dakwah bil hal: : dr. afifi

11
DAKWAH BIL HAL Lisanul hal afshahu min lisanil maqal ( Aksi aksi konkrit yang membawa perubahan ke arah perbaikan lebih baik dari pada nasehat semata ) Oleh : Afifi Fauzi Abbas A. Pendahuluan Adanya mata kuliah Islam dan Komunikasi di FISIP UHAMKA membawa harapan baru bagi pengembangan wawasan baru tentang dakwah dan atau komunikasi di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sehingga gerakan dakwah di persyarikatan Muhammadiyah akan lebih menyentuh pada persoalan riil dari umat Islam. Dakwah bil hal, atau dakwah melalui gerakan aksi telah merupakan ciri khas dari persyarikatan Muhammadiyah sejak ia didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Ilustrasi yang tak pernah usang yang selalu disegar-segarkan di lingkungan persyarikatan adalah, bagaimana KH Ahmad Dahlan sangat mementingkan aksi konkrit dalam gerakan dakwahnya. Hal tersebut terlihat dri apresiasi beliau yang begitu tinggi untuk melakukan aksi ketika menafsirkan dan mengulas surat al- Ma’un, sehingga menjadi catatan emas dalam pendirian , Majlis PKU dalam Muhammadiyah. Semuanya itu dilakukan dalam gerakan dakwah Muhammadiyah dalam rangka pemberdayaan masyarakat – termasuk di dalamnya mendirikan Rumah Sakit, Sekolah dan seluruh bentuk amal usaha Muhammadiyah. Hanya saja kini persoalannya adalah bagaimana upaya pemberdayaan itu difahami sebagai wujud atau bentuk dari dakwah bil hal, maka akan dapat kita lihat sebagai berikut ; B. Definisi Pengembangan Masyarakat Islam Sidi Gazalba, mendifinisikan masyarakat Islam sebagai sekelompok manusia dimana mereka hidup dalam jaringan kebudayaan Islam 1 yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya. Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, mengadopsi definisi dari sosiolog, Gillin & Gillin, mengatakan bahwa masyarakat Islam adalah kelompok manusia yang mempunyai tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama, yakni agama Islam. 2 Sebagai bahan kajian dalam perkuliahan Komunikasi Dalam Perspektif Islam di FISIP UHAMKA 1 Kebudayaan Islam menurut Sidi Gazalba ialah cara berpikir dan cara merasa taqwa, yang menyatakan diri dalam seluruh ruang dalam suatu waktu 2 Nanih Machendrawti dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, bandung PT Rosdakarya, h.5

Upload: arif-abdullah

Post on 11-Jun-2015

3.048 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Lisanul hal afshahu min lisanil maqal( Aksi aksi konkrit yang membawa perubahan ke arah perbaikan lebih baik dari pada nasehat semata )

TRANSCRIPT

Page 1: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

DAKWAH BIL HAL∗∗∗∗

Lisanul hal afshahu min lisanil maqal

( Aksi aksi konkrit yang membawa perubahan ke arah

perbaikan lebih baik dari pada nasehat semata )

Oleh : Afifi Fauzi Abbas

A. Pendahuluan

Adanya mata kuliah Islam dan Komunikasi di FISIP UHAMKA membawa

harapan baru bagi pengembangan wawasan baru tentang dakwah dan atau

komunikasi di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sehingga gerakan

dakwah di persyarikatan Muhammadiyah akan lebih menyentuh pada persoalan

riil dari umat Islam.

Dakwah bil hal, atau dakwah melalui gerakan aksi telah merupakan ciri khas

dari persyarikatan Muhammadiyah sejak ia didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.

Ilustrasi yang tak pernah usang yang selalu disegar-segarkan di lingkungan

persyarikatan adalah, bagaimana KH Ahmad Dahlan sangat mementingkan aksi

konkrit dalam gerakan dakwahnya. Hal tersebut terlihat dri apresiasi beliau yang

begitu tinggi untuk melakukan aksi ketika menafsirkan dan mengulas surat al-

Ma’un, sehingga menjadi catatan emas dalam pendirian , Majlis PKU dalam

Muhammadiyah.

Semuanya itu dilakukan dalam gerakan dakwah Muhammadiyah dalam

rangka pemberdayaan masyarakat – termasuk di dalamnya mendirikan Rumah

Sakit, Sekolah dan seluruh bentuk amal usaha Muhammadiyah. Hanya saja kini

persoalannya adalah bagaimana upaya pemberdayaan itu difahami sebagai

wujud atau bentuk dari dakwah bil hal, maka akan dapat kita lihat sebagai

berikut ;

B. Definisi Pengembangan Masyarakat Islam

Sidi Gazalba, mendifinisikan masyarakat Islam sebagai sekelompok manusia

dimana mereka hidup dalam jaringan kebudayaan Islam1 yang diamalkan oleh

kelompok itu sebagai kebudayaannya. Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad

Safei, mengadopsi definisi dari sosiolog, Gillin & Gillin, mengatakan bahwa

masyarakat Islam adalah kelompok manusia yang mempunyai tradisi, sikap dan

perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama, yakni agama Islam.2

∗ Sebagai bahan kajian dalam perkuliahan Komunikasi Dalam Perspektif Islam di FISIP

UHAMKA 1 Kebudayaan Islam menurut Sidi Gazalba ialah cara berpikir dan cara merasa taqwa, yang

menyatakan diri dalam seluruh ruang dalam suatu waktu 2 Nanih Machendrawti dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, bandung PT

Rosdakarya, h.5

Page 2: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

Salah satu ahli sosiologi yang banyak mendefinisikan konsep kelompok

adalah Robert K. Merton. Merton (1965: 285) mendefinisikan kelompok dengan

sejumlah orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.

Merton (265 ; 285-286) menyebutkan tiga kriteria obyektif bagi suatu kelompok.

Pertama, kelompok ditandai oleh seringnya terjadi interaksi

Kedua, pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota.

Ketiga, pihak yang berinteraksi didefinikan oleh orang lain sebagai anggota

kelompok.

Berbeda dengan Merton tokoh sosiologi lainnya Znaniecki atau Parsons men-

definisikan kelompok, yaitu sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas

dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk

menjalankan peran yang diharapkan Kalau dilihat dari pengertian kelompok

tersebut, maka pengertian kelompok dalam konsep Islam dapat dipadankan

dengan konsep jama'ah. Jamaah dalam konteks sosiologis masyarakat Indonesia

dikaitkan dengan kelembagaan Islam. Misalnya, jamaah majelis taklim x , jamaah

mesjid y.

Apakah setiap kelompok itu masyarakat ? Marion Levi (lihat Inkeles, 1965)

dalam Kamanto (2000) mengemukakan empat kriteria yang harus dipenuhi agar

suatu kelompok dapat disebut dengan masyarakat, yaitu :

(1) kemampuan berta-han melebihi masa hidup seo-rang individu;

(2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi

(3) kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”,

(4) adanya sistem tindakan utama yang bersifat "swasembada".

Bila merujuk pada difinisi tersebut, maka tidak semua kelom-pok itu dikata-

kan masyarakat. Dengan demikian, bila mengacu pada penjelasan tersebut, maka

tidak setiap jamaah majelis taklim atau masjid dapat dikatakan sebagai ''masya-

rakat Islam'". Tidak setiap anggota jamaah adalah bagian atau anggota masyara-

kat Islam.

Pengertian masyarakat Islam dapat dipadankan dengan konsep ummat.

Mengenai ummat Riaz Hassan dalam bukunya Keragaman Iman (2001 : 91)

mengungkapkan bahwa istilah umat muncul 64 kali dalam al-Qur'an. Akar kata

ini masih diperdebatkan. Banyak yang mengatakan bahwa kata ini berasal dari

'umm' yang berarti ibu, atau dari kata kerja "amma'. Ada juga yang mengatakan

istilah 'umma' dengan kata imam' atau pemimpin. Sebagian lagi mengatakan bah-

wa kata umat berasal dari bahasa Ibrani “umma” atau aramik (umm tha). Sebagian

lagi merujuk pada 'perkumpulan suku-suku Arab". Sebelum Islam datang, kata umat

dipakai dalam syair Arab yang berarti “komunitas agama", namun hal ini jarang

digunakan. Dewasa ini umat menjadi symbol dan perwujudan gagasan ma-

Page 3: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

syarakat Islam. Dengan demikian bila digambarkan maka konteks dan tingkatan

dalam masyarakat Islam sebagai berikut :

Pada perkembangannya, pemakaian istilah masyarakat Islam ini menurut

penulis tidak hanya seperti yang diungkapkan Sidi Gozala, dan Abdulah Nasheef

(1992:116).3 Makna masyarakat Islam menjadi luas, tidak hanya untuk orang-

orang yang kehidupannya berasaskan kebudayaan Islam. Tetapi juga mempunyai

makna secara umum yang luas. masyarakat Islam adalah orang - orang Islam

(muslim-muslimat atau muslimun-muslimaat). Bahkan orang yang hanya ber-KTP

Islam saja, juga dapat dikatakan anggota masyarakat Islam. Makna masyarakat

tidak hanya bermakna masyarakat yang islami, tetapi juga meliputi masyarakat

yang beragama Islam. Konsep masyarakat Islam sendiri belum ada yang membe-

rikan definisi yang jelas. Muktamar Muhammadiyah ke-45 telah menjelaskan

tentang ciri masyarakat Islam, tetapi batasannya belum begitu jelas.4 Apakah bila

yang ada hanya sebagian ciri dapat dikatakan sudah masyarakat Islam atau be-

lum tidak diungkapkan secara jelas. Oleh karena itu, menurut penulis makna

"masyarakat islam" dikaitkan dengan "tujuan' dapat dijelaskan sebagai berikut:

Makna lama

Masyarakat beragama Islam = Masyarakat Islam atau

Masyarakat beragama Islam Masyarakat islam atau islami

(dibina agar menjadi)

Makna Sekarang

Masyarakat beragama Islam = Masyarakat Islam

Masyarakat Islam Masyarakat Islami atau

Masyarakat Madani

Merujuk pada pemaknaan tersebut, penulis mendefinisikan "masyarakat

Islam menjadi dua, yaitu: pertama. masyarakat Islam dalam arti sempit " sekelom-

pok orang Islam yang tinggal (menetap) dan berinteraksi di lokal atau wilayah

tertentu misalnya di desa, kelurahan, atau Rt/Rw atau sekelompok orang Islam

yang tinggal (menetap) di sekitar mesjid atau majelis taklim tertentu berinteraksi

3 Menurut Abdulllah Nasheef dalam Nannih (2001) "ummah" dipandang sebagai komunitas orang yang percaya kepada Tuhan yang menciptakan mereka, memelihara mereka. membahagiakan mcrcka, dan nieiiibcri mcrcka tuntunan dim kebuluhan mereka. Singkatnya ummat adalah komunitas Islam yang harus hidup menurut Islam. Hidupnya belum menurul islam tidak dikatakan ummat.

4 Muktamar Muhammadiyah kc-45 telah menjelaskan tentang ciri masyarakat Islam yaitu : 1. Merupakan wujud aktualisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif manusia yang mcmiliki corak tengahan (ummatan wasatho) yang berkemajuan. baik dalam wujud sistim nilai sosial-budaya. sistem sosial maupun lingkungan fisik yang dibangunnya; 2. Memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriyyah dan bathimyyah. rasionalitas dan spitualilas. aqidah dan muammaiah. individual dan sosial. duniwi dan ukhowi; 3. Mengamalkan nilai-nilai kebajikan. seperti kcadilan. kcjujuran. kesejahteraan. kcrjasama. kerja keras. kedisiplinan dan keunggulan dalam segala lapangan kehidupan; 4. Bersedia bekerjasama dan becrlomba-lomba dalam segala lapangan kehidupan; mcmiliki kesaimaan karaktcr dengan masyarakat madani. yaitu masyarakal kewargaan (civil society) yang memiliki keyakinan yang menjiwai nilai-nilai ilahiyah. demokratis. berkeadilan, otonom. berkemajuan dan berakhlak mulia (al akhlaqul karimah): dan 6. Berperan sebagai syhacla 'alan nas ditengah - tengah masyarakat.

Page 4: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

sebagai jamaah mesjid atau majelis taklim. Kedua. dalam arti luas yaitu masya-

rakat Islam yang berinteraksi atas kesamaan ciri, kepentingan dan tujuan tertentu

yang tidak tinggal dalam wilayah geografis tertentu, seperti ICM1 (Ikatan Cende-

kiawan Muslim Indonesia atau Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia dan lain-

Iain.

C. Makna "Pengembagan" dan Indikatornya

Permasalahan umat Islam atau masyarakat Islam secara umum adalah keter-

belakangan. Keterbelakangan ini berkaitan dengan aspek kemiskinan, kebodohan

dan kesehatan. Pada pembatasan masyarakat Islam aspek geografis atau aspek

wilayah, menjadi indikator dalam menentukan suatu umat Islam di desa x atau

mesjid x, berkembang (maju/modern) dan tidak berkembang. Makna "pengem-

bangan" sendiri mengasumsikan proses pengayaan suatu kondisi "yang kurang

berkembang ke arah kondisi "yang berkembang".

Untuk menentukan suatu kondisi masyarakat Islam secara lokal perlu meli-

hat 4 kategori, yaitu:

a. berkembang,

b. cukup berkembang,

c. kurang berkembang,

d. dan tidak berkembang dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

jumlah mustahik, jumlah dana filantropi Islam yang terkumpu! tingkat partisi-

pasi (jamaah) pada kelembagaan Islam, jumlah pemilik tabungan (jamaah) di

lembaga keuangan syariah (non riha) dan tingkat keseringan bertaaruf dan sila-

turrahiim (jaringan)

Indikator - indikator tersebut berdasarkan pertimbangan nilai - nilai dan kon-

sep-konsep yang dianggap penting dalam ajaran Islam (al-qur'an dan al-hadist).

Catatan sejarah Islam, menunjukkan bahwa ketika nilai - nilai yang ada dalam

ajaran Islam diamalkan oleh masyarakat Islam maka perkembangan peradaban

Islam akan tumbuh dengan pesat. Pada saat inipun dengan lahirnya sistem eko-

nomi syariah turut memberikan kontribusi pada pengembangan umat Islam

secara luas.

Pengkajian kategori dan indikator untuk pengembangan atau pembangunan

umat Islam pada tingkat lokal penting untuk terus dilakukan agar tercipta indi-

kator model pengembangan masyarakat Islam yang khas yang berbeda dengan

indikator - indikator konvensional yang ada pada saat ini. Setidaknya kategori di

atas bagian dari upaya awal pengkajian kategori dan indikator masyarakat Islam.

Uraian kategori dan indikator yang dimaksud di atas dapat dilihat sebagai

berikut:

Page 5: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

Tabel 1

Indikator Kondisi Masyarakat Islam

No.

Kategori masyarakat

Islam

lndikator

1.

Tidak berkembang 1. Jumlah Mustahik separuh atau lebih dari dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik separuh atau lebih dari komunitas muslim yang menjadi jamaah mesjid x

2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkum-pul hanya memenuhi 25 % atau kurang dari mustahik yang ada.

3. Tingkat partisipasi (jamaah) pada kelemba-gaan Islam (sholat jamaah-pengajian lo-kal) kurang dari 15 % atau kurang dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x.

4. Hanya 15 % atau kurang dari jumlah orang Islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah

5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silatur-rahiim (network) orang islam dengan orang Islam, dengan pengelola lembaga- lembaga atau organisasi yang dapat membantu ke arah yang lebih baik, 5 kali atau kurang dalam sebulan.

2. Kurang berkembang 1. Jumlah Mustahik 36 % - 49 % dari komu-nitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik 36 % sampai 49 % dari komunitas muslim yang menjadi jamaah mesjid x

2. Jumlah dana Filantropi Islam yang ter-kumpul hanya memenuhi 26 % - 50 % dari mustahik yang ada.

3. Tingkat partisipasi (jamaah) pada kelemba-gaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) kurang dari 16 % - 35 % dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x.

4. Hanya 16 % - 35 % dari jumlah orang Islam yang ada memiliki tabungan di lem-baga keuangan syariah

5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silatu-rrahiim (network) orang islam dengan orang islam dengan pengelola lembaga-lembaga atau organisasi yang dapat membantu kearah yang lebih baik 10 kali atau kurang dalam sebulan.

Page 6: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

3. Cukup berkembang 1. Jumlah Mustahik 26 - 34 % dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik 25 % sampai 34 % dari komunitas muslim yang menjadi jamaah masjid X

2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkum-pul dapat memenuhi 51 % - 75 % dari mustahik yang ada.

3. Tingkal partisipasi {jamaah) pada kelemba-gaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) kurang dari 36 % - 49 % dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x.

4. Hanya 36 % - 49 % dari jumlah orang islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah

5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silaiurahiim {network) orang islam dengan orang islam dengan pengelola lembaga-lembaga atau organisasi yang dapat membantu kearah yang lebih baik, 20 kali atau kurang dalam sebulan.

4. Berkembang 1. Jumlah Mustahik kurang dari 25 % dari separuh atau lebih dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah musta-hik kurang dari 25 % dari komunitas mus-lim yang menjadi jamaah mesjid x

2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkum-pul dapat memenuh lebih dari 75% dari musta-hik yang ada

3. Tingkat partisipasi {Jamaah) pada kelemba-gaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) lebih dari 50% dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x.

4. Lebih dari 50 % jumlah orang islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah

5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silaiurahiim {network) orang islam dengan orang islam dengan pengelola lembaga-lembaga atau organisasi yang dapat membantu kearah yang lebih baik 30 kali atau kurang dalam sebulan

D. Definisi Tentang Pengembangan Masyarakat Islam

Sering dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari

dakwah bi! Hal. Sepanjang yang diketahui, definisi "Pengembangan Masyarakat"

sering dikutip dalam proses kajian konseptual atau untuk penulisan karya ilmiah

dari buku atau karya Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei (2001). Dalam

buku tersebut ada didapati beberapa definisi:

Page 7: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

Tabel 2

Definisi Pengembangan Masyarakat

No. Tokoh Definisi

1. Amrullah Ahmad (1999)

Sistem tindakan nyata yang menawarkan alter-natif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkung-an da-lam perspektif Islam.

2. Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad

Menstransformasikan dan melembagakan se-mua segi ajaran Islam dalam kehidupan kelu-arga (usrah) kelompok sosial (jamaah), dan ma-syarakat (ummah).

3. Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad

Model empiris pengembangan perilaku indi-vidual dan kolektif dalam dimensi amal sho-leh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh ma-syarakat.

Definisi tersebut di atas untuk beberapa konteks perkembangan pada saat ini

menjadi kurang memadai untuk bahan referensi akademik. Banyak mahasiswa

menulis karya ilmiah dengan latar belakang Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

atau organisasi yang membuat program pengembangan masyarakat yang meng-

gunakan institusi atau kelembagaan Islam atau membuat kelompok-kelompok

kecil (Jamaah) sebagai sarana pengembangan. Di samping itu, pada prakteknya

dikaitkan dengan aspek geografis (kelokalan), lembagaa Islam lokal atau masa-

lah-masalah yang melingkupi orang Islam yang dikaitkan dengan aspek peme-

rintahan, ekonomi, pendidikan, kesehatan. Untuk itu penulis menawarkan bebe-

rapa definisi tentang Pengembangan Masyarakat Ham sebagai berikut :

Tabelk 3

Definisi Pengembangan Masyarakat

No Konsep Definisi

1. Pengembangan Masyarakat Islam

Suatu strategi dan aksi perubahan berencana dan siste-matis untuk mengembangkan mustahik agar dapat ber-kembang menjadi muzaki dengan menggunakan medi-um lembaga Islam atau organisasi kemasyarakatan Islam agar tercipta masyarakat islami alau madani.

2. Pengembangan Komunitas Islam

Definisi 1: Suatu strategi dan perubahan berencana dan sistematis untuk mengatasi masalah orang-orang Islam (ummah) atau jamaah agar dapat berkembang secara partisipa-tif dan hidup sesuai dengan ajaran Islam. Definisi 2 : Suatu strategi dan perubahan berencana dan sistematis agar golongan mustahik dapat berkembang menjadi muzaki dengan mengunakan medium perubahan kelem-bagaan Islam atau organisasi kemasyarakatan Islam yang ada dalam masyarakatnya.

Page 8: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

3. Pengorganisasian Komunitas Islam loka!

Suatu strategi perubahan berencana dan sistematis untuk klien atau beneficeries orang-orang Islam pada daerah tertentu dengan membuat kelompok - kelompok yang saling menolong dan disertai pendampingan.

4. Pengembangan Ekonomi Dhu'afa

Suatu strategi perubahan berencana dan sistematis un-tuk fakir miskin pada daerah tertentu dengan membuat kelompok - kelompok yang dibina dan diberi bantuan modal usaha agar dapat keluar dari kondisi fakir dan miskin sehingga dapat berperan dalam kehidupan ma-syarakat Islam.

5. Pengembangan Pendidikan Masyarakat Islam

Menstransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan individu, keluarga (usrah) kelompok sosial (jamaah) dan masyarakat (ummah).

6. Pengembangan Pemerintahan Masyarakat Islam

Model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), de-ngan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Tim Islamic Community Development Model dari Fakultas Dakwah dan Komu-

nikasi UIN pernah juga merumuskan definisi untuk model pengembangan ma-

syarakat Islam, terdiri dari unsur-unsur :

1). Mengutamakan perilaku pengembangan atau pemberdayaan masyarakat yang

beragama Islam atau organisasi yang berasaskan Islam.

2). Mengutamakan pemberdayaan umat Islam yang tertinggal dalam segala hal.

3). Mengutamakan penggunaan dana yang bersumber dari dana filantropi Islam

seperti Zakat Mall, Zakat Fitrah, Infak atau Sodaqoh .

4). Pendekatan pemberdayaan menggunakan pendekatan ke-Islaman.

5). Filantropi Islam jika dijadikan sebagai bantuan modal sebaiknya menggunakan

sistem bagi hasil.

6). Pendamping atau agen perubah diutamakan yang beragama Islam dan

7). Melibatkan institusi mitra lokal yang berasaskan Islam.

E. Tahapan Pengembagan Masyarakat Islam

Menurut Nanih dan Agus (31-34) tahapan pengembangan masyarakat

Islam merujuk pada upaya yang dilakukan Nabi Muham-mad SAW dalam mem-

bentuk masyarakat Islam berikut :

No. Konsep Uraian

1. Takwin Tahap pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok pada tahap ini adalah dakwah bil lisan seba-gai ikhtiar sosialisasi akidah, ukhuwah, dan ta'a-wun. Semua aspek tadi, ditata menjadi instrumen sosiologis. Proses sosialisasi dimulai dari unit ter-kecil dan terdekat sampai kepada perwujudan ke-sepakatan (bai'at). Bai'at I, (Memorandum of Under-

Page 9: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

standing) dan bai'at 2. (Memorandum of Agreement). Pada tahap ini telah terwujud jamaah Islam swa-daya yang menjadi community base kegiatan dakwah

2. Tanzim Pada tahap ini dilakukan penataan dakwah de-ngan proses hijrah, artinya komunitas Islam diajak untuk hijrah ke kehidupan yang Islami, dengan langkah (1) membangun mesjid sebagai pusat ukhuwah islamiyah dan (2) membuat "piagam ma-dinah (memorandum of agreement)" yang disepakati antara komunitas muslim dan non muslim. Di samping itu, adanya memorandum of agreement antara da'i dan mad'u sebagai landasan memba-ngun masyarakat islami

3. Taudi’ masyarakat madani

Tahap kemandirian. Umat pada saat ini sudah siap menjadi masyarakat yang mandiri, terutama seca-ra manajerial. Dengan demikian bila tahapan ini dapat dilalui maka diharapkan akan muncul ma-syarakat Islam yang memiliki kekuatan

Tahapan tersebut di atas bisa dijadikan rujukan bagi para pengembang masya-

rakat Islam ketika ingin melakukan pengembangan masyarakat Islam di suatu

daerah atau jamaah mesjid atau majelis taklim tertentu.

F. Peran Pendamping dalam Proses Pengembangan Masyarakat Islam

Peran pendamping (da’i) dalam program Pengembangan Masyarakat Islam

adalah:

1. Sebagai Mubaligh.

Sebagai mubaligh pendamping berperan menumbuhkan kesadaran, me-

nyampaikan pesan-pesan agama melalui ceramah atau dakwah bil lisan kepada

aktivis mesjid atau majelis taklim atau jamaahnya tentang perlunya melakukan

silaturahiim dan ta'awun, memperkuat ukhuwah dengan aksi bersama untuk

mengembangkan umat ke arah yang lebih baik.

2. Sebagai Murabbi.

Sebagai murabbi atau pembimbing, pendamping memberikan bimbingan

pada masyarakat dengan mengidentifikasi siapa jamaah yang masuk kategori

mustahik zakat dan yang masuk kategori muzaki. Melakukan analisis SWOT

tentang kekuatan dan Iain-lain, Sebagai murabbi, pendamping menjadi tempat

konsultasi bagi masyarakat lokal atau jamaah tentang-masalah-masalah yang

dihadapinya.

3. Sebagai Mudaris.

Sebagai seorang mudaris atau pengajar, pendamping berkewajiban mem-

berikan pengetahuan dan keterampilan dalam Program Pengembangan Ma-

syarakat Islam. Memberikan informasi tentang keislaman, sistem ekonomi

syariah dan lain-lain. Disamping itu pendamping harus mencatat data kondisi

Page 10: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

jama’ah dan perkembangan jama’ah. harus mencatat data kondisi jamaah dan

perkembangan jamaah

4. Sebagai Mujaddid.

Seorang mujaddid, pembaharu atau reformis berkewajiban melakukan

pembaharuan terutama pada peran, fungsi, dan manajemen kelembagaan

Islam atau organisasi kemasyarakan Islam. Merubah tradisi dan paradigma

berpikir para pengurus mesjid dan majelis taklim dengan "ide-ide baru". Mem-

perbaharui pemahaman fungsi mesjid dan majelis taklim bahwa mesjid tidak

hanya hanya berfungsi untuk kesalehan individual, tetapi juga berfungsi untuk

mengatasi persoalan kehidupan jamaahnya.

Ada program bantuan usaha untuk fakir miskin, ada praktek klinis atas

biaya sedekah dari jamaah, santunan bagi lansia, mengatasi penyakit flu

burung dan demam berdarah dan lain-lain Pembaharuan juga dapat

dilakukan dengan mempertemukan para pengurus atau aktivis mesjid dengan

institusi luar seperti perbankan syariah atau mesjid yang sudah maju agar

para pengelola mesjid lokal tertular untuk mendapatkan ide dan rencana

penbaharuan. Dengan kata lain fungsi seorang mujaddid adalah membuat

"mujaddid-mujaddid lokal untuk menjadi motor penggerak mempercepat

perubahan masayarakat ke arah masyarakat Islam yang kreatif, inovatif dan

mengamalkan al-qur'an dan assunnah.

5. Sebagai Amil.

Sebagai Amil, pendamping program Pengembangan Masyarakat Islam

bisa menjadi pengelola dana filantropi Islam. Amil melakukan kegiatan untuk

mencetak amil lokal untuk penggalangan dana filantropi Islam. Dana dikelola

dan, selanjutkan disalurkan kepada mustahik, sehingga fakir miskin dapat

secara bertahap menjadi muzakki baru. Amil merupakan profesi yang tercan-

tum dalam al-qur'an dan merupakan profesi yang menjanjikan ke depan

seiring dengan tumbuhnya OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) yang dikelola

secara professional dan menggunakan manajemen dan teknogi modem.

G. Penutup

Pengkajian literatur, penelitian tentang praktek-praktek pengembangan

masyarakat Islam yang dilakukan oieh pemerintah atau Organisasi Pengelola

Zakat (OPZ) harus terus dilakukan oleh kalangan perguruan tinggi, terutama oleh

akademisi yang mengelola atau mengajar di Program Studi Komunikasi dim

Perguruan Tinggi Islam (Muhammadiyah). Hal ini penting untuk dilakukan agar

kerangka teoritis pengembangan masyarakat Islam yang ada di program studi ini

tidak ketinggalan bila dibandingkan dengan kerangka teoritis pengembangan

Page 11: Dakwah bil Hal: : Dr. Afifi

masyarakat konvensional yang dikembangkan oleh para akademisi di Jurusan

Kesejahteraan Sosial di Universitas Negeri Umum dan lembaga-lembaga swa-

daya masyarakat.

Disamping itu, temuan-temuan baru model-model pengembangan masya-

rakat Islam juga penting untuk berkontribusi sebagai upaya pengentasan kemis-

kinan umat Islam Indonesia. Bagi penulis, tulisan ini sebagai langkah pertama

untuk mengkaji model pengembangan masyarakat Islam dan langkah awal untuk

mulai menjawab tantangan dakwah bil hal di masa mendatang.

Wallahu a’lam bisshawab.

DAFTAR PUSTAKA

Gazalba, Sidi, Masyarakai Islam : Pengantar Sasittlogi dan Sosiografi cetak-an kedua, PT Bulan Bintang, 1989

Hasan, Riaz, Keragaman Iman : Studi Komparatif Masyarakai Muslim, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006

Machendrawaty; Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masayarakat Islam, Rosdakarya Bandung, Septem-ber 2001

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2000