cs maloklusi

18
Oklusi adalah hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi dimana tonjol pertemuan gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal (lontar.ui.ac.id). oklusi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan bebrapa hal, yaitu gigi geligi, ligamen periodontal, rahang, sendi temporomandibula, otot dan sistem syaraf. Oklusi memiliki 2 aspek, yang pertama adalagh statis yang mengarah kepada bentuk susunan dan artikulasi gigi geligi pada dan diantara lengkung gigi serta hubungan antara gigi geligi dan jaringan penyangga. Sedangkan aspek yang kedua adalah dinamis, yang mengarah pada sistem stomatognatik yang terdiri atas gigi geligi, jaringan penyangga gigi, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi (lontar.ui.ac.id). Terdapat beberapa istilah dalam oklusi, diantaranya yaitu oklusi ideal dan oklusi normal. Oklusi ideal tercapai ketika gigi memiliki overjet anterior sebesar 2mm, dan overbite anterior sebesar 2 mm serta midline gigi yang berhimpit. Namun, hal ini tidak terlalu penting untk mencapai mastikasi yang efisien. Istilah yang lain yaitu oklusi normal, oklusi dikatakan normal jika : 1. Gigi dalam keadaan lengkap 2. Susunan gigi didalam lengkung teratur dengan baik 3. Kontak proksimal dan marginal ridge baik, kurva spee ideal,

Upload: charmelita-clara

Post on 28-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

maloklusi

TRANSCRIPT

Page 1: Cs Maloklusi

Oklusi adalah hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi

dimana tonjol pertemuan gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal (lontar.ui.ac.id).

oklusi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan bebrapa hal, yaitu gigi geligi,

ligamen periodontal, rahang, sendi temporomandibula, otot dan sistem syaraf. Oklusi

memiliki 2 aspek, yang pertama adalagh statis yang mengarah kepada bentuk susunan

dan artikulasi gigi geligi pada dan diantara lengkung gigi serta hubungan antara gigi

geligi dan jaringan penyangga. Sedangkan aspek yang kedua adalah dinamis, yang

mengarah pada sistem stomatognatik yang terdiri atas gigi geligi, jaringan penyangga

gigi, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi (lontar.ui.ac.id).

Terdapat beberapa istilah dalam oklusi, diantaranya yaitu oklusi ideal dan oklusi

normal. Oklusi ideal tercapai ketika gigi memiliki overjet anterior sebesar 2mm, dan

overbite anterior sebesar 2 mm serta midline gigi yang berhimpit. Namun, hal ini tidak

terlalu penting untk mencapai mastikasi yang efisien. Istilah yang lain yaitu oklusi

normal, oklusi dikatakan normal jika :

1. Gigi dalam keadaan lengkap

2. Susunan gigi didalam lengkung teratur dengan baik

3. Kontak proksimal dan marginal ridge baik, kurva spee ideal,

4. Tiap gigi di rahang atas dan bawah memiliki dua gigi antagonisnya kecuali gigi

insisiv sentral rahang bawah dan M3 rahang atas

5. Titik kontak baik, baik antara gigi sebelahnya maupun gigi antagonisnya

6. Hubungan serasi antara gigi geligi rahang atas dan bawah, gigi dan tulang rahang

terhadap cranium, dan otot disekitarnya.

7. Lengkung rahang berbentuk parabola dan ukuran lengkung rahang atas sesuai

dengan lenkung rahang bawah

8. Gigi geligi rahang atas mulai dari caninus hingga molar ketiga terletak setengah

cusp lebih ke distal dari gigi rahang bawah

9. Gigi rahang atas menutupi sebagian dari bidang labial dan bukal gigi rahang

bawah

10. Besarnya gigi dan rahang seimbang, fungsi otot kunyah normal, TMJ

normal, hubungan antara maksila dan mandibula normal

Page 2: Cs Maloklusi

11. Cusp meriobukal M1 RA berada di groove mesiobukal M1 RB dan cusp

distobukal M1 RA berada di celah antara M1 dan M2 RB

12. Cusp caninus rahang atas terletak pada titik pertemuan antara caninus bawah

dengan premolar 1 rahang bawah.

13. Gigi insisiv atas menutup gigi insisiv bawah antara 1/4 – 1/3 panjang koronanya.

14. Lingual cusp gigi premolar atas beradu diantara bukal dan lingual cusp dari gigi

premolar dan molar bawah

15. Lingual inclines planes dari lingual cusp dari premolar dan molar bawah dan

bukal incline dari bukal cusp dari premolar dan molar atas semuanya tidak beradu.

Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi

sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga

bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal. (Houston, W.J.B,1989). Untuk

mempermudah dalam mengetahui seorang pasien mengalami maloklusi maka ada

beberapa klasifikasi yang tersedia, seperti:

A. Maloklusi menurut Edward Angle

Klasifikasi Angle inilah yang sering digunakan. Dr. Edward Angle membagi

klasikasi ini menjadi tiga kelas berdasarkan lengkung gigi dirahang atas dan rahang

bawah atau skeletalnya.

1. Kelas I Angle (Netroklusi)

Maloklusi pada kelas 1 ini, dapat dilihat pada:

a. Lengkungan gigi atas & bawah mempunyai hub. Normal.

b. Mesio buccal cusp M1 atas terletak di buccal groove M1 bawah,

c. Mesio palatal cusp M1 atas terletak di central fossa MI bawah.

d. Disto buccal cusp M1 atas terletak diantara embrassure M1 & M2

bawah.

e. Letak C atas interlock antara C & P1 bawah.

2. Kelas II Angle (Distoklusi / Distal Step)

a. Gigi2 & lengkungan gigi bawah letaknya lebih distal dari normal dalam

hub. Dgn gigi2 & lengkungan gigi atas.

b. Mesio buccal cusp M1 atas letaknya lebih mesial dari buccal groove M1

bawah.

Page 3: Cs Maloklusi

3. Kelas III Angle (Mesioklusi / Mesial Step)

a. Gigi2 & lengkungan gigi bawah letaknya lebih mesial dari normal dlm

hub. Dgn gigi2 & lengkungan gigi atas.

b. Mesio buccal M1 atas letaknya lebih ke distal dari buccal groove M1

bawah.

B. Klasifikasi menurut Dewey

Dalam klasifikasinya Dr. Martin Dewey membagi klasifikasi kelas maloklusi yang

telah dibuat Dr. Edward Angle namun berdasarkan pada hubungan dari masing-

masing gigi atau dentalnya.

1. Kelas I maloklusi Angle:

a. Type 1: bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis

bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal.

Gigi-gigi insisive berjejal dan gigi caninus sering terletak di labial.

b. Type 2: hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior

dalam keadaan protusif atau labioversi.

c. Type 3: hubungan molar pertama atas dan bawah normal namun satu atau

lebih dari gigi insisive atas lebih mengarah ke lingual terhadap gigi

insisive bawah. (anterior cross bite).

d. Type 4 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal namun terjadi

gigitan bersilang posterior. (posterior cross bite)

e. Type 5 : hubungan molar pertama normal, namun terjadi migrasi kearah

mesial (mesial drifting ) pada gigi posterior karena adanya gigi yang

tanggal.

2. Kelas II maloklusi Angle:

a. Divisi I : hubungan antara molar pertama atas dengan molar pertama

bawah disoklusi dan gigi anterior mengalami protusif. Ini biasanya

disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga profil pasien terlihat

seperti paruh burung.

Page 4: Cs Maloklusi

b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama atas dengan molar pertama

bawah disoklusi dan gigi anterior normal namun deep bite sehingga profil

wajah pasien menjadi seolah-olah normal.

c. Sub Divisi : hanya pada satu sisi (unilateral)

3. Kelas III maloklusi Angle:

a. Type I : hubungan molar pertama atas dan premolar bawah mesioklusi

sedang hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge).

b. Type II : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi, sedangkan

gigi anterior normal namun insisal bawah lebih palatoversidari insisive

atas.

c. Type III : hubungan keseluruhan gigi anterior bersilang (cross bite)

sehingga profil mentum pasien lebih menonjol kedepan. (Hambali,

Tono,1985)

C. Klasifikasi menurut Lischers

Klasifikasi Lischer, sama halnya dengan Klasifikasi yang Angle namun klasifikasi

ini untuk malposisi perindividual gigi geligi dengan diikuti penambahan ”versi”

pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal

tersebut.

1. Mesioversi : Lebih ke mesial dari posisi normal

2. Distoversi : Lebih ke distal dari posisi normal

3. Lingouversi : Lebih ke lingual dari posisi normal

4. Palatoversi : Lebih ke palatal dari posisi normal

5. Bucoversi : Lebih ke bukal dari posisi normal

6. Labioversi : Lebih ke labial dari posisi normal

7. Infraversi : Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi

8. Supraversi : Lebih tinggi atau panjang melewati garis

oklusi

9. Axiversi : Inklinasi aksial yang salah, tipped

10. Torsiversi : Rotasi pada sumbunya yang panjang

11. Transversi : Perubahan pada urutan posisi

12. Perversi : terdapat gigi yang impected

Page 5: Cs Maloklusi

D. Klasifikasi Bennette

Klasifikasi Bennette ini berdasarkan etiologinya:

1. Kelas 1

Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal

2. Kelas II

Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu

lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.

3. Kelas III

Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu

lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang

E. Klasifikasi berdasarkan Dental

1. Klasifikasi Insisivus

a. Kelas 1

Insisor edge pada insisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah

cingulum plate insisive rahang atas

b. Kelas 2

Insisor edge pada insisive rahang bawah oklusi atau terletak pada

bagian palatal sampai singulum plateau pada insisive rahang atas

c. Kelas 3

Insisor edge pada insisive rahang bawah oklusi dengan atau terletak

pada bagian anterior sampai singulum plateau pada insisive rahang

bawah

2. Klasifikasi Caninus

a. Kelas 1

Caninus rahang atas beroklusi pada ruang bukal antara caninus rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

b. Kelas 2

Caninus rahang atas oklusi di anterior sampai ruang bukal di antara

caninus rahang bawah dan premolar satu rahang bawah

c. Kelas 3

Page 6: Cs Maloklusi

Caninus rahang atas oklusi di posterior sampai ruang bukal di antara

caninus rahang bawah dan premolar satu rahang bawah

Etiologi maloklusi dapat digolongkan menjadi dua yaitu primary etiologi site dan

etiologi pendukung lainya.

A. Primary etiologi site terbagi menjadi :

1. System Neuromuskular

Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap

ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak

seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.

2. Tulang

Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar

untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah

hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius

adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.

3. Gigi

Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial

dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis

gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah

kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak

langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah

adalah gigi yang terlalu besar.

4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)

Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi,

dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya.

Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal / kehilangan

perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ.

B. Etiologi Pendukung antara lain :

1. Herediter

Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal

genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat

dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran

Page 7: Cs Maloklusi

herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk

dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah

kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi /

tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh :

absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial).

2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya

Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh :

facial cleft.

3. Trauma

Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan

atau kesalahan bentuk dentofacial.

a. Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran. Contohnya:

1. Hipoplasia dari mandibula yang disebabkan karena tekanan intrauterine

(kandungan) atau trauma selama proses kelahiran.

2. Asymetri. Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga

menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.

b. Prostnatal trauma

1. Retak tulang rahang dan gigi

2. Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.

4. Agen Fisik

a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.

b. Makanan. Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja

lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan

karies yang lebih sedikit.

5. Kebiasaan buruk

Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain

bernafas melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari,

menghisap bibir. Kebiasaanburuk pada seseorang bisa berdiri sendiri-sendiri

atau terjadi bersama-sama dengan kebiasaanburuk lainnya. Artinya pada

pasien yang  sama dapat terjadi beberapa kebiasaan buruk (Yuniasih

E.N. dan Soenawan H., 2006)

Page 8: Cs Maloklusi

Klasifikasi kebiasaan buruk oral pada anak menurut V iken S . ( 1971 )

s ebaga i berikut :

1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)Bernafas melalui mulut dapat

diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :

a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup

udara melaluisaluran hidung (nasal passage).

b. Habitual : D i sebabkan ka rena keb i a saan mesk ipun gangguan

yang abno rma l sudah dihilangkan.

c. Anatomical  : Bila  anatomi  bibir  atas-bawah  pendek  sehingga  tidak

dapatmengatup sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnya.

Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit,  gigi anterior atas

majuke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di

belakang insisif atas.  Karena kurangnya stimulasi muscular normal

dari lidah  dan karena adanyat ekanan be r l eb ih pada can inus

dan dae rah mo la r o l eh o to t o rb i cu l a r i s o r i s dan bucinator,

maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan

maksilaberbentuk  V  dan palatal  tinggi.  Sehingga  menurut  beberapa

pendapat mouthbreathers cenderung memberikan klinis memilki wajah

yang panjang (long faced)dan sempit.Bila hal ini dilakukan terus menerus

dapat mengakibatkan kelainan berupagigi depan rahang atas baas

mrongos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka(open bite).

2. Kebiasaan  menghisap ibu jari

Menghisap  ibu  jari  merupakan  kebiasaan  yang  umum  pada anak.

Kebiasaanmenghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat

menyebabkan maloklusi. MenurutProfit (2000), karakteristik maloklusi

berhubungan dengan adanya kombinasi tekananlangsung dari ibu jari dan

perubahan pola tekanan pipi dan bibir. Tekanan pipi padasudut

mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi

terhadap gigi-gigiposterior  rahang  atas  ini  meningkat  akibat kontraksi

otot buccinators selama mengisap  pada  saat  yang  sama.sehingga

memberikan  risiko  lengkung  maksilamenjadi berbentuk V.

Page 9: Cs Maloklusi

Mengisap ibu jari bukanlah suatu penyebab atau gejala dari masalah fisik

atau psikologis (Dionne, 2001). Beberapa kasus menunjukkan kebiasaan

mengisap ibu jari dapat menjadi masalah karena ada kemungkinan terjadinya

misalignment gigi permanen jika seorang anak yang berusia lima atau enam

tahun masih melakukan kebiasaan mengisap ibu jari (Stuani, et al, 2006).

Oral habit ini dapat menyebabkan perubahan bidang incisal gigi seri, yaitu

retroklinasi pada gigi incisivus rahang bawah dan proklinasi pada gigi

incisivus rahang sehingga meningkatkan overjet dan menciptakan crossbite

bukal unilateral yang berhubungan dengan pergeseran mandibula. Hal

tersebut juga dapat mengubah rasio antara bagian atas dan bawah ketinggian

wajah anterior. Akibatnya posisi gigi depan jauh lebih maju dari gigi bawah,

dan terjadi open bite (Millett and Welbury, 2005; Dionne, 2001). Sebuah data

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas mengisap benda non-nutritif,

dibandingkan dengan benda nutritif, sejak bulan pertama kelahiran memiliki

faktor resiko yang lebih tinggi dalam mengakibatkan penyimpangan

perkembangan oklusi dan open bite pada gigi desidui (Viggiano, et al, 2004).

3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)

Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat

disebabkan karena bottlefeeding  yang tidak tepat dan biasanya

disertai dengn kebiasaan buruk lain sepertikebiasaan menghisap ibu

jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan initerus berlanjut

akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite serta ujung

lidah terposisi lebih anterior dari normal.

4. Kebiasaan menggigit benda

Terdiri dari :

a. Menggigit kuku

Menggigit kuku (nail biting)Merupakan keb i a saan bu ruk o r a l

d imana pos i s i g ig i i n s i s i f a t a s dan bawahmenga l ami

penekanan g ig i pada bag i an kuku t e r s ebu t . Meuru t F inn

(1971 ) , kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal pada

anak yang sebelumnyamemiliki kebiasaan menghisap. Selain itu

Page 10: Cs Maloklusi

menurut Alexander dan Lane (1990),etiologi menggigit  kuku

disebabkan  karena  stres,  imitasi  terhadap anggotakeluarga, herediter,

transfer dari kebiasaan menghisap jari, dan kuku jari yang tidak

rapi. Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada

gigianterior bawah.

b . Mengg ig i t j a r i

Keb i a saan mengg ig i t j a r i pada anak -anak t imbu l pada

u s i a 1 -2 t ahun . J i ka dibiarkan terus menerus sampai usia 5

tahun atau lebih dapat berakibat kelainanpada posisi gigi. Jari

akan menekan gigi rahang atas ke depan dan gigi rahangbawah ke

dalam, sehingga gigi tampak merongos (protusif).

(www.scribd.com )

Selain kebiasaan kebiasaan di atas, kebiasaan menopang dagu juga dapat

mengakibatkan pertumbuhan tulang rahang bawah yang tidak sempurna.

Kebiasaan ini dapat menyebabkan tidak simetrisnya antara kanan dan kiri

tulang rahang tersebut karena dalam kebiasaan ini dagu tertopang sebagian

yang artinya sebagian rahang bawah mendapat suatu tekanan sehingga

pertumbuhan rahang tidak sempurna. Hal inilah yang nantinya dapat

menyebabkan maloklusi. ( foster. 1997 )

6. Penyakit

a. Penyakit sistemik

Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas

pertumbuhan gigi.

b. Gangguan endokrin

Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia,

gangguan endokrin saat postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak

merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat

mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.

c. Penyakit local

Penyakit disekitar mulut yang dapat mempengaruhi gigi geligi

Page 11: Cs Maloklusi

1. Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng

seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk

mencegah trauma, ancylosis gigi.

2. Trauma

3. Karies

7. Malnutrisi

Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.

DAPUS:

1. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar ORTODONDI . Edisi III. Jakarta : EGC

2. Houston, W. J. B1989. Diagnosis Orthodonti. Alih bahasa drg yuwono L.

Jakarta : Hipokrates

3. Hambali, Tono.1986. Diktat Kuliah Orthodonti II Fakultas

4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/669/1/08E00229.pdf

5. scribd.com/doc/44633505/maloklusi