dampak investasi sumberdaya manusia terhadap perekonomian

35
VII. SIMULASI DAMPAK INVESTASI SUMBERDAYA MANUSIA TERHADAP PEREKONOMIAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 7.1. Validasi Model Analisis simulasi dilakukan dalam rangka menganalisis dampak perubahan berbagai skenario kebijakan fiskal terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah. Simulasi terdiri dari enam skenario tunggal yaitu peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen, peningkatan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan sebesar 20 persen, peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 milyar, peningkatan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan sebesar 20 milyar, peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastrukur sebesar 20 milyar dan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah. Empat skenario gabungan yaitu gabungan antara pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan masing-masing sebesar 10 persen, skenario gabungan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah disertai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan 10 persen, skenario gabungan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah disertai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur 10 persen, dan skenario gabungan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah disertai dengan peningkatan pengeluaran kesehatan dan infrastruktur masing-masing sebesar 5 persen. Sebelum simulasi, dilakukan validasi model untuk mengetahui sejauh mana model yang dibangun akan menghasilkan nilai dugaan yang mendekati nilai sebenarnya (aktual). Dalam penelitian ini digunakan kriteria koefisien U-Theil,

Upload: dohanh

Post on 14-Jan-2017

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

182

VII. SIMULASI DAMPAK INVESTASI SUMBERDAYA MANUSIA

TERHADAP PEREKONOMIAN DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

7.1. Validasi Model

Analisis simulasi dilakukan dalam rangka menganalisis dampak perubahan

berbagai skenario kebijakan fiskal terhadap perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat di Jawa Tengah. Simulasi terdiri dari enam skenario tunggal yaitu

peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen,

peningkatan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan sebesar 20 persen,

peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 milyar,

peningkatan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan sebesar 20 milyar,

peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastrukur sebesar 20 milyar dan

pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah.

Empat skenario gabungan yaitu gabungan antara pengeluaran pemerintah untuk

pendidikan dan kesehatan masing-masing sebesar 10 persen, skenario gabungan

pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah

disertai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan 10 persen,

skenario gabungan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 20 persen

dari belanja daerah disertai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk

infrastruktur 10 persen, dan skenario gabungan pengeluaran pemerintah untuk

pendidikan sebesar 20 persen dari belanja daerah disertai dengan peningkatan

pengeluaran kesehatan dan infrastruktur masing-masing sebesar 5 persen.

Sebelum simulasi, dilakukan validasi model untuk mengetahui sejauh

mana model yang dibangun akan menghasilkan nilai dugaan yang mendekati nilai

sebenarnya (aktual). Dalam penelitian ini digunakan kriteria koefisien U-Theil,

183

dan proporsi bias (UM). Selengkapnya tentang hasil validasi model adalah sebagai

berikut:

Tabel 50. Hasil Validasi Model

Variabel

Nama variabel endogen

Um U-theil

HEAL Kesehatan 0.08 0.0204

EDU Pendidikan 0.10 0.0680

PRODVA Produktivitas Pertanian 0.02 0.3795

PRODVI Produktivitas Industri 0.04 0.2653

PRODVS Produktivitas Jasa 0.14 0.1713

PC Physical Capital 0.00 0.4774

PTKA Tenaga Kerja Pertanian 0.00 0.1632

PTKI Tenaga Kerja Industri 0.02 0.2003

PTKS Tenaga Kerja Jasa 0.01 0.0873

PTK Penyerapan Tenaga Kerja Total 0.03 0.0586

PDRBA PDRB Pertanian 0.00 0.2330

PDRBI PDRB Industri 0.13 0.2216

PDRBS PDRB Jasa 0.11 0.1968

PDRB Produk Domestik Regional Bruto 0.15 0.1703

YCAP PDRB per Kapita 0.09 0.4595

YD Disposable Income 0.14 0.1684

TAX Penerimaan Pajak 0.00 0.1912

NTAX Penerimaan Non Pajak 0.03 0.1139

PENPEM Penerimaan Pemerintah 0.02 0.1126

PKESP Pengeluaran Kesehatan Pemerintah 0.00 0.2253

PPENP Pengeluaran Pendidikan Pemerintah 0.00 0.2532

PINF Pengeluaran Infrastruktur 0.04 0.2550

PPL Pengeluaran Pemerintah Lainnya 0.01 0.1592

TPP Total Pengeluaran Pemerintah 0.02 0.1401

PKESRT Pengeluaran Kesehatan Rumahtangga 0.03 0.1611

PPENRT Pengeluaran Pendidikan Rumahtangga 0.06 0.2018

PRTL Pengeluaran Rumahtangga Lainnya 0.05 0.0859

TPR Total Pengeluaran Rumahtangga 0.06 0.0929

INV Investasi 0.01 0.1577

PCAP Pengeluaran per Kapita 0.07 0.2964

UNEMP Pengangguran 0.03 0.4600

GINI Indeks Gini 0.03 0.0769

POV Kemiskinan 0.08 0.5457

184

Pada dasarnya jika makin kecil koefisien U-Theil, dan proporsi bias (UM)

maka pendugaan model semakin baik. Hasil validasi menunjukkan sebanyak 28

persamaan dari 33 persamaan atau sekitar 85 persen dari seluruh persamaan

mempunyai nilai koefisien U-Theil lebih kecil dari 0.30, untuk proporsi bias

(UM) semua persamaan mempunyai nilai dibawah 0.20. Hal ini mengindikasikan

bahwa tidak terjadi bias secara sistemik dan model dinyatakan valid untuk

digunakan dalam simulasi.

7.2. Simulasi Pertama: Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah

untuk Pendidikan Sebesar 20 Persen terhadap Perekonomian dan

Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar 20 persen

(simulasi 1) memberi dampak pada peningkatan kesehatan (angka harapan hidup)

menjadi 70.65 tahun atau naik 0.15 persen dan pendidikan (rata-rata lama

sekolah) naik menjadi 7.36 tahun atau naik 0.84 persen. Peningkatan pendidikan

masyarakat memberi dampak pada meningkatnya produktivitas tenaga kerja

semua sektor. Diantara kedua sektor lainnya, sektor industri memperoleh dampak

peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar yaitu naik sebesar 2.57

persen atau meningkat rata-rata menjadi sebesar 14.8174 juta rupiah per tenaga

kerja per tahun, kemudian disusul produktivitas tenaga kerja pertanian naik

sebesar 2.42 persen atau menjadi 8.2159 juta rupiah per tenaga kerja per tahun,

dan jasa naik sebesar 2.09 persen atau naik rata-rata menjadi 10.903 juta rupiah

per tenaga kerja per tahun. Dampak kebijakan ini sebenarnya cukup

menguntungkan bagi sektor pertanian, karena memberi peningkatan yang hampir

sama dengan sektor industri (terbesar kedua setelah industri). Namun karena

pertanian paling banyak menanggung beban tenaga kerja dengan jumlah output

185

yang paling kecil menyebabkan produktivitas tenaga kerja pertanian menjadi

paling rendah diantara dua sektor lainnya. Sebaliknya sektor indutri paling banyak

memperoleh dampak peningkatan dari kebijakan ini. Dengan jumlah output yang

lebih banyak dibanding pertanian dan jumlah tenaga kerja paling sedikit,

menyebabkan produktivitas tenaga kerja industri paling tinggi dibanding dua

sektor lainnya.

Peningkatan output sebagai dampak dari simulasi 1 mendorong terjadinya

peningkatan penerimaan pemerintah. Efek selanjutnya dapat mendorong

pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran infrastruktur. Peningkatan

pengeluaran infrastruktur berpengaruh dalam meningkatkan modal fisik

meningkat rata-rata menjadi 1 095.8 milyar rupiah per tahun atau naik sebesar

1.96 persen.

Peningkatan output berpengaruh dalam meningkatkan penyerapan tenaga

kerja dan sektor yang paling banyak menikmati manfaatnya adalah sektor industri

naik 0.92 persen, kemudian disusul sektor jasa naik sebesar 0.31 persen, dan

pertanian sebesar 0.25 persen. Meski sektor industri paling besar mengalami

peningkatan penyerapan tenaga kerja, namun diantara sektor lainnya paling

sedikit dalam menyerap tenaga kerja. Jumlah Tenaga kerja setelah dilakukan

simulasi paling banyak terdapat di sektor pertanian sebanyak 170 974 tenaga kerja

kemudian sektor jasa sebanyak 168 800 tenaga kerja dan terakhir sektor industri

sebanyak 114 995 tenaga kerja. Sektor jasa adalah sektor yang paling banyak

kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dipahami karena tenaga

kerja dari desa yang pindah ke perkotaan tidak dapat ditampung secara berarti

oleh sektor industri. Hal ini mengakibatkan terjadinya deformasi struktural

186

dalam bentuk meluasnya secara drastis sektor jasa dalam menyerap tenaga kerja,

yang diakibatkan oleh ketidaksanggupan sektor industri dalam menyerap tanaga

kerja secara masif, sehingga terjadilah penyerapan tenaga kerja secara prematur

oleh sektor jasa. Berikut ini adalah hasil simulasi tentang dampak peningkatan

pengeluaran pendidikan sebesar 20 persen:

Tabel 51. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Pengeluaran Pendidikan Sebesar

20 Persen terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.2159 2.42

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 14.8174 2.57

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 10.903 2.09

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 170 974 0.25

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 114 995 0.92

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 168 800 0.31

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 454 769 0.44

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 095.8 1.96

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 856.5 0.79

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 598.5 3.61

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 1 904.3 2.64

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 359.3 2.62

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00634 2.92

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 318.5 2.57

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 40.7991 7.41

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 245.5 2.33

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 286.3 3.02

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 272.6 5.86

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 860.3 0.84

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 80.9512 3.27

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.6497 0.15

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.3615 0.84

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.0011 0.92

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 30 672.5 -6.09

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2342 -0.38

POV (Kemiskinan), orang 102 503 95 466.9 -6.86

187

Peningkatan pendidikan menyebabkan produktivitas tenaga kerja

meningkat. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan input produksi lain

menyebabkan output meningkat. Dalam hal peningkatan output, sektor yang

paling banyak mengalami peningkatan adalah sektor industri yaitu sebesar 3.61

persen, kemudian disusul sektor jasa 2.64 persen dan pertanian 0.79 persen, dan

peningkatan PDRB total sebesar 2.62 persen. Peningkatan PDRB total

menyebabkan PDRB per kapita meningkat 2.92 persen atau naik menjadi sebesar

0.00634 milyar rupiah per tahun, dan disposable income meningkat 2.57 persen

atau naik menjadi sebesar 4 318.5 milyar rupiah per tahun.

Peningkatan PDRB menyebabkan penerimaan pemerintah melalui pajak

daerah naik 7.41 persen dan penerimaan non pajak naik 2.33 persen, sehingga

total penerimaan pemerintah naik menjadi sebesar 286.3 milyar rupiah per tahun

atau naik 3.02 persen. Peningkatan penerimaan pemerintah mendorong

peningkatan pengeluaran pemerintah naik sebesar 5.86 persen dan investasi

naik 3.27 persen. Peningkatan PDRB juga menyebabkan peningkatan disposable

income dan mendorong pengeluaran rumahtangga naik 0.84 persen. Secara

keseluruhan dampak peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar 20 persen

memberi dampak positif dalam meningkatkan kinerja perekonomian daerah.

Peningkatan kinerja perekonomian membawa dampak positif bagi

peningkatan berbagai indikator kesejahteraan masyarakat, yang ditandai dengan

meningkatnya pengeluaran per kapita (sebagai indikator pendapatan

masyarakat) naik sebesar 0.92 persen, pengangguran turun 6.09 persen,

ketimpangan pendapatan (indeks Gini) turun 0.38 persen, dan kemiskinan turun

6.86 persen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan anggaran

188

pendidikan dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga dapat meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, sehingga tujuan pembangunan growth and equity dapat

tercapai secara simultan.

7.3. Simulasi Kedua: Dampak Peningkatan Pengeluaran Kesehatan

Sebesar 20 Persen terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan

Masyarakat

Hasil simulasi peningkatan pengeluaran kesehatan sebesar 20 persen

(simulasi 2) memberi dampak peningkatan angka harapan hidup rata-rata menjadi

70.72 tahun atau naik 0.26 persen dan rata-rata lama sekolah naik menjadi 7.34

tahun atau naik 0.52 persen. Peningkatan pengeluaran kesehatan menyebabkan

produktivitas tenaga kerja meningkat. Sektor industri mempunyai dampak

peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar, yaitu naik sebesar 1.6

persen, kemudian menyusul produktivitas tenaga kerja pertanian naik 1.5 persen

dan jasa naik 1.34 persen.

Peningkatan output akibat peningkatan pengeluaran kesehatan

menyebabkan perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah

jumlah lapangan kerja, sehingga berdampak terhadap peningkatan penyerapan

tenaga kerja. Sama halnya pada simulasi 1, sektor industri paling banyak

mengalami peningkatan dalam menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 0.58 persen,

kemudian menyusul sektor jasa naik 1.19 persen dan pertanian naik 0.15 persen.

Peningkatan pengeluaran kesehatan mendorong pemerintah meningkatkan

pengeluaran infrastruktur dan investasi, serta membawa dampak pada peningkatan

physical capital (modal fisik) sebesar 0.87 persen. Peningkatan modal fisik,

tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja berdampak positif dalam

meningkatkan output daerah. Berikut ini adalah hasil simulasi dampak

189

peningkatan pengeluaran kesehatan 20 persen terhadap perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat:

Tabel 52. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Pengeluaran Kesehatan Sebesar

20 Persen terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.1419 1.50

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 14.6767 1.60

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 10.8227 1.34

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 170 798 0.15

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 114 608 0.58

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 168 612 0.19

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 454 019 0.27

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 084 0.87

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 853.8 0.47

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 577.8 2.27

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 1 886.4 1.67

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4318 1.65

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00628 1.95

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 278.6 1.63

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 39.3789 3.67

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 242.4 1.04

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 281.8 1.40

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 264.6 2.76

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 857.8 0.55

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 79.5953 1.54

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.7253 0.26

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.3381 0.52

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00109 0.00

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 31 422.9 -3.80

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2345 -0.26

POV (Kemiskinan), orang 102 503 97 712.2 -4.67

Dalam hal peningkatan output, sektor industri kembali paling besar

mengalami peningkatan yaitu 2.27 persen, kemudian menyusul sektor jasa naik

1.67 persen dan pertanian 0.47 persen. PDRB total naik sebesar 4 318 milyar

190

rupiah atau naik 1.65 persen. PDRB per kapita naik menjadi 0.00628 milyar

rupiah atau naik 1.95 persen, dan disposable income naik 1.63 persen.

Pada simulasi 2, peningkatan output akan mendorong penerimaan

pemerintah meningkat menjadi 281.8 milyar rupiah per tahun atau naik 1.4

persen. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya peningkatan pajak menjadi sebesar

39.3789 milyar rupiah atau naik 3.67 persen dan peningkatan penerimaan non

pajak rata-rata naik menjadi sebesar 242.4 milyar rupiah atau naik 1.04 persen.

Kenaikan penerimaan pemerintah menyebabkan peningkatan total

pengeluaran pemerintah rata-rata menjadi 264.6 milyar rupiah atau naik 2.76

persen, pengeluaran rumahtangga naik 0.55 persen, dan investasi naik 1.54

persen. Secara keseluruhan dampak simulasi 2, yaitu peningkatan pengeluaran

kesehatan sebesar 20 persen dapat meningkatkan kinerja perekonomian daerah.

Peningkatan kinerja perekonomian berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu

menurunkan ketimpangan pendapatan menjadi 0.2345 atau turun 0.26 persen,

pengangguran turun menjadi 31 422 orang atau turun 3.8 persen dan kemiskinan

turun menjadi 97 712 orang atau turun 4.67 persen. Untuk semua indikator,

peningkatan pengeluaran pendidikan (simulasi 1) memberikan dampak yang lebih

besar dibanding peningkatan pengeluaran kesehatan (simulasi 2), kecuali variabel

kesehatan meningkat lebih tinggi dibanding simulasi 1. Hal ini terjadi karena nilai

dasar pengeluaran pendidikan lebih tinggi dibanding nilai pengeluaran kesehatan.

Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah masih banyak dinikmati oleh

sektor non pertanian dibanding sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari

peningkatan pengeluaran pendidikan dan kesehatan ternyata memberi dampak

191

yang paling besar dalam peningkatan output dan penyerapan tenaga kerja bagi

sektor industri dan jasa (non pertanian) dibandingkan sektor pertanian.

7.4. Simulasi Ketiga: Dampak Peningkatan Pengeluaran Pendidikan dan

Kesehatan Masing-masing Sebesar 10 Persen terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi gabungan antara peningkatan pengeluaran pendidikan dan

peningkatan pengeluaran kesehatan masing-masing sebesar 10 persen (simulasi

3) memberi dampak pada peningkatan angka harapan hidup ( kesehatan) menjadi

70.69 tahun atau naik 0.22 persen dan pendidikan naik menjadi 7.35 tahun atau

naik 0.73 persen. Dampak simulasi 3 terhadap kinerja perekonomian, bila dilihat

dari sisi produksi (supply) menyebabkan PDRB industri naik sebesar 3.07 persen,

PDRB jasa naik sebesar 2.26 persen, PDRB pertanian naik sebesar 0.67 persen,

sehingga PDRB total rata-rata meningkat sebesar 2.23 persen. PDRB per kapita

naik sebesar 2.6 persen atau menjadi sebesar 0.00632 milyar rupiah per tahun dan

disposable income naik sebesar 2.2 persen.

Dari sisi demand, dampak simulasi 3 mengakibatkan penerimaan pajak

meningkat sebesar 5.84 persen, penerimaan non pajak meningkat sebesar 1.79

persen, dan total penerimaan pemerintah meningkat sebesar 2.34 persen. Total

pengeluaran pemerintah naik sebesar 4.54 persen, pengeluaran rumahtangga naik

sebesar 0.74 persen dan investasi naik sebesar 2.53 persen. Dibanding dengan

simulasi 2, simulasi 3 memberikan hasil yang lebih baik terhadap kinerja

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, namun tidak lebih baik bila

dibanding simulasi 1. Berikut ini adalah hasil simulasi 3, peningkatan pengeluaran

pendidikan dan kesehatan masing-masing sebesar 10 persen terhadap

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat:

192

Tabel 53. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Pengeluaran Pendidikan dan

Kesehatan Masing-masing Sebesar 10 Persen terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen Nilai

dasar Nilai

simulasi Perubahan

(%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.1901 2.10

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 14.7674 2.22

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 10.8718 1.79

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 170 911 0.21

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 114 837 0.78

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 168 727 0.26

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 454 475 0.37

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 090.9 1.51

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 855.5 0.67

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 590.2 3.07

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 1 897.3 2.26

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 343 2.23

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00632 2.60

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 302.8 2.20

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 40.2033 5.84

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 244.2 1.79

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 284.4 2.34

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 269.2 4.54

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 859.4 0.74

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 80.3738 2.53

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.6976 0.22

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.3531 0.73

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.0011 0.92

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 30 966.4 -5.19

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2344 -0.30

POV (Kemiskinan), orang 102 503 96 333.6 -6.02

Dampak simulasi 3 memberi hasil positif terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat, yaitu meningkatnya pengeluaran per kapita menjadi

sebesar 0.0011 milyar rupiah per tahun, atau naik 0.92 persen. Dampak

selanjutnya adalah menurunkan ketimpangan pendapatan menjadi 0.2344 atau

193

turun 0.3 persen, menurunkan jumlah pengangguran menjadi sebesar 30 966

orang atau turun 5.19 persen dan menurunkan jumlah kemiskinan menjadi

sebesar 96 333 orang atau turun 6.02 persen. Peningkatan pengeluaran pendidikan

sebesar 20 persen (simulasi 1) memberikan hasil yang lebih baik terhadap kinerja

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dibanding simulasi peningkatan

pengeluaran pendidikan dan kesehatan masing-masing sebesar 10 persen (simulasi

3). Di lain pihak simulasi peningkatan pengeluaran pendidikan dan kesehatan

masing-masing sebesar 10 persen (simulasi 3) memberi hasil yang lebih baik

dibanding simulasi peningkatan kesehatan sebesar 20 persen (simulasi 2).

7.5. Simulasi Keempat : Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah

untuk Pendidikan Sebesar 20 Milyar Rupiah terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar 20 milyar

rupiah (simulasi 4) memberi dampak pada peningkatan angka harapan hidup

(kesehatan) menjadi 70.8 tahun atau naik 0.42 persen dan pendidikan naik

menjadi 7.4 tahun atau naik 2.32 persen. Peningkatan pengeluaran kesehatan

menyebabkan produktivitas tenaga kerja meningkat. Sektor industri mempunyai

dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar, yaitu naik

sebesar 7.03 persen, kemudian menyusul produktivitas tenaga kerja pertanian

naik 6.6 persen dan jasa naik 5.8 persen.

Peningkatan output akibat peningkatan pengeluaran kesehatan

menyebabkan perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah

jumlah lapangan kerja, sehingga berdampak terhadap peningkatan penyerapan

tenaga kerja. Sama halnya pada simulasi di atas, sektor industri paling banyak

mengalami peningkatan dalam menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 2.56 persen,

194

kemudian menyusul sektor jasa naik 0.85 persen dan pertanian naik 0.67 persen.

Berikut ini adalah hasil simulasi 4, yaitu peningkatan pengeluaran pendidikan

sebesar 20 milyar rupiah:

Tabel 54. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan

Sebesar 20 Milyar Rupiah terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan

Masyarakat

Variabel endogen Nilai

dasar Nilai

simulasi Perubahan

(%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.5515 6.60

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.4614 7.03

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.2994 5.80

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 171 690 0.67

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 116 865 2.56

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 169 713 0.85

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 458 268 1.21

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 128.9 5.04

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 868 2.14

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 697.1 10.00

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 1 991 7.31

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 556 7.25

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00669 8.60

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 510.5 7.14

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 45.4846 19.74

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 254.6 6.13

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 300.1 7.99

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 297.6 15.57

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 872.9 2.32

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 85.1534 8.63

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.8411 0.42

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.469 2.32

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00112 2.75

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 27 173.2 -16.81

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2327 -1.02

POV (Kemiskinan), orang 102 503 81 716.6 -20.28

195

Peningkatan penerimaan pemerintah mendorong meningkatkan

pengeluaran infrastruktur, serta membawa dampak pada peningkatan physical

capital (modal fisik) sebesar 5.04 persen. Peningkatan modal fisik, tenaga kerja,

dan produktivitas tenaga kerja berdampak positif dalam meningkatkan output

daerah.

Dalam hal peningkatan output, sektor industri kembali paling besar

mengalami peningkatan yaitu 10 persen, kemudian menyusul sektor jasa naik

7.31 persen dan pertanian 2.14 persen. PDRB total naik sebesar 4556 milyar

rupiah atau naik 7.25 persen. PDRB per kapita naik menjadi 0.00669 milyar

rupiah atau naik 8.60 persen, dan disposable income naik 7.14 persen.

Peningkatan output mendorong penerimaan pemerintah meningkat

menjadi 300.1 milyar rupiah per tahun atau naik 7.99 persen. Hal ini terjadi

sebagai akibat adanya peningkatan pajak menjadi sebesar 45.4846 milyar rupiah

atau naik 19.74 persen dan peningkatan penerimaan non pajak rata-rata naik

menjadi sebesar 254.6 milyar rupiah atau naik 6.13 persen.

Kenaikan penerimaan pemerintah menyebabkan peningkatan total

pengeluaran pemerintah rata-rata menjadi 297.6 milyar rupiah atau naik 15.57

persen, pengeluaran rumahtangga naik 2.32 persen, dan investasi naik 8.63

persen. Secara keseluruhan dampak simulasi 4, yaitu peningkatan pengeluaran

pendidikan sebesar 20 milyar rupiah dapat meningkatkan kinerja perekonomian

daerah.

Peningkatan kinerja perekonomian berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu

meningkatkan pengeluaran per kapita penduduk sebesar 2.75 persen, menurunkan

196

ketimpangan pendapatan menjadi 0.2327 atau turun 1.02 persen, pengangguran

turun menjadi 27 173 orang atau turun 16.81 persen dan kemiskinan turun

menjadi 81 716 orang atau turun 20.28 persen. Peningkatan pengeluaran

pendidikan dengan proporsi yang sama dengan pengeluaran kesehatan

memberikan hasil yang lebih baik dari pada peningkatan pengeluaran kesehatan.

Namun tidak demikian bila peningkatan dilakukan dengan nilai nominal yang

sama, peningkatan pengeluaran kesehatan memberikan hasil yang lebih baik

dibanding peningkatan pengeluaran pendidikan.

7.6. Simulasi Kelima : Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah

untuk Kesehatan Sebesar 20 Milyar Rupiah terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi peningkatan pengeluaran kesehatan sebesar 20 milyar

rupiah (simulasi 5) memberi dampak pada peningkatan angka harapan hidup

(kesehatan) menjadi 71.57 tahun atau naik 1.46 persen dan pendidikan naik

menjadi 7.5 tahun atau naik 2.97 persen. Peningkatan pengeluaran kesehatan

menyebabkan produktivitas tenaga kerja meningkat. Sektor industri mempunyai

dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar, yaitu naik

sebesar 8.98 persen, kemudian menyusul produktivitas tenaga kerja pertanian

naik 8.43 persen dan jasa naik 7.48 persen.

Peningkatan output akibat peningkatan pengeluaran kesehatan

menyebabkan perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah

jumlah lapangan kerja, sehingga berdampak terhadap peningkatan penyerapan

tenaga kerja. Sama halnya pada simulasi di atas, sektor industri paling banyak

mengalami peningkatan dalam menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 3.26 persen,

kemudian menyusul sektor jasa naik 1.09 persen dan pertanian naik 0.82 persen.

197

Berikut ini adalah hasil simulasi 5, yaitu peningkatan pengeluaran kesehatan

sebesar 20 milyar rupiah terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat:

Tabel 55. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Pengeluaran Kesehatan Sebesar 20

Milyar Rupiah terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.6985 8.43

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.744 8.98

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.4794 7.48

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 171 947 0.82

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 117 656 3.26

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 170 115 1.09

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 459 718 1.53

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 128.2 4.98

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 872.1 2.62

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 738.5 12.68

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 2 029.2 9.37

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 639.8 9.22

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00684 11.04

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 593.7 9.11

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 46.0712 21.29

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 254.9 6.25

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 301 8.31

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 299.1 16.16

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 879.7 3.12

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 85.4301 8.98

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 71.5715 1.46

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.5164 2.97

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00114 4.59

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 25 724 -21.24

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.232 -1.32

POV (Kemiskinan), orang 102 503 74 554.3 -27.27

Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah untuk meningkatkan

pengeluaran infrastruktur dan bagi swasta akan meningkatkan kegairahan dalam

melakukan investasi, sehingga membawa dampak pada peningkatan physical

198

capital sebesar 4.98 persen. Peningkatan modal fisik, tenaga kerja, dan

produktivitas tenaga kerja berdampak positif dalam meningkatkan output daerah.

Dalam hal peningkatan output, sektor industri kembali paling besar mengalami

peningkatan yaitu 12.68 persen, kemudian menyusul sektor jasa naik 9.37 persen

dan pertanian 2.62 persen. PDRB total naik sebesar 4 639.8 milyar rupiah atau

naik 9.22 persen. PDRB per kapita naik menjadi 0.00684 milyar rupiah atau naik

11.04 persen, dan disposable income naik 9.11 persen.

Peningkatan output mendorong penerimaan pemerintah meningkat

menjadi 301 milyar rupiah per tahun atau naik 8.31 persen. Hal ini terjadi sebagai

akibat adanya peningkatan pajak menjadi sebesar 46.0712 milyar rupiah atau

naik 21.29 persen dan peningkatan penerimaan non pajak rata-rata naik menjadi

sebesar 254.9 milyar rupiah atau naik 6.25 persen.

Kenaikan penerimaan pemerintah menyebabkan peningkatan total

pengeluaran pemerintah rata-rata menjadi 299.1 milyar rupiah atau naik 16.16

persen, pengeluaran rumahtangga naik 3.12 persen, dan investasi naik 8.98

persen. Secara keseluruhan dampak simulasi 4, yaitu peningkatan pengeluaran

kesehatan sebesar 20 milyar rupiah dapat meningkatkan kinerja perekonomian

daerah.

Peningkatan kinerja perekonomian berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu

meningkatkan pengeluaran per kapita penduduk sebesar 4.59 persen, menurunkan

ketimpangan pendapatan menjadi 0.232 atau turun 1.32 persen, pengangguran

turun menjadi 25 724 orang atau turun 21.24 persen dan kemiskinan turun

menjadi 74 554 orang atau turun 27.27 persen. Dengan jumlah nilai absolut yang

199

setara dengan pengeluaran pendidikan, peningkatan pengeluaran pemerintah

untuk kesehatan memberikan hasil yang lebih baik dibanding pengeluaran

pendidikan.

7.7. Simulasi Keenam : Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah

untuk Infrastruktur Sebesar 20 Milyar Rupiah terhadap

Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 20 milyar

rupiah (simulasi 6) memberi dampak pada peningkatan angka harapan hidup

(kesehatan) menjadi 70.79 tahun atau naik 0.36 persen dan pendidikan naik

menjadi 7.4 tahun atau naik 1.43 persen. Produktivitas tenaga kerja meningkat

dan sektor industri menerima dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja yang

paling besar, yaitu naik sebesar 4.25 persen, kemudian menyusul produktivitas

tenaga kerja pertanian naik 4.05 persen dan jasa naik 3.38 persen.

Peningkatan output akibat peningkatan pengeluaran infrastruktur

menyebabkan perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah

jumlah lapangan kerja, sehingga berdampak terhadap peningkatan penyerapan

tenaga kerja. Sektor industri paling banyak mengalami peningkatan dalam

menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 3.66 persen, kemudian menyusul sektor

pertanian naik 1.57 persen dan jasa naik 0.76 persen, sehingga dapat disimpulkan

bahwa peningkatan pengeluaran infrastruktur cukup menguntungkan bagi

peningkatan penyerapan tenaga kerja pertanian dibanding jasa.

Peningkatan pengeluaran infrastruktur membawa dampak pada

peningkatan physical capital (modal fisik) sebesar 53.79 persen. Peningkatan

modal fisik, tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja berdampak positif dalam

meningkatkan output daerah. Dalam hal peningkatan output, sektor industri

200

kembali paling besar mengalami peningkatan yaitu 14.25 persen, kemudian

menyusul sektor jasa naik 6.52 persen dan pertanian 5.02 persen. PDRB total

naik sebesar 4631.6 milyar rupiah atau naik 9.03 persen. PDRB per kapita naik

menjadi 0.00687 milyar rupiah atau naik 11.53 persen, dan disposable income

naik 8.9 persen.

Peningkatan output mendorong penerimaan pemerintah meningkat

menjadi 304.2 milyar rupiah per tahun atau naik 9.46 persen. Hal ini terjadi

sebagai akibat adanya peningkatan pajak menjadi sebesar 46.7761 milyar rupiah

atau naik 23.14 persen dan peningkatan penerimaan non pajak rata-rata naik

menjadi sebesar 257.4 milyar rupiah atau naik 7.29 persen.

Kenaikan output menyebabkan peningkatan total pengeluaran pemerintah

rata-rata menjadi 303.9 milyar rupiah atau naik 18.02 persen, pengeluaran

rumahtangga naik 2.06 persen, dan investasi naik 10.24 persen. Secara

keseluruhan dampak simulasi 5, yaitu peningkatan pengeluaran kesehatan sebesar

20 milyar rupiah dapat meningkatkan penerimaan pemerintah dan investasi naik

lebih tinggi dibanding peningkatan pengeluaran kesehatan. Hal ini cukup logis

karena infrastruktur yang baik akan mendorong investor meningkatkan

investasinya.

Peningkatan kinerja perekonomian berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu

meningkatkan pengeluaran per kapita penduduk sebesar 4.67 persen, menurunkan

ketimpangan pendapatan menjadi 0.2317 atau turun 1.45 persen, pengangguran

turun menjadi 24544 orang atau turun 24.86 persen dan kemiskinan turun

201

menjadi 80848 orang atau turun 21.13 persen. Berikut ini adalah hasil simulasi

6, yaitu peningkatan pengeluaran infrastuktur sebesar 20 milyar rupiah:

Tabel 56. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur Sebesar

20 Milyar Rupiah terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan

Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai

simulasi Perubahan

(%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.3471 4.05

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.0604 4.25

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.0413 3.38

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 173 229 1.57

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 118 111 3.66

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 169 558 0.76

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 460 898 1.79

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 652.8 53.79

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 892.5 5.02

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 762.7 14.25

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 1 976.4 6.52

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 631.6 9.03

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00687 11.53

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 584.8 8.90

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 46.7761 23.14

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 257.4 7.29

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 304.2 9.46

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 303.9 18.02

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 870.7 2.06

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 86.4162 10.24

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.7972 0.36

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.4043 1.43

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00113 3.67

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 24 544.1 -24.86

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2317 -1.45

POV (Kemiskinan), orang 102 503 80 848.2 -21.13

Dengan jumlah nominal yang sama, kebijakan peningkatan pengeluaran

kesehatan (lihat Tabel 43) memberikan hasil yang paling baik dalam peningkatan

202

human capital, produktivitas tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja dan output

sektor jasa, disposable income, konsumsi rumahtangga, pengeluaran per kapita

dan pengurangan kemiskinan. Sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran

infrastruktur (lihat Tabel 44) memberikan hasil yang paling baik dalam

peningkatan physical capital, penyerapan tenaga kerja pertanian dan industri,

output pertanian dan industri, PDRB per kapita, penerimaan pemerintah,

pengeluaran pemerintah, investasi, serta pengurangan pengangguran dan

ketimpangan pendapatan. Peningkatan pengeluaran infrastruktur (simulasi 6) lebih

banyak memberi dampak positif dalam meningkatkan kinerja perekonomian,

mengurangi pengangguran dan ketimpangan pendapatan dibanding pengaruhnya

dalam mengurangi kemiskinan. Sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran

pendidikan dan kesehatan lebih banyak memberi dampak positif dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (human capital, pengeluaran per kapita,

dan kemiskinan).

7.8. Simulasi Ketujuh : Dampak Pengeluaran Pemerintah untuk

Pendidikan Sebesar 20 Persen dari Belanja Daerah terhadap

Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar 20 persen dari

belanja daerah (simulasi 7) memberi dampak pada peningkatan kesehatan (angka

harapan hidup) menjadi 70.9 tahun atau naik 0.53 persen dan pendidikan (rata-

rata lama sekolah) naik menjadi 7.5 tahun atau naik 2.98 persen. Peningkatan

pendidikan masyarakat memberi dampak pada meningkatnya produktivitas

tenaga kerja semua sektor. Diantara kedua sektor lainnya, sektor industri

memperoleh dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar

yaitu naik sebesar 8.93 persen atau meningkat rata-rata menjadi sebesar 15.7358

203

juta rupiah per tenaga kerja per tahun, kemudian disusul produktivitas tenaga

kerja pertanian naik sebesar 8.42 persen atau menjadi 8.6973 juta rupiah per

tenaga kerja per tahun, dan jasa naik sebesar 7.52 persen atau naik rata-rata

menjadi 11.4831 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Dampak kebijakan ini

sebenarnya cukup menguntungkan bagi sektor pertanian, karena memberi

peningkatan yang hampir sama dengan sektor industri (terbesar kedua setelah

industri). Namun karena pertanian paling banyak menanggung beban tenaga kerja

dengan jumlah output yang paling kecil menyebabkan produktivitas tenaga kerja

pertanian menjadi paling rendah diantara dua sektor lainnya. Sebaliknya sektor

indutri paling banyak memperoleh dampak peningkatan dari kebijakan ini.

Dengan jumlah output yang lebih banyak dibanding pertanian dan jumlah tenaga

kerja paling sedikit, menyebabkan produktivitas tenaga kerja industri paling

tinggi dibanding dua sektor lainnya.

Peningkatan output sebagai dampak dari simulasi 7 mendorong terjadinya

peningkatan penerimaan pemerintah. Efek selanjutnya dapat mendorong

peningkatan investasi, dan pengeluaran infrastruktur. Peningkatan investasi dan

pengeluaran infrastruktur berpengaruh dalam meningkatkan modal fisik (physical

capital) meningkat rata-rata menjadi 1 149.5 milyar rupiah per tahun atau naik

sebesar 6.96 persen. Peningkatan output daerah berpengaruh dalam meningkatkan

penyerapan tenaga kerja dan sektor yang paling banyak menikmati manfaatnya

adalah sektor industri naik 3.37 persen, kemudian disusul sektor jasa naik sebesar

1.10 persen, dan pertanian sebesar 0.86 persen. Meskipun sektor industri paling

besar mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja, namun diantara sektor

lainnya paling sedikit dalam menyerap tenaga kerja. Jumlah Tenaga kerja setelah

204

dilakukan simulasi paling banyak terdapat di sektor pertanian sebanyak 172 011

tenaga kerja kemudian sektor jasa sebanyak 170 141 tenaga kerja dan terakhir

sektor industri sebanyak 117 780 tenaga kerja. Sektor jasa adalah sektor yang

paling banyak kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dipahami

karena tenaga kerja dari desa yang pindah ke perkotaan tidak dapat ditampung

secara berarti oleh sektor industri. Hal ini mengakibatkan terjadinya deformasi

struktural dalam bentuk meluasnya secara drastis sektor jasa dalam menyerap

tenaga kerja, yang diakibatkan oleh ketidaksanggupan sektor industri dalam

menyerap tanaga kerja secara masif, sehingga terjadilah penyerapan tenaga kerja

secara prematur oleh sektor jasa.

Peningkatan pendidikan, menyebabkan produktivitas tenaga kerja

meningkat. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan input produksi lain

menyebabkan output meningkat. Dalam hal peningkatan output, sektor yang

paling banyak mengalami peningkatan adalah sektor industri 13.09 persen,

kemudian disusul sektor jasa 9.50 persen, pertanian 2.74 persen, dan peningkatan

PDRB total sebesar 9.45 persen. Peningkatan PDRB total menyebabkan PDRB

per kapita meningkat 10.88 persen atau naik menjadi sebesar 0.00683 milyar

rupiah per tahun dan disposable income meningkat 9.3 persen atau naik menjadi

sebesar 4 601.5 milyar rupiah per tahun.

Peningkatan PDRB menyebabkan penerimaan pajak meningkat 26.62

persen, penerimaan non pajak naik 8.38 persen, dan total penerimaan pemerintah

naik menjadi sebesar 308.1 milyar rupiah per tahun atau naik 10.87 persen.

Peningkatan PDRB mendorong peningkatan pengeluaran pemerintah naik

sebesar 21.17 persen dan investasi naik 11.77 persen. Peningkatan PDRB juga

205

menyebabkan peningkatan disposable income dan mendorong rumahtangga

meningkatkan pengeluarannya menjadi 878.7 milyar rupiah per tahun atau naik 3

persen. Berikut ini adalah hasil dampak pengeluaran pendidikan 20 persen dari

belanja daerah terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat:

Tabel 57. Hasil Simulasi Dampak Pengeluaran Pendidikan Sebesar 20 Persen dari

Belanja Daerah terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.6973 8.42

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.7358 8.93

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.4831 7.52

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 172 011 0.86

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 117 780 3.37

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 170 141 1.10

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 459 932 1.58

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 149.5 6.96

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 873.1 2.74

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 744.8 13.09

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 2 031.7 9.50

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 649.6 9.45

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00683 10.88

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 601.5 9.30

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 48.0956 26.62

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 260 8.38

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 308.1 10.87

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 312 21.17

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 878.7 3.00

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 87.6176 11.77

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.9164 0.53

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.5173 2.98

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00113 3.67

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 25 509.9 -21.90

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.232 -1.32

POV (Kemiskinan), orang 102 503 77 041.2 -24.84

206

Peningkatan kinerja perekonomian membawa dampak positif bagi

peningkatan berbagai indikator kesejahteraan masyarakat, yang ditandai dengan

meningkatnya pengeluaran per kapita sebesar 3.67 persen, pengangguran turun

21.9 persen, ketimpangan pendapatan (indeks Gini) turun 1.32 persen, dan

kemiskinan turun 24.84 persen. Dari hasil ini mengisyaratkan bahwa pengeluaran

pendidikan 20 persen dari belanja daerah (sesuai amanat UU No 20, Tahun 2003)

selain berdampak positif dalam meningkatkan kinerja perekonomian juga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga tujuan pembangunan growth

and equity dapat tercapai secara simultan.

7.9. Simulasi Kedelapan: Dampak Pengeluaran Pemerintah untuk

Pendidikan 20 Persen dari Belanja Daerah dan Peningkatan

Pengeluaran Kesehatan Sebesar 10 Persen terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi gabungan peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar 20

persen dari belanja daerah dan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk

kesehatan sebesar 10 persen (simulasi 8) memberi dampak pada peningkatan

angka harapan hidup rata-rata menjadi 70.9 tahun atau naik 0.63 persen dan rata-

rata lama sekolah naik menjadi 7.5 tahun atau naik 3.24 persen. Peningkatan

pendidikan menyebabkan produktivitas tenaga kerja meningkat. Sektor industri

mempunyai dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar,

yaitu naik sebesar 9.72 persen, kemudian menyusul produktivitas tenaga kerja

pertanian naik 9.17 persen dan jasa naik 8.17 persen.

Peningkatan output menyebabkan perusahaan akan meningkatkan

kapasitas produksi dan membuat lapangan kerja bertambah, sehingga berdampak

terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Sama halnya simulasi lainnya,

207

sektor industri paling banyak mengalami peningkatan dalam menyerap tenaga

kerja yaitu sebesar 3.65 persen, kemudian menyusul sektor jasa naik 1.20 persen

dan pertanian naik 0.93 persen. Berikut ini adalah hasil simulasi dampak

pengeluaran pendidikan 20 persen dari belanja daerah dan peningkatan

pengeluaran kesehatan sebesar 10 persen terhadap perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat:

Tabel 58. Hasil Simulasi Dampak Pengeluaran Pendidikan 20 Persen dari Belanja

Daerah dan Peningkatan Pengeluaran Kesehatan Sebesar 10 Persen

terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.7572 9.17

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.8508 9.72

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.5531 8.17

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 172 136 0.93

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 118 104 3.65

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 170 301 1.20

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 460 541 1.71

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 154 7.38

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 875.1 2.98

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 761.8 14.19

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 2 046.9 10.32

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 683.8 10.26

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00689 11.85

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 635.1 10.09

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 48.7584 28.36

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 261.2 8.88

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 310 11.55

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 315.3 22.45

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 881 3.27

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 88.1843 12.50

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.9897 0.63

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.5361 3.24

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00114 4.59

208

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 24 900.9 -23.76

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2317 -1.45

POV (Kemiskinan), orang 102 503 74 715.6 -27.11

Peningkatan pengeluaran infrastruktur dan investasi membawa dampak

pada peningkatan physical capital naik sebesar 7.38 persen. Peningkatan modal

fisik, tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja berdampak positif dalam

meningkatkan output daerah. Dalam hal peningkatan output, sektor industri

kembali paling besar mengalami laju peningkatan yaitu 14.19 persen, kemudian

menyusul sektor jasa naik 10.32 persen dan pertanian 2.98 persen. PDRB total

naik sebesar 4 683.8 milyar rupiah atau naik 10.26 persen. PDRB per kapita

naik menjadi 0.00689 milyar rupiah atau naik 11.85 persen, dan disposable income

naik 10.09 persen.

Pada simulasi 8 peningkatan output akan mendorong penerimaan

pemerintah meningkat menjadi 310 milyar rupiah per tahun atau naik 11.55

persen. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya peningkatan pajak menjadi sebesar

48.7584 milyar rupiah atau naik 28.36 persen dan peningkatan penerimaan non

pajak rata-rata naik menjadi sebesar 261.2 milyar rupiah atau naik 8.88 persen.

Kenaikan penerimaan pemerintah menyebabkan peningkatan total

pengeluaran pemerintah rata-rata menjadi 315.3 milyar rupiah atau naik 22.45

persen, pengeluaran rumahtangga naik 3.27 persen, dan investasi naik 12.5

persen. Secara keseluruhan dampak simulasi 8, yaitu peningkatan pengeluaran

pendidikan 20 persen dari belanja daerah dan peningkatan pengeluaran kesehatan

sebesar 10 persen dapat meningkatkan kinerja perekonomian daerah.

Peningkatan kinerja perekonomian, berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu

209

meningkatnya pengeluaran per kapita sebesar 4.59 persen. Dampak berikutnya

adalah menurunkan ketimpangan pendapatan menjadi 0.2317 atau turun 1.45

persen, pengangguran turun menjadi 24 900 orang atau turun 23.76 persen dan

kemiskinan turun menjadi 74 715 orang atau turun 27.11 persen. Simulasi delapan

merupakan representasi dari peningkatan investasi SDM bila tanpa disertai adanya

peningkatan infrastruktur.

7.10. Simulasi Kesembilan: Dampak Pengeluaran Pemerintah untuk

Pendidikan 20 Persen dari Belanja Daerah dan Peningkatan

Pengeluaran Infrastruktur Sebesar 10 Persen terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Hasil simulasi gabungan antara peningkatan pengeluaran pendidikan

sebesar 20 persen dari belanja daerah dan peningkatan pengeluaran infrastruktur

sebesar 10 persen (simulasi 9) memberi dampak pada peningkatan angka harapan

hidup ( kesehatan) menjadi 70.9 tahun atau naik 0.64 persen dan pendidikan naik

menjadi 7.55 tahun atau naik 3.47 persen. Dampak peningkatan pengeluaran

pendidikan dan infrastruktur terhadap kinerja perekonomian pada simulasi 9 (dari

sisi supply), menyebabkan PDRB industri naik sebesar 15.69 persen, PDRB jasa

naik sebesar 11.02 persen, PDRB pertanian naik sebesar 3.66 persen, dan

peningkatan PDRB total sebesar 11.24 persen. PDRB per kapita naik sebesar

11.24 persen atau menjadi sebesar 0.00703 milyar rupiah per tahun, dan

disposable income naik sebesar 11.07 persen.

Dari sisi demand, dampak simulasi 9 mengakibatkan penerimaan

pemerintah dari pajak meningkat sebesar 30.94 persen, penerimaan non pajak

meningkat sebesar 9.63 persen, dan penerimaan pemerintah total naik sebesar 12.52

persen. Total pengeluaran pemerintah naik sebesar 24.5 persen, pengeluaran

210

rumahtangga naik sebesar 3.53 persen, dan investasi naik sebesar 13.54 persen.

Berikut ini adalah hasil simulasi pengeluaran pendidikan 20 persen dari belanja

daerah disertai peningkatan pengeluaran infrasruktur, dampaknya terhadap kinerja

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat:

Tabel 59. Hasil Simulasi Dampak Pengeluaran Pendidikan 20 Persen dari Belanja

Daerah dan Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur Sebesar 10 Persen

terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.8077 9.80

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.9362 10.31

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.5876 8.50

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 172 500 1.14

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 118 527 4.02

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 170 437 1.28

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 461 463 1.92

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 230.2 14.47

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 880.9 3.66

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1 784.9 15.69

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 2 059.8 11.02

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 725.7 11.24

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00703 14.12

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 676 11.07

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 49.7379 30.94

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 263 9.63

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 312.7 12.52

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 320.6 24.50

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 883.2 3.53

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 89.0053 13.54

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 70.9988 0.64

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.5531 3.47

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00115 5.50

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 23 978.4 -26.59

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2312 -1.66

POV (Kemiskinan), orang 102 503 69 529.5 -32.17

211

Untuk semua indikator kesejahteraan masyarakat, simulasi 9 memberi

hasil yang paling baik dibanding simulasi 8 dan 10, yaitu meningkatnya

pengeluaran per kapita menjadi sebesar 0.00115 milyar rupiah per tahun, atau

naik 5.5 persen. Dampak selanjutnya adalah menurunkan ketimpangan

pendapatan menjadi 0.2312 atau turun 1.66 persen, menurunkan jumlah

pengangguran menjadi sebesar 23 978 orang atau turun 26.59 persen dan

menurunkan jumlah kemiskinan menjadi sebesar 69 529 orang atau turun 32.17

persen.

Kebijakan gabungan peningkatan pengeluaran pendidikan dan

infrastruktur memberi hasil yang lebih baik dibanding kebijakan gabungan dalam

simulasi 8 (peningkatan pengeluaran pendidikan dan pengeluaran kesehatan).

Demikian juga bila dibandingkan dengan simulasi 10 (gabungan simulasi 7

disertai peningkatan kesehatan dan infrastruktur masing-masing sebesar 5 persen),

simulasi 9 memberi hasil yang paling baik. Oleh karenanya simulasi 9 (gabungan

peningkatan pengeluaran pendidikan 20 persen dari belanja daerah dan

peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 10 persen), direkomendasikan

untuk dipilih, karena memberikan hasil yang paling baik dibanding simulasi 8 dan

10 untuk hampir semua indikator kinerja perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat.

7.11. Simulasi Kesepuluh: Dampak Pengeluaran Pemerintah untuk

Pendidikan 20 Persen dari Belanja Daerah dan Peningkatan

Pengeluaran Kesehatan serta Pengeluaran Infrastruktur Masing-

masing Sebesar 5 Persen terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan

Masyarakat

Hasil simulasi gabungan peningkatan pengeluaran pendidikan 20 persen

dari belanja daerah serta peningkatan pengeluaran kesehatan dan infrastruktur

212

masing-masing sebesar 5 persen (simulasi 10) memberi dampak pada

peningkatan angka harapan hidup menjadi 71 tahun atau naik 0.66 persen dan

pendidikan naik menjadi 7.55 tahun atau naik 3.46 persen. Peningkatan

pendidikan menyebabkan produktivitas tenaga kerja meningkat. Sektor industri

mempunyai dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja yang paling besar,

yaitu naik sebesar 10.3 persen, kemudian menyusul produktivitas tenaga kerja

pertanian naik 9.78 persen dan jasa naik 8.48 persen. Dalam hal penyerapan

tenaga kerja, sektor industri paling banyak mengalami peningkatan yaitu sebesar

3.92 persen, kemudian menyusul sektor jasa naik 1.27 persen dan pertanian naik

1.09 persen. Terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja total sebesar 461 245

orang atau naik 1.87 persen.

Peningkatan pengeluaran infrastruktur dan investasi membawa dampak

pada peningkatan physical capital naik sebesar 12.32 persen. Peningkatan modal

fisik, tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja berdampak positif dalam

meningkatkan output daerah. Dalam hal peningkatan output, sektor industri

kembali paling besar mengalami peningkatan yaitu 15.31 persen, kemudian

menyusul sektor jasa naik 10.91 persen dan pertanian 3.51 persen. PDRB total

naik sebesar 4 716.4 milyar rupiah atau naik 11.02 persen. PDRB per kapita

naik menjadi 0.00701 milyar rupiah atau naik 13.8 persen, dan disposable income

naik 10.85 persen.

Peningkatan output berdampak pada peningkatan penerimaan pajak dan

non pajak. Pajak meningkat sebesar 30 persen dan penerimaan non pajak

meningkat sebesar 9.3 persen, sehingga total penerimaan pemerintah naik sebesar

12.13 persen. Berikut ini adalah hasil simulasi pengeluaran pendidikan 20 persen

213

dari belanja daerah disertai dengan peningkatan pengeluaran kesehatan dan

infrastruktur masing-masing sebesar 5 persen terhadap perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat:

Tabel 60. Hasil Simulasi Dampak Pengeluaran Pendidikan 20 Persen dari Belanja

Daerah dan Peningkatan Pengeluaran Kesehatan serta Pengeluaran

Infrastruktur Masing-masing Sebesar 5 Persen terhadap Perekonomian

dan Kesejahteraan Masyarakat

Variabel endogen

Nilai dasar

Nilai simulasi

Perubahan (%)

1. Perekonomian

PRODVA (Produktivitas pert), juta rp/tk/ tahun 8.0219 8.8063 9.78

PRODVI (Produktivitas industri), juta rp/tk/tahun 14.4462 15.9339 10.30

PRODVS (Produktivitas jasa), juta rp/tk/ tahun 10.6801 11.5861 8.48

PTKA (Tenaga kerja pertanian), orang 170 549 172 415 1.09

PTKI (Tenaga kerja industri), orang 113 944 118 415 3.92

PTKS (Tenaga kerja jasa), orang 168 286 170 415 1.27

PTK (Total penyerapan tenaga kerja), orang 452 779 461 245 1.87

PC (Physical capital), milyar rp/ tahun 1 074.7 1 207.1 12.32

PDRBA (PDRB pertanian), milyar rp/ tahun 849.8 879.6 3.51

PDRBI (PDRB industri), milyar rp/ tahun 1 542.8 1779 15.31

PDRBS (PDRB jasa), milyar rp/ tahun 1 855.4 2 057.8 10.91

PDRB (Total PDRB), milyar rp/ tahun 4 248.1 4 716.4 11.02

YCAP (Pendapatan per kapita), milyar rp/ tahun 0.00616 0.00701 13.80

YD (Disposable income), milyar rp/tahun 4 210.1 4 667 10.85

TAX (Penerimaan pajak), milyar rp/tahun 37.9852 49.4017 30.06

NTAX (Penerimaan non pajak), milyar rp/tahun 239.9 262.2 9.30

PENPEM (Penerimaan pem), milyar rp/ tahun 277.9 311.6 12.13

TPP (Total Pengeluaran pem), milyar rp/ tahun 257.5 318.6 23.73

TPR (Total Pengeluaran rt), milyar rp/ tahun 853.1 882.9 3.49

INV (Investasi), milyar rp/ tahun 78.3885 88.6729 13.12

2. Kesejahteraan masyarakat

HEAL (Kesehatan), tahun 70.5444 71.0088 0.66

EDU (Pendidikan), tahun 7.2999 7.5523 3.46

PCAP (Pengeluaran per kapita), milyar rp/tahun 0.00109 0.00115 5.50

UNEMP (Pengangguran), orang 32 662.5 24 197.1 -25.92

GINI (Indeks Gini) 0.2351 0.2313 -1.62

POV (Kemiskinan), orang 102 503 69 988.5 -31.72

214

Kenaikan penerimaan pemerintah menyebabkan peningkatan total

pengeluaran pemerintah rata-rata menjadi 318.6 milyar rupiah atau naik 23.73

persen, pengeluaran rumahtangga naik 3.49 persen, dan investasi naik 13.12

persen. Dampak simulasi 10 secara keseluruhan dapat meningkatkan kinerja

perekonomian daerah.

Peningkatan kinerja perekonomian berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu

meningkatnya pengeluaran per kapita sebesar 5.5 persen. Dampak berikutnya

adalah menurunkan ketimpangan pendapatan menjadi 0.2313 atau turun 1.62

persen, pengangguran turun menjadi 24197 orang atau turun 25.92 persen dan

kemiskinan turun menjadi 69 988 orang atau turun 31.72 persen.

Dibanding simulasi 8 (gabungan simulasi 7 dan peningkatan pengeluaran

kesehatan sebesar 10 persen), simulasi 10 (gabungan simulasi 7 disertai

peningkatan kesehatan dan infrastruktur masing-masing sebesar 5 persen)

memberikan hasil yang lebih baik untuk semua indikator kinerja perekonomian

dan kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan merupakan dua tujuan

yang dapat dicapai secara bersamaan. Pendapatan masyarakat yang rendah dan

distribusi pendapatan tidak merata menghasilkan kemiskinan absolut yang parah.

Pertumbuhan ekonomi penting untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat,

namun pertumbuhan bukan akhir dari pembangunan manusia. Pertumbuhan

merupakan salah satu alat untuk memperbaiki kapabilitas manusia. Kebijakan

pengeluaran pemerintah untuk peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu

solusi untuk menjawab tuntutan pembangunan seutuhnya. Pembangunan yang

215

tidak hanya sekedar mengejar pertumbuhan ekonomi tetapi juga pembangunan

manusia seutuhnya.

Pertumbuhan ekonomi hanya akan menghasilkan perbaikan distribusi

pendapatan dan kesejahteraan bila memenuhi setidaknya dua syarat, yaitu

memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas. Dengan

meluasnya kesempatan kerja, akses rakyat untuk memperoleh penghasilan makin

besar. Dalam jangka panjang, kesempatan kerja yang tersedia memaksa orang

untuk menentukan spesialisasi, yang akan meningkatkan produktivitas.

Meningkatnya produktivitas, maka uang yang dihasilkan untuk jam kerja yang

sama akan lebih besar. Uang tersebut digunakan untuk memperbaiki kualitas

SDM generasi berikutnya. Begitu seterusnya, sehingga dalam beberapa generasi

kemudian, distribusi pendapatan makin membaik serta kesejahteraan makin

meningkat (Papanek dan Oldrich, 1986). Hasil studi ini sejalan dengan pendapat

Ramirez et al. (1998), bahwa terdapat hubungan positif antara pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan yang diukur dengan pembangunan manusia (human

development). Investasi dalam modal manusia harus diberikan secara merata dan

efisien, sehingga dampak potensialnya terhadap pendapatan dapat diwujudkan,

karena distribusi pendidikan dan kesehatan adalah sama pentingnya dengan

distribusi pendapatan.

Era globalisasi dan otonomi daerah sangat membutuhkan SDM yang

mempunyai daya saing, daya tangkal yang kuat, kemampuan penguasaan iptek

yang handal, keimanan, etos kerja, daya juang, tanggung jawab kemasyarakatan,

dan kebangsaan yang tinggi. Semuanya hanya dapat terjadi bila ada partisipasi,

216

kerja sama, dan komitmen yang tinggi dari seluruh stakeholder pembangunan

dalam meningkatkan kualitas SDM.