bab ii kajian teoritis dan hipotesis …eprints.ung.ac.id/5002/5/2013-1-85201-831409101-bab2...3 b....

19
1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Tenis Meja Menurut sejarahnya tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga atau permainan yang cukup digemari di dunia, disamping olahraga lainnya seperti sepak bola, tenis, atau bulu tangkis. Tenis meja sebetulnya merupakan gabungan permainan olahraga tenis lapangan dan bulu tangkis. Olahraga ini dapat dimainkan oleh dua orang (tunggal) atau empat orang (ganda) yang berlawanan dengan peraturan tertentu (Kusnanto, 2010 : 4). Dan menurut Sotono (2010 : 87) tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua oarng (untuk tunggal) atau dua pasang (untuk ganda) yang berlawanan. Selanjutnya Sutrisno dan Khafadi mengatakan bahwa tenis meja merupakan suatu olahraga yang dimainkan di dalam gedung maupun di luar gedung secara single ataupun double dan menggunakan meja dengan ukuran yang telah ditentukan (2010 : 24). Lebih lanjut Chandra dan Sanoesi (2010 : 57) menjelaskan bahwa tenis meja adalah suatu permainan bola tangkis yang dimainkan di atas meja oleh dua atau empat orang dengan bet dan bola kecil terbuat dari plastik sebagai alatnya. Di tengah-tengah meja dipasang net tegak lurus untuk memisahkan bidang meja. Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010 : 121) tenis meja merupakan permainan pukul memukul bola yang dilakukan di atas meja, melewati net, dengan alat pemukul tertentu pula. Nilai dalam permainan diperoleh dengan cara mematikan pihak lawan dalam mengembalikan bola. Oleh karena itu,

Upload: dangkien

Post on 23-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hakikat Permainan Tenis Meja

Menurut sejarahnya tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga atau

permainan yang cukup digemari di dunia, disamping olahraga lainnya seperti

sepak bola, tenis, atau bulu tangkis. Tenis meja sebetulnya merupakan gabungan

permainan olahraga tenis lapangan dan bulu tangkis. Olahraga ini dapat

dimainkan oleh dua orang (tunggal) atau empat orang (ganda) yang berlawanan

dengan peraturan tertentu (Kusnanto, 2010 : 4). Dan menurut Sotono (2010 : 87)

tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua oarng (untuk

tunggal) atau dua pasang (untuk ganda) yang berlawanan.

Selanjutnya Sutrisno dan Khafadi mengatakan bahwa tenis meja merupakan

suatu olahraga yang dimainkan di dalam gedung maupun di luar gedung secara

single ataupun double dan menggunakan meja dengan ukuran yang telah

ditentukan (2010 : 24). Lebih lanjut Chandra dan Sanoesi (2010 : 57) menjelaskan

bahwa tenis meja adalah suatu permainan bola tangkis yang dimainkan di atas

meja oleh dua atau empat orang dengan bet dan bola kecil terbuat dari plastik

sebagai alatnya. Di tengah-tengah meja dipasang net tegak lurus untuk

memisahkan bidang meja. Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010 : 121) tenis

meja merupakan permainan pukul memukul bola yang dilakukan di atas meja,

melewati net, dengan alat pemukul tertentu pula. Nilai dalam permainan diperoleh

dengan cara mematikan pihak lawan dalam mengembalikan bola. Oleh karena itu,

2

dalam permainan ini ada pukulan bola untuk mematikan (permainan) lawan, ada

pula pukulan mengembalikan bola kepada lawan.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa permainan

tenis meja adalah suatu olahraga yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal)

atau dua pasang (untuk ganda) pemain yang berlawanan, menggunakan meja

untuk memantulkan bola yang dipukul dengan bet dan diawali dengan servis dan

harus mampu menyeberangkan bola serta mengembalikan bola ke daerah lawan

setelah bola itu memantul di daerah permainan sendiri. Angka diperoleh jika bola

tidak dapat dikembalikan, atau bola yang dipukul lawan tidak jatuh di meja kita.

2.1.1.1 Perlengkapan permainan tenis meja

Dalam permainan tenis meja, perlengkapan yang harus tersedia adalah meja,

rangkaian net (tiang penyangga, penjepit dan tali net), bola dan bet.

a. Meja

Permukaan paling atas dari meja harus rata, dikenal sebagai permukaan

main (playing surface), berbentuk segi empat , dengan panjang 2,74 m, lebar

1,525 m, dan harus diletakkan datar setinggi 0,76 m dari lantai serta dicat dengan

warna hijau. terbuat dari bahan (material) yang menghasilkan pantulan merata

yaitu sekitar 0,23m bila sebuah bola standar dijatuhkan ke meja tersebut dari

ketinggian 0,30 m, garis pinggir (side line) dan tengah dicat putih, lebar 0,2 m.

Gambar 1. Meja tenis

(IR Sutono, 2010)

3

b. Net

Rangkaian net (net assembly) terdiri dari jaring (net), gantungan jaring

(suspension), dua buah penjepit ( clamps) dengan batang (cord) di setiap ujungnya

yang dilekatkan tegak-lurus bersama penyangga (post) setinggi 15,25 cm, batas

ukuran tiang luar penyangga berjarak 15,25cm dari luar garis-tepi (side line).

Gambar 2. Rangkaian Net

(IR Sutono, 2010)

c. Bola

Bola harus berbentuk bulat-berongga (spherical), dengan diameter 40 mm,

berat 2,7 gram, terbuat dari bahan celluloid, berwarna putih atau orange, dan

kasat/tidak licin mengkilap.

d. Bet

Bet boleh sembarang ukuran, bentuk atau berat tetapi permukaannya harus

datar (flat) dan kaku.

85 % terbuat dari kayu alam dapat dilapisi dengan bahan perekat yang berserat

seperti fiber carbon, fiber glass atau bahan kertas yang dipadatkan.

Lapisan karet biasa tebal maksimal 2 mm (bet busa karet biasa), lapisan karet

bintik maksimal 4 mm ( bet busa karet bintik).

Gambar 3. Bet

(IR Sutono, 2010)

4

2.1.1.2 Teknik dasar permainan tenis meja

Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010 : 27), “Pada dasarnya, teknik dasar

permainan tenis meja meliputi: a) teknik memegang bet (grip), b) teknik siap

sedia (stance), c) teknik gerakan kaki (footwork) dan d) teknik pukulan (stroke)”

a. Teknik dasar memegang bet (grip).

Kualitas permainan tenis meja dipengaruhi oleh teknik memegang raket atau

bet. Oleh karena itu, setiap pemain tenis meja harus menguasai teknik dasar

memegang raket (bet). modal pertama yang harus dilakukan dalam belajar teknik

dasar tenis meja adalah menguasai cara memegang bet dengan tepat dan benar.

Ada dua cara memegang bet yaitu:.

1) Shakehand Grip

Teknik memegang bet shakehand grip seperti orang melakukan jabat

tangan, teknik ini sangat digemari oleh atlet-atlet tenis meja di negara-negara

eropa, karena bersifat multiguna. Dengan teknik ini, pemain dapat menggunakan

kedua sisi bet sehingga mudah memukul bola, baik secara forehand maupun

backhand (menggunakan dua sisi bet)

Gambar 4. Pegangan shakehand

(Sujarwadi dan Sarjiyanto. 2010)

5

2) Penholder Grip

Teknik memegang bet penholder grip seperti memegang tangkai pena

dikenal pula dengan Asia Grip, walaupun kebanyakan pemain Asia menggunakan

shakehand grip. Pada pegangan ini hanya satu sisi bet yang dapat digunakan.

Gambar 5. Pegangan Penholder

(Sujarwadi dan Sarjiyanto. 2010)

b. Teknik dasar siap sedia (stance).

Stance berarti posisi kaki, badan dan tangan dalam keadaan siap menunggu

bola dan memukul bola. Ada dua bentuk stance utama yang biasa digunakan

dalam permainan tenis meja yakni:

1) Square Stance

Square stance adalah posisi badan menghadap penuh ke meja. Biasanya

posisi ini digunakan untuk menerima servis dari lawan atau siap kembali setelah

mengembalikan pukulan dari lawan. Dengan satu langkah ke samping kiri,

samping kanan, ke depan, ke belakang maupun diagonal, pemain diharapkan

dapat mengembalikan bola dengan baik.

2) Side Stance

Side stance berarti posisi badan menyamping, baik ke samping kiri maupun

ke samping kanan. Pada side stance, jarak antara bahu ke meja atau ke net harus

ada yang lebih dekat. Misalnya untuk pukulan forehand bagi pemain tangan kiri,

bahu kiri harus lebih dekat ke net, begitu pula kaki kirinya harus lebih dekat ke

6

net. Sebaliknya side stance untuk pukulan backhand bagi pemain tangan kanan,

bahu kanan beserta kaki kanannya harus lebih dekat ke net.

c. Teknik dasar gerakan kaki (footwork).

Footwork dalam tenis meja pada garis besarnya dibedakan untuk nomor

tunggal dan nomor ganda. Footwork yang digunakan dalam permainan tunggal

sudah otomatis digunakan dalam permainan ganda. Jika dilihat dari banyaknya

langkah footwork, untuk tunggal dapat dibedakan: satu langkah, dua langkah dan

tiga langkah atau lebih. Arah pergerakannya bisa ke depan, ke belakang, ke

samping kiri, samping kanan atau diagonal.

Penggunaan gerakan kaki disesuaikan dengan jarak yang harus diantisipasi

antara bola yang datang dengan posisi pemain. Jika jaraknya sangat dekat,

mungkin tidak usah melangkahkan kaki atau hanya satu langkah saja. Jika jarak

antara bola yang datang dengan posisi pemain agak jauh, dengan dua langkah

sudah cukup. Akan tetapi, jika jaraknya cukup jauh dari meja, harus dicapai

dengan tiga langkah atau lebih.

d. Teknik dasar pukulan (stroke).

Kusnanto (2010:28) menjelaskan, untuk mempelajari teknik pukulan, kita

harus memperhatikan sifat-sifat pukulan yaitu ; power (kekuatan pukulan), length

(panjang pukulan), dan touch (sentuhan pukulan). Dan berbagai macam gerakan

yang terdiri dari tiga tipe sebagai berikut. 1) short (pendek), 2) medium (sedang)

dan 3) long (Panjang).

7

Selanjutnya Sujarwadi dan Sarjiayanto (2010 : 28) mengemukakan bahwa

dalam permainan tenis meja ada beberapa teknik pukulan dasar. Antara lain

pukulan forehand, backhand, push, drive, block, dan chop. Tiap-tiap pukulan

mempunyai ciri yang berbeda, baik dari segi cara memukul, kegunaan maupun

efek yang ditimbulkan terhadap bola.

Jenis-jenis pukulan menurut Hartomo dan Widyastuti (2010:17) sebagai

berikut :

1) Teknik dasar pukulan forehand

Dalam melakukan pukulan forehand posisi kaki kiri berada di depan dan

kaki kanan di belakang (pegangan bet tangan kanan) atau kaki kanan di depan dan

kaki kiri di belakang (pegangan bet tangan kiri), pandangan ke arah permainan.

Tarik bet ke samping agak ke belakang dengan kepala bet agak menghadap ke

bawah, lengan agak ke bawah dan pergelangan tangan lurus. Waktu memukul,

berat badan pada kaki depan lalu putar pinggang ke depan agak ke samping.

2) Teknik dasar pukulan backhand

Dalam melakukan pukulan backhand posisi kaki kanan di depan dan kaki

kiri di belakang (pegangan bet tangan kanan) atau kaki kiri di depan dan kaki

kanan di belakang (pegangan bet tangan kiri), pandangan ke arah permainan,

badan condong ke depan kedua lutut direndahkan, Tarik bet ke samping agak ke

belakang dengan kepala bet agak menghadap ke bawah, dan pergelangan tangan

lurus. Waktu memukul, berat badan pada kaki depan lalu putar pinggang ke

depan.

8

2.1.2 Hakikat servis

Salah satu teknik dasar yang paling penting dan harus dikuasai oleh pemain

tenis meja adalah cara melakukan sajian pertama atau bola pembuka yang disebut

servis. Dwi S. dan Sujarwadi (2010 :21) menjelaskan pukulan servis adalah

pukulan pertama yang mengawali permainan dan sangat menentukan perolehan

nilai. Hal ini senada dengan pernyataan Sutrisno dan Khafadi, (2010 : 18) bahwa

servis merupakan pukulan yang sangat menentukan sebagai awal perolehan nilai.

Menurut Chandra dan Sanoesi, (2010 : 15) Servis atau penyajian bola pertama

adalah hal yang sangat penting dalam suatu permainan, karena jika servis tidak

masuk, tim (pemain) tidak akan mendapatkan poin atau angka. Sebaliknya,

dengan servis yang baik, pemain berpeluang untuk memenangkan pertandingan.

Selanjutnya dijelaskan oleh Sujarwadi dan Sarjiyanto, (2010 : 122) bahwa servis

adalah teknik memukul bola untuk penyajian bola pertama di dalam permainan

dengan cara memukul bola hingga memantul terlebih dahulu ke meja bidang

permainan sendiri, kemudian bola harus melewati net dan akhirnya memantul di

meja bidang permainan lawan. Dan menurut Kusnanto, (2010 : 21) servis

merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena servis adalah kesempatan

pertama untuk menguasai permainan dan mendapatkan poin. Pukulan pertama

(servis) membutuhkan sikap tertentu bagi pemainnya.

Dari beberapa teori di atas mengenai servis dapat disimpulkan bahwa servis

dalam permainan tenis meja servis merupakan penyajian bola pertama untuk

menguasai permainan yang mengandung suatu pukulan (stroke) atau serangan di

awal permainan untuk memperoleh poin.

9

2.1.2.1 Servis Forehand

Sujarwadi dan Sarjiyanto, (2010 : 122) mengemukakan bahwa pukulan yang

digunakan untuk servis bisa bermacam-macam, tetapi untuk secara umum dapat

dibagi menjadi dua, yaitu dengan pukulan servis forehand di sebut forehand

service dan pukulan servis backhand disebut backhand service.

Juari, Wagino dan Sukiri, (2010 : 81) menjelaskan bahwa service forehand

adalah teknik memukul bola untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan

yang dilakukan dengan posisi tangan dari luar diayun ke dalam.

Selanjutnya,Tomoliyus, (2012 : 13) menjelaskan, servis forehand adalah servis

yang dilakukan dengan bagian depan bet, di sebelah kanan badan bagi seorang

pemain yang memegang bet dengan tangan kanan atau sebelah kiri badan bagi

pemain kidal.

Servis forehand dan cara melakukannya menurut Dwi Sarjianto dan

Sujarwadi, (2010 : 19) pukulan servis forehand dilakukan dengan cara telapak

tangan yang memegang bet (pegangan shakehand) menghadap ke depan. Sikap

kaki kiri melangkah ke depan (bet dipegang dengan tangan kanan) atau sebaliknya

kaki kanan di depan (jika bet dipegang dengan tangan kiri), posisi side stance.

Badan agak condong ke depan, bet ditempatkan di samping depan badan. Bola

diletakkan di telapak tangan dengan jari-jari rapat setinggi dada , lalu

dilambungkan kira-kira 16 cm dari permukaan meja dan saat bola turun dipukul

ke arah meja hingga memantul dan melampaui net.

Kusnanto, (2010 : 23-24) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan servis

forehand yang baik, harus memperhatikan beberapa teknik servis, yaitu : 1)

10

persiapkan diri dengan baik, amati posisi lawan, 2) merubah sudut bet pada waktu

bet menyentuh bola (bagi pemain yang sudah berpengalaman), (3) kombinasikan

servis dengan stroke. Selanjutnya Chandra dan sanoesi, (2010 : 58) menyatakan

bahwa teknik melakukan servis dapat dilakukan dengan cara :

1) Posisi awal badan menyamping meja atau dalam posisi side stance. 2) Bola

diletakkan di atas telapak tangan dan tangan yang lain memegang bet, Bet dan

tangan bebas, di atas meja di belakang garis, selanjutnya bola dilambungkan ke

atas setinggi kira-kira 16 cm dari atas meja. 3) Pukul bola saat turun, dengan

ayunan lengan ke depan dari samping badan. 4) Posisi bet agak tertutup hingga

mengenai bola dan memantul sekali di kedua sisi meja. 5) Posisi akhir

menghadap penuh ke meja atau dalam posisi squard stance.

Adapun cara melakukan teknik dasar servis forehand menurut Jaya dan

Marjuki, (2010:73) sebagai berikut :

A. Teknik dasar servis forehand, cara melakukan adalah sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

a) Berdiri sikap melangkah menghadap agak menyamping meja tenis. b) Badan

condong ke depan.c) Bola diletakkan pada telapak tangan kiri di depan dada.

dan d) Pandangan tertuju ke arah gerakan.

2. Tahap gerakan

a) Tarik bat ke belakang. b) Lambungkan bola ke atas. c) Saat bola turun, pukul

dengan bat dengan cara mengayun bat ke arah bola hingga bagian atas bola.

3. Tahap akhir gerakan

a) Gerakan tangan mengikuti arah gerak bola. b) Pandangan ke arah gerak bola.

11

Karena servis merupakan kesempatan pertama untuk menguasai permainan

dan memegang inisisatif.maka dalam melakukan gerakan servis pemain harus

melakukannya dengan penuh kehati-hatian, mengerahkan segenap kemampuan

dan percaya diri, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kemampuan servis diantaranya sebagai berikut :

1. bola yang tersentuh bet digesek menggunakan kekuatan otot lengan dan bahu,

2. koordinasi mata-tangan harus sejalan dalam penempatan bola ke lawan,

3. kecepatan bola harus berbeda-beda untuk menyulitkan lawan dalam

pengembalian bola,

4. keseimbangan tubuh, kelincahan, daya tahan dan kelenturan.

Dikemukakan oleh Simpson (dalam Windi, 2010 : 3), bahwa teknik servis

ini sangat membutuhkan kelentukan pergelangan tangan.yakni bagian dari tangan

yang sanggup bergerak paling cepat. Dengan pergerakan pergelangan tangan, kita

dapat merubah besar sudut raket waktu raket menyentuh bola.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

2.1.3.1 Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur yang sistematis berupa perencanaan atau pola – pola mengajar secara

tatap muka di dalam kelas untuk mencapai tujuan belajar (Rosdiani, 2012 : 78).

Dikemukakan oleh Joyce (dalam Ahmadi, Amri dan Elisah, 2011:13-14) model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran yang mengarah kepada desain pembelajaran

12

untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya

Rahyubi, (2012 : 251) menyatakan, model pembelajaran merupakan kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Senada dengan

Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2010 : 22) menjelaskan bahwa model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu.

Maufur (2010 : 10) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan

media penghubung interaksi dua sisi yang berbeda (guru dan siswa) untuk dapat

saling memahami, membutuhkan dan memadukan kesepahaman bersama, agar

materi pelajaran terasa menarik untuk di pelajari.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu bentuk atau sistem pembelajaran yang memberikan

kerangka dan arah bagi guru untuk mendesain pembelajaran melalui perencenaan

dalam menggelar aktivitas belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.

2.1.3.2 Hakikat pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model

pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Dasar pembelajaran

ini adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling membimbing atau bekerja

secara berkolaborasi antara teman sekolompok untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat memaksimalkan cara belajar untuk

meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman serta keterampilan secara

13

individu maupun kelompok, karena siswa bekerja dalam satu tim, dalam bentuk

heterogen, siswa termotivasi oleh Pertandingan Permainan Tim yang dilaksanakan

setelah proses pembelajaran dan memperoleh penghargaan dan hadiah.

Trianto (2010 : 56) menjelaskan, dalam pembelajaran kooperatif, siswa

belajar bersama dalam kelompok - kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 6

orang siswa yang sederajat tetapi heterogen untuk mencapai ketuntasan materi

yang disajikan oleh guru, dan saling membantu antara teman sekolompoknya

hingga semua anggota kelompok menguasai materi.

Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2010 : 83) mengemukakan bahwa

model tim games tournament (TGT) atau pertandingan permainan tim dapat

digunakan dalam berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dengan

menggunakan penilaian bersifat terbuka, misalnya esai dan kinerja.

Menurut Muniarsih, Shopian dan Istianingsih, (2010:63) model

pembelajaran tim games tournament (TGT) adalah model pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, seluruh siswa melakukan aktivitas tanpa ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsure permainan. Hal yang sama dikemukakan Maufur, (2010 : 157) bahwa

model pembelajaran tim games tournament (TGT) adalah model pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, seluruh siswa melakukan aktivitas tanpa ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsur permainan serta pengayaan (reinforcement).

Selanjutnya Ahmadi, Amri dan Elisah (2011 : 63) mengemukakan, bahwa

model pembelajaran tim games tournament (TGT) adalah model pembelajaran

14

kooperatif yang mudah diterapkan, seluruh siswa melakukan aktivitas tanpa ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsur permainan. sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan

mudah menyerap pembelajaran. Selain itu, dapat menumbuhkan tanggung jawab,

kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe team games tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim adalah

model pembelajaran yang mudah diterapkan, sistem pembelajaran ini siawa

berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar disamping guru

dan sumber belajar lainnya. Dengan adanya pembelajaran berkelompok, saling

ketergantungan dan saling butuh antara sesama dapat terjalin, sehingga rasa

minder akan sesuatu disaat pelajaran berlangsung akan terkikis. Melalui

pembelajaran kooperatif atau berkelompok mampu menciptakan sebuah suasana

yang penuh kekeluargaan serta menyenangkan karena masing-masing anggota

harus mampu memberikan yang terbaik bagi kelompoknya dengan

mengumpulkan poin untuk menambah skor dalam pertandingan permainan tim

sebagai salah satu motivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran TGT sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga

sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen

meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan akademik, motivasi belajar,

jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.

15

2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan

pelajaran , pemaparan masalah (ceramah), pemberian contoh (demonstrasi).

Tujuannya adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin

tahu siswa.

3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas

kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak

atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau

mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai

materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi

lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota

kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari

materi sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut.

4. Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament

dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain.

Pertandingan individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal

yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki

sebelumnya.

5. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya

dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai

atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk

membentuk skor kelompok.

16

6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik

prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini

dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.

Gagasan utama pada model pembelajaran kooperatif tipe tim games

tournament (TGT) adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan

membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang

disajikan oleh guru, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari

materi yang diberikan untuk memperoleh nilai yang memuaskan serta

penghargaan atau hadiah.

2.1.4 Strategi Model Kooperatif Tipe TGT Dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Servis Forehand Permainan Tenis Meja

Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka perlu

menyusun strategi sesuai dengan prosedur dalam model yang digunakan dalam

pembelajaran. Penjabaran model kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran servis

forehand permainan tenis meja adalah sebagai berikut:

1. Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi tentang teknik dasar servis dalam permainan

tenis meja, yang meliputi teknik memegang bet, posisi siap, dan cara

melakukan servis forehand yang benar melalui ceramah dan demonstrasi.

Siswa memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.

2. Kelompok (team)

Guru membagi siswa dalam 4 kelompok yang anggotanya heterogen

berjumlah 4 orang setiap kelompok, dan menjelaskan fungsi kelompok

17

yakni untuk mendalami materi pembelajaran serta mempersiapkan

kelompok agar dapat bekerja dengan baik pada saat game tournament.

Setiap kelompok diberikan lembaran berisi aspek-aspek yang akan

dipraktikkan. Siswa berkumpul di meja permainan yang sudah disiapkan

dalam kelompok masing-masing dan melakukan latihan servis forehand,

siswa saling membimbing atau mengoreksi satu sama lain di dalam

timnya. Guru mengamati pelaksanaan pembelajaran dan mengoreksi

penyimpangan gerakan teknik dasar servis forehand yang dilakukan siswa.

3. Game (Permainan)

Game terdiri dari pertanyaan atau tes unjuk kerja untuk menguji

kemampuan teknik dasar servis forehand, yang didapat siswa dari

penyajian kelas dan belajar kelompok, pada kegiatan ini siswa tidak

dibolehkan membantu satu dengan lainnya. Aspek-aspek yang dinilai

ditulis pada kartu lengkap dengan skor penilaian individual yang nantinya

digunakan sebagai hasil evaluasi terhadap pembelajaran yang sudah

terlaksana, setiap siswa akan mendapat skor berdasarkan kwalitas gerak

yang ditunjukkan. Dan skor ini yang akan dikumpulkan siswa untuk

tournament.

4. Tournament (Pertandingan)

Tournament yang dilaksanakan adalah kompetisi akademik dalam bentuk

kelompok homogen berdasarkan tingkat kemampuan. Yang mendapat skor

tertinggi, menegah atas, menegah bawah dan terendah pada pelaksanaan

game sebelumnya dari setiap kelompok asal akan dipertemukan pada satu

18

meja tournament,. Dalam kelompok ini siswa akan berkompetisi

menunjukkan kwalitas gerak dari teknik dasar servis forehand untuk

memenangkan kelompok asal.

Pelaksanaan tournament hanya merupakan bagian dari motivasi siswa dan

bukan penilaian hasil belajar. Untuk evaluasi tentang peningkatan teknik dasar

servis forehand permainan tenis meja dilakukan pada penilaian individual saat

game dilaksanakan.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Hingga saat ini PTK tentang penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe team games tournament (TGT) pada pendidikan jasmani belum pernah

dilakukan di Universitas Negeri Gorontalo. Namun peneliti menemukan beberapa

hasil penelitian sebelumnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

lainnya yang relevan dan dapat digunakan sebagai pembanding dalam penilitian

ini antaranya adalah:

1. Hiola Yahya (2012 : 60) penelitian tentang meningkatkan kemampuan

teknik dasar lemparan samping permainan softball melalui strategi

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas Xa SMK Pertanian

Limboto, Kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian dinyatakan bahwa

dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

kemampuan teknik dasar lemparan samping permainan softball meningkat

hingga 9,05 % dari hasil observasi awal 69,1 % menjadi 78,15 %.

2. Hamzah Fengki (2009 : 36) penelitian tentang meningkatkan kemampuan

menggiring bola permainan bola basket melalui model pembelajaran

19

kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII Bg SMP Negeri 2 Telaga,

menyimpulkan peningkatannya rata-rata 17,7 %. dari observasi awal, ke

siklus I sampai siklus II.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa penelitan yang dilaksanakan oleh peneliti

terdapat perbedaan dan persamaan dengan ke tiga PTK di atas. Perbedaannya

adalah pada variabel yang ditingkatkan dan tipe model pembelajaran yang

digunakan, sedangkan persamaanya yaitu penerapan model pembelajaran

kooperatif .

2.3 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe team games tournament (TGT) dalam pembelajaran, maka teknik

dasar servis forehand permainan tenis meja siswa kelas VII SMP Negeri 3 Telaga

Biru Kabupaten Gorontalo dapat meningkat”.

2.4 Indikator Kinerja

Apa bila terjadi peningkatan teknik dasar servis forehand permainan tenis

meja hingga mencapai 85% dari jumlah siswa yang diteliti (yakni 16 orang)

dengan perolehan nilai rata-rata minimal 75,00 atau dengan kategori “baik” maka

penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya dan dianggap selesai.