dalam pembentukan akhlak siswa di sd integral...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
TRI OKTAVIANI
NIM: 111-12-137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
i
EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
TRI OTAVIANI
NIM: 111-12-137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. TentaraPelajar 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail : [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : -
Hal : Naskah Skripsi
Saudara Tri Oktaviani
Kepada:
Yth. Dekan FTIK Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Tri Oktaviani
NIM : 111-12-137
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak
Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 09 Maret 2017
Pembimbing
Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
NIP. 19750713 200901 1011
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. TentaraPelajar 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail : [email protected]
SKRIPSI
EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN
AKHLAK SISWA DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA
DISUSUN OLEH
TRI OKTAVIANI
NIM: 111-12-137
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Maret 2017 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd. __________________
Sekretaris Penguji : Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. __________________
Penguji I : Mufiq, M.Phil. __________________
Penguji II : Drs. Badwan, M.Ag. __________________
Salatiga, 24 Maret 2017
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP: 19670121 199903 1 00
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. TentaraPelajar 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
بسم هللا الرحمن الرحيم
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tri Oktaviani
NIM : 111-12-137
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di
SD Integral Hidayatullah Salatiga
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 06 Maret 2017
Penulis
Tri Oktaviani
NIM: 111-12-137
vi
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan
(al Baqarah: 286)
Gagal Itu Biasa.
Terus Berusaha....Itu Yang Luar Biasa!!!! (penulis)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(al Insyirah: 6)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada lelah mengarahkan putrimu ini, yang
senantiasa memberikan dukungan, semangat, serta do‟a yang tulus
sehingga putrimu dapat menyelesaikan studi.
2. Kakakku tersayang, mas Krismanto Al Rosyid, terimakasih untuk motivasi
dan arahannya serta bantuan moril beserta materiilnya. Karena beliaulah
aku bisa duduk di bangku kuliah, merasakan pendidikan yang luar biasa di
masa-masa kuliah, serta tahu bagaimana perjuangan hidup itu. Karena
syarat yang beliau ajukan jugalah akhirnya aku harus tetap berjuang
hingga dapat menyelesaikan studi ini.
3. Mbak Yafisa Woro Hesti, mbak Naskah Mila Nurbaya, serta mas Nur
Jayadi terimakasih banyak atas nasihat serta dukungannya, karena belajar
dari pengalaman kalianlah aku bisa seperti ini.
4. Imamku yang terkasih, M. Basyir Ali Muthohar yang senantiasa setia dan
sabar membimbing, mengarahkan, memberikan dukungan, motivasi, kasih
sayang, memberikan bantuan secara moril dan materiil, serta selalu
mendoakanku hingga aku berhasil menyelesaikan studi ini. Terimaksih
banyak duhai imamku.
5. Adek-adek ponakanku yang maniiis,,,,Nadila Az Zahra, Umair Abdillah al
Fatih, Aqila Marsa Tibra, kalianlah penyemangatku dan penghiburku
dikala letih menghampiri.
viii
6. Terimakasih penulis sampaikan kepada Mas Sabiq, dan teman karibku
Mbak Zafi untuk segala motivasi, bimbingan bahkan sampai berkenan
meminjami buku, dan meminjami laptop.
7. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka
dan duka untuk menyelesaikan tugas.
8. Rekan-rekan seperjuangan di kampus IAIN Salatiga.
9. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
ix
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الّرمحن الّرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWTatas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun masih
jauh dari sempurna. Shalawat dan salam, semoga senantiasa tercurah limpah
kepada Nabi Agung Muhammad Saw.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pedidikan Agama Islam.
4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan selama kuliah.
6. Bapak/Ibu dosen dan seluruh karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.
7. Kepala sekolah, guru, dan segenap keluarga besar SD Integral Hidayatullah
Salatiga yang membantu dan memberikan pelayanan penelitian hingga
penyelesaiaan skripsi ini.
x
8. Seluruh siswa-siswi SD Integral Hidayatullah Salatiga yang telah
menginspirasi dan memotivasi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Suamiku, orang tuaku beserta seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan
dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Semoga amal baik yang telah beliau-beliau berikan, menjadi ladang
amal dan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Tiada
kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat hamdalah karena
skripsi ini dapat terselesaikan meskipun belum sempurna, semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat.
Salatiga, 06 Maret 2017
Penulis
Tri Oktaviani
NIM: 111-12-137
xi
ABSTRAK
Oktaviani, Tri. 2017. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak
Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Skripsi. JurusanPendidikan
Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd
Kata Kunci: Efektivitas, Full Day School, dan Akhlak.
Latar belakang penelitian ini adalah semakin hilangnya nilai-nilai agama,
semakin deras arus pergeseran dan kemerosotan moral yang menimbulkan
kegelisahan masyarakat, sehingga lembaga pendidikan sebagai penanggung jawab
dalam memberikan pendidikan, menjaga dan memperkokoh moral bangsa harus
mampu meningkatkan mutu dari pendidikan, salah satunya dengan
penyelenggaraan belajar sehari penuh (full day school), dalam program ini tidak
hanya memberi pengetahuan saja tetapi juga memberikan pendalaman tentang
agama sebagai media pembentukan akhlak. SD Integral Hidayatullah Salatiga
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berusaha meningkatkan mutu
pendidikan dengan menyelenggarakan full day schoolsebagai media pembentukan
akhlak. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:
(1)Bagaimana pelaksanaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
(2)Bagaimana efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD
Integral Hidayatullah Salatiga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Sumber data primer adalah siswa-siswi yang mengikuti full day school
di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Pengumpulan data melalui metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan cara mereduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan
dengan teknik triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan full day school di SD
Integral Hidayatullah Salatiga dalam membentuk akhlak siswa dilakukan melalui
metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian nasihat, metode
pendampingan, metode appersepsi, metode telaah ayat dan hadis, serta metode
pendekatan alam. Pembentukan akhlak melalui full day school berjalan dengan
efektif dan lancar.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................... I
LEMBAR BERLOGO...................................................................... Ii
PERSETUJAN PEMBIMBING...................................................... Iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... Iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................ V
MOTTO............................................................................................. Vi
PERSEMBAHAN............................................................................. Vii
KATA PENGANTAR ...................................................................... Ix
ABSTRAK......................................................................................... Xi
DAFTAR ISI...................................................................................... Xiii
DAFTAR TABEL............................................................................. Xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... Xvii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………....... 4
C. Tujuan Penelitian…….……………………………………... 5
D. Kegunaan Penelitian....……………………………………… 5
E. Penegasan Istilah..…...……………………………………… 6
F. Metode Penelitian………………………………………….... 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian....…………………….... 8
2. Kehadiran Peneliti.....…………………………………… 9
3. Lokasi Penelitian...............……………………………… 10
xiii
4. Subjek Penelitian...........................…………………….... 10
5. Sumber Data..............…………………………………… 11
6. Metode Pengumpulan Data...……………………………
7. Analisis Data.........................……………………………
8. Pengecekan Keabsahan Data...…......……………………
9. Tahap-Tahap Penelitian........……………………………
G. Sistematika Penulisan..............…......……………......………
12
14
15
16
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………........ 19
A. Sistem Full Day School......…………………………………. 19
1. Pengertian Full Day School..…………………………… 19
2. Tujuan Full Day School………..……………………….. 20
3. Kurikulum Full Day School…………………………….. 21
4. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School…… 21
B. Pembentukan Akhlak………..………………………............ 23
1. Pengertian Pembentukan Akhlak ………………………. 23
2. Pembagian Akhlak dalam Islam.....……………………... 26
3. Tujuan Pembentukan Akhlak ……………………......…. 29
4. Metode Pembentukan Akhlak........……………………... 30
5. Faktor-Faktor Pembentukan Akhlak..............…...……… 32
C. Penelitian yang Relevan............…………………………….. 34
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN....... 37
A. Sejarah Singkat SD Integral Hidayatullah Salatiga ……........ 37
1. Berdirinya SD Integral Hidayatullah Salatiga.....……….. 37
2. Identitas Sekolah....................……………………......…. 38
xiv
3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah......……………………... 38
4. Struktur Organisasi Sekolah...........................…...……… 40
5. Data Sekolah..................................................…...……… 40
6. Kurikulum Sekolah........................................…...……… 45
B. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak... 46
C. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak...... 51
BAB IV PEMBAHASAN.....……………………………….....…… 54
A. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak
Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga………………… 54
1. Tujuan Pelaksanaan Full Day School di SD Integral
Hidayatullah Salatiga..………………………………..… 54
2. Kurikulum Full Day School di SD Integral Hidayatullah
Salatiga………......……………………..…..................... 55
3. Indikator Capaian dari Pelaksanaan Full Day School di
SD Integral Hidayatullah Salatiga………….......……..… 55
4. Proses Pelaksanaan Full Day School di SD Integral
Hidayatullah Salatiga..………………………………..… 56
5. Metode Full Day School di SD Integral Hidayatullah
Salatiga………......……………………..…..................... 62
6. Sarana Prasarana Pelaksanaan Full Day School di SD
Integral Hidayatullah Salatiga………….......……..…...... 63
7. Aplikasi Full Day School dalam Pembentukan Akhlak
di SD Integral Hidayatullah Salatiga.......................…..… 64
xv
8. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School di
SD Integral Hidayatullah Salatiga………........................ 66
B. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak
Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga........……..…...... 67
1. Kurikulum yang Mendukung........………………………. 67
2. SDM dari Pendidik yang Mumpuni.....…...........………... 67
3. Sarana Prasarana dan Fasilitas yang Kontributif............... 68
4. Metode yang Sesuai........................……………………... 68
5. Lingkungan yang Kondusif............................…...……… 69
6. Wali Siswa yang Mendukung............................................ 69
7. Akhlak yang Terbentuk.....................……………………
BAB V PENUTUP.............................................................................
70
72
A. Kesimpulan……………………………………...................... 72
B. Saran………………………………………............................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: 3.1 Data Guru SD Integral Hidayatullah Salatiga .................................40
Tabel 2: 3.2 Data Siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga ...............................42
Tabel 3: 3.3 Data Siswa Kelas Madin .................................................................43
Tabel 4: 3.4 Data Sarana Prasarana Sekolah .......................................................44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Nilai SKK
2. Lembar Penunjukan Pembimbing
3. Lembar Konsultasi
4. Lembar Permohonan Izin Penelitian
5. Lampiran 1 : Transkrip Wawancara I
6. Lampiran 2 : Transkrip Wawancara II
7. Lampiran 3 : Transkrip Wawancara III
8. Lampiran 4 : Transkrip Wawancara IV
9. Lampiran 5 : Transkrip Wawancara V
10. Lampiran 6 : Transkrip Wawancara VI
11. Lampiran 7 : Catatan Observasi I
12. Lampiran 8 : Catatan Observasi II
13. Lampiran 9 : Catatan Observasi III
14. Lampiran 10: Catatan Obsrvasi IV
15. Lampiran 11: Catatan Observasi V
16. Lampiran 12: Catatan Observasi VI
17. Lampiran 13: Catatan Observasi VII
18. Lampiran 14: Foto Hasil Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpredikat sebagai lembaga pendidikan, berarti memiliki tanggung jawab yang
besar yakni tidak hanya dituntut dapat memberikan pendidikan saja, melainkan
juga mampu menjaga dan memperkokoh moral bangsa. Selain itu pengembangan
kepribadian dan akhlak anak merupakan salah satu tugas pokok bagi lembaga
pendidikan.
Lembaga pendidikan merupakan suatu jasa pendidikan serta proses pelayanan
untuk mentransfer pengetahuan, sikap dan perilaku-perilaku yang baik. Sebab
kemajuan bangsa dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh
sektor pendidikan, dengan bantuan pendidikan setiap individu akan dapat
berkembang menjadi lebih baik. Lewat pendidikan pula semua orang
mengharapkan agar semua bakat dan kemampuan serta perilaku yang dimiliki bisa
dikembangkan secara maksimal (Hamalik, 2008: 26).
Mutu dari pendidikan sangatlah diharapkan oleh para orang tua baik pendidikan
secara umum maupun pendidikan agama. Di dalam ajaran Islam, pendidikan
agama mendapat perhatian lebih untuk selalu dikembangkan, seperti yang
disebutkan dalam surah at-Taubah ayat 122 yang berbunyi:
2
Artinya:“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang),
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Ayat di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran Islam
terdapat perintah untuk pendidikan agama, baik dari keluarga maupun dari orang
lain. Sehingga orang tua atau keluarga sebagai penentu utama pendidikan
seharusnya dapat menentukan pendidikan yang terbaik untuk anaknya yaitu yang
memiliki muatan lebih tentang keagamaan.
Saat ini banyak sekali lembaga pendidikan yang memperdalam materi agama agar
para peserta didiknya bisa menjadi generasi bangsa yang memiliki akhlak dan
karakter yang mulia. Semua itu dilakukan untuk menjaga peserta didiknya dari
kemerosotan moral dan degradasi akhlak bangsa. Dewasa ini kenakalan remaja
berkembang begitu luas sehingga banyak terjadi perbuatan-perbuatan asusila yang
terjadi seperti banyaknya pencurian, pembunuhan, penggunaan narkoba, seks
bebas dan perkelahian anak sekolah. Akibatnya perbuatan-perbuatan tersebut
menimbulkan keresahan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dan faktor
yang mendominasi terjadinya kemerosotan di atas adalah karena kurangnya
3
pemahaman dan penghayatan terhadap akhlak, semakin hilangnya nilai-nilai
agama dalam kehidupan dan semakin deras arus pergeseran atau dekadensi moral
yang terjadi dikalangan masyarakat secara umum serta hilangnya loyalitas
terhadap Islam (Mahmud, 2004: 62).
Selain itu, peran aktif dan kreatif guru sangat dituntut untuk dapat menunjang
pembelajaran agama sebagai media pembentukan akhlak peserta didik, semua itu
dapat dilakukan melalui keteladanan dan praktek nyata di lingkungannya
(sekolah). Tanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan datang harus
dipikirkan dan direncanakan secara matang oleh seorang guru beserta orang tua
agar terlahirlah generasi yang unggul, yakni generasi yang berprestasi sekaligus
berakhlak mulia.
Saat ini banyak sekali lembaga pendidikan yang mengadakan program belajar
sehari penuh bagi peserta didiknya atau yang sering dikenal dengan sebutan full
day school. Program ini bertujuan untuk membina akhlak dan membentuk
kepribadian yang baik pada peserta didiknya. Dalam program tersebut tidak hanya
memberi pengetahuan saja akan tetapi juga disertai pembentukan akhlak agar
peserta didik terbiasa melakukan perilaku-perilaku yang baik dan berakhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari.
Full day school adalah salah satu program unggulan yang dirintis oleh beberapa
sekolah. Program ini merupakan sebuah model pendidikan alternatif, dimana
peserta didik sehari penuh berada di sekolah untuk melakukan proses
pembelajaran dan proses beribadah. Dengan tersedianya waktu yang cukup lama
di lingkungan sekolah peserta didik perlahan-lahan akan terbiasa dengan
4
kehidupan yang mandiri, menumbuhkan sikap kebersamaan dan kesadaran
beribadah serta sikap positif lainnya yang dapat menjadikan mereka lebih baik.
Sekolah Dasar Integral Hidayatullah Salatiga merupakan suatu lembaga
pendidikan yang mengintegrasikan ilmu, amal, dan keikhlasan yakni
menumbuhkan potensi ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyah. Yang menerapkan
kurikulum integral berbasis tauhid yaitu mengintegrasikan nilai-nilai tauhid
kedalam kegiatan pembelajaran, dan menjadikan program full day school sebagai
media dalam mewujudkan kurikulum tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian secara
mendalam tentang “Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak
Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.”
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya masalah, penelitian ini difokuskan pada sistem pembelajaran
full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak
siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga?
2. Bagaimana efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak
siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga?
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan full day school dalam pembentukan
akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
2. Untuk mengetahui efektivitas full day school dalam pembentukan
akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
a. Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran,
khususnya bagi sekolah yang menerapkan full day school.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan
teoritis dalam mengintegrasikan pembentukan akhlak dalam
penerapan full day school.
b. Praktis
1) Bagi Peneliti
Untuk menambah cakrawala berpikir dan memperluas pengetahuan
serta mendapat pengalaman praktis selama proses penelitian.
2) Bagi Guru
Sebagai sumbangan bagi para guru di SD Integral Hidayatullah
Salatiga untuk membantu dan mendukung dalam pembentukan
akhlak peserta didik melalui penerapan full day school.
6
3) Bagi Kepala Sekolah
Sebagai masukan dalam meningkatkan intensitas supervisi dan
pengambilan keputusan dalam mengintegrasikan pembentukan
akhlak melalui penerapan full day school.
4) Bagi Kemenag
Sebagai rujukan dalam menentukan kurikulum pendidikan.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salahnya persepsi dan memudahkan pemahaman
dalam skripsi ini, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah
pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata “efektif” yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang telah dicapai. Menurut pendapat Mahmudi dalam
bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefiniskan efektivitaas
sebagai berikut: “Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan
tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian
tujuan, maka semakin efektif suatu organisasi, program atau kegiatan
(Mahmudi, 2005: 92).
7
2. Full Day School
Kata Full Day School berasal dari bahasa Inggris, full artinya penuh,
day artinya hari, dan school artinya sekolah (Echols dan Shadily, 2010:
259). Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau
proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-15.30. Dengan
demikian sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa,
disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan
pendalaman materi.
3. Pembentukan Akhlak
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh
dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan
berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan
terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia,
termasuk akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, intuisi dibina
secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat (Nata, 2013: 133).
4. Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga
Sekolah yang terletak di Jl.Dliko Indah XVII/236 B Blotongan
Kecamatan Sidorejo Lor Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah ini
merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum integral
berbasis tauhid yang mengintegrasikan antara ilmu, amal, dan keikhlasan.
Sekolah Dasar Integral Hidayatullah Salatiga ini merupakan salah satu
8
lembaga pendidikan yang berbeda dengan sekolah dasar pada umumnya
yang menyelenggarakan program unggulan yaitu full day school. Dimana
melalui full day school tersebut diharapkan mampu membentuk akhlakul
karimah (akhlak mulia) siswa sebagai wujud aplikasi kurikulum sekolah.
F. Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah
cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau
subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya
(Ruslan, 2010: 24).
Metodologi di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang
dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis
untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2002: 24). Adapun komponen
dalam metode penelitian ini adalah:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif
dengan tujuan membangun makna berdasarkan data-data lapangan.
Penelitian ini disebut penelitian lapangan (field research) yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif, penelitian deskriptif ini
9
merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang
terdapat atau terjadi dalam sebuah lapangan, atau suatu wilayah tertentu.
Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut jenis,
sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat
kesimpulan (Arikunto, 2010: 3).
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini
adalah pendekatan psikologi, maksudnya adalah pendekatan yang meliputi
aspek-aspek kejiwaan yang ada dalam pribadi anak. Pendekatan ini
mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia
sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan seseorang.
Dalam penelitian ini dideskripsikan peneliti dengan memperhatikan
semua peristiwa yang terjadi dan selalu berusaha mengungkap kesadaran
dari subjek penelitian. Pendekatan ini digunakan dengan tujuan untuk
melihat sejauh mana efektivitas full day school dalam pembentukan
akhlak siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti merupakan instrumen yang paling penting dalam
penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan
diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan salah satu instrumen yang
secara langsung mengamati, mewawancarai, dan mengobservasi objek
yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan pengamat penuh yaitu
mengamati keefektifan full day school dalam pembentukan akhlak siswa
10
di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Selain itu, kehadiran peneliti juga
diketahui oleh lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai objek
penelitian secara formal melalui surat ijin tertulis dari lembaga pendidikan
peneliti (IAIN Salatiga).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
Penulis mengambil lokasi penelitian di SD Integral Hidayatullah Salatiga
karena sekolah ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain, yakni
melaksanakan pembelajaran dengan nilai-nilai keIslaman dan menjadikan
full day school sebagai media alternatif dalam mewujudkan kurikulum
integral berbasis tauhid.
4. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa-siswi full day school SD
Integral Hidayatullah Salatiga. Penelitian ini tidak menggunakan
responden tetapi memilih informan karena pendekatan penelitian ini
adalah kualitatif. Informan dalam penelitian ini berasal dari:
a. Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga, yaitu orang
yang mengatur dan mengontrol berjalannya proses pembelajaran
dalam full day school.
b. Waka Diniyyah SD Integral Hidayatullah Salatiga, yaitu orang
yang mengatur dan mengontrol berjalannya proses pembelajaran
dalam kelas madin (KBM sore).
11
c. Guru kelas full day school SD Integral Hidayatullah Salatiga, yaitu
sebagai pengganti orang tua peseta didik di sekolah sehingga
mengetahui dengan betul perkembangan dan keadaan peserta didik
selama di sekolah.
d. Orang tua siswa-siswi SD Integral Hidayatullah Salatiga, sebagai
pengawas perkembangan perilaku peserta didik saat berada di luar
sekolah.
e. Siswa-siswi SD Integral Hidayatullah Salatiga. Dalam penelitian
ini siswa dan siswi yang mengikuti full day school merupakan
subjek utama dalam penelitian ini.
5. Sumber Data
Setiap penelitian memerlukan data karena data merupakan sumber
informasi yang memberikan gambaran utama tentang ada tidaknya
masalah yang akan diteliti (Afifudin dan Saebani, 2009: 117).
Dilihat dari segi sumber perolehan data, atau dari mana data tersebut
berasal secara umum dalam penelitian dikenal ada dua jenis data, yaitu
data sekunder dan data primer.
Data primer merupakan jenis data yang digali dan diperoleh dari
sumber utamanya (sumber asli), baik berupa data kualitatif atau data
kuantitatif. Dalam penelitian ini data primer terkait proses pelaksanaan full
day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah
Salatiga dan keefektifannya.
12
Sedangkan data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali
melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya,
baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Jenis data ini sering
juga disebut data eksternal. Dalam penelitian ini adalah dokumen-
dokumen yang terkait dengan SD Integral Hidayatullah Salatiga. (Teguh,
2001: 121-122).
6. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik atau metode pengumpulan data. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam pelaksanaannya digunakan teknik pengamatan langsung
yaitu teknik pengumpulan data, dimana peneliti mengadakan
pengamatan yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan responden yang diamati tidak terlalu
besar (Sugiyono, 2008: 145).
Penelitian menggunakan metode observasi untuk mengetahui
secara langsung apa yang terdapat di lapangan tentang keefektifan
full day school dalam pembentukan akhlak di SD Integral
Hidayatullah Salatiga.
b. Wawancara
Metode ini sering disebut interview yang berbentuk pengajuan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada sumber data dan
13
dilakukan dengan bentuk tanya jawab secara sistematis dan
berdasarkan tujuan penelitian (Rimbun dan Efendi, 1995: 192).
Dengan wawancara ini kreativitas pewawancara sangat diperlukan.
Pewawancara bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan
full day school dalam pembentukan akhlak di SD Integral
Hidayatullah Salatiga. Dalam penelitian ini yang menjadi informan
atau yang diwawancarai dalam proses pembentukan akhlak siswa
adalah Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga, Waka
Diniyyah SD Integral Hidayatullah Salatiga, guru atau wali kelas,
wali murid atau orang tua, dan siswa-siswi yang mengikuti full
day school.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sehingga
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2010: 221).
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dokumen
sekolah seperti data tentang sejarah berdirinya sekolah, struktur
organisasi, data guru dan siswa, visi dan misi sekolah, kurikulum
sekolah, data sarana prasarana serta proses palaksanaan
pembelajaran full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
14
lapangan dan dokumen dengan cara mengorganisasikan data dalam
kategori dan menjabarkan dalam unit-unit kemudian disusun dalam
pola data yang penting, setelah itu disimpulkan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Aktivitas dalam analisis
data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas. Untuk menganalisis data yang diperoleh,
penyusun menggunakan analisis deskriptif yang dikembangkan
oleh Milles dan Hubberman dengan tiga langkah sebagai berikut
(Sugiyono, 2008: 26):
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan, penyederhanaan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di
lapangan, sehingga menjadi lebih fokus sesuai dengan obyek
penelitian. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian
sampai tersusunnya laporan akhir penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data terdiri dari sekumpulan informasi yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dalam skripsi ini merupakan
penggambaran seluruh informasi tentang efektivitas full day school
dalam pembentukan akhlak bagi siswa.
15
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan konfigurasi yang
utuh. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat
menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Dari
hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian diberi
interpretasi terhadap masalah yang akhirnya digunakan oleh
penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik “triangulasi”, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Teknik triangulasi bisa dilaksanakan dengan cara
(Moleong, 2002: 178) yaitu :
a. Check Recheck, dengan hal ini dilakukan dengan pengulangan
kembali terhadap informasi yang diperoleh.
b. Cross Checking, dalam hal ini dilakukan checking antara metode
pengumpulan data yang diperoleh, misalnya dari data wawancara
dipadukan dengan observasi,kemudian dipadukan dengan dokumen
dan sebaliknya, sehingga ditemukan data yang valid dan sesuai
kenyataan.
9. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
16
a. Pra Lapangan
Tahap pra lapangan meliputi menyusun rancangan penelitian,
menentukan fokus penelitian, menghubungi lokasi penelitian,
mengurus perijinan, penelusuran awal, dan menilai keadaan
lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian, dan yang menyangkut
persoalan etika penelitian.
b. Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan pengumpulan data atau
informasi yang terkait dengan fokus penelitian serta pencatatan
data.
c. Analisis Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang
dikumpulkan. Peneliti menggunakan teknik analisis data yang
dikemukakan oleh Milles dan Huberman yaitu mereduksi data,
penyajian data, dan menarik kesimpulan.
d. Penulisan Hasil Laporan
Dalam tahap ini, penulis menuangkan hasil penelitian secara
sistematis sehingga dapat dipahami dan diikuti alurnya oleh
pembaca.
G. Sistematika Penulisan
17
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar
berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan
kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan,
halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar
tabel, dan halaman daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab
yang rinciannya adalah sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan memuat latar belakang masalah, fokus penelitian dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: Kajian pustaka dijelaskan tentang kajian tentang sistem full day scool,
kajian tentang pembentukan akhlak, dan kajian tentang penelitian yang relevan.
Bab III: Paparan data dan temuan penelitian berisi tentang gambaran data yang
meliputi sejarah singkat SD Integral Hidayatullah Salatiga, pelaksanaan full day
school dalam pembentukan akhlak siswa dan efektivitas full day school dalam
pembentukan akhlak siswa.
Bab IV: Pembahasan disajikan data tentang analisis pelaksanaan pembentukan
akhlak dengan full day school SD Integral Hidayatullah Salatiga dan efektivitas
full day school dalam pembentukan akhlak siswa SD Integral Hidayatullah
Salatiga.
Bab V: Penutup berisi kesimpulan dan saran.
18
Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat hidup penulis.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Full Day School
1. Pengertian Full Day School
Kata Full Day School berasal dari bahsa Inggris, full artinya penuh,
day artinya hari, dan school artinya sekolah (Echols dan Shadily, 2010:
259). Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau
proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-15.30. Dengan
demikian sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa,
disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan
pendalaman materi.
Full Day School merupakan pendidikan sepanjang hari, dimana
aktivitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah.
Meskipun begitu, proses pembelajarannya tidak hanya di dalam kelas saja
akan tetapi juga dilaksanakan di luar sekolah atau di tempat lain seperti di
masjid, di perpustakaan, atau di laboratorium. Sehingga pergaulan anak
tetap dapat terpantau sehingga kepribadianpun terjaga. Semuanya berada
di bawah pengawasan dan bimbingan guru.
Full Day School memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
kesempatan belajar siswa lebih banyak, guru dapat mengatur waktu agar
lebih kondusif, orang tua siswa terutama yang sibuk berkarir akan lebih
tenang karena anaknya ada di sekolah sepanjang hari dan berada dalam
20
pengawasan guru. Dalam full day school lamanya waktu belajar
tidak dikhawatirkan menjadikan beban karena sebagian waktunya
digunakan untuk kegiatan-kegiatan informal.
(www.informasiguru.com/2016/08/PengertiandanMaknaFullDaySchool.ht
ml diakses pada Jum‟at 25 November 2016).
2. Tujuan Full Day School
Berikut adalah beberapa alasan sekolah menerapkan full day school
yang dijelaskan dalam Baharuddin (2010: 223-224):
1) Banyaknya aktivitas orang tua berakibat pada kurangnya
perhatian untuk anaknya terutama yang berhubungan dengan
aktivitas anak sepulang dari sekolah.
2) Kemajuan IPTEK yang begitu cepat, sehingga apabila tidak
dicermati akan membawa dampak negatif, terutama dari teknologi
komunikasi. Dengan banyaknya program televisi serta
menjamurnya Play Station (PS) membuat anak-anak lebih
menikmati untuk duduk di depan televisi atau bermain play
station daripada harus belajar.
3) Upaya untuk meningkatkan efisiensi waktu belajar.
4) Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari
masyarakat agraris menuju masyarakat industri yang mana
perubahan tersebut jelas mempengaruhi pola pikir masyarakat
yang berorientasi terhadap materi.
21
3. Kurikulum Full Day School
Kurikulum yang diterapkan dalam model full day school adalah
integrated curriculum yaitu perpaduan kurikulum pendidikan nasional
dengan kurikulum Departemen Agama, dengan adanya perpaduan
kurikulum tersebut maka proses belajar membutuhkan waktu yang lama.
Kurikulum integrated ini digunakan dalam rangka untuk mengembangkan
integrasi antara kebutuhan kehidupan jasmani dengan rohani, yakni
mengintegrasikan antara iman, ilmu, dan amal
(www.jenterasemesta.or.id/2016/08/full-day-school-konsep-dan-
kurikulum.htmldiakses Jumat, 25 November 2016).
4. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School
Di antaranya faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah
(tamimsyafii.blogspot.co.id/2016/10/kebijakan-full-day-school.html
diakses pada Jumat, 25 November 2016):
1) Kurikulum
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas
pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, ruang lingkup,
urutan isi, serta proses pendidikan (Sukmadinata, 2006: 4).
22
2) Manajemen Pendidikan
Manajemen atau pengelolaan adalah kemampuan dan
keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi. Dengan adanya manajemen yang efektif dan
efisien, maka sangat menunjang dalam pengembangan lembaga
pendidikan yang dapat tercapai secara optimal (Sudjana, 2004:
17).
3) Sarana dan Prasarana
Sarana pembelajaran atau fasilitas merupakan kelengkapan yang
menunjang belajar peserta didik di sekolah. Lengkap tidaknya
fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
Sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan mampu
memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan
dengan kebutuhan siswa.
4) Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu
memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus
memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang tidak
membuat siswa bosan. Guru harus mempunyai kualifikasi sebagai
tenaga pengajar, karenanya harus memiliki kemampuan
profesional dalam proses pembelajaran, agar pencapaian mutu
yang diharapkan akan mencapai target (Sudjana, 2004: 374)
23
Adanya faktor pendukung, juga diiringi oleh faktor penghambat.
Adapun faktor penghambat dalam penerapan full day school,
antara lain adalah masih banyak kekurangan-kekurangan yang
dihadapi sekolah untuk meningkatkan mutunya, mayoritas karena
keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan yang dapat
menghambat kemajuan sekolah. Selain itu, faktor siswa, pegawai
atau tenaga teknis, dan dana, serta kualitas guru juga sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar pada
penerapan full day school.
B. Pembentukan Akhlak
1. Pengertian Pembentukan Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab. Jamak
dari khuluqun yang berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
kata khalkun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
khaliq berarti Pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan
(Zahruddin AR & Hasanuddin, 2004: 1).
Sedangkan secara terminologi, berdasarkan pendapat beberapa
pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
24
a. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui proses pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu
(Abdullah, 2006: 4).
b. Imam Al Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang
darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang,
tanpa perlu pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya
lahir perbuatan yang baik maka disebut akhlak terpuji. Dan jika
lahir darinya perbuatan buruk,maka disebut akhlak tercela
(Zahruddin AR & Hasanuddin, 2004: 4).
c. Sidi Gazalba
Akhlak adalah tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
nilai baik dan buruk, menurut yang digariskan agama. Tindakan
yang mengandung nilai akhlak itu adalah tindakan yang dilakukan
dengan sadar dan disengaja (Gazalba, 1973: 538).
Dari beberapa definisi di atas jika diperhatikan dengan seksama tampak
bahwa seluruh definisi akhlak tersebut sama maksudnya dan saling melengkapi
yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah
yang dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah
menjadi kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan disengaja sehingga lahir
25
perbuatan baik yang disebut akhlak terpuji, dan perbuatan tercela yang disebut
akhlak tercela.
Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan atau
pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai
macam metode terus dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang
perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia.
Dengan demikian, pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan sarana
pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh dan konsisten. (Nata, 2013: 133).
Islam adalah agama yang sangat mementingkan akhlak daripada masalah-
masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan
akhlak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa berbagai perbuatan ibadah tidak
lain merupakan sarana untuk mencapai akhlak yang baik, dan Rasulullah
merupakan contoh atau suri tauladan yang baik dalam hal ini. Karena yang
membimbing dan membina terciptanya akhlak beliau adalah Allah SWT.
Disebutkan dalam surah al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
26
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Allah bahkan memuji akhlak Rasulullah melalui firman-Nya dalam surah al-
Qalam ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
2. Pembagian Akhlak dalam Islam
Menurut M. Yatimin Abdullah (2006: 4-6) secara garis besar akhlak
dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Allah.
Adapun cara manusia mendekatkan dirinya kepada Allah antara
lain:
1) Mentauhidkan Allah yakni tidak memusyrikkanNya kepada
sesuatu apapun.
2) Beribadah kepada Allah yakni melaksanakan ibadah untukNya
3) Bertakwa kepada Allah yakni melaksanakan semua
perintahNya dan meninggalkan semua yang dilarangNya.
4) Zikrullah yakni ingat kepada Allah.
5) Bertawakal yakni berserah diri kepada Allah.
27
b. Akhlak kepada Sesama Manusia
Akhlak kepada sesama manusia merupakan sikap seseorang
terhadap orang lain. Adapun akhlak terhadap sesama manusia
dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Akhlak kepada Orang Tua atau Guru
Semua orang wajib berbakti kepada kedua orang tuanya,
setelah takwa kepada Allah. Karena orang tua telah bersusah
payah memelihara, mengasuh, mendidik hingga kita menjadi
orang yang berguna dan bahagia. Sedangkan seorang guru
adalah pengganti orang tua ketika berada di sekolah, sehingga
kita harus berakhlak kepada guru seperti halnya berakhlak
kepada orang tua.
Adapun perbuatan yang harus dilakukan seorang anak kepada
orang tua atau gurunya meliputi: mendoakannya, taat kepada
segala perintahnya selagi tidak bertentangan dengan agama,
menghormati, sopan santun, merendahkan diri kita,
menjaga,menyayangi dan selalu melindunginya.
2) Akhlak kepada Saudara
Dengan saudara kita harus berakhlak baik. Saudara itu tidak
sebatas pada saudara kandung, tetapi juga saudara sebangsa,
seagama, dan sesama manusia. Adapun akhlak yang perlu
dilakukan dengan saudara meliputi: adil terhadap saudara
28
dalam segala hal, mencintai dan menyayangi sebagaimana
mencintai dan menyayangi diri sendiri.
3) Akhlak kepada Teman
Teman adalah orang paling setia menemani bermain dan
belajar. Adapun akhlak kepada teman antara lain: saling
menasehati dalam kebaikan, saling menyayangi dan
menghargai, saling membantu dan tolong menolong, saling
jujur dan memaafkan.
4) Akhlak kepada Tetangga
Tetangga adalah orang yang tinggalnya berdekatan dengan
tempat tinggal kita, dimana mereka selalu mengetahui
keadaan orang terdekatnya lebih dulu dibandingkan dengan
saudara yang rumahnya berjauhan. Dalam ajaran agama
Islam, akhlak kepada tetangga adalah sebagai berikut: tidak
menyakiti hati tetangga baik berupa ucapan atau perbuatan,
selalu berbuat baik dan menasihati jika lalai, selalu menolong
jika membutuhkan pertolongan, menengok jika sakit, dan
saling berbagi.
c. Akhlak kepada Alam atau Lingkungan
Alam adalah segala sesuatu yang berada di langit dan bumi
beserta isinya, selain Allah. Manusia sebagai khalifah diberi
kesempatan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam
29
semesta ini. Oleh karena itu manusia mempunyai tugas dan
kewajiban terhadap alam sekitarnya.
Berakhlak dengan alam dapat dilakukan manusia dengan
melestarikannya, seperti: tidak membuang sampah sembarangan,
tidak menebang pohon secara liar, tidak memburu hewan secara
liar, melakukan reboisasi, membuat cagar alam dan suaka
margasatwa, serta memelihara lingkungan dengan baik.
3. Tujuan Pembentukan Akhlak
Pembentukan akhlak sejalan dengan pendidikan Islam yaitu
Alquran dan hadis, dimana orang yang berpegang teguh kepada
dua dasar tersebut diharapkan dapat mewujudkan kehidupan yang
sejahtera di dunia dan akhirat. Proses pembentukan akhlak
bertujuan untuk melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak
seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran.
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud (2004:160) tujuan
pembentukan akhlak setidaknya mencakup antara lain:
a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu
beramal shaleh.
b. Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang menjalani
kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa yang
diperintahkan agama dengan meninggalkan apa yang diharamkan.
30
c. Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang bisa berinteraksi
secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim
maupun non muslim.
d. Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang mampu dan mau
mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma‟ruf
nahi munkar, dan berjuang fii sabilillah demi tegaknya agama
Islam.
e. Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang merasa bangga
dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu memberikan
hak-hak persaudaraan.
f. Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang merasa bahwa dia
adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari daerah,
suku, dan bangsa.
g. Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang merasa bangga
dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat
tenaga demi tegaknya Islam di muka bumi.
4. Metode Pembentukan Akhlak
Adapun metode pendidikan akhlak yang dapat membentuk
akhlak seseorang menjadi lebih baik adalah melalui (Aly, 1999:
177-204):
a. Keteladanan
Metode keteladanan berarti suatu metode pendidikan dengan cara
memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir,
31
dan sebagainya kepada peserta didik. Keteladanan merupakan
salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah dan
paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan
misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak berpendapat bahwa
pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling
berhasil. Hal ini disebabkan seorang anak yang baru beranjak
dewasa lebih banyak meniru daripada melakukan hal yang
dipikirkan. Oleh karena itu, siswa cenderung meneladani gurunya
dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal.
b. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Metode
pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat
penting untuk diterapkan dalam mendidik peserta didik.
c. Memberi Nasihat
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hery Noer Aly mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan nasihat adalah penjelasan
kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang
yang dinasihati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang
mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Dalam metode ini
pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan
peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan.
32
5. Faktor-Faktor Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak ada tiga aliran yang sudah amat populer,
yakni aliran nativisme, aliran empirisme, aliran konvergensi (Nata,
2013: 165).
Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah
memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka
dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak
kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan
pembinaan atau pembentukan dan pendidikan.
Kemudian menurut aliran empirisme bahwa faktor yang
sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan
pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang
diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian
juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan
yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
Akan tetapi berbeda dengan pandangan aliran konvergensi,
aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
33
pendidikan atau pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara
khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah atau
kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia
dibina secara intensif melalui berbagai metode. Aliran yang ketiga
ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari
surat an-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
Artinya:“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia
memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran
dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara
mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Menurut Hamzah
Ya‟kub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak
atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua
faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Ya‟qub, 1993:
57).
34
a. Faktor intern yang terdiri dari instink (naluri), kebiasaan,
keturunan, keinginan atau kemauan keras, dan hati nurani.
b. Faktor ekstern yang terdiri dari lingkungan, pengaruh keluarga,
pengaruh sekolah, dan pendidikan masyarakat.
C. Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan
penelitian ini, diantaranya adalah:
Asep Rumliyani mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
2010 dengan judul “ Efektivitas Pembelajaran PAI Melalui Media Lagu di
Taman Kanak-Kanak „Aisyiyah Notoprajan Yogyakarta .” Hasil skripsi ini
menyimpulkan bahwa pembelajaran PAI melalui media lagu merupakan
salah satu cara yang efektif karena satu lagu dapat diintegrasikan dengan
lebih dari satu aspek. (Rumliyani, 2010: 72)
Siti Nurhalimah mahasiswi Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga tahun 2012 dengan judul,
“Efektivitas Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (Di Pondok Pesantren
Roudlotu „Usysyaaqil Qur‟an Rowosari, Rowopolo, Kec. Tuntang, Kab.
Semarang.” Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa sistem pendidikan
tahfidzul Qur‟an di pondok Roudlotu Usysyaaqil tersebut sangat efektif
sehingga target yang telah ditentukan dengan menghafal al Qur‟an selama
5-6 tahun santri bisa tercapai. (Nurhalimah, 2012: 72)
35
Yunani mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Jurusan Tarbiyah di STAIN Ponorogo tahun 2009 dengan judul
“Pelaksanaan Program Full Day School Di MI Muhamadiyyah Dolopo
Madiun.” Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa dengan program full day
school dilaksanakan untuk membantu siswa dalam mengatasi
permasalahan dalam belajarnya. Program ini difokuskan pada materi yang
diUANkan (Matematika, IPA, Bahasa Indonesia), dilakukan secara
klasikal dengan pembelajaran aktif. Dari hasil program full day school
yang telah dilakukan, dapat dilihat MI Muhammadiyah Dolopo mengalami
perubahan yang signifikan dalam kemajuan mutu pendidikan. (Yunani,
2009: 76)
Annisa Nurul Azizah mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014
dengan judul “Program Full Day School Dalam Pengembangan
Kemandirian Siswa Kelas IV di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.”
Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa program full day school untuk
mengembangkan kemandirian yakni dengan melalui kegiatan pramuka
setiap hari Jum‟at, kegiatan market day, kegiatan mutaba‟ah
yaumiah(kontrol kehidupan sehari-hari di rumah dengan lembar dari
sekolah), serta kegiatan intrakulikuler yang terintegrasi dengan mapel
yang dikerjakan secara mandiri. (Azizah, 2014: 87)
36
Lilies Widyowati mahasiswi Program Pascasarjana Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2014 dengan judul “Pengembangan
Kurikulum Tepadu Sistem Full Day School (Studi Multi Kasus Di SD
Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota
Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang).” Hasil tesis
ini menyimpulkan implementasi kurikulum merupakan integrasi secara
fungsional antara aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
(Widyowati, 2014: 159)
Dari uraian di atas, terdapat perbedaan mendasar dengan beberapa
penelitian terdahulu, yaitu terletak pada penekanannya terhadap proses
pembentukan akhlak siswa. Penelitian ini menekankan pada efektivitas
full day school dalam membentuk akhlak siswa di SD Integral
Hidayatullah Salatiga.
37
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Sejarah Singkat SD Integral Hidayatullah Salatiga
1. Berdirinya SD Integral Hidayatullah Salatiga
Berdirinya SD Integral Hidayatullah Salatiga diawali dengan
berdirinya Yayasan Imaduddin Salatiga pada tahun 1998. Yang mana
yayasan ini merupakan lembaga sosial, dakwah, dan ekonomi yang
didirikan oleh organisasi Islam bernama Hidayatullah. Dengan
program ini organisasi Hidayatullah telah mendirikan berbagai
Yayasan dan Pondok Pesantren yang tersebar di wilayah-wilayah di
Indonesia.
Sejak Rapat Kerja (Raker) organisasi Hidayatullah pada tahun
2000, mulai dicanangkan empat program pokok yang sebelumnya
hanya tiga program yaitu sosial, dakwah, dan ekonomi. Maka pada
Raker ini dilengkapi dengan satu program lagi yaitu program
pendidikan. Adapun dalam program pendidikan, dicanangkan untuk
mendirikan lembaga pendidikan yang berjenjang. Program ini adalah
sebagai wujud keprihatinan kader dalam organisasi Hidayatullah
terhadap kegersangan agama terutama akhlak para generasi masa
depan.
Maka pada tahun 2000 hingga 2006, Yayasan Imaduddin
Salatiga dengan tekad para perintis-perintisnya, berhasil mendirikan
lembaga pendidikan yang berjenjang berturut-turut yakni terdiri dari
38
Taman Penitipan Anak (TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Raudhotul Athfal (RA) Yaa Bunayya, dan Sekolah Dasar (SD)
Integral Hidayatullah Salatiga.
Kepala sekolah pertama SD Integral Hidayatullah adalah
Bapak Syakur Muhtar M.Pd.I selama tiga tahun sampai mendapat ijin
operasional, kemudian dilanjutkan oleh Bapak Tumidi S.Pd.I tahun
2009-2016, selanjutnya kini tahun 2016/2017 yang diamanahi sebagai
kepala sekolah adalah Bapak Wuryantoro S.Pd.I.
2. Identitas Sekolah
Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga beralamat
di Jl. Dliko Indah Gg.XVII/236 B Blotongan Kecamatan Sidorejo Lor
Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah dengan kode pos 50715 dan kode
wilayah 0298. Status sekolah adalah swasta, yang berdiri pada tahun
2006 dan mendapat ijin beroperasi pada tahun 2010, dengan identitas
sekolah NIS 20361524, NSS 102036204037 mempunyai luas
bangunan panjang 20 m dan lebar 20 m milik sendiri. Jarak sekolah ke
pusat kecamatan kira-kira 1 km, dan dari pusat otoda kira-kira 5 km.
Bentuk sekolah adalah terpadu yang terakreditasi B dibawah naungan
Yayasan Imaduddin Hidayatullah Salatiga.
39
3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
a. Visi
Terbentuknya generasi Islami unggul yang memiliki
kecerdasan intelektual, kematangan emosional, ketaatan spiritual.
b. Misi
Menyelenggarakan pendidikan Islam secara integral dalam
aspek ruhiyah, aqliyah, dan jismiyah.
c. Tujuan
Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga, memiliki
tujuan membentuk karakter atau sikap dasar siswa, dibagi dalam 3
macam karakter yaitu:
1) Karakter Keagamaan
a) Memiliki pemahaman menyeluruh tentang Iman,Islam, dan
Ihsan.
b) Tumbuh kesadaran menjalankan ibadah shalat, berdoa, dan
dzikir.
c) Senang membaca dan memahami alQuran.
d) Hafal al Quran juz 30 dan juz 29 sebagai penjajagan.
e) Tumbuh semangat berakhlakul karimah.
f) Terbentuknya adab dalammenuntut ilmu.
2) Karakter Keilmuan
a) Tumbuh kesadaran bersikap dan bertingkah laku
berdasarkan ilmu.
40
b) Tumbuh semangat belajar, rasa ingin tahu tinggi dan senang
melakukan observasi dan eksplorasi.
c) Tumbuh sikap gemar membaca, menulis, berbicara, berfikir
logis, kreatif, dan inovatif.
3) Karakter Kemandirian
a) Tumbuh jiwa kepemimpinan dan kemandirian.
b) Terampil mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat
yang dimiliki.
4. Struktur Organisasi
Ketua Yayasan : Ust. Sukap
Kepala Sekolah : Wuryantoro, S.Pd.I
Waka Kurikulum : Suyono, S.Pd
Waka Kesiswaan : Ust. Krismanto Al Rosyid
Waka Sarpras : Tumidi, S.Pd.I
Waka Dinniyah : Ust. Krismanto Al Rosyid
Bendahara : Novia S., S.Pd dan Siti Nur Amin, S.Pd
Sekretaris : Eka Anisawati, S.Pd.I
Tata Usaha : Ali Shodiqin, S.Pd.I
5. Data Sekolah
a. Data Guru
Tabel 3.1 Data Guru di SD Integral Hidayatullah Salatiga
No. Nama Guru Status
Kepegawaian
Jenis PTK
41
1. Wuryantoro, S.Pd.I GTY Kepala
Sekolah
2. Umi Kulsum, S.Pd.I GTY Guru Kelas 1
3. Eka Anisawati, S.Pd GTY Guru Kelas 1
4. Siti Nur Amin, S.Pd GTY Guru Kelas 2
5. Novia Sudarsih, S.Pd GTY Guru Kelas 3
6. EnggarWahyudi, S.Pd.I GTY Guru Kelas 4
7. Thohir Wijaya, S.Pd.I GTY Guru Kelas 5
8. Suyono, S.Pd GTY Guru Kelas 6
9. Krismanto Al Rosyid GTY Guru Mapel
10. M. Ali Shodiqin, S.Pd.I GTY Guru Mapel
11. Nor Komariah, S.Pd.I GTY Guru Mapel
12. Tumidi, S.Pd.I GTY Guru Mapel
13. Sutarso PNS Guru Mapel
14. Sujiyanto Hari Rujito PNS Guru Mapel
15. Hayu A‟la GTY Guru Madin
16. Dewi Inayati GTY Guru Madin
17. Zainal Muvid GTY Guru Madin
18. Sayekti Kunti GTY Guru Madin
19. Umar A. GTY Guru Madin
Sumber: Profil SD Integral Hidayatullah Salatiga th. 2016/2017
Tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah Salatiga adalah
merupakan alumni dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta serta
42
alumni pesantren yang memiliki dedikasi tinggi untuk memajukan
pendidikan. Selain itu, secara umum tenaga pengajar juga harus
memiliki kualifikasi pemahaman Islam yang baik dengan
mengikuti kajian Islam yang diselenggarakan oleh sekolah di
bawah naungan yayasan, dapat membaca dan menulis al qur‟an
dengan baik, hafal al qur‟an minimal 2 juz, memahami psikologi
anak, berakhlak mulia, dan terampil.
Tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah Salatiga
dibedakan antara guru pagi dengan guru sore (diniyyah). Guru pagi
adalah yang tertulis di atas selain guru madin, sedangkan guru
diniyyah adalah yang tertulis guru Madin.
b. Data Siswa
Tabel 3.2 Data Siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga
No. Kelas Banyak Siswa
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. I 15 5 20
2. II 10 10 20
3. III 13 15 28
4. IV 1 8 9
5. V 6 4 10
6. VI 8 6 14
JUMLAH 101
Sumber: Profil SD Integral Hidayatullah Salatiga th. 2016/2017
43
Dari data siswa diatas dapat dilihat bahwa keadaan siswa di
SD Integral Hidayatullah mengalami naik turun. Hal tersebut
disebabkan karena pada tahun ini terdapat banyak anak pindahan
dari sekolah lain. Namun jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya sudah mengalami kenaikan jumlah siswa yang cukup
baik, yang mulai terlihat oleh masyarakat dengan output yang
dihasilkan selama ini.
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas Madin
No. Nama Kelas Jumlah Siswa
1. Kelas Ibtida‟ 28 siswa
2. Kelas Ula 9 siswa
3. Kelas Wustho 10 siswa
4. Kelas Ulya 14 siswa
Sumber: hasil wawancara Waka Diniyyah
Dari data di atas dapat dipaparkan oleh peneliti bahwa antara
kelas pagi dan kelas pagi dibedakan. Kelas yang digunakan di
kelas sore bukan lagi kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6, tetapi menggunakan
penamaan kelas diniyyah yaitu kelas ibtida‟, ula, wustho, dan ulya.
Dari jumlah setiap kelaspun juga tidak sama dengan kelas pagi
karena kelas sore penempatan kelas disesuaikan dengan
kemampuan siswa.
44
c. Data Sarana Prasarana Sekolah
Sarana prasarana merupakan faktor penunjang terlaksananya
proses pembelajaran. Adapun sarana prasarana di SD Integral
Hidayatullah Salatiga adalah:
1) SD Integral Hidayatullah Salatiga berdiri di atas tanah seluas
kira-kira 400 m2 dengan bangunan berlantai dua yang
digunakan untuk:
Tabel 3.4 Data Sarpras SD Integral Hidayatullah Salatiga
No. Nama Barang Jumlah Keadaan
1. Ruang KBM 6 ruang Baik
2. Ruang Kantor Guru
Putra
1 ruang Baik
3. Ruang Kantor Guru
Putri
1 ruang Baik
4. Ruang Perpustakaan 1 ruang Baik
5. Ruang UKS 1 ruang Baik
6. Ruang
Laboratorium
1 ruang Baik
7. Ruang Tata Usaha 1 ruang Baik
8. Ruang Mushola 1 ruang Baik
9. Ruang Aula 1 ruang Baik
10. Ruang Dapur 1 ruang Baik
11. Kamar Mandi/WC 5 ruang Baik
45
12. Ruang penjaga
sekolah
1 ruang Baik
Sumber: Profil Sarpras SD Integral Hidayatullah Salatiga
2) Memiliki mushola sebagai tempat kegiatan keagamaan,
seperti: sholat dhuha, wirid dan dzikir, sholat dhuhur, sholat
ashar, dan lain-lain.
3) Memiliki ruang aula yang dipergunakan untuk parenting,
wisuda Islami, uji terbuka hafalan al qur‟an, pesantren
ramadhan,dan kegiatan yang lain.
4) Selain sarana prasarana yang berupa bangunan, di SD Integral
Hidayatullah juga memberikan beberapa fasilitas yaitu
privatisasi siswa-siswi, biro konsultasi, serta lingkungan
pesantren. Yang mana dengan adanya lokasi sekolah yang
berada di lingkungan pesantren ini akan memberikan
keuntungan tersendiri yakni lebih terminimalisir hal negatif
dan akan menunjang dampak positif.
6. Kurikulum Sekolah
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SD
Integral Hidayatullah Salatiga, bahwa di SD Integral Hidayatullah
Salatiga selain menggunakan kurikulum Depdiknas juga
menerapkan kurikulum khas SD Integral Hidayatullah yaitu
kurikulum integral berbasis tauhid yaitu mengintegrasikan nilai-
nilai tauhid kedalam kegiatan pembelajaran.
46
“Tujuan kami menerapkan kurikulum integral berbasis
tauhid yaitu dengan pengintegrasian nilai-nilai tauhid ke dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik tidak hanya
mampu memahami pembelajaran saja, akan tetapi juga dapat
mengetahui nilai keIslaman yang terkandung serta dapat
mengamalkannya.”(hasil wawancara dengan bapak Wuryantoro
selaku Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017).
Hal tersebut merupakan tujuan dan harapan diterapkannya
kurikulum integral berbasis tauhid di SD Integral Hidayatullah.
Dengan kurikulum itu siswa-siswi akan mengetahui nilai
keIslaman yang terkandung di setiap kegiatan pembelajaran
sehingga kemudian diaplikasikan dalam kehidupan mereka.
Materi pelajaran umum yang diajarkan di SD Integral
Hidayatullah Salatiga yaitu pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya dan
keterampilan, pendidikan olahraga dan kesehatan, bahasa jawa,
bahasa inggris, dan bahasa arab.
Sedangkan materi tambahan yang membedakannya dengan
sekolah yang lain yaitu baca tulis al qur‟an, tahfidz al qur‟an,
tahfidz hadits, tahfidz doa, halaqoh, dzikir pagi dan sore, ibadah,
dan ekstrakurikuler yang terdiri dari kepanduan, bela diri, renang,
menggambar, science club (SC), dan teknologi informasi (TI).
47
B. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan full day school di SD
Integral Hidayatullah Salatiga dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kelas Pagi: dilaksanakan mulai jam 07.00-13.00 WIB untuk pelajaran
umum.
b. Kelas Sore: dilaksanakan mulai jam 13.00-15.30 untuk kelas madin
(penguatan agama).
“KBM di SD ini memang sengaja dibedakan mbak, kelas pagi untuk
pelajaran umum dari jam 7 sampai jam 1 siang dan kelas madin dari
jam 1 sampai setengah 4. Selain waktu yang dibedakan, tenaga pengajar
dan penempatan kelas siswa juga berbeda disesuaikan target yang
ditentukan oleh Waka Diniyyah yang mengurusi Madin. Tujuannya
agar lebih spesifik dan anak lebih fokus dan maksimal dalam mengikuti
pembelajaran.” (hasil wawancara dengan Bapak Wuryantoro, selaku
Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga pada Senin, 16
Januari 2017).
Dari keterangan Bapak Wuryantoro ini dapat disimpulkan bahwa
ada klasifikasi untuk kelas pagi dengan kelas madin terkait tenaga
pengajar, waktu, serta kelasnya. Tujuan pengklasifikasian tersebut
adalah agar peserta didik lebih fokus dan maksimal dalam mengikuti
pembelajaran. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ust. Rosyid selaku
Waka Diniyyah.
“iya mbak, memang benar. KBM dibedakan, pagi untuk umum dan sore
dikhususkan untuk penguatan agamanya. Kemudian juga untuk gurunya
juga beda dengan guru pagi, karena kelas madin dikhususkan pada
pelajaran agama saja. Tujuannya agar lebih spesifik dalam pengelolaannya
dan siswa tidak bosan jika gurunya beda.” (hasil wawancara dengan Waka
Diniyyah SD Integral Hidayatullah Salatiga pada Rabu, 18 Januari 2017).
“kelas madin itu punya nama-nama kelas sendiri, bukan lagi dengan nama
kelas 1, 2, 3,dst..tetapi dengan 4 kelas saja yang terdiri kelas ibtida‟ yang
paling rendah tingkatan kelasnya, ula, wustho, dan ulya adalah yang paling
48
tinggi tingkatannya. Pembagiannya itu berdasarkan target pencapaian
dalam hafalan. Jadi bisa saja anak yang sebenarnya sudah kelas 5 di kelas
pagi menjadi kelas ula atau bahkan ibtida‟ di kelas madin. Tujuannya agar
memudahkan mereka dalam perbaikan dan evaluasi. Selain itu, sebagai
motivasi bagi dirinya.” (hasil wawancara dengan Waka Diniyyah SD
Integral Hidayatullah pada Rabu, 18 Januari 2017).
SD Integral Hidayatullah Salatiga menerapkan full day school (selanjutnya
disingkat FDS) dengan tujuan untuk membentuk generasi Islami yang
unggul sebagaimana visi dan misinya. Peserta didik tidak hanya memiliki
kecerdasan intelektual saja, melainkan cerdas secara emosional beserta
spiritual.
“Mengapa FDS ini diterapkan, karena menurut kami, seorang siswa itu
tidak hanya sebatas butuh materi-materi umum saja sebagaimana SD pada
umumnya, tapi juga butuh materi-materi agama yang mana lebih
dibutuhkan bagi perkembangannya dan akan berguna untuk diaplikasikan
didalam kehidupannya dalam rangka menghadapi masa depan mereka.”
“Contohnya; sholat berjamaah, sholat tepat waktu, hafal doa dan wirid,
dengan begitu siswa yang mengikuti FDS akan terbiasa melakukan hal-hal
positif. Apalagi jika terpantau oleh guru, sehingga selanjutnya jika sudah
biasa maka akan dilakukan dengan kesadaran mereka sendiri tanpa
pantauan lagi.”
“Kemudian di sekolah ini juga diadakan agenda setelah ujian semester
untuk mengisi waktu senggang setelah tes semester dengan “pasar
kejujuran”, teknisnya kami para bapak ibu guru menyiapkan dagangannya,
kemudian anak-anak yang membeli dengan mengambil sendiri barangnya,
membayar sendiri, dan mengambil uang kembalian sendiri. Tanpa
pantauan kami. Dan itu sudah terlaksana 2x dan alhamdulillah dari
perhitungan harga dengan uang yang didapat bisa sama, tidak kurang tidak
lebih. Nah, itu berarti bahwa anak-anak kami jujur. Harapannya kedepan
anak-anak sendiri yang menyiapkan dagangan juga yang membeli,
kemudian hasil yang diperoleh tidak sama lagi dengan harga barang tapi
justru lebih. Artinya disini mengalami peningkatan akhlak anak jujur juga
ikhlas bersedekah.”(hasil wawancara dengan Kepala Sekolah pada Senin,
16 Januari 2017).
Demikian keterangan dari Kepala Sekolah SD Integral
Hidayatullah Salatiga, kemudian peneliti simpulkan bahwa peserta didik
49
yang mengikuti FDS menjadi terbiasa melakukan hal positif karena
pembiasaan dan bimbingan dari bapak ibu guru. Sehingga tertanam
akhlakul karimah dalam diri peserta didik.
Adapun agenda pasar kejujuran untuk melatih kejujuran peserta
didik ini diadakan satu semester sekali karena biasanya di sekolah ini tidak
diperbolehkan jajan di sekolah, bahkan di sekolah ini tidak disediakan
warung atau kantin seperti sekolah pada umumnya. Hal tersebut
dimaksudkan agar peserta didik terbiasa makan sehat, dan membiasakan
diri untuk berhemat.
“Disini memang disengaja tidakdisediakan warung atau kantin mbak. Juga
tidak diperbolehkan jajan di luar saat berada di sekolahan, tujuannya agar
anak tidak boros dan tidak jajan sembarangan.”(hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017).
Di dalam pelaksanaan FDS, banyak sekali metode-metode yang
digunakan para pengajar, baik pada kelas pagi maupun kelas madin. Agar
saat KBM berlangsung, peserta didik merasa senang dan lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Tenaga pengajar di SD
Integral Hidayatullah Salatiga dituntut lebih kreatif agar peserta didik
tidak merasa bosan dan dapat berkonsentrasi dengan baik sehingga
maksimal dalam mengikuti KBM. Metode yang sering digunakan antara
lain metode keteladanan, metode pemberian nasehat, metode
pembiasaan,metode bercerita, metode diskusi, metode hafalan. Terdapat
juga metode pendampingan saat jam istirahat. Metode pendampingan ini
ditujukan bagi peserta didik yang dinilai belum mencapai target kelas atau
50
yang sedang mengalami masalah. Metode telaah ayat atau hadis juga
sering digunakan terutama pada kelas madin. Gambaran pelaksanaan
metode telaah ayat dan hadis dapat disimpulkan dari petikan catatan
lapangan berikut.
“Di dalam satu kelas terdapat beberapa siswa dengan satu guru, guru itu
membacakan arti dari ayat kemudian setelah selesai anak-anak secara
bersama membaca juga arti ayat tersebut. Setelah selesai, guru mulai
menerangkan kandungan atau intisari dari ayat tersebut menggunakan
buku pedoman. Dan anak-anak mendengarkan dengan seksama. Dan
setelah selesai secara bergantian diuji guru dengan kepahamannya.”(hasil
observasi kelas diniyyah pada Kamis, 19 Januari 2017).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode telaah ayat dan
hadis adalah metode untuk menerangkan kandungan ayat dan hadis dengan
menyimak penjelasan dari guru melalui buku panduan.
Kemudian peneliti menemukan di kelas 3 terdapat penataan bangku
yang berhadapan dengan 4 siswa-siswi duduk berhadapan. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh bu Novia, wali kelas 3 bahwa itu adalah metode
tutor sebaya.
“Memang tempat duduk di kelas 3 sengaja saya buat begitu mbak. Itu
adalah salah satu metode saya. 4 anak itu terdiri dari 2 anak yang kurang
dan 2 anak yang lebih pandai. Mereka berhadap-hadapan, harapan saya
dengan begitu anak yang kurang tersebut dapat terbantu oleh anak yang
pandai itu. Metode itu bisa disebut metode tutor sebaya.”(hasil wawancara
dengan guru kelas 3, ibu Novia S. pada Rabu, 18 Januari 2017).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode tutor
sebaya adalah metode pembelajaran dengan cara memberdayakan siswa
yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, untuk memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran
yang dipelajarinya. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat
51
menghilangkan kecanggungan, rasa malu, dan selain itu bahasa teman
sebaya lebih mudah dipahami, sehingga terbangun suasana belajar
kelompok yang bersifat kooperatif.
C. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa
Penerapan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam upaya
membentuk akhlak siswa merupakan aplikasi dari kurikulum sekolah
yakni integral berbasis tauhid. Melalui KBM yang diintegrasikan dengan
nilai-nilai tauhid, diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi yang
cerdas akan ilmu sekaligus cerdas akan hati.
Dengan diterapkannya FDS ini dinilai sangat efektif dalam rangka
membentuk akhlak siswa, apalagi dengan penambahan dan penguatan
agama, yang materi-materinya berkaitan langsung dengan akhlak.
Sehingga siswa akan lebih memahaminya sekaligus terbiasa dan kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan.
“sangat efektif, dengan diterapkannya pendidikan agama dalam FDS, yang
mana isi-isi materi berkaitan langsung dengan akhlak, contoh: ketika
belajar hadis atau ayat akan dijelaskan kandungannya, sehingga anak
menjadi tahu akhlak yang baik dan yang harus dijalankan.”(hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017).
Selain sesuai dengan kurikulum sekolah, keefektifan FDS dalam
pembentukan akhlak juga didukung oleh program unggulan yang
ditawarkan di sekolah ini.
52
Adapun keunggulan tersebut antara lain:
a. Pendidikan yang dirancang berbasis tauhid Islam.
b. Pendidikan Karakter Anak yang tidak sebatas teori, tetapi aplikatif dan
mudah diterapkan anak .
c. Bertujuan menjadikan SD Integral Hidayatullah sebagai Sekolah
Ramah Anak, yang mengedepankan Pendidikan Karakter Positif,
menjauhkan dari pendidikan kekerasan verbal maupun kekerasan fisik
pada anak.
d. Mengenal Sang Maha Pencipta melalui pendekatan alam.
Dengan adanya FDS yang dilaksanakan di SD IntegralHidayatullah
Salatiga, telah mendapatkan respon positif dari orang tua wali siswa yang
menyekolahkan anak mereka di SD ini. Mereka mengungkap bahwa
perkembangan anak-anak mereka jauh lebih baik dari sebelumnya,
terutama dalam halagama dan akhlaknya.
“Sebelum bersekolah di SD, anak saya belum terbiasa dengan sholat 5
waktu, masih harus ngoyak-oyak. Kadang sudah saya oyak-oyak masih
beralasan, yang masih ngantuklah, capeklah...apalagi kalau sholat shubuh.
Harus berkali-kali dibangunkan. Tapi sekarang alhamdulillah tanpa saya
ingatkan lagi dia sudah dengan sendirinya sholat mbak. Pernah suatu hari
dia ketiduran, saya lupa membangunkannya karena sedang sibuk, lalu tiba-
tiba dia terperanjat dan bangun. Lalu mengatakan “jam berapa ini...aku
belum sholat.” Lalu dia bergegas untuk wudhu dan sholat. Saya yang
menyadari hal itu merasa senang dan bangga melihat dia sudah
bertanggung jawa atas kewajibannya, tidak lagi diingatkan apalagi dioyak-
oyak.”(hasil wawancara dengan orang tua siswa, ibu Mila pada Kamis, 19
Januari 2017).
53
Dari keterangan bu Mila ini dapat disimpulkan bahwa anak tetap
melaksanakan kewajibannya dengan tidak meninggalkan sholat dan sholat
tepat waktu seperti yang dibiasakan di sekolah.
Peserta didik di SD Integral Hidayatullah Salatiga mengaku merasa
senang megikuti pembelajaran sehari penuh di sekolah (FDS), menurut
mereka di sekolah lebih senang dan nyaman karena banyak teman. Selain
itu, banyak ilmu yang diperoleh.
“Aku malah lebih suka di sekolah, karena banyak temannya. Terus bisa
tambah ilmu. Tidak terasacapek kalau di sekolahan kok.”(hasil wawancara
dengan siswa, Nadila Azzahra kelas 3 (kelas pagi), kelas wustho (kelas
diniyyah), pada Kamis, 19 Januari 2017).
Disimpulkan bahwa peserta didik lebih betah dan senang berada di
sekolah. Jadi meskipun belajar di sekolah sehari penuh, dari pagi hingga
sore, tidak membuat peserta didik bosan atau lelah. Justru mereka merasa
lebih senang berada di sekolah. Hal tersebut terjadi karena banyaknya
kegiatan sekolah yang menyenangkan bagi siswa, selain banyak teman,
para guru juga memberikan bimbingan dengan sepenuh hati, sehingga
siswa betah berada di sekolah. Adapun dengan siswa yang merasa betah
dan senang berada di sekolah tersebut, menjadikan keuntungan bagi
sekolah yang menerapkan pembelajaran full day school, dengan demikian
pelaksanaan akan berjalan dengan optimal.
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di
SD Integral Hidayatullah Salatiga
Sebagaimana data temuan penelitian dan paparan data penelitian
melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap objek penelitian
dapat dideskripsikan.
1. Tujuan Penerapan Full Day School di SD Integral Hidayatullah
Salatiga
Penerapan FDS di sekolah ini memiliki beberapa tujuan antara lain:
a. Memaksimalkan waktu belajar siswa, sekaligus meringankan beban
belajar siswa sebab siswa sudah cukup dengan belajar di sekolah
sehari penuh dengan didapatkannya materi-materi agama, maka
siswa tidak harus belajar lagi di Taman Pendidikan Al Qur‟an
(TPQ), sehingga waktu bersosialisasi dengan keluarga setelah
pulang sekolah lebih banyak.
b. Menjembatani dampak negatif yang muncul dari aktivitas siswa
sepulang sekolah bagi mereka yang kurang mendapat perhatian
orangtuanya karena sibuk bekerja hingga sore.
c. Menghindarkan dampak negatif dari penyalahgunaan kemajuan
IPTEK.
d. Meminimalisir pengaruh buruk dari perubahan sosial budaya yang
terjadi di masyarakat.
55
2. Kurikulum Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga
Penerapan Full Day School (FDS) di SD Integral Hidayatullah
Salatiga merupakan wujud aplikasi dari visi dan misi sekolah yaitu
membentuk generasi Islami yang unggul, yang tidak hanya sekedar
memiliki kecerdasan intelektual saja, melainkan juga memiliki
kematangan emosional dan ketaatan spiritual. Yang diselenggarakan
melalui pendidikan Islami secara integral dalam berbagai aspek,
sebagaimana kurikulum yang diterapkan yaitu “kurikulum integral
berbasis tauhid”. Dengan demikian diharapkan melalui diterapkan dan
dilaksanakannya FDS di sekolah dasar ini, dapat menyeimbangkan
antara pembelajaran umum dengan pembelajaran agama. Sehingga
siswa tidak hanya sebatas mendapat materi-materi umum seperti SD
pada umumnya, namun di SD Integral Hidayatullah Salatiga ini
memberi porsi lebih banyak untuk materi agama yang lebih
dibutuhkan bagi perkembangan akhlak siswa serta berguna untuk
diaplikasikan di kehidupannya dalam rangka menghadapi masa depan.
3. Indikator Pelaksanaan Full Day School di SD Integral
Hidayatullah Salatiga
Adapun indikator yang hendak dicapai dalam pelaksanaan full day
school di SD Integral Hidayatulah Salatiga yaitu:
a. Cerdas Intelektual berarti mencapai batas ketuntasan minimal
untuk semua mata pelajaran, gemar membaca dan menulis.
56
b. Matang Emosional berarti memiliki kepekaan dan kepedulian
sosial, kecakapan berkomunikasi dengan baik, mampu bekerja
sama dalam kelompok, memiliki budaya bersih, disiplin dan
percaya diri.
c. Taat Spiritual berarti memiliki aqidah yang lurus dan kuat,
menumbuhkan motivasi dan kesadaran menjalankan ibadah shalat,
puasa, berdoa, dan berdzikir, terampil dan gemar membaca al
Quran, mampu menghafal minimal Juz „Amma dan doa sehari-hari,
mampu menghafal Hadis Arba‟in An Nawawi, mampu menjadi
imam shalat, berbusana sesuai syariat Islam.
4. Proses Pelaksanaan Full Day School di SD Integral Hidayatullah
Salatiga
a. Kelas Pagi: berlangsung dari jam 07.00-13.00 WIB
Di SD Integral Hidayatullah Salatiga, siswa masuk jam 07.00
WIB sudah dengan wudhunya. Para siswa diperintahkan berwudhu
dari rumah jika akan berangkat ke sekolah. Tujuannya agar siswa
terbiasa menjaga kesucian mereka, karena itu merupakan salah satu
sunnah rosul, selain itu dengan wudhu dari rumah maka siswa telah
memiliki perbaikan niat sejak awal (sebelum sampai ke sekolah),
dan akan diberikan keselamatan di perjalanan menuju ke sekolah.
Serta dengan sudah memiliki wudhu, maka siswa tidak harus
berwudhu lagi sehingga tidak akan mengurangi efisiensi waktu.
57
Siswa setibanya di sekolah akan disambut bapak ibu guru.
Siswa laki-laki akan bersalaman dan mengucapakan salam sapa
kepada bapak guru, sedangkan siswa perempuan akan bersalaman
dengan ibu guru. Hal ini adalah wujud interaksi antara guru
terhadap siswanya sebagai bentuk kepedulian guru terhadap
siswanya dan kepatuhan siswa terhadap gurunya.
Selanjutnya siswa masuk kelas, bukan untuk mengikuti
pembelajaran tetapi untuk menaruh tas dan bersiap untuk
melaksanakan shalat dhuha di mushala sekolah. Pelaksanaan sholat
dhuha diikuti oleh seluruh siswa, dan dipimpin oleh salah satu
siswa, pemilihan ini melalui jadwal bergilir setiap kelas. Tujuannya
untuk melatih keberanian dan kepercayaan diri para siswa, dengan
ia menjadi imam shalat di depan teman-temannya, artinya ia harus
dapat memberi contoh bagi teman yang lain, dengan shalat
khusyu‟, lancar dan baik bacaannya, benar gerakannya. Sehingga
dengan begitu siswa terbiasa dengan sholat yang baik dan benar
sebagi bekal bagi dirinya kelak. Seusainya shalat dhuha dilanjutkan
dengan wirid, berdzikir, dan berdoa bersama. Hal ini agar siswa
terbiasa berdzikir, dan berdoa setelah selesai shalat.
Kemudian baru setelah selesai shalat dhuha, siswa masuk kelas
masing-masing untuk mengikuti pembelajaran (umum). Sebelum
masuk kelas siswa melepas sepatu dan meletakkannya di rak
sepatu dengan rapi. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di
58
kelas, guru dan siswa mengawali dengan berdoa bersama. Setelah
itu guru menanyakan kabar, memberi motivasi, serta mengabsensi
kehadiran siswa. Di dalam setiap KBM yang berlangsung guru
selalu memberikan appersepsi sebelum masuk kepada pelajaran,
dengan memasukkan nilai-nilai tauhid di dalamnya. Sehingga
siswa bertambah ketauhidannya dan selanjutnya dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
appersepsi yang peneliti temukan antara lain:
a. Pada materi pelajaran IPA tentang pernafasan, maka guru akan
memasukkan dengan adanya kekuasaan Allah yang telah
memberikan alat pernafasan bagi kehidupan kepada semua
makhluk hidup.
b. Pada materi pelajaran PKn tentang sopan santun, dengan
memasukkan hadis tentang menjaga lisan.
c. Pada materi pelajaran IPS tentang gotong royong, guru
menjelaskan bahwa gotong royong juga merupakan perintah
Allah.
Selain itu, adanya pembelajaran luar sekolah, siswa diajak guru
untuk belajar keluar sekolahan untuk melihat langsung sekaligus
mengetahui ciptaan Allah melalui pendekatan alam tersebut.
Disinilah poin penting yang ditemukan di SD Integral Hidayatullah
Salatiga, yang mana di sekolah inilah siswa tahu dan paham nilai-nilai
tauhid yang diintegrasikan dalam materi pelajaran.
59
b. Kelas Sore (Madin): berlangsung dari jam 13.00-15.30 WIB
Demikian juga KBM yang berlangsung dari jam 13.00-
15.30 WIB. Siswa setelah melaksanakan ibadah shalat dhuhur
berjama‟ah dan makan siang, akan dilanjutkan dengan mengikuti
pembelajaran di kelas Madin (Madrasah Diniyyah). Kelas Madin
ini merupakan kelas yang dikhususkan untuk pembelajaran dengan
penambahan dan penguatan materi-materi agama Islam. Materi
yang diajarkan adalah penguatan agama melalui Tahfidzul Qur‟an,
Tahfidzul Hadis, Tahfidzul Doa, dan Baca Tulis al Qur‟an (BTQ).
Materi di kelas Madin memang hampir keseluruhan adalah tahfidz
atau hafalan, hal ini adalah sebagai bekal awal dakwah bagi siswa.
Meskipun begitu, di kelas Madin yang didominasi dengan materi
hafalan, dalam pelaksanannya tidak seformal ketika pembelajaran
di pagi hari. Pelaksannaannya yang tidak formal dengan
didampingi guru yang berbeda, menjadikan siswa lebih enjoy dan
tidak merasa bosan, ditambah dengan pembelajaran yang dapat
dilaksanakan dimana saja, tidak harus berada di kelas. Siswa
diberikan kebebasan memilih tempat belajar untuk memberi
kesempatan siswa lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa dapat memilih belajar di halaman sekolah, di
aula, di mushala, di perpustakaan, bahkan bisa juga di kebun atau
sawah sesuai kesenangan mereka, yang tentunya disepakati
bersama dalam satu kelas. Hal ini juga melatih siswa untuk dapat
60
berdemokrasi dan bekerja sama sekaligus berlatih bertanggung
jawab.
Seperti di KBM pagi, di kelas Madin ini juga
mengintegrasikan nilai tauhid di dalam materi pelajaran. Jika di
kelas pagi guru biasanya mengintegrasikan nilai-nilai tauhid
melalui pemberian appersepsi, sedangkan di kelas madin guru
biasanya mengintegrasikan nilai tauhid di sela-sela hafalan dan
murojaah, siswa diajak guru untuk menelaah kandungan ayat atau
hadis yang sedang dipelajari dengan memasukkan nilai-nilai tauhid
di dalamnya dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh siswa.
c. Waktu Istirahat: berlangsung jam 09.00-09.30 dan jam 12.15-
13.00 WIB
Adapun waktu istirahat di SD Integral Hidayatullah
Salatiga ada 2 yaitu yang pertama jam 09.00-09.30 WIB dan yang
kedua jam 12.15-13.00 WIB. Pada saat jam istirahat siswa dapat
memakan bekal yang dibawa dari rumah juga bermain dengan
teman-temannya. Di sekolah ini tidak disediakan warung atau
kantin sekolah, yang disediakan adalah makanan siang di sekolah
bagi yang tidak membawa bekal dari rumah. Siswa dilarang untuk
jajan saat berada di lingkup sekolahan. Hal ini dimaksudkan agar
membiasakan siswa makan-makanan yang sehat, membiasakan
mereka tidak boros dan berlatih hemat. Selain itu, terjalinnya
kebersamaan karena mereka dapat merasakan bahwa semua sama,
61
sehingga tidak akan membuat siswa membeda-bedakan dengan
yang lainnya. Hal lainnya yang dapat membentuk akhlak siswa
adalah membiasakan makan dengan baik yakni mencuci tangan,
dan berdoa sebelum dan setelah makan, makan dengan tangan
kanan, dan makan dengan duduk.
Selain itu, pada waktu istirahat digunakan pula oleh bapak
ibu guru wali kelas untuk pendampingan dan bimbingan. Metode
ini digunakan dalam menyikapi siswa yang belum sesuai sikap atau
capaian target ketuntasan dalam kelas. Biasanya metode ini
dilakukan dengan guru memanggil siswa yang belum sesuai
tersebut untuk ditanya dan kemudian dibimbing. Hal ini sebagai
wujud kepedulian guru terhadap siswanya. Melalui metode ini
siswa akan lebih dekat dengan guru sekaligus termotivasi untuk
melakukan halpositif sehingga terbentuklah akhlak yang baik.
5. Metode Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan
Akhlak Siswa
Adapun metode-metode yang sering digunakan bapak ibu
guru, sebagaimana metode membentuk akhlak dalam Aly dalam
buku Ilmu Pendidikan Islam, antara lain:
a. Metode Pembiasaan adalah metode membiasakan siswa untuk
berwudhu dari rumah, melaksanakan sholat dhuha, shalat
berjamaah, shalat tepat waktu, berdoa sebelum dan setelah
62
melakukan sesuatu, menutup aurat, bersikap sopan, berbicara baik,
jujur, sederhana, disiplin, rapi, menjaga kebersihan, dan lain-lain.
b. Metode Keteladanan mtode dengan guru memberikan contoh atau
teladan dalam hal baik, seperti memakai busana sesuai syariat
Islam, rapi, dan bersih, datang ke sekolah tepat waktu, berkata
lembut, tidak membentak, shalat berjama‟ah dan shalat tepat
waktu, serta menepati janji kepada siswa.
c. Metode Pemberian Nasihat yaitu guru selalu memperhatikan
perkembangan siswanya, akan memberikan nasihat yang baik demi
kebaikan para siswanya. Pemberian nasihat yang dimaksud adalah
memberi penjelasan dalam hal positif dan menunjukkan kebenaran
agar siswa yang dinasehati menjadi lebih baik.
Selain itu, di dalam KBM yang berlangsung terdapat pula
metode di bawah ini:
a. Metode Pendampingan adalah metode yang digunakan guru SD
Integral Hidayatullah Salatiga dalam menyikapi siswanya yang
belum sesuai dalam sikap atau belum mencapai target yang
ditetapkan.
b. Metode Appersepsi adalah metode yang digunakan guru SD
Integral Hidayatullah Salatiga dalam mengintegrasikan nilai-nilai
tauhid Islam sebelum memasuki materi pembelajaran.
c. Telaah Ayat dan Hadis adalah metode yang digunakan guru SD
Integral Hidayatullah Salatiga dalam menjelaskan kandungan atau
63
intisari dari ayat dan hadis tertentu yang sedang dipelajari.
Biasanya telaah ayat atau hadis dengan menggunakan buku
panduan yang dipakai.
d. Metode Pendekatan Alam adalah metode yang digunakan guru
dengan pengamatan langsung sekaligus pengenalan Sang Pencipta
melalui pendekatan alam tersebut.
6. Sarana Prasarana Pelaksanaan Full Day School dalam
Pembentukan Akhlak Siswa
Sarana prasarana di SD Integral Hidayatullah Salatiga
sudah cukup untuk menunjang terlaksananya FDS dalam
membentuk akhlak siswa. Di sekolah ini telah disediakan beberapa
fasilitas sebagai penunjang pelaksanaan FDS, antara lain:
disediakannya makan siang disekolah, ruang kelas yang memadai
atau pemberian kesempatan belajar dimana saja, tenaga pengajar
yang sesuai bidangnya, serta buku-buku yang memadai, seperti
buku pelajaran, buku kumpulan hadis arba‟in an nawawi, buku
doa-doa, al quran, buku panduan wirid dan dzikir.
7. Aplikasi Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa
Ketaatan Beribadah diwujudkan dengan shalat tepat waktu,
shalat berjamaah, membiasakan berdoa sebelum dan setelah
melakukan sesuatu, berdzikir dan wirid setelah shalat, menutup
aurat sesuai syariat, gemar membaca dan menghafal al quran dan
64
hadis, berpuasa, bersedekah, menjadi imam shalat, dan menjaga
kesucian.
Disiplin dan Tertib diwujudkan melalui masuk sekolah
tepat waktu, shalat tepat waktu, bangun tidur pagi, memakai
seragam sesuai ketentuan sekolah, mengikuti pembelajaran dengan
baik, merapikan kelas dan peralatan belajar seusai belajar.
Rapi diwujudkan dengan memakai seragam dan sepatu
dengan rapi, meletakkan sepatu di rak sepatu, merapikan peralatan
sekolah setelah selesai belajar, duduk dengan tenang dan rapi.
Bersih diwujudkan dengan membuang sampah di tempat
sampah, melaksanakan jadwal piket, mengikuti kerja bakti
membersihkan lingkungan sekolah, membiasakan mandi,
berwudhu, memotong kuku, mencuci tangan, dan memakai baju
besih.
Jujur diwujudkan melalui mengadakan pasar kejujuran,
guru membiasakan untuk menepati janji kepada siswa, berkata apa
adanya, tidak mencontek saat ujian atau ulangan, mengembalikan
barang yang bukan miliknya.
Hemat dan Sederhana diwujudkan dengan tidak adanya
kantin sekolah, siswa membawa bekal dari rumah, tidak pamer,
memakai seragam sekolah.
65
Mandiri diwujudkan dengan mengerjakan tugas dengan
mandiri, tidak mengandalkan teman atau orang tua, mengerjakan
segala hal sendiri.
Tanggung Jawab diwujudkan melalui selalu mengerjakan
tugas dan PR yang diberikan sekolah, ijin jika tidak masuk sekolah,
diberikan kepercayaan untuk menjadi koordinator kelas, menjadi
imam sholat, dan memimpin berdoa.
Percaya Diri diwujudkan melalui dilatih memimpin sholat,
memimpin berdoa menjadi koordinator kelas. Tolong menolong
dan Dermawan diwujudkan melalui membantu teman yang
kesulitan belajar dengan metode tutor sebaya, meminjami pensil
atau peralatan belajar jika ada teman yang tidak membawa, adanya
sedekah (shomari: shodaqoh lima ratus perhari).
Sopan Santun diwujudkan melalui makan sambil duduk
dengan tangan kanan, berbicara yang baik, menghindari kata-kata
kotor, membiasakan mengucapkan terimakasih, permisi, maaf,
meminta ijin jika akan meminjam atau keluar kelas, menghormati
yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
Peduli terhadap alam dan lingkungan diwujudkan melalui
menjaga kebersihan lingkungan, merawat tanaman, tidak memetik
tanaman sembarangan, tidak merusak sarana yang disediakan,
membuang sampah pada tempat sampah.
66
8. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Full Day School
dalam Pembentukan Akhlak Siswa
a. Faktor Pendukung
Yaitu kurikulum yang sesuai, SDM guru yang mumpuni, sarana
prasarana yang cukup, serta berada di lingkungan pesantren
sehingga akan memberikan keuntungan tersendiri yakni lebih
meminimalisir hal negatif dan akan menunjang dampak positif.
Selain itu, faktor yang mendukung terlaksananya FDS dalam
pembentukan akhlak adalah adanya interaksi aktif antara orang tua
dengan guru sehingga dapat bersama-sama bekerja sama dalam
mengawasi perkembangan anak.
b. Faktor Penghambat
Yaitu karakteristik siswa yang berbeda disebabkan berasal dari
latar belakang yang berbeda. Terutama bagi anak pindahan dari
sekolah lain yang belum terbiasa dengan FDS di SD Integral
Hidayatullah Salatiga, yang sebelumnya tidak ia dapati di sekolah
yang dahulu.
Kemudian, kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya
perkembangan akhlak anak, sehingga tidak adanya komunikasi
yang terjalin antara guru dengan orang tua dan mengakibatkan
ketidaksamaan persepsi yang pada akhirnya menjadikan hilangnya
kerja sama yang baik.
67
B. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD
Integral Hidayatullah Salatiga
1. Kurikulum yang Mendukung
Kurikulum Integral Berbasis Tauhid yang diterapkan di SD Integral
Hidayatullah Salatiga sangat mendukung terlaksananya full day school
dalam membentuk akhlak siswa. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai
tauhid ke dalam setiap kegiatan belajar mengajar, menjadikan siswa
tidak sekedar mengetahui materi saja, melainkan juga mengetahui
nilai-nilai Islam yang terkandung di dalam materi atau kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung, sehingga mudah diaplikasikan oleh siswa.
2. Sumber Daya Manusia dari Para Pendidik yang Mumpuni
Para pendidik atau tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah
Salatiga adalah dari alumni perguruan tinggi negeri dan swasta, serta
dari alumni pesantren yang memiliki dedikasi tinggi terhadap
kemajuan pendidikan. Selain itu, para pendidik telah memiliki kualitas
pemahaman Islam yang baik, berakhlak mulia, terampil, dan mampu
memahami perkembangan siswa. Melalui metode keteladanan dari
para pendidiknya, maka siswa akan menjadikan para pendidik sebagai
panutannya.
3. Sarana Prasarana dan Fasilitas yang Kontributif
Sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan SD Integral
Hidayatullah Salatiga yang menerapkan full day school dalam
pembentukan akhlak siswa dinilai cukup memberikan konstribusi.
68
Menunjang bukan berarti harus lengkap dan mewah. Melainkan yang
dimaksud menunjang adalah yang dapat memenuhi kebutuhan siswa,
dalam hal ini yaitu untuk pembentukan akhlak siswa.
Adapun sarana prasarana dan fasilitas yang menunjang tersebut
antara lain penyediaan buku-buku yang lengkap sesuai kebutuhan
siswa, menyediakan makan di sekolah, menyediakan ruang yang
cukup, serta adanya program bimbingan dan pendampingan dari para
pendidik.
4. Metode yang Sesuai
Penggunaan metode-metode dari para pendidik di SD Integral
Hidayatullah Salatiga dapat menunjang pelaksanaan full day school
dalam pembentukan akhlak siswa.
Adanya metode pembiasaan, siswa akan terbiasa dengan hal positif
yang dibiasakan di sekolah; dengan motode keteladanan, siswa akan
mencontoh dan menirunya; melalui metode pemberian nasihat, siswa
akan terhindar dari hal negatif dan mengerjakan hal positif; sedangkan
metode pendampingan akan membuat siswa merasa diperhatikan
sehingga akan selalu melakukan hal yang baik, serta metode-metode
lain yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga yang
membuat siswa tidak merasa bosan dan senang mengikuti full day
school di sekolah.
69
5. Lingkungan yang Kondusif
Lokasi SD Integral Hidayatullah Salatiga yang berada di lingkungan
pesantren akan memberikan keuntungan tersendiri yaitu meminimalisir
hal negatif dan menunjang hal positif.
Dengan demikian, adanya lokasi sekolah di lingkungan pesantren
dinilai lebih kondusif dan mendukung dengan penerapan full day
school dalam membentuk akhlak siswa.
Selain itu, adanya pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah seperti
di kebun, sawah, atau halaman sekolah, yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar langsung, melihat secara langsung
sekaligus mengenal Sang Pencipta melalui pendekatan alam.
6. Wali Siswa yang Mendukung
Adapun respon orang tua terhadap pelaksanaan full day school di SD
Integral Hidayatullah Salatiga yaitu sangat menyetujui adanya FDS
yang dilaksanakan di sekolah, hal itu dibuktikan melalui interaksi aktif
orang tua kepada guru dan diwujudkan dengan kerja sama yang baik
antara orang tua dan guru. Diantara keuntungannya adalah orang tua
merasa terbantu dalam mengawasi perkembangan anaknya terutama
dengan pendidikan akhlak. Apalagi setelah mengetahui output yang
dihasilkan bahwa anaknya tidak hanya memiliki banyak pengetahuan
umum, tetapi diperkuat dengan pengetahuan agama serta mengalami
banyak perubahan dalam akhlak yang menjadi lebih baik.
70
7. Akhlak yang Terbentuk
FDS yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga banyak
membentuk akhlak siswa, diantaranya yaitu:
a. Akhlak kepada Allah diwujudkan melalui ketaatan beribadah
seperti shalat tepat waktu, shalat berjamaah, menutup aurat, gemar
berdoa, gemar membaca dan menghafal al quran, berdzikir,
berpuasa, menjadi imam shalat, dan memiliki aqidah yang lurus
dan kuat.
b. Akhlak kepada Manusia diwujudkan melalui kepedulian sosial,
sopan santun, berkomunikasi dengan baik, mampu bekerja sama,
jujur, menjaga lisan dari perkataan kotor, disiplin, tanggung
jawab, tepat waktu, percaya diri, sederhana, hemat, tolong
menolong, menghormati yang tua, dan menyayangi yang muda.
c. Akhlak kepada Alam dan Lingkungan diwujudkan melalui
kepedulian terhadap alam dan lingkungan seperti, menjaga
kebersihan, merawat tanaman, meletakkan sepatu dengan rapi di
rak sepatu, tidak merusak sarana yang disediakan, melaksanakan
tugas piket, membuang sampah pada tempatnya, merapikan buku
dan kelas selesai belajar.
Efektivitas FDS dalam pembentukan akhlak siswa tercermin dari
akhlak yang terbentuk di atas. Dengan akhlak yang ditanamkan pada
siswa tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa telah menunjukkan
semangat dan senang belajar, memiliki kepedulian sosial, dan taat
71
beribadah, sehingga terpenuhi indikator pencapaian yaitu cerdas
intelektual, matang emosional, dan taat spiritual.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga
dalam membentuk akhlak siswa dilakukan melalui metode pembiasaan,
metode keteladanan, metode pemberian nasihat, metode pendampingan,
metode appersepsi, metode telaah ayat dan hadis, serta metode
pendekatan alam.
2. Pembentukan akhlak melalui full day school berjalan dengan efektif dan
lancar.
B. Saran
1. Kemenag: untuk selalu mengembangkan kurikulum pendidikan, sistem
full day school dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan
kurikulum.
2. Kepala Sekolah: untuk selalu mengembangkan sistem full day school
yang sudah berjalan agar lebih optimal dan banyak memberikan
konribusi positif lainnya.
3. Guru atau Pendidik: untuk selalu berusaha mengembangkan diri,
memperkaya diri dengan pengetahuan, keterampilan, dan
profesionalisme seorang pendidik serta memaksimalkan kerja sama
dengan orang tua wali siswa.
73
4. Orang Tua Wali Siswa: dapat lebih aktif dalam berinteraksi dan bekerja
sama dengan guru. Memperkaya diri dengan pengetahuan dan
keterampilan dengan harapan dapat memberikan pendidikan yang
optimal kepada anak, sebab orang tua merupakan pendidik utama bagi
anak.
5. Siswa: selalu melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan sebaik-
baiknya, tetap menjalankan hal positif dimanapun berada.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Akhlak Dalam Persepktif Al Quran. Jakarta:
Amzah.
Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
AR, Zahruddin dan Hasanuddin. 2004. Pengantar Ilmu Akhlak. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Azizah, Annisa Nurul. 2014. Program Full Day School dalam Pengembangan
Kemandirian Siswa Kelas IV di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2010. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustakatama.
Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat (Pengantar Teori Nilai). Jakarta: Bulan
Bintang.
Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP.
Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposional. Yogyakarta:
Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J., 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurhalimah, Siti. 2012. Efektivitas Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di
Pondok Pesantren Roudlotu „Usysyaaqil Qur‟an Rowosari, Rowopolo,
75
Kec. Tuntang, Kab. Semarang. Skripsi. Salatiga: Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga.
Rimbun, Masri Singa dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES.
Rumliyati, Asep. 2010. Efektivitas Pembelajaran PAI Melalui Media Lagu di
Taman Kanak-Kanak „Aisyiyah Notoprajan Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation&Komunikasi. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Sudjana, Nana. 2004. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah
Production.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nata Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Teguh, Muhammad. 2014. Metodologi Kuantitatif untuk Analisis Ekonomi dan
Bisnis. Jakarta: Rajawali Press.
Widyowati, Lilies. 2014. Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day
School (Studi Multi Kasus di SD Muhamadiyah 1 Alternatif Kota
Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif
Gunungpring Magelang. Skripsi. Salatiga: Program Pascasarjana
STAIN Salatiga.
Yunani. 2009. Pelaksanaan Program Full Day School di MI Muhamadiyah
Dolopo Madiun. Skripsi. Ponorogo: Jurusan Tarbiyah Program Studi
PAI STAIN Ponorogo.
Ya‟qub, Hamzah. 1993. Etika Islam. Bandung: Diponegoro
tamimsyafii.blogspot.co.id/2016/10/kebijakan-full-day-school.html diakses pada
Jumat, 25 November 2016.
www.informasiguru.com/2016/08/PengertiandanMaknaFullDaySchool.html
diakses pada Jumat, 25 Nbovember 2016.
www.jenterasemesta.or.id/2016/08/full-day-school-konsep-dan-kurikulum.html
diakses pada Jumat, 25 November 2016.
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Tri Oktaviani
NIM : 111-12-137
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Dosen PA : Dra. Ulfah Susilawati, M.Si.
No Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara Status Nilai
1. Opak STAIN Salatiga
Dengan Tema;
“Progresifitas Kaum
Muda, Kunci Perubahan
Indonesia”.
05-07 September
2012
STAIN Salatiga Peserta
3
2. Orientasi Pengenalan
Akademik Dan
Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan
Tarbiyah IAIN Salatiga
Dengan Tema;
“Mewujudkan Gerakan
Mahahaiswa Tarbiyah
Sebagai Tonggak
Kebangkitan Pendidikan
Indonesia “.
08-09 September
2012
HMJ Tarbiyah
STAIN Salatiga
Peserta
3
3. Orientasi Dasar
Keislaman (ODK)
Dengan Tema;
“Membangun Karakter
Keislaman Bertaraf
Internasional Di Era
Globalisasi Bahasa”.
10 September
2012
CEC, ITTAQO
STAIN Salatiga
Peserta
2
4. Entepreneurship dan
Perkorasian 2012
dengan Tema; “Explore
Your Entrepreneurship
Talent”
11 September
2012
KSEI dan
Mapala
Mitapasa
STAIN Salatiga
Peserta
2
5. Achievment Motivation
Training Dengan AMT,
“Bangun Karakter Raih
Prestasi”.
12 September
2012
STAIN, JQH,
LDK Darul
Amal
Peserta
2
6. Library User Education
(Pendidikan Pemakai
Perpustakaan)
13 September
2012
UPT
Perpustakaan
STAIN Salatiga
Peserta
2
7. MTQ Umum IV
Mahasiswa, Pesantren,
SMA sederajat se-
Salatiga dan sekitarnya.
Dengan Tema; “Melalui
MTQ Tingkatkan
Prestasi, Syi‟arkan
Akhlak Qur‟ani”.
JQH STAIN
Salatiga
Peserta
2
8. Pra Youth Leadership
Training, dengan
tema:”Surat Cinta
Pembasmi Galau”.
06 Oktober 2012 KAMMI
Komisariat
Salatiga
Peserta
2
9. IBTIDA‟ LDK Darul
Amal STAIN Salatiga,
dengan tema:
“Intelektual Muda
Muslim, Genggam
Dunia Gapai Akhirat”.
20-21 Oktober
2012
LDK Darul
Amal STAIN
Salatiga
Peserta
2
10. Islamic Public Speaking
Training (IPST)
25 Oktober 2012 LDK Darul
Amal STAIN
Salatiga
Peserta
2
11. Aktualisasi Bahasa
Arab Dalam Menjaga
Khazanah Keilmuan
Islam Mutakhir
27-28 Oktober
2012
ITTAQO
STAIN Salatiga
Peserta
2
12. Dialog Publik dan
Silaturahim Nasional,
dengan tema:
“Kemanakah Arah
Kebijakan BBM?
Mendorong Subsidi
BBM untuk Rakyat”.
10 November
2012
Pergerakan
Mahasiswa
Islam Indonesia
(PMII) Kota
Salatiga
Panitia
8
13. Tabligh Akbar Bertajuk;
“Tafsir Tematik Dalam
Upaya Menjawab
Persoalan Israel dan
Palestina. Landasan QS.
Al-Fath: 26-27”
1 Desember 2012 JQH STAIN
Salatiga
Peserta
2
14. Seminar Nasional dalam
rangka Pelantikan
Pengurus Himpunan
23 Februari 2013 HMI Cabang
Salatiga
Peserta
Mahasiswa Islam
Cabang Salatiga Periode
2013-2014, dengan
tema: ”Kepemimpinan
dan Masa Depan
Bangsa”.
8
15. Seminar Nasional
dengan tema:
“Ahlussunnah
Waljamaah dalam
Perspektif Islam
Indonesia”.
26 Maret 2013 Dewan
Mahasiswa
STAIN Salatiga
Panitia 8
16. Seminar Nasional,
dengan tema:
“HIV/AIDS Bukan
Kutukan Dari Tuhan”.
13 Maret 2013 Dewan
Mahasiswa
STAIN Salatiga
Peserta
8
17. Public Hearing, dengan
tema: “Optimalisasi
Kinerja Lembaga
Melalui Kritik dan
Saran Mahasiswa”.
02 April 2013 Senat
Mahasiswa
STAIN Salatiga
Peserta
2
18. Bedah Buku, dengan
tema: “Berhenti Kerja
Semakin Kaya”.
05 April 2013 Komunitas
Pengusaha
Muslim Salatiga
(KOMPAS)
Peserta
2
19. Seminar Pendidikan
Hmj Tarbiyah Stain
Salatiga dengan tema;
“Menimbang Mutu dan
Kualitas Pendidikan di
Indonesia”.
02 Mei 2013 HMJ STAIN
Salatiga
Peserta
2
20. TAFSIR TEMATIK
dengan Tema; “Sihir
dalam Perspektif Al-
Qur‟an Dan Hukum
Negara”
04 Mei 2013 JQH STAIN
Salatiga
Peserta
2
21. Seminar Nasional
Kristologi dan Tabligh
Akbar, dengan tema:
“Membangun
Pemahaman Agama
Menuju Khoirul
Ummah”.
20 Mei 2013 MUI Kota
Salatiga
Peserta
8
22. MILAD LDK XI
dengan tema: “Satukan
Cinta dalam Dekapan
14 Juni 2013 LDK STAIN
Salatiga
Peserta
2
Ukhuwah Menuju Umat
Madani”.
23. Akhirussanah Ma‟had
STAIN Salatiga dengan
tema: “Pesantren
Sebagai Wadah
Perkembangan Karakter
Pemuda Islam yang
Berakhlaqul Karimah
dan
Bernalar Ilmiah”.
30 Juni 2013 Ma‟had STAIN
Salatiga
Panitia
3
24. GARDIKA (Gema
Ramadhan di Kampus)
pada Pesantren Kilat di
SMPN 9 Salatiga
25-31 Juli 2013 LDK STAIN
Salatiga
Pemateri 4
25. TEKAD II LDK Darul
Amal STAIN Salatiga
28 September
2013
LDK STAIN
Salatiga
Peserta 2
26. IBTIDA‟ LDK Darul
Amal STAIN Salatiga
19-20 Oktober
2013
LDK STAIN
Salatiga
Panitia
3
27. Musabaqah Lughoh
„Arobiyah (MLA)
dengan tema; “Ajang
Eksistensi Diri Melalui
Intelektual Berbahasa
Arab”.
19 Mei 2014 ITTAQO
STAIN Salatiga
Panitia
3
28. Surat Keputusan tentang
Pengangkatan Tenaga
Pendidik dan
Kependidikan SD
Integral Hidayatullah
Salatiga
27 Juni 2014-30
November 2015
SD Integral
Hidayatullah
Tenaga
Pendidik
8
29. Kuliah Umum Institut
Ibu Profesional (IIP),
dengan tema: “Bincang
Pendidikan Yang Muda
Berani Beda”.
7 Desember 2014 IIP Kota
Salatiga,
jarimatika,
Muslim Home-
Schooling
Nusantara
Peserta
2
30. Seminar Pendidikan,
dengan tema: ”Cara
Tepat Mengajarkan Al
Qur‟an pada Anak”.
08 Maret 2015 SD Integral
Hidayatullah
Salatiga
Panitia
3
31. Seminar Nasional HMJ
KPI, dengan tema:
“Peran Media Massa
terhadap Kelestarian
Lingkungan Hidup.”
19 Oktober 2015 HMJ KPI IAIN
Salatiga
Peserta
8
32. Surat Keterangan
pengajar di MI Ma‟arif
Wonogiri Magelang.
25 Januari-28
Februari 2016
MI Ma‟arif
Wonogiri
Magelang
Pengajar
3
33. Nusantara Mengaji
300.000 Khataman Al
Qur‟an “Serentak Se-
Indonesia Untuk
Keselamatan Dan
Kesejahteraan Bangsa.”
08 Mei 2016 DEMA dan
JQH IAIN
Salatiga
Peserta
3
JUMLAH TOTAL NILAI 118
Salatiga, 01 Februari 2017
Mengetahui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag.
NIP. 19700510 199803 1 003
LAMPIRAN 1: Transkrip Wawancara I
Narasumber I : Kepala Sekolah (Bapak Wuryantoro, S.Pd.I)
Waktu : Senin, 16 Januari 2017
1. Apakah yang melatar belakangi diterapkannya FDS di SD Integral
Hidayatullah Salatiga?
FDS ini diterapkan, karena menurut kami seorang siswa itu tidak
hanya sebatas butuh materi-materi umum saja sebagaimana SD pada
umumnya, tapi juga butuh materi-materi agama yang mana lebih
dibutuhkan bagi perkembangannya dan akan berguna untuk
diaplikasikandi dalam kehidupannya dalam rangka mengahadapi masa
depan mereka. Selain itu, sebagai wujud aplikasi dari visi, misi, serta
kurikulum di sekolah ini.
2. Apakah visi dan misi SD Integral Hidayatullah Salatiga?
Visi: terbentuknya generasi Islami unggul yang memiliki kecerdasan
intelektual, kematangan emosional, ketaatan spiritual.
Misi: menyelenggarakan pendidikan Islam secara integral dalam
aspek ruhiyah, aqliyah, dan jismiyah.
3. Bagaimanakah kurikulum yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah
Salatiga?
Kurikulum di SD Integral Hidayatullah ini yaitu menggunakan
kurikulum integral berbasis tauhid yakni mengintegrasikan nilai-nilai
tauhid ke dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
4. Apakah tujuan diterapkannya FDS di sekolah ini?
Mengimbangi kurikulum Dinas agar anak tidak hanyak mendapat
pengetahuan umum saja, tapi juga mendapat pengetahuan agama yang
lebih mendalam; memaksimalkan waktu belajar siswa; menyiasati
atau sebagai media alternatif bagi siswa agar tidak terlalu terbebani
ketika pulang sekolah tidak harus belajar lagi di TPQ tinggal
bersosialisasi dengan keluarga saja; agar anak terbiasa melakukan hal-
hal positif yang dilaksanakan di sekolah seperti shalat berjamaah,
shalat tepat waktu, dll.
5. Apa saja materi yang diajarkan dalam FDS?
Materi yang diajarkan di kelas pagi seperti kurikulum dari Dinas
seperti pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa
indonesia, matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, bahasa jawa, bahasa
arab, pendidikan jasmani, keterampilan. Kemudian di kelas madin ada
tahfidz quran, tahfidz hadis, tahfidz doa, BTA, Siroh Nabawi. Selain
KBM yang berlangsung di kelas banyak kegiatan yang lain seperti
sholat dhuha, halaqoh, dll.
6. Berapakah jumlah pengajar dalam FDS di SD Integral Hidayatullah
Salatiga?
Jumlah keseluruhan ada 19 guru, tapi ada klasifikasi guru yang
mengajar di kelas pagi dengan kelas madin. Hal tersebut dimaksudkan
agar pengajaran lebih spesifik dan optimal serta menghindari
kejenuhan siswa jika gurunya sama terus.
7. Bagaimanakah dengan sarana prasarana di sekolah, apakah sudah
menunjang dalam pelaksanaan FDS?
Di sekolah tentu sudah mengusahakan untuk mempersiapkan sarpras
sebaik mungkin sebagai upaya dalam mendukung pelaksanaan FDS,
seperti menyediakan makan siang di sekolah, buku-buku panduan
yang lengkap, sserta pemilihan guru yang berbeda dengan guru pagi.
8. Bagaimana proses pelaksanaan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga?
di dalam KBM terdapat pengklasifikasian yaitu kelas pagi untuk
pembelajaran umum dan kelas madin untuk pendalaman agama. Di
kelas pagi, meskipun pembelajaran dengan materi umum, tapi di
sekolah ini tetap memasukkan nilai-nilai agama di dalamnya.
Sedangkan di kelas madin yang memang khusus pembelajaran agama,
maka pengintegrasian nilai tauhid/agama itu melalui telaah kandungan
ayat atau hadist. Di samping itu, dilaksanakan pembiasaan dalam
ketaatan beribadah, pembiasaan melakukan hal yang baik. Kemudian
di sekolah ini juga diadakan pasar kejujuran setelah ujian semester
untuk melatih siswa terbiasa jujur.
9. Mengapa dalam pelaksanaan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga
ada pengklasifikasian?
KBM di SD ini memang sengaja dibedakan mbak, kelas pagi untuk
pelajaran umum dari jam 7 sampai jam 1 siang dan kelas madin dari
jam 1 sampai setengah 4. Selain waktu yang dibedakan, tenaga
pengajar dan penempatan kelas siswa juga berbeda disesuaikan target
yang ditentukan oleh Waka Diniyyah yang mengurusi Madin.
Tujuannya agar lebih spesifik dan anak lebih fokus dan maksimal
dalam mengikuti pembelajaran.
10. Menurut bapak, apakah penerapan FDS ini efektif dalam pembentukan
akhlak siswa?
Sangat efektif, dengan diterapkannya pendidikan agama dan
mengintegrasikan nilai-nilai tauhid/ agama di dalam KBM, yang mana
isi materi akan berkaitan langsung dengan akhlak. Sehingga siswa
lebih paham dan mudah mengaplikasikan dalam kesehariannya.
11. Apakah melalui diterapkannya FDS, akhlak siswa menjadi lebih baik?
Bagaimana aplikasinya?
Insya Allah, lebih baik. Karena dengan berada di sekolah lebih lama
akan berada di bawah pengawasan bapak ibu guru. Selain itu anak
akan dibiasakan melakukan hal-hal yang positif sehingga anak akan
memiliki akhlak yang lebih baik.
12. Akhlak apa saja yang ditanamkan pada siswa?
Akhlak kepada Allah dengan ketaatan beribadah: sholat berjamaah,
menutup aurat, berdoa, demar membaca dan menghafal al quran;
akhlak kepada manusia: menghormati guru, saling berbagi, tolong
menolong, dll; akhlak kepada lingkungan: membuang sampah pada
tempatnya.
13. Metode apakah yang diterapkan untuk menanamkan akhlak siswa?
Metode pembiasaan, metode teladan, metode nasihat, metode
pendampingan, metode telaah ayat dan hadist.
14. Apakah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan FDS di sekolah ini?
Kurikulum, guru, fasilitas, keadaan anak
15. Bagaimana tanggapan orang tua wali siswa terhadap diterapkannya FDS?
Sangat setuju, selama ini orang tua tidak ada yang komplain terhadap
pelaksanaan FDS. Justru mereka mendukungnya, karena mereka
terbantu dalam memantau anak melalui koordinasi langsung dengan
guru.
LAMPIRAN 2: Transkrip Wawancara II
Narasumber II : Waka Diniyah (Ustadz Krismanto Al Rosyid)
Waktu : Rabu, 18 Januari 2017
1. Apakah benar KBM pagi dengan sore dibedakan, Ustadz?
iya mbak, memang benar. KBM dibedakan, pagi untuk umum dan
sore dikhususkan untuk penguatan agamanya. Kemudian juga untuk
gurunya juga beda dengan guru pagi, karena kelas madin dikhususkan
pada pelajaran agama saja. Tujuannya agar lebih spesifik dalam
pengelolaannya dan siswa tidak bosan jika gurunya beda.kelas madin
itu punya nama-nama kelas sendiri, bukan lagi dengan nama kelas 1,
2, 3,dst..tetapi dengan 4 kelas saja yang terdiri kelas ibtida‟ yang
paling rendah tingkatan kelasnya, ula, wustho, dan ulya adalah yang
paling tinggi tingkatannya. Pembagiannya itu berdasarkan target
pencapaian dalam hafalan.jadi bisa saja anak yang sebenarnya sudah
kelas 5 di kelas pagi menjadi kelas ula atau bahkan ibtida‟ di kelas
madin. Tujuannya agar memudahkan mereka dalam perbaikan dan
evaluasi. Selain itu, sebagai motivasi bagi dirinya.
2. Mengapa kelas sore dinamakan kelas madin?
Karena kelas sore adalah kelas untuk spesialisasi pembelajaran agama
yakni untuk pendalaman agama.
3. Apa tujuan diadakannya kelas madin?
Agar lebih maksimal siswa dalam memahami pembelajaran agama,
meningkatkan kualitas agama siswa sesuai dengan kurikulum sekolah,
menguasai materi-materi di kelas madin.
4. Bagaimanakah kurikulum di kelas madin?
Menggunakan kurikulum integral berbasis tauhid yang
mengintegrasikan nilai tauhid ke dalam KBM.
5. Apa saja materi yang diajarkan di kelas madin?
Tahfidz qur‟an, tahfidz hadits, tahfidz doa, BTQ
6. Mengapa kelas madin diampu oleh guru yang berbeda dengan guru pagi?
Tujuannya agar lebih spesifik dalam pengelolaannya sehingga bisa
lebih optimal dan siswa tidak akan bosan jika gurunya beda.
7. Dimanakah biasanya KBM dilaksanakan?
Untuk KBM madin ini tidak seformal di kelas pagi, artinya
pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam kelas, tapi bisa juga di
halaman sekolah, di perpustakaan, di mushola, bahkan bisa juga di
kebun atau sawah sesuai minat siswa. Dengan begitu siswa lebih
enjoy dan bersemangat dalam belajar.
8. Menurut Ustadz, apakah anak-anak tidak merasa jenuh dan capek jika
harus mengikuti kelas madin?
Oh tidak, mereka justru antusias dan bersemangat dalam mengikuti
KBM.
9. Terkait dalam pembentukan akhlak, bagaimana proses pelaksanaan dalam
KBM di kelas madin?
Anak-anak diminta menghafal ayat/hadits/doa, kemudian saat
murojaah hafalan guru akan menjelaskan isi kandungan yang terdapat
dalam ayat atau hadits tersebut, jadi siswa bukan hanya hafal tapi
mereka tahu maksud ayat tersebut sehingga mudah untuk
diaplikasikan.
10. Metode apa yang biasa di gunakan?
Metode nahawwan untuk menyamakan bacaan qur‟an, metode telaah
ayat dan hadits, metode hafalan, metode pembiasaan, metode teladan,
dll.
11. Terkait sarana prasarana, apakah di SD ini sudah mendukung
terlaksananya KBM madin?
Untuk sarpras, saya rasa sudah cukup. Tergantung bagaimana kita
memanfaatkan yang ada itu. Saat ini yang terpenting sudah tersedia
buku-buku panduan, disediakan pula makan siang di sekolah.
12. Apa saja faktor yang mendorong pembelajaran di kelas madin?
Kurikulum, guru, lingkungan pesantren
13. Apa saja faktor penghambatnya?
Kemajemukan siswa yaitu dari input yang berbeda.
14. Menurut ustadz, apakah pembelajaran madin efektif dalam pembentukan
akhlak siswa? Bagaimana aplikasinya?
Sangat, dengan anak mengerti isi kandungan dalam materi di
pembelajaran madin maka anak akan lebih dalam pemahaman akan
agama dan itu berkaitan dengan akhlak.
15. Bagaimana respon orang tua siswa terhadap pelaksanaan kelas madin,
yang man menjadikan siswa harus berada di sekolah hingga sore?
Sangat menerima, bahkan antusias. Dibuktikan dengan interaksi aktif
dengan guru dalam meningkatkan kualitas anak.
LAMPIRAN 3: Transkrip Wawancara III
Narasumber III : Guru Kelas
Waktu : Rabu, 18 Januari 2017
1. Metode apakah yang bapak/ ibu terapkan dalam KBM yang membuat
siswa tidak merasa bosan berada di sekolah hingga sore?
Tentunya metode yang kami gunakan banyak mbak. Ada metode
cerita, metode diskusi, metode pesan berantai, metode tutor sebaya,
dll.
2. Menurut bapak/ibu apakah KBM ini efektif dalam pembentukan akhlak
siswa?
Iya efektif mbak, karena melalui KBM yang berlangsung selalu
diintegrasikan dengan nilai tauhid yang berkaitan dengan akhlak
siswa.Biasanya kami memasukkan nilai tauhid itu saat appersepsi.
Jadi sebelum menjelaskan materi pelajarankami memasukkan nilai
tauhid yang terkait. Misal: pada materi PKn tentang sopan santun, bisa
memasukkan hadis tentang menjaga lisan atau pelajaran IPA tentang
tumbuhan bisa dengan pengamatan langsung kemudian dimasukan
nilai tauhid yang berisi tumbuhan diciptakan oleh Sng Pencipta,
sehingga dengan begitu siswa akan bertambah pemahaman agama dan
dapat diaplikasikan dalam perilakunya.
3. Apakah sarana prasarana yang disediakan di sekolah sudah menunjang?
Sudah cukup mbak
4. Apakah faktor penunjang?
Kurikulumnya sesuai, guru, lingkungan sekolah, dukungan orang tua
5. Apalah faktor yang menghambat?
Latar belakang siswa yang berbeda, siswa pindahan dari sd lain.
LAMPIRAN 4: Transkrip Wawancara IV
Narasumber IV: Guru Madin
Waktu : Kamis, 19 Januari 2017
1. Apa saja materi yang diajarkan?
Tahfidz qur‟an, tahfidz hadits, tahfidz doa, BTQ
2. Apakah metode yang bapak/ibu terapkan dalam pembelajaran madin?
Metode nahawwan, metode telaah ayat
3. Dimana biasanya bapak/ibu mengajar?
Bisa dimana saja, kadang di kelas kadang di musholah, halama sekolah,
depan kelas, perpustakaan, bisa juga di sawah.
4. Apakah menurut bpak/ibu peserta didik merasa jenuh karena harus belajar
dari pagi sampai sore?
Jika dilihat dari antusias dan semangat siswa-siswa, saya ras tidak jenuh.
Justru mereka kebanyakan senang berada di sekolah.
5. Langkah apakah yang bapak/ibu terapkan menghadapi siswa yang merasa
jenuh atau lelah?
Karena di kelas madin ini tidak seformal di kelas pagi, maka kami
biasanya lebih santai dan fleksibel dalam melaksanakan pembelajaran agar
siswa tidak jenuh karena kami tahu mereka sudah belajar dari pagi. Maka
bisa dengan belajar di luar kelas.
6. Apakah sarana prasarana sudah mendukung pembelajaran?
Sudah
7. Menurut bapak/ ibu faktor apakah yang menunjang?
Sarpras, kurikulum, lingkungan pesantren, kurikulum sesuai
8. Apakah faktor yang menghambat?
Siswa yang berbeda tingkat hafalannya
9. Apakah efektif KBM kelas madin dalam membentuk akhlak siswa?
Efektif, melalui telaah ayat dan hadits.
10. Bagaimana kiat bapak/ibu dalam membentuk akhlak pada pembelajaran
madin ini?
Mengamalkan dari apa yang diajarkan dari telaah ayat dan hadits dengan
ketedanan.
LAMPIRAN 5: Transkrip Wawancara V
Narasumber V : Orang tua siswa
Waktu : Kamis, 19 Januari 2017
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap FDS di SD Integral
Hidayatullah Salatiga?
Saya merasa terbantu dalam mengawasi perkembangan akhlak anak
saya.
2. Bagaimana proses pelaksanaan FDS dalam membentuk akhlak siswa di
SD Integral Hidayatullah Salatiga?
Anak dibiasakan untuk taat beribadah, gemar membaca dan menghafal
al quran, dll.
3. Apakah bapak/ibu merasa terbantu dengan adanya pembelajaran FDS di
SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam pembentukan akhlak?
Ya, sangat terbantu
4. Apakah putra/putri bapak/ibu sudah memiliki akhlak yang baik saat berada
di rumah?
Sudah mbak, lebih baik. Cukup menggembirakan.
5. Apakah perkembangan akhlak putra/putri bapak/ibu sudah baik setelah
menngikuti FDS di SD Integral Hiyatullah Salatiga?
Sudah cukup baik mbak
6. Apakah putra/putri bapak/ibu sudah berperilaku sopan, jujur, dan suka
menolong serta berbuat baik saat ada di luar sekolah?
Sudah
7. Apakah saat berada di rumah putra/putri bapak/ibu tetap menjalankan
ibadah atau kebiasaan beragama seperti yang diajarkan di sekolah?
Tetap melaksanakan
8. Menurut bapak/ibu bagaimana efektivitas FDS dalam membentuk akhlak
siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga?
Cukup puas karena anak mendapatkan pendidikan yang maksimal
9. Apakah bapak/ibu merasa nyaman dengan adanya pembelajaran FDS ini?
Sangat nyaman
10. Apakah ada yang perlu diperbaiki pada FDS di SD Integral Hidayatullah
Salatiga dalam pembentukan akhlak siswa?
Ditingkatkan lebih baik, tetapi yang telah berjalan sudah cukup baik.
LAMPIRAN 6 : Transkrip Wawancara VI
Narasumber VI : Siswa yang mengikuti FDS
Waktu : Kamis, 19 Januari 2017
1. Bagaimana perasaan adek belajar sehari penuh di sekolah?
Senang dan tidak capek. Karena di sekolah menyenangkan, kalau libur
aja pengen sekolah.
2. Apa saja yang diajarkan bapak/ibu guru selama di sekolah?
Pelajaran, doa-doa, hadis, alquran
3. Apakah adek merasa kesulitan saat melakukan kegiatan atau pembelajaran
yang ada di sekolah?
Tidak, kalau tidak faham langsung bertanya pada guru
4. Apakah adek terbiasa shalat berjamaah dan selalu murojaah hafalan
setelah selesai shalat?
Iya, biasanya kalau di sekolahan murojaahnya
5. Apakah adek juga selalu mendoakan orang tua selesai shalat?
Iya selalu
6. Apakah adek terbiasa menutup aurat?
Iya, di rumah juga. Kan aurat kalau dilihat orang dosa
7. Apakah adek terbiasa berdoa sebelum dan setelah melakukan sesuatu?
Iya, mau dan sesudah makan, mau dan bangun tidur, mau naik
kendaraan, masuk dan keluar kamar mandi
8. Bagaimana sikap adek jika bertemu bapak/ibu guru?
Mengucapkan salam, bersalaman, mengucapkan permisi jika guru
duduk
9. Bagaimana sikap adek jika melihat teman atau orang lain mengalami
kesulitan?
Menolongnya atau membantunya
10. Bagaimana sikap adek jika mengetahui ada teman yang tidak membawa
peralatan belajar/pensil?
Meminjaminya
11. Bagaimana sikap adek jika melihat ada sampah yang berserakan?
Membuangnya di tempat sampah atau menyapunya
12. Bagaimana sikap adek terhadap orang yang lebih muda?
Menghormatinya
13. Bagaimana sikap adek terhadap orang yang lebih tua?
Menyayanginya, menasehati, mengajak belajar bersama, berbagi
14. Apakah jika di rumah adek tetap melaksanakan seperti yang adek lakukan
di sekolah? (shalat berjamaah, menutup aurat, berdoa, suka menolong,
jujur, disiplin)
Tetap
15. Apakah adek tepat waktu masuk sekolah?
Iya, jam tujuh sampai di sekolah
16. Bagaimana sikap adek jika ada teman yang mencontek saat ulangan?
Dibilangkan bu guru
17. Apakah setelah belajar adek selalu merapikan buku dan peralatan belajar
kembali?
iya
18. Apakah adek selalu bangun tidur sebelum subuh?
Kadang-kadang
19. Apakah adek selalu menjaga kebersihan?
Iya, mandi, memotong kuku, menggosok gigi
20. Jika akan meminjam, apa yang akan adek lakukan?
Meminta ijin terlebih dahulu
LAMPIRAN 7 : Catatan Observasi I
Waktu : Selasa, 17 Januari 2017
Lokasi : SD Integral Hidayatullah Salatiga
Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan keagamaan
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan
akhlak melalui pembiasaan keagamaan. Dari hasil observasi tersebut terungkap
bahwa siswa melaksanakan shalat berjamaah dengan tertib dan rapi. Bahkan dari
yang peneliti lihat, saat shalat dhuha diimami oleh salah satu siswa. Shalat
berjamaah yang dilakukan adalah shalat dhuha, shalat dhuhur, dan shalat ashar.
Selain itu, siswa juga sudah terbiasa wirid, berdzikir, dan berdoa setelah shalat. Di
dalam KBM siswa selalu mengawali dan mengakhiri dengan berdoa, siswa juga
gemar membaca dan menghafal al quran, hadis, dan doa. Siswa juga mengenakan
pakaian yang menutup aurat sesuai syariat Islam. Hal tersebut menunjukkan
bahwa siswa sudah berakhlak kepada Allah.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan kebiasaan keagamaan seperti shalat berjamaah,
membaca dan menghafal al quran atau hadis, gemar berdoa, dzikir, wirid, serta
menutup aurat merupakan indikator yang menunjukkan bahwa siswa telah
memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, yakni dengan beribadah dan
mengerjakan perintahNya. Hal demikian dibutuhkan bimbingan, arahan, dan
keteladanan dari guru sehingga siswa akan selalu bersemangat dalam
melaksanakan kebiasaan tersebut.
LAMPIRAN 8: Cacatan Obsevasi II
Waktu : Senin, 16 Januari 2017
Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan sopan santun.
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan
akhlak melalui pembiasaan bersopan santun. Dari hasil observasi, terungkap
bahwa siswa telah memiliki sikapatau perilaku yang sopan dan santun. Yang
diwujudkan melalui mengucapkan salam dan sapa ketika bertemu teman, guru,
dan karyawan; mengucapkan permisi saat hendak lewat di depan orang,
mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan, mengucapkan terima kasih
ketika mendapatkan sesuatu atau diberi sesuatu. Maka dapat dikatakan bahwa
siswa memiliki akhlak mulia dengan sikap sopan dan santun tersebut.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan pembiasaan bersopan santun ini,guru senantiasa
selalu memberikan keteladanan kepada siswa, agar siswa meniru dan
meneladaninya. Saat siswa lupa atau belum melakukannya maka guru dengan
lapang dada memberikan contoh dengan melakukannya terlebih dahulu atau
dengan menegur atau mengingatkannya dengan cara yang baik.
LAMPIRAN 9: Catatan Observasi III
Waktu : Senin, 16 Januari 2017
Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak dalam kepedulian sosial
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan
akhlak dalam aspek kepedulian sosial. Dalam observasi dapat diketahui bahwa
siswa telah memiliki kepedulian sosial yang cukup baik. Siswa diketahui setiap
hari mau menyisihkan uang lima ratus rupiah untuk shodaqoh yang diadakan oleh
sekolah. Dengan shomari (shodaqoh lima ratus perhari tersebut agar siswa terlatih
untuk gemar bersedekah dan meningkatkan kepedulian sosialnya, selain itu siswa
juga terbiasa dengan perilaku tolong menolong dan bekerja sama. Yakni dengan
meminjami teman alat tulis apabila teman tidak membawa atau mau berbagi
makanan dan mampu bekerja sama dengan teman yang lain.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan pembiasaan dalam kepedulian sosial ini,
diharapkan guru mampu menyertai siswa dalam pelaksanaannya, yakni dengan
membimbing dan mengarahkan siswa untuk selalu meningkatkan kepedulian
sosialnya. Selain itu, guru senantiasa mengajak siswa untuk lebih peduli akan
lingkungan dan sekitarnya melalui sedekah tersebut.
LAMPIRAN 10: Catatan Observasi IV
Waktu : Rabu, 18 Januari 2017
Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak dengan pembiasaan menjaga
kebersihan dan kerapian
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan
akhlak melalui pembiasaan dalam menjaga kebersihan dan kerapian. Dari
observasi terungkap bahwa siswa telah terbiasa untuk menjaga kebersiha dan
kerapian. Hal ini terlihat dari lingkungan sekolah yang bersih, siswa juga sudah
terbiasa membuang sampah pada tempat sampah, mengerjakan tugas piket yang
dijadwalkan dalam setiap kelas, ikut kerja bakti membersihkan halam sekolah,
meletakkan sepatu di rak sepatu, dan selalu merapikan peralatan belajar dan
bangku setelah selesai belajar.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembentukan akhlak dalam
pembiasaan menjaga kebersihan dan kerapian, guru perlu untuk selalu
memperhatikan pembiasaan itu. Karena tanpa bimbingan dan arahan, hal itu bisa
saja tidak ditaati. Dengan adanya jadwal dan aturan yang konsisten, pembiasaan
itu akan lebih dilaksanakan dengan baik.
LAMPIRAN 11: Catatan Observasi V
Waktu : Kamis, 19 Januari 2017
Aspek : metode dalam pembentukan akhlak
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam
membentuk akhlak siswa. Dari hasil observasi ini diketahui bahwa metode yang
biasa digunakan sudah tepat, metode itu adalah metode pembiasaan, seperti
pembiasaan beribadah, pembiasaan bertutur kata yang sopan dan baik,
pembiasaan peduli lingkungan, dan sebagainya. Kemudian metode keteladanan,
guru memberikan keteladanan dalam hal yang positif kepada siswa seperti
menepati janji kepada siswa ini adalah cara agar siswa mencontoh hal tersebut
dengan menepati janji dan tidak suka berbohong. Metode pemberian nasihat,
dengan menegur atau mengarahkan siswa untuk melakukan hal positif. Selain itu,
terdapat pula metode-metode dalam KBM seperti metode nahawwan untuk
menyamakan bacaan quran, metode tutor sebaya, metode diskusi, dan metode
telaah ayat dan hadits.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan metode dalam membentuk akhlak siswa, guru
dituntut lebih kreatif dalam mengembangkan diri juga dalam menggunakan
metode yang tepat. Dengan begitu siswa akan lebih merasa senang dan
bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar dan pembentukan
akhlak. Siswa juga akan terbiasa dengan pembiasaan yang diterapkan disekolah
yang kemudian kebiasaan itu akan tertanam pada diri siswa.
LAMPIRAN 12: Catatan Observasi VI
Waktu : Kamis, 19 Januari 2017
Aspek : sarana prasana dan lingkungan yang mendukung pelaksanaan
pembentukan akhlak
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui sarana prasana dan lingkungan sekolah.
Dari observasi yang dilakukan diketahui bahwa sarana prasarana yang ada sudah
cukup dengan ruang untuk kegiatan belajar yang cukup, buku yang lengkap,
disediakannya makan siang di sekolah, serta lingkungan yang mendukung. Selain
itu, di sekolah ini berada di lingkungan pondok pesantren, hal itu memiliki
keuntungan tersendiri demi terwujudnya pembentukan akhlak yakni lebih
kondusif. Di sekolah ini juga tidak ditemukan kantin atau warung sekolah, hal
tersebut agar siswa makan makanan yang sehat dan melatih siswa untuk berhemat.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan sarana prasarana dan lingkungan yang mendukung
pelaksanaan pembentukan akhlak tersebut, tetap dibutuhkan peran guru dalam
mengawasi dan membimbing siswa agar selalu melakukan hal yang positif.
LAMPIRAN 13: Catatan Observasi VII
Waktu : Selasa, 17 Januari 2017
Aspek : perubahan akhlak siswa pindahan dari sekolah dasar lain
Deskripsi data:
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui perubahan akhlak siswa
pindahan dari sekolah dasar lain. Dari hasil observasi tersebut terungkap bahwa
pindahan dari sekolah lain yang sebelumnya tidak ada sistem pembelajaran full
day school yang belum terbiasa dengan pembelajaran sampai sore, dan masih
sering berperilaku kurang baik seperti mengejek teman, membuat kegaduhan di
kelas, atau bahkan membolos sudah mengalami perubahan dari cara dia bersikap.
Sekarang dia sudah lebih bisa menghargai temannya, suka berbagi, tidak lagi
membuat kegaduhan di kelas, dan tidak lagi membolos. Perubahan itu berkat
proses pembentukan akhlak yang terus menerus dilaksanaan oleh sekolah melalui
sistem pembelajaran full day school.
Interpretasi:
Dalam kaitannya dengan proses pembentukan akhlak pada observasi ini,
menunjukkan bahwa banyak hal yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam
membimbing siswa agar memiliki akhlak yang mulia.
LAMPIRAN 14: Foto Hasil Penelitian
Shalat Berjamaah Wirid, Dzikir, Berdoa selesai shalat
KBM di kelas KBM di Luar Kelas
kebersamaan saat makan kerjasama dalam outbond
metode tutor sebaya siswa di perpustakaan
mengatur kerapian berbaris siswa siswa terbiasa akan kerapian
siswa terampil akan komputer siswa terampil berkreasi
siswa melaksanakan tugas piket siswa sedang diperiksa kebersihan kuku
papan pajangan siswa kreativitas siswa
pembiasaan shodaqoh siswa pendampingan siswa jam istirahat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Tri Oktaviani
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang/ 29 Oktober 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lopait Rt 07/01 Kec. Tuntang Kab. Semarang
Nama Ayah : Suroto
Nama Ibu : Istiayah
Nama Suami : M. Basyir Ali Muthohar
Riwayat Pendidikan :1.RA Miftahul Huda Lopait (Tahun 1999-2000)
2. SD Negeri Lopait (Tahun 2000-2006)
3. SMP N 2 Tuntang (Tahun 2006-2009)
3. MAN Salatiga (Tahun 2009-2012)
4. IAIN Salatiga (Tahun 2012-2017)
Riwayat Pekerjaan :1. Pernah mengajar di Bimbel Laa Tansa Salatiga
2. Pernah mengajar TPQ Al Amien Salatiga
3. Pernah mengajar Madin Nurussa‟adah Tuntang
4. Pernah mengajar di SD IH Salatiga
5. Pernah mengajar Home Schooling di Salatiga
6. Proses mendirikan lembaga Rumah Belajar