d1215029.docx · web viewkesehatan juga sebagai investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta...
TRANSCRIPT
JURNAL
PENCARIAN INFORMASI KESEHATAN
OLEH MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
(Studi Perbandingan Masyarakat Desa Bandungrejo, Kabupaten Magelang
Dengan Masyarakat Kelurahan Cacaban, Kota Magelang,
Provinsi Jawa Tengah)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
LUFTHANS ARSTIPENDY
D1215029
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
PENCARIAN INFORMASI KESEHATAN
OLEH MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
(Studi Perbandingan Masyarakat Desa Bandungrejo, Kabupaten Magelang
Dengan Masyarakat Kelurahan Cacaban, Kota Magelang,
Provinsi Jawa Tengah)
Lufthans Arstipendy
Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Health is a basic right of human being that has been ruled by The 1945 Constitution of The Republic of Indonesia. The need of being health is related to the need of health information. The habbit of seeking information between rural and urban society are probably different to each other.
The objective of this research was to figure out the comparison of health information seeking between rural society of Bandungrejo Village of Magelang Regency and urban society of Cacaban Village of Magelang City. Researcher used theory of information seeking that suggested by Wilson, who said that information seeking behavior is the purposive seeking for information as a consequences of a need to satisfy some goal. This was a qualitative research applying focus group discussion (FGD) as a method of data collection. The participant of FGD were active cadres of PKK in both area of research. Based on recommendation of society health center in both location, active cadres of PKK have more knowledge about health information in each area research. It is because they often have interraction concerning health and environment with society there. In Bandungrejo Village, FGD’s participant are 10 persons, and there are 13 persons for Cacaban Village.
The result of study showed that were similar and also different pattern of seeking health information between people live in Bandungrejo and Cacaban. In seeking health information, urban society in Cacaban used more various media than those in Bandungrejo. Nevertheless, there was no serious obstacle found in both societies when they were seeking health information.
Keywords: health information, information seeking behavior
2
Pendahuluan
Pemenuhan hak dasar kesehatan kepada masyarakat yang diberikan oleh
pemerintah adalah upaya pembangunan kesehatan. Hal tersebut merupakan suatu
investasi dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara
lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut United Nations
Development Programme (UNDP) dalam Profil Kesehatan Indonesia 2015
(Kementerian Kesehatan RI, 2016), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu
ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar sebagai
ukuran kualitas hidup, yaitu: (1) umur panjang dan sehat, (2) pengetahuan dan (3)
standar hidup layak. Dari pernyataan UNDP tersebut dapat kita ketahui bahwa
kesehatan merupakan salah satu standar yang penting dalam pembangunan
kualitas sumber daya manusia. Kesehatan juga sebagai investasi untuk
mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan
dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma
sehat.
Pembangunan kesehatan bisa berarti dua hal atau salah satunya, yaitu
pemenuhan sarana prasarana pelayanan kesehatan dan atau pemenuhan kebutuhan
informasi kesehatan kepada masyarakat. Pemenuhan sarana prasarana pelayanan
kesehatan yang baik dan menyeluruh merupakan wujud aktifitas penanganan
penyembuhan penyakit yang diderita khalayak. Sedangkan pemenuhan kebutuhan
informasi kesehatan merupakan peran dalam tindakan pencegahan penyakit
maupun first aid serta untuk penanganan selanjutnya. Untuk itulah, informasi
kesehatan dicari oleh masyarakat sebagai wujud pemenuhan kebutuhan dasar
mereka.
Perilaku pencarian informasi menurut Wilson (2000:1) adalah sebuah
tindakan pencarian informasi yang dilakukan dengan sengaja sebagai akibat dari
adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Ia juga mengungkapkan
bahwa dalam upaya pencarian informasi tersebut, seseorang bisa saja berinteraksi
3
dengan sistem informasi manual (koran atau perpustakaan) maupun sistem yang
berbasis komputer (internet).
Seseorang melakukan pencarian informasi didasari oleh adanya kebutuhan
(Maulana, 2009:232). Kebutuhan tersebut merupakan upaya untuk merubah cara
pandang, yang kemudian dapat merubah sikap dan perilaku. Dalam ‘Piramida
Maslow’ (Maulana, 2009:64), kebutuhan paling dasar manusia adalah semua hal
yang berhubungan dengan fisiologis. Fisiologis tersebut bisa berupa kesehatan
fisik maupun mental. Hal ini dipertegas oleh Azwar (dalam Maulana, 2009:64),
bahwa keadaan seseorang untuk sehat merupakan suatu kebutuhan dasar manusia.
Seseorang akan mencari tahu informasi tentang kesehatan bisa dikarenakan ia
butuh untuk menjaga diri agar tetap sehat atau karena memang ia ingin sembuh
dari suatu penyakit.
Studi yang dilakukan oleh Weaver dalam jurnalnya yang berjudul ‘Health
Information–Seeking Behaviors, Health Indicators, and Health Risks’
(2010:1520), mengatakan bahwa perilaku pencarian informasi kesehatan yang
dilakukan oleh masyarakat Washington barat, Amerika Serikat, kebanyakan motif
mereka adalah untuk mencari tahu tentang penyakit dan cara pengobatannya, serta
tentang pola hidup sehat.
Jurnal berjudul ‘Consumer Use of “Dr Google”: A Survey on Health
Information-Seeking Behaviors and Navigational Needs’ yang ditulis oleh Lee
(2015:1), memberikan paparan bahwa setengah dari populasi para pencari
informasi kesehatan berbasis website yang menderita penyakit kronis,
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan melakukan pencarian informasi
kesehatan melalui internet.
Berdasarkan pengamatan awal di salah satu desa yang berada di
Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, yaitu Desa Bandungrejo, aktifitas
pencarian informasi kesehatan yang dilakukan paling umum oleh kalangan
masyarakat desa tersebut adalah dengan mendatangi pakar kesehatan yang
dianggap berkompeten seperti dokter, mantri, atau bidan desa.
4
Tak jauh berbeda yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Magelang,
tepatnya Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, perilaku pencarian
informasi yang dilakukan oleh sebagian besar warga adalah illness-information
oriented. Namun demikian, ada pula beberapa warga yang berperilaku wellness-
information oriented. Mereka yang berperilaku seperti itu telah memiliki
pemahaman dan anggapan bahwa menjaga kesehatan lebih baik daripada
mengobati.
Berdasarkan hasil pengamatan awal di kedua daerah tersebut, dapat
diketahui adanya perbedaan terkait bagaimana masyarakat desa dan kota mencari
serta memperoleh informasi yang berkenaan dengan kesehatan. Ketersediaan
informasi kesehatan seharusnya adalah milik seluruh warga masyarakat tanpa
memandang struktur dan lokasi, karena hal tersebut mengacu pada apa yang telah
diamanahkan dalam undang-undang. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus
pada bagaimana pola pencarian informasi kesehatan antara masyarakat desa
dengan kota, dengan studi perbandingan antara masyarakat desa di Desa
Bandungrejo dengan masyarakat kota di Kelurahan Cacaban.
Penelitian ini dalam ranah kajian ilmu komunikasi menitikberatkan pada
saluran (media), dimana pencarian informasi berkaitan erat dengan sumber
informasi (media) yang digunakan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan
informasinya. Selain itu, penelitian ini juga akan menyinggung terkait komunikan
serta komunikator, dimana proses pencarian informasi berkaitan pula dengan
perilaku orang yang mencari informasi selaku komunikan, serta orang yang
melakukan proses penyebaran informasi (komunikator). Penelitian ini diharapkan
mampu pula menjadi sumber referensi dalam bidang ilmu komunikasi khususnya
dalam bidang komunikasi kesehatan dan perilaku pencarian informasi.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pencarian informasi terkait dengan berbagai persoalan kesehatan
yang berkembang di kalangan warga masyarakat Desa Bandungrejo dan
Kelurahan Cacaban dengan melihat pada beberapa aspek berikut: perilaku,
sumber informasi, pemanfaatan, dan hambatan?
5
Telaah Pustaka
Perilaku pencarian informasi berkaitan erat dengan kebutuhan. Kebutuhan akan
informasi mendorong seseorang untuk mencari informasi. Wilson (2000:1)
mendefinisikan beberapa hal terkait perilaku pencarian informasi, yaitu:
a. Perilaku informasi (information behaviour) merupakan keseluruhan dari
perilaku manusia yang berhubungan dengan sumber dan saluran informasi,
termasuk pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun
pasif. Termasuk pula komunikasi tatap muka, dan juga tindakan pasif seperti
menonton iklan di televisi.
b. Perilaku pencarian informasi (information seeking behaviour) adalah upaya
menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya
kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya tersebut, seseorang
bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi manual seperti surat kabar atau
perpustakaan, ataupun dengan sistem berbasis komputer seperti internet.
c. Perilaku penelusuran informasi (information searching behaviour) adalah
perilaku di tingkat mikro, yang dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi
dengan semua jenis sistem informasi. Terdiri dari seluruh interaksi dengan
sistem, baik di tingkat interaksi komputer manusia (contohnya penggunaan
mouse dan klik pada sebuah tautan) atau di tingkat intelektual (contohnya,
keputusan memilih sebuah buku dari banyaknya buku di perpustakaan),
dimana juga melibatkan tindakan mental, seperti menilai relevansi data atau
informasi yang diterima.
d. Perilaku penggunaan informasi (information use behaviour) terdiri dari dari
keterlibatan tindakan fisik dan mental dalam menggabungkan informasi yang
ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang telah ia miliki.
Wilson (1999:257) menjabarkan adanya lima variabel yang mempengaruhi
proses pencarian informasi seseorang. Kelima variabel tersebut dapat pula
diartikan sebagai variabel-variabel yang bisa menjadi penghambat atau tidaknya
seseorang dalam proses pencarian sebuah informasi. Wilson mengungkapkan
6
bahwa kebutuhan dasar dapat didefinisikan sebagai psikologis atau kognitif atau
afektif. Variabel-variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Psikologis: tingkat pendidikan dan pengetahuan, pola pikir, karakteristik
emosi
b. Demografis: usia, jenis kelamin
c. Role-related (aturan yang berperan) atau hubungan komunikasi interpersonal
d. Lingkungan: waktu, kondisi geografis, kultur wilayah setempat
e. Karakteristik Sumber Informasi (Media yang Digunakan): kemudahan akses,
kredibilitas, saluran komunikasi.
Dalam model perilaku pencarian informasi yang dikemukakan oleh
Wilson (2000:53), menyebutkan bahwa terdapat beberapa perilaku seseorang
dalam melakukan pencarian informasi, yaitu:
a. Passive Attention
Perhatian pasif bisa diartikan sebagai aktifitas menyimak atau
memperhatikan sesuatu tanpa adanya gerakan aktif. Misalnya adalah
mendengarkan radio atau menonton televisi. Bisa jadi tidak ada aktifitas
pencarian informasi yang diinginkan, namun bagaimanapun juga tetap
mendapatkan informasi tertentu darinya.
b. Passive Search
Pencarian pasif mengandung arti bahwa proses pencarian atau aktifitas
perilaku lainnya ternyata menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh
seseorang. Bisa dikatakan bahwa informasi tersebut ditemukan secara tidak
sengaja karena didasari bukan melalui proses pencarian.
c. Active Search
Pencarian aktif merupakan yang paling umum dilakukan oleh kebanyakan
orang, dimana seseorang berusaha mencari tahu sebuah informasi tentang
sesuatu hal tertentu.
7
d. Ongoing Search
Pencarian berlanjut disini memiliki pamahaman bahwa informasi dasar yang
telah didapatkan menjadi bahan untuk menelusuri lebih lanjut lagi apa yang
dibutuhkan.
Metode Penelitian
Penelitian kali ini termasuk dalam penelitian deskriptif, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Obyek penelitian ini adalah warga
masyarakat Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, dengan
warga masyarakat Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota
Magelang. Informan yang akan dilibatkan dalam pengambilan data melalui
metode FGD adalah ibu-ibu kader PKK di masing-masing lokasi. Ibu-ibu PKK
dianggap memiliki informasi yang luas dan mendalam terkait persoalan kesehatan
karena sering terlibat langsung dengan masyarakat.
Jumlah peserta FGD akan menyesuaikan dengan masing-masing lokasi
penelitian. Di wilayah Kelurahan Cacaban memiliki 12 RW, sehingga peserta
FGD berjumlah 12 orang yang merupakan perwakilan dari tiap RW. Sedangkan
peserta FGD untuk wilayah Desa Bandungrejo berjumlah 9 orang.
Pertimbangannya adalah karena Desa Bandungrejo memiliki 9 dusun, sehingga 1
orang akan mewakili 1 dusun.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan kali ini adalah dengan
menggunakan teknik focus group discussion (FGD). FGD menghendaki adanya
partisipasi dan interaksi yang dinamis diantara partisipan. Para partisipan tersebut
menggali serta membahas suatu hal yang menarik sehubungan dengan apa yang
diteliti (Sarosa, 2012:53).
Analisis Data
Perilaku Pencarian Informasi Kesehatan
Dalam proses pencarian informasi kesehatan yang dilakukan oleh
masyarakat di kedua wilayah penelitian ditemukan adanya perbedaan tergantung
dari kondisi kesehatannya saat itu.
8
Tabel Pencarian Informasi Kesehatan di Desa Bandungrejo
dan Kelurahan Cacaban
No. WilayahPerilaku Pencarian Informasi Kesehatan
Kondisi Sakit Ringan
Kondisi Sakit Berat Kondisi Sehat
1. Desa Bandungrejo(Pedesaan)
- Ke puskesmas
- Ke bidan desa
- Ke puskesmas
- Ke rumah sakit
- Membaca buku- Menonton TV- Penyuluhan
2. Kelurahan Cacaban(Perkotaan)
- Ke Pos Obat Desa (POD)
- Ke dokter terdekat
- Ke puskesmas
- Mencari informasi melalui internet
- Ke puskesmas
- Ke rumah sakit
- Membaca artikel di internet
- Melalui media sosial- Melalui grup
Whatsapp- Menonton TV- Membaca koran- Penyuluhan- Mendengarkan radio
Dalam melakukan pencarian informasi, Wilson juga
mengungkapkan bahwa masyarakat bisa saja berinteraksi dengan sistem
informasi manual maupun yang berbasis komputer. Masyarakat pedesaan
di Desa Bandungrejo lebih banyak menggunakan cara tradisional atau
manual untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Begitu pula, dalam menangani keluhan penyakit tertentu warga
masyarakat banyak yang lebih memilih cara-cara tradisional. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Warti sebagai berikut:
“Kalau ada yang sakit pusing, ini mungkin penyakit ringan, biasanya ya pergi ke warung beli obat mixagrip, atau biasanya ke puskesmas. Tapi kalau saya pribadi ya biasanya malah pakai yang tradisional.” (Warti, FGD tanggal 15 Mei 2017).
Perilaku pencarian informasi kesehatan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Bandungrejo dengan cara manual tersebut pada
umumnya adalah dengan mendatangi sumber informasi yaitu seperti
9
puskesmas, atau dengan mendatangi warung terdekat untuk sekedar
membeli obat tertentu ketika dalam kondisi sakit. Hal itu merupakan cara
manual dengan bertatap muka langsung kepada sumber informasi.
Cara tradisional juga dilakukan ketika dalam menangani suatu
penyakit tertentu, warga masyarakat sebagian telah menerapkan obat-obat
tradisional. Ibu Ngatfiah juga menyatakan hal yang sama dengan Ibu
Warti sebagai berikut:
“Ya untuk penyakit-penyakit ringan ya memang pakai obat tradisional gitu, kalau yang udah berat ya periksa (Ngatfiah, FGD tanggal 15 Mei 2017).
Dalam penjabaran model perilaku pencarian informasi yang
dikemukakan oleh Wilson, salah satu bentuknya adalah active search,
dimana seseorang mencari tahu sebuah informasi tentang sesuatu hal
tertentu. Hampir kabanyakan warga masyarakat Desa Bandungrejo
menerapkan active search dalam perilaku pencarian informasi mereka.
Mereka pada awalnya memang membutuhkan informasi untuk sembuh
dari suatu penyakit tertentu, sehingga mencari tahu apa obatnya dan
kepada siapa atau di mana ia harus mencari tahu informasi tersebut.
Walaupun begitu, ada pula warga Desa Bandungrejo yang
mengaku bahwa informasi kesehatan juga didapatkan melalui perilaku
passive attention, yaitu tidak adanya gerakan aktif dalam melakukan
pencarian informasi, namun informasi tersebut didapatkan. Hal ini
ditunjukkan dengan kegiatan menonton televisi. Berikut pernyataan dari
Ibu Ngatfiah:
“Kadang ya dari TV juga, ada program solusi sehat atau Dr.Oz gitu” (Ngatfiah, FGD tanggal 15 Mei 2017).
Kegiatan posyandu atau PKK yang dilakukan secara rutin di
wilayah Desa Bandungrejo merupakan salah satu tempat atau sumber
informasi kesehatan bagi warga desa. Karena di kegiatan posyandu atau
PKK tersebut terdapat tenaga kesehatan yang membersamai, yaitu bidan
10
desa setempat. Berikut adalah pernyataan dari Ibu Suryati, Ibu Warti, dan
Ibu Yulianasari:
“Biasanya juga pas posyandu juga ada penyuluhan dari bu bidan” (Suryati, FGD tanggal 15 Mei 2017).
Cara-cara manual terkait praktik pencarian informasi kesehatan
yaitu dengan mendatangi sumber informasi ke tempat fasilitas kesehatan
terdekat, juga ditunjukkan oleh masyarakat perkotaan Kelurahan Cacaban.
Perilaku pencarian informasi yang umum dilakukan ini merupakan
perilaku active search. Seperti pernyataan Ibu Nur sebagai berikut:
“Dari pengalaman yang kami alami, terutama oleh warga di RW 1, ketika ada yang sakit, masyarakat datang ke POD (Pos Obat Desa), itu didapatkan dananya dari dana sehat warga. Karena itu untuk menambah ikon posyando. Untuk langkah awal kami seperti itu. Misalnya jika ada balita yang diare, maka akan meminta oralit ke POD terlebih dahulu. Bilamana datang ke POD kok belum juga sembuh, maka akan dilanjutkan ke puskesmas. Kalau ke puskesmas kok belum sembuh lagi berarti sakitnya agak berat. Maka dari puskesmas biasanya akan mengarahkan untuk tes laborat. Sebab apakah kok belum sembuh juga. Karena obat yang diberikan di POD itu berdasarkan dari resep dokter puskesmas” (Nur, FGD tanggal 6 April 2017).
Kultur masyakarat (lingkungan) merupakan salah satu variabel
yang mempengaruhi pencarian informasi kesehatan yang dikemukakan
oleh Wilson. Tindakan membawa langsung warga yang sakit ke pelayanan
fasilitas kesehatan adalah yang paling umum dilakukan karena telah
membudaya dan dirasa lebih efektif jika langsung bertatap muka dengan
ahlinya. Faktor lingkungan ini menjadi pengaruh dalam pengambilan
keputusan perilaku pencarian informasi kesehatan.
Namun demikian, terdapat pula sebagian warga yang telah
berperilaku lebih modern dengan mencoba memanfaatkan teknologi.
Wilson mengungkapkan bahwa pencarian informasi menggunakan sistem
berbasis komputer bisa saja terjadi. Pencarian informasi kesehatan melalui
internet merupakan bentuk dari pencarian informasi dengan berbasis
komputer. Perilaku tersebut dipraktekkan oleh warga Kelurahan Cacaban
yaitu Ibu Ismindari sebagai berikut:
11
“Jika penyakit ringan, kalau saya pribadi, misal kok perut kembung terus,
biasanya langsung tanya mbah Google. Atau misal merasa pegal-pegal
ingin pijat refleksi dimana ya tanya mbah Google. Namun itu untuk
penyakit yang ringan saja, kalau penyakit yang agak berat biasanya
langsung ke faskes (fasilitas kesehatan)” (Ismindari, FGD tanggal 6 April
2017).
Sumber Informasi (Media) yang Digunakan
Pemanfaatan sumber infromasi manual dengan cara mendatangi
fasilitas kesehatan adalah yang paling umum digunakan oleh kebanyakan
masyarakat di kedua wilayah. Fasilitas kesehatan yang dimaksud tersebut
yaitu puskesmas, pos obat desa (POD), bidan desa, dokter, posyandu, atau
rumah sakit. Penggunaan sarana fasilitas kesehatan ini pada umumnya
dilakukan ketika dalam kondisi sakit, baik sakit ringan maupun berat,
dengan melalui tatap muka langsung pada sumber informasi itu tadi.
Seperti halnya wilayah perkotaan pada umumnya, akses internet
dan sinyal komunikasi masih sangat terjangkau di wilayah Kelurahan
Cacaban. Hal ini memberikan dampak pada mudahnya warga masyarakat
dalam mencari informasi kesehatan melalui internet maupun media sosial.
Pemanfaatan teknologi smartphone dengan menggunakan aplikasi chatting
seperti Whatsapp dalam mencari atau memperoleh informasi juga menjadi
perilaku pembeda antara warga Kelurahan Cacaban dengan warga
masyarakat di Desa Bandungrejo. Penggunaan aplikasi media sosial
berupa Facebook juga lazim dilakukan oleh masyarakat Kelurahan
Cacaban dalam rangka pencarian informasi kesehatan.
Perilaku active search dalam pencarian informasi kesehatan
dengan penggunaan sumber informasi yang bervariasi lebih dominan
dilakukan oleh warga perkotaan di Kelurahan Cacaban. Sedangkan
perilaku passive attention lebih dominan dilakukan oleh masyarakat
pedesaan di Desa Bandungrejo dengan penggunaan sarana sumber
informasi yang lebih minim.
12
Pemanfaatan Informasi Kesehatan untuk Meningkatkan Perilaku Hidup
Sehat
Di Desa Bandungrejo sendiri sudah banyak yang mulai
memanfaatkan informasi kesehatan sebagai salah satu upaya dalam
meningkatkan kualitas kesehatan. Penyuluhan yang dilakukan di desa ini
setidaknya telah berhasil mengubah perilaku sebagian warga
masyarakatnya. Ibu Yulianasari dan Ibu Warti menegaskan hal tersebut
sebagai berikut:
“Biasanya kalau ada kelompok PKK atau posyandu juga ada penyuluhan dari dinas. Ya bukan seratus persen, tapi ya untuk masalah kebersihan sudah lumayan sekarang walaupun di kampung. Seperti cuci tangan sebelum makan ya sudah diterapkan. Misal habis dari ladang atau memegang hewan begitu” (Yulianasari, FGD tanggal 15 Mei 2017).“Bahkan di sekolah-sekolah juga sudah diterapkan itu. Ya jadi kan ditanamkan sejak dini toh. Mulai dari TK sudah” (Warti, FGD tanggal 15 Mei 2017).
Warga masyarakat di Kelurahan Cacaban juga telah menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat di lingkungannya. Informasi kesehatan yang mereka dapatkan
menjadi bagian dari tindakan antisipasi ketika ada yang sakit. Hal ini dibuktikan
dengan sudah banyak warga yang menyediakan obat-obatan ringan di rumahnya.
Ibu Nur menegaskan dengan pernyataannya berikut ini:
“Untuk obat-obatan ringan atau P3K juga sudah disediakan di rumah, misal paracetamol, tolak angin, pil ampuh, betadine, dsb. Hampir setiap keluarga di rumah sudah memiliki persediaan tersebut” (FGD tanggal 6 April 2017).
Namun demikian, masih ada pula masyarakat yang belum
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat berkenaan dengan
kesehatan dan kebersihan lingkungan di wilayah Desa Bandungrejo.
Perilaku tersebut berkaitan dengan perilaku membuang sampah
sembarangan di sungai. Ibu Suryati mengakui dan menegaskan hal
tersebut sebagai berikut:
“Ya itu kadang plastik itu dibuang di kali saya ya pernah” (FGD tanggal 15 Mei 2017).
13
Terkait kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama dalam hal
sampah, warga masyarakat di Kelurahan Cacaban justru telah mampu
mengelolanya dengan baik. Warga di setiap lingkup RW telah mengelola
sampah tersebut sebagai wujud tindakan preventif terhadap penyakit. Ibu
Nur yang merupakan partisipan FGD di Kelurahan Cacaban menegaskan
terkait bank sampah sebagai berikut:
“Keluarahan Cacaban sudah memiliki bank sampah di setiap lingkup RW. Bank sampah ini sangat berguna sekali. Misalnya untuk antisipasi penyakit demam berdarah. Karena kalau sampah menumpuk banyak, maka nyamuk-nyamuk aides aigepty suka disana. Bank sampah sudah ada di masing-masing RW” (Nur, FGD 6 April 2017).
Hambatan Dalam Proses Pencarian Informasi Kesehatan
Walaupun tidak terlalu signifikan, kendala yang dialami oleh
warga di masing-masing wilayah tidaklah sama. Di Desa Bandungrejo,
sempat terdapat kendala terkait transportasi dalam mendapatkan informasi
kesehatan terutama ketika sedang dalam kondisi sakit. Letak wilayah desa
ini yang jauh dari perkotaan membuat warganya kesulitan ketika ada kasus
kegawatdaruratan yang harus ditangani oleh ahlinya segera. Seperti kasus
penyakit stroke yang sudah banyak terjadi di Desa Bandungrejo. Ibu
Ngatfiah menyampaikan hal tersebut berikut ini:
“Di sini banyak yang sakit stroke” (Ngatfiah, FGD 15 Mei 2017).
Namun demikian, hambatan terkait transportasi tersebut telah dapat
diatasi semenjak adanya mobil ambulans desa. Mobil ambulans desa ini
merupakan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah desa bagi warga
Desa Bandungrejo jika ada kejadian kegawatdaruratan yang dialami oleh
warga, seperti sakit stroke itu tadi. Ibu Zumrotun menegaskan terkait
mobil ambulans desa sebagai berikut:
“Di sini kan sudah ada mobil desa. Pelayanan siaga dua puluh empat jam. Itu digunakan untuk membawa orang sakit ke rumah sakit. Untuk periksa juga boleh. Tapi untuk kebutuhan lain gak boleh misal ada mantenan atau sunatan. Ya itu kan dinamakan mobil ambulans desa” (Zumrotun, 13 Mei 2017).
14
Hal yang masih menjadi kendala dalam pencarian informasi di
wilayah Desa Bandungrejo hingga saat ini adalah terkait akses penggunaan
sistem berbasis teknologi. Walaupun begitu, kendala tersebut tidak terlalu
menjadi persoalan. Warga desa telah dapat mengatasinya dengan
memanfaatkan pertemuan rutin warga yang selalu diadakan setiap
pekannya, seperti kegiatan yasinan. Ibu Suryati menyampaikannya sebagai
berikut:
“Sudah cukup jelas. Soalnya biasanya kan tiap minggu ada yasinan, tiap malam jumat itu. Kalau yang ndak punya TV atau apa gitu ya disampaikan pas yasinan itu” (Suryati, FGD 15 Mei 2017).
Dalam kegiatan yasinan, hampir setiap perwakilan warga dari tiap
rumah hadir. Kegiatan yasinan ini rutin diadakan di setiap dusun setiap
pekannya. Selain sebagai sarana untuk mempererat silaturahmi antar
warga, kegiatan tersebut juga menjdai wadah untuk saling bertukar
informasi dan sosialisasi. Sehingga, informasi-informasi penting termasuk
yang berkenaan dengan kesehatan dapat tersampaikan kepada seluruh
warga desa.
Hambatan dalam pencarian informasi kesehatan yang dialami oleh
warga di Kelurahan Cacaban berbeda dengan apa yang dialami oleh warga
masyarakat di Desa Bandungrejo. Tidak ada kendala terkait transportasi di
wilayah ini karena akses menuju ke sumber informasi kesehatan berupa
fasilitas kesehatan terdekat sangat mudah untuk dijangkau. Kendala dalam
mengakses sumber informasi berbasis teknologi pun tidak ditemukan di
wilayah ini karena memang kondisi mayoritas masyarakatnya yang sudah
berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas sehingga memudahkan
mereka dalam menggunakan teknologi.
Walaupun bukan kendala yang berarti, namun ada salah satu
partisipan FGD yaitu Ibu Nur, mengungkapkan bahwa terdapat kendala di
lapangan saat sedang menyebarkan informasi kesehatan kepada warga.
Berikut keterangan beliau:
15
“Untuk hambatan atau suka duka ya ada. Terkadang ya kita sudah menyampaikan banyak, tetapi kadang yang menerima kurang fokus atau bagaimana, tapi ya tidak semuanya. Nah, bulan depan kan nanti ada pertemuan lagi, ya mungkin nanti bisa disampaikan lagi. Kendalanya ya mungkin karena lupa juga ya” (Nur, FGD 6 April 2017).
Kendala yang dialami warga Kelurahan Cacaban memang
bukanlah kendala atau hambatan dalam proses pencarian informasi
kesehatan, melainkan kendala dalam proses menyebarkan informasi
kesehatan
Matriks Perilaku Pencarian Informasi KesehatanDesa Bandungrejo dan Kelurahan Cacaban
PENCARIAN INFORMASI KESEHATAN
Desa Bandungrejo(Pedesaan)
Kelurahan Cacaban(Perkotaan)
Perilaku Pencarian Informasi
Active Search Mendatangi tenaga kesehatan, Membaca Buku
Mendatangi tenaga kesehatan, membaca
buku, mencari melalui internet,
Passive Attention Mengikuti penyuluhan, menonton televisi,
Mengikuti penyuluhan, menonton televisi,
membaca dari pesan chat atau media sosial, mendengarkan radio
Sumber Informasi (Media)
Manual/ Tradisional
Fasilitas kesehatan, buku, penyuluhan
Fasilitas kesehatan, buku, penyuluhan,
koran
Berbasis Teknologi Televisi Televisi, handphone, komputer/laptop, radio
16
Pemanfaatan Informasi Kesehatan
Kesehatan Fisik Sudah banyak diterapkan Sudah banyak diterapkan
Kesehatan Lingkungan
Belum sepenuhnya diterapkan
Sudah banyak diterapkan
Hambatan
Psikologis Kualitas sumber daya manusia
Perbedaan persepsi (pola pikir) komunikan,
Tidak fokus, Lupa
Karakteristik Sumber Informasi
Kesulitan Menuju Sumber Informasi, kurangnya sarana akses informasi
berbasis teknologi
Kredibilitas
Lingkungan
Geografis (Keterbatasan akses teknologi dan
komunikasi serta transportasi), Waktu (dalam mendapatkan
informasi tidak bisa aktual)
-
Kesimpulan
Perilaku pencarian informasi kesehatan yang dilakukan oleh warga
masyarakat di kedua wilayah penelitian (pedesaan dan perkotaan) yaitu
berperilaku active search dan passive attention. Namun demikian, perilaku
active search lebih dominan ditemukan pada masyarakat perkotaan di
Kelurahan Cacaban. Sedangkan masyarakat pedesaan di Desa
Bandungrejo mayoritas lebih berperilaku passive attention.
Masyarakat di Desa Bandungrejo dan Kelurahan Cacaban sama-
sama memiliki perilaku pencarian informasi kesehatan yang terbagi dalam
tiga kondisi, yaitu kondisi sakit ringan, kondisi sakit berat, dan kondisi
sehat. Perilaku pencarian informasi yang dilakukan lebih beraneka ragam
ketika dalam kondisi sehat.
17
Sumber informasi atau media yang digunakan dalam pencarian
informasi kesehatan lebih beragam ditemukan di wilayah perkotaan
Kelurahan Cacaban. Masyarakat perkotaan di Kelurahan Cacaban banyak
yang telah menggunakan sistem berbasis komputer dalam melakukan
pencarian informasi kesehatan. Sedangkan masyarakat pedesaan di Desa
Bandungrejo mayoritas menggunakan cara-cara manual untuk mencari
informasi kesehatan.
Masyarakat pedesaan di Desa Bandungrejo dan masyarakat
perkotaan di Kelurahan Cacaban telah sama-sama memanfaatkan
informasi kesehatan yang didapatkan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat di lingkungan mereka. Ada perbedaan yang ditemukan
yaitu dalam pengelolaan sampah. Masyarakat perkotaan di Kelurahan
Cacaban telah mampu mengelola sampah di lingkungannya dengan adanya
Bank Sampah. Sedangkan masyarakat pedesaan di Desa Bandungrejo
belum memiliki Bank Sampah, bahkan masih terdapat sebagian perilaku
masyarakatnya yang membuang sampah di sungai.
Hambatan yang dialami oleh warga masyarakat di kedua lokasi
penelitian tidaklah sama. Di wilayah pedesaan di Desa Bandungrejo,
masih ditemukan hambatan berupa akses sinyal komunikasi yang belum
merata di masyarakat serta keterbatasan warga masyarakat dalam
menggunakan sistem berbasis komputer. Hal ini berpengaruh terhadap
aktualitas informasi yang didapatkan oleh warga masyarakat menjadi
terhambat. Lain halnya dengan wilayah perkotaan di Kelurahan Cacaban,
hampir tidak ada kendala berarti yang dialami oleh warga masyarakatnya
dalam rangka pencarian informasi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Lee, Kenneth.et.al. 2015. Consumer Use of “Dr Google”: A Survey on Health Information-Seeking Behaviors and Navigational Needs. Journal of Medical Internet Research. Volume:17. Nomor:12. Halaman:288.
Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
18
Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT. INDEKS.Weaver, James B.et.al. 2010. Health Information–Seeking Behaviors, Health
Indicators, and Health Risks. American Journal of Public Health. Volume:100. Nomor:8. Halaman:1520.
Wilson, TD. 1999. Models in Information Behaviour Research. University of Sheffield.
Wilson, T.D. 2000. Human Information Behaviour. University of Sheffield.
19