d1215039.docx · web viewsalah satu contoh dari perubahan tersebut terdapat pada stasiun televisi...
TRANSCRIPT
JURNAL
TAYANGAN PROGRAM ACARA “WAKTU INDONESIA BERCANDA”DI NET. TV
(Studi Tentang Humor Cak Lontong di Kalangan MahasiswaUniversitas Sebelas Maret Surakarta)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaProgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
Noor Iman Boerhanuddin Yahya
D1215039
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA
2017
TAYANGAN PROGRAM ACARA “WAKTU INDONESIABERCANDA” DI NET. TV
(Studi Tentang Humor Cak Lontong di Kalangan Mahasiswa UniversitasSebelas Maret Surakarta)
Noor Iman Boerhanuddin YahyaIgn. Agung Satyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2017
Abstract
Waktu Indonesia Bercanda/ WIB is a quiz show program that aired on NET. TV. The quiz uses ineffective interpersonal communication, because the answer of quiz participants is not in line with the questions of the host. Host event WIB is Cak Lontong. Many netizens have criticized the benefits of the event. But WIB Event has a large number of spectators, students are no exception as segment of event WIB. In another phenomenon found there are students of UNS who communicate imitate Cak Lontong style of speech (kelontong-lontongan). From this phenomenon is done research with problem formulation (1) why students often see event WIB? (2) why students when communicating interpersonal become kelontong-lontongan? This research uses media usage theory and satisfaction using media. This research uses qualitative method with phenomenology approach. Data collection using interviewing techniques to 15 students who often see the show and students who often communicate kelontong-lontongan. The results obtained (1) students often see the event WIB (a) motive information, want to see every answer that appears on each episode and want to see different patterns of Cak Lontong different. (b) the motives of interaction and social integration, making the contents of the show a reference to play with friends. (c) the entertainment motive, to gain a sense of soul and aesthetics, and to fill in leisure time. (2) students when communicating interpersonal to grocery (a) cognitive needs, satisfying curiosity and encouragement when communication in the event is applied to everyday communication. (b) Integrative social needs, needs related to the affirmation of contact with friends. Communications when intertwined with chats can melt the atmosphere.
Keywords: Waktu Indonesia Bercanda, Motif Media Usage, Media Usage Needs.
2
Pendahuluan
Dewasa ini, perkembangan program pertelevisian Indonesia semakin
modern. Salah satu contoh dari perubahan tersebut terdapat pada stasiun televisi
NET. NET. merupakan alternatif tontonan hiburan layar kaca. NET. hadir dengan
format dan konten program yang berbeda dengan stasiun TV lain. Program-
program NET. dibedakan berdasarkan kategori, dan salah satu program acara
yang menjadi perhatian adalah pada program acara WIB (Waktu Indonesia
Bercanda).
Program WIB pertama kali tayang pada sabtu, 23 April 2016. Menggandeng
sejumlah komedian top seperti Cak Lontong, Peppy dan Ihsan Nur Akbar.
Program WIB ini berisi acara hiburan komedi yang menampilkan kuis plesetan
dengan kata-kata. Dalam setiap babak kuis TTS, kata misteri, berpacu dalam
emosi WIB yang dibawakan oleh host Cak Lontong mungkin menurutnya untuk
hiburan. Tetapi dengan cara seperti itu dapat pula merusak tatanan bahasa dan
komunikasi yang efektif. Dilihat dari penontonnya sendiri, penonton memiliki
pandangan yang berbeda (seputartelevisi.blogspot.com).
Dalam teori, khalayak dalam menggunakan media pada akhirnya akan
mendapatkan sesuatu berupa manfaat ataupun kepuasan tersendiri. Sejalan dengan
Teori Uses & Gratification yang menyatakan bahwa orang secara aktif mencari
media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan keputusan (hasil)
tertentu. Teori ini menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk
mempelajari dan mengevaluasi berbagai media untuk mencapai tujuan
komunikasi (Richard, 2007).
Salah satu yang mengarahkan seseorang dalam menggunakan media adalah
motif. McQuail (1994) membagi motif penggunaan media oleh individu ke dalam
empat kelompok. Adapun pembagian tersebut adalah: (1) Motif Informasi, (2)
Motif Identitas Pribadi, (3) Motif Integrasi dan Interaksi Sosial, dan (4) Motif
Hiburan.
Kembali ke fenomena yang diteliti bahwa tak jarang acara WIB (Waktu
Indonesia Bercanda) mendapat kritikan dari para penontonnya. Mulai dari
facebook, twitter, dan komentar di youtube. Bahkan selain kritikan yang datang
3
dari luar, dari dalam acara WIB pun kritikan muncul dari peserta kuis. Bedu
peserta kuis yang karena terlalu kesal dengan jawaban kuis Cak Lontong
membeberkan bahwa acara WIB seharusnya memberi manfaat bagi penontonnya,
bukan malah menjerumuskan ke pengetahuan yang salah.
Tetapi, meskipun acara WIB mendapat kritikan dari dalam maupun dari
luar. Acara WIB tetap memiliki banyak penonton. NET. yang mempunyai
jaringan telestial dapat menayangkan program acaranya secara streaming.
Terhitung dari setiap episode, jumlah penonton yang menonton streaming kurang
lebih 500 orang. Muhammad Y. Sandy, produser acara WIB juga membeberkan
bahwa acara WIB memiliki rating yang cukup tinggi. Kemudian dilihat dari
tayangan youtube, acara WIB juga memiliki viewers/penonton yang banyak.
Terhitung dari saat video diupload hingga satu bulan, tercatat kurang lebih
200.000 viewers, kurang lebih 500 orang yang memberikan like.
Segmen dari acara WIB adalah remaja, tidak dipungkiri juga mahasiswa
yang sering menonton acara WIB. Melalui observasi penulis, penulis menemukan
komunikasi mahasiswa yang serupa dengan tanya jawab berupa kuis yang
dilakukan pada tayangan program acara WIB.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bermaksud untuk
memecahkan masalah mengapa mahasiswa sering melihat acara WIB? dan
mengapa mahasiswa berkomunikasi menjadi “kelontong-lontongan” (gaya pengisi
acara WIB di NET. TV, Cak Lontong)?
Tinjauan Pustaka
A. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya,
yg pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yg mendalam (Rogers &
D. Lawrence Kincaid, 1981).
4
Fungsi Komunikasi
Gorden (2005) menjelaskan fungsi komunikasi, antara lain :
1. Fungsi komunikasi sosial, berkaitan dengan konsep diri, aktualisasi
diri, dan kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan di masa
yang akan datang.
2. Fungsi komunikasi ekspresif, berkaitan dengan komunikasi sebagai
instrument untuk menyampaikan perasaan melalui pesan non verbal.
3. Fungsi komunikasi ritual, berkaitan dengan perilaku seseorang yang
bersifat simbolik yang diungkapkan dalam kondisi tertentu.
4. Fungsi komunikasi instrumental, berkaitan dengan kegiatan
menginformasikan, mengajarkan, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, mengubah perilaku dan menggerakkan tindakan untuk
persuasif dan menghibur.
Tujuan Komunikasi
Tujuan Komunikasi adalah membangun/menciptakan pemahaman
atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti
harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu
perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial (Fajar,
2009).
1. Perubahan sikap, seorang komunikan setelah menerima pesan
kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam
berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan
berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.
2. Perubahan pendapat, pemahaman dalam komunikasi merupakan
kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana
dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang
dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-
beda bagi komunikan.
3. Perubahan perilaku, komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku
maupun tindakan seseorang.
5
4. Perubahan sosial, membangun dan memelihara ikatan hubungan
dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang makin baik.
Dalam proses komunikasi efektif secara tidak sengaja meningkatkan
kadar hubungan interpersonal.
Hambatan Komunikasi
Dalam Effendy (2003), hambatan komunikasi diantaranya:
1. Gangguan, terbagi menjadi dua yaitu:
- Mekanik, gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik
- Semantik, bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak, melalui penggunaan bahasa.
2. Kepentingan adalah seseorang akan selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan
3. Motivasi terpendam akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang
benar sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya
4. Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka bersikap
curiga dan menentang komunikator yang hendak melakukan
komunikasi.
B. Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-
pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-
alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara,
2011).
McQuail (1994) membagi fungsi media massa menjadi lima, antara
lain :
a. Informasi
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam
masyarakat dan dunia menunjukkan, hubungan kekuasaan,
Memudahkan inovasi adaptasi dan kemajuan.
b. Korelasi
6
Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan
informasi, menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan,
melakukan sosialisasi, mengkoordinasikan ngbeberapa kegiatan,
membentuk kesepakatan, menentukan urutan prioritas dan
memberikan status relaif.
c. Kesinambungan
Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan
kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru,
meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
d. Hiburan
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi,
meredakan ketegangan sosial.
e. Mobilisasi
Mengkampenyakan tujuan masyarakat dalam bidang politik,
pembangunan, ekonomi, pekerjaan dan agama.
Media Massa Televisi
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara
komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu
televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara
komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang
dengan organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Karena
media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), mata pesan-pesan
yang disampikan melalui komunikai massa media tersebut hanya dapat
didengar dan dilihat sekilas. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar,
tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual)
(Wawan Kuswandi, 1996).
Sedangkan fungsi televisi sendiri mendesain program-program mereka
untuk menghibur. Serta menyampaikan informasi seperti berita, olahraga,
nasional maupun internasional. Tentu saja, sebenarnya, mereka memberikan
hiburan untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin
sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada pengiklan (Devito 1990).
7
C. Teori Penggunaan Media
Teori ini tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media.
Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya. Memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk
mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian
besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs)
dan kepentingan individu (Ardianto, Lukiati dan Siti, 2009).
Banyak riset uses & gratifications memfokuskan pada motif sebagai
variabel independen yang memengaruhi penggunaan media. Orang
menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu dan apakah motif-
motif itu telah terpenuhi oleh media (Kriyantono, 2007).
D. Motif Penggunaan Media
Motif merupakan hal yang abstrak yang senantiasa dikaitkan dengan
perilaku. Motif adalah suatu pengertian yang mencakup penggerak,
keinginan, rangsangan, hasrat, pembangkit tenaga, alasan, dan dorongan
dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Dalam diri
individu ada yang mendasari atau menentukan perilaku individu yang
disebut motif. Motif memberi tujuan dan arah kepada perilaku manusia
(Sunaryo, 2002).
McQuail (1994) membagi motif penggunaan media oleh individu ke
dalam empat kelompok. Adapun pembagian tersebut adalah:
1. Motif Informasi
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.
b. Mencari bimbingan berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal
yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Motif Identitas Pribadi
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
8
b. Menemukan model perilaku.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media.
d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa
memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan diri untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman,
dan masyarakat.
4. Motif Hiburan
a. Melepaskan diri dari permasalahan.
b. Bersantai.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Mengisi waktu.
e. Penyaluran emosi.
f. Membangkitkan gairah seks.
E. Kepuasan Penggunaan Media
Effendy (2011) mengungkapkan kebutuhan individu ditentukan oleh
lingkungan sosial (social environment). Lingkungan sosial tersebut meliputi
ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Mereka
mengkategorisasikan kebutuhan individual (individual’s need) sebagai
berikut:
a. Cognitive needs (Kebutuhan kognitif)
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan,
dan pemahaman melalui lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada
hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan
rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.
b. Affactive needs ( Kebutuhan afektif)
9
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman
yang estetis, menyenangkan, dan emosional.
c. Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hastrat
akan harga diri.
d. Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif)
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia. Hal-hal tersebut berdasarkan hasrat untuk berafiliasi.
e. Escapist needs (Kebutuhan pelepasan)
Kebutuhan yang berkaitan dengan menghindarkan tekanan, ketegangan,
dan hasrat keanekaragaman.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang
dapat diamati. Penelitian deskriptif kualitatif memanfaatkan wawancara sebagai
alat untuk mengetahui sikap, perasaan, pandangan, perilaku individu atau
sekelompok orang (Moleong, 2011). Landasan teoritis penelitian kualitatif
bertumpu pada fenomenologi. Fenomenologi adalah pandangan berpikir yang
menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan
interpretasi-interpretasi dunia. Fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran
yang berhubungan dengan pertanyaan, seperti bagaimana pembagian antara
subjek (ego) dan objek (dunia) muncul dan bagaimana sesuatu hal di dunia
diklasifikasikan. Berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Prastowo, 2012). Kaitannya
pendekatan fenomenologi dengan penelitian ini adalah mahasiswa yang melihat
program acara WIB (Waktu Indonesia Bercanda) memiliki pandangan-pandangan
yang berbeda terhadap acara yang sering ditontonya.
10
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data.
Responden yang dijadikan sampel adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang sering melihat acara WIB dan mahasiswa yang berkomunikasi
seperti layaknya dalam acara WIB.
Sajian dan Analisis Data
A. Pendapat tentang acara WIB
Acara WIB tidak jarang mendapatkan respon negatif dari para
pemirsanya, beberapa mengeluhkan tentang manfaat dari acara WIB ini.
Berikut contoh keluhan negatif dari para netizen.
a. Kritikan yang dilakukan oleh Dewi Listiany (02/03/17) melalui
account facebooknya langsung dikirimkan kepada NET Mediatama
Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa,
“Acara WIB sama sekali tidak lucu dan tidak mendidik, tolong
cari acara lain yang lebih mendidik dan tidak membosankan”.
b. Kritikan yang dilakukan oleh Faienzo Ibram Adyzha (3/6/2016)
melalui account twitternya langsung dikirimkan dan ditandai kepada
netmediatama pula. Ia mengungkapkan bahwa,
“Acara WIB tidak etis dan tidak mendidik, harap diganti dengan
acara hiburan yang lain”.
c. Kritikan yang dilakukan oleh peserta kuis Bedu. Bedu peserta kuis
yang karena terlalu kesal dengan jawaban kuis Cak Lontong
membeberkan bahwa acara WIB seharusnya memberi manfaat bagi
penontonnya, bukan malah menjerumuskan ke pengetahuan yang
salah.
“Ini kita ditonton oleh jutaan masyarakat Indonesia, gunakan
kalimat yang baik dan benar, struktur bahasa yang jelas. Agar
acara ini memberikan manfaat bukan hanya di WIB, WIT,
WITA semua tahu, tanggung jawab pak”. Ujar Bedu kepada Cak
Lontong.
11
Meskipun banyak yang menyatakan hal negatif tentang acara WIB, tetapi
dalam wawancara peneliti terhadap informan yang sering melihat acara WIB.
Informan mengatakan bahwa acara WIB adalah acara yang lucu, menghibur,
kreatif dan menarik. Jika dikaitkan dengan teori McQuail (1994) tentang fungsi
media massa sebagai sarana hiburan memang tepat. Karena menurut para
informan, acara WIB adalah acara yang lucu, menghibur, kreatif dan menarik.
B. Motif Penggunaan Media
a. Motif Informasi
Informan Agung dan informan Bagus memberikan jawabannya
terkait alasan sering melihat acara WIB dikarenakan motif informasi
memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum dalam McQuail (1994).
Agung menjelaskan bahwa selain fans dengan Cak Lontong,
Agung ini juga belajar bagaimana pola-pola logika Cak Lontong yang
baru. Menurutnya logika Cak Lontong selalu berkembang di setiap
acaranya, sehingga menjadi penasaran dengan setiap pola-pola baru
yang digunakan Cak Lontong untuk bercandaan. Maka Agung sering
melihat acara yang terdapat Cak Lontong termasuk acara WIB.
Sedangkan Bagus memberikan alasan mengapa sering melihat
acara WIB bukan disebabkan ingin mencari tahu pola-pola bercandaan
seperti yang dikemukakan oleh Agung, tetapi ingin mengetahui
jawaban pada setiap kuisnya. Dalam hal ini, Bagus ingin mengetahui
kemunculan jawaban yang berbeda pada setiap episodenya. Karena
jawaban yang berada dalam kuis selalu unik dan tidak masuk akal.
b. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Informan Zuchri menjawab terkait sering melihat acara WIB
dikarenakan motif integrasi dan interaksi sosial tentang menemukan
bahan percakapan dan interaksi sosial dalam McQuail (1994).
Zuchri menjelaskan bahwa menjadikan acara WIB sebagai
referensi komunikasi bercandaan dengan teman, meme juga referensi
tetapi meme hanya kalimat-kalimat absurd dan bukan percakapan,
12
lebih banyak juga dapat dari teman yang saya ajak berkomunikasi
bercandaan.
c. Motif Hiburan
Motif hiburan yang sesuai dengan jawaban informan terkait
alasan seringnya melihat acara WIB dikarenakan motif hiburan
tentang memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis serta tentang mengisi
waktu dalam McQuail (1994).
Motif yang ditunjukkan oleh informan Daru, Agung dan Ria
yang juga mengungkapkan motif hiburan memperoleh kenikmatan
jiwa dan estetis. Informan ingin melihat kelucuan dari host Cak
Lontong dalam membawakan acara, ingin melihat jawaban kuis yang
muncul secara melenceng, dan ingin melihat aksi marah peserta kuis
setelah jawaban yang muncul tidak masuk logika orang normal.
Informan lain juga berpegang pada teori McQuail (1994) untuk
motif hiburan mengisi waktu. Antara lain Ostra, Annasya, dan Noel.
Informan memiliki alasan penyebab dirinya sering melihat acara WIB
terdapat pada situasi jam penayangannya dan kondisi dimana stasiun
televisi yang lain sedang tidak menayangkan acara dengan konten
yang menghibur pula, ketika sedang jam-jam bosan dan ingin
merefresh pikiran. Informan memengatakan bahwa jam tayangnya
sesuai dengan aktifitas mahasiswa. Disaat bosan ataupun seusai
mengerjakan tugas dan ingin merefresh pikiran.
C. Kepuasan Mahasiswa yang Berkomunikasi Kelontong-Lontongan
Mahasiswa yang berkomunikasi kelontong-lontongan(menirukan gaya
bicara Cak Lontong) termasuk dalam kepuasan penggunaan media dalam
Effendy (2011). Informan mengungkapkan kepuasan tentang kebutuhan
kognitif dan kebutuhan sosial secara integratif.
Informan mengungkapkan kepuasan penggunaan media karena
kebutuhan kognitif dalam Effendy (2011) tentang peneguhan informasi,
pengetahuan, dan pemahaman melalui lingkungan. Dalam kaitannya mereka
13
puas atau butuh media acara WIB tersebut untuk menirukan melakukan
komunikasi kelontong-lontongan.
Kemudian kebutuhan sosial secara integratif dalam Effendy (2011)
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia. Dalam kaitannya dengan penelitian dilapangan bahwa
mahasiswa melakukan komunikasi kelontong-lontongan supaya mencairkan
suasana, menambah topic pembicaraan dengan cara menyisipkan
komunikasi bercandaan sehingga dapat meneguhkan kontak dengan lawan
bicara.
Meskipun jika dikaitkan dengan teori komunikasi, memang
kelontong-lontongan ini adalah hambatan komunikasi yang dilakukan
komunikan secara disengaja. Menurut Effendy (2003) gangguan semantik,
bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak,
melalui penggunaan bahasa. Dan kelontong-lontongan termasuk dalam
gangguan semantic, komunikan melakukan gangguan semantic secara
sengaja karena untuk tujuan komunikasi. Menurut Fajar (2009) tujuan
komunikasi salah satunya adalah perubahan sikap, seorang komunikan
setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun
negatif. Dalam melakukan komunikasi kelontong-lontongan, komunikator
menginginkan perubahan sikap negatif dari komunikannya untuk tujuan
bercanda.
Tetapi dengan begitu menurut Fajar pula tujuan komunikasi untuk
pemahaman dalam komunikasi, merupakan kemampuan memahami pesan
secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah
memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat
yang berbeda-beda bagi komunikasi. Dari mahasiswa yang kelontong-
lontongan dimaksudkan untuk mencairkan suasana dalam berkomunikasi.
Kesimpulan
A. Alasan atau motif mahasiswa sering melihat tayangan program acara WIB
di NET. TV dikaitkan dengan motif penggunaan media dari McQuail
(1994), adalah sebagai berikut:
14
a. Motif informasi, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, yaitu
selalu penasaran dengan jawaban kuis yang muncul secara tidak
masuk logika, dan ingin melihat pola-pola plesetan baru dalam
komunikasi yang dilakukan host acara WIB Cak Lontong.
b. Motif interaksi dan integrasi sosial, menemukan bahan percakapan
dan interaksi sosial, yaitu menjadikan isi komunikasi yang dibawakan
pada acara WIB untuk bahan atau referensi bercandaan yang akan
diterapkan saat berkomunikasi dengan temannya.
c. Motif hiburan,
- Untuk memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, acara WIB dari
gaya bicara Cak Lontong, jawaban yang muncul, dan aksi protes
peserta kuis membuat mahasiswa yang menonton menjadi
senang dengan tertawa.
- Untuk mengisi waktu luang, acara WIB adalah acara yang tepat
jam tayangnya disaat acara pada stasiun televisi lain dianggap
berat sehingga mahasiswa sering melihat acara WIB tersebut.
B. Alasan mahasiswa berkomunikasi menjadi “kelontong-lontongan”(gaya
pengisi acara WIB di NET. TV, Cak Lontong) dikaitkan dengan kepuasan
menggunakan media Effendy (2011), adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan kognitif
Mahasiswa berkebutuhan menonton acara WIB untuk memuaskan
rasa penasaran dan dorongan untuk memahami dan menguasai
lingkungan dengan cara berkomunikasi seperti layaknya acara yang
ditonton.
b. Kebutuhan sosial secara integratif
Mahasiswa melakukan komunikasi kelontong-lontongan bertujuan
supaya mencairkan suasana dalam berkomunikasi dikesehariannya
dan menambah topic pembicaraan dengan cara menyisipkan
15
komunikasi bercandaan agar dapat meneguhkan kontak dengan
temannya.
Saran
Sebagai mahasiswa seharusnya bisa memilih tayangan program acara yang
lebih bermanfaat. Kemudian untuk mahasiswa yang berkomunikasi kelontong-
lontongan harus mengetahui dan mengontrol kapan dan saat yang tepat dilakukan
komunikasi bercandaan tersebut. Sebab bila salah penempatannya dapat berakibat
lawan bicara menjadi marah dan komunikasi tidak berjalan efektif sebab
kelontong-lontongan termasuk hambatan semantic dalam komunikasi, meskipun
dilakukan dengan sengaja untuk tujuan bercandaan.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2009. Komunikasi Massa
Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatana Media.
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Devito, J. A. 1990. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima Professioal Book.
Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek. Bandung:
Rosda.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Graham
Ilmu.
Gorden, I, William. 2005. Communication: Personal and Public 3rd ed. New
Jersey: Prentice Hall, inc.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rhineka Cipta.
16
McQuail, Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Diva Press.
Richard. 2007. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Rogers, Everett M., D. Lawrence Kincaid. 1981. Communication Networks:
Toward a New Paradigm for Research. New York: The Free Press.
Kriyantono, R. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Realation, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Moleong, J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC.
Seputar Televisi. Acara Waktu Indonesia Bercanda (WIB) di NET TV. (05/2016). www.seputar-televisi.blogspot.co.id/2016/05/acara-waktu-indonesia-bercanda-wib. Diakses pada 16 April 2017.
Akun Facebook Dewy Listiani. www.facebook.com/Dewy-Listiani . Diakses pada 3 Juni 2017.
Akun Twitter Faienzo Ibram Adyzha. www.twitter.com/@Faienzo-Ibram-Adyzha Diakses pada 3 Juni 2017.
17