah. Dalam mencapai kesepakatan renegosiasi kontrak sektor hidrokarbon

tersebut, Bolivia mewakili YPFB dan Brazil mewakili Petrobras melakukan

negosiasi untuk mencapai kesepakatan.

F. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

yang dilatarbelakangi oleh pemikiran rasional dan menekankan objektivitas dan

54

Zartman, I.W. dan Berman, M.R. dalam Alexandra Garcia Iragorri, “Negotiation In

International Relations”, Revista De Derecho, Universidad Del Norte, 19: 91-102, 2003, 97. 55

Ibid, 97.

Page 38: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

23

dipaparkan secara deskriptif analisis. Penelitian kualitatif ini merupakan suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.56

Penelitian ini dibuat

denganmenjelaskan dan menganalisa permasalahan berdasarkan data dan

informasi yang dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif, para peneliti tidak

mencari kebenaran dan moralitas, tetapi lebih kepada mencari pemahaman.57

Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan dengan

mencari informasi berupa berita analisis, konsep-konsep hasil pemikiran para ahli

yang dimuat dalam buku karya tulis ilmiah, artikel, jurnal hubungan internasional

dan jurnal politik, dan juga didapat dari lembaga-lembaga pemerintahan, juga

studi kepustakaan ke berbagai perpustakaan seperti perpustakaan Fakultas Ilmu

Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional

Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia. Data kualitatif yang sudah diperoleh

kemudian diolah dan dijelaskan menggunakan analisis deskriptif.

Sebagai pedoman penulisan karya ilmiah ini, teknik penulisan dilakukan

berdasarkan pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012,

disusun oleh tim Penyusun Panduan Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

56

Bogdan, dan Tylor, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989), 3. 57

LexMoelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Karya, 1990), 8.

Page 39: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

24

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini akan dibagi

menjadi lima bab yang dirinci sebagai berikut:

BAB I memaparkan mengenai pendahuluan yang berisi pernyataan

masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II menjelaskan mengenai hubungan Bolivia-Brazil dalam sektor

hidrokarbon. Dalam bab ini memaparkan mengenai hubungan ekonomi dan

politik Bolivia-Brazil sebelum kebijakan nasionalisasi tahun 2006, kerjasama

hidrokarbon antara bolivia dengan brazil melalui pembangunan tiga jalur pipa

yakni jalur pipa Gasbol, Cuiaba, dan Gasyrg, dan peran Petrobras di Bolivia.

BAB III menjelaskan mengenai kebijakan nasionalisasi perusahaan migas

asing di Bolivia. Bab ini mencakup tentang sejarah hidrokarbon di Bolivia,

potensi sektor hidrokarbon di Bolivia, pemaparan tentang kebijakan privatisasi

tahun 1994 yang menjadi awal mula perusahaan asing menguasai sektor

hidrokarbon di Bolivia, kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia tahun

2006, kondisi Petrobras Brazil dan Bolivia terkait kebijakan nasionalisasi tahun

2006, serta sikap pemerintah Brazil terhadap kebijakan nasionalisasi sektor

hidrokarbon Bolivia tahun 2006 yang mencakup mengenai kecaman pemerintah

Brazil terhadap kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia dan

renegosiasi kontrak baru sektor hidrokarbon Bolivia antara Bolivia dengan Brazil

melalui YPFB dan Petrobras.

Page 40: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

25

BAB IV merupakan bagian paling terpenting dari penelitian ini. Dalam

bab ini akan dikaji hasil penelitian penulis mengenai analisis dampak kebijakan

nasionalisasi perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia terhadap hubungan

Bolivia dengan Brazil tahun 2006-2013. Bab ini menjelaskan mengenai

kepentingan nasional Bolivia dalam melakukan kebijakan nasionalisasi terhadap

Petrobras Brazil, kepentingan nasional Brazil, dan juga menjelaskan dampak

ekonomi dan politik yang dihasilkan terhadap hubungan Bolivia-Brazil pasca

penerapan kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia tahun 2006.

BAB V merupakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dipaparkan dan

dianalisa sebelumnya.

Page 41: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

26

BAB II

HUBUNGAN BOLIVIA – BRAZIL DALAM SEKTOR HIDROKARBON

Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, penjelasan mengenai

hubungan ekonomi dan politik Bolivia dengan Brazil sebelum kebijakan nasionalisasi

tahun 2006. Bagian kedua, menjelaskan tentang kerjasama antara Bolivia dengan

Brazil dalam sektor hidrokarbon, terutama gas alam mencakup dalam kerjasama

proyek jalur pipa Gasbol, proyek jalur pipa Cuiaba, dan proyek jalur pipa Gasyrg.

Kemudian bagian ketiga, menjelaskan tentang perusahaan Petrobras Brazil di Bolivia

mencakup perannya di dalam sektor hidrokarbon Bolivia.

A. Hubungan Ekonomi dan Politik Bolivia-Brazil Sebelum Kebijakan

Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006

Hubungan ekonomi antara Bolivia dengan Brazil telah terjalin sejak lama

melalui perdagangan ekspor-impor kedua negara. Bolivia pada dasarnya bergantung

pada Brazil dalam hal impor barang-barang industri, bahan baku, maupun kendaraan

bermotor. Begitu pula dengan Brazil yang bergantung bahan bakar gas alam dari

Bolivia. Brazil dinilai mempunyai peran yang penting terhadap aktivitas ekspor

Bolivia. Pada tahun 2001, Brazil menggeser posisi AS sebagai tujuan utama ekspor

Bolivia. Begitu pula di akhir tahun 2005, kedudukan Brazil sebagai negara tujuan

ekspor utama Bolivia semakin menempati posisi yang signifikan dengan menempati

Page 42: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

27

urutan pertama negara tujuan ekspor Bolivia dengan tingkatan sejumlah: Brazil

(45,5%), AS (10,8%), Argentina (9,2%), Kolombia (6,8%), Jepang (5,5%), dan Korea

Selatan (4,3%).58

Bolivia dan Brazil juga aktif tercatat sebagai anggota dalam berbagai forum

kerjasama ekonomi di wilayah Amerika Latin. Kerjasama ekonomi di regional

tersebut berawal sejak era import substitution pada tahun 1950an-1960an untuk

memperkuat isolasi komersial antar negara Amerika Latin satu sama lain. Kemudian

beralih kepada common markets sejak tahun 1960an-1970an yang diawali dengan

perjanjian tertulis dalam konten ekonomi kecil.59

Bolivia dan Brazil turut aktif dalam keanggotaan FTAA yang diciptakan pada

bulan Desember tahun 1994 yang bertujuan untuk menciptakan pasar bebas di

Amerika Latin bagi seluruh produsen di dunia. Namun. FTAA sendiri mengalami

kegagalan dan berakhir di tahun 2005.60

Begitupula dengan keikutsertaan Bolivia dan

Brazil dalam perjanjian-perjanjian kerjasama perdagangan regional di Amerika Latin

seperti Andean Community, Central American Common Market, Caribbean

Community, dan Mercosur yang juga mengalami kegagalan di awal tahun 2000an.61

Hingga pada akhirnya, hubungan perdagangan bilateral antar negara yang menjadi

58

“Bolivia”, tersedia di http://www.cia.gov/ diunduh pada 9 Januari 2016. 59

Sherry M. Stephenson dan Gary Clyde Hufbauer, The Free Trade Area of the Americas: How

Deep an Integration in the Western Hemisphere?, Revised December 2004, 4. tersedia di

https://www.aeaweb.org/assa/2005/0107_1015_1402.pdf diunduh pada 10 Januari 2016. 60

Fast Facts, Free Trade Agreement of The Americas (FTAA), 1. Tersedia di

http://www.exportvirginia.org/fast_facts/Current/FF_Issues_FTAA.pdf diunduh pada 10 Januari 2016. 61

Stephenson dan Hufbauer, The Free Trade Area of the Americas, 8.

Page 43: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

28

interaksi ekonomi yang berjalan dikarenakan forum kerjasama ekonomi di regional

dinilai tidak berjalan efisien. Hal tersebut membuat hubungan Bolivia dan Brazil

dalam melakukan kerjasama bilateral sektor hidrokarbon di bidang perdagangan gas

alam semakin dekat.

Hubungan politik antara Bolivia dan Brazil pada dasarnya terbilang cukup

harmonis jika dilihat dari sejarah kedua negara. Kedekatan geografis antar kedua

negara membuat interaksi politik berjalan dengan baik. Hubungan bilateral antara

kedua negara mulai terlihat aktif di akhir tahun 1900an, disaat Brazil yang pada saat

itu sudah hampir mencapai kestabilan ekonomi dan politik mulai mencoba untuk

mengembangkan keinginannya sebagai salah satu kekuatan regional Amerika Selatan

yang baru.62

Ketika Bolivia mengalami krisis politik dan semakin memuncak pada tahun

2003, Brazil secara pribadi memberikan saran dan nasihat politik baik kepada

Presiden Bolivia saat itu Presiden Gonzalo, dan juga terhadap pemimpin utama

kelompok oposisi pada saat itu, Evo Morales. Hal tersebut dilakukan Brazil untuk

membantu Bolivia dalam mencapai kestabilan politik serta perdamaian di interal

Bolivia.63

Namun pada perkembangannya, hubungan politik antara Bolivia dengan

Brazil juga terlibat permasalahan. Adanya isu nasionalisasi berupa referendum

62

Cynthia Arnson dan Paulo Sotero, Brazil As a Regional Power: Views From the Hemisphre,

Latin America Program Brazil Institute, Wodrow Wilson International Center for Scholars, 7. 63

de Sousa, Brazil and Bolivia, 5.

Page 44: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

29

kebijakan nasionalisasi tahun 2004 yang dilakukan pemerintah Bolivia membuat

Brazil mulai mengkhawatirkan ketersediaan energinya dari gas alam Bolivia dan

menekan pemerintahan Bolivia pada saat itu agar kebijakan nasionalisasi Bolivia

tidak diputuskan secara sepihak.

B. Kerjasama Sektor Hidrokarbon Bolivia-Brazil

Hubungan antara Bolivia dengan Brazil telah terjalin cukup lama dan

mempunyai sejarah yang dekat. Selama lebih dari 50 tahun, Bolivia dan Brazil

memiliki kedekatan hubungan dan saling ketergantungan setelah pasca perang Chaco

(1932-1935).64

Ketergantungan kedua negara tersebut membuat adanya kerjasama

antara Bolivia dengan Brazil. Melihat banyaknya kandungan cadangan gas alam

Bolivia, dan Kurangnya sumber energi gas alam di Brazil membuat kedua negara

tersebut menjalin kerjasama dalam sektor hidrokarbon terutama gas alam.

Potensi kekayaan sumber daya alam dan cadangan gas Bolivia mulai

diketahui pada tahun 1996. Bolivia memiliki cadangan gas alam bersertifikat sebesar

47 triliun kaki kubik dan 452 juta barel cadangan minyak mentah. Hal ini yang

membuat Bolivia menjadikan sektor hidrokarbon gas alam menjadi sumber

pemasukan utama.65

64

de Sousa, Brazil and Bolivia, 5. 65

Lykee E. Andersen dan Robert Faris, Natural Gas and Income Distribution in Bolivia, Andean

Competitive Project Working Papers, Instituto de Investigaciones Socio-Económicas Universidad

Católica Boliviana, La Paz, Bolivia, Center for International Development Harvard University,

Cambridge, Massachusetts, 1.

Page 45: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

30

Grafik II.B.1. Ekspor Gas Alam Bolivia (1972 – 2019)

Sumber: YPFB dalam lykee E. Andersen & Robert Faris66

Dalam grafik tersebut dapat dilihat pertama kali sejak tahun 1972 Bolivia

melakukan ekspor gas alamnya ke Argentina hingga berakhir pada pertengahan tahun

1999. Hingga pada akhirnya dilanjutakan oleh Brazil sebagai importir utama gas alam

Bolivia dengan perjanjian perdagangan yang dimulai pada tahun 1999 hingga

diproyeksikan jumlah ekspor gas alam ke Brazil hingga tahun tahun 2019 semakin

meningkat.

Bolivia membutuhkan pasar ekspor baru bagi gas alamnya sebagai pengganti

Argentina. Di lain pihak, Brazil melalui Petrobras mulai memanfaatkan sumber daya

gas alam sebagai energi sekunder di awal tahun 1990-an, dengan persentase distribusi

2% dibandingkan minyak. Brazil memprediksi bahwa seiring dengan meningkatnya

66

Andersen dan Faris, Natural Gas and Income Distribution in Bolivia, 9.

Page 46: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

31

harga minyak dunia, maka dalam jangka panjang permintaan akan kebutuhan energi

alternatif juga akan semakin meningkat. Hal tersebut membuat Brazil menilai gas

alam Bolivia dapat dijadikan sumber energi baru bagi negerinya.67

Kurun waktu tahun 1999 hingga tahun 2004, permintaan dunia terhadap

sektor gas alam meningkat hingga 20% per tahun. Pemasok gas dari Bolivia ke Brazil

hampir mencapai setengah dari total impor gas alam Brazil (42%). Impor gas alam

digunakan sebagian besar untuk sektor industri baik swasta maupun BUMN yang ada

di Brazil yang mengkonsumsi hampir 60% dari total pasokan gas alam, kemudian

digunakan untuk pembangkit tenaga listrik sejumlah 22,5%, dan sektor transportasi

sejumlah 14%.68

Kerjasama sektor hidrokarbon Bolivia dengan Brazil dimulai pada bulan

November 1991, Petrobras dan Yacimentos Petroliferos Fiscales Bolivinos (YPFB)

dengan kementerian energi dan hidrokarbon Bolivia menandatangani Letter of Intent

dalam membentuk integrasi energi antara Bolivia dan Brazil.69

Dokumen letter of

intent tersebut menyatakan keputusan kedua Negara mengenai kesepakatan

pembelian dan penjualan gas alam Bolivia dengan volume awal 8 juta meter kubik

per hari, dengan rencana akan menggandakan penjualan volume gas berikutnya

67

Peter L. Law dan Nelson de Franco, International Gas Trade-The Bolivia-Brazil Gas Pipeline,

Public Policy for the Private Sector, The World Bank Group Finance, Private Sector, and

Infrastructure Network, Note No.144, May 1998, 1-2. 68

“Bolivia” http://www.cia.gov/ dalam skripsi agnes chronika, Relasi Brazil-Bolivia Pasca

Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Program

Sarjana Reguler Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Juni 2008, 67. 69

Edna Maria B. Gama Coutinho, Bolivia-Brazil Gas Pipeline, Infrastructure Report,

Infrastructure Projects Division, April 2000 No.45, 1.

.

Page 47: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

32

menyesuaikan dengan pertumbuhan pasar perekonomian Brazil dan ukuran cadangan

gas alam Bolivia.70

Brazil melalui Petrobras melakukan kerjasama untuk berpartisipasi dalam

kegiatan eksplorasi dan produksi di sektor hidrokarbon Bolivia. Petrobras merupakan

perusahaan besar kepemilikan Brazil yang bergerak di sektor energi. Petrobras

beroperasi sebagai perusahaan yang terintegrasi di sektor energi mencakup eksplorasi

dan produksi, penyulingan, pemasaran, transportasi, petrokimia, distribusi produk

minyak, gas alam, listrik, gas kimia, serta biofuel. Petrobras didirikan pada 3 Oktober

1953 oleh presiden Brazil saat itu, Getúlio Vargas, untuk melakukan kegiatan di

sektor minyak Brazil.71

1. Bolivia-Brazil (Gasbol) Gas Pipeline (Proyek Jalur Pipa gas Bolivia-

Brazil)

Pada 17 februari 1993, Petrobras72

dan YPFB73

mulai menandatangani

kontrak pembelian dan penjualan dengan menerima pembiayaan pembangunan

70

Coutinho, Bolivia-Brazil Gas Pipeline, 1. 71

Petrobras, History, tersedia di http://www.petrobras.com/en/about-us/our-history/ diunduh

pada 8 Maret 2015. 72

Petrobras atau Petróleo Brasileiro S.A. merupakan sebuah perusahaan energi milik negara

Brazil yang bergerak dalaqm eksplorasi minyak dan gas alam; produksi, penyulingan dan pasokan

minyak mentah serta produk minyak; termasuk juga pembangkit tenaga listrik yang menggunakan

sumber energi terbarukan. Hasil produk Petrobras di antaranya petrokimia, biofuel, bensin, etanol,

pelumas, minyak oli, aspal, pupuk, LPG, LNG dan VNG. Lihat BN Americas, Petróleo Brasileiro

S.A., tersedia di http://www.bnamericas.com/company-profile/en/petroleo-brasileiro-sa-petrobras-

brasil diunduh pada 29 Desember 2015 73

YPFB atau Yacimentos Petroliferos Fiscales Bolivinos adalah perusahaan hidrokarbon negara

Bolivia yang didirikan tahun 1936 dan berbasis di La Paz dengan menjalankan eksplorasi, produksi,

penyulingan, transportasi dan distribusi minyak, gas, serta turunannya. Perusahaan ini memiliki

beberapa anak perusahaan meliputi unit-unit hulu YPFB Andina dan YPFB Chaco, ataupun unit

M

e

n

u

r

u

t

Page 48: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

33

proyek jalur pipa gas yang menghubungkan ladang gas Bolivia ke Brazil. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan ekspor gas Bolivia ke wilayah industri Sao Paolo di

Brazil. Kontrak tersebut terus direvisi untuk mengakomodasi perubahan tenggang

waktu pembangunan dan volume gas hingga tahun 1996. Setelah pembiayaan

pembangunan diselesaikan, proyek jalur pipa Bolivia-Brazil mulai dijalankan pada

bulan Juli 1997.74

Jalur pipa gas tersebut menjadi proyek infrastruktur besar pertama

yang melibatkan sektor swasta di Brazil, meskipun pada tahun itu kondisi pasar dan

infrasruktur distribusi gas alam masih sangat terbatas.75

Gambar II.B.1.1. Denah Jalur Pipa Gasbol Bolivia- Brazil

Sumber: Bolivia-Brazil Gas Pipeline, Infrastructure Projects Division.

76

operasi hilir YPFB Transporte, YFPB Refinación, YPFB Logistica dan YPFB Aviación. Lihat BN

Americas, Yacimentos Petroliferos Fiscales Bolivinos, tersedia di

http://www.bnamericas.com/company-profile/en/yacimientos-petroliferos-fiscales-bolivianos-ypfb

diunduh pada 29 Desember 2015. 74

Petrobras, History. 75

Law & de Franco, Public Policy for the Private Sector, 1. 76

Coutinho, opcit. 2.

Page 49: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

34

Gambar tersebut menjelaskan mengenai proyek pembangunan pipa Gasbol

Bolivia ke Brazil yang terdiri dari 3.150 km jalur pipa yang menghubungkan kota Rio

grande di Bolivia, ke kota Porto Alegre di Brazil. Dalam gambar tersebut dapat

dilihat pemasangan pipa untuk mentransfer gas alam dari Bolivia ke Brazil

membentang melewati 5 negara bagian di Brazil, dan 135 kota (11 di negara bagian

Mato Grosso do Sul, 70 di Sao Paulo, 13 di Parana, 27 di Santa Catarina, dan 14 di

Rio Grande do Sul). Proyek pembangunan pipa ini menjadi proyek terbesar di

Amerika Selatan. Total investasi yang dilakukan Brazil dalam proyek pembangunan

pipa ini diperkirakan mencapai US $ 2.154 miliar, sejumlah US $ 1.719 miliar

disesuaikan dengan banyaknya pipa di Brazil.77

Tabel II.B.1.2. Tabel Keterangan Pipa GASBOL di Tiap Kota.

Sumber: Gaspetro, dalam Bolivia-Brazil Gas Pipeline, Infrastructure Projects

Division.78

77

Coutinho, opcit. 1. 78

Coutinho, opcit. 1.

Page 50: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

35

Tabel diatas menjelaskan panjang dan lebar pembangunan pipa Gasbol di tiap

kota Bolivia-Brazil dengan stasiun kompresor di tiap kota nya. Pipa gas memiliki

diameter 32 inci dari sepanjang bagian wilayah Rio Grande di Bolivia hingga ke

wilayah Campinas di Brazil, dan memiliki 16 stasiun kompresor. Empat stasiun akan

ditempatkan di Bolivia (Izozog, Chiquitos, Roboré, Yacuses) dan 12 stasiun lainnya

ditempatkan di Brazil (Albuquerque, Guaicurus, Anastacio, Campo Grande, Mimoso,

Rio Verde, Mirandopolis, Penápolis, Ibitinga, São Carlos, Araucária dan Biguaçu).79

Proyek pipa Gasbol mulai beroperasi pada 1 Juli 1999. Jumlah rata–rata

pengiriman gas selama tahun 1999 sejumlah 1.99 juta /hari. Dan pada 31 Maret

2000, tahap kedua pipa gas diresmikan untuk memenuhi permintaan di Brazil selatan

dengan peningkatan total pengiriman gas sebesar 8 juta /hari.80

2. Bolivia-Brazil (Cuiaba) Gas Pipeline (Proyek Jalur Pipa Gas Cuaiaba

Bolivia–Brazil)

Pada tahun 2000-2001, adanya krisis energi di Brazil membuat pemerintah

brazil ingin melakukan reformasi di sektor energi pada saat itu. Brazil menggunakan

pembangkit listrik tenaga air sebagai sumber energinya. Namun, adanya kekeringan

yang parah membuat sektor-sektor industri di Brazil kekurangan pasokan energi dan

membuat kebutuhan negara akan pertumbuhan ekonomi kurang terpenuhi. Hingga

pada akhirnya pada tahun 2000, pemerintah Brazil mengembangkan rencana untuk

79

Coutinho, opcit. 2. 80

Coutinho, opcit. 4.

Page 51: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

36

melakukan diversifikasi pasokan energi listrik melalui tenaga air, dan memenuhi

meningkatnya permintaan listrik di Brazil dengan menggunakan pasokan gas alam.81

Pembangunan jalur pipa di wilayah Cuiaba, Brazil, merupakan proyek pipa

kedua Bolivia dengan Brazil setelah pembangunan pipa Gasbol. Proyek

pembangunan jalur pipa sepanjang 391 mil dioperasikan pada bulan April 2002.

Pembangunan jalur pipa ini dimulai dari wilayah Rio San Miguel, Bolivia, kemudian

melewati San Matias dan meluas ke Cuiaba.82

Pipa ini mengambil jalur dari pipa

utama Gasbol yang telah ada sebelumnya (lihat gambar sebelumnya II.A.1.1. denah

pipa Gasbol) yang berdiameter 32 inci, kemudian disambung dengan pipa

berdiameter lebih kecil berukuran 18 inci di Bolivia yang terhubung hingga ke

pembangkit listrik berkapasitas 480 megawatt ada di wilayah Cuiaba di negara bagian

Mato Grosso, Brazil. Total biaya pembangunan pipa ini hampir sejumlah 600 juta

dolar AS, dengan sekitar 200 juta dolar AS untuk pembangunan pipa gas, dan 400

juta dolar AS untuk pembangkit listrik.83

Menteri energi Brazil pada saat itu, Dilma Rouseff mengumumkan pada

bulan Desember 2003 mengenai keinginan presiden Brazil, Lula da Silva di tahun

2004 untuk menyusun rencana mengenai peningkatan penggunaan gas alam sebagai

81

Chris Ellsworth & Eric Gibbs, “Critical Issues in Brazil’s Energy Sector. Brazil Natural Gas

Industry: Missed Opportunities On The Road To Liberalizing Markets”, James A. Baker III Institute

for Public Policy, March 2004, 1. 82

World Markets Research Centre, WMRC Country Report: Bolivia (Energy), 03 January 2005. 83

The Cuiabá Integrated Energy Project: An Overview by the Overseas Private Investment

Corporation. An Agency of the United States Government, dalam

http://www.aata.info/WEIMS/Start.htm, diakses pada 21 Maret 2015.

Page 52: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

37

model pembaharuan dalam sektor listrik Brazil demi membantu pertumbuhan

perekonomian di Brazil.84

Rouseff mengatakan hal ini mengingat bahwa harga yang

lebih rendah dalam penggunaan gas alam yang dijual di Brazil, baik yang diproduksi

secara lokal maupun impor dapat menjadi model energi Brazil yang baru dengan

meningkatkan penggunaan gas dalam sektor industri, kendaraan, dan pembangkit

termoelektrik85

melalui pasokan gas alam.86

3. Bolivia-Brazil (Gasyrg) Gas Pipeline (Proyek Jalur Pipa Gas Yacuiba-

Rio Grande, Bolivia – Brazil)

Pada operasi selanjutnya, Petrobras menginvestasikan 600 juta dolar AS yang

dilakukan pada tahun 2003-2004, dengan membangun proyek jalur pipa Gasryg.

Pembangunan jalur pipa Gasyrg dilakukan pada tahun 2003 untuk mengangkut gas

alam dari ladang gas alam San Alberto dan San Antonio di Bolivia, dan

menghabiskan 20 juta dolar AS untuk meningkatkan kualitas produk olahan gas.87

84

Chris Ellsworth & Eric Gibbs, opcit, 3. 85

Termoelektrik bekerja dengan mengkonversi energi panas menjadi listrik secara langsung

(generator termoelektrik), atau sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik).

Tersedia di http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1091919348&9, diunduh pada 21 maret

2015. 86

Chris Ellsworth & Eric Gibbs. opcit, 3. 87

Business News Americas staff reporter, Petrobras to invest US$600mn in 2003/4, kamis 17

desember 2002, tersedia di

http://www.bnamericas.com/news/oilandgas/Petrobras_to_invest_US*600mn_in_2003_4 diunduh

pada 24 maret 2015.

Page 53: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

38

Gambar II.B.3.1. Denah Pipa Gasyrg Bolivia-Brazil

Sumber: Rio Pipeline Conference & Exposition 2003

88

Gambar tersebut memperlihatkan jalur pemasangan pipa proyek Gasyrg

Bolivia-Brazil. Proyek pipa Gasryg dibangun sepanjang 432 km, dengan diameter 32

inci dimulai dari wilayah Yacuiba, Provinsi Tarija dekat perbatasan Argentina dan

Paraguay, dengan mengangkut gas dari ladang gas yang terletak di San Antonio dan

San Alberto ke provinsi Santa Cruz de la Sierra, dan dihubungkan ke jalur utama pipa

Gasbol ke Brazil.89

General manager Petrobras di Bolivia, Decio Odonne, mengatakan bahwa

Petrobras telah melakukan investasi 1,1 miliar dolar AS terhitung sejak tahun 1996,

dengan total sebanyak 600 juta dolar AS untuk mengakuisisi dua ladang gas terbesar

di Bolivia yang memiliki cadangan 751 juta barel, sejumlah 400 juta dolar AS untuk

88

Mauro de Oliveira Loureiro, José Rubén Montano, “Yacuiba – Rio Grande Gas Pipeline

(GASYRG), in Bolivia – The Development of a Company and the Construction of the Pipeline in a

Regulated and Competitive Environment”, Rio Pipeline Conference & Exposition 2003, 2. 89

Summary of Project Information (SPI), tersedia di

http://ifcext.ifc.org/ifcext/spiwebsite1.nsf/1ca07340e47a35cd85256efb00700cee/8E32626A7E7

57EE4852576BA000E25D6 diunduh pada 24 Maret 2015.

Page 54: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

39

pembangunan pipa Gasryg, 100 juta dolar AS digunakan untuk operasi kilang, dan

sisanya digunakan untuk proyek-proyek lainnya.90

C. Peran petrobras di Bolivia

Petrobras mulai berinvestasi di sektor hidrokarbon Bolivia pada tahun 1996,

setelah adanya sistem kapitalisasi di Bolivia pada masa pemerintahan Gonzalo

Sanchez de Lozada. Pada saat itu, Bolivia membuka pasar bebas untuk menjalin

kemitraan dengan investor asing. YPFB sebagai perusahaan milik negara yang

memonopoli sektor hidrokarbon Bolivia dikapitalisasi dan dijual kepada perusahaan–

perusahaan asing yang berbeda.

Penandatanganan Petrobras dalam pembelian gas alam dan perjanjian pada

tahun 1992 untuk berpartisipasi dalam kegiatan eksplorasi dan produksi di sektor

hidrokarbon Bolivia menjadikan petrobras sebagai perusahaan energi terbesar di

Bolivia. Tujuan Petrobras pada saat itu untuk mengembangkan produksi gas alam di

Bolivia, bersamaan dengan mencukupi permintaan gas alam di Brazil.91

Pada tahun 1996, sesuai perjanjian kerjasama antara Bolivia dengan Brazil

dalam membentuk integrasi energi bagi kedua negara, Petrobas resmi menaungi

Bolivia dalam sektor energi di Bolivia dengan menciptakan perusahaan Petrobras

Bolivia (PEB). Petrobras Bolivia (PEB) secara keseluruhan dibiayai Brazil yang

90

Business News Americas Staff Reporter, Petrobras to invest US$600mn in 2003/4, opcit.. 91

Luisa Lemme, Petrobras in Bolivia: The Expansion of The Gas Sector In a Changing Latin

America, May 2008, Washington University in St. Louis, Graduate Department of Arts & Science,

Master of Arts of International Affairs, 9.

Page 55: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

40

bertujuan pada kegiatan ekstraksi, pemurnian, dan distribusi gas alam Bolivia dengan

Brazil, hingga tersusunnya rencana konstruksi pembangunan proyek pipa Gasbol.92

Pada tahun 1999, Petrobras mengakuisisi dua kilang minyak terbesar di

Bolivia: Guillermo Elder Bell, di Santa Cruz de La Sierra, dan Gualberto Villarroel,

di Cochabamba, yang menciptakan sebuah perusahaan baru bernama Petrobras

Bolivia Refinación. Sejak itu, Petrobras telah menjadi perusahaan terbesar di Bolivia.

Dengan demikian pada tahun 2005, Petrobras Bolivia bertanggung jawab atas 18

persen dari Bolivia Produk Domestik Bruto (GDB) dan 24 persen dari semua pajak

yang dipungut di Bolivia.93

Tabel II.C.1. Tabel Overview Keberadaan Petrobras di Bolivia.

1. Eksplorasi dan Produksi (E&P)

Petrobras melakukan produksi di ladang gas yang terletak di wilayah San Alberto dan

Colpacaranda.

Cadangan gas terbukti: 681MM boe

Rara-rata produksi di seluruh ladang gas: 46.400 boe/d

Daerah eksplorasi: Rio Hondo, Ingre, dan Blok Irenda

2. Gas Supplay Agreement (GSA):

Operasi jalur pipa Yacuiba-Rio Grande sepanjang 431km yang membawa kapasitas gas

alam 17 juta /hari

Ekspor gas alam Bolivia ke Brazil tahun 2004 melalui ladang gas San Alberto dan Sabalo

sebesar 14,4 juta /hari

3. Pengolahan dan Distribusi

Petrobras mempunyai dua pabrik pengolahan gas alam di Bolivia dengan ukuran kapasitas

60.000 barel / hari.

25% dari saham Bolivia terletak di sektor distribusi

Terdapat 103 gas station, dan sejumlah 92 beroperasi secara aktif

LUBRAX94

mulai dikenalkan pada pasar Bolivia

92

Lemme, Petrobras in Bolivia, 9. 93

Agência O Globo, dalam Jair Antunes, Evo Morales and the fraud of “nationalization” in

Bolivia, http://wsws.org/en/articles/2007/05/boli-m22.html, diunduh pada 27 Maret 2015. 94

Produk minyak pelumas yang diproduksi oleh petrobras, tersedia di

http://www.br.com.br/wps/portal/portalconteudo/lubrax/!ut/p/c4/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP

0os3gjf09TAxcjT1__YEdXA0_XEDP_MD9zd2MLY_2CbEdFAEMzpiw!/?PC_7_2OI50D2IMOSAE

0IET6OVN7G3A2000000_WCM_CONTEXT=/wps/wcm/connect/Portal+de+Conteudo/Hot+Site/Petr

obras+Marine+-+English+version/Products/ diunduh pada 27 Maret 2015.

Page 56: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

41

Sumber: Petrobras-YPFB Contract (October 31, 2006)95

Tabel tersebut menjelaskan peran dan keberadaan Petrobras di Bolivia

sebelum nasionalisasi. Dapat dilihat sebelum tahun 2006 Petrobras melakukan

produksi di ladang gas terbesar Bolivia, San Alberto dan Colpacaranda. Begitupula

dalam Gas Supply Agreement (GSA), pengolahan, serta distribusi gas dapat dilihat

jika Petrobras sangat berperan dalam sektor gas alam Bolivia dengan membantu

dalam eksplorasi maupun produksi.

Petrobras juga menghasilkan 100 persen bensin dan 60 persen dari bahan

bakar diesel yang dikonsumsi di Bolivia. Sejak tahun 2000, Petrobras mulai bertindak

sebagai distributor utama bahan bakar di Bolivia sendiri, menciptakan jaringan besar

SPBU di bawah bendera sendiri (dekat dengan seperempat dari SPBU yang ada di

negara tersebut).96

Brazil dengan Petrobrasnya menjadi kekuatan regional terbesar yang memiliki

investasi besar di sektor hidrokarbon Bolivia dan bergantung sebanyak 51% gas alam

dari Bolivia. Bahkan di kawasan industri Sao Paulo, kebutuhan konsumsi gas alam

meningkat hingga 75%. Petrobras menguasai 46% sumber/kilang gas dari Bolivia,

95

Petrobras-YPFB Contract (October 31, 2006),

www.petrobras.com.br/ri/pdf/ContratoPetrobrasYPFBiNG.PDF dalam skripsi Agnes Chronika, Relasi

Brazil-Bolivia Pasca Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik, Program Sarjana Reguler Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Juni 2008, 69. 96

Jair Antunes, Evo Morales and the fraud of “nationalization” in Bolivia,

http://www.wsws.org/en/articles/2007/05/boli-m22.html, diunduh pada 27 Maret 2015.

Page 57: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

42

dan 95% menguasai gas dari kapasitas penyulingan. Petrobras mempunyai

pendapatan yang sama dengan 19% dari GDP Bolivia.97

Hadirnya Petrobras di Bolivia beserta perannya dinilai sangat membawa

perubahan bagi sektor hidrokarbon Bolivia dan juga perekonomian Bolivia. Hal

tersebut terlihat dari pertama, Petrobras telah berkontribusi terhadap 57% produksi

gas alam di Bolivia. Kedua, Petrobras juga bertanggung jawab pada 98% proses

pengolahan gas alam, dimana seluruh produk ini dijual melalui jaringan 100 buah gas

station milik Petrobras atau mencakup seperempat dari total gas station yang ada di

Bolivia. Ketiga, Petrobras merupakan perusahaan terbesar di Bolivia dengan

kontribusi sebesar 20 % terhadap GDP Bolivia. Keempat, Petrobras mempekerjakan

sekitar 850 orang Bolivia dan merepresentasikan sejumlah 563 juta dolar AS dari

pendapatan Bolivia di tahun 2005.98

97

Marcus Kollbrunner, Latin America in revolt against neo-liberalism, tersedia di

http://www.socialismtoday.org/102/southamerica.html, diunduh pada 30 Oktober 2015. 98

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia: Impacts for

Development”, Working Papers , No. 23, Juni 2008, 68-69.

Page 58: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

43

BAB III

KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS ASING DI

BOLIVIA

Untuk memahami bagaimana awal mula lahirnya kebijakan nasionalisasi

di Bolivia, pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai kebijakan

nasionalisasi perusahaan migas asing di Bolivia dalam enam sub bab. Pada sub

bab pertama, menjelaskan tentang sejarah hidrokarbon serta sejarah singkat

persoalan migas di Bolivia hingga penerapan privatisasi dan nasionalisasi. Sub

bab kedua mengenai potensi sektor hidrokarbon Bolivia yang menjadi kekuatan

utama ekonomi Bolivia. Sub bab ketiga akan menjelaskan tentang kebijakan

privatisasi tahun 1994 sebelum kebijakan nasionalisasi, yang menjadi awal mula

dimana kebijakan nasionalisasi mulai direalisasikan. Sub bab keempat,

menjelaskan tentang kebijakan nasionalisasi Bolivia tahun 2006. Sub bab kelima,

memaparkan tentang kondisi perusahaan Petrobras Brazil dan Bolivia terkait

kebijakan nasionalisasi di Bolivia tahun 2006. Dan sub bab keenam, menjelaskan

tentang sikap pemerintah Brazil dalam merespon adanya kebijakan nasionalisasi

Bolivia dan proses negosiasi dalam mencari jalan keluar.

A. Sejarah Hidrokarbon di Bolivia

Sektor hidrokarbon Bolivia pada mulanya berfokus pada pengembangan

sektor minyak bumi dibandingkan gas alam. Kandungan minyak bumi di Bolivia

pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh Manuel Cuellar ketika sedang

melakukan eksplorasi minyak di Bolivia. Kandungan gas alam potensial

Page 59: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

44

kemudian ditemukan saat dilakukannya eksplorasi minyak bumi di Bolivia pada

tahun 1953. Seiring perkembangannya, sektor hidrokarbon Bolivia telah menjadi

ketertarikan internasional dan kontestasi bagi negara-negara yang mempunyai

perusahan energi. Pada tahun 1920, perusahaan minyak Standard Oil milik AS

menjadi perusahaan pertama yang berinvestasi di sektor hidrokarbon Bolivia.99

Namun terkait produksi minyak bumi tersebut, Bolivia terlibat konflik

dengan Paraguay dalam perang Chaco. Setelah perang berakhir, Bolivia

menganggap perusahaan Standard Oil telah memasok minyak ilegal ke Paraguay

selama perang berlangsung. Hal tersebut menjadi nasionalisasi pertama yang

dilakukan Bolivia, membuat Bolivia menasionalisasi perusahaan Standard Oil dan

memindahkan aset dengan mengantinya dan membentuk perusahaan hidrokarbon

nasional Yacimientos Petroliferos Fiscales Bolivianos (YPFB) dibawah

kepemimpinan David Toro pada tanggal 21 Desember 1936.100

Sebelum mencapai nasionalisasi pada tahun 2006, Bolivia telah melewati

berbagai tahapan termasuk yang pertama nasionalisasi perusahaan minyak

Standard Oil milik AS. Kemudian yang kedua, nasionalisasi perusahaan Bolivian

Gulf Oil yang telah berinvestasi dan telah menemukan cadangan gas alam yang

signifikan. Disaat sektor energi Bolivia berkembang dan memberikan penghasilan

yang menguntungkan, pemerintah Bolivia kembali melakukan nasionalisasi

99

Kaup, Powering up: Latin America's energy challenges, 23. 100

Caroline Jova, “Nationalization in Bolivia: Curse or Blessing?”, LACC Working Paper

Series 12, August 2006. Latin American And Carribean Center. Florida International University.

Miami, Florida, 3.

Page 60: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

45

dengan mengambilalih perusahaan Bolivian Gulf Oil pada masa pemerintahan

militer nasionalis Alfredo Ovando pada tahun 1969.101

Nasionalisasi yang dilakukan Bolivia terhadap perusahaan Bolivian Gulf

Oil telah membuat pendanaan dari bank dunia untuk sektor hidrokarbon Bolivia

mulai dihentikan. Hal tersebut membuat Bolivia mulai menyadari dan

memerlukan investor baru dalam sektor hidrokarbon, hingga pada akhirnya

pemerintah Bolivia mengeluarkan undang-undang baru Ley General de

Hidrocarburos pada tahun 1972 sebagai langkah awal perjanjian antara YPFB

dengan perusahaan migas asing di Bolivia. Adanya undang-undang baru tersebut

membuat 13 perusahaan asing menandatangani kontrak dengan YPFB dan

menginvestasikan 220 juta dolar AS di sektor hidrokarbon Bolivia sekaligus

menjadikan gas alam Bolivia menjadi penjualan utama dalam perjanjian kontrak

tersebut.102

Penerapan undang-undang Ley General de Hidrocarburos pada tahun

1972 membuat Bolivia melakukan perdagangan gas alamnya untuk pertama kali.

Bolivia melakukan perdagangan gas alam dengan Argentina mulai tahun 1972

dengan menyalurkannya melalui pipa selama 20 tahun. Kerjasama perdagangan

gas alam Bolivia dengan Argentina seiring perkembangannya membuat kegiatan

eksplorasi dalam sektor gas alam di Bolivia mulai dilakukan secara intensif dan

101

Jova, “Nationalization in Bolivia”, 4. 102

Lykke E. Andersen, Johan Caro, Robert Faris, dan Mauricio Medinaceli, “Natural Gas

and Inequality in Bolivia After Nationalization”, Development Research Working Paper Series No.

05/2006, August 2006, Institute for Advance Development Studies, 7.

Page 61: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

46

menghasilkan peningkatan dalam penemuan kandungan gas alam di Bolivia, dan

menjadi awal mula Natural Gas Boom di Bolivia.103

Setelah masa perjanjian perdagangan gas alam dengan Argentina hampir

berakhir, Bolivia pada masa pemerintahan presiden Gonzalo Sanchez de Lozada

kembali membuka kontrak kerjasama dengan Brazil hingga 20 tahun kedepan

yang dimulai pada tahun 1994. Kontrak tersebut berisi mengenai pembangunan

jalur pipa gas Bolivia-Brazil (Gasbol) serta pengiriman 30 juta gas alam per

hari.104

Namun pada saat itu Bolivia mengalami keterpurukan ekonomi akibat

sistem perekenomiannya yang terdahulu, dan membuat pemerintah Bolivia

bekerjasama dengan IMF untuk menerapkan model privatisasi dengan membuka

pasar bebas dan memberikan peluang bagi perusahaan asing untuk berinvestasi

secara besar-besaran dalam berbagai sektor perekonomian Bolivia. Sistem

privatisasi yang diterapkan tersebut membuat rakyat Bolivia menjadi semakin

terpuruk dan kehilangan hak nya dalam mengunakan fasilitas negara, dan pada

akhirnya memicu demonstrasi penentangan sistem privatisasi di Bolivia dan

menjadi awal mula kembalinya nasionalisasi di Bolivia yang akan dijelaskan

selanjutnya.

B. Potensi Sektor Hidrokarbon Bolivia

Pada awalnya sistem perekonomian di Bolivia berfokus pada satu

komoditas tunggal. Dalam kondisi sistem perekonomiannya yang belum

maksimal, dahulu Bolivia lebih bergantung pada satu komoditas tunggal dari

103

Andersen, Caro, dan Medinaceli, “Natural Gas and Inequality in Bolivia After

Nationalization”, 7. 104

Maria de Fatima Salles Abreu Passos, Bolivia-Brazil Gas Pippeline, tersedia di

http://fatimapassos.mpo.gov.br diunduh pada 21 Juli 2015.

Page 62: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

47

perak, beralih ke timah, lalu ke tanaman koka.105

Kegiatan ekspor beberapa

komoditas tunggal tersebut juga telah bertahan selama ratusan tahun seperti perak

sampai abad ke-19, timah selama abad ke-20, serta gas alam dan tanaman koka di

tahun 1980-an.106

Di Bolivia sendiri, kebutuhan energi negara relatif rendah akan tetapi

tumbuh secara konsisten. Bolivia menggunakan energi minyak untuk sebagian

besar kebutuhan listrik, yang kemudian diikuti oleh gas alam.107

Konsistennya

pertumbuhan energi membuat sektor hidrokarbon saat ini menjadi salah satu

kegiatan ekonomi yang paling utama di Bolivia dan menjadi pendorong utama

peningkatan kinerja ekspor internasional terutama gas alam.

Sektor energi di Bolivia mulai beroperasi secara signifikan ketika

pemerintah pada masa presiden Gonzalo Sanchez de Lozada mengizinkan

program privatisasi pada pertengahan tahun 1990-an yang membuat perusahaan

internasional dengan cepat melakukan investasi terhadap sumber-sumber energi di

Bolivia terutama gas alam, hal tersebut membuat Bolivia dipandang sebagai salah

satu pemain di pasar energi dunia.108

105

Ken Albala, Food Cultures of the World Encyclopedia: Four Volumes,

(California: ABC-CLIO, 2011), 37. 106

Jeffery D. Sachs, Developing Country Debt and Economic Performance, Volume 2:

Country Studies--Argentina, Bolivia, Brazil, Mexico. (Chicago: The University of Chicago Press,

2007), 257. 107

Country Profile: Bolivia."Library of Congress Federal Research Division”. January

2006, 13. Tersedia di http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/Bolivia.pdf , diunduh pada 28 0ktober

2014. 108

Country Profile: Bolivia."Library of Congress Federal Research Division”.

Page 63: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

48

Grafik II.B.1. Produksi dan Konsumsi Gas Alam Bolivia Tahun 1990-2010.

Sumber: U. S Energi Information Administration (EIA)109

Dalam grafik tersebut dapat dilihat produksi dan konsumsi gas alam

Bolivia di tahun 1990 hingga 2010. Tingginya tingkat produksi gas alam

dibandingkan tingkat konsumsi gas alam membuat Bolivia mengekspor gas alam

ke Brazil melalui pipa Gasbol pada tahun 1999. Tingkat produksi gas alam

Bolivia juga semakin meningkat hingga tahun 2010. Besarnya tingkat konsumsi

gas alam oleh Bolivia hingga tahun 2010 tidak melebihi dari tingkat produksi gas

alam Bolivia, sehingga banyaknya tingkat produksi gas alam membuat tingkat

ekspor gas alam Bolivia semakin meningkat.

Bolivia mempunyai cadangan gas alam lebih dari 9,9 triliun kaki kubik,

menurut Oil & Gas Journal, Bolivia berada di peringakat cadangan gas alam

terbesar kelima di wilayah Amerika Selatan.110

Daerah Tarija mempunyai lebih

dari 85% cadangan gas alam (terletak di wilayah San Alberto, Margarita, Sabalo,

109

Bolivia Background, U.S. Energy Information Administration (EIA), 2012 tersedia di

http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Bolivia/bolivia.pdf, diunduh pada 29 Oktober 2014. 110

Bolivia Background, U.S. Energy Information Administration (EIA), 2012.

Page 64: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

49

dan ladang Itau), lalu diikuti oleh darah Santa Cruz sebesar 10,6%, dan

Cochabamba sebesar 2,5%, kemudian kandungan gas potensial kembali

ditemukan oleh Repsol YPF dan Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos

(YPFB), yang masing-masing menemukan volume besar gas alam di lapangan

Santa Cruz Rio Grande.111

Gambar II.B.2.Daerah Potensi Hidrokarbon dan Pengembangan Bolivia.

Sumber: Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB)112

Peta diatas menunjukkan luas area Bolivia yang berpotensi mengandung

hidrokarbon terutama gas alam, dan wilayah yang sedang dalam pengembangan.

Pengembangan tersebut dilakukan dengan melihat hingga saat ini telah terdapat

111

Bolivia Background, U.S. Energy Information Administration (EIA), 2012. 112

Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB), dalam buku John Crabtree,

Laurence Whitehead, Unresolved Tensions: Bolivia Past and Present, (Pittsburgh: the University

of Pittsburgh Press, 2998), 180.

Page 65: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

50

banyak kombinasi gas alam dan cairan (kondensat) dengan jumlah yang layak

secara komersial.113

Bolivia menjadi negara penghasil gas alam kering terbesar ketiga di

daratan Amerika Selatan setelah Venezuela dan Argentina. Produksi gas alam

kering di Bolivia sejumlah 644 milyar kaki kubik pada tahun 2012, meningkat

24% dari lima tahun yang lalu, sementara negara mengkonsumsi hanya 131

milyar kaki kubik pada tahun yang sama.114

Sekitar tiga-perlima dari produksi gas alam Bolivia berasal dari ladang gas

di Sabalo sebanyak 34% dan San Alberto sebanyak 26%. Kedua wilayah tersebut

berada di daerah Tarija yang jika dijumlahkan menyumbang lebih dari 70%

produksi gas alam Bolivia.115

Saat ini Bolivia menjadi pemasok utama gas alam di

wilayah Amerika Selatan dengan melakukan ekspor melalui pipa ke konsumen

utama yaitu Brazil dan Argentina.116

C. Kebijakan Privatisasi Tahun 1994 Sebelum Kebijakan Nasionalisasi

Dengan berfokus pada perekonomian dengan satu komoditas tunggal

membuat bolivia melakukan ekspor melalui pengembangan terhadap satu sektor

perekonomian. Dahulu, Bolivia memfokuskan satu komoditas tunggalnya dalam

sektor pertanian. Namun sektor pertanian tersebut hanya dapat menjangkau

113

John Crabtree, Laurence Whitehead, Unresolved Tensions: Bolivia Past and Present,

(Pittsburgh: the University of Pittsburgh Press, 1998), 179. 114

Bolivia Country Analysis Note, U.S. Energy Information Administration (EIA), June

2014, tersedia di http://www.eia.gov/countries/country-data.cfm?fips=BL. Diunduh pada 29

Oktober 2014. 115

Bolivia Background, U.S. Energy Information Administration (EIA), 2012. 116

Bolivia Country Analysis Note, U.S. Energy Information Administration (EIA), June

2014, tersedia di http://www.eia.gov/countries/country-data.cfm?fips=BL. diunduh pada 29

Oktober 2014.

Page 66: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

51

kebutuhan ekonomi pribadi saja, walaupun 40% dari jumlah penduduk Bolivia

bermata pencaharian dalam sektor tersebut.117

Hal ini membuat Bolivia lebih

banyak melakukan impor dikarenakan tidak melakukan pengembangan terhadap

sektor-sektor perekonomian yang lain. Ketergantungan Bolivia akan impor

tersebut membuat Bolivia melakukan berbagai tindakan dalam meminimalisir

ketergantungan impor tersebut.

Pada masa revolusi Bolivia tahun 1952, diterapkan salah satu upaya dalam

meminimalisir ketergantungan impor dengan mengadopsi impor substitution

industrialization (ISI) yang berjalan dari tahun 1950-an hingga 1980-an yang

bertujuan untuk memproteksi industri lokal dengan menerapkan hambatan tarif,

menempatkan sumber daya alam dibawah kontrol pemerintah, pemerintah

mengontrol sektor strategis, dan meningkatkan infrastruktur–infrastruktur yang

produktif.118

Namun sistem subtitusi impor tersebut tidak berhasil dan hanya

menambah banyak hutang luar negeri Bolivia.Proteksi yang dilakukan pemerintah

terhadap industri lokal dan tingginya tingkat korupsi pada saat itu membuat

perekonomian Bolivia semakin kacau. Berbagai tindakan dalam mencari pinjaman

dilakukan oleh pemerintah Bolivia ke lembaga-lembaga keuangan dunia. Hutang

luar negeri Bolivia yang semula pada tahun 1972 hanya 500 juta dolas AS, dan

tahun 1978 sejumlah 2.5 milliar dolar AS, melonjak di tahun 1982 mencapai 3.8

117

Benjamin Kohl, Linda C. Farthing, Impasse in Bolivia: Neoliberal Hegemony and

Popular Resistance, (London: Zedbooks, 2006), 38. 118

Kohl dan Farthing, Impasse in Bolivia, 48.

Page 67: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

52

milliar dolar AS.119

Hal ini juga diikuti dengan tingginya tingkat inflasi yang

meningkat dalam tahun 1984–1985 mencapai 20.000 %, dan juga di tahun

tersebut, GDP menurun dari 5.9 miliar dolar AS menjadi 4.79 miliar dolar AS.120

Semakin terpuruknya keadaan Bolivia pada saat itu membuat Bolivia

bekerja sama dengan IMF dalam upaya untuk memerangi inflasi besar-besaran

yang terjadi di Bolivia dengan menandatangani program – program yang diajukan

oleh IMF. Program – program yang diajukan IMF tersebut meminta Bolivia untuk

melakukan perubahan dalam kebijakan perekonomiannya dengan mengharuskan

Bolivia untuk melakukan mengganti nilai tukar mata uangnya dengan nilai tukar

mengambang, deregulasi kebijakan ekonomi, mengacu kepada pasar bebas,

membuka diri terhadap investasi asing langsung dan mengakhiri kebijakan

proteksi, serta melakukan privatisasi.121

Program – program yang diajukan oleh IMF tersebut mengarah pada pasar

bebas dan investasi asing. Kebijakan yang mengarah pada pasar bebas ini mulai

dikembangkan pada masa pemerintahan Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada

pada tahun 1994 dengan melakukan privatisasi melalui structural adjustment

programme di hampir semua perusahaan milik negara dengan mengontrol tujuh

industri yaitu dalam sektor minyak dan gas, penyulingan minyak bumi, tambang

timah, kereta api, penerbangan, pembangkit listrik, dan telepon.122

119

Kohl dan Farthing, Impasse in Bolivia, 51-55. 120

Kohl dan Farthing, Impasse in Bolivia, 55. 121

Kohl dan Farthing, Impasse in Bolivia, 61. 122

Alberto Chong, Florencio Lopez De Silanes, Privatization in Latin America: Myths and

Reality, (Washington: World Bank Publications, 2005), 122.

Page 68: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

53

Pada masa pemerintahannya, Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada

menyimpan berbagai agenda neoliberalisme yang diterapkannya dalam plan de

todos, yang merupakan rencana untuk mempromosikan demokrasi pasar yang

terdiri dari ekonomi kapitalis yang diatur secara minimal.123

Plan de todos yang

dicanangkan Presiden Lozada mencakup dua Undang–Undang yang memberikan

dampak bagi negara yakni mencakup hukum partisipasi rakyat, yang dirancang

untuk mendesentralisasikan pemerintahan, dan hukum kapitalisasi untuk

memprivatisasi perusahaan milik negara.124

Presiden Lozada juga mengeluarkan Undang–Undang baru mengenai

investasi pihak asing di sektor hidrokarbon melalui penerapan Undang–Undang

Kapitalisasi 1994 no. 1544, dan Undang– Undang Hidrokarbon 1996 yang

menjadi dasar dalam mereformasi sektor hidrokarbon dengan melakukan

privatisasi.125

Sebelum adanya reformasi dalam sektor hidrokarbon di Bolivia,

negara bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan sektor, peraturan, dan

monitoring, serta bertindak sebagai pemilik dan operator dari perusahaan sektor

tersebut. Namun setelah adanya reformasi dalam sektor hidrokarbon, negara

membatasi diri untuk pembuatan kebijakan dan fungsi regulasi, dan digantikan

oleh perusahaan asing yang bertanggung jawab untuk kegiatan bisnis, yang

membuat badan regulasi independen diciptakan.126

123

Richard Peet, Geography of Power: Making Global Economic Policy, (London:

Zedbooks, 2007), 177. 124

Jerry Harris, The Nation in the Global Era: Conflict and Transformation,(Leiden: Brill,

2009), 242. 125

Paulina Beato, Juan Benavides, Gas Market Integration in the Southern Cone, (New

York: IDB, 2004), 41. 126

Beato dan Benavides, Gas Market Integration in the Southern Cone, 42.

Page 69: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

54

Adanya privatisasi dan penerapan Undang–Undang Hidrokarbon 1996

sangat mengundang perusahaan asing untuk melakukan investasi di sektor

hidrokarbon Bolivia, terutama gas alam yang menjadi potensi ekonomi di Bolivia.

Hal ini dikarenakan dalam privatisasi tersebut, perusahaan asing menjadi operator

utama dalam menyiapkan dan mengusulkan peraturan untuk menerapkan undang–

undang hidrokarbon, mengusulkan standar dan peraturan untuk perlindungan

sektor lingkungan, mempersiapkan administrasi dalam denah resmi yang tersedia

untuk melakukan eksplorasi, melakukan kontrol terhadap gas alam, memonitoring

pemenuhan standar teknik keamanan untuk eksplorasi dan produksi, dan

menentukan harga jual gas alam.127

Gas alam Bolivia yang sebelumnya dikelola dan dikontrol oleh perusahaan

migas milik negara, Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB), telah

diprivatisasi dan diambil alih oleh perusahaan asing. Privatisasi terhadap YPFB

ini dinilai sebagai bentuk “kapitalisasi” pada masa pemerintahan Presiden Lozada.

Dalam proses privatisasi ini, YPFB dibagi menjadi tiga perusahaan yang terpisah

yakni Empresa Petrolera Chaco, Empresa Petrolera Andina, dan Transredes.128

Total 50% saham dari masing–masing ketiga perusahaan tersebut dijual kepada

perusahaan–perusahaan migas multinasional.129

Adanya potensi gas alam yang dimiliki Bolivia membuat Presiden Lozada

mengundang para investor-investor asing untuk berinvestasi di sektor hidrokarbon

Bolivia. Perusahaan–perusahaan asing yang berinvestasi dan menjadi pemain

127

Beato dan Benavides, Gas Market Integration in the Southern Cone, 42. 128

Jeffery Webber, From Rebellion to Reform in Bolivia: Class Struggle, Indigenous

Liberation, and the Politics of Evo Morales, (Chicago: Haymarket Books, 2011), 78. 129

Webber, From Rebellion to Reform in Bolivia, 78.

Page 70: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

55

utama dalam sektor hidrokarbon Bolivia mayoritas yakni perusahaan migas milik

negara Brazil yaitu Petrobras, Repsol (Spanyol), Total (Perancis), dan British

Petroleum dan British Gas Group (Inggris).130

Perusahaan Petrobras milik Brazil menjadi perusahaan asing yang

menanamkan investasi paling besar terhadap gas alam Bolivia. Sejak Undang–

Undang Hidrokarbon tahun 1996 mulai dijalankan, Petrobras mulai melakukan

eksploitasi terhadap ladang gas di Bolivia dan menjalin kesepakatan untuk

pembangunan jaringan pipa yang menghubungkan cadangan gas alam di Bolivia

dengan kawasan industri di Sao Paulo.131

Presiden Lozada semula berjanji bahwa pembagian dari kebijakan

privatisasi ini sebesar 51% untuk negara dan 49% untuk perusahaan asing dengan

tujuan kepemilikan negara terhadap perusahaan tetap terjaga.132

Perusahaan asing

memilih untuk berjanji melakukan investasi dengan nilai tunai yang sama selama

tujuh tahun kedepan, dibandingkan membayar kepada pemerintah Bolivia untuk

bisnis gas alam yang baru mereka kelola.133

Namun pada akhirnya berbanding

terbalik, perusahaan asing menuntut otoritasnya dalam berinvestasi di sektor

hidrokarbon Bolivia yang membuat pembagian berubah menjadi 49% untuk

negara dan 51% untuk perusahaan asing.

130

Webber, From Rebellion to Reform in Bolivia, 78. 131

Igor Fuser, Petrobras and the conflicts for resources in South America, tersedia di

http://storage.globalcitizen.net/data/topic/knowledge/uploads/2009040223243533.pdf diunduh

pada 30 Oktober 2014. 132

Jim Shultz, Melissa Draper, Dignity and Defiance: Stories from Bolivia's Challenge to

Globalization, (California: University of California Press, 2008), 86. 133

Shultz dan Draper, Dignity and Defiance, 86.

Page 71: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

56

Namun kebijakan privatisasi pada masa Presiden Lozada yang mengarah

pada proses kapitalisasi ini tidak selalu menjadi kebijakan ekonomi yang buruk.

Penerapan structural adjustment programme pada saat itu mampu menuai

keberhasilan dan juga menjadi salah satu keberhasilan IMF dengan

neoliberlismenya melalui usulan programnya bagi negara dalam mencapai

kestabilan makro ekonomi. Tingginya tingkat inflasi yang mencapai 20.000%

hanya dalam beberapa bulan dapat diturunkan menjadi 9%.134

Jika dilihat secara makro perekonomian, Bolivia memang terlihat

mengalami peningkatan dalam tingkat perbaikan ekonomi. Setelah kebijakan

privatisasi dijalankan pada tahun 1994, tingkat GDP Bolivia mengalami

peningkatan mencapai 5,0% di tahun 1998, dan di tahun yang sama juga tingkat

FDI Bolivia meningkat hingga 1.024.135

Akan tetapi kebijakan privatisasi yang

dijalankan tersebut terbilang gagal dan membuat rakyat Bolivia kehilangan

kesejahteraannya. Penutupan tambang–tambang migas yang dianggap sudah tidak

produktif membuat 23.000 dari 30.000 penambang tidak mempunyai pekerjaan.136

Selain membatasi ruang gerak masyarakat Bolivia untuk mendapatkan hak-

haknya atas barang publik, adanya kepemilikan pihak asing terhadap perusahaan

milik negara Bolivia juga memicu pemecatan besar-besaran terhadap pekerja di

YPFB yang selaku perusahaan migas negara pada tahun 1985 mempunyai 9.150

karyawan, menjadi 1.880 karyawan pada akhir tahun 1997.137

134

Kohl dan Farthing, Impasse in Bolivia, 61. 135

Bolivia, A Glance to The Most Important Achievements of The New Economic Model,

Ministerio de Economica y Finanzas Publicas, 15. 136

Kohl dan Farthing, Impasse in Bolivia, 71. 137

Kohl, Privatization Bolivian Style, 900.

Page 72: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

57

Keadaan tersebut makin memperburuk keadaan Bolivia yang tingkat

kemiskinannya telah mencapai level yang tinggi. Tercatat pada tahun 2002, 59%

dari total 8.274.325 penduduk Bolivia hidup dalam kondisi kemiskinan, dan

24,4% dari total penduduk Bolivia hidup dalam tingkat kemiskinan yang

ekstrim.138

Hal ini membuat terjadinya gerakan sosial yang dilakukan oleh rakyat

Bolivia untuk menuntut hak nya. Kegagalan “neoliberal experiment” yang

dijalankan pemerintah Bolivia di tahun 1980an hingga berakhir pada tahun 2000

menimbulkan gejolak sosial pertama yang dilakukan rakyat dalam menuntut hak–

hak rakyat dalam pelayanan dan penggunaan air di daerah Cochabamba yang

terkenal dengan sebutan water war.139

Setelah water war berlalu, muncul gerakan sosial kedua yang dilakukan

rakyat Bolivia dalam menuntut hak penggunaan gas alam yang dikenal dengan

gas war. Persetujuan rencana ekspor gas ke AS menggunakan pipa melalui Chile

menjadi pemicu utama terjadinya gas war di Bolivia pada September 2003.140

Gas

war berhenti pertama kali ketika Presiden Lozada melarikan diri dari Bolivia dan

meninggalkan 70 korban tewas dalam konflik dengan tentara Bolivia saat

melakukan demonstrasi.141

Gas war pada akhirnya berhenti setelah pengunduran

diri Presiden Lozada, dan digantikan oleh wakilnya, Carlos Mesa.142

138

“Situation of poverty in the country”, tersedia di

http://www.unicef.org/bolivia/resources_2332.htm diunduh pada 30 Oktober 2014. 139

Glenn J. Dorn, The Truman Administration and Bolivia: Making the World Safe for

Liberal Constitutional Oligarchy, (Penn State Press, 2011), 207. 140

Manuela Nilsson, Jan Gustafsson, Latin American Responses to Globalization in the

21st Century, (Palgrave Macmillan, 2012), 103. 141

Nilsson dan Gustafsson, Latin American Responses to Globalization in the 21st Century,

103. 142

Nilsson dan Gustafsson, Latin American Responses to Globalization in the 21st Century,

104.

Page 73: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

58

D. Kebijakan Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006

Terjadinya peristiwa gas war antara rakyat Bolivia dan partai sayap kiri

Bolivia yang dipimpin Evo Morales, dengan pemerintah melalui aksi protes dan

demonstrasi rakyat yang menuntut kembali hak nya dalam penggunaan gas alam

negara menimbulkan konflik dalam internal Bolivia. Banyaknya massa yang

tewas dalam gas war tersebut dan kondisi Bolivia yang belum juga stabil,

membuat Presiden Lozada melarikan diri ke AS. Setelah Presiden Lozada

mengundurkan diri pasca peristiwa gas war pada Oktober 2003 tersebut, dan

digantikan oleh wakilnya Carlos Mesa, protes dan demonstrasi massa kembali

terjadi. Rakyat Bolivia menuntut Presiden Carlos Mesa untuk mengundurkan diri

secara paksa. Hal ini disebabkan rakyat menilai adanya ketidakstabilan baru di

Bolivia yaitu perbedaan pendapat atas isu hidrokarbon di Bolivia, dan adanya

permasalahan yang mempengaruhi Brazil sebagai investor utama dan konsumen

utama hidrokarbon khususnya gas alam di Bolivia.143

Presiden Carlos Mesa telah melakukan tiga inisiatif kebijakan utama pada

masa pemerintahannya yaitu mengeluarkan referendum atas penjualan gas alam,

merevisi Undang–Undang Hidrokarbon, dan memanggil majelis konstitusi untuk

merumuskan kembali konstitusi negara.144

Referendum mengenai gas terjadi pada

bulan juli 2004, dan pada saat itu legislatif Bolivia sengaja mengesampingkan isu

nasionalisasi yang sebelumnya telah tersebar. Ketika legislatif Bolivia

memberlakukan Undang–Undang baru mengenai hidrokarbon pada bulan Mei

143

de Sousa, Brazil and Bolivia, 1. 144

Roberta Rice, The New Politics of Protest: Indigenous Mobilization in Latin America's

Neoliberal Era, (University of Arizona Press, 2012), 73.

Page 74: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

59

2005 mengenai peningkatan royaliti negara dari penjualan gas alam dibandingkan

melakukan nasionalisasi terhadap cadangan gas alam negara, membuat gas war

kedua kembali terjadi.145

Pada 6 Juni 2005, Presiden Carlos Mesa mengajukan

pengunduran dirinya karena tidak mampu mengendalikan stabilitas di Bolivia.146

Presiden Carlos Mesa digantikan oleh wakilnya, Eduardo Rodriguez hingga

dimulainya pemilu Bolivia pada Desember 2005.

Setelah pemilu Bolivia berlangsung, Evo Morales memenangi dan terpilih

sebagai Presiden melalui satu putaran. Presiden Morales menang telak dengan

meraih 54% suara. Tuntutan rakyat mengenai nasionalisasi gas, memanggil

majelis konstitusi, dan memberikan hukuman bagi pejabat pemerintah yang

menggunakan kekuatan berakibat tewasnya penduduk sipil selama terjadinya gas

war menjadi bagian dari agenda Morales.147

Pada 1 Mei 2006, Presiden Morales berpidato di ladang gas San Alberto

milik Petrobras dan menyuarakan kepada rakyat bahwa “gas adalah milik kita”.

Presiden Morales menepati janjinya untuk membawa perubahan dalam kondisi

keterpurukan yang dialami Bolivia, dengan menempatkan kembali sektor

hidrokarbon Bolivia tetap berada dibawah kontrol negara yang disahkan melalui

Supreme Decree of Nationalization no. 28.701. Isi dari Supreme Decree of

Nationalization no. 28.701 tersebut mengharuskan seluruh kegiatan produksi

perusahaan transnasional dan internasional yang bergerak di bidang pengelolaan

dan eksplorasi migas untuk kembali diatur oleh negara. Melalui perusahaan migas

145

Rice, The New Politics of Protest, 73. 146

Rice, The New Politics of Protest, 73. 147

Harris, The Nation in the Global Era, 254.

Page 75: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

60

negara Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB), Bolivia melakukan

renegosiasi kontrak baru dengan tujuan memastikan keuntungan negara yang

lebih besar dari pendapatan gas.148

Melalui keputusan nasionalisasi sektor hidrokarbon tersebut, perusahaan-

perusahaan migas asing di Bolivia diberikan jangka waktu selama 180 hari setelah

keputusan ditetapkan untuk memilih antara melakukan renegosiasi dan

menandatangani kontrak baru, atau meninggalkan Bolivia.149

Nasionalisasi yang

dilakukan Bolivia berbeda pada umumnya. Presiden Morales menjamin bahwa

nasionalisasi yang dilakukan Bolivia bukan berupa pengambilalihan atau

penyitaan fasilitas, tetapi merujuk pada renegosiasi kontrak dengan peningkatan

tarif pajak dan pembangunan kembali perusahaan migas negara.150

Keputusan nasionalisasi yang ditetapkan Presiden Morales tersebut dinilai

bersifat kontroversial dan tidak memihak terhadap perusahaan asing yang

berinvestasi di sektor hidrokarbon terutama gas alam Bolivia. Melalui keputusan

tersebut, Presiden Morales menekankan pembagian dalam hasil kerjasama gas

alam kembali seperti semula menjadi 51% untuk negara dan 49% untuk

perusahaan asing, dan monitoring, peraturan, eksplorasi, produksi, serta

penentuan harga jual kembali dikontrol YPFB selaku perusahaan migas milik

negara Bolivia.151

148

Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia, 13. 149

Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia, 13. 150

Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia, 13. 151

Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia, 13.

Page 76: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

61

Akibat dari keputusan tersebut, seluruh perusahaan asing yang berinvestasi

di sektor hidrokarbon terutama gas alam Bolivia merasa dirugikan. Brazil melalui

Petrobras menjadi satu–satunya perusahaan asing yang paling dirugikan dengan

adanya kebijakan nasionalisasi ini karena telah melakukan investasi sebesar 1

miliar dolar AS untuk industri gas alam Bolivia.152

Pada dasarnya, Brazil merupakan negara konsumen terbesar gas Bolivia,

dan perusahaan migas Petrobras milik Brazil menjadi investor terbesar di ladang

gas Bolivia. Dalam menyikapi keputusan nasionalisasi perusahaan asing yang

dinyatakan Presiden morales, Pemerintah Brazil mengatakan akan tetap

menghormati kedaulatan Bolivia, tetapi pemerintah Brazil ingin bernegosiasi

dengan tegas karena kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut kepentingan

Brazil, tetapi juga kepentingan Petrobras.153

Brazil menjadi salah satu negara terbesar yang menggantungkan sumber

energinya melalui gas alam Bolivia. Letak negara yang bersebelahan membuat

Brazil menanamkan investasi untuk membangun jalur pipa gas antara Bolivia–

Brazil (Gasbol) sepanjang 3.150 km, termasuk 557 km dari Santa Cruz de la

Sierra, di bagian Bolivia, ke perbatasan Bolivia dekat Corumba di Brazil dan

dialirkan ke kawasan industri Sao Paulo.154

152

Carin Zissis, Bolivia's Nationalization of Oil and Gas, 12 May 2006, tersedia di

http://www.cfr.org/world/bolivias-nationalization-oil-gas/p10682 diunduh pada 30 Oktober 2014. 153

Crisis Talks on Bolivia Gas Move, 3 Mei 2006. Tersedia di

http://news.bbc.uk/2/hi/americas/49643000.stm diunduh pada 14 Juni 2014. 154

The Bolivia-to-Brazil Pipeline, Center for Energy Economic, Bureau of Economic

Geology, Jackson School of Geosciences The University of Texas Austin, tersedia di

http://www.beg.utexas.edu/energyecon/new-era/case_studies/Bolivia_to_Brazil_Pipeline.pdf

diunduh pada 30 Oktober 2014.

Page 77: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

62

Melihat hal tersebut, sangatlah penting keberadaan gas alam Bolivia

terhadap kebutuhan energi Brazil. Besarnya dan banyaknya investasi yang

dilakukan Pertrobras Brazil dalam mengeksploitasi dan eksplorasi ladang gas

alam Bolivia menunjukkan keseriusan Brazil dalam melakukan kerjasama sektor

hidrokarbon dengan Bolivia. Tetapi keterpurukan dan krisis perekonomian yang

dialami Bolivia menjadi alasan kuat bagi Bolivia untuk melakukan nasionalisasi

melalui renegosiasi kontrak.

Penerapan kebijakan nasionalisasi oleh Bolivia dinilai sebuah hal yang

biasa dilakukan oleh negara-negara penganut sosialis. Pada dasarnya, kebijakan

nasionalisasi dilakukan oleh negara-negara yang menerapkan pemerintah despotik

atau otokrasis, seperti Bolivia, Venezuela, dan Zimbabwe. Kebijakan nasionalisasi

dilakukan oleh negara-negara penganut sosialis seperti Venezuela, Bolivia,

Argentina, dan Zimbabwe dengan tujuan untuk mempertahankan anti kapitalis di

negaranya. Alasan utama yang mendasari negara-negara sosialis dalam

menjalankan nasionalisasi yakni untuk menghasilkan sumber pendapatan bagi

rakyat miskin.155

E. Kondisi Brazil dan Bolivia Terkait Kebijakan Nasionalisasi Tahun 2006

Pada tahun 2003, Bolivia mengalami krisis politik dan ekonomi. Brazil

bersama Argentina turut serta berperan sebagai mediator antara pemerintah

Bolivia dengan kelompok oposisi Bolivia untuk menemukan solusi kedua belah

pihak. Brazil selaku mediator menawarkan pemerintah Bolivia untuk melakukan

155

Keeton dan Beer, “Nationalisation: a mining industry perspective”, 2-3.

Page 78: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

63

konsultasi antara Kementerian Luar Negeri kedua negara dan melakukan dialog

politik dengan kelompok oposisi Bolivia yang dipimpin oleh Evo Morales.156

Krisis politik dan ekonomi di Bolivia diawali pada bulan April tahun 2000

di kota Cochabamba, Bolivia, dengan adanya gerakan sosial oleh warga setempat

yang turun ke jalan serta kelompok oposisi Bolivia melalui partai MAS

(Movimento al Socialismo) yang dipimpin oleh Evo Morales untuk memprotes

dan mengusir keluar investor asing yang melakukan privatisasi di wilayah ladang

gas Bolivia. Lalu, berlanjut pada Gas war yang berlangsung pertengahan

September sampai bulan Oktober 2003 dengan tuntutan rakyat yang

menginginkan kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan pemerintah Bolivia

pada saat itu mengenai cadangan gas alam Bolivia. Gas war dipicu oleh rencana

Presiden Bolivia, Gonzalo Sanchez de Lozada, untuk kembali menjual gas alam

dengan mengekspor ke Chile.157

Demonstrasi terus dilakukan sepanjang gas war berlangsung. Rakyat

Bolivia menuntut untuk dilakukannya nasionalisasi terhadap sektor hidrokarbon

Bolivia, dengan tujuan keuntungan dalam penjualan gas negara dapat dirasakan

oleh masyarakat dan membantu memperbaiki sektor yang dibutuhkan bagi

masyarakat, dibandingkan hanya menjual gas kepada investor asing. Pada

akhirnya, hampir 80 orang tewas dan ratusan orang mengalami luka-luka, hal ini

menjadi salah satu sebab Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada mengundurkan

156

de Sousa, Brazil and Bolivia, 5. 157

Benjamin Dangl, An Overview of Bolivia's Gas War, tersedia di

http://upsidedownworld.org/gaswar.htm diunduh pada 27 Maret 2015.

Page 79: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

64

diri dan meninggalkan kantor kepresidenan pada 17 Oktober 2003, dan

digantikan oleh wakilnya Carlos Mesa.158

Pada masa pemerintahan presiden Carlos Mesa, diadakan referendum

nasional pada 18 Juli 2004. Dalam referendum tersebut, para pemilih diminta

untuk menjawab lima pertanyaan, termasuk apakah akan mencabut rencana

ekspor gas oleh Presiden sebelumnya, Gonzalo Sanchez de Lozada; meningkatkan

pendapatan dengan rencana baru; menggunakan gas sebagai cara strategis untuk

mendapatkan akses ke laut dari Chile; dan menggunakan sebagian besar

keuntungan dari rencana ekspor untuk pengembangan sekolah, rumah sakit, jalan

dan pekerjaan. Namun, bagi rakyat dan kelompok oposisi Bolivia, pilihan

nasionalisasi tidak termasuk sebagai alternatif pilihan.159

Setelah Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada mengundurkan diri dan

digantikan oleh wakilnya Carlos Mesa, kebijakan hidrokarbon pada masa

pemerintahan Presiden Lozada mulai dicabut dan tidak lagi dijalankan. Pada 17

Mei 2005, Presiden Carlos Mesa mengeluarkan hukum hidrokarbon baru 3.058

sesuai referendum 18 Juli 2004 mengenai pengakuan bahwa nilai gas alam beserta

sektor hidrokarbon lainnya sebagai sumber daya strategis bagi Bolivia untuk

mendukung tujuan sosial dan pembangunan ekonomi negara, serta kebijakan

internasional bagi Bolivia, termasuk mendapatkan kedaulatan kembali dalam

sektor hidrokarbon Bolivia (pasal 4). Semua kontrak akan ditandatangani dan

dikonversi dalam jangka waktu 180 hari (pasal 5), yaitu kontrak mengenai

158

Benjamin Dangl, An Overview of Bolivia's Gas War. 159

Benjamin Dangl, An Overview of Bolivia's Gas War.

Page 80: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

65

produksi bersama (Pasal 72), kontrak operasi (Pasal 77), dan kontrak asosiasi

(Pasal 81).160

Ketika situasi mulai kondusif pasca Presiden Gonzalo mengundurkan diri,

gas war kembali terjadi pada Maret 2005. Rakyat Bolivia tetap menuntut dan

menginginkan pemerintah Bolivia untuk melakukan nasionalisasi terhadap para

investor dan perusahaan asing. Pada 17 Mei 2005, kongres Bolivia mengesahkan

undang-undang gas yang dikenakan pajak baru 32% pada produksi di atas royalti

yang ada 18%, namun implementasinya jauh dari yang diharapkan oleh rakyat

Bolivia. Rakyat Bolivia menilai bahwa undang-undang tersebut akan menjadikan

perusahaan asing dengan mudahnya dapat menghindari pajak sebesar 32%.

Rakyat memprotes dan meminta pengunduran diri presiden Carlos Mesa, dan

menuntut diadakan pemilu Bolivia secepatnya. Akhirnya pada 6 Juni 2005,

Presiden Mesa mengundurkan diri dan digantikan sementara oleh wakilnya,

Eduardo Rodríguez hingga percepatan pemilu Bolivia dijalankan pada Desember

2005.161

Hingga pada 18 Desember 2005, Evo Morales memenangkan pilpres

dengan meraih suara rata-rata 53,7% dalam satu putaran, mengalahkan saingannya

Jorge “Tuto” Quiroga, mantan wakil presiden pada masa pemerintahan diktator

Hugo Banser, dan Samuel Doria Medina, salah satu calon presiden yang berlatar

belakang borjuis.162

Evo Morales memenangkan kursi presiden dengan mewakili

160

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 16-17. 161

Benjamin Dangl, An Overview of Bolivia's Gas War. 162

Nur Iman Subono. “Kemenangan Evo Morales dan MAS di Bolivia”. Jurnal Sosial

Demokrasi. Belajar dari Sosialisme Baru Amerika Latin, Mengapa Tidak!. Vol.4, No.1, Oktober-

desember 2008, Yayasan Indonesia Kita & Pergerakan Indonesia, 39

Page 81: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

66

partai MAS (Movimento al Socialismo) sebagai partai gerakan menuju sosialisme

di Bolivia.163

Setelah dilantik menjadi presiden, pada tanggal 1 Mei 2006, beberapa hari

sebelum pemilihan Majelis Konstitusi Bolivia, Evo Morales membaca dekrit No.

28701 di hadapan rakyat Bolivia. Hal tersebut menjadi dasar pemberlakuan

nasionalisasi perusahaan minyak asing di dalam negeri. Petrobras menjadi salah

satu perusahaan yang paling terkena dampak dari keputusan nasionalisasi tersebut.

Keputusan nasionalisasi tersebut menunjukkan bahwa kebijakan nasionalisasi,

tanpa disertai dengan negosiasi yang memadai dapat menimbulkan masalah bagi

Bolivia dengan Brazil.164

Evo morales memerintahkan militer Bolivia untuk menduduki ladang gas

alam Bolivia di San Alberto provinsi Tarija yang dioperasikan oleh Petrobras

sebagai simbol akan kedaulatan Bolivia. Morales menandatangani dekrit

nasionalisasi di ladang San Alberto dan mengumumkan nasionalisasi terhadap

sektor hidrokarbon Bolivia. Penandatangan dekrit nasionalisasi menyerukan

kepada perusahaan perusahaan asing yang bergerak di sektor hidrokarbon Bolivia

untuk meninggalkan Bolivia kecuali jika mereka menandatangani kontrak baru

dalam jangka waktu enam bulan.165

Dalam pidatonya di ladang gas San Alberto yang disaksikan langsung oleh

rakyat Bolivia, Evo Morales mengatakan: "The time has come, the awaited day, a

163

Subono, “Kemenangan Evo Morales dan MAS di Bolivia”, 40. 164

de Sousa, Brazil and Bolivia, 3. 165

“Gas nationalisation just the beginning”. The Guardian 31 May, 2006. Tersedia di

http://www.cpa.org.au/z-archive/g2006/1275bolivia.html diunduh pada 21 April 2015.

Page 82: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

67

historic day in which Bolivia retakes absolute control of our natural resources,

the looting by foreign companies has ended" yang berarti bahwa telah tiba

waktunya, hari yang ditunggu, hari yang bersejarah bagi Bolivia dimana Bolivia

kembali merebut kontrol mutlak dari sumber daya alamnya, penjarahan oleh

perusahaan asing telah berakhir.166

Presiden Evo Morales menilai bahwa kebijakan nasionalisasi yang

dijalankan oleh Bolivia menganut pada legitimasi hukum yang sah yaitu pertama,

berdasarkan pasal 139 Konstitusi Bolivia yang berisi mengenai pernyataan

tentang seluruh sektor hidrokarbon pada dasarnya dikuasai dan dimiliki oleh

pemerintah dan segala kegiatan penjualan dan perdagangan aset negara yang

dilakukan bersifat ilegal dan melanggar konstitusi yang ada. Kedua, menganut

hukum dalam negeri Bolivia yang mewajibkan bahwa seluruh perjanjian harus

melalui proses persetujuan legislatif yang diratifikasi oleh kongres Bolivia untuk

dapat dikatakan sebagai peraturan yang legal. Tindakan yang dilakukan Presiden

Gonzalo sebelumnya dengan melakukan dan mengesahkan kontrak hidrokarbon

dengan perusahaan asing tanpa melalui jalur persetujuan kongres membuat

kontrak perjanjian tersebut dinilai bersifat ilegal dan tidak sah. Ketiga, menganut

pada Referendum 2005 yang merupakan keinginan dari rakyat Bolivia untuk

menjadikan kembali sektor hidrokarbon berada dibawah kontrol negara.167

166

Monte Reel and Steven Mufson. Bolivian President Seizes Gas Industry. Tuesday, May

2, 2006. Tersedia di http://www.washingtonpost.com/wp-

dyn/content/article/2006/05/01/AR2006050100583.html diunduh pada 21 April 2015. 167

Agnes Chronika, Relasi Brazil-Bolivia Pasca Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon Bolivia

Tahun 2006, 86.

Page 83: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

68

Melihat dari dasar legitimasi yang ada, kemudian Evo Morales

mengeluarkan keputusan nasionalisasi melalui Supremee Decree 28701 yang

menjadikan dasar peraturan baru dalam sektor hidrokarbon Bolivia, mencakup

sembilan pasal yang diterapkan (lihat pada lampiran 1.). Secara umum, kebijakan

nasionalisasi tersebut mengatur mengenai:168

1. YPFB (Yacimientos Petroliferos Fiscales de Bolivia) selaku

perusahaan gas kepemilikan Bolivia, akan mengambil kontrol penuh

dalam bagian rantai produksi secara keseluruhan, mencakup dalam

kegiatan pemasaran (pasal 7 dan pasal 5).

2. Melakukan auditing terhadap seluruh perusahaan energi yang

beroperasi di Bolivia, dengan tujuan mendefinisikan tingkat investasi

yang dilakukan dan kemudian melakukan penyusunan kontrak baru

dengan Bolivia (pasal 4 ayat 3).

3. Investor asing hanya berperan sebagai penyedia jasa bagi YPFB (pasal

2).

4. Seluruh perusahaan asing yang beroperasi di sektor hidrokarbon

Bolivia diberikan pilihan selama 180 hari terhitung dari keputusan

nasionalisasi ditetapkan untuk membuat dan menandatangani kontrak

baru dengan Bolivia, atau meninggalkan Bolivia tanpa biaya

kompensasi (pasal 3).

5. Kenaikan tarif pajak dan royalti menjadi 82% (pembagian 18% untuk

royalti dan partisipasi, 32% untuk pajak IDH (Impuesto Directo

168

Bolivia Information Forum Bulletin. Bolivia 1 May 2006. No.2 May 2006, tersedia di

http://www.boliviainfoforum.org.uk/news-detail.asp?id=103 diunduh pada 25 April 2015.

Page 84: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

69

Hidrocarburos), dan 32% untuk YPFB) untuk perusahaan yang setelah

tahun 2005 memproduksi lebih dari 100 juta kubik, terutama di ladang

gas San Alberto dan San Antonio (Perusahaan Petrobras memegang

operasi penuh di kedua ladang gas terbesar Bolivia) (pasal 4 ayat 1 dan

2).

6. Pemerintah Bolivia mengambil alih bagian saham 50%+1 dari

perusahaan-perusahaan yang telah diprivatisasi sebelumnya, dan

memberikan kembali kontrol operasional (pasal 7).

Brazil bergantung pada gas Bolivia, dan hal tersebut dinilai mustahil bagi

Brazil untuk memperoleh alternatif ekonomi dan energi lainnya minimal hingga

tahun 2008. Di sisi lain, Bolivia juga bergantung pada pasar Brasil. Industri

negara bagian Sao Paulo menjadi konsumen terbesar dan satu-satunya pasar yang

cukup besar dan mudah diakses bagi negara Andean dalam jangka pendek. Biaya

transportasi yang terjangkau bagi Brazil dapat memanfaatkan jaringan pipa gas

yang sudah ada, karena membangun pipa gas baru akan membutuhkan setidaknya

tiga tahun, sementara Bolivia belum memiliki sumber daya yang memadai. Jika

Petrobras menarik investasi dari Bolivia, maka negara akan kesulitan mengelola

ladang gas yang telah beroperasi, akibat minimnya kebutuhan akan keuangan dan

kapasitas sumber daya manusia.

F. Sikap Pemerintah Brazil terhadap Kebijakan Nasionalisasi Bolivia

Tahun 2006

1. Kecaman Pemerintah Brazil Terhadap Kebijakan Nasionalisasi

Bolivia Tahun 2006

Page 85: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

70

Sejak tahun 2000, Brazil telah mengembangkan pasar gas alam nasional

untuk meningkatkan partisipasi negerinya dalam matriks energi dunia dengan

memanfaatkan gas alam Bolivia. Kemudian di tahun 2005, gas alam diimpor dari

negara Andean untuk mencukupi 50% dari total gas yang dikonsumsi wilayah

Brazil.169

Permintaan Brazil terhadap gas alam mencapai angka ekspektasi yang

diharapkan Bolivia, yang juga meningkatkan produksi nasional secara signifikan.

Bagi Brazil, gas alam Bolivia sangatlah vital, dan Brazil menganggap persyaratan

yang ditetapkan oleh GSA (Gas Supply Agreement), dapat menjadi beban bagi

perekonomian Brazil. Seperti pada penawaran gas alam di Sao Paulo pada tahun

2005 yang meningkat hingga 25%, dan 75% bagi Bolivia.170

Pemerintah Brazil melakukan pengaturan diplomatik untuk membahas

mengenai GSA (Gas Supply Agreement) dan renegosiasi konsesi Petrobras,

kemudian secara bersamaan Petrobras juga berupaya mencari solusi untuk

mengantisipasi persoalan akibat kebijakan nasionalisasi aset yang dilakukan pada

bulan Mei 2006, tanpa melalui tahap pengajuan sidang arbitrase di Pengadilan

Arbitrase Internasional.171

Terkait kebijakan nasionalisasi hidrokarbon Bolivia, pemerintah Brazil

mengadakan pernyataan resmi dalam sebuah catatan yang disampaikan pada pers

tanggal 3 Mei 2006. Isinya menyatakan bahwa “keputusan pemerintah Bolivia

169

Technical Note number 012/2006-SCM, Considerações da SCM/ANP acerca do Decreto

Supremo nº 28.701 published by Bolivia on May, 01, 2006, Brasília: Agência Nacional do

Petróleo, Superintendência de Comercialização e Movimentação de Petróleo, seus Derivados e

Gás Natural, May, 2006, p. 05. Dikutip dari <http://www.anp.gov.br/doc/gas/Nota_12_2006.pdf>

(April, 2008). Dalam Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia: Impacts

for Development”, (jurnal working papers , No. 23, Juni 2008), hal.20. 170

Ibid, 20. 171

Ibid, 20.

Page 86: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

71

menasionalisasikan kekayaan sumber daya alamnya serta mengendalikan

industrialisasi, transportasi, dan perdagangan diakui oleh Brazil sebagai tindakan

yang menjadi bagian untuk menjaga kedaulatan, dan juga karena Brazil sebagai

aturan konstitusi, untuk menjalankan pengelolaan total atas kekayaan tanahnya

sendiri.”172

Kebijakan nasionalisasi yang diputuskan Evo Morales memicu ketegangan

antara Bolivia dengan Brazil. Petrobras dan kementerian Brazil memberikan

respon keras dan mengancam pemerintahan Bolivia terkait investasi Petrobras di

sektor hidrokarbon Bolivia. Menteri Pertambangan dan Energi Brazil, Silas

Rondeau, mengatakan bahwa: “It is an unfriendly move that could be understood

as a break with understandings made with the Bolivian government.” yang pada

intinya menyatakan bahwa keputusan Bolivia melalui kebijakan nasionalisasi

dianggap sebagai tindakan yang tidak bersahabat terhadap pemerintah Brazil.173

Setelah keputusan nasionalisasi dikeluarkan oleh Presiden Evo Morales,

pada 3 Mei 2006, Petrobras mengumumkan bahwa sebagai konsekuensi dari

sikap Bolivia terkait kebijakan nasionalisasi tersebut Petrobras akan bertindak

untuk: pertama, Petrobras akan melindungi kepentingannya melalui jalan

negosiasi dengan pemerintahan Bolivia, dan menggunakan segala hukum-hukum

yang berlaku melalui sistem peradilan Bolivia maupun melalui jalan badan

yuridiksi internasional. Kedua, mencabut semua investasi baru di Bolivia yang

172

Ibid, 20 173

Jeremy McDermott, Bolivia threat to foreigners as troops move into gas fields, 3 May

2006, tersedia di

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/bolivia/1517317/Bolivia-threat-to-

foreigners-as-troops-move-into-gas-fields.html diunduh pada 25 Desember 2015.

Page 87: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

72

telah direncanakan untuk mengembangkan sektor hidrokarbon Bolivia maupun

yang terkait dengan proyek ekspansi jalur pipa gas Bolivia-Brazil (Gasbol). Dan

ketiga, segera melakukan studi yang bertujuan untuk meningkatkan proyek

diversivikasi sumber pasokan energi, termasuk kemungkinan proyek LNG (Liquid

Natural Gas) di luar Bolivia.174

Kecaman dan ancaman keras yang dikeluarkan pemerintah Brazil maupun

Petrobras tidak membuat presiden Evo Morales membatalkan keputusan

nasionalisasinya tersebut. Morales tetap bersikeras dengan keputusannya dan

meminta Brazil melalui Petrobras serta perusahaan-perusahaan asing lainnya yang

bergerak di sektor hidrokarbon Bolivia untuk menandatangani kontrak Baru

sesuai dengan Supreme Decree No.2871.5.

2. Renegosiasi Kontrak Baru Sektor Hidrokarbon

Kecaman yang dilakukan Brazil terhadap kebijakan nasionalisasi yang

dilakukan Bolivia tidak menjadikan Evo Morales gentar dan tetap menjalankan

keputusan kebijakan nasionalisasi tersebut. Evo Morales menilai nasionalisasi

yang dijalankan Bolivia tidaklah mengambil aset perusahaan asing secara penuh

dan berpihak pada Bolivia, melainkan menerapkan sistem kontrak baru antara

pemerintah dengan perusahaan asing dalam sektor hidrokarbon dengan kontrol

yang dipegang oleh negara.

Untuk mengatasi permasalahan yang melanda Petrobras tersebut, Presiden

Brazil, Lula da Silva segera melakukan pertemuan darurat dengan Menteri Energi

174

Petrobras’s position in Bolivia after nationalization”, Alexander Gas and Oil Connection

Volume 13, issue #6-April 2008 tersedia di http://www.gasandoil.com/news/2008/04/ntl81471

diunduh pada 25 April 2015.

Page 88: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

73

Brazil, Silas Rondou, dan juga Direktur Petrobras, Jose Sergio Gabrieli guna

mencari solusi diplomatik regional mengenai nasionalisasi yang diumumkan

Bolivia.175

Setelah melakukan rapat Internal, pada 3 mei 2006 Presiden Lula

segera mengadakan pertemuan pertama di kota perbatasan Argentina, Puerto

Igazu, dengan presiden Bolivia, Evo morales, Presiden Venezuela, Hugo Chavez,

serta Presiden Argentina, Nestor Kirchner demi mencari keputusan solusi secara

diplomatik.176

Pertemuan pertama tersebut menghasilkan pernyataan bersama dari hasil

pembicaraan para kepala negara dalam mencari jalan keluar permasalahan

nasionalisasi secara adil dan rasional yaitu: “the discussion about the gas price

must take place in a rational and equitable framework that makes the undertaking

viable”,177

yang berarti bahwa diskusi mengenai penentuan harga gas harus

berlangsung dalam kerangka nasional dan dilakukan secara adil.

Dalam pernyataan resmi melalui sebuah catatan yang disampaikan pada

pers tanggal 3 Mei 2006, Presiden Lula menyatakan bahwa:

The Brazilian government will act firmly and calmly, in all forums, in

the direction of preserving the interests of Petrobras and will conduct the

necessary negotiations in order to guarantee the balanced and mutually

beneficial relationship between the two countries". And clarifies that "the

natural gas supply for its market is assured by the political will of both

countries, as reinforced by President Evo Morales in a telephone

conversation with President Lula and, equally, by contractual provisions

supported in the International Law. In the same occasion, it was made

175

Jonathan Wheatley. Presidents to meet over gas crisis in Bolivia. 3 May 2006, tersedia di

http://www.ft.com/intl/cms/s/2/190a3d4a-da03-11da-b7de-0000779e2340.html#axzz3YfBPMdVR

diunduh pada 26 April 2015. 176

Javier Blas and Richard Lapper. Watchdog warns of ‘dangerous’ trend on energy. 3 May

2006. Tersedia di http://www.ft.com/intl/cms/s/2/0c6b641e-dadb-11da-aa09-

0000779e2340.html#axzz3YfBPMdVR diunduh pada 26 April 2015. 177

ibid.

Page 89: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

74

clear that the issue of the natural gas price will be solved through

bilateral negotiations.178

Pemerintah Brazil akan bertindak secara tegas dan tenang dalam

menyikapi kepentingan Petrobras, dengan cara yaitu akan menegosiasikan

antar kedua negara demi hubungan yang saling menguntungkan dan

stabil”. Serta mengklarifikasi bahwa “pasokan gas alam untuk pasar

dipastikan atas kesepakatan politik kedua negara, sebagaimana dikatakan

juga oleh Evo Morales dalam percakapannya dengan presiden Lula yang

masih dalam lingkup hukum internasional. Isi percakapan itu ialah

membahas mengenai negosiasi bilateral untuk harga gas alam (terjemahan

oleh penulis).

Setelah negosiasi awal dapat meredam ketegangan, pada 11 Mei 2006 Evo

Morales mengeluarkan pernyataan yang memicu perselisihan dengan Brazil pada

pidatonya dalam Vienna Summit di Austria. Dalam pidatonya, Morales

menyatakan bahwa tidak ada kompensasi dalam pengambil-alihan aset-aset

perusahaan asing termasuk Petrobras itu sendiri, dan menuduh Petrobras telah

beroperasi secara illegal karena kontrak operasinya tidak sesuai dan melanggar

hukum yang berlaku di Bolivia.179

Merespon tuduhan Morales tersebut, Petrobras mengeluarkan bukti

pernyataan tertulis sebagai bentuk pembelaan terhadap tuduhan segala bentuk

operasi di Bolivia (lihat lampiran 2), yang secara garis besar menyatakan bahwa

Petrobras beroperasi dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku di Bolivia,

pernyataan tersebut menyatakan bahwa:180

178

Second paragraph of the note to the press of May, 03, 2006. Dikutip dari

http://www.senado.gov.br/web/senador/tiaovian/Atua%C3%A7%C3%A3o/Discuros%20Texto%2

0na%20%C3%ADntegra/2006/dicurso03do05de06.html (April, 2008). Dalam Corrêa & Sanchez,

hal.21. 179

Bolivia 'won't pay compensation'. 11 May 2006. Tersedia di

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/4760525.stm diunduh pada 26 April 2015. 180

. Lampiran 2. Petrobras press release.

Page 90: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

75

1. Aktivitas perdagangan gas yang dilakukan Petrobras di Bolivia adalah

hasil dari perjanjian bilateral pemerintahan Brazil dengan Bolivia

sebagai instrument dalam pembangunan pipa gas Bolivia-Brazil,

melalui pembentukan mitra kerjasama antara Petrobras dengan YPFB.

Perjanjian kerjasama dalam pembangunan pipa tersebut dihentikan

setelah YPFB diprivatisasi, dan menjadikan Petrobras sebagai

pemegang kendali dalam pembangunan pipa tersebut.

2. Adanya privatisasi terhadap YPFB, membuat petrobras bertanggung

jawab dalam segala aktivitas konstruksi pembangunan proyek pipa

Bolivia-Brazil mencakup pemberi dana modal utama, meneruskan

pembangunan, berinvestasi dan melakukan eksplorasi serta produksi di

ladang gas wilayah San Alberto dan San Antonio. Pembelian gas

Bolivia sejak tahun 1999 merupakan konsekuensi Brazil dalam

menjalankan operasi tersebut. Dan Petrobras telah memberikan

kontribusi yang baik bagi pemerintah Bolivia dengan menyediakan

lapangan pekerjaan bagi rakyat Bolivia serta membayar pajak

(termasuk 25% dari penerimaan pajak).

3. Segala operasi serta penerapan kontrak tersebut dijalankan oleh

Petrobras dengan menghormati kerangka yang ada di Bolivia secara

sepenuhnya.

Pernyataan Petrobras tersebut menekankan bahwa Petrobras bertindak dan

beroperasi sesuai dengan hukum dan persyaratan yang berlaku, baik di Bolivia

maupun di negara lain dengan menerapkan syarat operasional. Presiden Lula

Page 91: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

76

memberikan ancaman akan memanggil duta besarnya di Bolivia sebagai respon

atas pernyataan presiden Morales dalam Vienna Summit, namun Presiden Morales

meralat ucapannya dan bersedia untuk melanjutkan negosiasi mengenai

nasionalisasi dan kenaikan harga gas.181

Negosiasi kedua Bolivia-Brazil berlanjut pada tanggal 10-14 Juli 2006 di

Santa Cruz, Bolivia. Pertemuan tersebut membahas keberadaan dan kepentingan

Petrobras dalam nasionalisasi yang dilakukan Bolivia. Dalam pertemuan tersebut,

Petrobras meminta agar peningkatan harga Gas Purchase and Sales Agreement

(GSA) untuk ditinjau kembali.182

Pembahasan tersebut kemudian dilanjutkan pada pertemuan ketiga di Rio

de Janeiro pada tanggal 24-28 Juli 2006. Dalam pertemuan ketiga tersebut,

kesepakatan belum juga muncul mengenai peninjauan ulang harga GSA.183

Kemudian, pertemuan keempat diadakan pada tanggal 7-11 Agustus di Rio de

Janeiro menghasilkan kesepakatan untuk menambah waktu dalam masa proses

negosiasi selama 60 hari dikarenakan Bolivia membutuhkan waktu untuk

meninjau kembali GSA antara Bolivia dengan Petrobras.184

GSA dinilai sangatlah penting bagi Bolivia dan Brazil, karena menyangkut

harga dalam penjualan gas alam. Bolivia tidak menginginkan harga jual gas yang

rendah karena menyangkut pada kepentingan ekonominya, namun disisi lain

181

Mario Osava, Inter Press Service News Agency, Energy-Bolivia: Brazil Willing to

Negotiate, After Nationalisation, tersedia di http://www.ipsnews.net/2006/05/energy-bolivia-

brazil-willing-to-negotiate-after-nationalisation, diunduh pada tanggal 30 Mei 2015. 182

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 20. 183

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 21. 184

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 21.

Page 92: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

77

Brazil menilai permasalahan GSA merupakan suatu hal yang menyangkut pada

peran petrobras di Bolivia. Permasalahan tersebut didasari karena Brazil bukan

hanya sebagai investor dalam sektor hidrokarbon Bolivia, tetapi juga sebagai

konsumen/pembeli gas alam Bolivia. Penerapan GSA membuat perubahan harga

jual gas diatur hingga jangka waktu 5 tahun sekali. Namun, setelah adanya

Supreme Decree 28701 membuat pemerintah Bolivia mempertanyakan kembali

mekanisme penjualan yang selama ini mengikuti dan diatur oleh GSA.185

Dalam masa negosiasinya dengan Brazil, Pemerintahan Bolivia kembali

mengeluarkan Supreme Decree 29122 tentang pengaturan segala aktivitas

komersialisasi dan eksportasi terkait hasil produksi dalam sektor hidrokarbon

Bolivia akan dikontrol penuh oleh YPFB.186

Dan di akhir jangka waktu negosiasi,

pemerintah Bolivia juga mengeluarkan Resolusi Menteri Hidrokarbon Bolivia

2006/2007 melalui Menteri Hidrokarbon Bolivia, Andreas Soliz, pada tanggal 12

September 2006 yang mengatur tentang rekondisi properti dalam segala aktivitas

mencakup rantai produksi, pengolahan, transportasi, penyimpanan serta

pengolahan minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).187

Tindakan yang

dilakukan Bolivia dalam mengambil alih hampir semua aktivitas dalam operasi di

sektor hidrokarbon ini membuat Petrobras hanyalah sebagai penyedia jasa bagi

sektor hidrokarbon Bolivia, dan membuat Petrobras tidak mendapatkan

keuntungan pendapatan dalam peranannya di sektor hidrokarbon Bolivia.188

185

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 22. 186

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 22. 187

de Sousa, Brazil and Bolivia, 5. 188

Corrêa & Sanchez, “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia”, 25.

Page 93: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

78

Melihat tindakan yang dilakukan pemerintah Bolivia, Presiden Lula

memberikan sikap keras dan kembali mengancam untuk membatalkan secara

sepihak negosiasi yang berlangsung dan mengadukan permasalahan ini ke badan

arbitrasi internasional.189

Ancaman yang dikeluarkan Presiden Lula tersebut

ternyata menuai respon bagi pemerintah Bolivia, terutama anggota Senat Bolivia

di bawah kendali pihak oposisi yang menyerukan kebijakan nasionalisasi. Hingga

pada akhirnya, pada tanggal 23 September 2006, Senat Bolivia mengajukan mosi

untuk melawan menteri energi hidrokarbon Bolivia, Andrea Soliz, dan

memberikan tekanan agar Andrea Soliz segera mengajukan pengunduran dirinya

terkait resolusi menteri hidrokarbon yang dikeluarkannya.190

Merespon hal tersebut, presiden Evo Morales dengan sigap mengganti

Andrea Soliz dengan Carlos Vilegas untuk menjabat menteri energi hidrokarbon

yang dinilai cukup moderat.191

Wakil presiden Bolivia, Alvaro Garcia Linera

menyatakan bahwa resolusi menteri hidrokarbon ini akan tetap diterapkan dan

tidak akan dihapuskan, tetapi dibekukan untuk sementara waktu hingga

permasalahan selesai. Setelah dilantik sebagai menteri energi hidrokrbon Bolivia

yang baru, Carlos Vilegas segera mengadakan konfrensi press dan menyatakan

bahwa terkait permasalahan nasionalisasi, Brazil dan Bolivia pada dasarnya saling

membutuhkan satu sama lain, oleh karena itu negosiasi akan tetap berjalan demi

menyelesaikan permasalahan.192

189

de Sousa, Brazil and Bolivia, 4. 190

Ibid, 4. 191

Ibid, 4. 192

Ibid, 5.

Page 94: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

79

Seiring berjalannya negosiasi antara Bolivia dengan Brazil, pada tanggal

27 Oktober 2006 pemerintah Bolivia beserta YPFB mencapai kesepakatan dan

merampungkan kontrak dengan perusahaan migas asing lainnya yaitu France’s

Total dan US-based Vintage.193

Hingga pada batas hari akhir penandatanganan

nasionalisasi, pada akhirnya tanggal 29 Oktober 2006, pemerintah Bolivia

berhasil menyelesaikan penyusunan kontrak dengan Petrobras dan sepuluh

perusahaan migas asing yang juga beroperasi di Bolivia.194

Seluruh perusahaan migas asing yang beroperasi di Bolivia termasuk

Petrobras telah menyetujui dan menandatangani kontrak operasi yang baru yang

telah ditetapkan oleh presiden Evo Morales menjelang batas akhir pada tanggal

27-29 Oktober 2006. Kontrak tersebut mengatur syarat dan ketentuan (lihat

lampiran 3), seperti jangka waktu kontrak; periode eksplorasi dan kewajiban

kerja; penegasan sistem komersial; masa eksploitasi; kepemilikan dan kontrol

terhadap produksi hidrokarbon; pembayaran atas hak kepemilikan, pajak, serta

biaya ganti rugi; anggaran kompensasi untuk kontraktor; pemberian garansi;

penandatanganan dan pergantian kontrol; pembebasan (abandonment); serta

penerapan hukum dan arbitrasi.

Setelah nasionalisasi dijalankan sesuai negosiasi antara dua negara,

akhirnya kerjasama perdagangan sektor hidrokarbon dilakukan sesuai dengan

renegosiasi kontrak yang telah disepakati antara Bolivia dan Brazil hingga jangka

waktu kedepan. Seluruh kegiatan rantai produksi kembali dikontrol oleh Bolivia

193

Gretcen Gordon, Bolivia: Whiter Nationalization?, tersedia di

http://www.ww4report.com/node/2712 diunduh pada tanggal 30 Mei 2015. 194

Petrobras Reeaches a Gas Exploration and Production Agreement in Bolivia, tersedia di

http://www.agenciapetrobrasdenoticias.com.br/ diunduh pada tanggal 30 Mei 2015.

Page 95: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

80

melalui YPFB, dan Brazil melalui Petrobras hanyalah penyedia jasa, akan tetapi

Petrobras diberikan kontrak untuk mengeksplorasi dua ladang migas potensial di

Bolivia dengan pembagian hasil perdagangan sesuai dengan isi kontrak

kesepakatan awal.

Page 96: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

81

BAB IV

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN

MIGAS PETROBRAS BRAZIL DI BOLIVIA TERHADAP HUBUNGAN

BOLIVIA DENGAN BRAZIL TAHUN 2006-2013

Dalam bab ini penulis mencoba menganalisis dampak dari kebijakan

nasionalisasi perusahaan migas Petrobras Brazil di Bolivia terhadap hubungan

Bolivia dengan Brazil dengan menggunakan beberapa konsep Hubungan

Internasional. Bab ini terbagi dalam tiga sub-bab yaitu pertama, menganalisis

kepentingan nasional Bolivia dalam kebijakan nasionalisasi terutama dalam sektor

hidrokarbon. Sub-bab kedua menganalisis dampak ekonomi bagi Bolivia serta

pencapaian kepentingan ekonomi Bolivia melalui kebijakan nasionalisasi, dan

kepentingan Bolivia-Brazil dalam segi ekonomi gas alam mencakup dampak

ekonomi terhadap hubungan Bolivia dengan Brazil. Pada sub-bab ketiga, penulis

akan menganalisis dampak politik mengenai keterkaitan kepentingan ekonomi

terhadap nasionalisasi gas alam dengan kepentingan politik yang dijalankan Bolivia-

Brazil baik dalam penguatan eksistensi dan upaya stabilitas hubungan kedua negara

di kawasan.

A. Kepentingan Nasional Bolivia

Setelah Evo Morales dilantik menjadi presiden pada tahun 2006,

pemerintahan Bolivia merevisi dan memberlakukan konstitusi baru pada tahun 2009.

Kebijakan model neoliberal yang dijalankan pada masa Presiden Gonzalo Sanchez de

Page 97: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

82

Lozada dihapuskan pada masa Presiden Evo Morales, dan diganti dengan model

komunitas ekonomi sosial produktif.195

Dalam preamble konstitusi yang dikeluarkan pada tahun 2009, pemerintah

Bolivia menyatakan bahwa:

We, the Bolivian people, of plural composition, from the depths of history,

inspired by the struggles of the past, by the anti-colonial indigenous uprising, and

in independence, by the popular struggles of liberation, by the indigenous, social

and labor marches, by the water and October wars, by the struggles for land and

territory, construct a new State in memory of our martyrs.

A State based on respect and equality for all, on principles of sovereignty,

dignity, interdependence, solidarity, harmony, and equity in the distribution and

redistribution of the social wealth, where the search for a good life predominates;

based on respect for the economic, social, juridical, political and cultural

pluralism of the inhabitants of this land; and on collective coexistence with access

to water, work, education, health and housing for all.

We have left the colonial, republican and neo-liberal State in the past. We take

on the historic challenge of collectively constructing a Unified Social State of

Pluri-National Communitarian law, which includes and articulates the goal of

advancing toward a democratic, productive, peace-loving and peaceful Bolivia,

committed to the full development and free determination of the peoples. We

women and men, through the Constituent Assembly (Asamblea Constituyente) and

with power originating from the people, demonstrate our commitment to the unity

and integrity of the country.196

(lihat lampiran 4).

Kami, rakyat Bolivia, yang terbentuk dari komposisi plural, berdasarkan

kedalaman sejarah, terinspirasi perjuangan di masa lampau melalui kemunculan

masyarakat anti-kolonial, dan dalam kemerdekaan, dengan perjuangan tuntutan

pembebasan, oleh rakyat pribumi, barisan sosial dan buruh, melalui Water War

dan October War, melalui perjuangan lahan dan teritorial, dengan ini membentuk

Negara baru guna mengenang jasa para pahlawan.

Sebuah Negara yang berlandaskan pada penghormatan dan persamaan bagi

seluruh rakyat, disertai prinsip-prinsip kedaulatan, harga diri, interdependensi,

solidaritas, keselarasan, serta persamaan dalam distribusi dan redistribusi

kesejahteraan sosial, dimana pencapaian kehidupan yang baik ditonjolkan;

berdasarkan penghormatan atas ekonomi, sosial, yuridisial, pluralisme politik-

budaya rakyat pribumi tanah ini; serta rasa saling berdampingan kolektif disertai

195

Bolivia, A Glance to The Most Important Achievements of The New Economic Model,

Ministerio de Economica y Finanzas Publicas, hal.9. 196

Constitute, Bolivia (Plurinational Stat of)‟s Constitution of 2009. Oxford University Press.

11 Maret 2015. Hal. 6.

Page 98: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

83

akses terhadap air, pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan tempat tinggal bagi

seluruh rakyat.

Kami telah meninggalkan era Negara kolonial, republikan, dan neo-liberal di

masa lampau. Kami menjawab tantangan sejarah melalui pembentukan suatu

hukum Unified Social State of Pluri-National Communitarian, yang mencakup dan

mengartikulasikan tujuan kemajuan agar tercapainya Bolivia yang demokratis,

produktif, cinta-damai dan tenteram; berkomitmen bagi pembangunan menyeluruh

dan penentuan nasib sendiri oleh rakyat. Kami, putra dan putri (Bolivia), melalui

Majelis Konstituen (Asamblea Constituyente) dan dengan kekuasaan yang

bersumber dari kehendak rakyat, membuktikan komitmen kami terhadap persatuan

dan integritas negara (Terjemahan oleh penulis).

Pembukaan konstitusi tersebut menyatakan bahwa Bolivia menyatakan diri

sebagai negara yang telah bebas dari penjajahan pihak swasta dan asing dalam

penguasaan sumber daya alam Bolivia. Konstitusi tersebut sebagai pernyataan bahwa

Bolivia telah menjadi negara baru dengan meninggalkan sistem neoliberal dan telah

memiliki persamaan terhadap rakyat. Pembukaan konstitusi tersebut menjelaskan

kepentingan nasional Bolivia dalam mewujudkan peningkatan perekonomian,

pendidikan dan kesehatan, kesejahteraan rakyat, serta pencapaian hidup yang lebih

baik.

Mengenai pengambilalihan sektor hidrokarbon dan menjadi kepemilikan

negara juga dijelaskan pada pasal 359 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:197

I. The hydrocarbons, in whatever state they are found or form in which they are, are

the inalienable and unlimited property of the Bolivian people. The State, on behalf of

and in representation of the Bolivian people, is owner of the entire hydrocarbon

production of the country and is the only one authorized to sell them. The totality of

the income received by the sale of hydrocarbons shall be the property of the State.

II. No contract, agreement or convention, whether direct or indirect, tacit or express,

may violate totally or partially that which is established in this article. In the event of

197

Ibid, 96.

Page 99: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

84

violation, the contracts shall be null and void as a matter of law, and those who have

agreed to, signed, approved or executed them, have committed the crime of treason.

I. Hidrokarbon, dalam apa pun dan dimana pun itu ditemukannya, merupakan properti

yang tidak terbatas atas kepemilikan dari masyarakat Bolivia. Secara keseluruhan

merupakan milik dari negara Bolivia dan masyarakatnya, juga dalam produksinya

hanyalah Bolivia dan masyarakat yang memiliki hak sepenuhnya. Seluruh hasil

pendapatan dari penjualan Hidrokarbon sepenuhnya menjadi properti negara

Bolivia.

II. Tidak ada kontrak, persetujuan atau konvensi, yang menyatakan langsung atau tidak

langsung, secara diam-diam atau langsung, yang bersifat memaksa dalam pasal ini.

Meskipun adanya kontrak yg bersifat demikian, pastinya tidak berpengaruh secara

hukum, dan mereka yang telah setuju dan menandatangani kotrak tersebut, telah

berkomitmen agar tidak adanya indikasi pengkhianatan (terjemahan oleh penulis).

Dengan adanya pasal tersebut, Bolivia menyatakan bahwa sektor hidrokarbon

merupakan milik dari negara dan menjadi hak bagi semua rakyat. Hal tersebut sesuai

dengan statement presiden Evo Morales dan Supreme Decree 28.701 yang telah

dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa Bolivia membutuhkan mitra dalam

berbisnis, bukan penguasa dalam aset properti termasuk hidrokarbon. Kebijakan

nasionalisasi yang dikeluarkan melalui Supreme Decree 28.701 dilakukan Presiden

Evo Morales untuk mencapai kepentingan nasional Bolivia demi mencapai

kesejahteran rakyat dan mengembalikan sumber daya alam Bolivia kembali menjadi

milik negara

B. Kepentingan Nasional Brazil

. Seperti halnya Bolivia, Brazil juga memiliki kepentingan yang signifikan

dalam sektor hidrokarbon Bolivia, berdasarkan pertimbangan ekonomi dan politik.

Disatu sisi, Brazil pada dasarnya merupakan konsumen utama sekaligus investor

terbesar di sektor hidrokarbon Bolivia terutama gas alam. Namun di sisi lain, adanya

Page 100: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

85

kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia tahun 2006 yang dikeluarkan

pemerintah Bolivia pada masa Presiden Evo Morales membuat Brazil tidak ingin

mengalami kerugian dalam kerjasamanya terhadap Bolivia di sektor hidrokarbon dan

ingin mewujudkan kepentingan nasionalnya.

Dalam segi ekonomi, tujuan utama kepentingan Brazil terhadap Bolivia yakni

terletak pada gas alam Bolivia yang dinilai penting bagi keberlangsungan

ketersediaan energi Brazil. Saat ini Brazil merupakan salah satu negara berkembang

di Amerika Selatan yang sedang mengembangkan sektor industrinya. Seiring dengan

perkembangan industrinya, Brazil membutuhkan gas alam Bolivia sebagai bahan

bakar yang dinilai relatif murah.198

Investasi Brazil melalui Petrobras dalam gas alam Bolivia dilakukan pada

dasarnya karena penggunaan bahan bakar minyak dalam sektor industri Brazil dinilai

mahal dan tidak efisien.199

Sebelumnya, Brazil telah mengembangkan tenaga

hidroelektrik sebagai bahan bakar dan pembangkit listrik, namun pada tahun 2001

kekeringan panjang melanda Brazil dan membuat ketersediaan air yang dibutuhkan

untuk menghasilkan tenaga hidroelektrik menjadi berkurang. Hal tersebut membuat

Brazil menggunakan gas alam Bolivia untuk memenuhi ketersediaan energi di

negaranya.200

198

Ieda Gomes, Brazil: Country of the future or has its time come for natural gas?, The Oxford

Institute For Energy Studies, OIES PAPER; NG 88, OIES Senior Visiting Reesearch Fellow, 31. 199

Gomes, Brazil: Country of the future or has its time come for natural gas?, 34. 200

Brazil‟s Power Market Crisis, Bureau of Economic Geology, Jackson School of

Geosciences The University of Texas Austin, Center for Energy Economic, 5-6.

Page 101: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

86

Dalam segi politik, tindakan Presiden Lula dengan menghormati keputusan

nasionalisasi yang dilakukan Bolivia dan menginginkan negosiasi sebagai proses

jalan keluar pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan politik

domestik Brazil saja tetapi juga dengan politik luar negeri Brazil. Di satu sisi, Brazil

mempunyai kepentingan untuk menjaga kestabilan serta keharmonisan antar negara-

negara di kawasan. Brazil dinilai sebagai pelopor integrasi regional di Amerika

Selatan, dan menjadi salah satu negara yang mengambil peran sebagai pemimpin

regional.201

Hal tersebut membuat Brazil yang sebagai salah satu negara utama di

kawasan secara tidak langsung harus menujukkan cara menyelesaikan permasalahan

antar negara-negara di Amerika Selatan tidak selamanya berakhir dengan konflik

dengan tujuan untuk menjaga integrasi regional serta stabilitas dan keharmonisan

antar negara kawasan.202

Disisi lain, Brazil bersama Venezuela dan Argentina mempunyai tujuan untuk

memfokuskan sektor energi sebagai penggerak utama integrasi Amerika Selatan.

Posisi Bolivia yang kaya akan sumber daya gas alam dinilai mempunyai peran yang

sangat penting di negara kawasan.203

201

Vladimir Pomar dan Valter Pomar, Between Principles and Pragmatism, Brazil: Balanced

Neutrality, Friedrich Ebert Stiftung, Felix Hett and Moshe Wien Edition, May 2015, 3. 202

Miguel Diaz dan Paulo Roberto Almeida, Brazil‟s Candidacy for Major Power Status, The

Stanley Foundation, Powers and Principles: International Leadership in a Shrinking World, Working

Paper, November 2008, 6. 203

DeShazo, Ladislaw dan Primiani: Natural Gas, Energy Policy, and Regional Development,

2.

Page 102: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

87

C. Dampak Ekonomi

1. Peningkatan Kerjasama Bolivia-Brazil Dalam Sektor Hidrokarbon

Pasca Kebijakan Nasionalisasi Bolivia Tahun 2006

Pasca nasionalisasi tahun 2006, hubungan kedua negara dalam kerjasama

sektor hidrokarbon juga semakin baik. Sebelumnya pada masa Presiden Gonzalo,

Brazil telah membangun tiga jalur pipa gas ke wilayahnya (Gasbol pipeline, Gasryg

pipeline, dan Cuaiba gas pipeline) dan juga menyetujui kontrak kerjasama

perdagangan gas antara YPFB dan Petrobras selama 20 tahun yang dimulai pada

tahun 1999. Pada tahun 2006, setelah dijalankannya kebijakan nasionalisasi,

dilakukannya negosiasi dalam kontrak perdagangan gas tersebut terutama dalam

harga jual gas, tanpa merubah kontrak perdagangan gas selama 20 tahun hingga tahun

2019.

Hampir 68% dari seluruh produksi gas alam Bolivia, atau sekitar 80% dari

ekspor gas alam Bolivia ditujukan ke Brazil pada tahun 2010. Bahkan di tahun yang

sama pada bulan Oktober, Bolivia setuju untuk memasok gas sebanyak 78 juta kaki

kubik per hari untuk Proyek pembangkit listrik di wilayah Cuiabá Brazil.204

Pada bulan Desember 2011, Petrobras membeli saham 30% di ladang Itau

yang terletak di Provinsi Tarija, Bolivia. Pembelian saham tersebut membuat ladang

Itau menjadi operator yang baru bagi Petrobras. Pembelian saham tersebut melalui

204

Langdon D. Clough, Energy profile of Bolivia, tersedia di

http://www.eoearth.org/view/article/152476/, diunduh pada 1 November 2015.

Page 103: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

88

kesepakatan Petrobras antara YPFB Chaco SA, Total E&P Bolivie dan BG Bolivia

Corporation yang juga memegang operator di ladang Itau, dan pembelian tersebut

disepakati oleh Dewan Perwakilan Bolivia pada tanggal 11 Desember 2011.205

Presiden YPFB, Carlos Villegas, mengatakan bahwa Petrobras dan pihak

YPFB sedang dalam pembicaraan mengenai perpanjangan kontrak perdagangan gas

alam yang akan berakhir pada tahun 2019. Carlos Villegas juga mengatakan bahwa

pada akhir tahun 2013, pihak berwenang Petrobras telah resmi menyatakan keinginan

mereka untuk memulai pembicaraan mengenai kontrak baru yang akan dimulai tahun

2020.206

Hal tersebut memperlihatkan hubungan kerjasama perdagangan gas alam

antara Bolivia dan Brazil pasca kebijakan nasionalisasi dinilai semakin baik dengan

adanya Petrobras untuk memperpanjang kontrak di tahun 2020.

a. Kesepakatan Retroactive Compensation

Petrobras (Brazil) menandatangani amandemen kesepakatan harga dan

penjualan gas dengan YPFB (Bolivia) di Rio de Janeiro, pada 18 Desember 2009.

Penandatanganan ini muncul akibat permintaan Bolivia yang mengajukan retroactive

compensation207

dari Brazil untuk setiap “kelebihan” pengiriman hidrokarbon cair

205

Carlos Monge, Petrobras expands activities in Latin America. Natural Resource Governance

Institute, 31 December 2010, tersedia di http://www.resourcegovernance.org/news/an%C3%A1lisis-

quincenal-latin-america-update-december-2010 diunduh pada 1 Januari 2016. 206

Jeff Fick, Bolivia‟s YPFB confirms talks with Petrobras to extend natural-gas supply deal,

tersedia di http://www.jsg.utexas.edu/lacp/2014/10/bolivias-ypfb-confirms-talks-with-petrobras-to-

extend-natural-gas-supply-deal/ diunduh pada 1 November 2015. 207

Retroactive Compensation atau kompensasi retroaktif mengacu pada suatu hal yang

terjadi/disepakati sekarang dan turut mempengaruhi masa lalu „berlaku surut‟. Lihat

http://www.vocabulary.com/dictionary/retroactive. Dalam hal ini, kompensasi yang dibayar Petrobras

Page 104: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

89

dalam ekspor gas alam sejak tahun 2007, sejumlah 80 juta sampai 100 juta dolar AS

per tahun.208

Amandemen tersebut menjadi hasil kesepakatan kedua perusahaan yang

sebelumnya telah dilakukan di bulan Februari 2007, dengan mempertimbangkan

pembayaran hidrokarbon cair berupa gas alam yang diimpor dari Bolivia setelah 2

Mei 2007. Sementara, tanggal berakhirnya kontrak disamakan dengan isi kontrak asli

(dekrit 2006), sedangkan pembayaran bulanan kepada Bolivia dikalkulasikan

berdasarkan harga pasar internasional, dengan rentang minimum 100 juta dolar AS

dan maksimum sebesar 180 juta dolar AS.209

Meskipun Petrobras pada mulanya

menilai bahwa jumlah tersebut terlalu banyak, tetapi pada akhirnya perusahaan

BUMN milik Brazil ini mematuhi keputusan politik Lula da Silva sebagai salah satu

langkah membantu pembangunan di Bolivia.210

Petrobras juga menegaskan kembali bahwa kesepakan penjualan dan harga gas,

yang sebelumnya telah didistribusikan oleh perusahaan-perusahaan di Brazil tidak

akan diubah/diamandemen.211

Dengan kata lain, transaksi Petrobras-YPFB yang

pernah dilakukan sebelumnya (sejak nasionalisasi 2006 hingga sebelum amandemen)

tidak akan mendapatkan kompensasi harga.

kepada YPFB juga dihitung sejak kontrak penentuan harga GSA yang diajukan tahun 2007, meskipun

kesepakatan ini baru ditandatangani kedua belah pihak di tahun 2009. 208

Emily Achtenberg, NACLA, Industrializing Bolivia‟s Gas in Bolivia, Not Brazil, tersedia di

https://nacla.org/blog/2013/5/23/industrializing-bolivia%E2%80%99s-gas-bolivia-not-brazil diunduh

pada 29 Desember 2015. 209

Petrobras, Agreement Between Petrobras and YPFB, tersedia di

http://www.investidorpetrobras.com.br/en/press-releases/agreement-between-petrobras-and-ypfb

diunduh pada 29 Desember 2015 210

Georges D. Landau, “The Brazilian Energy Sector: An Overview”, The Future of Oil

Companies Prismax Consulting [Report], 27 October 2010, 7 211

Petrobras, Agreement Between Petrobras and YPFB.

Page 105: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

90

b. Proyek Sábalo Gas Plant (Pengilangan Gas Sábalo)

Tanggal 28 Februari 2012, Petrobras meresmikan unit pengolahan gas alam

yang dikenal dengan “Third Train” di blok San Antonio, disebut sebagai proyek

Pengilangan Gas Sábalo atau Sábalo Gas Plant. Proyek ini memiliki total investasi

sebesar 115 juta dolar AS dan dioperasikan oleh Petrobras Bolivia dengan

bermitrakan YPFB Andina. Peresmian Sábalo Gas Plant terwujud sebagai komitmen

kerjasama Bolivia-Brazil dalam perencanaan pembangunan ladang gas Sábalo,

melalui beberapa fase/tahapan berupa pengeboran tiga sumur kilang, sumur pertama

mulai dibor sejak akhir Desember 2011, sumur kedua mulai berproduksi awal tahun

2012 dan fase terakhir (sumur ketiga) diharapkan berlanjut di tahun 2014.212

Sejak bulan Januari 2011, proyek produksi gas telah meningkat sejumlah 15%,

ekuivalen dengan 2 juta meter kubik per harinya. Proses Sábalo Gas Plant dilakukan

dengan pemisahan dan stabilisasi gas alam sebelum dikirimkan pada YPFB, yang

kemudian akan memasok produk gas olahan ke pasar domestik Bolivia ataupun ke

luar negeri. Dengan adanya peresmian kemitraan pengilangan ini, produksi

keseluruhan di blok San Antonio tercatat pada Januari 2012 naik menjadi 17 juta

meter kubik per hari.213

Pada produksi gas cair, juga terlihat adanya peningkatan produksi dari 16.900

menjadi 20.000 barel per hari, terdata di bulan Juni 2012. Seluruh unit pengolahan

212

LNG World News, Petrobras Opens Third Unit at Bolivia Gas Plant, tersedia di

http://www.lngworldnews.com/petrobras-opens-third-unit-at-bolivia-gas-plant/ diunduh pada 29

Desember 2015. 213

LNG World News, Petrobras Opens Third Unit at Bolivia Gas Plant

Page 106: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

91

gas Sábalo ini didukung dengan kontrol berteknologi tinggi serta inovatif.214

Berdasarkan hasil kerjasama kemitraan ini, hubungan kerjasama sektor hidrokarbon

antara Bolivia dengan Brazil pasca nasionalisasi dikatakan meningkat dan bernilai

positif dengan melihat adanya kerjasama lanjutan dalam perdagangan gas melalui

investasi Petrobras dalam Sabalo Gas Plant.

2. Peningkatan Perdagangan Bolivia-Brazil Pasca Kebijakan

Nasionalisasi Sektor Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006

Setelah kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia diterapkan,

hubungan perdagangan serta kerjasama antara Bolivia dengan Brazil semakin

meningkat baik dalam sektor hidrokarbon maupun dalam sektor lainnya. Bolivia saat

ini dinilai sebagai negara dengan lingkungan ekonomi makro yang stabil dan

memiliki potensi yang cukup untuk pertumbuhan ekonomi. Ketergantungan antara

Bolivia dan Brazil pasca kebijakan nasionalisasi hidrokarbon Bolivia, sebagian besar

masih berada dalam sektor industri Brazil dan sektor migas Bolivia.

Kerjasama energi bagi kedua negara dinilai sangat penting, karena hal

tersebut mendukung kebijakan energi Brazil yang menerapkan penghematan bahan

bakar dengan menggunakan gas alam atau bahan bakar tenaga air untuk menghemat

sektor industri Brazil, dan merupakan sumber pendapatan bagi Bolivia. Kemitraan

perdagangan energi Bolivia dengan Brazil dikonsolidasikan pertama kali melalui

214

LNG World News, Petrobras Opens Third Unit at Bolivia Gas Plant

Page 107: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

92

penandatanganan perjanjian Roboré pada tahun 1958 yang mengangkat pertanyaan

mengenai pembelian gas Bolivia dan pembangunan pipa gas Bolivia-Brazil.215

Kemudian pada tahun 1972, perjanjian kerjasama dan komplementasi industri

dilakukan untuk pembelian gas alam oleh Brazil dan mengatur proyek-proyek untuk

memperkuat ekonomi Bolivia. Pada akhir tahun 1980an ketertarikan Brazil terhadap

gas alam Bolivia diperkuat melalui kemitraan energi. Hingga akhirnya kemitraan

energi tersebut semakinj berkembang pada tahun 1999 melalui pelaksanaan pipa gas

Bolivia-Brazil (Gasbol), yang memainkan peranan penting dalam memperdalam

hubungan bilateral dan dalam menciptakan peluang bagi masuknya ekonomi Bolivia

di Mercosur.216

Brazil secara historis merupakan mitra dagang utama Bolivia dengan tujuan

utama ekspor gas alam. Hubungan ekonomi Bolivia dengan Brazil telah membantu

perkembangan pembangunan di Bolivia. Kehadiran ekonomi Brazil di Bolivia, dalam

hal surplus perdagangan, investasi, serta pemasukan keuangan dari imigran Brazil,

yang total semuanya mencapai hingga 1.6 miliar dolar AS per tahun nya.217

215

Plurinational State of Bolivia. Ministry of Foreign Affairs, tersedia di

http://www.itamaraty.gov.br/index.php?option=com_content&view=article&id=5978:plurinational-

state-of-bolivia&catid=155&lang=en&Itemid=478 diunduh pada 10 September 2015. 216

Plurinational State of Bolivia. Ministry of Foreign Affairs, tersedia di

http://www.itamaraty.gov.br/index.php?option=com_content&view=article&id=5978:plurinational-

state-of-bolivia&catid=155&lang=en&Itemid=478 diunduh pada 10 September 2015. 217

Ibid. Plurinational State of Bolivia. Ministry of Foreign Affairs.

Page 108: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

93

Grafik IV.B.2.1. Aktivitas Ekspor Ekonomi Bolivia Tahun 1998-2013

Sumber: Instituto Nacional de Estadística (INE), dalam Ministerio de Economica y

Finanzas Publicas, Unidad de Analisis y Estudios Fiscales.218

Dalam grafik tersebut dapat dilihat bahwa sektor hidrokarbon menjadi ekspor

utama Bolivia setiap tahunnya. Ekspor hidrokarbon tersebut semakin meningkat

pasca penerapan kebijakan nasionalisasi hidrokarbon tahun 2006. Pada tahun 2006

ekspor hidrokarbon Bolivia mencapai angka 4,088 juta dolar AS, meningkat hingga

pada tahun 2013 sebanyak 12,208 juta dolar AS. Total keseluruhan ekspor Bolivia

bukan hanya dalam sektor hidrokarbon, tetapi juga dalam sektor agrikultur,

manufaktur, dan mineral.

Ekspor produk yang dilakukan Bolivia mencakup gas dan petroleum (44%),

logam mulia (7.5%), biji seng (6.8%), biji logam mulia (6.4%), dan tepung kedelai

218

Bolivia, A Glance to The Most Important Achievements of The New Economic Model,

Ministerio de Economica y Finanzas Publicas, 15.

Page 109: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

94

(4.6%). Hingga saat ini, Bolivia masih melakukan ekspor utamanya ke Brazil (32%),

disusul oleh Amerika Serikat (16%), Argentina (15%), Peru (4.1%), dan Jepang

(3.9%).219

Bolivia adalah pemasok utama gas alam ke Brazil dengan sekitar 30 juta

meter kubik per hari melalui jalur pipa gas Bolivia-Brazil. Sekitar 70% bahan bakar

gas alam yang dikonsumsi di sektor industri Sao Paulo Brazil berasal dari Bolivia.220

Dapat dikatakan, Brazil masih bergantung terhadap Bolivia dalam sektor energi

melalui bahan bakar gas alam. Brazil sendiri masih menjadi eksportir utama Bolivia

di sektor hidrokarbon untuk menghidupi sektor industri yang ada di Brazil.

Grafik IV.B.2.2. Aktivitas Impor Ekonomi Bolivia Tahun 1998-2013

219

Observatory of Economic Complexity. Trade in Bolivia. Tersedia di

https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/bol/ diunduh pada 10 September 2015. 220

Bolivia: Petrobras plans to explore three new fields in Bolivia, tersedia di

http://www.energy-pedia.com/news/bolivia/petrobras-plans-to-explore-three-new-fields-in-bolivia

diunduh pada 1 Januari 2016.

Page 110: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

95

Sumber: Instituto Nacional de Estadística (INE), dalam Ministerio de Economica y

Finanzas Publicas, Unidad de Analisis y Estudios Fiscales.221

Melihat dalam tabel diatas, hampir rata-rata impor Bolivia per tahunnya

mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 setelah penerapan kebijakan nasionalisasi

hidrokarbon, total impor Bolivia berjumlah 2,926 juta dolar AS. Total impor Bolivia

terus meningkat, walaupun pada tahun 2009 sempat sedikit mengalami penurunan

karena efek dari krisis global. Pada tahun 2013, total impor Bolivia mencapai angka

9,353 juta dolar AS. Sebanyak 78% dari total impor selama tahun 2013 ditekankan

pada impor bahan baku dan barang modal untuk memperkuat pengembangan dan

pembangunan industri nasional di Bolivia.222

Hal tersebut dilakukan Bolivia karena

melihat bahwa sektor industri Bolivia belum cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi negara. Bolivia masih melakukan impor hasil barang-barang industri

melalui Brazil. Hal ini membuat Bolivia dan Brazil mengalami ketergantungan dalam

ekonomi, Brazil membutuhkan gas alam dari Bolivia untuk menghidupi sektor

industrinya, dan Bolivia juga membutuhkan barang-barang industri dari Brazil.

Hasil barang-barang impor Bolivia mencakup pada minyak olahan (9.4%),

mobil (6.3%), truk barang (4.2%), batangan besi mentah (2.1%), dan pestisida

(2.1%). Dan negara-negara terbesar yang melakukan impor ke Bolivia mencakup

221

Bolivia, A Glance to The Most Important Achievements of The New Economic Model,

Ministerio de Economica y Finanzas Publicas, 15. 222

Ibid. Ministerio de Economica y Finanzas Publicas, 15.

Page 111: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

96

Brazil (17%), Chile (14%), China (12%), Amerika Serikat (10%), dan Argentina

(9.8%).223

Dapat dilihat, pasca kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon Bolivia

diterapkan, hubungan kerjasama perdagangan antara Bolivia dengan Brazil dapat

dikatakan meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan ekspor dan impor kedua

negara. Brazil menjadikan Bolivia sebagai mitra ekspor barang utama dalam sektor

perekonomian, begitupula dengan Bolivia yang menjadikan Brazil sebagai eksportir

utama penjualan gas alam yang dimana pemasukan utama Bolivia berasal dari

penjualan gas alam.

Perdagangan Brazil dengan Bolivia juga mengalami peningkatan yang pada

awalnya tahun 2002 hanya mencapai 818 juta dolar AS, meningkat hingga 4,9 miliar

dolar AS pada tahun 2012. Pertumbuhan tersebut meningkat hampir 600%. Dlam

periode 2002-2012 tersebut, ekspor yang dilakukan Brazil ke Bolivia mengalami

pertumbuhan dari 422 juta dolat AS, menjadi sekitar 1.5 miliar dolar AS, mengalami

peningkatan sebesar 355%. Ekspor yang ditawarkan Brazil ke Bolivia sangat

beragam, dengan mayoritas barang produk bernilai tinggi. Begitupula dengan bolivia,

Brazil merupakan sumber penting dari investasi dan pasar konsumen yang

menjanjikan untuk penjualan produk mineral dan energi dari Boliva.224

223

Observatory of Economic Complexity. Trade in Bolivia. 224

Plurinational State of Bolivia. Ministry of Foreign Affairs.

Page 112: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

97

C. Dampak Politik

1. Penguatan Eksistensi Hubungan Bolivia-Brazil

Presiden Evo Morales memenangkan dua kali pemilu nasional di Bolivia. Hal

tersebut terlihat dari dukungan publik yang masih mempercayai kinerja dari Evo

Morales dalam memimpin Bolivia. Pada masa pemerintahan Presiden Gonzalo,

Bolivia menjadi negara yang neoliberal dan bersifat open market dan menjadi incaran

negara-negara perusahaan asing. Namun setelah Presiden Evo Morales memimpin

Bolivia, Evo Morales bersikap lebih keras terhadap negara-negara perusahaan asing

yang ada di Bolivia melalui kebijakan nasionalisasi.

Pada masa pemerintahan Presiden Gonzalo, Bolivia dinilai sebagai negara

terbuka terhadap pasar. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan perekonomian

negara. Akan tetapi hal tersebut dinilai tidak sebanding dengan kesejahteraan yang

didapatkan oleh rakyat. Setelah Presiden Evo Morales memimpin, Morales lebih

menguatkan eksistensi Bolivia yang berideologi Sosialis. Presiden Morales

menerapkan kebijakan nasionalisasi terhadap semua perusahaan asing yang bergerak

di sektor hidrokarbon Bolivia, tidak terkecuali Brazil melalui Petrobrasnya yang

secara historis merupakan mitra bisnis energi Bolivia.

Motivasi Presiden Evo Morales dalam menasionalisasi sektor hidrokarbon

Bolivia dengan tujuan mengurangi kemiskinan dan mensejahterakan rakyat, serta

menentang kebijakan neoliberal yang dijalankan pemerintahan Bolivia sebelumnya.

Page 113: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

98

Evo Morales bersama pemerintahannya yang dinaungi partai MAS menciptakan

kembali sosialisme demokratis. Pemerintahan Bolivia dibawah Evo Morales sedang

dalam proses mewujudkan keadaan pluri-nasional dengan hak yang sama bagi semua

bangsa dan rakyat, pembagian tanah, menyediakan kesehatan gratis dan pendidikan

untuk rakyat, dan menciptakan pluri-ekonomi yang meliputi publik, swasta, koperasi,

dan komunitarian.225

Pasca nasionalisasi, Brazil tetap melakukan kerjasama energi melalui

perdagangan gas alam oleh Bolivia. Hal tersebut dilihat bahwa aspek geopolitik

sangatlah berpengaruh bagi Brazil dan Bolivia untuk melakukan kerjasama dalam

perdagangan. Melihat aspek geografis Bolivia dan Brazil yang memungkinkan dalam

melakukan perdagangan, begitupula dengan aspek geopolitik Bolivia dengan Brazil

pada masa pemerintahan Lula da Silva yang merupakan sahabat dari Evo Morales.

Dan juga Presiden Brazil saat ini, Dilma Rousseff yang berasal dari partai sayap kiri

sama seperti Presiden Evo Morales.

Sehari setelah kebijakan nasionalisasi dikeluarkan, Presiden Evo Morales

dalam pidatonya di KTT Uni Eropa berbicara bahwa tindakan yang dilakukan

Petrobras di sektor hidrokarbon Bolivia dinilai bersifat illegal.226

Pada masa-masa

negosiasi kontrak, Petrobras sebagai perusahaan BUMN perpanjangan tangan dari

225

Jeffery R. Webber, From rebellion to reform Image and reality in the Bolivia of Evo

Morales, International Socialist Review. Tersedia di http://isreview.org/issue/73/rebellion-reform

diunduh pada 27 Oktober 2015. 226

Cardoso, A Energia dos Vizinhos, 2010, dalam Martin Egon Maitino, Altercasting Brazil

into Regional Leadership: the role small powers in creating regional leaders, Institute of International

Relations, University of Sao Paulo, 16.

Page 114: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

99

Brazil memberikan klarifikasi mengenai keberadaannya dan operasinya di sektor

hidrokarbon Bolivia. Setelah kebijakan nasionalisasi dikeluarkan, disaat masa

negosiasi, Petrobras mengeluarkan pernyataan klarifikasi serta pernyataan bahwa

Petrobras beroperasi sesuai dengan hukum yang ada di Bolivia.

Pada saat kebijakan nasionalisasi dikeluarkan, pemerintah Brazil

mengeluarkan pernyataan dalam menanggapi nasionalisasi Bolivia tersebut yang

menyatakan bahwa Bolivia memiliki hak untuk menasionalisasi sumber daya yang

dimilikinya dan kebijakan nasionalisasi tersebut harus dihormati. Presiden Lula da

Silva juga mengakui hak Bolivia untuk menaikkan harga gas alamnya, dan

mengatakan Bolivia “membutuhkan bantuan, bukan tindakan arogansi”.227

Pada

pertemuan kepala negara antara Bolivia, Brazil, Argentina, dan Venezuela dalam

membahas integrasi sektor energi di Amerika Selatan dan hubungan harmonis antar

negara regional pada tanggal 4 Mei 2006, Presiden Lula mengatakan:

Brazil respects Bolivia's sovereign right to her mineral wealth I know about

Bolivia's socio-economic plight and invite the president's of Venezuela and

Argentina to join me in drawing up concrete plans to aid Bolivia's development.228

Brazil menghormati hak kedaulatan Bolivia untuk kekayaan mineralnya, Aku

mengetahui tentang keadaan buruk sosial-ekonomi Bolivia dan mengundang

Presiden Venezuela dan Argentina untuk bergabung dengan saya dalam menyusun

rencana konkrit untuk membantu pembangunan Bolivia. (terjemahan oleh penulis).

227

Cardoso, A Energia dos Vizinhos, 2010, dalam Martin Egon Maitino, Altercasting Brazil

into Regional Leadership: the role small powers in creating regional leaders, Institute of International

Relations, University of Sao Paulo, 16. 228

Justin Vogler, Bolivia's Gas Nationalization: A South American Affair, tersedia di

http://upsidedownworld.org/main/bolivia-archives-31/281-bolivias-gas-nationalization-a-south-

american-affair diunduh pada 27 Oktober 2015.

Page 115: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

100

Dari pernyataan Presiden Brazil tersebut menyatakan bahwa keputusan

kebijakan nasionalisasi yang dilakukan Bolivia secara sepenuhnya dihormati oleh

Brazil, dan Brazil juga menghormati kedaulatan Bolivia sebagai negara. Melalui

kebijakan nasionalisasi yang dikeluarkan Bolivia, disinyalir Brazil memberikan

pengakuan politik terhadap kedaulatan Bolivia dalam mengeluarkan dan menjalankan

kebijakan-kebijakan luar negeri Bolivia.

Pengakuan serta sikap Brazil yang menghormati keputusan kebijakan

nasionalisasi Bolivia menjadi bukti kuat bahwa Brazil sebagai negara besar di

kawasan regional Amerika Selatan pada akhirnya mengakui Bolivia sebagai negara

yang terlahir kembali setelah penerapan kebijakan nasionalisasi. Selama ini, sebelum

kebijakan nasionalisasi dijalankan, Bolivia menjadi salah satu negara miskin di

Amerika Selatan dan kekayaan alam Bolivia dikuasai oleh perusahaan asing akibat

sistem pemerintahan neoliberal yang dijalankan presiden Gonzalo.229

Setelah

penerapan kebijakan nasionalisasi, Bolivia dinilai kembali mendapatkan

eksistensinya di kawasan melalui persetujuan kontrak baru perusahaan asing dalam

sektor hidrokarbon Bolivia, dan juga melalui pengakuan Brazil yang menghormati

keputusan kebijakan nasionalisasi yang dijalankan Bolivia.

Keberlangsungan kerjasama yang disertai pengakuan resmi oleh Brazil

tersebut turut menguatkan eksistensi hubungan negara Bolivia dengan Brazil. Hal ini

229

Joseph R. Rudolph Jr, Encyclopedia of Modern Ethnic Conflicts, 2nd Edition [2 volumes],

ABC-CLIO, 2015, Hal. 27

Page 116: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

101

membuktikan bahwa pertimbangan interdependensi berhasil menyatukan aspek

politik dua negara dengan kondisi perekonomian yang berbeda (negara miskin dan

negara berkembang) mampu berada dalam posisi yang setara secara perpolitikan

bilateral maupun multilateral di kawasan.

Selain itu, baik Brazil maupun Bolivia secara ideologi politik juga menempati

posisi penting di kawasan Amerika Selatan. Pasca nasionalisasi, penguatan eksistensi

keduanya berpengaruh pada pencerminan nilai-nilai ideologi Sosialis yang menjadi

salah satu tawaran alternatif dalam menjalankan kebijakan, selain maraknya

penerapan ideologi Neoliberal yang disebarkan Amerika Serikat oleh beberapa

negara Latin.

2. Upaya Stabilitas Hubungan Bolivia-Brazil di Kawasan

Persetujuan Bolivia dan Brazil dalam renegosiasi kontrak baru hidrokarbon

tidak terlepas dari kepentingan kedua negara. Bolivia mempunyai kepentingan dalam

kebijakan nasionalisasi hidrokaron yang dikeluarkannya, begitu pula dengan Brazil

sebagai negara aktor utama di kawasan Amerika Latin.

Kebijakan nasionalisasi sektor hidrokarbon yang dikeluarkan Bolivia

memberikan keputusan dilematis bagi Brazil. Brazil sebagai negara utama di kawasan

Amerika Selatan juga mempunyai kepentingan. Disatu sisi, Brazil menilai keputusan

nasionalisasi yang dilakukan Bolivia terhadap Petrobras adalah sebuah keputusan

sepihak dengan penerapan harga jual gas serta pajak yang tinggi. Dan disisi lain,

Page 117: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

102

Brazil mempunyai kepentingan yang tinggi terhadap Bolivia dalam menghadapi

permasalahan nasionalisasi ini.

Posisi Brazil sebagai negara di kawasan Amerika Selatan mempunyai peranan

penting. Isu nasionalisasi antara Bolivia dan Brazil pada awalnya sempat bersengketa

dan hampir memicu konflik. Namun posisi Brazil di kawasan yang merupakan aktor

krusial di Amerika Selatan membuat Brazil menghindari terjadinya konflik dengan

Bolivia akibat permasalahan isu nasionalisasi sektor hidrokarbon tersebut, walaupun

tidak didukung dari domestik Brazil sendiri. Hal tersebut pada akhirnya membuat

Brazil harus menerima keputusan kebijakan nasionalisasi Bolivia.

Peran dari organisasi-organisasi antar negara di Amerika Selatan seperti

FTAA dan ALBA dinilai gagal. Dan juga Mercosur yang mengalami krisis pada

tahhun 2005 sebelum kebijakan nasionalisasi Bolivia dikeluarkan, serta Andean

Community yang mengalami perpecahan menjadikan regional Amerika latin sulit

untuk berhubungan satu sama lain.230

Hal tersebut dilihat oleh Brazil, dan membuat

Brazil menyelesaikan permasalahan nasionalisasi dengan Bolivia melalui cara yang

diplomatis. Sisi peran Brazil sangat berpengaruh di kawasan, melalui permasalahan

nasionalisasi, Brazil mencerminkan cara penyelesaian masalah dihadapan negara-

negara lain. Hal tersebut dilakukan Brazil juga untuk menguatkan integrasi kawasan

dan menjalin baik dengan negara-negara sekitar.

230

Council on Hemispheric Affairs, The Aftermath of Bolivia‟s Gas Golpe, tersedia di

http://www.scoop.co.nz/stories/WO0605/S00109.htm diunduh pada 14 Oktober 2015.

Page 118: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

103

Sejak tahun 1990an, hubungan bilateral antara Bolivia dan Brazil telah

bergerak ke arah yang baru. Krisis energi yang terjadi di Brazil pada saat itu

membuat hubungan kedua negara semakin dekat dengan membuat perjanjian

perdagangan gas Bolivia dan pembangunan jalur pipa gas pada tahun 1996. Hingga

saat ini Brazil menjadi mitra dagang terbesar bagi Bolivia.231

Meskipun nasionalisasi

sektor hidrokarbon Bolivia akan merugikan kepentingan Brazil terutama petrobras,

tetapi kedua negara sepakat untuk menjadikannya sebagai langkah strategis stabilisasi

politik secara jangka panjang.

Diego Von Vacano, tokoh nasionalis Bolivia sekaligus asisten profesor ilmu

politik di Universitas Texas A&M, menyatakan bahwa Presiden Lula (Brazil) ingin

menghindari perselisihan dengan Presiden Morales (Bolivia) guna mencegah

terjadinya de-stabilisasi politik di kawasan.232

Kesinambungan hubungan politik yang

stabil pasca nasionalisasi pada akhirnya berpengaruh pada penguatan integrasi

kontinental yang terpusat di Amerika Selatan dan anti imperialisme.

Di masa lalu, rezim anti imperialisme di wilayah Amerika Selatan lebih

mengarah pada penentangan agresi militer AS dan intervensi di kawasan Amerika

Selatan dan seluruh negara dunia ketiga. Namun saat ini, imperialisme di wilayah

Amerika Selatan lebih mengarah pada penjajahan perusahan asing. Rezim anti

imperialisme di Amerika Selatan dilakukan dengan tindakan „intervensi‟ dan

231

Emmanuel Brunet-Jailly, Border Disputes: A Global Encyclopedia [3 volumes]: A Global

Encyclopedia, ABC-CLIO, Santa Barbara, California, 467. 232

Carin Zissis, Bolivia‟s Nationalization of Oil and Gas, tersedia di

http://www.cfr.org/world/bolivias-nationalization-oil-gas/p10682. Diunduh pada 25 Agustus 2015

Page 119: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

104

menentang investasi asing di sektor ekstraktif utama, menasionalisasi sektor-sektor

strategis, menentang latihan militer bersama dan misi pelatihan, mendukung gerakan

pembebasan nasionalis, diversifikasi dan investasi perdagangan untuk daerah

perekonomian, memajukan organisasi politik anti imperialisme, dan membentuk

organisasi ekonomi wilayah Amerika Selatan tanpa peran AS didalamnya.233

Presiden Evo Morales pada tanggal 26 September 2012 memberikan

pernyataan di depan PBB yang isinya menyoroti bahwa kemajuan negaranya tercapai

karena negaranya (Bolivia) tidak lagi tunduk pada imperialisme Amerika Serikat:234

All that progress was due to the fact that Bolivia was no longer subjected to the

“North American empire”, or to blackmail aimed at forcing it to give up its

resources to international private companies. When we feed ourselves politically

and economically, we do better. The United States acted as if they were masters of

the world, but they had not signed even basic multilateral instruments. Whose hands

do natural resources of a country end up in, its citizens or international companies?

As long as imperialism exists, there will never be peace, justice or sovereignty for

the peoples of the world, and that war is the business of capitalism.

Semua kemajuan (Bolivia) itu berdasarkan fakta bahwa Bolivia tidak lagi tunduk

pada "kekaisaran Amerika Utara", atau pemerasan yang memaksa untuk

menyerahkan sumber daya negara kepada perusahaan swasta internasional. Ketika

kita memberi makan diri kita sendiri (berdaulat) secara politik dan ekonomi, kita

mendapatkan (kemajuan) yang lebih baik. Amerika Serikat bertindak seolah-olah

mereka adalah penguasa dunia, tetapi mereka sendiri tidak menandatangani

instrumen multilateral dasar. Ke tangan siapa sumber daya alam dari suatu negara

akan berakhir, kepada masyarakat atau perusahaan internasional? Selama

imperialisme masih ada, tidak akan pernah tercipta perdamaian, keadilan atau

kedaulatan bagi masyarakat dunia, bahkan perang dijadikan sebagai bisnis

kapitalisme (terjemahan oleh penulis).

233

Prof. James Petras, Latin America and the Paradoxes of Anti-Imperialism and Class

Struggle, Centre for Research on Globalization, tersedia di http://www.globalresearch.ca/latin-

america-and-the-paradoxes-of-anti-imperialism-and-class-struggle/5399011 diunduh pada 1 November

2015. 234

United Nations, General Assembly of the United Nations, Bolivia (Plurinational State of),

tersedia di http://gadebate.un.org/node/396 diunduh pada 23 Desember 2015

Page 120: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

105

Berdasarkan pernyataan di atas, Presiden Morales menekankan bahwa selama

imperialisme AS masih berlangsung, perdamaian, keadilan serta kedaulatan rakyat

tidak akan tercipta, dan mekanisme perang juga termasuk dalam kepentingan

kapitalisme.235

Eva Golinger, seorang penulis, pengamat Amerika Latin, dan

pengacara berkebangsaan Venezuela-Amerika mengatakan “The 21st century is no

longer the time when the US dominates Latin America or EU countries colonize Latin

America. This is the dawn of a new era of Latin American sovereignty, dignity and

independence (Abad ke-21 bukan lagi masa dimana AS atau Uni Eropa

mendominasi/menjajah Amerika Latin. Hal ini mengawali datangnya era kedaulatan,

kehormatan, serta kemerdekaan Amerika Latin).”236 Untuk mewujudkan independensi

Latin tersebut, Bolivia bersama dengan Brazil turut mempererat hubungan politiknya

pasca nasionalisasi hidrokarbon diimplementasikan di Bolivia, terwujud dengan

penguatan integrasi kontinental.

Dalam integrasi kontinental di Amerika Selatan/Latin, Bolivia dan Brazil

secara jangka panjang ingin menguatkan kerjasama antarnegara anggota di Amerika

Selatan dan bersifat anti imperialisme. Pertama pada tahun 2000, dalam Bolivia

dilibatkan dalam Initiative for the Integration of the Regional Infrastructure of South

America (IIRSA), kemudian dengan mempertimbangkan kemajuan negaranya setelah

235

David Mercado, RT, Morales: Obama can Invade Any Country for US Energy Needs. 236

RT, Latin America Rising: Outrage at „Imperial Hijack‟ of Morales‟ Plane, tersedia di

https://www.rt.com/news/latin-america-outrage-bolivia-plane-653/ diunduh pada 28 Desember 2015.

Page 121: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

106

nasionalisasi, Bolivia ditunjuk Brazil sebagai focal point dalam integrasi transportasi

di kawasan Amerika Selatan.237

Lalu kedua, pasca kebijakan nasionalisasi tahun 2006, dalam pertemuan

Mercosour tahun 2012 Bolivia menjadi penggagas dan dapat dukungan penuh dari

Brazil sebagai bukti bahwa kedua negara mempunyai kepentingan bersama di

kawasan Amerika Selatan.238

Hal ini dilakukan untuk menghidupkan kembali

Mercosur yang sempat vakum, dan sebagai alternatif pengganti atas kegagalan

FTAA.

Dan ketiga, pada tahun 2013 Bolivia dan Brazil melakukan perjanjian

kerjasama pemberantasan penyelundupan narkotika di wilayah perbatasan. Pasukan

pertahanan sipil Bolivia ikut serta menjaga wilayah perbatasan Brazil. Pada saat itu,

Brazil mengambil alih peranan AS dalam memonitoring penyebaran narkoba yang

diproduksi Bolivia.239

Hal tersebut akibat sebelumnya Bolivia telah melarang dan

mengusir U.S Drug Enforcement Administration (DEA) di wilayah Bolivia.240

Dengan kata lain pasca nasionalisasi, Bolivia lebih percaya dan kooperatif dengan

Brazil daripada AS, karena sebelumnya Bolivia sangat mempercayakan

pemberantasan narkotika sepenuhnya kepada AS.

Beberapa perkembangan di atas menjadi indikator penguatan hubungan

politik kedua negara (Bolivia-Brazil). Dengan kata lain, sejak diawali perjanjian

237

Emmanuel Brunet-Jailly, Border Disputes, 467. 238

Emmanuel Brunet-Jailly, Border Disputes, 467. 239

Emmanuel Brunet-Jailly, Border Disputes, 467. 240

Emmanuel Brunet-Jailly, Border Disputes, 467.

Page 122: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

107

perdagangan gas Bolivia dan Brazil pada tahun 1996, dan kebijakan nasionalisasi

sektor hidrokarbon Bolivia terhadap Petrobras tahun 2006 yang menimbulkan

permasalahan antara kedua negara, membuat hubungan kedua negara semakin erat

dan memberikan dampak yang baik. Sumber daya energi gas alam sangat krusial bagi

kehidupan dan kebutuhan negara, termasuk bagi Bolivia dan Brazil, menjadikan

nasionalisasi sektor hidrokarbon sangat berdampak bagi kedua negara.

Dan setelah mencapai kesepakatan dan negosiasi, ternyata secara politis kedua

negara juga mengagendakan program/kerjasama di bidang lainnya baik kerjasama

yang telah ada sebelum nasionalisasi 2006, maupun kerjasama pasca nasionalisasi

hidrokarbon tahun 2006 seperti Initiative for the Integration of the Regional

Infrastructure of South America (IIRSA) pada tahun 2000, pertemuan Mercosour

tahun 2012, dan perjanjian kerjasama pemberantasan penyelundupan narkotika di

wilayah perbatasan tahun 2013.

Page 123: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

108

BAB V

KESIMPULAN

Kebijakan nasionalisasi dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk

mewujudkan tercapainya kepentingan ekonomi suatu negara. Nasionalisasi model

baru yang dilakukan Bolivia dengan pengambilalihan kontrol dan kontrak baru,

bukan berupa pengambilalihan aset secara paksa telah merubah persepsi dunia

internasional mengenai arti pemahaman kebijakan nasionalisasi yang sebenarnya.

Hingga beberapa tahun terakhir, hanya sedikit negara yang menerapkan nasionalisasi

model baru dalam kebijakan ekonominya baik dengan tujuan peningkatan ekonomi

maupun pengamanan sumber daya.

Penerapan kebijakan nasionalisasi oleh Bolivia pada tahun 2006 dengan

menasionalisasi Petrobras sebagai mitra perdagangan terbesar Bolivia dalam sektor

hidrokarbon didasari oleh beberapa hal. Seperti bagaimana Bolivia dalam

menentukan tujuan dan kepentingannya pasca Evo Morales memimpin pemerintahan.

Bolivia merupakan negara dengan kandungan cadangan gas alam terbesar kedua di

wilayah Amerika Latin. Sedangkan Brazil merupakan negara terbesar dengan

mengkonsumsi gas alam Bolivia sebagai bahan bakar energi utama sektor

industrinya, sehingga Bolivia dan Brazil mengalami ketergantungan satu sama lain.

Ketika suplai gas alam menjadi penting bagi Brazil untuk menghidupi sektor

industrinya, Bolivia juga membutuhkan pemasukan ekonomi dari penjualan gas alam

Page 124: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

109

dan impor barang industri dari Brazil. Oleh sebab itu, nasionalisasi sektor

hidrokarbon dan perusahaan Petrobras Brazil di Bolivia menjadi isu penting bagi

kedua negara.

Terkait model kebijakan nasionalisasinya, Evo Morales dinilai tetap berpikir

realistis dengan menyadari bahwa Bolivia masih memiliki ketergantungan dengan

Brazil dan perusahaan asing dalam sektor hidrokarbon Bolivia. Dengan begitu, dapat

dilihat pendekatan yang dipilih Evo Morales lebih kepada renegosiasi kontrak

dibandingkan pengambilan aset secara paksa. Sehingga dalam penerapan model

kebijkan nasionalisasi, Evo Morales telah mengamankan tiga hal dalam

pemerintahannya yaitu pertama; penerapan kebijakan nasionalisasi sesuai dengan

tuntutan rakyat Bolivia telah mengamankan posisi Evo Morales dari ancaman

demonstrasi massa seperti pada mas pemerintahan Gonzalo dan Mesa. Kedua; pada

level tertentu, model kebijakan nasionalisasi tanpa pengambilalihan aset secara paksa

telah mengamankan kedudukan Bolivia dari ancaman badan arbitrase internasional.

Dan ketiga; penerapan kebijakan nasionalisasi tanpa pengambilalihan aset secara

penuh dinilai sangat memungkinkan bagi Bolivia untuk mempertahankan investor

asing untuk berinvestasi di sektor hidrokarbon Bolivia.

Nasionalisasi yang dilakukan Bolivia ditujukan untuk menjamin kontrol

perdagangan dan pendapatan yang dominan dari sektor hidrokarbon. Hal tersebut

dinilai pantas, dengan melihat adanya ketergantungan Brazil terhadap gas alam

Bolivia. Brazil disatu sisi juga menyadari ketergantungannya yang besar terhadap gas

Page 125: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

110

alam Bolivia. Hal tersebut membuat Brazil melakukan pendekatan negosiasi yang

lebih koperatif bagi kedua negara. Sehingga pada akhirnya interdependensi antara

kedua negara tersebut telah menimbulkan kesadaran bahwa semua kepentingan akan

tercapai jika pada dasarnya Petrobras tetap mempertahankan posisinya di sektor

hidrokarbon Bolivia.

Penerapan kebijakan nasionalisasi tersebut dinilai memberikan dampak bagi

kedua negara. Setelah brazil melalui Petrobras menyetujui dan menandatangani

kontrak baru dengan Bolivia, kerjasama Bolivia dan Brazil dalam sektor hidrokarbon

dinilai memberikan dampak positif bagi kedua negara. Bolivia sudah jelas sebagai

pihak yang sangat merasakan dampak ekonomi pasca penerapan kebijakan

nasionalisasi tersebut. Setelah nasionalisasi, peningkatan kerjasama Bolivia-Brazil

pasca kebijakan nasionalisasi tahun 2006 terus meningkat. Bolivia membutuhkan

pemasukan ekonomi melalui penjualan gasnya ke Brazil. Begitupula dengan Brazil

yang mendapat ktersediaan energi dari Bolivia dan tetap bisa kembali menjalankan

sektor industrinya dan pembangkit listrik dengan menggunakan bahan bakar gas alam

yang dinilai relatif murah dalam penggunaannya. Begitupula dengan dampak politik,

walaupun pada masa nasionalisasi hingga proses negosiasi kontrak baru hubungan

antara Bolivia dengan Brazil sempat mengalami ketegangan, tetapi setelah mencapai

kesepakatan, kedua negara semakin berhubungan erat dan memberikan dampak

positif satu sama lain. Dapat dilihat dari hubungan politik kedua negara yang pasca

nasionalisasi semakin banyak terlibat aktif dalam kerjasama antar regional.

Page 126: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

111

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Albala, Ken. 2011. Food Cultures of the World Encyclopedia: Four Volumes.

California: ABC-CLIO.

Bakry, Umar Suryadi. 1999. Pengantar Hubungan Internasional. Jakarta:

Jayabaya University Press.

Beato, Paulina dan Juan Benavides. 2004. Gas Market Integration in the Southern

Cone. New York: IDB.

Bogdan, dan Tylor, 1989. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Karya.

Brunet-Jailly, Emmanuel. 2015. Border Disputes: A Global Encyclopedia [3

volumes]: A Global Encyclopedia. California: ABC-CLIO.

Chong, Alberto dan Florencio Lopez De Silanes. 2005. Privatization in Latin

America: Myths and Reality. Washington: World Bank Publications.

Constitute Bolivia. (Plurinational State of)‟s Constitution of 2009. Oxford

University Press.

Couloumbis, A. Theodore dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to

International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall.

Crabtree, John dan Laurence Whitehead. 2008. Unresolved Tensions: Bolivia Past

and Present. Pittsburgh: the University of Pittsburgh Press.

Crescenzi, Mark J.C. 2002. Economic Interdependence and Conflict in World

Politics. North Carolina: University of North Carolina, Chapel Hill.

Donaldson, Christian Velasquez. 2012. Analysis of the Hydrocarbon Sector in

Bolivia: How are the Gas and Oil Revenues Distributed?. Saarbrücken:

Lambert Academy Publishing.

Dorn, Glenn J. 2011. The Truman Administration and Bolivia: Making the World

Safe for Liberal Constitutional Oligarchy. Penn State Press.

Harris, Jerry. 2009. The Nation in the Global Era: Conflict and Transformation.

Leiden: Brill.

Page 127: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

112

Ikle, Fred Charles. 1989. Modern Diplomacy. New York: Longman.

Kohl, Benjamin dan Linda C. Farthing. 2006. Impasse in Bolivia: Neoliberal

Hegemony and Popular Resistance. London: Zedbooks.

Kohl, Benjamin H. 2006. Impasse in Bolivia: Neoliberal Hegemony and Popular

resistance. New York: St. Martin‟s Press.

Moelong, Lex. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya.

Nilsson, Manuela dan Jan Gustafsson, 2012. Latin American Responses to

Globalization in the 21st Century. Palgrave Macmillan.

Nye, Jospeh S. 1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins

College Publisher.

Peet, Richard. 2007. Geography of Power: Making Global Economic Policy.

London: Zedbooks.

Rice, Roberta. 2012. The New Politics of Protest: Indigenous Mobilization in

Latin America's Neoliberal Era. University of Arizona Press.

Sachs, Jeffery D. 2007. Developing Country Debt and Economic Performance,

Volume 2: Country Studies--Argentina, Bolivia, Brazil, Mexico. Chicago:

The University of Chicago Press.

Shultz, Jim dan Melissa Draper. 2008. Dignity and Defiance: Stories from

Bolivia's Challenge to Globalization. California: University of California

Press.

Tsani, M Burhan. 1990. Hukum dan Hubungan Internasional. Yogyakarta:

Liberty.

Webber, Jeffery. 2011. From Rebellion to Reform in Bolivia: Class Struggle,

Indigenous Liberation, and the Politics of Evo Morales. Chicago:

Haymarket Books.

Zartman, I.W. dan Berman, M.R. 1982. The Practical Negotiator. New Haven.

CT: Yale University Press.

Jurnal

Andersen, Lykke E. Johan Caro, Robert Faris, dan Mauricio Medinaceli. 2006.

“Natural Gas and Inequality in Bolivia After Nationalization”, Development

Page 128: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

113

Research Working Paper Series No. 05/2006, Institute for Advance

Development Studies.

Cungu, Tanya Alfredson dan Azeta. “Negotiation Theory and Practice: A Review

of the Literature.” FAO EASYPol Online Resource Materials for Policy

Making.Vol. 179 2008.

de Sousa, Sarah John. 2006. Brazil and Bolivia: The Hydrocarbon ‘Conflict’,

Fride Journal.

Iragorri, Alexandra Garcia. 2003. “Negotiation In International Relations”,

Revista De Derecho, Universidad Del Norte, 19.

Jova, Caroline. 2006. “Nationalization in Bolivia: Curse or Blessing?”, LACC

Working Paper Series 12, August 2006. Latin American And Carribean

Center. Florida International University. Miami.

Kaup, Brent Z. 2010. “Powering up: Latin America's energy challenges: Bolivia‟s

Nationalised Natural Gas: Social and Economic Stability Under Morales,”

LSE IDEAS: London School of Economics and Political Science, Vol.

SU005, 2010.

Kohl, Benjamin H. 2004. “Privatization Bolivian Style: A Cautionary Tale,”

International Journal of Urban and Regional Research, Vol. 28.4,

December 2004.

Petrobras‟s position in Bolivia after nationalization”, Alexander Gas and Oil

Connection Volume 13, issue #6-April 2008 tersedia di

http://www.gasandoil.com/news/2008/04/ntl81471

Sanchez, Corrêa. 2008. “Property In The Natural Gas Sektor in Bolivia: Impacts

for Development”, Working Papers , No. 23, Juni 2008.

Subono, Nur Iman. 2008. “Kemenangan Evo Morales dan MAS di Bolivia”.

Jurnal Sosial Demokrasi. Belajar dari Sosialisme Baru Amerika Latin,

Mengapa Tidak!. Vol.4, No.1, Oktober-desember 2008, Yayasan Indonesia

Kita & Pergerakan Indonesia.

Viera, Marco Antonio Urioste. 2009. “Gas Political and Economic in Bolivia:

How Would It Affect The Development of The Potential Gas Market In

Chile and Brazil”, Journal of The Centre for Energy, Petroleum and Mineral

Law and Policy, University of Dunde.

Page 129: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

114

Report

“Situation of poverty in the country”, tersedia di

http://www.unicef.org/bolivia/resources_2332.htm diunduh pada 30 Oktober

2014.

Bolivia Background, U.S. Energy Information Administration (EIA), 2012

tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Bolivia/bolivia.pdf,

Bolivia Country Analysis Note, U.S. Energy Information Administration (EIA),

June 2014, tersedia di http://www.eia.gov/countries/country-

data.cfm?fips=BL. Diunduh pada 29 Oktober 2014.

Bolivia, A Glance to The Most Important Achievements of The New Economic

Model, Ministerio de Economica y Finanzas Publicas.

Business News Americas staff reporter, Petrobras to invest US$600mn in 2003/4,

kamis 17 desember 2002, tersedia di

http://www.bnamericas.com/news/oilandgas/Petrobras_to_invest_US*600m

n_in_2003_4 diunduh pada 24 maret 2015.

Chris Ellsworth & Eric Gibbs, “Critical Issues in Brazil‟s Energy Sector. Brazil

Natural Gas Industry: Missed Opportunities On The Road To Liberalizing

Markets”, James A. Baker III Institute for Public Policy, March 2004.

Country Analysis Note. US energy information administration. Tersedia di

http://www.eia.gov/countries/country-data.cfm?fips=bl diunduh pada 11

Mei 2014.

CRS report for congress, Bolivia political and economic developments and

relations with the united states, 26 january 2007, Clare M. Ribando.

Edna Maria B. Gama Coutinho, Bolivia-Brazil Gas Pipeline, Infrastructure

Report, Infrastructure Projects Division, April 2000 No.45,

Emily Achtenberg, Bolivia: Elections in the Time of Evo, 29 September 2014,

tersedia di https://nacla.org/blog/2014/10/12/bolivia-elections-time-evo

diunduh pada 14 September 2015.

Gavin Keeton dan Mike Beer, : a mining industry perspective. Report for the

mining industries association of southern Africa. July 2011, 1, tersedia di

Page 130: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

115

http://www.miasa.org.za/Documents/Nationalisation%20%20MIASA%20po

sition%20on%20state%20participation%20in%20mining%202012.pdf

Lestari, Dewi Yuanita. Hidrokarbon.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dewi%20Yuanita%20Les

tari,%20S.Si.,%20M.Sc./HIDROKARBON.pdf

Lykee E. Andersen dan Robert Faris, Natural Gas and Income Distribution in

Bolivia, Andean Competitive Project Working Papers, Instituto de

Investigaciones Socio-Económicas Universidad Católica Boliviana, La Paz,

Bolivia, Center for International Development Harvard University,

Cambridge, Massachusetts.

Martin Egon Maitino, Altercasting Brazil into Regional Leadership: the role small

powers in creating regional leaders, Institute of International Relations,

University of Sao Paulo.

Mauro de Oliveira Loureiro, José Rubén Montano, “Yacuiba – Rio Grande Gas

Pipeline (GASYRG), in Bolivia – The Development of a Company and the

Construction of the Pipeline in a Regulated and Competitive Environment”,

Rio Pipeline Conference & Exposition 2003.

Peter L. Law dan Nelson de Franco, International Gas Trade-The Bolivia-Brazil

Gas Pipeline, Public Policy for the Private Sector, The World Bank Group

Finance, Private Sector, and Infrastructure Network, Note No.144, May

1998.

Plurinational State of Bolivia. Ministry of Foreign Affairs, tersedia di

http://www.itamaraty.gov.br/index.php?option=com_content&view=article

&id=5978:plurinational-state-of-bolivia&catid=155&lang=en&Itemid=478

diunduh pada 10 September 2015.

Summary of Project Information (SPI), tersedia di

http://ifcext.ifc.org/ifcext/spiwebsite1.nsf/1ca07340e47a35cd85256efb0070

0cee/8E32626A7E757EE4852576BA000E25D6 diunduh pada 24 Maret

2015.

The Bolivia-to-Brazil Pipeline, Center for Energy Economic, Bureau of Economic

Geology, Jackson School of Geosciences The University of Texas Austin,

tersedia di http://www.beg.utexas.edu/energyecon/new-

era/case_studies/Bolivia_to_Brazil_Pipeline.pdf

Page 131: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

116

The Cuiabá Integrated Energy Project: An Overview by the Overseas Private

Investment Corporation. An Agency of the United States Government,

dalam http://www.aata.info/WEIMS/Start.htm, diakses pada 21 Maret 2015.

World Markets Research Centre, WMRC Country Report: Bolivia (Energy), 03

January 2005.

Skripsi/Tesis

Chronika, Agnes. 2008. Relasi Brazil-Bolivia Pasca Nasionalisasi Sektor

Hidrokarbon Bolivia Tahun 2006, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik,

Program Sarjana Reguler Ilmu Hubungan Internasional, Universitas

Indonesia.

Gonzales, Angela D. 2010. Social Movement Mobilization and Hydrocarbon

Policy in Bolivia and Ecuador Early 2000s. Dept of National Security

Affairs. Naval Postgraduate School, Monterey, California

Lemme, Luisa. 2008. Petrobras in Bolivia: The Expansion of The Gas Sector In a

Changing Latin America. Washington University in St. Louis, Graduate

Department of Arts & Science, Master of Arts of International Affairs.

Website

“Gas nationalisation just the beginning”. The Guardian 31 May, 2006. Tersedia di

http://www.cpa.org.au/z-archive/g2006/1275bolivia.html diunduh pada 21

April 2015.

Alexandra Garcia, Evolution: How Evo Morales made an Andean Country an

Asset, April 30, 2014, tersedia di

http://www.brownpoliticalreview.org/2014/04/evolution-how-evo-morales-

made-an-andean-country-an-asset/ diunduh pada 10 September 2015.

Alexandre Spatuzza. Petrobras CEO guarantees Bolivian gas supplies. Tuesday,

May 2, 2006, tersedia di

http://www.bnamericas.com/news/oilandgas/Petrobras_CEO_guarantees_Bo

livian_gas_supplies diunduh pada 25 April 2015.

Benjamin Dangl, An Overview of Bolivia's Gas War, tersedia di

http://upsidedownworld.org/gaswar.htm diunduh pada 27 Maret 2015.

Page 132: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

117

Bolivia Information Forum Bulletin. Bolivia 1 May 2006. No.2 May 2006,

tersedia di http://www.boliviainfoforum.org.uk/news-detail.asp?id=103

diunduh pada 25 April 2015.

Carin Zissis, Bolivia's Nationalization of Oil and Gas, 12 May 2006, tersedia di

http://www.cfr.org/world/bolivias-nationalization-oil-gas/p10682 diunduh

pada 11 mei 2014.

Council on Hemispheric Affairs, The Aftermath of Bolivia‟s Gas Golpe, tersedia

di http://www.scoop.co.nz/stories/WO0605/S00109.htm diunduh pada 14

Oktober 2015.

Country Profile: Bolivia."Library of Congress Federal Research Division”.

January 2006, 13. Tersedia di

http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/Bolivia.pdf , diunduh pada 28 0ktober

2014.

Gretcen Gordon, Bolivia: Whiter Nationalization?, tersedia di

http://www.ww4report.com/node/2712 diunduh pada tanggal 30 Mei 2015.

Igor Fuser, Petrobras and the conflicts for resources in South America, tersedia di

http://storage.globalcitizen.net/data/topic/knowledge/uploads/200904022324

3533.pdf

Jair Antunes, Evo Morales and the fraud of “nationalization” in Bolivia,

http://wsws.org/en/articles/2007/05/boli-m22.html

Jair Antunes, Evo Morales and the fraud of “nationalization” in Bolivia,

http://www.wsws.org/en/articles/2007/05/boli-m22.html, diunduh pada 27

Maret 2015.

Jake Johnston and Stephan Lefebvre, Bolivia‟s Economy Under Evo Morales in

10 Graphs, 8 October 2014, tersedia di

http://www.globalresearch.ca/bolivias-economy-under-evo-morales-in-10-

graphs/5411205 diunduh pada 10 September 2015.

Javier Blas and Richard Lapper. Watchdog warns of „dangerous‟ trend on energy.

3 May 2006. Tersedia di http://www.ft.com/intl/cms/s/2/0c6b641e-dadb-

11da-aa09-0000779e2340.html#axzz3YfBPMdVR diunduh pada 26 April

2015.

Jeffrey St. Clair, Address to the United Nations: We Need Partners, Not Bosses,

September 22-24, 2006, tersedia di

Page 133: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

118

http://www.counterpunch.org/2006/09/22/we-need-partners-not-bosses/

diunduh pada 11 mei 2014.

Jonathan Wheatley. Presidents to meet over gas crisis in Bolivia. 3 May 2006,

tersedia di http://www.ft.com/intl/cms/s/2/190a3d4a-da03-11da-b7de-

0000779e2340.html#axzz3YfBPMdVR diunduh pada 26 April 2015.

Maria de Fatima Salles Abreu Passos, Bolivia-Brazil Gas Pippeline, tersedia di

http://fatimapassos.mpo.gov.br

Mario Osava, Inter Press Service News Agency, Energy-Bolivia: Brazil Willing to

Negotiate, After Nationalisation, tersedia di

http://www.ipsnews.net/2006/05/energy-bolivia-brazil-willing-to-negotiate-

after-nationalisation,

Norman Gall, Gas in Bolivia: conflict and contracts, tersedia di

http://www.realinstitutoelcleano.org/analisis/1092/1092_Gall_Gas_Bolivia.p

df, diunduh pada 14 Juni 2014.

Observatory of Economic Complexity. Trade in Bolivia. Tersedia di

https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/bol/ diunduh pada 10

September 2015.

Petrobras Reeaches a Gas Exploration and Production Agreement in Bolivia,

tersedia di http://www.agenciapetrobrasdenoticias.com.br/ diunduh pada

tanggal 30 Mei 2015.

Petrobras, History, tersedia di http://www.petrobras.com/en/about-us/our-history/

diunduh pada 8 Maret 2015.

Petrobras-YPFB Contract (October 31, 2006),

www.petrobras.com.br/ri/pdf/ContratoPetrobrasYPFBiNG.PDF

Produk minyak pelumas yang diproduksi oleh petrobras, tersedia di

http://www.br.com.br/wps/portal/portalconteudo/lubrax/!ut/p/c4/04_SB8K8

xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3gjf09TAxcjT1__YEdXA0_XEDP_MD9zd2

MLY_2CbEdFAEMzpiw!/?PC_7_2OI50D2IMOSAE0IET6OVN7G3A2000

000_WCM_CONTEXT=/wps/wcm/connect/Portal+de+Conteudo/Hot+Site/

Petrobras+Marine+-+English+version/Products/ diunduh pada 27 Maret

2015.

Stephan Lefebvre and Jeanette Bonifaz 24 November 2014, Lessons from Bolivia:

re-nationalising the hydrocarbon industry, tersedia di

https://www.opendemocracy.net/ourkingdom/stephan-lefebvre-jeanette-

Page 134: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

119

bonifaz/lessons-from-bolivia-renationalising-hydrocarbon-indust diunduh

pada 14 September 2015.

Sukur, Edi. 2004. Melirik Teknologi Termoelektrik sebagai Sumber Energi

Alternatif. http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1091919348&9,

Surat Kabar Online

Associated Press, “Morales Defends Nationalization of Energy at EU-Latin

America Summit” tersedia di

http://www.foxnews.com/story/2006/05/11/morales-defends-nationalization-

energy-at-eu-latin-america-summit/ diunduh pada 11 mei 2014.

Bolivia 'won't pay compensation'. 11 May 2006. Tersedia di

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/4760525.stm diunduh pada 26 April

2015.

Crisis Talks on Bolivia Gas Move, 3 Mei 2006, tersedia di

http://news.bbc.uk/2/hi/americas/49643000.stm diunduh pada 14 Juni 2014.

Luis Hernández Navarro, Bolivia has transformed itself by ignoring the

Washington Consensus, 21 March 2012, tersedia di

http://www.theguardian.com/commentisfree/cifamerica/2012/mar/21/bolivia

-washington-consensus diunduh pada 14 September 2015.

Monte Reel and Steven Mufson. Bolivian President Seizes Gas Industry. Tuesday,

May 2, 2006. Tersedia di http://www.washingtonpost.com/wp-

dyn/content/article/2006/05/01/AR2006050100583.html diunduh pada 21

April 2015.

Page 135: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

LAMPIRAN 1

Page 136: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …
Page 137: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …
Page 138: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

LAMPIRAN 2

Page 139: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

LAMPIRAN 3

Page 140: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …
Page 141: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …
Page 142: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …
Page 143: DAMPAK KEBIJAKAN NASIONALISASI PERUSAHAAN MIGAS …

LAMPIRAN 4