core.ac.uk · i pengukuran budaya organisasi sebagai rujukan untuk meningkatkan daya saing di era...
TRANSCRIPT
i
PENGUKURAN BUDAYA ORGANISASI
SEBAGAI RUJUKAN UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DI ERA GLOBAL
PADA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Hilario Saktya Pratita
NIM : 119114112
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PENGUKURAN BUDAYA ORGANISASI
SEBAGAI RUJUKAN UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DI ERA GLOBAL
PADA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Disusun oleh :
Nama : Hilario Saktya Pratita
NIM : 119114112
Telah Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing,
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. Tanggal :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PENGUKURAN BUDAYA ORGANISASI
SEBAGAI RUJUKAN UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DI ERA GLOBAL
PADA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Nama : Hilario Saktya Pratita
NIM : 119114112
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal : 18 Mei 2016
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Penguji Tanda Tangan
1. Penguji 1 : Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. ………………….
2. Penguji 2 : P. Eddy Suhartanto, M.Si. ………………….
3. Penguji 3 : Minta Istono, M.Si. ………………….
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
“ Dalam hidup, kita harus selalu siap untuk tidak siap. ”
- anonim -
“ It’s not about how much we do, but how
much love we put in that action. ” - Mother Theresa -
“ Konflik itu mendewasakan. ” - anonim -
“ Urip ning jaman edan ki angel. Kowe kudu
ngeli, tapi ojo keli. ”
- Romo Nugroho -
“ Hidup bukanlah sebagaimana kita pikirkan, namun
sebagaimana kita hayati. Semakin mendalam penghayatan
kita akan kehidupan, semakin bermaknalah kehidupan kita.
Maknailah hidupmu demi diri sendiri, demi orang lain, juga
demi kemuliaan Allah yang lebih besar … “
Ad Maiorem Dei Gloriam.
- Romo Dwiko Sayur -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Proudly dedicated for,
My Jesus Christ
Bapak, Ibu, Dhiyan, Tindra
and you !! Yes you !!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juli 2016
Penulis,
Hilario Saktya Pratita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENGUKURAN BUDAYA ORGANISASI
SEBAGAI RUJUKAN UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DI ERA GLOBAL
PADA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Hilario Saktya Pratita
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya organisasi yang berlangsung
dan dirasakan serta yang diinginkan ada di Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini
menjadi penting dilakukan karena selama ini belum ada penelitian yang mengukur dan
memetakan secara menyeluruh budaya organisasi yang ada di Universitas Sanata
Dharma. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 242 individu yang terdiri dari 130 tenaga
pendidik (dosen) yang tersebar dalam 23 program studi dan 112 tenaga kependidikan
(administrasi) yang tersebar dalam biro, lembaga, dan tata usaha fakultas. Seluruh subjek
penelitian merupakan karyawan tetap di Universitas Sanata Dharma dan dipilih dengan
menggunakan metode cluster sampling. Alat pengumpulan data berupa skala
Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) yang telah diadaptasi
menggunakan metode Back-translation terlebih dahulu. OCAI memuat 4 dimensi budaya
organisasi, yaitu Clan dengan reliabilitas α = 0.839, Adhocracy α = 0.740, Market α =
0.804, dan Hierarchy α = 0.825. Metode analisis menggunakan kuantitatif deskriptif
dengan bantuan Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Hasil analisis
menunjukkan bahwa budaya organisasi yang sedang berlangsung dan dirasakan oleh
seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di Universitas Sanata Dharma adalah
budaya organisasi Clan dan Hierarchy. Budaya organisasi yang diinginkan oleh Rektor
selaku pemimpin di Universitas Sanata Dharma adalah budaya yang condong Clan dan
sedikit menyisipkan budaya organisasi Hierarchy.
Kata kunci : Psikologi Industri dan Organisasi, Budaya Organisasi, OCAI,
Clan, Adhocracy, Market, Hierarchy, Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE MEASUREMENT OF ORGANIZATIONAL CULTURE
AS A REFERENCE
TO ENHANCE COMPETITIVENESS IN THE GLOBAL ERA
IN SANATA DHARMA UNIVERSITY
Hilario Saktya Pratita
ABSTRACT
This research is aimed to know the organizational culture that exists and is felt and
also is expected to be there in Sanata Dharma University. This research is necessary to
be conducted because no research has been conducted to measure and map the entire
organization culture in Sanata Dharma University.The research's subject consists of 242
individual respondent, namely 130 lecturers spread out in 23 study programs and 112
education workers (administrative) spread out in bureau, institution and faculties'
administrators. All research' subjects are permanent employees in Sanata Dharma
University and are chosen in cluster sampling method. The data collecting tool is a scale
of Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) that has already been adapted
previously using Back-translation method. OCAI includes 4 organization culture
dimensions, namely Clan with reliability α = 0.839, Adhocracy α = 0.740, Market α =
0.804, and Hierarchy α = 0.825. The analysis method uses descriptive quantitative with
the aid of Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). The analysis result
shows that the organizational culture that exists and is felt by all lecturers and by all
education workers in Sanata Dharma University is Clan and Hierarchy organizational
culture. Organizational culture that is expected most to exist by Rector as the leader of
Sanata Dharma University is organizational culture that tends to be Clan and is inserted
little Hierarchy organizational culture.
Key Word : Industrial Psychology and Organization, Organizational Culture,
OCAI, Clan, Adhocracy, Market, Hierarchy, Sanata Dharma
University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Hilario Saktya Pratita
NIM : 119114112
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengukuran Budaya Organisasi sebagai Rujukan untuk
Meningkatkan Daya Saing di Era Global Pada Universitas Sanata Dharma
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya berikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikan pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 26 Juli 2016
Yang menyatakan,
Hilario Saktya Pratita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua. Banyak cara yang bisa dipilih mahasiswa
untuk menunjukkan dan membuktikan hasil belajarnya selama duduk di bangku
perkuliahan. Salah satunya dengan menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Banyak
pilihan ruang lingkup, teori, isu, dan atau fenomena yang bisa diangkat dalam
tugas akhir. Tergantung idealis, konsep berpikir, dan alasan dari peneliti itu
sendiri. Peneliti mencoba mengambil salah satu alternatif alasan, yaitu balas budi.
Tugas akhir ini muncul dari passion peneliti akan dunia praktis ilmu industri dan
organisasi. Berangkat dari semangat dan keinginan peneliti untuk memberikan
sumbangsih bagi Universitas Sanata Dharma melalui bidang keilmuan yang
peneliti tekuni, peneliti ingin melakukan kajian penelitian yang benar-benar bisa
dirasakan manfaatnya oleh almamater peneliti.
Berlatar belakang pendidikan ilmu psikologi yang sedang ditempuh,
peneliti mengkaitkan ilmu psikologi dengan penelitian mengenai budaya
organisasi di institusi pendidikan Universitas Sanata Dharma. Sumbangsih dari
penelitian ini kiranya dapat membantu perkembangan ilmu psikologi industri
organisasi secara teoritis dan terutama almamater peneliti, Universitas Sanata
Dharma secara praktis. Peneliti menyadari dalam melakukan penelitian ini
mendapatkan sangat banyak bantuan dari segenap pihak baik secara materi
maupun non-materi. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Tuhan Yesus Kristus yang Maha Keren. Puji dan syukur atas segala berkat
dan penyertaan-Mu selama proses perkuliahan sampai penyelesaian tugas
akhir ini.
2. Bunda Maria, Santo Yudas Tadeus, dan Santo Johanes de Britto yang selalu
mendengarkan doa-doa dan permohonan peneliti dan tidak pernah berpaling
dari anak-Nya yang penuh dosa ini.
3. Bapak TM. Raditya Hernawa, M.Psi, Psi., selaku dosen pembimbing skripsi
sekaligus partner berpikir bagi peneliti dalam proses pembelajaran baik
akademik maupun pembelajaran soal nilai-nilai “kehidupan”. Terimakasih
sudah menjadi dosen pembimbing yang memiliki fungsi ganda, yaitu figur
guru yang membantu mengarahkan dan figur teman yang selalu
menyemangati serta memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan tugas
akhir ini.
4. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah membantu proses terwujudnya penelitian ini.
Terimakasih telah mendukung segala proses perijinan dan pengambilan data
penelitian dari awal hingga tugas akhir ini dapat selesai.
5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang turut serta memotivasi dan mendampingi
peneliti dalam segala proses dinamika di Fakultas Psikologi dan dalam proses
pembuatan tugas akhir ini. Maturnuwun Pak.
6. Ratri Sunar A., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma periode 2013-2015 yang turut serta menyemangati dan selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
membantu peneliti dalam segala proses dinamika di Fakultas Psikologi dan
dalam proses pembuatan tugas akhir ini. Maturnuwun Bu.
7. Ibu Debri Pristinella, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
menyemangati dan menemani langkah peneliti dari awal berproses di Fakultas
Psikologi sampai saat ini. Terimakasih sudah menjadi figur Ibu yang baik dan
perhatian kepada anak-anaknya.
8. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Si. Maturnuwun buat segala pendampingan
selama peneliti berproses di Fakultas Psikologi dan terutama selama kurang
lebih 1 tahun peneliti berdinamika di BEMF Psikologi. Terimakasih buat
dukungan total dan cinta Ibu yang begitu luar biasa kepada kami semua para
pengurus. Terimakasih sudah menjadi pendamping kemahasiswaan yang
benar-benar mendampingi dan merangkul tiap pribadi mahasiswa.
Terimakasih juga sudah menjadi partner bekerja yang menyenangkan.
Pengalaman itu tidak akan pernah peneliti lupakan.
9. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. dan Bapak R. Landung Eko Prihatmoko,
M.Psi, Psi., selaku dosen penguji yang telah membantu peneliti dengan
memberi masukan, saran, dan kritik terhadap tulisan ini, sehingga tulisan ini
bisa menjadi sebuah karya yang bermakna dan dapat bermanfaat.
10. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Bu Nanik,
Pak Giyono, Mas Doni, Mas Muji (GLORY !!!) Universitas Sanata Dharma
yang telah memberi dukungan besar bagi peneliti. Terimakasih untuk segala
bantuan, kepedulian, keceriaan, dan rasa cinta yang boleh Bapak Ibu semua
tularkan kepada peneliti selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
11. Kedua orang tua peneliti, Joannes Pratomo dan Chatarina Rusmiyati serta
kedua adik peneliti, Dhiyan dan Tindra yang memberikan peran sangat besar
kepada peneliti selama proses pengerjaan skripsi ini. Terimakasih sudah
menjadi keluarga yang menyenangkan, mendukung, dan sangat memahami
tipikal peneliti. Terimakasih sudah berperan sebagai “reminder” dan bukan
“penuntut” bagi peneliti. Long live my Family !!
12. Adella Putri C. L. yang telah menjadi partner yang luar biasa selama kurang
lebih 3 tahun terakhir. Terimakasih sudah menjadi pribadi yang selalu siap
sedia membantu peneliti dalam segala proses kehidupan peneliti. See you on
top !!
13. Sahabat-sahabat seperjuangan peneliti, Stanis, Vico, Widek, Budi, Pika, Ateng
dan Natan. Thanks bro !! Terimakasih sudah menjadi “cermin” terbaik bagi
peneliti. Sukses buat kita semua.
14. Keluarga besar BEMF Psikologi Universitas Sanata Dharma periode
2013/2014. Terimakasih untuk pengurus inti (Ela, Ani, Bella, Fani, Patrice)
dan keluarga BEMF yang lain. Terimakasih untuk 1 tahun yang luar biasa.
Terimakasih untuk keceriaan dan rasa kekeluargaan yang boleh peneliti
rasakan. Benar-benar 1 tahun yang sangat berkesan bisa berdinamika bersama
dengan kalian. Dari kalian peneliti belajar bahwa keluarga bukan hanya soal
ikatan biologis, namun juga soal atmosfer yang terbangun di setiap kegiatan
yang kita lakukan. Thanks guys.
15. Keluarga besar DPMF Psikologi Universitas Sanata Dharma periode
2012/2013. Terimakasih Mbak Mega cs untuk 1 tahun yang berkesan. Tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
di mana peneliti belajar banyak mengenai hidup. Terimakasih untuk segala
proses yang mendewasakan peneliti.
16. Keluarga besar BEMF Psikologi Universitas Sanata Dharma periode
2011/2012. Terimakasih untuk semua pembelajarannya. Terimakasih untuk
pendampingan dan petuah-petuah yang mas mbak berikan selama peneliti
berproses di psikologi dan terutama selama peneliti menyelesaikan tugas akhir
ini.
17. Keluarga GKC 2011 tercinta yang menemani proses dinamika peneliti pada
awal-awal semester di Fakultas Psikologi. Terima kasih sudah menjadi teman
bermain, belajar, berbagi yang menyenangkan. Terimakasih juga untuk
makrab dan hangout cerianya. Semoga suatu saat bisa kumpul bareng lagi ya...
18. Halo Genk “Tukang Pijet” dan Genk “Dosen Pembimbing Pak Tius” !!
Terimakasih sudah menemani dan selalu menyemangati peneliti saat proses
menyelesaikan skripsi ini. Ditunggu dolan holaholo nya lagi !!
19. Teman-teman Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu per satu. Teman-teman angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2012,
2013, 2014, 2015, dan terutama teman-teman satu angkatan peneliti, angkatan
2011. Terimakasih buat segala dukungannya selama peneliti berproses
bersama. Doa dan harapan terbaik buat kalian semua.
20. The last but not least, Terimakasih untuk Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma. Terimakasih AKSI 2011, terimakasih untuk seluruh
kepanitiaan dan organisasi di dalamnya, terimakasih untuk mata kuliahnya,
terimakasih seluruh civitas akademikanya, terimakasih untuk seluruh sudut-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
sudut KBT, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sekretariatnya,
terimakasih untuk segala waktu yang telah engkau sempatkan bersama
peneliti. Sungguh 5 tahun yang sangat berharga berada di fakultas kecil yang
besar ini. Lima tahun yang penuh perjuangan. Terimakasih telah memberikan
peneliti banyak kesempatan dan wadah untuk belajar. Fakultas Psikologi
sukses menempa karakter dan pribadi peneliti menjadi seperti yang sekarang
ini. Dirgahayu Fakultas Psikologi USD. Tuhan memberkati.
Yogyakarta, 26 Juli 2016,
Penulis,
Hilario Saktya Pratita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO …………………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………….. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………… vii
ABSTRACT ………………………………………………………………… viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………… ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xvi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xxi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xxii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………..... 9
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 9
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 9
1. Manfaat Teoritis …………………………………………………… 9
2. Manfaat Praktis ……………………………………………………. 10
a. Bagi Instansi/Pemimpin Instansi Terkait ……………………… 10
b. Bagi Subjek ……………………………………………………. 10
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………... 11
A. Definisi Budaya Organisasi …………………………………………… 12
B. Proses Pembentukan Budaya Organisasi ……………………………… 14
C. Unsur Budaya Organisasi ……………………………………………... 18
D. Karakteristik Budaya Organisasi ……………………………………… 19
E. Fungsi Budaya Organisasi …………………………………………….. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
F. Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) …………….. 26
G. The Competing Value Framework ....................................................... 32
H. Penelitian Budaya Organisasi Menggunakan OCAI …………………. 36
I. Universitas Sanata Dharma …………………………………………… 40
J. Kerangka Berpikir ……………………………………………………. 42
K. Pertanyaan Penelitian …………………………………………………. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 47
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………... 47
B. Identifikasi Variabel Penelitian ………………………………………...48
C. Definisi Operasional …………………………………………………... 48
1. Budaya Organisasi ………………………………………………… 49
2. Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) …………. 49
D. Subjek Penelitian ……………………………………………………… 50
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data …………………………………. 51
1. Metode Pengumpulan Data ……………………………………….. 51
2. Alat Pengumpulan Data …………………………………………… 52
F. Koefisien Korelasi Item Total (rix) ……………………………………. 54
G. Validitas dan Reliabilitas ……………………………………………… 56
1. Validitas …………………………………………………………… 56
2. Reliabilitas ………………………………………………………… 58
H. Metode Analisis Data …………………………………………………. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………. 62
A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………………... 62
B. Deskripsi Subjek Penelitian …………………………………………… 63
C. Hasil Penelitian ……………………………………………………….. 66
1. Uji Normalitas …………………………………………………….. 66
2. Deskripsi Data Penelitian …………………………………………. 70
a. Deskripsi Budaya Organisasi yang dirasakan Tenaga Pendidik
dan Tenaga Kependidikan secara Keseluruhan ………………. 72
b. Deskripsi Budaya Organisasi yang dirasakan Tenaga Pendidik.. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
c. Deskripsi Budaya Organisasi yang dirasakan Tenaga
Kependidikan …………………………………………………. 76
d. Deskripsi Budaya Organisasi yang diinginkan Rektor Universitas
Sanata Dharma ………………………………………………… 78
e. Deskripsi Budaya Organisasi di Tiap Program Studi ………… 80
f. Deskripsi Budaya Organisasi di Tiap Biro, Lembaga, dan Tata
Usaha Fakultas ……………………………………………….. 98
D. Pembahasan …………………………………………………………… 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 120
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 120
B. Saran …………………………………………………………………... 121
1. Bagi Subjek ……………………………………………………….. 121
2. Bagi Universitas Sanata Dharma/Rektor ………………………….. 121
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ……………………………………….. 122
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 123
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Kotter & Haskett)…… 16
Tabel 2. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins)…………….. 16
Tabel 3. Pengelompok Tipe Budaya Organisasi Berdasarkan
The Competing Values Framework ……………………………………….. 31
Tabel 4. Kerangka Berpikir The Competing Value Framework …………. 33
Tabel 5. Inti Dimensi dari The Competing Values Framework ………….. 34
Tabel 6. Koefisien Korelasi Item Total Dimensi Budaya Organisasi
dalam Skala OCAI ………………………………………………………… 56
Tabel 7. Koefisien Reliabilitas Dimensi Budaya Organisasi …………….. 60
Tabel 8. Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ………………….. 63
Tabel 9. Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir …………... 64
Tabel 10. Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja …………………… 64
Tabel 11. Subjek Penelitian Berdasarkan Program Studi, Biro, Lembaga,
dan Tata Usaha Fakultas …………………………………………………. 65
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov) ………………….. 66
Tabel 13. Hasil Skor OCAI Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
secara Keseluruhan ……………………………………………………….. 72
Tabel 14. Hasil Skor OCAI Tenaga Pendidik …………………………….. 74
Tabel 15. Hasil Skor OCAI Tenaga Kependidikan ……………………….. 76
Tabel 16. Hasil Skor OCAI Rektor Universitas Sanata Dharma …………. 78
Tabel 17. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 80
Tabel 18. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 82
Tabel 19. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 86
Tabel 20. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 87
Tabel 21. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 89
Tabel 22. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 92
Tabel 23. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 94
Tabel 24. Hasil Skor OCAI Program Studi ………………………………. 96
Tabel 25. Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas …. 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel 26. Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas …. 101
Tabel 27. Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas …. 104
Tabel 28. Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas …. 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Dimensi Budaya Organisasi Clan ……………………. 67
Gambar 2. Kurva Dimensi Budaya Organisasi Adhocracy ……………… 68
Gambar 3. Kurva Dimensi Budaya Organisasi Market ………………….. 69
Gambar 4. Kurva Dimensi Budaya Organisasi Hierarchy ………………. 70
Gambar 5. Diagram Hasil OCAI Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Keseluruhan ……………………………………………….. 109
Gambar 6. Diagram Gap Hasil OCAI Tenaga Pendidik & Tenaga
Kependidikan dengan Rektor …………………………………………….. 111
Gambar 7. Diagram Gap Hasil OCAI Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan ……………………………………………………………… 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)
Versi Asli …………………………………………………………………... 129
Lampiran 2. Proses Back-Translation Skala OCAI ……………………… 133
Lampiran 3. Hasil Metode Back-Translation Skala OCAI
(Versi Indonesia) ………………………………………………………….. 140
Lampiran 4. Reliabilitas Skala OCAI ……………………………………. 143
Lampiran 5. Skala Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)
Bagi Pemimpin Instansi …………………………………………………… 146
Lampiran 6. Skala Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)
Bagi Tenaga Pendidik …………………………………………………….. 154
Lampiran 7. Skala Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)
Bagi Tenaga Kependidikan ……………………………………………….. 162
Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas ………………………………………. 170
Lampiran 9. Gambar Hasil Skor OCAI Rektor Universitas Sanata Dharma.. 172
Lampiran 10. Gambar Gap Hasil Skor OCAI Tenaga Pendidik di Tiap
Program Studi dengan Rektor Universitas Sanata Dharma ………………. 174
Lampiran 11. Gambar Gap Hasil Skor OCAI Tenaga Kependidikan di
Tiap Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas dengan Rektor Universitas
Sanata Dharma ……………………………………………………………. 187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu perubahan tuntutan lingkungan, dewasa ini semakin mencuat
seiring munculnya globalisasi. Globalisasi sangat dirasakan dan berpengaruh
terutama di sektor perekonomian Indonesia. Globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah (Suparman, 2002). Lebih lanjut
Friedman (2006) berpendapat bahwa globalisasi telah memunculkan budaya
baru, yaitu budaya kompetisi, budaya persaingan, budaya cepat dan akurat,
serta budaya teknologi komunikasi. Salah satu produk nyata dari era
globalisasi adalah ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan
wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN.
Perubahan tuntutan lingkungan pada era global, dewasa ini juga
dirasakan oleh salah satu instansi perguruan tinggi swasta di Kota Yogyakarta
yaitu Universitas Sanata Dharma. Menurut Rektor Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta periode 2013-2017, Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D.
(Komunikasi Pribadi, 1 Oktober 2015), Universitas Sanata Dharma sebagai
institusi pendidikan perlu berorientasi kepada fenomena globalisasi agar
memiliki posisi di era global. Universitas Sanata Dharma menyadari bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
akan sangat berat bila harus memenangkan persaingan dan kompetisi di era
global terutama apabila patokan-patokan dan standar ukurannya adalah
negara-negara maju. Universitas Sanata Dharma pada tahun 2015 memperoleh
status sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbaik kedua di Indonesia
menurut Kementerian Riset, Teknologi, & Pendidikan Tinggi (Kemenristek
Dikti), namun begitu tidak serta merta dapat meningkatkan daya saingnya
dalam kompetisi di era globalisasi. Universitas Sanata Dharma menyadari
perlunya menanamkan budaya global seperti kesadaran akan persoalan-
persoalan global dan komunikasi global. Dari fakta-fakta tersebut, Universitas
Sanata Dharma menggagas pemahaman untuk membangun budaya unggul
yang lebih berupa usaha untuk mencari keunggulan-keunggulan lokal,
sehingga dapat bernilai di era global.
Keberadaan perusahaan atau instansi sebagai organisasi terbuka sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan senantiasa berkembang, sehingga
menjadi penting bagi perusahaan atau instansi untuk menerapkan desain
strategi yang tepat untuk menghadapi perubahan lingkungan. Desain strategi
perubahan terencana di organisasi perlu mempertimbangkan beberapa faktor
penting agar rencana perubahan organisasi dapat berjalan dengan baik dan
efektif. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah struktur, sistem
informasi, praktek sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya
organisasi. Salah satu faktor terpenting adalah mempertimbangkan budaya
dari suatu organisasi tersebut. Budaya organisasi menjadi faktor terpenting
karena budaya organisasi mampu menciptakan nilai dan norma yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memberikan dorongan bagi seluruh anggota organisasi untuk memperoleh,
mengolah, dan berbagi informasi baru. Budaya organisasi mampu menjaga
anggota organisasi bergerak ke arah yang sama (Cumming, 2005).
Cumming (2005) juga mengatakan bahwa kesadaran akan perubahan
tuntutan lingkungan terkadang tidak dirasakan oleh seluruh anggota
organisasi, sehingga sering kali terjadi perbedaan keyakinan dan pemahaman
terhadap situasi atau permasalahan yang dihadapi bersama di dalam suatu
organisasi. Keadaan seperti ini akan mengganggu percepatan organisasi dalam
mencapai sasarannya. Tidak semua perusahaan atau instansi yakin dan tahu
betul tentang budaya yang dimilikinya, maka dari itu penting bagi organisasi
untuk mengukur dan menilai dengan tepat budaya yang sedang berlaku di
perusahaan atau instansinya sebagai dasar menyusun desain strategi perubahan
organisasi dan pengelolaan sumber daya manusia.
Budaya unggul dan kesadaran akan konteks sekitar menjadi dasar
utama dalam proses perjalanan Universitas Sanata Dharma mengarungi
persaingan di era global. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai Jesuit dan
Spiritualitas Ignasian yang menjadi roh institusi pendidikan ini. Sanata
Dharma sebagai salah satu perguruan tinggi dibawah naungan Jesuit memiliki
pondasi nilai memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan
(cerdas dan humanis) (Priyatma, Sukmono, Yudianti, Harnoto, Adi, Sarkim,
Subanar, Rohandi, Supardiyono, Siswadi, Rosa, Djunarko, Widyatmoko,
Dhatu, Haryono, Dwiatmoko, & Suparwito, 2012). Nilai pendidikan Jesuit
semakin relevan untuk terus diaktualisasikan pada era global karena salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penerapan nilai pendidikan Jesuit adalah kesadaran akan konteks yang selalu
berubah. Nilai-nilai tersebut terus berusaha diamalkan oleh seluruh civitas
Universitas Sanata Dharma dengan membawa semangat magis dari
pendidikan Jesuit dalam kehidupan sehari-hari. Semangat tersebut membentuk
suatu budaya organisasi yang khas di Universitas Sanata Dharma (Drs.
Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D., Komunikasi Pribadi, 1 Oktober 2015).
Lebih lanjut lagi, Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D.
(Komunikasi Pribadi, 1 Oktober 2015) mengatakan, dalam era global,
Universitas Sanata Dharma merasakan bahwa tantangan dalam persaingan
antar instansi pendidikan semakin ketat. Setiap instansi pendidikan harus
berpacu dengan instansi lain dan diri sendiri untuk dapat terus berkembang
dan beradaptasi dengan perubahan tuntutan lingkungan yang ada. Usaha untuk
menghadapi tantangan tersebut diwujudkan dalam nilai cerdas dan humanis
yang berarti mengintegrasikan nilai-nilai keunggulan akademik dan
kemanusiaan. Hal ini berkaitan dengan visi Universitas Sanata Dharma
sebagai penggali kebenaran yang unggul. Unggul dalam konteks persaingan
era global disini, bukan semata-mata untuk mengalahkan namun untuk
mengusahakan apa yang terbaik yang bisa dilakukan.
Usaha Universitas Sanata Dharma untuk menjawab tantangan
lingkungan juga tertuang pada misi USD dalam Renstra 2013-2017 point tiga
yaitu “Menghadirkan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat melalui
publikasi hasil kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat, pengembangan kerjasama dengan berbagai mitra yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
visi serta kepedulian sama, dan pemberdayaan para alumni dalam
pengembangan keterlibatan nyata di tengah masyarakat.” Universitas Sanata
Dharma memahami bahwa kualitas lulusan merupakan unsur strategis yang
dapat menjamin eksistensi dan perkembangan universitas ini. Sasaran ini
diutamakan dan tertuang dalam Renstra Tahun 2013-2017 yaitu
“Meningkatnya kemampuan USD menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi, hati nurani, dan semangat bela rasa.” (Priyatma et al., 2012).
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tidak
hanya ditentukan oleh hal-hal yang kasat mata (tangible), seperti struktur
organisasi, laporan keuangan, aset, gedung, dan sebagainya, melainkan juga
oleh hal-hal yang tidak kasat mata (intangible) (Moeljono, 2003). Budaya
merupakan salah satu elemen intangible penting yang dapat menolong
organisasi mencapai tujuan, mengantisipasi, dan beradaptasi menghadapi
perubahan lingkungan, serta menjaga performansinya untuk mencapai
kesuksesan kinerja ekonomi jangka panjang (Kotter & Heskett, 1992, dalam
Lestari, Wijaya, & Subayo, 2013). Dalam upaya mencapai sasaran organisasi
atau instansi, setiap organisasi atau instansi perlu melakukan penyelarasan
persepsi mengenai budaya organisasi yang diterapkan dalam instansi
(Sutrisno, 2010).
Menurut Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D. (Komunikasi
Pribadi, 1 Oktober 2015), budaya organisasi yang diharapkan ada di
Universitas Sanata Dharma adalah budaya unggul (excellent) dan secara
spiritual memiliki budaya magis. Budaya magis adalah budaya yang secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
umum memenuhi kriteria continous improvement (berkembang terus). Hal ini
sangat berbeda dengan apa yang dipersepsikan dan dirasakan oleh T.N, salah
satu tenaga pendidik Universitas Sanata Dharma yang sudah bekerja di
instansi ini selama kurang lebih 11 tahun. T.N mengatakan bahwa budaya
organisasi yang ada di instansi ini sangat kaku. T.N merasa bahwa wadah
untuk melakukan inovasi-inovasi dan ide-ide baru yang segar masih kurang.
Banyak ide dan gagasan baru yang kurang bisa diterima, sehingga sering kali
mematikan keinginan individu untuk mengembangkan suatu hal baru
(Komunikasi Pribadi, 24 September 2015). Persepsi yang berbeda juga
disampaikan oleh K, salah satu tenaga kependidikan Universitas Sanata
Dharma yang sudah bekerja di instansi ini selama 22 tahun. K berpendapat
bahwa karakter dominan instansi ini adalah semangat kekeluargaan yang
sangat santai, pola kepemimpinan yang ada lebih pada mengarahkan dan
sesekali memantau kinerja bawahannya. Tidak ada pengawasan yang terlalu
berarti. Bagi K, tata kelola karyawan yang ada lebih menekankan pada
kerjasama, namun sayangnya tidak banyak feedback positif dari para
karyawan di tempat kerja. Partisipasi karyawan dalam aktivitas instansi masih
belum maksimal. Menurut K, kriteria keberhasilan di instansi ini hanya
berorientasi pada tetap tegaknya peraturan instansi yang sudah ada
(Komunikasi Pribadi, 6 Juni 2016).
Lebih lanjut, Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D. (Komunikasi
Pribadi, 1 Oktober 2015) juga mengatakan bahwa budaya magis mengandung
pengandaian bahwa semua individu di institusi pendidikan ini memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
keinginan untuk selalu berusaha lebih baik lagi agar tidak mengalami
stagnansi. Pemahaman mengenai budaya organisasi tersebut juga
dipersepsikan berbeda oleh J.P, salah seorang tenaga kependidikan yang sudah
bekerja di Universitas Sanata Dharma selama kurang lebih 16 tahun. J.P
mengatakan bahwa budaya organisasi di lingkup Universitas Sanata Dharma
sangat menjunjung tinggi semangat kekeluargaan. Setiap masalah selalu
dikomunikasikan dan diselesaikan secara baik. Setiap orang saling memahami
satu sama lain. Namun menurut J.P, budaya seperti ini juga memiliki dampak
negatif. Budaya kekeluargaan ini terkadang membuat karyawan menjadi
terlalu santai. Kelekatan hubungan antar karyawan membuat sistem
pengawasan dan punishment terhadap kesalahan menjadi kurang berfungsi.
Tanggung jawab dan komitmen sebagai karyawan terkadang menjadi kurang
diperhatikan, sehingga membuat efektivitas kerja berkurang (Komunikasi
Pribadi, 23 September 2015). Persepsi yang berbeda juga disampaikan oleh
W, salah satu tenaga pendidik Universitas Sanata Dharma yang sudah bekerja
di instansi ini selama 18 tahun. W berpendapat bahwa karakter dominan pada
instansi ini adalah sistem birokrasi yang sangat ketat dan terstruktur. Pola
kepemimpinannya cenderung hanya sebagai jalur koordinasi birokrasi dan
menghindari resiko. Bagi W, penekanan strategi instansi ini berfokus pada
bagaimana menjaga stabilitas instansi tetap terkontrol dengan baik. W juga
menambahkan, kriteria keberhasilan instansi ini sangat berfokus pada
bagaimana menjaga efisiensi kinerja setiap elemen di dalam instansi
(Komunikasi Pribadi, 10 Juni 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Paparan fakta di atas menunjukkan bahwa proses penyelarasan
persepsi mengenai budaya organisasi di Universitas Sanata Dharma masih
belum berjalan sepenuhnya. Sutrisno (2010) mengemukakan bahwa
penyelarasan persepsi dari budaya organisasi menjadi kunci penting untuk
menciptakan efektivitas kerja yang dapat mendorong kemajuan bagi suatu
organisasi. Budaya organisasi yang benar-benar dikelola sebagai alat
manajemen akan berpengaruh dan menjadi pendorong bagi karyawan untuk
berperilaku positif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai budaya itu tidak
tampak, tetapi merupakan kekuatan yang mendorong perilaku untuk
menghasilkan efektivitas kinerja.
Rektor Universitas Sanata Dharma, Drs. Johanes Eka Priyatma, M.
Sc., Ph.D. (Komunikasi Pribadi, 1 Oktober 2015) mengakui bahwa fenomena
ini memang benar adanya. Pemahaman mengenai budaya organisasi yang ada
di Universitas Sanata Dharma memang sering dipersepsikan berbeda-beda
oleh karyawan. Budaya organisasi tersebut sebenarnya sudah coba
dikomunikasi kepada seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma melalui
berbagai cara dan kegiatan seperti refleksi karya, seminar Ignasian, misa, dan
pertemuan-pertemuan lain. Dalam tataran gagasan, pemahaman mengenai
budaya organisasi dirasa sudah dikomunikasikan dengan baik. Namun tentu
dalam konteks individu atau kelompok individu masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana, pada level mana,
sekuat apa budaya organisasi yang ada, dan bagaimana dampaknya terhadap
capaian-capaian instansi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Mengacu dari situasi tersebut, peneliti tertarik untuk mengukur,
mengetahui, dan memetakan budaya organisasi yang sedang berlangsung dan
dirasakan serta yang diinginkan ada di Universitas Sanata Dharma.
Pengukuran budaya organisasi tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah
rujukan dan sumber data dalam usaha pengelolaan dan pengembangan instansi
untuk meningkatkan daya saing instansi di era global.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana budaya organisasi yang berlangsung
dan dirasakan serta yang diinginkan ada di Universitas Sanata Dharma?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya organisasi yang berlangsung
dan dirasakan serta yang diinginkan ada di Universitas Sanata Dharma.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan secara
umum pada bidang keilmuan Psikologi Industri dan Organisasi, terkait
dengan budaya organisasi. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi studi prevalansi yang mampu mendeskripsikan budaya organisasi
pada instansi terkait secara menyeluruh, sehingga hasil penelitian ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
digunakan sebagai bahan referensi penelitian terkait budaya organisasi
berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi/Pemimpin Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
pemahaman mengenai budaya organisasi yang sedang berlangsung dan
dirasakan oleh karyawan di instansi terkait.
Jika terbukti terdapat gap atau perbedaan antara budaya organisasi
yang diinginkan oleh pemimpin instansi dengan budaya organisasi
yang dirasakan oleh karyawan, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan masukan dan bahan evaluasi bagi instansi/pemimpin
instansi, terkait pengambilan keputusan strategis untuk menyelaraskan
dan membentuk budaya organisasi yang dapat menunjang daya saing
instansi di era global.
b. Bagi Subjek
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di instansi terkait, mengenai
budaya organisasi yang sedang berlangsung. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memperjelas pemahaman mengenai budaya
organisasi yang diinginkan pemimpin instansi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu sistem yang telah diterima secara
bersama-sama dan mampu menciptakan pemahaman yang sama diantara para
anggotanya mengenai bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana
anggota harus berperilaku (Robbins, 1994). Sementara itu, tidak jauh berbeda
dengan Robbins, Brown (2003) juga mengemukakan bahwa budaya organisasi
merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa dipelajari dengan tujuan
mengatasi permasalahan dan hidup dalam organisasi. Melalui definisi ini
dapat dimengerti ketika suatu organisasi menghadapi permasalahan bersama
mereka akan berperilaku untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan
pemahaman dan nilai yang mereka yakini dan miliki.
Budaya organisasi adalah keyakinan bersama dan nilai bersama
yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan
keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan atau pedoman berperilaku di
dalam organisasi (Moeljono, 2005). Senada dengan Moeljono, Robbins (2002)
memandang budaya sebagai sistem nilai bersama dalam suatu organisasi yang
menentukan tingkatan bagaimana para karyawan melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan
yang dianut oleh anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi
internal (Owens, 1991, dalam Tika, 2006). Ahli lain mengatakan budaya
organisasi adalah sebuah pola yang mengacu ke sistem makna bersama,
nilai-nilai dan kepercayaan yang digunakan bersama dalam suatu organisasi
dan digunakan sebagai panduan para anggota dalam berperilaku. (Denison,
2000)
Denison (1990) juga mengemukakan bahwa budaya organisasi
merupakan suatu nilai-nilai kepercayaan, dan prinsip-prinsip yang
mendasari suatu sistem manajemen organisasi. Sistem tersebut
dikoordinasikan secara sadar (Robbins, 2002), untuk mencapai tujuan
organisasi. Hal tersebut dilakukan secara terus menerus sebagai proses
pemrograman pikiran, yang secara permanen akan membentuk software of
mind dalam organisasi (Hofstede, 2005). Budaya organisasi merupakan
pedoman mengenai bagaimana seharusnya setiap kegiatan dilakukan dalam
sebuah organisasi (Deal & Kennedy, 1982, dalam Wiradinata & Mustamu,
2013).
Budaya organisasi juga diartikan sebagai respon grup terhadap
lingkungan yang diekspresikan oleh setiap individu di dalam grup tersebut.
Budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang menjadi pegangan
anggota organisasi dalam menjalankan kewajiban dan berperilaku di dalam
organisasi (Lestari, et.al., 2013). Schein (2006) mengatakan bahwa budaya
organisasi adalah sebuah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana
dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada anggota baru
sebagai cara yang tepat untuk memahami, berpikir, dan merasakan dalam
kaitannya dengan masalah tersebut.
Budaya organisasi adalah fitur pembeda utama antara perusahaan satu
dengan yang lainnya, keunggulan kompetitif dan faktor yang paling kuat pada
perusahaan yang menjadi modal dalam keberhasilan perusahaan. Budaya
organisasi memiliki efek yang kuat pada kinerja dan efektivitas organisasi
jangka panjang (Cameron & Quinn, 2006).
Jadi, budaya organisasi adalah sebuah pola yang mengacu ke
seperangkat nilai-nilai, kepercayaan, keyakinan-keyakinan, prinsip atau norma-
norma yang telah lama dianut bersama oleh para anggota organisasi
(karyawan), sebagai pedoman perilaku, aturan, sistem manajemen, dan
pedoman untuk memecahkan masalah-masalah organisasi serta masalah-
masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Budaya organisasi
memberikan nilai identitas diri pada anggota organisasi, dengan adanya
budaya organisasi maka komitmen bersama menjadi dasar dari gerak usaha
perusahaan. Budaya organisasi tersebut dikoordinasikan secara sadar untuk
mencapai tujuan organisasi dan efektivitas kerja. Hal tersebut dilakukan secara
terus menerus sebagai proses pemrograman pikiran, yang secara permanen
akan membentuk software of mind dalam organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
B. Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Schein (1990) juga mengatakan bahwa budaya organisasi diciptakan oleh
pemimpin. Salah satu fungsi yang paling menentukan dari kepemimpinan
adalah fungsi pencipta, manajemen, dan jika perlu menjadi penghancur
budaya lama yang ada. Budaya dan kepemimpinan adalah dua sisi mata uang,
sulit untuk memahami satu hal tanpa mengikutsertakan hal yang lain. Satu-
satunya hal yang terpenting bagi pemimpin adalah menciptakan dan
mengelola budaya. Talenta yang unik dari seorang pemimpin adalah
kemampuannya bekerjanya dengan budaya yang ada. Pengaruh pemimpin
pada pembentukan budaya organisasi terutama ditentukan oleh para pendiri
organisasi dimana tindakan pendiri organisasi menjadi inti dari budaya awal
organisasi. Faktor penting di sini adalah adanya kesempatan tertentu bagi
pimpinan untuk mengatasi krisis dan merencanakan proses perubahan budaya
organisasi. Pimpinan bertanggung jawab terhadap keberhasilan organisasi,
maka dia memiliki kesempatan-kesempatan untuk mentransformasikan
budaya organisasi dengan seperangkat artifak, perspektif, nilai, dan asumi
baru yang dibawa pimpinan masuk ke dalam organisasi.
Lebih lanjut lagi, Schein (seperti dikutip dalam Riani, 2011) menjelaskan
bahwa proses pembentukan budaya organisasi suatu instansi mengikuti alur
sebagai berikut :
1. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar,
nilai-nilai, perspektif, artifak ke dalam organisasi dan menanamkannya
kepada para karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Budaya muncul ketika para anggota berinteraksi satu sama lain untuk
memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi
internal dan adaptasi eksternal.
3. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi
seorang pencipta budaya baru (culture creator) dengan mengembangkan
berbagai budaya cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan individual
seperti persoalan identitas diri, kontrol, dan pemenuhan kebutuhan serta
bagaimana agar bisa diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan
kepada generasi penerus.
Menurut Kotter & Haskett (1998), budaya organisasi yang diciptakan oleh
manajemen puncak diimplementasikan menjadi visi/filosofi atau strategi
bisnis. Kemudian visi dan strategi tersebut diimplementasikan oleh anggota
organisasi sehingga menjadi perilaku organisasi. Kepada anggota organisasi
yang baru, bisa diajarkan gaya kelompok secara eksplisit. Proses terbentuknya
budaya organisasi/instansi menurut Kotter & Haskett (1998) dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 1
Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Kotter & Haskett, 1998)
Robbins (2002) mencoba menjabarkan proses terbentuknya budaya
organisasi dalam Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2
Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins, 2002)
Manager Puncak
Seorang atau para manager puncak dalam instansi yang masih baru atau muda mengambangkan dan berusaha untuk
mengimplementasikan suatu visi/filosofi dan/atau strategi bisnis.
Perilaku Organisasi
Karya-karya implementasi. Orang-orang berperilaku melalui cara yang dipandu oleh filosofi dan strategi
Hasil
Dipandang dari berbagai segi, instansi itu berhasil dan keberhasilan itu berkesinambungan selama bertahun-tahun.
Budaya
Suatu budaya muncul, mencerminkan visi dan strategi serta pengalaman-pengalaman yang dimiliki orang dalam
mengimplementasikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Proses terbentuknya budaya organisasi dimulai dari filsafat pendiri
organisasi yang diturunkan, kemudian budaya ini sangat mempengaruhi
kriteria yang digunakan dalam merekrut/memperkerjakan anggota organisasi.
Tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim umum dari perilaku yang
dapat diterima baik dan yang tidak. Tingkat kesuksesan dalam
mensosialisasikan budaya organisasi tergantung pada kecocokan nilai-nilai
karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada
pilihan manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi (Robbins, 2002).
Proses pembentukan budaya organisasi menurut Schein (2006) dapat
dianalisis dari tiga teori berikut :
1. Teori Sociodynamic
Teori ini menitikberatkan pengamatan secara detail mengenai kelompok
pelatihan, kelompok terapi, dan kelompok kerja yang mempunyai proses
interpersonal dan emosional guna menjelaskan apa yang dimaksud dengan
share terhadap pandangan yang sama dari suatu masalah dan
mengembangkan share tersebut.
2. Teori Kepemimpinan
Teori ini menekankan hubungan antara pemimpin dengan kelompok dan
efek personalitas dan gaya kepemimpinan terhadap formasi kelompok
yang sangat relevan dengan bagaimana budaya terbentuk.
3. Teori Pembelajaran (Learning Theory)
Teori ini menjelaskan bagaimana kelompok mempelajari kognitif,
perasaan dan penilaian. Ada dua tipe pembelajaran yaitu situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
penyelesaian masalah secara positif dan situasi menghindari kegelisahan.
Proses pembelajaran dimaksudkan untuk pewarisan budaya organisasi
kepada anggota baru dan organisasi.
C. Unsur Budaya Organisasi
Unsur-unsur dalam budaya organisasi menurut Tika (2006) meliputi :
1. Asumsi Dasar
Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi
sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk
berperilaku.
2. Keyakinan yang dianut
Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan
oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang
dapat berbentuk slogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum
organisasi/instansi, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjalankan usaha.
3. Pemimpin atau Kelompok Pencipta dan Pengembangan Budaya
Organisasi
Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin
organisasi/perusahaan atau kelompok tertentu dalam organisasi atau
perusahaan tersebut.
4. Pedoman Mengatasi Masalah
Dalam organisasi/perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering
muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan
yang dianut bersama anggota organisasi.
5. Berbagi Nilai (Sharing of Value)
Dalam budaya organisasi perlu berbagi nilai terhadap apa yang paling
diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.
6. Pewarisan (Learning Process)
Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu
diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai
pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi/instansi
tersebut.
7. Penyesuaian (Adaptasi)
Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang
berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi
organisasi/perusahaan terhadap perubahan lingkungan.
D. Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins (2002) menambahkan karakteristik yang terdapat pada budaya
organisasi, meliputi :
1. Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan dalam hal ini sebagai proses mempengaruhi
segala aktivitas ke arah pencapaian suatu tujuan organisasi.
Kepemimpinan seorang pemimpin diharapkan dapat menjadikan
perubahan ke arah yang lebih baik yaitu perubahan pada budaya kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sebagai organisasional. Perubahan budaya kerja yang slow down
diharapkan dapat diubah dengan budaya produktif karena pengaruh
kepemimpinan atasan yang lebih mengutamakan pada otonomi atau
kemandirian para anggota. Diharapkan pula adanya otonomi tersebut dapat
menjadikan para anggotanya menjadi lebih inovatif dan kreatif, dalam
pengambilan keputusan dan kerja sama. Kepemimpinan memegang
peranan penting dalam budaya organisasi, terutama pada organisasi yang
budaya organisasinya lemah.
2. Inovasi
Dalam mengerjakan tugas-tugas, organisasi lebih berorientasi pada pola
pendekatan “pakai tradisi yang ada” dan memakai metode-metode yang
teruji atau pemberian keleluasaan kepada anggotanya untuk menerapkan
cara-cara baru melalui eksperimen.
3. Inisiatif Individual
Inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau
independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan
pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau
pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan
dan mengembangkan organisasi/perusahaan.
4. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai
dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil risiko.
Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
toleransi kepada anggota/para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan
inovatif untuk memajukan organisasi/perusahaan serta berani mengambil
risiko terhadap apa yang dilakukannya.
5. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran
dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan
organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja
organisasi/perusahaan.
6. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat
mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi. Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat
mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
7. Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas
terhadap bawahan. Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan)
sangat membantu kelancaran kinerja suatu organisasi/perusahaan.
8. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-
norma yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Untuk itu
diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku
pegawai/karyawan dalam suatu organisasi.
9. Identitas
Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota/karyawan suatu
organisasi/instansi dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu
kesatuan dalam instansi dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau
keahlian profesional tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam
perusahaan sangat membantu manajemen dalam mencapai tujuan dan
sasaran organisasi/perusahaan.
10. Sistem Imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti
kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja
pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih,
dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja
pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan
untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja yang
maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. Sebaliknya,
sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan
berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku
pasif dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat kinerja
organisasi/perusahaan menjadi terhambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
11. Toleransi terhadap Konflik
Sejauh mana para pegawai/karyawan didorong untuk mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan
fenomena yang sering terjadi dalam suatu organasisasi/instansi. Namun,
perbedaaan pendapat atau kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media
untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi utnuk mencapai tujuan
suatu organisasi/instansi.
12. Pola Komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola
komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.
Luthans (2003) menambahkan beberapa karakteristik budaya organisasi,
meliputi :
1. Filosofi
Berkaitan dengan kebijakan organisasi, menyangkut cara memperlakukan
anggota organisasi dan pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Iklim Organisasi
Menggambarkan lingkungan fisik organisasi, perilaku hubungan antar
anggota, juga hubungan organisasi dengan pihak –pihak luar organisasi.
E. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki banyak fungsi bagi suatu perusahaan atau
instansi terkait, salah satunya adalah untuk mengatasi berbagai masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mendasar dari organisasi. Fungsi budaya organisasi antara lain untuk bertahan
di dalam integrasi lingkungan internal dan beradaptasi dengan lingkungan
eksternal serta penyatuan proses internalnya untuk memastikan kapasitas
dalam melanjutkan daya juang hidup dan beradaptasi (Schein, 1990). Senada
dengan Schein, Parsons & Marton (seperti dikutip dalam Tika, 2006)
mengemukan bahwa fungsi budaya organisasi adalah memecahkan masalah-
masalah pokok dalam proses survival suatu kelompok dan adaptasinya
terhadap lingkungan eksternal serta proses integrasi internal.
Lebih lanjut, Schein (2006) membagi fungsi budaya organisasi
berdasarkan tahap pengembangannya, yaitu :
1. Fase Awal
Merupakan tahap pertumbuhan suatu organisasi. Pada tahap ini, fungsi
budaya organisasi terletak pada pembeda, baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kelompok atau organisasi.
2. Fase Pertengahan Hidup Organisasi
Pada fase ini, budaya organisasi berfungsi sebagai integrator karena
munculnya sub-sub budaya baru sebagai penyelamat krisis identitas dan
membuka kesempatan untuk mengarahkan perubahan budaya organisasi.
3. Fase Dewasa
Pada fase ini, budaya organisasi dapat menjadi penghambat dalam
berinovasi karena berorientasi pada kebesaran masa lalu dan menjadi
sumber nilai untuk berpuas diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Robbins dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior:
Concepts, Controversies, Applications (2002) menjelaskan beberapa fungsi
budaya organisasi, yaitu :
1. Berperan menetapkan batasan dan pembeda yang jelas antara satu
organisasi dengan organisasi lain
2. Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi
3. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan
individual seseorang
4. Meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial
yang membantu mempersatukan organisasi
5. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para karyawan
Sementara itu, Sunarto (seperti dikutip dalam Riani, 2011) memiliki
pandangan yang sedikit berbeda mengenai budaya organisasi. Menurut
Sunarto, budaya organisasi memiliki beberapa fungsi tambahan antara lain :
1. Energi untuk Mencapai Kinerja yang Tinggi
Berfungsi sebagai suntikan energi untuk mencapai kinerja yang tinggi.
2. Ciri Kualitas
Budaya organisasi merupakan representasi dari ciri kualitas yang berlaku
dalam organisasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Motivator
Budaya organisasi juga merupakan pemberi semangat bagi para anggota
organisasi. Organisasi yang kuat akan menjadi motivator yang kuat juga
bagi para anggotanya.
4. Pedoman Gaya Kepemimpinan
Adanya perubahan di dalam suatu organisasi akan membawa pandangan
baru tentang kepemimpinan. Seorang pemimpin akan dikatakan berhasil
apabila dapat membawa anggotanya keluar dari krisis akibat perubahan
yang terjadi. Sebaliknya, keberhasilan itu tentu disebabkan ia memiliki
visi dan misi yang kuat.
5. Value Enhancer
Salah satu fungsi organisasi adalah untuk meningkatkan nilai dari
stakeholders-nya yaitu anggota organisasi, pelanggan, pemasok, dan
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
F. Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)
OCAI (Organizational Culture Assessment Instrument) merupakan
suatu instrumen yang dikembangkan oleh Profesor Robert Quinn dan Kim
Cameron. Instrumen ini digunakan untuk memberi penilaian terhadap budaya
perusahan saat ini dan memetakan keinginan perubahan organisasi melalui 4
budaya organisasi yaitu Clan, Adocrachy, Market dan Hierarchy. Instrumen
ini mampu melihat kesenjangan antara budaya yang sebenarnya akan dituju
oleh perusahaan dengan budaya yang saat ini diyakini. Melalui memetakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kesenjangan ini, maka dapat dilakukan upaya yang sistematis untuk
melakukan perubahan sehingga kesenjangan ini semakin kecil (Cameron &
Queen, 2006).
OCAI sebagai instrumen yang mampu memetakan budaya organisasi di
suatu perusahan telah diujicobakan di beberapa penelitian. Uji coba mulai
dari level staff hingga level top management mendapatkan kisaran reliabilitas
0.67 sampai 0,83 ini menyatakan bahwa alat ini cukup mampu menunjukkan
konsistensi dari sebuah alat ukur. Studi yang sama juga mengukur validitas
OCAI menggunakan teknik analisis multitrait-multimethod dengan
menggunakan dua instrumen berbeda. Instrumen pertama adalah OCAI dan
instrumen kedua adalah instrumen yang mengukur dimensi budaya organisasi
yang sama menggunakan skala respon likert-type. Hasil dari uji coba ini
menunjukkan validitas OCAI mencapai koefisien 0,764. Hasil ini
menunjukkan bahwa OCAI dapat dikatakan cukup valid. (Cameron & Queen,
2006).
Dasar teori OCAI adalah model Competing Value Framework (CVF).
Model Competing Value Framework (CVF) menggunakan pendekatan dua
dimensi. Setiap dimensi berisi dua aspek yang saling berlawanan. Dimensi
pertama membedakan aspek yang menekankan pada keluwesan, diskresi, dan
dinamis, dengan aspek yang menekankan pada kestabilan, keteraturan, dan
pengendalian. Dimensi kedua membedakan aspek yang menekankan pada
orientasi pada lingkungan internal perusahaan, intergrasi, dan kesatuan dengan
aspek yang menekankan pada orientasi pada lingkungan eksternal perusahaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
keunikan atau inovasi, dan persaingan. Kedua dimensi (beserta aspek-aspek
yang menyertainya) tersebut secara bersama-sama akan memberikan empat
alternatif budaya organisasi.
Masing-masing alternatif budaya organisasi, dilihat melalui enam kunci
budaya organisasi, yaitu (1) Karakter Dominan; (2) Pola Kepemimpinan; (3)
Tata Kelola Karyawan; (4) Perekat Organisasi; (5) Penekanan Strategi; (6)
Kriteria Keberhasilan. Enam kunci tersebut, mewakili keempat budaya
(Competing Values Framework) dalam Organization Culture Assesment
Instrument (OCAI) (Rangkuti, 2015). Keempat alternatif budaya organisasi ini
adalah :
1. Clan Culture; Model atau jenis budaya yang lebih menitikberatkan pada
hubungan dan sistem kekeluargaan (clan) yang sifatnya guyub ciri-ciri
kekeluargaan inilah sangat menonjol. Gaya kepemimpinan yang
berkembang biasanya lebih cenderung sebagai yang memfasilitasi
(fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang berkembang dalam
organisasi. Kriteria efektivitas ditekankan pada kohesivitas kelompok
(team), pengembangan moral karyawan (employee moral) serta sumber
daya manusia (SDM). Pedoman manajemen yang dipakai biasanya
berprinsip pada pentingnya partisipasi karyawan atau anggota organisasi.
Komitmen karyawan atau kelompok dicapai melalui pengembangan
partisipasi karyawan dalam dinamika kerja, proses manajemen, serta
pengambilan keputusan. (Cameron & Queen, 2006). Tugas utama dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
manajemen adalah mengendalikan dan membina karyawan sehingga
memudahkan mereka untuk berpartisipasi (Rangkuti, 2015).
2. Adhocracy Culture; Model atau jenis budaya ini cenderung bersifat
“mengalir” dalam artian anggota organisasi tidak dibatasi oleh struktur,
sebab model ini lebih mementingkan penciptaan situasi dimana karyawan
bisa dengan bebas menggali serta menyalurkan ide-ide segar, kreatif, dan
inovatif, serta berpandangan ke depan dan mandiri. Gaya kepemimpinan
yang dikembangkan lebih sebagai inovator, wirausaha, serta visionary
leadership. Kriteria efektivitas dititik beratkan pada keluaran (output) yang
jelas, proses kerja yang efektif serta prinsip pertumbuhan. Organisasi
berfitur budaya adhocracy percaya bahwa proses inovasi mampu
menciptakan sumber daya baru dan sumber daya baru sangat diperlukan
bagi pertumbuhan. (Cameron & Queen, 2006). Tugas utama manajemen
adalah mendukung dan mendorong terciptanya semangat enterpreneurship
dan kreativitas (Rangkuti, 2015).
3. Market Culture; Jenis budaya yang mengedepankan kompetensi yang ketat
dan tinggi. Bahkan bagi organisasi dengan market culture yang kuat,
situasi persaingan yang ketat dan tinggi bukan hanya ditunjukan bagi
kompetitor bisnis saja, tetapi juga dikalangan karyawan. Gaya
kepemimpinan yang dikembangkan adalah sebagai kompetitor dan
pendorong yang tangguh. Kriteria efektivitas terfokus pada bagaimana
“menaklukan” pesaing serta pencapaian target. Pedoman manajemen yang
dipakai adalah prinsip persaingan dalam meraih produktivitas (Cameron &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Queen, 2006). Budaya ini memiliki budaya asumsi budaya pasar yang
tidak ramah, kompetitif, serta perilaku konsumen yang cenderung memilih
dan tertarik pada nilai-nilai sehingga menempatkan organisasi pada bisnis
yang selalu berusaha meningkatkan persaingan. Tugas utama manajemen
adalah mengendalikan organisasi untuk mencapai produktivitas, hasil,
tujuan, serta keuntungan (Rangkuti, 2015).
4. Hierarchy Culture; Budaya ini sangat menekankan pentingnya struktur
yang baik dan rapi dalam organisasi. Semua proses kerja diatur secara
baku dan sistematis. Birokrasi sangat relevan dengan jenis budaya ini.
Gaya kepemimpinan yang dikembangkan adalah sebagai kordinator
dengan fungsi mentoringnya yang kuat dan ketat, sekaligus juga sebagai
organisator yang unggul. Kriteria efektivitas ditekankan pada efisiensi
serta batasan-batasan waktu yang tegas dan ketat. Model atau pedoman
manajemen yang digunakan biasanya berpusat pada pengendalian dan
kontrol yang ketat. (Cameron & Queen, 2006). Tugas utama manajemen
adalah memproduksi barang dan jasa secara efisien sehingga kesejahteraan
dalam perusahaan tercapai (Rangkuti, 2015).
Lebih lanjut, Rangkuti (2015) mengatakan bahwa pengelompokan tipe
budaya tersebut di atas berdasarkan pada empat variabel yang kompetitif
(competing values), yaitu stability versus flexibility, internal control versus
external positioning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel 3
Pengelompok Tipe Budaya Organisasi Berdasarkan The Competing Values
Framework (Cameron & Queen, 2006)
Instrumen yang digunakan untuk memetakan budaya organisasi
berdasarkan konsep Competing Values Framework dari Cameron & Quinn
(1999) adalah Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Tujuan
OCAI adalah untuk menilai enam kunci budaya organisasi dari konsep CVF
tersebut. Instrumen ini berbentuk sebuah kuesioner yang memerlukan
tanggapan dari responden. Tujuan dari instrumen ini adalah untuk
mengidentifikasi budaya organisasi saat ini, dan membantu mengidentifikasi
pemikiran dari anggota organisasi mengenai budaya yang seharusnya
dikembangkan untuk menyesuaikan tantangan yang dihadapi organisasi.
Untuk menentukan organisasi mana yang akan diberi penilaian, setiap
responden memikirkan organisasi yang dipimpin oleh pimpinannya, atau unit
organisasi tempatnya bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Instrumen ini terdiri dari enam pertanyaan, mewakili enam kunci
budaya organisasi dari konsep CVF. Setiap pertanyaan memiliki empat
alternatif jawaban. Setiap responden diminta memberikan penilaian pada
setiap alternatif jawaban. Penilaian tertinggi diberikan kepada alternatif
jawaban yang paling menyerupai keadaan organisasi tempatnya berada
(Cameron & Queen, 2006).
G. The Competing Value Framework
OCAI didasarkan pada model teoritis yang dikenal sebagai The
Competing Values Framework. Kerangka kerja ini sangat berguna dalam
mengatur dan menafsirkan berbagai fenomena organisasi. The Competing
Values Framework dinobatkan sebagai salah satu dari 40 kerangka kerja yang
paling penting dalam sejarah bisnis (ten Have et al., 2003, dalam Cameron &
Queen, 2006). Hal tersebut telah dipelajari dan diuji dalam organisasi selama
lebih dari 25 tahun oleh sekelompok peneliti dari sekolah dan perusahaan
bisnis terkemuka. Saat ini, Competing Value Framework telah digunakan oleh
ratusan perusahaan di seluruh dunia.
The Competing Values Framework muncul dari studi tentang faktor-
faktor yang menjelaskan kinerja organisasi yang efektif. The Competing
Values Framework dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan untuk
menumbuhkan kepemimpinan yang sukses, meningkatkan efektivitas
organisasi, dan memperkenalkan penciptaan nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 4
Kerangka Berpikir The Competing Value Framework
(Cameron & Queen, 2006)
Semua aktivitas manusia yang terorganisir memiliki struktur yang
mendasarinya. Oleh karena itu, organisasi, berkonotasi pada pola dan prediksi
dalam suatu hubungan. Usaha untuk mengidentifikasi dimensi yang mendasari
organisasi yang ada di hampir semua aktivitas organisasi dan manusia di
dalamnya adalah salah satu fungsi utama dari Competing Values Framework.
Hal ini membantu mengungkap dasar hubungan yang ada di dalam organisasi,
kepemimpinan, learning, budaya, motivasi, pengambilan keputusan, proses
kognitif, kreativitas, dan hal-hal lain.
Lebih dari dua dekade, Competing Values Framework telah
menghasilkan serangkaian proses intervensi, perangkat pengukuran, dan
teknik perubahan yang menangkap pandangan komprehensif dari organisasi,
hasilnya, dan kepemimpinannya. Kerangka ini menyoroti hubungan antara
organisasi dan pemimpinnya. Kerangka ini memprediksi keberhasilan masa
depan perusahaan dengan akurasi yang lebih besar dibandingkan dengan
model-model alternatif lain saat ini. Kerangka ini melampaui kemampuan
pendekatan lain dalam pengembangan kepemimpinan, perubahan organisasi,
atau penilaian keuangan dengan kemampuannya untuk meramalkan,
mengukur, dan menciptakan nilai positif pada organisasi.
LeadershipKinerja
Organisasi yang Efektif
Penciptaan Nilai
(Finansial dan Human capital)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
The Competing Values Framework pada awalnya dikembangkan dari
penelitian yang dilakukan pada indikator utama dari organisasi yang efektif.
Dari 39 daftar indikator efektivitas untuk organisasi, analisis statistik
menemukan dua dimensi penting. Empat kuadran dikembangkan sesuai
dengan empat budaya organisasi yang sangat berbeda pada dua dimensi ini :
1. Fokus internal dan integrasi VS fokus eksternal dan diferensiasi
2. Stabilitas dan kontrol VS fleksibilitas dan kebijaksanaan
Tabel 5
Inti Dimensi dari The Competing Values Framework
(Cameron & Queen, 2006)
Di sisi kiri dalam grafik, organisasi secara internal berfokus pada ("apa
yang penting bagi organisasi dan bagaimana organisasi ingin bekerja") dan di
sisi kanan organisasi secara eksternal berfokus pada ("apa yang penting bagi
dunia luar, klien, dan pasar"). Di bagian atas grafik, menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
organisasi ingin fleksibilitas (flexibility) dan kebijaksanaan (discretion),
sementara di bagian bawah grafik menunjukkan bahwa organisasi lebih
mengarah pada stabilitas (stability) dan kontrol (control).
Dimensi pertama membedakan kriteria efektivitas yang menekankan
pada flexibility (fleksibilitas), discretion (kebijaksanaan), dan dynamism
(dinamisme) dengan kriteria yang menekankan pada stability (stabilitas,
ketertiban, dan kontrol). Hal ini berarti bahwa beberapa organisasi dipandang
efektif apabila mereka berubah, beradaptasi, dan organis seperti Microsoft atau
Nike. Organisasi lain dipandang efektif apabila mereka stabil, dapat diprediksi,
dan mekanistik seperti kebanyakan universitas dan instansi pemerintah.
Dimensi kedua membedakan kriteria efektivitas yang menekankan pada
orientasi integrasi internal dengan kriteria yang menekankan orientasi
eksternal, diferensiasi/pembedaan, dan persaingan. Artinya, beberapa
organisasi dipandang efektif apabila mereka memiliki karakteristik internal
yang harmonis seperti IBM dan Hewlett-Packard. Kedua perusahaan ini telah
diakui konsistensinya dalam menerapkan "IBM way" atau "HP way".
Organisasi lain dinilai efektif jika mereka berfokus pada interaksi atau
persaingan dengan pihak lain di luar batas mereka seperti pabrikan Toyota dan
Honda yang dikenal sangat "berpikir global".
Dua dimensi ini membentuk empat kuadran. Masing-masing mewakili
satu set yang berbeda-beda dari indikator efektivitas organisasi. Bagan di atas
menggambarkan hubungan dari satu dimensi dengan yang lain. Indikator-
indikator efektivitas ini mewakili apa yang orang nilai mengenai performansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
organisasi. Dimensi-dimensi ini mendefinisikan apa yang dilihat sebagai hal
yang baik, benar, dan tepat. Empat kelompok kriteria ini menentukan nilai-
nilai inti (core values) dalam penilaian tentang suatu organisasi .
Hal yang menonjol tentang empat nilai inti ini adalah bahwa masing-
masing nilai merepresentasikan asumsi yang berkebalikan atau berlawanan.
Setiap kontinum menyoroti nilai inti yang berlawanan dari nilai pada ujung
lain dari kontinum, seperti fleksibilitas versus stabilitas dan internal versus
eksternal. Dimensi ini juga menghasilkan kuadran yang bertentangan atau
berkebalikan pada sisi diagonalnya. Kuadran kiri atas, misalnya,
mengidentifikasi nilai-nilai yang menekankan pada sisi internal dan fokus
pada organik, sedangkan kuadran kanan bawah mengidentifikasi nilai-nilai
yang menekankan pada sisi eksternal dan fokus pada kontrol. Demikian pula,
kuadran kanan atas mengidentifikasi nilai-nilai yang menekankan pada sisi
eksternal dan fokus pada organik, sedangkan kuadran kiri bawah menekankan
pada sisi internal dan kontrol pada nilai. Nilai-nilai yang saling berkebalikan
dan bertentangan di setiap kuadran menciptakan nama untuk model ini, yaitu
The Competing Values Framework. (Cameron & Queen, 2006)
H. Penelitian Budaya Organisasi Menggunakan Organizational Culture
Assessment Instrument (OCAI)
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa penelitian yang
pernah dilakukan dengan menggunakan OCAI. Seperti yang dijelaskan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
bagian sebelumnya, bahwa OCAI telah menjadi andalan dalam melakukan
pengukuran budaya organisasi di Indonesia maupun di seluruh dunia.
OCAI telah banyak digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan
budaya yang dominan dalam suatu organisasi dan cocok digunakan untuk
international survey yang dilakukan oleh banyak peneliti di dunia (Lestari,
Wijaya, & Subayo, 2013). Beberapa perusahaan yang pernah menggunakan
OCAI antara lain 3M, American Express, Apple, GE Lighting, Pfizer, dan
Reuters (Edward Elgard Publishing, 2006 dalam Lestari et al., 2013).
Penelitian di Yunani menggunakan OCAI untuk mengukur budaya
organisasi pada institusi perbankan di Yunani. Bellas & Koustelios (2013)
melakukan pengukuran budaya organisasi pada 400 karyawan di berbagai
instansi perbankan dan dari berbagai jabatan yang berbeda. Dari hasil penelitian
ini, ditemukan fakta bahwa hampir semua instansi perbankan di Yunani
memiliki budaya hierarchy. Selain itu, ditemukan fakta bahwa budaya
organisasi yang disukai oleh karyawan adalah budaya clan. Penelitian
menggunakan OCAI ini telah membantu mengembangkan strategi marketing
internal dengan melibatkan perspektif karyawan sebagai perekatnya untuk
mencapai goal instansi.
Pengukuran budaya organisasi menggunakan OCAI juga pernah
dilakukan pada mahasiswa perguruan tinggi di Amerika Serikat. Fralinger &
Olson (2007) melakukan penelitian pada 50 mahasiswa di Rowan University
untuk melihat konsep mengenai budaya pada level universitas. Penelitian ini
ingin melihat bagaimana mahasiswa melihat budaya yang ada di universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mereka saat ini dan budaya apa yang mereka harapkan ada di universitas
mereka 5 tahun ke depan. Hasil dari penelitian ini menemukan kesamaan
antara budaya yang dirasakan para mahasiswa dengan apa yang diharapkan
oleh pihak universitas. Mahasiswa berpendapat bahwa budaya yang ada saat
ini dan yang mereka harapkan ada 5 tahun ke depan adalah budaya clan. Hal
ini sesuai dengan apa yang diharapkan universitas. Rowan University sangat
mengutamakan nilai kekeluargaan. Karakteristik utama universitas tersebut
adalah perawatan internal yang berfokus pada fleksibilitas dan kepekaan pada
tiap individu mahasiswa.
Liu et al (2006) telah meneliti tipe budaya organisasi pada perusahaan
konstruksi di China yang tersebar di 5 kota yang berbeda menggunakan
OCAI. Hasilnya menyebutkan bahwa 4 kota memiliki kecenderungan tipe
budaya yang sama, yaitu tipe hierarchy sedangkan 1 kota memiliki
kecenderungan budaya market. Analisisnya menyebutkan bahwa 4 kota
yang memiliki kecenderungan budaya organisasi yang sama ini memiliki
karakteristik daerah yang hampir sama sebagaimana kebanyakan kota-kota di
China. Satu kota yang berbeda tipe budaya organisasinya disebabkan adanya
penetapan zona ekonomi khusus pada kota tersebut.
Alat ukur OCAI juga telah digunakan dalam beberapa penelitian
mengenai budaya organisasi di Indonesia. OCAI sering digunakan dalam
analisis kuantitatif deskriptif untuk mengukur budaya organisasi pada suatu
perusahaan atau instansi. Lestari, Wijaya, & Subayo (2013) menggunakan
OCAI untuk menilai dan memetakan budaya organisasi di industri minuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(beverages industry). Penelitian tersebut ingin melihat perbedaan budaya
organisasi pada industri minuman multinasional dan industri minuman
nasional. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa industri minuman
multinasional memiliki tipe budaya market dan memiliki karakteristik yang
responsif pada indikator yang berhubungan dengan orientasi eksternal. Tipe
budaya ini memiliki ciri fokus pada dimensi eksternal dan differentiation
dengan kebutuhan pada stabilitas dan kontrol. Sementara itu, industri
minuman nasional memiliki tipe budaya yang condong ke arah hierarchy dan
menunjukkan strategi supply chain yang efisien. Tipe budaya ini memiliki
kecenderungan fokus pada dimensi internal maintenance dan integrasi
dengan kebutuhan pada stabilitas dan kontrol.
Pada penelitian lain, OCAI digunakan untuk melihat pengaruh budaya
organisasi terhadap efektivitas sistem informasi. Sistem informasi maupun
budaya organisasi pada suatu perusahaan merupakan hal yang penting bagi
perusahaan untuk dapat bersaing dalam era teknologi seperti saat ini.
Berangkat dari hal tersebut, Fauzi (2015) mencoba menciptakan suatu model
yang dibangun berdasarkan acuan model lain seperti Model DeLone and
Mclean dan CVF dengan instrumen OCAI. Penelitian ini dilakukan pada
sebuah sekolah tinggi di Indonesia. Peneliti memilih menggunakan OCAI
karena model CVF mampu memberikan gambaran mengenai peran nilai-nilai
yang ada di dalam budaya organisasi yang mencerminkan karakter organisasi.
Setelah dilakukan pengukuran menggunakan OCAI, diperoleh hasil bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
budaya organisasi yang dominan di sekolah tinggi tersebut adalah budaya
hierarchy.
I. Universitas Sanata Dharma
Konteks pada penelitian ini difokuskan pada instansi pendidikan
perguruan tinggi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Universitas Sanata
Dharma adalah universitas Katolik yang berlokasi di Yogyakarta, dikenal juga
dengan sebutan USD dan Sadhar.
Universitas Sanata Dharma berdiri pada tahun 1955 dengan nama
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Sanyata Dharma. Pada tahun
1958, Sanyata Dharma berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan) Sanata Dharma. Lalu pada tahun 1965, kembali berubah menjadi
IKIP Sanata Dharma dan baru pada tahun 1993 hingga saat ini Sanata
Dharma menyandang predikat Universitas (www.usd.ac.id., tanpa tahun).
Universitas Sanata Dharma memiliki visi "Menjadi penggali kebenaran
yang unggul dan humanis demi terwujudnya masyarakat yang semakin
bermartabat". Tindak lanjut dan perwujudan dari visi tersebut, dituangkan
dalam misi Universitas Sanata Dharma, yaitu :
1. Mengembangkan sistem pendidikan holistik yang merupakan perpaduan
keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan melalui pendekatan
yang berciri cura personalis, dialogis, pluralistik, dan transformatif.
2. Menciptakan masyarakat akademik Universitas yang mampu menghargai
kebebasan akademik serta otonomi kelimuan, mampu bekerjasama lintas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
ilmu, dan mampu mengedepankan kedalaman dari pada keluasan wawasan
keilmuan dalam usaha menggali kebenaran lewat kegiatan pengajaran,
penelitian, dan pengadian pada masyarakat.
3. Menghadirkan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat melalui
publikasi hasil kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat, pengembangan kerjasama dengan berbagai mitra yang
memiliki visi serta kepedulian sama, dan pemberdayaan para alumni
dalam pengembangan keterlibatan nyata di tengah masyarakat (Priyatma et
al., 2012).
Universitas Sanata Dharma saat ini memiliki 8 Fakultas dengan 25
Program Studi, 3 Program Pasca Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3 Program
Kursus Bersertifikat dengan total tenaga pendidik (dosen) sebanyak 275 orang
dan total tenaga kependidikan sebanyak 300 orang (Priyatma, 2014).
Menurut Priyatma (2014), pada tahun 2014 Universitas Sanata Dharma
mengalami kenaikan jumlah mahasiswa baru. Pada tahun 2013 jumlah
mahasiswa baru USD berjumlah 2.666 mahasiswa dan pada tahun 2014
meningkat menjadi 2.699 mahasiswa. Hal ini berarti ada kenaikan 1,24%
jumlah mahasiswa baru pada tahun 2014 dibanding tahun 2013. Prestasi
lainnya diraih oleh dosen dan mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Tahun
2014, USD mendapat 8 doktor baru sehingga jumlah doktor menjadi 103 dari
keseluruhan dosen dan calon dosen sebanyak 349 orang. Hal ini menjadikan
USD sebagai PTS yang memiliki jumlah doktor terbanyak di DIY. Selain itu
pada tahun 2014, USD berhasil meluluskan 1.486 sarjana, 52 magister, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
176 profesi. Sementara itu, beberapa mahasiswa juga mencapai prestasi
terhormat sebagai juara I dalam beberapa kompetisi akademik di tingkat
nasional dan regional.
Kegiatan utama universitas adalah tridharma (pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada
masyarakat). Universitas Sanata Dharma sadar bahwa tridharma yang dikelola
tersebut tidak berlangsung di ruang hampa tetapi berada di tengah berbagai
persoalan bangsa. Salah satu tantangan USD adalah menjadi universitas di
tengah perjuangan bangsa menegakkan sistem demokrasi yang bersendikan
kebebasan, kesetaraan dan keadilan. USD menyadari bahwa tidak begitu
mudah mengaitkan kehidupan akademik dengan persoalan kebangsaan.
Ketidakmudahan itu salah satunya berasal dari terbatasnya kepakaran USD
yang terkait langsung dengan persoalan kebangsaan karena masalahnya selalu
menyangkut bidang politik, sosial, dan ekonomi. USD merasa kurang
kompeten berbicara hal-hal tersebut karena USD tidak memiliki program studi
bidang politik, hukum, dan sosiologi (Priyatma, 2014).
J. Kerangka Berpikir
Studi dan penelitian mengenai budaya organisasi di Universitas Sanata
Dharma sebenarnya sudah beberapa kali dilakukan. Dalam database
perpustakaan Universitas Sanata Dharma (library.usd.ac.id), terdapat tiga
buah studi skripsi mahasiswa di Sanata Dharma yang membahas dan meneliti
mengenai budaya organisasi di universitas ini. Studi pertama dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Wea (2005) untuk melihat hubungan antara tingkat penerimaan budaya
organisasi dengan komitmen organisasi para karyawan di Universitas Sanata
Dharma. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencoba mencari relasi
antara dua variabel. Subjek penelitian berjumlah 73 orang yang terdiri dari 43
dosen dan 30 karyawan Universitas Sanata Dharma yang berlatar belakang
pendidikan minimal Diploma III dan telah memiliki masa kerja minimal dua
tahun. Sedangkan metode pengumpulan datanya secara kuantitatif
menggunakan skala psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara tingkat penerimaan budaya organisasi
dengan komitmen organisasi pada dosen dan karyawan Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat
pengaruh budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Penelitian
ini mencoba berfokus di studi kasus pada karyawan administratif Universitas
Sanata Dharma. Pramono (2011) melihat variabel yang membentuk budaya
organisasi meliputi kemampuan intelektual, kemampuan fisik, sikap, dan
perilaku. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan subjek 126 karyawan
administratif bagian fungsi penunjang Universitas Sanata Dharma. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja,
budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja, dan kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
ini adalah budaya organisasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tidak
membangun budaya yang beriklim ke kinerja.
Penelitian terakhir terkait budaya organisasi yang dilakukan di Sanata
Dharma dilakukan pada 2014 lalu. Afriyanti (2014) melakukan penelitian
untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan
komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Sama halnya dengan
penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan
subjek sebanyak 100 karyawan tenaga kependidikan Universitas Sanata
Dharma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan,
budaya organisasi, dan komitmen organisasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Secara parsial, gaya kepemimpinan
berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, budaya organisasi
berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan, dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa bahwa masih ada celah
dari penelitian-penelitian terkait budaya organisasi di Universitas Sanata
Dharma sebelumnya. Belum ada penelitian yang murni mengukur secara luas
dan massive mengenai budaya organisasi. Penelitian yang mampu memetakan
budaya organisasi yang sedang nyata terjadi secara keseluruhan, baik yang
dialami dan dirasakan tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan di
Universitas Sanata Dharma. Seperti dijelaskan sebelumnya, Rektor
Universitas Sanata Dharma selaku pemimpin instansi ini pun merasa bahwa
perlu adanya sebuah penelitian yang berfokus pada pengukuran dan pemetaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
terhadap budaya organisasi yang ada di instansi ini. Berangkat dari hal
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berfokus pada
pengukuran budaya organisasi dan diharapkan mampu memberikan gambaran
deskriptif mengenai hal tersebut.
Dalam usaha untuk melakukan pengukuran budaya organisasi tersebut,
peneliti memilih menggunakan OCAI untuk mengukur budaya organisasi
yang ada di Universitas Sanata Dharma. OCAI dipilih karena OCAI sudah
terbukti dapat memetakan budaya organisasi. Instrumen ini mampu melihat
kesenjangan antara budaya yang sebenarnya akan dituju oleh instansi dengan
budaya yang saat ini diyakini atau dirasakan. Melalui memetakan kesenjangan
ini, maka dapat dilakukan upaya yang sistematis untuk melakukan perubahan
sehingga kesenjangan ini semakin kecil (Cameron & Queen, 2006).
OCAI juga sudah digunakan dalam berbagai penelitian-penelitian
sebelumnya baik di dalam maupun di luar negeri. OCAI tidak hanya
mengukur dan memetakan, namun juga menawarkan serangkaian proses
intervensi, perangkat pengukuran, dan teknik perubahan yang menangkap
pandangan komprehensif dari organisasi, hasilnya, dan kepemimpinannya.
OCAI menyoroti hubungan antara organisasi dan pemimpinnya, sehingga
penelitian ini dapat melihat gap antara budaya organisasi yang diharapkan
pemimpin instansi (Rektor Universitas Sanata Dharma) dengan apa yang
dirasakan langsung oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di
Universitas Sanata Dharma. OCAI terbukti dapat memprediksi keberhasilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
masa depan perusahaan dengan akurasi yang lebih besar dibandingkan dengan
model-model alternatif lain saat ini (Cameron & Queen, 2006).
K. Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua macam pertanyaan yakni
pertanyan utama dan pertanyaan sekunder.
1. Pertanyaan utama : Bagaimana budaya organisasi yang berlangsung dan
dirasakan serta yang diinginkan ada di Universitas Sanata Dharma?
2. Pertanyaan sekunder :
a. Bagaimana budaya organisasi yang dirasakan oleh tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan secara umum di Universitas Sanata Dharma?
b. Bagaimana budaya organisasi yang dirasakan oleh tenaga pendidik
secara khusus di Universitas Sanata Dharma?
c. Bagaimana budaya organisasi yang dirasakan oleh tenaga
kependidikan secara khusus di Universitas Sanata Dharma?
d. Bagaimana budaya organisasi yang diinginkan oleh Rektor selaku
pemimpin instansi Universitas Sanata Dharma 5 tahun ke depan?
e. Apakah ada gap atau perbedaan antara budaya organisasi yang
diiinginkan oleh Rektor selaku pemimpin instansi dengan budaya
organisasi yang dirasakan oleh tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data-data
numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2013).
Sugiyono (2006) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam.
Menurut Indriantoro & Supomo (2002), penelitian deskriptif adalah
penelitian yang menggambarkan suatu fenomena dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti. Dalam penelitian deskriptif biasanya hanya dilibatkan satu variabel
sehingga cenderung tidak dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan
antar variabel. Oleh karena itu, penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji
hipotesis. Penelitian ini lebih memberikan tekanan pada deskripsi suatu
variabel tanpa menghubungkan dengan variabel lain, sehingga informasi yang
diperoleh adalah keadaan menurut apa yang sesungguhnya ada pada saat
penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif merupakan dasar bagi semua
penelitian. (Sulistyo, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan
akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang
tertentu (Azwar, 2013). Penelitian deskriptif mampu mendeskripsikan atau
memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2008). Azwar (2013) menambahkan
bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif semata-mata
bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji
hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian
kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan
kuantitatif. Dalam penelitian ini tidak terdapat perlakuan terhadap variabel
yang hendak diteliti, melainkan menguraikan secara jelas variabel
penelitiannya (Kountur, 2003).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Adapun variabel dalam penelitian ini
adalah budaya organisasi.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dapat diamati. Variabel-variabel penelitian sebenarnya merupakan kumpulan
konsep mengenai fenomena yang diteliti. Dalam pelaksanaan penelitian,
batasan atau definisi suatu variabel tidak dapat dibiarkan ambiguous, yakni
memiliki makna ganda, atau tidak menunjukkan indikator yang jelas (Azwar,
2013). Untuk memperjelas batasan variabel yang diteliti, maka perlu diberikan
definisi operasional variabel sebagai berikut:
1. Budaya Organisasi
Budaya Organisasi Universitas Sanata Dharma adalah sebuah pola yang
mengacu ke seperangkat nilai-nilai pelayanan, kepercayaan dan keyakinan
Jesuit, serta prinsip atau norma-norma Spiritualitas Ignasian yang telah
lama dianut bersama oleh seluruh tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma sebagai Universitas Jesuit
yang berkarya di Indonesia. Pola tersebut menjadi pedoman perilaku,
aturan, sistem manajemen instansi, dan pedoman untuk memecahkan
masalah-masalah instansi serta masalah-masalah adaptasi eksternal dan
masalah integrasi internal yang memberikan nilai identitas diri dan
menciptakan komitmen bersama sebagai dasar dari gerak usaha
Universitas Sanata Dharma yang diukur menggunakan instrumen
Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI).
2. Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)
Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) adalah suatu
instrumen yang digunakan untuk menilai budaya organisasi Universitas
Sanata Dharma dengan memetakan keinginan perubahan organisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
melalui 4 budaya organisasi yaitu clan, adhocracy, market dan hierarchy
yang disebar kepada 242 responden. Organizational Culture Assessment
Instrument (OCAI) diadaptasi dari versi asli yang dikembangkan oleh
Robert Quinn dan Kim Cameron dan terdiri dari 6 buah soal dengan
masing-masing soal memiliki 4 alternatif pernyataan.
D. Subjek Penelitian
Menurut Azwar (2013) subjek penelitian adalah sumber utama data
penelitian yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
Pada dasarnya, subjek penelitian adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil
penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah para tenaga pendidik (dosen)
dan tenaga kependidikan (administrasi) yang telah menjadi karyawan tetap di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian harus memiliki
kriteria sebagai karyawan tetap karena sebagai karyawan tetap diasumsikan
sudah cukup memahami budaya organisasi yang berjalan di instansi terkait.
Masalah pembatasan populasi dan cara penentuan sampel (sampling)
menjadi sangat penting dalam penelitian ini. Atas dasar pertimbangan efisiensi
sumber daya penelitian seperti waktu, tenaga, dan dana, penelitian ini
menggunakan sampel dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi
(Azwar, 2013).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
sample. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam
pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok, kemudian
kelompok itu tercemin dalam sampel (Hadi, 2004). Ukuran sampel pada
penelitian ini adalah 50% dari populasi. Populasi subjek pada penelitian ini
sendiri berjumlah 465 dengan sampel berjumlah 242. Hal ini sesuai dengan
pendapat Leedy & Ormrod (seperti dikutip dalam Supratiknya, 2015)
mengenai ketentuan ukuran minumum sampel yang dapat diterima
berdasarkan metode deskriptif dengan populasi berjumlah sekitar 500.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian dilakukan melalui
penyebaran alat ukur yaitu kuesioner. Menurut Narbuko & Achmadi
(2007) kuesioner merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan data
yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang
yang akan diteliti dan disampaikan kepada responden/subjek penelitian
melalui sejumlah pernyataan . Teknik ini dipilih semata-mata karena
subjek adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang dinyatakan
oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan
interpretasi subjek tentang pertanyaan/pernyataan yang diajukan kepada
subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti (Hadi,
2002).
Berdasarkan prosedurnya, kuesioner pada penelitian ini merupakan
jenis kuesioner langsung karena kuesioner dikirim dan dijawab langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
oleh responden (Narbuko & Achmadi, 2007). Kuesioner pada penelitian
ini adalah skala OCAI (Organizational Culture Assessment Instrument)
yang dikembangkan oleh Cameroon & Queen (2006). Skala OCAI
didasarkan pada model teoritis yang dikenal sebagai The Competing
Values Framework yang sangat berguna dalam mengatur dan menafsirkan
berbagai fenomena organisasi.
2. Alat Pengumpulan Data
Skala Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) ini
berbentuk sebuah kuesioner yang memerlukan tanggapan dari responden.
Tujuan dari instrumen ini adalah untuk mengidentifikasi budaya organisasi
saat ini, dan membantu mengidentifikasi pemikiran dari anggota
organisasi mengenai budaya yang seharusnya dikembangkan untuk
menyesuaikan tantangan yang dihadapi organisasi. Instrumen ini terdiri
dari enam pertanyaan yang mewakili enam kunci budaya organisasi dari
konsep CVF, yaitu karakter dominan, tipe kepemimpinan organisasi, tipe
manajemen, perekat organisasi, penekanan strategi, dan kriteria
keberhasilan. Setiap item pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban
yang mewakili 4 budaya organisasi yaitu Clan, Adhocracy, Market dan
Hierarchy. Setiap responden diminta memberikan penilaian pada setiap
alternatif jawaban.
OCAI merupakan skala penelitian yang dikembangkan di luar
negeri, maka dibutuhkan metode adaptasi ke dalam bahasa Indonesia bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
para responden. Metode adaptasi ini disebut back-translation. Back-
translation adalah sebuah teknik penerjemahan protokol penelitian dengan
cara mengambil protokol penelitian yang dikembangkan dalam suatu
bahasa, diterjemahkan ke target bahasa yang dituju, dan meminta orang
lain untuk menerjemahkan protokol tadi kembali ke bahasa asli. Apabila
versi back-translated sama dengan yang asli, maka umumnya dianggap
ekuivalen (setara). Apabila tidak, prosedur diulang hingga versi back-
translation dianggap sama dengan protokol yang asli (Matsumoto &
Juang, 2008).
Pada metode ini, penerjemah pertama melakukan penerjemahan
terhadap skala awal dari bahasa asli ke bahasa yang dituju. Langkah
berikutnya, penerjemah kedua tanpa melihat skala awal, menerjemahkan
kembali skala yang sudah diubah pada bahasa yang dituju menjadi skala
pada bahasa yang asli. Langkah terakhir, peneliti membandingkan skala
awal dengan skala hasil dari back-translation untuk melihat kualitas
akurasi terjemahan.
Pada penelitian ini, peneliti meminta bantuan salah satu
penerjemah yang pernah menjadi dosen di program studi Pendidikan
Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma dan sedang menempuh studi
lanjut S2 bidang Kajian Bahasa Inggris (KBI) untuk menerjemahkan skala
OCAI versi asli yang menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia. Setelah skala terjemahan OCAI dalam bahasa Indonesia
diperoleh, peneliti meminta bantuan kepada penerjemah lain yang pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menempuh pendidikan di luar negeri lebih dari satu tahun untuk
menerjemahkan kembali skala terjemahan OCAI bahasa Indonesia
menjadi skala OCAI dalam bahasa Inggris.
Skala hasil back-translation kemudian dibandingkan oleh peneliti
dan penerjemah dengan skala aslinya. Proses back-translation skala OCAI
dapat dilihat pada lampiran 2. Penerjemah menyatakan hasil back-
translation skala OCAI sama dan sesuai dengan versi aslinya. Tidak
ditemukan perbedaan maupun pergeseran esensi dan makna pada kalimat-
kalimat skala OCAI. Dari hasil metode back-translation tersebut,
didapatkan skala OCAI versi bahasa Indonesia yang akan digunakan pada
penelitian ini. Skala OCAI versi bahasa Indonesia dapat dilihat pada
lampiran 3.
F. Koefisien Korelasi Item Total (rix)
Suatu item yang konsisten merupakan item yang mampu menunjukkan
perbedaan antar subjek pada suatu hal yang diukur oleh skala yang
bersangkutan. Koefisien korelasi item total bertujuan untuk melihat daya
diskriminasi dari sebuah skala. Secara teknis, pengujian konsistensi item
dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item
dengan distribusi skor skala itu sendiri (Azwar, 2003).
Besarnya koefisien korelasi item total (rix) bergerak dari 0 hingga 1,00
dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya diskriminasi item, maka
koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00. Koefisien yang kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
akan mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif yang mengindikasikan
bahwa item yang bersangkutan tidak memiliki daya diskriminasi (Azwar,
2012).
Item yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki
daya beda yang memuaskan. Item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30
dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Batasan
ini merupakan suatu konvensi. Peneliti diperbolehkan menentukan batas
minimal daya diskriminasi itemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan
pengukuran skala yang sedang disusun (Azwar, 2012).
Uji alat ukur dilakukan pada tanggal 9 November 2015 dan berakhir
pada tanggal 7 Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan tetap di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skala yang disebar oleh peneliti berjumlah 275 eksemplar dan kembali
sebanyak 254 eksemplar. Dari skala yang telah diterima oleh peneliti, terdapat
12 eksemplar skala yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria
penelitian. Selain itu, terdapat 21 eksemplar skala yang tidak kembali. Jadi,
total skala yang dapat diolah dalam penelitian ini berjumlah 242 eksemplar.
Kisaran koefisien item total (rix) untuk tiap dimensi budaya organisasi
dalam skala OCAI dapat dilihat pada Tabel 8, sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 6
Koefisien Korelasi Item Total Dimensi Budaya Organisasi dalam Skala
OCAI
No. Dimensi Kisaran rix
1. Clan 0,501 – 0,711
2. Adhocracy 0,429 – 0,512
3. Market 0,477 – 0,642
4. Hierarchy 0,537 – 0,712
G. Validitas dan Reliabilitas
Menurut Hasan (2006) untuk memenuhi kriteria sebuah penelitian yang
dianggap sebagai penelitian ilmiah, kecermatan pengukuran sangat diperlukan.
Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk memperoleh
suatu pengukuran yang cermat, yaitu validitas dan reliabilitas.
1. Validitas
Validitas adalah mengukur apa yang ingin diukur (Usman &
Akbar, 2008). Uji validitas dimaksudkan untuk menguji ketepatan item-
item dalam kuesioner, apakah item-item yang ada mampu menggambarkan
dan menjelaskan variabel yang diteliti. Uji validitas ingin melihat seberapa
jauh alat dapat mengukur hal atau subjek yang ingin diukur. Validitas pada
skala OCAI pernah dilakukan oleh peneliti yaitu Cameron pada tahun
2006. Cameron melakukan uji coba skala OCAI pada berbagai organisasi
dengan subjek mulai dari level staff hingga level top management. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
coba ini menggunakan teknik analisis multitrait-multimethod dengan
menggunakan dua instrumen berbeda. Instrumen pertama adalah OCAI
dan instrumen kedua adalah instrumen yang mengukur dimensi budaya
organisasi yang sama menggunakan skala respon likert-type. Hasil dari uji
coba ini menunjukkan validitas OCAI mencapai koefisien 0,764. Hasil ini
menunjukkan bahwa OCAI dapat dikatakan cukup valid. (Cameron &
Queen, 2006).
Untuk menguji validitas pada penelitian ini, peneliti menggunakan
evidensi terkait isi tes atau yang juga dikenal dengan validitas isi. Evidensi
terkait isi melihat kesesuaian antara isi tes dan konstruk yang diukurnya
(Supratiknya, 2014). Penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan
proses analisis logis. Analisis logis dilakukan untuk melihat seberapa
memadainya sebuah tes mewakili ranah isi serta seberapa relevannya
ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksudkan. Isi
tes mengacu pada tema-tema, pilihan kata, serta format atau bentuk item,
tugas, atau pertanyaan yang digunakan dalam tes (Hopkins, dalam Siregar,
2013).
Evidensi terkait isi ini juga bisa berupa penilaian pakar atau ahli
terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur
(Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, validitas skala OCAI dilakukan
dengan metode back-translation dan expert judgement. Peneliti memilih
untuk melakukan evidensi terkait isi dengan berkonsultasi pada dosen
pembimbing sebagai pakar atau ahli yang menilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah mengukur instrumen terhadap ketepatan
(konsisten) (Usman & Akbar, 2008). Reliabilitas disebut juga
keterandalan, keajegan, consistency, stability atau dependability. Menurut
Hasan (2006), reliabilitas berarti memiliki sifat dapat dipercaya. Uji
reliabilitas ingin melihat seberapa jauh konsistensi alat ukur untuk dapat
memberikan hasil yang sama dalam mengukur hal dan subjek yang sama.
Uji coba skala OCAI yang dilakukan Cameron pada berbagai organisasi
dengan subjek mulai dari level staff hingga level top management
memperoleh kisaran reliabilitas 0.67 sampai 0,83. Hal ini menyatakan
bahwa skala OCAI cukup mampu menunjukkan konsistensi dari sebuah
alat ukur (Cameron & Queen, 2006).
Meskipun skala OCAI pernah diuji reliabilitas sebelumnya,
menurut Azwar (2003) komputasi koefisien reliabilitas hasil ukur bagi
subjek penelitian masih tetap perlu dilakukan. Penghitungan koefisien
reliabilitas hasil alat ukur dilakukan untuk membantu memperkirakan
tingkat keterpercayaan hasil pengukuran skala OCAI bagi kelompok
subjek yang diteliti, sehingga dapat memperoleh informasi mengenai
kecermatan data sebagai estimasi skor yang sebenarnya dimiliki oleh
subjek penelitian. Hal ini perlu dilakukan mengingat subjek dalam
penelitian ini merupakan kelompok individu yang berbeda dengan subjek
yang dijadikan dasar pengujian reliabilitas alat ukur semula. Pengujian
reliabilitas skala OCAI pada penelitian ini menggunakan teknik tryout
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
terpakai. Pelaksanaan tryout dilakukan pada tanggal 9 November 2015 dan
berakhir pada tanggal 7 Desember 2015.
Peneliti perlu menggunakan pendekatan konsistensi internal dalam
estimasi reliabilitas untuk menghindari masalah-masalah yang biasanya
ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang (Azwar, 2003). Konsistensi internal
masing-masing dimensi budaya organisasi (Clan, Adocrachy, Market dan
Hierarchy) pada skala OCAI dilihat dengan menggunakan Alpha
Cronbach dengan bantuan program IBM SPSS versi 21. Besarnya
reliabilitas konsistensi internal (rxx) bergerak dari 0 sampai dengan 1,00.
Semakin mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi pula reliabilitas yang
dimiliki, begitu pula sebaliknya. Guildford (dalam Supratiknya, 2014)
menambahkan bahwa koefisien minimum yang dipandang memuaskan
untuk reliabilitas tes adalah 0,70 namun apabila ditemukan koefisien yang
tidak setinggi itu pun masih dapat dianggap cukup berarti, terutama
apabila skor skala yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan
hasil ukur tes-tes lain dalam suatu perangkat pengukuran (Azwar, 2012).
Koefisien dari tiap dimensi budaya organisasi skala OCAI adalah
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 7
Koefisien Reliabilitas Dimensi Budaya Organisasi
No. Dimensi Koefisien Reliabilitas Jumlah Item
1. Clan 0,839 6
2. Adhocracy 0,740 6
3. Market 0,804 6
4. Hierarchy 0,825 6
Berdasarkan hasil uji analisis menggunakan IBM SPSS versi 21,
koefisien alpha untuk dimensi budaya organisasi clan dan hierarchy
masing-masing mendapatkan nilai 0,839 dan 0,825. Sementara itu,
dimensi budaya organisasi market dan adhocracy masing-masing
memperoleh nilai 0,804 dan 0,740. Pada penelitian ini tidak terdapat
dimensi budaya organisasi yang tergolong memiliki reliabilitas rendah.
Hasil uji analisis juga menunjukkan bahwa koefisien alpha masing-masing
dimensi budaya organisasi pada penelitian ini (0,740 – 0,839) lebih baik
dari koefisien alpha OCAI versi asli (0,67 – 0,83).
H. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis uji normalitas dan uji
deskriptif. Uji normalitas digunakan oleh peneliti untuk mengetahui
persebaran data apakah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji
normalitas dilakukan dengan metode One Sample Kolmogorov Smirnov Test
yang dibantu oleh program IBM SPSS versi 21. Jika hasilnya menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
bahwa taraf signifikan (p) lebih besar dari 0,05 maka data yang diperoleh
berdistribusi normal. Apabila hasilnya menunjukkan bahwa taraf signifikan
(p) lebih kecil dari 0,05 maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal
(Santoso, 2010).
Analisis data kedua pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah analisis yang lebih banyak menggambarkan fakta
sebagaimana adanya (Sangadji & Sopiah, 2010). Analisis deskriptif bertujuan
untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari
variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak
bermaksud untuk pengujian hipotesis. Penyajian hasil analisis deskriptif pada
penelitian ini menggunakan frekuensi, presentase, tabulasi silang, dan bentuk
grafik/chart pada data yang bersifat kategorikal (Azwar, 2013). Uji deskriptif
digunakan untuk mendapatkan nilai mean masing-masing dimensi budaya
organisasi pada skala Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2015 dan berakhir
pada tanggal 7 Desember 2015 dengan 242 subjek penelitian yang berasal dari
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tetap di Universitas Sanata Dharma.
Subjek penelitian terdiri dari 130 tenaga pendidik tetap dan 112 tenaga
kependidikan tetap. Tenaga pendidik tetap tersebut tersebar dalam 23 program
studi pada 7 fakultas berbeda, sedangkan tenaga kependidikan tetap tersebar
dalam biro, lembaga, dan tata usaha fakultas di Universitas Sanata Dharma.
Penyebaran skala penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu
mengajukan proposal dan surat izin penelitian kepada Wakil Rektor I
Universitas Sanata Dharma. Setelah memperoleh surat izin dari WR I, peneliti
menyebar skala dengan cara mendatangi satu per satu program studi, biro,
lembaga, unit, dan tata usaha fakultas di Universitas Sanata Dharma. Peneliti
memberikan skala dalam amplop tertutup yang berisikan skala penelitian,
surat izin penelitian dari WR I, dan surat pengantar penelitian dari peneliti.
Peneliti memberikan penjelasan kepada subjek mengenai pentingnya
pengisian identitas terlebih dahulu sebelum mengerjakan skala. Peneliti juga
memberikan penjelasan mengenai kerahasiaan data yang diberikan oleh subjek
sebelum mempersilahkan subjek untuk mengerjakan skala. Demi menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kerahasiaan identitas, peneliti memperbolehkan subjek untuk hanya
mencantumkan inisial.
Skala yang disebar oleh peneliti berjumlah 275 eksemplar dan kembali
sebanyak 254 eksemplar. Dari skala yang diterima oleh peneliti, terdapat 12
eksemplar skala yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria
penelitian. Beberapa skala tersebut tidak memenuhi kriteria penelitian karena
tidak memiliki identitas responden yang jelas dan terdapat kesalahan dalam
merespon beberapa item soal. Jadi, total skala yang dapat diolah dalam
penelitian ini berjumlah 242 eksemplar.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 130 tenaga
pendidik tetap dan 112 tenaga kependidikan tetap di Universitas Sanata
Dharma. Berikut adalah deskripsi subjek dalam penelitian ini :
Tabel 8
Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Tenaga Pendidik
Laki-laki 57
Perempuan 73
Tenaga Kependidikan
Laki-laki 74
Perempuan 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 9
Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah
Tenaga Pendidik
S2 111
S3 19
Tenaga Kependidikan
SD/sederajat 1
SMP/sederajat 1
SMA/sederajat 47
D3 19
S1 40
S2 4
Tabel 10
Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Lama Bekerja di USD Jumlah
Tenaga Pendidik
0 – 3 tahun 20
4 – 6 tahun 20
7 – 10 tahun 15
11 – 15 tahun 30
16 – 20 tahun 23
21 – 25 tahun 11
> 25 tahun 11
Tenaga Kependidikan
0 – 3 tahun 4
4 – 6 tahun 12
7 – 10 tahun 4
11 – 15 tahun 23
16 – 20 tahun 38
21 – 25 tahun 13
> 25 tahun 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 11
Subjek Penelitian Berdasarkan Program Studi, Biro, Lembaga, dan Tata
Usaha Fakultas
Pendidikan Terakhir Jumlah
Tenaga Pendidik
Ekonomi Akuntansi 6
Ekonomi Manajemen 6
Pendidikan S1 Farmasi 5
Bimbingan dan Konseling 6
Pendidikan Akuntansi 5
Pendidikan Fisika 5
Pendidikan Matematika 8
Pendidikan Ekonomi 6
Pendidikan Sejarah 4
Pendidikan Bahasa Inggris 8
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia 5
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 8
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama Katolik 6
Pendidikan Biologi 5
Psikologi 10
Matematika 3
Teknik Elektro 4
Teknik Informatika 5
Teknik Mesin 4
Ilmu Sejarah 4
Sastra Indonesia 4
Sastra Inggris 9
Teologi 4
Tenaga Kependidikan
Biro Administrasi Akademik (BAA) 9
Biro Layanan Umum (BLU) 16
Biro Administrasi Perencanaan dan
Sistem Informasi (BAPSI) 10
Biro Keuangan 9
Biro Personalia 10
Biro Sarana dan Prasarana (BSP) 12
Biro Hubungan Masyarakat 3
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM) 7
Lembaga Bahasa 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lembaga Penjaminan Mutu 2
Perpustakaan 11
Tata Usaha F. Psikologi 3
Tata Usaha F. Farmasi 8
Tata Usaha F. Teologi 7
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat normalitas persebaran
variabel pada sebuah penelitian. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov Test dengan
bantuan IBM SPSS versi 21. Data akan dinyatakan normal apabila
memenuhi p>0,05 (Santoso, 2010).
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)
Variabel Statistik Signifikansi Keterangan
Clan 0,064 0,017 Tidak normal
Adhocracy 0,090 0,000 Tidak normal
Market 0,087 0,000 Tidak normal
Hierarchy 0,149 0,000 Tidak normal
Berdasarkan hasil uji normalitas dimensi budaya organisasi
Adhocracy, Market, dan Hierarchy sama-sama memperoleh nilai
signifikansi (p) = 0,000. Sementara itu, dimensi budaya organisasi Clan
memperoleh nilai signifikansi (p) = 0,017. Hasil yang menunjukkan
p<0,05 ini menunjukkan bahwa dimensi-dimensi budaya organisasi
memiliki persebaran data yang tidak normal. Data yang tidak normal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menandakan bahwa data berasal dari populasi yang tidak normal.
Persebaran data yang tidak normal ini dapat dikarenakan adanya nilai
ekstrim (Santoso, 2010).
Gambar 1
Kurva Dimensi Budaya Organisasi Clan
Kurva budaya organisasi Clan menggambarkan persebaran data pada
dimensi budaya organisasi Clan. Pada data tersebut terlihat bahwa
persebaran data tidak normal karena banyaknya data di skor 170.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 2
Kurva Dimensi Budaya Organisasi Adhocracy
Kurva budaya organisasi Adhocracy menggambarkan persebaran data pada
dimensi budaya organisasi Adhocracy. Pada data tersebut terlihat bahwa
persebaran data tidak normal karena banyaknya data di skor 125.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 3
Kurva Dimensi Budaya Organisasi Market
Kurva budaya organisasi Market menggambarkan persebaran data pada
dimensi budaya organisasi Market. Pada data tersebut terlihat bahwa
persebaran data tidak normal karena banyaknya data di skor 125.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 4
Kurva Dimensi Budaya Organisasi Hierarchy
Kurva budaya organisasi Hierarchy menggambarkan persebaran data pada
dimensi budaya organisasi Hierarchy. Pada data tersebut terlihat bahwa
persebaran data tidak normal karena banyaknya data di skor 140.
2. Deskripsi Data Penelitian
Peneliti melakukan analisis deskripsi menggunakan analisis
Organization Culture Assessment Instrument (OCAI). Analisis OCAI
dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung nilai rata-rata tiap
kriteria/kunci budaya organisasi yang terdiri dari (1) Karakter Dominan;
(2) Pola Kepemimpinan; (3) Tata Kelola Karyawan; (4) Perekat
Organisasi; (5) Penekanan Strategi; (6) Kriteria Keberhasilan. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
indikator/kunci budaya organisasi ini terdiri dari 4 sub kriteria/kunci yaitu
A, B, C, dan D (Rangkuti, 2015). Nilai rata-rata untuk masing-masing
kriteria/kunci budaya organisasi terdiri dari tiga, yaitu nilai yang dirasakan
oleh tenaga pendidik, nilai yang dirasakan tenaga kependidikan di
Universitas Sanata Dharma dan nilai yang diinginkan oleh Rektor selaku
pemimpin instansi Universitas Sanata Dharma.
Langkah selanjutnya setelah keenam kriteria/kunci budaya
organisasi di atas telah selesai dihitung nilai rata-ratanya adalah
menghitung nilai empat budaya organisasi. Tipe A merupakan indikasi
budaya organisasi Clan. Tipe B merupakan indikasi budaya organisasi
Adhocracy. Tipe C merupakan indikasi budaya organisasi Market. Tipe D
merupakan indikasi budaya organisasi Hierarchy (Rangkuti, 2015).
Cara menghitung nilai empat budaya organisasi tersebut adalah
dengan menghitung nilai rata-rata setiap budaya organisasi dari keenam
indikator/kunci budaya organisasi (Rangkuti, 2015).
Cara menghitung budaya organisasi Clan :
1A+2A+3A+4A+5A+6A
6
A = Indikasi Budaya Organisasi Clan
Cara menghitung budaya organisasi Adhocracy :
1B+2B+3B+4B+5B+6B
6
B = Indikasi Budaya Organisasi Adhocracy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Cara menghitung budaya organisasi Market :
1A+2A+3A+4A+5A+6A
6
C = Indikasi Budaya Organisasi Market
Cara menghitung budaya organisasi Hierarchy :
1D + 2D + 3D + 4D + 5D + 6D
6
D = Indikasi Budaya Organisasi Hierarchy
Nilai rata-rata untuk masing-masing budaya organisasi terdiri dari
empat, yaitu nilai yang dirasakan oleh tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma secara keseluruhan, nilai yang
dirasakan oleh tenaga pendidik di Universitas Sanata Dharma, nilai yang
dirasakan tenaga kependidikan di Universitas Sanata Dharma dan nilai yang
diinginkan oleh Rektor selaku pemimpin instansi Universitas Sanata Dharma.
a. Deskripsi Budaya Organisasi yang dirasakan Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan secara Keseluruhan
Tabel 13
Hasil Skor OCAI Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan secara
Keseluruhan
Budaya Organisasi Mean Peringkat
Clan (A) 29 1
Adhocracy (B) 21 4
Market (C) 22 3
Hierarchy (D) 28 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Clan (29) dan Hierarchy (28) disusul dengan budaya organisasi Market
(22) dan Adhocracy (21). Bagi seluruh karyawan Universitas Sanata
Dharma, instansi lebih berfokus pada lingkungan internal instansi,
integrasi, dan kesatuan seluruh instansi (Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan adalah instansi
menerapkan semangat kekeluargaan, namun dengan sistem yang
terstruktur dan terkendali. Pola kepemimpinan bersifat memfasilitasi
(fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang berkembang dalam
organisasi, namun tetap mengkoordinasi dan mengatur serta berorientasi
pada efisiensi kerja. Tata kelola karyawan lebih bersifat teamwork yang
menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan. Tata kelola
karyawan juga berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga tercipta
stabilitas hubungan antar karyawan (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan SDM, keterbukaan dan
partisipasi karyawan yang tinggi. Instansi juga menekankan efisiensi,
stabilitas, kontrol, dan kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Kriteria
keberhasilan instansi adalah tercapainya teamwork, komitmen, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan. Instansi juga menyatakan
tercapainya efisiensi dan keterandalan instansi sebagai kriteria
keberhasilan. Tugas utama dari manajemen adalah mengendalikan,
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi sehingga
tercipta efisiensi kerja dalam instansi (Cameron & Queen, 2006).
b. Deskripsi Budaya Organisasi yang dirasakan Tenaga Pendidik
Tabel 14
Hasil Skor OCAI Tenaga Pendidik
Budaya Organisasi Mean Peringkat
Clan (A) 28 2
Adhocracy (B) 20 4
Market (C) 22 3
Hierarchy (D) 30 1
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy (30) dan Clan (28)
disusul dengan budaya organisasi Market (22) dan Adhocarcy (20).
Tenaga pendidik melihat bahwa instansi lebih berfokus pada lingkungan
internal instansi, integrasi, dan kesatuan seluruh instansi (Cameron &
Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan adalah instansi sangat
menekankan pentingnya struktur yang baik dan rapi dalam organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Semua proses kerja diatur secara baku dan sistematis. Instansi menerapkan
segala sesuatunya secara terkendali namun tetap dengan semangat
kekeluargaan yang kental. Pola kepemimpinan bersifat mengkoordinasi
dan mengatur serta berorientasi pada efisiensi kerja, namun juga tetap
memfasilitasi (fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang
berkembang dalam organisasi. Tata kelola karyawan lebih berfokus untuk
memberikan rasa aman, sehingga tercipta stabilitas hubungan antar
karyawan. Tata kelola karyawan juga bersifat teamwork yang menekankan
pada pentingnya partisipasi dari karyawan (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan
kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan
pengembangan SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi.
Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya efisiensi dan keterandalan
instansi. Instansi juga menyatakan tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan sebagai kriteria keberhasilan.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan seluruh kegiatan
instansi secara efisien sehingga kesejahteraan dalam instansi tercapai.
Tugas utama manajemen yang tidak kalah penting adalah mengendalikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi dalam setiap
proses kegiatan instansi (Cameron & Queen, 2006).
c. Deskripsi Budaya Organisasi yang dirasakan Tenaga Kependidikan
Tabel 15
Hasil Skor OCAI Tenaga Kependidikan
Budaya Organisasi Mean Peringkat
Clan (A) 30 1
Adhocracy (B) 22 3
Market (C) 21 4
Hierarchy (D) 27 2
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (30) dan Hierarchy (27)
disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (22) dan Market (21).
Tenaga kependidikan melihat bahwa instansi lebih berfokus pada
lingkungan internal instansi, integrasi, dan kesatuan seluruh instansi
(Cameron & Queen, 2006).
Hampir sama dengan deskripsi budaya organisasi yang dirasakan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Universitas Sanata Dharma
secara keseluruhan, karakter dominan instansi yang dirasakan oleh tenaga
kependidikan adalah instansi menerapkan semangat kekeluargaan, namun
dengan sistem yang terstruktur dan terkendali. Pola kepemimpinan yang
dikembangkan lebih cenderung sebagai usaha memfasilitasi (fasilitator)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
konflik atau segenap permasalahan yang ada dalam organisasi, namun juga
tetap berfungsi sebagai koordinator yang melakukan mentoring secara kuat
dan ketat. Tata kelola karyawan yang dipakai biasanya berprinsip pada
pentingnya partisipasi karyawan atau anggota organisasi. Tata kelola
karyawan juga berpusat pada pengendalian dan kontrol yang ketat,
sehingga tercipta stabilitas hubungan antar karyawan (Cameron & Queen,
2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan SDM dan partisipasi
karyawan yang tinggi yang diharapkan akan menumbuhkan rasa saling
percaya antar karyawan. Instansi juga menekankan efisiensi, stabilitas, dan
batasan-batasan waktu yang tegas dan ketat dalam segala proses di
instansi. Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya pengembangan
SDM yang berkelanjutan, semangat teamwork, komitmen, dan kepedulian
terhadap anggota yang tinggi. Instansi juga menyatakan tercapainya
efisiensi dan keterandalan instansi dalam bidangnya sebagai kriteria
keberhasilan. Tugas utama dari manajemen adalah mengendalikan,
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi sehingga
tercipta efisiensi kerja dalam instansi (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
d. Deskripsi Budaya Organisasi yang diinginkan Rektor Universitas Sanata
Dharma
Tabel 16
Hasil Skor OCAI Rektor Universitas Sanata Dharma
Budaya Organisasi Mean Peringkat
Clan (A) 37 1
Adhocracy (B) 21 3
Market (C) 18 4
Hierarchy (D) 25 2
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang diinginkan oleh Rektor selaku pemimpin instansi di
Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (37) dan
Hierarchy (25) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (21) dan
Market (18). Budaya organisasi Clan memiliki skor yang sangat besar (37)
dan berbeda jauh dengan alternatif budaya organisasi lain. Hal ini
menunjukkan keinginan yang besar dari Rektor untuk menekankan fokus
Universitas Sanata Dharma pada lingkungan internal instansi, integrasi,
dan kesatuan seluruh instansi (Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang diinginkan oleh Rektor adalah
instansi menerapkan sistem yang terstruktur dan terkendali dengan pondasi
semangat kekeluargaan yang kuat. Pola kepemimpinan yang ingin
dibawakan Rektor lebih bersifat memfasilitasi (fasilitator) konflik atau
segenap permasalahan yang berkembang dalam organisasi/instansi. Rektor
juga berperan sebagai koordinator yang berperan mengkoordinasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengatur serta berorientasi pada efisiensi kerja di instansi. Tata kelola
karyawan yang diinginkan Rektor lebih bersifat teamwork yang
menekankan pada pentingnya partisipasi dari seluruh karyawan untuk
terlibat lebih dalam proses instansi. Rektor juga menginginkan tata kelola
karyawan yang berfokus untuk memberikan rasa aman kepada seluruh
karyawan, sehingga tercipta stabilitas hubungan antar karyawan (Cameron
& Queen, 2006).
Rektor menginginkan peraturan dan kebijakan formal yang
berlandaskan semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat
sebagai tumpuan perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan
operasional instansi. Penekanan strategi instansi yang diinginkan Rektor
sangat menitikberatkan pada pengembangan SDM, keterbukaan dan
partisipasi karyawan yang tinggi. Instansi juga menekankan efisiensi,
stabilitas, kontrol, dan kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Bagi
Rektor, kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya pengembangan
SDM yang berkelanjutan, teamwork, komitmen, dan kepedulian terhadap
anggota instansi yang tinggi. Rektor juga menginginkan tercapainya
efisiensi dan keterandalan instansi sebagai kriteria keberhasilan. Bagi
Rektor, tugas utama dari manajemen adalah mengendalikan, membina, dan
memudahkan karyawan untuk berpartisipasi sehingga tercipta efisiensi
kerja dalam instansi (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
e. Deskripsi Budaya Organisasi di Tiap Program Studi
Tabel 17
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Ekonomi Akuntansi A (27) D (27) C (26) B (20)
2. Pendidikan Akuntansi A (31) D (24) B (23) C (23)
3. Pendidikan Ekonomi A (33) D (24) B (22) C (21)
4. Teknik Elektro A (35) D (25) C (21) B (19)
5. Sastra Indonesia A (28) D (27) B (23) C (23)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Ekonomi Akuntansi Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Clan (27) dan Hierarchy (27) disusul dengan budaya organisasi Market
(26) dan Adhocracy (20). Budaya organisasi yang paling dirasakan oleh
tenaga pendidik di Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (31) dan Hierarchy (24)
disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (23) dan Market (23). Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik adalah budaya
organisasi Clan (33) dan Hierarchy (24) disusul dengan budaya organisasi
Market (22) dan Adhocracy (21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Berdasarkan data pada tabel 18, dapat diketahui juga bahwa
budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program
Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Clan (35) dan Hierarchy (25) disusul dengan budaya organisasi Market
(21) dan Adhocracy (19). Budaya organisasi yang paling dirasakan oleh
tenaga pendidik di Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Clan (28) dan Hierarchy (27) disusul
dengan budaya organisasi Adhocracy (23) dan Market (23).
Tenaga pendidik pada beberapa program studi ini melihat bahwa
instansi lebih berfokus pada lingkungan internal instansi, integrasi, dan
kesatuan seluruh instansi. Karakter dominan instansi yang dirasakan
adalah instansi menerapkan semangat kekeluargaan, namun dengan sistem
yang terstruktur dan terkendali. Pola kepemimpinan bersifat memfasilitasi
(fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang berkembang dalam
organisasi, namun tetap mengkoordinasi dan mengatur serta berorientasi
pada efisiensi kerja. Tata kelola karyawan lebih bersifat teamwork yang
menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan. Tata kelola
karyawan juga berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga tercipta
stabilitas hubungan antar karyawan (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan SDM, keterbukaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
partisipasi karyawan yang tinggi. Instansi juga menekankan efisiensi,
stabilitas, kontrol, dan kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Kriteria
keberhasilan instansi adalah tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan. Instansi juga menyatakan
tercapainya efisiensi dan keterandalan instansi sebagai kriteria
keberhasilan. Tugas utama dari manajemen adalah mengendalikan,
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi sehingga
tercipta efisiensi kerja dalam instansi (Cameron & Queen, 2006).
Tabel 18
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Ekonomi Manajemen D (29) A (26) C (25) B (19)
2. Pendidikan Fisika D (42) A (22) C (19) B (17)
3. Pendidikan Matematika D (33) A (29) B (22) C (16)
4. Psikologi D (31) A (30) C (20) B (19)
5. Matematika D (31) A (28) C (25) B (16)
6. Teknik Informatika D (31) A (29) C (21) B (20)
7. Teknik Mesin D (30) A (26) B (23) C (21)
8. Ilmu Sejarah D (30) A (26) B (18) C (18)
9. Sastra Inggris D (35) A (27) B (19) C (19)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Ekonomi Manajemen Universitas Sanata Dharma adalah budaya
organisasi Hierarchy (29) dan Clan (26) disusul dengan budaya organisasi
Market (25) dan Adhocracy (19). Budaya organisasi yang paling dirasakan
oleh tenaga pendidik di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy (42) dan Clan (22)
disusul dengan budaya organisasi Market (19) dan Adhocracy (17). Pada
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma,
budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik adalah
budaya organisasi Hierarchy (33) dan Clan (29) disusul dengan budaya
organisasi Adhocracy (22) dan Market (16).
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui pula bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy
(31) dan Clan (30) disusul dengan budaya organisasi Market (20) dan
Adhocracy (19). Budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga
pendidik di Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma adalah
budaya organisasi Hierarchy (31) dan Clan (28) disusul dengan budaya
organisasi Market (25) dan Adhocracy (16). Pada Program Studi Teknik
Informatika Universitas Sanata Dharma, budaya organisasi yang paling
dirasakan oleh tenaga pendidik adalah budaya organisasi Hierarchy (31)
dan Clan (29) disusul dengan budaya organisasi Market (21) dan
Adhocracy (20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Berdasarkan data pada tabel 19, dapat diketahui juga bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Hierarchy (30) dan Clan (26) disusul dengan budaya organisasi
Adhocracy (23) dan Market (21). Budaya organisasi yang paling dirasakan
oleh tenaga pendidik di Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy (30) dan Clan (26) disusul
dengan budaya organisasi Adhocracy (18) dan Market (18). Pada Program
Studi Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma, budaya organisasi yang
paling dirasakan oleh tenaga pendidik adalah budaya organisasi Hierarchy
(35) dan Clan (27) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (19) dan
Market (19).
Tenaga pendidik pada beberapa program studi ini melihat bahwa
instansi lebih berfokus pada lingkungan internal instansi, integrasi, dan
kesatuan seluruh instansi. Karakter dominan instansi yang dirasakan
adalah instansi sangat menekankan pentingnya struktur yang baik dan rapi
dalam organisasi. Semua proses kerja diatur secara baku dan sistematis.
Instansi menerapkan segala sesuatunya secara terkendali namun tetap
dengan semangat kekeluargaan yang kental. Pola kepemimpinan bersifat
mengkoordinasi dan mengatur serta berorientasi pada efisiensi kerja,
namun juga tetap memfasilitasi (fasilitator) konflik atau segenap
permasalahan yang berkembang dalam organisasi. Tata kelola karyawan
lebih berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga tercipta stabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
hubungan antar karyawan. Tata kelola karyawan juga bersifat teamwork
yang menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan (Cameron &
Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan
kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan
pengembangan SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi.
Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya efisiensi dan keterandalan
instansi. Instansi juga menyatakan tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan sebagai kriteria keberhasilan.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan seluruh kegiatan
instansi secara efisien sehingga kesejahteraan dalam instansi tercapai.
Tugas utama manajemen yang tidak kalah penting adalah mengendalikan,
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi dalam setiap
proses kegiatan instansi (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 19
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Farmas i A (35) C (23) D (22) B (20)
2. PGSD A (29) C (24) D (24) B (23)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Farmasi Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (35)
disusul dengan budaya organisasi Market (23), Hierarchy (22) dan
Adhocracy (20). Berdasarkan data pada tabel 20, dapat diketahui juga
bahwa budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Clan (29) disusul dengan budaya
organisasi Market (24), Hierarchy (24), dan Adhocracy (23). Hal ini
menunjukkan bahwa tenaga pendidik pada dua program studi ini
merasakan budaya organisasi Clan yang dominan. Budaya organisasi Clan
lebih mengarah pada fleksibilitas dan berfokus pada integrasi lingkungan
internal.
Karakter dominan instansi yang dirasakan adalah instansi
menerapkan semangat kekeluargaan. Pola kepemimpinan bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
memfasilitasi (fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang
berkembang dalam organisasi. Tata kelola karyawan bersifat teamwork
yang menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan. Perekat
organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional bertumpu pada
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan SDM, keterbukaan dan
partisipasi karyawan yang tinggi. Kriteria keberhasilan instansi adalah
tercapainya teamwork, kohesivitas kelompok (team), komitmen,
kepedulian terhadap anggota yang tinggi, dan komitmen untuk
mengembangkan moral karyawan (employee moral) serta sumber daya
manusia (SDM) yang berkelanjutan. Tugas utama dari manajemen adalah
mengendalikan, membina, dan memudahkan karyawan untuk
berpartisipasi dalam proses instansi (Cameron & Queen, 2006).
Tabel 20
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. PBI D (40) C (29) A (16) B (14)
2. Pendidikan Biologi D (44) C (24) A (18) B (14)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma adalah budaya
organisasi Hierarchy (40) dan Market (29) disusul dengan budaya
organisasi Clan (16) dan Adhocracy (14). Berdasarkan data pada tabel 21,
dapat diketahui juga bahwa budaya organisasi yang paling dirasakan oleh
tenaga pendidik di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy (44) dan Market (24) disusul
dengan budaya organisasi Clan (18) dan Adhocracy (14). Tenaga pendidik
pada kedua program studi ini melihat bahwa instansi lebih berfokus pada
stabilitas dan kontrol instansi. Budaya organisasi Hierarchy lebih berfokus
pada integrasi lingkungan internal, sedangkan budaya organisasi Market
berfokus pada lingkungan eksternal, keunikan atau inovasi, dan persaingan
(Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan adalah instansi sangat
menekankan pentingnya struktur yang baik dan rapi dalam organisasi.
Semua proses kerja diatur secara baku dan sistematis. Instansi menerapkan
segala sesuatunya secara terkendali, dan berorientasi pada tujuan. Pola
kepemimpinan bersifat mengkoordinasi dan mengatur, namun di sisi lain
pola kepemimpinan dapat sebagai kompetitor dan pendorong tangguh
yang bersifat agresif dan berorientasi pada hasil. Tata kelola karyawan
lebih berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga tercipta stabilitas
hubungan antar karyawan. Tata kelola karyawan lain yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
adalah prinsip persaingan yang menekankan pada tuntutan yang tinggi
dalam meraih prestasi/produktivitas (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada prestasi dan pencapaian hasil dari karyawan yang
berlandaskan peraturan dan kebijakan formal. Penekanan strategi instansi
lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan kelancaran
dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan kompetisi dan
prestasi dalam mencapai target. Kriteria keberhasilan instansi adalah
tercapainya efisiensi dan keterandalan instansi, sehingga dapat
memenangkan kompetisi dan menjadi pemimpin di pasar yang kompetitif.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan dan mengendalikan
seluruh kegiatan instansi secara efisien untuk mencapai produktivitas,
hasil, tujuan, dan keuntungan, sehingga kesejahteraan dalam instansi dapat
tercapai (Cameron & Queen, 2006).
Tabel 21
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. IPPAK A (32) B (27) D (22) C (19)
2. Teologi A (33) B (29) D (23) C (16)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (32) dan Adhocracy (27)
disusul dengan budaya organisasi Hierarchy (22) dan Market (19).
Berdasarkan data pada tabel 20, dapat diketahui juga bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Teologi Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (33)
dan Adhocracy (29) disusul dengan budaya organisasi Hierarchy (23) dan
Market (16). Tenaga pendidik pada kedua program studi ini melihat bahwa
instansi lebih berfokus pada fleksibilitas instansi. Budaya organisasi Clan
lebih berfokus pada integrasi lingkungan internal, sedangkan budaya
organisasi Adhocracy berfokus pada lingkungan eksternal, keunikan atau
inovasi, dan persaingan (Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan adalah instansi
menerapkan semangat kekeluargaan dan menciptakan situasi dimana
karyawan bisa dengan bebas menggali serta menyalurkan ide-ide segar,
kreatif, dan inovatif, serta berpandangan ke depan dan mandiri. Pola
kepemimpinan bersifat memfasilitasi (fasilitator) konflik atau segenap
permasalahan yang berkembang dalam organisasi dan sebagai inovator,
wirausaha, serta visionary leadership. Tata kelola karyawan bersifat
teamwork yang menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dan memberikan karyawan kebebasan berkreasi serta mencari keunikan
(Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada komitmen untuk menciptakan inovasi dan perkembangan
yang berlandaskan semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat.
Penekanan strategi instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan
SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi. Instansi juga
menekankan Instansi juga menekankan penemuan SDM baru dan mencoba
serta mengkreasikan hal-hal baru yang dapat mengarahkan instansi menuju
pertumbuhan. Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya teamwork,
komitmen, dan kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen
terhadap pengembangan SDM yang berkelanjutan. Kriteria keberhasilan
bagi instansi juga meliputi keluaran (output) instansi yang jelas, proses
kerja yang efektif serta terwujudnya prinsip pertumbuhan. Instansi
diharapkan dapat menciptakan produk/layanan terbaru (inovasi) sebagai
sumber daya baru yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan instansi. Tugas utama dari manajemen adalah
mengendalikan, membina, dan memudahkan karyawan untuk
berpartisipasi serta mendorong terciptanya semangat enterpreneurship dan
kreativitas di setiap proses instansi (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tabel 22
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Pendidikan Sejarah D (32) B (26) A (21) C (21)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Hierarchy (32) dan Adhocracy (26) disusul dengan budaya organisasi
Clan (21) dan Market (21). Hal ini menunjukkan budaya organisasi yang
cukup bertolak belakang. Budaya organisasi Hierarchy lebih mengarah
pada stabilitas dan kontrol serta berfokus pada integrasi lingkungan
internal, sedangkan budaya organisasi Adhocracy lebih mengarah pada
fleksibilitas dan berfokus pada lingkungan eksternal, keunikan atau
inovasi, dan persaingan (Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan tenaga pendidik pada
program studi ini adalah instansi sangat menekankan pentingnya struktur
yang baik dan rapi dalam organisasi. Semua proses kerja diatur secara
baku dan sistematis. Instansi menerapkan segala sesuatunya secara
terkendali, namun tetap memberikan kesempatan untuk menciptakan
situasi dimana karyawan bisa dengan bebas menggali serta menyalurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
ide-ide segar, kreatif, dan inovatif, serta berpandangan ke depan dan
mandiri. Pola kepemimpinan bersifat mengkoordinasi dan mengatur serta
berorientasi pada efisiensi kerja. Pola kepemimpinan juga terkadang lebih
sebagai inovator, wirausaha, serta visionary leadership. Tata kelola
karyawan lebih berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga tercipta
stabilitas hubungan antar karyawan. Tata kelola karyawan juga bersifat
risk taking, artinya manajemen memberikan kebebasan berkreasi dan
mencari keunikan (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada komitmen untuk menciptakan inovasi dan perkembangan
yang berlandaskan peraturan dan kebijakan formal. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan
kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan
penemuan SDM baru dan mencoba serta mengkreasikan hal-hal baru yang
dapat mengarahkan instansi menuju pertumbuhan. Kriteria keberhasilan
instansi adalah tercapainya efisiensi dan keterandalan instansi, sehingga
dapat mendorong keluaran (output) instansi yang jelas, proses kerja yang
efektif serta terwujudnya prinsip pertumbuhan. Instansi diharapkan dapat
menciptakan produk/layanan terbaru (inovasi) sebagai sumber daya baru
yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan instansi.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan seluruh kegiatan
instansi secara efisien sehingga kesejahteraan dalam instansi dapat
tercapai. Tugas utama manajemen yang tidak kalah penting adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
mendukung dan mendorong terciptanya semangat enterpreneurship dan
kreativitas di setiap proses instansi (Cameron & Queen, 2006).
Tabel 23
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Bimbingan Konseling A (34) C (32) D (18) B (16)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma adalah budaya
organisasi Clan (34) dan Market (32) disusul dengan budaya organisasi
Hierarchy (18) dan Adhocracy (16). Hal ini menunjukkan budaya
organisasi yang cukup bertolak belakang. Budaya organisasi Clan lebih
mengarah pada fleksibilitas dan berfokus pada integrasi lingkungan
internal, sedangkan budaya organisasi Market lebih mengarah pada
stabilitas dan kontrol serta berfokus pada lingkungan eksternal, keunikan
atau inovasi, dan persaingan (Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan oleh tenaga pendidik
pada program studi ini adalah instansi menerapkan semangat kekeluargaan
dan berorientasi pada tujuan. Pola kepemimpinan bersifat memfasilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang berkembang dalam
organisasi, namun di sisi lain pola kepemimpinan dapat sebagai
kompetitor dan pendorong tangguh yang bersifat agresif dan berorientasi
pada hasil. Tata kelola karyawan bersifat teamwork yang menekankan
pada pentingnya partisipasi dari karyawan, namun tidak menutup
kemungkinan tata kelola karyawan yang digunakan adalah prinsip
persaingan yang menekankan pada tuntutan yang tinggi dalam meraih
prestasi/produktivitas (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada prestasi dan pencapaian hasil dari karyawan yang
berlandaskan semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat.
Penekanan strategi instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan
SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi. Instansi juga
menekankan kompetisi dan prestasi dalam mencapai target. Kriteria
keberhasilan instansi adalah tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan. Instansi juga menyatakan
memenangkan kompetisi dan menjadi pemimpin di pasar yang kompetitif
sebagai kriteria keberhasilan. Tugas utama dari manajemen adalah
mengendalikan, membina, dan memudahkan karyawan untuk
berpartisipasi serta mengendalikan organisasi untuk mencapai
produktivitas, hasil, tujuan, dan keuntungan (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel 24
Hasil Skor OCAI Program Studi
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. PBSI C (30) D (30) A (21) B (20)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga pendidik di Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma adalah
budaya organisasi Market (30) dan Hierarchy (30) disusul dengan budaya
organisasi Clan (21) dan Adhocracy (20). Tenaga pendidik di program
studi ini melihat bahwa instansi lebih berfokus pada stabilitas dan kontrol
instansi. Budaya organisasi Market berfokus pada lingkungan eksternal,
keunikan atau inovasi, dan persaingan, sedangkan budaya organisasi
Hierarchy lebih berfokus pada integrasi lingkungan internal (Cameron &
Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan oleh tenaga pendidik pad
program studi ini adalah instansi sangat menekankan pentingnya struktur
yang baik dan rapi dalam organisasi. Semua proses kerja diatur secara
baku dan sistematis. Instansi menerapkan segala sesuatunya secara
terkendali, dan berorientasi pada tujuan. Pola kepemimpinan bersifat
mengkoordinasi dan mengatur, namun di sisi lain pola kepemimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dapat sebagai kompetitor dan pendorong tangguh yang bersifat agresif dan
berorientasi pada hasil. Tata kelola karyawan lebih berfokus untuk
memberikan rasa aman, sehingga tercipta stabilitas hubungan antar
karyawan. Tata kelola karyawan lain yang digunakan adalah prinsip
persaingan yang menekankan pada tuntutan yang tinggi dalam meraih
prestasi/produktivitas (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada prestasi dan pencapaian hasil dari karyawan yang
berlandaskan peraturan dan kebijakan formal. Penekanan strategi instansi
lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan kelancaran
dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan kompetisi dan
prestasi dalam mencapai target. Kriteria keberhasilan instansi adalah
tercapainya efisiensi dan keterandalan instansi, sehingga dapat
memenangkan kompetisi dan menjadi pemimpin di pasar yang kompetitif.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan dan mengendalikan
seluruh kegiatan instansi secara efisien untuk mencapai produktivitas,
hasil, tujuan, dan keuntungan, sehingga kesejahteraan dalam instansi dapat
tercapai (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
f. Deskripsi Budaya Organisasi di Tiap Biro, Lembaga, dan Tata Usaha
Fakultas
Tabel 25
Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. BAA A (28) D (26) C (25) B (21)
2. BLU A (29) D (26) C (24) B (22)
3. BAPSI A (28) D (27) B (23) C (22)
4. Biro Keuangan A (31) D (25) B (24) C (20)
5. BSP A (30) D (27) C (22) B (21)
6. Lembaga Bahasa A (31) D (25) B (22) C (22)
7. LPM A (28) D (28) C (23) B (21)
8. Perpustakaan A (36) D (31) B (18) C (14)
9. TU Fakultas Farmasi A (36) D (26) B (19) C (19)
10. TU Fakultas Teologi A (25) D (25) B (23) C (23)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Biro
Administrasi Akademis (BAA) Universitas Sanata Dharma adalah budaya
organisasi Clan (28) dan Hierarchy (26) disusul dengan budaya organisasi
Market (25) dan Adhocracy (21). Budaya organisasi yang paling dirasakan
oleh tenaga kependidikan di Biro Layanan Umum (BLU) Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (29) dan Hierarchy (26)
disusul dengan budaya organisasi Market (24) dan Adhocracy (22). Pada
Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI) Universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Sanata Dharma, budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga
kependidikan adalah budaya organisasi Clan (28) dan Hierarchy (27)
disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (23) dan Market (22).
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui pula bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Biro
Keuangan Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (31)
dan Hierarchy (25) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (24) dan
Market (20). Budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga
kependidikan di Biro Sarana dan Prasarana (BSP) Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Clan (30) dan Hierarchy (27) disusul
dengan budaya organisasi Market (22) dan Adhocracy (21). Pada Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma, budaya organisasi yang paling
dirasakan oleh tenaga kependidikan adalah budaya organisasi Clan (31)
dan Hierarchy (25) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (22) dan
Market (22). Budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga
kependidikan di Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Clan (28) dan Hierarchy (28) disusul
dengan budaya organisasi Market (23) dan Adhocracy (21).
Berdasarkan data pada tabel 26, dapat diketahui juga bahwa
budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan
(36) dan Hierarchy (31) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (18)
dan Market (14). Budaya organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kependidikan di Tata Usaha Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
adalah budaya organisasi Clan (36) dan Hierarchy (26) disusul dengan
budaya organisasi Adhocracy (19) dan Market (19). Pada Tata Usaha
Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, budaya organisasi yang
paling dirasakan oleh tenaga kependidikan adalah budaya organisasi Clan
(29) dan Hierarchy (25) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (23)
dan Market (23).
Tenaga kependidikan di biro, lembaga, dan tata usaha ini melihat
bahwa instansi lebih berfokus pada lingkungan internal instansi, integrasi,
dan kesatuan seluruh instansi. Karakter dominan instansi yang dirasakan
adalah instansi sangat menekankan pentingnya struktur yang baik dan rapi
dalam organisasi. Semua proses kerja diatur secara baku dan sistematis.
Instansi menerapkan segala sesuatunya secara terkendali namun tetap
dengan semangat kekeluargaan yang kental. Pola kepemimpinan bersifat
mengkoordinasi dan mengatur serta berorientasi pada efisiensi kerja,
namun juga tetap memfasilitasi (fasilitator) konflik atau segenap
permasalahan yang berkembang dalam organisasi. Tata kelola karyawan
lebih berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga tercipta stabilitas
hubungan antar karyawan. Tata kelola karyawan juga bersifat teamwork
yang menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan (Cameron &
Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan
kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan
pengembangan SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi.
Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya efisiensi dan keterandalan
instansi. Instansi juga menyatakan tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan sebagai kriteria keberhasilan.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan seluruh kegiatan
instansi secara efisien sehingga kesejahteraan dalam instansi tercapai.
Tugas utama manajemen yang tidak kalah penting adalah mengendalikan,
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi dalam setiap
proses kegiatan instansi (Cameron & Queen, 2006).
Tabel 26
Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. LPPM A (28) B (26) D (24) C (21)
2. TU Fakultas Psikologi A (32) B (25) D (24) C (19)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas
Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (28) dan Adhocracy (26)
disusul dengan budaya organisasi Hierarchy (24) dan Market (21).
Berdasarkan data pada tabel 27, dapat diketahui juga bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Tata Usaha
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Clan (32) dan Adhocracy (25) disusul dengan budaya organisasi
Hierarchy (24) dan Market (19). Tenaga kependidikan di LPPM dan
Fakultas Psikologi melihat bahwa instansi lebih berfokus pada fleksibilitas
instansi. Budaya organisasi Clan lebih berfokus pada integrasi lingkungan
internal, sedangkan budaya organisasi Adhocracy berfokus pada
lingkungan eksternal, keunikan atau inovasi, dan persaingan (Cameron &
Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan tenaga kependidikan
pada lembaga dan tata usaha fakultas ini adalah instansi menerapkan
semangat kekeluargaan dan menciptakan situasi dimana karyawan bisa
dengan bebas menggali serta menyalurkan ide-ide segar, kreatif, dan
inovatif, serta berpandangan ke depan dan mandiri. Pola kepemimpinan
bersifat memfasilitasi (fasilitator) konflik atau segenap permasalahan yang
berkembang dalam organisasi dan sebagai inovator, wirausaha, serta
visionary leadership. Tata kelola karyawan bersifat teamwork yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
menekankan pada pentingnya partisipasi dari karyawan dan memberikan
karyawan kebebasan berkreasi serta mencari keunikan (Cameron &
Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada komitmen untuk menciptakan inovasi dan perkembangan
yang berlandaskan semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat.
Penekanan strategi instansi lebih menitikberatkan pada pengembangan
SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi. Instansi juga
menekankan Instansi juga menekankan penemuan SDM baru dan mencoba
serta mengkreasikan hal-hal baru yang dapat mengarahkan instansi menuju
pertumbuhan. Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya teamwork,
komitmen, dan kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen
terhadap pengembangan SDM yang berkelanjutan. Kriteria keberhasilan
bagi instansi juga meliputi keluaran (output) instansi yang jelas, proses
kerja yang efektif serta terwujudnya prinsip pertumbuhan. Instansi
diharapkan dapat menciptakan produk/layanan terbaru (inovasi) sebagai
sumber daya baru yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan instansi. Tugas utama dari manajemen adalah
mengendalikan, membina, dan memudahkan karyawan untuk
berpartisipasi serta mendorong terciptanya semangat enterpreneurship dan
kreativitas di setiap proses instansi (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel 27
Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Biro Personalia D (35) A (26) B (20) C (20)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Biro
Personalia Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy
(35) dan Clan (26) disusul dengan budaya organisasi Adhocracy (20) dan
Market (20). Tenaga kependidikan di biro ini melihat bahwa instansi lebih
berfokus pada lingkungan internal instansi, integrasi, dan kesatuan seluruh
instansi (Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan oleh tenaga
kependidikan di biro ini adalah instansi sangat menekankan pentingnya
struktur yang baik dan rapi dalam organisasi. Semua proses kerja diatur
secara baku dan sistematis. Instansi menerapkan segala sesuatunya secara
terkendali namun tetap dengan semangat kekeluargaan yang kental. Pola
kepemimpinan bersifat mengkoordinasi dan mengatur serta berorientasi
pada efisiensi kerja, namun juga tetap memfasilitasi (fasilitator) konflik
atau segenap permasalahan yang berkembang dalam organisasi. Tata
kelola karyawan lebih berfokus untuk memberikan rasa aman, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
tercipta stabilitas hubungan antar karyawan. Tata kelola karyawan juga
bersifat teamwork yang menekankan pada pentingnya partisipasi dari
karyawan (Cameron & Queen, 2006).
Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada peraturan dan kebijakan formal yang berlandaskan
semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat. Penekanan strategi
instansi lebih menitikberatkan pada efisiensi, stabilitas, kontrol, dan
kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Instansi juga menekankan
pengembangan SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi.
Kriteria keberhasilan instansi adalah tercapainya efisiensi dan keterandalan
instansi. Instansi juga menyatakan tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan sebagai kriteria keberhasilan.
Tugas utama dari manajemen adalah melaksanakan seluruh kegiatan
instansi secara efisien sehingga kesejahteraan dalam instansi tercapai.
Tugas utama manajemen yang tidak kalah penting adalah mengendalikan,
membina, dan memudahkan karyawan untuk berpartisipasi dalam setiap
proses kegiatan instansi (Cameron & Queen, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Tabel 28
Hasil Skor OCAI Biro, Lembaga, dan Tata Usaha Fakultas
No. Program Studi Peringkat Budaya Organisasi Tertinggi
1 2 3 4
1. Biro Humas B (27) A (26) D (26) C (21)
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Berdasarkan hasil skor OCAI, dapat diketahui bahwa budaya
organisasi yang paling dirasakan oleh tenaga kependidikan di Biro
Hubungan Masyarakat Universitas Sanata Dharma adalah budaya
organisasi Adhocracy (27), Clan (26), Hierarchy (26) dan disusul dengan
budaya organisasi Market (21). Terdapat 3 tipe budaya organisasi yang
sama-sama dominan dirasakan oleh tenaga kependidikan di biro ini.
Tenaga kependidikan di biro ini melihat bahwa instansi lebih menekankan
pada fleksibilitas instansi (Adhocracy dan Clan). Instansi juga dipandang
lebih berfokus pada integrasi lingkungan internal (Clan dan Hierarchy)
(Cameron & Queen, 2006).
Karakter dominan instansi yang dirasakan tenaga kependidikan di
biro ini adalah instansi menerapkan semangat kekeluargaan dan
menciptakan situasi dimana karyawan bisa dengan bebas menggali serta
menyalurkan ide-ide segar, kreatif, dan inovatif, serta berpandangan ke
depan dan mandiri, namun tetap dalam kerangka sistem yang terstruktur
dan terkendali. Pola kepemimpinan bersifat memfasilitasi (fasilitator)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
konflik atau segenap permasalahan yang berkembang dalam organisasi
dan sebagai inovator, wirausaha, serta visionary leadership, namun tetap
mengkoordinasi dan mengatur serta berorientasi pada efisiensi kerja.. Tata
kelola karyawan bersifat teamwork yang menekankan pada pentingnya
partisipasi dari karyawan dan memberikan karyawan kebebasan berkreasi
serta mencari keunikan. Tata kelola karyawan juga berfokus untuk
memberikan rasa aman, sehingga tercipta stabilitas hubungan antar
karyawan. Perekat organisasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional
bertumpu pada komitmen untuk menciptakan inovasi dan perkembangan
yang berlandaskan semangat kesetiaan dan rasa saling percaya yang kuat
serta peraturan dan kebijakan formal (Cameron & Queen, 2006).
Penekanan strategi instansi lebih menitikberatkan pada
pengembangan SDM, keterbukaan dan partisipasi karyawan yang tinggi.
Instansi juga menekankan Instansi juga menekankan penemuan SDM baru
dan mencoba serta mengkreasikan hal-hal baru yang dapat mengarahkan
instansi menuju pertumbuhan tanpa meninggalkan asas efisiensi, stabilitas,
kontrol, dan kelancaran dalam proses kegiatan instansi. Kriteria
keberhasilan instansi adalah tercapainya teamwork, komitmen, dan
kepedulian terhadap anggota yang tinggi serta komitmen terhadap
pengembangan SDM yang berkelanjutan. Kriteria keberhasilan bagi
instansi juga meliputi keluaran (output) instansi yang jelas, proses kerja
yang efektif serta terwujudnya prinsip pertumbuhan. Instansi diharapkan
dapat menciptakan produk/layanan terbaru (inovasi) sebagai sumber daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
baru yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
instansi. Instansi juga menyatakan tercapainya efisiensi dan keterandalan
instansi sebagai kriteria keberhasilan. Tugas utama dari manajemen adalah
mengendalikan, membina, dan memudahkan karyawan untuk
berpartisipasi serta mendorong terciptanya semangat enterpreneurship dan
kreativitas di setiap proses instansi sehingga tercipta efisiensi kerja dalam
instansi (Cameron & Queen, 2006).
D. Pembahasan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana budaya
organisasi yang berlangsung dan dirasakan serta yang diinginkan ada di
Universitas Sanata Dharma. Hasil pengukuran budaya organisasi yang
dilakukan dengan bantuan Organizational Culture Assessment Instrument
(OCAI), menunjukkan bahwa budaya organisasi yang sedang berlangsung dan
dirasakan oleh seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di
Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan (A) dan Hierarchy
(D). Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Gambar 5
Diagram Hasil OCAI Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Keseluruhan
Budaya organisasi Clan merujuk pada model atau jenis budaya yang
lebih menitikberatkan pada hubungan dan sistem kekeluargaan. Semangat
kekeluargaan menjadi pondasi segala proses dinamika di instansi. Budaya
organisasi Hierarchy merujuk pada budaya yang sangat menekankan
pentingnya struktur yang baik dan rapi dalam instansi. Semua proses kerja
diatur secara baku dan sistematis.
Universitas Sanata Dharma secara keseluruhan memiliki budaya
organisasi Clan dan Hierarchy. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang
disampaikan oleh C dan S. C adalah salah satu tenaga pendidik di Universitas
Sanata Dharma. C menyatakan sangat merasakan semangat kekeluargaan di
lingkungan Universitas Sanata Dharma. Semua civitas akademika saling
mengenal dan saling menyapa. Hal ini sesuai dengan karakter dominan budaya
organisasi Clan yang menggambarkan suatu organisasi/instansi menyerupai
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
keluarga. C menyatakan sangat nyaman berada dan berkarya di universitas ini.
Lebih lanjut lagi, C mengatakan bahwa semangat kekeluargaan yang tinggi itu
tetap diimbangi dengan penghargaan terhadap sistem dan struktur yang ada di
Universitas Sanata Dharma (Komunikasi Pribadi, 7 Februari 2016). Hal ini
sesuai dengan karakter dominan budaya organisasi Hierarchy yang
menekankan pada struktur yang terkendali.
Senada dengan C, S yang merupakan salah satu tenaga kependidikan
di Universitas Sanata Dharma mengatakan bahwa Universitas ini sangat
menghargai partisipasi dan keberadaan setiap individu karyawan yang terlibat
di dalamnya. Hubungan satu karyawan dan karyawan lain berjalan cukup
harmonis. Kepercayaan antar karyawan maupun dengan jajaran pimpinan
instansi terbangun dengan cukup baik. Hal ini sesuai dengan karakteristik
budaya organisasi Clan yang menekankan strategi pada kepercayaan,
keterbukaan, dan partisipasi dari anggota. S juga menambahkan bahwa sistem
dan struktur instansi yang ada selama ini sudah berjalan baik. Peraturan-
peraturan yang bersifat formal dan tegas membantu roda instansi berjalan
lebih mulus dan teratur (Komunikasi Pribadi, 8 Februari 2016). Hal ini juga
sesuai dengan salah satu karakteristik budaya organisasi Hierarchy yang
merekatkan organisasi melalui peraturan dan kebijakan yang formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Gambar 6
Diagram Gap Hasil OCAI Tenaga Pendidik & Tenaga Kependidikan
dengan Rektor
Analisis OCAI menggambarkan bahwa tidak ada gap atau perbedaan
yang besar antara budaya organisasi yang diiinginkan oleh Rektor selaku
pemimpin instansi dengan budaya organisasi yang dirasakan oleh tenaga
pendidik maupun tenaga kependidikan di Universitas Sanata Dharma. Senada
dengan budaya organisasi yang sedang berlangsung dan dirasakan di
Universitas Sanata Dharma, Rektor selaku pemimpin Universitas Sanata
Dharma, menginginkan budaya organisasi yang condong Clan (A) dan sedikit
menyisipkan budaya organisasi Hierarchy (D) sebagai budaya yang dihidupi
dan berjalan di proses dinamika instansi.
Perbedaan mencolok dengan budaya organisasi yang berlangsung dan
dirasakan, terletak pada skor OCAI Rektor Universitas Sanata Dharma yang
menunjukkan budaya organisasi Clan diinginkan lebih tinggi dibandingkan
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
dengan budaya organisasi Adhocracy, Market, dan Hierarchy. Hal ini
menunjukkan bahwa Rektor selaku pemimpin instansi sangat menginginkan
budaya organisasi Clan berjalan di Universitas Sanata Dharma.
Hasil tersebut didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh
Rektor Universitas Sanata Dharma. Rektor mengungkapkan bahwa beliau
berusaha mengembangkan suatu sistem dan struktur yang dilandasi nilai-nilai
humanis yang mengutamakan manusia sebagai salah satu unsur di dalamnya.
Rektor berusaha memadukan semangat kekeluarga dan sistem yang rapi,
sehingga tercipta ciri khas tersendiri di Universitas Sanata Dharma. Sistem
dan struktur diciptakan dan dikembangkan bukan sebagai alat kontrol dan
evaluasi semata, namun lebih kepada sarana pertumbuhan masing-masing
sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Rektor juga mengungkapkan
bahwa semangat yang dibawa dalam memimpin instansi ini adalah semangat
fasilitating tanpa melupakan fungsi koordinasi apabila situasi mengharuskan
(Komunikasi Pribadi, 10 Februari 2016). Hal ini sesuai dengan karakteristik
budaya organisasi Clan yang menekankan strategi melalui keterlibatan aktif
dari anggota dan mengutamakan semangat kepemimpinan yang mengarah ke
mentoring atau fasilitating.
Rektor menambahkan bahwa partisipasi aktif karyawan dan
keberlangsungan pengembangan sumber daya manusia yang ada, menjadi satu
pencapaian yang mutlak harus terjadi di Universitas Sanata Dharma
(Komunikasi Pribadi, 10 Februari 2016). Hal ini juga tertuang jelas dalam
Renstra Universitas Sanata Dharma tahun 2013-2017. Pada renstra tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
dijelaskan bahwa salah satu aspek kinerja utama Universitas Sanata Dharma
adalah penjaminan keberlanjutan dan perkembangan lembaga serta
pertumbuhan kualitas sumber daya manusia di dalamnya. (Priyatma et al.,
2012). Penjabaran Rektor tersebut sesuai dengan karakteristik budaya
organisasi Clan yang menekankan strategi dan kriteria keberhasilan pada
pengembangan SDM yang berkelanjutan dan kepedulian terhadap anggota
instansi itu sendiri.
Keinginan Rektor untuk menekankan budaya organisasi Clan juga
banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai dan figur panutan instansi sebagai unsur
pembentuk budaya organisasi (Deal & Kennedy, dalam Riani, 2011). Rektor
memilih untuk menekankan budaya organisasi Clan karena representatif
dengan slogan atau motto Universitas Sanata Dharma, yaitu cerdas dan
humanis. Budaya organisasi Clan memiliki nilai-nilai yang sama dengan
motto cerdas dan humanis, terutama dalam usaha membangun semangat
kepedulian dan menciptakan keterlibatan aktif bagi seluruh anggota instansi.
Pembentukan budaya organisasi yang diinginkan oleh Rektor juga
ditentukan oleh para pendiri instansi dimana tindakan pendiri instansi menjadi
inti dari budaya awal organisasi (Schein, 1990). Rektor Universitas Sanata
Dharma ingin terus menghidupkan semangat para pendiri Universitas Sanata
Dharma, seperti Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. dan Pater K. Looymans, S.J.
sebagai tokoh panutan dan teladan dalam memperjuangkan nilai-nilai
pelayanan. Nilai-nilai tersebut tersirat dalam nama “Sanata Dharma” yang
berarti “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
(www.usd.ac.id., tanpa tahun). Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik
budaya organisasi Clan yang mengutamakan semangat kepemimpinan yang
melayani (fasilitating) dan komitmen dalam pengembangan SDM secara terus
menerus.
Gambar 7
Diagram Gap Hasil OCAI Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Hal yang menarik adalah terdapat perbedaan yang cukup mencolok
antara budaya organisasi yang dirasakan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma. Budaya organisasi yang
dirasakan oleh tenaga pendidik di Universitas Sanata Dharma adalah budaya
organisasi Hierarchy (D) dan disusul dengan budaya Clan (A). Hal tersebut
didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh M, salah satu tenaga
pendidik di Universitas Sanata Dharma. M mengatakan bahwa Universitas
Tenaga Pendidik
Tenaga Kependidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Sanata Dharma sangat menekankan pada sistem dan struktur. Dalam beberapa
konteks, hal ini membuat wadah berkreasi dan inovasi menjadi sedikit
terhambat. Menurut M, kesempatan berinovasi menjadi semakin relevan
dengan perkembangan jaman dewasa ini. Bagi M, Universitas Sanata Dharma
perlu membuka pandangan ke depan dan lebih berani menjadi mandiri.
(Komunikasi Pribadi, 9 Februari 2016). Dari hasil OCAI memang dapat
dilihat bahwa tenaga pendidik di Universitas Sanata Dharma tidak terlalu
merasakan adanya budaya organisasi Adhocracy yang lebih mengutamakan
terciptanya kreasi dan inovasi.
Berbeda dengan tenaga pendidik, budaya organisasi yang dirasakan
tenaga kependidikan di Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi
Clan (A) dan baru disusul dengan budaya Hierarchy (D). Tenaga pendidik
lebih menekankan pada budaya organisasi Hierarchy, sedangkan tenaga
kependidikan lebih menekankan pada budaya organisasi Clan. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh A. A adalah salah satu
tenaga kependidikan di Universitas Sanata Dharma. A mengungkapkan bahwa
kebersamaan dan kedekatan personal sangat dirasakan di instansi ini. Hal ini
membuat semua proses dalam instansi menjadi lebih menyenangkan dan tidak
kaku, namun terkadang hal ini juga membuat terlena dalam bekerja. A
mengaku bahwa sering kali kedekatan personal membuat dinamika di tempat
kerja menjadi terlalu santai. Beberapa peraturan menjadi lebih longgar dan
tidak terlalu mengikat karena tidak ada usaha yang signifikan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
penegakan peraturan atau sistem itu sendiri. (Komunikasi Pribadi, 9 Februari
2016)
Analisis budaya organisasi yang dirasakan tenaga pendidik pada
masing-masing program studi di Universitas Sanata Dharma menunjukkan
hasil yang cukup beragam. Budaya organisasi Clan dan Hierarchy menjadi
budaya organisasi yang paling dirasakan di lima program studi, yaitu Ekonomi
Akuntansi, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Ekonomi , Teknik Elektro, dan
Sastra Indonesia. Pada program studi Ekonomi Manajemen, Pendidikan
Fisika, Pendidikan Matematika, Psikologi, Matematika, Teknik Informatika,
Teknik Mesin, Ilmu Sejarah, dan Sastra Inggris budaya organisasi yang paling
dirasakan adalah budaya organisasi Hierarchy dan baru disusul dengan budaya
organisasi Clan. Berbeda dengan beberapa program studi sebelumnya, tenaga
pendidik di program studi Farmasi dan PGSD merasakan budaya organisasi
Clan yang dominan di Universitas Sanata Dharma. Pada program studi PBI
dan Pendidikan Biologi, tenaga pendidik merasakan budaya organisasi
Hierarchy dan Market yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga pendidik
pada kedua program studi ini melihat instansi lebih berfokus pada stabilitas
dan kontrol instansi.
Terdapat satu fenomena yang menarik pada dua program studi berunsur
keagamaan di Universitas Sanata Dharma, Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) dan Teologi. Pada kedua program studi
tersebut, tenaga pendidik merasakan budaya organisasi Clan dan Adhocracy
yang kuat. Hal ini menjadi menarik karena pada program studi-program studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
lain di Universitas Sanata Dharma, budaya organisasi Adhocracy biasanya
menempati peringkat terakhir sebagai budaya yang dirasakan. Hal ini
menunjukkan bahwa tenaga pendidik pada kedua program studi ini melihat
instansi lebih berfokus pada fleksibilitas dan pandangan ke depan.
Fenomena ini tidak terlepas dari perbedaan interpretasi budaya
organisasi pada tenaga pendidik di program studi tersebut. Perbedaan
interpretasi budaya organisasi dapat dijelaskan melalui Teori Sociodynamic
dan Teori Pembelajaran (Learning Theory). Perbedaan interpretasi budaya
organisasi dapat terjadi karena masing-masing kelompok kerja mempunyai
proses interpersonal dan emosional yang berbeda-beda dalam menjelaskan
budaya organisasi yang berjalan. Perbedaan interpretasi terhadap suatu budaya
organisasi juga terjadi karena setiap kelompok individu dapat mempelajari
menggunakan kognisi, perasaan dan penilaian yang berbeda-beda (Schein,
2006). Penilaian individu yang berbeda-beda dipengaruhi oleh ukuran
pragmatic (penting-tidak penting), moralistic (baik-tidak baik), dan affective
(senang-tidak senang) bagi masing-masing individu (Wutun, 2004).
Lingkungan gedung Program Studi IPPAK dan Teologi yang berbeda
dengan kampus utama juga sedikit banyak mempengaruhi perbedaan
interpretasi tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi
adalah karena nilai-nilai dasar budaya yang dihidupi oleh anggota organisasi
juga bersumber dari share process yang dilakukan para anggota terintim di
organisasi. Nilai-nilai budaya organisasi yang terjadi dalam proses ini disebut
dengan general beliefs (Wutun, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh X. X
adalah salah satu tenaga pendidik di Program Studi Teologi. X
mengungkapkan bahwa situasi gedung Program Studi Teologi yang berbeda
dengan kampus utama (Kampus I, II, dan III), sedikit banyak mempengaruhi
pemahaman rekan-rekan di Program Studi Teologi mengenai budaya apa yang
sebenarnya ingin dihidupi dan ada di Universitas Sanata Dharma. Jarak yang
mempengaruhi frekuensi komunikasi langsung (tatap muka) membuat
terkadang informasi yang ada dipersepsikan secara berbeda. X juga
berpendapat bahwa letak Program Studi Teologi yang jauh dari Kantor Pusat
Universitas Sanata Dharma membuat budaya organisasi Hierarchy tidak
terlalu dominan seperti pada program studi lain. Budaya Adhocracy yang
memiliki karakter dinamis dan inovatif justru lebih tampak dan terpetakan
pada skala OCAI. Bagi X, karakter dinamis dan inovatif seharusnya memang
menjadi budaya yang dihidupi suatu instansi pendidikan sebagai agen
perubahan (Komunikasi Pribadi, 11 Maret 2016). Hal serupa juga terjadi pada
tenaga pendidik di program studi Pendidikan Sejarah yang merasakan budaya
organisasi Hierarchy dan Adhocracy yang kuat di Universitas Sanata Dharma.
Hasil berbeda ditemukan pada program studi Bimbingan Konseling dan
PBSI. Tenaga pendidik pada program studi Bimbingan Konseling merasakan
budaya Clan dan Market yang dominan di Universitas Sanata Dharma,
sedangkan tenaga pendidik pada program studi PBSI merasakan budaya
organisasi Market dan Hierarchy yang kuat di Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Analisis budaya organisasi yang dirasakan tenaga kependidikan pada
masing-masing biro, lembaga, dan tata usaha fakultas di Universitas Sanata
Dharma menunjukkan hasil yang tidak kalah beragam. Mayoritas tenaga
kependidikan di sepuluh biro, lembaga, dan tata usaha fakultas berbeda (BAA,
BLU, Biro Keuangan, BSP, Lembaga Bahasa, LPM, Perpustakaan, TU
Fakultas Farmasi, dan TU Fakultas Teologi) merasakan budaya organisasi
Clan dan Hierarchy yang kuat. Sedikit berbeda, tenaga kependidikan di Biro
Personalia merasakan budaya organisasi Hierarchy dan baru disusul budaya
organisasi Clan sebagai budaya yang paling kuat.
Hasil berbeda ditemukan pula pada LPPM dan TU Fakultas Psikologi.
Tenaga kependidikan di lembaga dan tata usaha fakultas ini merasakan budaya
organisasi Clan dan Adhocracy yang dominan di Universitas Sanata Dharma.
Pada Biro Humas, tenaga kependidikan merasakan budaya organisasi
Adhocracy dan Clan sebagai budaya organisasi yang paling dominan di
Universitas Sanata Dharma. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kependidikan
pada ketiga lembaga, tata usaha fakultas, dan biro ini melihat instansi lebih
berfokus pada fleksibilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana budaya
organisasi yang berlangsung dan dirasakan serta yang diiinginkan ada di
Universitas Sanata Dharma. Hasil pengukuran budaya organisasi yang
dilakukan dengan bantuan Organizational Culture Assessment Instrument
(OCAI), menunjukkan bahwa budaya organisasi yang sedang berlangsung dan
dirasakan oleh seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tetap di
Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan dan Hierarchy.
Budaya organisasi yang dirasakan oleh tenaga pendidik di Universitas Sanata
Dharma adalah budaya organisasi Hierarchy dan disusul dengan budaya Clan.
Berbeda dengan tenaga pendidik, budaya organisasi yang dirasakan tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma adalah budaya organisasi Clan
dan baru disusul dengan budaya Hierarchy.
Senada dengan budaya organisasi yang sedang berlangsung dan
dirasakan di Universitas Sanata Dharma secara keseluruhan, Rektor selaku
pemimpin Universitas Sanata Dharma, menginginkan budaya organisasi yang
condong Clan dan sedikit menyisipkan budaya organisasi Hierarchy sebagai
budaya yang dihidupi dan berjalan di proses dinamika instansi. Dari hasil
analisis OCAI, dapat diketahui bahwa tidak ada gap atau perbedaan yang
besar antara budaya organisasi yang diiinginkan oleh Rektor selaku pemimpin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
instansi dengan budaya organisasi yang dirasakan oleh tenaga pendidik
maupun tenaga kependidikan di Universitas Sanata Dharma. Perbedaan
mencolok terletak pada skor OCAI Rektor Universitas Sanata Dharma yang
menunjukkan budaya organisasi Clan diinginkan lebih tinggi dibandingkan
dengan budaya organisasi Adhocracy, Market, dan Hierarchy. Hal ini
menunjukkan bahwa Rektor selaku pemimpin instansi sangat menginginkan
budaya organisasi Clan berjalan di Universitas Sanata Dharma.
B. Saran
Berdasarkan proses penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
oleh peneliti, berikut adalah beberapa saran yang dapat diberikan :
1. Bagi Subjek
Subjek penelitian yang merupakan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di Universitas Sanata Dharma dapat mengetahui dan
memahami mengenai budaya organisasi yang sedang berlangsung dan
dirasakan serta dapat memahami budaya organisasi yang diinginkan oleh
Rektor Universitas Sanata Dharma, sehingga diharapkan dapat saling
bersinergi dan menyelaraskan budaya organisasi yang ada di instansi demi
efektivitas dan kelancaran perputaran roda instansi.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma/Rektor
Melalui penelitian ini, dapat diketahui dan dipetakan budaya
organisasi yang sedang berlangsung dan dirasakan tenaga pendidik pada
tiap-tiap program studi dan tenaga kependidikan pada masing-masing biro,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
lembaga, dan tata usaha fakultas. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber data acuan bagi Universitas Sanata Dharma/Rektor
selalu pemimpin instansi dalam usaha pengelolaan dan pengembangan
instansi untuk meningkatkan daya saing instansi di era global.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini masih bersifat kuantitatif deskriptif dimana peneliti
hanya memaparkan jawaban dari subjek. Pada penelitian selanjutnya,
disarankan memperdalam kajian penelitian untuk mengetahui budaya
organisasi yang dirasakan oleh tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan secara umum di Universitas Sanata Dharma serta budaya
organisasi yang diinginkan oleh Rektor selaku pemimpin instansi
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini menemukan beberapa fenomena seperti budaya
organisasi Adhocracy yang muncul pada program studi IPPAK dan
Teologi. Hal ini berbeda dari budaya organisasi secara keseluruhan.
Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengkaji lebih dalam
fenomena tersebut menggunakan metode yang lebih sesuai dan
representatif.
Dalam menggunakan cluster sample, penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan juga faktor gender, tingkat pendidikan, dan lama
bekerja dalam menentukan subjek dari keseluruhan populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
DAFTAR PUSTAKA
A. Komunikasi Pribadi (9 Februari 2016).
Afriyanti, L. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada
Tenaga Kependidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi yang tidak
diterbitkan, Universitas Sanata Dharma.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. (edisi revisi
kelima). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas (edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Belias, D. & Koustelios, A. (2013). Organizational Culture of Greek Banking
Institutions : A Case Study. Internasional Journal of Human Resource
Management and Research (IJHRMR), Vol. 3, Issue 2, Jun 2013, 95-104.
C. Komunikasi Pribadi (7 Februari 2016).
Cameron K.S., & Quinn, R.E. (1999). Diagnosing and Changing Organizatinal
Culture: Based on the Competing Values Framework. MA: Addison
Wesley.
Cameron, K. S., & Quinn R. E. (2006). Diagnosing and Changing Organizational
Culture. (Ed. rev.). San Francisco, CA: Jossey-Bass A Wiley Imprint, Inc.
Cameron, K.S., Quinn R.E., DeGraff, J., & Thakor, A.V. (2006). Competing
Values Leadership: Creating Value in Organizations. Cheltenham UK:
Edward Elgar Publishing Limited.
Cummings, T.G. & Worley, C.G. (2005). Organization Development and Change
(edisi ketiga). Ohio: South-Western College publishing.
Denison, D.R. (1990). Corporate Culture and Organizational Effectiveness.
Canada: John Wiley & Sons.
Denison, D.R. (2000). Organizational Culture : Can It be a Key Lever for Driving
Organizational Change? International Institute for Management
Development. www.denisonculture.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Ernawan, E.R. (2011). Organizational Culture – Budaya Organisasi dalam
Perspektif Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Fauzi, C. (2015). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Sistem
Informasi. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATi) Tahun
2015 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Sains dan
Teknologi Indonesia, G-1–G-8.
Fralinger, B. & Olson, V. (2007). Organizational Culture At The University Level
: A Study Using The OCAI Instrument. Journal of College Teaching &
Learning – November 2007, Volume 4, Number 11, 85-98.
Febriana, A.T. & Yuniawan, A. (2013). Analisis Pemetaan Budaya Organisasi
Menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument Pada PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi, 10 (1), 82-98.
Friedman, T.L. The World Is Flat: Sejarah Singkat Abad ke-2 (edisi pertama).
Jakarta: Dian Rakyat, 2006.
Hadi, S. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Offset.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasan, I. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hofstede, G.J. (2005). Cultures and Organizations : Software of the mind. New
York, USA: Mc.Graw-hill Companies.
Indriantoro, S. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen (edisi pertama). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
J.P. Komunikasi Pribadi (23 September 2015).
K. Komunikasi Pribadi (6 Juni 2016).
Kasali, R. (2005). Change! Tak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda
Jalani, Putar Sekarang Juga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotter J.P., & Heskett J.L. (1998). Corporate Culture and Performance.
Singapore: Pearson Education Asia Pte.Ltd.
Kountor, R. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
Penerbit PPM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Kreitner, R. & Angele, K. (2003). Organizational Behavior. Alih Bahasa, Erly
Swandy. Jakarta: Salemba Empat.
Lestari, H., Wijaya, A. R., & Subayo. (2013). Pengukuran Budaya Organisasi
Pada Industri Minuman Di Jawa Tengah Untuk Meningkatkan Daya Saing
Di Era Global. Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang. 20-25.
Liu, A.M.M., Shuibo, Z. & Meiyung, L. (2006). A Framework for Assessing
Organizational Culture of Chinese Contruction Enterprises,
Engineering, Construction and Architectural Management, 3, No.4,
pp.327-342.
Luthans, F. (2003). Positive Organizational Behavior : Implications for
Leadership and HR Development and Motivation. In L. W. Porter, G. A.
Bigley, & R. M. Steers (Eds.), Motivation and Work Behavior (pp. 178
195). New York: McGraw-Hill/Irwin.
M. Komunikasi Pribadi (9 Februari 2016).
Matsumoto, D. & Juang, L. (2008). Culture & Psychology (fourth edition).
Canada: Wadsworth Cengage Learning.
Mitchell SJ. & Robert A. 1988. Five Traits of Jesuit Education. USA: Boston
College Magazine. Terjemahan Agustinus Widyaputranto SJ dalam Jesuit
Education Reader tahun 2008.
Moeljono, D. (2003). Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Moeldjono, D. (2005). Cultured! Budaya Organisasi Dalam Tantangan. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nasution, S. (2000). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Pramono, Y.J. (2011). Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja : Studi Kasus pada Karyawan Administratif Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi yang tidak diterbitkan, Universitas
Sanata Dharma.
Prasetyo, H. N. (2013). Analisis Budaya Organisasi Pada Rancangan Tata Kelola
Data Di Perguruan Tinggi X. Prosiding Seminar Nasional Sistem
Informasi Indonesia (SESINDO) Bali, Indonesia. 64-71.
Priyatma, J.K. Komunikasi Pribadi (1 Oktober 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Priyatma, J.K. Komunikasi Pribadi (10 Februari 2016).
Priyatma, J.K. (2014). Peran Universitas dalam Pendidikan Demokrasi
(Lap.Tahunan Rektor). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Priyatma, J.K., Sukmono, M., Yudianti, F. N., Harnoto, L. B., Adi, C. K., Sarkim,
T., Subanar, G. B., Rohandi, R., Supardiyono, Y. P., Siswadi, F. X., Rosa,
P. H. P., Djunarko, I., Widyatmoko, C. S., Dhatu, E. P., Haryono, A.,
Dwiatmoko, I. A., & Suparwito, H. (2012). Rencana Strategis 2013-2017.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rangkuti, F. (2015). SWOT Balanced Scorecard – Teknik Menyusun Strategi
Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, F. (2015). Teknik Membedah Kasus Bisnis – Analisis SWOT. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Riani, A. L. (2011). Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Robbins, S.P. (2002). Organizational Behavior: Concepts, Controversies,
Applications (edisi kedua). Alih Bahasa, Handyana Pujaatmaka. Jakarta:
PT Prenhallindo.
Robbins, S.P. (1994). Teori Organisasi : Struktur, Desain, dan Aplikasi (edisi
ketiga). Alih Bahasa, Jusuf Udaya, Jakarta: Arcan.
S. Komunikasi Pribadi (7 Februari 2016).
Sangadji, E.M. & Sopiah, M.M. (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Santoso, A. (2010). Statistika untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Schein, E.H. (1990). Organizational Culture and Leadership : A Dynamic View.
San Francisco: Jossey – Bass Publishers.
Schein, E.H. (2006). Organizational Culture and Leadership (third edition). San
Francisco: Jossey –Bass Publishers.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS (edisi pertama). Jakarta: Kencana.
Sugiyono, M. (2006). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Sulistyo, B. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Suparman, Achmad. (2002). Ekonomi Lokal Dan Daya Saing Global. Jakarta:
Bumi Aksara.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sutrisno, H. E. (2010). Pengaruh Budaya Organisasi, Stres Kerja, dan Komitmen
Terhadap Kinerja Karyawan CV. Bintang Karya Putra di Surabaya. Jurnal
Ekuitas, Vol. 14, No. 4, 460 – 477.
T.N. Komunikasi Pribadi (24 September 2015).
Usman, H. & Akbar P.S. (2008). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiradinata, M. & Mustamu, R.H. (2013). Analisis Budaya Organisasi Pada
Perusahaan Alas kaki. Jurnal AGORA, Vol. 1, No. 1.
W. Komunikasi Pribadi (10 Juni 2016).
Wea, Ferdinandus B.D. (2005). Hubungan Tingkat Penerimaan Budaya
Organisasi dengan Komitmen Organisasi Pada Dosen dan Karyawan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi yang tidak diterbitkan,
Universitas Sanata Dharma.
Website Resmi Universitas Sanata Dharma. (2015). Profil Universitas Sanata
Dharma. Dipungut 17 September 2015, dari
https://www.usd.ac.id/profile.php?id=1&id_sub=2
Wutun, R.P. (2004). Sistem Nilai dan Praktik-praktik Organisasi Perusahaan “X”.
Jurnal Peran Budaya organisasi dalam Peningkatan Unjuk Kerja
Perusahaan, Vol. 1, No. 2, 17-35.
X. Komunikasi Pribadi (11 Maret 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
LAMPIRAN 1
SKALA ORGANIZATIONAL CULTURE
ASSESSMENT INSTRUMENT (OCAI)
VERSI ASLI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Organizational Culture Assessment Instrument
1. Dominant Characteristics Score
A
X
The organization is a very personal place. It is like an extended
family. People seem to share a lot of themselves.
B
The organization is a very dynamic entrepreneurial place. People
are willing to stick their necks out and take risks.
C
The organization is very results oriented. A major concern is with
getting the job done. People are very competitive and
achievement oriented.
D
The organization is a very controlled and structured place. Formal
procedures generally govern what people do.
Total
2. Organizational Leadership Score
A
The leadership in the organization is generally considered to
exemplify mentoring, facilitating, or nurturing.
B
The leadership in the organization is generally considered to
exemplify entrepreneurship, innovating, or risk taking.
C
The leadership in the organization is generally considered to
exemplify a no-nonsense, aggressive, results-oriented focus.
D
The leadership in the organization is generally considered to
exemplify coordinating, organizing, or smooth-running efficiency.
Total
3. Management of Employees Score
A
The management style in the organization is characterized by
teamwork, consensus, and participation.
B
The management style in the organization is characterized by
individual risk-taking, innovation, freedom, and uniqueness.
C
The management style in the organization is characterized by
hard-driving competitiveness, high demands, and achievement.
D
The management style in the organization is characterized by
security of employment, conformity, predictability, and stability in
relationships.
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
4. Organization Glue
Score
A
The glue that holds the organization together is loyalty and mutual
trust. Commitment to this organization runs high.
B
The glue that holds the organization together is commitment to
innovation and development. There is an emphasis on being on
the cutting edge.
C
The glue that holds the organization together is the emphasis on
achievement and goal accomplishment. Aggressiveness and
winning are common themes.
D
The glue that holds the organization together is formal rules and
policies. Maintaining a smooth-running organization is important.
Total
5. Strategic Emphases
Score
A
The organization emphasizes human development. High trust,
openness, and participation persist.
B
The organization emphasizes acquiring new resources and
creating new challenges. Trying new things and prospecting for
opportunities are valued.
C
The organization emphasizes competitive actions and
achievement. Hitting stretch targets and winning in the
marketplace are dominant.
D
The organization emphasizes permanence and stability.
Efficiency, control and smooth operations are important.
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
6. Criteria of Success Score
A
The organization defines success on the basis of the development
of human resources, teamwork, employee commitment, and
concern for people.
B
The organization defines success on the basis of having the most
unique or newest products. It is a product leader and innovator.
C
The organization defines success on the basis of winning in the
marketplace and outpacing the competition. Competitive market
leadership is key.
D
The organization defines success on the basis of efficiency.
Dependable delivery, smooth scheduling and low-cost production
are critical.
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 2
PROSES BACK-TRANSLATION SKALA OCAI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
No Skala Versi
Bahasa Inggris
Skala Hasil
Back-Translation
Tanggapan
Penerjemah
1. The organization is a very
personal place. It is like
an extended family.
People seem to share a lot
of themselves.
The organization is very
personal place. It is more or
less like an extended family.
People share about
themselves to each other.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
2. The organization is a very
dynamic entrepreneurial
place. People are willing
to stick their necks out
and take risks.
The organization is a
entrepreneurship place
which is very dynamic.
People really bind one to
another and ready to face the
risk.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
3. The organization is very
results oriented. A major
concern is with getting
the job done. People are
very competitive and
achievement oriented.
The organization is very
result oriented. The main
concern is to accomplish the
job. Every organization
member competes tightly
and achievement oriented.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
4. The organization is a very
controlled and structured
place. Formal procedures
generally govern what
people do.
The organization is a very
controlled and structured
place. Formal procedures
generally govern what
people should do.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
5. The leadership in the
organization is generally
considered to exemplify
mentoring, facilitating, or
nurturing.
The leadership within
organization is commonly
considered to provide
mentoring model,
facilitating, or nurturing.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya
pemilihan kosataka
dalam kalimatnya
saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
6. The leadership in the
organization is generally
considered to exemplify
entrepreneurship,
innovating, or risk taking.
The leadership within
organization is commonly
considered to provide
entrepreneurship model,
innovating, or risk taking.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya
pemilihan kosataka
dalam kalimatnya
saja.
7. The leadership in the
organization is generally
considered to exemplify a
no-nonsense, aggressive,
results-oriented focus.
The leadership within
organization is considered to
provide examples that
everything can be achieved,
aggressive and result-
oriented focus.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya
pemilihan kosataka
dalam kalimatnya
saja.
8. The leadership in the
organization is generally
considered to exemplify
coordinating, organizing,
or smooth-running
efficiency.
The leadership within
organization is considered to
be able to set examples on
coordination, management
or conducting efficiency
smoothly.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya
pemilihan kosataka
dalam kalimatnya
saja.
9. The management style in
the organization is
characterized by
teamwork, consensus, and
participation.
The management style
within organization is
characterized by the
existence of teamwork,
consensus, and participation.
Kalimat pada versi
asli dan hasil Back-
Translation sama.
10. The management style in
the organization is
characterized by
individual risk-taking,
innovation, freedom, and
uniqueness.
The management style
within organization is
characterized by individual
risk-taking, innovation,
providing the liberty and
uniqueness.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
11. The management style in
the organization is
characterized by hard-
driving competitiveness,
high demands, and
achievement.
The management style
within organization is
characterized by the
competitiveness, with high
demand and result
achievement.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
12. The management style in
the organization is
characterized by security
of employment,
conformity, predictability,
and stability in
relationships.
The management style
within organization is
characterized by employees
secured feeling, conformity,
predictability, and stability
in relationship.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
13. The glue that holds the
organization together is
loyalty and mutual trust.
Commitment to this
organization runs high.
The glue that makes the
organization unite together
is loyalty and mutual trust.
Commitment to organization
is high.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
14. The glue that holds the
organization together is
commitment to
innovation and
development. There is an
emphasis on being on the
cutting edge.
The glue that makes the
organization unite together
is commitment to innovate
and to develop. There is an
emphasis on being the
leading.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
15. The glue that holds the
organization together is
the emphasis on
achievement and goal
accomplishment.
The glue that makes the
organization unite together
is the emphasis on
achievement and goal
accomplishment.
Kalimat pada versi
asli dan hasil Back-
Translation sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
16. The glue that holds the
organization together is
formal rules and policies.
Maintaining a smooth-
running organization is
important.
The glue that makes the
organization unite together
is the formal rules and
policies. Maintaining the
organization operation
smoothness is the important.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
17. The organization
emphasizes human
development. High trust,
openness, and
participation persist.
The organization
emphasizes on the Human
Resources development.
High trust, openness,
participation and always
involving organization
members.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
18. The organization
emphasizes acquiring new
resources and creating
new challenges. Trying
new things and
prospecting for
opportunities are valued.
The organization
emphasizes acquiring the
new resources and and
creating new challenges.
Trying new things and
prospecting for
opportunities are something
valuable.
Kalimat pada versi
asli dan hasil Back-
Translation sama.
19. The organization
emphasizes competitive
actions and achievement.
Hitting stretch targets and
winning in the
marketplace are
dominant.
The organization
emphasizes on competitive
actions and achievement.
Hitting stretch target and
winning the competition are
the main goals.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
20. The organization
emphasizes permanence
and stability. Efficiency,
control and smooth
operations are important.
Institution accentuates on
the necessity of continuity
and stability. Efficiency,
control and work progress
and smooth process are
important thing.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
21. The organization defines
success on the basis of the
development of human
resources, teamwork,
employee commitment,
and concern for people.
The organization defines the
success on the base of
Human Resources
development, teamwork,
employees commitment, and
concern for organization
member.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya
pemilihan kosataka
dalam kalimatnya
saja.
22. The organization defines
success on the basis of
having the most unique or
newest products. It is a
product leader and
innovator.
The organization defines the
success on the base of
having the most unique or
newest product / service. It
is a product leader and
innovator.
Kalimat pada versi
asli dan hasil Back-
Translation sama.
23. The organization defines
success on the basis of
winning in the
marketplace and
outpacing the
competition. Competitive
market leadership is key.
The organization defines the
success on the base of the
winning marketing
achievement and outpacing
the competition. Being a
competitive market leader is
the success key.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
24. The organization defines
success on the basis of
efficiency. Dependable
delivery, smooth
scheduling and low-cost
production are critical.
The organization defines the
success on the base of
efficiency. The guaranteed
ability in fulfilling the
demand, smooth scheduling,
and low-cost production are
critical.
Esensi dari makna
kalimat sama, yang
berbeda hanya cara
mengekspresikan
kalimatnya saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
LAMPIRAN 3
HASIL METODE
BACK-TRANSLATION SKALA OCAI
(VERSI INDONESIA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
No. Skala Versi Bahasa Indonesia
1. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga besar. Orang
saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
2. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis. Orang
sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
3. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat kompetitif dan
berorientasi pada hasil.
4. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan terstruktur. Prosedur
formal umumnya mengatur apa yang dikerjakan orang-orang.
5. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan teladan
mentoring, memfasilitasi, atau memelihara.
6. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan teladan
kewirausahaan, inovasi, atau keberanian mengambil resiko.
7. Kepemimpinan dalam Instansi ini dianggap memberikan teladan bahwa
semua hal bisa dicapai, agresif, dan berfokus pada hasil.
8. Kepemimpinan di Instansi ini dianggap dapat memberikan teladan
mengenai koordinasi, pengelolaan, atau menjalankan efisiensi secara
lancar.
9. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan adanya kerja tim, kesepakatan,
dan keterlibatan.
10. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan berani mengambil risiko,
inovatif, memberikan kebebasan dan keunikan pada setiap individu.
11. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan kompetitif, dengan tuntutan
yang tinggi dan pencapaian hasil.
12. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan rasa aman pada diri karyawan,
adanya keseragaman, dapat diprediksi, dan hubungan yang stabil.
13. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah kesetiaan dan rasa
saling percaya. Komitmen terhadap Instansi tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
14. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah komitmen untuk
berinovasi dan berkembang. Ada dorongan untuk menjadi yang terdepan.
15. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah orientasi pada
prestasi dan pencapaian hasil.
16. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah peraturan dan
kebijakan formal. Memelihara kelancaran jalannya Instansi merupakan hal
yang penting.
17. Instansi menekankan pada pengembangan SDM. Kepercayaan tinggi,
keterbukaan, partisipasi dan selalu melibatkan anggota Instansi.
18. Instansi menekankan pada mendapatkan sumber daya baru dan
menciptakan tantangan baru. Mencoba hal yang baru dan mengharapkan
kesempatan adalah sesuatu yang dinilai berharga.
19. Instansi menekankan pada persaingan dan prestasi. Melampaui target kerja
dan memenangkan persaingan merupakan hal yang paling utama.
20. Instansi menekankan pada pentingnya keajegan dan stabilitas. Efisiensi,
pengendalian, dan pelaksanaan pekerjaan secara lancar merupakan hal
yang penting.
21. Instansi mendefinisikan sukses atas dasar pengembangan SDM, kerja tim,
komitmen karyawan, dan kepedulian pada anggota Instansi.
22. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar memiliki produk/jasa yang
paling unik atau yang terbaru. Instansi ini merupakan pemimpin produk
(product leader) dan inovator.
23. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar kemenangan dalam
pemasaran dan keunggulan dalam bersaing. Menjadi pemimpin pasar yang
kompetitif adalah kunci suksesnya.
24. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar efisiensi. Terjaminnya
kehandalan dalam memenuhi tuntutan, penjadwalan yang lancar, dan
ongkos produksi yang rendah merupakan hal yang penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
LAMPIRAN 4
RELIABILITAS SKALA OCAI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
3.1 Reliabilitas Dimensi Budaya Organisasi Clan pada Skala OCAI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.839 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
A1 147.74 2472.662 .501 .835
A2 146.21 2514.543 .541 .827
A3 142.86 2297.250 .684 .800
A4 142.82 2217.999 .711 .793
A5 141.70 2405.226 .581 .820
A6 142.54 2169.780 .682 .799
3.2 Reliabilitas Dimensi Budaya Organisasi Adhocracy pada Skala OCAI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.740 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
B1 106.09 880.835 .507 .695
B2 105.58 909.683 .504 .696
B3 104.29 909.740 .512 .694
B4 103.69 929.118 .429 .718
B5 105.68 936.975 .444 .713
B6 105.44 963.893 .470 .706
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
3.3 Reliabilitas Dimensi Budaya Organisasi Market pada Skala OCAI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.804 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
C1 105.83 1362.968 .477 .795
C2 108.48 1396.159 .533 .780
C3 109.84 1288.872 .642 .755
C4 109.08 1324.247 .640 .757
C5 111.17 1363.007 .520 .784
C6 108.21 1333.082 .571 .772
3.4 Reliabilitas Dimensi Budaya Organisasi Hierarchy pada Skala OCAI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.825 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
D1 140.58 2126.716 .542 .808
D2 139.63 2185.410 .537 .809
D3 143.15 2138.031 .596 .797
D4 144.56 2011.537 .712 .772
D5 141.58 2101.182 .600 .796
D6 143.83 2145.165 .575 .801
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
LAMPIRAN 5
SKALA ORGANIZATIONAL CULTURE
ASSESSMENT INSTRUMENT (OCAI)
BAGI PEMIMPIN INSTANSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
SKALA PENELITIAN BUDAYA ORGANISASI
Disusun oleh :
Hilario Saktya Pratita
119114112
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Yogyakarta, November 2015
Kepada
Yth. Bapak/Ibu
yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Saya Hilario Saktya Pratita selaku mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, memohon izin dan meminta bantuan dari
Bapak/Ibu untuk merelakan waktu dalam rangka mengisi skala berikut ini.
Adapun kegunaan skala ini adalah untuk keperluan penyelesaian tugas akhir
(skripsi) saya.
Skala ini terdiri dari enam soal. Di setiap soal (1, 2, 3, 4, 5, 6) terdapat 4
alternatif pernyataan (A, B, C, D). Tidak ada pernyataan dan jawaban yang
salah. Saya harap Bapak/Ibu dapat memberikan jawaban yang sebenar-
benarnya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu
yang sesungguhnya dalam kehidupan kerja sehari-hari. Data yang Bapak/Ibu
berikan akan terjaga kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi kondisi
pekerjaan Bapak/Ibu di Universitas Sanata Dharma.
Dalam pengisian skala ini, saya harap Bapak/Ibu memperhatikan petunjuk
pengerjaan yang telah diberikan karena hasil dari pengisian skala ini akan
digunakan untuk kepentingan akademik. Adapun apabila dengan diadakannya
penelitian ini Bapak/Ibu merasa dirugikan, tidak nyaman, maupun membutuhkan
informasi mengenai penelitian ini, peneliti bersedia untuk dihubungi di nomer
08562877070. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
Hilario Saktya Pratita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Pendidikan Terakhir : □ SMA/sederajat □ D3 □ S1
□ S2 □ S3 □ ..……..
Lama Bekerja di USD : ……… tahun
Jabatan : ………….
Dengan ini, saya telah membaca informasi terkait penelitian yang dilakukan
oleh Sdr. Hilario Saktya Pratita dan saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini. Saya berpartisipasi secara sukarela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak
tertentu.
Semua respon jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini
merupakan jawaban yang jujur sesuai dengan keadaan saya yang sesungguhnya
dalam kehidupan kerja sehari-hari dan bukan sekedar berdasarkan apa yang benar
atau salah dan apa yang baik atau buruk dari pandangan masyarakat pada
umumnya.
Saya juga mengizinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang
saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.
Menyetujui,
……., …..…………… 2015
..………………….……..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA
Skala ini bertujuan untuk mengetahui hasil Analisis GAP antara budaya
organisasi yang diinginkan dengan budaya organisasi yang telah berjalan di
Universitas Sanata Dharma. Tidak ada jawaban benar maupun salah. Tujuan skala
ini adalah untuk memahami pengelolaan budaya organisasi yang sesuai di
Universitas Sanata Dharma.
Di setiap soal (1, 2, 3, 4, 5, 6) terdapat 4 alternatif pernyataan (A, B, C, D).
Berilah nilai pada keempat pernyataan tersebut dengan skor (0-100) sehingga
total jumlah skor dari keempat nilai tersebut harus 100. Isilah dengan skor
yang tinggi jika pernyataan tersebut sesuai dan skor yang rendah jika tidak sesuai
dengan keinginan / situasi yang diharapkan dari Instansi yang Bapak/Ibu
pimpin untuk 5 tahun kedepan.
CONTOH PENGISIAN :
CONTOH CARA PENGISIAN SKOR
a. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga
besar. Orang saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
45
b. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis.
Orang sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
25
c. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat
kompetitif dan berorientasi pada hasil.
10
d. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan
terstruktur. Prosedur formal umumnya mengatur apa yang
dikerjakan orang-orang.
20
TOTAL
100
Masing-masing individu pasti memiliki jawaban yang berbeda pada setiap
pernyataan. Oleh sebab itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu pribadi. Sekali lagi, tidak ada jawaban yang salah.
Selamat mengerjakan jangan sampai ada yang terlewat atau salah hitung!
Hasil sk
or d
ari 4 k
olo
m in
i diju
mlah
kan
Skor hasil
TOTAL
penjumlahan
harus 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
1. KARAKTER DOMINAN
SKOR
A. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga besar.
Orang saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
B. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis. Orang
sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
C. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat kompetitif
dan berorientasi pada hasil.
D. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan terstruktur.
Prosedur formal umumnya mengatur apa yang dikerjakan orang-orang.
TOTAL
2. POLA KEPEMIMPINAN
SKOR
A. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan
teladan mentoring, memfasilitasi, atau memelihara.
B. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan
teladan kewirausahaan, inovasi, atau keberanian mengambil resiko.
C. Kepemimpinan dalam Instansi ini dianggap memberikan teladan
bahwa semua hal bisa dicapai, agresif, dan berfokus pada hasil.
D. Kepemimpinan di Instansi ini dianggap dapat memberikan teladan
mengenai koordinasi, pengelolaan, atau menjalankan efisiensi secara
lancar.
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
3. TATA KELOLA KARYAWAN
SKOR
A. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan adanya kerja tim,
kesepakatan, dan keterlibatan.
B. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan berani mengambil risiko,
inovatif, memberikan kebebasan dan keunikan pada setiap individu.
C. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan kompetitif, dengan
tuntutan yang tinggi dan pencapaian hasil.
D. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan rasa aman pada diri
karyawan, adanya keseragaman, dapat diprediksi, dan hubungan yang
stabil.
TOTAL
4. PEREKAT INSTANSI
SKOR
A. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah kesetiaan dan
rasa saling percaya. Komitmen terhadap Instansi tinggi.
B. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah komitmen
untuk berinovasi dan berkembang. Ada dorongan untuk menjadi yang
terdepan.
C. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah orientasi pada
prestasi dan pencapaian hasil.
D. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah peraturan dan
kebijakan formal. Memelihara kelancaran jalannya Instansi merupakan
hal yang penting.
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
5. PENEKANAN STRATEGI
SKOR
A. Instansi menekankan pada pengembangan SDM. Kepercayaan tinggi,
keterbukaan, partisipasi dan selalu melibatkan anggota Instansi.
B. Instansi menekankan pada mendapatkan sumber daya baru dan
menciptakan tantangan baru. Mencoba hal yang baru dan
mengharapkan kesempatan adalah sesuatu yang dinilai berharga.
C. Instansi menekankan pada persaingan dan prestasi. Melampaui target
kerja dan memenangkan persaingan merupakan hal yang paling utama.
D. Instansi menekankan pada pentingnya keajegan dan stabilitas.
Efisiensi, pengendalian, dan pelaksanaan pekerjaan secara lancar
merupakan hal yang penting.
TOTAL
6. KRITERIA KEBERHASILAN
SKOR
A. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar pengembangan SDM,
kerja tim, komitmen karyawan, dan kepedulian pada anggota Instansi.
B. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar memiliki produk/jasa
yang paling unik atau yang terbaru. Instansi ini merupakan pemimpin
produk (product leader) dan inovator.
C. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar kemenangan dalam
pemasaran dan keunggulan dalam bersaing. Menjadi pemimpin pasar
yang kompetitif adalah kunci suksesnya.
D. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar efisiensi. Terjaminnya
kehandalan dalam memenuhi tuntutan, penjadwalan yang lancar, dan
ongkos produksi yang rendah merupakan hal yang penting.
TOTAL
Mohon periksa kembali jawaban Bapak/Ibu untuk kelengkapan dan ketepatan
jawaban.
“ TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN MENGISI SKALA INI ”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
LAMPIRAN 6
SKALA ORGANIZATIONAL CULTURE
ASSESSMENT INSTRUMENT (OCAI)
BAGI TENAGA PENDIDIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
SKALA PENELITIAN BUDAYA ORGANISASI
Disusun oleh :
Hilario Saktya Pratita
119114112
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Yogyakarta, November 2015
Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Saya Hilario Saktya Pratita selaku mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, memohon izin dan meminta bantuan dari
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk merelakan waktu dalam rangka mengisi skala berikut
ini. Adapun kegunaan skala ini adalah untuk keperluan penyelesaian tugas akhir
(skripsi) saya.
Skala ini terdiri dari enam soal. Di setiap soal (1, 2, 3, 4, 5, 6) terdapat 4
alternatif pernyataan (A, B, C, D). Tidak ada pernyataan dan jawaban yang
salah. Saya harap Bapak/Ibu/Saudara/i dapat memberikan jawaban yang sebenar-
benarnya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu/Saudara/i yang sesungguhnya dalam kehidupan kerja sehari-hari. Data
yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan terjaga kerahasiaannya dan tidak akan
mempengaruhi kondisi pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i di Universitas Sanata
Dharma.
Dalam pengisian skala ini, saya harap Bapak/Ibu/Saudara/i memperhatikan
petunjuk pengerjaan yang telah diberikan karena hasil dari pengisian skala ini
akan digunakan untuk kepentingan akademik. Adapun apabila dengan
diadakannya penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/i merasa dirugikan, tidak nyaman,
maupun membutuhkan informasi mengenai penelitian ini, peneliti bersedia untuk
dihubungi di nomer 08562877070. Atas perhatian dan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Hilario Saktya Pratita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Pendidikan Terakhir : □ SMA/sederajat □ D3 □ S1
□ S2 □ S3 □ ..……..
Lama Bekerja di USD : ……… tahun
Fakultas : ………….
Program Studi : ………….
Jabatan : ………….
Dengan ini, saya telah membaca informasi terkait penelitian yang dilakukan
oleh Sdr. Hilario Saktya Pratita dan saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini. Saya berpartisipasi secara sukarela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak
tertentu.
Semua respon jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini
merupakan jawaban yang jujur sesuai dengan keadaan saya yang sesungguhnya
dalam kehidupan kerja sehari-hari dan bukan sekedar berdasarkan apa yang benar
atau salah dan apa yang baik atau buruk dari pandangan masyarakat pada
umumnya.
Saya juga mengizinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang
saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.
Menyetujui,
……., …..…………… 2015
..………………….……..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA
Skala ini bertujuan untuk mengetahui budaya organisasi. Tidak ada
jawaban benar maupun salah. Silahkan menjawab sesuai dengan yang
Bapak/Ibu/Saudara/i rasakan selama bekerja di Universitas Sanata Dharma ini.
Tujuan skala ini adalah untuk memahami pengelolaan budaya organisasi yang
sesuai di Universitas Sanata Dharma.
Di setiap soal (1, 2, 3, 4, 5, 6) terdapat 4 alternatif pernyataan (A, B, C, D).
Berilah nilai pada keempat pernyataan tersebut dengan skor (0-100) sehingga
total jumlah skor dari keempat nilai tersebut harus 100. Isilah dengan skor
yang tinggi jika pernyataan tersebut sesuai dan skor yang rendah jika tidak sesuai
dengan situasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i rasakan dan alami selama bekerja
di Universitas Sanata Dharma.
CONTOH PENGISIAN :
CONTOH CARA PENGISIAN SKOR
a. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga
besar. Orang saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
45
b. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis.
Orang sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
25
c. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat
kompetitif dan berorientasi pada hasil.
10
d. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan
terstruktur. Prosedur formal umumnya mengatur apa yang
dikerjakan orang-orang.
20
TOTAL
100
Masing-masing individu pasti memiliki jawaban yang berbeda pada setiap
pernyataan. Oleh sebab itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu/Saudara/i pribadi. Sekali lagi, tidak ada jawaban yang salah.
Selamat mengerjakan jangan sampai ada yang terlewat atau salah hitung!
Hasil sk
or d
ari 4 k
olo
m in
i diju
mlah
kan
Skor hasil
TOTAL
penjumlahan
harus 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
1. KARAKTER DOMINAN
SKOR
A. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga besar.
Orang saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
B. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis. Orang
sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
C. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat kompetitif
dan berorientasi pada hasil.
D. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan terstruktur.
Prosedur formal umumnya mengatur apa yang dikerjakan orang-orang.
TOTAL
2. POLA KEPEMIMPINAN
SKOR
A. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan
teladan mentoring, memfasilitasi, atau memelihara.
B. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan
teladan kewirausahaan, inovasi, atau keberanian mengambil resiko.
C. Kepemimpinan dalam Instansi ini dianggap memberikan teladan
bahwa semua hal bisa dicapai, agresif, dan berfokus pada hasil.
D. Kepemimpinan di Instansi ini dianggap dapat memberikan teladan
mengenai koordinasi, pengelolaan, atau menjalankan efisiensi secara
lancar.
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
3. TATA KELOLA KARYAWAN
SKOR
A. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan adanya kerja tim,
kesepakatan, dan keterlibatan.
B. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan berani mengambil risiko,
inovatif, memberikan kebebasan dan keunikan pada setiap individu.
C. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan kompetitif, dengan
tuntutan yang tinggi dan pencapaian hasil.
D. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan rasa aman pada diri
karyawan, adanya keseragaman, dapat diprediksi, dan hubungan yang
stabil.
TOTAL
4. PEREKAT INSTANSI
SKOR
A. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah kesetiaan dan
rasa saling percaya. Komitmen terhadap Instansi tinggi.
B. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah komitmen
untuk berinovasi dan berkembang. Ada dorongan untuk menjadi yang
terdepan.
C. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah orientasi pada
prestasi dan pencapaian hasil.
D. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah peraturan dan
kebijakan formal. Memelihara kelancaran jalannya Instansi merupakan
hal yang penting.
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
5. PENEKANAN STRATEGI
SKOR
A. Instansi menekankan pada pengembangan SDM. Kepercayaan tinggi,
keterbukaan, partisipasi dan selalu melibatkan anggota Instansi.
B. Instansi menekankan pada mendapatkan sumber daya baru dan
menciptakan tantangan baru. Mencoba hal yang baru dan
mengharapkan kesempatan adalah sesuatu yang dinilai berharga.
C. Instansi menekankan pada persaingan dan prestasi. Melampaui target
kerja dan memenangkan persaingan merupakan hal yang paling utama.
D. Instansi menekankan pada pentingnya keajegan dan stabilitas.
Efisiensi, pengendalian, dan pelaksanaan pekerjaan secara lancar
merupakan hal yang penting.
TOTAL
6. KRITERIA KEBERHASILAN
SKOR
A. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar pengembangan SDM,
kerja tim, komitmen karyawan, dan kepedulian pada anggota Instansi.
B. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar memiliki produk/jasa
yang paling unik atau yang terbaru. Instansi ini merupakan pemimpin
produk (product leader) dan inovator.
C. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar kemenangan dalam
pemasaran dan keunggulan dalam bersaing. Menjadi pemimpin pasar
yang kompetitif adalah kunci suksesnya.
D. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar efisiensi. Terjaminnya
kehandalan dalam memenuhi tuntutan, penjadwalan yang lancar, dan
ongkos produksi yang rendah merupakan hal yang penting.
TOTAL
Mohon periksa kembali jawaban Bapak/Ibu/Saudara/I untuk kelengkapan dan
ketepatan jawaban.
“ TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN MENGISI SKALA INI ”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
LAMPIRAN 7
SKALA ORGANIZATIONAL CULTURE
ASSESSMENT INSTRUMENT (OCAI)
BAGI TENAGA KEPENDIDIKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
SKALA PENELITIAN BUDAYA ORGANISASI
Disusun oleh :
Hilario Saktya Pratita
119114112
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Yogyakarta, November 2015
Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Saya Hilario Saktya Pratita selaku mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, memohon izin dan meminta bantuan dari
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk merelakan waktu dalam rangka mengisi skala berikut
ini. Adapun kegunaan skala ini adalah untuk keperluan penyelesaian tugas akhir
(skripsi) saya.
Skala ini terdiri dari enam soal. Di setiap soal (1, 2, 3, 4, 5, 6) terdapat 4
alternatif pernyataan (A, B, C, D). Tidak ada pernyataan dan jawaban yang
salah. Saya harap Bapak/Ibu/Saudara/i dapat memberikan jawaban yang sebenar-
benarnya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu/Saudara/i yang sesungguhnya dalam kehidupan kerja sehari-hari. Data
yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan terjaga kerahasiaannya dan tidak akan
mempengaruhi kondisi pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i di Universitas Sanata
Dharma.
Dalam pengisian skala ini, saya harap Bapak/Ibu/Saudara/i memperhatikan
petunjuk pengerjaan yang telah diberikan karena hasil dari pengisian skala ini
akan digunakan untuk kepentingan akademik. Adapun apabila dengan
diadakannya penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/i merasa dirugikan, tidak nyaman,
maupun membutuhkan informasi mengenai penelitian ini, peneliti bersedia untuk
dihubungi di nomer 08562877070. Atas perhatian dan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Hilario Saktya Pratita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Pendidikan Terakhir : □ SMA/sederajat □ D3 □ S1
□ S2 □ S3 □ ..……..
Lama Bekerja di USD : ……… tahun
Biro / Lembaga : ………….
Jabatan : ………….
Dengan ini, saya telah membaca informasi terkait penelitian yang dilakukan
oleh Sdr. Hilario Saktya Pratita dan saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini. Saya berpartisipasi secara sukarela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak
tertentu.
Semua respon jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini
merupakan jawaban yang jujur sesuai dengan keadaan saya yang sesungguhnya
dalam kehidupan kerja sehari-hari dan bukan sekedar berdasarkan apa yang benar
atau salah dan apa yang baik atau buruk dari pandangan masyarakat pada
umumnya.
Saya juga mengizinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang
saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.
Menyetujui,
……., …..…………… 2015
..………………….……..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA
Skala ini bertujuan untuk mengetahui budaya organisasi. Tidak ada
jawaban benar maupun salah. Silahkan menjawab sesuai dengan yang
Bapak/Ibu/Saudara/i rasakan selama bekerja di Universitas Sanata Dharma ini.
Tujuan skala ini adalah untuk memahami pengelolaan budaya organisasi yang
sesuai di Universitas Sanata Dharma.
Di setiap soal (1, 2, 3, 4, 5, 6) terdapat 4 alternatif pernyataan (A, B, C, D).
Berilah nilai pada keempat pernyataan tersebut dengan skor (0-100) sehingga
total jumlah skor dari keempat nilai tersebut harus 100. Isilah dengan skor
yang tinggi jika pernyataan tersebut sesuai dan skor yang rendah jika tidak sesuai
dengan situasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i rasakan dan alami selama bekerja
di Universitas Sanata Dharma.
CONTOH PENGISIAN :
CONTOH CARA PENGISIAN SKOR
a. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga
besar. Orang saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
45
b. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis.
Orang sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
25
c. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat
kompetitif dan berorientasi pada hasil.
10
d. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan
terstruktur. Prosedur formal umumnya mengatur apa yang
dikerjakan orang-orang.
20
TOTAL
100
Masing-masing individu pasti memiliki jawaban yang berbeda pada setiap
pernyataan. Oleh sebab itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu/Saudara/i pribadi. Sekali lagi, tidak ada jawaban yang salah.
Selamat mengerjakan jangan sampai ada yang terlewat atau salah hitung!
Hasil sk
or d
ari 4 k
olo
m in
i diju
mlah
kan
Skor hasil
TOTAL
penjumlahan
harus 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
1. KARAKTER DOMINAN
SKOR
A. Instansi adalah tempat yang sangat pribadi. Serupa keluarga besar.
Orang saling berbagi banyal hal tentang diri mereka.
B. Instansi merupakan tempat kewirausahaan yang sangat dinamis. Orang
sungguh mengikatkan diri dan siap menghadapi resiko.
C. Instansi sangat berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya adalah
menyelesaikan pekerjaan. Setiap anggota organisasi sangat kompetitif
dan berorientasi pada hasil.
D. Instansi merupakan tempat yang sangat terkontrol dan terstruktur.
Prosedur formal umumnya mengatur apa yang dikerjakan orang-orang.
TOTAL
2. POLA KEPEMIMPINAN
SKOR
A. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan
teladan mentoring, memfasilitasi, atau memelihara.
B. Kepemimpinan dalam Instansi umumnya dianggap memberikan
teladan kewirausahaan, inovasi, atau keberanian mengambil resiko.
C. Kepemimpinan dalam Instansi ini dianggap memberikan teladan
bahwa semua hal bisa dicapai, agresif, dan berfokus pada hasil.
D. Kepemimpinan di Instansi ini dianggap dapat memberikan teladan
mengenai koordinasi, pengelolaan, atau menjalankan efisiensi secara
lancar.
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
3. TATA KELOLA KARYAWAN
SKOR
A. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan adanya kerja tim,
kesepakatan, dan keterlibatan.
B. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan berani mengambil risiko,
inovatif, memberikan kebebasan dan keunikan pada setiap individu.
C. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan kompetitif, dengan
tuntutan yang tinggi dan pencapaian hasil.
D. Gaya manajemen dalam Instansi bercirikan rasa aman pada diri
karyawan, adanya keseragaman, dapat diprediksi, dan hubungan yang
stabil.
TOTAL
4. PEREKAT INSTANSI
SKOR
A. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah kesetiaan dan
rasa saling percaya. Komitmen terhadap Instansi tinggi.
B. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah komitmen
untuk berinovasi dan berkembang. Ada dorongan untuk menjadi yang
terdepan.
C. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah orientasi pada
prestasi dan pencapaian hasil.
D. Perekat yang membuat Instansi menyatu bersama adalah peraturan dan
kebijakan formal. Memelihara kelancaran jalannya Instansi merupakan
hal yang penting.
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
5. PENEKANAN STRATEGI
SKOR
A. Instansi menekankan pada pengembangan SDM. Kepercayaan tinggi,
keterbukaan, partisipasi dan selalu melibatkan anggota Instansi.
B. Instansi menekankan pada mendapatkan sumber daya baru dan
menciptakan tantangan baru. Mencoba hal yang baru dan
mengharapkan kesempatan adalah sesuatu yang dinilai berharga.
C. Instansi menekankan pada persaingan dan prestasi. Melampaui target
kerja dan memenangkan persaingan merupakan hal yang paling utama.
D. Instansi menekankan pada pentingnya keajegan dan stabilitas.
Efisiensi, pengendalian, dan pelaksanaan pekerjaan secara lancar
merupakan hal yang penting.
TOTAL
6. KRITERIA KEBERHASILAN
SKOR
A. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar pengembangan SDM,
kerja tim, komitmen karyawan, dan kepedulian pada anggota Instansi.
B. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar memiliki produk/jasa
yang paling unik atau yang terbaru. Instansi ini merupakan pemimpin
produk (product leader) dan inovator.
C. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar kemenangan dalam
pemasaran dan keunggulan dalam bersaing. Menjadi pemimpin pasar
yang kompetitif adalah kunci suksesnya.
D. Instansi mendefinisikan keberhasilan atas dasar efisiensi. Terjaminnya
kehandalan dalam memenuhi tuntutan, penjadwalan yang lancar, dan
ongkos produksi yang rendah merupakan hal yang penting.
TOTAL
Mohon periksa kembali jawaban Bapak/Ibu/Saudara/I untuk kelengkapan dan
ketepatan jawaban.
“ TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN MENGISI SKALA INI ”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
LAMPIRAN 8
HASIL UJI NORMALITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Clan .064 242 .017 .965 242 .000
Adhocracy .090 242 .000 .983 242 .005
Market .087 242 .000 .956 242 .000
Hierarchy .149 242 .000 .918 242 .000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
LAMPIRAN 9
GAMBAR HASIL SKOR OCAI
PEMIMPIN INSTANSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Hasil Skor OCAI Rektor Universitas Sanata Dharma
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
LAMPIRAN 10
GAMBAR GAP HASIL SKOR OCAI
TENAGA PENDIDIK
DI TIAP PROGRAM STUDI DENGAN
REKTOR UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
11.1 Hasil Skor OCAI di Program Studi Ekonomi Akuntansi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.2 Hasil Skor OCAI di Program Studi Ekonomi Manajemen
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
FE Akuntansi
Rektor
FE Manajemen
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
11.3 Hasil Skor OCAI di Program Studi Farmasi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.4 Hasil Skor OCAI di Program Studi Bimbingan Konseling
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Farmasi
Rektor
BK
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
11.5 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Akuntansi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.6 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Fisika
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Pend. Akuntansi
Rektor
Pend. FisikaRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
11.7 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Matematika
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.8 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Ekonomi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Pend. MatematikaRektor
Pend. Ekonomi
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
11.9 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Sejarah
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.10 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Pend. SejarahRektor
PBIRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
11.11 Hasil Skor OCAI di Program Studi PBSI
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.12 Hasil Skor OCAI di Program Studi PGSD
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
PBSIRektor
PGSD
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
11.13 Hasil Skor OCAI di Program Studi IPPAK
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.14 Hasil Skor OCAI di Program Studi Pendidikan Biologi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
IPPAKRektor
Pend. BiologiRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
11.15 Hasil Skor OCAI di Program Studi Psikologi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.16 Hasil Skor OCAI di Program Studi Matematika Murni
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Psikologi
Rektor
Matematika MurniRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
11.17 Hasil Skor OCAI di Program Studi Teknik Elektro
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.18 Hasil Skor OCAI di Program Studi Teknik Informatika
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Teknik Elektro
Rektor
Teknik InformatikaRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
11.19 Hasil Skor OCAI di Program Studi Teknik Mesin
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.20 Hasil Skor OCAI di Program Studi Ilmu Sejarah
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Teknik Mesin
Rektor
Ilmu SejarahRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
11.21 Hasil Skor OCAI di Program Studi Sastra Indonesia
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
11.22 Hasil Skor OCAI di Program Studi Sastra Inggris
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Sastra IndonesiaRektor
Sastra Inggris
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
11.23 Hasil Skor OCAI di Program Studi Teologi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
TeologiRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
LAMPIRAN 11
GAMBAR GAP HASIL SKOR OCAI TENAGA
KEPENDIDIKAN DI TIAP BIRO, LEMBAGA,
DAN TATA USAHA FAKULTAS DENGAN
REKTOR UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
12.1 Hasil Skor OCAI di BAA
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.2 Hasil Skor OCAI di BLU
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
BAARektor
BLU
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
12.3 Hasil Skor OCAI di BAPSI
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.4 Hasil Skor OCAI di Biro Keuangan
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
BAPSI
Rektor
Biro Keuangan
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
12.5 Hasil Skor OCAI di Biro Personalia
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.6 Hasil Skor OCAI di BSP
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Biro PersonaliaRektor
BSP
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
12.7 Hasil Skor OCAI di Biro Hubungan Masyarakat
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.8 Hasil Skor OCAI di LPPM
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Biro Humas
Rektor
LPPM
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
12.9 Hasil Skor OCAI di Lembaga Bahasa
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.10 Hasil Skor OCAI di LPM
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Lembaga Bahasa
Rektor
LPM
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
12.11 Hasil Skor OCAI di Perpustakaan
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.12 Hasil Skor OCAI di Tata Usaha Fakultas Psikologi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
Perpustakaan
Rektor
TU Psi
Rektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
12.13 Hasil Skor OCAI di Tata Usaha Fakultas Farmasi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
12.14 Hasil Skor OCAI di Tata Usaha Fakultas Teologi
Keterangan :
A : Budaya Organisasi Clan
B : Budaya Organisasi Adhocracy
C : Budaya Organisasi Market
D : Budaya Organisasi Hierarchy
TU Far
Rektor
TU TeologiRektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI