cv firma
DESCRIPTION
CV dan firma dalam pengelolaan RSTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai bagian dari hak asasi manusia yang
merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan melalui berbagai macam upaya kesehatan dalam
rangkaian pembangunan nasional. hak atas kesehatan sebagai hak
asasi manusia diwujudkan melalui upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan yang optomal, merupakan hak
yang diakui dan dijamin dalam Pasal 28H ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang
sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit
memiliki karakteristik dan organisasi yang berbeda dengan
organisasi umumnya. berbagai jenis profesi dibidang kesehatan
maupun bidang lainnya dengan perangkat keilmuannya masing-
masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus
1
diikuti oleh kemampuan sumber daya manusia yang memadai
dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu.
Secara historis, perkembangan organisasi dan manajemen
rumah sakit bergantung pada kebijakan politik pemerintah dari
masa ke masa. perubahan rumah sakit dari aspek politik di
Indonesia dapat ditelusuri sejak jaman penjajahan belanda. konsep
dasar pemerintah kolonial belanda pada awalnya adalah
membangun rumah sakit untuk keperluan tentara, pejabat-pejabat
pemerintah, dan karyawan perusahaan.1
Tujuan praktisnya yaitu menyehatkan tenaga manusia agar
mampu bekerja dengan baik sehingga dapat tetap menjaga
kelangsungan pemerintahan kolonial. awal abad 20, gerakan
keagamaan Kristiani dan politik balas budi Belanda memperhatikan
rumah sakit sebagai bagian dari pelayanan kesejahteraan bagi
rakyat (Purwanto, 1999)2.
Konsep gerakan keagamaan dan pendirian rumah sakit
untuk militer atau sipil menunjukkan bahwa ada perhatian
pemerintah kolonial Belanda terhadap rumah sakit. latar belakang
sejarah ini perlu diperhatikan dalam kerangka pandangan
masyarakat terhadap rumah sakit dan pemberian subsidi.
Salah satu tonggak penting dalam sejarah pengelolaan
rumah sakit oleh swasta adalah diera orde baru dengan
1 Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum rumah Sakit, CV Keni Media,Bandung 2012,hlm 6 2 Laksono Trisnantoro, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit, PT Andi, Yogyakarta
2000,hlm 11
2
dikeluarkannya Permenkes nomor 920 tahun 1986 tentang upaya
pelayanan kesehatan swasta dibidang medic. menurut Permenkes
No. 920 Tahun 1986, pemilik rumah sakit swasta adalah
perorangan, kelompok, atau yayasan. Permenkes ini kemudian
mengalami perubahan melalui permenkes nomor
84/menkes/Per/II/1990 tentang perubahan atas permenkes 920
tahun 1986 yang menambahkan satu kata kunci yaitu badan
hukum lainnya. dengan demikian, berbagai badan hukum, termasuk
perusahaan terbatas yang profit-making dapat mempunyai rumah
sakit.
Permenkes No. 84/Menkes/per/II/1990 ini menjadi penting
karena merupakan legalisasi motif mencari untung bagi pelayanan
rumah sakit dan merupakan cermin dari semakin berkembangnya
pengaruh pasar dalam sistem perumah sakitan di Indonesia.
Sistem manajemen rumah sakit di Indonesia yang mengacu
pada konsep manajemen dan ekonomi yang universal baru
berlangsung pada beberapa dekade akhir abad ke-20. sebelum
masa tersebut, sistem manajemen rumah sakit pemerintah
cenderung menggunakaan model manajemen lembaga social atau
lembaga pemerintahan.3
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit merupakan pelayanan
yang memiliki kegiatan yang padat modal, padat karya, padat
teknologi dan padat profesi. Adanya istilah padat modal berarti
3 Laksono Trisnantoro, Op Cit ,hlm 17
3
bahwa Rumah Sakit memiliki aset yang berupa tempat baik lahan
maupun bangunan, peralatan medis maupun peralatan berteknologi
tinggi, serta dana yang cukup untuk menjalankan operasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka Rumah Sakit merupakan suatu
lembaga atau institusi yang memiliki struktur organisasi dan sumber
daya yang lengkap. rumah sakit memerlukan pengorganisasian dan
manajemen yang profesional dalam pelayanan kesehatan.
Pengelolaan yang dimaksud berbeda dengan pengelolaan usaha di
bidang lainnya dengan maksud agar rumah sakit dapat
memberikan pelayanan baik dan professional sesuai dengan
standarisasi mutu yang ditetapkan oleh peraturan perundang
undangan.
Hadirnya undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, pada hakekatnya memperkuat kedudukan hukum
rumah sakit yang berfungsi tidak hanya sebagai sarana kuratif dan
rehabilitatif tetapi juga sebagai sarana promotif dan preventif demi
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
Rumah sakit dalam penyelenggaraannya harus tetap
didasari kepada nilai kemunusiaan, etika profesionalitas,
kemanfaatan dengan mengutamakan kepentingan perlindungan
dan keselamatan pasien. berkaitan dengan pengelolaan rumah
sakit oleh badan usaha swasta, undang undang nomo 44 tahun
2009 tentang rumah sakit mengisyaratkan bahwa sebagaimana
dalam pasal 7 ayat 4 yang berbunyi :
4
“ Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan “ 4
selanjutnya dalam pasal 21 sebagai kelanjutan dari pasal 7
undag undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
menyatakan
“ Rumah sakit Privat sebagaiman dimaksud dalam pasal 20 ayat 1 dikelola oleh badan hokum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero “
Pada saat ini pertumbuhan rumah sakit, terutama di kota-
kota besar meningkat sangat pesat, sebagai contoh adalah di
Provinsi DKI Jakarta dan kota penunjang ibukota seperti
Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi. jumlah rumah sakit di
daerah kota tangerang selatan sudah ada lebih dari 20 rumah sakit
yang sebagian besar didominasi oleh rumah sakit swasta/privat
4 Ketentuan pasal ini telah di uji di Mahkamah Konstitusi oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah yang kemudian dalam amar putusannya menyatakan: Mahkamah memberi tafsir konstitusional Pasal 7 ayat (4) UU Rumah Sakit dengan menyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai “Rumah sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan, kecuali rumah sakit publik yang diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba.” “Pasal 17, Pasal 25, Pasal 62, Pasal 63, dan Pasal 64 UU Rumah Sakit yang merujuk pada Pasal 7 ayat (4) UU Rumah Sakit tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai pada angka 1.1. dan 1.2. amar putusan ini,”Mahkamah menilai ketentuan rumah sakit yang bersifat nirlaba harus berbentuk badan hukum khusus untuk usaha perumahsakitan telah mengabaikan hak perkumpulan atau yayasan yang bertujuan sosial, berpartisipasi dalam pemerintahan dengan ikut menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Keharusan mengubah badan hukum perkumpulan/yayasan yang selama ini menyediakan fasilitas rumah sakit akan mengakibatkan resiko ditutup atau pelayanan rumah sakit terhenti. “Hal ini bertentangan dengan maksud pembentukan undang undang rumah sakit,” . www.Hukumonline.com, akses tanggal 6 desember 2015.
5
yang rata rata berbadan hokum perseroan terbatas. penentuan
badan hukum yang digunakan untuk mengelola rumah sakit
menyebabkan komersialisasi terhadap pelayanan kesehatan yang
saat ini dinilai tidak terkendali, sehingga sering sekali diberitakan
bahwa masih ada Rumah Sakit yang menolak pasien atau
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan karena
alasan biaya. manajemen tata kelola Rumah Sakit yang memiliki
tujuan sosial selain ekonomi sering terbentur dengan tujuan dari
badan usaha milik swasta yang memiliki tujuan utama adalah
mencari keuntungan seperti Perseroan Terbatas, Firma dan CV.
B. Identifikasi Masalah
6
Dari gambaran diatas dapat dirumuskankan terkait dengan
pengelolaan rumah sakit swasta/privat yang dikelola badan usaha
milik swasta sebagai berikut:
1. Apakah rumah sakit swasta/privat yang di kelola oleh badan
usaha milik swasta ( firma dan perekutuan kommanditer/CV )
melanggar ketentuan perundang undangan yang ada ?
2. Bagaimana kriteria Badan Usaha Milik Swasta yang dapat
mengelola organisasi rumah sakit berdasarkan undang-
undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit?.
BAB II
7
SIFAT LEMBAGA RUMAH SAKIT DAN BENTUK
BADAN USAHA SWASTA YANG BERKEMBANG DI
INDONESIA
A. Sifat Organisasi Rumah Sakit Yang Berkembang Di Indonesia
Pembahasan mengenai sifat kelembagaan rumah sakit perlu
dianalisis dengan menggunakan model standar lembaga usaha5.
model ini sebenarnya mengacu pada perilaku perusahaan yang
memaksimalkan keuntungan. secara tradisional keuntungan
merupakan indikator utama kinerja lembaga usaha. namun, dalam
istilah lembaga usaha saat ini dikenal lembaga usaha for profit dan
lembaga usaha nonprofit. Ada tiga jenis rumah sakit yaitu swasta
for profit, swasta nonprofit dan rumah sakit pemerintah
(profit/nonprofit). menurut data, Pusat Data Kesehatan (PDK),
Indonesia menggolongkan rumah sakit menjadi rumah sakit
pemerintah (termasuk militer) dan rumah sakit swasta. Saat ini
umumnya rumah sakit yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
serta yayasan.
Rumah sakit sebagai sebuah lembaga atau organisasi yang
memiliki karakteristik khas, yaitu padat karya, padat modal, padat
teknologi, dan padat profesi. Di dalam organisasi atau manajemen
Rumah Sakit terdapat 3 unsur kekuasaan atau pilar utama yang
saling menunjang dalam operasional Rumah Sakit, yaitu6 :
1. Pemilik / Governing Board5 Laksono Trisnantoro, Op Cit, hlm 1056 Pasal 6 Ayat 3 Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
8
2. Pengelola
3. Pemberi pelayanan
Ketiga pilar utama tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi
serta tanggung jawab yang berbeda akan tetapi semua harus
bersinergis dengan baik sehingga mencapai tujuan yang sama
dalam menjalankan misi dari Rumah Sakit. Untuk dapat mengatur
pembagian tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing secara proporsional dan profesional yang disebut
sebagai Statuta Rumah Sakit atau Hospital By-Laws. ketiga pilar
tersebut perlu diatur hubungan di antara ketiganya, agar Rumah
Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat berjalan
aman dan bermutu. ketiga pilar utama tersebut harus bekerja sama
secara integratif, saling mendukung, tidak saling mempengaruhi
dan tidak saling menguasai. yang secara jelas membedakan
organisasi Rumah Sakit dengan organisasi perusahaan lainnya
selain Rumah Sakit adalah pada organisasi perusahaan umumnya
hanya memiliki 2 kekuasaan yaitu pemilik dan pengelola sedangkan
pada organisasi rumah sakit terdiri dari 3 pilar kekuasaan yaitu
pemilik, pengelola, dan pemberi pelayanan (komite medik),
sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya 3 pilar utama
dalam organisasi Rumah Sakit merupakan ciri khas organisasi
Rumah Sakit yang membedakan dengan institusi atau organisasi
lain.
B. Bentuk Badan Usaha Swasta yang Berkembang di Indonesia
9
Bentuk badan usaha swasta yang berkembang saat ini
menurut ketentuan hokum yang ada adala sebagai berikut :
1. Perseroan Terbatas
Pengertian Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.
Perseroan Terbatas merupakan badan usaha yang
besarnya modal dicantumkan dalam anggaran dasar, kekayaan
perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi, pemilik saham
mempunyai tanggung jawab yang terbatas yaitu sebanyak
saham yang dimiliki.
Berdasarkan penjelasan kedua paragraf di atas, maka
dapat dikatakan bahwa unsur-unsur dari Perseroan Terbatas
adalah sebagai berikut7 :
a. Merupakan badan hokum
b. Dibentuk berdasarkan perjanjian
c. Melakukan kegiatan usaha
d. Memiliki modal dasar
7 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti,Bandung 2006. hlm. 109
10
e. Memiliki kekayaan yang terpisah dengan kekayaan
pribadi
f. Penyertaan modal dalam bentuk saham
g. Memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang.
Pendapat dari ahli lain mengenai unsur-unsursuatu
Perseroan Terbatas tidak jauh berbeda, yaitu :8
1. Badan hokum
2. Persekutuan modal
3. Didirikan berdasarkan perjanjian
4. Melakukan kegiatan usaha
5. Modal dasar terbagi atas saham
Unsur-unsur yang telah disebutkan di atas membentuk suatu
syarat dalam pendirian sebuah Perseroan Terbatas yang
semuanya tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan terbatas, seperti:
a. Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 orang atau lebih,
seperti yang disebutkan pada Pasal 7 ayat 1 UU No.
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
b. Pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas
dilakukan dihadapan Notaris tertera pada Pasal 8
Undang-Undang PT.
8 Man S. Sastrawidjaja, Rai Mantili, Perseroan Terbatas Menurut Tiga Undang-Undang Jilid 1, PT, Alumni,Bandung 2010. hlm. 14
11
c. Dilakukannya pengesahan terhada perseroan terbatas
yang berstatus badan hukum pada pasal 10 undang
undang perseroan terbatas.
d. Pendaftaran dan pengumuman yang harus dilakukan
dalam Tambahan Berita Negara.
2. Firma
Pasal 1618 KUH Perdata menyebutkan bahwa Perseroan
perdata adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih,
yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam perseroan itu
dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh dari
perseroan itu dibagi di antara mereka, sehingga dikatakan
bahwa dasar hukum perseroan Firma adalah suatu Maatschap9.
dasar pengaturan firma dijelaskan dalam Pasal 16 sampai
dengan sampai dengan 35 KUH Dagang. pengertian Firma
sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 16 KUH Dagang
adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang
atau lebih yang pada umumnya didirikan dengan Akta Otentik
sebagai Akta Pendirian dan dibuat oleh Notaris dalam bahasa
Indonesia.
Unsur-unsur yang menjadi ciri dari Persekutuan Firma
adalah:
a. Firma merupakan persekutuan perdata yang khusus
9 R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf., PT Alumni,Bandung 2012. hlm. 53
12
b. Menjalankan perusahaan terdapat pada Pasal 16
KUH Dagang.
c. Dengan nama bersama.
d. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk
keseluruhan ada dalam Pasal 18 KUH Dagang.
Unsur-unsur yang disebutkan di atas sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Ali Rido, bahwa firma mempunyai unsur-unsur
khusus, yaitu selalu menyelenggarakan perusahaan, mempunyai
nama bersama, pertanggungjawaban tanggung-menanggung
dan pada asasnya tiap-tiap persero dapat mengikatkan firma
dengan pihak ketiga.10 suatu kekhususan pada firma
dibandingkan dengan pada persekutuan perdata adalah jika
pada persekutuan perdata ada kewajiban dari para pihak untuk
melakukan pemasukan (inbreng), maka pada firma inbreng
yang dimaksud tidak menjadikan firma sebagai perseroan modal,
tetapi lebih kepada perjanjian kerjasama dengan nama bersama.
firma merupakan Personnen Vennootschap atau perseroan
orang yang peranan modal dan peranan persero-perseronya
menjadi satu.11
Perseroan Firma didirikan dengan akta otentik dihadapan
Notaris seperti yang disebutkan pada Pasal 22 KUH Dagang,
akan tetapi pada pasal yang sama disebutkan pula bahwa
ketiadaan akta tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak 10 Ibid11 ibid
13
ketiga, maksudnya adalah bahwa akta pada pendirian Firma
bukan merupakan hal yang mutlak sebagai syarat terbentuknya
perseroan Firma.
3. Persekutuan Kommanditer/CV
Berdasarkan Pasal 19 KUH Dagang, yang dimaksud
dengan persekutuan komanditer atau CV adalah perseroan
menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang
atau beberapa orang persero yang secara langsung bertanggung
jawab untuk seluruhnya pada satu pihak dan satu orang atau
lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain.
Secara struktur hukumnya dapat dikatakan bahwa
persekutuan komanditer ialah maatschap. Oleh karena dasar
hukum persekutuan komanditer adalah sebuah maatschap,
maka dalam perjanjian kerja sama para persero komandit
berkewajiban untuk memasukkan modal dalam perseroan. Modal
yang dikumpulkan khusus disediakan untuk mengejar
tercapainya tujuan persero, sehingga modal perseroan dijadikan
obyek tuntutan dari pihak- pihak ketiga yang mengadakan
hubungan dengan perseroan12.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya
mengenai definisi persekutuan komanditer,bahwa dasar
pengaturannya terdapat pada pasal 19–21 KUHDagang.
12 Ibid
14
beberapa unsur yang ada dalam persekutuan komanditer
adalah:
a. Adanya kepentingan bersama
b. Adanya tujuan bersama
c. Unsur-unsur dari persekutuan perdata
d. Adanya sekutu komanditer
Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang atau barang sebagai pemasukan atau
inbreng pada persekutuan dan tidak turut campur di dalam
mengurus atau mengelola persekutuan, sehingga dikatakan
bahwa sekutu komanditer dapat disamakan dengan seorang
menitipkan modal pada suatu perusahaan yang hanya
menantikan hasil keuntungan dari modal tersebut.13
Ada tiga jenis Persekutuan Komanditer, yaitu:14
a. CV diam-diam yang belum menyatakan dirinya terang-
terangan kepada pihak ketiga sebagai CV.
b. CV terang-terangan yang terang-terangan
menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai CV.
c. CV dengan saham yaitu CV terang-terangan yang
modalnya terdiri dari kumpulan saham-saham.
4. Koperasi.
13 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, PT Ghalia, Bogor 2010. hlm. 5714 Ibid
15
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian menyebutkan bahwa koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum
koperasi dengan melndaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sevagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi sebagai usaha bersama, harus mencerminkan
ketentuan- ketentuan sebagaimana lazimnya di dalam kehidupan
suatu keluarga, dengan segala sesuatunya dikerjakan secara
bersama-sama dan ditujukan untuk kepentingan bersama
seluruh anggota keluarga.
Koperasi sebagai suatu usaha bersama haruslah
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :15
a. Bukan merupakan kumpulan modal.
Konsekuensinya adalah koperasi harus benar-
benar mengabdi kepada kemanusiaan, bukan
kepada sesuatu kebendaan.
b. Merupakan kerjasama yaitu suatu bentuk gotong
royong berdasarkan asas kesamaan derajat, hak
dan kewajiban.
c. Semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran
para anggotanya, tidak boleh ada paksaan,
intimidasi maupun campur tangan luar yang tidak
15 R.T. Sutandya Raharja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafinso Persada, 2001. Hlm 1
16
ada sangkut pautnya dengan urusan internal
koperasi.
d. Tujuan koperasi harus merupakan kepentingan
bersama para anggotanya dan tujuan hanya dapat
dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan
para anggotanya, dan pembagian sisa hasil.
Landasan yuridis koperasi sebagai badan usaha
dilihat pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang
mengemukakan bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama atas asas kekeluargaan.
BAB III
PENGELOLAAN RUMAH SAKIT OLEH BADAN USAHA
SWASTA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAHS SAKIT
17
A. Apakah rumah sakit swasta/privat yang di kelola oleh badan
usaha milik swasta ( firma dan perekutuan kommanditer/CV )
melanggar ketentuan perundang undangan yang ada.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit menyatakan bahwa Rumah Sakit dapat didirikan oleh
swasta. selanjutnya dijelaskan bahwa Rumah Sakit yang
didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
Pada bagian lain undang-undang ini menyebutkan bahwa
Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Berdasarkan isi undang-undang Rumah Sakit mengenai
bentuk dan pengelola rumah sakit, bahwa badan hukum yang
dapat mengelola Rumah Sakit adalah perseroan terbatas,
sehingga terjadi pertentangan mengenai tujuan dari badan
hukum dengan tujuan dari Rumah Sakit yang berbeda.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun
2014 Tentang Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit
menyatakan bahwa bentuk badan hukum yang dapat
mendirikan rumah sakit Swasta adalah Perseroan Terbatas atau
Persero.
Penegasan mengenai badan usaha swasta pengelola
rumah sakit swasta/privat dalam undang undang undang 44
tahun 2009 tentang rumah sakit dan permenkes 56 tahun 2014
18
tentang perizinan dan klasifikasi rumah sakit harus berbadan
hokum berupa Perseroan terbatas maka dalam hal ini badan
usaha swasta yang tidak berbadan hokum seperti Firma dan CV
tidak memiliki legitimasi hokum untuk mengelola rumah sakit.
alasan lain yang mungkin bisa dijadikan argument untuk
menjawab pertanyaan tentang keberadaan firma dan cv dalam
pengelolaan rumah sakit adalah berkaitan dengan kompleksitas
organisasi rumah sakit itu sendiri sebagaimana yang telah
disampaikan di bab sebelumnya. dari sisi pengelolaan organisasi
keberlangsungan/usia persekutuan firma dan CV tidak menentu
sementara pengelolaan organisasi rumah sakit membutuhkan
perencanaan dan manajerial yang dapat memberikan kepastian
dan perlindungan hokum baik pengelola rumah sakit maupun
masyarakat sebagai penerima jasa layanan kesehatan.
B. Kriteria Badan Usaha Milik Swasta yang dapat mengelola
organisasi rumah sakit berdasarkan undang-undang nomor 44
tahun 2009 tentang rumah sakit
Jika merujuk pada ketentuan yang berlaku jelas dinyatakan
bahwa badan usaha swasta yang berbentuk badan hokum atau
perseroan terbatas adalah syarat yang penting bagi badan usaha
swasta yang ingin mendirikan rumah sakit. Selain karena
keberlangsungan/umur perusahaan yang tidak terbatas, setiap
perubahan komposisi kepemilikan tidak akan mempengaruhi
keberlangsungan perusahaan. Ini menjadi sepadan dengan
19
karakter organisasi rumah sakit yang secara kelembagan
memerlukan perangkat kelembagaan yang terorganisir dan
kompleks karena melibatkan mobilisasi modal, barang, sumber
daya manusia dari berbagai profesi yang bekerja sama dalam hal
pelayanan kesehatan kepada masyarakat juga merupakan lembaga
yang menghasilkan berbagai karya di bidang kedokteran yang
kesemuai itu membutukan perlindungan dan kepastian hokum
dalam penyelenggaraannya.
Sekedar digambarkan bahwa pengelolaan rumah sakit
pengelolaan rumah sakit bukan hanya memperhatikan aspek
medik, akan tetapi pengelolaan secara menyeluruh terkait dengan
berbagai aspek dalam organisasi rumah sakit. statuta Rumah Sakit
atau Hospital By- Laws adalah salah satu ciri dari organisasi rumah
sakit yang didalamnya memuat aturan-aturan Rumah Sakit yang
tentang pembagian tugas pokok dan fungsi, wewenang, tanggung
jawab dan pengaturan hubungan fungsional dari ketiga pilar utama
yang ada dalam organisasi Rumah Sakit sebagaimana yang
dijelaskan dibab sebelumnya.
Statuta Rumah Sakit atau Hospital By-Laws menjadi salah
satu komponen penting mengorganisir rumah sakit. Statuta rumah
sakit sebagai sebagai dasar bagi Rumah Sakit dalam mengatur
hubungan antara pemilik, pengelola, dan pemberi pelayanan (staf
medis) sehingga dapat meminimalisir konflik kepentingan yang ada
di rumah sakit.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Persekutuan Firma dan Persekutuan Kommanditer menurut
undang undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
21
bukan merupakan badan usaha swasta yang layak
mendirikan dan mengelola rumah sakit karena sifat dan
karakteristiknya tidak memberikan perlindungan dan
kepastian hokum bagi para pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan rumah sakit.
2. Perseroan Terbatas (PT) adalah salah satu bentuk badan
usaha yang memenuhi kriteria peraturan perundang
undangan sebagai badan Badan Usaha Milik Swasta yang
dapat mengelola Rumah Sakit berdasarkan Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
B. Saran
1. Dalam Pengelolaan Rumah Sakit oleh Badan Usaha Milik
Swasta Yang Berbadan Hukum, hendaknya
mengedepankan tata kelola organisasi yang baik (good
corporate governance) dengan tetap menanamkan tinggi
nilai nilai karaktersitik organisasi rumah sakit sebagai
organisasi social ekonomi tidak semata mata mengejar
keuntungan
2. Diperlukan Ketentuan Hukum Baru yang jelas dan kongkrit
mengenai penanaman nilai nilai social ekonomi kedalam Visi
Misi maupun Anggaran Dasar Badan Hukum yang akan
bergerak dibidang perumahsakitan sehingga ini akan
memberikan kepastian Hukum tentang Arah dan kebijakan
pengelolaan sebuah Rumah Sakit Oleh Badan Hukum.
22
3. Meningkatkan Pengawasan terhadap Praktek good
corporate governance kepada Pelaku Usaha
perumahsakitan demi terwujudnya pelayanan kesehatan
yang professional dan berdaya saing .
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2006.
Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 2014.
Laksono Trisnantoro, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit, PT Andi,
Yogyakarta 2000
Man S. Sastrawidjaja, Rai Mantili, Perseroan Terbatas Menurut Tiga
Undang-Undang Jilid 1, Bandung: Alumni, 2010.
23
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia,
Bogor: Ghalia, 2010.
R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan,
Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf., Bandung: Alumni, 2012.
R.T. Sutandya Raharja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Perizinan
dan klasifikasi Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By-Laws).
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) dan Petunjuk Pelaksanan
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
24