dampak fasilitator masyarakat pada program perbaikan gizi …

158
i DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERHADAP STATUS GIZI BADUTA DI KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011 Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat Disusun dan diajukan oleh : HASRUDDIN Kepada PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

i

DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TERHADAP STATUS GIZI BADUTA DI KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh :

HASRUDDIN

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

Page 2: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

ii

DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TERHADAP STATUS GIZI BADUTA DI KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

IMPACT Of Community Facilitators (CF) On Nutrition Improvement Program Through Community Empowerment Towards Nutrition

Status Of Under Two Years Old Babies At Jeneponto Regency South Sulawesi Province In 2011

HASRUDDIN

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

Page 3: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

iii

Page 4: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Hasruddin Nim : P 180 320 7508 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Gizi Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar – benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pemikiran orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, Mei 2012

Hasruddin

Page 5: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulir panjatkan khadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai

salah satu syarat penyelesaian pendidikan pada program studi Gizi Kesehatan

Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, motovasi, dan

semangat dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

penulisan tesis ini, maka tesis ini tidak akan terselesaikan sebagaimana adanya

sekarang.

Penyusunan tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, tanpa

bimbingan dan arahan dari penasehat kami. Oleh karena itu pada kesempatan ini

izinkanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya

kepada Ibu Dr.Nurhaedar Jafar.,Apt.,M.Kes selaku Ketua Komisi Penasihat dan

Bapak Dr. dr.Burhanuddin Bahar.,MS selaku anggota Komisi Penasihat atas

bantuan dan bimbingan yang telah dicurahkan, mulai dari pengembangan ide awal

sampai seleasainya penulisan tesis ini.

Pada kesesmpatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

Page 6: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

vi

1. Rektor dan Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin yang

telah memberikan kesempatan pada penulis untuk bisa melanjutkan

pendidikan sampai ke jenjang Pascasarjana.

2. Bapak Dr.dr. Noer Bachry Noor., M.Sc, selaku ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat serta staffnya yang telah memberikan banyak bantuan

bagi penulis demi kelancaran penelitian ini

3. Bapak Dr. dr.Burhanuddin Bahar.,MS, selaku ketua Konsentrasi Gizi dan

seluruh dosen Program Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan

begitu banyak ilmu kepada penulis selama penulis dalam proses perkuliahan.

4. Tim Penguji Tesis : Prof.Dr.dr. Veny Hadju, Phd, Prof.Dr. Faisal Attamimi

dan DR. Saifuddin Sirajuddin, MS atas segala masukan dan saran yang

diberikan kepada penulis.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto dr. H. Alim Alwi, M.Kes,

yang telah memberikan kesempatan pada penulis melanjutkan pendidikan ke

program pascasarjana

6. Bupati Jeneponto dan jajarannya yang telah memberikan izin melanjutkan

pendidikan dan penelitian..

7. Rekan DPIU NICE Proyek Jeneponto, Haerullah Lodji dan H. Arifin serta

rekan – rekan PPCU propinsi Sulawesi – selatan Pak Ahmad, Pak Herman

dan Pak Agus windiarso yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam

penelitian kami

8. Kepala seksi gizi beserta stafnya atas bantuannya memberikan data data yang

kami butuhkan.

Page 7: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

vii

9. Para staf kami di Puskesmas Binamu kota atas pengertian dan kerjasamanya.

10. Teman – teman seperjuangan dalam menuntut ilmu di konsentrasi Gizi

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Unhas tidak sempat

penulis sebutkan satu persatu dan telah lebih dahulu menyelesaikan

pendidikannya, atas kerjasamanya dalam suka maupun duka.

11. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu - perssatu, atas segala

bantuannya sejak penulis mulai menuntut ilmu hingga menyelesaikan

penyusunan hasil penelitian ini, semoga segala yang telah diberikan bernilai

ibadah dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Akhirnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan

khusus kepada orang tua saya yang telah memelihara saya sejak kecil dengan

penuh kasih sayang sehingga saya tumbuh seperti sekarang ini. Ucapan terima

kasih yang tak terhingga pula penulis sampaikan khusus kepada istri tercinta

Kasmayanti, dan anak – anakku yang sangat saya banggakan Muh Yusuf dan

Ahmad Syaqib, atas kebersamaan, kesabaran, keikhlasan, pengertian dan

dukungannya selama ini. Demikian pula halnya kepada saudara – saudaraku

tercinta, kedua mertua dan adik iparku dan keluarga lainnya yang tidak sempat

disebutkan satu persatu yang telah mendukung perjuangan selama ini. Semoga

amal kebaikan mereka dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Walaupun tesis ini disusun dengan mencurahkan segala pikiran dan tenaga

yang penulis miliki secara maksimal, namun penulis tetap menyadari akan adanya

keterbatasan sebagai manusia biasa sehingga penulisan tesis ini tentunya masih

sangat jauh dari kesempurnaan baik materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu

Page 8: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

viii

dengan penuh kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan dan saran

demi penyempurnaan tesis ini.

Page 9: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

ix

Page 10: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

x

Page 11: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................. ix

ABSTRACT ........................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN. ................................................................... 01

A. Latar Belakang................................................................... 01

B. Rumusan Masalah ............................................................... 08

C. Tujuan Penelitian. ............................................................... 08

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 09

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. .......................................................... 10

A. Evaluasi Dampak Pendampingan ........................................ 10

B. Program Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat ............................................................... .......... 17

C. Fasilitator Masyarakat. ........................................................ 29

D. Status Gizi. ......................................................................... 37

E. Kerangka Teori . ................................................................. 46

F. Kerangka Konsep . .............................................................. 47

G. Definisi Operasional ........................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 52

A. Desain Penelitian. .............................................................. 52

B. Lokasi Penelitian................................................................ 52

Page 12: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

xii

C. Populasi dan Sampel .......................................................... 52

D. Jenis dan cara Pengumpulan Data ...................................... 53

E. Kontrol Kualitas ................................................................. 53

F. Teknik Analisa Data .......................................................... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHANASAN .......................................... 56

A. Kareakteristik Desa Binaan NICE ....................................... 56

B. Kinerja Fasilitator Masyarakat ............................................ 59

C. Prevalensi Status Gizi Kurang ............................................. 83

D. Dampak Kegiatan Pendampingan. ...................................... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ................................................ 101

A. Kesimpulan......................................................................... 101

B. Saran. .................................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Karakteristik Desa/kelurahan Binaan....................................... 57 Tabel 2 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Input ........................................................................ 60 Tabel 3 Distribusi Kinerja Proses Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

Indikator Pelaksanaan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant ................................................................................... 63

Tabel 4 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

pembuatan proposal ................................................................ 64 Tabel 5 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Fasilitasi penyusunan rencana kerja PGM ................ 66 Tabel 6 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator laporan keuangan dan kegiatan KGM ....................... 67 Tabel 7 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Penyuluhan dan konsultasi gizi................................. 69 Tabel 8 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu 70 Tabel 9 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator pemberian paket intervensi gizi ................................ 71 Tabel 10 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator pelayanan gizi .......................................................... 72 Tabel 11 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Inisiator Rapat/Pertemuan ........................................ 73 Tabel 12 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Evaluasi PGM .......................................................... 75 Tabel 13 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Koordinasi Dengan Pemangku Kepentingan ............. 76 Tabel 14 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan

indikator Kunjungan Rumah ................................................... 78

Page 14: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

xiv

Tabel 15 Hubungan indikator kinerja input dan proses ........................... 79 Tabel 16 Perubahan Parameter menurut Indikator Output Sebelum dan

Setelah Intervensi ................................................................... 84 Tabel 17 Hasil Analisis Korelasi Spearman Kinerja Fasilitator

Masyarakat dengan Prevalensi Gizi Kurang ............................ 86

Page 15: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Persentase Kader Aktif, Keberhasilan Program dan Partisipasi

Masyarakat ............................................................................ 58

Gambar 2 Prevalensi Gizi Kurang di Desa Binaan NICE ........................ 83

Page 16: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Penilaian Indikator Kinerja Fasilitator Masyarakat (FM)

Lampiran 2 Pedoman Penilaian FM Oleh KGM

Lampiran 3 Data Umum Desa Nice

Lampiran 4 Hasil Analisis Data

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Page 17: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, dan

terbukti menghambat pertumbuhan ekonomi, berkaitan erat dengan tingginya

angka kematian ibu, bayi dan balita, rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat

pada rendahnya produktifitas, pengangguran dan kemiskinan. Hal ini mendasari

masalah Gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian Millenium

Development Goals.

Secara nasional pada tahun 2005 terdapat 100 juta penduduk Indonesia

mengalami berbagai jenis masalah gizi (Gizi dalam angka 2005). Sekitar 1,7 juta

bayi dan anak balita menderita gizi buruk. Anemia Gizi Besi (AGB) masih

diderita pada sekitar 1,9 juta ibu hamil dan 8,8 juta pada kelompok balita. KVA

juga masih merupakan masalah karena 11 juta balita memiliki serum retinol yang

rendah (< 20 µg/dl). (Gizi dalam angka 2005)

Gangguan Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi

utama di Indonesia. Hal ini ditandai sekitar 73 kabupaten/kota merupakan daerah

endemis sedang dan berat serta sekitar 40 juta penduduk tinggal di daerah rawan

GAKY.

Masalah gizi disebabkan faktor-faktor ketersediaan pangan dalam rumah tangga,

asuhan gizi keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Pada saat

ini, 50% rumah tangga masih mengalami kekurangan konsumsi pangan dengan

Page 18: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

2

rata-rata asupan kalori dibawah kecukupan sehari-hari (<2100 K.kal). Hal ini

diperberat dengan asuhan gizi keluarga yang belum mendukung seperti praktik

menyusui eksklusif masih rendah sekali (7,8%), balita ditimbang di Posyandu

masih rendah (43%), keluarga mengkonsumsi garam beryodium dengan kualitas

cukup masih rendah (73%), dan keluarga makan belum beraneka ragam. (Gizi

dalam angka 2005)

Akses pelayanan kesehatan, baik pelayanan dasar maupun rujukan, belum

menjangkau seluruh masyarakat terutama kelompok penduduk miskin. Cakupan

suplementasi kapsul vitamin A pada anak balita masih rendah (60%), cakupan

distribusi tablet besi pada ibu hamil juga masih rendah (60%), cakupan

suplementasi kapsul vitamin A pada ibu nifas masih sangat rendah (45%). Belum

semua Puskesmas dan Rumas Sakit mampu menyediakan pelayanan gizi yang

berkualitas seperti; konseling gizi, konseling menyusui dan tatalaksana gizi buruk.

(Gizi dalam angka 2005)

Hal-hal tersebut diatas antara lain dipengaruhi oleh menurunnya dukungan

Pemerintah Daerah terhadap program perbaikan gizi di era otonomi daerah,

aktivitas posyandu yang menurun, sistem surveilans gizi yang tidak jalan,

terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga ahli gizi puskesmas, keterbatasan sarana

dan prasarana penunjang pelayanan gizi termasuk biaya operasional.

Hanya 50% dari seluruh penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air

minum (Susenas, 2002). Di area perdesaan angka ini bahkan lebih rendah yaitu

hanya 41%. Baru 10 kota di Indonesia yang memiliki jaringan air limbah dengan

tingkat pelayanan sekitar 1,3% dari seluruh jumlah populasi. Sedangkan di daerah

Page 19: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

3

perdesaan dilaporkan 52% penduduk yang memiliki akses sanitasi dasar, angka ini

diperkirakan lebih rendah karena data ini tidak mencantumkan kepemilikan sarana

dan bagaimana standar teknis dan kesehatannya. (Gizi dalam angka 2005)

Terkait dengan permasalahan di atas maka diperlukan suatu upaya terobosan

yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk mengatasi masalah tersebut di atas.

Upaya yang akan dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat baik di

perdesaan maupun di perkotaan. Untuk ini akan dilaksanakan Proyek Perbaikan

Gizi melalui Pemberdayaan Masyarakat (NICE) dengan fokus pada penguatan

kelembagaan, penyelenggaraan pelayanan gizi terintegrasi, pemberdayaan gizi

masyarakat, perluasan program fortifikasi dan komunikasi gizi.Penyebab status

gizi kurang dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung.

Kajian terhadap penyebab naiknya gizi kurang dan gizi buruk di Sulsel

antara tahun 2007 ke tahun 2010 tidak linier dengan program kesehatan gratis

yang telah dicanangkan pemerintah Sulsel dan juga gambaran kenaikan

pendapatan perkapita tahun 2010. Pendapatan per kapita masyarakat Sulawesi

Selatan Rp 13 juta. Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sulawesi Selatan tahun

2011 merupakan kelima terbesar di Indonesia (Prop Sulsel. Go.id)

Propinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu 2004 sd 2006 telah memiliki

program pemberdayaan gizi masyarakat dengan dirintisnya program tenaga gizi

pendamping (TGP) khususnya terkonsentrasi pada kecamatan gerbang taskin di

Sulsel. Hasil evaluasi program pendampingan cukup menggembirakan dengan

penempatan ahli gizi madya di tingkat desa sebagai tenaga gizi pendamping

Page 20: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

4

(TGP)masyarakat dengan label asuhan gizi keluarga. Cakupan kapsul vitamin A,

cakupan garam beryodium dan partisipasi masyarakat (D/S) meningkat pada awal

dan akhir kegiatan pendampingan gizi. Cakupan vitamin A meningkat dari

83.67% menjadi 100%, keluarga yang menggunakan garam beryodium meningkat

dari 49.88% menjadi 64.49%, dan kunjungan balita ke posyandu (D/S) meningkat

dari 44.7% menjadi 78.1%. Program pendampingan gizi dapat menurunkan angka

gizi kurang dan gizi buruk, yaitu gizi kurang dari 26.97 menjadi 11.6% dan gizi

buruk dari 2.29% menjadi 0.7%. Kontribusi pendampingan sangat korelasi dengan

penurunan gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2007 sesuai dengan publikasi

riset kesehatan dasar tahun 2007. (Ismail A, 2008)

Hasil studi pendampingan gizi dengan model tungku (hearth) di Haiti

membuktikan bahwa setiap tahun dapat diturunkan prevalensi kurang gizi sebesar

10,9% (intervensi), 6,9% (pembanding) dalam waktu 1 tahun sedangkan pada

studi Dobusson at.all (1994) mampu menurunkan 30,6% (intervensi) dan tidak

mengalami penurunan pada kelompok pembanding dalam jangka waktu 3 tahun.

Sirajuddin (2007) dalam hasil penelitiannya tentang penerapan model tungku

dalam pendampingan gizi di Kabupaten Selayar Sulawesi Selatan tahun 2006

melaporkan bahwa penerapan model tungku mampu meningkatkan status

pertumbuhan kelompok intervensi sebesar 28.6%, meskipun peningkatannya tidak

mampu menyamai status pertumbuhan kelompok pembanding (42.4%). Program

pendampingan keluarga di Kabupaten Selayar tersebut mampu meningkatkan

asupan zat gizi balita, sekaligus menggambarkan adanya perbaikan pola

Page 21: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

5

pengasuhan gizi pada kelompok intervensi setelah dilakukan pendampingan

selama 3 bulan.

Ismail (2008) melakukan studi evaluasi penempatan Tenaga Gizi

Pendamping (TGP) di tingkat desa yang berada di kecamatan Gerakan

Pembangunan dan Pengentasan Kemiskinan (Gerbang Taskin). Pada tahun 2005

program ini hanya meliputi 5 lima kabupaten kemudian dikembangkan di 10

kabupaten pada tahun 2006. Pada tahun 2007 program gizi pendamping meliputi

semua kabupaten/kota kecuali Selayar dan Makassar. Hasil evaluasi program

pendampingan gizi dapat menurunkan angka gizi kurang dan gizi buruk, yaitu gizi

kurang dari 26.97 menjadi 11.6% dan gizi buruk dari 2.29% menjadi 0.7%.

Program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat ada sejak

tahun 2007 di 6 propinsi dan 24 kabupaten/kota, sedang untuk Sulawesi selatan

ada di empat Kabupaten/kota (Jeneponto, Maros, Makassar dan Pangkep) dengan

nama Nutrition Inprovement through Community Empowerment (NICE) Project.

NICE adalah sebuah program pemberdayaan masyarakat dengan sumberdaya dan

potensinya dapat mengenali, mencegah dan mengatasi masalah gizi dan kesehatan

yang dihadapinya. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan

anak sekolah terutama keluarga miskin. Unsur pokok kegiatan NICE adalah

Pemberdayaan gizi masyarakat yang terdiri dari paket gizi masyarakat (PGM),

kelompok Gizi Masyarakat (KGM) dan Fasilitator Masyarakat (FM).

Program pemberdayaan gizi masyarakat yang telah dilakukan dalam

periode 2007 sampai saai ini (2011) adalah NICE Project. Salah satu kabupaten

yang menjadi area NICE adalah Kabupaten Jeneponto. Hasil baseline data di

Page 22: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

6

Kabupaten Jeneponto dalam rangka studi evaluasi implementasi pemberdayaan

masyarakat melalui project NICE dengan 200 sampel rumah tangga diketahui

bahwa status gizi balita (BB/U) adalah gizi buruk dan gizi kurang masing masing

10,6%, 19,8%, status gizi menurut indeks TB/U adalah sangat pendek dan pendek

masing masing 23,5% dan 23%. Status Gizi menurut indeks BB/TB adalah sangat

kurus dan kurus masing masing 6.9% dan 12%.

Proporsi balita yang menimbang di Posyandu tiga kali dalam enam bulan

terakhir adalah 67.3% sedangkan di seluruh kabupaten NICE adalah 69.9%.

Persentase ibu yang masih menyusui di Kabupaten Jeneponto adalah 87.5%

sedangkan di Kabupaten Kontrol 85.1%. Alasan memberikan makanan lain yang

tepat di kabupaten Jeneponto hanya 36% sedangkan di kabupaten kontrol 60.5%.

Pola konsumsi makanan ibu hamil yang baik adalah 17.3% sedangkan kontrol

32.7%. Konsumsi garam beriodium adalah 24.5% sedang Kontrol 91.5%.

Konsumsi suplemen vitamin A dua kali setahun adalah 87,9% sedangkan kontrol

87%. Data diatas membuktikan bahwa tidak semua parameter kinerja perbaikan

gizi menunjukkan proporsi yang lebih baik daerah NICE dengan daerah kontrol.

Jawaban atas penyebab hasil yang bervariasi atas beberapa parameter perbaikan

gizi memerlukan kajian yang sistematis dan cermat. (Depkes, 2010)

Dari data diatas terlihat bahwa masih begitu banyak masalah gizi dan

kesehatan yang di alami oleh bangsa ini sehingga diperlukan suatu upaya

terobosan yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk mengatasi masalah tersebut

di atas. Upaya yang dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui

Page 23: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

7

pemberdayaan masyarakat (NICE). Salah satu propinsi yang memperoleh program

tersebut adalah Sulawesi Selatan dan salah satu kabupatennya adalah Jeneponto.

Program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat di kab.

Jeneponto ada sejak tahun 2008 namun pelaksanaannya efektif berjalan sejak

bulan april 2009 dengan direkrutnya Fasilitator Masyarakat, namun program

tersebut belum memperlihatkan hasil yang di inginkan berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh Depkes tahun 2010 yaitu untuk kabupaten jeneponto prevalensi

gizi buruk dan kurang berdasarkan indeks BB/U adalah 10,6% dan 19,8%

sedangkan status gizi kurus dan sangat kurus berdasarkan indeks BB/TB adalah

12% dan 6,9%.

Hal ini masih jauh dari tujuan yang diharapkan pada program ini yaitu

meningkatkan status gizi balita, ibu hamil dan ibu menyusui terutama keluarga

miskin. Dan dampak yang di harapkan dalam program ini yaitu (1). Prevalensi

gizi kurang BB/U setinggi tingginya 20%. (2) Prevalensi Balita Gizi kurus

BB/TB,PB setinggi tingginya 5%. (3). Prevalensi anemia Bumil 30% (4)

Prevalensi anemia balita 35%. Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian kinerja

Fasilitator masyarakat terkait input dan proses serta dampak fasilitator

masyarakat pada program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat

karena sampai saat ini belum pernah dilakukan studi terhadapkinerja fasilitator

masyarakat pada program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat di

Kabupaten Jeneponto.

Page 24: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

8

B. Rumusan Masalah Penelitian.

Berdasarkan hal tersebut diatas makarumusan masalahnya adalah:

Bagaimana dampak kegiatan fasilitator masyarakat pada program perbaikan gizi

melalui pemberdayaan masyarakat terhadap status gizi baduta di desa binaan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

dampak kegiatan fasilitator masyarakat terhadap perbaikan status gizi masyarakat

di Kabupaten Jeneponto.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya informasi kinerja fasilitator masyarakat (input, proses, output)

disetiap desa dalam wilayah kerja pendampingan di Kabupaten Jeneponto

b. Diketahuinya informasi prevalensi status gizi masyarakat di setiap desa

dalam wilayah kerja pendampingan di Kabupaten Jeneponto

c. Diketahuinya dampak kegiatan pendampingan terhadap perbaikan status

gizi masyarakat desa di Kabupaten Jeneponto.

Page 25: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

9

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kepentingan Pengembangan Program Gizi

a. Sebagai bahan kajian Dirjen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI

(Gizi Makro) terhadap pengembangan model pendampingan

sebagaimana dituangkan dalam Rencana Pencegahan dan

Penanggulangan Gizi Buruk di Indonesia.

b. Sebagai masukan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dalam

menindaklanjuti pengembangan model pendamping sebagai salah

satu model intervensi gizi berkelanjutan.

c. Sebagai sebuah studi efektivitas pengembangan dalam

pemberdayaan gizi masyarakat di Propinsi Sulawesi Selatan.

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

a. Menguji hipotesis bahwa pemdekatan perbaikan gizi dengan model

pendampingan,mampu meningkatkan status gizi balita

b. Menjadi bahan informasi ilmiah terhadap pengembangan model

pendampingdalam bidang gizi dan kesehatan di Indonesia

Page 26: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Dampak Pendampingan

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur dan memberi nilai secara

objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan terlebih dahulu.

Diharapkan hasil-hasil penilaian akan dapat dimanfaatkan untuk mencapai umpan

balik bagi perencanaan kembali. Dalam tahap penilaian pihak penilai

membuktikan, mengukur, dan memverifikasi secara objektif apa yang telah

direncanakan, diproyeksikan, dan diramalkan oleh pihak perencana. Dengan

demikian keberhasilan rencana kegiatan, rencana program dan rencana pelayanan

kesehatan hanya dapat dibuktikan melalui suatu evaluasi (Maidin MA, 1999).

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang

sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih

diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila

dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh (Umar H, 2003).

Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi adalah ”proses bersistem dan

objektif yang menganalisa sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi atau

pekerjaan”. Levey (1973) mengatakan: ”To evaluated is to make a value jadment,

it involves comparing, something with another and then making either choice or

action decision”.

Page 27: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

11

Secara ekplisit, pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukkan

tahap-tahap di dalam suatu siklus program, yang secara umum dapat dibagi tiga

kategori, yaitu (1) evaluasi pada tahap perencanaan (input), (2) evaluasi pada

tahap pelaksanaan (process) dan (3) evaluasi pada tahap akhir pelaksanaan

(output).

1. Evaluasi pada tahap perencanaan (input)

Kata evaluasi sering digunakan pada tahap perencanaan dalam rangka

mencoba dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan

kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh para perencana.

Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-

metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama setiap

keadaan, melainkan berbeda-beda menurut hakekat dari permasalahannya sendiri.

2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (process)

Evaluasi pada tahap pelaksanaan ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan rencana.

Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring

atau pengendalian. Monitoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai

sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai

tujuan tersebut. Monitoring melihat apakah pelaksanaan program sudah sesuai

rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan.

Sebaliknya evaluasi melihat sejauhmana proyek masih tetap dapat mencapai

tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah, atau dengan kata lain, apakah

Page 28: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

12

pencapai hasil program tersebut akan memecahkan masalah yang ingin pecahkan.

Evaluasi ini juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi

keberhasilan proyek baik yang membantu maupun yang menghambat.

Evaluasi proses dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. apa yang sudah dilakukan

b. apakah sudah sesuai dengan rencana dan strategi yang dikembangkan, yaitu:

- kepada siapa

- oleh siapa

- kepada berapa banyak target sasaran

- berapa kali

- untuk berapa lama

- bagaimana caranya

- kapan

- dimana

Evaluasi proses sebenarnya juga serupa dengan monitoring proses.

Evaluasi proses memberikan informasi apakah program menjangkau terget

sasaran. Ia juga memberikan informasi tentang keputusan-keputusan yang sudah

dibuat hingga masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki kekeliruan kecil

yang dibuat, sebelum kesalahan tersebut menjadi kesalahan yang lebih besar.

Evaluasi proses juga memberikan informasi tentang cara yang paling efektif dan

efisien melancarkan intervensi (Mantra IB, ).

Page 29: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

13

3. Evaluasi pada tahap akhir pelaksanaan (output)

Pengertian evaluasi pada tahap akhir pelaksanaan ini hampir sama dengan

evaluasi pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaaanya yang dinilai dan dianalisa

bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan rencana,

melainkan hasil pelaksanaan dibandingkan dengan rencana, yaitu apakah dampak

yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai.

Perencanaan programVenugopal (Mardikanto,1993) mendefinisikan

perencanaan program sebagai suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat

dalam upaya untuk merumuskan masalah (keadaan-keadaan yang belum

memuaskan) dan upaya pemecahan yang mungkin dapat dilakukan demi

tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Pendapat yang hampir sama

dikemukakan oleh Mueller (Mardikanto,1993) yang mengartikan perencanaan

program sebagai upaya sadar yang dirancang atau dirumuskan guna tercapainya

tujuan (Kebutuhan, keinginan, minat) masyarakat, untuk siapa program tersebut

ditujukan.

Perencanaan adalah salah satu fungsi dari siklus manajemen program.

Perencanaan adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan segala macam metoda

sedetail mungkin diformulasikan sebelumnya tentang apa yang akan dicapai,

berapa, dimana, bilaman dan oleh siapa (Aji FB, Sirait SM, 1990).

Perencanaan merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan dan

perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang, baik

Page 30: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

14

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengelolaan logistik,

pengorganisasian, maupun pengendalian logistik (Dwianta L, Sumarto RH, 2004).

Menurut Newman, perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang

akan dikerjakan. Pada umumnya suatu rencana yang baik memuat enam unsur

yaitu: tha what, the why, the where, the when, the who, the how. Jadi suatu

rencana yang baik harus memberikan jawaban kepada enam pertanyaan berikut:

1) tindakan apa yang harus dilakukan

2) apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan

3) dimana tindakan itu harus dikerjakan

4) kapan tindakan itu dilaksanakan

5) siapa yang akan mengerjakan

6) bagaimana caranya melaksanakan tindakan itu

Dalam kaitan perencanaan program ini Martinez (Mardikanto, 1993)

mengungkapkan bahwa perencanaan program merupakan upaya perumusan,

pengembangan, dan pelaksanaan program-program. Perencanaan program

merupakan suatu proses yang berkelanjutan, melalui semua warga masyarakat,

penyuluh dan para ilmuwan memusatkan pengetahuan dan keputusan-keputusan

dalam upaya mencapai pembangunan yang mantap. Di dalam perencanaan

program, sedikitnya terdapat tiga pertimbangan yang menyangkut: hal-hal, waktu,

dan cara kegiatan-kegiatan yang direncanakan itu dilaksanakan. Martinez juga

menekankan bahwa perencanaan program merupakan proses berkelanjutan,

melalui mana warga masyarakat merumuskan kegiatan-kegiatan yang berupa

serangkaian aktivitas yang diarahkan untuk tercapainya tujuan-tujuan tertentu

Page 31: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

15

yang diinginkan masyarakat setempat. Sehubungan dengan pengertian

perencanaan program ini, Lawrence (Mardikanto,1993) menyatakan bahwa

perencanaan program penyuluhan menyangkut perumusan tentang: (a) proses

perancangan program, (b) penulisan perencanaan program, (c) rencana kegiatan,

(d) rencana pelaksanaan program (kegiatan), dan (e) rencana evaluasi hasil

pelaksanaan program tersebut. Dari beberapa definisi dan pengertian tentang

perencanaan program tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

perencanaan program merupakan proses berkesinambungan tentang pengambilan

keputusan menyangkut situasi, pentingnya masalah, atau kebutuhan, perumusan

tujuan, dan upaya pemecahan yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan. Keputusan yang diambil pada perencanaan program harus

mengandung pengetahuan yang tepat di masa yang akan datang. Hal inilah yang

membedakan perencanaan dengan peramalan.Perencanaan harus dapat mengukur

hasil-hasil yang dicapai berdasarkan pengetahuan yang tepat tentang kondisi

masyarakat.

Monitoring (pemantauan) Program

Pemantauan program merupakan upaya supervisi dan rewiew kegiatan yang

dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program, untuk melihat apakah

pelaksanaan program sudah sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring atau

pemantauan sering kali disebut juga evaluasi proses. Pemantauan merupakan

upaya untuk mengamati cakupan program seperti seberapa banyak terget sasaran

yang direncanakan sudah terjangkau. Sedangkan mengamati pelayanan program

ialah menentukan apakah program sudah dilaksanakan seperti yang diharapkan.

Page 32: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

16

Maksud pemantauan adalah agar seawal mungkin bisa menemukan dan

memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program. Pemantauan bukan pengujian

pihak luar terhadap pelaksanaan program, tetapi merupakan alat yang

dipergunakan oleh pelaksana program untuk mengungkapkan hal-hal yang tadinya

tidak diperkirakan waktu perencanaan dan memerlukan perbaikan.

Evaluasi (penilaian)

Evaluasi ialah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Proses ini paling sedikit

mencakup langkah-langkah berikut: memformulasikan tujuan,

mengidentifikasikan kriteria yang tepat yang akan dipakai mengukur sukses,

menentukan dan menjelaskan besarnya sukses, dan merekomendasikan untuk

kegiatan program selanjutnya.

Klineberg mendifinisikan evaluasi sebagai suatu proses yang

memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya, dan berdasarkan itu

mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan secara efektif. Jadi

menurut Klineberg, maka evaluasi itu tidak sekedar menentukan keberhasilan atau

kegagalan, tetapi juga mengatahui mengapa keberhasilan atau kegagalan itu

terjadi dan apa yang bisa dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut.

Hal ini tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) perubahan macam apa yang diinginkan

2) apa cara yang dipakai untuk menciptkan perubahan tersebut

3) apa buktinya bahwa perubahan yang terjadi disebabkan oleh cara yang dipakai

4) apa arti dari perubahan yang terjadi

Page 33: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

17

5) adakah pengaruh-pengaruh yang diharapkan yang terjadi akibat adanya

perubahan tersebut.

Dapat didefinisikan bahwa evaluasi merupakan penentuan (apakah

berdasarkan pendapat, catatan atau data objektik atau subjektif) hasil (apakah

diharapkan atau tidak; sementara atau permanen, hasil langsung atau hasil yang

dilihat beberapa waktu kemudian) yang diperoleh sebagai hasil suatu kegiatan,

yang didesai untuk mencapai suatu tujuan tertentu (apakah tujuan jangka panjang,

jangka menengah atau jangka pendek).

B. Program Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat

1. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, dan

terbukti menghambat pertumbuhan ekonomi, berkaitan erat dengan tingginya

angka kematian ibu, bayi dan balita, rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat

pada rendahnya produktifitas, tingginya pengangguran dan kemiskinan. Hal ini

mendasari masalah Gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian

Millenium Development Goals.

Secara nasional pada tahun 2005 terdapat 100 juta penduduk Indonesia

mengalami berbagai jenis masalah gizi (Gizi dalam angka 2005). Sekitar 1,7 juta

bayi dan anak balita menderita gizi buruk. Anemia Gizi Besi (AGB) masih

diderita pada sekitar 1,9 juta ibu hamil dan 8,8 juta pada kelompok balita. KVA

juga masih merupakan masalah karena 11 juta balita memiliki serum retinol yang

rendah (< 20 µg/dl).

Page 34: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

18

Gangguan Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi

utama di Indonesia. Hal ini ditandai sekitar 73 kabupaten/kota merupakan daerah

endemis sedang dan berat serta sekitar 40 juta penduduk tinggal di daerah rawan

GAKY.

Masalah gizi disebabkan faktor-faktor ketersediaan pangan dalam rumah tangga,

asuhan gizi keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Pada saat

ini, 50% rumah tangga masih mengalami kekurangan konsumsi pangan dengan

rata-rata asupan kalori dibawah kecukupan sehari-hari (<2100 K.kal). Hal ini

diperberat dengan asuhan gizi keluarga yang belum mendukung seperti praktik

menyusui eksklusif masih rendah sekali (7,8%), balita ditimbang di Posyandu

masih rendah (43%), keluarga mengkonsumsi garam beryodium dengan kualitas

cukup masih rendah (73%), dan keluarga makan belum beraneka ragam.

Akses pelayanan kesehatan, baik pelayanan dasar maupun rujukan, belum

menjangkau seluruh masyarakat terutama kelompok penduduk miskin. Cakupan

suplementasi kapsul vitamin A pada anak balita masih rendah (60%), cakupan

distribusi tablet besi pada ibu hamil juga masih rendah (60%), cakupan

suplementasi kapsul vitamin A pada ibu nifas masih sangat rendah (45%). Belum

semua Puskesmas dan Rumas Sakit mampu menyediakan pelayanan gizi yang

berkualitas seperti; konseling gizi, konseling menyusui dan tatalaksana gizi buruk.

Hal-hal tersebut diatas antara lain dipengaruhi oleh menurunnya dukungan

Pemerintah Daerah terhadap program perbaikan gizi di era otonomi daerah,

aktivitas posyandu yang menurun, sistem surveilans gizi yang tidak jalan,

Page 35: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

19

terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga ahli gizi puskesmas, keterbatasan sarana

dan prasarana penunjang pelayanan gizi termasuk biaya operasional.

Hanya 50% dari seluruh penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air

minum (Susenas, 2002). Di area perdesaan angka ini bahkan lebih rendah yaitu

hanya 41%. Baru 10 kota di Indonesia yang memiliki jaringan air limbah dengan

tingkat pelayanan sekitar 1,3% dari seluruh jumlah populasi. Sedangkan di daerah

perdesaan dilaporkan 52% penduduk yang memiliki akses sanitasi dasar, angka ini

diperkirakan lebih rendah karena data ini tidak mencantumkan kepemilikan sarana

dan bagaimana standar teknis dan kesehatannya.

Terkait dengan permasalahan di atas maka diperlukan suatu upaya

terobosan yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk mengatasi masalah tersebut

di atas. Upaya yang akan dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat baik di

perdesaan maupun di perkotaan, karena pemberdayaan masyarakat adalah suatu

proses penguatan masyarakat yang sangat dibutuhkan oleh suatu program yang

akan dilaksanakan dengan jalan menemukan permasalahan secara bersama dan

kemudian mencari peyelesaian secara bersama pula yang didasarkan pada potensi

yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.

Untuk ini akan dilaksanakan program Perbaikan Gizi melalui Pemberdayaan

Masyarakat (NICE) dengan fokus pada penguatan kelembagaan, penyelenggaraan

pelayanan gizi terintegrasi, pemberdayaan gizi masyarakat, perluasan program

fortifikasi dan komunikasi gizi.

Page 36: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

20

2. Tujuan

Tujuan umum program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat adalah

meningkatkan status gizi balita, ibu hamil dan ibu menyusui terutama keluarga

miskin.

Tujuan khusus proyek adalah sebagai berikut;

1. Meningkatkan kapasitas institusi dalam mengembangkan kebijakan, program

dan surveilans gizi.

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi terpadu terutama bagi

penduduk rawan

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan

melaksanakan perbaikan gizi dan sanitasi

4. Memperluas program fortifikasi pangan

5. Meningkatkan komunikasi gizi masyarakat

3. Sasaran dan Lokasi Proyek

Proyek NICE yang dilaksanakan di 6 kota dan 18 kabupaten, di 6 propinsi.

Dasar pemilihan kabupaten/kota adalah (1) prevalensi gizi kurang; (2) angka

kemiskinan; (3) adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk replikasi program.

Sedangkan dipropinsi sulawesi selatan terdapat 4 kabupaten yang terpilih yaitu

Makassar, Maros, Pangkep dan Jeneponto. Untuk jeneponto terdapat 50

desa/kelurahan yang menjadi lokasi NICE

Page 37: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

21

4. Pemberdayaan Gizi Masyarakat

Pemberdayaan Gizi Masyarakat merupakan komponen utama Proyek

NICE yang kegiatannya ditujukan untuk mendukung pelayanan gizi di masyarakat

agar masyarakat secara mandiri dapat mengatasi masalah gizi dan kesehatan

sendiri.

Kegiatan komponen terdiri dari sbb:

1) Persiapan Paket Gizi Masyarakat

2) Pengadaan Fasilitator Gizi Masyarakat (FGM)

3) Paket Gizi Masyarakat

1) Persiapan Paket Gizi Masyarakat

Agar kegiatan paket gizi masyarakat dapat berjalan dengan baik dan efektif,

diperlukan serangkaian kegiatan persiapan yang akan dilaksanakan sebagai

berikut:

a. Sosialisasi Paket Gizi Masyarakat (PGM)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melaksanakan sosialisasi PGM kepada

lintas program, lintas sektor dan organisasi masyarakat di kabupaten, kecamatan

dan desa/kelurahan.

Sosialisasi ini bertujuan:

1. Menyebarluaskan informasi tentang organisasi dan kegiatan Proyek NICE.

2. Menyebarluaskan informasi tentang pentingnya perbaikan gizi masyarakat

melalui pemberdayaan masyarakat.

3. Menjelaskan kepada masyarakat tentang peluang dan kriteria mendapatkan

PGM untuk meningkatkan status gizi masyarakat.

Page 38: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

22

4. Memahami proses dan prosedur mendapatkan PGM, mulai dari pembentukan

Kelompok Gizi Masyarakat (KGM), rekruitmen Fasilitator Gizi Masyarakat

(FGM) dan penyusunan proposal PGM.

b. Pemilihan Desa/Kelurahan

Pemilihan desa/kelurahan yang akan mendapatkan PGM dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) kader aktif per posyandu

2) Memiliki keterbatasan fasilitas air bersih dan sanitasi di SD/MI;

3) Adanya komitmen Kepala Desa/Kelurahan

4) Diprioritaskan pada desa/kelurahan yang memiliki tenaga kesehatan.

Alokasi jumlah desa/kelurahan yang akan menerima PGM di setiap

kabupaten/kota telah ditetapkan seperti dalam Lampiran 1. Nama-nama

desa/kelurahan yang terpilih mendapatkan PGM diajukan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota ke Bupati/Walikota untuk ditetapkan melalui Surat

Keputusan Bupati/Walikota.

c. Pembentukan Kelompok Gizi Masyarakat (KGM)

Pada desa-kelurahan yang terpilih untuk melaksanakan PGM, akan dikunjungi

oleh petugas puskesmas untuk memberikan informasi tentang pembentukan

KGM.

KGM adalah kelompok masyarakat yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat

desa/kelurahan untuk melaksanakan kegiatan PGM. KGM dipilih dalam suatu

rapat yang dipimpin oleh Kepala Desa/Kelurahan, yang anggotanya tidak lebih

dari 10 orang termasuk Ketua, Sekretaris, dan Bendaharawan, dan sekurang-

Page 39: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

23

kurangnya 60% anggotanya adalah perempuan. Pengurus KGM ditetapkan dengan

SK Kepala Desa/Kelurahan. SK tersebut dikirimkan ke Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selaku manajer proyek dengan tembusan ke Kepala Puskesmas.

Tugas dan tanggung jawab KGM:

1) Menyusun proposal kegiatan PGM dibantu oleh FGM

2) Membuka rekening Bank atas nama ketua dan bendahara

3) Mengecek dan mencairkan uang dari rekening Bank oleh ketua dan bendahara

KGM

4) Melaksanakan kegiatan PGM dengan melibatkan masyarakat dengan

berpedoman pada proposal yang telah disetujui.

5) Mencatat, membukukan dan melaporkan penggunaan dana PGM ke DPIU

melalui puskesmas setiap bulan.

6) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan PGM setiap triwulan

selambat-lambatnya 15 hari setelah akhir triwulan. Laporan tersebut harus

diketahui oleh Kepala Desa/Kelurahan, kemudian dikirimkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku manajer proyek, dengan tembusan

kepada Kepala Puskesmas.

2) Rekruitmen dan Penempatan Fasilitator Gizi Masyarakat (FGM)

FGM adalah tenaga yang secara khusus ditempatkan untuk pendampingan

kegiatan pemberdayaan gizi masyarakat. Pengadaan dan pelatihan FGM dilakukan

oleh perusahaan melalui proses tender. Tender pengadaaan FGM (termasuk

pelatihannya) dilakukan secara terbuka dengan metode QBS (quality-based

selection). Setelah ditetapkan pemenang, Perusahaan Pemenang dapat

Page 40: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

24

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten melakukan seleksi

FGM berdasarkan persyaratan berikut:

1) Diutamakan memiliki latar belakang serendah-rendahnya pendidikan D-III di

bidang gizi. Latar belakang pendidikan lainnya adalah D-III bidang kesehatan,

higiene sanitasi, dan pemberdayaan masyarakat.

2) Bersedia dikontrak dan ditempatkan di desa yang ditetapkan.

3) Bersedia bekerja penuh waktu.

4) Paling sedikit 50% FGM di masing-masing propinsi adalah perempuan.

Sebelum melaksanakan tugasnya, FGM mendapat pelatihan terlebih dahulu oleh

Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota yang bekerjasama dengan perusahaan

terpilih.

Tugas dan tanggung jawab Pendamping gizi (FGM)

1) Bersama tenaga puskesmas, membantu memfasilitasi pembentukan kelompok

gizi masyarakat

2) Membantu masyarakat dalam menyusun proposal PGM

3) Setiap FGM bertanggungjawab terhadap 1-2 desa/kelurahan

4) Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan PGM di desa/kelurahan

5) Melaporkan hasil kegiatan kepada Puskesmas

6) Memfasilitasi KGM dalam pencatatan dan penyusunan laporan kegiatan dan

keuangan

FGM dikategorikan sebagai konsultan, untuk melaksanakan tugasnya akan

memperoleh honorarium dan biaya operasional/transport setiap bulan sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Dalam melakukan tugasnya, FGM dibina oleh

Page 41: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

25

petugas Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten dan kinerjanya akan

dievaluasi secara periodik.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, FGM akan dibekali dengan Pedoman

Pelaksanaan Fasilitator secara rinci yang disusun oleh konsultan.

3) Paket Gizi Masyarakat (PGM)

Paket Gizi Masyarakat (PGM) akan diberikan kepada 1800 desa dan kelurahan.

Besar paket untuk masing-masing desa dan kelurahan tidak lebih dari Rp.

140.000.000 (+$ 15,000) untuk paling lama 3 tahun sesuai dengan proposal.

Kegiatan yang diusulkan dalam PGM harus terkait langsung dengan sasaran yaitu:

keluarga miskin yang mempunyai anak umur 0-2 tahun, ibu hamil dan menyusui;

keluarga miskin dengan anak umur 2-5 tahun; posyandu; dan SD/Madrasah.

Jenis kegiatan yang boleh didanai oleh PGM adalah:

. meningkatkan fasilitas posyandu

. kegiatan monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak

. penyuluhan dan pendidikan gizi melalui kader terlatih seperti pemberian

makanan bayi dan anak

. kegiatan kelas ibu tentang pola asuh anak, menyusui, demonstrasi masak,

stimulasi tumbuh kembang anak dll.

. penyediaan air bersih skala kecil dan sanitasi di sekolah dasar/ madrasah

(10% dari total Paket Gizi Masyarakat)

. pelatihan warung sekolah dan penjaja makanan tentang gizi, kebersihan

dan keamanan makanan.

Page 42: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

26

. dukungan untuk biaya operasional KGM (transport ke bank, alat-alat tulis,

rapat-rapat koordinasi secara berkala)

Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai oleh PGM adalah:

. membangun gedung baru posyandu

. memberikan upah tenaga, gaji anggota KGM dan petugas kesehatan

. membeli obat gizi dan MP-ASI yang telah disediakan oleh dana APBN

. membeli timbangan/dacin untuk posyandu

a. Proses Penyusunan Proposal Paket Gizi Masyarakat

Setelah desa diberitahu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, bahwa desa tersebut

telah di seleksi dan ditetapkan sebegai desa penerima paket dengan Surat

Keputusan Bupati/Walikota.

Proses penyusunan proposal:

. Dimulai dengan pengumpulan data dan analisa situasi desa.

. Hasil analisa situasi desa dibahas bersama masyarakat, kemudian

ditetapkan cara pemecahan masalahnya yang disepakati bersama.

. Lingkup masalah yang dipilih untuk diusulkan dalam proposal adalah

masalah yang berkaitan dengan gizi, kesehatan dan penyediaan air bersih

di SD/Madrasah skala kecil.

b. Pengajuan Paket Gizi Masyarakat

Proposal diharapkan telah siap dalam jangka waktu paling lama 6 bulan. Setelah

selesai disusun, kemudian:

Dikirimkan ke puskesmas untuk diteruskan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (DPIU).

Page 43: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

27

Proposal akan direview dan dinilai oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota

(DTT).

Jika proposal memenuhi persyaratan yang ditentukan, DTT akan

mengirimkan hasil penilaian proposal tersebut ke Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten selaku Manejer Proyek untuk mendapat persetujuan.

Manajer Proyek Kabupaten/Kota mengirimkan berkas tersebut ke Dinas

Kesehatan Propinsi (PPCU) untuk dibuatkan kontrak (Surat Perjanjian

Pemberian Bantuan/SPPB)

Bagi proposal-proposal yang belum memenuhi persyaratan, KGM dengan

dibantu oleh FGM dapat memperbaiki proposal (tidak melebih 6 bulan sejak

pengajuan proposal awal dan diajukan kembali ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk mendapat persetujuan oleh Manajer Proyek .

c. Pencairan Dana Paket Gizi Masyarakat

Setelah SPPB ditandatangani oleh PK Dinas Kesehatan Propinsi dan Ketua KGM,

Dana Paket Gizi Masyarakat dapat dibayarkan oleh PPCU yang langsung

ditransfer ke rekening KGM di Bank yang dipilih. Proses pencairan dana PGM

adalah sbb:

DPIU akan menginformasikan KGM yang proposalnya disetujui, dan

KGM segera menyelesaikan semua dokumen yang diperlukan untuk pencairan

dana (seperti dokumen kontrak/SPPB, nama Ketua dan Bendahara KGM, nama

Bank dan nomor rekening KGM, dll)

Page 44: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

28

Kemudian Surat Persetujuan dan dokumen yang diperlukan untuk proses

pencairan dana tersebut dikirimkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(DPIU) ke Dinas Kesehatan Propinsi (PPCU) untuk diproses pencairan dananya.

Pengirim dana PGM oleh propinsi dilaksanakan dalam 3 tahap

pembayaran sbb:

(i) Pembayaran Tahap I

Sebanyak 40% dari total dana Paket Gizi Masyarakat yang telah disetujui

akan disalurkan setelah proposal disetujui, SPPB antara PPCU dan KGM telah

ditandatangani dan, sudah mempunyai rekening bank.

(ii) Pembayaran Tahap II

Setelah 75% dari dana kegiatan Tahap I telah selesai dilaksanakan yang

disetujui oleh DPIU, KGM dapat mengajukan permintaan pembayaran tahap II

sebanyak 30%, dengan melampirlkan Resume SPPB dan SPTB (Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Belanja)

(iii) Pembayaran Tahap III

Setelah menyelesaikan 75% dana dan kegiatan tahap II dan telah disetujui

oleh DPIU, KGM bisa mengajukan

pembayaran tahap III sebesar 30% untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang

direncanakan, dengan melampirlkan Resume SPPB dan SPTB (Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Belanja).

• KGM harus memantau rekening Bank untuk mengetahui ketersediaan dana

PGM yang telah dikirim oleh propinsi. Untuk menjaga kelancaran tahapan

Page 45: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

29

pembayaran, KGM perlu memperhatikan pencatatan dan pelaporan

penggunaan keuangan dan kegiatan sesuai dengan proposal.

Pedoman pelaksanaan penggunaan PGM secara rinci disusun oleh Konsultan.

C. FASILITATOR MASYARAKAT (FM)

Fasilitator masyarakat (FM) adalah orang yang membantu masyarakat atau

kelompok masyarakat agar lebih mudah memperoleh pemecahan atas persoalan

yang dihadapinya. Dalam rangka pelaksanaan di desa, masyarakat difasilitasi atau

dibimbing oleh seorang fasliator masyarakat. Dalam proses fasilitasi ini

mengandung pengertian membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat dan

membantu mengembangkan diri untuk melaksanakan KADARZI, berperilaku

makan dan memberi makan yang sehat sesuai dengan potensi yang dimiliki. FM

merupakan tenaga dengan latar belakang pendidikan/pengalaman dibidang gizi,

Higiene, sanitasi dan atau mobilisasi masyarakat yang mendapatkan pelatihan

tentang tekhnik pemberdayaan masyarakat dan penulisan proposal. Setiap FM

ditugaskan menangani 2 desa. FM berkoordinasi dengan Puskesmas bertanggung

jawab terhadap semua aspek pemberdayaan masyarakat terutama dalam hal

menfasilitasi Kelompok Gizi masyarakat(KGM) dalam menyusun proposal dan

melaksanakan kegiatan yang tertulis dalam proposal serta kegiatan lainnya.

Sebelumnya di sulawesi selatan telah ada program yang mirip program

pemberdayaan gizi masyarakat yaitu program Pendampingan gizi. Menurut

pengertiannya pendampingan gizi adalah kegiatan dukungan dan layanan bagi

keluarga agar dapat mencegah dan mengatasi masalah gizi (gizi kurang dan gizi

Page 46: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

30

buruk) anggota keluarganya. Pendampingan dilakukan dengan cara memberikan

perhatian, menyampaikan pesan, menyemangati, mengajak,memberikan

pemikiran/solusi, menyampaikan layanan/bantuan, memberikan nasihat, merujuk,

menggerakkan dan bekerjasama.

Pendampingan gizi dilaksanakan dengan prinsip-prinsip: (1)pemberdayaan

keluarga atau masyarakat; (2) partisipatif, dimana tenagapendamping berperan

sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat yangdidampingi; (3) melibatkan

keluarga atau masyarakat secara aktif, dan (4)tenaga pendamping hanya berperan

sebagai fasilitator (Depkes, 2007)

Jadi yang membedakan fasilitator masyarakat pada program

pemberdayaan gizi masyarakat dengan pendampingan gizi pada program

pendampingan gizi yaitu

1. Sasaran kegiatan Falitator masyarakat yaitu bayi, balita, bumil, busui, SD/MI, dan

posyandu (hal ini tertuang dalam pedoman umum program perbaikan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat) sedangkan pendamping gizi yang menjadi sasaran

adalah keluarga yang memiliki balita gizi kurang adan buruk

2. Dalam pelaksanaan kegiatan FM melakukan pembinaan dan menfasilitasi Kelompok

Gizi Masyarakat (KGM) agar mampu melakukan pemberdayaan gizi masyarakat

melalui kegiatan dalam paket gizi masyarakat sedangkan pendamping gizi

melakukan pembinaan dan fasilitasi pada keluarga atau masyarakat yang menjadi

sasaran kegiatan.

3. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, kegiatan FM bertujuan meningkatkan status

gizi bayi, balita, Bumil, dan busui dalam wilayah kerjanya sedangkan kegiatan

Page 47: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

31

pendamping gizi bertujuan meningkatkan status gizi bayi dan balita yang menjadi

binaannya.

Agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka seorang

FM perlu menyadari dan memahami empat fungsi fasilitasi dimasyarakat yaitu;

1. sebagai narasumber : artinya seorang FM harus mampu menyediakan dan siap

dengan informasi termasuk pedukungnya yang berkaitan dengan pelaksanaan

dan tahapan dalam program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat.

Seorang FM harus mampu menjawab pertanyaan, memberikan ulasan,

gambaran, analisis maupun memberikan saran atau nasehat yang kongkrit dan

realistis agar mudah diterapkan

2. sebagai guru: fungsi sebagai guru seringkali dibutuhkan untuk membantu

masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan atau pengetahuan

baru dalam upaya pemberdayan masyarakat dan pelaksanaan kegitan. Sebagai

FM harus mampu menyampaikan materi yang dibutuhkan sesuai dengan

kondisi dan bahasa yang mudah di terapkan.

3. sebagai mediator

(i) Mediasi Potensi ; seorang FM diharapkan dapat membantu masyarakat

memediasi /menakses potensi potensi yang dapat mendukung penembangan

dirina

(ii) Mediasi berbagai kepentingan ; seorang FM diharapkan juga dapat

berperan sebagai seorang yang dapat menengahi apabila diantara kelompok

atau individu di masyarakat terjadi perbedaan kepentingan

Page 48: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

32

5. sebagai motivator; serng ditemui masyarakat jarang mengetahui dan mengenal

potensi dan kapasitasnya sendiri. Untuk itu seorang FM harus mampu

merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan dan mengenali

potensi dan kapasitasnya sehingga masyarakat dapat melaksanakan bebagai

kegiatan pembangunan secara mandiri

Bekal dan kemampuan fasilitator Masyarakat

Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka seorang fasilitator perlu

dibakali dan memiliki beberapa kemampuan antara lain

1. Kepemimpinan, seorang FM juga akan menjalankan fungsi kepemimpinan

dimasyarakat sehingga FM harus memilikiapasitas untuk membimbing,

memberi motovas, menggerakkan sekaligus berperan sebagai mediator antar

warga masyarakat dan pihak lain yang diperlukan

2. Kemampuan komunikasi

a. Kemampuan menyampaikan pesan atau informasi

b. Menjadi pendengar yang baik

c. Bertanya efektif dan terarah

d. Kemampuan dalam pengembangan masyarakat

(a) Mengenal isu isu lokal

(b) Kemampuan identifikasi

(c) Kamampuan analitis

(d) Adaptasi partisipatif

(e) Berpandangan positif kedepan

(f) Kemampuan melakukan aksi sebagai akumulasi kemampuan teknis

Page 49: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

33

(g) Kemampuan melakukan hubungan antar manusia

A. TUGAS DAN TANGUNG JAWAB

Seorang Fasilitator masyarakat (FM) mempunyai tugas dan tangung jawab

sebagai berikut

1. melapor kepada kepala puskesmas bahwa dia mendapat tuasa sebagai

fasilitator masyarakat dan mempersiapkan rencana kegiatan bersama

petugas gizi.

2. Memperkenalkan diri kepada kepala desa/kelurahan setempat, tokoh

masyarakat, tokoh agama dan KGM bahwa ia mempuyai komitmen untuk

melaksanakan PGM

3. Bekerjasa sama dengan puskesmas untuk melaksanakan pelatihan KGM

dalam membuat proposal paket gizimasyarakat.

4. Menyelenggarakan pertemuan dengan KGM dalam mempersiapkan SMD

tentang masalah Gizi dan kesehatan di desa

5. Memfasitasi KGM melaksanakan survey dan melakukan analisa data.

6. Membantu KGM menyelenggarakan pertemuan masyarakat untuk

mendiskusikan hasil SMD, merumuskan masalah, kebutuhan, sumber dan

potensi, dan mengidentifikasi kegiatan yang dapat di danai oleh PGM.

7. Menfasilitasi KGM untukmenyusun proposal PGM, proposal harus

memenuhi kriteria, (i) kegiatan yang memprioritaskan anak umur di

bawah 2 tahun, wanita hamil dan wanita menyusui serta (ii) meningkatkan

pelayanan Posyandu; (iii) intervensi air bersih dan sanitasi dalam skala

kecil untuk sekolah dasar/MI

Page 50: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

34

8. Manfasilitasi pelaksanaan kegiatan yang direncanakan didalam proposal

dan kegiatan lainnya

9. Menolong KGM dalam membangun kewaspadaan masyarakat dalam

bidang gizi, kesehatan, higene dan sanitasi

10. Mambantu KGM menyusun laporan kemajuan triwulan,laporan tahunan,

dan laporan akhir meliputi laporan kegiatan dan laporan keuangan

11. Setiap FM bertugas di dua desa yang ditentukan.

B. Langkah Langkah Kegiatan Fasilitator Masyarakat

Langkah langkah kegiatan Fasilitator Masyarakat dapat dirinci seperti pada

matriks dibawah ini

Tahapan Langkah Kegiatan A. Persiapan 1. Penyiapan diri sebagai petugas FM

2. Pengorganisasian dan persiapan masyarakat 3. Keadaan umum dan pemahaman lokasi

B. Perencanaan 4. Pemahaman masalah gizi/kesehatan masyarakat dan sumber sumber yang ada dimasyarakat

5. Penggalian cara cara mengatasi masalah gizi/kesehatan

6. Memfasilitasi penyusunan perencanaan (proposal) tingkat desa/kelurahan

C. Pelaksanaan 7. Pengorganisasian palaksanaan kegiatan untuk pemecahan masalah gizi/kesehatan

8. Pelaksanaan dan pembimbingan kegiatan D. Pemantauan dan

evalusi 9. Pemantauan, penilaian dan pelaporan

keberhasilan program yangdijalankan

Page 51: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

35

Adapun bentuk pendampingan yang dilakukan FM terhadap paket gizi masyarakat

(PGM) yang ada dalam proposal secara garis besarnya dapat dlihat pada matriks

dibawah ini

No Pengelompokan Kegiatan Paket Gizi

Masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan proposal

Rincian Sub-Kegiatan per Kelompok Kegiatan

I

Peningkatan Fasilitas Posyandu : 1. Meubelair Posyandu

Meja, kursi, tempat tidur periksa, papan nama,papan data, lemari.

2. Rehab Posyandu Rehab skala kecil untuk Posyandu gedung sendiri (bukan milik warga/dirumah warga), misal: mengecat dinding, perbaikan lantai, atap, wc, dll.

3. Pengadaan buku Registrasi Penyediaan buku register penimbangan, RR Posyandu

4. ATK Posyandu Alat tulis untuk administrasi Posyandu

5. dan lain-lain Seragam Kader, dan kegiatan lain yang tidak masuk pada item di atas

II Monitoring Pertumbuhan: 1.Penimbangan balita di Posyandu

Untuk mengamati pola asuh dan deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita.

2.Kunjungan Rumah Penyuluhan pd ibu yg tdk membawa balita ke Pyd, dan menimbang balita dan mencatat hasil penimbangan.

3. dan lain-lain

Kegiatan lain yang dilakukan.

III Peningkatan Cakupan Posyandu: 1.Sosialisasi dan Promosi

Sosialisasi dan promosi kesehatan, gizi buruk, taburia, cetak spanduk/baliho, pengadaan buku demo masak, lomba balita sehat, lomba pengolahan makanan jajanan sehat, lomba Kadarzi, dll

2. Penyuluhan Penyuluhan gizi, ASI Eks, Taburia, KIA, PHBS, Kadarzi, pemakaian zat berbahaya pada makanan, dll

3. Konseling Konseling gizi bagi ibu balita,ibu hamil, ibu menyusui.

4. Kelas Ibu Kelas ibu balita, ibu hamil, ibu menyusui dengan topik sesuai masalah dan kesepakatan KGM,FM dan TPG.

5. Demo Masak Makanan bayi,balita, ibu hamil an ibu menyusui (cara memasak yang benar, tidak merusak kandungan zat gizi makanan, kelengkapan asupan gizi, dll).

6. Pelatihan Kader Pelatihan dan refreshing kader. 7. Penyediaan alat pendukung

APE, alat masak untuk mengolah makanan anak balita dan ibu hamil, dll.

8. dan lain-lain Kegiatan lain yang dilakukan

IV Pertemuan dan Koordinasi Desa: Pertemuan tingkat desa, pertemuan KGM,

Page 52: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

36

1.Pertemuan tingkat desa

rembug desa, dll. SMD, MMD, rembug desa, pembahasan proposal, dll

2. Pertemuan KGM Pertemuan KGM dengan FM, Kepala Desa, TPG, Toma, Toga, dll.

V Dukungan Operasional KGM: 1. ATK KGM

ATK KGM, Transportasi ke Bank, konsultasi teknis,dll. Pengadaan ATK, biaya foto copy, papan data/informasi KGM, dll

2. Transport KGM Transport ke Bank, konsultasi ke Puskesmas, DPIU/DTT, antar dusun/Posyandu, survey harga di took, ke kantor dsa, dll.

3. Seragam KGM VI Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

Skala Kecil di SD/MI 1.Sarana air bersih

Pembuatan sumur sekolah, pengadaan pompa air sumur, pipa, kran, bak mandi, tendon air, dll.

2. Sanitasi skala kecil MCK: perbaikan kamar mandi/wc sekolah SD/MI, saluran pembuangan, tempat sampah, wastafel, gayung, ember, dll.

VII Pelatihan Warung Sekolah dan penjaja makanan: 1.Peningkatan kualitas jajanan sekolah

Pelatihan bagi pengelola warung sekolah dan penjaja makanan: cara pengolahan bahan makanan dan minuman sehat dannbergizi, penggunaan bahan berbahaya pada makanan anak sekolah, pengolahan makanan tambahan an sekolah, dll.

2. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi siswa

Praktek cuci tangan dan gosok gigi, kebersihan lingkungan sekolah, pengadaan alat kebersihan sekolah, penyuluhan UKS, lomba tulis siswa tentang Kadarzi, pemilihan duta kesehatan, dll

VIII Kegiatan Inovasi :

Kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan Posyandu dan keberlanjutan Posyandu melalui pemberdayaan masyarakat.

1.Pos Gizi Pemberian makanan tambahan bagi anak balita gizi kurang, konseling gizi bagi ibu balita, pemantauan pertumbuhan balita dan pencatatan hasil pemantauan pertumbuhan balita.

2. Budidaya tanaman Pembelian bibit tanaman, pupuk, pembuatan pagar,dll

3. Budidaya ikan Pembelian bibit ikan, makanan ikan, sewa lahan,dll

4.Ternak ayam/kambing/hewan lainnya Pembelian bibit dan makanan ternak, bahan untuk kandang, penyediaan lahan ternak, dll..

5. dan lain-lain

Page 53: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

37

D. STATUS GIZI

1. Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan keadaan tubuh sebagai akibat interaksi

antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan

keadaan kesehatan tubuh. Status gizi adalah kondisis tubuh sebagai akibat

penyerapan zat-zat gizi esensial. Status gizi merupakan ekspresi dari

keseimbangan zat gizi dengan kebutuhan tubuh, yang diwujudkan dalam

bentuk variable tertentu. Ketidak seimbangan (kelebihan atau kekurangan)

antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan patologi

bagi tubuh manusia. Keadaan demikian disebut malnutrition (gizi salah atau

kelainan gizi). Secara umum, bentuk kelainan gizi digolongkan menjadi 2

yaitu over nutrition (kelebihan gizi) dan under nutrition (kekurangan gizi).

Over nutrition adalah suatu keadaan tubuh akibat mengkonsumsi zat-zat gizi

tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam dalam waktu yang relative lama.

Under nutrition adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh asuapan zat gizi

sehari-hari yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh

(Supariasa, 2002).

Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan tingkat keluarga,

pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Ketahanan pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya

dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Pola

pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan

Page 54: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

38

waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang

dengan sebaikbaiknya secara fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan

dan kesehatan lingkungan, adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan

kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor ini saling berhubungan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung

saling berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan

keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan

kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola

pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada. Demikian juga sebaliknya.

Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan (baik

dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan

dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Sebagai

contoh, air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi utama yang seharusnya

tersedia di setiap keluarga yang mempunyai bayi. Makanan ini seharusnya

dapat dihasilkan oleh keluarga tersebut sehingga tidak perlu dibeli. Namun

tidak semua keluarga dapat memberikan ASI kepada bayinya oleh karena

berbagai masalah yang dialami ibu. Akibatnya, bayi tidak diberikan ASI atau

diberi ASI dalam jumlah yang tidak cukup sehingga harus diberikan

tambahan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Timbul masalah apabila oleh

berbagai sebab, misalnya kurangnya pengetahuan dan atau kemampuan, MP-

ASI yang diberikan tidak memenuhi persyaratan. Dalam keadaan demikian,

dapat dikatakan ketahanan pangan keluarga ini rawan karena tidak mampu

Page 55: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

39

memberikan makanan yang baik bagi bayinya sehingga berisiko tinggi

menderita gizi buruk.

Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh

lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat,

kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan

dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi,

pendidikan umum, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak

yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-

hari, adat kebiasaan keluarga dan masyrakat, dan sebagainya dari si ibu atau

pengasuh anak.

Pelayanan kesehatan, adalah akses atau keterjangkauan anak dan

keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharan kesehatan

seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan

yang baik seperti posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah

sakit, dan pesediaan air bersih. Tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan

(karena jauh dan atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan

secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga

pada status gizi anak. Berbagai faktor langsung dan tidak langsung penyebab

gizi kurang, berkaitan dengan pokok masalah yang ada di masyarakat dan

akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di masyarakat antara lain

berupa ketidakberdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah

Page 56: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

40

kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan pengasuhan anak yang

baik, serta ketidakmampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

tersedia.(Thaha, 1999)

PERAWATAN YG TDK ADEKUAT BAGI IBU DAN

ANAK

PELAYANAN KESEHATAN YANG

KURANG DAN LINGKUNGAN YG TDK

SEHAT

MALNUTRISI DAN KEMATIAN

ASUPAN GIZI YG TDKADEKUAT

LEMBAGA FORMAL DAN INFORMAL

PENDIDIKAN YG TDK ADEKAUT

SUMBER – SUMBER YANG POTENSIAL

PENYEBAB LANGSUNG

PENYEBAB TIDAK LANGSUNG

STRUKTUR EKONOMI PENYEBAB

DASAR

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI Sumber : UNICEF (1998)

SUPERSTRUKTUR POLITIK DAN IDEOLOGI

PENYAKIT

AKSES YANG TDK ADEKUAT PD MAKANAN

2. Penilaian status gizi

a. Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebagai fungsi kesenjangan gizi,

yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut.

Kesenjangan energi pada tingkat dini bermanivestasi dalam bentuk

mobilisasi himpunan lemak tubuh. Kurang energi protein (KEP) atau gizi

Page 57: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

41

kurang pada tingkat perubahan biokimia dapat dikenal dari pemeriksaan

darah dan urine dengan menggunakan antara lain: hidroksi prolin indeks

dalam urin, rasio asam amino bebas dalam plasma, plasma albumin,

plasma prealbumin dan plasma transferin. Pada tingkat yang lebih berat

dapat diperiksa dengan antropometri (Tarwotjo, 1990).

Metode penilaian status gizi dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat

perkembangan kekurangan gizi, yaitu metode konsumsi, motode laboratorium,

metode antropometri dan metode klinik (Hadju, 1999). Menurut Supariasa

(2002), penentuan status gizi dapat dikelompokkan dalam metode langsung

dan matode tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung

meliputi metode biokimia, antropometri, klinik dan biofisik. Sedangkan

metode tidak langsung adalah metode konsumsi makanan, statistic vital dan

factor-faktor ekologi.

3. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

a. Kelebihan Pengukuran Antropometri

Penentuan status gizi dengan menggunakan metode antropometri

mempunyai beberapa keuntungan seperti yang dikutip oleh Veni Hadju

(1999), yaitu:

1) Prosedur pengukurannya sederhana, aman, tidak invasive sehingga

dapat dilakukan di lapangan dan cocok dengan jumlah sampel yang

besar.

Page 58: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

42

2) Alat yang dibutuhkan tidak mahal, mudah dibawah, dan tahan

(durabel) dan dapat dibuat atau dibeli di setiap wilayah.

3) Tidak membutuhkan tenaga khusus dalam pelaksanaannya.

4) Metode yang digunakan tepat dan akurat, sehingga standarisasi

pengukuran terjamin.

5) Hasil yang diperoleh menggambarkan keadaan gizi dalam jangka

waktu yang lama dimana tidak dapat diperoleh dengan tingkat

kepercayaan yang sama dengan teknik lain.

6) Prosedur ini dapat membantu mengidentifikasi tingkat malnutrisi

(ringan sampai berat).

7) Metode ini dapat digunakan untuk mengavaluasi terjadinya

perubahan yang terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya,

suatu fenomena yang dikenal sebagai “secular trend”.

8) Dapat digunakan sebagai skrining test untuk mengidentifikasi

individu yang mempunyai resiko tinggi terjadinya malnutrisi.

b. Ukuran dan Indeks Antropometri

Ukuran antropometri terbagi atas 2 tipe, yaitu ukuran

pertumbuhan tubuh dan komposisi tubuh. Ukuran pertumbuhan yang

biasa digunakan meliputi: tinggi badan atau panjang badan, lingkar

kepala, lingkar dada, tinggi lutut. Pengukuran komposisi tubuh dapat

dilakukan melalui ukuran: berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal

lemak di bawah kulit (Hadju, 1999). Ukuran pertumbuhan lebih

banyak menggambarkan keadaan gizi masa lampau, sedangkan ukuran

Page 59: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

43

komposisi tubuh menggambarkan keadaan gizi masa sekarang atau

saat pengukuran (Supariasa, 2002).

Indeks antropometri yang digunakan dalam penentuan status

gizi meliputi: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan atau

panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U), berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan

lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB).

Untuk kegiatan pemantauan status gizi, jarak waktu yang

cukup panjang (dua tahun atau lebih) pilihan utama adalah indeks

TB/U. Indeks ini cukup sensitif untuk mengukur perubahan status gizi

dalam jangka panjang, stabil, tidak terpengaruh oleh fluktuasi

perubahan status gizi yang sifatnya musiman. Perubahan-perubahan

yang disebabkan oleh keadaan secara musiman yang dapat

mempengaruhi status gizi dapat ditunjukkan oleh indeks BB/U. Kalau

tujuan penilaian status gizi adalah untuk “assessment” seperti dalam

evaluasi suatu kegiatan program gizi, gabungan indeks BB/U, TB/U

dan BB/TB dapat memberikan informasi yang rinci tentang status gizi,

baik gambaran masa lalu mamupun masa kini atau keduanya (kronis

dan akut).

d. Klasifikasi Status Gizi

Berdasarkan kesepakatan pada Temu Pakar bidang gizi pada

Januari 2000, merekomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-

Page 60: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

44

NCHS (National Center for Health Statistic) sebagai standar atau

rujukan dalam penentuan status gizi secara antropometri. Temu pakar

tersebut juga menyepakati cara penggolongan status gizi khusus untuk

indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.

Namun saat ini rujukan tsb tidak lagi direkomendasikan oleh

karena kendala teknis penggunaan rujukan local yaitu;

(1) Penggunaan rujukan lokal belum mencerminkan pertumbuhan

potensial (pertumbuhan maksimum) anak,

(2) Kesulitan dalam membandingkan dengan negara lain, sebagai

upaya mengembangkan strategi global memerangi masalah gizi.

(Minarto, 2009)

Perbandingan rujukan WHO-NCHS dengan WHO 2005

• dikembangkan dengan

mengukur anak yang sehat, tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan lain.

• memberikan penjelasan pencapaian pertumbuhan anak-anak yang SEHAT. (diskriptif)

• multi ras, satu negara

• Pengukuran setiap 3 bulan, 6 bulan, potong lintang

• memasukkan variabel lingkungan

yang mempengaruhi pertumbuhan bayi, seperti kebiasaan menyusui eksklusif, tidak merokok, tidak alkohol.

• menggambarkan bagaimana anak-anak HARUS TUMBUH (preskriptif)

• multi ras, multi negara

• Frekuensi pengukuran lebih sering (mingguan, bulanan untuk bayi 0-24 bulan), potong lintang untuk anak 18-72 bulan

.

Page 61: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

45

Klasifikasi Status Gizi menurut Standar WHO 2005

Untuk Indeks BB/U: 1. Berat BadanSangat Kurang (BB/U <-3 SD) 2. Berat Badan kurang (BB/U -3 SD s/d <-2SD) 3. Berat Badan Normal (BB/U -2 SD s/d 2 SD) 4. Berat Badan Lebih (BB/U > 2SD

Untuk IndeksTB/U: 1. Sangat Pendek (TB/U <-3 SD), 2. Pendek (TB/U -3 SD s/d <-2 SD), 3. Normal (TB/U >=-2 SD)

Untuk IndeksBB/TB (atau IMT/U): 1. Sangat Kurus (BB/TB <-3 SD) 2. Kurus (BB/TB -3 SD s/d <-2SD) 3. Normal (BB/TB -2 SD s/d 2 SD) 4. Kegemukan (BB/TB > 2SD)

Tabel . Klasifikasi Status Gizi menurut Baku Rujukan WHO-NCHS

Indeks Status gizi Kategori (Nilai Z Sckore)

BB/U Gizi lebih

Gizi baik

Gizi kurang

Gizi buruk

> +2 SD

(> -2 SD) – (+2 SD)

(> -3 SD) – (< -2 SD)

< -3 SD

TB/U Normal

Pendek

> -2 SD

< -2 SD

BB/TB Gemuk

Normal

Kurus

Sangat kurus

> +2 SD

(> -2 SD) – (+2 SD)

(> -3 SD) – (< -2 SD)

< -3 SD

Page 62: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

46

E. Kerangka Teori

Dari uraian kepustakaan diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi

dipengaruhi oleh asupan zat gizi dan penyakit infeksi sebagai penyebab langsung,

penyebab tidak langsung adalah pengetahuan dan keterampilan serta pola asuh

dalam keluarga, ketahanan pangan rumah tangga serta sanitasi dan air

bersih/pelayanan kesehatan dasar, dan yang menjadi pokok masalah dimasyarakat

adalah pemberdayaan gizi masyarakat Secara singkat digambarkan dalam gambar.

KETAHANAN PANGAN

POLA ASUH

SANITASI DAN AIR BERSIH/PELAYANAN KESEHATAN DASAR

TIDAK MEMADAI

STATUS GIZI

ASUPAN ZAT GIZI INFEKSI

PEMBERDAYAAN GIZI MASYARAKAT

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN

DAMPAK

PENYEBAB LANGSUNG

PENYEBAB TIDAK LANGSUNG

POKOK MASALAH DIMASYARAKAT

Kerangka Teori Penelitian Sumber : UNICEF (1998) Dengan Penyesuaian

FASILITATOR MASYARAKAT

KELOMPOK GIZI MASYARAKAT

PAKET GIZI MASYARAKAT

Page 63: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

47

F. Kerangka Konsep

Program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

olehFasilitator masyarakat di Sulawesi Selatan telah dilaksanakan disetiap

kabupaten/kota. Sampai saat ini program ini telah berjalan tiga tahun berturut-

turut. Oleh karena itu sangat penting dilakukan penilaian untuk melihat efektifitas

Program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

Fasilitator masyarakat tersebut secara menyeluruh terhadap sistem pelaksanaan

program tersebut, yaitu input, proses, out put dan outcome.

Keempat komponen sistem evaluasi Program perbaikan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Fasilitator masyarakat adalah

evaluasi pada tahap input yang akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan

untuk dapat melaksanakan program Program perbaikan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat, pada tahap proses akan menghasilkan informasi

pelaksanaan. Evaluasi output akan memberikan informasi terhadap hasil

pencapaian pelaksanaan program. Ketiga komponen sistem program tersebut,

apabila terlaksana dengan baik akan bermuara pada satu titik outcome yaitu

peningkatan status gizi balita sebagai tujuan akhir dari program pendampingan

tersebut.

Pada kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini akan

menjelaskan bagaimana Dampak program perbaikan gizi melalui pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh fasilitator masyarakat di Kabupaten Jeneponto.

Untuk jelasnya kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Page 64: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

48

Kerangka Konsep

Varibel Yang Diteliti: Kinerja Fasilitator masyarakat yang meliputi: Input : Domisili (tempat tinggal fasilitator masyarakat) dan Penguasaan

wilayah kerja.

Proses : SMD, MMD, DKT, Proposal, Fasilitasi Paket Gizi Masyarakat

(PGM), Laporan Keuangan, penyuluhan gizi, Pergerakan sasaran,

intervensi gizi, Pelayanan gizi, Inisiator, Evaluasi PGM

(PaketGizi Masyarakat), Koordinasi, dan Kunjungan rumah.

Output : Perbaikan gizi baduta

Indikator yang dinilai

1. Domisili 2. Penguasaan

wilayah

Indikator yang dinilai 1. SMD,MMD, DKT 2. Proposal 3. Fasilitasi PGM 4. Laporan Keuangan 5. Penyuluhan Gizi 6. Penggerakan sasaran 7. Intervensi gizi 8. Pelayanan gizi 9. Inisioator 10. Evaluasi PGM 11. Koordinasi 12. Kunjungan rumah

Perbaikan Status Gizi Baduta

FASILITATOR MASYARAKAT (FM)

PEMBERDAYAAN GIZI MASYARAKAT

PAKET GIZI MASYARAKAT (PGM)

KELOMPOK GIZI MASYARAKAT (KGM)

KINERJA

INPUT OUTPUT PROSES

Page 65: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

49

G. Definisi Operasional

1. Penilaian input adalah menilai segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang

fasilitator masyarakat untuk dapat melaksanakan program perbaikan gizi

melalui pemberdayaan masyarakat kepada Kelompok Gizi masyarakat dan

masyarakat yang menjadi sasaran program meliputi:

a. Domisili yaitu fasilitator bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan

tempat penugasannya

b. Penguasaan wilayah yang dimaksud yaitu fasilitator mengenal wilayah

kerja, dan dikenaloleh aparat pemerintah desa, Tokoh agama, tokoh

masyarakat tempat di tugasnya dengan baik sebagai fasilitator pada

program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat.

2. Penilaian proses adalah segala sesuatu yang dilakukan seorang fasilitator

masyarakat dalam pelaksanaan program perbaikan gizi melalui pemberdayaan

masyarakat, terdiri atas:

a. SMD, MMD dan DKT yaitu fasilitator masyarakat melaksanakan Survey

Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dan Diskusi

Kelompok Terbatas (DKT)

b. Proposal yaitu fasilitator menfasilitasi KGM (Kelompok Gizi Masyarakat)

dalam pembuatan proposal Paket Gizi Masyarakat (PGM).

c. Fasilitasi PGM (Paket Gizi Masyarakat) yaitu fasilitator menfasilitasi

KGM (Kelompok Gizi Masyarakat) dalam penyusunan rencana kerja

PGM baik mingguan, bulanan maupun triwulan.

Page 66: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

50

d. Laporan Keuangan: yang dimaksud yaitu fasilitator membantu KGM

membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM sesuai petunjuk

pelaksanaan.

e. Penyuluhan Gizi; yang dimaksud adalah Fasilitator masyarakat

memfasilitasi KGM dalam pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi

bagi sasaran kelompok dan individu sesuai rencana kegiatan

f. Pergerakan sasaran; yang dimaksud adalah memfasilitasi KGM dalam

melakukan pegerakan sasaran untuk berkunjung keposyandu pada setiap

hari posyandu.

g. Intervensi Gizi; yang dimaksud adalah memfasilitasi pemberian paket gizi

(taburia, MP ASI, maupun PMT pemulihan) pada kelompok sasaran

h. Pelayanan Gizi; yang dimaksud adalahfasilitator masyarakat membantu

sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi (Kapsul Vit. A, Tablet tambah

darah)

i. Inisiator; yang dimaksud adalah fasilitator masyarakat berperan sebagai

inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan menghadiri undangan rapat

dari puskesmas, pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya.

j. Evaluasi PGM; yang dimaksud adalah fasilitator masyarakat

melaksanakan evaluasi seluruh kegiatan PGM (Paket Gizi Masyarakat) di

desa/kelurahan.

k. Koordinasi; yang dimaksud adalah faslitator masyarakat melaksanakan

koordinasi dengan pemangku kepentingan seperti kepala desa/kelurahan

Page 67: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

51

beserta jajarannya, kepala puskesmas dan seluruh staf, dan lintas sektor

terkait.

l. Kunjungan rumah; yang dimaksud adalah fasilitator masyarakat

memfasilitasi dan membantu kegiatan kunjungan rumah.

(skor Penilaian terlampir)

3. Penilaian output adalah dampak posisitif timbul sebagai akibat dari kegiatan

yang dilaksanakan oleh fasilitator masyarakat pada program perbaikan gizi

melalui pemberdayaan masyarakat, yang dilihat berdasarkan peningkatan

status gizi baduta. Status gizi baduta dinilai berdasarkan nilai Z-Skor indeks

BB/U, menggunakan Standar WHO-2005 dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk indeks BB/U: 1. Sangat Kurang bila Z-Skor<-3 SD

2. Kurangbila -3 SD s/d <-2SD

3. Normalbila Z-Skor-2 SD s/d 2 SD

4. Lebihbila Z-Skor> 2SD

Hasil dari penilaian stutus gizi baduta tersebut di akumulasikan dalam dalam

bentuk prevalensi desa/kelurahan yang menjadi lokasi pelaksanaan program

perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat.

Page 68: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen semu dengan desain eksperimen

semu tanpa kontrol. Intervensi dalam penelitian ini yaitu pemberdayaan gizi

masyarakat dengan penempatan Fasilitator Masyarakat (FM) disetiap desa

clauster.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan

pada bulan agustus 2009 sampai dengan Februari 2012. Jumlah kecamatan

sebanyak 11 buah dengan 18 Buah Puskesmas dengan 50 Desa.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang berada

pada 50 buah desa/kelurahan yang menjadi desa pendampingan program

perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara berkelompok (clauster),

clauster dalam penelitian ini adalah desa yang menjadi binaan NICE.

Sampel adalah semua sasaran baduta yang ada didalam desa clauster. Unit

analisis dalam penelitian ini adalah desa. Selanjutnya dilakukan penentuan

Page 69: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

53

kreteria responden untuk menilai kinerja kegiatan pendampingan oleh

Fasilitator.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data

sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan wawancara langsung

kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan/pedoman

wawancara yang telah dipersiapkan:

1. Data prevalensi status gizi balita setiap desa yang diambil adalah data

status gizi menurut indiokator BB/U.

2. Data proses kegiatan pendampingan diambil dari skor kinerja Fasilitator

yang dinilai oleh ketua Kelompok Gizi Masyarakat.

E. Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas dimaksudkan adalah supervisi dan kontrol terhadap

semua aspek operasional di dalam proses penelitian mulai dari tahap

persiapan sampai pada tahap pengolahan data. Kontrol kualitas ditujukan

untuk mendeteksi atau mengoreksi variasi random sistematik dan berlebih

(‘excesseve’) dalam hal kualitas

Standarisasi Petugas Lapangan dan Instrumen.

Langkah-langkah standarisasi yang dilakukan sebagai berikut.

1. Latihan petugas lapangan (enumerator) dengan tujuan agar enumerator

dapat memahami latar belakang dan tujuan penelitian, memahami

organisasi penelitian, mampu menggunakan alat ukur, mampu melakukan

wawancara.

Page 70: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

54

2. Standarisasi kemampuan kelompok gizi masyarakat (KGM) yakni

ketua/sekertaris/bendahara dilakukan melalui sosialisasi dan simulasi

tentang cara melakukan penilaian fasilitator masyarakat dengan kuesioner

yang ada.

3. Uji coba lapangan bertujuan untuk : (a) uji coba enumerator dalam

kegiatan pengumpulan data; (b) pengorganisasian kegiatan-kegiatan

lapangan; (c) uji coba instrumen-instrumen dan alat-alat ukur yang di

gunakan; (d) mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dari

penggunaan instrumen di lapangan termasuk item-item kuesioner yang

sulit dan membingungkan dan item-item yang masih harus ditambahkan

dalam kuesioner; (e) mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam waktu

pengumpulan data

4. Instrumen penelitian

Jika dari hasil uji coba ditemukan adanya kekurangan dalam instrumen,

maka perlu disempurnakan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Isnstrumen penelitian ini (kuesioner) diisi langsung oleh responden

(ketua/sekertaris/bendahara) KGM dan untuk menvalidasi kuesioner yang

diisi oleh KGM tersebut dilakukan croscekmelalui telaah dokumen laporan

fasilitator masyarakat dan laporan supervisi program gizi dinas kesehatan

kabupaten Jeneponto.

F. Teknik Analisa Data

Pengolahan data menggunakan program SPSS sedangkan analisis data

menggunakan uji korelasi pearson. Hal ini ditujukan untuk mengetahui ada

Page 71: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

55

tidaknya korelasi antara skor kinerja fasilitator masyarakat dengan prevalensi

status gizi balita di setiap desa. Jika ditemukan korelasi negatif antara skor

kinerja kegiatan pendampingan dengan prevalensi status gizi buruk dan gizi

kurang, maka hal ini dinyatakan bahwa kegiatan pendampingan memiliki

dampak positif terhadap perbaikan status gizi masyarakat. Dan uji Wilcoxon

untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prevalensi gizi kurang sebelum

dilakukan intervensi oleh fasilitator masyarakat dan prevalensi gizi kurang saat

penelitian ini dilakukan.

Page 72: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

56

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Desa Binaan

Kabupaten Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749,2 km2

dimana luas kabupaten Jeneponto hanya 1,2% dari luas wilayah sulawesi

selatan. Secara administrasi pemerintahan terbagi atas 11 kecamatan, 18

puskesmas, 86 desa dan 27 kelurahan. Adapun batas batas wilayahnya sebagai

berikut:

Sebelah utara : berbatasan dengan kab. Gowa dan Takalar.

Sebelah Timur : berbatasan dengan kab. Bantaeng

Sebelah selatan : berbatasan dengan laut flores

Sebelah barat : berbatasan dengan kab. Takalar

Menurut data BPS kabupaten jeneponto pada tahun 2010 jumlah penduduk

jeneponto sebanyak 342.489 jiwa. Sedangkan yang menjadi desa/kelurahan

binaan NICE ada 50 desa/kelurahan yang tersebar di 18 wilayah puskesmas

dan 11 kecamatan dengan jumlah penduduk 154.921 (45,2% dari jumlah

penduduk jeneponto) adapun jumlah kepala keluarga yang tergolong miskin

dalam wilayah NICE sebanyak 27.052 KK (60,9%) dari 44.737 KK, jumlah

posyandu yang ada 206, jumlah balita 11.899 dan baduta 4.952. Dengan

rincian dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Page 73: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

57

Tabel. 1 Karakteristik Desa/kelurahan Binaan

Jlm KK KK gakin balita baduta1 Pattiro 1680 410 371 130 59 4 biasa2 Banrimanurung 3058 560 310 286 117 5 biasa3 Kaluku 2913 619 304 202 98 4 sulit4 Camba-Camba 3583 824 336 308 132 4 biasa5 Kapita 5571 1450 966 373 159 10 sulit6 Pappaluang 1330 413 336 172 63 4 sangat sulit7 Pallengu 3779 934 668 276 60 5 biasa8 Pantaibahari 2748 578 220 218 54 4 biasa9 kayuloe Timur 1402 328 211 106 54 2 biasa

10 Bungung Loe 3082 817 730 238 122 5 biasa11 Tonrokassi 5161 1277 635 430 166 5 biasa12 Tonrokassi Timur 3792 1108 622 295 95 4 biasa13 Arungkeke 4259 1129 1025 400 72 6 biasa14 Palajau 3335 1758 875 251 56 5 biasa15 Empoang Selatan 4709 1210 815 344 196 4 biasa16 Bulo-Bulo 2463 648 409 233 118 3 biasa17 Maero 2279 539 339 186 57 3 biasa18 Balumbungang 2121 460 287 161 44 3 biasa19 Bululoe 4594 1254 788 320 167 6 sulit20 Jombe 2106 537 361 150 76 5 biasa21 Sapanang 3344 879 628 231 118 4 biasa22 Empoang Utara 3343 984 643 267 113 5 biasa23 Bulusibatang 4166 1097 878 276 63 4 biasa24 Kareloe 3814 1156 755 263 51 3 sulit25 Bontomanai 1988 411 271 175 75 3 biasa26 Pallantikang 1698 452 231 139 75 4 biasa27 Tolo Selatan 3472 738 335 230 94 4 biasa28 Tombolo 1415 370 247 98 47 2 sulit29 Tarowang 2754 710 301 218 157 4 biasa30 Bontoraya 2194 650 350 174 77 4 biasa31 Kassi 2368 690 313 222 83 6 sangat sulit32 Tompobulu 1531 417 126 139 62 5 sulit33 Panaikang 2427 688 588 222 117 3 biasa34 Balang 4601 1177 535 318 157 4 biasa35 Lentu 2164 497 288 195 89 3 biasa36 Baraya 3430 678 391 224 74 4 biasa37 Bontosunggu 3960 1227 844 377 160 5 biasa38 Borongtala 3921 1953 1515 281 105 3 biasa39 Barana 4469 1063 367 469 273 5 sulit40 Beroanging 4466 1058 341 468 225 6 sangat sulit41 Manjang Loe 1898 477 307 145 62 3 biasa42 Turatea Timur 2281 561 331 160 70 3 biasa43 Bontonompo 1256 392 265 90 53 4 sulit44 Bontotiro 1.829 486 382 163 105 3 biasa45 Parasangan Beru 1.472 388 295 101 34 2 biasa46 Tolo Barat 6.115 1.170 465 207 98 4 biasa47 Kalimporo 3.581 1.016 541 244 52 4 biasa48 Bontorannu 5.392 4.136 2.962 256 82 4 biasa49 Tino 3.338 1.013 408 292 151 3 biasa50 Baltar 2.269 986 541 176 65 4 biasa

Jumlah 154.921 44.373 27.052 11.899 4.952 206

no Nama DesaPenduduk sasaran Jlm Posy Kategori

desa/kelurahan

Page 74: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

58

Dari data tersebut dapat dikatan bahwa pemilihan lokasi NICE sudah

sesuai dengan kriteria Dasar pemilihan kabupaten/kota yaitu (1) prevalensi

gizi kurang; (2) angka kemiskinan; (3) adanya komitmen Pemerintah Daerah

untuk replikasi program. Pada point 3, pemerintah daerah sudah

mengalokasikan anggaran untuk dua desa replikasi pada tahun pertama 2010

namun tahun selanjutnya tidak dianggarkan lagi, disulawesi selatan hanya

kabupaten jeneponto yang melakukan replikasi sedangkan tiga kabupaten/kota

belum. Adapun Karakteristik Desa yang menjadi binaan proyek NICE di

Kabupaten Jeneponto terdiri dari ; jumlah kader aktif, keberhasilan program

dan partisipasi masyarakat. Ketiga variable ini dapat dilihat pada grafik

dibawah ini:

Gambar 1. Persentase Kader Aktif, Keberhasilan Program dan Partisipasi Masyarakat di Desa Binaan NICE Kabupaten Jeneponto Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada program

NICE dapat meningkatkan keaktifan kader dimana sebelum intervensi

keaktifan kader hanya 68.14% berubah menjadi 88,89% setelah adanya

Page 75: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

59

intervensi program NICE begitu pula dengan persentase cakupan posyandu

(D/S) dan keberhasilan program posyandu (N/D) mengalami peningkatan.

2. Kinerja Fasilitator Masyarakat

Evaluasi proses memberikan informasi tentang cara yang paling efektif dan

efisien melancarkan intervensi (Mantra IB, )Evaluasi terhadap kinerja Fasilitator

masyarakat (FM) diperlukan guna menjamin bahwa proses pelaksanaan kegiatan

fasilitasi tersebut berjalan sesuai tahapan dan harapan yang telah ditentukan.Untuk

meningkatkan efektifitas pemantauan diharapkan masyarakat juga dapat

melakukan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan tersebut.

a. Kinerja Fasilitator Masyarakat berdasarkan Indikator Input

Penilaian input adalah menilai segala sesuatu yang dibutuhkan

oleh seorang fasilitator masyarakat untuk dapat melaksnakan program

perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat kepada Kelompok

Gizi masyarakat dan masyarakat yang menjadi sasaran program.

Penilaian kinerja fasilitator masyarakat berdasarkan Indikator input

meliputi domilisi (tempat tinggal fasilitator masyarakat) dan Penguasaan

wilayah (mengenal wilayah kerja dan dikenal oleh aparat pemerintah

desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat tempat tugasnya)

Page 76: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

60

Tabel 2 Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan indikator Input

Variabel N= 50 ketua kgm

Persentase (%)

Domisili Tidak, jauh dari tempat tugas 5 10,0 Tidak, tapi dekat dari tempat tugas 6 12,0

Tidak tapi didesa tetangga tempat tugas 26 52,0

Ya, FM tinggal di desa/kel tempat tugas 13 26,0

Mengenal wilayah kerja

Kurang 5 10,0 Ya, cukup Mengenal 23 46,0 Ya, sangat mengenal 22 44,0

Sumber : Data Primer, 2012 Tabel 2 menunjukan faslitator masyarakat yang bertempat tinggal

didesa tempat tugas sudah cukup baik yakni sebesar 78% dengan rincian

52% bertempat tinggal didesa tetangga dan 26% bertempat tinggal

didesa/kelurahan tempat tugasnya, sedangkan yang tidak bertempat tinggal

dan jauh dari desa tetangga tempat tugas sebesar 10% atau ada 5 desa

(Beroanging, Barana, Bontosunggu, Manjangloe, Parasanggeng beru). Ada

beberapa hal yang menyebabkan fasilitator masyarakat tidak tinggal

diwilayah tempat tugasnya yaitu bukan merupakan penduduk asli

jeneponto, bertempat tinggal dirumah sendiri yang jauh dari lokasi tempat

tugasnya memilih bolak balik hal ini dapat menyebabkan kurangnya

fasilitasi terhadap masyarakat dan KGM (kelompok Gizi Masyarakat) juga

dapat berdampak pada penguasaan wilayah kerja.

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seorang fasilitator untuk

mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa, tokoh agama dan tokoh

masyarakat. Tabel 2 juga menunjukan Persentase FM dalam pengenalan

wilayah sudah cukup baik. FM yang sangat menganal wilayah kerjanya

Page 77: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

61

44% dan yang kurang mengenal 10% atau ada 5 desa (Kareloe, Lentu,

Turatea Timur, Tompo bulu, Manjang loe). Hal ini terkait dengan tempat

tinggal fasilitator ditempat tugas, dengan bertempat tinggal di wilayah

kerja akan lebih mudah membaur dengan masyarakat dan lebih mudah

dikenali oleh oleh aparat desa, TOMA dan TOGA sehingga proses

fasilitasi lebih mudah

Salah satu kegagalan PPK (program Pengembangan

kecamatan) yaitu kurang memperhatikan kondisi masyarakat dan

fungsi institusi/lembaga lokal masyarakat setempat, sekalipun

Falitator telah dilatih keterampilan berkomunikasi dan atau

kemampuan bersosialisasi tetapi tanpa mengenal, memahami dan

menggunakan peta komunisasi sosial serta pengetahuan tetntang

struktur masyarakat dan kebiasaan kebiasaan masyarakat setempat

maka kemungkinan besar Fasilitattor akan menuai kegagalan

(gunawan, 2008).

Kelemahan PPK lainnya diawal awal program adalah pada

perekrutan dan lemahnya pembekalan fasilitator. Tugas dan peran

fasilitator dalam pendampingan masyarakat membutuhkan lebih dari

sekedar kecakapan teknik dan penguasaan metodologi namun juga

empati dan keberpihakan dari para fasilitator.Empati semacam itu

tidak bisa ditumbuhkan hanya dengan seminggu pelatihan fasilitator,

pengalaman didesa atik berik, fasilitator tidak tinggal didesa yang

didampingi padahal empati dan keberpihakan yang otentik hanya

Page 78: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

62

bisa ditumbuhkan manakala fasilitator live in, tinggal bersama

masyarakat yang didampingi. (Agus Purbathin Hadi, 2008).

b. Kinerja Komponen Proses

Indikator poses menunjukan ukuran keaktifan proses yang

dilakukan fasilitator masyarakat (FM) di desa/kelurahan yang menjadi

binaanya dalam Pemberdayaan Masyarakat Ukurannya dapat berupa hal-

hal sebagai berikut:

b.1 Melaksanakan SMD, MMD dan DKT atau Positif deviant

. Tabel 3

Distribusi Kinerja Proses Fasilitator Masyarakat Berdasarkan Indikator Pelaksanaan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant

Melaksanakan SMD, MMD,

DKT,Positif Deviance N= 50 ketua kgm Persentase(%)

hanya melaksanakan satu 1 2,0

hanya melaksanakan dua 3 6,0

hanya melaksanakan 3 14 28,0

melaksanakan semua, 32 64,0

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan hasil penelitianpada tabel 3 menunjukkan fasilitator

yang melaksanakan semua (SMD,MMD,DKT dan Positif deviance)

kegiatan tersebut 64% dan yang melakukan hanya satu diantara kegiatan

tersebut 2% (Desa Manjang), hasil ini menunjukan bahwa secara umum

fasilitator telah melaksanakan proses awal sebelum pembuatan proposal

yang sudah menjadi tugas dan tanggungjawab fasilitator masyarakat sesuai

dalam pedoman umum fasilitator masyarakat.

Page 79: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

63

Venugopal (Mardikanto,1993) mendefinisikan perencanaan

program sebagai suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat dalam

upaya untuk merumuskan masalah (keadaan-keadaan yang belum

memuaskan) dan upaya pemecahan yang mungkin dapat dilakukan demi

tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Tujuan ini tidak dapat

dicapai jika fasilitator tidak melaksanakan SMD, MMD, DKT dan Positif

Deviant.

Pada pelaksanaan SMD fasilitator bersama dengan KGM

(kelompok Gizi Masyarakat) melakukan pengumpulan data dan potensi

desa/kelurahan yang ada, hasil dari SMD ini adalah masalah gizi dan

penyebabnya yang terindentifikasi serta daftar potensi desa/ masyarakat

yang dapat didayagunakan dalam menyelesaikan maslah gizi.(Depkes,

2009)

Tahapan awal yang dilakukan pada MMD I (Musyawarah

Masyarakat Desa) yaitu pengenalan kondisi desa yang dibuat menjadi

sebuah profl desa sederhana, pada tahapan ini juga fasilitator

mendiskuskan program NICE kepada pada penyedia layanan kesehatan.

selanjutnya fasilitator bersama KGM melaksanakan MMD II, pertemuan

ini dilakukan setelah draf proposal PGM telah selesai. MMD II ini

menyajikan hasil identifikasi maslah gizi, analisis situasi dan usulan

kegiatan, terakhir melaksanakan MMD III setelah proposal PGM tersusun

rapi, hasil dari MMD III yaitu adanya kesepakatan seluruh masyarakat

tenatang proposal yang akan diajukan dan tersusunnya rencana anggaran

kegiatan program NICE didesa tersebut.

Page 80: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

64

Sedangkan pelaksanaan DKT (diskusi kelompok terarah)

dilakukan sebelum permintaan Dana Tahap II, hal ini untuk menampung

aspirasi dari masyarakat terhadap proposal yang telah dibuat yang

memungkinkan perubahan terhadap proposal apabila ada hal yang baru

atau ada kegiatan dalam proposal yang sudah tidak terlalu penting lagi

untuk dilaksanakan.

b.2 Fasilitator memfasilitas pembuatan proposal.

Tabel 4 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator pembuatan

proposal

Pembuatan Proposal N= 50 ketua kgm Persentase(%)

Sedikit aktif 1 2,0

cukup aktif 4 8,0

sangat membantu 45 90,0

Sumber: Data Primer, 2012

Proposal merupakan persyaratan mutlak dari program NICE, dari

proposal tersebut pemerintah mengucurkan dana untuk membiayai

kegiatan yang ada dalam proposal paket gizi masyarakat. Berdasarkan hasil

penelitian ini diketahui bahwa 90% fasilitator berperan sangat membantu

memfasilitasi dalam pembutan proposal dan hanya 2% desa/kelurahan

fasilitator yang berperan agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan

proposal (desa Turatea Timur).

Dalam pembuatan proposal ini KGM harus difasilitasi oleh FM

karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawab, disamping itu pembuatan

Page 81: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

65

proposal juga harus mengikuti sistimatika penulisan dan aturan tentang

jenis kegiatan yang boleh dan tidak boleh di danai seperti membangun

gedung, memberikan upah dll.

Isi dari kegiatan proposal paket gizi masyarakat merupakan hasil

dari SMD dan MMD yang telah dilaksakan pada awal kegiatan fasilitator.

Jadi pelaksanaan SMD dan MMD dengan pembuatan proposal merupakan

paket yang tidak bisa dipisahkan. Jadi dalam proposal tersebut berisikan

masalah gizi yang akan dipecahkan dan rancangan kegiatan untuk

memecahkan masalah tersebut. Tehnik penyusunan proposal ini

berorientasi pada hasil (outcomes oriented), yang perencanaanya dimulai

dengan hasil (outcomes) yang diinginkan kemudian disusun kegiatan untuk

mencapai hasil tersebut, lalu ditentukan pelaksana/penanggung jawab

setiap kegiatan, jadwal kegiatan dan rincian budget yang diusulkan.

Semuanya sebagai satu kesatuan dikenal sebagai teknologi peta jalan

(Road Mapping Technology).

b.3 Fasilitasi Penyusunan Rencana Kerja PGM (Paket Gizi Masyarakat)

Tabel 5 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

Fasilitasi Penyusunan rencana Kerja PGM (Paket Gizi Masyarakat)

Fasilitasi PGM N= 50 ketua kgm Persentase(%)

sedikit aktif 2 4,0

cukup aktif 9 18,0

sangat membantu 39 78,0

Sumber: Data Primer, 2012 Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitor yang sangat

membantu memfasilitasi penyusunan rencana kerja 78% sedangkan

Page 82: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

66

fasilitator yang sedikit aktif dalam memfasilitasi 4% (Desa Manjang Loe

dan Turatea Timur).

Hal ini menunjukan bahwa fasilitator telah bekerja secara baik.

Dari laporan pelaksanaan program NICE tahun 2011 yang di buat oleh

DPIU Jeneponto memperlihatkan bahwa ada 2 (dua) desa/kelurahan yang

pernah tidak melakukan kegiatan PGM dalam sebulan namun tidak

terlaksanya kegiatan PGM bukan disebabkan tidak adanya rencana kerja

tapi adanya konflik/kesalahpahaman antara kepala desa dengan KGM.

Setalah Proposal PGM disetujui maka tugas FM selanjutnya

memfasilitasi KGM membuat rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh

KGM untuk memilih jenis kegiatan apa yang harus didahulukan, siapa

penanggungjawab kegiatan dan siapa yang menjadi sasaran, dimana

dilaksanakan, kapan pelaksanaanya, dll. Hal ini dimaksudkan agar dalam

pelaksanaan kegiatan PGM lebih terarah dan teroganisir secara baik.

b.4 Pembuatan laporan keuangan dan kegiatan KGM

Tabel 6 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

Laporan keuangan dan kegiatan KGM

Laporan Keuangan N= 50 ketua kgm Persentase

(%)

mendampingi secara pasif 4 8,0

sedikit aktif memfasilitasi 3 6,0

cukup aktif memfasilitasi 14 28,0

sangat membantu 29 58,0

Sumber: Data Primer, 2012

Page 83: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

67

Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa fasilitator yang

sangat membantu memfasilitasi pembuatan laporan keuangan dan kegiatan

58% sedangkan fasilitator yang hanya mendampingi secara pasif 8%

(Tompobulu, Lentu, Kareloe dan Bulo bulo). Kegiatan pembuatan laporan

keuangan dirasa paling sulit bagi fasilitator maupun KGM, ini ditunjukkan

dengan seringnya fasilitator maupun bendahara KGM melakukan

konsultasi teknis pada staf financial DPIU (laporan pelaksanaan program

NICE tahun 2011).

Beberapa hal yang menjadi penyebabnya yaitu; fasilitator

tidak dilatih khusus dalam hal pembuatan laporan keuangan begitu

juga dengan bendahara KGM yang tingkat pendidikan rata rata SMA

dan belum pernah menjadi bendahara sehingga kesulitan dalam

pembuatan pembukuan, laporan pertanggungjawaban keuangan dan

laporan pelaksanaan kegiatan. Walaupu ada beberapa bebdahara

KGM pernah menjadi bendahara pada program pemberdayaan

lainnya seperti PNPM dan PAUD namun mereka juga mengalami

kesulitan karena pada program tersebut bentuk kegiatannya fisik

sehingga pertanggungjawabannya lebih sederhana dibanding

kegiatan dalam PGM yang lebih banyak non fisik seperti

penyuluhan, kunjungan rumah, demo masak, kelas ibu dll, yang

jumlah dananya kecil namun kegiatannya banyak dan harus

dibuatkan laporan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu juga setiap

tahunnya dilaksanakan dua kali audit keuangan dan laporan

pertanggungjawaban kegiatan yang dilakukan oleh auditor

Page 84: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

68

independent dan BPKP propinsi hal tsb membuat fasilitator lebih

banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk menfasilitasi kegiatan

ini.

b.5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi. Tabel 7

Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator Penyuluhan dan konsultasi gizi

Penyuluhan Gizi N= 50 ketua kgm Persentase (%)

mendampingi secara pasif 2 4,0

sedikit aktif menfasilitasi 3 6,0

cukup aktif memfasiliasi 12 24,0

sangat membantu 33 66,0

Sumber: Data Primer, 2012 Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitator

yang sangat membantu dalam memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan

dan konsultasi gizi melalui kelas ibu sebesar 66% sedangkan

fasilitator yang hanya mendampingi secara pasif pelaksanaan

penyuluhan dan konsultasi melalui kelas ibu sebesar 4% (desa

Manjang Loe dan kareloe), keberhasilan ini tidak lepas dari

kebijakan dari pengelola NICE kab. Jeneponto dalam hal perekrutan

FM yang memprioritaskan lulusan gizi dengan harapan FM dapat

berperan sebagai penyuluh atau pelaksana apabila petugas kesehatan

tidak ada atau punya jadwal yang bersamaan dengan kegiatan lain.

Begitu pula jika dilihat dari jenis kegiatan yang ada dalam PGM

(paket gizi masyarakat), kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi

Page 85: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

69

memiliki porsi volume kegiatan yang terbesar dari jenis kegiatan lain

yang ada dalam proposal PGM.

Penyuluhan gizi dalam program NICE dimaksudkan agar

dengan penyuluhan gizi yang efektif, partisipasi masyarakat dengan

sendirinya meningkat sehingga tujuan perbaikan gizi melalui

perbaikan makan dan perilaku memberi makan dapat lebih mudah

terwujud.

b.6 FM Memfasilitasi KGM dalam melakukan pergerakan sasaran untuk

berkunjung keposyandu.

Tabel 8 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu

Pergerakan Sasaran N= 50 ketua kgm

Persentase (%)

mendampingi secara pasif 3 6,0

agak sedikit aktif menfasilitasi 6 12,0

cukup aktif memfasiliasi 14 28,0

sangat membantu 27 54,0

Sumber: Data Primer, 2012

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitator yang

sangat membantu dalam memfasilitasi KGM melakukan pergerakan

sasaran keposyandu sebesar 54% sedangkan yang pasif melakukan

fasilitasi pergerakan sasaran hanya 6% (Kareloe, Lentu, manjangloe).

Hasil capaian dirasa masih kurang memuaskan karena masih ada

FM yang bersikap pasif dalam memfasilitasi kegiatan pergerakan sasaran

ke posyandu. Cakupan posyandu merupakan salah satu indikator yang

Page 86: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

70

menunjukan adanya gerakan pemberdayaan masyarakat. sebagaimana

diketahui untuk bidang kesehatan konsep pemberdayaan masyarakat telah

ada sebelumdiberlakukannya otonomi daerah yaitu sejak diperkenalkannya

posyandu (pos pelayanan terpadu) tahun 1984.

Didalam proposal paket gizi masyarakat beberapa jenis

kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan fungsi posyandu dan

mengairahkan kader dan sasaran untuk berkunjung keposyandu

seperti peningkatan fasilitas posyandu (rehab ringan, melengkapi

peralatan posyandu, menyediakan ATK dan buku register), pelatihan

dan refresing kader.

b.7 Intervensi gizi;

Tabel 9 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

pemberian paket intervensi gizi

Intervensi Gizi N= 50 ketua kgm

Persentase (%)

sedikit aktif menfasilitasi 3 6,0

cukup aktif memfasiliasi 20 40,0

sangat membantu 27 54,0

Sumber: Data Primer, 2012

FM Memfasilitasi pemberian paket gizi (taburia, MP ASI,

maupun PMT Pemulihan) pada kelompok sasaran. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa fasilitator sangat membantu dalam

memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok

sasaran yaitu 54% dan fasilitator yang sedikit aktif memfasilitasi

Page 87: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

71

pemberian paket intervensi yaitu 6% (desa Kareloe, Manjangloe dan

Turatea timur).

Paket pemberian intervensi gizi merupakan titipan

kegiatan dari program gizi kabupaten jeneponto, yang terintegrasi

dengan kegiatan fasilitator, selain itu dilapangan FM merupakan

mitra kerja dari TPG (Tenaga Pelaksana Gizi). Peket intervensi yang

juga merupakan paket intervensi dari program NICE yaitu taburia

yang sasarannya meliputi semua anak yang berusia 6 sd 24 bulan

desa/kelurahan binaan NICE namun dengan keterbatan jumlah

taburia yang ada maka sasaran diseleksi lagi, adapun jumlah sasaran

yang mendapat taburia berdasarkan laporan dinas kesehatan yaitu

2100 anak dengan jumlah taburia 189.000 saset. Sedangkan MP ASI

maupun PMT pemulihan hanya diberikan pada kasus gizi buruk,

berdasarkan laporan dari dinas kesehatan jeneponto, jumlah kasus

gizi buruk yang mendapat intervensi sebanyak 37 kasus dan paket

tersebut berasal dari dinas kesehatan kab. Jeneponto.

b.8 Pelayanan Gizi;

Tabel 10 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

pelayanan gizi

Pelayanan Gizi N= 50 ketua kgm

Persentase (%)

sedikit aktif menfasilitasi 5 10,0

cukup aktif memfasiliasi 13 26,0

sangat membantu 32 64,0 Sumber: Data Primer, 2012

Page 88: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

72

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitator yang

sangat membantu menfaslitasi sasaran memperoleh pelayanan gizi

yakni 64% dan fasilitator yang agak sedikit aktif memfasilitasi yaitu

10% (Desa Turatea Timur, Manjang Loe, Lentu, Kareloe dan Bulo

bulo).

Hasil ini juga menunjukan bahwa fasilitator turut membantu

program dinas kesehatan dalam meningkatkan cakupan pemberian

vitamin A dan Fe, disamping itu juga memperlihatkan koordinasi

yang baik antara dinas kesehatan jeneponto dengan fasilitator

masyarakat. cakupan pemberian Vitamin A dan Kapsul Fe juga

merupakan salah satu indikator keberhasilan dari program NICE.

b.9 Inisiator Rapat/Pertemuan

Tabel 11 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

Inisiator Rapat/Pertemuan

Inisiator Rapat/Pertemuan N= 50 ketua

kgm Persentase

(%) sedikit berinisiatif 2 4,0

cukup berinisiatif 13 26,0

sangat berinisiatif 35 70,0

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa fasilitator

yang sangat berinisiatif berperan sebagai inisiator rapat/pertemuan

dan menghadiri undangan rapat yaitu sebesar 70% sedangkan

fasilitator sedikit berinisiatif yaitu 4% (Desa Manjang Loe dan

Turatea Timur).

Page 89: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

73

Salah satu peran fasilitator masyarakat dalam melakukan

pemberdayaan yaitu sebagai inisiator rapat/pertemuan berkala KGM,

dan menghadiri undangan rapat dari puskesmas, pemerintah dan

organisasi masyarakat lainnya. Hal ini sebagai upaya pendekatan

dengan pemegang kekuasaan yang dapat mempengaruhi masyarakat

selain itu juga untuk menyerap aspirasi dan masalah yang ada dalam

masyarakat terkait dengan kesehatan.

Salah satu bentuk aktifitas program NICE adalah

menyelenggarakan pertemuan atau musyawarah dalam merumuskan

usulan (proposal) yang menjadi kebutuhan dari wilayah tersebut atau

kebutuhan yang perlu dikembangkan sesuai potensi lokal yang ada.

Pertemuan pertemuan masyarakat ini akan difasilitasi fasilitator

masyarakat adapun fungsi memfasilitasi tersebut meliputi 3 hal poko

yaitu, menyampaikan tujuan dan memandu jalannya pertemuan,

memotivasi peserta untuk mengemukanan pendapat, dan memandu

peserta dalam mengambil suatu keputusan.

Fasiliator masyarakat sebelum terjun kemasyarakat

memperoleh pelatihan sebagai bekal dan memiliki kemampuan

dalam hal kepemimpinan, kemampuan komunikasi dan kemampuan

dalampengembangan masyarakat, disamping itu fasilitator perlu

menyadari dan memahami empat fungsi fasilitasi dimasyarakat yaitu

sebagai narasumber, sebagai guru, sebagai mediator dan sebagai

motivator. (depkes, 2009)

Page 90: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

74

b.10 Evaluasi PGM Tabel 12

Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator Evaluasi PGM

Evaluasi PGM N= 50 ketua

kgm Persentase

(%) sedikit berinisiatif 3 6,0

cukup berinisiatif 14 28,0

sangat berinisiatif 33 66,0

Sumber: Data Primer, 2012

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitator

yang sangat berinisiatif melaksanakan evaluasi seluruh kegiatan

PGM (Paket Gizi Masyarakat) sebesar 66% sedangkan fasilitator

yang memiliki sedikit inisiatif melaksanakan evaluasi PGM (Paket

Gizi Masyarakat) di desa/kelurahan sebesar 6% (Desa Bulo Bulo,

Manjang Loe dan Turatea timur dengan)

Evaluasi dalam program NICE menjadi hal yang sangat

penting bagi penguatan masyarakat karena hal ini merupakan elemen

terpadu bukan merupakan sesuatu yang terpisah atau berdiri sendiri.

Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan data/informasi

yang dilakukan secara berkala untuk memastikan apakah suatu

kegiatan sudah dilaksanakan sesuai rencana, hasil dari kegiatan

pemantau digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan

penyesuaian terhadap rencana. (depkes, 2009). Hendaknya

pemantauan/ monitoring sebaiknya dilakukan oleh pihak yang

Page 91: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

75

mampu menganalisa laporan, analisa data dan mampu mengaudit

material dan pembiayaan program (Wijono, 1999)

Dengan melaksanakan evaluasi maka tidak sekedar

menentukan keberhasilan atau kegagalan, tetapi juga mengatahui

mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan apa yang bisa

dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut. (Klineberg)

Menurut Dwintara L. Sumarto RH (2004) teknik – teknik

monitoring sifatnya saling melengkapi dan saling mendukung serta

harus diterapkan secara bersama sama guna memperoleh informasi/

data yang obyektif dan akurat sehingga mampu meminimalkan atau

menghindari penyimpangan penyimpangan maupun untuk

mengambil kebijakan yang tepat.

b.11 Koordinasi

Tabel 13 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

Koordinasi Dengan Pemangku Kepentingan

Koordinasi N= 50 ketua kgm Persentase(%)

sedikit berinisiatif 4 8,0

cukup berinisiatif 18 36,0

sangat berinisiatif 28 56,0

Sumber: Data Primer, 2012

dari hasil penelitian ini menunujukan bahwa faslitator

masyarakat yang sangat berinisiatif melaksanakan koordinasi

dengan pemangku kepentingan seperti kepala desa/kelurahan beserta

Page 92: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

76

jajarannya, kepala puskesmas dan seluruh staf, dan lintas sektor

terkait yakni sebesar 56% sedangkan fasilitator yang hanya sedikit

berinisiatif melaksanakan koordinasi 8% (desa Bontomanai, Bulo

Bulo, Lentu dan tompobulu).

Dapat melakukan koordinasi dengan baik merupakan salah

satu modal bagi fasilitator masyarakat, Fasilitator harus dapat

menjalin koordinasi dengan pemangku kepentingan diwilayah

kerjanya hal ini akan memperlancar kegiatan fasilitator disamping

itu dapat dijadikan sebagai media konsultasi terhadap berbagai

masalah yang mereka hadapi baik teknis maupun adminstrasi dan

dengan sukarela mereka akan membantu.

Koordinasi adalah pengaturan usaha sekelompok orang

secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam

mengusahakan tercapainya suatu tujuan (Wijoyo, 1997). Menurut Al

harini S (2004) agar koordinasi dapat terlaksana diperlukan syarat

tertentu, misalnya adanya keinginan kerjasama, semangat tim,

semangat koorps dan penghargaan organisasi.

Page 93: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

77

b.12 Kunjungan rumah;

Tabel 14 Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator

Kunjungan Rumah

Kunjungan Rumah N= 50 ketua

kgm Persentase(%)

tidak berinisiatif 3 6,0

sedikit berinisiatif 3 6,0

cukup berinisiatif 24 48,0

sangat berinisiatif 20 40,0

Sumber: Data Primer, 2012

dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitator

masyarakat yang sangat berinisiatif memfasilitasi dan membantu

kegiatan kunjungan rumah yakni sebesar 40% sedangkan fasilitator

yang tidak berinisiatif memfasilitasi kunjungan rumah sebesar 6%

(desa kareloe, Barana dan Tompobulo).

Salah satu cara unutuk meningkatkan cakupan kunjungan

sasaran ke posyandu yaitu dengan melakukan kunjungan rumah,

besaran cakupan sasaran keposyandu merupakan indikator yang

menunjukan adanya gerakan pemberdayaan masyarakat. disamping

itu kunjungan rumah juga dapat mendeteksi dini terhadap masalah

gizi yang dialami oleh sasaran (bumil, bayi dan bailita).

Dalam pedoman pendampingan (hardiansyah, dkk 2007)

dinyatakan bahwa kunjungan rumah direncanakan sesuai dengan

berat ringannya masalah gizi yang dihadapi keluarga, jika tidak ada

Page 94: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

78

jadwal kunjugan rumah maka sasaran yan mempunyai masalah yang

lebih berat dapat saja mendapat kunjungan yang tidak sesuai dengan

keadaan masalahnya. Selanjutnya bahwa dalam setiap kunjungan

rumah hendaknya selalu menghimbau dan mengajar keluarga sasaran

agar mau membawa anaknya ditimbang setiap bulan diposyandu,

untuk menyakinkan keluarga sasaran perlu disampaikan mamfaat

menimbang berat badan balita setiap bulan terhadap

pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil dari tabel frekuensi variabel-variabel

kinerja fasilitator masyarakat diketahui ada 3 variabel indikator

penilaian kinerja fasiliator yang paling menonjol persentasenya

yaitu; 1) memfasilitasi pembuatan proposal PGM (Paket Gizi

Masyarakat) 90%, 2) Penyusunan rencana kerja PGM (Paket Gizi

Masyarakat) 78% dan 3) sebagai inisiator rapat/pertemuan 70%.

Sedangkan yang paling rendah pesentasenya yaitu 1) Domisili 26%,

2) Kunjungan rumah 40% dan 3) Mengenal wilayah kerja 44%.

Tabel. 15 Hubungan Indikator Kinerja Input dan Proses

Variable Skor Proses

r p

Skor Input 0.574 0.000 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis data diketahui, bahwa ada korelasi positif antara

skor input dengan skor proses (p=0.000). Hal ini membuktikan bahwa semakin baik

Page 95: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

79

indikator input maka akan diikuti oleh membaiknya indikator proses. Dari hasil

penelitian ini diketahui bahwa ada 5 desa (kareloe, bontosunggsu, manjang loe, turatea

timur dan beroanging) yang kinerja FM berdasarkan indikator inputnya paling rendah

sedangkan kinerja FM berdasarkan indikator proses paling rendah ada 5 desa (manjang

loe, Turatea timur, Lentu, Kareloe dan bulo bulo) dari gambaran ini diketahui ada 3

desa yang kinerja FM berdasarkan indikator input maupun prosesnya paling rendah

yaitu desa turatea timur, manjang loe dan didesa kareloe.

Kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator masyarakat baik pada komponen

kinerja input dan proses merupakan tahapan tahapan dalam proses pemberdayaan

sehingga apabila kinerja input baik maka akan baik pula kinerja prosesnya begitu pula

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan rekomendasi United Nations (1956), dalam

tampubolon (2004) tentang proses – proses pemberdayaan, ada 11 (sebelas) proses

pemberdayaan masyarakat dimana tahap satu sampai tigamerupakan kegiatan FM

berdasarkan kinerja input sedangkan tahap empat samapai sebelam merupakan kegiatan

FM berdasarkan kinerja proses. Adapaun kesebelas tahapan proses pemberdayaan

tersebut yaitu

a). Getting to know the local coomunity yakni mengetahui karakteristik

masyarakat setempat (lokal) yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik

yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya dalam

pemberdayaan masyarakat diperlukan timbal balik antara fasilitator dengan masyarakat.

b). Gethering knowledge about the local community yakni mengumpulkan

pengetahuan yan menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan

tersebut merupakan informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, sex,

pekerjaan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi termasuk pengetahuan tentang

Page 96: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

80

nilai, sikap, ritual dan budaya.Jenis pengelompokan serta faktor kepemimpinan baik

formal maupun informal.

C). Identifying the local leaders,faktor ini harus selalu diperhitungkan

karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat. segala usaha

pemberdayaan masyarakat akan sia sia apabila tidak memperoleh dukungan dari

pimpinan/tokoh – masyarakat setempat. Dukungan dari orang/kelompok yang

memegang kekuasaan dimasyarakat baik itu organisasi masyarakat, tokoh agama, atau

tokoh etnis dan lain lain menjadi langkah penting untuk mendapatkan penerimaan pada

kelompok masyarakat paling bawah (grass roots). Proses ini menjadi faktor sangat

penting yang harus dilakukan oleh fasilitator karena proses ini dapat menjadi penentu

keberhasilan pemberdayaan masyarakat

d).Stimulating the community to realize that it has problem yaitu

melakukan pendekatan persuasif untuk menyadarkan masyarakat bahwa mereka punya

masalah yang perlu dipecahkan dan kebutuhan yang perlu dipenuhi,

e) Helping people to discuss heir problems yaitu membantu mayarakat

untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana

kebersamaan.

F) Helping peopole to identify their most pressing problems yaitu

masyarakat didorong agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling

menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan

pemecahannya.

G) Fostering self confidence yaitu tujuan utama pemberdayaan

masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat, rasa percaya diri

merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya

Page 97: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

81

h) Deciding on a program action Yakni masyarakat didorong untuk

menetapkan suatu program yang akan dilakukan untuk menyelesaikan maslah yang

ada. Program tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas yaitu rendahn sedang

dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilan yang perlu didahulukan

pelaksanaannya

i). Recognition of strengths and resoulces yakni membuat masyarakat tahu

dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan kekuatan dan sumber sumber yang

dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya.

j). Helping people to continue to work on solving their problems.Yakni

pemerdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan karena itu

masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara

kontinyu.

k) increasing people ability for self-help yaitu salah satu tujuan

pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat . masyarakat

yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong dirinya sendiri. Untuk

itu perlu selalu ditingkatkan kemandirian masyarakat untuk berswadaya. Pola

pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan masyarakat bukanlah kegiatan yang

sifatnya top-down intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi

masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya akan tetapi yang paling dibutuhkan

masyarakat lapisan bawah (grass roots) terutama yang tinggal didesa adalah pola

pemberdayaan yang sifatnya buttom-up intervention yang menghargai dan mengakui

bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya.

(Astridya paranita, wenny lestari)

Page 98: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

82

3. Prevalensi Status Gizi Kurang

Gambar 2. Prevalensi Gizi Kurang di Desa Binaan NICE Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terjadi penurunan

persentase gizi kurang dari 17.34% berubah menjadi 12.26%.

Tabel 16

Perubahan Parameter menurut Indikator Output Sebelum dan Setelah Intervensi Program NICE di Kabupaten

Jeneponto, Sulsel 2012

Variabel Sebelum (%) Sesudah (%) p* Prevalensi Gizi Kurang 17.34 12.26 0.000 Partisipasi Masyarakat (D/S) 72.13 88.31 0.000 Keberhasilan Program (N/D) 67,75 74.79 0.000 Keaktifan Kader 68.12 88.98 0.000 * Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil analisis uji wilcoxon terhadap persentase status gizi

kurang sebelum dan sesudah intervensi diketahui berbeda secara nyata dengan

diperolehnya (p = 0,000). Hal ini membuktikan bahwa proyek NICE telah

mampu mencapai tujuan pembentukannya. Walau demikian masih ada desa yang

Page 99: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

83

tidak mengalami penurunan status gizi kurang bahkan meningkat prevalensi

status gizi kurangnya yaitu desa Manjang loe (+3,2%), dan Kareloe (+3,9%)

sedangkan yang tetap yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang beru.

Penurunan prevalensi status gizi kurang ini juga di ikuti dengan

peningkatan persentase keberhasilan program (N/D), dan peningkatan presentase

pertisipasi masyarakat (D/S) serta peningkatan kader aktif sebelum dan setelah

intervensi dilakukan. Berdasarkan uji wilcoxon diperoleh (P = 0,000) jadi dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan sebelum dan setelah dilakukan intervensi

yang dilakukan oleh fasilitator masyarakat.

Keberhasilan suatu program pemberdayaan dapat dilihat dari segi

partisipasi masyarakat salah satu bentuk parsipasi masyarakat dalam program ini

terlihat adalah meningkatnya jumlah kader aktif. Seorang kader agar mendapat

kepercayaan dari masyarakat haruslah memiliki kredibilitas, khususnya

kredibilitas dalam segi kemampuan (competent credibility) maupu kredibilitas

dalam segi kepercayaan (safety credibility) (Rogres, 1973).

Pada program ini competent cedibility diperoleh melalui pelatihan

keterampilan dibidang teknik teknik kesehatan sederhana dalam bentuk pelatihan

kader, refresing kader dan pelatihan kader motivator sehingga kader mampu

memberikan nasehat nasehat teknis kepada masyarakat yang memerlukan.

Melalui keterampilan ini secara bertahap ia akan mengembangkan citra dirinya

sebagai seorang yang dapat dipercaya (safety credibility).

Peningkatan jumlah kader aktif juga diikiuti dengan meningkatnya

partisipasi sasaran keposyandu (D/S) dan meningkatnya keberhasilan progam di

Page 100: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

84

posyandu (N/D) yang pada akhirnya mampu menurunkan angka prevalensi gizi

kurang pada anak Baduta di wilayah desa/kelurahan binaan.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hadju, dkk (2001) dimana

pendampingan yang dilakukan terhadap kader dapat meningkatkan kunjungan

balita keposyandu.

Sumarno (2006) melakukan penelitian tentang pengembangan model

peningkatan efektifitas pelayanan gizi dalam Revitaslisasi posyandu, hasil

penelitiannya diketahui bahwa antara posyandu yang memiliki D/S yang baik

(>70%) dengan D/S yang rendah (<70%) bukan karena lokasinya dan bukan

karena fasilitasnya tetapi kerena keberadaan kader panutan, tokoh masyarakat

panutan dan bidan panutan.

Page 101: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

85

Dampak Kegiatan Pendampingan Tabel 17

Hasil Analisis Korelasi Spearman Kinerja Fasilitator Masyarakat dengan Prevalensi Gizi Kurang, di Desa Binaan NICE

Kabupaten Jeneponto Sulsel 2012

NO Indikator INPUT r P 1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat

tugasnya -0.1099 0.4473

2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh agama, tokoh masyarakat

-0.1742 0.2263

Total Skor Input -0.1768 0.2193 1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant -0.2010 0.1617 2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi Masyarakat 0.1352 0.3491 3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik

mingguan, bulanan -0.1079 0.4556

4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM -0.3219 0.0226 5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi

melalui kelas ibu -0.3417 0.0152

6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu pada

-0.3513 0.0124

7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok sasaran

-0.1119 0.4391

8 Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi (kapsul Vit. A, Taburia)

-0.2868 0.0435

9 Sebagai Inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan menghadiri undangan

-0.1527 0.2898

10 Melaksanakan evaluasi seluruh kegiatan PGM di desa/kelurahan

0.0238 0.8696

11 Melaksanakan koordinasi dengan pemangku kepentingan seperti

-0.2732 0.0549

12 Memfasilitasi dan membantu kegiatan kinjungan rumah -0.2294 0.1091 Total Skor Proses -0.2935 0.0386 Total Skor Kinerja -0.2931 0.0389

Sumber : Data Primer, 2012 Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada korelasi antara

beberapa variable dengan penurunan prevalensi gizi kurang di desa binaan NICE

yaitu:

1. Membantu membuat laporan keuangan (p=0.0226)

Page 102: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

86

2. Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas ibu

(p=0.0152)

3. Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu

(p=0.0124)

4. Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi (kapsul vit. A, taburia)

(p=0.0435)

Komponen proses yang berpengaruh terhadap penurunan

prevalensi gizi kurang dalam program pemberdayaan masyarakat, jika dilihat

pada sisi kinerja Fasilitator dalam penelitian ini adalah membantu membuat

laporan keuangan dan kegiatan KGM(p=0.0226).Hal ini membuktikan bahwa

program pendampingan sudah menunjukkan aspek akuntabilitas keuangan

yang baik. Membantu pembuatan laporan keuangan secara langsung tidak

berpengaruh terhadap penurunan prevalensi gizi kurang namun jika hal ini

tidak dilaksanakan maka akan menghambat semua kegiatan yang ada dalam

paket gizi masyarakat yang bertujuan menurunkan prevalensi gizi kurang.

Dalam hal ini penyelesaian laporan keuangan dan kegiatan berpengaruh

terhadap pencairan dana PGM (Paket Gizi Masyarakat) karena salah satu syarat

permintaan dana tahap ke II dan ke III yaitu harus melengkapi laporan

pertanggungjawaban penggunaan dana sebelumnya, jika tidak diselesaikan

maka permintaan dana selanjutnya tidak akan dilayani. Hal ini berpengaruh

terhadap kerja fasilitator masyarakat dan kelompok gizi masyarakat karena

tidak dapat melaksanakan kegiatan yang ada dalam Paket gizi masyarakat.

Page 103: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

87

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas

pengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Sedangkan

menurut perauran pemerintah nomor 24 tahun 2005, laporan keuangan

merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu

entitas pelaporan. Dalam pelaksanaan kegiatan paket gizi masyarakat setiap

penggunaan dana di informasikan pada masyarakat umum melalui laporan

transparansi yang ditempelkan pada tempat-tempat umum seperti kantor

lurah/desa atau Puskesmas bertujuan mengontrol penggunaan dana oleh KGM

dan mencegah penyalahgunaan dana.

Dalam pelaksanaannya fasilitator tidak hanya berperan membantu

pembuatan laporan keuangan tetapi juga mengontrol penggunaan dana oleh

KGM (kelompok Gizi Masyarakat) seperti melakukan penghematan terhadap

satuan biaya beberapa kegiatan, hasil dari efisiensi dana tersebut digunakan

untuk membiayai kegiatan tambahan, disamping itu ada beberapa kegiatan

dalam paket gizi masyarakat yang menurut fasilitator dan KGM tidak penting

atau tidak dibutuhan lagi direvisi ke jenis kegiatan lainnya yang dianggap lebih

penting begitu pula dalam memobilisasi dana masyarakat, seperti pelaksanaan

PMT penyuluhan dimana pada saat dana PGM belum cair, fasilitator

masyarakat bersama KGM berhasil memperoleh dana dari kepala

desa/kelurahan dan dari masyarakat yang mampu untuk membiayai kegiatan

tersebut. Salah satu contoh kasus mobilisasi dana masyarakat di desa Jombe

(laporan Fasilitator Masyarakat) dimana Fasilitator bersama KGM akan

Page 104: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

88

melaksanakan distribusi garam beryodium murah namun dana tidak ada dan

tidak dianggarkan dalam PGM (paket gizi masyarakat) sehingga mereka

melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat dan kepala desa,

pada saat itu disampaikan tujuan pertemuan tersebut dan hasil pertemuan itu

terkumpul dana untuk membeli garam beryodium yang kemuadian dijual pada

masyarakat dengan harga murah melalui kantor desa pada saat pembagian

raskin tanpa menggunakan dana dari PGM.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran fasilitor masyarakat

membantu laporan keuangan khusunya dalam melakukan efisiensi, revisi

kegiatan dan penggalangan dana sangat membantu pencapaian tujuan dari

program ini yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang.

Program perbaikan gizi berbasis pemberdayaan hendaknya memisahkan

tugas administrasi keuangan dengan tugas pokok sebagai fasilitator. Kedua hal

ini penting, namun secara teoritis diketahui bahwa menggabungkan dua

tanggungjawab dalam satu pengelola akan memberikan efek pada salah satu

sisi dari kedua tanggung jawab tersebut. Hal ini membuat peran dan

tanggungjawab dari fasilitator masyarakat terasa sangat berat jika dibandingkan

dengan program pemberdayaan lain yang sudah berjalan seperti PNPM mandiri

memiliki tiga fasilitator yang mempunyai peran yang berbeda yaitu fasilitator

dibidang andminstrasi, fasilitator bidang teknis dan fasilitator bidang

pemberdayaan masyarakat, sedangkan fasilitator masyarakat pada program

perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat harus melakukan ketiga

fungsi tersebut.

Page 105: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

89

Komponen proses kedua juga berpengaruh terhadap penurunan

prevalensi gizi kurang yaitu memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan

konsultasi gizi melalui kelas ibu (p=0.0152). jenis kegiatan utama dalam

program pemberdayaan ini adalah memberikan pengetahuan dan pendidikan

bidang gizi dan kesehatan kepada masyarakat sebagaimana dalam defenisi

Pemberdayaan yaitu sebagai; a) To give power or authority (memberi

kekuasaan, megalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepihak lain). b)

Tive ability to or enable (upaya untuk memberikan kemampuan atau

keberdayaa). Dan menurut Freira (dalam Hubley 2002) mengatakan bahwa

pemberdayaan adalah suatu proses dinamis di mana masyarakat belajar

langsung dari tindakan.

Dalam menu paket gizi masyarakat (PGM) memberi pengetahuan dan

pendidikan pada masyarakat merupakan kegiatan utama dimana dari segi

pendanaan menyedot ±50% dari total dana PGM. Hal ini mengambarkan

orientasi program berupaya memberikan kemampuan pada masyarakat agar

mampu mengenali, memecahkan dan mengatasi masalah kesehatan yang

dialami sesuai dengan potensi yang mereka milikinya.

Seorang fasilitator dalam kegiatan penyuluhan bertindak sebagai

promotor kesehatan. Feather dan Labonte (1995) mengatakan bahwa setiap

promotor kesehatan yang bekerja dimasyarakat harus mampu berkiprah

diantara upaya pemasaran (pendidikan) dan program pengeolaan gaya hidup,

dan upaya mengorganisasikan sumber daya masyarakat untuk melakukan

perubahan pada lingkungan sosial dan lingkungan fisik terhadap kesehatannya.

Page 106: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

90

Apalagi jika dilihat dari konteks proses pemberdayaan, maka pendekatan top

down dan buttom up adalah suatu transisi.

Fasilitator dalam melakukan fungsinya tidak hanya melakukan

pemberdayaan kesehatan tapi juga pendidikan dan promosi kesehatan seperti

yang dikemukakan oleh Hubley (2002) mengatakan bahwa pemberdayaan

kesehatan (Health empowerment), Melek (sadar) kesehatan (health literacy)

dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam kerangka

pendekatan yang komprehensif.

Menurut Huda (2000) penyuluhan akan mengubah kesadaran dan

perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia ke arah yang lebih

baik dan dapat mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Hasil penelitian

Aswita 2008 membuktikan bahwa penyuluhan gizi yang dilaksanakan melalui

program pendampingan gizi merupakan salah satu upaya pendekatan yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan

perubahan perilaku yang baik.

Kesimpulan penelitian Santos at.all (2001) adalah konseling dan latihan

gizi memiliki pengaruh nyata terhadap kenaikan berat badan anak. Hasil

penelitian Chotz dan Gibson (2004) menunjukkan bahwa ada pengaruh adopsi

praktik pemberian makanan yang baru selama latihan mempengaruhi intake

energi dan zat gizi dari makanan pendamping air susu ibu sehingga dapat

meningkatkan kualitas asupan gizi secara keseluruhan ada kelompok

intervensi.

Page 107: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

91

Ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu

maupun kelompok yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor

pendorong seperti sikap petugas kesehatan (Green LW, 1991) Teori

Ebbinghaus dan Boreas dalam Prasetyaningsih (2005) yang mengatakan bahwa

kekuatan mengingat manusia itu makin lama makin berkurang yang pada

akhirnya manusia akan mengalami kelupaan. Intensitas kunjungan rumah dan

penyuluhan, harus tetap dilaksanakan secara kontinyu oleh petugas gizi

puskesmas atau kader posyandu setempat walaupun program NICE ini telah

berakhir

Komponen proses ketiga yang berpengaruh terhadap penurunan

prevalensi gizi kurang yaitumemfasilitasi penggerakan sasaran untuk

berkunjung ke posyandu (p=0.0124), Sebagaimana diketahui Posyandu

berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat.

Melalui penyelenggaraan Posyandu yang dikelola dengan prinsip dari, oleh dan

untuk masyarakat, maka hal itu dapat diartikan, bahwa Posyandu secara

terbuka dikelola oleh unsur masyarakat atau kelompok masyarakat yang

mempunyai minat dan misi dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusia dini.

Salah satu cara menilai keberhasilan program pemberdayaan yaitu

dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah cakupan

kunjungan balita keposyandu, semakin tinggi cakupan posyandu maka semakin

mudah mendeteksi balita yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang.

Page 108: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

92

Teknik yang digunakan dalam membangkitkan partisipasi masyarakat

dalam program perbaikan gizi anggota keluarga khususnya anak balita. Teknik

pendekatannya adalah melalui penyampaian pesan pesan gizi dan kesehatan

secara consultative dan mengedepankan pendekatan pemecahan masalah

bersumber dari potensi sumberdaya keluarga. Komunikasi yang dibangun

antara penyedia jasa layanan gizi dan kesehatan (provider) dengan masyarakat

sebagai pemanfaat program, berbasis kepada komunikasi terapeutik.

Komunikasi ini memiliki karakteristik, tidak hanya sebatas menyampaikan

pesan pesan gizi dan kesehatan semata, tetapi berfungsi sebagai sebuah

treatment yang memberikan solusi sederhana atas masalah yang dialami oleh

klient dalam hal ini adalah keluarga binaan. Model komunikasi yang dibangun

memerlukan channel yang diperankan oleh Fasilitator.

(Ismail, 2008) meningkatnya cakupan partisipasi masyarakat tidak

cukup dengan hanya fasilitas dan jarak yang dekat tetapi keberadaa motivator

yang memberi pelayanan gizi sederhana memiliki daya ungkit yang tinggi

terhadap peningkatan D/S, keberadaan tenaga gizi pendamping memberi

dukungan positif terhadap peningkatan pelayanan gizi diposyandu, sehingga

partisipasi masyarakat menjadi lebih baik.

Komponen proses keempat yang berpengaruh terhadap penurunan

prevalensi gizi kurang yaitu Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan

gizi (kapsul vit. A, taburia) (p=0.0435). Paket pemberian intervensi gizi

merupakan titipan kegiatan dari program gizi kabupaten jeneponto, yang

terintegrasi dengan kegiatan fasilitator, selain itu dilapangan FM merupakan

Page 109: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

93

mitra kerja dari TPG (Tenaga Pelaksana Gizi). Peket intervensi yang juga

merupakan paket intervensi dari program NICE yaitu taburia yang sasarannya

meliputi semua anak yang berusia 6 sd 24 bulan desa/kelurahan binaan NICE,

Sedangkan MP ASI maupun PMT pemulihan hanya diberikan pada kasus gizi

buruk.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan kekurangan gizi pada anak

balita telah dikembangkan sprinkel (taburia) yakni bentuk fortifikasi makanan

rumah tangga (home fortification) untuk menanggulangi defisiensi vitamin dan

mineral terutama anemia pada anak.

Beberapa manfaat pemberian sprinkel :

1). Taburia mampu menyediakan zat gizi mikro sesuai kebutuhan bagi

setiap anak tanpa tergantung besar kecilnya porsi makan

2). Zat gizi mikro seperti vitamin A,B1,B2,B3,B6,B12,D,E,C,K,Asam

Folat,Asam Pantotenat,Yodium,Seng,Zelenium dan zat besi untuk

mencegah dan mengatasi defesiensi zat gizi Mikro.

3). Penambahan Taburia pada makanan tidak akan menambah cita rasa,

warna dan textur makanan.

4). Kemasan (sacht) Taburia menarik dan mudah pemberiannya,tidak perlu

keahlian tertentu dalam penggunaannya cukup dengan menyobek sacht

dan menuangkan isinya maka tercampurlah bubuk taburia pada

makanan

5).Taburia merupakan contoh pemberian yang berbasis makanan dibanding

intervensi media lainnya.

Page 110: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

94

6). Tidak memiliki potensi untuk medis/keracunan

7). Kemasan Taburia sangat ringan dan mudah disimpan, diangkat dan

didistribusikan

9). Kemasan Taburia menarik sehingga mudah diterima

10). Meningkatkan nafsu makan anak

11).Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi

otak,mata,hidung dan gigi anak

12). Merangsang pembentukan sel darah merah,mencegah kurang darah

Hasil studi yang dilaksanakan di Indonesia, Peru, Afrika Selatan dan

Vietnam menunjukkan bahwa bayi yang diberikan suplemen berbagai zat gizi

mikro setiap hari selama 6 bulan dapat meningkatkan berat badan rata-rata 207 g

setiap bulan di samping itu dapat mencegah anemia, defisiensi besi dan

meningkatkan status gizi mikro berupa seng, retinol, tocopherol dan riboflavin.

(Smuts, et,al, 2005)

Penurunan Prevalensi status gizi kurang dalam penelitian ini juga dapat

disebabkan oleh intervensi pemberian Taburia, pada kelompok sasaran. Hal ini

sudah dilaporkan oleh Zescamelya Uno (2009).Hasil penelitian diketahui bahwa

rerata berat badan pada awal penelitian untuk kelompok Intervensi 7.62±1.05 kg

berubah menjadi 8.09±1.05 kg atau naik sebesar 0.47±0.36 kg pada akhir

penelitian (p=0.000), sedangkan perubahan berat badan pada kelompok kontrol

yakni 7.52±0.88 kg awal penelitian menjadi 7.88±0.91 kg atau naik 0.33±0.34 kg

(p=0.000). Kedua kelompok memiliki kenaikan berat badan yang sama pada akhir

penelitian. Tidak ditemukan perbedaan berat badan baik pada awal (p=0.539)

Page 111: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

95

maupun pada akhir intervensi (p=0.201) antar kedua kelompok, meskipun selisih

kenaikan ditemukan berbeda nyata (p=0.017) dimana kelompok intervensi

kenaikan berat badan lebih baik.

secara keseluruhan bahwa kinerja fasilitator masyarakat terhadap

penurunan prevalensi gizi kurang pada baduta memiliki korelasi (p=0,0389),

hubungan tersebut merupakan hubungan negatif artinya bila kinerja fasilitator

masyarakat tinggi (baik) maka prevalensi gizi kurang akan turun. Hal ini

membuktikan bahwa fasilitator memiliki peran tehadap penurunan prevalensi gizi

kurang secara tidak langsung,dimana fasilitator bergerak pada pokok masalah

yaitu kurangnya pemberdayaan masyarakat. Pada sisi ini fasilitator membantu

masyarakat mengidentifikasi permasalahan yang penting dan relevan dengan

masalah kesehatan dan gizi serta membantu mereka mengembangkan strategi

untuk memecahkannya. Program program buttom up dirancang dan

dinegosiasikan dengan masyarakat sehingga masyarakat secara sukarela ikut

berpartisipasi pada program tersebut.

Hakekat pelaksanaan program NICE adalah focus pada kegiatan

pemberdayaan, karena pemberdayaan memiliki dampak positive pada perubahan

perilaku yang sifatnya menetap dalam jangka panjang. Pendakatan perubahan

perilaku melalui pendekatan pemberdayaan telah banyak dilakukan khususnya

dibidang kesehatan.Apa yang telah dilakukan oleh fasilitator masyarakat dalam

melakukan pemberdayaan telah sesuai dengan proses – proses pemberdayaan

masyarakat (11 proses) yang dikemukanan United Nations (1956), dalam

tampubolon (2004)

Page 112: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

96

Fasilitator dalam program ini, memiliki peran sebagai mediator dan

akselerator yang membantu masyarakat memaksimalkan potensi untuk mengatasi

masalahnya sendiri dengan dasar menumbuhkembangkan kemandirian. Kinerja

fasilitator dinilai berdasakan dua komponen utama yaitu komponen input dan

komponen proses. Komponen input dalam penelitian ini difokuskan pada dua

elemen pokok yaitu kemampuan fasilitator untuk setiap saat berada ditengah

masyarakat dan kemampuan fasilitator untuk mengenal dari dekat masyarakat

binaannya.

Hasil analisis uji korelasi, diketahui bahwa indikator input tidak

memiliki korelasi yang nyata dengan penurunan prevalensi gizi kurang

(p=0.2193). Hal ini membuktikan bahwa indicator input kinerja yang didasarkan

pada dua elemen pokok yaitu tempat tinggal dan kedekatan dengan masyarakat

adalah factor tidak langsung yang berhubungan dengan penurunan prevalensi gizi

kurang. Faktor tidak langsung ini, masih harus dipengaruhi oleh indicator proses.

Jadi pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah pendekatan system, namun

penguatan pada sisi proses jauh lebih efektif dibanding hanya memperkuat sisi

input semata mata, tanpa bermaksud mengabaikan komponen inputnya karena

berdasarkan Hasil analisis uji korelasi, diketahui bahwa indikator input memiliki

korelasi yang nyata dengan indikator proses (p=.000)

Kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator masyarakat pada komponen

input dan proses pada prinsipnya merupakan penerapan dari pendekatan non

direktif, seperti yang diuraikan oleh T.R Batten “ pada pendekatan yang bersifat

direktif, diambil asumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang

Page 113: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

97

baik untuk masyarakat. dalam pendekatan ini maka peran petugas lebih dominan

karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk keperluan

pembangunan datang dari petugas. Sedangkan pendekatan yang bersifat non

direktif maka diambil asumsi bahwa masyarakat tahu apa sebenarnya yang

mereka butuhkan apa yang baik untuk mereka. Peranan pokok ada pada

masyarakat, sedangkan petugas lebih bersifat menggali dan mengembangkan

potensi masyarakat. prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan berasal

dari masyarakat. sifat interaksi adalah partisipatif dan masyarakat dilihat sebagai

subyek.

Berdasarkan hasil analisis uji t berpasangan terhadap persentase status

gizi kurang sebelum dan sesudah intervensi diketahui berbeda secara nyata untuk

semua variable out put (p=.000). Hal ini membuktikan bahwa proyek NICE telah

mampu mencapai tujuan pembentukannya.Berdasarkan hasil penelitian ini

diketahui bahwa terjadi penurunan persentase gizi kurang dari 17.34% berubah

menjadi 12.26%.

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa dari 50 desa/kelurahan

binaan ini ada 6 desa/kelurahan yang mengalami penurunan prevalensi gizi

kurang tertinggi yaitu Bontorannu, Kalimporo, baraya, Pattiro, Pallengu dan

Barana diatas 10%. Jika dilihat dari kinerja fasilitator masyarat berdasarkan

variabel input maupun proses maka mereka ini memiliki kesamaan yaitu 1.

Mereka sangat baik dalam memfasilitasi pelaksanaan SMD, MMD, DKT dan

Posititif Deviance, 2. Memfasilitasi pembuatan proposal, 3. Memfasilitasi

Page 114: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

98

penyusunan rencana kerja PGM (paket gizi masyarakat) dan 4. Memfasilitasi

penyuluhan dan konsultasi gizi.

Namun keberhasilan kinerja fasilitator pada program ini terhadap

penurunan prevalensi status gizi kurang tidak semua berhasil beberapa desa yang

tidak mengalami penurunan bahkan semakin meningkat seperti pada desa

manjangloe (+3,2%) dan desa Kareloe (+3,9%) sedangkan yang tidak mengalami

perubahan yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang beru, hasil tersebut sejalan

dengan kinerja FM berdasarkan indikator input dari lima yang terandah tiga

diantaranya adalah Kareloe, Turatea timur dan manjangloe begitu pula dengan

kinerja FM berdasarkan indikator proses dari lima yang terendah tiga diantaranya

manjangloe, turatea timur dan kareloe. Begitu pula jika dilihat dari kinerja

keselurahan FM (input dan proses) dari lima yang terendah 3 diantaranya yaitu

desa kareloe, manjangloe dan turatea timur.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Ismail, 2008 di Kabupaten

Takalar bahwa, pendampingan gizi di Kabupaten Takalar, untuk semua indeks

antropometri.Jumlah anak yang gizi baik meningkat dari 70.74% sebelum

pendampingan menjadi 87.7% setelah pendampingan.Angka gizi kurang dan gizi

buruk turun dari 29.26% menjadi 12.3% pada akhir pendampingan.Artinya,

setelah pelaksanaan pendampingan gizi selama sekitar 10 bulan dapat menekan

angka gizi kurang dan gizi buruk sekitar 17%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sirajuddin (2007)

dalam hasil penelitiannya tentang penerapan model tungku dalam pendampingan

gizi di Kabupaten Selayar Sulawesi Selatan tahun 2006 yang melaporkan bahwa

Page 115: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

99

penerapan model tungku mampu meningkatkan status pertumbuhan kelompok

intervensi sebesar 28.6%, meskipun peningkatannya tidak mampu menyamai

status pertumbuhan kelompok pembanding (42.4%). Program pendampingan

keluarga di Kabupaten Selayar tersebut mampu meningkatkan asupan zat gizi

balita, sekaligus menggambarkan adanya perbaikan pola pengasuhan gizi pada

kelompok intervensi setelah dilakukan pendampingan selama 3 bulan.

Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Mulyati (2005) dengan

meneliti pencapain pertumbuhan pada balita gizi buruk dan gizi kurang selama

mengikuti pemulihan di klinik gizi Bogor. Hasil penelitian diketahui bahwa

dengan intervensi selama dua bulan maka diketahui gizi kurang mampu mencapai

kurva pertumbuhan normal sebesar 22% sedangkan pada balita gizi buruk

memerlukan waktu enam bulan untuk mencapai kurva pertumbuhan normal

sebesar 20%. Rekomendasi penelitiannya dikemukakan adalah salah satu cara

untuk meningkatkan upaya pemulihan gizi kurang adalah promosi pemberian MP-

ASI di Posyandu. Penekanan pada aspek promosi merupakan kunci pokok untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat adalah promosi perilaku kesehatan di

Posyandu.

Page 116: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

100

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kinerja FM berdasarkan indikator input paling rendah ada 5 yaitu desa

kareloe, bontosunggsu, manjang loe, turatea timur dan beroanging sedangkan

kinerja FM berdasarkan indikator proses paling rendah ada 5 yaitu desa

manjang loe, Turatea timur, Lentu, Kareloe dan bulo-bulo. Dari hasil tersebut

Kinerja FM berdasarkan indikator input maupun prosesnya paling rendah yaitu

desa turatea timur, manjang loe dan kareloe.

2. Pada umumnya hampir semua desa binaan mengalami penurunan prevalensi

gizi kurangnamun masih ada desa yang tidak bahkan meningkat prevalensi

status gizi kurangnya yaitu desa Manjang loe (+3,2%), dan Kareloe (+3,9%)

sedangkan yang tetap yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang beru

3. Ada korelasi yang bermakna antara kinerja FM dengan prevalensi gizi kurang

(p=0,0389) dan ada empat variabel kinerja FM yang juga bermakna yaitu

membantu pembuatan laporan keuangan (p=0,0226), membantu pelaksanaan

penyuluhan (p=0,0152), menfasilitasi pergerakan sasaran keposyandu

(p=0,0124), membantu sasaran memperoleh pelayanan gizi (p=0,0435) serta

prevalensi gizi kurang setelah intervensi kegiatan FM mengalami penurunan

yang bermakna (p=0,000).

Page 117: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

101

B. SARAN

Disarankan program kegiatan pendampingan gizi masyarakat dapat

dilanjutkan dengan beberapa rekomendasi

(1) Melakukan pembinaan lebih intensif terhadap Fasilitator masyarakat yang

memiliki kinerja rendah khususnya FM didesa Manjangloe, Turatea Timur

dan kareloe.

(2) Bagi pengelola program dikabupaten dan propinsi harus memperhatikan

Desa/kelurahan yang tidak mengalami penurunan status gizi kurang bahkan

meningkat prevalensi status gizi kurangnya yaitu desa Manjang loe, dan

Kareloe sedangkan yang tetap yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang

beru

(3) Diharapkan keberadaan FM didesa dengan pendekatan pemberdayaan dapat

dijadikan sebagai salah satu model perbaikan gizi masyarakat bagi daerah

lain.

Page 118: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

102

Daftar Pustaka Ahmad, 2008.Studi Evaluasi Pelaksanaan Program Pendampingan Gizi Di

Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007. Tesis PPS Unhas, Makassar

Atmarita S, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Prosiding

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi daerah dan Globalisasi.

Paranita A dan Lestari W. 2008. Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Di

Era Otonomi Daerah. Dalam http://www. Isjd. Lipi.go.id. Diakses tanggal 7 Maret 2012

Anderson dan Foster, 1986. Antropologi Kesehatan. Universitas Indonesia Press

UI Press. Jakarta Asian Development Bank, 2007. Proyek Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan

Masyarakat. Azwar, Asrul. Pengantar administrasi kesehatan. Binarupa Aksara, Jakarta. Balitbanda Propinsi Sulawesi Selatan dan Universitas Hasanuddin. 2006.

Penangglangan Gizi Buruk Pada Bayi Melalui Pendampingan dan Pemberian MP ASI Lokal di Sulawsi Selatan. Dalam http://www. Google.Co.id. Diakses tanggal 7 Februari 2012

Bhandari N, S Mazumder, R Bahl, J Martine, RE Black. Dan MK Bhan (2004).

An Education Intervention To Promote Appropriate Complementary Feeding Practices and Physical Growth in Infant and Young Children In Rural Haryana India. The American Society For Nutrition Sciences. Journal Of Nutrition. 134:2342-2348.

Central Project Management Unit (CPMU). 2009. Panduan Untuk Kelompok Gizi

Masyarakat (KGM), 2009 Depkes, 2008. Dirjend Binkesmas; Pedoman Umum Proyek Perbaikan Gizi

melalui Pemberdayaan Masyarakat. Depkes, 2009. Dirjend Binkesmas ; Manual Pelatihan Fasilitator Masyarakat. Depkes, 2009. Dirjend Binkesmas : Panduan untuk Fasilitator Masyarakat. Depkes, 2009. Dirjend Binkesmas, Panduan Kelompok Gizi Masyarakat

Page 119: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

103

Dewi Novirianti. 2005. Pemberdayaan Hukum Perempuan Untuk Melawan Kemiskinan. Journal Perempuan No. 42 dalam http://www.gizinet.co.iddiakses tanggal 28 April 2012

Dinas Kesehatan Sulsel. 2007. Buku Pedoman Pelaksanaan Pendapingan Gizi di

Provinsi Sulawesi Selatan. Dinkes Prop. SulSel, Makassar. Dwintara L, Sumarto RH. 2004. Manajemen logistik, pedoman praktis bagi

sekretaris dan staf administrasi. Grasindo, Jakarta. Hardiansyah, dkk. 2007. Pedoman pendampingan keluarga menuju KADARZI.

Departemen kesehatan, Jakarta. Hadju V, dkk. 2004. Dampak program pendampingan kader terhadap kinerja

posyandu dan status gizi balita di Kabupaten Takalar; dalam A.Razak Thaha dan Veni Hadju; Potret kesehatan pada masa krisis. PSGP Unhas, Makassar

Hartono A. 2008. Gizi kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Mantra IB. Monitoring dan evaluasi. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, Jakarta.

Massimo Ammaniti, MD, Amalia Maria Ambruzzi, MD, Loredana Lucarelli,

PsyD, Silvia Cimono, PsyD and Francesa D Olimpio, PhD (2004). Malnutrition and Dysfunctional Mother-Child Feeding Interactions: Clinical Assesment and Reserch Implications. Journal Of The American College of Nutritions, Vol.23. 3.259-271.

Minarto. 2006. Berat badan tidak naik sebagai indikator dini gangguan

pertumbuhan pada bayi sampai usia 12 bulan di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Disertasi Pascasarjana. Universitas Indonesia, Jakarta

Mukti AG. 2008. Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktik. Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta. Mulyati T, Paryanto EP, Sudargo T. 2004. Pengaruh Pendidikan Gizi kepada Ibu

Terhadap Konsumsi Makanan dan Status Gizi Anak Balita Penderita TBC Primer Rawat Jalan di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Gizi Klinik Indonesia; Volume 1 (2) tahun 2004. Yogyakarta. Hal 99.

Nordiawan D, Isyahyudin SP, Rahmawati M. 2009. Akuntansi Pemerintahan.

Salemba Empat. Jakarta. Notoatmojo S. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Page 120: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

104

Sri’ah Al Harini dan A.Razak Thaha. 2004. Manajemen PMT JPS-BK dan dampaknya terhadap status gizi baduta, studi evaluasui di Kabupaten Maros; dalam A.Razak Thaha dan Veni Hadju; Potret kesehatan pada masa krisis. PSGP Unhas, Makassar.

Rahmatia, Sitti. Pendampingan Gizi di Daerah Taskin sebagai upaya

Meningkatkan status Gizi Balita. Journal Kongres PDGMI. Makassar. 2007

Saifuddin AF. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. PT

Rajagrafindo Persada. Jakarta Salimar. 2005. Peranan Penyuluhan dengan Menggunakan Leaflet Terhadap

Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Kurang. Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor.

Santos et.all, 2001. Nutritional Counseling Increases Weight Gain Among

Brazilian Children. The American Society For Nutrition Sceinces Journal of Nutrition. 131; 2866-2873. November

Sirajuddin. 2007. Pengaruh Model Tungku terhadap Status Gizi Anak Usia 12-59

Bulan di Kabupaten Selayar. Tesis. Program Pasca Sarjana Unhas, Makassar

Smuts, et, al 2005, Efficacy of a Foodlet-Based Multiple Micronutrient

Supplement for Preventing Growth Faltering, Anemia and Micronutrient Deficiency of Infants : The Four Country IRIS Trial Pooled Data Analysis, The Journal of Nutrition 135 : 631S-638S, UNICEF, New York.

Sumarno, 2006.Pengembangan Model Peningkatan Efektifitas Pelayanan Gizi

dalam Revitalisasi Posyandu.Pusat Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor

Supariasa IDN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta. Suparmanto, S.A. 2006. Masyarakat Perlu ditempatkan Sebagai Subyek. Dalam

http://www. Google.Co.id. Diakses pada Tanggal 8 Februari 2012 Trintin Tjukarni, dkk. 2007. Studi Model Pemberdayaan masyarakat dalam

Menaggulangi Kurang Gizi Pada Balita. Puslitbang Gizi dan Makanan. Dalam http://www. Gizinet.Co.id. Diakses pada tanggal 21 Desember 2011

Page 121: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

105

Wijono, Dj. 1997. Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan. ErlanggaUniversity Press.Surabaya.

Yatmo, Mardi Hutomo. 2003. Pemberdayaan Masyarakeoritik dan Implementasi.

Bappenas. Jakarta. Dalam http://www. Google.Co.id. Diakses tanggal 12 Januari 2012

Zescamelya Uno. (2009) Studi Efikasi Pemberian Taburin Zat Gizi Mikro Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Thesis PPS Unhas, Makassar

Zeitlin M, Ghassemi H, Mansour M, 1990. Positive Deviance in Child Nutrition. United NationUniversity: Tokyo

Page 122: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

1

Lampiran I

FORMAT PENILAIAN INDIKATOR KINERJA FASILITATOR MASYARAKAT (FM) PROYEK NICE

OLEH KGM

Nama Ketua KGM : Kecamatan : Desa/Kel : Kab/kota : Puskesmas : Propinsi :

No INDIKATOR Skor (1-4) Bobot Nilai Validasi data

A INDIKATOR INPUT 1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat tugasnya 2 2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh agama, tokoh masyarakat 2

dengan baik JUMLAH B INDIKATOR PROSES

1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant 3 2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi Masyarakat 3 3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik mingguan, bulanan 3

atau triwulan 4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM sesuai 4

petunjuk pelaksanaan 5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas ibu 3

bagi sasaran kelompok dan individu sesuai rencana kegiatan 6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu pada 3

setiap hari posyandu 7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok sasaran 3 8 Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi (kapsul Vit. A, Taburia 3

Page 123: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

dan MP-ASI lokal/Nasional, Tablet tambah darah 9 Sebagai Inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan menghadiri undangan 3

rapat dari puskesmas, pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya 10 Melaksanakan evaluasi seluruh kegiatan PGM di desa/kelurahan 3 11 Melaksanakan koordinasi dengan pemangku kepentingan seperti 3

kepala desa/kelurahan beserta jajarannya, kepala puskesmas dan seluruh staf, dan lintas sektor terkait

12 Memfasilitasi dan membantu kegiatan kinjungan rumah 3 JUMLAH JUMLAH A + B

Penilai

Page 124: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

1

PEDOMAN PENILAIAN FM OLEH KGM

A1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat tugasnya

Skor 1 Jika : Tidak, bukan didesa tetangga dan jauh dari desa/kel setempatSkor 2 Jika : Tiadak, bukan didesa tetangga tapi tidak jauh dari desa/kel setempatSkor 3 Jika : Tiadak tapi di desa tetangga dari desa/kel setempatSkor 4 Jika : Ya, FM tinggal di desa/Kelurahan tempat tugas

2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh agama, tokoh masyarakatdengan baik

Skor 1 Jika : TidakSkor 2 Jika : KurangSkor 3 Jika : Ya, cukup mengenalSkor 4 Jika : Ya sangat mengenal

B1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant

Skor 1 Jika : Hanya melaksanakan salah satu diantara empat kegiatan tersebutSkor 2 Jika : Hanya melaksanakan dua diantara empat kegiatan tersebutSkor 3 Jika : Hanya melaksanakan tiga diantara empat kegiatan tersebutSkor 4 Jika : Melaksanakan semua, empat kegiatan tersebut

2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi MasyarakatSkor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan proposalSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposalSkor 3 Jika cupuk aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposalSkor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan proposal

3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik mingguan, bulananatau triwulan

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam penyusunan rencana kerjadalam penyusunan rencana kerjaSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerjaSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerjaSkor 4 Jika sangat membantu dalam penyusunan rencana kerja

4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM sesuaipetunjuk pelaksanaan

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan laporan keuangan Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuanganSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuanganSkor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan laporan keuangan

5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas ibubagi sasaran kelompok dan individu sesuai rencana kegiatan

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif pelaksanaan penyuluhan dan konsultasiSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasiSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasiSkor 4 Jika sangat membantu pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi

6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu padasetiap hari posyandu

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pergerakan sasaran Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaranSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaranSkor 4 Jika sangat membantu dalam pergerakan sasaran

7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok sasaranSkor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pemberian paket intervensi giziSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi giziSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi giziSkor 4 Jika sangat membantu dalam pemberian paket intervensi gizi

8 Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi (kapsul Vit. A, Taburiadan MP-ASI lokal/Nasional, Tablet tambah darah

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan giziSkor 2 Jika agak sedikit aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan giziSkor 3 Jika cukup aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan giziSkor 4 Jika sangant membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi

9 Sebagai Inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan menghadiri undangan

INDIKATOR INPUT

INDIKATOR PROSES

Lampiran II

Page 125: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

2

PEDOMAN PENILAIAN FM OLEH KGM

A1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat tugasnya

Skor 1 Jika : Tidak, bukan didesa tetangga dan jauh dari desa/kel setempatSkor 2 Jika : Tiadak, bukan didesa tetangga tapi tidak jauh dari desa/kel setempatSkor 3 Jika : Tiadak tapi di desa tetangga dari desa/kel setempatSkor 4 Jika : Ya, FM tinggal di desa/Kelurahan tempat tugas

2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh agama, tokoh masyarakatdengan baik

Skor 1 Jika : TidakSkor 2 Jika : KurangSkor 3 Jika : Ya, cukup mengenalSkor 4 Jika : Ya sangat mengenal

B1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant

Skor 1 Jika : Hanya melaksanakan salah satu diantara empat kegiatan tersebutSkor 2 Jika : Hanya melaksanakan dua diantara empat kegiatan tersebutSkor 3 Jika : Hanya melaksanakan tiga diantara empat kegiatan tersebutSkor 4 Jika : Melaksanakan semua, empat kegiatan tersebut

2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi MasyarakatSkor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan proposalSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposalSkor 3 Jika cupuk aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposalSkor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan proposal

3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik mingguan, bulananatau triwulan

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam penyusunan rencana kerjadalam penyusunan rencana kerjaSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerjaSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerjaSkor 4 Jika sangat membantu dalam penyusunan rencana kerja

4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM sesuaipetunjuk pelaksanaan

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan laporan keuangan Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuanganSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuanganSkor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan laporan keuangan

5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas ibubagi sasaran kelompok dan individu sesuai rencana kegiatan

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif pelaksanaan penyuluhan dan konsultasiSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasiSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasiSkor 4 Jika sangat membantu pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi

6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu padasetiap hari posyandu

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pergerakan sasaran Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaranSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaranSkor 4 Jika sangat membantu dalam pergerakan sasaran

7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok sasaranSkor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pemberian paket intervensi giziSkor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi giziSkor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi giziSkor 4 Jika sangat membantu dalam pemberian paket intervensi gizi

8 Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi (kapsul Vit. A, Taburiadan MP-ASI lokal/Nasional, Tablet tambah darah

Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan giziSkor 2 Jika agak sedikit aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan giziSkor 3 Jika cukup aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan giziSkor 4 Jika sangant membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi

9 Sebagai Inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan menghadiri undangan

INDIKATOR INPUT

INDIKATOR PROSES

Lampiran II

Page 126: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

3

Data Umum Desa Nice di Wilayah Kabupaten Jeneponto

Jlm KK KK gakin balita baduta1 Pattiro 1680 410 371 130 59 4 biasa2 Banrimanurung 3058 560 310 286 117 5 biasa3 Kaluku 2913 619 304 202 98 4 sulit4 Camba-Camba 3583 824 336 308 132 4 biasa5 Kapita 5571 1450 966 373 159 10 sulit6 Pappaluang 1330 413 336 172 63 4 sangat sulit7 Pallengu 3779 934 668 276 60 5 biasa8 Pantaibahari 2748 578 220 218 54 4 biasa9 kayuloe Timur 1402 328 211 106 54 2 biasa

10 Bungung Loe 3082 817 730 238 122 5 biasa11 Tonrokassi 5161 1277 635 430 166 5 biasa12 Tonrokassi Timur 3792 1108 622 295 95 4 biasa13 Arungkeke 4259 1129 1025 400 72 6 biasa14 Palajau 3335 1758 875 251 56 5 biasa15 Empoang Selatan 4709 1210 815 344 196 4 biasa16 Bulo-Bulo 2463 648 409 233 118 3 biasa17 Maero 2279 539 339 186 57 3 biasa18 Balumbungang 2121 460 287 161 44 3 biasa19 Bululoe 4594 1254 788 320 167 6 sulit20 Jombe 2106 537 361 150 76 5 biasa21 Sapanang 3344 879 628 231 118 4 biasa22 Empoang Utara 3343 984 643 267 113 5 biasa23 Bulusibatang 4166 1097 878 276 63 4 biasa24 Kareloe 3814 1156 755 263 51 3 sulit25 Bontomanai 1988 411 271 175 75 3 biasa26 Pallantikang 1698 452 231 139 75 4 biasa27 Tolo Selatan 3472 738 335 230 94 4 biasa28 Tombolo 1415 370 247 98 47 2 sulit29 Tarowang 2754 710 301 218 157 4 biasa30 Bontoraya 2194 650 350 174 77 4 biasa31 Kassi 2368 690 313 222 83 6 sangat sulit32 Tompobulu 1531 417 126 139 62 5 sulit33 Panaikang 2427 688 588 222 117 3 biasa34 Balang 4601 1177 535 318 157 4 biasa35 Lentu 2164 497 288 195 89 3 biasa36 Baraya 3430 678 391 224 74 4 biasa37 Bontosunggu 3960 1227 844 377 160 5 biasa38 Borongtala 3921 1953 1515 281 105 3 biasa39 Barana 4469 1063 367 469 273 5 sulit40 Beroanging 4466 1058 341 468 225 6 sangat sulit41 Manjang Loe 1898 477 307 145 62 3 biasa42 Turatea Timur 2281 561 331 160 70 3 biasa43 Bontonompo 1256 392 265 90 53 4 sulit44 Bontotiro 1.829 486 382 163 105 3 biasa45 Parasangan Beru 1.472 388 295 101 34 2 biasa46 Tolo Barat 6.115 1.170 465 207 98 4 biasa47 Kalimporo 3.581 1.016 541 244 52 4 biasa48 Bontorannu 5.392 4.136 2.962 256 82 4 biasa49 Tino 3.338 1.013 408 292 151 3 biasa50 Baltar 2.269 986 541 176 65 4 biasa

Jumlah 154.921 44.373 27.052 11.899 4.952 206

no Nama DesaPenduduk sasaran Jlm Posy Kategori

desa/kelurahan

Page 127: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi

Nama : Hasruddin

Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 17 Mei 1976

Jenis Kelamin : Laki Laki

Agama : Islam

Alamat : Allu, Kel. Benteng, Kec. Bangkala, Kab.

Jenenponto

Riwayat Pendidikan

No STRATA INSTITUT TEMPAT TAHUN LULUS

1 Sekolah dasar SDN. No.2 Watampone Watampone 1989

2 SMP SMP Neg 2 Watampone Watampone 1992

3 SMA SMA Neg. 2 Watampone Watampone 1995

4 Diploma PAM AKZI Makassar Makassar 1998

5 Sarjana UNHAS Makassar 2007

Riwayat Pekerjaan

No INSTANSI TEMPAT KEDUDUKAN PERIODE

1 Hotel Sahid Makassar Makassar Staf Personalia 1999

2 Puskesmas Bangkala Jeneponto Staf TPG 2000 s/d 2009

3 Dinas Kesehatan Jeneponto Staf Binkesmas 2009

4 Dinas Kesehatan Jeneponto Staf DPIU Proyek NICE 2010 s/d 2012

5 Puskesmas Binamu Kota Jeneponto Plt. Kepala Puskesmas 2011 s/d sekarang

Lampiran v

Page 128: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

5

Page 129: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

6

Page 130: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

7

Page 131: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

8

Page 132: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

9

Page 133: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

1

Page 134: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 135: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 136: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 137: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 138: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 139: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 140: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 141: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 142: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 143: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 144: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 145: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 146: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 147: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 148: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 149: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 150: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 151: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 152: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 153: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 154: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 155: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 156: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 157: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …
Page 158: DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM PERBAIKAN GIZI …

1