daftar isi · web view) (simanungkalit, 2001). peran mikroba pelarut p diperlukan untuk melepaskan...

36
PROPOSAL PENELITIAN INDOFOOD RISET NUGRAHA (IRN) PENGUNAAN FUNGI PELARUT FOSFAT ASAL LIMBAH KELAPA SAWIT UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG PADA TANAH MASAM ULTISOL Bidang: Budidaya Pertanian MAHASISWA-2 NIM. 16......................................... UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

PROPOSAL PENELITIAN

INDOFOOD RISET NUGRAHA (IRN)

PENGUNAAN FUNGI PELARUT FOSFAT ASAL LIMBAH KELAPA SAWIT UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI

TANAMAN JAGUNG PADA TANAH MASAM ULTISOL

Bidang: Budidaya Pertanian

MAHASISWA-2NIM. 16.........................................

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

Juli 2019

Page 2: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pengunaan Fungi Pelarut Fosfat asal Limbah Kelapa Sawit untuk Peningkatan Produksi Tanaman Jagung pada Tanah Masam Ultisol

2. Tema Penelitian : Bidang Budidaya Pertanian3. Pengusul

a. Nama Lengkap : ..................................b. NIM : ..............................................c. Program Studi : Agroekoteknologid. Perguruan Tinggi : Fakultas Pertanian, Universitas Brawijayae. Alamat dan No Telp./HP : Jl. Veteran No. 1, Malang 65156, telp: 0341-

553623 / 081217192751f. Email : .............................................

4. Dosen Pembimbinga. Nama Lengkap dan Gelar : ..............................................b. NIDN : ..........................................c. Alamat dan No Tel./HP : Jl. Veteran No. 1, Malang 65156, telp: 0341-

553623 / 081235347225. Biaya Kegiatan Total

a. Indofood Riset Nugraha : Rp. ……………………b. Sumber lain (sebutkan . . ) : Tidak ada

6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 9 Bulan (September 2019-Mei 2020)

Malang, 10 Juli 2019Mengetahui Ketua Peneliti

Dosen Pembimbing

............................ MahasiswaNIP......................................... NIM........................................

MengetahuiMengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian UB

(Dr.Ir. Damanhuri, MS.)NIP 196211231987031002

Page 3: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

SURAT PERNYATAAN PESERTA

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ................................NIM / NPM : ..........................................Program Studi : AgroekoteknologiUniversitas/Institut/Sekolah Tinggi : Fakultas Pertanian, Universitas BrawijayaAlamat : Jalan Veteran No. 1, Malang 65145

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya yang berjudul

”Pengunaan Fungi Pelarut Fosfat asal Limbah Kelapa Sawit untuk Peningkatan Produksi Tanaman Jagung pada Tanah Masam Ultisol” yang diusulkan kepada Program Indofood Riset Nugraha periode tahun 2019-2020 adalah benar-benar proposal penelitian dalam rangka Tugas Akhir/Skripsi, bersifat original, belum pernah dilakukan sebelumnya dan tidak diajukan untuk program atau lembaga/ sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke Sekretariat Indofood Riset Nugraha.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Malang, 10 Juli 2019Mengetahui Yang menyatakan

Dosen PembimbingMaterai 6000

.............................................. MahasiswaNIP. ................................... NIM. .........................

Page 4: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i

RINGKASAN..................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................11.2. Tujuan Penelitian...........................................................................................21.3. Manfaat Penelitian.........................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3

2.1. Fungi Pelarut Fosfat.......................................................................................32.2. Limbah Padat Kelapa Sawit..........................................................................32.3. Tanah Masam Ultisol.....................................................................................4

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................................6

3.1. Lokasi Penelitian..........................................................................................63.2. Bahan Penelitian............................................................................................63.3. Pelaksanaan Penelitian..................................................................................63.4. Target Luaran................................................................................................7

BAB IV. BIAYA PENELITIAN.....................................................................................8

BAB V. JADWAL PENELITIAN..................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

LAMPIRAN...................................................................................................................12

Lampiran 1. Biodata Pengusul.................................................................................13Lampiran 2. Biodata Dosen Pembimbing................................................................15Lampiran 3. Kartu Rencana Studi (KRS) Pengusul.................................................17Lampiran 4. Kartu Hasil Studi (KHS) Pengusul......................................................18

Page 5: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

RINGKASAN

Tanaman jagung merupakan salah satu komoditi penting di Indonesia. sebagai sumber karbohidrat. Namun demikian, produksi tanaman jagung pada tanah masam Ultisol di Indonesia masih sangat rendah karena rendahnya ketersediaan unsur hara P (fosfor) pada Ultisol. Perbaikan kesuburan tanah masam Ultisol untuk meningkatkan produksi tanaman jagung dapat dilakukan dengan aplikasi fungi pelarut fosfat dan bahan organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potenti penggunaan fungi pelarut fosfat asal limbah kelapa sawit pada tanah masam Ultisol untuk meningkatkan pertumbuhan dan tanaman jagung melalui peningkatan ketersediaan unsur hara P (fosfor) dalam tanah.

Penelitian akan dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan September 2019- Mei 2020. Bahan yang digunakan adalah limbah padat kelapa sawit berupa tandan kosong (TKKS), tanah masam Ultisol, isolat fungi pelarut fosfat (FPF) asal TKKS, dan kompos. Tandan kosong kelapa sawit diperileh dari PT. Darma Satya Nusantara, di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. FPF yang digunakan adalah FPF hasil penelitian terdahulu, yaitu Aspergillus oryza dan Neosartorya fischeri. Kompos diperoleh dari UPT Kompos Universitas Brawijaya. Perlakuan yang diuji terdiri atas 2 isolat FPF (Aspergillus oryza dan Neosartorya fischeri) dan 4 dosis kompos (5, 7,5, 10 dan 15 t/ha), dan 1 perlakuan control (tanpa FPF tanpa kompos). Sembilan perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Dua isolat FPF (Aspergillus oryza dan Neosartorya fischeri) diinokulasi pada tanah yang telah diberi kompos sesuai perlakuan. Kepadatan setiap FPF yang diinokulasi adalah 108 conidia/ mL/10 g media tanam. Tiga biji jagung manis di tanam dalam pot berisi 10 kg tanah (Ultisol lapisan atas 0-15 cm, kering angin, lolos ayakan 2 mm) sesuai perlakuan. Setiap pot diberi pupuk dasar 100kg N/ha dan 50kg K2O/ha. Pengamatan meliputi (1) tinggi tanaman diukur setiap minggu mulai 7 hari setelah tanam, dan (2) komponen panen (saat panen masak susu umur 80 hari) yang meliputi (a) berat basah dan berat kering tajuk dan akar tanaman jagung, (b) berat basah dan berat kering tongkol jagung dengan dan tanpa kelobot, (c) kandungan P total dalam tajuk (semua bagian di atas tanah) dan biji, dan (d) kandungan P tersedia dalam tanah. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam diikuti oleh uji BNT 5%.

Target luaran hasil penelitian ini adalah (1) teknologi sederhana tentang penggunaan fungi pelarut fosfat asal tandan kosong kelapa sawit dan kompos untuk meningkatkan ketersediaan unsur P pada tanah masam Ultisol guna meningkatkan produksi tanaman jagung, dan (2) artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional.

Page 6: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman jagung merupakan salah satu komoditi penting di Indonesia. sebagai

sumber karbohidrat. Namun demikian, produksi tanaman jagung pada tanah masam

Ultisol di Indonesia masih sangat rendah karena rendahnya ketersediaan unsur hara P

(fosfor) pada Ultisol. Dari luasan Ultisol di Indonesia sebesar 45,8 juta ha (Sudaryono,

2009), sebagian besar (21,9 juta ha dijumpai di Kalimantan (Prasetyo dan Suriadikarta,

2006). Ultisol memiliki kemasaman tanah yang tinggi, ketersediaan unsur hara yang

rendah, terutama fosfor (P), dan memiliki kandungan bahan organik rendah. Di

Indonesia, Ultisol memiliki pH tanah berkisar 3,1 – 5, KTK tanah < 20 cmol/kg, C-

organik <2% (Prasetya dan Suriadikarta, 2006; Ermadani dan Muzar, 2011).

Ketersediaan P yang rendah sekitar 3,4 -19 ppm, sedangkan P-tidak larut sangat tinggi

mencapai 151-549 ppm P dengan P-terfiksasi hampir >56% (Hilman et al., 2007).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman

pada Ultisol adalah meningkatkan ketersediaan unsur hara P tanah melalui aplikasi

fungi pelarut fosfat (FPF) (Hasanudin dan Gonggo, 2004; Khairuna et al., 2015).

Mikroba pelarut P dapat membantu pelarutan senyawa P yang terfiksasi dengan

membebaskan senyawa organik. Senyawa ini membentuk senyawa komplek dengan

senyawa logam menjadi senyawa komplek yang sukar larut (Fitriatin et al., 2014).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan pelarutan fosfat dari fungi

pelarut fosfat secara in vitro lebih besar dan lebih stabil dibanding bakteri pelarut fosfat

(Tamad dan Maryanto, 2010; Sudadi et al., 2013). Namun demikian, belum banyak

informasi tentang pemanfaatan fungi pelarut fosfat (FPF) indigenus untuk

meningkatkan ketersediaan unsur hara P pada tanah masam Ultisol.

Kalimantan yang dikenal sebagai areal perkebunan kelapa sawit yang sangat

luas (lebih dari 3 juta ha), memiliki limbah padatan berupaka tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) yang sangat berlimpah (Indriyati, 2008). Sebagian perusahaan kelapa

sawit telah memanfaatkan TKKS sebagai bahan untuk kompos atau mulsa, sebagian

lagi hanya ditumpuk atau dibakar. Selain menjadi sumber bahan organik, lombah kelapa

sawit juga habitat bagi fungi, bakteri, dan actinomycetes pelarut P yang mampu

mengubah P tidak tersedia menjadi P tersedia bagi tanaman (Coutinho et al., 2012).

Penggunaan FPF asal TKKS ini merupakan potensi lokal yang berpeluang untuk

Page 7: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

2

digunakan sebagai bahan yang dapat memperbaiki kesuburan tanah Ultisol. Kolaborasi

bahan organik dan mikroba dapat memberikan perbaikan kesuburan tanah (Nion et al.,

2013). Potensi ini perlu diteliti lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan penyediaan

P bagi tanaman dan efisiensi pemupukan pupuk P pada tanah Ultisol. Kolaborasi bahan

organic dan fungi pelarut fosfat diharapkan membantu penyimpanan dan penyediaan

hara, serta adanya FPF yang juga membantu pelepasan senyawa P yang terjerap pada

tanah.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potenti penggunaan fungi

pelarut fosfat asal limbah kelapa sawit pada tanah masam Ultisol untuk meningkatkan

pertumbuhan dan tanaman jagung melalui peningkatan ketersediaan unsur hara P

(fosfor) dalam tanah.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang teknologi

pemanfaatan fungi pelarut fosfat asal limbah padat kelapa sawit untuk meningkatkan

ketersediaan unsur hara P pada tanah masam Ultisol guna meningkatkan produksi

tanaman jagung.

Page 8: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fungi Pelarut Fosfat

Organisme tanah yang mempunyai kemampuan mentransformasi senyawa P-tak

larut menjadi bentuk senyawa P-larut dan bentuk P yang tersedia bagi tanaman disebut

mikroorganisme/mikroba pelarut fosfat yang terdiri atas bakteri pelarut fosfat (BPF) dan

fungi pelarut fosfat (FPF) (Khan et al., 2014). Mikroorganisme yang tergolong

kelompok mikroba pelarut fosfat ini dapat berupa bakteri (misal Bacillus,

Pseudomonas, Bulkhoria), fungi (Aspergillus, Penicillium), dan aktinomises

(Streptomyces) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk

melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-

organik dan melepaskannya menjadi senyawa P-anorganik, mengubah kelarutan

senyawa P-anorganik, mengoksidasi atau mereduksi senyawa P-anorganik dan

mengimmobilasi senyawa P (Fitriatin et al., 2014) dan menurunkan jerapan P (Osorio et

al., 2015). Kemampuan pelarutan senyawa fosfat di dalam tanah sangat tergantung oleh

jenis isolat. Pelarutan senyawa fosfat oleh fungi lebih tinggi daripada bakteri meskipun

laju pertumbuhan fungi lebih lambat. Fungi Aspergillus sp. dapat melarutkan senyawa

fosfat 21,41 ppm P sedangkan bakteri Pseudomonas sp. berkisar 9,98 ppm P (Tamad

dan Maryanto, 2010). Dalam media Pikovskaya, fungi dan bakteri dari tanah Andisol

Dieng, fungi A. niger juga menunjukkan kemampuan pelarutan sekitar 2,8 - 2,9 % P-

terlarut dan stabil pada 1-6 hari inkubasi, sedangkan kemampuan pelarutan P oleh

bakteri tidak stabil dengan daya pelarutan 3,1 - 2,3% P terlarut (Sudadi et al., 2013).

Fungi pelarut fosfat yang diaplikasikan pada tanah Ultisol meningkatkan hasil tanaman

secara tidak langsung karena adanya peningkatan kelarutan P tanah. Fungi Aspergillus

sp. dan Penicillium sp. meningkatkan lebih dari 31% P tersedia Ultisol dari 1,12 mg

P/kg pada perlakuan tanpa FPF menjadi 1,47 mg P/kg. Peningkatan P-tersedia tanah

juga berpengaruh terhadap meningkatnya produksi tanaman jagung dari 229,49 g/plot

menjadi 262,62 g/plot pada plot tanaman yang mengandung fungi pelarut P (Fitriatin et

al., 2014). Aspergillus sp. meningkatkan produksi ubi kayu rata-rata di tanah Ultisol

Bangka Belitung dari 38,6 t/ha menjadi 50,8 t/ha (Pratama et al., 2014).

Page 9: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

4

2.2. Limbah Padat Kelapa Sawit

Dalam proses produksi minyak kelapa sawit menghasilkan limbah padat, limbah

cair dan limbah gas. Limbah padat terdiri atas tandan kosong (TKKS), cangkang,

serabut, lumpur, dan bungkil (Prayitno et al., 2008). Pengolahan 1 ton tandan buah

segar (TBS) akan menghasilkan 220 kg TKKS, 670 kg limbah cair, 120 kg serat

mesocarp, 70 kg cangkang, dan 30 kg palm kernel cake. Dengan demikian untuk setiap

ton TBS yang diolah akan dihasilkan sekitar 22% TKKS. Pesatnya perkembangan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan

produksi TBS kelapa sawit juga meningkat dengan draktis, dan seiring dengan itu

TKKS yang dihasilkan juga meningkat. Sebagai gambaran, TKKS yang dihasilkan

Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 5.050.367,6 ton dan pada tahun 2011 sebanyak

5.176.842,53 ton (Fathimah et al., 2014). Hal ini berarti dalam satu tahun terjadi

peningkatan TKKS yang dihasilkan sebanyak 126.474,93 ton atau 2,50 %. Di bidang

pertanian, umumnya TKKS dimanfaatkan sebagai mulsa dan dijadikan kompos untuk

memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman. Hal ini karena

TKKS mengandung 139,35 mg K2O/kg; 47,5 mg PO43-/kg; 146,15 mg CaO/kg; 1,68 mg

MgO/kg (Odoetok, 2012) dengan rasio C/N 45-55. Karena TKKS mengandung 45-50%

selulosa, 25-35% hemiselulosa dan lignin 25-35% (Khalil et al., 2007), maka proses

pengkomposan TKKS secara alami memerlukan waktu yang lama, sekitar 10 bulan

(Mohammad et al., 2012). Proses dekomposisi TKKS dapat dipercepat dengan

menggunakan mikroba, baik mikroba eksotik (dari luar lokasi timbunan TKKS) maupun

mikroba indigenus (dari timbunan TKKS). Mikroba yang banyak diisolasi dari

timbunan TKKS adalah fungi, terutama fungi lignoselulotik, antara lain Aspergillus

niger dan Penicillium sp. Beberapa bakteri lignolitik yang termasuk dalam gram positif

dan gram negatif juga ditemukan dari hasil isolasi di area pengomposan TKKS di

Palembang (Prakoso et al., 2014). Bakteri Geobacillus pallidus termasuk bakteri

pendegradasi selulosa yang ditemukan pada kondisi termofilik saat proses pengomposan

TKKS (Baharudin et al., 2010).

2.3. Tanah Masam Ultisol

Ultisol merupakan jenis tanah yang mempunyai penyebaran sangat luas di

Indonesia. Diperkirakan luas tanah ini mencapai hampir 45,8 juta ha atau sekitar 25%

dari luas daratan Indonesia (Sudaryono, 2009). Sebagian besar tanah itu terdapat di

Page 10: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

5

Kalimantan, Sumatera, Papua dan Sulawesi. Ultisol dapat berkembang dari berbagai

bahan induk, namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen

masam (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006), Sifat batuan sedimen masam bervariasi

karena pembentukannya bergantung pada sifat alami bahan pembentuknya, proses atau

model pengendapan dan kondisi lingkungan daerah pengendapan. Profil tanah Ultisol

dicirikan oleh adanya peningkatan dan akumulasi liat pada lapisan tanah bawah

permukaan sehingga membentuk horizon argilik. Oleh karena itu untuk klasifikasi tanah

Ultisol secara sederhana adalah berdasarkan nilai kejenuhan basa tanah <35% dan

keberadaan horizon argilik (Soil Survey Staff, 2014). Ditinjau dari luasan, Ultisol

berpotensi untuk mendukung perluasan pengembangan pertanian di Indonesia.

Untuk digunakan dalam pengembangan pertanian, khususnya tanaman pangan,

Ultisol memiliki kendala sifat kimia dan sifat fisika tanah. Pada umumnya Ultisol

memiliki kemasaman yang relatif tinggi (rata-rata pH < 4,5), kejenuhan Al tinggi yang

dapat mencapai >60% (Ohta et al., 1993), miskin kandungan hara makro terutama K,

Ca dan Mg, karena pencucian yang intensif (Ermadani dan Muzar, 2011), ketersediaan

unsur P yang rendah karena fiksasi (Hilman et al., 2007), dan kandungan bahan organik

rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi (Prasetyo

dan Suriadikarta, 2006). Kelarutan Al yang tinggi menyebabkan tanaman yang ditanam

pada tanah ultisol berpotensi mengalami keracunan Al (Sudaryono, 2009). Selain itu,

kelarutan Al yang tinggi menyebabkan terjadinya fiksasi P sehingga P tidak tersedia

bagi tanaman (Herviyanti et al., 2012). Fiksasi terhadap unsur P tinggi rata-rata sekitar

56,88% sehingga menyebabkan P-tidak larut juga tinggi yaitu 151-549 mg/kg tanah dan

P-tersedia menjadi rendah hanya sekitar 3,40-19,0 mg/kg P-Olsen serta memiliki kadar

bahan organik menjadi rendah < 2% (Hilman et al., 2007). Disamping sifat kimia,

pemanfaatan ultisol juga dihadapkan pada masalah sifat fisik tanah yang kurang

mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Yulnafatmawita et al. (2014),

melaporkan bahwa ultisol mempunyai kandungan liat yang tinggi (>70%). Tingginya

kandungan liat akan menyebabkan lebih banyak pori mikro dibanding pori makro

sehingga membatasi aerasi tanah dan daya resap air sehingga menyulitkan akar

berkembang untuk mendapatkan oksigen dan unsur hara. (Prasetyo dan Suriadikarta,

2006).

Page 11: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

6

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas

Brawijaya pada bulan September 2019- Mei 2020.

3.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah limbah padat kelapa sawit berupa tandan kosong

(TKKS), tanah masam Ultisol, isolat fungi pelarut fosfat (FPF) asal TKKS, dan

kompos. Tandan kosong kelapa sawit diperileh dari PT. Darma Satya Nusantara, di

Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. FPF

yang digunakan adalah FPF hasil penelitian terdahulu, yaitu Aspergillus oryza dan

Neosartorya fischeri (Ichriani et al., 2017). Kompos diperoleh dari UPT Kompos

Universitas Brawijaya.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Perlakuan yang diuji terdiri atas 2 isolat FPF (Aspergillus oryza dan

Neosartorya fischeri) dan 4 dosis kompos (5, 7,5, 10 dan 15 t/ha), dan 1 perlakuan

control (tanpa FPF tanpa kompos) (Tabel 1). Sembilan perlakuan disusun dalam

Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Dua isolat FPF (Aspergillus oryza dan

Neosartorya fischeri) diinokulasi pada tanah yang telah diberi kompos sesuai perlakuan.

Kepadatan setiap FPF yang diinokulasi adalah 108 conidia/ mL/10 g media tanam.

Tiga biji jagung manis di tanam dalam pot berisi 10 kg tanah (Ultisol lapisan

atas 0-15 cm, kering angin, lolos ayakan 2 mm) sesuai perlakuan. Setiap pot diberi

pupuk dasar 100kg N/ha dan 50kg K2O/ha. Pengamatan meliputi (1) tinggi tanaman

diukur setiap minggu mulai 7 hari setelah tanam, dan (2) komponen panen (saat panen

masak susu umur 80 hari) yang meliputi (a) berat basah dan berat kering tajuk dan akar

tanaman jagung, (b) berat basah dan berat kering tongkol jagung dengan dan tanpa

kelobot, (c) kandungan P total dalam tajuk (semua bagian di atas tanah) dan biji, dan (d)

kandungan P tersedia dalam tanah. Analisis kandungan P dalam tanah dan tanaman

jagung dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya dengan metode standar yang berlaku di labpratorium tertsebut. Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam diikuti oleh uji BNT 5%.

Page 12: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

7

Tabel 1. Perlakuan

No Kode Deskripsi1 F1K1 FPF1 (Aspergillus oryza) + 5 t kompos/ha)2 F1K2 FPF1 (Aspergillus oryza) + 7,5 t kompos/ha)3 F1K3 FPF1 (Aspergillus oryza) + 10 t kompos/ha)4 FIK4 FPF1 (Aspergillus oryza) + 15 t kompos/ha)5 F2K1 FPF2 (Neosartorya fischeri) + 5 t kompos/ha)6 F2K2 FPF2 (Neosartorya fischeri) + 7,5 t kompos/ha)7 F2K3 FPF2 (Neosartorya fischeri) + 10 t kompos/ha)8 F2K4 FPF2 (Neosartorya fischeri) + 15 t kompos/ha)9 Kontrol Tanpa FPF dan tanpa kompos

3.4. Target Luaran

Target luaran hasil penelitian ini adalah (1) teknologi sederhana tentang

penggunaan fungi pelarut fosfat asal tandan kosong kelapa sawit dan kompos untuk

meningkatkan ketersediaan unsur P pada tanah masam Ultisol guna meningkatkan

produksi tanaman jagung, dan (2) artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional.

Page 13: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

8

BAB IV. BIAYA PENELITIAN

Biaya yang diajukan untuk penelitian adalah Rp. 18.900.000,- (delapan belas juta

Sembilan ratus ribu), dengan rincian sebagai berikut:

No Penggunaan Vol Satuan Biaya Biaya Satuan

(Rp)Total(Rp)

A Bahan habis pakai1 Peremaajan Inokulum fungi pelarut fosfat 1 paket 1,500,000 1,500,0002 Benih jagung manis 2 kg 50,000 100,0003 Pot plastik ukuran 20 kg 30 buah 25,000 750,0004 Label untuk percobaan rumah kaca 1 box 150,000 150,0005 Kertas dan alat tulis 1 paket 100,000 100,0006 Kantong plastik 5 kg 2 box 50,000 100,0007 Management fee rumah kaca 1 paket 750,000 750,0008 Perijinan penggunaan fasilitas lab, dan biaya

susut 1 orang 250,000 250,000

9 Aquades untuk analisis 100 liter 5,000 500,00010 Perawatan pot di rumah kaca 4 bulan 250,000 1,000,00011 Tenaga kerja pembantu tanam & panen 1 kegiatan 300,000 300,000

Jumlah (A) 5,500,000

B Biaya Analisis -1 Analisis dasar Tanah, dan kompos (N,P,.K,

C)2 paket 450,000 900,000

2 Analisis laboratorium sampel pengamatan 30 sampel 150,000 4,500,0003 Analisis karbohidrat umbi 30 sampel 75,000 2,250,000

Jumlah (B) 7,650,000

C Transportasi dan Akomodasi -1 Pengambilan sampel tanah dari Tenggarong

(1 orang, 3 hari).1 orang,

hari4,000,000 4,000,000

2 Sewa pikup untuk angkut tanah 1 paket 750,000 750,000Jumlah (C) 4,750,000

D Lain-lain -1 Transpor lokal dan analisis data 1 paket 750,000 750,0002 Biaya publikasi dalam jurnal nasional 1 artikel 250,000 250,000

Jumlah (C) 1,000,000JUMLAH BIAYA KESELURUHAN 18,900,000

Page 14: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

9

BAB V. JADWAL PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan bulan bulan September 2019 sampai dengan Mei 2020

dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Bulan th 2019 Bulan th 20209 10 11 12 1 2 3 4 5

1 Pengadaan tanah, bibit jagung manis, inokulum FPF, dan TKKS

2 Karakterisasi tanah, inokulum FPF, TKKS3 Pelaksanaan Penelitian (penelitian di

rumah kaca) 4 Analisis data5 Penulisan Laporan

Page 15: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

10

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, A.S., Abd-Razak, M.H., Hock, L.S., Ahmad, M.N., Abd-Aziz, S., Rahman, N.A.A., Md-Shah, U.K., Hassan, M.A., Sakai, K. and Shirai, Y. 2010. Isolation and characteristion of thermophilic cellulase-producing bacteria from empty fruit bunches-palm oil mill effluent compost. American Journal of Applied Sciences 7 (1): 56-62

Coutinho, F., Yano-Melo, A.M. and Felix, W. 2012. Solubilization of phosphates in vitro by Aspergillus spp. and Penicillium spp. Ecological Engineering 42: 85–89.

Fahrunsyah, Kusuma, Z., Prasetya, B. and Handayanto, E. 2018. Improvement of some chemical properties of an Ultisol of East Kalimantan through application of combined coal fly ash and oil palm empty fruit bunch. Bioscience Research (in press)

Fathimah, S., Idiawati, N., Adhitiyawarman dan Arianie, L. 2014. Penentuan kinetika hidrolis enzimatis dalam pembuatan bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit. Jurnal Kimia Katulistiwa 3 (4) : 46 – 51.

Fitriatin, B.N., Yuniarti, A., Turmuktini, T. and Ruswandi, F.K. 2014. The effect of phosphate solubilizing microbe producing growth regulators on soil phosphate, growth and yield of maize and fertilizer effiency on Ultisol. Eurasian Journal of Soil Science 3 (2): 101-107.

Hasanudin dan B. Gonggo. 2004. Pemanfaatan Mikroba Pelarut Fosfat dan Mikoriza untuk Perbaikan Fosfor Tersedia, Serapan Fosfor Tanah (Ultisol) dan Hasil Jagung. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 6 (1): 8-13

Herviyanti., Ahmad, F., Sofyani, R., Darmawan, Gusnidar dan Saidi, A. 2012. Pengaruh pemberian bahan humat dari ekstraksi batubara muda dan pupuk P terhadap sifat kimia ultisol serta produksi tanaman jagung. Jurnal Solum 9 (1) : 15 – 24.

Hilman, Y., Rahim, A.B., Musa, M.H. and Hashim, A. 2007. Principal component analysis of factors determining phosphate rock dissolution on acid soils. Indonesian Journal of Agriculture Science 8 (1): 10-16.

Ichriani, G.I., Syekhfani, Nuraini, Y. and Handayanto E. 2017. Solubilization of inorganic phosphate solubilizing fungi isolated from oil palm empty fruit bunches of Central KalimantaKn. Bioscience Research 14(3): 705-712

Indriyati, 2008. Potensi Limbah Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Majalah Teknik Lingkungan, Pusat Teknik Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Khairuna, Syafrudin dan Marlina. 2015, Pengaruh Fungi Mikoriza dan Kompos pada Tanaman Kedelai terhadap Sifat Kimia Tanah. Jurnal Floratek 10 : 1-9

Khalil, H.S.P.A., Hanida, S., Kang, C.W. and. Fuaad, N.A.N. 2007. agrohybrid composite: the effect on mechanical and physical properties of oil palm fiber (EFB)/ glass hybrid reinforced polyster composites. Journal of Reinforced Plastic Composite 26 (2): 203-218.

Khan, M.S., Zaidi, A. and Ahmad, E. 2014. Mechanism of Phosphate Solubilization and Physiological Function of Phosphate-Solubilizing Microorganisms in M.S. Khan, Zaidi, A. and P.A. Wani (eds) in Phosphate Solubilizing Microorganisms. Springer International Mohammad, N., Alam, M.Z., Kabbashi, N.A. and Ahsan, A. 2012. Effective composting of oil palm industrial waste by filamentous fungi: a review. Resources, Conservation and Recycling 58: 69-78.

Page 16: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

11

Nion, Y.A., Jemi, R., Chotimah, H.E.N.C. dan Ichriani, G.I. 2013. Biochar Plus dari Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Produksi Pertanian Berkelanjutan. Laporan Akhir Hibah PENPERINAS MP3EI 2013. Universitas Palangka Raya. Palangka Raya.

Odoetok, I.A. 2012. Characterization of ash made from oil palm empty fruit bunch. International Journal of Enviromental Sciences 3 (1): 518 – 524.

Ohta, S., Effendi, S., Tanaka, N. and Miura, S. 1993. Ultisols of lowland dipterocarp forest in East Kalimantan, Indonesia: III. Clay mineral, free oxides, and exchangeable cations. Soil Science and Plant Nutrition 39 (1): 1-12.

Osorio, N.W. and Habte, M. 2014. Soil phosphate desorption induced by a phosphate solubilizing fungus. Communications in Soil Science and Plant Analysis 45(4): 451-460.

Prakoso, H.T., Widiastuti, H., Suharyanto. dan Siswanto. 2014. Eksplorasi dan karakterisasi nakteri aerob ligninolitik serta aplikasinya untuk pengomposan tandan kosong kelapa sawit. Menara Perkebunan 82 (1): 15-24.

Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2): 39-47

Pratama, D., Kartika, dan Khodijah, N.S. 2014. Optimalisasi pertumbuhan dan produksi 1 varietas dan aksesi ubi kayu pada lahan Ultisol dengan penambahan cendawan pelarut fosfat (CPF). Enviagro: Jurnal Pertanian dan Lingkungan 7 (2): 13-22

Simanungkalit, R.D.M. 2001. Aplikasi pupuk hayati dan pupuk kimia: suatu pendekatan terpadu. Buletin Agrobio 4 (2): 56 - 61.

Soil Survey Staff. 2014. Key Soils to Taxonomy. 12nd Edition. United State Departement of Agriculture. Natural Resources Conservatin Service.

Sudadi, H. Widijanto. dan Putri, L.H.E. 2013. Isolasi mikroba asli tanah Andisol Dieng dan kajian potensinya sebagai inokulas pupuk hayati pelarut fosfat. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 10 (2): 81-90.

Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Lingkungan 10 (3): 337-346

Tamad, M. dan Maryanto, J. 2010. Media pembawa alternatif inokulan mikroba pelarut fosfat berbasis limbah pertanian. Jurnal Agrin 14 (2): 167-176

Yulnafatmawita., Detafiano, D., Afner, P. and Adrinal. 2014. Dynamics of physical properties of Ultisol under corn cultivation in wet tropical area. International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology 4 (5): 11-15.

Page 17: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

12

LAMPIRAN

Page 18: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

13

Lampiran 1. Biodata Pengusul

A. Identitas Diri Pengusul

1 Nama Lengkap (dengan gelar) .......................................2 Jenis Kelamin ....................................3 NIM ......................................4 Tempat dan Tanggal Lahir5 E-mail ..........................................6 Nomor Telepon/HP ..........................................7 Alamat Rumah di Malang ..........................................8 Nomor Telepon/Faks ..........................................

B. Riwayat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Nama Sekolah Tahun Masuk Tahun SelesaiSDSMPSMAPerguruan Tinggi

C. Pengalaman Penelitian dalam 3 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian PendanaanSumber* Jml (Juta Rp)

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 3 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian kepada Masyarakat

PendanaanSumber* Jml (Juta Rp)

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 3 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral presentation) dalam 3 Tahun Terakhir

Page 19: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

14

No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

G. Karya Buku dalam 3 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

H. Penghargaan dalam 3 tahun Terakhir(dari pemerintah, asosiasi atau institusi lain)

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

I. Pernyataan Kesesuaian

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Malang, 10 Juli 2019Pengusul

(..................................)NIM.......................................

Page 20: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

15

Lampiran 2. Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri Dosen Pembimbing

1 Nama Lengkap (dengan gelar) ......................................................2 Jabatan Fungsional ......................................................3 NIP/NIK/ Identitas lainnya ......................................................4 NIDN ......................................................5 Tempat dan Tanggal Lahir ......................................................6 E-mail ......................................................7 Nomor Telepon/HP ......................................................8 Alamat Kantor ......................................................9 Nomor Telepon/Faks ......................................................

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3Nama Perguruan TinggiBidang IlmuTahun Masuk-LulusJudul Skripsi/Thesis/DisertasiNama Pembimbing/Promotor

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian PendanaanSumber* Jml (Juta Rp)

12345

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian kepada Masyarakat

PendanaanSumber* Jml (Juta Rp)

12

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Selama 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal1.2.3.4.5.6.7.8.

Page 21: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

16

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal9.10.

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan / Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1.2.3.

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat Penerapan

Respons Masyarakat

J. Penghargaan Yang Pernah Diraih Dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

K. Pernyataan Kesesuaian

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Malang, 10 Juli 2019Dosen Pembimbing

Page 22: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

17

(.......................)

Page 23: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

18

Lampiran 3. Kartu Rencana Studi (KRS) Pengusul

Page 24: DAFTAR ISI · Web view) (Simanungkalit, 2001). Peran mikroba pelarut P diperlukan untuk melepaskan ikatan tersebut. Mikroba ini berperan untuk memineralisasi senyawa P-organik dan

19

Lampiran 4. Kartu Hasil Studi (KHS) Pengusul