daftar isi - sinta.unud.ac.id · 1 ismail solihin, 2006, pengantar bisnis pengenalan praktis dan...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ....................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI TELAH DIUJI..................................iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................ix
HALAMAN SURAT PERTANYAAN KEASLIAN ..................................... xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiii
ABSTRACT ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 8
1.3 Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 9
1.4 Orisinalitas Penelitian .............................................................. 9
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 11
1.5.1 Tujuan umum ............................................................. 12
1.5.2 Tujuan khusus ............................................................ 12
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 13
1.6.1 Manfaat teoritis .......................................................... 13
1.6.2 Manfaat praktis .......................................................... 13
1.7 Landasan Teori ...................................................................... 13
1.8 Metode Penelitian .................................................................. 16
1.8.1 Jenis penelitian........................................................... 16
1.8.2 Jenis pendekatan ........................................................ 17
1.8.3 Sifat penelitian ........................................................... 17
1.8.4Data dansumber data ................................................... 18
1.8.5 Teknik pengumpulan data .......................................... 19
1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian .......................... 19
1.8.7 Pengolahan dan analisa data ....................................... 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN,
WARALABA, DAN KUCH2HOTAHU ...................................... 21
2.1 Perjanjian ............................................................................... 21
2.1.1 Pengertian perjanjian.................................................. 21
2.1.2 Jenis-jenis perjanjian .................................................. 22
2.1.3 Lahirnya perjanjian ................................................... .23
2.1.4 Asas-asas hukum dalam perjanjian ............................. 24
2.1.5 Syarat sahnya perjanjian............................................. 26
2.2 Waralaba ................................................................................ 27
2.2.1 Pengertian waralaba ................................................... 27
2.2.2 Ciri-ciri/ kriteria waralaba .......................................... 29
2.3 Kuch2hotahu .......................................................................... 31
2.3.1 Gambaran umum tentang Kuch2hotahu ...................... 31
2.3.2 Ruang lingkup usaha Kuch2hotahu ............................ 32
BAB III PELAKSANAAN DALAM PERJANJIAN WARALABA
KUCH2HOTAHU DI DENPASAR ............................................ 35
3.1 Pengaturan Perjanjian Waralaba Kuch2hotahu di Denpasar ... 35
3.2 Hak dan Kewajiban Para PihakWaralaba Kuch2hotahu di
Denpasar...................................................................................... 37
3.3 Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Kuch2hotahu di Denpasar . 42
BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA SALAH
SATU PIHAK MELAKUKAN WANPRESTASI ........................ 44
4.1 Pemutusan Sepihak Perjanjian Waralaba oleh Pemberi
Waralaba/ Franchisor ........................................................... 44
4.2 Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian
Waralaba Kuch2hotahu di Denpasar .................................... 47
BAB V PENUTUP .................................................................................. 53
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 53
5.2 Saran..................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 55
DAFTAR NARASUMBER ........................................................................... 59
LAMPIRAN
ABSTRAK
Berbisnis dengan konsep waralaba saat ini dalam berbagai bidang sedang diminati dikalangan masyarakat di Denpasar. Berkembangnya bisnis waralaba tidak terlepas dari wanprestasi yang akan timbul, tidak sedikit penerima warala yang melanggar isi perjanjian. Dengan dilakukannya suatu wanprestasi oleh penerima waralaba, maka dapat menyebabkan terjadinya pemutusan secara sepihak oleh pemberi waralaba.Di dalam perjanjian waralabaKuch2hotahu di Denpasar perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian waralaba dan untuk mengetahui akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris yaitu mengkaji permasalahan, penulis berpedoman pada ketentuan hukum peraturan perUndang-Undangan yang terkait dengan judul serta kemudian dikaitkan dengan fakta atau kejadian nyata yang terjadi dimasyarakat melalui penelitian di lapangan yang mengambil lokasi penelitian langsung di distributor Kuch2hotahu dan dibeberapa waralabaKuch2hotahu di Denpasar.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pelaksanaan perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar, ternyata masih ada pelaksanaan yang kurang dilaksanakan dengan baik oleh pihak penerima waralaba, yaitu masih terdapat penerima waralaba yang menjual produk selain dari produk waralaba Kuch2hotahu.Dengan dilakukannya pelanggaran oleh penerima waralaba dapat menimbulkan akibat hukum yaitu dapat dibatalkannya perjanjian dengan permutusan sepihak.Disarankan kepada pihak penerima untuk mengikuti dan menjalankan usaha waralaba sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati untuk menghindari terjadinya pemutusan sepihak oleh pemberi waralaba.
Kata Kunci: Pelaksanaan, Waralaba, dan Wanprestasi.
ABSTRACT
Doing business with the franchise concept recently, in various fields are in high interest among people in Denpasar. The development of franchise business is inseparable from defaults which could rose, not few franchise recipients who violate the agreement. By doing a default by the recipient a franchisee , it can be caused termination unilaterally by the franchisor. In the franchise agreement Kuch2hotahu in Denpasar need to investigate the implementation of the franchise agreement and to determine the legal consequences when one party in default. This research is using an juridical empirical research method which is analyzing the problem, as the principle of the writer is based on the legal rule of legislation related to the title and then relate it with facts or real accounts that happened on the society through field research that took a direct research on the Kuch2hotahu distributor’s locations in Denpasar and several franchises Kuch2hotahu in Denpasar From the results of this research concluded that in the implementation of the franchise agreement Kuch2hotahu in Denpasar, there are still many improper execution carried out by the franchisee, which is, there are still franchisee who sells products other than Kuch2hotahu franchise products. It suggested for the recipient to follow and run the franchise in accordance with an agreed arrangement to avoid unilateral termination by the franchisor. Keywords :Implementation,, Franchise, and Defaults.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang, mulai mengalami peningkatan yang
signifikan khususnya di bidang ekonomi. Termasuk pula didalamnya mengenai bentuk
kerjasama bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin
meningkatnya usaha-usaha asing di Indonesia sebagai dampak era globalisasi tersebut.
Pembangunan di bidang perekonomian merupakan salah satu cara mencapai kesejahteraan untuk
masyarakat, karena seiring pertumbuhan di bidang perekonomian ke arah yang lebih baik maka
akan muncul lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi
permodalan, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena
mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya merupakan salah satu tujuan suatu negara tidak
terkecuali di Indonesia.
Salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat adalah dengan melakukan
wirausaha, karena dengan melakukan wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri dan
dengan wirausaha akan membuka peluang untuk dirinya sendiri dan menarik keuntungan dari
peluang yang diciptakan tersebut. Selain itu wirausaha dapat berguna untuk menciptakan
lapangan kerja bagi orang lain yang berada disekitar usaha tersebut. Wirausahawan pada
umumnya membutuhkan orang-orang dengan berbagai jenis keahlian untuk membantu mereka
agar bisnis yang mereka jalankan tetap menguntungkan dan selalu berkembang. 1 Dengan
demikian seorang wirausahawan dalam pengembangan bisnis pada umumnya adalah sebagai
pemilik ide usaha (proses kreatif) dan menerjemahkan ide-ide usaha tersebut menjadi suatu
kenyataan (proses inovasi) dan sekaligus menunjang perkembangan ekonomi suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tersebut sangat perlu didukung oleh kestabilan dan
kerjasama dari berbagai sektor. Salah satunya ialah sektor hukum yang berfungsi untuk
mengatur, mencegah dan mengawasi terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang bahkan
dapat menimbulkan kerugian bagi Negara. Salah satu contoh kesinergian antara ilmu hukum dan
ilmu ekonomi adalah di bidang perdagangan dan jasa usaha yang sedang berkembang saat ini
salah satunya adalah usaha waralaba (franchise).
Revolusi industri telah memungkinkan barang-barang kebutuhan masyarakat diproduksi
secara masal. Melimpahnya produk-produk kebutuhan masyarakat tentu saja memerlukan
perluasan pasar, dari pasar lokal ke pasar regional dan pasar global. Demi alasan efesiensi, maka
produser tidak menjual barang dan jasa langsung kepada konsumen, tetapi menjualnya melalui
pedagang perantara atau middle man seperti agen, distributor ataupun memberikan lisensi untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa melalui sistem waralaba atau franchise. 2
Waralaba merupakan suatu sistem usaha yang sudah khas atau memiliki ciri mengenai
bisnis di bidang perdagangan atau jasa, berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan,
identitas perusahaan (logo, desain, merek, bahkan termasuk pakaian dan penampilan karyawan
1 Ismail Solihin, 2006, Pengantar Bisnis Pengenalan Praktis Dan Studi Kasus, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, h. 119.
2 Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Kencana Predana Media Group, Jakarta, h.
39.
perusahaan), rencana pemasaran dan bantuan operasional. 3 Sedangkan pengertian waralaba
menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba yang selanjutnya disebut
Peraturan Pemerintah tentang Waralabadalam Pasal 1 ayat (1). “Waralaba adalah hak khusus
yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas
usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”.
Bisnis waralaba merupakan kegiatan usaha penjualan barang secara retail(eceran) kepada
masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat sekali berkembang dan
meliputi berbagai jenis bidang usaha. Bisnis waralabadiperkenalkan pertama kali oleh Isaac
Singer seorang pencipta mesin jahit merek Singer pada tahun 1851 di Amerika Serikat.4
Dalam suatu perjanjian waralaba, yang menjadi subjek hukum adalah pihak franchisor dan
franchisee. Franchisor dapat diartikan sebagai pihak yang memberikan lisensi, baik berupa
paten, merek perdagangan, merek jasa, maupun lainnya kepada franchisee. Sedangkan
franchisee adalah pihak yang menerima lisensi dari franchisor. Objek dalam perjanjian waralaba
adalah lisensi, yaitu izin yang diberikan oleh franchisor(pemberi waralaba)kepada
franchisee(penerima waralaba).Waralaba merupakan hak khusus yang diberikan oleh pemberi
waralaba kepada penerima waralaba dengan sejumlah kewajiban atau pembayaran untuk menjual
3Rooseno Hardjowidigdo, 1993, Perspektif Pengaturan Perjanjian Franchise, Makalah Pertemuan Ilmiah
Tentang Usaha Franchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, Jakarta :BPHN, h. 5.
4 I Made Ela Suprisma Cahaya, I Gusti Ngurah Wairocana, Kadek Sarna, 2016, “Pelaksanaan Peraturan
Wali Kota Denpasar Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Waralaba”,Volume 4 Nomor 2, Februari 2016, h. 2, Kertha Negara (URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara /article/view/19023/12486). Diakses pada tanggal 23 Agustus 2016 jam 19.00.
produk baik barang dan/atau jasa dari pemberi waralaba, sesuai perjanjian waralaba (franchise
agreement).5
Hubungan antara pemberi waralaba dan penerima waralaba merupakan suatu hubungan
timbal balik. Di satu sisi, penerima waralaba memberi bantuan kepada pemberi waralaba dan di
sisi lain penerima waralaba memberi keuntungan/royalti kepada pemberi waralaba sehingga
keduanya saling bekerjasama dalam meningkatkan pemasaran produknya di tengah masyarakat
melalui tata cara yang telah ditentukan oleh pemberi waralaba. Dengan bantuan modal dari
penerima waralaba yang juga ikut menanggung resiko, dan mempunyai dedikasi tinggi, maka
pertumbuhan perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan ringan.6
Adanya suatu perjanjian yang disepakati oleh para pihak, menimbulkan hubungan hukum
bagi para pihak dan perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak.
Seperti pada perjanjian umumnya terdapat kemungkinan pelanggaranyang terjadi dalam
pelaksanaan perjanjian waralaba. Perjanjian waralaba tersebut merupakan salah satu aspek
perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini
dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan
hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain
dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.7
5Ni Luh Putu Wulan Purwanti,I Gede Pasek Eka Wisanjaya 2014, “Tinjauan Yuridis terhadap Klausula
dalam Perjanjian Waralaba yang Dapat Menimbulkan Praktik Monopoli”, Volume 2 Nomor 6, Oktober 2014, h. 2, Kertha Semaya (URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthase maya/article/view/10272/7511). Diakses pada tanggal 23 Agustus 2016 jam 19.30.
6Joseph Mancuso & Donald Boroian, Pedoman Membeli & Mengelola Franchise, Jakarta: PT.Delapratasa, 1995, h. 17.
7 Zhaniza Elrian Angelita, I Made Tjatrayasa, 2015, “Syarat-Syarat Pembentukan Perjanjian Waralaba Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba”, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015, h. 2, Kertha Semaya(URL: http//ojs.unud.ac.id/php.kerthasemaya/article/view/11903). Diakses pada tanggal 24 Agustus 2016 jam 09.00.
Kehadiran bisnis waralaba sebagai suatu sistem bisnis mempunyai karakteristik tersendiri
di dalam kehidupan ekonomi, dapat juga menimbulkan permasalahan di bidang hukum
dikarenakan bisnis waralaba ini didasarkan pada suatu perjanjian yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak, sehingga diperlukan adanya perlindungan hukum yang saling
menguntungkan bagi masing-masing pihak.
Kota Denpasar merupakan kota metropolis dengan pusat daerah perdagangan didalamnya
dan menjadikan Denpasar sebagai tempat perbelanjaan dan ekonomi yang sangat pesat. Sehingga
kota Denpasar dikatakan sebagai lokasibisnis waralaba yang sangat strategis. Tingginya aktifitas
masyarakat kota yang hampir terjadi 24 jam menyebabkan tingginya kebutuhan hidup
masyarakat dan dapat mempengaruhi pola belanja dan berkembangnya bisnis waralaba. Saat ini
berbisnis dengan konsep waralaba dalam berbagai bidang sedang diminati dikalangan
masyarakat di Denpasar karena selain dilihat dari segi keuntungan, juga berbagai banyak
kemudahan berbisnis yang tawarkan oleh pihak franchisor kepada pihak
franchisee.8Berkembangnya bisnis waralaba tidak terlepas dari wanprestasi yang akan timbul,
tidak sedikit franchisee yang melanggar isi perjanjian. Salah satu contohnya ialah usaha
waralaba yang bergerak dibidang kuliner yaitu usaha kuliner tahu crispy yang dikenal dengan
nama Kuch2hotahu. Waralaba Kuch2hotahu di Denpasar terdapat 9 waralaba yang tersebar di
daerah Monang-Maning, Panjer, Sidakarya, Sudirman, Ahmad Yani, dan Diponegoro. Dari 9
waralaba tersebut, 2 waralaba terbukti melakukan pelanggaran perjanjian.
Wanprestasi dari pihak penerima waralaba dapat berupa:melakukan hal-hal yang dilarang
oleh franchisor biasanya tercantum dalam perjanjian waralaba seperti tidak mengikuti standard
8 Ida Ayu Trisnadewi, Made Mahartayasa, 2014, “Kedudukanp Hukum Para Pihak dalam Perjanjian
Waralaba yang Berlaku di Indonesia”, Volume 2 Nomor 1, Februari 2014, h. 1, Kertha Semaya (URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/8p262). Diakses pada tanggal 24 Agustus 2016 jam 10.00.
kualitas produk (harga jual), menjual produk lain diluar dari produk waralaba Kuch2hotahu,
melakukan pelayananyang tidak sesuai dengan ketentuan di dalam perjanjian,tidak
mengembalikan hak atas kekayaan intelektual yang selanjutnya disebut HAKI setelah habis masa
berlakunya perjanjian sehingga penerima waralaba (franchisee) dapat menjadi saingan produk.
Sedangkan wanprestasi yang dapat dilakukan oleh pemberi waralaba dapat berupa: tidak
memberikan fasilitas yang dapat memungkinkan sistem waralaba berjalan lancar, tidak
melakukan pembinaan terhadap penerima waralaba, tidak membantu penerima waralaba dalam
melaksanakan usaha waralabanya.
Bentuk perlindungan atau sarana perlindungan hukum bagi para pihak dalam bisnis
waralaba tidak diatur secara mengkhusus dalam satu peraturan perundangan, melainkan
umumnya ditentukan dalam perjanjian waralaba yang merupakan perjanjian baku yang dibuat
franchisor yang telah disepakati oleh franchisee dan dilakukan sesuai dengan kesepakatan para
pihak dalam perjanjian waralaba (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
selanjutnya disebut dengan KUH Perdata). Apabila Pasal 1320 KUH Perdata tersebut telah
dipenuhi, maka kekuatan dari perjanjian tersebut adalah wajib diberlakukan seperti undang-
undang (memiliki kekuatan memaksa), serta harus dijalankan berdasarkan dengan itikad baik
(Pasal 1338 KUH Perdata).9
Oleh karena di dalam perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar masih perlu
ditanyakan kekuatan hukumnya,pelaksanaan di dalam perjanjiannya, serta akibat hukum dari
9 Anak Agung Deby Wulandari, Ida Bagus Putra Atmadja, A.A Sri Indrawati, 2013, “Perlindungan Hukum
Bagi Franchise Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Bisnis Franchise” , Volume1 Nomor1, Maret 2013,hal. 3, Kertha Desa (URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthadesa /article/view/5022). Diakses pada tanggal 24 Agustus 2016 jam 11.30.
wanprestasi yang terjadi, dan juga penyebab terjadinya pemutusan sepihak, maka hal ini perlu
diteliti lebih lanjut untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada, dan untuk
mengetahuiupaya penyelesaiannya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dipilih dan diangkat permasalahan tersebut
kedalam bentuk skripsi dengan judul: PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA
(FRANCHISE) KUCH2HOTAHU DI DENPASAR.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang diatas, maka ada beberapa hal yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yakni:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar?
2. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul apabila salah satu pihak
melakukanwanprestasidalam perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah menggambarkan luasnya cakupan lingkungan masalah yang dikaji
dan pada umumnya digunakan untuk membatasi pembahasan yaitu hanya sebatas pada
permasalahan yang sudah ditetapkan, jadi bukanlah merupakan suatu keseluruhan unit. Melalui
perumusan ruang lingkup dapat diketahui variable yang akan diteliti maupun yang tidak diteliti.
Dalam membahas permasalahan diatas, maka penulis perlu adanya batasan-batasan tertentu
dalam pengertian maupun menyampaikan dari membahas permasalahan agar tidak menyimpang
dan yang akan menjadi persoalan dapat diuraikan secara sistematis. Adapun ruang lingkup
masalah dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut :
1. Permasalahan pertama bagaimana pelaksanaan dalam perjanjian waralaba Kuch2hotahu
di Denpasar.
2. Permasalahan kedua bagaimana akibat hukum yang timbul apabila salah satu pihak
melakukan wanprestasi dalam perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini menyatakan bahwa tulisan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian
Waralaba (Franchise) Kuch2hotahu di Denpasar adalah sepenuhnya hasil pemikiran sendiri
dengan menggunakan 2 (dua) skripsi sejenis sebagai referensi namun pokok bahasannya tidak
sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Berikut skripsi penulis lain dengan indicator
pembeda untuk membedakan dengan penelitian yang saya lakukan:
No. Judul Skripsi Nama
Penulis
Rumusan Masalah
1. Perlindungan Hukum bagi
Penerima Waralaba dalam
Kontrak Standar pada
Perjanjian Waralaba di
PT. Baba Rafi Indonesia
Aulia Pritania
Fakultas
Hukum
Universitas
Jember
Tahun 2008
1. Bagaimana bentuk
perjanjian waralaba
di PT. Baba Rafi
Indonesia?
2. Bagaimana metode
penyelesaian
sengketa antara para
pihak dalam
perjanjian waralaba?
2. Tinjauan Konsep Bisnis
Waralaba (Franchise)
Berdasarkan Ketentuan
Hukum Islam
Muhammad
Yusuf
Fakultas
Hukum
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Tahun 2009
1. Bagaimana Konsep
Bisnis Waralaba
(franchise) Ditinjau
Dari Prespektif
Hukum Islam?
2. Bagaimana Konsep
Hukum Islam
Menghadapi Laju
Dinamika Transaksi
Bisnis Modern?
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam suatu penulisan yang bersifat ilmiah biasanya mempunyai suatu tujuan tertentu,
demikian pula dalam penulisan skripsi ini juga mempunyai tujuan yaitu:
1.5.1 Tujuan Umum
Setiap penulis karya ilmiah/ skripsi memiliki tujuan ataupun maksud tertentu. Adapun
yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan hukum yang terjalin antara franchisee dan
franchisor.
2. Untuk mengetahui secara umum perlindungan hukum terhadap franchisee dan
franchisor.
3. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum bisnis
waralaba, serta hukum perjanjian.
4. Untuk melatih diri menyelesaikan permasalahan-permasalahan di bidang hukum
di masyarakat.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian waralaba Kuch2hotahu di
Denpasar.
2. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum yang timbul apabila salah satu pihak
melakukan wanprestasi dalam perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
informasi terhadap suatu masalah hukum khususnya dalam perlindungan hukum terhadap para
pihak dalam perjanjian waralaba Kuch2hotahu di Denpasar.
1.6.2 Manfaat Praktis
Penulisan skripsi ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya
para pengguna jasa waralaba Kuch2hotahu di Denpasar.
1.7 Landasan Teori
Dalam setiap penelitian haruslah disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, dikarenakan
terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat antara teori pengumpulan data, analisa dan
pengolahan data, serta kontruksi data. Dalam ilmu hukum dikenal sumber-sumber hukum. Algra
membagi sumber hukum menjadi sumber hukum materiil dan formil. Sumber hukum ini yang
menjadi faktor yang membantu terbentuknya suatu hukum. Dalam sumber hukum formil
diketemukan tempat atau dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum.
Salah satu bentuk hukum materiil adalah perjanjian. Dalam merumuskan sebuah
perjanjian, tidak terlepas dengan teori perjanjian sebagaimana yang telah diatur dalam KUH
Perdata. Perjanjian secara umum tunduk kepada ketentuan Buku Ketiga KUH Perdata mengenai
perikatan. Dalam pasal 1313 KUH Perdata dirumuskan bahwa perjanjian merupakan suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Definisi perjanjian menurut KUH Perdata ini dirasa kurang tepat dan tidak jelas karena istilah
perbuatan yang disebutkan tersebut terlalu luas pengertiannya, maka lebih tepat apabila
disebutkan sebagai perbuatan hukum sehingga muncul akibat hukum di dalamnya. Selain itu
pula perbuatan saling mengikatkan diri lebih tepat daripada mengikatkan diri yang seolah-olah
merupakan perbuatan sepihak. Dalam hukum perjanjian, perjanjian waralaba merupakan
perjanjian khusus atau sering disebut dengan perjanjian tidak bernama, karena tidak dijumpai di
dalam KUH Perdata. Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena di dalam KUH Perdata
ditemui pasal yang mengatakan adanya kebebasan berkontrak, yaitu pasal 1319 dan 1338 KUH
Perdata. 10
Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan atas hukum, tidak terlepas dari teori
perlindungan hukum sebagimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, yang berlaku dan mengatur seluruh rakyat Indonesia, yakni sebagaimana yang diatur
di dalam ketentuan Pasal 28D ayat (1); Pasal 28G ayat (1); dan Pasal 28I ayat (4) UUD 1945
mengatur bahwa setiap orang berhak atas perlindungan yang merupaka tanggung jawab Negara.
Dalam hukum perjanjian dikenal salah satu asas yaitu asas kebebasan berkontrak yang
terkandung di dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata . Asas ini mendukung terbentuknya
perjanjian bisnis waralaba yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
10Lindawaty S. Sewu, 2004, Franchise Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi,
CV. Utomo, Bandung, h. 30.
Menurut Gunawan Widjaja, waralaba memiliki dua bentuk waralaba berdasarkan hak yang
diberikan pemberi waralaba dan bentuk-bentuk tersebut adalah:
1. Waralaba dalam bentuk Lisensi, Merek Dagang atau Produk ; dan
2. Waralaba Format Bisnis
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan
merek tersebut, baik untuk seluruh maupun sebagian jenis barang dan/jasa yang didaftarkan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Waralaba yang disebutkan pertama hanya melibatkan penggunaan lisensi, merek dagang
atau produk, sedangkan dalam waralaba format bisnis selain memberi hak atas penggunaan &
HAKI, pemberi waralaba juga memberikan paket usaha atau konsep bisnisnya secara
menyeluruh, antara lain menyangkut pasukan bahan baku, pemasaran, standarisasi sistem
operasional, dan manajemen. Sampai pada derajat tertentu sistem waralaba tidak berbeda dengan
lisensi dalam hal transformasi hak kekayaan intelektual. 11
Bentuk perlindungan atau sarana perlindungan hukum bagi para pihak dalam bisnis
waralaba tidak diatur secara mengkhusus dalam satu peraturan perundangan, melainkan
umumnya ditentukan dalam perjanjian waralaba yang merupakan perjanjian baku yang dibuat
franchisor yang telah disepakati oleh franchisee dan dilakukan sesuai dengan kesepakatan para
pihak dalam perjanjian waralaba (Pasal 1320 KUH Perdata). Apabila Pasal 1320 KUH Perdata
tersebut telah dipenuhi, maka kekuatan dari perjanjian tersebut adalah wajib diberlakukan seperti
undang-undang (memiliki kekuatan memaksa), serta harus dijalankan dengan itikad baik (Pasal
1338 KUH Perdata).
11 W. S. Baros, 1999, Aspek Hukum Waralaba, Raja Grafindo Persada, Sumatera Utara, h. 5.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan
sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran yang akurat.12Jenis penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah jenis penelitianyuridis empiris yaitu dalam mengkaji permasalahan
tersebut, penulis berpedoman pada ketentuan hukum atau peraturan perUndang-Undangan yang
terkait dengan judul serta kemudian dikaitkan dengan fakta atau kejadian nyata yang terjadi di
suatu masyarakat melalui penelitian dilapangan yang mengambil lokasi penelitian langsung di
Distributor Kuch2hotahu di Monang-Maning Denpasar& di beberapa franchisee
Kuch2hotahu di Denpasar. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya didapat dari
mengadakan wawancara, studi kepustakaan dianalisa secara kualitatif untuk memperoleh
kejelasan atas jawaban permasalahan yang akan diteliti.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan perundang-undangan
(The Statue Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach). Pendekatan peraturan
perundang-undangan (The Statue Approach) yaitu dilakukan dengan mengkaji peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat. Pendekatan fakta (The
12 Mardalis, 2009, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,Cet. ke IX,Bumi Aksara, Jakarta, h. 24.
Fact Approach) yaitu pendekatan masalah yang didasarkan pada fakta-fakta yang terjadi di
lapangan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.
1.8.3 Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum
empiris yang bersifat deskriptif yang bertujuan mengambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu yang berdasarkan pada analisis konsep hukum
yang mengacu pada prinsip atau asas hukum dan doktrin dari pakar hukum.
1.8.4 Data dan Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini sumber data atau bahan hukum yang digunakan adalah:
a) Data Primer, adalah data yang bersumber dari penelitian dilapangan yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan yakni diperoleh secara langsung di
Distributor Kuch2hotahu di Monang-Maning Denpasar& di beberapa franchisee
Kuch2hotahu di Denpasar.
b) Data Sekunder, adalah suatu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber
pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumen dalam bentuk
bahan-bahan hukum yang terdiri dari:
1) Bahan hukum primer yaitu terdiri dari peraturan perUndang-Undangan yang relevan
dengan masalah yang dibahas. Dalam skripsi ini Undang-Undang yang digunakan
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba & Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
2) Bahan hukum sekunder yaitu antara lain: makalah-makalah, pendapat pakar hukum,
buku-buku hukum, tulisan ilmiah, artikel, jurnal-jurnal serta tulisan yang diperoleh
melalui internet yang berhubungan dengan waralaba.
3) Bahan hukum tersier yaitu berupa bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) dan
ansiklopedia.
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada kegiatan pengumpulan data. Dalam penyajian
penelitian, kegiatan pengumpulan data menghasilkan data, kemudian data yang terkumpul
dianalisis dan diuraikan. Secara umum kegiatan pengumpulan data terdiri dari observasi,
wawancara dan kuesioner.13 Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri
dari data primer dan data sekunder.
Data Primer diperoleh langsung dari lapangan penelitian dengan wawancara terhadap para
pihak terkait mengenai topik dalam penulisan karya ilmiah ini sehingga diharapkan akan
memperoleh data yang aktual. Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi dengan
bertanya langsung dengan para narasumber yang akan di wawancarai.14
13 Sulistyo-Basuki, 2010, MetodePenelitian, cet. II, Wedatama Widya Sastra, Jakarta, h. 147. 14 Ronny Hanitijo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, cet. VGhalia Indonesia,
Jakarta, h. 57.
Penelitian kepustakaan (Library Research), digunakan untuk menghimpun data sekunder
dari peraturan perUndang-Undangan yang berlaku berkaitan dengan materi penelitian, dokumen-
dokumen serta bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Teknik penentuan sampel penelitian dalam penelitian ini yaitu teknik Non-Probability
Sampling. Teknik Non-Probability Sampling yang dipakai berbentuk Purposive Sampling yang
artinya penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel dipilih atau
ditentukan sendiri oleh orang yang meneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel
didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi criteria dan sifat-sifat atau karakteristik/
kriteria tertentu (pihak yang melanggar) yang merupakan ciri utama dari populasinya. Sehingga
terjadi kejanggalan antara das sollen dan das sein,
1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka
memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Sebelum pengolahan data dilakukan,
terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk
mengetahui validitasnya. Untuk selanjutnya diadakan pengelompokkan terhadap data yang
sejenis untuk kepentingan analisa dan penulisan sedangkan evaluasi dilakukan terhadap data
dengan pendekatan kualitatif, yakni data yang sudah ada dikumpulkan dipilah-pilah dan
dilakukan pengolahannya. Setelah dipilah dan diolah lalu dianalisis secara logis dan sistematis.
Dengan demikian diharapkan penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan kesimpulan yang
bisa dipertanggungjawabkan secara rasional.15
15Ibid, h. 47.