dampak aktivitas pasar kaget musyawarah terhadap kondisi lingkungan pemukiman di rw 02 kelurahan...

26
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum sebuah pemukiman membutuhkan beragam fasilitas umum yang terdiri dari sumberdaya air, transportasi, ketenagalistrikan, energi, telematika, perumahan, perekonomian dan penyehatan lingkungan. Keberadaan fasilitas umum tersebut akan mendorong terjadinya peningkatan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi kesehatan, ekonomi, produktivitas dan sebagainya. Salah satu fasilitas umum tersebut adalah pasar, sebagai tempat penunjang pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam pengertian sederhana, Pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada tempat dan waktu tertentu. Pasar yang demikian disebut juga sebagai Pasar Tradisional. Pasar tradisional pada umumnya tumbuh secara spontan berdasarkan kebutuhan dari masyarakat sekitar dan menggunakan lokasi yang tidak semestinya diperuntukan sebagai pasar. Hal tersebut sedikit banyak akan membebani sarana dan prasarana yang memang tidak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan sebuah pasar dengan layak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasar kaget adalah pasar sesaat yang terjadi ketika terdapat sebuah keramaian atau perayaan. Namun bagi masyarakat umum, sebutan pasar kaget adalah salah satu jenis pasar tradisional dengan kegiatan pasar yang sifatnya sementara dengan wadah berjualan yang tersedia tidak permanen atau semi permanen dan aktivitasnya hanya untuk waktu-waktu tertentu dimana setiap harinya

Upload: firya-faturahman

Post on 20-Jan-2016

487 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum sebuah pemukiman membutuhkan beragam fasilitas umum yang terdiri

dari sumberdaya air, transportasi, ketenagalistrikan, energi, telematika, perumahan,

perekonomian dan penyehatan lingkungan. Keberadaan fasilitas umum tersebut akan

mendorong terjadinya peningkatan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi kesehatan,

ekonomi, produktivitas dan sebagainya.

Salah satu fasilitas umum tersebut adalah pasar, sebagai tempat penunjang pemenuhan

kebutuhan hidup. Dalam pengertian sederhana, Pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual

beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada tempat dan waktu tertentu. Pasar yang

demikian disebut juga sebagai Pasar Tradisional. Pasar tradisional pada umumnya tumbuh

secara spontan berdasarkan kebutuhan dari masyarakat sekitar dan menggunakan lokasi yang

tidak semestinya diperuntukan sebagai pasar. Hal tersebut sedikit banyak akan membebani

sarana dan prasarana yang memang tidak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan sebuah

pasar dengan layak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasar kaget adalah pasar sesaat yang terjadi

ketika terdapat sebuah keramaian atau perayaan. Namun bagi masyarakat umum, sebutan

pasar kaget adalah salah satu jenis pasar tradisional dengan kegiatan pasar yang sifatnya

sementara dengan wadah berjualan yang tersedia tidak permanen atau semi permanen dan

aktivitasnya hanya untuk waktu-waktu tertentu dimana setiap harinya berlangsung hanya

beberapa jam saja, baik pada pagi hari ataupun sore hari.

Seiring dengan bertambahnya tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup, maka

pasar kaget Musyawarah juga mengalami perkembangan secara perlahan. Jumlah pedagang

dan pembeli semakin banyak, tempat berdagang semakin luas serta waktu transaksi semakin

lama. Sementara jika ditarik kembali ke teori penentuan lokasi sebuah pasar, dibutuhkan

beberapa faktor yang harus dipenuhi agar dapat tercipta lingkungan yang baik dan tertata

rapih. Menurut Miles (1999), terdapat 9 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu peruntukan

lahan, penampakan fisik, utilitas, transportasi, parkir, dampak lingkungan (sosial dan alam),

pelayanan publik, respon masyarakat (termasuk perubahan perilaku) serta permintaan dan

penawaran (pertumbuhan penduduk, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan).

Sebagai gambaran, pasar kaget Musyawarah berada ditengah pemukiman dengan

memanfaatkan bahu Jalan Musyawarah sebagai area berjualan. Dimana para pedagang

berjualan dengan terpal sebagai alas, meja, gerobak dorong atau perumahan yang telah

Page 2: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

beralih fungsi menjadi toko atau kios. Pedagang yang menjual beraneka ragam barang

dagangan seperti sayur mayur, daging, ikan, makanan, peralatan rumah tangga, pakaian, dan

lain sebagainya membuat pasar tersebut selalu ramai oleh pengunjung baik pengunjung yang

berada dekat dengan pasar maupun pengunjung yang jauh dari pasar, mengingat bahwa pasar

kaget Musyawarah merupakan satu-satunya pasar tradisional terdekat, menawarkan

komoditas perdagangan yang relatif lengkap dengan harga murah dalam radius 50 meter dari

pemukiman. Dengan jarak tempuh yang relatif dekat dan daya tarik yang mampu diberikan

oleh pasar kaget Musyawarah.

Dari keadaan pasar kaget Musyawarah, di mana para pedagang memanfaatkan bahu

jalan untuk menjual barang dagangannya tidak tertata rapi dan sebagian pembeli yang

berbelanja menggunakan motor karena tidak adanya lahan parkir yang berdampak pada

semakin semrawutnya kondisi pasar kaget. Terkait dengan waktu aktivitasnya, pasar kaget

Musyawarah kerap ramai oleh orang-orang yang berangkat kerja yang melintasi jalan

Musyawarah pada pagi hari, sering kali penghuni rumah yang berdekatan dengan pasar

merasa terganggu ketika berangkat kerja karena keberadaan pasar kaget ini sehingga

membuat para pengguna jalan merasa kurang nyaman.

Selain dari lokasi yang sangat strategis dan tingkat permintaan yang tinggi, pasar kaget

Musyawarah juga relatif mudah dijangkau karena dekat dengan jalan utama atau jalan arteri.

Dengan menggunakan ruang publik yang ada di dalam pemukiman sebagai ruang aktivitas

pasar, mengakibatkan meningkatnya beban yang harus dilayani oleh prasarana yang ada.

Permasalahan secara visual dapat terlihat dari adanya aktivitas pasar kaget berdampak kepada

menurunnya kualitas lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan mahluk hidup

(khususnya manusia), misalnya tingkat pencemaran lingkungan bertambah (banyaknya

tumpukan sampah yang ditimbulkan dan meningkatnya polusi udara akibat kemacetan lalu

lintas) dan parameter-parameter lingkungan lainnya yang ikut mempengaruhi keindahan kota.

Namun pengaruh yang diberikan dari keberadaan pasar kaget Musyawarah tentu tidak

hanya itu, dari sisi ekonomi berdampak kepada tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat

setempat, tingkat pendapatan masyarakat setempat dan tingkat peluang lapangan kerja yang

timbul akibat adanya aktivitas pasar kaget tersebut. Dari meningkatnya jumlah penduduk,

lokasi pasar yang strategis hingga tidak adanya pengawasan dan pengelolaan, semua faktor

tersebut akan memicu dampak yang lebih parah terhadap kondisi lingkungan. Untuk itu perlu

dikaji terkait dampak aktivitas pasar kaget Musyawarah terhadap kondisi lingkungan

pemukiman di RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

Page 3: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak aktivitas pasar kaget

Musyawarah terhadap kondisi lingkungan pemukiman di RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk

Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut: “Bagaimana dampak aktivitas pasar kaget Musyawarah terhadap

kondisi lingkungan pemukiman di RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Kebon Jeruk

Jakarta Barat?”

Page 4: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Dampak

Secara umum dampak lingkungan dihasilkan oleh efek lingkungan yang disebabkan

oleh kegiatan manusia. Dampak lingkungan tidak selalu berarti negatif, tetapi juga bisa

berarti positif. Dampak lingkungan yang bersifat positif apabila terjadi perubahan yang

menguntungkan bagi lingkungan, sedangkan dampak lingkungan yang bersifat negatif

apabila terjadi perubahan yang merugikan, mencemari, dan merusak lingkungan hidup.

Dampak lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat,

oleh karena itu setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat harus dilakukan analisis

terhadap dampak lingkungan.

Penentuan dampak penting lingkungan yang terjadi dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa kriteria. Penerapan kriteria tersebut telah ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah No. 56 Tahun 1994 tentang pedoman mengenai dampak penting, antara lain:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak lingkungan.2. Luas wilayah persebaran dampak lingkungan.3. Lama dampak lingkungan berlangsung.4. Intensitas dampak lingkungan berlangsung:

a. Rencana kegiatan akan menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik dan atau hayati.b. Rencana kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen

lingkungan.c. Rencana kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan endemik.d. Rencana kegiatan akan menimbulkan kerusakan terhadap kawasan lindung.e. Rencana kegiatan akan merusak benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah

yang bernilai tinggi.f. Rencana kegiatan akan mengakibatkan kontroversi.g. Rencana kegiatan mengubah areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang

tinggi.5. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak.6. Sifat kumulatif dampak lingkungan:

a. Dampak lingkungan berlansung berulang kali dan terus menerus, sehingga dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

b. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

c. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik).

7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak lingkungan.

Page 5: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

2. Pengertian Pasar dan Pasar Kaget

Ginanjar (1980) menyatakan bahwa pasar adalah tempat untuk menjual dan memasarkan

barang atau sebagai bentuk penampungan aktivitas perdagangan. Pasar pada mulanya merupakan

perputaran dan pertemuan antara persediaan dan penawaran barang dan jasa. Selain itu

dinyatakan pula bahwa pasar adalah sebagai tempat orang-orang yang mempunyai kebutuhan

untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan dan kemauan untuk membelanjakan

uang.

Berbeda dengan pendapat para ahli diatas, Phillip Kotler (1998) melihat arti pasar dalam

beberapa sisi, yaitu:

1. Pasar dalam pengertian aslinya adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual

berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa.

2. Pengertian pasar bagi seorang ekonom adalah semua pembeli dan penjual yang menjual

dan melakukan transaksi atas barang/jasa tertentu. Para ekonom dalam hal ini memang

lebih tertarik akan struktur, tingkah laku dan kinerja dari masing-masing pasar ini.

3. Pengertian pasar bagi seorang pemasar pasar adalah himpunan dari semua pembeli nyata

dan pembeli potensial dari suatu produk.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan, pasar didefinisikan sebagai

tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual

beli terbentuk. Pasar menurut kelas pelayanannya dapat digolongkan menjadi pasar tradisional

dan pasar modern, sedangkan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar

eceran dan pasar perkulakan/grosir. Pasar tradisional diartikan sebagai pasar yang dibangun oleh

pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios,

los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah atau koperasi dengan

usaha skala kecil dan modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar.

Pengertian-pengertian tentang pasar tersebut diatas menunjukkan adanya 3 unsur utama yang

dalam sebuah pasar. Hal ini juga disebutkan oleh Mursid (1997) mengenai pengertian sebuah

pasar, yaitu:

1. Konsumen, adalah orang dengan segala kebutuhan dan keinginannya.

2. Daya beli, merupakan faktor yang dapat mengubah keinginan menjadi permintaan.

Penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak akan menjadi

suatu apabila masyarakat tidak memiliki daya beli yang memadai permintaan.

3. Perilaku pembelian. Perilaku berkaitan dengan pola hidup masyarakat dalam hal

menjalani kegiatan pasar, seperti pola pengeluaran uang, perubahan selera jenis

barang atau jasa, waktu mewujudkan dan membeli, serta fluktasi harga atau nilai.

Page 6: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasar kaget adalah pasar sesaat

yang terjadi ketika terdapat sebuah keramaian atau perayaan. Namun bagi masyarakat

umum, sebutan pasar kaget adalah salah satu jenis pasar tradisional dengan kegiatan pasar

yang sifatnya sementara dengan wadah berjualan yang tersedia tidak permanen atau semi

permanen dan aktivitasnya hanya untuk waktu-waktu tertentu dimana setiap harinya

berlangsung hanya beberapa jam saja, baik pada pagi hari ataupun sore hari. Pasar kaget

merupakan pasar sesaat yang terjadi ketika terdapat sebuah keramaian atau perayaan.

(www.crayonpedia.org).

2.1 Lokasi Pasar

Pasar merupakan salah satu komponen pelayanan dari suatu kota, daerah dan wilayah

tertentu sehingga akan mengakibatkan kaitan dan pengaruh antar unsur penunjang kegiatan

perekonomian kota. Sebuah pasar yang letaknya strategis akan lebih terjamin kelancaran

penjualannya daripada yang letaknya di tempat yang kurang strategis. Faktor-faktor

keramaian lalu lintas, kemungkinan sebagai tempat pemberhentian orang untuk berbelanja,

keadaan penduduk di lingkungan tersebut, keadaan perparkiran kendaraan dan lain-lain

merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi sebuah pasar. Lokasi

dimana pasar itu dibangun akan sangat mempengaruhi minat masyarakat untuk mengunjungi

pasar tersebut.

Lokasi sebuah pasar menurut David Dewar dan Vanessa W (1990), merupakan faktor

yang penting/berpengaruh pada keberhasilan pasar tersebut. Tiga faktor utama yang

mempengaruhi lokasi pada skala kota adalah:

1. Location of generator of population movement (lokasi yang menimbulkan pergerakan

populasi/orang). Suatu pasar mampu berkembang secara baik karena berada pada

lokasi yang begitu dekat dengan pergerakan orang banyak. Pasar yang paling berhasil

berada pada CBD (central business district) dan kumpulan pedagang formal yang

lain, pusat/konsentrasi industri, sekitar terminal transportasi umum (terminal bus,

stasiun kereta api, dan sebagainya) serta lokasi yang memiliki kepadatan penduduk

yang tinggi.

2. Sources of supply (lokasi yang dekat dengan sumber-sumber persediaan barang yang

diperjualbelikan).

3. Location of consumers (lokasi yang dekat dengan pembeli/pengguna pasar).

Pembangunan pasar bertujuan untuk melayani kebutuhan konsumen kota

semudah/sedekat mungkin. Lokasi pasar sebaiknya mudah dijangkau oleh konsumen

Page 7: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

pasar, baik yang menggunakan kendaraan pribadi, pejalan kaki maupun yang

menggunakan angkutan umum.

Sementara menurut Miles (1999) dalam teori penentuan lokasi sebuah pasar,

dibutuhkan beberapa faktor yang harus dipenuhi agar dapat tercipta lingkungan yang baik dan

tertata rapih, terdapat 9 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu peruntukan lahan, penampakan

fisik, utilitas, transportasi, parkir, dampak lingkungan (sosial dan alam), pelayanan publik,

respon masyarakat (termasuk perubahan perilaku) serta permintaan dan penawaran

(pertumbuhan penduduk, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan).

3. Pemukiman

Menurut UU perumahan dan pemukiman No. 1 tahun 2011 menyatakan bahwa:

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, dan utilitas umum serta mempunyai

penunjang kegiatan dan fungsi lain di kawasan perkottan atau kawasan pedesaan.

Pemukiman yang dimaksud UU perumahan dan pemukiman tersebut mempunyai lingkup

tertentu yaitu kawasan yang didominasi lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai

tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan untuk mendukung

perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi pemukiman tersebut dapat berdaya guna

dan berhasil guna.

Pemukiman yang didefinisikan di atas memiliki persamaan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Sumaatmadja dalam Ahmad (2010) dimana pemukiman merupakan

bagaian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala prasarana dan sarana yang

menunjang kehidupannya dan menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang

bersangkutan. Dalam perkembangannya, kini manusia bermukim tidak hanya sekedar untuk

berteduh, diperlukan pula prasarana dan sarana yang memadai. Menurut pendapat Turner

dalam Ahmad (2010) pemukiman didefinisikan sebagai suatu bagian yang tidak dapat dilihat

dari sebagai hasil fisik yang rampung semata, melainkan merupakan proses yang

berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninnya dalam suatu

kurun waktu.

Pemerintah menafsirkan pemukiman dalam arti luas, yaitu meliputi rumah dengan

segala fasilitas bagi penghuninnya, bersama-sama itu mewujudkan suatu lingkungan

pemukiman. Fasilitas-fasilitas tadi meluputi persediaan air minum, penerangan, jaringan

saluran pembuangan, jalan untuk transportasi dan sebagainya yang sangat penting untuk

fungsi pemeliharaan kesehatan lingkungan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Daldjoeni

Page 8: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

(1983), pemukiman bukanlah sekedar perumahan. Pemukiman meliputi tiga hal. Pertama,

suprastruktur, yaitu berbagai komponen fisik tempat manusia berteduh; dalam bahasa Inggris

disebut “shelter”. Keduanya, infrastruktur yaitu prasarana bagi gerak manusia, perhubungan

dan komunikasi, sirkulasi tenaga dan materi untuk kebutuhan jasmaninya. Yang ketiga,

pelayanan (service) yaitu segala hal yang mencakup pendidikan, kesehatan, gizi, rekreasi,

dan kebudayaan.

Jadi pemukiman dapat memberikan kesan tentang sikap dan perilkaunya terhadap

lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik

atau benda mati. Dengan demikian, perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang

tidak dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.

3.1 Syarat-Syarat Pemukiman

Pemukiman harus dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya

dengan memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air bersih,

sanitasi, persampahan, drainase, hygiene, perseorangan dan pemukiman, keamanan

makanan, bangunan yang aman terhadap transmisi penyakit. Dalam menciptakan suatu

lingkungan pemukiman yang sehat, aman dan nyaman tentu harus memenuhi syarat-syarat

pemukiman yang baik. Adapun syarat-syarat pemukiman, menurut Departemen PU dalam

Endriyani (2000), yaitu:

a. Tidak terganggu oleh berbagai polusi.

b. Dapat disediakan air bersih.

c. Memberi kemungkinan untuk berkembang

d. Mempunyai aksesbilitas yang baik

e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja

f. Tidak di bawah permukaan air.

Jadi yang menjadi syarat pemukiman dalam penelitian dampak aktivitas pasar kaget

Musyawarah terhadap kondisi lingkungan pemukiman di RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk

adalah apakah suatu pemukiman terkena dampak dari aktivtias pasar kaget tersebut atau

tidak dengan mengacu pada indikator syarat-syarat pemukiman menurut Departemen PU

dimana pemukiman tersebut tidak terganggu oleh berbagai polusi, aksesbilitas yang tidak

terganggu, mudah dan aman mencapai tempat kerja.

3.2 Fungsi Pemukiman

Menurut Budihardjo (1991), secara umum pemukiman memiliki dua fungsi yaitu:

Page 9: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

a. Fungsi pasif yaitu berkenaan dengan penyediaan sarana dan prasarana fisik.

b. Fungsi aktif yaitu berkenaan dengan penciptaan lingkungan yang sesuai dengan

kehendak, aspirasi, adat dan tata cara hidup para penghuni dengan segenap dinamika

perubahannya.

4. Lingkungan

Lingkungan menurut A.L Slamet Riyadi (1976), merupakan tempat pemukiman dengan

segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang

secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun

kesehatan dari organisme itu. Sementara menurut Mulyanto (2007) lingkungan adalah

seluruh faktor yang mempengaruhi suatu organinsme; faktor-faktor ini dapat berupa

organism hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor)

misalnya suhu, curah hujan, panjangnya siang, angi, serta arus-arus laut. Interaksi-interaksi

antara organisme-organisme dengan kedua factor biotic dan abiotic membentuk suatu

ekosistem. Bahkan perubahan kecil suatu jenis binatang atau tumbuhan dalam

lingkungannya.

Lingkungan menurut Sumaatmadja dalam Mutakin (2008) adalah semua kondisi di

sekitar makhluk hidup, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter makhluk

hidup tersebut. Sedangkan dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan

hidup dijelaskan daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

4.1 Macam-Macam Lingkungan

Beberapa pengelompokan tentang ihwal lingkungan bila dilihat dari aspek manusia,

maka konsep lingkungan bisa dibedakan menjadi tiga kelompok menurut Eridiana (2008),

yaitu: (1) Lingkungan alam (natural environment), yaitu seluruh kondisi alam (gejala dan

proses) yang hadir di sekeliling manusia yang berpengaruh pada pertumbuhan (kualitas dan

kuantitias) dan karakter manusia itu sendiri; (2) Lingkungan sosial (social environment),

yaitu sesama manusia (individu dan kelompok) yang ada di sekitar seseorang atau kelompok

orang yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan karakter seseorang atau

kelompok orang tersebut; (3) Lingkungan budaya (cultural environment), yaitu segala

kondisi budaya atau segala bentuk hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang hadir di

sekitra seseorang atau kelompok orang bersangkutan.

Page 10: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

4.2 Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial menurut Purba dalam Widiningsih (2005), yaitu lingkungan yang

berkenaan dengan aspek kehidupan masyarakat yang meliputi jenis pekerjaan, ukuran

komunitas, kepadatan penduduk, heterogenitas dan homogenitas penduduk, diferensiasi dan

stratifikasi sosial, mobilitas sosial, sistem interkasi sosial. Sedangkan menurut North dalam

Mutakin (2000) terdapat tiga jenis yang perlu dibedakan, yaitu diferensiasi tingkatan,

diferensiasi fungsional, diferensiasi adat.

1. Diferensiasi Tingkatan

Lebih banyak pada kemajemukan yang bersifat ekonomi atau kemajemukan yang

disebabkan oleh status sosial. Mereka yang memiliki status sosial tinggi dapat

menguasai kehidupan, seperti yang dikemukakan Weber dalam Mutakin (2000)

membedakan 4 sistem tingkatan sosial yang meliputi tingkatan kekayaan yang

menimbulkan kelas-kelas kekayaan, tingkatan menurut kekuatan ekonomi yang

menimbulkan kelas-kelas pendapatan, tingkatan yang tercemin menurut kekayaan dan

pendidikan, dan tingkatan statuas sosial.

2. Diferensiasi Fungsional

Diferensiasi fungsional disebut juga pembagian kerja dalam suatu organisasi sosial

yang muncul karena melaksanakan pekerjaan yang berlainan.

3. Diferensiasi Adat

Diferensiasi adat meruapakan aturan-aturan untuk berperilaku yang tepat bagi warga

masyarakat sesuai dengan waktu dan tempat yang digunakan, sehingga setiap

masyarakat akan memiliki aturan bagi warganya.

Pada RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk lingkungan sosial masyarakat yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak yang terjadi pada aspek kehidupan

sosial masyarakat sebagai akibat dari adanya aktivitas pasar kaget Musyawarah yang dibatasi

pada jenis pekerjaan dan diferensiasi sosial menurut tingkat ekonomi. Dalam lingkungan

sosial masyarakat, terdapat perbedaan-perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat

lainnya, atau dengan kata lain dalam suatu masyarakat itu terdapat kemajemukan

masyarakat.

B. Kerangka Berpikir

Secara umum sebuah pemukiman membutuhkan beragam fasilitas umum yang terdiri

dari sumberdaya air, transportasi, ketenagalistrikan, energi, telematika, perumahan,

perekonomian dan penyehatan lingkungan. Keberadaan fasilitas umum tersebut akan

Page 11: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

mendorong terjadinya peningkatan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi kesehatan,

ekonomi, produktivitas dan sebagainya.

Salah satu fasilitas umum tersebut adalah pasar, sebagai tempat penunjang pemenuhan

kebutuhan hidup. Dalam pengertian sederhana, Pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual

beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada tempat dan waktu tertentu. Pasar yang

demikian disebut juga sebagai Pasar Tradisional. Pasar tradisional pada umumnya tumbuh

secara spontan berdasarkan kebutuhan dari masyarakat sekitar dan menggunakan lokasi yang

tidak semestinya diperuntukan sebagai pasar. Hal tersebut sedikit banyak akan membebani

sarana dan prasarana yang memang tidak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan sebuah

pasar dengan layak.

Seiring dengan bertambahnya tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup, maka

pasar kaget Musyawarah juga mengalami perkembangan secara perlahan. Jumlah pedagang

dan pembeli semakin banyak, tempat berdagang semakin luas serta waktu transaksi semakin

lama. Sementara jika ditarik kembali ke teori penentuan lokasi sebuah pasar, dibutuhkan

beberapa faktor yang harus dipenuhi agar dapat tercipta lingkungan yang baik dan tertata

rapih. Menurut Miles (1999), terdapat 9 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu peruntukan

lahan, penampakan fisik, utilitas, transportasi, parkir, dampak lingkungan (sosial dan alam),

pelayanan publik, respon masyarakat (termasuk perubahan perilaku) serta permintaan dan

penawaran (pertumbuhan penduduk, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan).

Sebagai gambaran, pasar kaget Musyawarah berada ditengah pemukiman dengan

memanfaatkan bahu Jalan Musyawarah sebagai area berjualan. Dimana sebagian pedagang

menggunakan bahu jalan lingkungan untuk berdagang dengan terpal sebagai alas, meja,

gerobak dorong atau perumahan yang telah beralih fungsi menjadi toko atau kios.

Permasalahan secara visual dapat terlihat dari adanya aktivitas pasar kaget berdampak

kepada menurunnya kualitas lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan

mahluk hidup (khususnya manusia), misalnya tingkat pencemaran lingkungan bertambah

(banyaknya tumpukan sampah yang ditimbulkan dan meningkatnya polusi udara akibat

kemacetan lalu lintas) dan parameter-parameter lingkungan lainnya yang ikut mempengaruhi

keindahan kota.

Namun pengaruh yang diberikan dari keberadaan pasar kaget Musyawarah tentu tidak

hanya itu, dari sisi ekonomi berdampak kepada tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat

setempat, tingkat pendapatan masyarakat setempat dan tingkat peluang lapangan kerja yang

timbul akibat adanya aktivitas pasar kaget tersebut. Dari meningkatnya jumlah penduduk,

lokasi pasar yang strategis hingga tidak adanya pengawasan dan pengelolaan, semua faktor

Page 12: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

tersebut akan memicu dampak yang lebih parah terhadap kondisi lingkungan. Untuk itu

perlu dikaji terkait dampak aktivitas pasar kaget Musyawarah terhadap kondisi lingkungan

pemukiman di RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

Kelurahan Kebon Jeruk

Keberadaan Pasar Kaget Musyawarah

NegatifPositif

Aktivitas Pasar

Dampak Aktivitas Pasar Kaget Musyawarah terhadap Kondisi Lingkungan Pemukiman di RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat

Dampak ke Pemukiman

Dampak

Page 13: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Tika (2005) populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya

terbatas dan tidak terbatas. Sedangkan menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemukiman dalam kawasan RW 02 Kelurahan

Kebon Jeruk sebanyak 1244 pemukiman.

2. Sampel

Menurut Tika (2005) sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang

mewakili suatu populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2011) sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random

Sampling (Sampel Acak Sederhana) dengan menggunakan rumus Slovin. Menurut

Suharsaputra (2012) rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel yang

populasinya diketahui jumlahnya.

Rumus Slovin:

n= N

1+N e2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Toleransi kesalahan yang akan diambil

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka perhitungan jumlah sampel yang akan

diambil adalah sebagai berikut:

n= 12441+1244 ¿¿

n=92,55 dibulatkan menjadi 93

Page 14: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

Dari jumlah populasi tersebut dan tingkat kesalahan sebesar 10% maka dengan rumus

tersebut didapat jumlah sampel sebanyak 93 keluarga.

B. Pengumpulan Data

Pada suatu proses penelitian, diperlukan tahapan pengumpulan data yang bertujuan

untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun

jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi dan angket kepada pemukiman

penduduk yang terkena dampak dari kegiatan pasar kaget. Menurut Tika (2005), observasi

adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Pengamatan

secara langsung di lapangan terhadap objek penelitian dilakukan untuk memperoleh data

yang aktual mengenai kondisi fisik dan lingkungan pemukiman penduduk. Menurut

Arikunto (2006) angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-

hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Nawawi dalam Tika (2005), angket (kuesioner)

adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis

untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Pengumpulan data melalui angket dilakukan

terhadap penduduk tentang dampak aktivitas pasar kaget mengenai aksesbilitas dan kondisi

sosial ekonomi penduduk.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dengan teknik dokumentasi. Menurut Arikunto (2006)

dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Teknik

dokumentasi ini dilakukan dengan mencari data sekunder yang berhubungan dengan

penelitian melalui jurnal, hasil penelitian dan data dari instansi terkait seperti data monografi

penduduk. Di samping itu, data sekunder lainnya adalah studi pustaka untuk mendapatkan

literatur yang berkaitan dengan studi.

C. Pengolahan data

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasi dan diolah menggunakan

teknik perhitungan persentase. Hasil dari tabulasi data kemudian dianalisis menggunakan

analisis deskriptif.

Page 15: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

D. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data yaitu menggunakan teknik

perhitungan persentase, dimana dalam pengumpulan datanya menggunakan metode

pengumpulan data berupa kuesioner, yang selanjutnya ditabulasikan dan di analisis dengan

menggunakan analisis deskriptif.

E. Bagan Alur Penelitian

ObservasiAktivitas

pasar kaget

Dampak Positif

Dampak Negatif

Pemukiman

Merumuskan Masalah

Sosial Ekonomi

Kondisi PemukimanLingkunganAksesbilitas

Studi Kepustakaan Mengumpulkan Data

Penelitian di Lapangan

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Page 16: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Daldjoeni, N. 1983. Manusia Penghuni Bumi. Bandung: Alumni.

Definisi Pasar dalam http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_9._PASAR#2.

Dewar, David and Vanessa Watson.1990. Urban Market Developing Informal Retailing.

London: Rontledge.

Ginanjar, Nugraha Jiwapraja. 1980. Masalah Ekonomi Mikro. Jakarta: Acro.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 Tentang

Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.

Miles, Mike E. et al. 1999. Real Estate Development, Principles and Process. Washington

DC: Urban Land Institute.

Mulyanto, H.R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mursid, M. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Mutakin, Awan. 2000. Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika. Bandung: Buana Nusa.

Mutakin, Awan. 2008. Geografi Perilaku Keragaman Perilaku Kelingkungan. Bandung:

Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung.

Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1994 Tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung:

Refika Aditama.

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

UU No.1/2011 Tentang Perumahan dan Pemukiman.

UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Page 17: DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT.docx

DAMPAK AKTIVITAS PASAR KAGET MUSYAWARAH TERHADAP KONDISI

LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI RW 02 KELURAHAN KEBON JERUK

KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

FIRYA FATURAHMAN

4315 08 2093

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

Outline Proposal Penelitian