csr etika bisnis
TRANSCRIPT
PANDANGAN ISLAM TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PELAKU
USAHA (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Hasnain Haikal, SH, MH
Disusun Oleh:
Winda Nawangsari : 1420310180
Lusiana Emawati : 1420310181
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kini, ide untuk memasukan etika ke dalam dunia ekonomi (bisnis) mencuat
kembali. CSR tidak lagi ditempatkan dalam ranah sosial dan ekonomi sebagai
himbauan, tetapi masuk ranah hukum yang ‘memaksa’ perusahaan ikut aktif
memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat.1
Disahkannya Rancangan Undang-Undang Perseroan Terbatas (RUU PT) telah
menuai pro-kontra, terutama terhadap Pasal 74 tentang Aturan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan, yang rumusannya, “Perusahaan di bidang atau berkaitan dengan
Sumber Daya Alam (SDA) wajib melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).
Perusahaan yang tidak melaksanakan wajib CSR dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.
Tanggung jawab sangat terkait dengan hak dan kewajiban, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kesadaran tanggung-jawab. Ada dua bentuk kesadaran: Pertama,
kesadaran yang muncul dari hati nurani seseorang yang sering disebut dengan etika dan
moral. Kedua, kesadaran hukum yang bersifat paksaan berupa tuntutan-tuntutan yang
diiringi sanksi-sanksi hukum. Disini, perusahaan-perusahaan tersebut dituntut untuk
melayani masyarakat serta mewujudkan sikap tanggung jawab sebagai perusahaan yang
peduli terhadap lingkungan sekitar.2
B. Rumusan Masalah
1Sunaryanti, Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prespektif Islam, diakses dari http://hayalanyantibloggercom.blogspot.com/2009/02/bab-i-pendahuluan.html, Pada 7 Maret 2015 Pukul 6:25
2Buchari Alma dan Donni Juni, Manajemen Bisnis Syariah,Cet Pertama, (Bandung:Alfabeta, 2009), hlm. 178
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pembahasan dalam makalah ini
dapat diirumuskan:
1. Apakah arti Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif islam?
2. Bagaimana Orientasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?
3. Siapakah yang bertanggung jawab untuk melakukan Corporate Social
Responsibility (CSR) di dalam perusahaan?
Rumusan-rumusan masalah diatas akan dibahas pada subbab pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. CSR Dalam Prespektif Islam
Tanggung Jawab Sosial Perusahaann atau Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan perusahaan melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial
lainnya.3
Dalam hukum, tanggung jawab sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Islam
menganjurkan tanggung jawab agar mampu mengendalikan diri dari tindakan
melampaui batas kewajaran dan kemanusiaan. Tanggung jawab bersifat luas karena
mencakup hubungan manusia dengan manusia, lingkungan dan Tuhannya. Setiap
manusia harus dapat mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Seorang mukallaf
(baligh dan berakal) dibebani tanggung jawab keagamaan melalui pertanggung-jawaban
manusia sebagai pemangku amanah Allah di muka bumi (khalifah fi al-ardl).
Tanggung-jawab tersebut perlu diterapkan dalam berbagai bidang. Dalam ekonomi,
pelaku usaha, perusahaan atau badan usaha lain bertanggung-jawab mempraktekannya
di dalam lapangan pekerjaan, yaitu tanggung jawab kepada Allah atas perilaku dan
perbuatannya yang meliputi: tanggung jawab kelembagaan, tanggung jawab hukum dan
tanggung jawab sosial. Dalam tanggung jawab sosial, seseorang (secara moral) harus
mampu mempertanggung-jawabkan perbuatannya terhadap masyarakat apabila
melakukan perbuatan tercela.4
Selain dengan masyarakat, perusahaan bertanggung-jawab melindungi konsumen
melalui pertimbangan dampak terhadap lingkungan hidup. Hal ini, karena banyak
perusahaan yang sering melakukan tindakan kurang seimbang, karena tidak
memperdulikan lingkungan dengan memproduksi barang tak bermutu, cukup sekali
buang, makanan mengandung beracun, limbah dan lainnya. Kesemuanya itu dapat
membunuh (masyarakat) konsumen secara perlahan-lahan. Pelaku usaha, perusahaan
3 Buchari Alma dan Donni Juni, Ibid., hlm180
4 Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam, Cet Pertama, (Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 188
atau badan-badan usaha komersial lainnya, sudah saatnya memperhatikan hal-hal
tersebut. Karena hal itu, merupakan perbuatan melanggar hukum (i’tida) secara tidak
langsung yang harus dipertanggung-jawabkan pihak pelaku usaha, perusahaan atau
badan-badan komersial.
Setiap perbuatan berbahaya dalam Islam tidak dibenarkan (ghairu masyru’) dan
setiap perbuatan tidak dibenarkan yang membawa bahaya harus dipertanggung-
jawabkan, baik kerugian bahaya materil atau jiwa sebagai akibat buruk dari produk
pelaku usaha.
Kecenderungan bisnis modern untuk melakukan aktifitas sosial telah merubah arah
bisnis. Dunia bisnis yang selama ini terkesan profit-oriented (Hanya mencari untung)
hendak merubah citra-nya menjadi organisasi yang memiliki tanggung jawab sosial
terhadap masyarakat dan lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menggelar aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial
Perusahaan (TSP). Lima tahun belakangan ini, CSR telah merambah ke dalam hampir
seluruh segmen bisnis. Bahkan pola penerapan CSR di lembaga usaha bisnis sudah
sangat berbeda orientasi dan nilainya.
Saat ini, implentasi CSR tidak hanya sekedar upaya perusahaan untuk membayar
hutang sosial yang diakibatkan oleh proses bisnisnya, melainkan menjadi sebuah
tanggung jawab sosial yang menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk
melaksanakannya. Bahkan lebih jauh dari itu, CSR seakan ditujukan untuk berlomba
meningkatkan nilai dan citra perusahaan di mata pasar yang berujung pada
komersialitas perusahaan.5
Seperti diketahui, Corporate Social Responsibility (CSR) dalam lima tahun
belakangan ini menjadi buah bibir dan primadona bagi perusahaan di berbagai negara
termasuk Indonesia. Banyak perusahaan yang seakan berlomba mengekspose diri dalam
kegiatan yang berorientasi sosial, mereka bergiat mencitrakan diri sebagai perusahaan
yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial.6
5 Buchari Alma dan Donni Juni, Op.Cit., hlm 177-178
6 Ade Ilham Wahyudi, Pandangan Islam Tentang CSR, diakses dari http://kseiprogres.blogspot.com/2010/01/pandangan-islam-tentang-csr.html, pada 7 Maret 2015 Pukul
Dalam menghadapi tuntutan adanya tanggung jawab social perusahaan, setiap
perusahaan menanggapi dengan cara yang berbeda dan dengan srategi yang berbeda
pula. Strateginya antara lain:
1. Strategi Reaktif
Perusahaan yang melakukan strategi reaktif cenderung menghindarkan diri dari
tanggung jawab sosial. Atau dengan istilah lain perusahan tersebut hanya semata-mata
memaksimalkan laba.
2. Strategi Defensive
Strategi defensive dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan
terkait dengan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau
menolak tanggung jawab sosial.
3. Strategi Akomodatif
Perusahaan menjalankan tanggung jawab sosial semata-mata untuk menghindari
tekanan dari masyarakat.
4. Strategi Proaktif
Pada strategi ini, perusahaan mengambil inisiatif dalam tangung jawab sosial.
2. Orientasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Pelaksanaan CSR memang banyak berorientasi corporate diantaranya bertujuan
untuk membangun citra perusahaan, meningkatkan loyalitas konsumen, mencapai
kesuksesan financial, meningkatkan saham, menaikan penjualan, dan meminimalisir
konflik antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Sehingga CSR telah menjadi
salah satu strategi pemasaran dan manajemen yang cukup intens dilakukan oleh
perusahaan.7
Perkembangan awalnya, CSR hanya dilakukan oleh perusahaan beresiko tinggi
seperti perusahaan pertambangan, perkebunan, kimia, penebangan kayu. Perwujudan
awal CSR ini lebih fokus pada hutang yang harus dibayar atas dampak yang diakibatkan
pada Lingkungan dan masyarakat, bukan merupakan kewajiban dan tanggung jawab
6:29
7 Buchari Alma dan Donni Juni, Op.Cit., hlm 179
sosial. Pelaksanaannya pun, terbatas hanya pada ekosistem yang berada di sekitar
perusahaan, dengan kegiatan yang masih terbatas (limited) dan berjangka pendek (short
term).
Pada era kedua, telah terjadi pergeseran orientasi. CSR tidak lagi ditujukan untuk
membayar utang sosial, melainkan menjadi sebuah tanggung jawab mutlak yang harus
dilakukan oleh perusahaan. Coverage area penerapannya-pun semakin meluas, tidak
lagi terbatas lingkungan sekitar perusahaan, melainkan telah menjadi program nasional.
Era pertama dan kedua ini masih sangat berorientasi corporate, dan biasanya CSR
diposisikan dibawah kordinasi departemen Humas atau departemen komunikasi, dan
memang CSR ditujukan untuk media komunikasi dan kampanye sosial perusahaan.
Selanjutnya di era ketiga, perkembangan CSR mengarah kepada Branded CSR, yang
ditujukan untuk menjadi ‘umbrella’ bagi produk-produk perusahaan. CSR tidak lagi
terbatas pada komunikasi, melainkan sudah bermetamorfosis menjadi nilai dan filosofi
perusahaan. Coverage area-nya meliputi seluruh stakeholder, baik internal dan
eksternal. Sehingga semua pihak dapat meresapi dan mengimplementasikan seluruh
nilai dan tujuan CSR perusahaan. Perkembangan terakhir inilah yang merupakan
kematangan proses implementasi CSR, dengan demikian penerapan CSR tidak hanya
menguntungkan salah satu pihak melainkan keuntungan yang integral bagi seluruh
stakeholder.8
3. Pelaksana CSR Di Dalam Perusahaan
Penanggung Jawab CSR dalam Perusahaan, memang terdapat sebuah divisi khusus
yaitu divisi Public Relation (Hubungan Masyarakat) yang bertugas untuk menjalankan
kegiatan CSR. Namun dapat dibayangkan jika ada sebuah perusahaan yang melakukan
kegiatan CSR dengan melakukan kegitan penghijaun dalam rangka ketahaan iklim,
tetapi masih saja banyak para karyawan bahkan jajaran eksekutif perusahaan tersebut
tidak mau peduli dengan memakai kertas secara berlebuhan dan tidak ada usaha untuk
8 Saad Saefullah, Pandangan Islam Tentang Tanggung Jawab Sosial Bisnis , diakses dari http://trianristri.blogspot.com/2011/01/pandangan-islam-tentang-tanggung-jawab_02.html, Pada 7 Maret 2015 Pukul 5:53
melakukan daur ulang kertas. Maka CSR yang dilakukan hanyalah sebatas untuk
mendapatkan citra baik di mata publik yang tentu saja ujung-ujungnya meningkatkan
profit, dan tentu saja tidak sungguh-sungguh memperhatikan unsur people dan planet.
Alangkah baiknya jika kegiatan CSR perusahaan dimulai dengan menumbuhkan
kesadaran dari dalam perusahaan terlebih dahulu untuk selalu bertanggung jawab
tehadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Jika perusahaan telah memenuhi unsur 3P
tersebut dari dalam, maka tidak perlu khawatir dan bersusah payah menaikkan citra
perusahaan.9
BAB III
KESIMPULAN
Tanggung Jawab Sosial Perusahaann atau Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan perusahaan. Dalam
hukum, tanggung jawab sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Islam menganjurkan
9 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Cet. Ke-12 (Kanisius: Yogyakarta, 2012), hlm 290
tanggung jawab agar mampu mengendalikan diri dari tindakan melampaui batas
kewajaran dan kemanusiaan. Tanggung-jawab tersebut perlu diterapkan dalam berbagai
bidang. Dalam ekonomi, pelaku usaha, perusahaan atau badan usaha lain bertanggung-
jawab mempraktekannya di dalam lapangan pekerjaan, yaitu tanggung jawab kepada
Allah atas perilaku dan perbuatannya yang meliputi: tanggung jawab kelembagaan,
tanggung jawab hukum dan tanggung jawab sosial.
Pelaksanaan CSR memang banyak berorientasi pada korporat diantaranya bertujuan
untuk membangun citra perusahaan, meningkatkan loyalitas konsumen, mencapai
kesuksesan financial, meningkatkan saham, menaikan penjualan, dan meminimalisir
konflik antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Namun kini CSR telah
mengarah kepada Branded CSR, yang ditujukan untuk menjadi ‘umbrella’ bagi produk-
produk perusahaan. CSR tidak lagi terbatas pada komunikasi, melainkan sudah
bermetamorfosis menjadi nilai dan filosofi perusahaan.
Penanggung Jawab CSR dalam Perusahaan, terdapat sebuah divisi khusus yaitu
divisi Public Relation (Hubungan Masyarakat) yang bertugas untuk menjalankan
kegiatan CSR.
BAB III
KESIMPULAN
Sunaryanti, Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prespektif Islam,
diakses dari http://hayalanyantibloggercom.blogspot.com/2009/02/bab-i-
pendahuluan.html, Pada 7 Maret 2015 Pukul 6:25
Alma Buchari & Juni Donni, Manajemen Bisnis Syariah, Cet Pertama, Alfabeta,
Bandung, 2009.
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam, Cet Pertama, Kencana, Jakarta,
2006.
Wahyudi Ade Ilham, Pandangan Islam Tentang CSR, diakses dari
http://kseiprogres.blogspot.com/2010/01/pandangan-islam-tentang-csr.html, pada 7
Maret 2015 Pukul 6:29
Saefullah Saad, Pandangan Islam Tentang Tanggung Jawab Sosial Bisnis ,
diakses dari http://trianristri.blogspot.com/2011/01/pandangan-islam-tentang-tanggung-
jawab_02.html, Pada 7 Maret 2015 Pukul 5:53
Bertens K., Pengantar Etika Bisnis, Cet. Ke-12 ,Kanisius, Yogyakarta, 2012.
BIODATA PEMAKALAH
1. Winda Nawangsari
- NIM : 1420310180
- TTL : Kudus, 04 Mei 1996
- Alamat : Dk. Pacikaran RT 02/RW 06, Lau Dawe Kudus
- Alumni : SMK NU Miftahul Falah Cendono Dawe
2. Lusiana Emawati
- NIM : 1420310181
- TTL : Pati, 28 Mei 1996
- Alamat : Ds. Kedalon RT 03/RW 04, Batangan Pati
- Alumni : SMA N 1 Batangan