daftar pustaka · web viewaku ingin pergi walaupun di luar hujan deras pada surat kabar yang kedua,...

23
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT LUAS DISUSUN OLEH : 1. BIMO ADRIAN S. (M0517011) 2. MIA ANANDITA (M0517029) 3. MUHAMAD DIMAS P. (M0517033) PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: dodung

Post on 03-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

DI LINGKUNGAN MASYARAKAT LUAS

DISUSUN OLEH :

1. BIMO ADRIAN S. (M0517011)

2. MIA ANANDITA (M0517029)

3. MUHAMAD DIMAS P. (M0517033)

PROGRAM STUDI INFORMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………1

A. LATAR BELAKANG………………………………..1

B. RUMUSAN MASALAH……………………………..1

C. TUJUAN……………...………………………………1

BAB 2 ISI……………………………………………………….2

A. LANDASAN TEORI…………………………………2

B. PEMBAHASAN……………………………………...4

BAB 3 PENUTUP………………………………………………15

A. KESIMPULAN……………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….. 16

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGPerkembangan zaman semakin pesat termasuk perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi. Kini, setiap orang sangat mudah dalam berkomunikasi melalui ponsel yaitu media sosial. Namun, semakin mudahnya berkomunikasi dengan orang lain melalui media sosial tidak membuat setiap orang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Munculnya bahasa gaul, bahasa yang sering digunakan remaja-remaja di Indonesia, bahasa yang sangat tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang bak dan benar.

Dalam keseharian di masyarakat pun, banyak kata maupun kalimat yang tidak baku, tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun terlihat dan terdengar benar karena seringnya kata-kata tersebut digunakan.

Selain itu ketidakpahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selembaran, dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa baku.

Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Perkembangan bahasa itu harus sejalan dan seiring dengan kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa sebagai pemilik dan pemakai bahasa itu (Badudu,1933).

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa saja kesalahan tata bahasa Indonesia yang sering terjadi di lingkungan

masyarakat?2. Bagaimana kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar?

C. TUJUAN1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.2. Untuk mengetahui kesalahan tata bahasa yang sering terjadi di masyarakat.3. Untuk mengetahui kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1

BAB II

ISI

A. LANDASAN TEORI

Berbahasa Indonesia yang baik adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai konteks (pembicaraan atau penulisan). Berbahasa Indonesia yang benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah (tata bahasa) bahasa Indonesia

Terdapat aturan-aturan dalam menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, maksud dari kata baik adalah bahasa indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat disampaikan dan dimengerti oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata yang digunakan harus disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan dalam kondisi tertentu:

1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa yang lebih sopan adalah hal yang tepat.

2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan dan kegiatan rohani.

3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di sekolah atau di pasar.

4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga

5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman

Dalam menggunakan Bahasa Indonesia, selain memperhatikan kata yang baik, maka harus dilakukan dengan benar, maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Berikut ini adalah 5 ciri-ciri ragam bahasa baku:

1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/

2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

2

3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.

4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan menerapkan suatu pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.

5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun sebenarnya mengharuskan komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud aslinya.

Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan nomor 3 (kata baku) yang paling sulit dilakukan oleh ragam bahasa. Penggunaan lafal baku dan kata baku pada ragam konsultatif, santai dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa dan kaidah itu sendiri meliputi 6 aspek .

1. Tata Bunyi (Fonologi)2. Tata bahasa (Kata dan Kalimat)3. Kosakata4. Ejaan5. Makna6. kelogisan.

Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Menurut Tarigan (1997), kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Langkah kerja analisis kesalahan berbahasa menurut Ellis dan Sridhar (dalam Tarigan, 1998) dapat dilakuan melalui lima langkah.

1. Mengumpulkan data2. Mengidentifikasikan kesalahan3. mengklasifikasikan kesalahan4. menjelaskan frekuensi kesalahan5. mengoreksi kesalahan.

Secara lebih detail, metode analisis kesalahan berbahasa itu dilakukan dengan mengumpulkan sampel kesalahan yang diperbuat siswa baik dalam karangan atau bentuk lainnya secara cermat dan detail. Kesalahan berbahasa yang sudah terkumpul ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, mengklasifikasikan kesalahan berbahasa itu berdasarkan tataran kebahasaan misalnya kesalahan bidang fonologi, morfologi, sintaksis, wacana atau semantik. Kedua mengurutkan kesalahan

3

itu berdasarkan frekuensinya. Ketiga, menggambarkan letak kesalahan dan memperkirakan penyebab kesalahan. Keempat, memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan kesalahan. Kelima, mengoreksi kesalahan atau memperbaiki kesalahan.

B. PEMBAHASAN

Dalam surat kabar Joglo Semar edisi tanggal 23 Oktober 2017, pada berita yang berjudul “Ribuan Pecinta Trail Ramaikan Lanud Adi Soemarmo” ditemukan beberapa kesalahan seperti kesalahan dalam tanda baca dan kesalahan dalam kata penghubung.

Kesalahan pertama, yaitu kesalahan tanda baca. Garis merah yang membawahi

kesalahan pertama (trail dan alat), seharusnya sebelum kata “dan” diberi tanda baca

koma (,), mengikuti seperti aturan dalam PUEBI, yaitu :

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau

pembilangan. Misalnya:

Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.

Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.

Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan

sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

Misalnya:

4

Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.

Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

Kesalahan kedua yaitu kesalahan dalam kata penghubung, di dalam berita

dituliskan bahwa “di antaranya” yaitu antara kata di dan antaranya diberi jarak.

Seharusnya kata penghubung yang baik dan benar adalah “diantaranya”.

Seperti dalam kaidah PUEBI :

1. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Rumah itu telah kujual. Majalah ini boleh kau baca. Bukuku, bukumu,dan bukunya tersimpan di perpustakaan. Rumahnya sedang diperbaiki.

2. Partikel “–lah”, “-kah”, dan “–tah” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya: Bacalah buku itu baik-baik. Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah gunanya harta benda bertumpuk jika jiwa kita menderita?

3. Partikel “pun” kadang dipisah kadang disambung. Jika partikel pun yang berpadanan dengan kata ‘saja’/’juga’, maka penulisannya dipisah (kabar pun, saya pun). Bentuk ‘pun’ yang sudah dianggap padu harus ditulis serangkai. Berikut contoh partikel “pun” yang ditulis terpisah dan digabung.Contoh yang dipisah: Jika ayah pergi, saya pun ingin pergi. Jangankan bertemu, memberi kabar pun tidak pernah.

Contoh yang digabung: Aku ingin pergi walaupun di luar hujan deras

5

Pada surat kabar yang kedua, yang berjudul “Pemkot Gelar Pekan Olahraga ASN” terdapat 2 kesalahan teknis dalam penulisan kata. Yaitu ditunjukan seperti dalam garis merah yaitu. Kata “di hadapan” seharusnya menjadi “dihadapan”. Kemudian kesalahan kedua meliputi kesalahan ketik, yang seharusnya “yang” menjadi kata “hamg”.

6

Pada surat kabar yang kedua, yang berjudul “Trah Klathak” Menggoda Dian Sastro terdapat satu kesalahan teknis dalam penulisan kata. Yaitu ditunjukan seperti dalam lingkaran merah yaitu kata “digerindra” seharusnya menjadi “digerinda”.

Dalam gambar tersebut terlihat sebuah papan nama dari sebuah toko obat. Dari papan nama tersebut, dapat dilihat kesalahan penulisan kata, yaitu terdapat kata-kata yang tidak baku. Kata apotek seharusnya menjadi apotek, dan kata praktek seharusnya menjadi praktik.

7

Dalam gambar diatas ditampilkan gambar sebuah papan yang menginformasikan kepada pembaca bahwa tanah tersebut dijual. Namun dalam gambar tersebut ada kesalahan dalam penulisan kata dijual, yaitu “di jual”. Kata imbuhan di pada dijual seharusnya disambung karena kata ‘jual’ merupakan kata kerja bukan menunjukkan tempat.

Gambar diatas diambil dari kemasan mi instan. Dalam gambar tersebut terdapat kesalahan dalam kata yang tidak baku. Kata ‘kwalitas’ seharusnya menjadi ‘kualitas.

8

Dari koran di atas terlihat jelas bahwa koran diatas membahas tentang sistem pelayanan hotel kepada pelanggan, namun ada sebuah kesalahan yaitu penulisan costumer yang sehaarusnya Customer.

Pada Gambar diatas terlihat jelas web berita dari sebuah koran ternama, namun ada sebuah kesalahan yaitu penulisan “onlinesenilai” seharusnya diantara kata tersebut diberi spasi.

9

Pada gambar diatas terlihat jelas web berita sebuah situs ternama, namun ada kesalah yang diperbuat yaitu setelah kata ideologis, seharusnya pada pemenggalan kata tersebut diberi koma.

Penulis spanduk iklan pada gambar diatas pasti tidak tahu ada dua macam “di” dalam kalimat. “di” yang pertama menunjukkan tempat, yang harus dituliskan terpisah dari kata yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua merupakan sebuah awalan untuk sebuah kata kerja pasif, yang harus digabungkan pada kata yang diawalinya.

10

Jadi kata depan “di” yang ada digambar itu harus digabung menjadi “Dijual” karena kata “jual” merupakan kata kerja. bilamana digabungkan dengan kata depan “di” maka kata “jual” itu menjadi kata kerja pasif.

Kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 menerangkan bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan besar. Oleh karena itu kata “bis” yang ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi kata “bus” yang merupakan kata bakunya.

11

Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000, Rp60.000.

12

Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum tanda garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit” disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah kata bahasa Indonesia.

13

Sama halnya dengan tanda garis miring, tanda kurung pun bila mengapit suatu kata. Menempatkannya tidak memakai spasi baik diawal sebelum kata, maupun sesudah kata yang diapit. Dari gambar di atas, jelas tanda kurung yang mengapit kata “siang-siang” di atas itu, tidak tepat. Sebaiknya tanda kurung itu tidak menggunakan spasi baik sebelum kata “siang” maupun sesudah kata “siang” yang diapitnya. Misalnya: (siang-siang).

14

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULANSebagai warga negara Indonesia yang baik kita wajib mempunyai

sikap positif terhadap bahasa yang kita gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik tulisan maupun lisan, haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Kita harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya sendiri.

Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

15

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Third edition. Jakarta: Balai Pustaka.

Tarigan, D., & Lilis Siti Sulistyaningsih. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

16