dalam makna ideologis

2
Dalam makna ideologis, masyarakat dan bangsa Indonesia menghadapi krisis Jatidiri Bangsa. Bangsa Indonesia seolah-olah tidak lagi memiliki identitas diri yang otentik akibat perubahan, modernisasi, rasionalisasi, privatisasi, dan globalisasi. Sejak tahun 2000 penulis dan kawan-kawan dari UA melakukan gerakan sosial untuk membangun Jatidiri Bangsa Indonesia kembali. Akibat masyarakat dan bangsa kehilangan Jatidiri Bangsa, lalu warga masyarakat mulai memilih jatidiri bangsa lain, termasuk memilih jatidiri bangsa Barat yang sekuler, liberal dan hedonis. Diakui atau tidak, krisis jatidiri yang berlanjut telah menimbulkan krisis moralitas dan akhlak yang berkelanjutan. Moralitas paradoks terjadi di mana-mana, karena mentalitas warga telah menjadi mental yang hipokrit (munafik). Ketika masyarakat dan bangsa Indonesia kehilangan Jatidirinya, maka saat itulah muncul sikap dan perilaku yang menyatakan bahwa semangat dan ideologi kebangsaan Indonesia tidak terlalu relevan dan perlu. Karena itulah semangat dan ideologi kebangsaan tidak dipandang terlalu penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dengan pernyataan yang luas bahwa ketika terjadi krisis jatidiri bangsa yang berkepanjangan, maka terjadilah krisis semangat dan ideologi kebangsaan. faham dan ideologi asing yang menyebar di bumi Indonesia telah melakukan provokasi yaitu menyebarkan faham sinisme di kalangan masya- rakat, termasuk di kalangan dunia pendidikan. Berkembangnya faham materilisme, sekularisme, kapitalisme, liberalisme, dan hedonisme yang melemahkan dan menghancurkan karakter warga negara yang percaya akan agama dan Tuhan YME— bertentangan Sila I Pancasila, Berkembang-nya sikap dan perilaku kekerasan dan kejahatan yang dapat meng-hancurkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat adanya berbagai kesenjangan kehidupan dalam masyarakat— bertentangan dengan Sila II Pancasila. Berkembangnya sikap dan perilaku yang menghancurkan semangat persatuan dan kesatuan akibat dorong-an syahwat kekuasaan yang

Upload: setia-novandi

Post on 29-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas pendidikan pancasila

TRANSCRIPT

Dalam makna ideologis, masyarakat dan bangsa Indonesia menghadapi krisis Jatidiri Bangsa. Bangsa Indonesia seolah-olah tidak lagi memiliki identitas diri yang otentik akibat perubahan, modernisasi, rasionalisasi, privatisasi, dan globalisasi. Sejak tahun 2000 penulis dan kawan-kawan dari UA melakukan gerakan sosial untuk membangun Jatidiri Bangsa Indonesia kembali. Akibat masyarakat dan bangsa kehilangan Jatidiri Bangsa, lalu warga masyarakat mulai memilih jatidiri bangsa lain, termasuk memilih jatidiri bangsa Barat yang sekuler, liberal dan hedonis. Diakui atau tidak, krisis jatidiri yang berlanjut telah menimbulkan krisis moralitas dan akhlak yang berkelanjutan. Moralitas paradoks terjadi di mana-mana, karena mentalitas warga telah menjadi mental yang hipokrit (munafik). Ketika masyarakat dan bangsa Indonesia kehilangan Jatidirinya, maka saat itulah muncul sikap dan perilaku yang menyatakan bahwa semangat dan ideologi kebangsaan Indonesia tidak terlalu relevan dan perlu. Karena itulah semangat dan ideologi kebangsaan tidak dipandang terlalu penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dengan pernyataan yang luas bahwa ketika terjadi krisis jatidiri bangsa yang berkepanjangan, maka terjadilah krisis semangat dan ideologi kebangsaan.

faham dan ideologi asing yang menyebar di bumi Indonesia telah melakukan provokasi yaitu menyebarkan faham sinisme di kalangan masya-rakat, termasuk di kalangan dunia pendidikan.

Berkembangnya faham materilisme, sekularisme, kapitalisme, liberalisme, dan hedonisme yang melemahkan dan menghancurkan karakter warga negara yang percaya akan agama dan Tuhan YMEbertentangan Sila I Pancasila, Berkembang-nya sikap dan perilaku kekerasan dan kejahatan yang dapat meng-hancurkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat adanya berbagai kesenjangan kehidupan dalam masyarakatbertentangan dengan Sila II Pancasila.Berkembangnya sikap dan perilaku yang menghancurkan semangat persatuan dan kesatuan akibat dorong-an syahwat kekuasaan yang besar dan tidak terkendali, serta berbagai gerakan separatisbertentangan dengan Sila III Pancasila. Berkembangnya faham yang ingin mem-bangun demokrasi totaliter di bumi Indonesia dan mengesahkan tindakan kekerasan sebagai metode perjuangan, sehingga akan menyulitkan untuk menegakkan keadilan dan kebenaranbertentangan dengan Sila IV Pancasila. Terdapat berbagai hambatan besar untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang berkeadilan sosial dan masih tetap membiarkan praktek rasial dan diskri-minatifbertentangan dengan Sila V Pancasila.Di tanah Papua telah dikembangkan kesadaran bahwa ras dan suku bangsa Papua berbeda dengan ras dan suku bangsa Papua asli. Mereka menyatakan dirinya sebagai keturunan Ras Melane-sia, yang memiliki budaya, cara hidup dan hak hidup yang berbeda. Karena perbedaan dan hak hidup itulah sebagian dari mereka ingin memisahkan diri dari NKRI. Semoga propaganda oknum-oknum yang ingin memisahkan diri tersebut dapat dihentikan. Di Aceh telah dikembangkan konsep otonomi khusus dan telah berhasil berjuang untuk menciptakan UU Pemerintahan Otonomi Khusus yang melaksanakan syariat Islam. Faham kon-stitusionalisme yang berpusat pada UUD 1945 mulai tercabik-cabik, yang sudah tentu menjadi ancaman bagi eksistensi NKRI. Hukum agama tertentu menjadi hukum yang dapat mengungguli hukum nasional yang berpusat pada UUD 1945 . Faham dan semangat kebangsaan yang dijiwai oleh Sumpah Pemuda tahun 1928 mulai digoyang oleh berbagai pihak.

Lihat juga hubungan antar umat beragama dan hubungan antar suku belum mencapai tingkat harmoni yang tinggi. Ancaman konflik sosial dengan kekerasan masih sangat besar seperti kasus di Poso dan di Maluku Tengah. Masih terjadi hubungan kesenjangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah. Akibat otonomi daerah kini muncul faham Etnosentrisme di daerah yang bertentangan dengan faham kebangsaan. Kehendak warga masyarakat untuk mengangkat putera daerah menjadi pejabat lokal menjadi sangat kuat. Faham-faham yang menguasai geo-politik semakin luas.